Post on 11-Nov-2021
PEMERINTAH KOTA TEGAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN DAERAH (BP4D) KOTA TEGAL Jalan Ki Gede Sebayu No. 3 Tegal
Telp / Faks. (0283) 351452 Kode Pos 52123
LAPORAN AKHIR
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
LOKASI KOTA TEGAL
TAHUN ANGGARAN 2017
CV. CITRA VASTU VIDYA
Jl. Dr. Cipto II No. 24 RT 01/I Kaligangsa – Kota Tegal
Telp (0283) 310677, 081548029123 & 087830032400
E-mail : citravastu_kons@yahoo.co.id
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
i
KATA PENGANTAR
Laporan Akhir Kajian Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di Kota Tegal ini
disusun oleh CV. Citra Vastu Vidya bekerjasama dengan Badan Perencanaan
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kota Tegal dalam
mewujudkan dokumen kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial sebagai
bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan terhadap rencana revitalisasi mesin
dapur induksi di Kota Tegal.
. Dalam Laporan Akhir ini telah dapat digambarkan kondisi umum pelaku
usaha Industri Kecil Menengah (IKM) logam di Kota Tegal dan kondisi eksisting
mesin dapur induksi. Hasil analisis kelayakan yang menyangkut aspek lokasi,
teknis, sosial juga ditampilkan untuk menilai kelayakan revitalisasi mesin dapur
induksi.
Untuk melengkapi dokumen kelayakan ini juga telah dihasilkan analisis
penerimaan masyarakat (stakeholder) terhadap kemungkinan dampak yang terjadi
dari keberadaan mesin dapur induksi di Kota Tegal. Dan pada bagian akhir dari
kajian ini telah dirumuskan strategi revitalisasi dan rekomendasi yang dapat
diimplementasikan seluruh stakeholder yang terlibat.
Kepada semua pihak dari dinas maupun instansi terkait yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan buku Laporan Akhir ini, diucapkan terima kasih
atas perhatian dan kerjasamanya.
Tegal, Agustus 2017
CV. CITRA VASTU VIDYA
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
ii
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
BAB 1 PENDAHULUAN I – 1
1.1. Latar Belakang I – 1
1.2. Maksud I – 3
1.3. Tujuan dan Sasaran I – 3
1.4. Ruang Lingkup I – 3
1.5. Dasar Hukum Operasional I – 4
1.6. Sistematika I – 5
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS II – 1
2.1. Pembangunan Berkelanjutan II – 1
2.2. Pembangunan Industri II – 3
2.3. Mesin Dapur Induksi dan Tanur Busur Api
Pada Industri Pengecoran Logam II – 3
2.3.1. Metode Penggunaan Tanur Busur Api II – 4
2.3.1.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan
Tanur Busur Api II – 4
2.3.1.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Busur
Api II – 6
2.3.1.3. Peralatan Pendukung Pada Tanur Busur
Api II – 8
2.3.2. Metode Penggunaan Tanur/Dapur Induksi II – 9
2.3.2.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Tanur
Induksi II – 10
2.3.2.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Induksi II – 12
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Tanur Induksi
dibandingkan Tanur Busur Api II – 12
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
iii
BAB 3 METODOLOGI III – 1
3.1. Pendekatan Umum III – 1
3.1.1. Identifikasi Pekerjaan III – 2
3.1.2. Alur Pikir Proses Penyelesaian Pekerjaan III – 2
3.2. Metode Pengumpulan Data III – 5
3.2.1. Jenis dan Sumber Data III – 5
3.2.2. Variabel Data III – 5
3.2.3. Jenis Dan Jumlah Sampel III – 6
3.3. Pengolahan Data III – 7
3.3.1. Analisis Lokasi Dapur Induksi III – 7
3.3.2. Analisis Teknis III – 8
3.3.2.1. Analisis Sarana dan Prasarana III – 8
3.3.2.2. Sistem Peralatan III -10
3.3.2.3. Sistem Pengelolaan III – 10
3.3.3. Analisis Kelayakan Finansial III – 11
3.3.4. Analisis Perbandingan Model III – 13
BAB 4 GAMBARAN UMUM IV – 1
4.1. Gambaran Umum Kota Tegal IV – 1
4.1.1. Kondisi Fisik Kota Tegal IV – 1
4.1.1.1. Letak Geografis dan Administratif IV – 1
4.1.1.2. Topografi IV – 2
4.1.1.3. Klimatologi IV – 2
4.1.1.4. Penggunaan Lahan IV – 3
4.1.2. Kondisi Makro Ekonomi IV – 4
4.1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi IV – 4
4.1.2.2. Struktur Ekonomi IV – 5
4.1.3. Kondisi Demografi IV – 6
4.2. Gambaran Umum Industri Logam Kota Tegal IV – 6
4.2.1. Deskripsi Produk IV – 6
4.2.2. Produksi IV – 8
4.2.2.1. Jenis Produksi IV – 8
4.2.2.2. Bahan Produksi IV – 8
4.2.2.3. Mesin Peralatan IV – 9
4.2.3. Sentra Industri Logam IV – 10
4.2.4. Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Logam IV – 12
4.3. Gambaran Umum Mesin Dapur Induksi Kota Tegal IV – 14
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
iv
4.3.1. Sejarah Mesin Dapur Induksi IV – 14
4.3.2. Lokasi Mesin Dapur Induksi IV – 20
4.3.3. Tata Guna Lahan dan Bangunan IV – 21
4.3.4. Kondisi Lahan dan Bangunan IV – 22
4.3.5. Peralatan Tersedia IV – 23
4.3.6. Kondisi Konstruksi Mesin Dapur Induksi IV – 24
BAB 5 ANALISIS KELAYAKAN MESIN DAPUR INDUKSI V – 1
5.1 Kelayakan Lokasi V – 1
5.1.1. Analisis Kesesuaian Lokasi dengan RTRW Kota
Tegal V – 1
5.1.2. Analisis Dampak Operasionalisasi Mesin Dapur
Induksi V – 3
5.1.3. Analisis Pengelolaan Lingkungan Hidup V – 5
5.2. Kelayakan Teknis V – 8
5.2.1. Kelengkapan Sarana dan Prasarana V – 8
5.2.1.1. Kegiatan Utama/Proses Produksi V – 8
5.2.1.2. Kegiatan Penunjang V – 10
5.2.1.3. Kegiatan Lainnya V – 11
5.2.2. Manajemen Pengelolaan V – 11
5.2.2.1. Tenaga Kerja V – 11
5.2.2.2. Pengelolaan V – 11
5.3. Kelayakan Ekonomi V – 15
5.3.1. Aspek Pasar V – 15
5.3.2. Aspek Finansial V – 15
5.3.2.1. Perkiraan Pendapatan V – 16
5.3.2.2. Perkiraan Biaya V – 17
5.3.2.2.1. Biaya Revitalisasi Mesin Dapur
Induksi V – 17
5.3.2.2.2. Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur
Induksi V – 17
5.3.2.2.3. Biaya Sarana dan Prasarana V – 18
5.3.2.2.4. Biaya Operasional V – 18
5.3.3. Kelayakan Finansial V – 19
5.3.3.1. Proyeksi Arus Kas V – 19
5.3.3.2. Kelayakan Finansial Mesin Dapur Induksi V – 27
5.4. Kelayakan Sosial V – 29
5.5. Penerimaan Masyarakat Terhadap Dampak V – 30
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
v
BAB 6 STRATEGI REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI VI – 1
6.1. Strategi Pengembangan Produksi VI – 1
6.1.1. Pengujian Kembali Mesin Dapur Induksi VI – 1
6.1.2. Pengembangan Produksi Massal VI – 2
6.2. Strategi Pengembangan Pasar VI – 3
6.2.1. Pengembangan Kemitraan Pasar VI – 3
6.2.2. Pengembangan Promosi Produk/Jasa VI – 4
6.3. Strategi Pengembangan Permodalan VI – 5
6.4. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia VI – 5
6.5. Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup VI – 6
BAB 7 PENUTUP VII – 1
7.1. Kesimpulan VII – 1
7.2. Rekomendasi VII – 2
LAMPIRAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
vi
DAFTAR TABEL
Keterangan Halaman
3.1. Variabel Data III – 6
3.2. Jumlah Sampel III – 7
4.1. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan IV – 3
4.2. Luas Penggunaan Lahan menurut Kecamatan IV – 3
4.3. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (ADHK) IV – 4
4.4. Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha IV – 5
4.5. Banyaknya Penduduk dan Kepadatan IV – 6
4.6. Jenis Produk Logam di Kota Tegal IV – 8
4.7. Bahan Baku Industri Logam Tegal IV – 9
4.8. Mesin dan Peralatan Industri Logam Kota Tegal IV – 10
4.9. Sentra Industri Kecil dan Menengah Logam Kota Tegal IV – 11
4.10. Rincian Tata Guna Bangunan IV – 22
4.11. Peralatan Tersedia IV – 23
5.1. Kesesuaian Lokasi Mesin Dapur Induksi dengan Peraturan Zonasi V – 2
5.2. Dampak Kualitas Udara dan Kebisingan V – 3
5.3. Dampak Kualitas Air Permukaan V – 4
5.4. Dampak Limbah Padat V – 4
5.5. Dampak Lingkungan Biologi V – 5
5.6. Dampak Gangguan Lalu Lintas V – 5
5.7. Pengelolaan Lingkungan Hidup V – 6
5.8. Sarana dan Prasarana Proses Produksi V – 9
5.9. Sarana dan Prasarana Penunjang V – 10
5.10. Kebutuhan Tenaga Kerja V – 11
5.11. Kelebihan dan Kekurangan Pengelola mesin Dapur Induksi V – 14
5.12. Harga Produk Industri Logam V – 16
5.13. Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi V – 17
5.14. Biaya Sarana dan Prasarana Revitalisasi Mesin Dapur Induksi V – 18
5.15. Biaya Produksi Mesin Dapur Induksi V – 19
5.16. Biaya Non Produksi Mesin Dapur Induksi V – 19
5.17. Proyeksi Arus Kas (Produksi Optimis) V – 21
5.18. Proyeksi Arus Kas (Produksi Moderat) V – 23
5.19. Proyeksi Arus Kas (Produksi Pesimis) V – 25
5.20. Tingkat Kelayakan Finansial Revitalisasi Mesin Dapur Induksi V – 26
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
vii
5.21. Dampak Peningkatan Sarana dan Prasarana Sosial V – 29
5.22. Dampak Peningkatan Pesempatan Kerja dan Peluang Berusaha V – 30
5.23. Penerimaan Masyarakat Terhadap Dampak V – 31
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
viii
DAFTAR GAMBAR
Keterangan Halaman
2.1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan II – 2
2.2. Tanur Induksi II – 11
3.1. Alur Proses Penyelesaian Pekerjaan III – 4
3.2. Gap Analysis III – 15
4.1. Peta Administratif IV – 2
4.2. Jumlah IKM Kecamatan Tegal Timur IV – 12
4.2. Jumlah IKM Kecamatan Margadana IV – 12
4.4. Jumlah IKM Kecamatan Selatan IV – 13
4.5. Jumlah IKM Kecamatan Tegal Selatan IV – 13
4.6. Lokasi Mesin Dapur Induksi IV – 21
4.7. Bangunan Mesin Dapur Induksi IV – 22
4.8. Peralatan Tersedia IV – 24
5.1. Rencana Pola Ruang Kota Tegal V – 2
5.2. Proses Produksi Mesin Dapur Induksi V – 9
5.3. Pangsa Pasar Mesin Dapur Induksi V – 15
5.4. Tingkat Kesenjangan Penerimaan Masyarakat V – 32
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 1
PENDAHULUAN
Globalisasi dan terbukanya pasar global membuat kondisi persaingan
usaha semakin ketat. Hal ini karena globalisasi dan perdagangan bebas menuntut
pelaku usaha untuk memproduksi barang ke tingkat efisiensi dan produktivitas
yang paling tinggi dalam mendapatkan daya saing untuk masuk ke pasar global.
Kondisi ini tentunya membawa konsekuensi pada upaya meningkatkan
produktivitas agar pelaku industri ini mampu mengelola sistem produksi dengan
baik, meningkatkan efisiensi sumber daya yang digunakan, meningkatkan kualitas
produk dan memenuhi target permintaan konsumen.Secara positif, peluang yang
timbul dari perdagangan bebas tersebut adalah makin terbukanya pasar
internasional bagi hasil-hasil produksi dalam negeri, terutama produk yang
memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
Dampak globalisasi nyatanya tidak hanya berpengaruh pada industri-
industri besar yang ada di kota-kota besar saja, namun terasa juga di kota-kota
kecil. Seperti yang terjadi di Kota Tegal, banyak industri di Kota Tegal yang
akhirnya mau tak mau harus siap berhadapan dengan tantangan adanya
perdagangan bebas sebagai dampak globalisasi tersebut.
Salah satu produk industri andalan Kota Tegal adalah produk kerajinan
logam, khususnya pembuatan barang-barang yang terbuat dari logam, baik
alumunium, kuningan, tembaga, maupun besi. Potensi Industri Kecil Menengah
(IKM) logam di Kota Tegal ini terbilang sangat besar, hal ini bisa dilihat dari
banyaknya jumlah IKM logam yang ada kurang lebih 126 unit usaha dengan
penyerapan tenaga kerja mencapai 535 orang. Kerajinan logam di Kota Tegal
yang telah mengalami masa kejayaan di tahun 1982 dengan diresmikannya
Lingkungan Industri Kecil (LIK) Talang Cempaka Baru (Takaru) dalam
BAB
1
1.1. LATAR BELAKANG
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 2
perkembangannya semakin tergeser. Hal ini karena teknologi yang digunakan
masih menggunakan teknologi kuno, sudah tidak sesuai dengan perkembangan
zaman. Barang-barang yang dihasilkan pun bermutu rendah, mudah keropos dan
mudah patah.
Melihat kenyataan diatas, pada tahun 2007 melalui Departemen
Perindustrian, Pemerintah Kota Tegal mendapatkan bantuan peralatan Dapur
Induksi. Penggunaan dapur induksi pada industri pengecoran logam memiliki
beberapa kelebihan antara lain hasil peleburan yang bersih, mudah dalam
mengatur dan mengendalikan temperature/suhu, komposisi cairan homogen, dan
dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material.Sebagai pendampingan
bantuan tersebut, Pemerintah Kota Tegal juga menyediakan gedung, Generator
set kapasitas 350 kva, Travo 460 v, hois crane yang konstruksinya berkapasitas
1000 kg.
Pada tahun 2012 dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah No : 4/2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, maka kegiatan industri harus dialihkan ke
wilayah peruntukan industri. Selanjutnya agar tidak menyalahi aturan maka pada
tahun 2013 melalui APBD Kota Tegal, Pemerintah Kota Tegal membangun
kembali gedung Dapur Induksi seluas ± 400 m dengan dana sebesar Rp
539.000.000 dan semua peralatan Dapur Induksi pun dipindahkan ke lokasi baru
yang berada di Jalan Mataram Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat.
Sejak dibangun gedung Dapur Induksi yang baru dari yang semula
berlokasi di Jalan Cempaka Nomor 17 oleh Pemerintah Kota Tegal sekaligus
pemindahan Dapur Induksi dan peralatan lain, sampai saat ini Dapur Induksi
belum bisa dioperasikan. Padahal jika Dapur Induksi sudah beroperasi akan
sangat membantu IKM logam, mengingat sebagian besar IKM logam di Kota
Tegal masih menggunakan Dapur Tradisional.
Melalui Kajian Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal merupakan
bentuk upaya Pemerintah Kota Tegal dalam merencanakan revitalisasi mesin
dapur induksi yang layak berdasarkan kebijakan lokasi dan teknis yang ada,
mampu memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 3
Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal ini
dimaksudkan untuk menyediakan dokumen kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi
dan sosial sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan terhadap
rencana revitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.
Tujuan Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal ini
adalah :
a. Mengidentifikasikan kondisi riil dan permasalahan mesin dapur indusksi di
Kota Tegal.
b. Menganalisis kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial dalam
merevitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.
c. Merumuskan strategi revitalisasi mesin dapur induksi dalam jangka pendek,
menengah, dan panjang.
Sedangkan sasaran yang hendak dicapai adalah :
a. Teridentifikasinya informasi tentang isu-isu strategis bagi berlangsungnya
operasionalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.
b. Meningkatnya pengelolaan lingkungan hidup sebagai dampak dari
keberadaan mesin dapur induksi di lokasi yang baru.
c. Meningkatnya produksi dan produktivitas industri logam yang memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif.
d. Sebagai bahan pengambilan kebijakan bagi Pemerintah Daerah Kota Tegal
terkait revitalisasi mesin dapur induksi yang berkelanjutan.
Ruang lingkup Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota
Tegal dibatasi pada beberapa pokok bahasan, antara lain :
a. Lingkup Lokasi
1) Lingkup lokasi dan teknis dibatasi pada komponen lingkungan di sekitar
lokasi kegiatan yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.
1.2. MAKSUD
1.3. TUJUAN DAN SASARAN
1.4. RUANG LINGKUP
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 4
2) Lingkup ekonomi meliputi seluruh sentra Industri Kecil Menengah (IKM)
Logam sebagai pelaku usaha yang terkena dampak ekonomi atas
keberadaan mesin dapur induksi Kota Tegal
3) Lingkup sosial meliputi seluruh masyarakat Kota Tegal yang secara
langsung maupun tidak langsung terkena dampak sosial atas keberadaan
mesin dapur induksi Kota Tegal
b. Lingkup Materi
Sedangkan lingkup materi dalam Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur
Induksi Kota Tegal dibatasi pada :
1) Kelayakan Lokasi dan Teknis
Menyangkut variabel demand and supplay penggunaan lahan existing
yang ada dengan didasarkan pada kebijakan rencana tata ruang wilayah
pengelolaan lingkungan hidup Kota Tegal.
2) Kelayakan Ekonomi
Menyangkut variabel manfaat ekonomi dari kegiatan operasional mesin
dapur induksi Kota Tegal bagi pelaku usaha logam di Kota Tegal.
3) Kelayakan Sosial
Menyangkut variabel manfaat sosial dari kegiatan operasional mesin
dapur induksi Kota Tegal bagi masyarakat di Kota Tegal.
a. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan
Nasional
c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025
d. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
e. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah
f. Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1.5. DASAR HUKUM OPERASIONAL
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 5
g. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
h. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
i. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
j. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
k. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035
l. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 78/M-IND/PER/9/2007 tentang
Peningkatan Efektivitas Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Melalui
Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product – OVOP) di
Sentra
n. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2025.
o. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tegal Tahun 2005 – 2025;
p. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011 – 2031;
q. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tegal Tahun 2013 – 2018;
Sistematika Kajian Kelayakan Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
ini disusun berdasarkan pokok bahasan dari rencana penyelesaian pekerjaan
yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup pekerjaan, dasar hukum operasional serta sistematika
penyusunan.
1.6. SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
I - 6
BAB II. KEBIJAKAN DAN KONSEP
Berisi tentang kebijakan pembangunan industri yang berkelanjutan baik
dari sisi teknis, ekonomi maupun sosial, serta konsep pengecoran
logam dengan metode induksi.
BAB III. METODOLOGI
Berisi tentang identifikasi pekerjaan, alur pikir proses penyelesaian
pekerjaan, metode pengumpulan dan jenis data serta perencanaan
metode analisis yang digunakan.
BAB IV. GAMBARAN UMUM
Berisi tentang gambaran umum lokasi dan mesin dapur induksi, sentra
Industri Kecil Menengah (IKM) Logam serta kondisi sosial masyarakat
Kota Tegal.
BAB V. ANALISIS KELAYAKAN MESIN DAPUR INDUSKSI
Berisi tentang analisis kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial
dalam revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.
BAB VI. STRATEGI REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI KOTA TEGAL
Berisi tentang strategi dan kebijakan revitalisasi mesin dapur induksi
dalam rangka pengembangan sentra logam Kota Tegal.
BAB VII. PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi Kajian Kelayakan
Revitaliasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 1
KEBIJAKAN DAN KONSEP
Konsep pembangunan berkelanjutan pada dasarnya menekankan pada
konsep pembangunan ekonomi, kualitas lingkungan dan kesetaraan sosial. Jadi
pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang akan
memenuhi kebutuhan generasi sekarang dengan tetap mempertimbangan
kebutuhan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ketiga
dimensi dari pembangunan berkelanjutan ini disebut sebagai the triple
bottom line. Ketiga dimensi ini harus mendapatkan perhatian yang sama dan tidak
akan berguna jika dilaksanakan sendiri-sendiri.
Oleh karena itu pembangunan atau pemanfaatan sumberdaya alam yang
lestari yang dapat dirasakan tidak hanya generasi sekarang tapi juga generasi
yang akan datang menjadi sangat penting. Ide utama dari kelestarian adalah
keputusan penggunaan sumberdaya alam sekarang tidak menyebabkan
perusakan terhadap kualitas hidup generasi yang datang. Ide di atas menekankan
pada konsep ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk
pembangunan yang lestari atau berkelanjutan. Pendekatan ekologi berarti
menjaga ketahanan dan kekokohan sistem biologi dan fisika. Pembangunan
berkelanjutan berarti menjaga proses ekologi yang penting dan sistem pendukung
kehidupan, seperti menjaga keaneka-ragaman genetik dan pemanfaatan
ekosistem yang berkelanjutan.
Tiga pendekatan untuk pembangunan berkelanjutan, yaitu (1) ekonomi –
memaksimumkan pendapatan dengan tetap menjaga atau meningkatkan
sumberdaya; (2) ekologi – menjaga perusakan dan gangguan terhadap sistem
BAB
2
2.1. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 2
biologi dan fisik lingkungan; dan (3) sosial buadaya – menjaga stabilitas sistem
sosial dan budaya.
Dalam pendekatan ekonomi, selalu diusahakan peningkatan efisiensi, agar
pemanfaatan sehemat-hematnya sumberdaya akan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya dengan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan. Dalam
pendekatan ekologi stabilitas, keaneka-ragaman dan gangguan lingkungan harus
terus dipantau sehingga kerusakan lingkungan akan terus dapat diminimalkan.
Pendekatan sosial budaya dengan melakukan pemberdayaan terhadap
masyarakat, selalu menjaga kesetaraan dan mengurangi kesenjangan dalam
masyarakat dan akhirnya menjaga stabilitas kondisi sosial budaya dalam
masyarakat.
Gambar 2.1.
Konsep Pembangungan Berkelanjutan
Produktif
Ramah Lingkungan Menguntungkan Secara
Sosial Ekonomi
ASPEK TEKNOLOGI
PRODUKSI
ASPEK SOSIAL DAN
EKONOMI
ASPEK SDA DAN
LINGKUNGAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 3
Untuk kriteria yang dapat digunakan untuk melihat keberlanjutan suatu
kegiatan industri dapat menggunakan 5 kriteria keberlanjutan. Kriteria tersebut
adalah produktifitas sumberdaya radikal, investasi pada sumberdaya alam, desain
yang berwawasan lingkungan, jasa dan arus ekonomi dan konsumsi yang
bertanggung-jawab.
Kriteria yang pertama menunjukkan penggunaan sumberdaya alam yang
diusahakan agar semakin efisien, sehingga sumberdaya lebih maksimal
digunakan dan laju penggunaan sumberdaya dapat ditekan walaupun tetap
memenuhi kebutuhan manusia.
Kriteria kedua menunjukkan bahwa industri menggunakan, memelihara dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Kriteria ketiga, industri terus mengusahakan untuk meminimalkan membuang
limbahnya ke lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
pengolahan limbah dan penggunaan kembali limbah.
Kriteria keempat menunjukkan industri akhirnya akan meningkatkan jasanya,
tidak hanya memproduksi barang. Jika produk dari industri sudah tidak
digunakan, maka industri akan mengumpulkannya kembali untuk didaur ulang
dan dikembalikan ke proses produksi.
Dan kriteria kelima menyangkut konsumsi, industri mempunyai tanggung
jawab untuk memberikan informasi kepada konsumen untuk memanfaatkan
produknya dengan baik dan bertanggungjawab terhadap produk yang sudah
dapat dimanfaatkan kembali agar tidak hanya menambah limbah padat yang
dibuang ke lingkungan.
Pembuatan baja dalam dapur listrik merupakan cara yang paling baik dan
menguntungkan dibandingkan dengan cara-cara lainnya. Prinsip kerja dapur listrik
adalah energi listrik diubah dengan bermacam-macam cara menjadi energi panas
untuk memanaskan dan mencairkan logam.
2.2. PEMBANGUNAN INDUSTRI
2.3. MESIN DAPUR INDUKSI DAN TANUR BUSUR API PADA INDUSTRI
PELEBURAN LOGAM
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 4
Pembuatan baja dalam dapur listrik mempunyai banyak keunggulan yaitu :
Temperatur yang dicapai cukup tinggi (dapat mencapai 2000oC) sehingga
mampu untuk mencairkan logam-logam paduan yang titik cairnya tinggi,
misalnya paduan chrom, molybdenum, nikel, tungsten dan lain-lain.
Bekerja dengan menghasilkan terak yang banyak (sampai 55 - 60% CaO),
lagi pula dapat menghilangkan unsur-unsur yang merugikan terhadap sifat-
sifat baja seperti Phosfor (P) dan Sulfur (S).
Terutama pada induction furnace akan diperoleh deoksidasi dan degasifikasi
dari pada baja.
Menghasilkan cairan dengan kualitas tinggi dan efisiensi yang tinggi dengan
material yang hilang terbakar yang minimum serta kemudahan dalam
pengendalian temperatur cairan logam
Sedangkan kekurangan pembuatan baja dari dapur induksi antara lain :
Harga pengadaan tanur yang mahal (investasi yang besar)
Biaya energi yang tinggi merupakan kekurangan dalam penggunaan tanur
listrik.
2.3.1. Metode Penggunaan Tanur Busur Api
2.3.1.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Tanur Busur Api
Tanur ini digunakan untuk proses peleburan, pemurnian dan untuk proses
penahanan cairan logam pada temperatur tertentu (holding furnace). Tanur ini
biasanya memiliki kapasitas untuk menampung cairan logam sebanyak 5 – 25
ton. Keuntungan dari penggunaan tanur busur api adalah:
Busur api yang terbentuk merupakan sumber panas tanpa resiko terkena
kontaminasi, sehingga kemurnian cairan logam dapat terjaga.
Penggunan panas dapat dikendalikan dengan mudah
Efisiensi panas sangat baik sekitar 70%, disamping muncul biaya yang tinggi
akibat kebutuhan listrik merupakan kerugian dari penggunaan tanur jenis ini.
Lapisan udara diatas cairan logam mudah untuk dikendalikan
Kehilangan (losses) bahan paduan seperti crom, nikel, dan tungsten yang
rendah.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 5
Material logam dapat mencair karena adanya elektroda yang dihubungkan
dengan rangkaian listrik (electrical circuit) yang akan membentuk suatu busur api
yang akan mencairkan logam. Tanur busur api menggunakan tiga buah elektrode
yaitu sesuai dengan jumlah phase dari aliran listrik yang digunakan. Arus yang
digunakan adalah arus bolak-balik 3 phase ( 3 alternating current). Pada tanur
busur api ini bahan isian akan dipanaskan dan dicairkan oleh adanya radiasi dari
busur listrik (electric arc) yang terjadi antara electrode-electrode yang digunakan.
Pada instalasi tanur busur api ini digunakan step-down transformer yang berguna
menurunkan tegangan (voltage) aliran listrik yang tinggi yang akan digunakan
memanaskan dan mencairkan bahan isian.
Tanur busur api memiliki lapisan baja berbentuk silinder dengan landasan
berbentuk lengkung atau datar yang ditopang rol penahan yang memungkinkan
tanur untuk dimiringkan. Sebagai gambaran, tanur busur api yang memiliki
kapasitas 10 ton memiliki diameter luar sebesar 3 meter, diameter dalam bahan
tahan api sebesar 2,4 meter, tinggi 2,25 meter dan memiliki lapisan baja setebal
25 mm , sedangkan power input sebesar 850 kva sampai dengan 30.000 kva.
Prinsip dasar pemanasan material pada tanur busur api adalah panas
timbul akibat adanya tahanan (resistansi) saat arus listrik mengalir. Dalam hal ini,
logam yang dimuatkan dalam tanur yang akan memberikan tahanan terhadap
arus listrik. Saat logam mencair, terak akan memberikan tahanan pada aliran arus
listrik. Untuk mempertahankan pemberian panas saat logam telah mencair,
elektroda harus diangkat sehinnga elektroda tersebut hanya menyentuh
permukaan lapisan terak.
Panas dihasilkan oleh loncatan electron (busur api) dengan aliran listrik
dengan adanya aliran listrik ini maka, akan menimbulkan aliran induksi dalam
cairan yang akan menyebabkan terjadinya gerak cairan,sehingga homogenisasi
cairan dapat terjadi. Elektodenya dibuat dari bahan Carbon atau grafit dimana
elektrode dari bahan grafit lebih menguntungkan sebab lebih tahan terhadap
temperatur tinggi. Ketiga elektrode yang digunakan, semakin lama akan semakin
pendek di bagian ujung bawahnya disebabkan panas yang terjadi pada ujung
tersebut. Pada saat operasi/bekerja, ketiga elektrode diturunkan secara bersama
sama hingga menyinggung bahan isian. Agar terbentuk busur api, tiga elektroda
dipasang secara vertical dalam formasi segitiga.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 6
Elektroda dikelilingi pendingin dan penutup untuk mendinginkan dan
mengurangi gas yang keluar lewat elektroda. Ketiga elektroda yang digunakan
dapat dinaikan atau diturunkan secara otomatis dengan menggunakan perangkat
pengendali listrik atau hidrolik. Sistem kendali manual dan otomatis digunakan
untuk menaikkan, menurunkan, dan menggeser elektroda saat proses peleburan
berlangsung. Jika elektrode tersebut sudah pendek, perlu diganti yang baru.
Proses Pemuatan Saat proses pemuatan penutup tanur dibuka, dan
setelah material dimuatkan kedalam tanur, kemudian penutup ditutup kembali,
elektroda diturunkan , dan aliran listrik diberikan. Elektroda diturunkan sampai
dasar sampai cairan logam mulai terkumpul dan mulai naik. Elektroda kemudian
dinaikan secara bertahap seiring dengan kenaikan permukaan cairan logam.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari proses peleburan dengan
menggunakan tanur busur api dapat dicapai dengan melakukan proses
perencanaan dan pengendalian pemuatan yang baik. Secara umum komposisi
pemuatan adalah sebagai berikut :
Bahan baku dengan ukuran besar/tebal sebanyak 40%
Bahan baku dengan ukuran medium sebanyak 40%
Bahan baku dengan ukuran kecil sebanyak 20%
Penggunaan sistem saluran dengan ukuran yang besar ( tebal ) akan
mengakibatkan proses peleburan menjadi semakin lama. Pemuatan bahan baku
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Distribusikan bahan baku pada seluruh permukaan tanur
Hindari bahan baku yang terkumpul dibawah elektroda
Akan lebih mudah apabila bahan baku dengan ukuran kecil diletakan diatas
bahan baku yang besar/tebal.
2.3.1.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Busur Api
Proses peleburan baja dengan tanur busur api terbagi menjadi dua proses,
yaitu proses terak asam dan proses terak basa. Terak asam pada dasarnya
mengandung Silika yang terdapat dalam ikatan ikatan kimia FeMnS (iron
manganese silicate).Terak ini terbentuk akibat reaksi oksidasi. Pada tahapan ini
terjadi proses pemurnian dari cairan logam yang dilakukan dengan pengendalian
dalam penghilangan (reduksi) beberapa unsur seperti carbon, mangan dan silicon
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 7
melalui proses oksidasi. Proses penghilangan phosphor dan sulfur sulit dilakukan.
Pengontrolan kandungan kedua unsur tersebut hanya dapat dilakukan dengan
pemilihan secara ketat bahan yang dimuat, dimana bahan yang dimuat harus
memiliki kandungan rendah dari kedua unsur tersebut.
Pada proses terak basa, perhatian pada kandungan sulfur dan phosphor
tidak perlu dilakukan selama kedua unsur tersebut dapat dikurangi/dihilangkan
dengan pemilihan material yang tepat. Pada peleburan baja paduan, dapat
dilakukan dengan melakukan pemuatan menggunakan bahan baku dengan
kandungan karbon yang rendah, dan untuk mencapai kandungan kimia akhir
dilakukan dengan menambahkan bahan paduan.
Pada tahap ini untuk pengikatan terak dilakukan dengan penambahan bijih
besi dan batu kapur yang ditambahkan pada saat pemuatan awal atau pada saat
bahan baku telah mencair. Penambahan bijih besi dan batu kapur saat awal
proses peleburan dapat mengakibatkan hilangnya unsur phosphor. Yang harus
diperhatikan pada pemberian bijih besi dan batu kapur adalah :
Kedua bahan tersebut dapat memperlambat proses peleburan
Hindari saat pemasukan kedua bahan tersebut dibawah busur api yang juga
akan merusak elektroda.
Pemberian bijih besi tergantung dari kebersihan skrap yang digunakan
Pemberian batu kapur bervariasi, berkisar antara 2% - 5 % dari total bahan
baku yang digunakan, tergantung dari kandungan sulphur dan phosphor yang
akan dihilangkan. Komposisi aktual dari terak yang terbentuk pada saat
pendidihan tergantung dari kandungan carbon pada cairan logam serta
proses desulphurisasi dan dephosporisasi.
a. Tahap Pencarian
Yaitu tahap pertama peleburan dimana bahan baku pada diubah menjadi
material cair hingga temperature 15500C – 16000C. Disini reaksi-reaksi dalam
terhadap elemen-elemen yang dikandungnya (C, Mn, S, Si, P, Cr) mulai
berlangsung dengan pembubuhan besi oksid , sebagai pereaksi.
Fe3O4 -----------> 4 FeO
Fe2O3 -----------> 3 FeO
Perhatikan persamaan-persamaan reaksi berikut ini :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 8
• C + FeO -----------> Fe + CO ( belum terjadi pendidihan )
• Si + 2 FeO -----------> SiO2 + 2 Fe
• Mn + FeO -----------> MnO + Fe ( terjadi pada temperatur relative rendah )
• 2 P + 5 FeO -----------> 5 Fe + P2O5
• 2 Cr + 3 FeO -----------> Cr2O3 + 3 Fe
Tahap ini berlangsung selama 1,5 jam dan diakhiri dengan pembuangan
terak.
b. Tahap Pembersihan
Dilakukan dengan pembubuhan bahan pembawa CaO dan FeO sebanyak 3%
- 4% dari seluruh berat bahan baku. Pada temperatur tinggi, reaksi C + FeO --
--> Fe + CO akan mengakibatkan terjadi pendidihan. Penambahan CaO akan
terjadi pengikatan elemen Cr, V, Ni, W, Al, Zn dan B menjadi terak. Lama dari
tahap ini sekitar 30 menit setelah pembersihan ini akan menghasilkan :C turun
sampai 0,5%, Si < 0,1%, Mn < 0,1%, P = 0,02 %, S = 0,04 %, Cairan
mengandung O2 yang tidak mengambil kotoran ( tidak ada yang dioksidasi ).
c. Tahap Penyelesaian
Tujuan tahap ini adalah untuk :
• Menyingkirkan O2 dari cairan
• Penataan susunan komposisi
• Desulfurisasi akhir
• Pencapaian temperature ideal untuk penuangan
• Penyingkiran sisa-sisa deoksidasi
• Deoksidasi akhir
Pada tahap ini temperature dinaikan hingga 16500C – 17000C, dan
membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
2.3.1.3. Peralatan Pendukung Pada Tanur Busur Api
Peralatan pendukung pada tanur busur api antara lain :
a. Pendingin air, digunakan pada tanur busur api untuk mendinginkan bagian-
bagian penting dari tanur, yaitu: pemegang, lengan dan penjepit elektroda,
bagian penutup tanur, aerah sekitar pintu
b. Peralatan preheating (pemanasan awal) material yang akan dilebur, dilakukan
dengan menggunakan gas alam atau bahan bakan cair lainnya, akan
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 9
mengurangi penggunaan energi listrik saat proses peleburan. Dengan
dilakukan pemanasan awal akan mengurangi waktu peleburan serta akan
mengurangi oksida – oksida dari bahan baku yang kemudian akan
memperpanjang usia bahan pelapis tanur dan elektroda.
c. Penghisap debu dan asap, sebagai peralatan pendukung pada tanur busur
api:
Ventilasi (saluran udara) digunakan untuk memisahkan debu dan asap
Pengisap debu dan asap yang di pasang langsung diatas tanur
Penghisap debu dan asap yang menutupi permukaan tanur
Penghisap debu dan asap berbentuk canopy
2.3.2. Metode Penggunaan Tanur Induksi
Secara umum tanur induksi digolongkan sebagai tanur peleburan (melting
furnace) dengan frekuensi kerja jala-jala (50 Hz) sampai frekuensi tinggi (10000
Hz) dan tanur penahan panas (holding furnace) yang bekerja pada frekuensi jala-
jala. Prinsip kerja induction furnace hampir sama dengan kerja transformator,
dimana ada lilitan litsrik berfrekuensi tinggi, maka akan didapatkan/timbul arus
induksi dalam lilitan sekunder yang terdiri dari crucible dan isian logam cair.
Arus induksi memanaskan dan mencairkan bahan isian. Pemilihan
frekuensi kerja tanur peleburan sangat erat hubungannya dengan material yang
dilebur maupun kapasitas peleburan, mengingat frekuensi kerja tersebut akan
mengakibatkan terjadinya gejolak cairan (stiring) selama proses peleburan
dengan tinggi puncak yang berbeda-beda. Sedangkan semakin tinggi frekuensi
kerja maka akan naik pula kapasitas peleburan. Dengan demikian kompromi
antara kebutuhan kapasitas dengan akibat yang akan ditimbulkan oleh gejolak
cairan terhadap material perlu dilakukan.
Tanur penahan panas berfungsi sebagai tempat penyimpanan cairan,
sehingga memerlukan daya yang relative kecil namun memiliki kapasitas yang
sangat besar. Proses peleburan dengan menggunakan tanur jenis ini dapat
dilakukan, namun harus selalu diawali dengan bahan cair dan pemasukan bahan
padat yang dihitung sedemikian rupa agar tidak terjadi pembekuan didalam tanur.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 10
2.3.2.1. Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Tanur Induksi
Prinsip pemanasan pada benda yang diletakkan diantara medan
electromagnetic arus bolak-balik akan ditembus oleh medan listrik induksi
mengakibatkan naiknya temperatur bahan. Laju kenaikkan temperature akan
berbeda-beda untuk setiap jenis maupun ukuran bahan sebab resistansi dari
setiap bahan tersebut berbeda.
Sebatang silinder logam diletakan pada sebuah kumparan yang dialiri arus
bolak-balik, maka medan magnet yang terbentuk oleh kumparan akan
menimbulkan arus induksi pada silinder logam. Silinder logam menjadi panas oleh
energi panas joule yang timbul akibat lompatan electron dari arus induksi yang
terhambat oleh resistansi dari logam.
Pada pemanasan dengan induksi gelombang magnetis dipancarkan dari
kumparan kepermukaan benda serta menembus benda tersebut hingga
kedalaman tertentu, maka sepanjang penampang medan magnit ini akan timbul
arus induksi.
Dilihat dari prinsip kerjanya maka tanur induksi dikategorikan menjadi :
• Tanur induksi saluran
• Tanur induksi krus
Pada umumnya tanur induksi saluran digunakan sebagai alat penahan
panas cairan (holding furnace), sedangkan untuk keperluan peleburan tanur
induksi yang digunakan adalah jenis krus. Krus terbuat dari bahan refractory yang
dipadatkan dan disinter di dalam tanur tersebut.
Diameter krus yang terlalu besar mengakibatkan panas akan terserap
terlalu banyak oleh bagian cairan yang tidak terjangkau induksi. Sehingga laju
pemanasan cairan akan menjadi terlalu lambat. Sebaliknya bila diameter krus
terlalu kecil, akan terjadi overheat pada cairan karena laju pemanasannya terlalu
tinggi.
Pemanasan tanur induksi efisiensi akan semakin tinggi pada bahan baku
yang lebih besar tanpa dipengaruhi oleh frekuensi kerjanya. Pada awal proses
peleburan selalu dipilih bahan baku dengan dimensi mendekati diameter dalam
krus. Muatan awal ini minimum harus dapat mengisi 20% dari kapasitas tanur.
Penggunaan tanur induksi frekuensi jala-jala, untuk peleburan dari bahan padat
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 11
hanya dapat dimulai dengan muatan awal yang dibuat sebagai balok yang massif
(starting block). Untuk menghindari pemakaian starting block harus disisakan
sebanyak 1/3 dari kapasitas tanur sebagai muatan awal. Hal ini disebabkan oleh
besarnya kedalaman penetrasi sehingga membutuhkan bahan baku berukuran
besar. Tanur dengan frekuensi lebih tinggi (frekuensi medium) diawali dengan
bahan baku berukuran kecil. Selama bahan belum mencair, setiap potongan
bahan akan terjadi arus induksi yang mengakibatkan naiknya temperatur
potongan bahan tersebut. Laju kenaikan temperatur lebih tinggi pada potongan
bahan yang paling dekat dengan kumparan. Bahan baku yang telah mencair
dipanaskan terus hingga mencapai temperatur ideal proses peleburan. Pada saat
ini akan terjadi gejolak cairan (steering) akibat adanya gaya yang timbul dari
medan induksi dan bergerak secara pheryperal.
Gejolak cairan ini pada proses peleburan menjadi hal yang
menguntungkan, dimana akan terjadi distribusi temperature maupun
homogenisasi paduan yang baik didalam cairan terutama pada saat dilakukan
rekarburisasi. Namun demikian gejolak yang besar juga akan meningkatkan laju
oksidasi serta erosi pada lining. Oleh karena itu rancangan tanur induksi untuk
peleburan bahan tertentu harus memperhatikan fenomena tersebut.
Gambar 2.2.
Tanur Induksi
Keterangan :
1. Melt
2. Water Cooled Coil
3. Yokes
4. Crucible
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 12
2.3.2.2. Proses Peleburan Dengan Tanur Induksi
Berikut diuraikan langkah operasi peleburan induksi beserta ilustrasinya :
a. Memasukan bahan dasar
b. Pemanasan awal kurang lebih selama 15 menit dengan pemberian beban 10
kW.
c. Pemberian beban 60 – 120 kW
d. Setelah bahan mulai mencair, masukan bahan selanjutnya
e. Penambahan beban 120 – 190 kW (full power), hingga seluruh bahan
mencair.
f. Masukan bahan paduan
g. Ukur temperatur cairan sebelum pengambilan sampel
h. Pengambilan sampel pada temperatur kesetimbangan, kemudian periksa
komposisi dari sampel ke laboratorium.
9. Penahanan temperatur sedikit diatas temperatur didih dengan pembebanan
60 kW.
10. Lakukan koreksi, bila komposisi belum mencapai target yang diinginkan.
Naikan temperatur sampai temperatur taping yang diinginkan, periksa
temperatur
11. Tapping
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Tanur Induksi dibandingkan Tanur Busur
Api
Kelebihan penggunaan tanur induksi dibandingkan dengan tanur busur api
adalah :
a. Tidak menggunakan elektrode sehingga mengurangi karburasi yaitu
masuknya karbon ke dalam baja.
b. Pengontrolan selama operasi lebih mudah.
c. Terjadi sirkulasi logam cair sehingga mempercepat reaksi kimia yang terjadi.
d. Baja yang dihasilkan lebih homogen.
Sedangkan kekurangan penggunaan tanur induksi dibandingkan dengan
tanur busur api adalah :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN ANTARA
II - 13
a. Daya yang diperlukan dari frekuensi arus yang disediakan pada kumparan
induktor tergantung pada kapasitas crucible (diameternya) dan jenis bahan
isiannya.
b. Inductioan furnace biasanya beroperasi pada arus dengan frekuensi 500 -
2500 Cps (dapur kapasitas besar beroperasi pada fkrekuensi rendah). Rating
generator yang digunakan bervariasi dari 0,4 - 1 KW/kg bahan isian.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 1
METODOLOGI
Pembangunan industri dan upaya pelestarian lingkungan masih sering
dilihat seperti dua sisi koin yang bertentangan. Padahal apabila mau disadari,
aspek industri dan lingkungan hidup bisa berjalan secara sinergis maupun
sinkronis untuk mencapai suatu tujuan. Peningkatan kualitas lingkungan, akan
sangat membantu sektor industri dalam membangun daya saingnya, begitu juga
sebaliknya. Sehingga, untuk bisa terus berkelanjutan, industri harus memasukkan
aspek lingkungan hidup ke dalam hitungan atau analisis pembangunan dan
pengembangan industri tersebut.
Pembangunan industri berkelanjutan pada dasarnya merupakan upaya
memadukan tujuan sosial, ekonomi dan ekologi yang muncul dari kesadaran
lingkungan karena kecemasan akan makin merosotnya kemampuan
lingkungan.Dengan demikian maka dalam pengoperasiannya, mulai dari rantai
awal produksinya sampai pada ketika produk tersebut dipasarkan tidak dapat
dipisahkan dari tiga dimensi unsur yang sama penting dan terhubung, yaitu aspek
lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi dari sistem pengelolaan yang
dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam
penyelesaian Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di Kota Tegal
dimulai dari kebijakan lokasi mesin dapur industri yang telah ada sebelumnya.
Kebijakan yang telah ada dan diimplementasikan di lapangan harus dilihat
bagaimana kondisi eksistingnya. Dari kondisi eksisting akan terlihat potensi yang
terdapat di lapangan, isu yang sedang berkembang dan permasalahan yang
terjadi. Antara kondisi riil di lapangan dan kondisi yang diharapkan akan terlihat
kesenjangan. Kesenjangan inilah yang perlu diketahui untuk membuat perumusan
3.1. PENDEKATAN UMUM
BAB
3
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 2
strategi revitalisasi mesin dapur induksi dalam jangka pendek, menengah, dan
panjang dalam rangka mengembangkan sentra IKM logam Kota Tegal.
3.1.1. Identifikasi Pekerjaan
Berdasarkan pendekatan umum tersebut, maka perlu diidentifikasikan
terlebih dahulu pekerjaan yang diperlukan untuk kepentingan Kajian Kelayakan
Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal, yang meliputi :
a. Proses Pendataan
Proses pendataan merupakan kegiatan identifikasi dan pengumpulan data
tentang isu strategis dan permasalahan revitalisasi mesin dapur induksi Kota
Tegal, menyangkut :
1) Isu dan permasalahan aspek lokasi dan teknis.
2) Isu dan permasalahan aspek ekonomi.
3) Isu dan permasalahan aspek sosial.
b. Proses Analisis
Proses analisis merupakan kegiatan mengolah data-data menjadi suatu
informasi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan permasalahan yang
dirunut secara terperinci dengan mencakup pandangan tertentu
terhadap situasi masalah sesuai dengan perspektif yang relevan dari
pelaku usaha dan masyarakat terkait rencana revitalisasi mesin dapur
induksi.
c. Perumusan kebijakan dan strategi
Proses ini dilakukan untuk merumuskan strategi revitalisasi mesin dapur
induksi dalam jangka pendek, menengah, dan panjang secara tepat dan
efektif dalam rangka mengembangkan sentra Industri Kecil Menengah (IKM)
logam Kota Tegal.
3.1.2. Alur Proses Penyelesaian Pekerjaan
Dalam rangka penyelesaian pekerjaan Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin
Dapur Induksi Kota Tegal, alur proses penyelesaian pekerjaan yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 3
Tahap 1. Identifikasi Kondisi/Situasi dan Permasalahan Revitalisasi Mesin Dapur
Induksi Kota tegal
Pada tahap ini dilakukan kegiatan identifikasi dan pengumpulan data
pada masing-masing aspek (lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial) dari
rencana revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.
Tahap 2. Analisis Kelayakan Lokasi dan Teknis
Pada tahap ini dilakukan analisis kelayakan lokasi dan teknis terhadap
rencana revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi :
1) Kelayakan Lokasi, merupakan kegiatan penilaian lokasi mesin
dapur induksi eksisting yang meliputi :
Kesesuaian dengan rencana tata ruang pengelolaan
lingkungan hidup
Dampak operasionalisasi mesin dapur induksi
Rencana pengelolaan lingkungan
2) Kelayakan Teknis, merupakan kegiatan penilaian teknis revitalisasi
mesin dapur induksi yang meliputi :
Kelengkapan sarana dan prasarana operasionalisasi mesin
dapur induksi (peralatan, perlengkapan, sumber air, sumber
listrik dan lain-lain)
Sistem pengelolaan mesin dapur induksi Kota Tegal.
Tahap 3. Analisis Kelayakan Ekonomi
Analisis kelayakan ekonomi merupakan kegiatan penilaian kelayakan
keuangan dan ekonomidari rencana revitalisasi mesin dapur induksi
dengan mempertimbangkan :
1) Biaya investasi kebutuhan sarana dan prasarana revitalisasi mesin
dapur induksi.
2) Pendapatan jasa (retribusi) atas penggunaan mesin dapur induksi.
3) Proyeksi arus kas dari operasionalisasi mesin dapur induksi.
Tahap 4. Analisis Kelayakan Sosial
Analisis kelayakan sosial merupakan kegiatan penilaian dampak sosial
bagi masyarakat yang meliputi :
1) Dampak peningkatan sarana dan prasarana publik
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 4
2) Dampak penyerapan tenaga kerja
3) Dampak penerimaan masyarakat
Tahap 4. Perumusan Strategi Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
Perumusan strategi revitalisasi mesin dapur induksi dilakukan untuk
mewujudkan pengembangan sentra IKM logam Kota Tegal dengan
mempertimbangkan kemapuan dan skala prioritas pelaksanaan
revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.
Gambar 3.1.
Alur Proses Penyelesaian Pekerjaan
IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN REVITALISASI
MESIN DAPUR INDUKSI
ASPEK LOKASI DAN TEKNIS ASPEK SOSIAL ASPEK EKONOMI
ANALISIS
PENELUSURAN MASALAH
ANALISIS
PERBANDINGAN MODEL
KINERJA YANG
DIHARAPKAN
FORMULASI STRATEGI
DAN KEBIJAKAN
KINERJA
EKSISTING
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 5
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam pekerjaan Kajian Kelayakan Revitalisasi
Mesin Dapur Induksi Kota Tegal adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer lebih difokuskan pada permasalahan yang menyangkut aspek
lokasi dan teknis, ekonomi maupun sosial budaya yang dihadapi. Metode
yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah :
1) Survei/Wawancara, dilakukan pada saat survei di lapangan untuk
menangkap informasi dan persepsi secara akurat dengan
menggunakan kuesioner yang telah disiapkan untuk para stakeholder
yang terkait dengan rencana revitalisasi mesin dapur induksi Kota Tegal.
2) Observasi, dilakukan untuk mendapatkan informasi dan fakta
primer/Iangsung tentang potensi dan permasalahan revitalisasi mesin
dapur induksi Kota Tegal.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data dan informasi yang berasal dari penelusuran
laporan-laporan atau dokumen-dokumen dan peraturan serta kebijakan
yang terkait dengan pembangunan industri Kota Tegal.
Pengumpulan data sekunder mulai dilakukan sebelum turun ke lapangan
berupa kajian desk study untuk mengumpulkan informasi mengenai
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maupun perkembangan
terkini mengenai mesin dapur induksi secara umum. Selain itu pada saat
turun ke lapangan juga dilakukan pengambilan data-data sekunder yang
terkait dengan kajian yang dilakukan.
3.2.2. Variabel Data
Variable data yang digunakan dalam Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin
Dapur Induksi Kota Tegal merupakan pengembangan dari aspek-aspek kelayakan
revitalisasi mesin dapur induksi yang berkelanjutan yaitu aspek lokasi dan teknis,
aspek ekonomi dan aspek sosial yang sama penting dan saling terhubung.
Variabel data tersebut selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut ini :
3.2. PENGUMPULAN DATA
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 6
Tabel 3.1.
Variabel Data
ASPEK VARIABEL SUBVARIABEL
Lokasi Kesesuain RTRW
Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Daya dukung lingkungan hidup
Daya tampung lingkungan hidup
Dampak operasionalisasi
mesin dapur induksi
Dampak kualitas udara dan
kebisingan
Dampak kualitas air permukaan
Dampak Limbah padat
Dampak Lingkungan Biologi
Dampak Gangguan lalu lintas
Pengelolaan lingkungan
hidup
Pengelolaan kualitas udara dan
kebisingan
Pengelolaan kualitas dan
kuantitas air
Pengelolaan Limbah padat
Pengelolaan Lingkungan Biologi
Teknis Kelengkapan sarana dan
prasarana
Peralatan
Perlengkapan
Sumber air
Sumber listrik
Sistem Pengelolaan Alur proses produksi
Manjemen pengelolaan
Ekonomi Kelayakan finansial Biaya investasi
Biaya operasional
Pendapatan operasional
Proyeksi arus kas Laba/rugi
Akumulasi laba/rugi
Sosial Peningkatan sarana dan
prasarana pelayanan publik
Sarana dan prasarana dasar
Kesempatan kerja dan
peluang berusaha
Penyerapan tenaga kerja
Sumber : Analisis Data
3.2.3. Jenis dan Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam pekerjaan Kajian Kelayakan
Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal adalah sebanyak 72 responden yang
merupakan stakeholder yang berkepentingan dengan operasionalisasi mesin
dapur induksi Kota Tegal. Sampel atau responden dikelompokan berdasarkan
tingkat kepentingannya, terdiri dari :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 7
Tabel 3.2.
Jumlah Sampel
KomoditasResponden Jumlah Sampel
Pemerintah 4
Pelaku Usaha IKM Logam 57
Masyarakat Umum 11
Jumlah 72
Sumber : Analisis Data
3.3.1 Analisis Lokasi Dapur Induksi
Analisis lokasi dapur induksi ini dibatasi pada komponen lingkungan di
sekitar lokasi kegiatan yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan. Adapun
yang diuraikan meliputi kesesuaian RTRW pengelolaan lingkungan hidup,
dampak operasionalisasi mesin dapur induksi dan pengelolaan lingkungan hidup.
a. Kesesuaian RTRW Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kesesuaian RTRW Pengelolaan Lingkungan Hidup menyangkut analisis daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup yaitu kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakuikan dengan cara
mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung
kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan
hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan
dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang
bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi
faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.
b. Dampak Operasionalisasi Mesin Dapur Induksi
Analisis ini berkaitan dengan dampak operasional mesin dapur induksi, dalam
yang menyangkut komponen lingkungan fisika kimia yang meliputi kualitas
udara dan tingkat kebisingan, kualitas air, timbulan sampah dan limbah padat
yang ada di sekitar dapur Induksi. Komponen lingkungan fisika dan kimia ini
3.3. PENGOLAHAN DATA
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 8
perlu diuraikan karena diperkirakan akan terkena dampak langsung dan tidak
langsung akibat operasional Dapur Induksi.
Sementara itu untuk kegiatan operasionalisasi mesin dapur Induksi yang
berdampak pada komponen lingkungan biologi berkaitan terganggunya
keanegaragaman hayati di sekitar lokasi menjadi hal yang perlu mendapatkan
perhatian. Sedangkan dampak gangguan lalu lintas menyangkut
terganggunnya kelancaran lalu lintas dari operasionalisasi mesin dapur
induksi.
c. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Analisis pengelolaan lingkungan hidup adalah analisis yang menekankan
pada upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan,
pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup
atas keberadaan mesin dapur induksi.
3.3.2. Analisis Teknis
3.3.2.1. Analisis Sarana dan Prasarana
Analisis sarana dan prasarana dilakukan dengan pendekatan sistem
produksi untuk merencanakan kebutuhan konstruksi mesin dapur induksi
sehingga dapat dioperasionalkan. Ditinjau dari sifat kegiatannya sistem produksi
mesin dapur induksi terdiri dari 3 Kegiatan yaitu :
a. Kegiatan Utama/proses produksi.
Kegiatan utama yang dimaksud dalam hal ini mencakup kegiatan pengecoran
dan dapur induksi. Kegiatan ini meliputi peleburan logam, pencetakan dan
pengecoran logam, pembongkaran hasil cor/finishing, pengepakan, dan
pengiriman.
Proses produksi pengecoran dan industri logam sangat bervariatif bergantung
pada spesifikasi produk yang dipesan oleh konsumen. Namun secara garis
besar proses produksi tersebut terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
pengadaan bahan baku, peleburan, pencetakan dan pengecoran,
pembongkaran hasil dan packing serta pengiriman.
Tahap pertama proses produksi diawali dengan pengadaan bahan baku yang
berasal dari dalam negeri berupa ferro mangan. Tahap selanjutnya adalah
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 9
peleburan logam/ baja. Ferro mangan yang dilebur dengan cara pemanasan,
setelah dilebur/melting dilakukan uji kualitas komposisi terhadap logam yang
sudah dilebur. Bahan ferro mangan yang telah dilebur selanjutnya digunakan
sebagai bahan dalam proses pencetakan. Sebelum dilakukan proses
pencetakan atau pengecoran, terlebih dahulu disiapkan cetakan yang berasal
dari bahan baku pasir silica, water glass dan gas CO untuk pencetakan atau
pengecoran baja dari bahan ferro mangan.
Adapun pengecoran dari bahan besi biasa biasanya menggunakan cetakan
yang berasal dari pasir biasa. Produk yang dighasilkan berupa produk casting,
dan beberapa komponen mesin.
Proses selanjutnya adalah pembongkaran hasil pengecoran logam yang
selanjutnya akan diuji kualitas dimensi dan bentuk sesuai dengan permintaan
konsumen. Setelah diuji proses selanjutnya adalah finishing. Pada tahap ini
produk logam yang telah dicor dihaluskan kemudian dilakukan pengecatan
sesuai dengan permintaan konsumen.
b. Kegiatan Penunjang
Kegiatan pengecoran dan industri logam Dapur Induksi didukung beberapa
kegiatan penunjang yang terdiri dari kegiatan perbengkelan, utilitas,
penyediaan material dan alat perlengkapan, perkantoran. Kegiatan
perbengkelan berupa bengkel struktural untuk mendesain mesin produksi
sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh konsumen.
Utilitas yang menopang kegiatan pengecoran dan industri logam adalah listrik,
kompresor dan sumber air sumur. Untuk kegiatan ini didukung dengan
fasilitas yang berupa gudang logistik, gudang material operasi dan gudang
penyimpanan barang jadi sebelum dikirim ke konsumen.
Perkantoran merupakan kegiatan penunjang lainnya yang sangat berperan
meliputi administrasi, organisasi dan pengaturan tenaga kerja.
c. Kegiatan Lainnya
Selain kegiatan utama dan kegiatan penunjang, kegiatan dapur induksi juga
mempunyai kegiatan lain seperti kegiatan lain untuk kegiatan pendidikan dan
sosial lainnya. Dalam dunia pendidikan Dapur Induksi akan menyediakan
fasilitas praktek bagi siswa SMK yang ada di Wilayah Kota Tegal dan
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 10
bekerjasama dengan Diskoperindag Kota Tegal sebagai lokasi penelitian
produksi alat-alat yang akan diperagakan untuk masyarakat.
3.3.2.2. Sistem Peralatan
Analisis sistem peralatan merupakan penilaian terhadap kebutuhan
peralatan agar mesin dapur Induksi dapat dioperasikan. Sistem peralatan tersebut
antara lain sebagai berikut: .
a. Sistem peralatan kelistrikan
b. Sistem peralatan air
c. Sistem peralatan pengangkutan
d. Sistem peralatan pergudangan
3.3.2.3. Sistem Pengelolaan
Untuk mengoperasikan Dapur Induksi tentu dibutuhkan tenaga yang cakap
dan terampil. Untuk itu dibutuhkan manajemen pengelolaan yang menyangkut
analisis lembaga pengelola mesin dapur induksi. Lembaga pengelola yang
dianalisis dalam operasionalisasi mesin dapur induksi ini meliputi :
a. Koperasi Kerajinan Tegalindo
Kopinkra Tegalindo merupakan lembaga berbadan hukum yang
beranggotakan pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) logam di Kota
Tegal. Koperasi ini juga merupakan salah satu inisiator yang mengusulkan
bantuan mesin dapur induksi.
b. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah Kota Tegal dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dalam mengelola mesin dapur induksi. Selain itu, Unit Pelaksana
Teknis (UPT) ini dapat diberi kewenangan pula untuk memasarkan hasil
produksi untuk memperoleh pendapatan daerah.
c. Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan
Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan dapat berperan dalam
mengoperasional mesin dapur induksi untuk tujuan pendidikan dan pelatihan
dalam menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian di bidang
pengecoran logam.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 11
3.3.3. Analisis Kelayakan Finansial
Untuk dapat memutuskan layak atau tidaknya revitalisasi mesin dapur
induksi Kota Tegal perlu dipertimbangkan juga aspek finansial. Aspek finansial
dalam kajian kelayakan bukan hanya mempertimbangkan jumlah modal/investasi
yang diperlukan, tetapi pertimbangan lainnya seperti tingkat rentabilitas, jangka
waktu pengembalian modal dan lain sebagainya, juga perlu diperhatikan.
Beberapa analisis finansial yang perlu dipertimbangkan dalam rencana revitalisasi
mesin dapur induksi Kota Tegal antara lain :
a. Analisis Net Present Value (NPV)
Digunakan untuk melihat selisih dari investasi nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di
masa yang akan datang.
Dengan formulasi yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
NPV : Nilai sekarang dari proyek investasi
CFt : Aliran kas per tahun pada periode t
I0 : Investasi awal pada tahun pengamatan
K : Suku bunga (discount rate)
b. Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan
kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Dengan formulasi yang digunakan sebagai berikut :
n CFt
NPV = - lo
t=1 (1 + K)t
n CFt
lo =
t=1 (1 + IRR)t
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 12
Keterangan :
t : tahun ke
n : jumlah tahun pengamatan
lo : nilai investasi awal tahun pengamatan
CF : arus kas bersih tiap tahunnya
IRR : tingkat bunga yang dicari harganya
c. Analisis Average Rate of Return atau Return of Investment (ROI)
Average Rate of Return atau Return of Investment (ROI) merupakan rasio
antara laba setelah pajak terhadap investasi. Rasio ini membandingkan hasil
usaha yang diperoleh dari operasi (net operating income) dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
tersebut. Dengan demikian, ROI berhubungan dengan penjualan dan
investasi. Metode analisis yang digunakan adalah menghitung rasio laba
tahunan dengan aset. Rasio ini sangat berguna untuk mengukur kinerja pada
satu periode. Model analisis yang digunakan dapat didefinisikan sebagai
berikut :
Atau
d. Benefit Cost Ratio
Benefit Cost Ratio merupakan rasio antara laba setelah pajak tehadap biaya.
Rasio ini membandingkan usaha yang diperoleh dengan jumlah biaya yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut. Formulasi yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Pendapatan bersih ROI =
Total aset
Pendapatan bersih ROI = Penjualan X (penjualan/aset total)
Pendapatan bersih B/C = Total biaya
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 13
e. Analisis Payback Period (PB)
Digunakan untuk mengetahui sampai sejauhmana kemampuan suatu proyek
investasi, untuk mengembalikan nilai investasi yang ditanamkan.
Formulasi yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
PB : Tahun Payback Periode
n(NPVi) : Awal tahun dimana nilai NPV mengalami perubahan dari negatif
ke NPV positif
Proceeds : Seluruh penerimaan tiap tahunnya
Cost : Seluruh nilai investasi dan biaya tiap tahunnya
NPV (+) : Nilai sekarang awal NPV positif
NPV (-) : Nilai sekarang akhir NPV negatif
3.3.4. Analisis Perbandingan Model
Analisis perbandingan model merupakan analisis yang membandingkan
antara model yang diinginkan yang sudah ditentukan dengan kondisi riil atau
kondisi eksisting di lapangan. Hal ini dilakukan untuk menemukan
kesenjangan (gap) dimana selanjutnya akan dihasilkan penilaian terhadap
perubahan yang dianggap menguntungkan.
Untuk dapat mengetahui tingkat kesenjangan antara kondisi harapan
dengan kondisi riil yang dihadapi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi
digunakan rumus sebagai berikut :
a. Tingkat Kesesuaian
Xi Tki = ------- x 100%
Yi
PB = n(NPVi) + x 12 bulan (proceeds - cost)
NPV (+) - NPV (-)
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 14
Keterangan :
Tki : Tingkat kesesuaian responden
Xi : Skor penilaian kondisi riil operasionalisasi mesin dapur induksi
Yi : Skor penilaian kondisi harapan operasionalisasi mesin dapur induksi
b. Skor Rata-rata
Keterangan :
_ X : Skor rata-rata kondisi riil operasionalisasi mesin dapur induksi _ Y : Skor rata-rata kondisi harapan operasionalisasi mesin dapur induksi N : Jumlah Responden
c. Rata-rata dari rata-rata skor
Keterangan :
= X : Rata-rata dari rata-rata skor kondisi riil operasionalisasi mesin
dapur induksi = Y : Rata-rata dari rata-rata skor kondisi harapan operasionalisasi
mesin dapur induksi K : Banyaknya variabel penilaian
_ ∑ Xi X = -------
n
_ ∑ Yi Y = -------
n
N _ = ∑i = 1Xi X = ------------
K
N _ = ∑i = 1Yi Y = ------------
K
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
III - 15
Gambar 3.3.
Gap Analysis
Kinerja Yang
Diharapkan
Kinerja Eksisting
Kin
erja
Aspek/Variabel
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 1
GAMBARAN UMUM
4.1.1. Kondisi Fisik Kota Tegal
4.1.1.1. Letak Geografis dan Administratif
Kota Tegal terletak diantara 1090 08” – 1090 10” Bujur Timur serta 60 50”
300 – 60 53” Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah Kota Tegal adalah :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Tegal
Sebelah Barat : Kabupaten Brebes
Sebelah Timur : Kabupaten Tegal
Secara administratif, Kota Tegal terbagi ke dalam 4 kecamatan yang
meliputi 27 kelurahan. Yaitu :
a. Tegal Selatan, terdiri dari 8 kelurahan yaitu Kalinyamat Wetan, Bandung,
Debong Kidul, Tunon, Keturen, Debong Kulon, Debong Tengah dan
Randugunting.
b. Tegal Timur, terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kejambon, Slerok, Panggung,
Mangkukusuman dan Mintaragen.
c. Tegal Barat, terdiri dari 7 kelurahan yaitu Pesurungan Kidul, Debong Lor,
Kemandungan, Pekauman, Kraton, Tegalsari dan Muarareja.
d. Margadana, terbagi menjadi 7 kelurahan yaitu Kaligangsa, Krandon,
Cabawan, Margadana, Kalinyamat Kulon, Sumurpanggang dan
Pesurungan Lor.
4.1. GAMBARAN UMUM KOTA TEGAL
BAB
4
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 2
Gambar 4.1.
Peta Administatif
4.1.1.2. Topografi
Berdasarkan topografinya Kota Tegal memiliki ketinggian dari permukaan
air laut 1 – 3 meter , dengan struktur tanah didominasi oleh tanah pasir dan tanah
liat. Topografi wilayah ini merupakan dataran rendah dengan hulu sungai ke Laut
Jawa. Tidak ada satupun kelurahan yang berada di lereng/puncak maupun
lembah. Sedangkan untuk keberadaan sungai, Kota Tegal dialiri empat sungai
yang melewati 16 kelurahan (59,26 persen). Empat sungai tersebut adalah
Ketiwon, Kaligangsa, Gung dan Kemiri.
4.1.1.3. Klimatologi
Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar
344,60 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juni dan
September dengan tidak ada hari hujan. Temperatur di sekitar ibukota Kota Tegal
antara siang dan malam, maupun antara kemarau dan penghujan tidak banyak
berbeda, berkisar 300 C.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 3
Tabel 4.1.
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kota Tegal
No Bulan
Curah Hujan
(mm3)
Hari Hujan
1 Januari 344,60 21
2 Februari 384,70 17
3 Maret 232,00 15
4 April 114,10 15
5 Mei 72,50 8
6 Juni Ttu 0
7 Juli 10,10 4
8 Agustus 47,50 3
9 September Ttu 0
10 Oktober 1,50 1
11 November 14,20 1
12 Desember 227,60 17
Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016
4.1.1.4. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kota tegal pada tahun 2015 didominasi oleh
kegiatan pertanian baik pertanian lahan sawah sebesar 733,30 km2 dan pertanian
lahan bukan sawah sebesar 3224,70 km2. Secara keseluruhan penggunaan lahan
di Kota tegal dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2.
Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan
No Kecamatan Lahan
Sawah
Lahan
Bukan
Sawah
Jumlah
Persentase
1 Tegal Selatan 134,30 508,70 643,00 16,20
2 Tegal Timur 19,00 612,00 631,00 16,03
3 Tegal Barat 49,00 1459,00 1508,00 38,13
4 Margadana 531,00 645,00 1176,00 29,64
Jumlah 733,30 3224,70 3958,00 100,00
Sumber : Kota Tegal Tegal Dalam Angka 2016
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 4
4.1.2. Kondisi Makro Ekonomi
4.1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Kota Tegal terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Hal ini ditunjukan dengan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan
Kota tegal pada tahun 2015 sebesar Rp 8,95 triliun atau tumbuh sebesar 5,43 %
dibandingkan tahun 2014 yang hanya sebesar 5,03%.
Tabel 4.3.
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK
Lapangan Usaha Tahun
2014 2015
Pertanian, Kehutanan dan perikanan -1,87 2,68
Pertambangan dan penggalian 0,00 0,00
Industri pengolahan 7,48 6,15
Pengadaan listrik dan gas 3,18 -2,20
Pengadaan air, pengolahan sampah,
limbah dan daur ulang 3,03 1,63
Konstruksi 3,46 6,00
Perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan motor 4,43 4,14
Transportasi dan pergudangan 16,73 8,81
Akomodasi makanan dan minum 7,56 7,08
Informasi dan telekomunikasi 6,60 6,53
Jasa keuangan dan asuransi 2,08 5,64
Real Estate 5,43 6,10
Jasa Perusahaan 9,69 8,01
Administrasi pemerintah, pertahanan,
jaminan sosial wajib -1,61 4,56
Jasa pendidikan 9,75 7,08
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 13,29 7,05
Jasa lainnya 8,36 3,21
PDRB 5,03 5,43
Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 5
4.1.2.2. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya
sumbangan atau peranan masing-masing sektor ekonomi dalam membentuk nilai
tambah PDRB. Dari struktur perekonomian tersebut dapat diketahui corak
perekonomian suatu daerah. Dalam tahun 2015 sektor perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor mampu memberikan sumbangan nilai
tambah yang cukup besar bagi perekonomian Kota Tegal sebesar 28,34%.
Disusul sektor kontruksi dan industri pengolahan masing masing sebesar 16,84%
dan 15,06%. Peranan ketiga sektor ini sangat besar pengaruhnya dalam
penciptaan nilai tambah PDRB Kota Tegal.
Tabel 4.4.
Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Lapangan Usaha Tahun
2014 2015
Pertanian, Kehutanan dan perikanan 5,34 5,25
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan 14,71 15,06
Pengadaan listrik dan gas 0,15 0,14
Pengadaan air, pengolahan sampah,
limbah dan daur ulang 0,06 0,06
Konstruksi 16,74 16,84
Perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan motor 28,92 28,34
Transportasi dan pergudangan 4,02 4,17
Akomodasi makanan dan minum 5,54 5,59
Informasi dan telekomunikasi 4,96 4,90
Jasa keuangan dan asuransi 4,68 4,75
Real Estate 2,08 2,06
Jasa Perusahaan 0.36 0,38
Administrasi pemerintah, pertahanan,
jaminan sosial wajib 5,91 5,91
Jasa pendidikan 3,79 3,80
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1,45 1,47
Jasa lainnya 1,29 1,27
PDRB 100,00 100,00
Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 6
4.1.3. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kota Tegal pada tahun 2015 tercatat sebesar 246.119
jiwa. Kecamatan Tegal Timur adalah kecamatan dengan jumlah penduduk
terbesar yaitu sebesar 77.456 jiwa atau sekitar 31,47 persen dari total penduduk
Kota Tegal. Pada kecamatan ini juga memiliki kepatadatan penduduk tertinggi
dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu sebesar 12.179 jiwa setiap 1 km2 .
Tabel 4.5.
Banyaknya Penduduk dan Kepadatan
No Kecamatan Luas (Km2)
Banyaknya Penduduk
Kepadatan Per Km2
1 Tegal Selatan 6,43 59.115 9.194
2 Tegal Timur 6,36 77.456 12.179
3 Tegal Barat 15,13 63.634 4.206
4 Margadana 11,76 45.915 3.904
Jumlah 39,68 246.119 6.203
Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2016
4.2.1. Deskripsi Produk
Tegal sempat dijuluki sebagai Jepangnya Indonesia, Tegal mempunyai
beberapa industri pengecoran dan pengerjaan logam yang sengaja dibangun
pada Tahun 1940 untuk mencukupi kebutuhan peralatan perang bagi tentara
Jepang. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat mulai mendapat ketrampilan untuk
mengerjakan logam.
Industri perlogaman Kota Tegal memliki beberapa keunggulan komparatif
yang mendukung tetap eksisnya kegiatan usaha ini. Fleksibilitas diterapkan dalam
hal pelayanan yang berkaitan dengan permintaan diferensiasi dan produk
subtitusi yang dikehendaki konsumen.
Industri logam merupakan potensi unggulan Kota Tegal. Pengusaha
industri logam berskala menengah maupun yang berskala kecil mengelompok di
Kecamatan Tegal Timur, Tegal Barat dan Tegal Selatan. Melihat peluang pasar
yang semakin besar. Saat ini aktivitas usaha industri logam ini dibedakan atas
industri pengerjaan logam, industri pengecoran logam serta dok dan galangan
kapal.
4.2. GAMBARAN UMUM INDUSTRI LOGAM KOTA TEGAL
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 7
a. Industri Pengerjaan Logam
Industri pengerjaan logam menggunakan bahan baku dari berbagai macam
dari logam, aktivitas usaha industri kecil pengerjaan logam ini mampu
memproduksi berbagai macam produk dari mesin industri dan komponen
mesin hingga produk mur. Aktivitas usaha ini digerakkan oleh pengusaha
yang ulet dalam berusaha, kreatif dan inovatif sehingga mampu menciptakan
aneka rekayasa produk logam yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
diantaranya hand traktor , mesin pres hidraulic, mesin pengemas air mineral,
ranjang besi serta aksesoris interior atau eksterior bangunan. Produk industri
pengerjaan logam Kota Tegal mempunyai kulaitas yang mampu bersaing,
diproduksi untuk memenuhi kebutuhan regional maupun nasional.
b. Industri Pengecoran Logam
Industri pengecoran logam menggunakan bahan baku besi, aluminium,
kuningan, tembaga dan emas. Pengusaha industri pengecoran logam mampu
membuat berbagai macam produk berupa water pump, komponen mesin
industri, komponen kendaraan, komponen kapal, meja kursi taman dan juga
perhiasan dari emas untuk memnuhi kebutuhan lokal dan regional maupun
nasional. Dengan mengadakan kemitraan usaha dengan perusahaan di
Cirebon dan Semarang yang mempunyai ekspor ke beberapa negara di Asia
dan Eropa.
c. Dok dan Galangan Kapal
Aktivitas industri dok dan galangan kapal Kota Tegal mampu membuat aneka
jenis kapal baja berbagai ukuran, namun saat ini yang dibuat terbatas pada
kapal baja ukuran kecil (2000 DWT), lebih dari ukuran tersebut belum dapat
dilakukan mengingat kedalaman air laut di alur pelabuhan kurang memadai.
Kapal baja yang telah dibuat oleh perusahaan galangan kapal Kota Tegal
antara lain jenis Kapal Fery dan Kapal Keruk. Selain kapal baja, dibuat pula
kapal kayu dan jenis sopek, semi purseseine dan purseseine untuk keperluan
penangkapan ikan lepas pantai. Kesibukan dok dan galangan kapal sehari-
hari diramaikan oleh kegiatan perbaikan kapal baja atau kapal kayu. Adanya
dok dan galangan kapal ini sangat menunjang kelancaran operasional
kegiatan penangkapan ikan maupun kegiatan pengangkutan penumpang atau
barang perdagangan antar pulau di wilayah nusantara.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 8
4.2.2. Produksi
4.2.2.1. Jenis Produksi
Berikut jenis produksi logam di Kota Tegal dengan lokasi sentra industri
logam di Kecamatan Tegal Timur.
Tabel 4.6 Jenis Produksi Logam di Kota Tegal
No Nama Kelompok
Produk Nama Produk Lokasi Sentra
1 Komponen Otomotif Filter oil, knalpot, footstep Kelurahan kejambon,
mangkukusuman
2 Komponen Kapal Jendela kapal, pintu kapal, anchor, clamph
Kelurahan kejambon,
mangkukusuman
3 Komponen Pabrik Gula Komponen mesin giling Kelurahan kejambon
4 Komponen Traktor Tangan
Komponen dan mesin traktor tangan
Kelurahan kejambon
5 Komponen Listrik Box listrik
6 Komponen Aksesoris Rumah
Engsel, handle pintu, ornamen, pagar dll
Kelurahan kejambon dan Slerok
7 Peralatan Aksesoris Mesin rice mill, mesin pemotong bahan kerupuk, mesin pakan ikan (pelet), mesin penggiling tepung,
kompor industri, setrika uap
Kelurahan kejambon dan Slerok
8 Pompa Hidran, pompa NS 80, pompa tambak, pompa dragon
Kelurahan kejambon
Sumber : Buku Profil Unggulan Industri Logam Kota Tegal Tahun 2015
4.2.2.2. Bahan Produksi
Bahan baku utama industri logam adalah logam dari berbagai jenis. Logam
biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu logam ferro (besi) dan non ferro. Logam
ferro (besi) adalah logam yang mengandung unsur besi (Fe) dan termasuk
paduan. Logam ferro yang dipakai di UKM logam Kota Tegal biasanya berupa
besi cor, plat, as dan pipa. Sedangkan logam non ferro yang dipakai adalah
paduan alumunium, paduan kuningan dan paduan tembaga.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 9
Tabel 4.7
Bahan Baku Industri Logam Kota Tegal
No Nama Bahan Baku Pemasok Produk yang dihasilkan
A Logam Ferro
1 Besi cor Sentra pengecoran logam Ceper Klaten dan
Kota Tegal (Prima Logam)
Pompa, hydran, komponen pabrik gula
2 Besi pelat Jakarta, Surabaya dan Semarang
Komponen otomotif, komponen pabrik gula, komponen traktor,
komponen aksesoris rumah tangga
3 Besi as Jakarta, Surabaya dan Semarang
Komponen otomotif, komponen pabrik gula, komponen traktor,
komponen aksesoris rumah tangga
4 Besi pipa Jakarta, Surabaya dan Semarang
Komponen otomotif, komponen pabrik gula, komponen traktor,
komponen aksesoris rumah tangga
B Logam Non Ferro
1 Paduan alumunium Jakarta, Surabaya dan Produksi Sendiri
Komponen kapal, komponen listrik, komponen aksesoris rumah tangga
2 Paduan kuningan Jakarta, Surabaya dan Produksi Sendiri
Komponen kapal, komponen listrik, komponen aksesoris rumah tangga
3 Paduan tembaga Jakarta, Surabaya dan Produksi Sendiri
Komponen kapal, komponen listrik, komponen aksesoris rumah tangga
Sumber : Buku Profil Produk Unggulan Industri Logam Kota Tegal Tahun 2015
Untuk bahan baku logam ferro (besi) biasanya didapatkan dari distributor
atau toko bahan baku yang ada di Kota Tegal dan Kabupaten Tegal. Distributor
dan toko bahan baku logam ferro biasanya mendapatkan dari Pabrik Baja seperti
PT. Krakatau Steel dll, maupun dari pedagang besi rongsok yang dikelola oleh
orang Madura. Pemakaian bahan baku logam ferro (besi) terbanyak adalah pelat
besi. Untuk bahan baku cor, mereka memesan langsung dari pabrik di Klaten
maupun di Kota Tegal. Pengusaha logam yang menggunakan bahan baku non
ferro umumnya mereka mempunyai dapur pengecoran kecil sendiri karena
teknologi pengecoran non ferro relatif cukup mudah dan murah. Mereka membeli
bahan rongsok untuk dicor.
4.2.2.3. Mesin Peralatan
Klasifikasi mesin dan peralatan yang digunakan dalam industri logam di
Kota Tegal adalah sebagai berikut :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 10
Tabel 4.8
Mesin dan Peralatan Industri Logam Kota Tegal
No Jenis Mesin / Peralatan
Spesifikasi Tenaga Penggerak
1 Mesin bubut Mesin perkakas untuk memotong benda yang diputar dengan menggunakan mata
potong pahat (tools)
Listrik
2 Mesin milling, mesin fris
Mesin untuk memotong benda dengan bentuk khusus dimana mesin fris dan milling dapat memotong/ membentuk
benda dengan segala
Listrik
3 Mesin bor Mesin yang digunakan untuk melubangi benda
Listrik
4 Mesin scrap Mesin untuk meratakan benda kerja dengan cara sayatan
Listrik
5 Mesin hydrolic press Mesin untuk menekan dan mengepres benda kerja
Listrik
6 Mesin gerinda Mesin untuk proses menghaluskan permukaan yang digunakan tahap
finishing
Listrik
7 Dapur kupola Alat/tempat untuk peleburan/pembuatan besi tuang berbentuk kubah
Panas api
8 Dapur induksi Alat/tempat untuk peleburan/pembentukan besi tuang
dengan menggunakan sistem induksi
Listrik
9 Las listrik Mesin/alat untuk penyambungan besi dengan tenaga listrik
Listrik
Sumber :Buku Profil Produk Unggulan Industri Logam Kota Tegal Tahun 2015
4.2.3. Sentra Industri Logam
Potensi industri logam di Kota Tegal cukup tinggi. Salah satu perusahaan
besar otomotif di Jakarta Seperti Astra mempercayakan untuk memasok sparepart
otomotif dan mesin. Ini merupakan pertanda bahwa kualitas produk logam yang
dihasilkan oleh industri logam Kota Tegal dapat diterima oleh pasar nasional.
Sebagian besar sentra industri logam berada di Kelurahan Mangkukusuman,
Kejambon dan Slerok di Kecamatan Tegal Timur, Kelurahan Debing Kulon
Kecamatan Tegal Selatan dan Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal Barat.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 11
Tabel 4.9. Sentra Industri Kecil dan Menengah Logam di Kota Tegal
No Nama Sentra Alamat Unit Usaha (Unit)
Tenaga Kerja (Org)
Nilai Investasi (Rp.Juta)
Kapasitas Produksi Nilai Produksi (Rp 000)
Bahan Baku Nilai BB/BP
(Rp 000) Kelurahan Kecamatan Jumlah Satuan Jenis Jumlah Sat
1 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Debong Tengah Tegal Selatan 12 36 180 540 Ton 3240000 Besi siku 300 Ton 1944000
Besi kanal H 240
2 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Randugunting Tegal Selatan 8 26 120 390 Ton 2340000 Besi siku 190 Ton 1404000
Besi kanal H 100
3 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Kejambon Tegal Timur 14 65 200 975 Ton 5850000 Besi siku 575 Ton 3510000
Besi kanal H 400
4 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Mangkukusuman Tegal Timur 8 36 160 540 Ton 3240000 Besi siku 300 Ton 1944000
Besi kanal H 240
5 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Slerok Tegal Timur 6 22 120 480 Ton 2880000 Besi siku 280 Ton 1728000
Besi kanal H 200
6 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Panggung Tegal Timur 6 24 100 330 Ton 1980000 Besi siku 180 Ton 1188000
Besi kanal H 150
7 Ind. Lgm Siap Psg Utk Bgn Kaligangsa Margadana 5 18 100 270 Ton 1620000 Besi siku 170 Ton 972000
Besi kanal H 100
8 Komp. Msn & Peralatan Debong Tengah Tegal Selatan 5 30 250 45.000 Unit 180000 Besi cor 125 Ton 720000
Besi as 75
Besi plat 75
9 Komp. Msn & Peralatan Randugunting Tegal Selatan 6 28 300 42.000 Unit 1680000 Besi cor 95 Ton 672000
Besi as 85
Besi plat 65
10 Komp. Msn & Peralatan Tegal Sari Tegal Barat 5 15 250 22.500 Unit 900000 Besi cor 55 Ton 360000
Besi as 45
Besi plat 20
11 Komp. Msn & Peralatan Kejambon Tegal Timur 20 80 400 120.000 Unit 4800000 Besi cor 195 Ton 1920000
Besi as 95
Besi plat 70
12 Komp. Msn & Peralatan Mangkukusuman Tegal Timur 15 75 350 112.500 Unit 4500000 Besi cor 165 Ton 1800000
Besi as 90
Besi plat 60
13 Komp. Msn & Peralatan Panggung Tegal Timur 8 38 240 57.000 Unit 2280000 Besi cor 115 Ton 912000
Besi as 85
Besi plat 30
14 Komp. Msn & Peralatan Mintaragen Tegal Timur 8 42 320 63.000 Unit 2520000 Besi cor 125 Ton 1008000
Besi as 90
Besi plat 50
Sumber :Buku Profil Produk Unggulan Industri Logam Kota Tegal Tahun 2015
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 12
4.2.4. Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Logam
Perusahaan Industri adalah setiap orang yang melakukan kegiatan di
bidang usaha industri, tak terkecuali untuk industri kecil dan menengah. Berikut
perusahaan industri Kota Tegal.
Gambar 4.2.
Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Kelurahan di
Kecamatan Tegal Timur
Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal, 2017
Gambar 4.3.
Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Kelurahan
Kecamatan Margadana
Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal, 2017
0
2
4
6
8
10
12
14
16
PerushaanIKM Logam
1
5
16
7
Krandon
Kalinyamat
Sumurpanggang
Margadana
0
50
100
150
200
250
300
350
Perushaan IKM Logam
344
38 21
78
15
Kejambon
Slerok
Panggung
Mangkukusuman
Mintaragen
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 13
Gambar 4.4.
Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Kelurahan di
Kecamatan Tegal Selatan
Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal, 2017
Gambar 4.5.
Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Kelurahan di
Kecamatan Tegal Barat
Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal, 2017
0
5
10
15
20
25
30
35
Perusahaan IKM Logam
6 7
3
26
32
22
28 Tunon
Bandung
Keturen
Randugunting
Debong Tengah
Debong Kidul
Debong Kulon
0
5
10
15
20
25
Perusahaan IKM Logam
7
2
25
16
10 11
Pesurungan Kidul
Debong Lor
Kemandungan
Pekauman
Kraton
Tegalsari
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 14
4.3.1. Sejarah Mesin Dapur Induksi
Pengembangan Industri Logam dengan sistem Dapur Induksi di Kota Tegal
pada awal berdirinya dimaksudkan untuk :
a. Membantu kembali kebangkitan IKM pengecoran logam di Kota Tegal yang
selama ini dirasa lesu dan mati suri serta mengembalikan image kota Tegal
sebagai Jepangnya Jawa Tengah
b. Meningkatkan volume perdagangan dari hasil produksi logam di Kota Tegal
c. Penyerapan tenaga kerja dan pengembangan SDM pengecoran logam
d. Meningkatkan pendapatan asli daerah
e. Menjadi daya tarik bagi masuknya para investor disektor industri manufaktur
ke Kota Tegal
Proses penetapan lokasi mesin dapur induksi berdasarkan Rapat
Koordinasi Tim Teknis pada tanggal 4 Januari 2007 telah menetapkan dua
alternatif lokasi berdirinya mesin dapur induksi yaitu :
a. Bekas Pabrik PT Matahari SS di jalan Cempaka Nomor 17 Kota Tegal
b. Sebelah timur CV Prima Logam Jalan Perintis Kemerdekaan
Namun demikian berdasarkan hasil peninjauan lapangan serta
penelitian/pemeriksaan dokumen kepemilikan tanah dan bangunan pada tanggal
5 Juni 2007 oleh Tim Teknis Pengadaan Tanah dan Gedung untuk Unit
Pengecoran Logam Dapur Induksi yang dibentuk berdasarkan SK Walikota No.
593.6/053/2007 tanggal 24 Mei 2007 maka ditetapkan lokasi mesin dapur induksi
berada di Jalan Cempaka. Alasan pertimbangan penetapan lokasi dapur induksi
di jalan Cempaka adalah :
Rekomendasi Kepala Dinas Perkotaan Kota Tegal pada surat No. 648/004
tanggal 9 Januari 2007 bahwa sesuai dengan Perda No. 2 tahun 2004 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tegal, sepanjang jalan Cempaka
merupakan kawasan dengan zoning industri.
Eksisting lingkungan kawasan cempaka telah dimanfaatkan sebagai home
industry logam.
4.3. GAMBARAN UMUM MESIN DAPUR INDUKSI KOTA TEGAL
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 15
Merekomendasi agar kegiatan pendirian dapur induksi dapat dilokasikan
berdekatan dengan para pengrajin logam yaitu di sepanjang jalan Cempaka
Kota Tegal.
Proses jual beli tanah dan bangunan untuk dapur induksi dilakukan tanggal
28 Nopember 2007 yaitu Tim Pengarah dan Tim Teknis Pengadaan Tanah dan
Gedung untuk Unit Pengecoran Logam Dapur Induksi telah menandatangani
berita acara penetapan kesepakatan final jual beli tanah dengan harga
Rp. 482.000.000,- sudah termasuk beban pajak final di dua lokasi yaitu. :
Tanah di jalan Cempaka No. 17 Tegal sertifikat HM No. 553 Kelurahan
Kejambon luas 435 M2 milik Achmad Futuchi Bin Haji Abdussalam ( Alm )
kesepakatan harga jual Rp. 249.000.000,- untuk lokasi tempat kantor
sekretariat.
Tanah di jalan Cempaka No. 14 sertifikat HM No. 1463 Kelurahan Kejambon
luas 388 M2 milik Haji Ma’mun Bin Haji Abdussalam (Alm) kesepakatan harga
jual Rp. 252.000.000,- untuk lokasi operasional dapur induksi.
Selanjutnya pada Pada tanggal 12 Maret 2009 telah terjadi
penandatanganan berita acara serah terima penggunaan dan pemanfaatan
bantuan peralatan dapur induksi untuk Pemkot Tegal dari Direktorat Jenderal
Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian Jakarta
kepada Walikota Tegal, dengan 3 poin penting dalam berita acara tersebut yaitu :
1) Pihak Kedua Wajib melaporkan tentang penggunaan dan pemanfaatan alat
tersebut setiap 6 bulan sekali ke Pihak Pertama
2) Apabila penggunaan dan pemanfaatan peralatan tersebut tidak produktif
tanpa alasan yang diterima oleh Pihak Pertama dalam waktu 6 bulan pertama
maka Pihak Pertama akan menarik kembali bantuan peralata tersebut, yang
selanjutnya akan dipindahkan ke Kab/Kota/Provinsi yang membutuhkan
3) Pihak Kedua tidak dapat memindahtangankan, menjual atau menyewakan
kepada pihak ketiga.
Proses serah terima penggunaan dan pemanfaatan bantuan peralatan
dapur induksi ini dilanjutkan dengan pemeriksaan seperangkat Mesin Dapur
Induksi sesuai Berita Acara Serah Terima barang No. 187-1/ILMTA/3/2009 tgl. 12
Maret 2009 dengan jenis barang :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 16
Nama barang Dapur / Tungku Induksi (Induction Furnace)
Merk Inductotherm
Type VIP Power Trak 175 kw, 1000 Hz and duraline furnace 2 X 250 kg
Jumlah 1 (satu) unit lengkap dengan asesoris dari furnace, panel, sistem
pendingin / cooling tower
Uji coba telah dilakukan secara resmi oleh konsultan di Gedung eks PT.
Matahari SS dengan hasil baik.
Rencana Pembangunan Gedung dan Pengadaan Peralatan Dapur Induksi
Pembangunan/Rehab Berat Gedung dan Kantor Dapur Induksi dilaksanakan pada
tanggal 9 Juli 2009 sampai dengan 26 Oktober 2009 oleh CV Adhiradjasa jalan
Pelangi No. 21 Kota Tegal dengan nilai kontrak Rp. 496.977.800,-
Dari rangkaian proses pengadaan mesin dapur induksi selanjutnya disusun
kesepakatan bersama antara pemerintah Kota Tegal dengan pengelola dengan
poin penting sebagai berikut :
1) Walikota Tegal telah menetapkan besaran tarif sewa tanah, gedung, genset,
trafo dan hoist crane Dapur Induksi milik Pemerintah Kota Tegal sesuai SK
No. 530/184/2010 tgl. 21 Oktober 2010, dengan besarannya sbb. :
Tahun 1 Tarif sewa/tahun Rp. 32.493.537,31
Tahun 2 Tarif sewa/tahun Rp. 18.351.105,31
Tahun 3 Tarif sewa/tahun Rp. 18.572.080,81
2) Walikota Tegal telah menyetujui Koperasi Industri dan Kerajinan “Tegal Indo”
BH No. 412.3/PAD/0007/2002 di jalan Nusa Indah No. 21 Tegal sebagai pihak
pengelolan UPT Dapur Induksi Kota Tegal sesuai surat persetujuan Walikota
Tegal bulan Oktober 2010.
Untuk menyiapkan sumberdaya manusia juga direncanakan pelatihan
operator Dapur Induksi yang dilaksanakan pada tanggal 2 sd 10 Nopember 2010
jam 09.00-15.00 WIB dengan peserta 15 orang pengrajin logam dengan
narasumber dari BPPT Serpong didampingi narasumber dari PT Prima Logam
Tegal. Pada tanggal 9 Maret 2010 juga telah ditandatangani Nota Kesepahaman
antara Pemkot Tegal dengan Badan Pengkajian dan Penerpanan Teknologi/BPPT
Serpong tentang Pengkajian penerapan dan pemasyarakatan teknologi untuk
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 17
mendukung pembangunan daerah Kota Tegal Provinsi Jateng untuk jangka waktu
5 tahun sejak penandatangangan MoU ( 2010-2015 ).
Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota Tegal dengan Pihak
Pengelola Dapur Induksi belum tercapai ditandai dengan Ketua dan Sekretaris
Kopinkra Tegalindo menyatakan ketidaksediaannya mengelola dapur Induksi
dengan surat No. 013/TI/VI/2012 tanggal 18 Juni 2012 dilampiri tanda tangan 20
orang anggotanya. Namun demikian pada tanggal 1 Pebruari 2014 surat No.
020/SP-TI/II/2014 Ketua dan Sekretaris menyatakan siap mengelola operasional
pabrik pengecoran logam sistem Dapur Induksi Kota Tegal.
Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 13 September 2011 dilaksanakan
rapat koordinasi di ruang rapat lantai I dipimpin oleh Sekda KotaTegal yang
hasilnya merelokasi dapur Induksi ke jalan Mataram Kelurahan Muarareja di
kompleks UPTD Pengelolaan Sampah dan garasi mobil Diskimtaru dengan luas
lahan 2.000 m2 yang disesuaikan dengan Perda No. 4 tahun 2012 tentang RTRW.
Pertimbangan perlunya dilaksanakan relokasi adalah :
Keberatan warga di jalan Cempaka sekitar lokasi dapur induksi terhadap
kebisingan suara mesin.
Perda No. 4 tahun 2012 tetang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota pada
pasal 16 poin c bahwa “ Kelurahan Kejambon memiliki fungsi untuk pelayanan
permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa yang meliputi wilayah
Kecamatan Tegal Timur”.
Pasal 53 poin 2 bahwa “ industri besar dan industri menengah berada di
kawasan industri terpadu di Kec. Margadana dan kec. Tegal Barat.”
Pembangunan Gedung Dapur Induksi di jalan Mataram Kelurahan
Muarareja Kecamatan Tegal Barat telah dilaksankan oleh CV. Esse Bangun Prima
dengan waktu pelaksanaan tanggal 29 Mei 2013 sampai dengan 25 September
2013 dengan harga borongan Rp. 539.000.000,-.
Selanjutnya diterbitkan SK Walikota Tegal No. 030/081.c/2013 tanggal 24
Juni 2013 tentang status penggunaan tanah milik Pemerintah Kota Tegal sertifikat
hak pakai Nomor 37 Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal
telah dicatat sebagai asset pada Dinas Koperasi, UMKM Perindustrian dan
Perdagangan Kota Tegal.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 18
Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 2014 telah dilaksanakan
investigasi oleh Tim Ahli dari BPPT Serpong ke lokasi Dapur Induksi di jalan
Mataram Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat yang hasilnya pada
tanggal 21 Januari 2015 telah dipresentasikan dihadapan Petugas Dinas
Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tegal di Kantor BPPT
Serpong, agar Dapur Induksi Kota Tegal bisa difungsikan sebagai alat
pengecoran logam maka diperlukan beberapa tahap pekerjaan :
a. Perbaikan kondisi tanah dan bangunan tempat dapur induksi (civil and
structural works)
1) Angkur Dapur menyentuh kaki dapur akan menimbulkan panas akibat
efek/looping medan magnet
2) Kondisi tanah labil bekas timbunan sampah memerlukan kegiatan
penggalian dan pemadatan area cooling system
3) Pembuatan cor bak dingin untuk menampung air dari cooling tower
sekaligus dudukan cooling tower
4) Pembuatan pondasi untuk kaki-kaki emergency tower
5) Perlu instalasi kembali komponen-komponen dan run out pit furnace
6) Perlu pintu akses cooling system area
7) Pengerukan dan pembuangan tanah bekas sampah
8) Pembuatan pagar keliling
b. Perbaikan kabel electrical dan control panel
1) Pembuatan rak kabel 3 phase
2) Pembuatan panel Change Over dari genset besar ke genset kecil
3) Pembuatan Change Over Switch untuk panel cooling system dan motor
hydraulic
4) Instalasi kabel 3 phase 380 V
5) Panel distribusi ke panel change over switch
6) Panel control untuk cooling system dan motor hydraulic
7) Panel kontrol ke : motor pompa sirkulasi 1&2; motor fan cooling tower;
motor hydraulic; selenoid valve untuk emergency water
c. Perbaikan instalasi
1) Instalasi pipa dan fitting untuk water cooling
2) Instalasi hydraulic system
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 19
3) Instalasi grounding system
4) Instalasi erection dan mechanical
5) Instalasi saluran air PDAM
6) Instalasi saluran lisrik PLN
d. Recommissioning
Mengingat dapur tersebut sudah 4 tahun tidak dioperasikan dan apabila
terdapat kerusakan part pada saat commisioning maka part tersebut tidak bisa
ditanggung oleh Inductotherm
e. Uji komposisi paduan logam
1) Dapur induksi mampu menghasilkan paduan homogen sehingga bisa
menjawab kebutuhan spesifikasi material ketat yang dibutuhkan oleh
pengguna
2) Untuk menunjang sertifikasi produk maka sangat diperlukan alat uji
komposisi kimia untuk membantu mencapai komposisi targetunit
spektrometer
f. Pembiasaan dan trial production
1) Target : memanfaatkan dapur induksi untuk mengungkit teknologi
pengecoran ferrous di kawasan IKM Logam Kota Tegal
2) Pelatihan SDM Operator bagi Pelajar dan Mahasiswa di Kota Tegal
Selanjutnya pada tanggal 26 Januari 2015 telah dilaksanakan rapat
koordinasi bantuan Gubernur Tahun 2015 di ruang Bappeda Kota Tegal dihadiri
oleh Petugas Bappeda Provinsi Jawa Tengah, telah disepakati perubahan item
pekerjaan dengan memasukan item pekerjaan Re-Instalasi dapur induksi dan
pekerjaan Re-Commisioning mesin dapur induksi total usulan Rp. 400.000.000,-
sharing dari APBD Rp. 50.000.000,- dan sekaligus telah diusulan perencanaan
bantuan gubernur tahun 2016 untuk dapur induksi total Rp. 1.170.000.000,-
Temu Konsultasi ke Ditjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian
Perindustrian di Jakarta pada tanggal 22 Januari 2015 di Jakarta terkait dengan
Mesin Dapur industri di Kota Tegal, hasilnya :
a. Disarankan kajian ulang dengan tenaga ahli yang kompeten mengingat mesin
sudah 6 tahun belum berfungsi dan focus output produksinya disesuaikan
dengan kebutuhan pasar IKM yang sekarang ini.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 20
b. Mengacu Berita Acara Serah Terima Barang/Peralatan Mesin Dapur Industri
pada tgl. 12 Maret 2009 antara Walikota Tegal dengan Direktorat Jenderal
Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian, bahwa
jika peralatan tersebut apabila penggunaan dan pemanfaatan peralatan
tersebut tidak produktif tanpa alasan yang jelas maka mestinya bantuan
peralatan tersebut, ditarik kembali oleh pusat yang selanjutnya akan
dipindahkan ke Kab/Kota/Provinsi lain yang membutuhkan
c. Agar melakukan koordinasi dengan daerah terdekat, yaitu Kabupaten Tegal
karena disana ada UPT Logam yang sudah berjalan baik atau melihat Dapur
Industri di daerah Klaten
d. Pemenuhan anggaran yang cukup bagi pengembangan IKM di Kota Tegal
adalah tanggung jawab Pemerintah Kota Tegal sedangkan Pusat dan Provinsi
bersifat sharing dan melengkapi
e. Selama Mesin Dapur Induksi belum berfungsi maka petugas dari Dinas
Koperasi, UMKM, Perindah Kota Tegal ditugaskan untuk menghidupkan
Mesin Genset 2 kali dalam seminggu yang berfungsi untuk pemanasan mesin,
sesuai saran dari Tim Ahli BPPT, untuk itu dibutuhkan bahan bakar solar
yang cukup
4.3.2. Lokasi Mesin Dapur Induksi.
Mesin dapur Induksi secara administrasi berada di Jalan Mataram yang
termasuk dalam wilayah Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat dengan
koordinat lokasi kegiatan Dapur Induksi adalah 1090 08 267’ BT sampai dengan
1090 08 274’ BT dan 060 50 950’ LS sampai dengan 060 50 969’ LS.
Sementara itu pemanfaatan lahan sekitar lokasi adalah :
Sebelah Utara : Tambak
Sebelah Timur : Jl. Mataram
Sebelah Selatan : Peternakan itik/tambak
Sebelah Barat : Tambak
Jarak terdekat lokasi kegiatan dengan kawasan permukiman adalah sejauh
500 m dan jarak terdekat lokasi dengan fasilitas-fasilitas umum lainnya adalah :
Sekolah : 500 m
KUD Karya Mina : 1000 m
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 21
Rumah Sakit Mitra Keluarga : 1500 m
Puskesmas : 1500 m
Terminal Bus : 1000 m
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011 - 2031 di lokasi tersebut merupakan area
Industri.
Gambar 4.6.
Lokasi Mesin Dapur Induksi
4.3.3. Tata Guna Lahan Dan Bangunan
Bangunan mesin dapur induksi berdiri diatas lahan seluas 2.000 m2 milik
Pemerintah Kota Tegal yaitu pada bekas TPA Muarareja milik Pemerintah Kota
Tegal. Sedangkan luas terbangun yang digunakan untuk bangunan mesin dapur
induksi adalah seluas 161 m2. Sisa lahan lainnya seluas 1.839 m2 dimanfaatkan
untuk area parkir, jalan, taman dan timbunan sampah.
Rincian tata guna bangunan mesin dapur induksi adalah sebagai berikut :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 22
Tabel 4.10.
Rincian Tata Guna Bangunan :
NO Nama Ruang Ukuran (m2) Jumlah Luas Tanah Terbangun
1. Kantor 4,5 x 3 1 unit 13,5 m2
2 Mushola - - -
3 Toilet 1,5 x 3 1 unit 4,5 m2
4. Dapur Induksi 6 x 3 1 unit 18 m2
5. Genset 6 x 3 1 unit 18 m2
6. Travo 1,5 x 2 1 unit 3 m2
7. Bak/Kolam Perendaman 2 x 2 1 unit 4 m2
8. Area Pengecoran Logam - 1 unit 100 m2
Jumlah 161 m2
Sumber : Dinas Perindustrian Kota Tegal
4.3.4. Kondisi Lahan dan Bangunan
Secara umum kondisi lahan dan bangunan mesin dapur induksi dapat
digambarkan sebagai berikut :
a. Bangunan mesin dapur induksi saat ini dikelilingi oleh timbulan sampah yang
menutupi sekeliling bangunan dengan ketinggian timbulan sampah antara 0
sampai dengan 3 m. Timbulan sampah juga menghalangi pintu masuk ke
dalam bangunan mesin dapur induksi
b. Bangunan mesin dapur induksi juga pernah terendam banjir dengan
ketinggian 30 cm. Kondisi genangan banjir juga sempat merendam beberapa
mesin dan peralatan di dalam bangunan.
Gambar 4.7.
Bangunan Mesin Dapur Induksi
Bangunan Mesin Dapur Induksi Yang Dikelilingi Timbunan Sampah
Area Parkir Bangunan Mesin Dapur Induksi
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 23
4.3.5. Peralatan Tersedia
Sejak dibangun gedung Dapur Induksi yang baru oleh Pemerintah Kota
Tegal sekaligus pemindahan Dapur Induksi dan peralatan lain, sampai saat ini
Dapur Induksi belum bisa dioperasikan. Hal ini karena masih banyak peralatan
yang belum tersedia dan belum ada tenaga yang mampu untuk mengoperasikan
Dapur Induksi. Peralatan yang sudah tersedia antara lain sebagai berikut :
Tabel. 4.11.
Peralatan Tersedia
No Jenis Peralatan Jumlah Unit Luas Ruang
1. Tungku Dapur Induksi 1 unit 18 m2
2. Genset 1 unit 18 m2
3. Travo 1 unit 3 m2
4. Colling Tower 1 unit 4 m2
5 Hydraulic Power 1 unit 1 m2
6 Panel Dapur Induksi 1 unit 3 m2
7 Hoist Crane 1 unit 1 m2
Bangunan dan Peralatan
Bekas Terendam Banjir
Bangunan dan Peralatan
Bekas Terendam Banjir
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 24
Gambar 4.8.
Peralatan Tersedia
Genset Colling Tower
Panel Dapur Induksi Trafo
Hydraulic Power Tungku Dapur Induksi
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
IV - 25
4.3.6. Kondisi Lingkungan dan Konstruksi Mesin Dapur Induksi
Dalam rangka merevitalisasi mesin dapur induksi agar dapat dioperasikan
maka terlebih dahulu dilakukan penilaian terhadap kondisi eksisting konstruksi
mesin dapur induksi dengan hasil sebagai berikut :
1) Perbaikan kondisi tanah dan bangunan tempat dapur induksi (civil and
structural works)
2) Perbaikan kabel electrical dan control panel
3) Perbaikan instalasi
4) Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan dampak
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 1
ANALISA KELAYAKAN MESIN DAPUR INDUKSI
5.1.1. Analisa Kesesuaian Lokasi Dengan RTRW Kota Tegal
Lahan merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat
diperbaharui, sedangkan aktivitas manusia yang membutuhkan lahan terus
meningkat dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan pemanfaatan lahan untuk
aktivitas industri. Oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan
penggunaan lahan kedepannya maka perlu dianalisa penggunaan lahan dan
kesesuaian lahannya bagi industri pengecoran logam di Kota Tegal.
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011– 2031 menyatakan bahwa tujuan
penataan ruang adalah mewujudkan Kota Tegal sebagai kota bahari yang
didukung kegiatan perdagangan, jasa dan industri yang aman, nyaman, produktif
dan berkelanjutan. Tujuan ini diwujudkan salah satunya adalah melalui kebijakan
peningkatan pengelolaan kawasan peruntukan industri.
Lokasi mesin dapur induksi yang secara administrasi berada di Jalan
Mataram, Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat termasuk dalam
Kawasan Industri Terpadu dimana dalam kawasan ini dapat dikembangkan
industri besar dan industri menengah sebagaimana terlihat dalam peta pola ruang
di bawah ini.
.
5.1. KELAYAKAN LOKASI
BAB
5
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 2
Gambar 5.1.
Rencana Pola Ruang Kota Tegal
Kesesuaian lokasi mesin dapur induksi pada dasarnya telah sesuai
dengan ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Peruntukan Industri (KPI)
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 5.1.
Kesesuaian Lokasi Mesin Dapur Induksi Dengan Peraturan Zonasi KPI
No Peraturan Zonasi KPI Mesin Dapur Induksi
1 Kelengkapan pengelolaan lingkungan
hidup
Adanya dokumen UKL/UPL
2 Penggunaan kendaraan besar berada di
jalan arteri primer dan kolektor
Jalan Mataram termasuk jalan dalam
lingkungan Kawasan Peruntukan Industri
3 Sarana dan prasarana pendukung industri Pengembangan jaringan drainase sekunder
di Jalan Mataram
4 Kegiatan industri tanpa polusi Upaya pengelolaan kulaitas udara dan
kebisingan
Upaya pengelolaan kualitas dan kuantitas
air
Upaya pengelolaan limbah padat
Upaya pengelolaan lingkungan biologi
Sumber : RTRW Kota Tegal
LOKASI MESIN DAPUR
INDUKSI
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 3
5.1.2. Analisis Dampak Operasionalisasi Mesin Dapur Induksi
Setiap rencana usaha atau kegiatan, termasuk revitalisasi mesin dapur
induksi di Kota Tegal pasti akan menimbulkan dampak lingkungan baik dampak
positif maupun dampak negatif. Sehingga untuk memaksimalkan dampak
positif dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul upaya
pengelolaan tetap harus dilakukan. Dalam pengelolaan lingkungan tersebut
diterapkan pendekatan teknis maupun non teknis yang memadai.
a. Dampak Kualitas Udara dan Kebisingan
Perubahan kualitas udara dan kebisingan merupakan dampak negatif yang
dapat terjadi pada operasional kegiatan pengecoran logam dan dapur induksi.
Tabel 5.2.
Dampak Kualitas Udara dan Kebisingan
No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak
1 Proses pencetakan dan
pengecoran logam
Debu dan asap yang keluar
dari tungku dan debu dari
pasir cetak
Penurunan kualitas udara
di sekitar lokasi industri
yang jauh dari permukiman
penduduk
2 Proses
machining/finishing pada
kegiatan pengecoran dan
industri logam
.Debu dari kegiatan
machining/finishing
Penurunan kualitas udara
dengan sebaran dampak
hanya di sekitar lokasi
kegiatan yang jauh dari
permukiman penduduk
3 Operasional bengkel dan
utilitas (pemakaian
pompa, kompresor dan
lain-lain).
Kebisingan dari operasional
bengkel dan utilitas
Radius dampak ini
diperkirakan mencapai 50 -
100 meter dari tapak
4 Mobilitas kendaraan
pengangkut bahan baku
dan hasil produksi
Kebisingan dari mobilitas
kendaraan
Radius dampak kebisingan
ini diperkirakan kurang dari
50 meter dari tapak
Sumber : Analisa Data
b. Dampak Kualitas Air Permukaan
Sifat dampak berpotensi menurunkan kualitas air permukaan disaluran
drainase sekitar lokasi kegiatan pengecoran logam dan dapur induksi.
Darnpak dikategorikan sebagai dampak negatif dan bersifat permanen,
selama kegiatan operasional pengecoran logam dan dapur induksi
berlangsung.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 4
Tabel 5.3.
Dampak Kualitas Air Permukaan
No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak
1 Limbah domestik
pekerja
Limbah cair domestik Tergantung pengelolaan limbah
cair domestik
2 Penggunaan air pada
kegiatan proses
produksi dan
kegiatan domestik
Intrusi air laut Tergantung sumber air yang
digunakan
3 Proses perawatan
mesin yang berpotensi
menimbulkan ceceran
sisa oli / pelumas
Penurunan kualitas air
permukaan dan
Peningkatan kualitas air
limbah
Tergantung pada volume dan
karakteristik air limbah yang
masuk ke saluran drainase
Sumber : Analisa Data
c. Dampak Limbah Padat
Sifat dampak berpotensi meningkatnya timbulan limbah padat, timbulnya bau
tidak sedap, gangguan estetika lingkungan dan beresiko berkembangnya
vektor penyakit. Dampak dikategorikan sebagai dampak negatif tergantung
dari banyaknya limbah padat di sekitar lokasi dapur induksi dan banyaknya
limbah padat yang dapat tertangani.
Tabel 5.4.
Dampak Limbah Padat
No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak
1 Aktivitas kegiatan
pengecoran dan
perbengkelan
Potongan kawat, besi
dan baja
Tergantung kemampun untuk
mendaur ulang
2 Sampah domestik
karyawan
Sampah organikdan
anorganik
Volume sampah domestik
yang dihasilkan sebesar 0,06
m3/hari, dengan asumsi tiap
orang karyawan menghasilkan
sampah 0,003 m3/hr
Sumber : Analisa Data
d. Dampak Lingkungan Biologi
Dampak berpotensi mengganggu ekosistem di lingkungan dapur induksi
dengan berkurangnya jenis-jenis flora dan fauna tertentu atau pindahnya
beberapa jenis fauna. Dampak dikategorikan sebagai dampak negatif dan
bersifat permanen, selama operasional Dapur Induksi berlangsung.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 5
Tabel 5.5.
Dampak Lingkungan Biologi
No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak
1 Operasional dapur induksi
dan pengecoran logam
Terganggunya ekosistem
sekitar dapur induksi
Dampak ringan karena
berada d ilokasi tapak
bekas Ex TPA
Sumber : Analisa Data
e. Dampak Gangguan Lalu Lintas
Dampak berpotensi menyebabkan kemacetan dan antrian di akses keluar
masuk lokasi Dapur Induksi di Jalan Mataram serta berpotensi terjadinya
kecelakaan di akses keluar masuk dapur induksi. Dampak dikategorikan
sebagai dampak negatip dan bersifat permanen, selama operasional Dapur
Induksi berlangsung.
Tabel 5.6.
Dampak Gangguan Lalu Lintas
No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak
1 Mobilitas kendaraan (mobil
pribadi, Truk pengangkut
tabung gas, kendaraan roda
dua) konsumen yang keluar-
masuk lokasi Dapur Induksi
Gangguan kemacetan lalu lintas
dan kecelakaan lalu lintas
Dampak ringan
dengan
pengaturan lalu
lintas
Sumber : Analisa Data
5.1.3. Analisis Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan,
penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan
pengembangan lingkungan hidup. Kelayakan lokasi mesin dapur induksi di Kota
Tegal adalah sejauhmana pihak pengelola mampu meminimalkan dampak yang
dapat mempengaruhi lingkungan hidup.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 6
Tabel 5.7.
Pengelolaan Lingkungan Hidup
No Dampak Lingkungan Hidup Tolak Ukur Dampak Upaya Pengelolaan
1 Penurunan kualitas udara dan
kebisingan
Baku Mutu Kualitas udara ambien menurut SK
Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001
Baku Mutu Kualitas Udara emisi sumber tidak
bergerak menurut Permen LH No. 7 Tahun 2007.
Baku Tingkat Kebisingan menurut Keputusan MENLH
No. 48 /Menlh/11/1996.
SE Manaker No. 51/Manaker/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Lingkungan Kerja
Penanaman pohon pelindung
Penggunaan teknologi tepat guna yang mampu
mengurangi getaran dan kebisingan terhadap
bangunan sekitar
Pemasangan peredam pada genset agar tidak
menimbulkan kebisingan
2 Penurunan kualitas air
permukaan
Baku Mutu Air Limbah di Propinsi Jawa Tengah
menurut Perda Propinsi Jateng No. 12 Tahun 2012.
Baku Mutu Limbah Cair menurut keputusan MenLH
No. 06 tahun 2010.
Baku Mutu Air badan air menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air
Pembuatan sumur resapan untuk pembuangan
/ limpasan air.
Filterisasi air sebelum masuk ke draenase.
Melakukan penghematan penggunaan air
dalam aktifitas pembangunan Dapur Induksi
dan Pengecoran Logam
3 Peningkatan timbulan limbah
padat
Timbulan limbah padat/sampah pada lokasi proyek
pembangunan dapur induksi dan pengecoran logam.
Banyak sedikitnya jumlah limbah padat yang dapat
tertangani
Penyediaan tempat sampah Organik dan
anorganik di lokasi dapur Induksi dan
Pengecoran Logam.
Pemilihan sampah konstruksi non konstruksi
sesuai dengan jenisnya.
Kerjasama dengan pihak ketiga (pengumpul)
sampah untuk digunakan kembali/daur ulang.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 7
No Dampak Lingkungan Hidup Tolak Ukur Dampak Upaya Pengelolaan
Melakukan monitoring volume sampah yang
dihasilkan.
Mengurangi potensi timbulan sampah dengan menggunakan kembali bahan yang telah terpakai
4 Gangguan lingkungan biologi Perubahan lingkungan biologi karena operasionalisasi
mesin dapur induksi
Melakukan penghijauan dan penanaman pohon
peneduh disekitar lokasi kegiatan.
Pembuatan taman
Sumber : Analisa Data
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 8
5.2.1. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Dalam upaya merevitalisasi mesin dapur induksi, hal pokok yang perlu
mendapat perhatian adalah kelengkapan sarana dan prasarana yang akan
digunakan dalam operasionalisasi mesin dapur induksi. Kebutuhan sarana dan
prasarana yang diperlukan dilakukan dengan pendekatan kegiatan, antara lain :
5.2.1.1. Kegiatan Utama/Proses Produksi
Proses produksi pengecoran dan industri logam sangat bervariatif
bergantung pada spesifikasi produk yang dipesan oleh konsumen. Namun secara
garis besar proses produksi tersebut terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
pengadaan bahan baku, peleburan, pencetakan dan pengecoran, pembongkaran
hasil dan packing serta pengiriman.
a. Pengadaan Bahan Baku
Tahap pertama proses produksi diawali dengan pengadaan bahan baku yang
berasal dari dalam negeri berupa ferro mangan.
b. Peleburan logam/ baja.
Ferro mangan yang dilebur dengan cara pemanasan, setelah dilebur/melting
dilakukan uji kualitas komposisi terhadap logam yang sudah dilebur. Bahan
ferro mangan yang telah dilebur selanjutnya digunakan sebagai bahan dalam
proses pencetakan.
c. Pencetakan dan Pengecoran
Sebelum dilakukan proses pencetakan atau pengecoran, terlebih dahulu
disiapkan cetakan yang berasal dari bahan baku pasir silica, water glass dan
gas CO untuk pencetakan atau pengecoran baja dari bahan ferro mangan.
Adapun pengecoran dari bahan besi biasa biasanya menggunakan cetakan
yang berasal dari pasir biasa. Produk yang dihasilkan berupa produk casting,
dan beberapa komponen mesin.
d. Pembongkaran
Proses selanjutnya adalah pembongkaran hasil pengecoran logam yang
selanjutnya akan diuji kualitas dimensi dan bentuk sesuai dengan permintaan
konsumen.
5.2. KELAYAKAN TEKNIS
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 9
e. Finishing
Setelah diuji proses selanjutnya adalah finishing. Pada tahap ini produk logam
yang telah dicor dihaluskan kemudian dilakukan pengecatan sesuai dengan
permintaan konsumen.
Gambar 5.2.
Proses Produksi Mesin Dapur Induksi
Dari alur proses pengecoran logam di atas, kebutuhan dan kelengkapan
sarana dan prasarana untuk mendukung proses produksi mesin dapur induksi
antara lain :
Tabel 5.8.
Sarana dan Prasarana Proses Produksi
No Jenis Peralatan Kapasitas Keterangan
1 Mesin Dapur Induksi 250 Kg Tersedia
2 Genset 350 KVA Tersedia
3 Hois Crane 1.000 Kg Tersedia
4 Bak Kolam Perendaman 4 M2 Tersedia
5 Colling Tower - Tersedia
6 Panel Dapur Induksi - Tersedia
7 Hydraulic Power - Tersedia
8 Spectrometer - Belum Tersedia*
PENGADAAN
BAHAN BAKU
PEMBONGKARAN
PENCETAKAN DAN
PENGECORAN
PELEBURAN
LOGAM/BAJA
FINISHING
Ferro Mangan
Pasir Silica Water Glas
Gas CO
Uji Komposisi
Uji Kualitas (Dimensi dan Bentuk)
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 10
No Jenis Peralatan Kapasitas Keterangan
9 Optical Thermometer - Belum Tersedia*
10 Water Cooling - Belum Tersedia*
Sumber : Analisa Data
Keterangan : *) Diperhitungkan dalam Biaya Recommisioning
Spectrometer merupakan alat yang diperlukan untuk menguji komposisi
kimia yang dapat membantu mencapai komposisi target yang diinginkan.
Sementara itu optical thermometer juga diperlukan untuk mengukur perubahan
suhu yang cara kerjanya berdasarkan perubahan warna logam. akibat perubahan
suhu yang sangat tinggi (di atas 1000°C). Keduanya merupakan peralatan yang
sangat penting dalam menentukan kualitas logam yang dilebur. Selain kedua alat
tersebut, dalam proses peleburan logam, proses perpindahan panas juga
merupakan salah satu proses yang sangat penting dimana Water Cooling terbukti
mampu mengatasi panas jauh lebih baik daripada radiator.
5.2.1.2. Kegiatan Penunjang
Kegiatan pengecoran dan industri logam Dapur Induksi didukung beberapa
kegiatan penunjang yang terdiri dari kegiatan perbengkelan, utilitas, penyediaan
material dan alat perlengkapan, perkantoran. Kegiatan perbengkelan berupa
bengkel struktural untuk mendesain mesin produksi sesuai dengan spesifikasi
yang diminta oleh konsumen.
Utilitas yang menopang kegiatan pengecoran dan industri logam adalah
listrik, kompresor dan sumber air sumur. Untuk kegiatan ini didukung dengan
fasilitas yang berupa gudang logistik, gudang material operasi dan gudang
penyimpanan barang jadi sebelum dikirim ke konsumen. Perkantoran merupakan
kegiatan penunjang lainnya yang sangat berperan meliputi administrasi,
organisasi dan pengaturan tenaga kerja.
Kebutuhan dan kelengkapan sarana dan prasarana yang dapat mendukung
kegiatan penunjang mesin dapur induksi di Kota Tegal antara lain :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 11
Tabel 5.9.
Sarana dan Prasarana Penunjang
No Jenis Peralatan Kapasitas Keterangan
1 Perkantoran 100 m2 Belum Tersedia
2 Peralatan Perkantoran 1 Unit Belum Tersedia
3 Peralatan Perbengkelan 1 Unit Belum Tersedia
4 Sumur Artesis 1 Unit Belum Tersedia
5 Fire Hydrant 2 Unit Belum Tersedia
6 Penanaman Pohon Pelindung 100 Pohon Belum Tersedia
7 Perkerasan Jalan 1.784 m2 Belum Tersedia
Sumber : Analisa Data
5.2.1.3. Kegiatan Lainnya
Selain kegiatan utama dan kegiatan penunjang, kegiatan dapur induksi
juga mempunyai kegiatan lain seperti kegiatan lain untuk kegiatan pendidikan dan
sosial lainnya. Dalam dunia pendidikan Dapur Induksi akan menyediakan fasilitas
praktek bagi siswa SMK yang ada di Wilayah Kota Tegal dan bekerjasama
dengan Disperindagkop Kota Tegal sebagai lokasi penelitian produksi alat-alat
yang akan diperagakan untuk masyarakat. Kegiatan ini pada dasarnya tidak
membutuhkan sarana dan prasarana.
5.2.2. Manajemen Pengelolaan
5.2.2.1. Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja untuk mengoperasionalkan mesin dapur induksi
direncanakan menggunakan tenaga kerja lokal dengan jumlah 24 orang dan
spesifikasi keahlian sebagai berikut :
Tabel 5.10.
Kebutuhan Tenaga Kerja
No Klasifikasi Pekerja Pendidikan Jumlah
1 Manager S1 1
2 Desain Produksi S1 2
3 Administrasi DIII 2
3 Operator SMK 10
4 Ofice Boy SMA 2
5 Satpam SMA 2
6 Bongkar Mat SDSLTP 3
7 Enginering S1 2
Jumlah 24
Sumber : Analisa Data
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 12
5.2.2.2. Pengelola
Pengelolaan mesin dapur induksi di Kota Tegal dalam perkembangannnya
direncanakan akan dikelola dengan 4 (empat) pilihan lembaga yaitu Koperasi,
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan
dan swasta.
a. Koperasi
Koperasi merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam
mengelola mesin dapur induksi di Kota Tegal. Skema Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (KPBU) dapat dilakukan dengan menyerahkan
sepenuhnya pengelolaan mesin dapur induksi kepada koperasi.
b. Unit Pelaksana Teknis Daerah
Unit Pelaksana Teknis Daerah merupakan unit pemerintah yang dibentuk
dengan tujuan peningkatan pelayanan kepada pelaku usaha Industri Kecil
Menengah (IKM) Logam. Unit ini juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi
daerah dalam bentuk retribusi jasa atas pelayanan pengecoran logam yang
diberikan. Pemilihan unit pemerintah sebagai pengelola mesin dapur induksi
di Kota Tegal didasarkan pada hasil Temu Konsultasi ke Ditjen Industri Kecil
dan Menengah Kementerian Perindustrian di Jakarta pada tanggal 22 Januari
2015 di Jakarta terkait dengan Mesin Dapur industri di Kota Tegal, dimana
salah satu point dalam konsultasi tersebut adalah pemenuhan anggaran yang
cukup bagi pengembangan IKM di Kota Tegal adalah tanggung jawab
Pemerintah Kota Tegal sedangkan Pusat dan Provinsi bersifat sharing dan
melengkapi.
c. Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan
Pemilihan Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan sebagai pengelola mesin
dapur induksi di Kota Tegal merupakan wacana yang berkembang selama ini.
Pertimbangan yang muncul saat ini adalah :
1) Kapasitas mesin dapur induksi sebesar 250 kg dikategorikan skala
laboratorium sehingga lebih tepat apabila pengelolaannya diserahkan
kepada Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan yang ada.
2) Peningkatan pengetahun dan ketrampilan siswa dalam
mengoperasionalkan mesin dapur induksi.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 13
d. Perusahaan Swasta
Pihak ketiga atau perusahaan swasta juga merupakan alternatif yang dapat
ditawarkan sebagai pengelola mesin dapur induksi. Pertimbangan permodalan
yang mencukupi serta keahlian yang dimiliki pengelola swasta diharapkan
dapat mengatasi sisi kelemahan yang dari ketiga pengelola atau lembaga di
atas.
Dari keempat lembaga pengelola yang direncanakan masing-masing
lembaga memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 14
Tabel 5.11.
Kelebihan dan Kekurangan Lembaga Pengelola Mesin Dapur Induksi
No Keterangan Koperasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Lembaga Perguruan
Tinggi/ Pendidikan
Perusahaan Swasta
1 Sumberdaya
manusia pengelola
Sangat tersedia
Kualifikasi tenaga kerja
yang memadai karena
merupakan pelaku
usaha
Terbatas pada Pegawai
Negeri Sipil
Kualifikasi kurang memadai
(memerlukan diklat)
Terbatas di lingkungan
lembaga Perguruan
Tinggi/ Pendidikan
Kualifikasi tenaga kerja
memadai
Sangat tersedia
Kualifikasi tenaga kerja
yang memadai karena
merupakan pelaku
usaha
2 Permodalan Tidak terbatas baik dari
intern koperasi maupun
pihak ketiga (pinjaman)
Terbatas (tergantung pada
kemampuan anggaran
daerah)
Terbatas (tergantung
pada bantuan pihak
ketiga)
Tidak terbatas
3 Produksi dan
produktivitas
Berorientasi pada
keuntungan sehingga
produksi lebih efisen
Berorientasi pada pelayanan
jasa kepada IKM
Produksi tidak kontinyu
tergantung pada agenda
kegiatan pendidikan
Berorientasi pada
keuntungan sehingga
produksi lebih efisen
4 Jaringan usaha dan
pasar
Luas, mencakup pelaku
usaha di hulu dan hilir
Adanya kemitraan
antara anggota (IKM)
dengan koperasi
Luas, dengan mekanisme
pengadaan yang cukup sulit
(lelang)
Tidak ada kemitraan dengan
pelaku usaha (IKM)
Terbatas karena
berorientasi pada
peningkatan kualitas
SDM siswa
Tidak ada kemitraan
dengan pelaku usaha
(IKM)
Luas, mencakup
pelaku usaha di hulu
dan hilir
Tidak ada kemitraan
antara pelaku usaha
dengan perusahaan
5 Penerima manfaat Anggota (pelaku usaha
IKM)
Pelaku usaha IKM Pelajar/siswa Pelaku usaha
Perusahaan swasta
6 Kontribusi terhadap
daerah
Retribusi daerah Pendapatan Asli Daerah
Retribusi daerah
Sumber : Analisa Data
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 15
5.3.1. Aspek Pasar
Jumlah pelaku usaha industri logam di Kota Tegal yang mencapai 126 unit
usaha Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan pasar potensial bagi
keberlangsungan usaha mesin dapur induksi di Kota Tegal. Nilai produksi industri
ini mencapai Rp. 687.407 juta atau setara dengan produksi 57.283.916 kg
besi/baja per tahun.
Dengan kapasitas mesin dapur induksi sebesar 250 kg per jam atau 2.000
kg per hari atau 730.000 kg per tahun maka mesin dapur induksi di Kota Tegal
hanya mampu melayani 1,27% pangsa pasar yang ada. Kondisi ini menunjukan
bahwa dari sisi aspek pasar, mesin dapur induksi ini layak direvitaslisasi karena
dukungan pasar yang begitu besar.
Gambar 5.3.
Pangsa Pasar Mesin Dapur Induksi
5.3.2. Aspek Finansial
Salah satu ukuran yang dapat menentukan kelayakan revitalisasi mesin
dapur induksi di Kota Tegal adalah kelayakan finansial. Kelayakan ini menilai
tingkat pengembalian investasi dari revitalisasi mesin dapur induksi yang
direncanakan.
98,7%
1,3%
Kapasitas Pasar Industri Logam Kapasitas Mesin Dapur Induksi
5.3. KELAYAKAN EKONOMI
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 16
Data yang digunakan merupakan data primer yang bersumber dari pelaku
usaha yang terkait dengan industri pengecoran logam dan kebutuhan sarana dan
prasarana dalam mengoperasionalkan mesin dapur induksi. Jenis data ini
meliputi harga dan segala macam biaya yang dimungkinkan dari operasionalisasi
mesin dapur induksi. Penentuan jangka waktu investasi (operasionalisasi mesin
dapur induksi) yang diperhitungkan dalam analisa ini adalah selama 20 tahun.
5.3.2.1. Perkiraan Pendapatan
Pendapatan adalah operating revenues yaitu pendapatan yang diperoleh
pengelola mesin dapur induksi sebagai hasil dari usaha pokok pengecoran logam.
Perkiraan pendapatan dari operasionalisasi mesin dapur induksi pada dasarnya
ditentukan oleh 2 faktor yaitu :
a. Kapasitas Produksi
Besar kecilnya pendapatan operasionalisasi mesin dapur induksi pada
dasarnya sangat ditentukan oleh kemampuan atau kapasitas mesin dalam
pengecoran logam. Kapasitas produksi mesin dapur induksi di Kota Tegal
diperkirakan sebesar 250 kg per jam. Apabila jam kerja operasional ditetapkan
selama 8 jam maka kapasitas mesin dapur induksi per hari dapat mencapai
2.000 kg per hari atau 60.000 kg per bulan atau 730.000 kg per tahun.
b. Harga Jual
Selain kapasitas produksi, besar kecilnya pendapatan juga dipengaruhi oleh
faktor harga. Harga yang tidak stabil akan menyebabkan berfluktuasinya
pendapatan yang dapat diperoleh dari operasionalisasi mesin dapur induksi.
Harga jual saat ini dari produk-produk industri logam dapat di lihat dari tabel
berikut :
Tabel 5.12.
Harga Produk Industri Logam
No Jenis Produk Satuan Harga (Rp)
1 Besi Kg 12.000
2 Baja Kg 18.000
3 Stainles Kg 70.000
Sumber : Analisa Data Primer
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 17
5.3.2.2. Perkiraan Biaya
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang
berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya yang
diperkirakan akan terjadi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu :
5.3.2.2.1. Biaya Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
Biaya revitalisasi mesin dapur induksi dapat juga disebut biaya investasi
yang meliputi rekonstruksi mesin dapur induksi maupun biaya pengadaan sarana
dan prasarana baik untuk kegiatan pokok maupun penunjang. Biaya ini adalah
biaya awal yang dikeluarkan sebelum operasional mesin dapur induksi yang relatif
cukup besar. Biaya ini juga tidak habis dalam satu periode dan dapat digunakan
berulang-ulang.
5.3.2.2.2. Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi
Biaya rekonstruksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menfungsikan
kembali mesin dapur induksi agar dapat beroperasi sebagaimana mestinya.
Komponen biaya-biaya dalam rekonstruksi tersebut antara lain :
Tabel 5.13.
Biaya Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi
No Jenis Biaya Harga (Rp)
1 Re-instalasi mesin Inductotherm VIP 175 KW, 2 x 250 KG
a Instalation Civil dan Structural Work 243.375.000
b Instalation Electrical dan Control Panel works 65.010.000
c Instalation Pipe dan Fitting works 49.115.000
d Instalation Hydraulic works 22.550.000
e Instalation Grounding works 47.850.000
f Instalation Erecation dan Mechanical works 27.500.000
g Tansportasi dan akomodasi 35.200.000
2 Recommissioning VIP 175KW, 2 x 250Kg 44.000.000
3 Peralatan dan Material Recommising 852.269.000
4 Bahan Material Cetak dan Melting 53.031.000
Jumlah 1.439.900.000
Sumber : Analisa Data Primer
Keterangan : Jenis Peralatan dan Bahan Material yang digunakan dapat dilihat dalam
lampiran
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 18
5.3.2.2.3. Biaya Sarana dan Prasarana
Biaya sarana dan prasarana yang dapat mendukung revitalisasi mesin
dapur induksi di Kota Tegal dapat dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 5.14.
Biaya Sarana dan Prasarana Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
No Jenis Biaya Satuan Volume Harga (Rp)
1 Pembongkaran Rabat Beton dan Perapian Tanah
M3 25,92 12.960.000
2 Pembuatan Jalan Baru M2 1.784,00 1.784.000.000
3 Instalasi Saluran Listrik Unit 1,00 10.000.000
4 Instalasi Saluran PDAM Unit 1,00 5.000.000
5 Gedung Perkantoran 100 m2 300.000.000
6 Perlengkapan Perkantoran 1 Unit 100.000.000
7 Peralatan Perbengkelan 1 Unit 200.000.000
8 Sumur Artesis 1 Unit 40.000.000
9 Fire Hydrant 2 Unit 3.000.000
10 Cerobong Asap 1 Unit 30.000.000
11 Penghijauan dan penanaman pohon 100 Pohon 5.000.000
12 Pembuangan Sampah Unit 1,00 10.000.000
Jumlah 2.499.960.000
Sumber : Analisa Data
5.3.2.2.4. Biaya Operasional
Biaya Operasional atau operating expenses yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk melaksanakan kegiatan pokok. Jika digolongkan sesuai dengan fungsi
pokok kegiatan mesin dapur induksi maka biaya operasional dapat diklasifikasi
menjadi dua kelompok besar yaitu biaya produksi dan biaya non produksi.
a. Biaya produksi
Biaya produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk jadi
siap jual. Biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead.
b. Biaya non produksi
Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berkaitan dengan kegiatan
produksi secara langsung. Biaya jenis ini dapat digolongkan menjadi biaya
pemasaran, biaya administrasi umum
Biaya produksi yang diperkirakan terjadi dalam kegiatan mesin dapur
induksi di Kota Tegal dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 19
Tabel 5.15.
Biaya Produksi Mesin Dapur Induksi (Per Tahun)
No Jenis Biaya Satuan Kapasitas
Produksi
Harga (Rp) Jumlah (Rp)
1 Bahan Baku Kg 730.000 4.000 2.920.000.000
2 Bahan Penolong Kg 730.000 3.000 2.190.000.000
3 Biaya Listrik Kg 730.000 1.500 1.095.000.000
4 Biaya Bahan Bakar Kg 730.000 500 365.000.000
Jumlah 6.570.000.000
Sumber : Analisa Data
Sedangkan biaya non produksi dalam pengelolaan mesin dapur induksi di
Kota Tegal antara lain :
Tabel 5.16.
Biaya Non Produksi Mesin Dapur Induksi (Per Tahun)
No Jenis Biaya Jumlah Harga Total Biaya
1 Tenaga Kerja 24 Orang 2.000.000 576.000.000
2 Biaya pemeliharaan 12 Bulan 25.000.000 300.000.000
3 Biaya Administrasi Umum 12 Bulan 10.000.000 120.000.000
4 Penyusutan Mesin dan Peralatan 1 Tahun 146.543.000 146.543.000
Jumlah 1.142.543.000
Sumber : Analisa Data
Biaya penyusutan mesin dan peralatan merupakan biaya yang harus
dikeluarkan setiap tahun dengan umur ekonomis mesin dan peralatan
diperkirakan selama 10 tahun. Sedangkan pada akhir tahun ke 10, nilai sisa
mesin dan peralatan diperkirakan sebesar 100 juta rupiah.
5.3.3. Kelayakan Finansial
5.3.3.1. Proyeksi Arus Kas
Berdasarkan perkiraan pendapan dan perkiraan biaya operasionalisasi
mesin dapur induksi selanjutnya dapat disusun proyeksi arus kas dengan
mempertimbangkan beberapa asumsi sebagai berikut :
a. Harga jual diperkirakan akan meningkat sebesar 5% per tahun
b. Biaya produksi dan biaya non produksi diperkirakan akan meningkat sebesar
5% per tahun.
c. Discount Factor yang digunakan adalah sebesar 15% (suku bunga pinjaman
Bank Umum pada Bulan Juli 2017 berkisar 12,03%)
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 20
d. Perkiraan produksi yang direncanakan dalam perhitungan arus kas ini
menggunakan asumsi sebagai berikut :
1) Optimis
Mesin berproduksi pada kapasitas maksimum (full capacity) atau 100%
yaitu sebesar 250 kg per jam. Apabila jam kerja operasional ditetapkan
selama 8 jam maka kapasitas mesin dapur induksi per hari dapat
mencapai 2.000 kg per hari atau 60.000 kg per bulan atau 730.000 kg per
tahun.
2) Moderat
Mesin berproduksi pada kapasitas 75% yaitu sebesar 187,5 kg per jam.
Apabila jam kerja operasional ditetapkan selama 8 jam maka kapasitas
mesin dapur induksi per hari pada tingkat moderat dapat mencapai 1.500
kg per hari atau 45.000 kg per bulan atau 540.000 kg per tahun.
3) Pesimis
Mesin berproduksi pada kapasitas 50% yaitu sebesar 125 kg per jam.
Apabila jam kerja operasional ditetapkan selama 8 jam maka kapasitas
mesin dapur induksi per hari pada tingkat moderat dapat mencapai 1.000
kg per hari atau 30.000 kg per bulan atau 360.000 kg per tahun.
Proyeksi arus kas operasionalisasi mesin dapur induksi berdasarkan
perkiraan produksi optimis, moderat dan pesimis dapat di lihat pada tabel berikut
ini :
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 21
Tabel 5.17.
Proyeksi Arus Kas (Produksi Optimis)
NO URAIAN 0 TH 1 TH 2 TH 3 TH 4 TH 5
I PENDAPATAN
1. Penjualan
8.760.000.000 9.198.000.000 9.657.900.000 10.140.795.000 10.647.834.750
II PENGELUARAN
A BIAYA INVESTASI 1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi 1.439.900.000
2. Sarana dan Prasarana 2.499.960.000 Jumlah Biaya Investasi 3.939.860.000
B BIAYA PRODUKSI 1. Bahan Baku
2.920.000.000 3.066.000.000 3.219.300.000 3.380.265.000 3.549.278.250
2. Bahan Penolong
2.190.000.000 2.299.500.000 2.414.475.000 2.535.198.750 2.661.958.688
3. Biaya Listrik
1.095.000.000 1.149.750.000 1.207.237.500 1.267.599.375 1.330.979.344
4. Biaya Bahan Bakar
365.000.000 383.250.000 402.412.500 422.533.125 443.659.781
Jumlah Biaya Produksi
6.570.000.000 6.898.500.000 7.243.425.000 7.605.596.250 7.985.876.063
C BIAYA NON PRODUKSI 1. Biaya Tenaga Kerja
576.000.000 604.800.000 635.040.000 666.792.000 700.131.600
2. Biaya Pemeliharaan
300.000.000 315.000.000 330.750.000 347.287.500 364.651.875
3. Biaya Administrasi dan Umum
120.000.000 126.000.000 132.300.000 138.915.000 145.860.750
4. Penyusutan
146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000
Jumlah Biaya Non Produksi
1.142.543.000 1.045.800.000 1.098.090.000 1.152.994.500 1.210.644.225
D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan JUMLAH PENGELUARAN 3.939.860.000 7.712.543.000 7.944.300.000 8.341.515.000 8.758.590.750 9.196.520.288
III SURPLUS/DEFISIT (3.939.860.000) 1.047.457.000 1.253.700.000 1.316.385.000 1.382.204.250 1.451.314.463
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 22
NO URAIAN TH 6 TH 7 TH 8 TH 9 TH 10
I PENDAPATAN
1. Penjualan 11.180.226.488 11.739.237.812 12.326.199.702 12.942.509.688 13.589.635.172
II PENGELUARAN
A BIAYA INVESTASI
1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi
2. Sarana dan Prasarana
Jumlah Biaya Investasi
B BIAYA PRODUKSI
1. Bahan Baku 3.726.742.163 3.913.079.271 4.108.733.234 4.314.169.896 4.529.878.391
2. Bahan Penolong 2.795.056.622 2.934.809.453 3.081.549.926 3.235.627.422 3.397.408.793
3. Biaya Listrik 1.397.528.311 1.467.404.726 1.540.774.963 1.617.813.711 1.698.704.396
4. Biaya Bahan Bakar 465.842.770 489.134.909 513.591.654 539.271.237 566.234.799
Jumlah Biaya Produksi 8.385.169.866 8.804.428.359 9.244.649.777 9.706.882.266 10.192.226.379
C BIAYA NON PRODUKSI
1. Biaya Tenaga Kerja 735.138.180 771.895.089 810.489.843 851.014.336 893.565.052
2. Biaya Pemeliharaan 382.884.469 402.028.692 422.130.127 443.236.633 465.398.465
3. Biaya Administrasi dan Umum 153.153.788 160.811.477 168.852.051 177.294.653 186.159.386
4. Penyusutan 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000
Jumlah Biaya Non Produksi 1.271.176.436 1.334.735.258 1.401.472.021 1.471.545.622 1.545.122.903
D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan
100.000.000
JUMLAH PENGELUARAN 9.656.346.302 10.139.163.617 10.646.121.798 11.178.427.888 11.837.349.282
III SURPLUS/DEFISIT 1.523.880.186 1.600.074.195 1.680.077.905 1.764.081.800 1.752.285.890
Sumber : Analisa Data
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 23
Tabel 5.18.
Proyeksi Arus Kas (Produksi Moderat)
NO URAIAN 0 TH 1 TH 2 TH 3 TH 4 TH 5
I PENDAPATAN
1. Penjualan
6.480.000.000 6.804.000.000 7.144.200.000 7.501.410.000 7.876.480.500
II PENGELUARAN A BIAYA INVESTASI
1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi 1.439.900.000 2. Sarana dan Prasarana 2.499.960.000 Jumlah Biaya Investasi 3.939.860.000 B BIAYA PRODUKSI
1. Bahan Baku
2.160.000.000 2.268.000.000 2.381.400.000 2.500.470.000 2.625.493.500
2. Bahan Penolong
1.620.000.000 1.701.000.000 1.786.050.000 1.875.352.500 1.969.120.125
3. Biaya Listrik
810.000.000 850.500.000 893.025.000 937.676.250 984.560.063
4. Biaya Bahan Bakar
270.000.000 283.500.000 297.675.000 312.558.750 328.186.688
Jumlah Biaya Produksi
4.860.000.000 5.103.000.000 5.358.150.000 5.626.057.500 5.907.360.375
C BIAYA NON PRODUKSI
1. Biaya Tenaga Kerja
576.000.000 604.800.000 635.040.000 666.792.000 700.131.600
2. Biaya Pemeliharaan
300.000.000 315.000.000 330.750.000 347.287.500 364.651.875
3. Biaya Administrasi dan Umum
120.000.000 126.000.000 132.300.000 138.915.000 145.860.750
4. Penyusutan
146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000
Jumlah Biaya Non Produksi
1.142.543.000 1.045.800.000 1.098.090.000 1.152.994.500 1.210.644.225
D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan
JUMLAH PENGELUARAN 3.939.860.000 6.002.543.000 6.148.800.000 6.456.240.000 6.779.052.000 7.118.004.600
III SURPLUS/DEFISIT (3.939.860.000) 477.457.000 655.200.000 687.960.000 722.358.000 758.475.900
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 24
NO URAIAN TH 6 TH 7 TH 8 TH 9 TH 10
I PENDAPATAN
1. Penjualan 8.270.304.525 8.683.819.751 9.118.010.739 9.573.911.276 10.052.606.840
II PENGELUARAN
A BIAYA INVESTASI
1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi
2. Sarana dan Prasarana
Jumlah Biaya Investasi
B BIAYA PRODUKSI
1. Bahan Baku 2.756.768.175 2.894.606.584 3.039.336.913 3.191.303.759 3.350.868.947
2. Bahan Penolong 2.067.576.131 2.170.954.938 2.279.502.685 2.393.477.819 2.513.151.710
3. Biaya Listrik 1.033.788.066 1.085.477.469 1.139.751.342 1.196.738.909 1.256.575.855
4. Biaya Bahan Bakar 344.596.022 361.825.823 379.917.114 398.912.970 418.858.618
Jumlah Biaya Produksi 6.202.728.394 6.512.864.813 6.838.508.054 7.180.433.457 7.539.455.130
C BIAYA NON PRODUKSI
1. Biaya Tenaga Kerja 735.138.180 771.895.089 810.489.843 851.014.336 893.565.052
2. Biaya Pemeliharaan 382.884.469 402.028.692 422.130.127 443.236.633 465.398.465
3. Biaya Administrasi dan Umum 153.153.788 160.811.477 168.852.051 177.294.653 186.159.386
4. Penyusutan 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000
Jumlah Biaya Non Produksi 1.271.176.436 1.334.735.258 1.401.472.021 1.471.545.622 1.545.122.903
D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan
100.000.000
JUMLAH PENGELUARAN 7.473.904.830 7.847.600.072 8.239.980.075 8.651.979.079 9.184.578.033
III SURPLUS/DEFISIT 796.399.695 836.219.680 878.030.664 921.932.197 868.028.807
Sumber : Analisa Data
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 25
Tabel 5.19.
Proyeksi Arus Kas (Produksi Pesimis)
NO URAIAN 0 TH 1 TH 2 TH 3 TH 4 TH 5
I PENDAPATAN
1. Penjualan
4.320.000.000 4.536.000.000 4.762.800.000 5.000.940.000 5.250.987.000
II PENGELUARAN
A BIAYA INVESTASI 1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi 1.439.900.000
2. Sarana dan Prasarana 2.499.960.000 Jumlah Biaya Investasi 3.939.860.000
B BIAYA PRODUKSI 1. Bahan Baku
1.440.000.000 1.512.000.000 1.587.600.000 1.666.980.000 1.750.329.000
2. Bahan Penolong
1.080.000.000 1.134.000.000 1.190.700.000 1.250.235.000 1.312.746.750
3. Biaya Listrik
540.000.000 567.000.000 595.350.000 625.117.500 656.373.375
4. Biaya Bahan Bakar
180.000.000 189.000.000 198.450.000 208.372.500 218.791.125
Jumlah Biaya Produksi
3.240.000.000 3.402.000.000 3.572.100.000 3.750.705.000 3.938.240.250
C BIAYA NON PRODUKSI 1. Biaya Tenaga Kerja
576.000.000 604.800.000 635.040.000 666.792.000 700.131.600
2. Biaya Pemeliharaan
300.000.000 315.000.000 330.750.000 347.287.500 364.651.875
3. Biaya Administrasi dan Umum
120.000.000 126.000.000 132.300.000 138.915.000 145.860.750
4. Penyusutan
146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000
Jumlah Biaya Non Produksi
1.142.543.000 1.045.800.000 1.098.090.000 1.152.994.500 1.210.644.225
D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan JUMLAH PENGELUARAN 3.939.860.000 4.382.543.000 4.447.800.000 4.670.190.000 4.903.699.500 5.148.884.475
III SURPLUS/DEFISIT (3.939.860.000) (62.543.000) 88.200.000 92.610.000 97.240.500 102.102.525
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 26
NO URAIAN TH 6 TH 7 TH 8 TH 9 TH 10
I PENDAPATAN
1. Penjualan 5.513.536.350 5.789.213.168 6.078.673.826 6.382.607.517 6.701.737.893
II PENGELUARAN
A BIAYA INVESTASI
1. Rekonstruksi Mesin Dapur Induksi 2. Sarana dan Prasarana
Jumlah Biaya Investasi
B BIAYA PRODUKSI
1. Bahan Baku 1.837.845.450 1.929.737.723 2.026.224.609 2.127.535.839 2.233.912.631
2. Bahan Penolong 1.378.384.088 1.447.303.292 1.519.668.456 1.595.651.879 1.675.434.473
3. Biaya Listrik 689.192.044 723.651.646 759.834.228 797.825.940 837.717.237
4. Biaya Bahan Bakar 229.730.681 241.217.215 253.278.076 265.941.980 279.239.079
Jumlah Biaya Produksi 4.135.152.263 4.341.909.876 4.559.005.369 4.786.955.638 5.026.303.420
C BIAYA NON PRODUKSI
1. Biaya Tenaga Kerja 735.138.180 771.895.089 810.489.843 851.014.336 893.565.052
2. Biaya Pemeliharaan 382.884.469 402.028.692 422.130.127 443.236.633 465.398.465
3. Biaya Administrasi dan Umum 153.153.788 160.811.477 168.852.051 177.294.653 186.159.386
4. Penyusutan 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000 146.543.000
Jumlah Biaya Non Produksi 1.271.176.436 1.334.735.258 1.401.472.021 1.471.545.622 1.545.122.903
D Nilai Sisa Mesin dan Peralatan
100.000.000
JUMLAH PENGELUARAN 5.406.328.699 5.676.645.134 5.960.477.390 6.258.501.260 6.671.426.323
III SURPLUS/DEFISIT 107.207.651 112.568.034 118.196.436 124.106.257 30.311.570
Sumber : Analisa Data
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 27
5.3.3.2. Kelayakan Finansial Mesin Dapur Induksi
Berdasarkan proyeksi arus kas selama 10 tahun ke depan tersebut,
selanjutnya dapat diperhitungkan tingkat kelayakan finansial operasionalisasi
mesin dapur induksi di Kota Tegal sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5.20.
Tingkat Kelayakan Finansial Revitalisasi Mesin Dapur Induksi
NO ANALISA PRODUKSI
OPTIMIS
PRODUKSI
MODERAT
PRODUKSI
PESIMIS
KRITERIA
KELAYAKAN
1 Net Present Value Rp.
2.643.910.460 Rp
(316.928.074) Rp.
(3.121.933.001) Lebih besar dari Rp. 0,-
2 Internal Rate Of Return
31,27% 12,76% -20,85%
Lebih besar dari discount
factor
3 Benefit Cost Ratio Rp. 1,67 Rp. 0,92 Rp. 0,21 Lebih besar dari Rp 1,-
4 Return On Investment
37,49% 19,30% 2,06%
Lebih besar dari discount
factor
5 Payback Period (Tahun)
3,31 6,28 46,38 Semakin cepat semakin layak
Sumber : Data diolah
Dari analisa kelayakan finansial ini dapat diketahui bahwa untuk
merevitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal ini membutuhkan investasi awal
sebesar Rp. 3.939.860.000. Selanjutnya hasil analisis kelayakan finansial
revitalisasi mesin dapur induksi ini menunjukan bahwa tingkat pengembalian
investasi yang tinggi pada tingkat produksi optimis. Sementara untuk tingkat
produksi moderat dan pesimis menunjukan tingkat pengembalian investasi yang
rendah dari berbagai analisa rasio analisa yang diperhitungkan.
Hasil analisa Net Present Value (NPV) dengan discount factor 15% yang
digunakan untuk melihat selisih dari investasi nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di
masa yang akan datang menunjukan hasil yang positif pada tingkat produksi
optimis yaitu sebesar Rp. 2.643.910.460. Hal ini berarti bahwa revitalisasi mesin
dapur induksi secara ekonomis layak untuk dikembangkan. Sementara itu pada
tingkat pesimis menunjukan nilai NPV yang negatif. Hal ini berarti bahwa
revitalisasi mesin dapur induksi secara ekonomis tidak layak untuk dikembangkan
pada tingkat produksi moderat (75% dari kapasitas mesin) dan tingkat produksi
pesimis (50% dari kapasitas mesin).
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 28
Pada analisa Internal Rate Of Return (IRR) yang digunakan untuk mencari
tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di
masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal
menujukan bahwa revitalisasi mesin dapur induksi pada tingkat produsi optimis
memiliki IRR yang lebih besar dari 15% atau sebesar 31,27%. Atau dengan
dengan kata lain revitalisasi mesin dapur induksi layak dikembangkan dengan
tingkat bunga tidak lebih dari 31,27%. Hal ini berarti bahwa revitalisasi mesin
dapur induksi tersebut secara ekonomis layak untuk dikembangkan. Sementara
itu pada tingkat produksi moderat dan pesimis menunjukan nilai IRR yang lebih
kecil dari discount factor sebesar 15%. Dengan kata lain revitalisasi mesin dapur
induksi secara ekonomis tidak layak untuk dikembangkan pada tingkat produksi
moderat (75% dari kapasitas mesin) dan tingkat produksi pesimis (50% dari
kapasitas mesin).
Sedangkan pada analisa Benefit Cost Ratio, revitalisasi mesin dapur
induksi pada tingkat produksi optimis ini memiliki rasio keuntungan Rp. 1,67
dibandingkan biaya atau dengan kata lain biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari
keuntungan yang diperoleh. Dengan demikian revitalisasi mesin dapur induksi
tersebut secara ekonomis layak untuk dikembangkan. Sementara itu pada tingkat
produksi moderat dan pesimis menunjukan nilai Benefit Cost Ratio yang lebih
kecil. Dengan kata lain biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari keuntungan yang
diperoleh sehingga dapat dikatakan bahwa revitalisasi mesin dapur induksi secara
ekonomis tidak layak untuk dikembangkan pada tingkat produksi moderat (75%
dari kapasitas mesin) dan tingkat produksi pesimis (50% dari kapasitas mesin).
Untuk analisa Return on Investment (ROI) yang digunakan untuk menilai
rasio antara laba terhadap investasi menunjukan bahwa revitalisasi mesin dapur
induksi pada tingkat produksi optimis ini memiliki rasio yang lebih besar dari pada
tingkat bunga yang dipersyaratkan yaitu sebesar 37,49%. Dengan demikian maka
revitalisasi mesin dapur induksi tersebut secara ekonomis layak untuk
dikembangkan. Sementara itu pada tingkat produksi pesimis menunjukan nilai
ROI yang lebih kecil dari discount factor sebesar 15%. Dengan kata lain
revitalisasi mesin dapur induksi secara ekonomis tidak layak untuk dikembangkan
pada tingkat produksi pesimis (50% dari kapasitas mesin).
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 29
Pada analisa Payback Periode menunjukan bahwa waktu pengembalian
investasi pada tingkat produksi optimis dan moderat sebesar 3,31 tahun dan 6,28
tahun atau lebih cepat dari masa investasi yang direncanakan. Dengan waktu
pengembalian investasi yang relatif cepat ini maka revitalisasi mesin dapur induksi
ini pada tingkat produksi optimis dan moderat secara ekonomis layak
dikembangkan. Sementara itu pada tingkat produksi pesimis menunjukan waktu
pengengembalian investasi yang lebih lama dari yang direncanakan yaitu 46,38
tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa revitalisasi mesin dapur induksi pada
tingkat produksi pesimis ini secara ekonomis tidak layak dikembangkan.
Kelayakan revitalisasi mesin dapur induksi yang dianggap secara sosial
layak dikembangkan apabila keberadaan mesin dapur induksi mampu
meningkatkan kehidupan sosial masyarakat dalam bentuk peningkatan sarana
dan prasarana pelayanan publik, terjadi distribusi pendapatan dan kesempatan
berusaha secara adil serta minim atau tidak ada konflik sosial.
a. Dampak Peningkatan Sarana dan Prasarana Sosial
Peningkatan sarana dan prasarana sosial merupakan merupakan dampak
positif yang dapat terjadi pada operasional kegiatan pengecoran logam dan
dapur induksi. Meningkatnya sarana dan prasarana jalan, transportasi, energi
dan sebagainya adalah salah satu bentuk berkembangnya sarana dan
prasarana sosial bagi masyarakat.
Tabel 5.21.
Dampak Peningkatan Sarana dan Prasarana Sosial
No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak
1 Peningkatan sarana dan
prasarana jalan dari
kegiatan mobilitas
kendaraan pengangkut
Peningkatan kualitas
Jalan Mataram
Berkembangnya Kawasan
Peruntukan Industri (KPI)
memerlukan peningkatan
kualitas jalan
2 Peningkatan moda
transportasi angkutan
umum
Peningkatan dan
berkembangnya trayek
angkutan umum
Angkutan umum meningkat
seiring dengan
berkembangnya KPI
3 Peningkatan penerangan
jalan
Peningkatan penerangan
jalan Mataram
Penerangan jalan Mataram
meningkat seiring dengan
berkembangnya KPI
Sumber : Analisa Data
5.4. KELAYAKAN SOSIAL
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 30
b. Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
Sifat dampak kegiatan operasionalisasi mesin dapur induksi berpotensi
meningkatkan kesempatan kerja dan peluang berusaha. Darnpak
dikategorikan sebagai dampak positif selama kegiatan operasional
pengecoran logam dan dapur induksi berlangsung.
Tabel 5.22.
Dampak Peningkatan Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak
1 Rekruitmen tenaga kerja
operasional
Penyerapan Tenaga Kerja Tergantung pada tenaga
kerja lokal yang terserap
2 Peluang berusaha untuk
mendukung kegiatan
operasional mesin dapur
induksi
Kesempatan berusaha Tumbuhnya usaha jasa dan
perdagangan di sekitar lokasi
Sumber : Analisa Data
Untuk dapat menganalisa penerimaan masyarakat terhadap keberadaan
mesin dapur induksi di Kota Tegal dilakukan melalui analisa perbandingan model.
Analisa ini pada dasarnya adalah membandingkan antara kondisi riil dampak
operasionalisasi mesin dapur induksi dengan kondisi yang diinginkan yang
diinginkan oleh masyarakat (stakeholder). Hal ini dilakukan untuk menemukan
kesenjangan (gap) dimana selanjutnya akan dihasilkan penilaian terhadap
perubahan yang dianggap menguntungkan.
Dari 150 sampel yang direncanakan, hanya 72 responden yang
memberikan penilaian yaitu 4 responden dari unsur pemerintah, 57 responden
dari unsur pelaku usaha dan 11 responden dari unsur masyarakat. Untuk dapat
mengetahui tingkat kesenjangan antara kondisi harapan dengan kondisi riil
terhadap dampak yang dihadapi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi
dapat di lihat dalam tabel berikut ini.
5.5. PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 31
Tabel 5.23.
Penerimaan Masyarakat Terhadap Dampak
No DAMPAK Skor Maksimal Skor Aktual
I Lokasi
1 Kebisingan 5,00 2,7
2 Kualitas Air Permukaan 5,00 2,9
3 Limbah Padat 5,00 2,5
4 Lingkungan Biologi 5,00 2,6
5 Gangguan Lalu Lintas 5,00 3,2
II Teknis
1 Kemudahan Produksi 5,00 3,8
III Ekonomi
1 Kualitas dan Kuantitas Produksi 5,00 3,1
2 Efisiensi Produksi 5,00 4,3
IV Sosial
1 Peningkatan sarana dan prasarana sosial 5,00 3,5
2 Penyerapan tenaga kerja 5,00 3,8
Jumlah 50,00 32,4
Sumber : Analisa Data
Keterangan : 0,00 – 0,99 : Sangat Rendah 1,00 – 1,99 : Rendah 2,00 – 2,99 : Cukup 3,00 – 3,99 : Tinggi 4,00 – 4,99 : Sangat Tinggi
Hasil analisa penerimaan masyarakat (stakeholder) terhadap kemungkinan
dampak yang terjadi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal
menunjukan bahwa secara umum penerimaan masyarakat (stakeholder) terhadap
keberadaan mesin dapur induksi dapat dikategorikan tinggi dengan nilai skor
aktual sebesar 32,40 dari skor harapan sebesar 5,00.
Skor penerimaan tertinggi diperoleh pada variabel efisiensi produksi
dengan skor 4,30. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan mesin dapur induksi
secara ekonomi mampu membawa kepada peningkatan efisiensi produksi
pengecoran logam. Sementara itu skor terendah terdapat pada variabel limbah
padat yaitu sebesar 2,50 atau dikategorikan cukup. Hal ini menunjukan bahwa
masyarakat cukup menerima terhadap keberadaan limbah padat yang dihasilkan
mesin dapur induksi.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
V - 32
Tingkat kesenjangan antara kondisi harapan dengan kondisi riil terhadap
dampak yang dihadapi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi dapat di lihat
dalam gambar berikut ini.
Gambar 5.5.
Tingkat Kesenjangan Penerimaan Masyarakat
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
Skor Maksimal Skor Aktual
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VI - 1
STRATEGI REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI
6.1.1. Pengujian Kembali Mesin Dapur Induksi
Recommissioning atau pengujian kembali mesin dapur induksi merupakan
strategi yang dikembangkan untuk menfungsikan kembali peralatan dan
komponen mesin dapur induksi agar dapat berjalan/beroperasi sebagaimana
mestinya.
a. Permasalahan
1) Mesin dapur belum pernah diuji coba dari tahun 2013 sejak pemindahan
lokasi di jalan Mataram Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat.
2) Gedung dan peralatan mesin dapur induksi pernah tergenang banjir
setinggi 30 cm yang dikhawatirkan dapat merusak peralatan yang telah
terpasang
b. Arah Kebijakan
Kebijakan recommissioning mesin dapur induksi diarahkan pada upaya
pembiasaan dan trial production untuk memastikan bahwa mesin dapur
induksi telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
c. Sasaran
1) Menguji kesiapan mesin dapur induksi sebelum berproduksi secara
massal.
2) Menguji dampak lingkungan dari operasionalisasi mesin dapur induksi
untuk melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan
lingkungan yang dibutuhkan.
BAB
6
6.1. STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VI - 2
3) Memberikan keyakinan sebelum diserahterimakan kepada pihak ketiga
(pengelola) bahwa mesin dapur induksi mampu beroperasi sebagaimana
mestinya.
d. Implementasi
1) Fasilitasi kebutuhan biaya pengujian kembali (recommisioning) baik
berupa peralatan maupun material.
2) Menyiapkan tenaga ahli yang kompeten dalam proses pengujian kembali
mesin dapur induksi.
6.1.2. Pengembangan Produksi Massal
Pengembangan produksi massal merupakan strategi yang dikembangkan
untuk mencapai kapasitas produksi mesin dapur induksi sebesar 250 kg per hari.
Strategi ini dapat dilakukan apabila pengujian kembali mesin dapur induksi telah
berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
a. Permasalahan
1) Pencapaian tingkat keuntungan yang maksimal hanya dapat dilakukan
apabila mesin dapur induksi dapat beroperasi sesuai dengan kapasitas
yang ada dan tingkat efisiensi yang tinggi.
2) Kebutuhan pasar konsumen (pelaku usaha) atas produk/jasa pengecoran
logam yang cukup besar di Kota Tegal yang dapat mencapai 156.942 kg
per hari
b. Arah Kebijakan
Kebijakan pengembangan produksi massal diarahkan pada upaya memenuhi
kebutuhan pasar produk/jasa pengecoran logam dengan mutu/kualitas yang
tinggi.
c. Sasaran
1) Tercapainya keuntungan maksimum operasionalisasi mesin dapur induksi
yang dapat menutup seluruh biaya investasi dan biaya operasional yang
telah dikeluarkan.
2) Memberikan pelayanan produksi bagi pelaku usaha IKM yang dapat
meningkatkan kualitas produk sentra industri logam di Kota Tegal.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VI - 3
d. Implementasi
1) Mengembangkan pola produksi dimana aktivitas produksinya dimulai dari
merancang dan mendesain hingga produk tersebut dihasilkan
berdasarkan jumlah pesanan konsumen (IKM).
2) Mengembangkan inovasi baik teknologi dan peralatan yang dapat
menunjang efisiensi dan efektivitas kinerja mesin dapur induksi maupun
pengecoran logam.
6.2.1. Pengembangan Kemitraan Pasar
Pengembangan kemitraan pasar merupakan strategi yang dikembangkan
untuk meraih potensi pasar yang masih terbuka luas dalam industri logam di Kota
Tegal. Potensi pasar ini juga menjadi target pengelola mesin dapur induksi untuk
mencapai kapasitas produksi yang maksimum.
a. Permasalahan
Kelembagaan pelaku usaha IKM saat ini (Kopinkra Tegalindo) saat ini masih
belum berfungsi secara optimal untuk menunjang pelayanan produksi bagi
anggota.
b. Arah Kebijakan
Kebijakan pengembangan kemitraan pasar diarahkan untuk menciptakan
kerjasama yang sinergis dan saling menguntungkan antara pengelola dengan
pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM).
c. Sasaran
1) Meningkatkan kontribusi pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM)
dalam memanfaatkan mesin dapur induksi.
2) Tercapainya kapasitas maksimum produksi.
d. Implementasi
1) Memberikan layanan distribusi produk logam
2) Menguatkan partisipasi anggota terhadap koperasi dalam memanfaatkan
jasa atau layanan yang diberikan.
6.2. STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VI - 4
6.2.2. Pengembangan Promosi Produk/Jasa
Selain upaya pengembangan kemitraan pasar, upaya memasarkan
produk/jasa pengecoran logam perlu juga dilakukan melalui aspek promosi
produk/jasa untuk lebih mengenalkan masyarakat luas terutama pelaku usaha
Industri Kecil Menengah (IKM) di Kota Tegal.
a. Permasalahan
Persaingan harga dapat menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi
dalam pengelolaan mesin dapur induksi. Selain keberadaan industri
pengecoran logam lainnya seperti CV. Prima Logam juga masih adanya
usaha-usaha pengecoran yang bersifat tradisional. Persaingan harga dapat
pula berdampak pada penurunan kualitas produk karena penggunaan
material yang kurang berkualitas.
b. Arah kebijakan
Pengembangan promosi produk/jasa diarahkan pada upaya yang dapat
mengenalkan produk/jasa industri pengecoran logam kepada masyarakat
luas.
c. Sasaran
Dikenalnya produk/jasa pengecoran logam di Kota Tegal sebagai produk yang
berkualitas.
d. Implementasi
1) Mengembangkan kegiatan promosi produk/jasa dalam bentuk leaflet atau
brosur promosi terutama pada masa-masa awal operasionalisasi mesin
dapur induksi
2) Fasilitasi dalam kegiatan pameran produk industri kerajinan logam
sebagai ajang promosi pengenalan teknologi pengecoran logam dengan
mesin dapur induksi secara luas.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VI - 5
Pengembangan permodalan merupakan strategi yang dirumuskan dalam
rangka memenuhi kebutuhan permodalan operasionalisasi mesin dapur induksi.
a. Permasalahan
Kebutuhan permodalan dalam operasionalisasi mesin dapur induksi dengan
kapasitas terpasang 250 kg terbilang cukup besar terutama pada biaya bahan
baku berupa ferro mangan dan biaya energi. Tidak kurang Rp 7,7 milyar
biaya operasional yang harus dikeluarkan pengelola setiap tahun. Di sisi lain
adanya keterbatasan modal koperasi dan anggaran pemerintah daerah dapat
mempengaruhi kemampuan produksi yang dapat dihasilkan.
b. Arah Kebijakan
Kebijakan pengembangan permodalan diarahkan pada pengembangan modal
eksternal (pinjaman) di luar modal koperasi dan anggaran daerah.
c. Sasaran
1) Memaksimalkan kapasitas produksi mesin dapur induksi.
2) Memenuhi kebutuhan biaya operasional mesin dapur induksi.
d. Implementasi
1) Fasilitasi akses permodalan lembaga keuangan bank maupun non bank.
2) Fasilitasi akses permodalan Corporate Social Responsibility (CSR) dari
perusahaan-perusahaan BUMN maupun BUMS.
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang penting dan
berharga dalam mendukung kinerja mesin dapur induksi di Kota Tegal. Sumber
daya manusia yang berkualitas akan membawa kesuksesan di masa mendatang.
Bukan hanya itu saja, kehadiran sumber daya manusia yang berkualitas juga
akan berpengaruh pada proses pencapaian tujuan yang ingin di capai.
a. Permasalahan
Teknologi pengecoran logam dengan mesin dapur induksi merupakan
teknologi yang terbilang bukan hal baru dalam industri logam di Kota Tegal.
Teknologi ini mampu menghasilkan produk logam dengan kualitas yang tinggi.
6.3. STRATEGI PENGEMBANGAN PERMODALAN
6.4. STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VI - 6
Namun demikian penguasaannya belum meluas di kalangan pelaku usaha
Industri Kecil Menengah (IKM). Tercatat hanya satu pelaku usaha pengecoran
logam yang menggunakan teknologi ini.
b. Arah Kebijakan
Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia diarahkan pada upaya
penguasaan teknologi mesin dapur induksi.
c. Sasaran
1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produk pengecoran logam.
2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pengecoran logam
d. Implementasi
1) Fasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan operasionalisasi mesin
dapur induksi.
2) Fasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan desain produk
Dampak lingkungan merupakan dampak yang tidak bisa dihindari dalam
operasionalisasi mesin dapur induksi. Besar kecilnya dampak yang dapat
ditimbulkan tergantung pada kemampuan pengelola mesin dapur induksi dalam
meminimalisir dampak dan mengelola limbah yang dihasilkan.
a. Permasalahan
Kondisi eksisting mesin dapur induksi di Kota Tegal menunjukan bahwa
sarana dan prasarana pengelolaan limbah belum sepenuhnya terbangun
untuk meminimalisir dampak dan mengelola limbah yang dihasilkan. Kendala
lokasi yang merupakan bekas TPA dan keterbatasan biaya menjadi faktor
penyebab belum terpenuhinya sarana dan prasarana pengelolaan limbah.
b. Arah Kebijakan
Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup diarahkan pada upaya memenuhi
kelengkapan sarana dan prasarana pengelolaan limbah untuk meminimalisir
dampak dan mengelola limbah yang dihasilkan.
c. Sasaran
1) Meminimalisir dampak lingkungan hidup dari kegiatan operasionalisasi
mesin dapur induksi.
6.5. STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VI - 7
2) Pengelolaan limbah untuk mencapai standar baku mutu lingkungan hidup.
3) Memberikan kepercayaan masyarakat atas keberadaan mesin dapur
induksi di Kota Tegal
d. Implementasi
1) Penerapan produksi bersih dalam kegiatan pengecoran logam untuk
meminimalisir dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan.
2) Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan limbah sebagai bagian
dari upaya revitalisasi mesin dapur induksi.
Matrik strategi revitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal dalam jangka
menengah selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VI - 8
Tabel 6.1.
Matrik Strategi Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di Kota Tegal
No Strategi Arah Kebijakan Rencana Aksi Tahun Pelaksanaan
Stakeholder Terkait 2018 2019 2020 2021
1 Pengembangan produksi Recommissioning atau pengujian kembali mesin dapur induksi
Fasilitasi kebutuhan biaya pengujian kembali (recommisioning) baik berupa peralatan maupun material
Pemerintah
Menyiapkan tenaga ahli yang kompeten dalam proses pengujian kembali mesin dapur induksi
Pemerintah
Litbang
Pengembangan produksi massal
Mengembangkan pola produksi yang efektif dan efisien
Pemerintah
Koperasi
Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan
Mengembangkan inovasi baik teknologi dan peralatan
Pemerintah
Koperasi
Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan
2 Pengembangan pemasaran
Pengembangan kemitraan pasar
Memberikan layanan distribusi produk logam
Pemerintah
Koperasi
Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan
Menguatkan partisipasi anggota terhadap koperasi dalam memanfaatkan jasa atau layanan yang diberikan
Koperasi
Pekau usaha IKM
Pengembangan promosi produk atau jasa pengecoran logam
Mengembangkan kegiatan promosi
Pemerintah
Koperasi
Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VI - 9
No Strategi Arah Kebijakan Rencana Aksi Tahun Pelaksanaan
Stakeholder Terkait 2018 2019 2020 2021
Fasilitasi pameran produk-produk logam
Pemerintah
3 Pengembangan permodalan
Pengembangan permodalan eksternal
Fasilitasi permodalam Lembaga Keuangan Bank maupun non Bank
Pemerintah
LKB/LKBB
Fasilitasi permodalan CSR dari BUMN maupun BUMS
Pemerintah
BUMN/BUMS
4 Pengembangan Sumberdaya Manusia
Penguasaan teknologi mesin dapur induksi
Diklat operasionalisasi mesin dapur induksi
Pemerintah
Koperasi
Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan
Diklat desain produk industri logan
Pemerintah
Koperasi
Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan
5 Pengelolaan lingkungan hidup
Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan limbah
Penerapan produksi bersih Pemerintah
Koperasi
Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan
Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan limbah
Pemerintah
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VII - 1
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diambil dari Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin
Dapur Induksi di Kota Tegal adalah sebagai berikut :
a. Dari sisi teknis, hasil analisis kesesuaian lokasi mesin dapur induksi telah
sesuai dengan ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Peruntukan
Industri (KPI) berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011– 2031.
b. Secara teknis, hasil analisis pengelolaan lingkungan hidup juga telah
mendukung upaya meminimalisir dampak baik penurunan kualitas udara dan
kebisingan, kualitas air permukaan, timbulan limbah padat dan gangguan
lingkungan biologi.
c. Dalam hal teknis lainnya juga masih terdapatnya kekurangan kelengkapan
sarana dan prasarana untuk mendukung proses produksi mesin dapur induksi
serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan penunjang
mesin dapur induksi.
d. Lembaga pengelola mesin dapur induksi oleh Koperasi atau Perusahaan
Swasta adalah yang paling layak dibandingkan dengan Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) maupun Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan dari sisi
sumberdaya manusia, permodalan, produksi dan produktivitas, jaringan
usaha, penerima manfaat maupun kontribusi terhadap daerah.
e. Dari sisi aspek pasar, mesin dapur induksi ini layak direvitalisasi karena
dukungan pasar yang begitu besar yaitu hanya mampu melayani 1,27% dari
pangsa pasar yang ada.
f. Dari sisi aspek finansial, dengan biaya revitalisasi sebesar Rp 3,93 milyar,
mesin dapur induksi ini layak direvitalisasi pada tingkat produksi optimis yaitu
mesin bekerja dengan kapasitas full produksi karena menunjukan hasil positif
BAB
7
7.1. KESIMPULAN
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VII - 2
dari semua rasio keuangan yang ada serta mampu memberikan keuntungan
bagi pengelola. Sementara itu pada tingkat produksi moderat dan pesimis
(mesin bekerja pada kapasitas 75 dan 50%) secara ekonomis tidak layak
dikembangkan karena menunjukan hasil negatif dari semua rasio keuangan
yang ada.
g. Dari sisi aspek sosial, mesin dapur induksi ini layak direvitalisasi karena
berpotensi mampu meningkatkan pembangunan wilayah, penyerapan tenaga
kerja dan peluang berusaha.
h. Penerimaan masyarakat dapat dikategorikan tinggi dengan nilai skor aktual
sebesar 32,40 dari skor harapan sebesar 5,00 terhadap kemungkinan dampak
yang terjadi dalam operasionalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal.
i. Untuk dapat mewujudkan rencana revitalisasi mesin dapur induksi di Kota
Tegal maka pilihan strategi yang harus diimplementasikan adalah
pengembangan produksi (termasuk pengujian kembali mesin dapur induksi),
pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Berdasarkan hasil Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi di
Kota Tegal maka hal-hal yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut :
1. Perlunya recommissioning atau pengujian kembali.
Hal utama yang perlu dilakukan sebelum merevitalisasi mesin dapur induksi
adalah pengujian kembali terhadap sistem dan peralatan yang ada mengingat
sejak dipindahkan ke lokasi Jalan Mataram, mesin ini belum pernah
dioperasikan dan sempat tergenang banjir. Pemerintah daerah dapat
menfasilitasi kebutuhan anggaran recommissioning mengingat kebutuhannya
yang cukup besar mencapai Rp. 1,439 milyar. Anggaran ini juga untuk
pengadaan sarana dan prasaran proses produksi yang belum tersedia seperti
spectrometer, optical thermometer dan water cooling.
Hal ini juga sesuai dengan apa yang direkomendasikan oleh tenaga ahli (PT.
Prima Logam) yaitu :
7.2. REKOMENDASI
Kajian Kelayakan Revitalisasi Mesin Dapur Induksi Kota Tegal
LAPORAN AKHIR
VII - 3
a. Pembersihan seluruh peralatan
b. Pengetesan dan service seluruh komponen
c. Perangkaian kembali instalasi
2. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung
Selain upaya pengujian kembali, rencana revitalisasi mesin dapur induksi juga
perlu didukung dengan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat
memperlancar kegiatan operasionalisasi mesin dapur induksi maupun
pengelolaan limbah. Pemerintah daerah juga dapat menfasilitasi
pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang mencapai Rp 2,49
milyar.
3. Penyusunan draft Kerjasama Pengelolaan
Draft kerjasama pengelolaan mesin dapur induksi (apabila dikelola oleh
Koperasi maupun Lembaga Perguruan Tinggi/Pendidikan) perlu disusun
kembali yang dapat mengadopsi kepentingan dan kemampuan semua pihak
termasuk kewenangan dan tanggungjawab pengelola.
4. Fasilitasi permodalan
Biaya operasionalisasi mesin dapur induksi yang cukup besar yaitu Rp. 7,712
milyar perlu dicarikan alternatif pendanaan kepada pihak ketiga dalam hal ini
Lembaga Keuangan Bank maupun Non Bank atau dana-dana CSR dari
BUMN maupun BUMS untuk menutup kebutuhan biaya operasional.
5. Pengelolaan lingkungan hidup
Upaya pengelolaan lingkungan hidup perlu difokuskan pada pengelolaan
dampak kebisingan dan penanganan limbah padat sebagaimana harapan
masyarakat atas kemungkinan dampak operasionalisasi mesin dapur induksi
di Kota Tegal
KUESIONER
KAJIAN KELAYAKAN REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI
KOTA TEGAL
Kuisioner ini digunakan untuk mengkaji kelayakan lokasi dan teknis, ekonomi dan sosial terhadap rencana revitalisasi mesin dapur induksi di Kota Tegal. Kuesioner ini disusun oleh CV. CITRA VASTU VIDYA bekerjasama dengan BAPPEDA Kota Tegal
DATA UMUM
Nama Responden
Instansi/Perusahaan/IKM/Masyarakat
Alamat RT/RW
Desa/Kel
Kecamatan
Tanda Tangan
KAJIAN KELAYAKAN REVITALISASI MESIN DAPUR INDUKSI
KOTA TEGAL
( Lingkari kode huruf sesuai jawaban masyarakat / responden )
Nilai
LOKASI
1.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak kebisingan
dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1.2. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak kualitas air
permukaan dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1.3. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak limbah
padat dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1.4. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak lingkungan
biologi dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1.5. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan dampak gangguan
lalu lintas dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Tidak ada
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
TEKNIS
2.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemudahan produksi logam
dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat sulit
b. Sulit
1
2
c. Cukup
d. Mudah
e. Sangat Mudah
3
4
5
EKONOMI
3.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi logam dengan keberadaan mesin dapur
induksi :
a. Sangat Sulit
b. Sulit
b. Cukup
c. Mudah
d. Sangat Mudah
3.2. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan
efisiensi produksi logam dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat Kurang mendukung
b. Kurang Mendukung
c. Cukup Mendukung
d. Mendukung
e. Sangat Mendukung
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
SOSIAL
4.1. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan
sarana dan prasarana soaial dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat Kurang mendukung
b. Kurang Mendukung
c. Cukup Mendukung
d. Mendukung
e. Sangat Mendukung
4.2. Bagaimana pendapat saudara mengenai kemungkinan peningkatan
penyerapan tenaga kerja dengan keberadaan mesin dapur induksi :
a. Sangat Kurang mendukung
b. Kurang Mendukung
c. Cukup Mendukung
d. Mendukung
e. Sangat Mendukung
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
DAMPAK R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 15 R16 R17 R18 R19 R20 R21LokasiKebisingan 3 3 3 2 4 3 1 1 4 3 3 1 1 4 3 3 3 3 2 4 2Kualitas Air Permukaan 3 2 4 2 4 3 2 1 4 4 3 2 1 4 4 3 2 4 2 4 2Limbah Padat 2 3 3 3 3 2 1 1 3 4 2 1 1 3 4 2 3 3 3 3 3Lingkungan Biologi 2 2 4 3 2 3 1 1 4 4 3 1 1 4 4 2 2 4 3 2 3Gangguan Lalu Lintas 3 4 3 4 4 3 3 1 3 4 3 3 1 3 4 3 4 3 4 4 4TeknisKemudahan Produksi 4 4 4 2 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 5 2EkonomiKualitas dan Kuantitas Produksi 4 2 2 4 2 3 3 3 3 5 3 3 3 3 5 4 2 2 4 2 4Efisiensi Produksi 5 3 3 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 3 5 4 5SosialPeningkatan sarana dan prasarana sosial 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3Penyerapan tenaga kerja 4 5 3 3 5 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 5 3 3 5 3JUMLAH 34 32 33 31 37 32 27 24 35 39 32 27 24 35 39 34 32 33 31 37 31
Lampiran 2.Hasil Kuesioner
DAMPAK R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42LokasiKebisingan 4 3 1 3 3 3 1 4 3 1 1 4 3 3 2 4 3 3 3 3 1Kualitas Air Permukaan 4 3 2 3 2 4 1 4 4 2 1 4 4 4 2 4 3 3 2 3 2Limbah Padat 3 2 1 2 3 3 1 3 4 1 1 3 4 3 3 3 2 2 3 2 1Lingkungan Biologi 2 3 1 2 2 4 1 4 4 1 1 4 4 4 3 2 3 2 2 3 1Gangguan Lalu Lintas 4 3 3 3 4 3 1 3 4 3 1 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3TeknisKemudahan Produksi 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 5 4 4 4 4 4EkonomiKualitas dan Kuantitas Produksi 2 3 3 4 2 2 3 3 5 3 3 3 5 2 4 2 3 4 2 3 3Efisiensi Produksi 4 4 5 5 3 3 5 5 4 5 5 5 4 3 5 4 4 5 3 4 5SosialPeningkatan sarana dan prasarana sosial 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3Penyerapan tenaga kerja 5 4 4 4 5 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 5 4 4 5 4 4JUMLAH 37 32 27 34 32 33 24 35 39 27 24 35 39 33 31 37 32 34 32 32 27
DAMPAK R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63LokasiKebisingan 3 3 3 1 4 3 2 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 1 1 4 3Kualitas Air Permukaan 3 2 4 1 4 4 2 4 4 4 4 2 4 3 3 2 3 2 1 4 4Limbah Padat 2 3 3 1 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 1 1 3 4Lingkungan Biologi 2 2 4 1 4 4 3 2 4 4 4 3 2 3 2 2 3 1 1 4 4Gangguan Lalu Lintas 3 4 3 1 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 1 3 4TeknisKemudahan Produksi 4 4 4 4 3 4 2 5 3 4 4 2 5 4 4 3 3 3 4 3 4EkonomiKualitas dan Kuantitas Produksi 4 2 2 3 3 5 4 2 3 5 2 4 2 3 4 2 3 3 3 3 5Efisiensi Produksi 5 3 3 5 5 4 5 4 5 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 4 3SosialPeningkatan sarana dan prasarana sosial 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4Penyerapan tenaga kerja 4 5 3 4 3 3 3 5 3 3 3 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3JUMLAH 34 32 33 24 35 39 31 37 35 39 33 31 37 32 34 31 31 26 23 34 38
DAMPAK R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 Jumlah Rata-rataLokasiKebisingan 3 1 1 4 3 3 3 3 3 196 2,7Kualitas Air Permukaan 3 2 1 4 4 3 2 4 4 212 2,9Limbah Padat 2 1 1 3 4 2 3 4 3 182 2,5Lingkungan Biologi 3 1 1 4 3 2 2 4 3 190 2,6Gangguan Lalu Lintas 3 3 1 3 4 3 4 4 3 230 3,2TeknisKemudahan Produksi 3 4 4 3 4 4 4 4 4 270 3,8EkonomiKualitas dan Kuantitas Produksi 3 3 3 3 5 4 2 5 2 227 3,2Efisiensi Produksi 4 5 5 5 4 5 3 4 3 306 4,3SosialPeningkatan sarana dan prasarana sosial 3 3 3 3 4 4 4 4 4 252 3,5Penyerapan tenaga kerja 4 4 4 3 3 4 5 3 3 271 3,8JUMLAH 31 27 24 35 38 34 32 39 32 2336 32,4
Lampiran 3.
Peralatan Moulding dan Melting
NO NAMA BARANG
1 SPEKTRO METER UNIT
2 TABUNG ARGON-REGULATOR-SELANG
3 PRINTER
4 RUANG AC
5 INSTALASI LISTRIK
6 REGULATOR 02 UNIT
7 TIMBANGAN DIGITAL 150 KG
8 MESIN GERINDA 7” DAN 4” + RESIBON
9 BESI BEHEL
10 SAND CRUSER
Lampiran 4.
Bahan dan Material Moulding dan Melting
NO NAMA BARANG BANYAKNYA SATUAN HARGA1 PASIR SMG 5TON @ 1500/KG 5TON 1.500,00 7.500.000,00
2 WATER GLASS BE S1 1DRUM 1 DRUM 1.500.000,00 1.500.000,00
3 RESIN FURAN 1 DRUM 230KG
4 KATALIS 1 DRUM 240KG
5 GAS C02 2TABUNG 1.500.000,00 3.000.000,00
6 GAS ELPIJI 50KG 200.000,00
7 ISOMOL 185 30KG 50.000,00 1.500.000,00
8 STRIP COAT 16KG 50.000,00 800.000,00
9 CORE FIX 9 20KG 50.000,00 1.000.000,00
10 FE SI MG 120KG 50.000,00 6.000.000,00
11 FE SI 25KG 25.000,00 625.000,00
12 Fe Me Hc 25KG 25.000,00 625.000,00
13 CARBOLUK 25KG 25.000,00 625.000,00
14 INOCOLANT 100KG 50.000,00 5.000.000,00
15 SLAK REMOVER 25KG 15.000,00 375.000,00
16 SKRAP BESI 500KG 7.000,00 3.500.000,00
17 SOLAR LITER 12.000,00 6.000.000,00
18 SEPATU KERJA SATUAN 350.000,00 1.400.000,00
19 APRON KULIT SATUAN 150.000,00 600.000,00
20 BAJU DAMKAR SATUAN 3.500.000,00 7.000.000,00
21 HELM SATUAN 150.000,00 600.000,00
22 SARUNG TANGAN KULIT SET 50.000,00 200.000,00
23 SARUNG TANGAN KAIN SET 50.000,00 100.000,00
24 MASKER SET 30.000,00 60.000,00
JUMLAH: 48.210.000,00
No Nama Alat Catatan/rekomendasi untuk komusioning
1 Cooling Tower - pembersihan alat - sevice komponen - dirangkai dengan instalasinya - masih layak untuk dilaksanakan tes komusioning -
2 Genset - masih layak untuk diadakan tes komusioning - dilaksanakan kontrol seluh komponen dan diservice - pemberian pelumas/oli
3 Trafo Genset - masih layak untuk diadakan tes komusioning - dicek perbagian komponen - diberi pelumas
4 Panel Dapur Induksi - pengecekan dan perbaikan komponen - apabila ada komponen yang rusak maka penggantian komponen - pemberian pelumas
5 Hydraulic Power
Lampiran 5. Hasil Cek Mesin Untuk Tes Komusioning Mesin Dapur Induksi
- masih layak dilaksanakan tes komusioning dengan catatan dicek komponennya
6 Panel Elektrikal - pengecekan momponen elektrikal - masih layak untuk dilakukan tes komusioning
7 Tungku Dapur Induksi - layak untuk dites komusioning - dibersihkan - service ringan
8 Hoist Crane - masih layak untuk tes komusioning - pengecekan dan perbaikan komponen elektrikal, kabel, dll - pemberian pelumas/oli