Post on 10-Jul-2016
description
I. PENDAHULUAN
A. Judul
Karbohidrat
B. Tujuan
1. Mengenal sifat dan macam karbohidrat
2. Mengukur kadar gula secara kuantitatif
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi dasar yang memungkinkan otot tetap
bekerja. Karbohidrat dalam makanan sebagian besar dalam bentuk karbohidrat
kompleks, sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian kecil saja (< 10 %)
(Mihardja, 2004). Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis
menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi. Oligosakarida mengandung sekurang-
kurangnya dua dan biasanya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida yang
bertautan. Polisakarida merupakan senyawa makromolekul yang terbentuk dari
banyak sekali satuan (unit) monosakarida. Glukosa adalah monosakarida, sukrosa
dan maltosa adalah disakarida, dan amilum adalah polisakarida (Sudarmadji
dkk.,1996).
Karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana karbohidrat
didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah senyawa karbon yang
mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa
berupa aldehid (disebut polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa keton
(disebut polihidroksiketon atau ketosa). Berdasarkan pengertian di atas berarti
diketahui bahwa karbohidrat terdiri atas atom C, H dan O. Adapun rumus umum
dari karbohidrat adalah: Cn(H2O)n atau CnH2nOn (Wiratmaja, 2011).
Maltosa adalah disakarida yang diperoleh lewat hidrolisis parsial dari pati.
Hidrolisis lanjutan dari maltosa hanya menghasilkan D-glukosa. Jadi, maltosa
terdiri atas 2 unit glukosa yang bertautan. Disakarida komersial yang paling
penting adalah sukrosa atau gula pasir. Hidrolisis sukrosa memberikan D-glukosa
dan ketosa D-fruktosa dengan jumlah mol yang ekuivalen. Karbon anomerik
kedua unit sukrosa terlibat dalam ikatan glikosidik. Artinya, C-1 dari unit glukosa
ditautkan lewat oksigen dengan C-2 dari unit fruktosa. Oleh karena itu, tidak satu
pun unit monosakarida yang memiliki gugus hemiasetal dan tidak satupun unit itu
dalam bentuk keseimbangan dalam bentuk asikliknya. Sukrosa tidak dapat
bermutarotasi. Selain itu, karena tidak ada gugus aldehida bebas yang berpotensi,
sukrosa tidak bisa mereduksi reagen Tollens, Fehling, atau Benedict dan oleh
karena itu sukrosa disebut gula non-pereduksi (Hart dkk, 2003).
Gambar 1. Rumus Struktur Sukrosa
Menurut Ismadi (1993), uji-uji yang biasa dilakukan pada karbohidrat
adalah sebagai berikut :
1. Uji Molish
Merupakan uji umum karbohidrat Reaksi positifnya membentuk cincin ungu di
antara dua lapisan.
2. Uji Bial
Merupakan uji khas golongan gula pentosa. Tes positif akan memberikan
warna biru-hijau.
3. Uji Selliwanof
Merupakan uji untuk karbohidrat yang mengandung keton. Reaksi positif akan
memberikan warna merah pada larutan yang akan diuji.
4. Uji Benedict
Merupakan uji untuk karbohidrat yang mereduksi dalam larutan basa, jika tes
positif akan memberikan warna orange pada larutan dan terdapat endapan.
5. Uji Iod
Merupakan uji ada tidaknya polisakarida. Jika uji positif akan memberikan
warna biru pada larutan yang mengandung amilum dan warna merah/coklat
pada larutan yagn mengandung glikogen.
6. Uji Nelson-Somogy
Merupakan uji pada karbohidrat untuk mengetahui gula reduksi berdasarkan
sampel yang diukur absorbansinya.
Amilum tersususn dari unit-unit glukosa yang tergabung terutama lewat
ikatan 1,4 α-glikosidik (amilosa), meskipun rantainya dapat mempunyai sejumlah
cabang yang melekat lewat ikatan 1,6 α-glikosidik (amilopektin). Hidrolisis
parsial menghasilkan maltosa dan hidrolisis sempurna hanya menghasilkan D-
glukosa. Amilopektin yang terdapat dalam pati menyebabkan granula pati
menggembung da akhirnya membentuk sistem koloid dalam air (Hart dkk, 2003).
Prinsip dasarnya dasar spektofotometri adalah saat suatu sinar melalui
larutan senyawa tertentu, maka senyawa tersebut akan menyerap sinar dengan
panjang gelombang tertentu. Warna senyawa tergantung pada jenis sinar yang
dipancarkan yang tertangkap oleh mata kita sehingga senyawa kimia ada yang
berwarna ataupun tidak berwarna (Khopkar, 2003). Spektrofotometri adalah salah
satu teknik analisis fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau
molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) (Mulja dan Suharman, 1995).
Madu adalah cairan kental yang mempunyai rasa manis dan dihasilkan
oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga. Madu berasal dari sari bunga
tanaman. Madu adalah makanan yang manis dan lengket yang dibuat oleh lebah.
Madu digunakan sebagai pemanis sejak zaman pra sejarah sebelum adanya gula.
Madu tersebut diproduksi oleh lebah baik oleh lebah liar maupun budidaya.
Sampai saat ini pun madu masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
dan dapat diperoleh di berbagai tempat (Mujetahid, 2007).
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum karbohidrat adalah drop
plat, gelas beker, kuvet, labu ukur, penjepit, pipet tetes, pipet ukur, pro pipet,
rak tabung reaksi, spektrofotometer, tabung reaksi, tissue, vortex, waterbath
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum karbohidrat adalah
alkohol, aquades, glukosa monohidrat, indikator amilum 1%, Iod 0,1 N, larutan
HCl 3M, larutan Na2CO3 1 % 5 tetes, larutan madu anak, larutan madu rasa,
reagen nelson A, reagen nelson B , reagen benedict, reagen bial, reagen
molisch, reagen seliwanof, sukrosa.
B. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Standart
Glukosa monohidrat ditimbang seberat 10 mg menggunakan
timbangan analitik, kemudian diletakkan pada gelas beker 100 ml. Kemudian,
glukosa monohidrat dilarutkan dengan aquades dengan cara gelas beker
tersebut dibilas 5 kali dengan aquades , lalu dituangkan ke dalam labu ukur.
Setelah itu, larutan tersebut ditambahkan aquades hingga tanda batas dan
kemudian digojog.
Kemudian larutan tersebut dituangkan ke dalam gelas beker berukuran
250 ml. Larutan diencerkan menggunakan metode pengenceran dengan
konsentrasi 0 mg/100 ml, 2 mg/100 ml, 4 mg/100 ml, 6 mg/100 ml, 8 mg/100
ml dan 10 mg/100 ml.
2. Preparasi Sampel Madu
Madu ditimbang seberat 10 mg menggunakan timbangan analitik,
kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker yang volumenya 100 ml.
Kemudian, sampel madu tersebut dilarutkan dengan aquades dengan cara gelas
beker tersebut dibilas 5 kali , lalu dituangkan ke dalam labu ukur. Setelah itu,
larutan tersebut ditambahkan akuades hingga tanda batas dan kemudian
digojog. Selanjutnya larutan tadi dituangkan ke dalam gelas beker berukuran
250 ml.
3. Uji Nelson Somogyi
Larutan standar dan larutan sampel madu, masing-masing diambil
sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, larutan
tersebut ditambahkan 1 ml reagen Nelson (A+B) dengan perbandingan 25:1.
Setelah itu, masing-masing tabung reaksi yang berisi larutan di masukkan ke
dalam waterbath dengan suhu 95ºC selama 20 menit. Selanjutnya, tabung
reaksi didinginkan dengan cara tabung reaksi dimasukkan ke dalam suatu gelas
beker yang berisi air kran.
Campuran larutan-larutan yang sudah dingin tersebut masing-masing
ditambahkan larutan arsencmolybdat sebanyak 1 ml lalu divortex. Kemudian,
masing-masing larutan tersebut ditambahkan aquades sebanyak 7 ml, lalu
divortex. Selanjutnya, masing-masing larutan diukur nilai ODnya
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm. Data yang
didapat dimasukkan ke dalam tabel lalu dihitung dengan rumus dan hasil
perhitungan dimasukkan ke dalam kurva standar:
a=(∑ y )(∑ x2) – (∑ x)(∑ xy )
(∑ x)(∑ x2)−¿¿
dan
b=(Σy ) ( Σxy )−( Σx ) ( Σy )
(Σx ) ( Σ x2)−( Σx )2
y=a+bx
4. Uji Seliwanoff
Reagen Seliwanoff diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 2 ml. Kemudian, larutan glukosa diteteskan menggunakan pipet tetes
ke dalam tabung reaksi tersebut sebanyak 5 tetes, lalu larutan tersebut
dipanaskan menggunakan bunsen selama ± 2 menit. Perubahan warna yang
terjadi diamati dan hasil yang diperoleh dicatat. Percobaan ini dilakukan lagi
pada larutan maltosa dan sukrosa.
5. Uji Benedict
Reagen Benedict sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian, larutan glukosa diteteskan menggunakan pipet tetes ke dalam
tabung reaksi tersebut sebanyak 5 tetes. Setelah itu, larutan tersebut dipanaskan
menggunakan bunsen selama ± 2 menit, Perubahan warna yang terjadi diamati
dan Hasil yang diperoleh dicatat.
6. Uji Hidrolisis Amilum
Larutan amilum 1% sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian, larutan HCl 6 M ditambahkan kedalam tabung reaksi
tersebut sebanyak 3 ml, lalu dipanaskan menggunakan kompor gas. Larutan
tersebut diambil sebanyak 1 tetes setiap 3 menit menggunakan pipet tetes,
kemudian diteteskan pada drop plate.
Selanjutnya, larutan pada drop plate, ditambakan larutan Iod sebanyak
1 tetes, hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning. Selanjutnya, larutan
tersebut ditambahkan larutan Na2CO3 1% sebanyak 5 tetes. Sampel-sampel
tersebut kemudian, diuji dengan uji. Waktu hidrolisis dan hasil uji ini dicatat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Seliwanoff dan Benedict
Pada praktikum karbohidrat pada uji seliwanoff dan benedict hasil yang
diperoleh ditunjukkan oleh tabel 1
Tabel 1. Hasil Uji Seliwanoff dan BenedictSampel Seliwanoff Benedict
Larutan Glukosa Kuning bening Endapan merah bata
Larutan Maltosa Kuning bening Endapan merah bata
Larutan Sukrosa Merah jingga bening Biru bening
Uji Seliwanoff merupakan uji khas untuk karbohidrat yang mengandung
gugus keton (ketosa). Reaksi positifnya adalah warna merah pada larutan. Uji ini
didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi
daripada aldosa. Reagen Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol ( 1,3-dihidroksi
benzene ) dan asam klorida pekat. Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida
dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Ketosa yang terhidrasi kemudian
bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah tua.
Dari hasil percobaan sukrosa menunjukkan hasil positif (warna merah),
sedangkan glukosa dan maltosa menunjukkan hasil negatif (tetap bening). Sukrosa
terdiri dari monomer glukosa dan fruktosa dimana fruktosa merupakan
polihidroksiketon sehingga memberikan hasil positif. Hal ini sesuai dengan teori
yang ada, dimana sukrosa merupakan disakarida yang apabila dihidrolisis dengan
pemanasan maka akan terbentuk 2 molekul gula monosakarida yakni glukosa dan
fruktosa. Fruktosa inilah yang bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff yang
ditunjukan dengan warna merah. Pada glukosa dan maltosa yang juga terdiri dari
monomer glukosa merupakan polihidroksialdehid sehingga memberikan hasil
yang negatif. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, dimana sukrosa merupakan
disakarida yang apabila dihidrolisis dengan pemanasan maka akan terbentuk 2
molekul gula monosakarida yakni glukosa dan fruktosa. Fruktosa inilah yang
bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff yang ditunjukan dengan warna merah.
Berikut reaksinya :
CH2OH OH
O OH OH
+HCl ║ │ │
H CH2OH ───→ H2C— —C—H + → kompleks
│ berwarna
OH H OH merah jingga
5-hidroksimetil furfural resorsinol
Ketika reagen Seliwanoff dalam tabung reaksi kemudian diteteskan
dengan masing-masing sampel larutan lalu dipanaskan. Pemanasan ini bertujuan
agar reagen Seliwanoff dan larutan sampel dapat bereaksi dengan cepat sehingga
dapat mempercepat reaksi hidrolisis pada disakarida Pemanasan ini bertujuan agar
reagen Seliwanoff dan larutan sampel dapat bereaksi dengan cepat sehingga dapat
mempercepat reaksi hidrolisis pada disakarida.
Uji benedict merupakan uji untuk karbohidrat yang mereduksi (gula
reduksi) dalam larutan basa ( memiliki gugus karbonil bebas ). Reaksi positifnya
ditandai dengan timbulnya endapan berwarna merah bata. Sampel yang digunakan
adalah glukosa, maltosa, dan sukrosa.
Reagen Benedict terdiri dari komplek Cu2+ dengan ion sitrat yang
merupakan larutan basa. Reagen ini berfungsi untuk membentuk endapan merah
bata pada gula reduksi dan juga membedakan antara golongan gula pereduksi
dengan golongan non – pereduksi. Gula reduksi dengan larutan benedict akan
terjadi reaksi reduksi – oksidasi oleh reagen Benedict yang terdiri oleh kompleks
Cu 2+ akan membentuk ikatan dengan gugus karbonil bebas yang ada dan
dihasilkan endapan merah bata dari kupri oksida (CuO2).
Masing – masing sampel ditambahkan reagen Benedict dan warna semua
sampel adalah biru, kemudian dipanaskan. Pemanasan bertujuan untuk memecah
suatu senyawa sehingga dapat bereaksi dengan senyawa lain. Setelah dipanaskan,
pada glukosa dan maltosa terbentuk endapan berwarna coklat kemerahan
sedangkan pada sukrosa tetap berwarna biru. Hasil ini menunjukkan bahwa
glukosa dan maltosa bereaksi positif dan berarti kedua sampel tergolong gula
pereduksi karena kedua sampel memiliki gugus aldehid ( karbonil ) yang bebas
sehingga dapat dioksidasi. Reaksi yang terjadi :
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
Sukrosa menunjukan reaksi negatif karena sukrosa tergolong gula non
pereduksi. Hal ini karena sukrosa tidak mengandung atom karbon anomer bebas
karena karbon anomer kedua molekul penyusun pada sukrosa saling berikatan
satu sama lain membentuk ikatan glikosidik sehingga tidak dapat direduksi
ataupun dioksidasi.
2. Uji Hidrolisis Amilum
Pada praktikum karbohidrat pada uji hidrolisis amilum hasil yang
diperoleh ditunjukkan oleh tabel 2
Tabel 2. Hasil Uji Hidrolisis AmilumHasil Uji Iod Hasil Uji
Benedict
Keterangan
Sebelum
dipanaskan
Sesudah
dipanaskan
Waktu yang dibutuhkan
Ada
endapan
merah bata
Sudah dihidrolisis sempurna
menjadi glukosa
Biru tua Kuning Iod 42 menit
Hidrolisis amilum merupakan suatu proses hidrolisis terhadap amilum
(polisakarida). Amilum akan dihidrolisis menjadi bentuk disakarida dan
monosakarida. Hidrolisis parsial pada amilum menghasilkan maltosa dan
hidrolisis selengkapnya menghasilkan D – glukosa. Reaksi positifnya adalah
dengan timbunya warna merah bata dan terbentuk endapan. Sampel yang dipakai
adalah larutan amilum.
Mula-mula sampel ditambah dengan HCl 6M. Larutan ini digunakan
sebagai oksidator untuk menghidrolisis larutan amilum menjadi monosakarida.
Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Setelah itu, larutan diuji dengan
iod tiap 3 menit sampai hasil negatif yaitu larutan tidak berwarna biru lagi tetapi
berwarna kuning. Warna kuning menunjukkan bahwa amilum sudah terhidrolisis.
Pemanasan dihentikan pada pengujian menit ke 42. Adapun urutan hidrolisis
tersebut, yaitu : amilum (biru) amilodekstrin (biru) eritrodekstrin (merah)
archrodekstrin (tak berwarna) maltosa (tak berwarna) glukosa (tak
berwarna).
Setelah itu larutan dinetralkan dengan larutan Na2CO3 1%. Larutan
Na2CO3 1% berfungsi untuk mengurangi gelembung pada larutan sehingga larutan
menjadi netral. Selanjutnya, larutan tersebut diuji dengan uji benedict. Ketika
ditambah dengan reagen Benedict, larutan berwarna biru. Uji benedict digunakan
untuk membuktikan bahwa amilum telah terhidrolisis menjadi maltosa atau
glukosa. Uji ini dapat mengidentifikasi adanya gula pereduksi (maltosa dan
glukosa termasuk gula pereduksi) dan reaksi positifnya menunjukkan adanya
endapan merah bata.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa setelah uji Benedict, terbentuk
endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa proses hidrolisis telah terjadi
sehingga dapat menghasilkan molekul yang lebih sederhana yang mempunyai
sifat gula reduksi. Faktor – faktor yang mempengaruhi waktu hidrolisis, yaitu
pemanasan, penambahan asam kuat dan adanya enzim – enzim yang spesifik
contohnya amilase. Reaksi yang terjadi adalah:
3. Pembuatan Buffer Asam
Pada praktikum karbohidrat pada uji nelson somogyi hasil yang diperoleh
ditunjukkan oleh tabel 3
Tabel 3. Hasil Uji Nelson SomogyiNo Konsentrasi
(x)
Absorbansi
(y)
x2 Xy
1 0,02 mg/ml 0,115 A0 0,04 × 10-2 0,0023
2 0,04 mg/ml 0,141 A0 0,16 × 10-2 0,00564
3 0,06 mg/ml 0,24 A0 0,36 × 10-2 0,0144
4 0,08 mg/ml 0,343 A0 0,64 × 10-2 0,0415
5 0,10 mg/ml 0,415 A0 1 × 10-2 5,56 × 10-2
Σ x=0,3 0mg /mlΣ y=1 ,254 Σ x2 ¿2 ,2 ×10−2 Σxy=0,09128
Uji Nelson Somogy merupakan uji kualitatif untuk mengetahui kandungan
gula reduksi pada sampel berdasarkan pengukuran absorbansi. Uji ini dilakukan
dengan memisahkan kadar gula yang terkandung dalam sampel glukosa dengan
menghitung nilai absorbansi (y) atau nilai OD (optical density). Dalam penentuan
absorbansi digunakan teknik spektrofotometri dengan panjang gelombang () =
540 nm.
Pada prinsipnya larutan sampel yang digunakan adalah larutan standar,
direaksikan dengan reagen A dan B untuk mendapatkan hasil larutan yang jernih
dan kemudian diukur absorbansinya. Reagen A sebanyak 1 ml (Nelson A dan B)
ditambahkan agar kandungan gula dapat direduksi oleh larutan sampel.
Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dipanaskan, larutan
menjadi berwarna orange kemudian didinginkan kembali pada gelas beker.
Larutan ditambahkan reagen B (Arseno molibdat), warna larutan berubah menjadi
biru dan menimbulkan gas. Reagen B (Arseno molibdat) berfungsi untuk
melarutkan endapan Cu2O sehingga dapat terbentuk suatu kompleks warna dan
berfungsi untuk mereduksi kembali gula yang teroksidasi oleh reagen A dan dapat
menimbulkan gas.
Larutan standar adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan
tepat. Larutan standar yang digunakan dalam pengukuran spektrofotometri adalah
glukosa. Deret larutan standar yang dibuat memiliki konsentrasi yang berbeda-
beda yaitu 0,02 mg/ml; 0,04 mg/ml; 0,06 mg/ml; 0,08 mg/ml dan 0,10 mg/ml.
Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 540 nm karena pada
panjang gelombang tersebut larutan standar memiliki penyerapan maksimal
sehingga pada perubahan absorbansi dengan berubahnya konsentrasi dapat lebih
sensitif dan lebih cepat.
Nilai absorbansi dari masing-masing larutan dan larutan sampel madu
ditunjukan pada tabel 3 . Larutan sampel yang konsentrasinya 0,02 mg/ml, 0,04
mg/ml, 0,06 mg/ml, 0,08 mg/ml, 0,10 mg/ml dan larutan sampel madu nilai
absorbansinya berturut-turut adalah 0,115 Å, 0,141 Å, 0,24 Å, 0,343 Å, 0,415 Å.
Kadar gula dari larutan sampel madu ditentukan dengan menggunakan
spektrofotometer yang merupakan nilai absorbansinya. Nilai absorbansinya
sebesar 0,204 Å, sehingga konsentrasi pada sampel larutan madu dapat ditentukan
dengan rumus :
a=(Σy ) ( Σx 2)−( Σx ) ( Σxy )
( Σx ) ( Σ x2 )−( Σ x2 ), b= (Σy ) ( Σxy )−( Σx ) ( Σy )
(Σx ) ( Σ x2)−( Σx )2, y=a+bx. Nilai y merupakan
absorbansi sampel. Nilai konsentrasi dari larutan sampel madu rasa menggunakan
rumus diatas adalah sebesar 0,09867 mg/100 ml dan pada madu anak adalah
0,050825. Hasil yang diperoleh tersebut kemudian dibuat kurva standarnya. Hasil
kurva standar yang terlihat menunjukan bahwa nilai yang terhitung dengan angka
pada grafik hampir sama antara nilai yang terhitung dengan angak pada kurva
standar. Kurva standar nilai absorbansi yang berhubungan dengan besarnya
konsentrasi suatu larutan dapat dilihat pada lampiran.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pada praktikum karbohidrat yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Sifat-sifat karbohidrat yang diuji adalah karbohidrat yang mengandung gugus
keton, dapat mereduksi, dapat terhidrolisis dan gula pereduksi.
2. Uji Nelson-Somogy untuk mengetahui kadar karbohidrat yang terkandung dalam
sampel. Absorbansi sampel madu rasa yaitu 0,9867 Å ,sedangkan absorbansi
sampel madu anak adalah 0,050825 Å
.
DAFTAR PUSTAKA
Hart, H., Leslie E.C., dan David J.H. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat.
Erlangga, Jakarta.
Ismadi. 1993. Biokimia. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Mihardja, L. 2004. Sistem energi dan zat gizi yang diperlukan pada olahraga
aerobik dan anaerobik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Majalah Gizi Medik Indonesia. 3: 9-13
Mujetahid, M. 2007. Tekhnik Pemanenenan Madu Leebah Hutan oleh Masyarakat
Sekitar Hutan di Kecamatan Mallawa Kabupaten Marros. Perennial. 4
(1) : 36-40.
Mulja, H.M., Suharman. 1995. Analisis Instrumental.Airlangga University Press,
Surabaya.
Wiratmaja, I. G., Wijaya Kusuma, I., & Suprapta Winaya, I. N. 2011. Pembuatan
Etanol Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut
Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan Baku. Jurnal Energi Dan
Manufaktur.5(1):13-15.
LAMPIRAN
a=(Σy ) ( Σx 2)−( Σx ) ( Σxy )
( Σx ) ( Σ x2 )−( Σ x2 )
a = (1,254 ) (2,2× 10−2 ) – (0,3 ) (0,09128 )
(0,3 ) (2 , 2× 10−2 )− (0,32 )
a = 2,04 ×10−4
−0,0834a = -2,45 × 10-3
b=(Σy ) ( Σxy )−( Σx ) ( Σy )
(Σx ) ( Σ x2)−( Σx )2
b = (0,3 ) (0,09128 ) – (0,3 ) (1,254 )
(0,3 ) (2 ,2× 10−2 )− (0,3 )2
b = 4,18
y = 0,41 →absorbansi sampel (madu rasa)
y = a + bx0,41 = (-2,45 × 10-3) + 4,18 x
x = 0,09867
y = 0,21 →absorbansi sampel (madu anak)
y = a + bx0,21 = (-2,45 × 10-3) + 4,18 x
x = 0,050825
Gambar 1. Uji benedict sebelum pemanasan
Gambar 2. Uji benedict sesudah pemanasan
Gambar 3. Uji Seliwanoff sebelum pemanasan
Gambar 4. Uji Seliwanoff sesudah pemanasan
Gambar 5. Hidrolisis amilum
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.120
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0
0.1150.141
0.24
0.343
0.415f(x) = 4.14909090909091 xR² = 0.995136418576431
absorbansi
absorbansiLinear (absorbansi)Linear (absorbansi)Linear (absorbansi)
]
Gambar 6. Kurva absrobansi