Post on 24-Feb-2021
INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PEMBELAJARAN
SMP NEGERI 1 TOMPOBULU KEC. TOMPOBULU
KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
NURHAYATI
105 19 2234 14
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1439 H/ 2018 M
vii
ABSTRAK
Nurhayati, 105 192 234 14. 2018. Internalisasi Nilai-nilai Akhlak Dalam Pembelajaran di SMP Negeri 1 Tompobulu Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Skripsi. Di bimbing oleh H. Mawardi Pewangi dan St. Rajiah Rusydi.
Dalam penelitian ini rumusan permasalahan yang diangkat adalah: 1) Bagaimana gambaran umum akhlak siswa di SMP Negeri 1 Tompobulu. 2) Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran pada siswa di SMP Negeri 1 Tompobulu. 3) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif, dengan mengambil latar SMP Negeri 1 Tompobulu. Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PAI dan guru lainnya dan siswa SMP Negeri 1 Tompobulu. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akhlak siswa di SMP Negeri 1 Tompobulu dapat dikategorikan baik. Indikasinya dapat dilihat dari kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh para siswa dalam pembentukan Akhlakul karimah.Proses internalisasi nilai-nilai akhlak pada siswa di SMP Negeri 1 Tompobulu dilakukan dengan dua cara yaitu melalui materi-materi akhlak dan metode-metode pembentukan akhlak siswa. Faktor pendukung internalisasi nilai-nilai akhlak da 2 yaitu faktor dari dalam seperti input yang berbeda dan factor dari luar seperti menciptakan suasana sekolah yang Islami dan sarana prasarana yang memadai. Dan Faktor penghambat internalisasi nilai-nilai akhlak terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran.
Kata kunci: Akhlak dalam pembelajaran.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin,puji syukur senantiasa tentang dalam
setiap hela nafas atas kehadirat dan junjungan Allah SWT. Bingkisan
salam dan shalawat tercurah kepada kekasih Allah, Nabiullah Muhammad
SAW, para sahabat dan keluarganya serta ummat yang senantiasa
istiqamah dijalan-Nya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada
kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan
untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian skripsi.
Namun, semua tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat
dukungan, narahan, bimbingan serta bantuan moril dan materi. Maka
melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat.
1. Kedua orang tua tercinta Yamang dan Johra yang tiada henti-
hentinya mendoakan, memberi dorongan moril maupun materi
selama menempuh pendidikan. Terimakasih atas doa, motivasi dan
bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama
Islam.
4. Ibu Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam.
ix
5. Drs. H. Mawardi Pewangi M.Pd.I dan Dra. Siti Rajiah Rusydi
M.Pd.I pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
8. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi
banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-
mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
terutama bagi diri pribadi Amin.
Makassar, 18 Dzulkaidah1439 H 30 Juli 2018 M
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern ini, pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan dan
menyelaraskan pembangunan dan kemajuan, maka nilai akhlak harus tetap
dilestarikan dan ditanamkan kepada setiap manusia tanpa terkecuali, peserta
didik.Salah satu penanaman nilai tersebut adalah nilai pendidikan.Pendidikan
didesain sebaik mungkin agar para peserta didik mampu memahami dan
menghayati nilai-nilai yang diajarkan.
Selain itu di masa kini disekitar kita, banyak sekali kita melihat
perilaku anak yang tidak memiliki akhlak yang terpuji, seperti tidak patuh
kepada guru atau orang tuanya, tidak memiliki sopan santun, selalu
melanggar peraturan dan lain sebagainya.Semua hal tersebut bertentangan
dengan tujuan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI).
Setiap orang tua hendaknya waspada terhadap ancaman arus
globalisasi yang akan menggerus kepribadian anak. Menurut Zakiyah
Daradjat, bahwa salah satu timbulnya krisis akhlak yang terjadi dalam
masyarakat adalah karena lemahnya pengawasan sehingga respon terhadap
agama kurang.
Pendidikan agama islam sekarang lebih berorientasi pada belajar
teorinyasaja, sehingga banyak yang mengetahui nilai-nilai ajaran agama,
tetapi perilakunya tidak relavan dengan yang ajaran diketahuinya. Pendidikan
2
agama lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis
keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang concern terhadap persoalan
bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna”
dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik lewat
berbagai cara, media, dan forum.1
Untuk itulah Pendidikan Agam Islam (PAI) harus mampu
membangunkarakter siswa menjadi lebih baik, yang mencerminkan karakter
Islam rahmatan lil’alamin, yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak, toleransi,
sosial kejujuran serta tanggung jawab. Banyaknya persoalan yang terjadi di
negara ini antara laindisebabkan oleh semakin menipisnya nilai-nilai akhlak.
Maka dari itu pemberdayaan masyarakat untuk tetap memegang teguh pada
nilai-nilai tersebut bukanlah suatu perkara yang mudah, tetapi harus
dilakukan.Sebab, tanpa memahami nilai-nilai itu, maka mustahil seseorang
mampu mempraktekkan dalam kehidupannya. Disadari betul bahwa cara
satusatunya yang paling tepat adalah melalui jalur pendidikan.
Sekolah merupakan suatu institusi pendidikan yang berperan aktif
dalammenanamkan nilai-nilai moral dan keislaman kepada para peserta didik
dan harus memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan nilai ini
Penerapan nilai-nilai akhlak di sekolah harus dimasukkan kedalam
pendidikan di sekolah formal yakni dengan cara melibatkan semua unsur
1Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Hal. 23-24.
3
yang terlibat di lembaga tersebut. Iklim yang diciptakan harus memberi
peluang terjadinya interaksi positif antara peserta didik dengan nilai-nilai yang
akan diinternalisasikan, baik melalui keteladanan personal, diskusi, maupun
proses belajar mengajar dalam arti seluas-luasnya. Komunikasi pendidik
dengan peserta didik harus baik yang mana didasari pada adanya
penerimaan keduabelah pihak. Muatan komunikasi itu juga penting agar
mengarah kepada nilai-nilai yang diinginkan.
Pembelajaran adalah bagian dari pendidikan, pembelajaran adalah
suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan
berhubungan untuk mencapai tujuan pembelajaran.Salah satu pembelajaran
dalam sistem pendidikan adalah Pendidikan Agama Islam (PAI).Sebagai
mata pelajaran yang mengkaji persoalan agama, tentu tidak terlepas dengan
nilainilai akhlak, yang membentuk perilaku peserta didik.Karena agama Islam
sendiri tidak menafikan adanya hubungan antara sesama manusia
(Hablumminannas).Sehingga dalam pembelajaran PAI harus ada
Internalisasi nilai-nilai akhlak berupa sosial dalam setiap kegiatan
pembelajarannya dalam membentuk kepribadian yang bermoral dan
berakhlakul karimah serta tawadhu’ dan bersosialis tinggi.
Pendidikan nilai-nilai akhlak harus ditanamkan kepada peserta didik
sebelum mereka mencapai usia akhir pembentukan kepribadian pada usia 20
atau 21 tahun. Jika melewati batas ini, sudah amat sulit memasukkan nilai-
nilai karena harus membangun kembali kepribadian yang telah terbentuk
4
(recontruction of personality).Oleh sebab itu nilai-nilai akhlak dalam bentuk
akhlak al-karimah sudah terkristal dan terinternalisasi sejak kecil agar
menjadi sikap hidup yang tak memerlukan lagi pengawasan dari luar diri
individu. Ada atau tidak ada polisi akan berhenti otomatis, apabila lampu
merah lalu lintas menyala. Ada atau tidak ada orang yang melihat, maka
secara otomatis akanmenjalankan segala kewajibannya kepada Allah dan
menjauhi segalalarangan-Nya.
Internalisasi nilai-nilai akhlak memegang peranan penting dalam
konteks kehidupan bersama karena salah satu tahap tingkah laku
penyusuaian diri yang melahirkan gerak hati dalam bentuk tauhid, sabar,
ikhlas dan sebagainya. Dengan terbentuknya kemampuan yang mendasar
untuk mengambil dan bertingkah laku yang sesuai dengan norma dan sikap
yang dikehendaki oleh agama dan masyarakat. Pembahasan nilai-nilai
akhlak ini bersifat abstrak dan memerlukan pengalaman yang panjang untuk
memahaminya, sehingga pendidik maupun peserta didik dituntut untuk
mampu berpikir secara abstrak yang umumnya sulit dilaksanakan.
Internalisasi nilai-nilai akhlak dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
salah satunya dengan pembiasaan.
Kegiatan pembelajaran peserta didik tidak hanya difokuskan untuk
belajar di ruang kelas. Guru dan pihak sekolah yang lainnya selalu berusaha
menjalin kerjasama demi meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran.
Sehingga setelah lulus, para peserta didik tidak hanya menguasai ilmu-ilmu
5
umum saja namun mampu menjadi insan yang mempunyai kualitas keimanan
yang kuat serta komitmen selalu berperilaku terpuji dalam menjalani
kehidupannya di zaman globalisasi yang penuh dengan tantangan dengan
tetap berpegang teguh pada ajaran agama.
Karena itu, berdasarkan uraian diatas penulis melakukan
suatupenelitian yaitu “Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam PembelajaranDi
SMP Negeri 1 Tompobulu” dengan harapan materi ini tidak hanya terbatas
pada pengetahuan kognitif saja, tetapi bisa menjadi bagian yang tak
terpisahkan dengan jiwa kepribadian seorang siswa,sehingga dapat terwujud
menjadi sebuah karakter yang baik pada diri peserta didik dalam menjalani
kehidupan yang penuh tantangan pada era globalisasi ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran akhlak siswa SMP Negeri 1 Tompobulu ?
2. Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran
pada siswa SMP Negeri 1 Tompobulu ?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
internalisasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Untuk Mendeskripsikan gambaran tentang akhlak siswa di SMP Negeri
1 Tompobulu.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa proses internalisasi nilai-nilai
akhlak melalui pembelajaran di SMP Negeri 1 Tompobulu.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan Internalisasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan tersebut telah tercapai, maka penelitian ini memiliki
manfaat sebagai berikut :
1. Secara teoritis, memberikan kontribusi ilmiah, khusususnya dalam
rangka untuk memperkaya khazanah keilmuan pendidikan islam dan
memberikan motivasi serta inspirasi positif bagi para peneliti, termasuk
mahasiswa, untuk melakukan dan mengembangkan kajian dan
penelitian serupa.
2. Secara praktis, memberikan kontribusi bagi pengembangan dan
perbaikan pelaksanaan nilai-nilai akhlak, khusunya melalui
pembelajaran pendidikan agama islam, sehingga bisa terinternalisasi
dalam diri peserta didik.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Internalisasi Nilai-Nilai
1. Pengertian Internalisasi
Internalisasi menurut kamus ilmiah populer yaitu “pendalaman,
penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan
keyakinan atau kesadaran akan kebenaran suatu doktrin atau nilai yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku.”1 Internalisasi pada hakikatnya adalah
sebuah proses menanamkan sesuatu, yakni merupakan proses pemasukan
suatu nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam
melihat makna realitas pengalaman.
Jadi teknik pembinaan agama yang dilakukan melalui internalisasi
adalah pembinaan yang mendalam dan menghayati nilai-nilai
relegius(agama) yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh
yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga
menjadi satu karakter atau watak peserta didik.
Menurut Muhaimin dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan
pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili
proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu:
a. Tahap Transformasi nilai Tahap tranformasi nilai merupakan komunikasi verbal tentang nilai.Pada tahap ini guru sekedar menginformasikan nilai-nilai yang
1 Dahlan dkk, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Arloka, 1994), h. 267.
8
baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal tentang nilai.
b. Tahap Transaksi Nilai Tahap transaksi nilai adalah tahapan pendidikan nilai dengan jalan komunikasi dua arah, atau interaksi antar siswa dengan guru bersifat interaksi timbal balik.
c. Tahap Transinternalisasi Nilai Tahap Transinternalisasi nilai yakni bahwa tahap ini jauh lebihdalam dari pada sekadar transaksi.Dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya(kepribadiannya). 2
Proses internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan
bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai
dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem yang dianutnya.
Sikap demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang dipertahankan
oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem nilai
yang ada dalam diri inidvidu yang bersangkutan masih bertahan.
Teknik internalisasi sesuai dengan tujuan pendidikan agama,
khususnya pendidikan yang berkaitan dengan masalah aqidah, ibadah, dan
akhlakul karim. Jadi intenalisasi nilai sangatlah penting dalam pendidikan
agama Islam karena pendidikan agama Islam merupakan pendidikan nilai
sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada diri peserta didik, dengan
pengembangan yang mengarah pada internalisasi nilai akhlak yang
merupakan tahap pada manifestasi manusia religius.Sebab tantangan arus
globalisasi dan transformasi budaya bagi peserta didik dan bagi manusia
2Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008) cet. 4, h. 301.
9
pada umumnya yang difungsikan adalah nilai kejujurannya, yang dapat
terwujud dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat terpercaya dan
mengemban amanah masyarakat demi kemaslahatan.
2. Pengertian Nilai
Nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan,
kebenaran,dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan
dan dipertahankan.3 Artinya nilai itu dianggap penting dan baik apabila sesuai
dengan kebutuhan oleh suatu masyarakat sekitar. Nilai-nilai tersebut bisa jadi
dari berbagai aspek baik agama,budaya, norma sosial dan lain-lain.
Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan
manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan di sekelilingnya. Nilai
merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan
orang mengambil sikap menyetujui, atau mempunyai sifat-sifat nilai tertentu.
Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka yang dimaksud nilai pendidikan yaitu
hal-hal yang penting sebagai proses pengubahan sikap atau tingkah laku
seseorang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan
proses pembiasaan dan cara mendidik.4
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai akhlak dan nilai
agama yang semuanya tercakup di dalam tujuan yakni membina kepribadian
3Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, cet. III (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h. 17. 4Louis O. Katsof, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987), h. 332.
10
yang ideal.Tujuan pendidikan baik isinya maupun rumusannya tidak mungkin
ditetapkan tanpa pengertian dan pengetahuan yang tepat tentang nilai-nilai.
Bahkan seharusnya manusia telah memegang satu keyakinan tentang nilai-
nilai yang kita anggap sebagai suatu kebenaran. Islam memandang adanya
nilai mutlak dan nilai intrinsik yang berfungsi sebagai pusat dan muara semua
nilai. Nilai tersebut adalah tauhid (uluhiyah dan rububiyah) yang merupakan
tujuan semua aktivitas muslim. Semua nilai-nilai yang lain termasuk amal
shaleh dalam Islam merupakan nilai instrumental yang berfungsi sebagai alat
dan prasyarat meraih nilai tauhid. Dalam praktik kehidupan justru nilai-nilai
instrumental itulah yang banyak dihadapi oleh manusia, seperti nilai amanah,
kejujuran, kesabaran, keadilan, kemanusiaan, etos kerja dan disiplin. Oleh
karenanya Islam menekankan perlunya nilai-nilai tersebut dibangun pada diri
seseorang sebagai jalan menuju terbentuknya pribadi yang tauhid.
3. Metode Internalisasi Nilai Nilai Akhlak Di Sekolah
Internalisasi dapat dimaknai sebagai penghayatan, atau bisa juga
diartikan sebagai pendalaman.5 Namun yang dimaksud internalisasi disini
adalah pendalaman atau penghayatan nilai-nilai akhlak yang dilakukan
selama siswa-siswi menimba ilmu di Sekolah.Dengan internalisasi ini
diharapkan siswa-siswi terbiasa dengan segala aktifitas positif yang diberikan
di Sekolah. Dalam upaya menumbuh-kembangkan potensi akhlak siswa, ada
5Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer., (Surabaya:
Arkola,1994), h. 267.
11
beberapa metode yang dapat dilakukan guru. Metode internalisasi akhlak
yang berlaku di Sekolah diberikan kepada siswa bertujuan agar siswa
mempunyai pribadi yang mantap serta memiliki akhlak yang mulia (akhlak al-
karimah). Adapun beberapa metode yang diterapkan dalam internalisasi di
sekolah, adalah:
a. Metode keteladanan
Keteladanan merupakan sikap yang ada dalam pendidikan Islamdan
telah dipraktekkan sejak zaman Rasulullah saw. Keteladanan ini memiliki nilai
yang penting dalam pendidikan Islam, karena memperkenalkan perilaku yang
baik melalui keteladanan, sama halnya memahamkan sistem nilai dalam
bentuk nyata.6Internalisasi dengan keteladanan adalah internalisasi dengan
cara memberi contoh-contoh kongkrit pada para siswa. Dalam pendidikan
sekolah, pemberian contoh-contoh ini sangat ditekankan.7Tingkah laku
seorang guru mendapatkan pengamatan khusus dari para siswanya. Seperti
perumpamaan yang mengatakan “guru makan berjalan, siswa makan berlari”,
disini dapat diartikan bahwa setiap perilaku yang di tunjukkan oleh Guru
selalu mendapat sorotan dan ditiru oleh anak didiknya. Oleh karena itu guru
harus senantiasa memberi contoh yang baik bagi para siswanya, khususnya
dalam ibadah-ibadah ritual, dan kehidupan sehari-hari.Al-Qur’an telah
6Syafi’i Ma’arif, Pemikiran Tentang Pembaharuan Islam di Indonesia,
(Yogyakarta:Tiara Wacana, 1991), h. 59. 7Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren Solusi bagi Kerusakan Akhlak,
(Yogyakarta:ITTAQA Press, 2001), h. 55.
12
menandaskan dengan tegas pentingnya contoh atau teladan dan pergaulan
yang baik dalam usaha membentuk kepribadian seseorang. Al-Qur’an
menyuruh manusia untuk meneladani kehidupan Rasulullah saw dan
menjadikan teladan yang utama. Sebagaimana firmanAllah dalam Al-Qur’an
surat Al-Ahzab: 21 Allah berfirman:
ر وذكر الله لقد كان لكم في رسولي كثييرا اللهي أسوة حسنة ليمن كان ي رجو الله والي وم الخي
Terjemahnya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”8
Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan jitu
dibandingkan metode-metode yang lainnya. Melalui metode ini para orang
tua dan pendidik memberi contoh atau teladan terhadap peserta didik
bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau
cara beribadah dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Para orang tua dan
pendidik hendaknya mengetahui dan menyadari bahwa pendidikan
keteladanan merupakan tiang penyangga dalam upaya meluruskan
penyimpangan moral dan perilaku anak.
8Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang, Toha Putra,
1989) h. 595.
13
b. Metode Latihan dan Pembiasaan
Ahmad Amin seperti dikutip Humaidi Tatapangarsa mengemukakan
bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi
mudah untuk dikerjakan.9 Mendidik dengan latihan dan pembiasaan adalah
mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan dan membiasakan untuk
dilakukan setiap hari.10 Misalnya membiasakan salam jika bertemu sesama
siswa atau guru. Apabila hal ini sudah menjadi kebiasaan, maka siswa akan
tetap melaksanakannya walaupun ia sudah tidak lagi ada dalam sebuah
sekolah. Dari sini terlihat bahwasanya kebiasaan yang baik yang ada di
sekolah, akan membawa dampak yang baik pula pada diri anak didiknya.
c. Metode mengambil pelajaran
Mengambil pelajaran yang dimaksud disini adalah mengambil
pelajaran bisa dilakukan dari beberapa kisah-kisah teladan, fenomena,
peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik masa lampau maupun sekarang.Dari
sini diharapkan siswa dapat mengambil hikmah yang terjadi dalam suatu
peristiwa, baik yang berupa musibah atau pengalaman.Pelaksanaan metode
ini biasanya disertai dengan pemberian nasehat. Sang guru tidak cukup
mengantarkan siswanya pada pemahaman inti suatu peristiwa, melainkan
juga menasehati dan mengarahkan siswanya ke arah yang dimaksud.Tujuan
pedagogis dari pengambilan nasehat adalah mengantarkan manusia pada
9Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), h.
67 10
Tamyiz Burhanudin, op.cit., h. 56.
14
kepuasan pikir tentang perkara agama yang bisa menggerakkan, mendidik
atau menambah perasaan keagamaan.11
d. Metode pemberian nasehat
Rasyid Ridha seperti dikutip Burhanudin mengartikan nasehat
sebagai peringatan atas kebaikan dan kebenaran, dengan jalan apa saja
yang dapat menyentuh hati dan membangkitkannya untuk mengamalkan”.12
Metode pemberian nasehat harus mengandung tiga unsur, yakni 1)
uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh
seseorang, misalnya: tentang sopan santun, 2) motivasi untuk melakukan
kebaikan, 3) peringatan tentang dosa yang muncul dari adanya larangan,
bagi dirinya dan orang lain.13
e. Metode pemberian janji dan ancaman (targhib wa tarhib)
Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat
senang terhadap sesuatu maslahat, kenikmatan, atau kesenangan akhirat
yang pasti dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian
diteruskan dengan melakukan amal shaleh dan menjauhi kenikmatan selintas
yang mengandung bahaya atau perbuatan yang buruk.Hal itu dilakukan
semata-mata demi mencapai keridhaan Allah, dan hal itu adalah rahmat dari
Allah bagi hamba-hamba-Nya.
11
Ibid., h. 57 12
Ibid. 13
Ibid., h. 58.
15
Sedangkan tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat
melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah, atau akibat lengah
dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah, dengan kata lain
tarhib adalah ancaman dari Allah yang dimaksudkan untuk menumbuhkan
rasa takut pada para hamba-Nya dan memperlihatkan sifatsifat kebesaran
dan keagungan Ilahiyah, agar mereka selalu berhati-hati dalam bertindak
serta melakukan kesalahan dan kedurhakaan.14
Hal seperti itu tersurat dalam firman Allah SWT dalam surah Az-
Zumar surah ke 39 ayat 15-16:
يامةي ألا ذليك هو السران المبي ق م ي وم القي روا أن فسهم وأهلييهي ين خسي ريين الذي لم ينل إين الاسيم ظلل ن تتيهي ن الناري ومي م ظلل مي ن ف وقيهي ذليك يوف الله بيهي عيباده يا عيبادي فات قوني مي
Terjemahnya:
…Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api).Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada Ku Hai hamba-hamba-Ku .15
f. Metode kedisiplinan
Pendidikan dengan kedisiplinan memerlukan ketegasan dan
kebijaksanaan.Ketegasan maksudnya seorang guru harus memberikan
14Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam,
Pent.Dahlan & Sulaiman, (Bandung: CV.Diponegoro, 1992), h. 412 15
Departemen Agama RI,.op. cit h. 660-661
16
sanksi pada setiap pelanggaran yang dilakukan, sedangkan kebijaksanaan
mengharuskan seorang guru memberikan sanksi sesuai dengan jenis
pelanggaran tanpa dihinggapi emosi atau dorongan-dorongan lain.
Hal-hal yang perlu diberikan pada saat akan memberikan sanksi
kepada para pelanggar, yaitu:
a. Adanya bukti yang kuat tentang pelanggaran tersebut. b. Hukuman harus bersifat mendidik, bukan sekedar untuk kepuasan
atau balas dendam dari si pendidik c. Mempertimbangkan latar belakang dan kondisi siswa yang melanggar,
misalnya, jenis pelanggaran, jenis kelamin pelanggar dan pelanggaran tersebut disengaja atau tidak.16
Dalam lingkungan pesantren, hukuman dikenal dengan istilah
takzir.Takzir adalah hukuman yang dijatuhkan pada santri yang
melanggar.Hukuman terberat yang diberikan adalah dikeluarkan dari
pesantren.Hukuman ini diberikan pada santri yang telah berulangkali
melakukan pelanggaran tanpa mengindahkan peringatan yang diberikan.
Tamyiz Burhanudin mengemukakan bahwa dalam melaksanakan
takzir tersebut, yang perlu diperhatikan adalah:
a. Peringatan bagi santri yang baru pertama kali melakukan pelanggaran.
b. Hukuman sesuai dengan aturan yang ada bagi santri yang sudah pernah melakukan pelanggaran.
c. Dikeluarkan dari pesantren bagi santri yang telah berulangkali melakukan pelanggaran dan tidak mengindahkan peringatan yang diberikan.17
16
Abdurrahman an-Nahlawi,op.cit., h. 259 17
Tamyiz Buhanuddin, op cit., h. 59.
17
Jadi, seperti dalam lingkungan pesantren, aturan-aturan yang sudah
menjadi tata tertib harus ditaati oleh para siswa di sekolah.Sedangkan
pelaksanaan takzir biasanya dilakukan oleh guru wali kelas itu sendiri.Semua
itu demi menjaga kedisiplinan untuk kelancaran proses belajar mengajar
disekolah itu sendiri.
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Akhlaq bentuk jama' dari khuluq, artinya perangai, tabiat, rasa malu
dan adat kebiasaan. Menurut Quraish Shihab,"Kata akhlak walaupun terambil
dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan bahkan
agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam al Qur'an. 18".Yang
terdapat dalam al Qur'an adalah kata khuluq, yang merupakan bentuk mufrad
dari kata akhlak. Sebagaimana pada al-qur’an surah Al-Qalam (68) ayat 4
Allah berfirman :
يم وإينك لعلى خلق عظي
Terjemahnya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung”.19
18
Quraish Shihab, Wawasan Al Qur'an: Tafsir Maudhu'I atas Berbagai Persoalan Umat, (Bandung, PT Mizan Pustaka, 2003), h. 253.
19Departemen Agama RI, op. Cit., h. 1283
18
Sedangkan menurut istilah akhlak didefinisikan oleh beberapa ahli
diantaranya :
a. Menurut Imam Al-Ghazal ن غيري حاجة ايل ها تصدر الأف عال بيسهولة ويسر مي خة عن فسي راسي للق عيبارةا عن هيئة في الن
فيكر ورويية .
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).”20
b. Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin
ي رادة ايذا اعتادت شيأ ف عادت ها هي رادةي ي عني ان الإي عرف ب عضهم اللق بيأنه عادة الاياة بياللقي . المسم
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut
Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.Artinya bahwa kehendak itu
bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.”21
c. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk . Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlakul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik, maka disebut akhlakul madzmumah.22
Kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah
bimbang.Sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang- ulang
sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan
20
Zaharuddin AR,Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004), h. 4
21DR. Rosihon Anwar, M.Ag, Akidah Akhlak, Cet. ke II,(Jakarta : pustaka setia), h. 96
22M.Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta, Amzah,
2000), h. 3
19
kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu
menimbulkan kekuatan yang lebih besar bernama akhlak.”23
Sementara itu dari tinjauan terminologis, terdapat berbagai
pengertian antara lain sebagaimana Al Ghazali, yang dikutip oleh Abidin Ibn
Rusn, menyatakan: "Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa
yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa
perlu pemikiran dan pertimbangan"24.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa akhlak
adalah tabiat atau sifat seseorang yakni keadaan jiwa yang telah terlatih,
sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikirkan dandiangan-angan lagi. Sedangkan yang dimaksud dengan
pendidikan akhlak adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam dan di luar
sekolah dengan menitik beratkan pada perbuatan manusia yang bersumber
dari dorongan jiwanya dengan menitik beratkan pada nilai-nilai yang telah
ditentukan didalam agama Islam secara terpadu, terencana dan
berkelanjutan.
23
A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 31. 24
Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 99
20
2. Kedudukan Akhlak Dalam Islam
Untuk mengetahui kedudukan akhlaq dalam Islam, maka perlu
diuraikan bahwa ada tiga macam sendi Islam, yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya sehingga kualitas seorang muslim selalu
dapat diukur dengan pelaksanaannya terhadap ketiga macam sendi tersebut,
yang mencakup: Masalah Aqidah; yang meliputi keenam macam rukun Iman,
dengan kewajiban beriman kepada Allah, Malaikat-MalaikatNya, hari akhirat-
Nya dan Qadar baik dan buruk yang telah ditentukan-Nya. Masalah syari’ah
yang meliputi pengabdian hamba terhadap Tuhan-Nya,yang dapat dilihat
pada rukun Islam yang lima. Dan mua’amalah juga termasuk masalah
syari’ah.Masalah Ihsan; yang meliputi hubungan baik terhadap seluruh Allah
Swt terhadap sesama manusia serta terhadap seluruh makhluk di dunia ini.25
Dari sinilah kita mengetahui kedudukan akhlaq dalam Islam, yang
merupakan sendi yang ketiga dengan fungsi yang selalu mewarnai sikap dan
perilaku manusia dalam memanifestasikan keimanannya, ibadahnya serta
mu’amalahnya terhadap sesama manusia.
Akhlak sebagai salah satu ajaran inti dalam Islam mendapat
perhatian sangat besar. Akhlaq merupakan sisi yang mempengaruhi
penilaian seorang di mata Allah. Masyarakat Islam tidak boleh rusak
tatanannya, sebagaimana halnya umat-umat terdahulu, maka Rasulullah
SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia, sebagai suatu ajaran
25
Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), h.139-141.
21
dalam Islam yang bermaksud untuk memperbaiki kepribadian manusia.
Akhlak mulia selalu melengkapi sendi keimanan untuk menuju kepada
kesempurnaan kepribadian manusia.
Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dan istimewa
dalam agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan berikut ini:
a. Rasulullah Saw menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah Islam.
b. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam. c. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang
nanti pada hari kiamat. d. Rasulullah Saw menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai
ukuran kualitas imannya. e. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah
kepada Allah Swt. f. Nabi Muhammad Saw selalu berdo’a agar Allah Swt membaikkan
Akhlak beliau.26
3. Macam-macam Akhlak
Akhlak mempunyai kedudukan paling tinggi dalam hirarki tamaddun
ummat manusia.Oleh karena itu, masyarakat yang tidak mempunyai nilai
akhlak tidak boleh dianggap sebagai masyarakat yang baik dan mulia
walaupun mempunyai kemajuan yang dalam di bidang ekonomi, teknologi
dan sebagainya. Akhlak terbagi menjadi dua Akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah. Akhlak mahmudah seperti beribadah kepada Allah, mencintai-
Nya dan mencintai makhluk-Nya karena Dia, dan berbuat baik serta
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah dan memulai
berbuat sholeh dengan niat ikhlas, berbakti kepada kedua orang tua dan
26
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LPPI, 2007), h. 6-11
22
lainnya. Sedangkan akhlak madzmumah seperti ujub, sombong, riya', dengki,
berbuat kerusakan, bohong, bakhil, malas, dan lain sebagainya.Akhlak
mahmudah adalah sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang
meridhoilah Allah dan mencintailah keluarga dan seluruh manusia dan
diantara kehidupan mereka kepada seorang muslim. Sebaliknya akhlak
madzmumah adalah asal penderitaan di dunia dan akhirat.
a. Akhlak Terpuji (Mahmudah)
Keimanan sering disalah pahami dengan 'percaya', keimanan dalam
Islam diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam
sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya yang mengatur alam
semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha
memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam
ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harusmelalui
ilmu dan pemahaman. Implementasi dari sebuah keimananseseorang adalah
ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang
mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak
mahmudah. Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur,
bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat
islam kita mempunyai suri-tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti
yaitu Nabi Muhammad Saw. Ia adalah sebaik-baik manusia yang berakhlak
23
sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rasul, maka ia menjawab
bahwa akhlak rasul adalah Al- Quran.
b. Akhlak Tercela (Madzmumah)
Selain menjaga akhlak mahmudah, seorang muslim juga harus
menghindari akhlak madzmumah yang meliputi: tergesa-gesa, riya
(melakukan sesuatu dengan tujuan ingin menunjukkan kepada orang lain),
dengki (hasad), takabbur (membesarkan diri), ujub (kagum dengan
dirisendiri), bakhil, buruk sangka, tamak dan pemarah.
Akhlak tercela (Madzumah) ialah semua perangai manusia, perangai
lahir dan batin yang mungkar, maksiat dan fahsya, berdasarkan petunjuk
Allah dalam Alqur’an dan yang dilarang/dicela oleh Nabi Muhammad
Saw.27Akhlak Tercela atau akhlak buruk adalah bentuk yang menakutkan,
yang bila dikenakan oleh seseorang maka dia kan menunjukkan sosok yang
menakutkan pula. Ia akan menjadi sumber malapetaka bagi pemiliknya
sendiri dan juga bagi masyarakatnya seperti yang selama ini dikatakan
orang-orang.28 Oleh karena itu Rasulullah bersabda,“ Allah menolak tobat
orang-orang yang perangainya buruk”. bagaimana bisa terjadi demikian, Ya
Rasulullah?” Beliau menjawab, jika dia bertobat dari suatu dosa, maka dia
terlibat dari dosa yang lebih besar, ”Al-Shadiq berkata pula, ”Sesungguhnya
27
Muh.Ruddin Emang, Pendidikan Agama Islam, (Makassar, Yayasan Fatiyah Makassar, 2002),h. 97.
28 Musa Subaiti, Akhlak Keluarga Muhammad SAW, (Jakarta, Lentera, 2000), h. 31
24
akhlak yang buruk benar-benar merusak perbuatan,dan seterusnya sampai
beliau menjelasakn, ”sesungguhnya bahaya buruk itu menjalar kepada jiwa
manusia,merusak keyakinan dan menghancurkan prinsip-prinsip yang
dianutnya.29
C. Faktor Yang Mempengaruhi Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam
Pembelajaran
1. Faktor-faktor yang Mendukung Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam
Pembelajaran
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam telah memberikan dampak
kualitas keberagamaan terhadap seluruh warga sekolah. Guru dan siswa
secara aktif menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran Pendidikan
Agama Islam ini. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam didukung oleh
adanya fasilitas mushollah sekolah yang cukup luas telah mendorong
sejumlah siswa dan guru yang peduli terhadap kegiatankeagamaan untuk
berkreasi merancang kegiatan yang melibatkan banyak peserta. Dalam
pengembangan Pendidikan Agama Islam tentunya tidakmudah, hal ini
dikarenakan banyak faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
Pendidikan Agama Islam dalam proses internalisasi nilai-nilai akhlak
terhadap tingkah laku siswa.
29
Ibid, h. 32
25
Adapun faktor pendukung internalisasi nillai-nilai agama Islam
terhadap tingkah laku siswa melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah sebagai berikut:
a. Tersediannya sarana dan prasarana yang memadai. b. Memiliki manajemen pengelolaan kegiatan yang bagus. c. Adanya semangat pada diri siswa. d. Adanya komitmen dari kepala sekolah, guru dan murid itu sendiri. e. Adanya tanggungjawab.30
Maka dari itu, faktor-faktor pendukung tersebut perlu dipertahankan
dan ditingkatkan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang dikehendaki.
2. Faktor-faktor yang Menghambat Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam
Pembelajaran
Pengembangan jiwa keagamaan/ berakhlakul karimah
terhadaptingkah laku siswa melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam
merupakan salah satu cara yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai akhlak
kepada siswa. Namun dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam selalu
ada faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan internalisasi
nilainilai akhlak terhadap tingkah laku siswa. Yang menjadi faktor
penghambat pelaksanaan internalisasi nilai-nilai akhlak terhadap tingkah laku
siswa melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah:
a. Siswa Kurang Kreatif. b. Kurangnya motivasi dan minat para siswa. c. Adanya sarana dan prasarana yang kurang memadai.
30
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. (Bandung: VC Alfabeta 2004), h. 261-276.
26
d. Dalam pengelolaan kegiatan cenderung kurang terkoordinir. e. Siswa kurang responsif dalam mengikuti kegiatan. f. Tidak adanya kerjasama yang baik dari kepala sekolah, guru, dan
murid itu sendiri serta dari orang tua murid itu sendiri31
31
Ibid.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif di mana penelitian ini
mempunyai ciri khas terletak pada tujuannya, yakni mendiskripsikan segala
sesuatu yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan pada internalisasi nilai
nilai akhlak terhadap siswa/peserta didik agar tercapai tujuan yang
diinginkan.Jadi pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskripsi, berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang
orang dan perilaku yang diamati dan diarahkan pada latar dan individu
tersebut sebagai holistik (menyeluruh).1
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Di SMP Negeri 1 Tompobulu
Kecamatan Tompobulu Kab Gowa. Sedangkan yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah Guru dan siswa-siswi kelas VIII.
1Lexy J. Moleung, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), Cet. 17, h. 3.
28
C. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
Sumber data dibagi menjadi dua:
1. Data primer
Sumber data primer adalah “data yang dikumpulkan tangan pertama
oleh ahli analisis”.2 Serta data yang diambil peneliti melalui
wawancara dan observasi, diambil dari pernyataan, siwa dan siswi
kepala sekolah, tindakan guru dan personalia sekolah secara umum
Kepala sekolah (melalui wawancara),
2. Data sekunder
Sumber data sekunder adalah “ data yang dikumpulkan untuk suatu
maksud yang lain tetapi digunakan kembali oleh ahli analisis dalam
suatu pola riset yang baru”3. Dalam penelitian ini sumber data
sekunder diambil dari dokumentasi, baik dokumentasi buku-buku,
artikel, jurnal, majalah dan lain-lain yang membahas mengenai SMP
Negeri 1 Tompobulu. Sumber sekunder lainnya bisa berupa foto-foto
yang menyangkut aktivitas dan sarana pra sarana di sekolah tersebut.
2 Robert R. Mayer dan Ernest Greenwood, Rencana Penelitian Kebijakan Sosial.
(Jakarta: CV. Rajawali, 1984), h. 361. 3 Ibid.
29
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black
dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi
makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau
kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel
tersebut.4Untuk lebih jelas serta mempermudah pemahaman dan
menghindari kesalahpahaman, maka peneliti akan menegaskan definisi
operasional variabelvariabel penelitian ini sebagai berikut:
1. Internalisasi : Pendalaman, penghayatan, pengasingan5 atau
penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga
merupakan suatu keyakinan atau kesadaran akan kebenaran doktrin
ataupun nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Atau juga
sebuah proses menanamkan sesuatu, yakni proses pemasukan
sesuatu nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya
dalam melihat makna realitas pengalaman.
2. Nilai : Standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan
efisiensi yang mengikat manusia dan sepatuhnya dijalankan dan
diperhatikan.6
3. Akhlak : Budi pekerti, tingkah laku, perangai7
4James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian
Sosial,E.Koeswara, dkk, (Penerj.), (Bandung : Refika Aditama, 1999), h. 161. 5Achmad Maulana, dkk. Kamus Ilmiah Populer lengkap, (Yogyakarta: Absolut, 2004),
h. 175. 6Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, Cet. III (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2011),
h. 7.
30
4. Pembelajaran : Membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.8
5. Sekolah Menengah Pertama (SMP) : Jenjang pendidikan dasar pada
pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau
sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3
tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.
Jadi dari definisi operasional diatas, yang di maksud dengan judul
“Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam Pembelajaran Pendidikandi SMP Negeri
1 Tompobulu” adalah sesuatu proses penanaman, penghayatan atau
pendalaman nilai-nilai akhlak yang diterapkan ke dalam diri peserta didik,
melalui pembelajaran pendidikan agama islam (PAI), supaya tercapai tujuan
utama dari pendidikan Islam, khususnya di SMP Negeri 1 Tompobulu.
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang baik sebagaimana yang diharapkan
dalam penelitian ini, maka persoalan penting yang harus diperhatikan adalah
alat yang tepat digunakan dalam mengumpulkan data penelitian atau dalam
7Ahmad Maulana, dkk., h. 7.
8Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV. ALFABETA 2009,
h. 9.
31
hal ini dikenal pula dengan instrumen penelitian. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pedoman Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data atau alat yang
digunakan dalam mengumpulkan data yaitu peneliti mengmati dan mencatat
secara sistematis gejala-gejala yang diteliti.
2. Pedoman Wawancara
Wawancara yaitu alat atau teknik yang dilakukan dalam
mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab lisan antara
dua orang atau lebih secara lansung. Dalam penelitian ini orang yang akan
diwawancarai adalah guru disekolah dan siswa.
3. Catatan Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dari sumber-sumber
non-insani9. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kepala sekolah, Guru PAI, Staf tata usaha, para murid dan pelaku lain di
SMPNegeri 1 Tompobulu yang relevan dengan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
dengan tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkam
data.Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai
setting,berbagaisumber, dan berbagai cara. Sumber dalam pengumpulan
9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2004,. Hal. 91.
32
data dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu sumber primer yang
merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data, dan sumber sekunder merupakansumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data.10
Berdasarkan pengelompokannya, metode pemngumpulan data
adalah sebagai berikut :dan jika dilihat dari segi cara atau tenik (metode)
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
teknik sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi
penelitian. Dalam pelaksanaan lapangan in pada obyek penelitian penulis
mempergunakan metode-metode pengumpulan data. Adapun metode yang
ditempuh yaitu :
a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan
langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik
penelitian dilokasi penelitian. Observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang
lain, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-
obyek alam yang lain.Teknik pengumpulan data dengan observasi
10
Lexy J. Moleung,op. cit., h. 224.
33
digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden tidak terlalu
besar.Peneliti menggunakan metode observasi untuk mencari
data di SMP Negeri 1 Tompobulu sebagai berikut :
b. Wawancara (Interview) yaitu proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan responden yang
diwawancarai, dengan pedoman lembar instrumen yang telah
disusun sebelumnya guna memandu jalannya wawacara. Adapun
yang akan menjadi sumber atau responden dalam penelitian ini
adalah kepala yayasan/kepala sekolah, tenaga pengajar/guru,
para murid dan pihak-pihak terkait.
2. Teknik penelitian pustaka (Library Research)
a. Penelitian Kepustakaan (Library research) yaitu pengumpulan
data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari
Penelitian Kepustakaan (Library research), Yaitu, pengumpulan
data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para
ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
b. Studi dokumenter (documentary), yaitu, teknik yang digunakan
dengan menelaah catatan tertulis, dokumen, arsip yang
menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan
34
instansi terkait, misalnya:1) Profil SMP Negeri 1 Tompobulu. 2)
Data siswa SMP Negeri 1 Tompobulu.
G. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
metode content analisis.Teknik analisis data ini dianggap sebagai teknik
analisis data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif.
Namun selain itu pula teknik analisis ini dipandang sebagai teknik
analisis data yang paling umum.11Teknik analisis ini oleh Noeng Muhadjir
diartikan sebagai analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Secara
teknis contentanalisis mencakup upaya klasifikasi tanda-tanda yang dipakai
dalam komunikasi, menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi, dan
menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi. Teknik
analisis ini menampilkan tiga syarat yaitu, obyektifitas, pendekatan sistematis,
dan generalisasi.12
Analisis ini didahului dengan melakukan coding terhadap istilah-istilah
atau penggunaan kata dan kalimat yang relevan yang paling banyak muncul
dalam media komunikasi.Kemudian dilakukan klasifikasi terhadap coding
yang telah dilakukan.Klasifikasi dilakukan dengan melihat sejauh mana
satuan makna berhubungan dengan tujuan penelitian.Klasifikasi ini
11
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 84. 12
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin,
1996), h. 49.
35
dimaksudkan untuk membangun kategori dari setiap klasifikasi.Kemudian
satuan makan dan kategori dianalisis dan dicari hubungan satu dengan
lainnya untuk menemukan makna, arti, dan tujuan komunikasi itu.Hasil
analisis ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitian
sebagaimana umumnya laporan penelitian.13
Dengan demikian yang dimaksud dengan content analisis disini
adalah dengan menganalisis “Nilai-nilai Akhlak yang ada pada diri peserta
didik melalui Pembelajaran di SMP Negeri 1 Tompobulu”.
13
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2006), h. 222.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis data yang telah dilakukan, berikut ini akan
disimpulkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, antara lain :
1. Gambaran Umum Akhlak Siswa di SMP Negeri 1 Tompobulu yakni
dapat dikategorikan cukup baik. Indikasinya dapat dilihat dari
kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh para siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Ada beberapa kebiasaan atau tradisi yang
dilakukan oleh siswa dalam pembentukan akhlak karimah diantaranya:
akhlak terhadap Allah SWT dengan cara menjalankan ibadah sesuai
dengan syari’ah, akhlak terhadap Nabi Muhammad SAW. dengan cara
banyak membaca shalawat dan meneladani akhlak Rasulullah, akhlak
terhadap diri sendiri dilakukan dengan cara menanamkan kesopanan
dalam kehidupan sehari-hari, akhlak terhadap sesama siswa dilakukan
dengan membangun interaksi yang baik dan didasarkan pada sikap
hormat menghormati, akhlak terhadap alam semesta dilakukan
dengan cara menjaga kebersihan lingkungan.
2. Proses internalisasi nilai-nilai akhlak yang diterapkan pada siswa Di
SMP Negeri 1 Tompobulu, pada dasarnya dilakukan dengan melalui
dua cara yaitu dengan cara memberikan materi-materi akhlak yang
64
sesuai dengan mata pelajaran dan menggunakan metode-metode
yang dapat membantu pembentukan akhlakul karimah.
Sedangakan Metode yang digunakan untuk menginternalisasikan
nilai-nilai akhlak pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SMP Negeri 1 Tompobulu adalah dengan menggunakan 4 metode yaitu:
Keteladanan dengan memberikan contoh-contoh sikap teladan,
Pembiasaan dengan membiasakan diri terhadap segala kegiatan di
sekolah, Pengawasan dan nasehat yaitu dengan memberikan perhatian
kepada siswa ketika ada siswa yang kurang memahami pengetahuan
agama, sehingga siswa yang kurang tanggap tentang pengetahuan
agama diberikan bimbingan secara khusus oleh para guru, dan kemudian
juga Hukuman yakni sangsi yang diterima siswa jika melakukan
kesalahan atas perbuatannya.
3. Faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai –nilai akhlak ada
dua yaitu : faktor dari luar yaitu menciptakan suasana belajar Islami dan
sarana prasarana yang memadai dan faktor dari dalam yaitu input yang
berbeda.
65
B. Saran
1. Saran bagi Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Tompobulu
Internalisasi nilai-nilai akhlak pada mata pelajaran SMP Negeri 1
Tompobulu telah berjalan dengan baik. Namun hal tersebut perlu
ditingkatkan lagi dan perlu mendapatkan perhatian yang lebih juga, selain
itu sarana dan prasarana yang menunjang terhadap tercapainya
internalisasi nilai-nilai akhlak di SMP Negeri 1 Tompobulu haruslah
memadai, seperti mushollah hendaknya di perbesar/ diperlebar, agar
proses internalisasi nilai-nilai akhlak dapat tercapai, melihat dari
mushollah yang ada di sekolah SMP Negeri 1 Tompobulu ini terbilang
sangat kecil, dan jika diisi hanya memuat sekitar 1 kelas saja. Maka dari
itu, terkait dengan penanaman nilai-nilai akhlak, pihak sekolah harus
menyempurkan sarana dan prasarana sekolah dan menciptakan
lingkungan sekolah yang religius.
2. Saran bagi Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 Tompobulu
Alangkah baiknya apabila Guru pendidikan agama Islam harus
menggunakan sumber belajar dari berbagai sumber yang ada agar
cakupan materi lebih luas. Dan juga hendaklah terus memperbaiki mutu
dan kualitas dalam hal pembelajaran, serta memberikan keteladanan dan
contoh yang baik kepada siswa-siswi SMP Negeri 1 Tompobulu. Karena
terkait dengan penanaman nilai-nilai akhlak pada siswa di SMP Negeri 1
66
Tompobulu yang mana guru PAI di Sekolah SMP Negeri 1 Tompobulu ini
hanya memberikan teorinya saja dalam proses belajar mnegajar di kelas,
maka guru sebaiknya memberikan contoh secara langsung agar siswa
lebih mudah memahami materi yang diajarkan dan agar nilai-nilai akhlak
dapattertanam dalam diri siswa-siswi SMP Negeri 1 Tompobulu
3. Saran bagi Siswa SMP Negeri 1 Tompobulu khususnya kelas 8A
Semua siswa baik siswa hendaknya senantiasa meningkatkan
pemahaman Agama yang terkait dengan materi pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) dan juga hendaklah terus mengamalkan ajaran Islam
dan berakhlak mulia, sehingga kelak dapat berguna bagi dirinya sendiri
khususnya dan bagi orang lain (orang tua, masyarakat dan negara) pada
umumya dengan menyebarkan energi-energi positif berupa nilai-nilai
akhlak pada mereka/orang lain dan kelak menjadi insan kamil dan berbudi
luhur. Mengingat siswa-siswi di SMP Negeri 1 Tompobulu terutama di
kelas 8A ini terbilang sangat ramai, dan akhlaknya sangat sulit tertata.
C. Penutup
Alhamdulillahi robbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan
semesta alam. Berkat rahmat dan petunjuk-Nya akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya. Penyusunan skripsi
67
ini tentunya masih memiliki kekurangan, karena peneliti menyadari
terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang peneliti miliki, maka dari
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh peneliti untuk
memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi
lembaga pendidikan khususnya dalam rangka membentuk manusia yang
memiliki Akhlaqul Karimah.
68
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 1999. An-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam,Pent Dahlan & Sulaiman, Bandung: CV.Diponegoro, 1992. Azwa, Saifuddin. Sikap Manusia Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke
Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta : Raja Grafindo Persada 2006.
Burhanudin, Tamyiz. Akhlak Pesantren Solusi bagi Kerusakan Akhlak, Yogyakarta: ITTAQA Press, 2001. Dahlan, dkk, Kamus Ilmiah Populer Yogyakarta: Arkola, 1994. Darajat, Zakiyah. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1989. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra,1989. Faisal, Sanapiah. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi, Malang: YA3 Malang, 1990. James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Lubis, Mawardi. Evaluasi Pendidikan Nilai, cet. III Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 1999. Moleung, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. 17. Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996.
69
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008 cet. 4.
,Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005, Hal. 23-24.
Mulyana Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: VC Alfabeta, 2004. Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer., Surabaya:
Arkola, 1994. Rusn Ibn Abidin, Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
Subaiti Musa, Akhlak Keluarga Muhammad SAW, Jakarta, Lentera, 2000
Sutisno Hadi, Metode Research 2, Yogyakarta : Andi Offset, 2004. Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam, Integrasi Jasmani, Rohani, dan KalbuMemanusiakan Manusia, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Tatapangarsa, Humaidi. Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya: Bina Ilmu, 1990. Zaharuddin AR, Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004
L
A
M
P
I
R
A
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman Wawancara 1
Narasumber : Kepala Sekolah Nama : Hj. Syamsiar Syahrul S.Pd., M.Pd Daftar Pertanyaan :
1. Bagaimana gambaran umum tentang akhlak siswa di SMP Negeri 1
Tompobulu?
2. Seberapa penting penanaman akhlak pada peserta didik di sekolah?
3. Akhlak apa saja yang ditanamkan di SMP Negeri 1 Tompobulu ini?
4. Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran
pada peserta didik?
5. Bagaimana cara sekolah dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada
peserta didik?
6. Kegiatan apa saja yang ada di sekolah ini yang terkait
penginternalisasian nilai-nilai akhlak?
7. Bagaimana menurut ibu kerjasama yang dilakukan pihak wakamad
kesiswaan dengan guru-guru lain terkait penginternalisasian nilai
akhlak di SMP Negeri 1 Tompobulu ini?
Pedoman Wawancara 2
Narasumber : Guru PAI Nama : Fatihul Khoir S.Pd.I Daftar Pertanyaan :
1. Apakah Bapak/Ibu terlibat dalam proses penginternalisasian nilai-nilai
akhlak pada peserta didik?
2. Bagaimana gambaran umum tentang internalisasi nilai-nilai akhlak di
sekolah ini?
3. Bagaimana cara/strategi dalam menerapkan nilai-nilai akhak pada
siswa melalui pembelajarn PAI?
4. Bagaimana cara membentuk akhlak peserta didik melalui
pembelajaran pada mata pelajaran Bapak/Ibu?
5. Bagaimana cara mengetahui bahwa nilai-nilai akhlak itu telah tertanam
dalam diri siswa?
6. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam internalisasi
nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran?
7. Sampai dimana tingkat keberhasilan internalisasi tersebut khususnya
di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung?
Pedoman Wawancara 3
Narasumber : Wakamad Kesiswaan Nama : Sulkifli S.Pd Daftar Pertanyaan :
1. Terkait dengan internalisasi nilai-nilai akhlak dalam pelaksanaan
wakamad kesiswaan di SMP Negeri 1 ini, nilai-nilai apa saja yang
diinternalisasikan kepada peserta didik?
2. Bagaimana cara menginternalisasikan nilai-nilai tersebut kepada
peserta didik?
3. Apa saja metode yang digunakan wakamad kesiswaan dalam
penginternalisasian nilai-nilai akhlak pada peserta didik?
4. Kegiatan apa saja yang dilakukan wakamad kesiswaan terkait
intenalisasi nilai-nilai akhlak pada peserta didik?
5. Faktor pendukung apa yang mempengaruhi internalisasi nilai-nilai
akhlak di SMP Negeri 1 Tompobulu?
6. Faktor penghambat apa yang mempengaruhi internalisasi nilai-nilai
akhlak di SMP Negeri 1 Tompobulu?
7. Bagaimana cara mengukur keberhasilan internalisasi nilai akhlak
kepada peserta didik?
8. Seperti apakah hasil yang diperoleh dari internalisasi nilai-nilai akhlak?
9. Sampai dimana tingkat keberhasilan internalisasi tersebut?
Pedoman Wawancara 4
Narasumber : Siswa Kelas VII.A Nama : Maulana Efendi Daftar Petanyaan :
1. Sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik tentang pentingnya
akhlak bagi kehidupan?
2. Bagaimana sikap peserta didik jika di sekolah diadakan kegiatan
keagamaan?
3. Bagaimana sikap peserta didik apabila diberi penjelasan oleh guru?
4. Sejauh mana antusias peserta didik untuk mengikuti kegiatan
keagamaan di sekolah?
5. Pembiasaan nilai-nilai apa sajakah yang kalian rasakan di SMP Negeri
1 Tompobulu?
6. Budaya apa yang ada di sekolah ini yang terkait dengan internalisasi
akhlak?
Dokumentasi
Gambar 1. Halaman Depan SMP Negeri 1 Tompobulu
Gambar 2. Halaman SMP Negeri 1 Tompobulu
Gambar 3. Wawancara dengan Kepala Sekolah
Gambar 4. Wawancara denga Guru PAI
Gambar 5 dan 6 Kegiatan Jumat Ibadah
Gambar 7. Para Guru SMP Negeri 1 Tompobulu
82
RIWAYAT HIDUP
NURHAYATI, dilahirkan di Kabupaten Gowa tepatnya di Dusun Rappoala Desa Rappoala Kecamatan Tompobulu pada hari Jumat tanggal 12 November 1996. Anak kedua dari dua bersaudara pasangan dari Yamang dan Johra. Peneliti menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar di NURHAYATI, dilahirkan di Kabupaten Gowa
tepatnya di Dusun Rappoala Desa Rappoala
Kecamatan Tompobulu pada tanggal 12
November 1996. Anak kedua dari dua
bersaudara pasangan dari Yamang dan Johra.
Peneliti menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Dasar di SD Negeri Rappoala di Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Gowa pada tahun 2008. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan
pendidikan di Mts Yapit Malakaji Kecamatan Tompobulu dan tamat
tahun 2011 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di
MAN Malakaji Gowa pada tahun 2011 dan selesai pada tahun
2014. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di
Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai Mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Agama Islam Jurusan
Pendidikan Agama Islam Program Strata Satu (S1).