Post on 29-Jul-2015
AQIDAH
Dosen Pebimbing :
Arif Marshal. Lc.,M.A
Kelompok III : Tauhid Uluhiyah Allah
Di susun oleh :
Fajri Ramadhan
Herry Erwanto
Randa Fernandes
JURUSAN SISTEM INFORMASI SEMESTER I KELAS A
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
T. A 2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji kita haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang memberi kesabaran dan
kekuatan melalui rahmat dan karunia-NYA.
Mudah-mudahan makalah yang kami susun bisa menambah wawasan dan ilmu untuk
kita semua dengan pembahasan mengenai Tauhid Uluhiyah Allah. Dan tidak lupa kami ucapkan
kepada semua yang telah membantu menyusun makalah ini sehingga makalah ini bisa tersusun
dengan baik.
Pekanbaru, 22 September 2012
Penyusun
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dapat kita lihat begitu beragamnya agam-agama didunia ini dan masih banyaknya umat yang
menyembah selain Allah SWT, seperti menyembah matahari, menyembah bulan, menyembah
planet-planet lain, menyembah api yaitu bagi kaum majusi, menyembah sapi seperti yang ada di
india, menyembah malaikat, menyembah pohon-pohon dan batu besar, menyembah kuburan
yang dikeramatkan, menyembah patung-patung dan lain sebagainya. Padahal hal tersebut
merupakan perbuatan syirik terhadap Allah SWT.
Pada pembahasan makalah ini diharapkan bahwasanya tiada tuhan selain allah, dan hanya
Allah lah yang patut di sembah. Dan juga mendalami tentang Tauhid Uluhiyah kepada Allah
B.Rumusan Masalah
1. Definisi Tauhid Uluhiyah
2. Pengertian Tauhid Uluhiyah
C.Tujuan
tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Memahami dan mempelajari pengertian tauhid ukuhiyah
2. Memahami dan mempelajari konsep ajaran tauhid uluhiyah
3. Mengetahui tuntutan tauhid uluhiyah
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Tauhid Uluhiyyah
Uluhiyah adalah ibadah.
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah melalui perbuatan para hamba berdasarkan
niat taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah, yang disyari’atkan.
Artinya, proses penerapan Tauhid Uluhiyyah adalah melalui perbuatan seorang hamba yang
mengesakan Allah dalam ibadah.
Ia hanya beribadah kepada Allah saja tidak kepada selain-Nya. Dan ibadah itu dilakukan
untuk tujuan mendekatkan diri kepada-Nya.
Selain itu, ibadah yang dilakukan kepada Allah hanya dengan cara yang disyariatkan oleh Allah
saja, tidak dengan cara yang dikehendai oleh si hamba sendiri.
Contoh dari ibadah yang mendekatkan diri dengan cara yang disyariatkan itu adalah berdo’a,
bernadzar, berkurban, raja’ (Mengharapkan Keridhaan Allah, mengharapkan rahmat, ampunan
dan Surga-Nya), khauf (takut terhadap kemarahan, adzab Allah, dan Neraka-Nya), tawakkal,
dan berbagai jenis ibadah lahir maupun batin yang disyariatkan dan dijelaskan tata caranya oleh
Allah, melalui Nabi-Nya, Muhammad n.
Tauhid Uluhiyyah inilah yang menjadi intisari dakwah para nabi dan rasul sejak awal, hingga
nabi Muhammad n.
Allah l berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (An-Nahl: 36) .
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiya’: 25)
Setiap Nabi dan Rasul selalu mengajak umatnya untuk merealisasikan tauhid uluhiyyah ini.
Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, dan lain-lain: “Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi-mu selainNya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85) .
“Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, ‘Sembahlah olehmu Allah dan
bertakwalah kepadaNya’.” (Al-Ankabut: 16)
Demikian jugaa Allah memerintahkan Nabi Muhammad n,
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyem-bah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepadaNya dalam (men-jalankan) agama’.” (Az-Zumar: 11)
Rasulullah n sendiri bersabda,
“Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada ilah
(sesembahan) yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
Setiap muslim yang sudah mukallaf, yakni sudah terkena beban syariat, sudah wajib
melaksanakan hukum syariat, wajib merealisasikan tauhid ini, lebih dari segala kewajiban yang
ada.
Allah berfirman,
“Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disem-bah) melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu…”. (Muhammad: 19)
Bahkan, kewajiban pertama bagi orang yang ingin masuk Islam adalah melalukan sebuah ikrar,
perjanjian dan persaksian, melalui dua kalimah syahadat, yang merupakan persaksian terhadap
Tauhid Uluuhiyyah, seperti sudah dijelaskan sebelumnya.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa Tauhid Uluuhiyyah adalah tujuan utama dakwah para
nabi dan rasul.. Oleh sebab itu pula, uluhiyah adalah sifat Allah yang dipilih oleh Allah sebagai
nama-Nya, “Allah”, yang artinya Dzul Uluhiyah (yang memiliki hak terhadap uluhiyah).
Karena Allah Maha Esa dalam ibadah, yakni dalam hak untuk diibadahi, maka Allah tidak
mengampuni dosa kemusyrikan, sampai seorang hamba bertaubat. Karena kemusyrikan berarti
keyakinan dan upaya untuk menduakan Allah dalam hak diibadahi. Dan itu adalah kezhaliman
besar seorang hamba, terhadap dirinya sendiri
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. (An-Nisa’: 48, 116)
“…seandainya mereka mempersekutukan Alah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)
“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65)
Maka, camkanlah apa yang didakwahkan para rasul :
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat [untuk menyerukan]:
"Sembahlah Allah [saja], dan jauhilah Thaghut itu",
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak …”. (An-Nisa’: 36) .
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya …” (Al-Isra’: 23) .
“Katakanlah, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu dari Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan kamu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu-
bapak …’.” (Al-An’am: 151)
1. Uluhiyah Adalah Ibadah.
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat
taqarrub (mendekatkan diri) dengan hal yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, qurban, roja’
(pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan inabah (kembali/taubat).
Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang
terakhir. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah taghut itu.” (An-Nahl: 36).
Dalam ayat lain, “Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiya’: 25)
Setiap rasul selalu melalui dakwahnya dengan perintah tauhid uluhiyah. Sebagaimana yang
diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, dan lain-lain. Allah mengisahkan, “Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” (Al-A’raf: 59, 65,
73, 85). Dan juga kisah Nabi Ibrahim -‘alaihissalam-, “Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata
kepada kaumnya, ‘Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada kepada-Nya’.” (Al-
Ankabut: 16)
Dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad , “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama.” (Az-Zumar: 11)
Rasulullah sendiri juga bersabda, “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai
mereka bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak untuk disembah kecuali Allah dan
bahwa Muhammad adalah Rasulullah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kewajiban awal sebagai mukallaf (orang Islam yang telah dikenai beban syari’at) adalah
bersaksi laa ilaaha illallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah ), serta
mengamalkannya. Allah berfirman, “Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu..” (QS.Muhammad: 19)
Dan kewajiban pertama bagi orang yang ingin masuk Islam adalah mengikrarkan dua kalimat
syahadat.
Jadi jelaslah bahwa tauhid uluhiyah adalah maksud dari dakwah para rasul. Disebut demikian,
karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya, “Allah”, yang artinya dzul
uluhiyah (yang memiliki uluhiyah).
Juga disebut “Tauhid Ibadah”, karena ‘ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib
menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepada-Nya. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ketahuilah, kebutuhan seorang hamba untuk menyembah Allah
tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, tidak memiliki bandingan yang dapat dikiaskan,
tetapi dari sebagian segi mirip dengan kebutuhan jasad kepada makanan dan minuman. Akan
tetapi diantara keduanya ini terdapat perbedaan mendasar. Karena hakikat seorang hamba adalah
hati dan ruhnya, ia tidak bisa baik kecuali dengan Allah yang tiada Tuhan (yang wajib
disembah) selain-Nya. Ia tidak bisa tenang di dunia kecuali dengan mengingat-Nya. Seandainya
hamba memperoleh kenikmatan dan kesenangan tanpa Allah , maka hal itu tidak akan
berlangsung lama, tetapi akan berpindah-pindah dari satu macam ke macam yang lain, dari satu
orang kepada orang lain. Adapun Tuhannya maka Dia dibutuhkan setiap saat dan setiap waktu,
di manapun ia berada maka Dia selalu bersamanya.” (Majmu’ Fatawa, 1/24)
Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi tempat
dibangunnya seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak akan diterima.
Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokolah lawannya, yaitu syirik.
Sendangkan Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (QS.
An-Nisa: 48)
Dan juga, “…seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)
Dan juga, “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalamu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65)
Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah berfirman, “Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu bapakmu …” (QS. An-Nisa: 36)
2. Makna Syahadat الله ااّل� اله اّل
Yaitu ber-i’tiqad (meyakini) dan berikrar bahwasannya tidak ada yang berhak disembah dan
menerima ibadah kecuali Allah , menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya. La ilaaha
menafikan hak penyembahan dari selain Allah , siapapun orangnya. Illallah adalah penetapan
hak Allah semata untuk disembah.
Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada sesembahan yang haq selain
Allah”.
Khabar اّل harus di taqdirkan ٍّق�َح� .(ada) َمْو�ُج�ْو�ٌد tidak boleh ditaqdirkan dengan ,(yang haq) ِب
Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak
sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk
Allah . Ini tentu kebathilan yang nyata.
Pembaca yang budiman, jika kita perhatikan seksama, banyak tersebar keyakinan-keyakinan
yang salah di masyarakat kita. Kalimat الله ااّل� اله telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran اّل
yang batil, antara lain:
a. الله ااّل� اله :artinya اّل
“Tidak ada sesembahan kecuali Allah”. Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap
yang disembah, baik yang haq maupun yang batil itu adalah Allah.
b. الله ااّل� اله :artinya اّل
“Tidak ada pencipta selain Allah”. Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi
bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum
cukup.
c. الله ااّل� اله :artinya اّل
“Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah”. Ini juga sebagian dari makna kalimat ااّل� اله اّل
.Tetapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup .الله
Semua tafsiran di atas adalah batil dan kurang. Kami peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu
ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para
muhaqqiq (ulama peneliti) الله � �اّل ا �َحٍّق� ِب �ْو�ٌد َمْع�ُب (tidak ada sesembahan yang haq selain Allah اّل
seperti tersebut di atas.
3. Makna Syahadat الله رسْول َمَحّم�د أّن�
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang diutus
kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta’ati perintahnya,
membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan
apa yang disyari’atkan.
4. Syarat-syarat الله ااّل� اله اّل
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat
tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (kebodohan). Artinya memahami makna dan
maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan
ketidaktahuannya dengan hal tersebut. Allah berfirman, “… akan tetapi (orang yang dapat
member syafaat ialah) orang yang mengakui hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya).” (QS. Az-
Zukhruf: 86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya apa
yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkan, tetapi tidak mengerti apa maknanya,
maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
b. Yaqin (yakin) yang menafikan syak (keraguan). Orang yang mengikrarkannya harus
meyakini kandungan syahadat ini. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian
itu. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu …” (QS. Al-Hujurat:
15)
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi bersabda, “Siapa yang engkau temui di balik
tembok (kebun) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah (yang berhak disembah) selain Allah
dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga.” (HR. Al-
Bukhari). Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.
c. Qabul (Menerima), yang menafikan radd (penolakan). Menerima kandungan dan
konsekuensi dari syahadat; menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-
Nya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia termasuk orang-
orang yang difirmankan Allah , “Sesunggunya mereka dahulu apabila dikatakan kepada
mereka: ‘Laa ilaaha illallah’ (tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri. Dan mereka berkata: ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan
sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. Ash-Shafaat: 35-36)
Ini seperti halnya menyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah,
tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti
mereka belum menerima makna laa ilaaha illallah.
d. Inqiyaad (tunduk dan patuh dengan kandungan dan makna syahadat) yang menafikan tark
(meninggalkan). Allah berfirman, “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah ,
sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh.” (QS. Luqman: 22).
Makna ‘buhul tali yang kuat’ (Al-’Urwatul Wutsqa) pada ayat diatas adalah laa ilaaha illallah.
Dan makna ‘menyerahkan dirinya’ (yuslim wajhahu) adalah yanqadu (patuh, pasrah).
e. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta). Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya
juga membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia
adalah munafik dan pendusta.
Allah berfirman, “Diantara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-
Baqarah: 8-10)
f. Ikhlas, yang menafikan syirik. Yaitu membersihakn amal dari segala debu-debu syirik,
dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam
hadits ‘Itban , Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang
yang mengucapkan laa ilaaha illallah karena menginginkan ridha Allah.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
g. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian). Maksudnya mencintai
kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah
berfirman, “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang
yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)
Maka ahluttauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahlu syirik
mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan
laa ilaaha illallah.
5. Syarat-syarat الله رسْول َمَحّم�د أّن�
a. Mengkui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati,
b. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan,
c. Mengikutinya dan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta
meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya,
d. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang ghaib, baik yang sudah lewat
maupun yang akan datang,
e. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orang tua, serta
seluruh umat manusia,
f. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan
sunnahnya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Allah berfirman, “Diantara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-
Baqarah: 8-10)
Dari surah di atas menunjukkan bahwasanya hanya allah pemilik semesta alam dan hanya
allah lah yang patut di sembah dan merugilah mereka yang mendustakan Allah dan orang-orang
yang beriman dan mereka kekal di neraka.
B.Saran
Dengan di bahasnya materi mengenai Tauhid Uluhiyah kapada Allah ini, semoga
dapat meningkatkan memperkuat dan keimanan kita kepada allah. Melalui materi ini pun
kita dapat mengambil ilmu dan keyakinan bahwasanya hanya Allah yang patut di sembah.
REFERENSI
1. http://muhammadd-fajarhudie.blogspot.com/p/artikel.html
2. http://millahibrahim.multiply.com/journal/item/29/Pengertian-dan-Makna-Tauhid-
Uluhiyah?
utm_source=facebook&utm_medium=addthis&utm_campaign=millahibrahim