Post on 11-Jul-2019
1
Kajian Potensi Pantai Batu Junjung Sebagai Kawasan Wisata Pantai di Desa
Sri Bintan Kabupaten Bintan
Ulfa Deapati, Fitria Ulfah, Febrianti Lestari.
ulfa.deapati@gmail.com
Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biofisik dan potensi sosial
masyarakat di daerah pantai Batu Junjung Desa Sri Bintan Kabupaten Bintan
sebagai kawasan wisata pantai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017
hingga Juni 2017 secara purposive sampling. Dari hasil penelitian tersebut,
diketahui bahwa tingkat kesesuaian Biofisik di kawasan pantai Batu Junjung
menjadi wisata pantai diketahui pada stasiun I memiliki kriteria sangat sesuai
dengan nilai sebesar 95,23%. Pada stasiun II memiliki kriteria sesuai dengan nilai
sebesar 61,90%, sedangkan pada stasiun III memiliki kriteria sesuai dengan nilai
sebesar 82,14%. Persepsi partisipasi, dan sikap masyarakat serta pengunjung
tergolong baik dan mendukung dikembangkannya wisata pantai Batu Junjung
menjadi kawasan wisata pantai untuk berenang, panorama alami, spot pemotretan,
dan rekreasi. Namun ketersediaan sarana dan prasarana masih belum layak
sehingga perlu dikembangkan.
Kata kunci : Wisata, Batu Junjung, Biofisik, Sosial.
PENDAHULUAN
Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk
kepentingan wisata dikenal juga sebagai “pariwisata”. Kenikmatan yang diperoleh
dari perjalanan ini merupakan suatu jasa yang diberikan alam kepada manusia,
sehingga manusia perlu untuk mempertahankan eksistensi alam. Menurut
Yulianda (2007), wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan
2
sumberdaya pantai dan lingkungan pantai seperti rekreasi, olahraga dan
menikmati pemandangan.
Kabupaten Bintan merupakan daerah yang terdiri dari gugusan pulau dan
wilayah perairan. Salah satu daya tarik Kabupaten Bintan adalah sebaran pantai-
pantai yang indah. Kabupaten Bintan memiliki kawasan pantai yang menarik
untuk dikunjungi. Pantai di Kabupaten Bintan umumnya menyebar di beberapa
tempat yang memiliki pantai pasir putih dan panjang pantai yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan wisata pantai sepanjang 8620 m2 yang masuk dalam
kategori sesuai, (Dinas Pariwisata Provinsi Kepri, 2012 dalam Saputra 2014).
Desa Sri Bintan yang termasuk wilayah Kabupaten Bintan merupakan salah satu
daerah yang mempunyai pantai yang indah yaitu pantai Batu Junjung.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, pantai Batu Junjung memiliki pasir
putih dan bebatuan granit, serta pemandangan yang indah.
Kawasan pantai Batu Junjung dilihat memliki potensi tetapi belum ada
pengembangan dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Karakteristik potensi pantai
dapat dikembangkan sebagai objek wisata pantai dengan penanganan yang
optimal baik untuk pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatannya dari
masyarakat maupun pemerintahan. Kajian ini sebagai awal untuk mengurai
permasalahan dan menguak potensi pantai Batu Junjung dalam konteks
pariwisata berkelanjutan.
Berdasarkan potensi yang dimiliki pantai Batu Junjung perlu dilakukan
penelitian tentang kajian potensi bio-fisik dan sosial masyarakat di daerah tersebut
sebagai kawasan wisata pantai.
3
BAHAN DAN METODE
Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada Bulan Mei – Juni
2017. Lokasi penelitian berada di Desa Pengudang, pantai Batu Junjung
Kabupaten Bintan. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Stasiun penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling. Penentuan
berdasarkan pertimbangan peneliti dan mewakili daerah penelitian pantai Batu
Junjung. Terdapat 3 titik stasiun penelitian dengan pertimbangan perbedaan
geomorfologi pantai. 3 titik stasiun yang ditetapkan untuk penelitian antara lain:
1. Stasiun I terletak di kawasan pantai yang relatif landai dengan hamparan pasir
putih
2. Stasiun II terletak di kawasan pantai dengan morfologi pantai tersusun dari
batuan granit.
3. Stasiun III terletak di kawasan pantai yang tersusun dari pasir dengan
percampuran batu granit.
Data primer adalah data yang didapatkan langsung di lokasi penelitian. Data
yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data Biofisik pantai Batu Junjung
dan data Sosial Masyarakat. Data sosial didapat dengan melakukan wawancara
4
menggunakan kuisioner. Pengambilan data melalui wawancara dilakukan kepada
masyarakat sekitar, serta pengunjung. Data yang ingin diperoleh dari wawancara
adalah persepsi, sikap, partisipasi responden terhadap pantai Batu Junjung. Biota
berbahaya, fasilitas, sarana prasarana serta pengembangan lokasi sebagai tempat
wisata.
Analisis kesesuaian (suitability analysis) dimaksudkan untuk mengetahui
kesesuaian kawasan untuk wisata pantai. Hal ini dilakukan untuk mendukung
kegiatan pada area tersebut. Adapun kriteria yang direkomendasikan untuk wisata
pantai kategori rekreasi dan berenang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1. Matriks kesesuaian lahan wisata pantai kategori rekreasi dan berenang.
No. Parameter B Kategori
S1
S
Kategori
S2 S
Karegori
S3 S
Kateori
N S
1 Kedalaman
perairan (m) 5 0-3 3 >3 – 6 2 >6 – 10 1 >10 0
2 Tipe pantai 5 Pasir
Putih 3
Pasir Putih,
Sedikit
Karang
2
Pasir
Hitam,
Berkarang,
Sedikit
Terjal
1
Lumpur,
Berbatu,
Terjal
0
3 Lebar pantai
(m) 5 >15 3 10 – 15 2 3 - <10 1 <3 0
4
Material
dasar
perairan
3 Pasir 3 Karang
Berpasir 2
Pasir
Berlumpur 1 Lumpur 0
5 Kecepatan
arus (m/dt) 3 0 - 0,17 3 0,17 - 0,34 2 0,34 - 0,51 1 >0,51 0
6 Kemiringan
pantai (0)
3 <10 3 10 – 25 2 >25 – 45 1 >45 0
7 Kecerahan
perairan (%) 1 75-100 3 50-<75 2 25-<50 1 <25 0
8 Penutupan
lahan pantai 1
>3 jenis
vegetasi 3
2-3 jenis
vegetasi 2
1 jenis
vegetasi 1
Tidak ada
vegetasi 0
9 Biota
Berbahaya 1
Tidak
Ada 3 1 spesies 2 2 spesies 1 >2 spesies 0
10
Ketersediaan
air tawar
(km)
1 <0,5 3 >0,5 – 1 2 >1 – 2 1 >2 0
Sumber : (Yulianda, 2007)
5
Berdasarkan nilai setiap parameter, maka dilakukan penilaian untuk
menentukan kesesuian dengan menggunakan formulasi rumus Indeks kesesuaian
wisata menurut Yulianda (2007), sebagai berikut :
Keterangan:
IKW = Indeks kesesuaian wisata (%)
Ni =Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)
Nmaks =Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari matriks kesesuaian, dimana
dari jumlah perkalian antara bobot dan skor yang disesuaikan dengan kategori
klasifikasi. Kriteria kesesuaian lahan tersebut dikelompokkan kedalam 4 (tiga)
kategori yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3(sesuai bersyarat), N (tidak
sesuai).
S1(sangat sesuai) = 83-100%
S2(sesuai) = 50-<83%
S3(Sesuai bersyarat) = 17-<50%
N(tidak sesuai) = <17%
Analisis data sosial masyarakat meliputi persepsi, sikap dan partisipasi
berdasarkan skor dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap
masyarakat dan pengunjung. Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran
kuisioner disajikan dalam tabel maupun grafik yang di sajikan secara deskriptif.
6
Kemudian dilakukan perhitungan persentase partisipasi, sikap dan persepsi
dengan menggunakan rumus, (Daniel 2002 dalam Damanik 2013)
P(%) = 100%
Keterangan :
P= Persentase partisipasi, sikap dan persepsi
n= Jumlah sampel pada kategori-i
N= Jumlah seluruh sampel
Berdasarkan perhitungan data yang di atas, data dianalisis secara deskriptif
untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat partisipasi, persepsi dan sikap
masyarakat Desa Sri Bintan Kabupaten Bintan.
HASIL
1. Tingkat Kesesuaian Wisata Pantai
Masing-masing stasiun penelitian memiliki tingkat kesesuain yang berbeda-
beda. Jika dibandingkan pada masing-masing stasiun penelitian nilai kesesuainya
dipengaruhi oleh parameter hasil uji pada masing-masing stasiun. Untuk lebih
melihat nilai kesesuaian pada masing-masing stasiun disajikan pada Gambar 2.
7
Gambar 2. Tigkat Kesesuaian wisata pantai Batu Junjung masing-masing stasiun
2. Persepsi Masyarakat dan Pengunjung
Tingkat persepsi masyarakat dan pengunjung pantai Batu Junjung dinilai dari
aspek daya tarik pantai, keindahan panorama, aktivitas wisata, keberadaan biota
berbahaya, akses, serta ketersediaan air tawar. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap masyarakat dan pengunjung terkait dengan daya tarik yang terdapat di
pantai Batu Junjung disajikan pada Gambar 3.
Persepsi masyarakat Persepsi pengunjung
Gambar 3. Diagram persepsi masyarakat dan pengunjung terkait daya tarik pantai
Dari hasil wawancara kepada masyarakat seluruhnya menyatakan bahwa
masyarakat setuju jika pantai Batu Junjung memiliki daya tarik wisata, tempat
rekreasi, berenang, dan lokasi pemotretan. Hasil wawancara terhadap sikap
8
masyarakat terkait pembuatan pondok wisata pantai Batu Junjung disajikan pada
Gambar 4.
Gambar 4. Sikap masyarakat terkait pembuatan pondok wisata pantai Batu
Junjung
Selain persepsi masyarakat dan pengunjung pantai, aspek yang dinilai juga
terkait dengan partisipasi masyarakat dan pengunjung pantai untuk
keterlibatannya dalam melaksanakan kegiatan wisata. Hasil wawancara terhadap
masyarakat terkait dengan keterlibatannya dalam kegiatan wisata pantai Batu
Junjung disajikan pada Gambar 5.
Kesediaan masyarakat Bentuk keterlibatan msyarakat
Gambar 5. Diagram partisipasi kesediaan dan keterlibatan dalam kegiatan wisata
pantai Batu Junjung
Selanjutnya hasil wawancara kepada pengunjung terkait dengan ketersediaan
untuk terlibat dalam wisata pantai Batu Junjung disajikan pada Gambar 6.
9
Kesediaan pengunjung Bentuk keterlibatan pengunjung
Gambar 6. Diagram partisipasi kesediaan dan keterlibatan pengunjung dalam
kegiatan wisata pantai Batu Junjung
PEMBAHASAN
Dibandingkan dengan stasiun II dan III, stasiun I lebih unggul pada parameter
tipe pantai. Tipe pantai berpasir memberikan nilai poin yang tinggi terhadap
penilaian kesesuai wisata pantai di stasiun I. Selain itu, jenis material dasar
perairan dengan tekstur pasir juga memberikan poin yang tinggi terhadap
kesesuaian pantai di stasiun I. Bukan hanya parameter-parameter diatas, parameter
kemiringan lahan pada stasiun I juga merupakan yang terendah (landai)
dibandingkan dengan stasiun lainnya, parameter ini juga memberikan nilai penuh
terhadap kesesuaian pantai pada stasiun I.
Dibandingkan dengan stasiun I dan III tipikal pantai di stasiun II paling kasar
yang terdiri dari bebatuan, sehingga keberadaannya mempengaruhi aktivitas
wisata yang dilakukan oleh wisatawan. Area pantai yang umumnya dapat
dimanfaatkan sebagai area berjemur dan melakukan aktifitas bermain anak-anak
serta aktivitas olahraga tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Jika wisatawan
10
melakukan aktivitas di pantai, tentunya berpotensi terjadinya luka akibat dari
tajamnya bebatuan pada tepian pantai tersebut. Seperti pernyataan Abdillah
(2016), menyatakan bahwa kondisi pasirnya yang putih dan halus, sangat
mendukung wisatawan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata yang menarik.
Nilai kesesuaian pada stasiun II merupakan yang terendah dibandingkan
dengan stasiun lainnya. Parameter yang mempengaruhi rendahnya nilai
kesesuaian pada stasiun II yakni tipe pantai yang berbatu yang sangat menggangu
kenyamanan dan keamanan berwisata. Seperti pernyataan Rahmadi et al. (2015),
untuk wisata pantai akan sangat baik jika suatu pantai merupakan pantai yang
berpasir atau dengan kata lain didominasi oleh substrat pasir, dibandingkan
dengan pantai yang berbatu atau pantai yang didominasi oleh substrat karang yang
dapat mengganggu kenyamanan wisatawan. Selain faktor tipikal pantai,
kemiringan pantai juga merupakan parameter yang mempengaruhi rendahnya nilai
kesesuain di stasiun II, kemiringan pantai di stasiun II merupakan yang paling
curam dibandingkan dengan stasiun lain.
Kondisi kesesuaian wisata pantai pada stasiun I lebih tinggi dibandingkan
dengan stasiun II dan III. Pada stasiun I kondisi pasir putih yang sangat elok
menunjang nilai keseuaian yang baik serta kelandaian pantai yang lebih landai
dibandingkan dengan stasiun II dan III. Nilai kesesuaian pada stasiun II
merupakan yang terendah dibandingkan dengan stasiun lainnya. Parameter yang
mempengaruhi rendahnya nilai kesesuaian pada stasiun II yakni tipe pantai yang
berbatu yang sangat menggangu kenyamanan dan keamanan berwisata. Selain
faktor tipikal pantai, kemiringan pantai juga merupakan parameter yang
11
mempengaruhi rendahnya nilai kesesuain di stasiun II, kemiringan pantai di
stasiun II merupakan yang paling curam dibandingkan dengan stasiun lain.
Tipe pantai berpasir memberikan nilai poin yang tinggi terhadap penilaian
kesesuai wisata pantai di stasiun I sehingga nilai kesesuaiannya paling tinggi.
Selain itu, jenis material dasar perairan dengan tekstur pasir juga memberikan
poin yang tinggi terhadap kesesuaian pantai di stasiun I. Bukan hanya parameter-
parameter diatas, parameter kemiringan lahan pada stasiun I juga merupakan yang
terendah (landai) dibandingkan dengan stasiun lainnya, parameter ini juga
memberikan nilai penuh terhadap kesesuaian pantai pada stasiun I. Selain itu,
kecepatan arus di stasiun I paling kecil dibandingkan dengan stasiun II dan III,
tentunya ini juga menjadi faktor penentu untuk mendukung wisata pantai di
stasiun I. Diperkuat oleh penelitian Yulianda (2007), bahwa untuk wisata pantai
akan sangat baik jika suatu pantai merupakan pantai yang berpasir atau dengan
kata lain didominasi oleh substrat pasir, dibandingkan dengan pantai yang berbatu
atau pantai yang didominasi oleh substrat karang dapat mengganggu kenyamanan
wisatawan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap masyarakat sekitar pantai Baju Junjung
sebesar 76,7% responden menyatakan bahwa daya tarik pantai Batu Junjung
karena pemandangan pantainya yang indah, dan sisanya sebesar 23,3%
menyatakan karena pemandangan susunan bebatuan granit. Dari hasil wawancara
tersebut, masyarakat menilai bahwa pantai Batu Junjung layak untuk dijadikan
sebagai area wisata pantai karena pemandangan pantainya yang indah.
Selanjutnya, Jika dilihat dari penilaian pengunjung terkait dengan pantai Batu
Junjung sebesar 90,90% menyatakan potensi pantai Batu Junjung karena
12
pemandangan pantai yang indah, dan sisanya sebesar 9,09% menyatakan pantai
Batu Junjung karena susunan bebatuan granit. Pengunjung mengetahui lokasi
pantai Batu Junjung dari teman sebesar 63,64% dan sisanya 36,36% dari saudara.
Beragam akivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung pantai Batu Junjung
untuk menikmati keindahan alamnya. Pengunjung pantai dapat mengambil foto
dari beberapa spot alam yang indah. Dari panorama alamnya, terdapat
pemandangan laut, sunset, susunan bebatuan, serta pemandangan alam daratan
dengan vegetasi pantainya yang juga dapat dijadikan sebagai panorama alami di
menambah nilai daya tarik wisata pantai Batu Junjung. Pantai Batu Junjung
memiliki keindahan panorama yang indah untuk dijadikan spot foto.
Selain itu aktivitas yang bisa dilakukan di pantai Batu Junjung yakni adalah
aktivitas berenang dan rekreasi. Sebanyak 56,7% masyarakat menyatakan bahwa
pantai Batu Junjung umumnya digunakan sebagai lokasi untuk berenang, serta
sisanya sebesar 43,3 % menyatakan untuk rekreasi. Aktifitas-aktivitas wisata
tersebut sangat memungkinkan dilakukan di pantai Batu Junjung terutama karena
kedalaman pantainya yang dangkal mendukung aktivitas berenang, snorkling,
selam. Sedangkan lebar pantainya sangat mendukung untuk kegiatan rekreasi.
Hasil wawancara pengunjung sebesar 31,82% menyatakan bahwa aktivitas
yang bisa dilakukan di pantai Batu Junjung adalah berenang, serta sisanya
68,18% melakukan aktivitas rekreasi. Berdasarkan hasil wawancara tersebut,
pantai batu junjung sangat berpotensi dijadikan sebagai area berenang dan
rekreasi. Dari kedua alasan tersebut, parameter lebar pantai, kedalaman, arus serta
kecerahan perairan menjadi parameter sangat penting untuk mendukung aktivitas
berenang dan rekreasi pantai. Pantai Batu Junjung bukan hanya mendukung
13
sebagai area berenang dan rekreasi, akan tetapi memiliki keindahan panorama
alam dan susunan bebatuan yang memiliki daya tarik.
Indahnya panorama alam dan susunan bebatuan di pantai Batu Junjung harus
didukung dengan tersedianya akses jalan yang baik. Akses ke lokasi pantai Batu
Junjung menjadi parameter yang menentukan kesesuaian kawasan pantai untuk
wisata. Akses jalan yang baik akan memberikan keamanan dan kenyamanan
pengunjung pantai untuk menuju ke lokasi pantai. Akses ke lokasi pantai diakui
oleh masyarakat masih kurang baik. Data ini didukung oleh persentase masyarakat
yang menyatakan akses yang kurang baik sebanyak 53,3%. Akses jalan menuju ke
lokasi pantai Batu Junjung merupakan jalan tanah dengan lebar hanya sekitar 1,5
meter dengan semak belukar rendah. Dari kondisi akses jalan, diketahui bahwa
akses jalan belum mendukung untuk mendukung wisata pantai Batu Junjung.
Untuk responden pengunjung menyatakan 81,82% responden bahwa akses
masih kurang bagus, dan sisanya 18,18% responden manyatakan bagus. Artinya
akses menuju ke lokasi pantai Batu Berjunjung masih kurang baik untuk
selanjutnya dapat dibenahi dan diperbaiki. Jika akses jalan menuju pantai Batu
Junjung sudah baik kondisinya, akan mendukung keberlangsungan wisata pantai
di kawasan tersebut dan akan terus mengalami perkembangan. Jika dilihat dari
ketersediaan sarana jalan yang ada di pantai Batu Junjung seluruh masyarakat
maupun mengunjung menyatakan bahwa belum ada akses jalan yang
memadai.Akses jalan menuju ke lokasi wisata pantai merupakan faktor
pendukung terlaksananya aktivitas wisata. Buruknya akses jalan menuju ke suatu
wisata pantai, berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Menurut Mussadun
dan Fajriah (2014), kondisi akses jalan yang rusak dan sempit mengakibatkan
14
sulitnya wisatawan untuk mengakses wisata tersebut. Akses jalan yang baik, akan
memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke suatu lokasi wisata sehingga lokasi
tersebut akan lebih cepat dikenali khalayak ramai. Jika akses jalan dengan kondisi
yang kurang baik, pengunjung kurang tertarik untuk berkunjung.
Sebesar 90,0% menyatakan setuju jika dibuatkan pondok untuk istirahat,
sebesar 3,3% tidak setuju karena akan menggangu estetika dan kealamiahan
pantai, dan sisanya 6,7% menyatakan ragu-ragu. Namun secara keseluruhan,
masyarakat sangat setuju jika kedepannya dibuatkan pondok-pondok rekreasi
yang menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan. Menurut masyarakat setempat,
dibuatnya pondok-pondok akan menjadi daya tarik wisata, serta menjadi tempat
beristirahan pengunjung. Selain itu, keberadaan pondok-pondok tersebut dikelola
sepenuhnya oleh masyarakat kemudian disewakan untuk memperoleh penghasilan
tambahan bagi masyarakat tempatan. Akan tetapi, masyarakat juga berharap agar
pondok-pondok wisata yang dibuat tidak merusak dan menganggu kealamiahan
alam pantai Batu Junjung.
Pernyataan masyarakat juga didukung oleh penyataan pengunjung yang
seluruhnya menyatakan bahwa pengunjung setuju jika pantai Batu Junjung
memiliki daya tarik wisata, tempat rekreasi, berenang, lokasi pemotretan, serta
perlu dibangun pondok peristirahatan. Pengunjung menuturkan bahwa pantai Batu
Junjung memiliki potensi alam sebagai daya tarik wisata. Menurut pengunjung,
pantai Batu Junjung memiliki perairan yang tenang dan jernih sehingga dapat
dijadikan sebagai lokasi berenang. Lebar pantai Batu Junjung mendukung untuk
kegiatan rekreasi. Menurut pengunjung, pemandangan alam dan keindahan
susunan bebatuannya sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi pemotretan.
15
Hasil wawancara sebesar 80% masyarakat bersedia terlibat jika pantai Batu
Junjung dijadikan sebagai tempat wisata, dan sebesar 20% masyarakat belum
bersedia terlibat jika pantai Batu Junjung dijadikan sebagai tempat wisata. Dalam
hal ini, bentuk keterlibatan masyarakat sebesar 87% ingin menjadi pelaku usaha,
sedangkan sisanya 13% ingin menjadi pengelola usaha wisata pantai. Dari hasil
wawancara, masyarakat sangat mengharapkan untuk terlibat secara langsung
dalam kegiatan wisata di pantai Batu Junjung. Bentuk keterlibatan masyarakat
dalam wisata pantai didukung oleh pernyataan Ahyar dan Wardhani (2014),
bahwa kegiatan Ecotourism (ekowisata) harus dilaksanakan dengan melibatkan
masyarakat sebagai subjek utama dalam pembangunan dan pengolahannya,
sehingga masyarakat mendapatkan manfaat secara ekonomis.
Selanjutnya seluruh pengunjung menyatakan bahwa pengunjung bersedia
terlibat jika pantai Batu Junjung dijadikan sebagai tempat wisata. Dalam hal ini,
bentuk keterlibatan pengunjung sebesar 77,3% mempromosikan pantai Batu
Junjung melalui media sosial, sedangkan sisanya 22,7% promosi melalui pamflet.
Pada stasiun I, stasiun II, dan stasiun III secara keseluruhan memiliki
kesesuaian untuk pengembangan wisata pantai. Akan tetapi ketersediaan air tawar
serta keberadaan biota berbahaya pada seluruh stasiun memiliki nilai kesesuaian
yang rendah. Kedua parameter ini menjadi aspek kritis yang perlu diperhatikan
untuk pengelolaan pantai Batu Junjung. Jika pantai Batu Junjung nantinya
dikembangkan menjadi wisata pantai, ketersediaan air tawar perlu diperhatikan,
dengan cara membuat sumur-sumur baru yang lebih dekat dengan area pantai.
Sebaiknya sumber air tawar semestinya tersedia pada masing-masing stasiun agar
memudahkan wisatawan untuk memanfaatkannya.
16
Jika dilihat pada stasiun II dan III merupakan tipe pantai berbatu. Meskipun
secara nilai kesesuaian yang tergolong kurang sesuai, akan tetapi susunan
bebatuan tersebut memiliki daya tarik alam yang dapat dijadikan spot foto. Untuk
itu, dalam pengelolaan kegiatan wisata di pantai Batu Junjung dapat ditampilkan
sisi kealamiahan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing stasiun
penelitian.
Akses ke lokasi pantai Batu Junjung juga perlu diperhatikan terutama
perbaikan jalan sehingga wisatawan dapat mengakses lokasi pantai dengan
mudah. Perbaikan akses jalan diperlukan kerjasama dan partisipasi masyarakat
sekitar yang sebaiknya melibatkan dinas terkait dan perangkat desa. Untuk
keamanan berwisata, ancaman biota-biota berbahaya tersebut (bulu babi dan ikan
lepu) diantisipasi dengan membuat warning pamflet, yakni papan pengumuman
dan peringatan bagi para pengunjung pantai untuk selalu berhati-hati dalam
melakukan aktivitas wisata pantai. Pada papan pengumuman disertakan gambar-
gambar jenis biota berbahaya serta langkah pertolongan pertama yang dilakukan
jika terkena biota berbahaya tersebut.
Jika wisata pantai Batu Junjung telah berkembang, perlu dilakukan peraturan
pembatasan jumlah wisatawan perhari yang diperbolehkan mengunjung pantai
Batu Junjung. Pembatasan jumlah wisatawan dapat diperkirakan dengan analisis
daya dukung kawasan pantai Batu Junjung, sehingga kelestarian dan keindahan
pantai Batu Junjung selalu terjaga.
17
KESIMPULAN
Tingkat kesesuaian bio-fisik di kawasan pantai Batu Junjung menjadi wisata
pantai diketahui pada stasiun I memiliki kriteria sangat sesuai dengan nilai sebesar
95,23%. Pada stasiun II memiliki kriteria sesuai dengan nilai sebesar 61,90%,
sedangkan pada stasiun III memiliki kriteria sesuai dengan nilai sebesar 82,14%.
Persepsi partisipasi, dan sikap masyarakat serta pengunjung tergolong baik dan
mendukung dikembangkannya wisata pantai Batu Junjung menjadi kawasan
wisata pantai untuk berenang, panorama alami, spot pemotretan, dan rekreasi.
Namun ketersediaan sarana dan prasarana masih belum layak sehingga perlu
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah. D., 2016. Marine Tourism Development In Lampung Coastal Bay.
Destinasi Kepariwisataan Indonesia 1 (1) : 45-66.
Ahyar, dan Wardhani., 2014. Kajian Potensi Ekowisata Pesisir Nepa Kabupaten
Sampang Dengan Konsep Mangrove Park. Kelautan 7 (2) : 94-99.
Mussadun, dan Fajriah. S. D., 2014. Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk
Mendukung Pariwisata Pantai yang Berkelanjutan (Studi Kasus: Kawasan
Pesisir Pantai Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Pengembangan Wilayah dan
Kota 10 (2) : 218-233.
Rahmadi., 2015. Analisis Potensi Biofisik Dan Kesesuaian Lokasi Wisata, Pantai
Dato Kabupaten Majene. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin.
Saputra., 2014. Kesesuaian Perairan Kawal sebagai Kawasan Wisata di
Kabupaten Bintan. [Skrpsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Yulianda, F., 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya
pesisir berbasis konservasi. Makalah Seminar Sains 21 Februari 2007.
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK. IPB.
18
Yulisa. E. N, Johan. Y, dan Hartono. D., 2016. Analisis Kesesuaian Dan Daya
Dukung Ekowisata Pantai Kategori Rekreasi Pantai Laguna Desa Merpas
Kabupaten Kaur. Enggano 1 (1) : 97-111.
Yustishar. M, Pratikno. I, dan Koesoemadji., 2012. Tinjauan Parameter Fisik
Pantai Mangkang Kulon Untuk Kesesuaian Pariwisata Pantai Di Kota
Semarang. Marine Research 1 (2) : 8-16.