Post on 25-Jun-2020
Pasar Oligopoli ( Kurva Demand Bengkok Dan Kartel )
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Mikro II
Disusun oleh kelompok 7:
1. Ayu Fitri Apriliyani (090810101082)
2. Lisa Ayu Mayliana (090810101088)
3. Yumnu Nisa (090810101092)
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan unit ekonomi terdiri dari masyarakat (rumah tangga konsumen) dan rumah
tangga produsen yang dipisahkan oleh dua pasar yaitu pasar output (barang dan jasa) dan pasar
input (factor produksi).
Pasar output memegang peranan penting dalam menentukan jenis barang apa yang akan
dihasilkan, berapa jumlahnya dan untuk siapa. Sedangkan pasar input berperan untuk
menentukan cara menghasilkannya.
Harga yang dapat diterima oleh kedua unit ekonomi itu akan menentukan pilihan untuk
semuanya. Harga yang diterima kedua belah pihak disebut sebagai harga keseimbangan.
Harga suatu barang ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar akan barang
bersangkutan. Keadaan ini hanya berlaku dalam bentuk pasar tertentu, yaitu bentuk pasar
persaingan (pasar kompetitif).
Salah satu bentuk pasar persaingan ialah pasar oligopoly. Oligopoly adalah keadaan
dimana hanya ada beberapa produsen atau perusahaan (misalnya antara 2 -10) yang berada di
pasar, yang bekerjasama untuk menguasai pasar baik secara independent maupun diam – diam.
Oligopoli dapat dibedakan antara lain oligopoly dengan diferensiasi produk (misalnya industri
kosmetik, industry mobil di Indonesia) dengan oligopoly tanpa diferensiasi produk (misalnya
industry seng, industry pipa besi, dsb). Sedangkan pasar yang hanya terdiri dari 2 (dua)
perusahaan saja disebut dengan pasar duopoly.
Pada umumnya dalam pasar oligopoli terdapat beberapa perusahaan raksasa yang
memiliki pangsa pasar (market share) 70 sampai 80 persen dan disamping itu terdapat pula
perusahaan dengan pangsa pasar yang kecil. Beberapa perusahaan yang termasuk golongan
pertama(yang menguasai pasar )sangat saling mempengaruhi satu sama lain. Disamping itu
keputusan dan tindakan dari salah satu perusahaan besar sangat mempengaruhi kebijakan
peruhaan-perusahan lainnya. Sikap ini menyebabkan setiap perusahaan harus mengambil
keputusan secara berhati-hati dalam merubah harga, membuat desain, merubah teknik produksi.
Pada perekonomian yang sudah maju, pasar yang bersifat oligopolistik banyak di jumpai karena
teknologi sudah sangat modern. Teknologi modern pada umumnya akan mencapai efisiensi
optimum hanya jika jumlah produksi yang dihasilkan besar sekali. Keadaan ini secara otomatis
akan menimbulkan kecenderungan pengangguran sejumlah perusahaan yang melakukan kegiatan
industry.
Sebagai akibat dari hubungan saling mempengaruhi yang sangat erat tersebut, pengusaha
di pasar oligopoli (oligopolis) harus membuat perhitungan yang cermat terhadap reaksi dari
perusahaan lain bila mereka berniat menurunkan atau menaikan harga komoditasnya. Bila suatu
perusahaan menurunkan harga, upaya yang dilakukannya akan menyebabkan pelanggan
perusahaan-perusahaan lain berpindah membeli komoditas yang dihasilkan oleh perusahaan yang
menurunkan harga tersebut. Sebaliknya bila suatu perusahaan menaikan harga, produksi
perusahaan-perusahaan lain menjadi relatif lebih murah. Sebagai akibatnya perusahaan yang
menaikan harga akan berkurang pelanggannya karena sebagian atau seluruh pelanggan mereka
membeli komoditas yang dihasilkan oleh perusahaan lain, sedangkan perusahaan lain yang tidak
menaikan harga akan bertambah banyak pelanggannya.
Dalam pasar oligopoli tidak terdapat keseragaman sifat-sifat perusahaan dalam berbagai
industri. Kelakuan perusahaan-perusahaan dalam pasar oligopoli akan sangat berbeda jika dalam
pasar hanya terdapat tiga perusahaan, dibandingkan jika dalam pasar terdapat lima belas
perusahaan. Saling ketergantungan yang ada menyebabkan tindakan suatu perusahaan(misalnya
menurunkan harga) akan berdampak nyata terhadap para pesaingnya sehingga kemungkinan para
pesaing juga akan melakukan hal yang sama.
Oleh karena perbedaaan – perbedaan tersebut kita tidak dapat membuat suatu analisis
yang bersifat umum, untuk menerangkan perilaku produsen dalam pasar oligopoly. Dalam pasar
oligopoly paling tidak dapat dibedakan dua keadaaan yang dapat menganalisis perilaku
perusahaan atau produsen yakni dalah satunya ialah pasar oligopoly tanpa kesepakatan atau
dengan kata lain tidak terdapat kesepakatan diantara perusahaan-perusahaan di dalam pasar
oligopoly (non collusive oligopoly)
Di samping penjelasan penting diatas yang baru dijelaskan pasar oligopoli mempunyai
ciri khas yaitu :
1. Menghasilkan komoditas standar atau komoditas berbeda corak.
Pada perusahaan–perusahaan yang menghasilkan komoditas berbeda corak,
komoditas yang di hasilkan pada umumnya adalah komoditas akhir. Contoh dari pasar
oligopoli yang menghasilkan komoditas akhir adalah industri mobil, industri rokok dan
sebagainya.
2. Kekuasaan menentukan harga ada kalanya lemah dan ada kalanya sangat tangguh.
Dari kedua kemungkinan ini, mana yang akan terealisasi tergantung kepada bentuk
kerjasama dari perusahaan-perusahaan dalam pasar oligopoli. Tanpa adanya kerjasama di
antara perusahaan-perusahaan yang beroperasi di pasar, kekuasaan menentukan harga
meenjadi lebih terbatas.
3. Pada umumnya pasar oligopoli perlu melakukan promosi iklan yang intensif terutama bila
perusahaan oligopoli tersebut menghasilkan komoditas yang berbeda karakteristik. Kegiatan
promosi iklan yang dilakukan secara aktif akan dapat menciptakan tujuan yakni menarik
pembeli baru dan mempertahankan pembeli lama.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penentuan harga output dalam pasar oligopoly yang tidak bergabung (non
collusive oligopoly) dalam model kurva permintaan bengkok atau The Kinked –
Demand Model ?
Bagaimana menentukan teori harga – output dalam pasar oligopoly yang bergabung
(dalam kaitannya menggunakan model penggabungan yaitu Kartel) ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penentuan harga output dalam pasar oligopoly yang tidak bergabung (non collusive
oligopoly) dalam model kurva permintaan bengkok atau The Kinked – Demand Model
Jika di dalam pasar oligopoly tidak terdapat kesepakatan diantara produsen yang
terdapat dipasar maka setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan
memancing perusahaaan lain. Apabila suatu perusahaan menurunkan harga maka,
perusahaan yang lain juga ikut menurunkan harga, sebab jika ia tidak ikut menurunkan
harga maka ia dapat kehilangan pelanggannya yang beralih pada perusahaaan yang
menurunkan harga produknya. Sebaliknya yang terjadi apabila suatu perusahaan menaikkan
harga produknya maka hal ini tidak akan diikuti oleh perusahaan yang lain sebab jika
perusahaan yang lain ikut menaikkan harga maka ia akan kehilangan banyak pelanggannya,
karena pelanggan akan berpindah menuju perusahaan yang menjual produk dengan harga
murah. Sehingga dapat disimpulkan dari asumsi diatas bahwasanya “dalam pasar non
collusive oligopoly penurunan ataupun kenaikan harga produk akan mendorong
perusahaaan lain untuk ikut menurunkan atau menaikkan harga” . Dalam hal ini
penurunan harga oleh suatu perusahaan yang diikuti dengan perusahaan yang lain, tetapi
aksi menaikkan harga yang cenderung tidak diikuti oleh pesaingnya mengakibatkan suatu
perusahaan menghadapi kurva permintaan yang patah atau bengkok (The Kinked Demand
Curve). Model ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ekonom P. Sweezy pada tahun
1939. Sweezy dalam modelnya menggunakan kurva permintaan bengkok atau The Kinked-
Demand Curve sebagai alat analisanya. The Kinked Demand Curve , yaitu kurva permintaan
untuk mengantisipasi apabila terjadi kenaikan harga dan kurva permintaan untuk
mengantisipasi apabila terjadi penurunan harga. Pada model ini juga ditegaskan bahwa
perubahan pada biaya jarang sekali diimbangi dengan perubahan pada harga pasar,
dan bila perubahan pada harga pasar benar – benar terjadi dipasar oligopoly cenderung
terjadi dalam skala yang cukup besar. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut
Kurva D1 adalah kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan oligopoly dengan
asumsi apabila ia merubah ( menaikkan atau menurunkan ) harga maka perusahaan lain
tidak memberikan reaksi terhadap perubahan harga tersebut. Sedangkan kurva D2
merupakan kurva permintaan yang dihadapi pada perusahaan oligopoly dengan asumsi
perubahan harga produk yang dilakukannya akan diikuti oleh perusahaan lain yang ada
dalam industry yang sama. Misalkan perusahaan berada pada tingkat harga mula – mula Po,
jumlah permintaan yangdihadapi adalah sebayak Qo. Jika perusahaan tersebut menurunkan
harga produknya, maka jumlah permintaan akan suatu produk tersebut akan bertambah.
Seandainya penurunan harga Po ke P1 tersebut tidak diikuti oleh perusahaan lain maka
permintaan yang di hadapinya akan bertaabah sebesar Qa. Namun apabila perusahaan –
perusahaan lain dalam pasar oligopoly tersebut ikut menurunkan harga seperti yang telah di
lakukan oleh perusahaan pertama maka permintaan output yang dihadapi hanya cukup pada
Qb. Kenaikan ini hanya disebabkan oleh substitution effect dan income effect dari
pelanggannya.
Sebaliknya jika yang terjadi adalah suatu perusahaan berusaha menaikkan harganya
sebesar P2, sedangkan perusahaan lain tidak ikut dalam menaikkan harga atas produknya
yang dijual dan perusahaan lain itu tetap menjualnya dengan harga Po maka perusahaan
pertama ini akan banyak mengalami kehilangan pelanggan dan jumlah barang yang dapat
dijual hanya mampu bertahan pada Qd. Akan tetapi, jika perusahaan yang lain ikut
manaikkan harga , maka ia hanya akan mampu menjual jumlah output pada Qc, meskipun
resiko ia akan kehilangan konsumen atau pelanggan masih tetap terjadi.
Dengan asumsi bahwa suatu perusahaan tidak ingin kehilangan pelanggannya dan senang
ketika mendapat pelanggan yang baru maka perusahaan oligopoly tersebut akan berperilaku
sebagai berikut:
1. Mereka akan ikut menurunkan harga apabila ada perusahaan yang lain
didalam pasar yang ikut menurunkan harganya, sehingga ia tidak akan
kehilangan pelanggannya.
2. Mereka tidak akan ikut menaikkan harga, apabila perusahaan yang lain
menaikkan harga dari produk yang mereka jual. Karena apabila mereka tidak
ikut menaikkan hrga maka mareka akan mendapat tambahan pelanggan dari
perusahaan pertama yang telah menaikkan harga tersebut.
Maka berdasar asumsi tersebut diatas maka kurva permintaan dari perusahaan
oligopoly adalah berupa kurva bengkok (The Kinked Demand Curve) seperti yang telah
ditunjukkan oleh kurva d b D2 pada gambar diatas.
MODEL KURVA PERMINTAAN BENGKOK ( THE KINKED DEMAND
CURVE)
SOAL !!
Misalnya seorang produsen oligopoly (non collusive oligopoly) apabila ia
menaikkan harga produk yang dijualnya , maka kurva yang dihadapinya
mempunya fungsi : Q1 = 280 – 40P1 atau P1 = 7 – 0,025Q1. Dan untuk penurunan
harag, fungsi permintaannya : Q2 = 100 10P2 atau P2 = 10 – 0,1Q2. Dimana Q =
output , dan P = harag dalam milyar rupiah. Jika fungsi biaya produksi totalnya
adalah : TC = 2Q + 0.025Q2 , maka :
a. Berapakah jumlah output yang terjual dan harga penjualan output
produsen oligopoly ?
b. Karena produsen non collusive oligopoly menghadapi kinked demand
curve, maka berapakah batas atas dan batas bawah dari terputusnya MR?
PENYELESAIAN :
a. Patahan kurva terjadi pada titik potong antara kurva demand D1 dan D2.
Sehingga pada titik potong tersebut akan diperoleh Q1=Q2=Q dan D1=D2.
Dan jika P1=P2, sehingga : 7 – 0,025Q = 10 – 0,1Q atau 0,075 = 32
Q = 3 : 0,075 = 40 unit,
P1 = 7 – 0,025 (40) = 6 M,
P2 = 10 – 0,1 (40) = 6 M.
b. Batas atas dan batas bawah dari terputusnya kurva MR yang diskontinyu.
MR1=dTR1/dQ1
Karena TR1= P1 . Q1 = ( 7 – 0,025Q1)Q1 = 7Q1 – 0,025Q1 maka :
MR1=7 - 0,025Q1 ,
MR2=dTR2/dQ2
Karena TR2= P2 . Q2 = ( 10 – 0.1Q2)Q2 = 10Q2 – 0,1Q22 maka :
MR2=10 – 0,2Q2
Jadi, MR1= 7 – 0,05 (40) = 7 – 2 = 3 M, dan
MR2= 10 – 0,2 (40) = 10 – 8 = 2 M.
2.2 Menentukan teori harga – output dalam pasar oligopoly yang bergabung (dalam
kaitannya menggunakan model penggabungan yaitu Kartel)
Kartel adalah kesepakatan diantara produsen-produsen yang independen untuk
mengkoordinasi keputusan mereka, sehingga masing-masing dari anggota kartel dapat
memperoleh keuntungan monopoli. Kesepakatan dapat berupa pembatasan atau kuota produksi,
daerah penjulana maupun kesepakatan harga. Dengan bentuk kartel, diharapkan mereka dapat
mengurangi rasa ketidakpastian terhadap perilaku perusahaaan perusahaan pesaing. Dalam
prakteknya, kartel seringkali mengalami kegagalan. Beberapa factor yang menyebabkan
kegagalan kartel adalah sebagai berikut :
1. Masing-masing perusahaan memiliki dorongan yang kuat untuk melanggar
kesepakatan kartel
2. Anggota kartel biasanya akan berselisih pendapat mengenai kesepakatan kartel yang
di inginkan terutama mengenai jumlah output, harga, pembagian pangsa pasar dan
pembagian keuntungan.
3. Ancaman dari pemain-pemain baru karena keuntungan yang di peroleh oleh anggota
kartel
Contoh dari kartel adalah OPEC, yaitu organisasi dari Negara-negara pengekspor minyak
yang didirikan pada tahun 1960. Sebagai sebuah kartel, OPEC adalah perusahaan dominan dalam
menetapkan harga minyak dunia.
Kartel dalam prakteknya ada dalam beberapa macam bentuk, yaitu kartel dengan tujuan
memaksimumkan keuntungan pasar ( industry profit maximization cartel ) dan kartel dengan
tujuan membagi pasar ( the sharing of the market cartel ).
Kartel dengan tujuan memaksimumkan keuntungan pasar .
Dalam kasus ini disumsikan pembentukan kartel adalah bertujuan
memaksimumkan keuntungan mereka secara bersama – sama. Suasana ini mirip
dengan suasana monopolis yang mempunyai dengan beberapa perusahaan, karena
pada hakikatnya monopolis ini juga ingin memaksimumkan keuntungan. Dalam
model ini barang atau produk yang dijual oleh oligopolis bersifat homogeny
dalam arti barang yang dihasilkan salah satu oligopolis dapat mengganti atau
diganti secara sempurna oleh barang yang dihasilkan oleh oligopolis lain, yang
biasa juga disebut sebagai istilah oligopoly murni (pure oligopoly).
Masalahnya saat ini tidak hanya terletak pada bagaimana menentukan
harga jumlah output yag harus diproduksi agar keuntungan pasar meksimum
tetapi juga terletak pada penentuan jatah output yang harus diproduksi oleh
masing – masing produsen anggota dan juga pembagian keuntungan diantara
mereka. Kartel memiliki kurva – kurva ongkos produksi yang sama dengan kurva
– kurva yang sam dimiliki oleh kuva oligopolies. Dari penjumlahan kurva – kurva
MC yang dimiliki oleh oligopolies yang ada dipasar dapatlah diperoleh kurva MC
kartel. Untuk meningkatkan tingkat output optimal bagi kartel kurva MC haruslah
digabungkan dengan kurva MR yang ada di pasar. Output timal terjadi pada
waktu kurva MC tepat berpotongan dengan kurva MR dan memotongnya dari
bawah.
Lihatlah gambar berikut
Dalam gambar ini dimisalkan dipasar hanya ada dua oligopolies yang masing – masing
struktur ongkos seperti yang digambarkaoleh gambar 4.64 (a) dan (b). kurva – kurva MC yang
ad digambar tersebut kalau dijumlahkan dapat diperolehkuva MC yang ada pada gambar 4.64
(c). kurva MC ini merupakan kurva MC kartel.
Dengan kurva permintaan pasar tertentu atau misalkan kurva DD maka output optimal,
yaitu output yang menghasilkan keuntungan pasar maksimum yang dapat ditentukan. Output
optimal tersebut terjadi pada tingkat output Q = Q1 + Q2 , yaitu pada waktu kurva MR
berpotongan denagn kurva MC kartel. Dari gambar 4.64 dapat disimpulkan bahawa perusahaan
yang mempunyai struktur ongkos lebih rendah akan memproduksi output dalam jumlah yang
lebih banyak, meskipun demikian belum tentu berarti bahwa perusahaan yang memproduksi
output dalam jumlah yang lebih besar akan mendapatkan bagian keuntungan yang lebih bayak.
Pembagian keuntungan diantara para perusahaan angota kartel diatur oleh kartel itu sendiri.
Kartel dengan tujuan membagi pasar.
Dalam model ini ada dua konsep dasar yang dapat digunakanuntuk
pembagian pasar, yaitu : melaui kesepakatan tingkat harga jual atau non price
competition serta melalui penetapan kuota atau determination of quotas.
Dalam pembagian pasar melalui perjanjan pasar tingkat harga jual,
perusahaan anggota kartel yang posisinya lemah akan setuju menerima harga
umum yang berlaku dipasar sebagai harga jualnya. Harga yang betul – betul
diterima oleh masing – masing perusahaan anggota kartel ditetapkan melalui
proses tawar – menawar dimana ada satu tendensi perusahaan yang mempunyai
struktur ongkos rendah akan mmengusulkan tingkat harga jual yang murah dan
perusahaan anggota kartel yang mempunyai struktur ongkos tinggi akan
mengusulkan tingkat harga jual yang tinggi pula .
Untuk lebih jelasnya, lihatlah gambar berikut ini
Dalam gambar ini diandaikan perusahaan B mempunyai struktur ongkos yang lebih
rendah dibanding A. Dengan demikian perusahaan B mempunyai dorongan untuk menentukan
harag yang lebih rendah dari harga yang ditetapkan monopolis. Sehingga perusahaan B akan
mendorong perusahaan A untuk keluar dari pasar. Oleh sebab inilah, be tuk kartel kedua ini
sering disebut dengan bentuk penggabungan yang tidak stabil.
Ketidakstabilan model ini juga dicerminkan oleh keadaan meskipun semua perusahaan
anggota kartel memiliki struktur ongkos yang sama jika ada satu diantaranya yang menetapkan
harga sedikit lebih rendah dari tingkat harga yang ditentukan kartel (Pm).
Akibatnya kurva permintaan yang dihadapi perusahaan ini akan lebih elastic dan
keuntungannya pun akan juga meningkat. Oleh karenanya model ini menjadi sangat tidak stabil
terkecuali kalau kartel belum – belum disiplin dan mengenakan sanksi yang cukup berat bagi
perusahaan – perusahaan anggota yang melanggar ketentuan – ketentuan yang telah ditentukan.
Kartel yang kurang disiplin banyak mengalami kegagalan.
Sedangkan pada metode kedua dimana pembagian pasar melalui perjanjian penetapan
kuota dapat dilakukan dengan suatu perjanjian yang berisi kesepakatan mengenai jumlah yang
dapat dijual oleh masing – masing perusahaan anggota kartel pada tingkat harga yang telah
ditetapkan. Contoh misalanya di pasar hanya ada dua perusahaan yang masing – masing
mempunyai struktur ongkos yang sama. Dalam hal ini masing – masing perusahaan akan
menerima harga jual seperti halnya harga monopolis dan masing – masing akan menerima
bagian setengah dari pasar.
Dalam gambar 4.66 berikut ini, harga monopolis adalah (Pm) dan kuota yang disepakati
oleh masing – masing perusahaan adalah Q1 = Q2 = ½ Qm.
Disini jelas terlihat bahwa pembagian pasar berdasarkan kuota dengan memperhatikan
struktur ongkos produksi masing – masing perusahaan adalah tidak stabil. Pembagian pasar
untuk perusahaan – perusahaan yang mempunyai struktur ongkos yang berbeda ditentukan
berdasarkan kekuatan tawar – menawar. Kuota yang akhirnya diterima masing – masing
perusahaan ditentukan oleh dua hal yaitu, struktur ongkos produksi dan kemampuan tawar –
manawar pada waktu membentuk kartel.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan untuk pasar oligopoly model kartel yang
tergabung adalah model pasar yang tertutup. Sebab apabila masuk kepasar bebas maka akibatnya
perusahaan anggota kartel tidak dapat mem[erkirakan secara pasti perilaku perusahaan baru yang
masuk kepasar tersebut. Secara teori memang tidak ada kepastian bahwa perusahaan yang baru
tersebut akan menjadi anggota kartel. Sebaliknya , apabila kartel tersebut cukup menguntungkan
maka hal itu akan menarik perusahaan – perusahaan baru untuk masuk pasar. Dimana dalam hal
ini perusahaan baru tersebut ada tendensi untuk tidak menjadi anggota kartel, karena dengan cara
demikian mereka akan lebih baik sebab berarti kurva permintaan mereka lebih elastic. Artinya
mereka menetapkan harga lebih rendah dari harga yang ditetapkan oleh kartel akibatnya, mereka
akan menarik pelanggan yang banyak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa kartel seharusnya menyadari akan
bahayanya apabila perusahaan – perusahaan baru akan memasuki pasarnya. Untuk merintangi
masuknya beberapa perusahaan – perusahaan baru tersebut kartel dapat mengambil kebijakan
dengan menetapkan harga yang tidak terlalu tinggi, sehingga tidak akan menarik perusahaan –
perusahaan baru untuk masuk ke pasar atau dapat juga dilakukan dengan jalan melakukan perang
harga (price war) terhadap erusahaan – perusahaan baru yang telah berusaha memasuki pasarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Dalam pasar non collusive oligopoly penurunan ataupun kenaikan harga produk
akan mendorong perusahaaan lain untuk ikut menurunkan atau menaikkan harga.
Kegiatan ini akan mengakibatkan suatu perusahaan menghadapi kurva permintaan
yang patah atau bengkok (The Kinked Demand Curve). Model ini pertama kali
dikemukakan oleh seorang ekonom P. Sweezy pada tahun 1939.
Perilaku perusahaan oligopoly adalah sebagai berikut:
1. Mereka akan ikut menurunkan harga apabila ada perusahaan yang lain
didalam pasar yang ikut menurunkan harganya, sehingga ia tidak akan
kehilangan pelanggannya.
2. Mereka tidak akan ikut menaikkan harga, apabila perusahaan yang lain
menaikkan harga dari produk yang mereka jual. Karena apabila mereka
tidak ikut menaikkan hrga maka mareka akan mendapat tambahan
pelanggan dari perusahaan pertama yang telah menaikkan harga tersebut.
Kartel adalah kesepakatan diantara produsen-produsen yang independen untuk
mengkoordinasi keputusan mereka, sehingga masing-masing dari anggota kartel
dapat memperoleh keuntungan monopoli.
Beberapa factor yang menyebabkan kegagalan kartel adalah sebagai berikut :
1. Masing-masing perusahaan memiliki dorongan yang kuat untuk
melanggar kesepakatan kartel
2. Anggota kartel biasanya akan berselisih pendapat mengenai kesepakatan
kartel yang di inginkan terutama mengenai jumlah output, harga,
pembagian pangsa pasar dan pembagian keuntungan.
3. Ancaman dari pemain-pemain baru karena keuntungan yang di peroleh
oleh anggota kartel .
Kartel dalam prakteknya ada dalam beberapa macam bentuk, yaitu kartel dengan
tujuan memaksimumkan keuntungan pasar ( industry profit maximization cartel )
dan kartel dengan tujuan membagi pasar ( the sharing of the market cartel ).
3.2 SARAN
Dalam pasar oligopoly, seharusnya antar perusahaan yang tergabung dapat
bekerja sama dengan baik dalam menentukan harga jual produk, tempat atapun adanya
kebebasan untuk perusahaan lain yang ingin bergabung guna pencapaian keuntungan
maksimum. Serta meningkatkan kegiatan iklan atau promosi produk yang dijualnya
secara lebih aktif guna menarik pembeli baru dam mempertahankan pembeli lama.
Sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan karena keberadaan pasar ini.
Untuk menghindari kegagalan kartel, para perusahaan yang tergabung dalam
anggota kartel baik perusahaan lama maupun perusahaan baru yang akan bergabung
harusnya mempunyai kesepakatan atau komitmen mengenai jumlah output, harga,
pembagian pangsa pasar dan pembagian keuntungan yang telah dibuat, sehingga
pelanggaran – pelanggaran kartel ini dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA Fathorrazy M., Saleh M., 2005, Buku Ajar Pengantar Ekonomi Mikro, Fakultas Ekonomi
Universitas Jember:Jember
Sudarman Ari,1999,Teori Ekonomi Mikro Jilid II, Universitas Gajah Mada:Yogyakarta
Boediono, Pengantar Ilmu Ekonomi
Muir Sahibul,2007,Ekonomi Manajerial Pasar Oligopoli,Universitas Mercu Buana