Post on 16-Oct-2021
11
KEBUTUHAN KETERAMPILAN PADA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0 DAN ERA SOCIETY 5.0
Suyitno
Universitas Muhammadiyah Purworejo
yitno@umpwr.ac.id
ABSTRAK
Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0, dan era society
5.0 di mana pola kehidupan manusia basis banyak berbasis informasi. Dengan
demikian, menyiapkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing secara
global, dan menguasai perkembangan teknologi merupakan hal yang penting
untuk semua orang dan penting bagi masa depan suatu negara. Di masa depan,
inovasi teknologi juga akan mengarah pada keajaiban sisi penawaran, dengan
keuntungan efisiensi dan produktivitas jangka panjang. Biaya transportasi dan
komunikasi akan turun, logistik dan rantai pasokan global akan menjadi lebih
efektif, dan biaya perdagangan akan berkurang, yang semuanya akan membuka
pasar baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Revolusi industri 4.0 yang
dinilai berpotensi dalam mendegradasi peran manusia membuat Jepang
melahirkan sebuah konsep yaitu Society 5.0. Melalui konsep ini diharapkan
membua kecerdasan buatan akan mentransformasi big data yang dikumpulkan
melalui internet pada segala bidang kehidupan menjadi suatu kearifan yang baru,
dengan harapan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam membuka
peluang-peluang bagi manusia.
Kata Kunci: Era Revolusi Industry 4.0, Teknologi, Era Society 5.0.
PENDAHULUAN
Sejarah revolusi industri dimulai pada akhir abad ke-18 yang ditandai
dengan munculnya berbagai peralatan yang didukung oleh mesin uap air. Masa-
masa ini disebut sebagai era revolusi industri 1.0. Gelombang perubahan pun
terjadi kembali pada akhir abad ke-19 yang disebut dengan era revolusi industri
2.0. Pada masa ini, perubahan signifikan terlihat pada dunia industri yang berubah
dengan hadirnya pabrikpabrik dengan berbasis pada energi listrik. Laju perubahan
pun berlanjut pada abad ke-20 dengan hadirnya revolusi industri 3.0 ditandai
dengan penggunaan teknologi elektronik yang digunakan dalam proses produksi
di pabrik-pabrik. Pada era ini banyak terjadi pengurangan tenaga kerja atau buruh
karena penggunaan tenaga manusia sudah dikurangi secara drastis. Keberadaan
tenaga manusia sudah tergeser oleh hadirnya peralatan mesin yang dikendalikan
12
secara elektronik sehingga dapat manghasilkan kuantitas produksi yang lebih
banyak. Kondisi ini tentu menguntungkan pihak perusahaan karena tidak perlu
lagi mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar untuk upah lembur para
karyawannya. Apa kaitannya revolusi industri 4.0 dengan bidang pendidikan?
Revolusi industri 4.0 secara tidak langsung memang menuntut dunia pendidikan
untuk berbenah. Dengan karakteristik dunia kerja pada era ini tentu saja berefek
pada berubahnya jenis pekerjaan yang tersedia [1]. Ada banyak pekerjaan yang
menghilang karena memang sudah tidak dibutuhkan lagi. Berubahnya jenis
pekerjaan tentu saja menuntut berbagai keahlian baru yang harus dimiliki oleh
lulusan universitas. Menurut paparan Wold Economic Forum (2015) pada tahun
2020 ada sepuluh jenis keterampilan (skill) yang relevan dengan era revolusi
industri 4.0, yaitu: (1) complex problem solving, (2) coordinating with others, (3)
people management, (4) critical thinking, (5) negotiation, (6) quality control, (7)
service orientation, (8) judgement and decision making, (9) active learning, dan
(10) creativity.[2]
Revolusi industri 4.0 merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak karena
telah terlihat bahwa penggunaan berbagai macam hasil produk revolusi industy
4.0 telah dirasakan saat ini. [3]. Industry 4.0 seeks an integration between
technology, virtual space and the human being, between the real world and the
virtual world, resulting in a true collaborative network.[4]. Era revolusi industri
ini harus mencari integrasi antara teknologi, ruang virtual dan manusia, antara
dunia nyata dan dunia virtual, menghasilkan jaringan kolaboratif sejati.
Perkembangan teknologi dan informasi yang luar biasa juga memiliki
dampak luar biasa pada pengembangan industri dan struktur kehidupan
masyarakat. Tidak banyak orang menyadari bahwa keberadaan fenomena industri
4.0 dan Masyarakat 5.0 telah membawa tren perubahan di tingkat perusahaan dan
bahkan di tingkat individu. Untuk dapat menghadapi era baru ini, kemampuan dan
strategi khusus diperlukan untuk mempersiapkan kompetisi.
Strategi lain menghadapi era revolusi industri 4.0 1. Kompetensi
Pendidikan. 2. Kompetensi penelitian dasar dan terapan. 3. Kompetensi dalam
memanfaatkan temuan penelitian dan inovasi. [5]. Kompetensi pendidikan adalah
13
bagaimana seorang pendidik ataupun siswa harus memiliki pendidkan yang
cukup. Pendidikan ini dapat dilihat juga dari sofskill tiap individu. Kompetensi
penelitian, seorang pendidik, guru, dosen dan pendidik lain harus mampu
mengadaptasikan ilmu penelitian dalam bidang-bidang yang di gelutinya [6]–[8].
Setelah ditemukan hasil penelitian, ahrus mampu dikembangkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk masyarakat luas.
PEMBAHASAN
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan
secara otomatis. Dengan lahirnya teknologi digital saat ini pada revolusi industri
4.0 berdampak terhadap kehidupan manusia di seluruh dunia. [9].
Perkembangan Revolusi Industri
Revolusi Industri Pertama, Revolusi industri dimulai di pertengahan
abad ke 18 tepatnya di tahun 1750 –1850. Saat itu mulai terjadi revolusi besar-
besaran di berbagai bidang seperti pertanian, manufaktur, pertambangan, dan
transportasi.Munculnya mesin seakan menggantikan peran manusia atau hewan
seutuhnya yang masih terbatas. Walaupun pada awalnya sedikit ditentang oleh
kasta pekerja, namun mereka lebih terbantu dalam efisiensi jumlah beban
pekerjaan.
Revolusi Industri Kedua, setelah dirasa bidang-bidang tersebut berjalan
dengan optimal, segala industri semakin berkembang dengan pesat. Ini
mendorong proses energi yang menunjang setiap mesin berjalan dengan
semestinya.Permasalahan listrik, gas, air dan telegraf jadi awal setelah industri
tahap pertama. Revolusi model ini lahir setelahnya yaitu di awal abad 20 yaitu
rentang tahun 1850 – 1940. Saat itu listrik mulai ditemukan, perkembangan pipa
gas, air dan alat komunikasi.
Revolusi Industri Ketiga, Pasca perang kedua terjadi revolusi industri
lanjutan yang sering disebut revolusi teknologi. Manusia mulai sadar muncul era
baru setelah mesin yakni era teknologi. Semua itu dimuai dengan ditemukannya
ponsel genggam, mesin kontrol, dan tentu saja komputer.Tanda itu semakin jelas
14
memudahkan pekerjaan manusia yang bersinggungan dengan data. Bila dahulunya
manusia harus menulis di mesin ketik, kini bisa menulis di komputer. Atau bila
dahulu manusia harus ke telepon umum untuk menelepon, kini cukup dari ponsel
pribadinya. Kemunculannya mulai lahir di akhir abad 20, saat ini era tersebut
terjadi perubahan besar yang mengarahkan manusia ke arah digital.
Revolusi Industri Keempat, saat ini kita hidup di era industri keempat,
itu semua diawali dari revolusi internet yang bukan hanya sebagai mesin pencari,
namun lebih dari itu semua bisa terhubung dengan cerdas. Mulai dari
penyimpanan awan (cloud), perangkat yang terhubung dengan cerdas, sistem fisik
fiber, dan robotik[10].
Saat ini, Jepang telah merumuskan konsep strategi Society 5.0 yang
merupakan strategi untuk mewujudkan masyarakat baru yang berpusat pada
manusia dan memberikan solusi dalam menghadapi berbagai masalah sosial yang
mengintegrasikan ruang dunia maya dan dunia nyata. [11]. Melalui Society 5.0,
kecerdasan buatan yang memperhatikan sisi kemanusiaan akan mentransformasi
jutaan data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan.
Tentu saja diharapkan, akan menjadi suatu kearifan baru dalam tatanan
bermasyarakat. Tidak dapat dipungkiri, transformasi ini akan membantu manusia
untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Dalam Society 5.0, juga
ditekankan perlunya keseimbangan pencapaian ekonomi dengan penyelesaian
problem sosial.
Perkembangan era society adalah sebagai berikut:
Society 1.0 (Hunting and Gathering), di awal kemunculannya manusia
berkumpul dan bekerja sama dalam satu grup untuk mempertahankan diri dan
mencari makanan. Mereka menghabiskan waktu untuk berburu dan berpindah-
pindah ke tempat.Pada masa ini manusia mulai mampu membuat peralatan
sederhana dan menggunakan kekuatan alam yaitu api untuk memasak dan
mengusir predator. Hal ini membuat mereka mampu bertahan hidup di alam liar
dan memasak makanan berperan besar dalam perkembangan kognitif manusia.
Society 2.0 (Agricultural), Revolusi ini terjadi di beberapa tempat di
dunia seperti di Timur Tengah dan Tiongkok. Berkat revolusi agrikultur ini
15
manusia tidak perlu menghabiskan waktu untuk berburu dan berpindah tempat,
pada masa ini manusia mulai menetap di satu tempat dan membangun sebuah
peradaban dan masyarakat yang lebih kompleks.Manusia tidak perlu khawatir soal
pangan sehingga manusia dapat fokus ke hal-hal lain seperti ilmu pengetahuan.
Dari situ kerajaan-kerajaan bermunculan, tulisan diperkenalkan, kota-kota besar
berdiri, dan populasi manusia semakin besar serta sistem sosial yang lebih rumit
sebagai konsekuensinya.
Society 3.0 (Industrial), Manusia yang tadinya bercocok tanam dan
beternak hewan sekarang bekerja di pabrik-pabrik dengan sistem upah.
Kapitalisme menjadi akar dari kemajuan zaman, kemajuan teknologi dan
kemajuan ekonomi sekaligus menjadi faktor besar kesenjangan masyarakat dan
kerusakan lingkungan.
Society 4.0 (Information), Ekonomi pun bergeser menuju ekonomi digital
di mana segala kegiatan saat ini berbasis internet dan komputer. Para pelaku
industri sekarang berlomba-lomba untuk memodernisasi sistem produksi,
distribusi, maupun pelayanannya dengan teknologi yang berbasis internet dan
komputer.
Society 5.0 (New Society), Society 5.0 dapat dikatakan sebagai
pengembangan untuk membenahi beberapa masalah yang saat ini dihadapi karena
terlalu cepatnya perkembangan teknologi. Pemerintah Jepang menyebut society
5.0 adalah di mana ruang maya dan ruang fisik konvergen atau dalam kata lain
terintegrasi.Semua hal akan semakin mudah dengan penggunaan artificial
intelegence (AI) atau kecerdasan buatan yang akan membantu kita memproses
data sehingga kita menerima hasil yang sudah jadi. Keterbatasan fisik kita akan
dibantu dengan robot yang mudah dikendalikan dengan komputer dan internet.
Tujuan dari Masyarakat 5.0 adalah untuk mewujudkan masyarakat di
mana orang menikmati hidup sepenuhnya. Pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan teknologi ada untuk tujuan itu, dan bukan untuk kemakmuran
segelintir orang. Sesuai dengan konsep ini yang dicanangkan oleh pemerintah,
berbagai kegiatan telah dimulai di kalangan akademis Jepang dan di industri. Dan,
meskipun Masyarakat 5.0 berasal dari Jepang, tujuannya bukan hanya untuk
16
kesejahteraan satu negara. Kerangka kerja dan teknologi yang dikembangkan di
sini tidak diragukan lagi akan berkontribusi untuk menyelesaikan tantangan
masyarakat di seluruh dunia [11]. Untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 dan
era society 5.0 sangat di perlukan keerampilan softskill. Simpson (2006)
mengkompilasi ketrampilan yang umumnya bertendensi keterampilan soft diambil
dari berbagai sumber, kemudian menyimpulkan bahwa softskills merupakan
keterampilan personal dan keterampilan interpersonal yang sifatnya intangible
(tidak tampak).
Tabel 1. Atribut Kunci/Softskills Lulusan yang Dicari Perusahaan
menurut NACE tahun 2000
Lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki softskills yang selalu berubah dan
berkembang mengikuti perkembangan jaman. Namun secara umum untuk
menghadapi era sekarang, softskill sangat di perlukan untuk bekerja dan
mengikuti perkembangan. Soft skill tersebut tidak bisa di gantikan oleh alat atau
teknologi yang selama ini menggantika keterampilan manusia.
PENUTUP
Teknologi dan inovasi perlu dimanfaatkan untuk membantu dan
memajukan masyarakat, bukan untuk menggantikan peran manusia. Dengan
17
demikian perubahan ini diharapkan dapat membantu manusia dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Karakteristik dari dua era hampir sama, termasuk digitalisasi,
optimasi dan produksi dengan kustomisasi, otomatisasi, interaksi antara manusia
dan mesin, layanan nilai tambah dan bisnis, penggunaan teknologi informasi dan
kekayaan data yang dimiliki. Melalui kombinasi dan kontinuitas antara revolusi
industri 4.0 dan masyarakat 5.0, dapat membentuk pola tatanan sosial yang lebih
baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan sosial masyarakat.
REFERENSI
[1] L. Ellitan & L. Anatan. (2020). “46 Achieving Business Continuity in
Industrial 4.0 and Society 5.0,” hlm. 6.
[2] Helaluddin & H. Wijaya. (2019). “Pengembangan Kompetensi Pendidik di
Perguruan Tinggi dalam Menyonsong Era Revolusi Industri 4.0,” Open
Science Framework, preprint, Apr 2019. doi: 10.31219/osf.io/3mbs4.
[3] J. A. Yani & K. Batam, “Relevansi Pancasila Era Industry 4.0 dan Society
5.0 Di Pendidikan Tinggi Vokasi,” hlm. 10.
[4] C. M. Ferreira & S. Serpa, (2018) “Society 5.0 and Social Development:
Contributions to a Discussion,” Manag. Organ. Stud., vol. 5, no. 4, hlm. 26,
Nov 2018, doi: 10.5430/mos.v5n4p26.
[5] I. Ghozali, “Educational Challenges to the 4.0 Industrial Revolution:
Experience from Indonesia,” hlm. 7.
[6] S. Suyitno & P. Pardjono. (2018) “Integrated work-based learning (I-WBL)
model development in light vehicle engineering competency of vocational
high school,” J. Pendidik. Vokasi, vol. 8, no. 1, hlm. 1, Feb 2018, doi:
10.21831/jpv.v8i1.14360.
[7] S. Suyitno, J. Dwi, S. Arif, & P. Aci. (2019). “Trainer Stand Instructional
Media of Wiring System for Kijang Car to Improve Student Achievement in
Vocational Higher Education,” Jour Adv Res. Dyn. Control Syst., vol. 11, no.
11, 2019, doi: 10.5373/JARDCS/V11SP11/20193126.
[8] M. Nurtanto, H. Sofyan, P. Pardjono, & S. Suyitno, “Development model for
competency improvement and national vocational qualification support
frames in automotive technology,” Int. J. Eval. Res. Educ. IJERE, vol. 9, no.
1, doi: https://doi.org/10.11591/ijere.v9i1.20447.
[9] H. Hamdan. (2018) “Industri 4.0: Pengaruh Revolusi Industri Pada
Kewirausahaan Demi Kemandirian Ekonomi,” J. Nusant. Apl. Manaj.
BISNIS, vol. 3, no. 2, hlm. 1, Okt 2018, doi: 10.29407/nusamba.v3i2.12142.
18
[10] Q. T. Lea. (2020) “Orientation for an Education 4.0: A New Vision for Future
Education in Vietnam,” Int. J. Innov., vol. 11, no. 3, hlm. 14, 2020.
[11] M. Fukuyama, “Society 5.0: Aiming for a New Human-Centered Society,”
hlm. 4.