Post on 30-Jan-2016
description
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUALUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIADI KELAS V SDN SUKATANI KECAMATAN PARAKANSALAK
DEDI JALALUDIN / NIM 825263511dedijalaludin.dj@gmail.comProgram Studi S1 PGSD/BI
Universitas Terbuka UPBJJ-Bogor
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Mengidentifikasi Unsur Cerita (KKM 75) di kelas V SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap pra siklus yang tuntas mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) hanya 8 orang (15,09%) dengan nilai rata-rata kelas sebesar 61,04, tapi pada siklus I ada perubahan positif yang tuntas mencapai KKM sebanyak 21 orang (39,62%) dengan nilai rata-rata kelas mencapai 68,77, dan pada siklus II terjadi perubahan sangat signifikan yang tuntas mencapai KKM sebanyak 47 orang (88,68%) dengan nilai rata-rata kelas mencapai 78,87. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karenanya, peneliti menyarankan agar media audio visual dapat menjadi contoh alternatif pada penggunaan media pembelajaran.
Kata Kunci: Media audio visual, hasil belajar Bahasa Indonesia, materi Mengidentifikasi Unsur Cerita
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak dicanangkannya wajib belajar enam tahun pada tahun 1984 dan
Sembilan tahun dalam Rancangan Revelita VI Pendidikan Nasional, sekolah dasar
menjadi lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menanamkan kemampuan
dasar bagi setiap warga Negara Indonesia yang masih berada pada rentang usia
sekolah dasar. (Wardani, dkk., 2014)
Pendapat tersebut sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional
yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
1
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Berdasarkan uraian tentang pendidikan nasional tersebut, maka peran
guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di
sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan
suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas,
guru juga di tuntut bisa mengeksplorasi berbagai ide-idenya untuk menemukan
model-model dan bahan pembelajaran yang relevan dengan tingkat perkembangan
dan karakteristik anak didiknya, dan dapat menggunakan berbagai variasi
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal.
Proses Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) di kelas dapat
dikategorikan berhasil jika sebagian besar atau seluruh siswa mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) pada tiap-tiap Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditentukan. Sebaliknya jika nilai yang dicapai
masih di bawah KKM maka proses pembelajaran dapat dikategorikan belum
berhasil.
Berkaitan dengan hasil belajar siswa, SDN Sukatani merupakan sekolah
yang terus berkembang dan berkomitmen dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas, di antaranya dengan meningkatkan sarana dan prasarana
yang menjadi faktor penunjang KBM.
SDN Sukatani merupakan salah satu sekolah yang berada di Kecamatan
Parakansalak Kabupaten Sukabumi, yang merupakan sekolah inti di Gugus
Sukakersa. SDN Sukatani memiliki jumlah siswa sebanyak 276 orang yang
terbagi ke dalam enam rombongan belajar, di antaranya kelas lima yang
berjumlah 53 orang. Padahal dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal dijelaskan bahwa:
Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak
melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang.. Untuk setiap
rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan
kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis.
2
Jadi, dengan jumlah 53 siswa dalam satu kelas, maka pada saat proses
pembelajaran terkadang mengalami kendala, di antaranya pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang wajib diikuti
oleh seluruh siswa sampai tuntas, hal tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran
Bahasa Indonesia yang terdapat dalam Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Akan tetapi karena luasnya cakupan materi yang harus diikuti oleh siswa,
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah. Selain itu,
kaitannya hasil belajar siswa dalam proses KBM, dapat dipengaruhi juga oleh
rendahnya minat belajar siswa karena penyampaian materi yang monoton, kurang
variatifnya metode dan kurangnya alat peraga atau media yang digunakan.
Sesuai hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan beberapa inovasi maupun
modifikasi terutama dalam penggunaan media pembelajaran, dengan harapan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena selama pembelajaran Bahasa
Indonesia pada Kompetenti Dasar (KD) (1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang
cerita rakyat yang didengarnya) hasilnya belum sesuai harapan, rata – rata nilai
Bahasa Indonesia pada pokok bahasan Mengidentifikasi Unsur Cerita di kelas V,
85% masih di bawah KKM yang sudah ditentukan. Maka hal tersebut menjadi
perhatian khusus bagi penulis untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
1. Identifikasi Masalah
Mengingat sangat luasnya cakupan materi yang harus dituntaskan oleh
siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga menimbulkan berbagai
macam masalah saat pembelajaran, maka masalah-masalah tersebut dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1) Jumlah warga kelas (siswa) yang melebihi batas standar minimal;
2) Penyampaian materi yang monoton;
3) Kurang variatifnya metode yang digunakan;
4) Kurangnya media atau alat peraga yang digunakan;
5) Hasil belajar yang belum tuntas atau masih di bawah KKM.
3
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka permasalahan yang harus segera
diperbaiki yaitu:
1) Hasil belajar yang belum tuntas atau masih di bawah KKM;
2) Kurangnya media atau alat peraga yang digunakan.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Merujuk pada analisis masalah, maka sebagai alternatif pemecahan masalah
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang masih belum tuntas atau masih di bawah KKM, penulis tentukan dengan
menggunakan media audio visual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini yaitu bagaimanakah
meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan media audio visual pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri Sukatani Kecamatan
Parakansalak?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak
melalui penggunaan media audio visual.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian yang berjudul Penggunaan Media Audio Visual untuk
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas V SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak ini, manfaat yang
ingin dicapai oleh penulis yaitu:
1. Bagi Siswa
a. Memperbaiki dan meningkatkan minta serta hasil belajar;
b. Menambah wawasan dan pemahaman yang baru tentang
proses pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam
penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK);
4
b. Untuk meningkatkan minat hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Bagi Sekolah
a. Menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk
mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih baik;
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengadaan sarana
dan prasarana pembelajaran.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi penelitian selanjutnya dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian pula, yang dengan
sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian
tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu
Action Research yang dilakukan di kelas. (Wardhani dkk. 2011).
Menurut Mills (dalam Wardhani dkk. 2011), mendefinisikan bahwa:
Penelilitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai systematic inquiry yang dilakukan
oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi
tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk
meningkatkan persepsi serta mengembangkan reflective practice yang berdampak
positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar
siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses penyelidikan yang dilakukan oleh
guru melalui kegiatan penelitian di kelas dengan refleksi diri, untuk
mengumpulkan berbagai informasi sebagai bahan penelitian sehingga berdampak
positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
5
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik tersendiri jika
dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakter
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Guru merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera
diselesaikan di dalam kelasnya
2) Refleksi Diri. Refleksi merupakan cirri khas PTK yang paling esensial.
Refleksi yang dimaksud disini adalah refleksi dalam pengertian
melakukan intropeksi diri, seperti guru mengingiat kembali apa saja
tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak dari tindakan
tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian, dan sebagainya.
3) Kolaboratif. Kolaboratif yang dimaksud disini merupakan upaya
perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri
oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain atau kepala
sekolah.
4) Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas.
5) Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran
secara terus menerus. (Buchairi.2012)
Jadi karakteristik PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran
yang dilakukan secara bertahap dan secara terus-menerus selama PTK dilakukan.
Siklus demi siklus di dalamnya harus mencerminkan perbaikan demi perbaikan
yang dicapai. Siklus sebelumnya merupakan dasar bagi siklus selanjutnya. Tentu,
hasil pada siklus berikutnya seharusnya jauh lebih baik dari pada siklus
sebelumnya.
3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk
memperbaiki layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks
pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara
keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan meningkatkan tujuan Penelitian Tindakan
Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik dan pembelajaran di
kelas secara berkesinambungan.
6
Menurut Wardhani, dkk., (2014) berpendapat bahwa penelitian tindakan
kelas bertujuan untuk: memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara
bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu
dalam PTK dikenal dengan adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-
pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang).
Jadi tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki pembelajaran di
kelas, sedangkan dalam pelaksanaannya menggunakan siklus berupa perencanaan,
pelaksanaan, observasi, refleksi dan revisi (perencanaan ulang)
4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
PTK bermanfaat bagi guru, pembelajaran/siswa, serta bagi sekolah.
Manfaat PTK bagi guru adalah sbegai berikut;
1) Membantu guru memperbaiki pembelajaran;
2) Membantu guru berkembang secara professional;
3) Meningkatkan rasa percaya diri guru;
4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
Bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan
proses/hasil belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat
menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.
Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya
peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.
Di samping manfaat, PTK mempunyai keterbatasan, yaitu validasinya yang
sering masih dipertanyakan, serta tidak mungkin melakukan generalisasi karena
sampelnya hanya kelas dari guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti.
(Wardhani, dkk. 2014)
5. Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam
dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan
Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan
demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa
aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan
7
terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-
mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini,
supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam
pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula
olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa
langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau
materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan
biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan
diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun
model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu
seperti dikemukakan berikut ini.
SIKLUS PELAKSANAAN PTK
Gambar 2.1 Riset Aksi Model John Elliot
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana
tindakan dibuat.
1) Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah yang
dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji
secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan.
2) Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan)
dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di
dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik
mengajar yang telah disiapkan sebelumnya.
3) Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi
tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta
dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan
8
dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh
peneliti.
4) Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk
memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang
didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan
disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk
melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat
observasi. (Sudrajat.2008)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, alur PTK meliputi (1)
Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3) Pengamatan; dan (4) Refleksi. Keempat ranah
tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan dalam upaya
melaksanakan PTK.
B. Hakikat Siswa
1. Pengertian Siswa
Menurut Dahlan dalam http://www.eurekapendidikan.com
/2015/01/definisi-murid-siswa-dan-peserta-didik.html, bahwa: Secara etimologi
peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara
terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami
perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan
dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan.
Selanjutnya Shafique dalam http://www.duniapelajar.com/, memberikan
pengertian masing-masing sebagai berikut: Siswa adalah orang yang datang ke
suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari bebera tipe pendidikan.
Selanjutnya orang ini disebut pelajar atau orang yang mempelajari ilmu
pengetahuan berapapun usianya, dari manapun, siapapun, dalam bentuk apapun,
dengan biaya apapun untuk meningkatkan pengetahuan dan moral pelaku belajar.
Pengertian siswa tersebut perkuat dengan pasal 1 ayat 4 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2013. Mengenai sistem pendidikan nasional,
yaitu peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang
dan jenis pendidikan tertentu
9
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan
barang mentah yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi suatu produk
pendidikan. Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap
peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti
halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat.
C. Hakikat Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang yang bermakna, arbitrer, konvensional, dan
produktif yang dipergunakan oleh setiap individu dan anggota sosial untuk
berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri.
Dalam penggunaannya, bahasa memiliki wujud yang bervariasi. Variasi
adalah ragam bahasa dapat dikelompokkan berdasarkan pemakai dan
pemakaiannya. Berdasarkan pemakaiannya, ragam bahasa dapat dilihat dari segi
(a) asal daerah penutur, yang melahirkan dialek geografis, (b) kelompok sosial,
yang melahirkan dialek atau ragam sosial dengan segala variannya, dan (c) sikap
berbahasa, yang melahirkan ragam resmi dan tak resmi atau keseharian. Bertolak
dari pemakainnya, ragam bahasa dapat dilihat dari sudut (a) bidang perbincangan,
yang melahirkan ragam ilmiah, ragam sastra, ragam jurnalistik, dan ragam-ragam
lainnya, (b) media berbahasa, yang memunculkan ragam lisan dan tulis, serta (c)
situasi berbahasa, yang memunculkan ragam baku dan tak baku. Solchan, dkk.
(2014).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sebagai alat
komunikasi antar manusia. karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan
sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan
bermasyarakat.Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau
saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang
kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa atau
berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan.
2. Fungsi Bahasa
Secara umum bahasa memiliki fungsi personal dan sosial. Fungsi personal
mengacu pada peranan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan setiap diri manusia sebagai makhluk individu. Dengan bahasa, manusia
10
menyatakan keinginan, cita-cita, kesetujuan dan ketidaksetujuan, serta rasa suka
dan tidak suka. Adapun fungsi sosial mengacu pada peranan bahasa sebagai alat
komunikasi dan berinteraksi antarindividu atau antarkelompok sosial. Dengan
menggunakan bahasa mereka saling menyapa, saling memengaruhi, saling
bermusyawarah, dan bekerja sama. (Solchan. Dkk., 2014)
Sedangkan Sunaryo (2000) dalam http://www.academia.edu/3614957/,
berpendapat bahwa tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek
tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam
struktur budaya,ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu
sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir
dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Merujuk dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula
merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat
menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal-usul bangsa
dan Negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri
kita, baik seabagi bangsa maupun sebagai diri sendiri.
D. Hakikat Media Audio Visual
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata
medium. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar.
Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun
mufrad. Riyana (2007:5).
Media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa
Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara sumber pesan (asource) dengan penerima pesan (a receiver). Heinich
dalam Riyana (2007:6). Selain itu, :media merupakan teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Schramm, dalam
Muhsetyo (2007:9).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
media pembelajaran merupakan wadah pesan, materi yang ingin disampaikan
11
adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran
atau media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian,
minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi
antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan
efisien.
3. Jenis Media
Berikut ini beberapa jenis media pembelajaran yang umumnya digunakan
dalam menunjang proses pembelajaran sebagai berikut:, Gambar atau foto, sketsa,
diagram, bagan (chart), grafik, foster, peta, globe, papan tulis, papan planel, flip
Chart, aquarium, bangun ruang, diorama dan herbarium
4. Media Audio Visual
a. Pengertian Media Audio Visual
Media Audia-visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi
kedua jenis media ini.
Menurut Sanjaya dalam Makalah Hanniys Word dikatakan bahwa, media
audio visual yaitu jenis media gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video,
film, slide suara,dan lain sebagainya. Kemampuan media dianggap lebih baik dan
menarik.
Sesuai kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, media
audio visual merupakan alat bantu pembelajarn yang memiliki unsur suara dan
unsur gambar dan sangat menarik bagi siswa dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.
5. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual
Menurut Sudjana dalam Jayanti (2010) menyimpulkan tentang beberapa
kelebihan-kelebihan media audio-visual, termasuk teks terprogam, adalah:
12
Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan hal
lumrah, dan ini dapat menambah daya tarik, serta dapat mempelancar pemahaman
informasi yang disajikan dalam dua format, verbal dan visual.
1) Khusus pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi atau berinteraksi
dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan
yang disusun, siswa dapat segera mengetahui apakah jawabannya benar atau
salah.
2) Menampilkan obyek yang selalu besar yang tidak memungkinkan untuk
dibawa kedalam kelas, misalnya: gunung, sungai, masjid, kabah. Obyek-obyek
tersebut dapat ditampilkan melalui foto, gambar dan pdf.
3) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap siswa.
4) Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat
mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya, untuk
menjelaskan bagaimana sistem peredaran darah pada manusia, maka
digunakanlah film.
Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat ditampilkan pada media
audio-visual ini adalah:
1) Kecepatan merekam dan pengaturan trek yang bermacam-macam
menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yangdirekam pada
suatu mesin perekam yang berbeda dengannya.
2) Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar
yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus
untuk kebutuhan sendiri.
3) Pengadaan film atau video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu
yang banyak.
4) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan
guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangannya.
5) Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa,
sehingga hal tersebut tentu tidak dapat mengembangkan kreativitas siswa.
6) Media ini hanya Akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah
mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.
13
Berdasarkan dari pendapat di atas tentang kelebihan dan kekurangan
media pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa penemuan macam-macam
alat dan mesin mempengaruhi dan mengubah cara hidup, norma-norma, dan cara
berfikir dan cara kerja manusia. Alat-alat teknologi juga mempengaruhi
pendidikan, antara lain metode penyampaian dan juga cara penilaian.
D. Hakikat Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu hasil dan
belajar. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input
secara fungsional.
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel). Aspek perubahan itu mengacu pada
taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan
Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel).
Jadi hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
2. Karakteristik Hasil Belajar
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah
yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotor. Secara ekplesit ketiga ranah
ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung
ketiga ranah tersebut, namun penekanan selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih
menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman konsep
lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung
ranah afektf.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, serta Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
14
Subjek penelitian perbaikan pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia tentang Mengidentifikasi Unsur Cerita, dilaksanakan di kelas V (lima),
dengan data sebagai berikut:
Tabel 1Data Siswa Kelas V SD Negeri Sukatani
Tahun Pelajaran 2015/2016No Jenis Kelamin Jumlah Siswa Prosentase
1 Laki – laki 21 39,62%
2 Perempuan 32 60,38%
Jumlah 53 100%
2. Tempat/Lokasi Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia yaitu di SD Negeri Sukatani, Kecamatan
Parakansalak, Kabupaten Sukabumi.
3. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, yaitu terdapat pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 2Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No Waktu Pelaksanaan Keterangan1 Tanggal, 19 Agustus 2015 Pra Siklus2 Tanggal, 24 Agustus 2015 Siklus 13 Tanggal, 07 September 2015 Siklus 2
4. Pihak – pihak yang Membantu
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri Sukatani, tentunya tidak akan berjalan
dengan lancar tanpa adanya bantuan dari orang lain. Adapun pihak-pihak yang
membantu dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah
sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah
Nama : Meinuroh, S.Pd.SD
NIP : 196305011983052001
2) Supervisor 1 :
Nama : H. Mahmud, M.Pd.
15
NIP : 196701011993011003
3) Supervisor 2 :
Nama : Supriyadi, S.Pd.
NIP : 195702101977031003
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V SD Negeri Sukatani, direncanakan dilakukan dalam dua
siklus.
Alur PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan
demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa
aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan
terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-
mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini,
supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam
pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
SIKLUS PELAKSANAAN PTK
Gambar 3.1 Alur PTK Model John Elliot
1. Refleksi awal
Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang
dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan
dengan tema penelitian.
2. Penyusunan perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal.
Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
16
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan
sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan.
3. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman
pada rencana tindakan.
4. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti
mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan
terhadap siswa.
5. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.
Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil
atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari
kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian
yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik
kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat
penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi,
yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
C. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang penulis laksanakan,
dibagi ke dalam dua siklus, adapun prosedur yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
1.Siklus I
a.Tahap Perencanaan I
1)Mengkomonikasikan hasil belajar siswa kelas V pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia materi
Mengidentifikasi Unsur Cerita;.
17
2)Mendiskusikan dengan tim peneliti langkah-langkah
yang harus dilakukan pada kegiatan pembelajaran;
3)Merancang skenario pembelajaran (RPP) dengan
penggunaan media audio visual;
4)Mempersiapkan alat-alat/media pembelajaran dalam
rangka penelitian;
5)Menyepakati indikator-indikator keberhasilan guru
dalam penelitian.
b.Tahap Tindakan I
1)Menganalisa dan mengidentifikasikan kesulitan yang
dihadapi guru dalam pembelajaran Mengidentifikasi
Unsur Cerita dalam penggunaan media audio visual;
2)Melakukan skenario pembelajaran melalui penggunaan
media audio visual;
3)Menyiapkan media pembelajaran;
4)Mengklarifikasikan kesulitan dalam penggunaan media
audio visual pada siswa kelas V pada materi
Mengidentifikasi Unsur Cerita.
c. Tahap Observasi I
1)Observasi proses;
2)Mengevaluasi pencapaian hasil belajar siswa dengan
tes lisan yang berkaitan dengan materi yang telah
diberikan.
d.Tahap Refleksi I
Anggota tim mengkaji atau menganalisa temuan-temuan
berupa hambatan dalam pelaksanaan tindakan dan
mencari solusi pemecahannya.
1.Siklus II
a.Tahap Perencanaan II
1)Membahas kelemahan pelaksanaan siklus I untuk
perbaikan siklus II;
18
2)Membenahi siklus I dalam penggunaan media audio
visual;
3)Mensosialisasikan penggunaan media audio visual pada
kepala sekolah;
4)Menyusun media pembelajaran yang terkait dengan
penggunaan media audio visual;
b.Tahap Tindakan
1)Mengumpulkan data;
2)Melaksanakan skenario Pembalajaran;
3)Mengklarifikasikan kelemahan pada penggunaan media
audio visual pada materi Mengidentifikasi Unsur Cerita
di kelas V.
c. Tahap Observasi II
1)Observasi proses pembelajaran Mengidentifikasi Unsur
Cerita dengan penggunaan media audio visual.
2)Mengevaluasi pencapaian hasil belajar siswa kelas V
pada materi Mengidentifikasi Unsur Cerita.
d.Tahap Refleksi II
Mengkaji dan menganalisa kelemahan-kelemahan dalam
tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan solusi
pemecahannya serta mengambil kesimpulan bersama tim
tentang sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa
kelas V melalui penggunaan media audio visual.
D. Teknik dan Analisis Data
Untuk menghasilkan data yang valid, maka peneliti menggunakan
beberapa instrument penelitian. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
pada waktu melaksanakan penelitian dalam upaya mencari dan mengumpulkan
data penelitian dalam masalah ini hasil evaluasi/latihan/tes pada pokok bahasan
unsure cerita di kelas V SD Negeri Sukatani tahun pelajaran 2015/2016 dan
respon kondisi pembelajaran dari siswa.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti dalam hal ini
menggunakan instrumen pengumpulan data, yaitu :
19
1. Metode Tes
Metode tes yang digunakan ini adalah evaluasi/latihan/tes yang dilakukan
pada akhir siklus, guna memperoleh data yang diinginkan.
2. Metode Observasi
Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi
dengan menggunakan format yang sudah disiapkan. Sehingga observer tinggal
memberi tanda check list (√) pada lembar observasi.
E. Cara Pengamatan (Monitoring)
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan teman
mengajar yang berjumlah 2 orang Dalam penelitian kolaborasi
ini, pihak yang melakukan tindakan adalah peneliti sedangkan
yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses
tindakan adalah guru. Yang akan diobservasi oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam proses belajar.
F. Analisis Data dan Refleksi
1.Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu media atau metode
dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada
penelitian ini menggunakan tehnik analisis deskriptif kualitatif,
yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
menggunakan media audio visual.
Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Cerita dinyatakan
dengan nilai atau skor setelah melaksanakan tes tertulis oleh
peneliti selanjutnya hasil tes belajar dianalisais secara deskriptif
yaitu dengan:
a.Ketuntasan Individu
Setiap siswa kelas V SDN Sukatani dalam proses belajar
mengajar dikatakan tuntas secara individu, apabila setiap siswa
memperoleh nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia minimal
20
75,00 sesuai standar KKM kelas V yang telah ditetapkan oleh
SDN Sukatani.
b.Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target pencapaian
ideal ≥ 85% dari jumlah siswa kelas V yang memperoleh nilai di
atas KKM.
2.Refleksi
Refleksi adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh peneliti
atau kolaborasi yang terkait dengan suatu PTK tentang
perubahan yang dilakukan baik pada siswa, suasana kelas,
maupun guru. Dalam penelitian ini, refleksi yang dilakukan oleh
peneliti adalah bagaimana hasil belajar siswa pada penggunaan
media audio visual dengan melihat nilai tes (analisis data) dan
kekurangan yang terdapat dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hal tersebut peneliti mengadakan pengulasan atau
perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 1
Dengan mempertimbangkan hasil pembelajaran sebelumnya (prasiklus)
dengan hasil belajar yang sangat rendah, maka penulis merencanakan perbaikan
pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dilakukan dalam dua
siklus dengan menggunakan media audio visual. Siklus 1 merupakan tahap awal
teknik yang penulis tentukan atau tahap perbaikan dari pra siklus, sedangkan
siklus 2 merupakan tahapan perbaikan dari siklus 1.
Berdasarkan pada data yang diperoleh dari hasil evaluasi akhir
pembelajaran sejak tahap awal atau pra siklus hingga perbaikan 1 dan 2 pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia Kompetenti Dasar (KD) (1.2 Mengidentifikasi unsur
cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya), menunjukan adanya perubahan
hasil belajar siswa. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan
21
perolehan nilai, baik secara individual maupun secara klasikal (nilai rata-rata
kelas).
Tabel 3Data Nilai Hasil Evaluasi Tiap Siklus
Perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V
No Nama SiswaPra
SiklusSiklus
1Siklus
2Ket
1 Aditia 70 75 75 Tuntas2 Ageng Pratiwi Wahdaniyah 70 75 75 Tuntas3 Agnes Halalika 70 70 75 Tuntas4 Ahmad Pangeran Mandalika AM. 70 70 85 Tuntas5 Alifah Akmalia Anjani 70 70 75 Tuntas6 Alindan Syifa Giawan 80 85 95 Tuntas7 Anisa Maulidya 65 70 75 Tuntas8 Anisa Setiawati 50 60 80 Tuntas9 Apriani Wismayanti 70 70 75 Tuntas10 Arsyalan Prasetyo 65 70 75 Tuntas11 Bunga Apriliyani 40 60 80 Tuntas12 Denis Agrha Hakim 70 75 80 Tuntas13 Desi Anggraeni 50 60 75 Tuntas14 Dimas Prayoga Saputra 70 75 80 Tuntas15 Dini Agustin 65 75 75 Tuntas16 Fatmah Khoerunisa 85 85 95 Tuntas17 Fhadlan Maulana Shomantri 40 60 80 Tuntas18 Fikri Ardiansyah 65 70 75 Tuntas19 Fitri Ayu 80 85 85 Tuntas20
Fitri Nurlaela 30 50 70Belum Tuntas
21 Hendra Apriana 50 50 75 Tuntas22 Igrie Sugi Putri 70 75 75 Tuntas23 Ikeu Prasiska Ardiani 30 65 75 Tuntas24
Isan Muzaki 65 70 70Belum Tuntas
25 Lukman Permadani 70 75 75 Tuntas26 Lusianti 40 50 75 Tuntas27 M. Awalul Mutawakkalun 85 85 95 Tuntas28 M. Haerul Zaky Mubarok 30 40 75 Tuntas29 M. Rizki Ramdani 65 65 75 Tuntas30 M.D. Saepurohman 80 80 95 Tuntas31 Mega Mentari Alfauziah 50 55 75 Tuntas32 Melia Permatasari 80 85 85 Tuntas33 Muhamad Haikal 30 65 75 Tuntas34 Muhammad Zidane Saif 85 85 90 Tuntas35 Neng Maesa 30 60 75 Tuntas36 Nurul Nabila 65 75 75 Tuntas37 Ranti Nugrahwati 70 70 80 Tuntas38
Rifal Maulana Ramdhani 45 45 65Belum Tuntas
39 Risna Levia Melisa 75 75 75 Tuntas40 Riva Apriani 65 70 80 Tuntas41 Sandrian Wahyu Diningrat 80 80 80 Tuntas42 Selpi Rahmawati 60 60 75 Tuntas43 Sindi Paujiah 40 50 65 Belum
22
No Nama SiswaPra
SiklusSiklus
1Siklus
2Ket
Tuntas44 Sirli Rizqi Rahayu 80 80 85 Tuntas45 Siti Kinkin Zuz Aenun Safirah 85 85 90 Tuntas46 Siti Nurfalah 40 65 95 Tuntas47 Siti Nurjanah 80 80 90 Tuntas48 Sri Maharani 30 65 75 Tuntas49
Vera Oktaviani 50 60 70Belum Tuntas
50Viola Noviantika 55 70 70
Belum Tuntas
51 Widiyani 50 55 80 Tuntas52 Yadi Supriyadi 85 85 85 Tuntas53 Zidan Ramdani 45 60 80 Tuntas
Jumlah 0 3235 3645Rata-rata Nilai 61,04 68,77 78,87
Nilai rata-rata pada awal pembelajaran (Pra Siklus) hanya mencapai 61,04, hal ini tentu saja masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Kompetenti Dasar (KD) (1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya) yang sudah ditentukan di SD Negeri Sukatani yaitu 75. Berdasarkan data tersebut, maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran. Data hasil pembelajaran pada pra siklus, penulis tampilkan dalam bentuk tabel, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4Distribusi Hasil Evaluasi Pembelajaran pada Masa Pra Siklus
NoSkor(S)
Frekuensi(F)
Prosentase(%)
S x F
1 100 0 0 02 95 0 0 03 90 0 0 04 85 5 9,43 4255 80 7 13,21 5606 75 1 1,89 757 70 11 20,75 7708 65 8 15,09 5209 60 1 1,89 6010 55 1 1,89 5511 50 6 11,32 30012 45 2 3,77 9013 40 5 9,43 20014 35 0 0 015 30 6 11,32 18016 25 0 0 017 20 0 0 018 15 0 0 019 10 0 0 0
Jumlah 1045 100 0
Keterangan:
23
S x F = Skor x FrekuensiSkor rata-rata = 3.235 : 53 = 61,04
Hasil pembelajaran pada masa pra siklus menunjukan hanya 8 orang atau
15,09% siswa yang mampu mencapai nilai KKM, yaitu 7 orang mendapatkan
nilai 80 dan 1 orang mendapat nilai 75 dan sisanya atau 84,91% siswa belum
mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas berjumlah 61,04.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran belum berhasil,
karena sebagian besar nilai siswa masih di bawah KKM yang ditentukan.
Tabel 5Distribusi Hasil Evaluasi Pembelajaran pada Masa Siklus 1
NoSkor(S)
Frekuensi(F)
Prosentase(%)
S x F
1 100 0 0 02 95 0 0 03 90 0 0 04 85 8 15,09 6805 80 4 7,55 3206 75 9 16,98 6757 70 11 20,75 7708 65 5 9,43 3259 60 8 15,09 48010 55 2 3,77 11011 50 4 7,55 20012 45 1 1,89 4513 40 1 1,89 4014 35 0 0 015 30 0 0 016 25 0 0 017 20 0 0 018 15 0 0 019 10 0 0 0
Jumlah 1045 100 0
Keterangan:S x F = Skor x FrekuensiSkor rata-rata = 3.645 : 53 = 68,77
Setelah melalui perbaikan pembelajaran pada siklus 1, hasilnya cukup
menggembirakan, perolehan rata-rata nilai kelas mencapai 68,77. Dengan rincian,
21 orang atau 39,62% siswa telah mencapai KKM yaitu 8 orang mendapatkan
nilai 85, 4 orang mendapat nilai 80 dan 9 orang mendapat nilai 75. Sementara
siswa yang lain atau 60,38% nilainya masih di bawah KKM.
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 2
24
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus 1 yang
menunjukkan belum tercapainya KKM secara keseluruhan, maka perbaikan
pembelajaran penulis lanjutkan ke siklus 2 dan hasilnya penulis sajikan dalam
bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 6Distribusi Hasil Evaluasi Pembelajaran pada Siklus 2
NoSkor(S)
Frekuensi(F)
Prosentase(%)
S x F
1 100 0 0 02 95 5 9,43 4753 90 3 5,66 2704 85 5 9,43 4255 80 10 18,87 8006 75 24 45,28 1.8007 70 4 7,55 2808 65 2 3,77 1309 60 0 0 010 55 0 0 011 50 0 0 012 45 0 0 013 40 0 0 014 35 0 0 015 30 0 0 016 25 0 0 017 20 0 0 018 15 0 0 019 10 0 0 0
Jumlah 1045 100 0
Keterangan:S x F = Skor x FrekuensiSkor rata-rata = 4.180 : 53 = 78,87
Setelah melalui perbaikan pembelajaran pada siklus 2, hasilnya sangat
menggembirakan, perolehan rata-rata nilai kelas mencapai 78,87. Dengan rincian,
47 orang atau 88,68% siswa telah mencapai KKM yaitu 5 orang mendapatkan
nilai 95, 3 orang mendapat nilai 90, 5 orang mendapat nilai 85, 10 orang
mendapat nilai 80 dan 24 orang mendapat nilai 75. Sementara siswa yang lainnya
atau 11,32% nilainya masih di bawah KKM.
Perbaikan pembelajaran yang penulis lakukan melalui 2 siklus, ternyata
membuahkan hasil yang sangat memuaskan, hal tersebut dilihat dengan adanya
peningkatan rata-rata nilai mulai dari Pra Siklus sebesar 61,04, Siklus 1 sebesar
68,77, dan Siklus 2 sebesar 78,87. Terjadinya peningkatan rata-rata nilai tersebut
25
dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan
pembelajaran yaitu berupa media audio visual.
Selain terjadinya perubahan nilai positif yang terjadi dalam perbaikan
pembelajaran pada masa pra siklus hingga siklus 2, keaktifan siswapun ternyata
terjadi perubahan. Hal tersebut dipengaruhi oleh penggunaan media pada saat
pembelajaran yaitu berupa media audio visual. Meningkatnya keaktifan siswa
dalam pembelajaran diperoleh melalui observasi, adapun hasilnya penulis sajikan
dalam bentuk tabel seperti di bawah ini:
Table 7Data Hasil Observasi pada saat Pembelajaran
No Nama Siswa
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Aktif
Tdk. Akti
f
Aktif
Tdk. Akti
f
Aktif
Tdk. Akti
f1 Aditia √ √ √2 Ageng Pratiwi Wahdaniyah √ √ √3 Agnes Halalika √ √ √4 Ahmad Pangeran Mandalika AM. √ √ √5 Alifah Akmalia Anjani √ √ √6 Alindan Syifa Giawan √ √ √7 Anisa Maulidya √ √ √8 Anisa Setiawati √ √ √9 Apriani Wismayanti √ √ √10 Arsyalan Prasetyo √ √ √11 Bunga Apriliyani √ √ √12 Denis Agrha Hakim √ √ √13 Desi Anggraeni √ √ √14 Dimas Prayoga Saputra √ √ √15 Dini Agustin √ √ √16 Fatmah Khoerunisa √ √ √17 Fhadlan Maulana Shomantri √ √ √18 Fikri Ardiansyah √ √ √19 Fitri Ayu √ √ √20 Fitri Nurlaela √ √ √21 Hendra Apriana √ √ √22 Igrie Sugi Putri √ √ √23 Ikeu Prasiska Ardiani √ √ √24 Isan Muzaki √ √ √25 Lukman Permadani √ √ √26 Lusianti √ √ √27 M. Awalul Mutawakkalun √ √ √28 M. Haerul Zaky Mubarok √ √ √29 M. Rizki Ramdani √ √ √30 M.D. Saepurohman √ √ √31 Mega Mentari Alfauziah √ √ √32 Melia Permatasari √ √ √33 Muhamad Haikal √ √ √34 Muhammad Zidane Saif √ √ √35 Neng Maesa √ √ √
26
No Nama Siswa
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Aktif
Tdk. Akti
f
Aktif
Tdk. Akti
f
Aktif
Tdk. Akti
f36 Nurul Nabila √ √ √37 Ranti Nugrahwati √ √ √38 Rifal Maulana Ramdhani √ √ √39 Risna Levia Melisa √ √ √40 Riva Apriani √ √ √41 Sandrian Wahyu Diningrat √ √ √42 Selpi Rahmawati √ √ √43 Sindi Paujiah √ √ √44 Sirli Rizqi Rahayu √ √ √45 Siti Kinkin Zuz Aenun Safirah √ √ √46 Siti Nurfalah √ √ √ √47 Siti Nurjanah √ √ √48 Sri Maharani √ √ √49 Vera Oktaviani √ √ √50 Viola Noviantika √ √ √51 Widiyani √ √ √52 Yadi Supriyadi √ √ √53 Zidan Ramdani √ √ √
Jumlah 11 42 26 27 45 8
Sesuai dengan tabulasi data tersebut dapat dilihat data tentang siswa yang
aktif dan tidak aktif pada saat pembelajaran di kelas. Pada Pra Siklus, hanya 11
orang siswa atau 20,75% yang aktif sedangkan sebagian besar atau sebanyak 42
siswa atau 79,25% tidak aktif. Akan tetapi setelah masuk pada Siklus 1, terjadi
perubahan yaitu bertambahnya siswa yang aktif sebanyak 23 orang atau 43,40%
dan berkurangnya siswa yang tidak aktif yaitu 30 orang siswa atau 56,60%.
Selanjutnya masuk pada Siklus 2, terjadi lagi perubahan yang sangat signifikan,
yaitu bertambahnya jumlah siswa yang aktif sebanyak 45 orang atau 84,91%,
sedangkan siswa yang tidak aktif tinggal 8 orang atau 15,09%. Hal tersebut
membuktikan bahwa media audio visual yang digunakan pada saat pembelajaran
berhasil atau mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Setelah melalui tahapan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri Sukatani serta berdiskusi dengan teman
sejawat dan supervisor, menunjukan adanya peningkatan, hal tersebut dibuktikan
dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan
meningkatnya nilai rata-rata kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
27
hasil belajar siswapun terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia materi
Meingidentifikasi Unsur Cerita meningkat.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa tentunya dipengaruhi oleh paktor
yang sangat dominan yaitu penggunaan media pembelajaran yang relevan berupa
media audio visual sebagai media pembelajaran dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia materi Meingidentifikasi Unsur Cerita.
Maka berdasarkan hasil penelitian pada siklus 1 dan 2, dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran yang baik adalah media yang mudah dipahami oleh
siswa, dapat menarik perhatian siswa, dan sesuai dengan materi yang
disampaikan. Hal tersebut terbukti bahwa media audio visual yang dijadikan
media pembelajaran dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada materi
Mengidentifikasi Unsur Cerita dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan di SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak
Kabupaten Sukabumi yang dilaksanakan dalam dua siklus, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa sub materi Mengidentifikasi
Unsur Cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dikelas V
tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perbaikan pembelajaran membuktikan bahwa setelah melalui
beberapa tahapan atau siklus, diawali gambaran data awal siswa
atau pra siklus mencapai ketuntasan yaitu hanya 8 orang atau 15,09%
siswa yang mampu mencapai nilai KKM, yaitu 7 orang mendapatkan nilai 80 dan
1 orang mendapat nilai 75 dan sisanya atau 84,91% siswa belum mencapai KKM
dengan nilai rata-rata kelas berjumlah 61,04. Akan tetapi pada siklus I terjadi
perubahan yang positif yaitu perolehan rata-rata nilai kelas mencapai 68,77.
Dengan rincian, 21 orang atau 39,62% siswa telah mencapai KKM yaitu 8 orang
mendapatkan nilai 85, 4 orang mendapat nilai 80 dan 9 orang mendapat nilai 75.
Sementara siswa yang lain atau 60,38% nilainya masih di bawah KKM.
28
Selanjutnya pada tahap siklus II terjadi perubahan yang signifikan dengan
perolehan rata-rata nilai kelas mencapai 78,87. Dengan rincian, 47 orang atau
88,68% siswa telah mencapai KKM yaitu 5 orang mendapatkan nilai 95, 3 orang
mendapat nilai 90, 5 orang mendapat nilai 85, 10 orang mendapat nilai 80 dan 24
orang mendapat nilai 75. Sementara siswa yang lainnya atau 11,32% nilainya
masih di bawah KKM.
Jadi, media pembelajaran yang baik adalah media yang mudah dipahami
oleh siswa, dapat menarik perhatian siswa, dan sesuai dengan materi yang
disampaikan. Hal tersebut terbukti bahwa media audio visual yang dijadikan
media pembelajaran dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada materi
Mengidentifikasi Unsur Cerita dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran
Adapun saran yang ingin penulis ungkapkan berdasarkan hasil perbaikan
pembelajaran yang dilaksanakan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia materi
Mengidentifikasi Unsur Cerita di Kelas V SDN Sukatani Kecamatan Parakansalak
Kabupaten Sukabumi, yaitu sebagai berikut:
Pada setiap pembelajaran hendaknya guru selalu berusaha menggunakan
media pembelajaran yang sesuai, karena media pembelajaran merupakan bentuk
pencitraan, gambaran, dan penjelmaan dari pokok bahasan yang disampaikan serta
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan
siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar, media pembelajaran
dapat melampaui batasan ruang kelas, karena banyak hal yang tidak mungkin
dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu
obyek.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, sri. (2014). Strategi Pembelajaran di SD. Banten: Universitas Terbuka.
Arikunto Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Badan Standar Nasional Pendidikan Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
29
Bushairi. (2012) Karakteristik dan Manfaat PTK. Diunduh tangaal 07 Oktober 2015 dari bushairi.blogspot.co.id/2012/07/karakteristik-manfaat-dan-tujuan.html
Chein. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh 24 Sepetember 2015 dari https:// akhmadsudrajat. wordpress.com /2008/03/21/ penelitian-tindakan-kelas-part-ii/
Dahlan. (2012). Karakteristik Siswa. Diunduh 25 September 2015 dari http://www.eurekapendidikan.com/2015/01/definisi-murid-siswa-dan-peserta-didik.html.
Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar.
Elliot, John. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh tanggal 24 September 2015 dari(https://akhmadsudrajat.wordpress.Com/2008/03/21/penelitian–tindakan -kelas-part-ii/
Ghufron, Ismail. (2013). Tujuan Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh tanggal, 25 September 2015 dari http://ghufronismail.blogspot.co.id/2013/04/tujuan-penelitian-tindakan-kelas-ptk.html.
Indriana, Zulfaidah. (2013). Tujuan Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh 25 September 2015 dari http://zulfaidah-indriana.blogspot.co.id/2013/07/tujuan-penelitian-tindakan-kelas-ptk.html
Jayanti, Titin. (2010) Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Fiqih di MTS Sunan Giri Probolinggo. Skripsi. WIN Maulana Malik Ibrahim: Malang.
Keraf, Goris. (1997). Pengertian Bahasa Indonesia. Diunduh tanggal 25 September 2015 dari https://erdaolivya.wordpress.com/2014/10/08/
Maryati, dkk. (2011). Buku Bahasa Indonesia, Jakarta: Grafindo
Machfudz, Imam. 2000. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa dan Sastra UM
Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Sanjaya, Wina (2013) Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh tanggal 20 September 2015 dari Hanniys Wold,Media Pembelajaran Berbasis Audio-Visual, Makalah dalam http//han niyypurple.blogspot.com/2013/03
30
Sukayati. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Diunduh tanggal 25 Sepetember 2015 dari http://e-jurnalpendidikan.blogspot.co.id/2012/04/penelitian-tindakan-kelas-model-kemmis.html#.Vg7Cjeyqqko
Sumantri, Mulyani. (2014). Perkembangan Peserta Didik. Banten: Universitas Terbuka.
Solchan, dkk. (2014). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Banten: Universitas Terbuka.
Wardani, dkk. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional. Banten: Universitas Terbuka.
Wardani, dkk. (2014). Perspektif Pendidikan di SD. Banten:Universitas Terbuka.
Wardani, dkk. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Banten: Universitas Terbuka.
31