Post on 15-Oct-2021
INOVASI PENGELOLAAN SAMPAH
DI KECAMATAN MANGGALA KOTA MAKASSAR
TANETE DG MARAJA
105640190714
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
INOVASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN
MANGGALA KOTA MAKASAR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
TANETE DG MARAJA
10564 01907 14
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
v
ABSTRAK Tanete Dg maraja, 2020. Inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala, Kota Makassar (di bimbing oleh Muhlis Madani dan Ansyari Mone)
Penelitian ini membahas mengenai Inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dan tipe penelitian yaitu deskriptif kualitatif dengan jumlah informan sebanyak 3 orang. Teknik pengumpulan data yaitu Observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis hasil menggunakan analisis dari indikator level inovasi menurut sangkala tahun 2014 yaitu dampak, kemitraan, Keberlanjutan, kepemimpinan dan Pemberdayaan. Analisis tersebut menunjukkan bahwa Inovasi pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala, Kota Makassar merupakan upaya Pemerintah Kecamatan Manggala dalam mengambil Kebijakan inovasi Pengelolaan Sampah ditukar emas, dengan upaya pelestarian lingkungan sekaligus memberikan kesempatan masyarakat untuk hidup lebih baik. KATA KUNCI : Inovasi, Pengelolaan Sampah,
vi
KATA PENGANTAR
Allah Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang, demikian kata untuk
mewakili atas segala karunia dan nikmatnya-Nya. Jiwa ini tidak akan berhenti
bertahmid atas karunia yang diberikan disetiap detik waktu, denyut jantung, gerak
langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari
sederajat berkah-Mu.
Setiap insan dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan
bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandang,
bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang ketika didekati.
Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis
kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat falam
dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penyelesaian tulisan
ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua.
Teristimewa buat Bapak Hariono Soeltan dan Ibu Hasmawati yang telah
berjuang, berdo’a, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis
dalam proses mencari ilmu. Demikian pula penulis mengucapkan kepada keluarga
yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan selalu menemani penulis
vii
dengan candanya. Kepada bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku
pembimbing I dan bapak Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku pembimbing II
yang dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktunya memberikan bimbingan,
petunjuk, arahan serta motivasi kepada penulis sejak awal hingga selesainya
skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada;. Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Dr.
Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si dan Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku ketua
jurusan Ilmu Pemerintahan serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam
lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan
penulis, yang selalu menemani dalam suka dan duka, dan juga kepada seluruh
rekan mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2014 atas segala
kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis yang telah
memberikan dukungan dalam hidup penulis.
Telalu banyak orang yang berjasa dan mempunyai andil kepada penulis
selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, sehingga
tidak akan muat bila dicantumkan dan dituturkan semuanya dalam ruang yang
terbatas ini, kepada mereka semua tanpa terkecuali penulis ucapkan terima kasih
yang teramat dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya untuk anda semua.
viii
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, tak ada ilmu yang memiliki
kebenaran mutlak, tak ada kekuatan dan kesempurnaan, dan tak ada cinta yang
abadi semuanya hanya milik Allah SWT., karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan dan perbaikan skripsi ini senantiasa dinantikan
dengan penuh keterbukaan
Makassar, 10 November 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................... i
Halaman Persetujuan .................................................................................... ii
Halaman Penerimaan Tim ............................................................................ iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................. iv
Abstrak ............................................................................................................ v
Kata Pengantar............................................................................................... vi
Daftar Isi ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9
A. Inovasi .................................................................................................. 9 B. Pengelolaan Sampah ............................................................................ 20 C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 29 D. Fokus Penelitian. .................................................................................. 30 E. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 32
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 32 B. Jenis dan Tipe Penelitian ...................................................................... 32 C. Sumber Data ......................................................................................... 33 D. Informan Penelitian .............................................................................. 34 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 35 F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 36 G. Pengabsahan Data ................................................................................ 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 39
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................. 39 B. Inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala ...................... 47
x
C. Faktor yang Mempengaruhi Inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala .......................................................................... 63
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 66
A. Kesimpulan .......................................................................................... 66 B. Saran ..................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah merupakan materi atau zat, baik yang bersifat organic maupun
anorganik yang dihasilkan dari setiap aktifitas manusia (Notoatmodjo 2002).
Produksi sampah di Indonesia sangat kompleks. Produksi sampah di Indonesia
mencapai 2000 ton/hari.
Untuk mengembangkan pengelolaan sampah secara baik maka dibutuhkan
identifikasi dan karakterisasi sampah itu sendiri. Kita diharapkan dapat
mengklasifikasikan sampah berdasarkan jenis sumbernya, sifat kimiawi dan
fisiknya serta tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan sampah tersebut.
Karakterisasi tersebut akan membantu para pengelola sampah untuk mengtahui
siapa saja yang terlibat dalam timbulnya sampah.
Sampah memiliki ancaman serius terhadap lingkungan alam,
perekonomian serta masyarakat kita.apa yang diberikan oleh lingkungan kita
mencakup penyediana sumberdaya-sumberdaya seperti mineral dan energy, dan
penyerapan residu sampah yang dihasilkan oleh aktivitas kehidupan kita.
Sampah juga mengancam pembangunan ekonomi. Aktivitas ekonomi
berlangsung dilingkungan alam dan oleh karenanya alam memiliki sumbangsi
yang tidak kecil. sampah tidak saja mempengaruhi lingkungan, akan tetapi
sampah juga mempengaruhi perekonomian. Contoh pada tataran global tentang
saling ketergantungan antara lingkunagan dan ekonomi serta proses lingkungan
yang dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi adalah masalah perubahan iklim.
2
Sampah harus dikelola agar mempunyai nilai tambah, dapat dipakai
kembali dan tidak merusak lingkungan. Pengelolaan sampah diidentikkan dengan
fungsi keteknikan. Peningkatan produksi telah menciptakan masalah yang
membutuhkan tempat pembuangan sampah. Dengan meningkatnya keinginan
untuk standar hidup yang lebih baik, manusia menjadi memiliki tingkat konsumsi
yang lebih tinggi dan menghasilakan lebih banyak sampah. Konsekuensinya
masyarakat harus mencari metode pengelolaan sampah yang efektif
(Tchobanoglous, 2002).
Namun yang terjadi saat ini pengelolaan sampah masih memakai kebiasan
lama. Kebiasaan lama yang dimaksud adalah pengelolaan sampah yang bertumpu
pada pendekatan akhir yaitu hanya sebatas kumpul, angkut dan buang yang
berakhir di TPA. Cara pengelolaan sampah dengan pendekatan lama
menimbulkan banyak masalah salah satunya pencemaran air dan juga penyakit.
Kebiasaan pengelolaan sampah dengan pendekatan akhir sudah saatnya
ditinggalkan dan diganti dengan kebiasaan baru pengelolaan sampah terpadu.
Sesuai dengan tujuan mendasar mengenai pengelolaan sampah
sebagaimana yang ditetapkan dalam amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, kini perlu perubahan cara pandang masyarakat
mengenai sampah dan cara memperlakukan atau mengelola sampah.
Kebiasaan lama masyarakat pada pengelolaan sampah seharusnya tidak
lagi memandang sampah sebagai hasil buangan yang tidak bermanfaat. Sampah
seharusnya dipandanag sebagai sesuatu yang mempunyai nilai guna dan manfaat
dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
3
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, maka praktek mengelola dan memanfaatkan sampah harus menjadi
langkah yang nyata dalam mengelola sampah.
Masyarakat harus meninggalkan kebiasaan lama yang hanya membuang
sampah dengan mendidik dan membiasakan masyarakat memilih, memilah dan
menghargai sampah sekaligus mengembangkan ekonomi kerakyatan (tallei Dkk.,
2013).
Melihat kondisi tersebut tentu stakeholder harus hadir sebagai jawaban
untuk mengurangai dampak negative sebagaimana yang telah diuraikan diatas,
maka dari itu perlu adanya suatu inovasi dari pemerintah dan bekerja sama dengan
masyarakat dalam mewujudkan masalah pengelolaan sampah dengan baik.
Inovasi merupakan bagiann dari perjuangan manusia mempertahankan
identitas atau kelangsungan hidup. Sejauh ini, manusia berhasil melakukannya
dengan menciptakan solusi-solusi baru, meskipun sebagian berubah menjadi
ancaman (Fonseca, 2002).
Bagi suatu lembaga inovasi dapat dipandang sebagai sebuah produk yang
diperlukan untuk memperthankan atau memperbaharui proses kelembagaan.
Menurut Tuomi (1999) proses utama inovasi terkait dengan pembaruan (renewal)
dan pertumbuhan (growth) – inovasi sebagai penyebab utama pembaruan dan
pertumbuhan.
Beberapa dasawarsa yang lalu, inovasi dikenal secara luas sebagai tujuan
utama kegiatan ekonomi, oleh karena itu inovasi telah menjadi instrument penting
untuk mencapai dan melestarikan keunggulan daya asing. Bahkan ekonomi
4
neoklasik memandang inovasi sebagai salah satu sumber kekuatan monopolistic
untuk mendapatkan keuntungan diatas normal. Artinya inovasi telah menjadi
sebuah variable dalam fungsi produksi atau penawaran penilaian rasional terhadap
potensi keuntungan monopolistic ini, kemudian menjadi pendorong utama
inovasi, (Bataris Gorat: 2003).
Perkembangan suatu wilayah selalu diukur dari meningkatnya jumlah
penduduk serta aktivitas masyarakat yang akan berpengaruh terhadap lingkungan
terutama berkaitan dengan kebersihan. Besarnya penduduk dan keragaman
aktivitas di Indonesia mengakibatkan munculnya persoalan dalam kehidupan,
seperti masalah sampah. Diperkirakan hanya sekitar 60% sampah di Indonesia
yang dapat terangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA), yang operasi utamanya
adalah pengurungan (landfilling). Banyaknya sampah yang tidak terangkut
kemungkinan besar tidak terdata secara sistematis, karena biasanya dihitung
berdasarkan ritasi truk menuju TPA.
Cara utama sebuah kota dalam menyelesaikan masalah sampah adalah
pemusnahan dengan landfilling pada sebuah TPA. Pengelola kota cenderung
kurang memberikan perhatian yang serius pada TPA tersebut, sehingga muncul
kasus-kasus kegagalan TPA. Pengelola kota nampaknya beranggapan bahwa TPA
yang dipunyainya dapat menyelesaikan semua persoalan sampah, tanpa harus
memberikan perhatian yang proporsional terhadap sarana tersebut.
Penanganan sampah khususnya di kota-kota besar Indonesia merupakan
salah satu permasalahan perkotaan yang sampai saat ini menjadi tantangan bagi
pengelola kota. Pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas yang demikian
5
pesat di Kota-kota besar, telah mengakibatkan meningkatnya jumlah sampah
disertai permasalahannya.
Seiring dengan pertambahan penduduk, tambah lama akan tambah banyak
jumlah sampah yang harus ditangani.defisit anggaran dalam penanganan sampah
kota merupakan hal yang biasa terdengar, sehingga agak sulit bagi pengelola
sampah untuk berpikir kedepan dalam upaya pengembangan. Prasarana yang
tersedia tambah akan tambah tua dan tambah terbatas kempuannya.
Disamping itu sebagian besar Pemda sampai saat ini menganggap bahwa
penanganan sampah belum menjadi prioritas penting, apalagi dengan kondisi
ekonomi yang sulit. Dengan demikian beban pengelola sampah kota menjadi berat
kecuali bila cara pandang dalam pengelolaan sampah diperbaiki. Perbaikan ini
tidak dapat dilakukan dalam waktu sekejap, karena menyangkut pula cara
pandang masyarakat penghasil sampah, dan yang juga penting adalah cara
pandang pengambil keputusan baik eksekutif maupun legislative.
Kota Makassar merupakan kawasan strategis, tentu banyak investor yang
tertarik untuk mengembangkan usahanya. Permasalahan sampah yang terjadi di
Kota Makassar adalah semakin banyak sumber-sumber sampah yang
bermunculan,pembangunan usaha dibidang penginapan, penyediaan kebutuhan
pokok yang marak bermunculan.
Produksi sampah di kota Makassar masih menjadi persoalan yang harus
ditangani dengan serius, terlebih pada saat musim hujan, sampah bisa memicu
terjadinya banjir. Tingginya populasi di kota Makassar berdampak langsung
terhadap produksi sampah. Diperkirakan 900 ton sampah yang terbuang di TPA
6
tiap harinya. Program bank sampah merupakan salah satu metode untuk
mengelola sampah yang ada di Kota Makassar untuk mengurangi reduksi sampah.
Kecamatan Manggala salah satu kecamatan di Kota Makassar yang
mempunyai bank sampah yang dibangun oleh pegadaian setelah berhasil
dilaksanakan di beberapa Kota di Indonesia. Di Kecamatan Manggala mempunyai
inovasi yang cukup menarik, inovasi tersebut membantu memberikan pelajaran
untuk memilih dan memilah sampah kemudian ditukar menjadi tabungan emas
yang disebut dengan bank sampah sektoral clean & gold, kecamatan Manggala
kota Makassar.
Inovasi bank sampah ditukar emas di Kecamatan Maggala Kota Makassar
dapat meningkatkan nilai perekonomian, karena masyrakat dapat memanfaatkan
sampah rumah tangga dan ditukar menjadi tabungan emas.
Penelitian terdahlu dilakukan oleh Andi Firmansyah Dkk, pada tahun
2016, penelitian tersebut bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat
tentang pentingnya menjaga lingkungannya.dari penelitian tersebut ditemukan
bahwa di Wilayah Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten
Karawang pengelolaan sampah belum dapat terintis dengan baik.
Penelitian juga dilakukan Ayu Dewanti Dkk, Tahun 2014. Penelitiannya
tentang banyaknya hambatan yang terjadi dalam proses inovasi bank sampah Sri
Wilis, Perum Wilis II Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojokerto, Kota Kediri.
Contohnya ketidaksiapan anggota, ketidaksiapan nasabah dalam simpan pinjam
dan masalah keterlibatan masyarakat sekitar.
7
Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik membuat karya ilmiah dengan
judul Inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala Kota Makassar
dengan alasan apakah penerapan bank sampah ditukar emas di kecamatan
manggala kota Makassar berjalan dengan baik dan juga efektif. Karena kasus
seperti ini masih terbilang baru di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti berusaha
seoptimal mungkin mengkaji masalah dengan batasan:
1. Seberapa efektif inovasi pengelolaan sampah yang ditukar emas di
Kecamatan Manggala Kota Makassar
2. Bagaimana faktor penghambat dan pendukung pengelolaan sampah
yang ditukar emas di Kecamatan Manggala Kota Makassar
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui efektifitas inovasi pengelolaan sampah yang ditukar
emas di Kecamatan Manggala Kota Makassar
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pengelolaan
sampah yang ditukar emas di Kecamatan Manggala Kota Makassar
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Untuk mengukur efektifitas penerapan bank sampah yang ditukar
dengan emas di Kecamatan Manggal Kota Makassar
8
2. Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan bagi pihak lain yang
tertarik untuk meneliti topic yang sama.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inovasi
Rogers dalam Suwarno,( 2007,3) menjelaskan inovasi adalah sebuah ide,
praktek, atau objek yang dianggap baru oleh individu satu unit adopsi lain.
Menurut Mckeown dalam Ancok, (2012,34-35) bahwa inovasi adalah suatu
bentuk perubahan dari suatu hal, baik yang bersifat inkremental (sedikit demi
sedikit), maupun perubahan yang radikal. Penerapan inovasi dalam kehidupan
masyarakat akan mendapatkan manfaat dari segi social dan ekonomi.
Hills (2008) mendefinisikan inovasi sebagai ide, praktek atau obyek yang
dianggap baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya. Suryana (2003)
inovasi yaitu: sebagai kemampuan untuk menerap-kan kreativitas dalam rangka
memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya
kehidupan.
Muluk (2008, h.46-47) membagi inovasi menjadi tiga level, yaitu inovasi
incremental, radikal dan transformative. System inovasi daerah diperlukan untuk
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, daya saing daerah, dan pelaksanaan
masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi secara terarah dan
berkesinambungan. Inovasi Inkremental, berarti inovasi yang membawa
perubahan-perubahan kecil terhadap proses atau layanan yang ada.
Inovasi Radikal, merupakan perubahan mendasar dalam pelayanan public
atau pengenalan cara-cara yang sama sekali baru dalam proses keorganisasian
atau pelayanan.inovasi jenis ini jarang sekali dilakukan karena membutuhkan
10
dukungan politik yang sangat besar karena memiliki resiko yang besar pula.
Inovasi radikal diperlukan untuk membawa perbaikan yang nyata dalam kinerja
pelayanan public dan memenuhi harapan pengguna layanan yang lama terabaikan
(Muluk, 2008:46).
Inovasi Transformatif atau sistematis, membawa perubahan dalam struktur
angkatan kerja dan keorganisasian dengan mentransformasi semua sector secara
dramatis mengubah hubungan keorganisasian. Inovasi jenis ini membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk memperoleh hasil yang diinginkan dan
membutuhkan perubahan mendasar dalam susunan social, budaya dan organisasi
(Muluk, 2008:47).
Dilihat dari segi prosesnya, inovasi juga dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu: Sustaning Innovation (inovasi terusan) merupakan proses inovasi
yang membawa perubahan baru namun dengan tetap mendasarkan diri pada
kondisi pelayanan dan system yang sedang berjalan atau produk yang sudah ada.
Distcontinues Innovation (inovasi terputus) merupakan proses inovasi yang
membawa perubahan yang sama sekali baru dan tidak lagi berdasar pada kondisi
sebelumnya. (Muluk, 2008:48)
Sebastian (2014, h.12) mengungkapkan inovasi atau innovation berasal
darikata toinnovate yang berarti melakukann suatu perubahan atau
memperkenalkan sesuatu yang baru, yang memberikan nilai tambah (addeevalue).
Ada tiga tipe dari inovasi menurut Sebastian (2014, h.37) sebagai berikut: yang
pertama Product Innovation, sebuah inovasi dimana produk yang sudah ada
dimodifikasi sehingga menghasilkan nilai tambah baik dari segi fungsi maupun
11
penggunaan. Kedua Process Innovation, bentuk inovasi dengan memperkenalkan
suatu metode tertentu sehingga proses pekerjaan bisa dilakukan dengan efektif
dan lebih efisien. Ketiga Quality Innovation, sebuah bentuk inovasi yang mampu
meningkatkan kualitas produk atau jasa.
Secara umum inovasi seringkali diterjemahkan sebagai penemuan baru.
Namun sebenarnya aspek kebaruan dalam inovasi sangat ditekankan untuk
inovasi swasta atau di sector industry. Sedangkan, inovasi pada sector public lebih
ditekankan pada aspek perbaikan yang dihasilkan dari kegiatan inovasi tersebut,
yaitu pemerintah mampu memberikan pelayanan secara efektif, efisien dan
berkualitas, murah dan terjangkau (Wijayanti, 2008:42)
Dalam penerapan inovasi memiliki atribut yang melekat dalam inovasi
tersebut. Atribut inovasi yang dimaksud menurut Rogers (Suwarno, 2008: 16-18),
Antara lain sebagai berikut: (1) Relative Advantage atau keuntungan relatif,
sebuah inovasi harus memiliki keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan
inovasi sebelumnya. Selalu ada nilai kebaruan yang melekat dalam inovasi yang
menjadi ciri dan dapat membedakannya dengan yang lain. (2) Compatibility atau
kesesuaian, inovasi juga mempunyai sifat kompatibel atau sesuai dengan inovasi
yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta
dibuang begitu saja. (3) Complexity atau kerumitan, dengan sifatnya yang baru,
maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan yang boleh menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan yang sebelumnya. (4) Triability atau kemungkinan dicoba,
inovasi hanya bisa diterima apabilah telah teruji dan terbukti mempunyai
keuntungan atau nilai lebih dari inovasi sebelumnya. (5) Observability atau
12
kemudahan diamati, sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi
sebagaimana ia bekerja dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Tujuan Inovasi adalah upaya yang dilakukan untuk mempertahankan dan
mengembangkan organisasi dalam sebuah lingkungan. Adanya inovasi dalam
organisasi tersebut diharapkan dapat menanggapi kompleksitas lingkungan dan
perubahan lingkungan terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya serta
persaingan produk dan jasa (Faiz, 2016:9).
1. Prinsip Inovasi
Sama seperti kegiatan lainya, inovasi merupakan hasil kerja keras yang
memerlukan pengetahuan dan kemurnian. Memang ada orang yang sangat
berbakat, tetapi bakat mereka pada bidang yang jelas. Oleh karena itu, seorang
innovator yang berhasil jarang berada pada dua bidang atau lebih. Thomas Edison
misalnya, hanya pada bidang kelistrikan dan Citibank hanya pada bidang
keuangan. Apabila bakat, kemurnian dan pengetahuan sudah tersedia dan bekerja,
apa yang diperlukan inovasi adalah kerja keras yang terfokus dan bertujuan.
Tanpa kesungguhan, bakat, kemurnian dan pengetahuan tidak ada artinya. (Gorat,
Bataris. 2003)
Kenyataannya, tidak seorangpun dapat memastikan apakah inovasi akan
mengakhiri sebuah bisnis besar, mengubah aturan main atau hanya sebuah prestasi
biasa. Akan tetapi, tujuan awal inovasi adalah menjadi pembuat norma,
menentukan arah teknologi atau industry, tentunya menciptakan bisnis dan berada
didepan. Apabila dari awal tidak dimaksudkan sebagai Leader, tidak mengubah
lingkungan hidup, inovasi tersebut tidak cukup inovatif.
13
Adapun level innovative governance dilihat dari sejauhmana pelaksanaan
dari kriteria best practices menurut United Nations (Sangkala, 2014:8), terdiri
atas:
1. Dampak (impact) adalah sebuah best practices harus menunjukkan
sebuah dampak positif dan dapat dilihat (tangibel) dalam meningkatkan
kondisi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan tidak
beruntung.
2. Kemitraan (partnership) adalah sebuah best practices harus didasarkan
pada sebuah kemitraan antar aktor-aktor yang terlibat, setidaknya
melibatkan dua pihak.
3. Keberlanjutan (sustainability) adalah sebuah best practices harus
membawa perubahan dasar dalam wilayah permasalahan berikut:
a. Legislasi, kerangka pengaturan oleh hukum atau standar formal yang
menghargai isu-isu dan masalah yang dihadapi.
b. Kebijakan sosial dan atau strategi sektoral didaerah yang memilik
potensi bagi adanya replikasi dimanapun.
c. Kerangka institusional dan proses pembuatan kebijakan yang memilki
kejelasan peran dan tanggung jawab beragam tingkatan dan kelompok
aktor seperti pemerintah pusat dan daerah, LSM dan organisasi
masyaratkat.
d. Efisiensi, transparan dan sistem manajemen yang akuntabel dapat
membuat lebih efektif penggunaan sumber daya manusia, teknik dan
keuangan.
14
4. Kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat (leadership & community
empowerment), yakni:
a. Kepemimpinan yang menginspirasikan bagi adanya tindakan dan
perubahan termasuk didalamnya perubahan dalam kebijakan pubik.
b. Pemberdayaan masyarakat, rukun tetangga dan komunitas lainnya
serta penyatuan terhadap kontribusi yang dilakukan oleh masyarakat
tersebut.
c. Penerimaan dan bertangggungjawab terhadap perbedaan sosial dan
budaya.
d. Kemungkinan bagi adanya transfer (transferability) pengembangan
lebih lanjut dan replikasi.
e. Tepat bagi kondisi lokal dan tingkatan pembangunan yang ada.
5. Kesetaraan gender dan pengecualian sosial (gender equality & social
inclusion) yakni inisiatif haruslah dapat diterima dan merupakan respon
terhadap perbedaan sosial dan budaya, mempromosikan kesetaraan dan
keadilan sosial atas dasar pendapatan, jenis kelamin, usia dan kondisi
fisik/mental serta mengakui dan memberikan nilai terhadap kemampuan
yang berbeda.
6. Inovasi dalam konteks lokal dan dapat ditransfer (innovation within local
content & transferability) yakni bagaimana pihak lain dapat belajar dan
cara yang digunakan untuk membagi serta mentransfer pengetahuan,
keahlian dan pelajaran untuk dapat dipelajari tersebut.
15
2. Peluang Inovasi
Menurut Drucker (HBR, 2002), inovasi merupakan kerja nyata yang dapat
dan harus dikelola, sama seperti fungsi organisasi lainnya. Inovasi adalah sebuah
fenomena yang bergantung pada kendali manusia. Lebih lanjut menurut Drucker,
inovasi lebih merupakan hasil pemanfaatan peluang-peluang yang dilakukan
secara sistematis dan bertujuan.
Kesalahan terburuk yang dapat dilakukan sebuah perusahaan menurut
Levitt (HBR, 2002) adalah menyerahkan urusan inovasi kepada orang yang
menghasilkan gagasan-gagasan komplusif atau kepada mereka yang tidak
memahami realitas sesungguhnya kehidupan organisasi, sehingga tidak dapat
dijadikan proyek yang nyata.
Pemanfaatan peluang inovasi secara sistematis dan bertujuan dimulai
dengan analisis sumber-sumber peluang. Tergantung pada konteksnya, sumber-
sumber peluang ini memiliki tingkat kegunaan yang berbeda. Akan tetapi, apapun
situasinya, para innovator harus menganalisis semua sumber-sumber peluang yang
ada. (Gorat, Bataris. 2003)
Memenagkan persaingan atau memperthankan identitas lewat inovasi
adalah tetntang kemampuan memanfaatkan peluang melebihi pesaing. Ini dapat
menyangkut pemanfaatan ketidaksinambungan dalam pengetahuan dan teknologi
yang secara proaktif membentuk sumber-sumber peluang, baik untuk masa kini
maupun masa depan. (Gorat, Bataris. 2003)
Oleh karena itu, para innovator harus mampumerangkul dan bersahabat
dengan ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan ketidaksinambungan tersebut
16
melalui inovasi dalam artimenjadi lebih baik, lebih handal, lebih menarik dan
lebih berguna. (Gorat, Bataris. 2003)
Mengingat inovasi bersifat konseptual dan perseptual, maka para innovator
sering harus keluar dari perspektifnya, mengamati dan mendengar. Selanjutnya
para innovator harus mengidentifikasi pengguna potensial, mempelajari harapan-
harapan, nilai-nilai dan kebutuhan mereka. Dengan kata lain, inovasi harus
mengarah pada desain yang dapat diproduksi dan jual, oleh karena itu,innovator
yang berhasil menggunkan kedua sisi otaknyta. (Gorat, Bataris. 2003)
3. Faktor Penghambat Inovasi
Inovasi tidak terjadi secara mulus atau tanpa resistensi. Banyak dari kasus
inovasi diantaranya justru terkendala oleh berbagai factor. Biasanya budaya
menjadi factor penghambat terbesar dalam mempenetrasikan sebuah inovasi.
Hambatan inovasi ada delapan jenis. Salah satunya yang dimaksud dengan
budaya risk aversion adalah budaya yang tidak menyukai resiko. Hal ini
berkenaan dengan sifat inovasi yang memiliki segala resiko, termasuk resiko
kegagalan. Sector public, khususnya pegawai cenderung enggan berhubungan
dengan resiko, dan memilih untuk melaksanakan pekerjaan secara procedural-
administratif dengen resiko minimal. Selain itu, secara kelembagaanpun, karakter
unit kerja disektor public pada umumnya tidak memiliki kemampuan untuk
menangani resiko yang muncul akibat dari pekerjaannya.
Hambatan lainnya adalah ketergantungan terhadap figure tertentu yang
memiliki kerja tinggi, sehingga kecenderungan kebanyakan pegawai di sector
17
public hanya menjadi followe. Ketika figure tersebut hilang, maka yang terjadi
adalah stagnasi dan kemacetan kerja.
Selain itu, hambatan anggaran yang periodenya terlalu pendek, serta
hambatan administrative yang membuat system dalam berinovasi menjadi tidak
fleksibel. Sejalan dengan itui juga, biasanya penghargaan atas karya-karya
inovatif masih sangat sedkit. Sangat disayangkan hanya sedikit apresiasi yang
layak atas prestasi pegawai atau unit yang berinovasi.
Sebuah inovasi dalam organisasi selalu memiliki 2 (dua) konsekuensi
adalah barhasil atau gagal. Namun tidak jarang kita jumpai penerapan inovasi
dalam organisasi mengalami kegagalan. Dengan adanya persepsi masyarakat yang
menganggap inovasi sulit untuk dilaksanakan. Biasanya budaya menjadi faktor
penghambat terbesar dalam mengimplementasikan inovasi.
Salah satunya adalah budaya risk aversion yaitu budaya yang tidak
menyukai resiko. Hal ini di sebabkan oleh sifat inovasi yang memiliki segal
resiko, termasuk resiko kegaglan dsektor publik, khususnya pegawai cenderung
enggan berhubungan dengan resiko dan memilih untuk melaksanakan sesuai
dengan prosedural administratif yang memiliki resiko minimal. Selain itu secara
kelembagaan pun karakter unit kerja di sektor publik pada umumnya tidak
memiliki kemampuan untuk menangani resiko yang muncul dari pekerjaan (Faiz,
2016:13).
Hambatan lain merupakan ketergantungan terhadap figur tertentu yang
memiliki kinierja tinggi, sehingga kecenderungan kebanyakan pegawai di sektor
publik hanya menjadi follower. Ketiga figur tersebut hilang maka yang terjadi
18
adalah stagnasi dan kemacean kerja. Kemudian hambatan anggaran yang
periodenya terlau pendek, serta hambatan administratif yang membuat sistem
dalam bernovasi menjadi tidak fleksibel (Albury dalam Suyono, 2016:21).
Menurut Mulgan dan Albury (Junior, 2016:9) terdapat delapan
penghambat dalam inovasi, antara lain:
1. Keengganan untuk menutup program atau organisasi yang gagal
(Reluctance to close down failing program or organization),
2. Tingginya ketergantungan pada salah satu pihak sebagai sumber inovasi
(Over-reliance on high performers as source of innovation),
3. Teknologi tersedia tetapi tidak sesuai dengan budaya organisasi
(Technologies available but constraining cultural or organizational
arrangement).
4. Tidak ada imbalan atau insentif untuk berinovasi atau mengadopsi inovasi
(No rewards or incentives to innovate or adopt innovations).
5. Rendahnya kemampuan (Poor skills in active risk or change
management).
6. Perencanaan dan penganggaran jangka pendek (Short-term budget and
planning horizons),
7. Adanya tekanan administrasi (Delivery pressures and administrative
burdens),
8. Budaya menghidari resiko (Culture of risk aversion).
Dari berbagai kendala yang dikemukakan diatas secara sederhana dapat di
temukan adanya 3 (tiga) faktor keberhasilan inovasi, yaitu keterampilan dan
19
pengetahuan, motivasi, serta lingkungan yang kondusif. Ketiga hal ini harus
dilakukan secara berkelanjutan sebagai sebuah strategi menumbuhkan inovasi
dalam organisasi. Inovasi yang berhasil menghendaki adanya sistem
pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Selain melakukan pelatihan-
pelatihan dan pembimbingan untuk replikasi inovasi, juga harus dibarengi dengan
pemberian konsultasi dari pimpinan yang memiliki gagasan inovasi (Faiz,
2017:14).
4. Inovasi dan Pemerintahan
Menurut laporan UNDESA, keharusan sector public berinoivasi karena
alasan-alasan berikut:
1. Demokratisasi
Fenomena demokratisasi telah menyebar keseluruh dunia, melewati batas-
batas kedaulatan, ideology dan politik bangsa-bangsa.
2. Perjanjian Internasional/glocalization
Perjanjian internasional sebagai bagian dari konsekuensi globalisasi dan
interaksi antar bangsa dalam rangka kerja sama.
3. Brain Drain
Fenomena human capital fight yang terjadi dari Negara berkembang ke
Negara maju, sehingga terjadi ketidak seimbangan persenaran sumber
daya manusia unggulan. Alhasil kesenjangan social ekonomi politik
Antara Negara maju dan Negara berkembang makin melebar.
4. Negara Pasca Konflik, Demokrasi dan Ekonomi Transisi
20
Beberapa Negara baru saja melewati konflik dan instabilitas poloitik
akibat perang atau firiksi kepentingan politik dalam negri. Saat ini mulai
mengadopsi system demokrasi serta mengalami transisi.
5. Moral Pegawai Negri
Moralitas menjadi salah satu isu integritas pegawai dalam penataan
birokrasi yang lebih baik.
6. Sumber Baru Persaingan: Privatisasi dan Outsourcing
Privatisasi dan outsourcingf adalah fenomena organisasional yang telah
menambah sector public sejak lama. Hal ini berdampak pada perubahan
struktur, budaya dan lingkungan dinamis organisasai.
Dalam hal inovasi di sector public, pemerintah mempunyai tiga peranan
kebijakan terkait dengan inovasi yaitu:
1. Inovasi kebijakan
2. Inovasi dalam pembuatan kebijakan
3. Kebijakan untuk mengembangkan inovasi dan penyebarannya
B. Pengelolan sampah
1. Sampah
Menurut Azwar (1990:53), Sampah adalah sesuatu yang tidak
dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus
dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya,
sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai
terjadi.
21
Kodoatie (2003:312) mendefinisikan sampah adalah limbah atau buangan
yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan
perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya sebagian
dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak menganggu
kelangsungan hidup.
Menurut Hadiwiyoto (1983:25), klasifikasi sampah berdasarkan sifatnya
dibagi menjadi 2 macam yaitu ;
1. Sampah organik, yaitu sampah yang terdiri dari daun-daunan, kayu, kertas,
karton, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur dan buah. Sampah organik
adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik yang tersusun
oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah di
degradasi oleh mikrobia.
2. Sampah anorganik, yaitu sampah yang terdiri dari kaleng, plastik, besi dan
logam-logam lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak tersusun
oleh senyawa-senyawa organik. Sampah ini tidak dapat terdegradasi oleh
mikrobia.
Menurut Hadiwiyoto (1983:24), berdasarkan lokasinya, sampah dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Sampah kota (urban) yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar.
2. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah di luar
perkotaan, misalnya di desa, di daerah permukiman dan di pantai.
22
Sampah pada umumnya dianggap sebagai benda yang tidak berguna,
kompleks seiring dengan berkembangnya aktivitas ekonomik. Sehingga disikapi
dengan kaidah not in my backyard (NIMBY). Pada prinsipnya jumlah sampah
akan meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi. Selain
jumlahnya, jenis dan dampak dari sampah juga semakin beragam, ketika dalam
aktivitas ekonomik tersebut terlibat teknologi-teknologi baru. Misalnya, produksi
bahan-bahan transgenic akan menghasilkan sampah transgeni, produksi bahan
radioaktif. Jadi, permasalahan sampah akan cenderung semakin kompleks seiring
dengan berkembangnya aktivitas ekonomi. (Madani, 2011:12)
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup
masyarakat telah meningkatkan jumlah, jenis, dan keberagaman karakteristik
sampah. Meningkatnya daya beli masyrakat terhadap berbagai jenis bahan pokok
dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi
yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya
volume sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak
mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan
selain akan dapat menimbulkan dampak negative terhadap kesehatanjuga akan
sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman,
hutan, persawahan, sungai dan lautan. (Madani, 2011:12)
Sebuah pendekatan pengelolaan sampah yang konvensional, yang masih
umum dipraktikkan, adalah yang bersifat pasif, instruksional dengan penekanan
pada pengelolaan sampah diujung proses produksi ekonomi (dikenal sebagai
23
endof pipe approach). Pengelolaan sampah dengan pendekatan seperti ini tidak
mendorong inovasi dalam aktivitas ekonomik yang diperlukan untuk memasukkan
nilai-nilai lingkungan dan keberlanjutan pembangunan kedalam aktivitas tersbut.
Pengelolaan sampah yang bersifat instruktif (top-down) juga kurang kondusif bagi
terjadinya pembelajatan masyarakat. (Madani, 2011:12)
2. Jenis dan Sumber Sampah
Jenis dan sumber sampah menurut Widyatmoko (2002:2), dapat
dikelompokan menjadi :
1. Sampah rumah tangga, terdiri dari:
a. Sampah basah yaitu sampah yang terdiri bahan-bahan organik
yang mudah membusuk yang sebagaian besar adalah sisa
makanan, potongan hewan, sayuran dan lain-lain.
b. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi,
kaleng bekas dan sampah kering yang non logam misalnya
kertas, kayu, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain.
c. Sampah lembut, misalnya sampah debu yang berasal dari
penyapuan lantai, penggergajian kayu dan abu dari sisa
pembakaran kayu.
d. Sampah besar yaitu sampah yang terdiri dari buangan ruamah
tangga yang besar-besar seperti meja, kursi dan lain-lain.
24
2. Sampah komersial, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan komersial
seperti pasar, perkotaan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan dan
lain-lain.
3. Sampah bangunan, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan
termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti semen,
kayu, batubata dan sebagainya.
4. Sampah Fasilitas umum, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan
pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman, lapangan, tempat
rekreasi dan fasilitas umum lainnya.
3. Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah ialah usaha mengatur atau mengelola sampah dari
proses pengumpulan, pemisahan, pemindahan sampai pengolahan dan
pembuangan akhir (Cipta Karya, 1993). Pengelolaan sampah terdiri dari 2 jenis
yaitu pengelolaan setempat (individu) dan pengelolaan terpusat untuk lingkungan
atau perkotaan.
Menurut Kodoatie (2003:217), Sistem pengelolaan sampah perkotaan pada
dasarnya dilihat dari komponen-komponen yang saling mendukung satu dengan
yang lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yaitu kota yang bersih sehat
dan teratur. Komponen tersebut adalah teknik, intuitusi, finansial, hokum serta
peran masyarakat.
Karena system pengelolaan sampah padat perkotaan harus utuh dan tidak
terpotong rantai ekosistemnya maka diperlukan tindakan terkordinatif,
sinkronisasi dan simplikasi. Untuk peningkatan penanganan sampah banyak hal
25
yang harus ditinjau diantaranya operasional pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan akhir serta peralatan yang digunakan. Disamping itu yang sangat
berperan adalah aspek organisasi dan manajemen di dalam pengelolaannya.
Menurut SK SNI T-13-1990-F, pada dasarnya sistem pengelolaan sampah
perkotaan dilihat sebagai komponen-komponen subsistem yang saling
mendukung, saling berinteraksi, dan saling berhubungan satu sama lain.
4. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
Kastaman (2004) dalam Koesrimardiyati (2011) mendefinisikan
pengelolaan sampah berbasis masyarakat sebagai suatu pendekatan pengelolaan
sampah yang didasarkan pada partisipasi aktif masyarakat. Pemerintah dan
lembaga lainnya hanyalah sebagai motivator dan fasilitator. Douglas, dkk (1994)
menyatakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup memerlukan adanya fasilitas
dan implementasi upaya berbasis masyarakat sebagai suatu strategi pemberdayaan
dan peningkatan akses mereka kepada sumber dya lingkungan hidup yang
penting, terutama tanah, infrastruktur, dan pelayanan.
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat sangat penting, karena kegiatan
tersebut dilakukan oleh anggota komunitas itu sendiri. Mereka mengambil
keputusan yang terkait dengan kehidupan mereka sendiri. Hal ini akan menjadi
lebih tepat gun ajika disesuaikan dengan kebutuhan local serta prioritas dan
kapasitas mereka (Sutandyo-Buchholz, 2005 dalam Koesrimardiyati, 2011).
Perencanaan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat
merupakan suatu proses yang mempersiapkan seperangkat keputusan untuk
melakukan tindakan dimasa depan. Tahap perencanaan merupakan tahapan
26
awal dalam proses pelaksanaan program pembangunan pengelolaan sampah. Hal
ini dimaksudkan bahwa perencanaan akan memberikan arah, langkah atau
pedoman dalam proses pembangunan dimaksud. Pada tahapan ini akan ditelusuri
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan masyarakat, dimulai dari keterlibatan
mereka dalam menyusun rencana program yang diaktualisasikan melalui
keaktifannya dalam setiap rapat dan inisiatif diadakannya rapat, danketerlibatan
dlam memberikan pendapat, tanggapan masyarakat serta pengembangan terhadap
upaya pengelolaan sampah, sampai dengan keterlibatan mereka dalam
pengambilan keputusan terhadap program yang direncanakan. Melalui interaksi
dan komunikasi, perencanaan bersama dengan masyarakat membantu
mengidentifikasi masalah, merumuskan tujuan, memahami situasi dan
mengidentifikasi solusi bagaimana meecahkan masalah-masalah yang dimaksud.
Dalam konteks ini perencanaan adalah aktivitas moral, perencanaan merupakan
komunikator yang menggunakan bahasa sederhana dalam pekerjaannya agar
membuat logic dan perilaku manusia. Kunci dari gagasan perencanaan dan
pembelajaran social adalah evolusi dari desentralisasi yang membantu orang-
orang untuk memperoleh akses yang lebih dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kehiduan mereka (Hadi, 2001:19).
Pengetahuan, sikap, dan keterampilan warga mengelolah sampah rumah
tangga untuk melakukan daur ulang juga menjadi hal penting dalam pengelolaan
sampah (Akhtar dan Soetjipto, 2014). Penilaian sampah rumah tangga yang
termasuk kategori sampah organic dapat dijadikan kompos seddangkan sampah
anorganik ditabung ke bank sampah untuk didaur ulang kembali dan dapat
27
dijadikan bahan yang bernilai ekonomis (Jumar dkk, 2014) adaptasi bank sampah
pada setiap komunitas sangat ditentukan partisipasi warga yang juga akan
menentukan keberlanjutan program bank sampah sehingga pengelolaan berbasis
komunitas menjadi perlu diperhatikan (Kristina, 2014).
5. Bank Sampah
Pada dasarnya bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah
kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankkan, tetapi yang
ditabung bukan uang melainkan sampah. Warga yang menabung (menyerahkan
sampah) juga disebut nasabah dan memiliki buku tabyngan serta dapat meminjam
uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam.
Sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang,
kemudian akan dijual di pabrik yang sudah bekerjasama dengan bank sampah.
Sementara plastic kemasan dapat dibeli oleh pengurus PKK setempat untuk didaur
ulang menjadi barang-barang kerajinan (Anonim, 2012)
Strategi nasional kebijakan penanganan sampah melalui program 3R
adalah: pengurangan sampah, penanganan sampah, pemanfaatan sampah,
peningkatan kapasitas pengelolaan, dan pengembangan kerja sama. Sedangkan
UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah mengatakan bahwa
pengelolaan sampah rumah tangga, terdiri dari pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud, meliputi: pembatasan
timbulan sampah, daur ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah.
Pengelolaan sampah di tingkat komunitas melalui Bank Sampah, pertama
kali dilakukan sejak 2008 lalu di Desa Badegan Kabupaten Bantul, Provensi
28
Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan nama Bank Sampah Gemah Ripah. Ide
pendiriannya tercetus karena banyaknya kasus demam berdarah di Bantul, dan
kasusnya meningkat tajam seiring dengan banyaknya tumpukan sampah.
Setelahnya, daerah-daerah lain juga turut mendirikan Bank Sampah dan dari
waktu ke waktu perkembangannya makin meningkat. (Suriyani, 2014)
Tujuan utama pendirian bank sampah adalah buntuk membantu menangani
pengelolaan sampah di Indonesia. Tujuan selanjutnya adalah untuk menyadarkan
masyarakat akan lingkungan yang sehat, rapi, dan bersih. Bank Sampah juga
didirikan untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna dalam
masyarakat, misalnya untuk kerajinan dan pupuk yang memiliki nilai ekonomis.
Bank sampah adalah tempat untuk mengumpulkan berbagai macam sampah yang
telah dipisah-pisahkan sesuai dengan jenisnya untuk disetorkan ketempat bengkel
kerja lingkungan, hasil setoran sampah akan ditabung dan dapat diambil atau
dicairkan dalam jangka waktu tertentu dengan mengadopsi prinsip perbankan, jadi
penyetor sampah akan mendapat buku tabungan. (Suriyani, 2014)
Bank Sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan
hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan
pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang ekonomis. Manfaat
lain Bank sampah untuk masyarakat adalah dapat menambah penghasilan
masyarakat karena saat mereka menukarkan sampah mereka akan menmdapatkan
imbalan berupa uang yang dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki.
(Suriyani, 2014)
29
Masyarakat dapat sewaktu-waktu mengambil uang pada tabungannya saat
tabungannya sudah terkumpul banyak. Imbalan yang diberikan kepada penabung
tidak hanya berupa uang, tetapi ada pula yang berupa makanan poko seperti gula,
sabun, minyak dan beras, pembelian pulsa telpon genggam, listrik, pembayaran
jasa layanan air bersih, bahkan biaya sekolah, kredit kepemilikan barang, dan
asuransi kesehatan.(Suriyani, 2014)
C. Kerangka Pikir
Dalam rangka untuk melancarkan program bank sampah sebuah inovasi
yang dilakukan pemerintah kecamatan manggala yaitu sampah ditukar emas dan
sesuai dengan UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Tentunya
perlu sebuah prinsip atau level invosi sebagai tolak ukur untuk menilai inovasi
program bank sampah di kecamatan Manggala Kota Makassar yaitu dampak
(impact), kemitraan (partnership), keberlanjutan (sustainability) kepemimpinan
dan pemberdayaan masyarakat (leadership and community empowerment).
Pada gambar 2.1 kerangka pikir ini memberikan prinsip atau level inovasi
sebagai tolak ukur pelaksanaan program inovasi bank sampah di Kecamatan
Manggala Kota Makassar dan di dukung UU No 18 Tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah.
30
Bagan Kerangka Pikir
D. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka pikir di atas, maka yang menjadi focus
penelitian adalah Inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala Kota
Makassar
E. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Dampak (impact) sejauhmana program inovasi bank sampah di Kecamatan
Manggala Kota Makassar memberikan dampak positif terhadap pihak-pihak
Inovasi Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Manggala Kota Makassar
Kriteria Inovasi
1. Dampak 2. Kemitraan 3. Keberlanjutan 4. Kepemimpinan dan
Pemberdayaan
Terwujudnya Inovasi Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Manggala Kota Makassar
Faktor Penghambat
Faktor Pendukung
31
yang berkaitan terutama masyarakat. Oleh karenanya, semakin baik dampak
yang dirasakan oleh masyarakat, maka semakin inovatif program tersebut.
2. Kemitraan (partnership) sejauhmana bentuk kerjasama dari berbagai
stakeholder dalam pelaksanaan program inovasi bank sampah di Kecamatan
Manggala Kota Makassar. Keterlibatan masyarakat, swasta dan pemerintah
dalam pelaksanaan program tersebut adalah cerminan dari prinsip inovasi
yang baik.
3. Keberlanjutan (sustainability) berlanjutnya sebuah program menjadi sangat
penting ketika inovasi pada pelaksanaan program bank sampah dalam hal ini
sampah ditukar emas di Kecamatan Manggala Kota Makassar memberikan
manfaat dan perubahan yang lebih baik.
4. Kepemimpinan dan Pemberdayaan Masyarakat (leadership and community
empowerment) sebuah inovasi tidak lepas dari sikap pemimpinnya yang
tidak hentinya melakukan perubahan dalam inovasi pada pelaksanaan
program bank sampah dalam hal ini sampah ditukar emas di Kecamatan
Manggala Kota Makassar. Tentu peran masyarakat sangat dibutuhkan
mengingat untuk membantu proses pelaksanan program inovasi tersebut.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan. Adapun lokasi penelitian ini
dilakukan di wilayah Antang Kecamatan Manggala Kota Makassar dengan alasan
untuk meneliti dan mengetahui inovasi program bank sampah dalam hal ini sampah
ditukar emas.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
digunakan untuk meneliti keadaan yang alamiah. Peneliti merupakan
instrument penting untuk mengumpulkan data secara trigulasi (gabungan),
analisis datayang bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generelisasi (Sugiyono, 2013:1)
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif kualitatif,
dimana tipe penelitian ini menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas (Sugiyono 2014:3) suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk
33
memberikan gambaran umum berbagai macam data yang dikumpul dari
lapangan secara objektif. Sedangkan dasar penelitiannya adalah survey
yakni tujuan dari penelitian deskriptif ini merupakan gambaran mengenai
situasi-situasi atau kejadian-kejadian secara sistematis, factual dan akurat
mengenai fakta-fakta dari inovasi program bank sampah dalam hal ini
sampah ditukar emas di Kecamatan Manggala Kota Makassar.
C. Sumber Data
Menurut sugiyono (2013:2) kriteria dalam penelitian kualitatif merupakan
data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya sebagaimana adanya,
bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna balik
yang terlihat dan terucap tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu data hasil penelitian yang didapatkan melalui dua sumber data, yaitu primer dan
skunder.
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2015:403) mendefinisikan bahwa data primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dengan cara melakukan
wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan
dengan program inovasi bank sampah di Kecamatan Manggala Kota
Makassar.
34
2. Data Skunder
Menurut Sugiyono (2014:131) data skunder merupakan sumber data
penelitian secara tidak langsung melalui media perantara diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain. Data skunder berupa dokumen-dokumen resmi,
buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.
D. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan informan dengan teknik Purposive
Sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalkan orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi social yang
diteliti (Sugiyono 2014:53-54)
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang benar-benar mengetahui
permasalahan yang akan diteliti. Sumber informan merupakan informasi dari
pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dengan program inovasi bank sampah dalam
hal ini sampah ditukar emas di Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Adapun informan tersebut sebagai berikut:
1. Pemerintah Kecamantan Manggala
2. Pegadaian
3. Masyarakat
35
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:63) mendefinisikan bahwa dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan natural setting (kondisi yang
alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi, serta wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian data yang digunakan dalam peneliti
merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara dengan
dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan serangkaian Tanya jawab untuk
memperoleh data secara langsung dari informan penelitian. Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan dengan bertatap muka secara langsung
dengan informan dan mempertanyakan hal-hal yang erat kaitannya dengan
pokok-poko masalah yang diangkat.
2. Dokumentasi
Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data melalui dokumen atau
buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, sihingga
menunjang kerelevanan data. Metode dokumentasi diganakan untuk
mengungkap serta melengkapi informasi yang berkaitan dengan pokok
permasalahan.
36
3. Observasi
Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam pengamatan
secara langsung terhadap objek yang akan diteliti, sehingga mendapatkan
data-data factual dari objek tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dikemukakan oleh Miles dan A.Michael Hurman dalam Sugiyono (2012:92) memiliki
tiga langkah sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi9 Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok dan
memfokuskan pada hal; yang penting. Reduksi data juga berarti
komponen pertama dalam analisis data yang memperpendek,
mempertegas dan membuang hal yang dirasa tidak penting ataupun tidak
berkaitan dengan focus penelitian sehingga penarikan kesimpulan dapat
dilakukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data adalah bentuk rakitan data dalam uraian singkat.
Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitan kualitatif adalah
bersifat naratif. Hal ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi
secara lebih mudah.
3. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)
37
Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpuilan.
Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
berkembang setelah peneliti ada dilapangan. Kesimpulan penelitian
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang
bersifat deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi
jelas.
G. Pengabsahan Data
Menurut Sugiyono (2012:121) uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas
data, uji transferability, uji depanability, dan uji comfirmability. Keabsahan data pada
penelitian ini diperiksa menggunakan uji kredibilitas data yang dilakukan dengan
teknik trigulasi. Trigulasi merupakan pengecekan dengan berbagai cara, berbagai
sumber, dan berbagai waktu,. Dengan demikian terdapat tiga trigulasi dalam
keabsahan data, yaitu trigulasi sumber, trigulasi teknik, dan trigulasi waktu.
1. Trigulasi Sumber
Trigulasi sumber digunakan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui berbagai sumber. Kemudian beberapa sumber tersebut,
data dideskripsikan data dan dikategorikan berdasarkan pandangannya
sama atau tidak
38
2. Trigulasi Teknik
Trigulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Jika menghasilkan data yang
berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan
sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data
mana yang dianggap benar.
3. Trigulasi Waktu
Trigulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
waktu atau situasi yang berbeda.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian.
1. Gambaran Umum Wilayah Kota Makassar
Deskripsi umum hasil penelitian dipaparkan dalam pembahasan ini
bertujuan untuk memberi gambaran yang komprehensif tentang objek
penelitian dan juga menjadi bahan informasi guna menganalisis lebih
lanjut tentang Inovasi Pengelolaan Sampah di Kota Makassar.
a. Letak Geografis dan Topografis Kota Makassar
Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang
terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi, dahulu disebut Ujung
Pandang, yang terletak antara antara 119:18'38” sampai
119:32'31”Bujur Timur dan antara 5:30'30” sampai 5:14'49” Lintang
Selatan. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan
0-2: (datar) dan kemiringan lahan 3-15: (bergelombang) dengan
hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25
meter dari permukaan laut. Kondisi ini menyebabkan Kota Makassar
sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat
turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang. Secara umum
topografi kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
sebagai berikut:
1) Bagian barat ke arah utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai,
40
2) Bagian timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di
Kelurahan Antang Kecamatan Panakukang dan lain sebagainya.
Secara Administratif, Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan, yaitu:
Kecamatan Mariso, Mamajang, Tamalate, Rappocini, Makassar, Ujung
Pandang, Wajo, Bontoala, ujung Tanah, Tallo, Panakukkang, Manggala,
Biringkanaya dan Tamalanrea.
Kota Makassar cukup unik dengan bentuk mnyudut di bagian Utara,
sehingga mencapai dua sisi pantai yang saling tegak lurus di bagian Utara dan
Barat. Di sebelah Utara kawasan pelabuhan hingga Tallo telah berkembang
kawasan campuran termasuk di dalamnya armada angkutan laut,
perdagangan, pelabuhan rakyat dan samudera, Sebagai rawa-rawa, tambak,
dan empang dengan perumahan kumuh hingga sedang.
Kawasan pesisir dari arah Tengah ke bagian Selatan berkembang
menjadi pusat kota (Centre Busines District) dengan fasilitas perdagangan,
pendidikan, pemukiman, fasilitas rekreasi dan resort yang menempati pesisir
pantai membelakangi laut yang menggunakan lahan hasil reklamasi pantai.
Kenyataan di atas menjadikan beban kawasan pesisir kota Makassar saat ini
dan dimasa mendatang akan semakin berat terutama dalam hal daya dukung
dan aspek fisik lahan termasuk luasnya yang tertabatas. Ditambah lagi
pertumbuhan dan perkembangan penduduk sekitarnya yang terus
berkompetisi untuk mendapatkan sumber daya di dalamnya.
41
Tabel 1.2 Luas Wilayah Kecamatan di Kota Makassar
Sumber: BPS Kota Makassar Tahun 2015
Tabe 1.3 Wilayah Administratif Kota Makassar yaitu :
Sebelah Utara Kabupaten Maros
Sebelah Selatan Kabupaten Gowa
Sebelah Timur Kabupaten Gowa dan Maros
Sebelah Barat Selat Makassar
Sumber: BPS Kota makassar 2015
KECAMATAN LUAS
(%)
1. Biringkanaya 48,22 27,43
2. Tamalanrea 31,84 18,11
3. Tallo 5,83 3,32
4. Panakukang 17,05 9,70
5. Manggala 24,14 13,73
6. Rappocini 9,23 5,25
7. Tamalate 20,21 11,50
8. Makassar 2,52 1,43
9. Bontoala 2,10 1,19
10. Ujung Tanah 5,94 3,38
11. Wajo 1,99 1,13
12. Ujung Pandang 2,63 1,50
13. Mamajang 2,25 1,28
14. Mariso 1,82 1,04
Jumlah 175,77 100,00
42
b. Penduduk
Penduduk Kota Makassar berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016
sebanyak 1.469.601 jiwa yang terdiras 727.314 jiwa penduduk laki-laki
dan 742.287 jiwa penduduk perempuan Dibandingkan dengan proyeksi
jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Kota Makassar mengalami
pertumbuhan sebesar 1,39 persen dengan masing-masing persentase
pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,43 persen dan penduduk
perempuan sebesar 1,36 persen.
Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016
penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 98. Kepadatan
penduduk di Kota Makassar tahun 2016 mencapai 8.361 jiwa/km2 dengan
rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga empat orang.
Gambar 4.1. Piramida Penduduk Kota Makassar Tahun 2015
Sumber: BPS Kota Makassar 2015
43
Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Makassar
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Mariso 29,853 29,436 59,292
Mamajang 29,884 31,123 61,007
Tamalate 96,516 97,977 194,493
Rappocini 79,660 84,903 164,563
Makassar 42,048 42,710 84,758
Ujung pandang 13,453 15,004 28,497
Wajo 15,164 15,769 30,933
Bontoala 27,579 28,597 56,536
Ujung Tanah 24,794 24,429 49,223
Tallo 69,739 69,428 139,167
Panakkukang 73,114 74,669 147,783
Manggala 69,541 69,118 138,659
Biringkanayya 100,978 101,542 202,520
Tamalate 54,988 57,182 112,170
Makassar 727,314 742,287 1,469,601
Sumber Data: BPS 2016 Kota Makassar
c. Visi dan Misi Kota Makassar
Visi kota makassar 2005-2025 adalah “Makassar sebagai kota
maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya dan jasa Berorientasi Global,
Berwawasan Lingkungan dan Paling Bersahabat”. Berdasarkan analisis
44
terhadap permasalahan pembangunan dan isu strategis daerah Kota
Makassar dengan memperhatikan sepenuhnya visi kepala daerah
terpilih, maka visi Pemerintah Kota Makassar 2014-2019 adalah:
“Makassar Kota Dunia yang Nyaman Untuk semua”.
Misi dimaksudkan sebagai upaya umu yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Adapun misi Kota Makassar yaitu:
1) Merekonstruksi nasib rakyat menjadi masyarakat yang sejahtera
standar dunia.
2) Merestorasi tata ruang kota menjadi kota nyaman berstandar dunia.
3) Mereformasi tata pemerintahan menjadi pelayanan publik standar
dunia bebas korupsi.
Pemerintah Kota Makassar terdiri dari Walikota, Wakil
Walikota,Sekretariat Kota, Dinas-dinas, dan beberapa Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD). Dinas-dinas terdiri dari Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian,
dan Peternakan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal;
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Dinas Tenaga Kerja; Dinas Kesehatan;
Dinas Pendidikan; Dinas Sosial; Dinas Tata Ruang dan Bangunan; Dinas
Pekerjaan Umum; Dinas Pertamanan dan Kebersihan; Dinas Pemadam
Kebakaran; Dinas Perhubungan; Dinas Pendapatan Daerah; Dinas Koperasi
dan UKM; Dinas Komunikasi dan Informatika; Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil; Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah; serta Dinas Pemuda
dan Olahraga.
45
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kota Makassar
Sumber: BPS Kota Makassar Tahun 2016
2. Profil Instansi Obyek Penelitian
Pemerintah Kota Makassar (Kantor Kecamatan Manggala Kota
Makassar). Kecamatan Manggala merupakan salah satu kecamatan di Kota
Makassar yang tidak berbatasan langsung dengan laut. Luas wilayah
46
sebesar 24,14 km2 atau sekitar 13,73% dari luas keseluruhan wilayah Kota
Makassar dengan kepadatan penduduk 4.101 jiwa/km2. Topografi wilayah
kecamatan ini berelief dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan
elevasi 2-22 m di atas permukaan laut. Penggunaan lahan untuk pertanian
sawah dan tegalan/kebun merupakan yang terluas dibandingkan kecamatan
lain yakni 827 ha dan 411 ha dengan potensi produksi 4774,90 ton dan
1360,84 ton.
Dengan mengacu dan berpedoman pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar Tahun 2014-2019,
pemerintah Kecamatan Manggala sebagai salah satu bagian dari wilayah
yang ada pada Pemerintah Kota Makassar telah merumuskan Visi yang
tidak terlepas dari Visi Kota Makassar, yaitu : “Mewujudkan Kota Dunia
yang Nyaman Untuk Semua”. Dimana dalam mencapai visi tersebut di
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
ditetapkan misi yang berfungsi sebagai upaya untuk mewujudkan visi
yang rumusannya dapat dielaborasi sebagai berikut :
1) Misi pertama “Merekonstruksi Nasib Rakyat menjadi Masyarakat
Sejahtera standar dunia”.
2) Misi kedua “Merestorasi Tata Ruang Kota menjadi Kota Nyaman
berkelas dunia”.
3) Misi ketiga “Mereformasi Tata Pemerintahan menjadi Pelayanan
Publik kelas dunia bebas korupsi.
Gambar 1.2 Peta Wilayah Kecamatan Manggala
47
Sumber: BPS Kota Makassar
B. Inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala Kota Makassar
Pemerintah Kota Makassar melaksanakan Program bank sampah di
setiap kecamatan dan kelurahan, sebanyak 1000 unit bank sampah yang ada di
Kota Makassar. diantaranya Kecamatan Manggala, dengan adanya program
bank sampah penulis meneliti tentang Inovasi dalam program pengelolaan
sampah dalam hal ini bank sampah. Secara umum inovasi seringkali
diterjemahkan sebagai penemuan baru. Namun sebenarnya aspek kebaruan
dalam inovasi sangat ditekankan untuk inovasi swasta atau di sector industry.
Sedangkan, inovasi pada sector public lebih ditekankan pada aspek perbaikan
yang dihasilkan dari kegiatan inovasi tersebut, yaitu pemerintah mampu
memberikan pelayanan secara efektif, efisien dan berkualitas, murah dan
terjangkau.
Kemudian seperti yang kita ketahui bahwa inovasi adalah suatu hal yang
sekarang ini sedang memasuki trend, sedangkan inovasi sendiri memiliki
pengertian sebagai kemampuan pemimpin daerah untuk membuat sebuah
48
terobosan baru dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk
diantaranya kemampuan marketing dan promosi bagi daerah. (Prananda dalam
M, Tahir. 2017)
Program inovasi pengelolaan sampah ditukar emas adalah program dari
Pegadaian kemudian bekerjasama dengan Kecamatan Manggala, dengan alasan
untuk membantu masyarakat tentang pentingnya hidup bersih dann sehat,
program inovasi pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Pegadaian sudah
banyak tersebar di daerah-daerah yang ada di Indonesia.
Program inovasi pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala
menyangkut kepentingan banya pihak yang tidak terbatas pada pemerintahan
saja, pelaksanaan program inovasi ttersebut dilaksanakan dengan pendekatan
partisipatif melalui perlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan. Hal ini
dimaksudkan agar program inovasi pengelolaan sampah dapat berfungsi
sebagai produk kesepakatan antara pemangku kepentingan sehingga dapat
diimplementasikan secara efektif. Dalam pelaksanaan program inovasi
pengelolaan sampahm perann masyarakat tidak diabaikan mengingat
masyrakat adalah objek dalam program inovasi pengelolaan sampah tersebut.
Adapun level innovative governance dilihat dari sejauhmana pelaksanaan
dari kriteria best practices menurut United Nations (Sangkala, 2014:8), terdiri
atas dampak, kemitraan, keberlanjutan, kepemimpinan dan pemberdayaan
masyarakat, kesetaraan gender dan pengecualian sosial, inovasi dalam konteks
lokal
49
1. Dampak
Dampak (impact) adalah sebuah best practices harus menunjukkan sebuah
dampak positif dan dapat dilihat (tangibel) dalam meningkatkan kondisi
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan tidak beruntung.
Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam
setiap keputusan yang diambil oleh seseorang biasanya mempunyai dampak
tersendiri. Dampak juga bisa juga merupakan proses lanjutan dari sebuah
pelaksanaan pengawasan internal.
Dalam hal ini dampak tentu ada di setiap apa yang dilakukan oleh
manusia, misalnya dalam kebijakan-kebijakan pemerintah, di Kota Makassar
kususnya di Kecamatan Manggala telah melakukan program pengelolaan
sampah dalam bentuk bank sampah tentu mempunyai dampak terhadap
masyarakat sekitar.
Berdasarkan hasil wawancara yang di lalukan penelitih terhadap
informan di mana yang di maksud adalah Staf Pegawai Kecamatan manggala
mengenai bagaimana dampak dari program bank sampah di Kecamatan
Manggala Kota Makassar yaitu menyatakan bahwa:
“Program Bank sampah memiliki hasil dan manfaat di Kecamatan Manggala yang bisa kita rasakan, karena menjaga kebersihan sangatlah penting. Dengan adanya program Bank Sampah dalam hal ini sampah ditukar dengan emas warga Kecamatan Manggala mengalami perubahan yang cukup baik, tentunya dengan menjadi salah satu bagian nasabah bank sampah, sebelumnya kami sudah memiliki program tukar sampah dengan beras, dengan adanya program tukar sampah jadi emas warga semakin sadar bahwa sampah tidak hanya berakhir di TPA saja, tapi juga memiliki nilai ekonomi (Wawancara dengan MF, 05 Maret 2020).
50
Terkait dengan pernyataan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa program Pengelolaan Sampah dalam hal ini sampah di tukar dengan
emas sudah berjalan dengan baik, dengan memberikan kesempatan kepada
masyarakat memanfaatkan sampah agar dapat bernilai ekonomi, sehingga
kebutuhan-kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, dengan menjadi nasabah
bank sampah, yang dulunya hanya penukaran sampah dengan beras kini
tersedia juga penukaran sampah dengan tabungan emas.
Dengan adanya fasilitas dari pihak pegadaian tentu mempermudah
pemerintah dalam menjalankan program inovasi pengelolaan sampah ditukar
emas. Dampak dari program ini bukan semata-mata menunjang ekonomi
masyarakat setempat, tapi juga berdampak pada kebersihan lingkungan yang
ada di Kota Makassar pada umumnya, dan terkhusus di Kecamatan
Manggala.
Di Kota Makassar volume sampah bisa di bilang cukup besar, khususnya
di Kecamatan Manggala terdapat TPA (tempat pembuangan akhir) tentu
dengan adanya program ini pemerintah dan masyarakat dapat memanfaatkan
hal itu menjadi sesuatu yang berguna. Seperti yang dikatakan oleh salah satu
masyarakat di Kecamatan Manggala bahwa:
“dengan adanya program bank sampah ini sangat bagus karena kita masyarakat dapat mimilih dan memilah sampah agar dapat sadar tentang kebersihan dan juga mengetahui bahwa sampah juga mempunyai nilai ekonomi. Dengan adanya program ini saya pribadi senang karena sudah banyak kebutuhan yang bisa terpenuhi. (Wawancara dengan NB, 06 Maret 2020).
Sesuai hasil wawancara diatas peneliti mendeskripsikan bahwa inovasi
pengelolaan sampah ditukar emas di Kecamatan Manggala sudah
51
memberikan dampak yang positif bagi sejumlah pihak yang merasakan
manfaatnya terutama kalangan masyarakat yang sudah merasakan dari hasil
inovasi pengelolaan sampah ini. Sesuai dengan konsep inovasi, bahwa
inovasi memiliki pengertian yaitu kemampuan pemimpin daerah untuk
membuat sebuah terobosan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. (Prananda dalam M. Tahir)
Selanjutnya inovasi pengelolaan sampah ditukar emas di Kecamatan
Manggala memberikan dampak positif akan manfaat yang dirasakan berbagai
pihak, dapat dilihat dari aspek ekonomi sebagai sumber pendapatan tambahan
masyarakat dari sesuatu yang pada dasarnya di nilai tidak berharga tetapi
memilki nilai. Selain itu berfungsi sebagai meningkatkan kebersihan,
keindahan, kenyamanan dan tentunya menambah nilai estetika pada wilayah
Kecamatan Manggala.
Pelaksanaan pengelolaan sampah di Kota Makassar telah dilaksanakan di
beberpa daerah di wilayah Kota Makassar, ini merupakan salah satu program
yang termasuk unggul di kota Makassar. Di mana saat ini pengelolaan
sampah dilakukan oleh pihak pemerintah dalam hal ini pihak Kantor
Kecamatan, Kelurahan dan dinas pemerintah terkait lainnya, beserta dengan
warga masyarakat yang ikut berpartisipasi.
Dalam hal ini di kemukakan oleh masyarakat Kecamatan Manggala, Kota
Makassar.
“dari program pengelolaan sampah, dalam hal ini sampah di tukar emas saya tidak mengetahui, karena saya belum pernah melihat adanya sosialisasi oleh pihak pemerintah Kecamatan maupun Kelurahan.
52
mungkin ada Cuma saya yang kurang tau karena saya juga cukup sibuk dengan kerjaan saya. (Wawancara dengan DE, 11 Maret 2020)
Terkait dengan pernyataan diatas salah satu masyarakat di Kecamatan
Manggala , bahwa Menurut peneliti, pengelolaan sampah dalam hal ini sampah
di tukar emas belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat, tujuan dari
pengelolaan sampah ini adalah sebenarnya untuk menyadarkan masyarakat
pentingnya akan lingkungan sehat, terampil, rapih, bersih dan yang paling
penting memperbaiki psikologis masyarakat akan dampak dari sampah ini.
Program ini dimaksudkan untuk menciptakan masyarakat produktif dan
memperbaiki kondisi wilayah Kecamatan Manggala untuk meminimalisir
sampah. Sampah yang biasanya menjadi sumber penyakit, ingin dijadikan
menjadi sesuatu yang berharga, bahkan ditargetkan menjadi salah satu sumber
ekonomi masyarakat.
Namun secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa Masyarakat
Kecamatan Manggala masih ada yang belum mengetahui tentang program
pengelolaan sampah ini, dan masyarakat yang mengetahui tentang program ini,
mereka sangat antusias ingin menjadi nasabah di bank sampah dalam program
pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala. Sisa bagaimana pemerintah
mensosialisasikan dan menginformasikan secara merata tentang program ini
agar implementasi tentang Program pengelolaan sampah dalam hal ini sampah
di tukar emas berjalan dengan baik. Jadi bisa dikatakan bahwa inovasi
pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala sudah berjalan dengan baik,
hanya saja masih ada yang perlu diperhatikan demi kelancaran program inovasi
tersebut.
53
2. Kemitraan
Kemitraan adalah Sebuah best practices harus didasarkan pada sebuah
kemitraan antar aktor-aktor yang terlibat, setidaknya melibatkan dua pihak.
Menurut undang-undang republic Indonesia no.9 tahun 1995 Kemitraan
adalah kerjasama antara usaha kecil dan usaha menengah atau usaha besar
disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar
dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan
saling menguntungkan.
Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pemberdayaan usaha
kecil dibidang manajemen, Produk, pemasaran dan teknis, disamping agar
bisa mandiri demi kelangsugan usahanya sehingga bisa melespakan diri dari
sifat ketergantungan. (Tohar, M. 2000)
Berdasarkan hal tersebut kemitraan ialah hubungan antara dua pihak
atau lebih dan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, dimana ketika pihak
yang kondisinya lebih rendah dari yang lain namun membentuk hubungan
yang mendudukkan keduanya berdasarkan kata sepakat untuk mencapai
tujuan.
Berdasarkan hasil wawancara yang di lalukan penelitih terhadap
informan di mana yang di maksud adalah Staf Pegawai Kecamatan manggala
mengenai bagaimana bentuk kerjasama dari program bank sampah di
Kecamatan Manggala Kota Makassar yaitu menyatakan bahwa:
“dalam program pengelolaan sampah ini kami bekerjasama dengan pegadaian, jadi kerjasama ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala, terutama membiasakan kepada masyarakat untuk hidup yang bersih dan sehat,
54
maka dari itu komitmen antara pemerintah Kecamatan Manggala dengan pihak Pegadaian sejalan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di Kecamatan Manggala” (Wawancara dengan MF, 05 Maret 2020) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
adanya kerjasama antara Pemeritah Kecamatan Manggala dengan pegadaian
dalam meningkatkan kesadaran masyarakat di Kecamatan Manggala untuk
mengelola sampah, sampah sudah sangat produktif untuk memberi
penghasilan tambahan dengan hadirnya pegadaian ini yang bekerjasama
dengan Kecamatan Manggala. Tentu saja ini menambah semangat masyarakat
untuk lebih menjaga pola hidup bersih dann sehat, karena dengan itu
masyarakat bisa produktif.
Selain itu, seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam program
inovasi pengelolaan sampah di tukar emas di Kecamatan Manggala memiliki
peranan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Sesuai
dengan konsep pemanfaatan kerjasama dalam strategi inovasi pemerintahan
bermakna sebagai pemerintahan yang inovatif untuk memenuhi peningkatan
pelaksanaan program inovasi pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala
agar lebih efisien dalam pemberian layanan public, lebih bermitra antar
organisasi dan juga terjadi kerjasama antar public dan swasta.
Adapun keterlibatan pihak pegadaian dalam program inovasi
pengelolaan sampah di tukar emas di Kecamatan Manggala. Sebagaimana
dikemukakan oleh pihak pegadaian (pegawai bank sampah) mengatakan
bahwa:
55
“Kami dari pihak pegadaian dalam menjalakan program inovasi pengelolaan sampah di tukar emas berpartisipasi menyiapkan alat pengelolaan sampah dan juga membrikan biaya operasional, untuk kelancaran program inovasi ini. (Wawancara dengan MSA 05 Maret 2020) Berdasarkan hasil wawancara diatas pihak swasta dalam hal ini
pegadaian memiliki peran dan tanggung jawab penting dalam merealisasikan
program inovasi pengelolaan sampah di tukar emas di Kecamatan Manggala
karena selain konsep yang sifatnya inovatif yang ditawarkan kepada
pemerintah kecamatan juga memberikan tindakan nyata.
Selain pihak swasta yang memiliki peran penting bukan berarti
pemerintah dan masyarakat tidak terlibat dalam kelancaran program inovasi
pengelolaan sampah ditukar emas. Karena selain fasilitas yang diperlukan
dari pihak pegadaian juga memerlukan sumber daya manusia lain masyarakat
sebagai distributor dan pemerintah sebagai perumus atau perancang
kebijakan.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program inovasi
pengelolaan sampah Kecamatan Manggala berjalannya kerja sama dengan
baik antara semua elemen yang terlibat pada program tersebut, baik itu
pemangku kepentingan dari pemerintah, swasta, dan masyarakat.
3. Keberlanjutan
Keberlanjutan artinya berlangsung terus-menerus atau berkesinambungan
artinya ada rangkaian peristiwa yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, itu
disebut peristiwa yang berkelanjutan atau suatu keadaan yang telah
56
berlangsung lama. Jadi dalam hal ini program yang bersifat inovasi diupayakan
agar program tersebut konsisten dan berlangsung lama.
Makna keberlanjutan dalam konteks inovasi pengelolaan sampah yakni
adanya dukungan dari berbagai pihak yang terlibat, dimana pihak yang terlibat
adalah dukungan dari pemerintah daerah, masyarakat, lingkungan, dan sumber
daya manusia (SDM). Masalah yang terjadi pada keberlanjutan ini tergantung
bagaimana upaya pemerintah untuk mempertahankan inovasinya demi
mencapai tujuannya. Berikut yang dikemukakan oleh salah satu sat staf yang
ada di Kecamatan Manggala, mengatakan bahwa:
“kita selalu berupaya untuk tetap melaksanakan dan memaksimalkan program inovasi pengelolaan sampah daalam hal ini sampah di tukar emas, karena kami di Kecamatan Manggala terdapat TPA (tempat pembuangan akhir) jadi itu kami jadikan sebagai potensi untuk sesuatu yang bisa berguna, jadi ini termasuk program unggulan kami di Kecamatan Manggala” (wawancara dengan MF 05 Maret 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas menujukkan bahwa pemerintah
sangat serius dalam melaksanakan program inovasi pengelolaan sampah di
Kecamatan Manggala. Pemerintah Kecamataan manggala menilai pentingnya
menjaga kebersihan melalui program inovasi pengelolaan sampah ditukar
emas, tentu untuk memberi kelayakan hidup kepada masayarakat di Kecamatan
manggala.
Dilihat dari pihak pegadaian sendiri juga sangat serius menjalakan
program ini karena sebelumnya pegadaian sudah banyak melaksanakan
program bank sampah di berbagai daerah, di Kecamatan Manggala adalah
daerah ke enam belas untuk program pegadaian bersih-bersih dalam hal ini
bank sampah. Kemudian terkait dengan sumber daya manusia (SDM) yang di
57
kemukakan pihak pegadaian dalam hal ini oleh pegawai bank sampah di
Kecamatan Manggala mengatakan bahwa:
“dalam hal keberlanjutan kami tetap memperhatikan dari dukungan sumber daya manusia (SDM) . untuk sumber daya manusia (SDM) saat ini cukup baik mengingat sebelumnya sudah ada program yaitu sampah di tukar beras, jadi walaupun program inovasi sampah di tukar emas terbilang baru di Indonesia Khususnya di Sulawesi Selatan untuk sumber daya manusia (SDM) cukup baik dalam pelaksanaan program ini karena mereka sudah mempunyai pengalaman tentang bank sampah sebelumnya” (Wawancara dengan MSA 05 Maret 2020)
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa sumber daya manusia (SDM)
cukup siap dalam hal program inovasi pengelolaan sampah dalam hal ini
sampah ditukar emas, meskipun terdapat kendala dalam pengelolaan sampah
dan pelayanan nasabah bank sampah, tetapi hal itu juga dapat diselsaikan
dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dari informan diatas dapat disimpulkan
bahwa keberlanjutan dari program inovasi pengelolaan sampah di Kecamatan
Manggala cukup berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari pihak pemerintah
Kecamatan Manggala dan juga pihak dari Pegadaian selalau berupaya untuk
menjalakan dan memaksimalkan program tersebut disertai dengan dukungan
lingkungan dan masyarakat.
4. Kepemimpinan dan Pemberdayaan
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah proses dalam mengarahkan atau
memengaruhi kegiatan terkait sebuah organisasi atau kelompok demi
mencapai tujuan tertentu. Jadi seorang pemimpin wajib memiliki
kemampuan untuk memengaruhi atau memandu sekelompok orang.
58
Jadi pemimpin harus mempunyai skil dalam mengelolah dan mengatur
anggotanya sehingga dapat menentukan tupoksi dari anggotanya masing-
masing sehingga semua orang yang ada dalam suatu organisasi atau
kelompok dapat menjalankan fungsinya masing-masing untuk mencapai
tujuan bersama.
Sebuah program inovasi tidak terlepas dari sikap pemimpinnya yang
tidak berhenti melakukan perubahan. Kepemimpinan dalam pelaksanaan
program inovasi pengelolaan bank sampah di Kecamatan Manggala
bermakna kemampuan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk
mengarahkan dan mengelola sumber daya, serta pihak pendukung yang
dimiliki untuk mencapai tujuan dari program yang dicanangkan.
Berikut yang dikemukakan oleh salah satu pegawai Kecamatan
Manggala mengatakan bahwa:
”Kami selaku pemerintah tentunya selalu memikirkan bagaimana bisa melayani masyarakat secara baik. Karena itu, merupakan tanggungjawab kami terhadap amanah yang diberikan kepada kami selaku pemimpin, untuk itu maka ketika mengambil sebuah kebijakan kita harus selalu sesuaikan dengan kebutuhan masyrakat salah satunya adalah inovasi dalam hal pengelolahan sampah yang ada, tujuannya agar masyarakat bisa punya kesadaran tentang kebersihan lingkungan dan itu harus kita bantu lewat kebijakan yang berdampak, agar masyrakat juga bisa merasa terbantu” (Wawancara dengan MF 05 Maret)
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa
saat ini pemerintah Kecamatan Manggala terus berusaha dalam
membangun daerah, tentu dengan membuat kebijakan-kebijakan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan melihat potensi-potensi yang ada
di daerah Kecamatan Manggala. Program inovasi pengelolaan sampah
59
ditukar emas di Kecamatan Manggala adalah inovasi yang di lakukan
bersama Pegadaian dan kerjasama ini diharapkan dapat memberi manfaat
terhadap pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala. Terutama
membiasakan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
Kemudian pernan pegadaian dalam pelaksanaan program pengelolaan
sampah yaitu sampah di tukar emas di Kecamatan Manggala. Hal ini dapat
di jelaskan bahwa pegadaian berupaya melakukan tugas dan fungsinya di
program inovasi tersebut.berdasarkan hasil wawancara dengan informan
dalam hal ini pihak pegadaian di sektor bank sampah Kecamatan
Manggala menyatakan bahwa:
”Kami sebagai inisiator dari program sampah tukar emas ini sangat bersykur karena bisa bekerjasama dengan pemerintah kecamatan maggala dalam upaya melakukan pemberdayaan terhadap masyrakat kerna untuk membangun sebuah perubahan dalam masyarakat maka bukan saja tanggungjawab pemerintah tetapi swasta juga punya berperan penting sebagai mitra dari pemerintah untuk mengembangkan masyrakat”. (Wawancara dengan MSA 05 Maret 2020)
Sesuai hasil wawancara diatas mengambarkan bahwa pihak pegadaian
tetap berupaya memaksimalkan program ini sesuai dengan tujuan awal
pegadaian. Secara keseluruhan program pengelolaan sampah dalam hal ini
sampah ditukar emas tidak hanya di Kecamatan Manggala saja namun juga
dilaksanakan di berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa
dalam hal kepemimpinan semua yang berkepentingan dalam program
inovasi pengelolaan sampah ditukar emas selalu berupaya dalam
60
pengembangan program ini, dengan bertanggung jawab untuk memberikan
kebijakan-kebijakan yang berdampak positif pada masyarakat khususnya
di daerah Kecamatan Manggala agar masyarakat dapat produktif.
b. Pemberdayaan
Secara umum peran masyarakat dalam pelaksanaan program inovasi
pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala sangat dibutuhkan
mengingat untuk membantu menjaga dan memelihara lingkungan, sebab
pada dasarnya terjadinya berbagai permasalahan lingkungan di beberapa
kawasan Kecamatan Manggala itu disebabkan oleh kurangnya kesadaran
masyarakat dalam menjaga dan memelihara lingkungan. Sehingga
permaslahan lingkungan yang terjadi dapat diminimalisir dengan adanya
partisipasi masyarakat.
Pemberdayaan sangat diperlukan untuk pembangunan daerah melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat dianggap sangat penting dengan
pertimbangan proses partisipasi dalam pembangunan masyarakat
merupakan pencegahan berbagai sikap tidak peduli dari individu dalam
masyarakat.
Proses pemberdayaan adalah suatu proses pengambilan keputusan
oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan
tersebut. Mereka diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dengan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya agar dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung dari pihak luar.
61
Berikut yang dikemukakan oleh salah satu staf di Kecamatan
Manggala menyatakan bahwa:
”Langkah ini di ambil sebagai upaya pemerintah kecamatan untuk mengembangkan kehidupan masyrakat kelas bawah terutama mereka yang berprofesi sebagai pekerja kebersihan di kecamatan setidaknya ada penghargaan dari pemerintah atas pekerjaan yang di lakukan oleh masyrakat dan menghilangkan stigma negative di masyrakat bahwa profesi sepeprti itu bukan profesi yang tidak layak tetapi profesi yang mulia dan mereka bisa punya penghasilan yang lebih dari pekerjaan yang mereka jalani dan itu adalah tanggungjawab pemerintah dalam memeberikan kelyakan hidup serta pendapatan bagi masyrakat terutama masyrakat sasaran dari program ini”. (Wawancara MF 05 Maret 2020)
Hasil dari wawancara diatas menunjukkan bahwa program inovasi
pengelolaan sampah dalam hal ini sampah di tukar emas mempunyai dua
poin yang pertama merubah paradigma negatif masyarakat tentang profesi
petugas kebersiahan dan yang kedua memberikan kesempatan pada
masyarakat untuk menambah penghasilan yang lebih. Dari upaya
pemerintah Kecamatan Manggala program ini tentunya untuk
mengembangkan dan meningkatkan potensi yang ada di Kecamatan
Manggala.
Program inovasi pengelolaan sampah ditukar emas di Kecamatan
Manggala dalam aspek pemberdayaan memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk hidup yang lebih layak, dengan membawa sampah ke
bank sampah maka masyarakat akan langsung dibuatkan rekening
tabungan emas, dan tabungan dalam bentuk emas sesuai dengan jumlah
sampah yang ditukarkan, kalkulasinya telah di atur.
62
Adapun respon dari masyarakat mengenai program inovasi
pengelolaan sampah dalam hal ini sampah ditukar emas di Kecamatan
Manggala mengatakan bahwa:
Sebagai masyarakat tentunya kami sangat terbantukan dengan program dari kecamatan ini kerna hal ini minimal bisa meningkatkan ekonomi kami sebagai masyrakat bawah agar kami bisa meningkatkan taraf hidup kami dengan pekerjaan yang kami jalani.saat ini”. (Wawancara dengan H 06 Maret 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan inovasi pengelolaan sampah dalam hal ini sampah ditukar
emas di Kecamatan Manggala dalam hal pemberdayaan sudah
dilaksanakan oleh pemerintah Kecamatan dengan bekerja sama dengan
pegadaian. Namun diakui juga bahwa pelaksanaan program ini belum
maksimal, dikarenakan pelayan yang masih kurang memadai terkait
persoalan sumber daya manusia sehingga kekurangan ini berdampak pada
sebagian masyarakat yang tidak merasakan dampak dari program inovasi
pengelolaan sampah ditukar emas.
Pelaksanaan program inovasi pengelolaan sampah tersebut masyarakat
sangat merespon, namun perlu diketahui bahwa partisipasi sebagian
masyarkat dalam program ini, masih minim karena sebagaian dari
masyarakat masih ada yang belum mengetahui dan juga masih ada yang
belum berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan.
Jadi dalam menjalankan program inovasi sampah ditukar emas
dikecamatan manggala tidak hanya berfokus pada pemerintah sebagai
63
subjek atau pihak pegadaian sebagai mitra dan masyarakat sebagai
objeknya. Akan tetapi adanya sinerjitas antara ketiga elemen yang terkait
dalam hal ini pemerintah kecamatan manggala dengan pihak pegadaian
dan masyarakat akan membuat program inovasi ini berjalan dengan efektif
dan efisien.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan
Manggala
Adapun faktor yang mempengaruhi inovasi Pengelolaan Sampah di
Kecamatan Manggala merupakan hal-hal yang menjadi hasil analisa dan
konsep inovasi pemerintah daerah terhadap pelaksanaan Program inovasi
Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala baik yang bersifat mendukung
maupun menghambat dalam proses pelaksanaan program tersebut. Berikut ini
faktor yang mempengaruhi inovasi pada Pelaksanaan Program inovasi
Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala adalah sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung pemerintah daerah dalam melakukan inovasi pada
Pelaksanaan inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala adalah
hal-hal yang dapat mendukung keberhasilan pemerintah daerah dalam
meningkatkan pelaksanaan Program inovasi Pengelolaan Sampah di
Kecamatan Manggala yaitu Pola Kemitraan (partnership) dan Keberlanjutan
(sustainability). Sebagaimana yang dikemukakan staf pegawai Kecamatan
Manggala oleh mengemukakan bahwa:
64
“Berbicara mengenai faktor pendukung dalam pelaksanaan inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala pasti yang pertama adalah kemitraan (kerjasama), kedua adalah Keberlanjutan. Dukungan dari keterlibatan pemangku kepentingan (stakeholder) baik itu pihak pemerintah, swasta maupun masyarakat, dalam artian jika ketiga elemen yang terlibat bersatu dalam proses kemitraaan kemudian memiliki konsep dan tujuan yang jelas ini tentunya sangat mendukung dan akan menjadi kekuatan. Sehingga pelaksanaan program Pengelolaan sampah ini, menjadi aktif dan berkelanjutan.” (Wawancara dengan MF 05 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hal-hal
yang dapat mendukung pemerintah daerah melakukan inovasi Pengelolaan
Sampah di Kecamatan Manggala adalah adanya kemitraan (kerjasama) yang
dibangun oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) pemerintah, pihak
swasta, dan pelibatan masyarakat, sesuai dengan konsep strategi inovasi
pemerintahan mengenai pemanfaatan kerjasama sebagai pemerintahan yang
inovatif untuk memenuhi peningkatan pelaksaaan program agar lebih efisien
dalam pemberian layanan publik, terjadi kerjasama (bermitra) antara publik,
swasta maupun pelibatan warga (partisipasi masyarakat).
Kemudian pelaksanaan kemitraan dalam inovasi Pengelolaan Sampah
di Kecamatan Manggala ini mendorong perubahan lingkungan untuk
berpartisipasi menjaga, memelihara lingkungan. Sehingga inovasi
Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala berjalan dengan baik.
2. Faktor Penghambat
Inovasi pemerintah daerah pada inovasi Pengelolaan Sampah di
Kecamatan Manggala tidak selalunya berjalan dengan mulus. Tentunya
terdapat berbagai hambatan-hambatan yang dapat menghambat
keberlangsungan pelaksanaan inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan
65
Manggala. Hambatan-hambatan tersebut merupakan hal-hal yang dapat
menghambat kinerja daerah dalam peningkatkan inovasi Pengelolaan Sampah
di Kecamatan Manggala adalah kurangnya kesadaran dan kepercayaan
masyarakat terhadap program inovasi pengelolaan sampah di Kecamatan
Manggaala seperti yang di kemukakan oleh staf pegawai Kecamatan
Manggala bahwa:
“Hambatan yang dialami pemerintah ketika melakukan inovasi pada Pelaksanaan Program inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala yaitu terkendala pada kurangnya kesadaran masyarakat atau kurang peduli terhadap program inovasi ini, sehingga apa yang telah kami sosialisasikan selesai pada saat itu juga.” (Wawancara dengan MF, 05 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
hambatan yang dirasakan pemerintah dalam inovasi Pengelolaan Sampah di
Kecamatan Manggala, adalah sebagian masyarakat masih kurang peduli
terhadap kebijakan pemerintah dalam hal ini inovasi pengelolaan sampah
ditukar emas sehingga program inovasi pengelolaan sampah ini belum
sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Manggala itu sendiri.
66
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas tentang inovasi pengelolaan sampah
di Kecamatan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Inovasi pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala
a. Dampak
Dampak yang dirasakan oleh sejumlah pihak terutama masyarakat
dalam pelaksanaan Program inovasi pengelolaan sampah di Kecamatan
Manggala memberikan dampak yang sangat positif/baik, sebab berbagai
dampak dan manfaat yang dirasakan oleh sejumlah pihak yang dapat
dilibatkan dalam program ini ditinjau dari berbagai aspek-aspek yang
terkait baik itu aspek ekologis, kesehatan, ekonomi, dan nilai estetika
(keindahan dan kenyamanan).
b. Kemitraan
Dari aspek kemitraan bahwa inovasi pengelolaan sampah di
Kecamatan Manggala berjalannya kerjasama (Kemitraan) dengan baik
antar semua elemen terlibat pada program tersebut. Baik itu, pemangku
kepentingan (stakeholder) dari Pemerintah, Pihak Swasta, dan Masyarakat.
c. Keberlanjutan
Dari sisi keberlanjutan bahwa inovasi pengelolaan sampah di
Kecamatan Manggala menujukkan bahwa pemerintah serius dalam
melaksanakan program inovasi pengelolaan sampah di Kecamatan
67
Manggala. Dilihat dari pihak pegadaian sendiri juga sangat serius
menjalakan program ini karena sebelumnya pegadaian sudah banyak
melaksanakan program bank sampah di berbagai daerah.
d. Kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat
Untuk indikator kepemimpinan peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa pemerintah Kecamatan Manggala dengan terus berusaha dalam
membangun daerah, tentu dengan membuat kebijakan-kebijakan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan melihat potensi-potensi yang ada
di daerah Kecamatan Manggala.. Sedangkan pemberdayaan masyarakat
dapat dilihat dari komitmen antara pemerintah Kecamatan dan pihak
pegadaian yang serius dalam melaksanakan program inovasi pengelolaan
sampah di tukar emas dengan upaya memberi penghasilan tambahan dan
membiasakan masyarakat di Kecamatan Manggala hidup sehat dan bersih.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, maka
peneliti memberikan saran yang kemudian bisa menjadi masukan bagi
pemerintah Kecamatan dalam upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan
inovasi pengelolaan sampah di Kecamatan Manggala yaitu sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah seharusnya lebih memaksimalkan sosialisasi kepada
masyarakat supaya semua elemen dalam masyarakat di Kecamatan
Manggala dapat merasakan dampak dari program ini.
2. Masyarakat semestinya ikut berpartisipasi pada pelaksanaan Program
inovasi pengelolaan sampah dalam hal membangun kesadaran/kepedulian
68
untuk menjaga, memelihara dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah.
3. Pemerintah Daerah Seharusnya memberikan sanksi bagi yang merusak
fasilitas, memberikan pengawasan dan peringatan larangan untuk merusak
fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal ini
pegadaian.
69
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, H., dan Soetjipto, H.P., 2014. Peran Sikap dalam Memediasi Pengaruh
Pengetahuan Terhadap Perilaku Minimisasi Sampah Pada Masyarakat
Terban, Yogyakarta. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(3): 386-392
Ancok, Djamaluddin. (2012) Psikologi Kepemimpinan & Inovasi. Jakarta,
Erlangga. VOL.2.
Anonim, 2012. Profil Bank Sampah Indonesia 2012. Kementrian Lingkungan
Hidup, Jakarta.
Azwar, Azrul, 1990, Pengantar Ilmu Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta
Bataris, Gorat. (2003) Inovasi Sebuah Kesadaran
Douglas, M, Lee, Y.S, dan K. Lowry. 1994. Urban Poverty and Enviromental
Management in Asia. Asian Jurnal of Enviromental Management 2(1).
Drucker, Peter F. (2002) The Discipline of Innovation in HBR on The Innovative
Enterprise. Boston: Harvard Business School Press
Faiz, Kahrul. 2016. Inovasi Manajemen Perkotaan (Studi Kasus Pengelolaan
Drainase di Kota Palopo). Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Hasanuddin
Makassar.
Fonseca, Jose (2002) Complexity and Inovation in Organization, London:
Routledge
70
Hadi, Sudharto P. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan,
Yogyakarta: Gadjha Madha University Press.
Hadiwiyoto, Soewedo, 1983, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan
Idayu, Jakarta.
Hills, Gerald. 2008. “Marketing and Enterpreneur-Ship, Research Ideas and
Opportunities”, Jurnal of Small and Medium Enterpreneur-Ship, Page:
27-39
Jumar, Fitriyah, N., dan Kalalinggie, R., 2014. Strategi Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga di Kelurahan Lok Bahu Kecamatan Sungai Kunjang Kota
Samarinda. Journal Administrative Reform, 2(1): 771-782
Junior, Marten Prasetyo. 2016. Inovasi Pelayanan Publik. Studi: Perizinan
penanaman Modal di BPPT Kota Semarang. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Kodoatie, Robert J., 2003, Manajemen dan Rekayasa Infrstruktur, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Kristina, H., 2014. Model Konseptual Untuk Mengukur Adaptabilitas Bank
Sampah di Indonesia. Jurnal Teknik Industri, 9(1):19-28.
Levitt, Theodore (2002). Creativity Is Not Enaugh in HBR on The Innovative
Enterprise. Boston: Harvard Business School Press
71
M. Tahir, Muchlas. 2015. Inovasi Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Program
Smart Card di Kota Makassar. Prosiding Seminar Nasional Prodi Ilmu
Pemerintahan Fisip Unikom.
Madani, Muhlis. 2011. Agenda Setting Pengelolaan Sampah Pasar di Kota
Makassar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammmadiyah Makassar. Vol.1
Modul Pelatihan manajemen Persampahan, Ditjjen Cipta Karya Departemen
Pekerja Umu, 1993.
Muluk, Khairul. (2008). Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi
Pemerintahh Daerah. Malang Bayu Media. Vol.2
Notoatmodjo S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan sampah Sejenis sampah Rumah Tangga.
Sangkala. 2014. Inovative Governance Konsep dan Aplikasi. Capiya Publising:
Yogyakarta.
Sebastian, Yoris. (2014) Biang Inovasi. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Vol.3
Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia:
SK SNI-S 04-1993-03, Yayasan LPMB Bandung, Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
72
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit CV.
Alfabete: Bandung.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit CV.
Alfabete: Bandung.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Penerbit CV. Alfabete: Bandung.
Suriayani, Anih Sri. 2014. Peran Bank Sampah Dalam Efektivitas Pengelolaan
Sampah.
Suryana. 2003. Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses,
Edisi Revisi, Jakarta: Salaemba Empat.
Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi Sekto Publik, Jakarta, STIA-LAN Press. Vol.2
Suyono, Evan. 2015. Inovasi Kebijakan Pendidikan di Kota Palopo. Pada Skripsi
Program Studi Ilmu Administrsi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Hasanuddin Makassar.
Tchobanuglous G, Kreith F, Williams ME. 2002. Chapter 1 Introduction.In G.
Tchobanuglous G, & F, Kreith, Hand Book of Solid Waste Management
Second Edition. (pp.1.1-1.27). McGraw- Hill. United States of America.
Trina, E., Tallei, T.E, Iskandar, J., Runtuwenw, s., dan filho, W.L., 2013. Localo
Community-Based Initiatives of Waste Management Activities on
73
Bunaken Island in North Sulewesi, Indonesia. Research Journal of
Enviromental and Earth Science, 5(12):737-743.
Tuomi, Likka. 1999. Corporate Knowledge: Theory and Practices of Inteligent
Organisation. Helsinki, Finland: Metaxis.
Undang-Undamg Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
United Nations, 2005. Innovations in the Public Sector. Conpemdium of Best
Practices. UNDESA. New York..
Widyatmoko, Sintorini, 2002. Menghindari, Mengola dan Menyingkirkan
Sampah, Abadi Tandur. Jakarta.
Wijayanti, Sri Wahyuni. 2008, Inovasi Pada Sektor Pelayanan Publik: Jurnal
Administrasi Publik, Vol. 4, No 4, H 39-52.
74
RIWAYAT HIDUP
Tanete Dg Maraja, dilahirkan di Kabupaten Pinrang
tanggal 15 Oktober 1996. Penulis merupakan anak ke-2 dari
4 bersaudara dari buah kasih pasangan Bapak Hariono
Soeltan dan Ibu Hasmawati. Penulis mengawali
pendidikan formal mulai pada tahun 2002 di SD Negeri 169
Buttu Sawe dan tamat tahun 2008, pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 2 Duampanua dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun
yang sama pula, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 8 Pinrang dan
tamat pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan ke
jenjang perguruan tinggi yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan S1.
Berkat Rahmat Allah SWT dan iringan doa dari keluarga serta teman-
teman. Perjuangan panjang penulis dalam penempuh pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar berhasil dengan tersusunnya skripsi yang berjudul
Inovasi Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manggala Kota Makassar.