Post on 16-Oct-2021
i
IMPLEMENTASI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Akidah
Akhlaq Di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo
Tahun Pelajaran 2019/2020)
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaiakan Program Sarjana
Pendidikan Agama Islam
OLEH:
SAIFUDDIN
NIM: 210315345
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
MARET 2020
ii
ABSTRAK
Saifuddin, 2020. Implementasi Strategi Problem Based Learning dalam
Meningkatkan Motivasai dan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan
Kelas pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Akidah Akhlaq Di MTs
Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran
2019/2020). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing, Dr. Umi Rohmah,
M.Pd.I.
Kata Kunci: Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Strategi Problem Based
Learning Penelitian ini dilatar belakangi dengan masalah proses pembelajaran yang
kurang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa merasa bosan, jenuh, dan
kurang minat atau bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena seorang guru ketika pembelajaran berlangsung hanya
menggunakan metode ceramah dan monoton. Sehingga dalam kegiatan
pembelajaran yang berlangsung masih belum maksimal dan berdampak pada hasil
belajar peserta didik yang masih dibawah KKM.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui bagaimana motivasi
belajar peserta didik dalam mata pelajaran Aqidah Akhlaq pada materi
meningkatkan keimanan kepada rosul Allah di kelas VIII MTs Sabilul Huda
Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020; 2) untuk mengetahui
bagaimana hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Aqidah Akhlaq pada
materi meningkatkan keimanan kepada rosul Allah di Kelas VIII MTs Sabilul
Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
terdiri dari dua siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini terdiri
dari 24 peserta didik kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo
tahun pelajaran 2019/2020.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) adanya peningkatan motivasi
belajar peserta didik dari pra siklus 58,33 %, siklus I meningkat menjadi 75,0 %,
dan pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat drastis mencapai 95,83 %;
dan 2) adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dari pra siklus mencapai
41,67 %, siklus I menjadi 66,67 %, dan siklus II mencapai 91,67 %. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi Problem Based Learning dapat
meningkatkan motivasi dan nilai belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah
Akhlaq kelas VIII di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo tahun
pelajaran 2019/2020.
viii
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SAIFUDDIN
NIM : 210315345
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi/Tesis : "Implementasi Strategi Problem Based Learning dalam
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII Mata
Pelajaran Akidah Akhlaq Di MTs Sabilul Huda
Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran
2019/2020)".
Menyatakan bahwa naskah skripsi / tesis telah diperiksa dan disahkan oleh dosen
pembimbing. Selanjutnya saya bersedia naskah tersebut dipublikasikan oleh
perpustakaan IAIN Ponorogo yang dapat diakses di ethesis.iainponorogo.ac.id.
Adapun isi dari keseluruhan tulisan tersebut, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dari penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Ponorogo, 03 Juni 2020
Penulis
SAIFUDDIN
2103153435
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana dan proses belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak, mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara.1
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang
dilalui siswa dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. Pada
hakikatnya kehidupan mengandung unsur pendidikan karena adanya
interaksi dengan lingkungan, namun yang penting bagaimana siswa
menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan sebaik-baiknya dalam
berinteraksi dengan semua itu dan dengan siapapun.2
Pada umumnya, praktik penyelenggaraan pendidikan dalam suatu
masyarakat dilatarbelakangi adanya berbagai pertimbangan subjektif
masyarakat berupa preferensi nilai serta prinsip yang dipilih. Pertimbangan
subjektif tersebut dapat dimengerti, mengingat praktik pendidikan
merupakan bagian dari bentuk aktualisasi atas keinginan masyarakat dalam
1 Lampiran UU No. 20, tahun 2003. 2 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 17.
2
mewujudkan kehendak. Praktik penyelenggaraan pendidikan, baik di
sekolah maupun luar sekolah, mempunyai dua peran penting yang berbeda,
yaitu membangun tatanan sosial menuju yang lebih adil dan peran yang
melawan pantulan dari kehendak serta cita-cita sosial yang berbeda dari
suatu masyarakat.3
Di dalam proses mewujudkan sistem yang telah dicanangkan dalam
undang-undang maka keberhasilan pelaksanaan pendidikan melalui proses
pembelajaran di suatu sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan
formal maka sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: siswa,
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta faktor
lingkungan dan juga adanya faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni: pertama faktor internal (faktor dari
dalam siswa), yakni kondisi jasmani dan rohani siswa. Selanjutnya faktor
eksternal (luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Terakhir
faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajat
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.4
Dalam pendidikan Penelitian Tindakan Kelas atau biasanya dalam
bahasa Inggris dikenal dengan Classroom Action Research sudah lama
berjalan dan dikembangkan di negara-negara maju seperti halnya Inggris,
Australia dan Amerika. Para Ahli pendidikan di negara tersebut menaruh
3 Rusdiana dan Ahmad, Kebijakan Pendidikandari Filosofi ke Inplementasi
(Bandung: Pustaka Setia, 2015), 18. 4Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 144.
3
perhatian khusus terhadap Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Karena jenis
penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk
memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pengajar dalam proses
kegiatan belajar mengajar di kelas, dengan cara melihat indikator
keberhasilan proses pembelajaran yang dijalankan. PTK sebagai bentuk
penelitian reflektik yang dilakukan oleh guru sendiri dan hasilnya dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum sekolah, dan
pengembangan dalam proses belajar mengajar.5
Seorang guru dapat menggunakan prosedur yang melibatkan siswa
pada awal proses belajar mengajar. Pada aktivitas ini banyak unsur yang
dipersyaratkan untuk dapat ditampilkan oleh guru, yakni: (a) menarik
perhatian siswa terhadap materi pelajaran baru yang akan disampaikan, (b)
memberi motivasi kepada siswa agar tertarik mengikuti bahan yang
disampaikan oleh baru, (c) memberi acuan atau struktur materi pelajaran
baru yang akan disampaikan dengan menunjukkan tujuan instruksional yang
akan dicapai, pokok persoalan yang akan dibahas, dan rencana kerja serta
pembagian waktu, (d) mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai siswa
dengan topik pembelajaran baru, (e) membantu siswa mengingat kembali
pengalaman atau pengetahuan yang sudah diperolehnya, (f) menggunakan
motivasi belajar siswa sebagai perantara dalam melibatkan kegiatan baru,
(g) menggugah motivasi belajar baru dalam melibatkan kegiatan melalui
5 Suyanto, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Jakarta: Dirjen
Dikti Depdikbut Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Bagian Pengembangan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (BP3GSD), 1997), 19.
4
teknik mengajukan pertanyaan yang menggali pemikiran siswa, dan (h)
membantu siswa mengerti apa yang akan mereka capai dengan melibatkan
diri dalam kegiatan belajar.6
Segala bentuk faktor tersebut ketika sudah terpenuhi tentu
keberhasilan pelaksanaan pendidikan melalui proses pembelajaran di
sekolah atau madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal
sangat dipengaruhi terutama mata pelajaran Aqidah Akhlaq, yang mana
akan menunjang hasil belajar yang maksimal dan pada akhirnya akan
meningkatkan mutu pendidikan. Dan pastinya ketika proses penerapan
pembelajaran di madrasah yang backgroundnya penyelenggara pendidikan
agama, maka mata pelajaran Akidah Akhlaq menjadi prioritas keberhasilan
yang harus dicapai.
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun metode pembelajaran
yang lebih komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori dengan
kenyataaan yang ada di lingkungn sekitar. Atas dasar itulah perlu
dikembangkan salah satu model pembelajaran yang komperatif dalam
pembelajaran, semisal dengan strategi belajar Problem Based Learning
(PBL) atau pembelajaran berbasis masalah.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pihak sekolah untuk
memperbaiki mutu pendidikan, diantaranya adalah dengan memperbaiki
mutu pembelajaran. Pembelajaran di sekolah merupakan urutan kegiatan
yang secara sadar telah terencana dan terprogram. Dengan adanya
6 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit (Jogjakarta: Diva Press, 2010),
234.
5
perencanaan dan pemrograman yang baik dan terstruktur yang baik maka
akan mendukung keberhasilan pembelajaran yang diharapkan.
Mengingat pula bahwa motivasi belajar siswa dalam proses kegiatan
belajar mengajar merupakan wujud sikap secara nyata yang merupakan
bentuk totalitas dari suatu keterlibatan mental dan emosional siswa sehingga
mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan tanggung jawab
terhadap pencapaian tujuan dengan tercapainya prestasi belajar yang
memuaskan. Kurangnya motivasi belajar yang terjadi pada siswa
mempengaruhi pemahaman pada materi yang disampaikan dan juga akan
mempengaruhi hasil belajar. Hal ini menjadi indikasi pembelajaran yang
dilakukan selama ini kurang efektif.7
Salah satu faktor untuk mencapai prestasi belajar yang baik adalah
adanya motivasi belajar yang timbul dari dalam diri siswa. Motivasi belajar
adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang
mendorong keadaan siswa untuk melakukan semangat dalam belajar.
Persoalan mengenai motivasi belajar adalah bagaimana mengatur agar
motivasi belajar dapat ditingkatkan, karena dalam kegiatan belajar mengajar
setiap siswa memiliki motivasi belajar dengan tingkatan yang berbeda.
Perbedaan motivasi belajar yang dimiliki siswa dapat dilihat berdasarkan
tingkat kehadiran belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, keaktifan
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan adanya motivasi
belajar yang kuat dalam diri siswa dapat mendorong siswa untuk lebih
7 http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/ALIB/article/download/1661/1063, diakses
pada 04 Januari 2019.
6
semangat dalam belajar, sehingga siswa dapat lebih mudah menguasai
materi pembelajaran. Untuk meningkatkan motivasi belajar dalam diri siswa
perlu dilakukan dorongan dari luar yaitu dengan cara memberikan
penghargaan kepada siswa yang berprestasi seperti pemberian beasiswa,
piagam, hadiah atau diadakan pemilihan siswa teladan dan berprestasi,
bentuk dukungan secara moral, dengan adanya hal-hal seperti ini maka
siswa dapat terdorong untuk belajar lebih aktif, sehingga memiliki prestasi
yang baik. Bagi siswa yang belum mendapatkan hadiah, mereka akan
berkompetisi atau bersaing dalam belajar untuk mendapatkan penghargaan
dari pihak sekolah ataupun guru. Salah satu hal yang mendasari motivasi
belajar siswa adalah dapat dilihat dari tingkat kehadiran siswa dalam
kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, dan sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai siswa.8
Dalam proses meningkatkan motivasi belajar, maka perlu adanya
strategi belajar yang mampu membuat siswa bisa memahami mata pelajaran
yang sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini mengenai strategi
yang digunakan oleh guru di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan
khususnya kelas VIII, dari hasil pengamatan terdapat kendala yang dihadapi
oleh guru, diantaranya siswa merasa jenuh dalam mendengarkan penjelasan
dari guru, sebagian malas mengerjakan tugas, bergantung kepada temannya,
dan ribut dalam proses mengerjakan tugas atau LKS. Menurut pandangan
Mel Silberman bahwa pendidikan seperti ini pendidikan gaya bank, yang
8 Ibid., 23.
7
mana pendidikan yang memilik corak guru subjek, siswa objek, guru
mengajar, siswa diajar, guru bicara, siswa mendengarkan, guru aktif, siswa
pasif, guru maha tahu, siswa belum tahu, dan bentuk-bentuk hubungan
dikotomik antogonistik lain antara guru dan siswa.9 Dimana guru
memperlakukan murid seperti tong sampah kosong yang harus siap diisi
dengan berbagai ilmu pengetahuan. Melihat kurikulum yang dijalankan saat
ini adalah merujuk pada penekanan pendidikan karakter maka hal ini
merupakan masalah yang harus diatasi oleh guru dengan melakukan
tindakan pada pembelajaran yakni menggunakan model pembelajaran yang
lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan potensinya serta mengutamakan kerja sama
antara siswa satu dengan yang satunya, artinya adanya rasa keingin tahuan
masing-masing siswa dan tidak tergantung pada temannya.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan mengenai
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sana, guru
cenderung kearah menggunakan metode ceramah dan penugasan serta
pemberian Lembar Kerja Soal (LKS) kepada siswa dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran khususnya pemberian tugas,
siswa sering kali jenuh atau kurang aktif dalam proses pembelajaran dan
bergantung kepada teman-temannya untuk mengerjakan tugas terlebih
dahulu dan tidak jarang guru menemukan sebagian siswa mengerjakan tugas
pada saat jam pelajaran akan dimulai, begitupun juga dengan pemberian
9Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), 22.
8
LKS kepada siswa. Dalam proses pembelajaran ini siswa cenderung kurang
aktif, saling mengharap jawaban dari siswa yang aktif saja dan lebih menitik
beratkan kepada teman yang dianggap mampu untuk mengerjakan.10
Model-model pembelajaran belum banyak digunakan oleh guru mata
pelajaran Akidah Akhlaq di dalam kelas, dengan maksud menumbuhkan
rasa nyaman dan merasa tidak bosan dengan metode yang digunakannya
secara bergantian. Dengan belum diterapkannya model pembelajaran
Problem Based Learning, peneliti memiliki kesempatan untuk
memperkenalkan model pembelajaran tersebut kepada siswa. Dengan
harapan besar mampu meningkatkan motivasi belajar serta mendapatkan
hasil yang maksimal. Melihat hal tersebut, maka peneliti melaksanakan
penelitian tindakan kelas dengan judul:
“Implementasi Strategi Problem Based Learning dalam Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada
Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MTs Sabilul Huda
Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020)”.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Dari temuan di atas dapat diidentifikasi, masalahnya sebagai berikut:
1. Guru selalu menjadi orang nomor satu saat pembelajaran di kelas
sehingga kurang memberikan kesempatan siswa dalam berperan
aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar.
10 Wawancara, pada tanggal 24 November 2019, pukul 09.30 WIB.
9
2. Guru masih setia menggunakan strategi ceramah dan cara-cara
monoton, sehingga siswa merasa bosan dan kurang adanya
motivasi belajar dalam proses kegiatan belajar mengajar.
3. Kurang fahamnya siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
4. Kurangnya motivasi belajar siswa ketika mengikuti proses kegiatan
belajar mengajar.
5. Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas kurang menyenangkan.
6. Masih adanya guru yang belum menerapkan strategi Problem
Based Learning (PBL) dalam proses kegiatan belajar mengajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
pokok dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan strategi Problem Based Learning dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah
Akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan kepada rasul Allah
kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun
Pelajaran 2019/2020?
2. Bagaimana penerapan strategi Problem Based Learning dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq
dalam materi meningkatkan keimanan kepada rasul Allah kelas VIII
MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran
2019/2020?
10
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah penerapan strategi Problem Based
Learning (PBL) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Aqidah Akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan
kepada rasul Allah kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan
Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan strategi Problem Based
Learning (PBL) mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Aqidah Akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan
kepada rasul Allah kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan
Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
pada pengembangan keilmuan di bidang strategi Problem Based
Learning dalam meningkat motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi siswa: siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih
menyenangkan, siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar
melalui penerapan strategi Problem Based Learning. Dengan
demikian, akan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
11
karena lebih termotivasi belajar lebih giat dalam mata pelajaran
Akidah Akhlaq.
b. Bagi guru: diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam
mengajar, memberikan wacana untuk menambah viariasi mengajar,
serta mampu menghidupkan suasana kelas dengan strategi
pembelajaran yang diterapkan.
c. Bagi orang tua siswa: dapat dijadikan dasar bahwa betapa
pentingnya perhatian orang tua terhadap aktifitas dan prestasi belajar
putra-putrinya. Dengan demikian, akan menggugah hati para orang
tua siswa untuk berpartisipasi aktif memberikan dukungan dalam
rangka menyukseskan pendidikan putra-putrinya.
d. Bagi sekolah: diharapkan mampu untuk mengetahui hambatan dan
kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk
memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang
dihadapi di kelas serta menerapkan strategi pembelajaran yang
menarik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.11
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah dan
memberikan gambaran terhadap maksud yang terdapat dalam skripsi ini,
untuk memudahkan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang dilengkapi
dengan pembahasan-pembahasan yang dikemukakan secara sistematis,
sebagai berikut:
11 http://eprints.ums.ac.id/26665/2/04.BAB_I.pdf, diakses pada tanggal 04 Februari
2019.
12
BAB I : Pendahuluan yang berisi tinjauan secara global
permasalahan yang dibahas, yaitu terdiri dari: Latar
belakang masalah, identifikasi dan pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Telaah dan Hasil Penelitian Terdahulu, yang berisi
landasan teori, kerangka berfikir, dan pengajuan
hipotesis tindakan.
BAB III : Metode Penelitian, terdiri dari: objek penelitian, setting
penelitian, variabel penelitian, dan prosedur penelitian
(perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi,
jadwal pelaksanaan penelitian).
BAB IV : Hasil Penelitian, meliputi: gambaran singkat setting
lokasi penelitian, penjelasan data per-siklus, proses
analisis data per-siklus, dan pembahasan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran.
13
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI,
KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa hasil penelitian yang mempunyai keterkaitan
tentang motivasi belajar maupun strategi pembelajaran Problem Based
Learning yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti diantaranya yaitu:
1. Lilis Satriani dalam skripsinya berjudul: "Peningkatan Hasil Belajar
Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada
Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq kelas VIII di MTs Negeri Ma'rang
Pangkep". Berikut hasil penelitiannya:
Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
pada setiap siklus, bisa dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I
dan siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa memperoleh rata-rata
mencapai 62,08, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa
meningkat menjadi 76,92.12
Persamaan penelitian Lilis Satriani dengan penelitian ini adalah
sama-sama membahas tentang strategi atau metode Problem Based
Learning atau pembelajaran berbasis masalah. Perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh Lilis Satriani dengan penelitian ini adalah
12 Lilis Satriani, " Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq kelas VIII di MTs Negeri
Ma'rang Pangkep". Diakses pada tanggal 24 Desember 2018 dari
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/8181/1/LILIS%20SATRIANI.pdf, diakses pada
04 Januari 2019.
14
terfokus pada hasil belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq,
sedangkan peneliti saat ini membahas tentang motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran Akidah Akhlaq, dan lokasi penelitian di MTs
Negeri Ma'rang Pangkep sedangkan penelitian ini di MTs Sabilul
Huda Karangjoho Badegan.
2. Dicky Mardiansyah mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo tahun
2011/2012, dengan skripsi yang berjudul "Peningkatan Partisipasi
Siswa Melalui Metode Problem Based Learning (PBL) Mata Pelajaran
PKN Kasus Pelanggaran HAM dan Upaya Penegakan HAM di
Indonesia pada Siswa Kelas VIII F SMP N 1 Badegan tahun Pelajaran
2011/2012.
Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
pada setiap siklus, bisa dilihat dari hasil belajar siswa pada prasiklus
siklus I dan siklus II. Pada prasiklus hasilnya adalah 47,9 siklus I hasil
belajar siswa memperoleh rata-rata mencapai 70,83 dan pada siklus II
rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 83,33.13
Persamaan penelitian Dicky Mardiansyah dengan penelitian ini
adalah sama-sama membahas tentang penggunaan strategi atau
metode Problem Based Learning (PBL). Sedangkan perbedaan
13Dicky Mardiansyah, Peningkatan Partisipasi Peserta didik Melalui Metode
Problem Based Learning (PBL) Mata Pelajaran PKN Kasus Pelanggaran HAM dan Upaya
Penegakan HAM di Indonesia pada Peserta didik Kelas VIII F SMP N 1 Badegan tahun
Pelajaran 2011/2012, skripsi jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2012.
15
penelitian Dicky Mardiansyah dengan penelitian ini adalah membahas
tentang peningkatan partisipasi dan mata pelajaran yang diambil
adalah PKN, sedangkan peneliti saat ini membahas tentang motivasi
belajar siswa mata pelajaran Akidah Akhlaq, dan juga lokasi
penelitian bertempat di SMP Negeri 1 Badegan sedangkan yang
sekarang di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan.
3. Ratna Mayangsari dalam skripsinya berjudul: "Peningkatan Motivasi
Belajar Dan Prestasi Belajar Memilih Bahan Baku Busana dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament)
Di SMK N 6 Yogyakarta". Berikut hasil penelitiannya:
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi
belajar pada setiap siklus, dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada
siklus I dan siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa memperoleh
rata-rata mencapai 73,3 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa
meningkat menjadi 82,2. Peningkatan motivasi belajat siswa dengan
frekuensi hasil angket , diperoleh skor dengan rata-rata 57,8.14
Persamaan penelitian Ratna Mayangsari dengan penelitian ini
adalah sama-sama membahas terkait meningkatkan motivasi belajar
pada siswa. Sedangkan perbedaannya terletak pada penggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament),
14 Ratna Mayangsari, "Peningkatan Motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar Memilih Bahan
Baku Busana dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game
Tournament) Di SMK N 6 Yogyakarta". Diakses pada tanggal 23 Desember 2018
dari https://eprints.uny.ac.id/32804/1/Ratna%20Mayangsari%2007513241014.pdf,
diakses pada 24 Januari 2019.
16
sedangkan perbedaan penelitian ini menggunakan strategi Problem
Based Learning, dan juga lokasi penelitian bertempat di SMK N 6
Yogyakarta, sedangkan penelitian ini di MTs Sabilul Huda
Karangjoho Badegan Ponorogo.
B. Landasan Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang mana dapat diartikan
sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan.15
Dalam melakukan sesuatu hal sebagai daya upaya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melaksanakan
sesuatu hal atau kegiatan tertentu itulah yang biasa disebut
dengan motif.
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku.16 Menurut Sumadi Suryabrata,
seperti yang dikutip oleh Djali, motivasi diartikan sebagai
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya
15 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001), 71. 16 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Cet. Ke-7, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011), 1.
17
untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu
tujuan.17
Motivasi menurut Sudarwan dapat diartikan sebagai
kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau
mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai
dengan apa yang dikehendakinya.18
Dari pengertian motivasi di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa secara harfiah motivasi berarti dorongan, alasan,
kehendak atau kemauan, sedangkan secara istilah motivasi
adalah daya penggerak kekuatan dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu, memberikan
arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau
dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Untuk
memahami motif manusia perlu kiranya ada penilaian terhadap
keinginan dasar yang ada pada semua manusia yang normal.
Sebagai bantuan terhadap proses perkembangan sejak lahir
dan seterusnya, tingkah laku manusia itu dipengaruhi oleh
sekumpulan keinginan dan cita- cita yang potensial yang bekerja
sebagai daya pendorong dan penggerak dalam kegiatan-
kegiatan hidupnya. Menurut Mc. Donald yang dikutip
17 Djali, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke-3 (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 101. 18http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/144/115,
diakses pada 06 Februari 2019.
18
Oemar Hamalik mengatakan bahwa: Motivation is an energy
change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reaction.19
Pendapat di atas menunjukkan bahwa motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang tumbuh dalam diri
seseorang untuk melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan
yang diinginkan. Artinya motivasi belajar adalah perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi belajar ada tiga unsur yang berkaitan, yaitu
sebagai berikut:
1) Motivasi belajar dimulai dari adanya perubahan energi
dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi
timbul dari perubahan- perubahan tertentu di dalam
sistem neuropisiologis dalam organisme manusia,
misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem
pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga
perubahan energi yang tidak diketahui.
2) Motivasi belajar ditandai dengan timbulnya perasaan
(affective arousal). Mula-mula merupakan ketegangan
psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi
ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini
19 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2-8),
.106.
19
mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat
melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu
diskusi. Karena dia merasa tertarik pada masalah yang
akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-
katanya dengan lancar dan cepat keluar.
3) Motivasi belajar ditandai dengan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan. Pribadi yang termotivasi mengadakan
respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan.
Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan
yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya.
Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai
tujuan, misalnya si A ingin mendapat hadiah maka ia akan
belajar, bertanya, membaca buku, dan mengikuti tes. Oleh
sebab itulah mengapa setiap manusia membutuhkan
motivasi khususnya dalam kehidupan.20
Menurut James O.Whittaker, motivasi adalah kondisi yang
mengaktifkan bertingkah laku mencapai tujuan yang
ditimbulkan oleh motivasi tersebut, sedangkan belajar sebagai
proses dimana tingkah laku diubah melalui latihan atau
pengalaman. Menurut Slameto, pengertian belajar yaitu suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku secara keseluruhan dalam interaksi
20 Ibid., 159.
20
dalam lingkungan. Menurut Lylee Bairae, belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap diakibatkan oleh
pengalaman dan latihan. Sedangkan menurut Mustofa Fahmi,
belajar yaitu ungkapan yang menunjukkan aktifitas untuk
menghasilkan perubahan tingkah laku atau pengalaman.21
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan.22
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku.23 Menurut Sumadi Suryabrata,
seperti yang dikutip oleh H. Djaali, motivasi diartikan
sebagai keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan.24
Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang tumbuh dalam diri
seseorang untuk melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan
yang diinginkan.
21 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar..., 20. 22 Ibid., 73. 23 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuran ..., 1. 24 Djali, Psikologi Pendidikan …, 101.
21
Sedangkan belajar, menurut Sardiman dimaknai sebagai
usaha penguasaan materi pengetahuan yang merupakan sebagian
kegiatan menuju keterbentukannya kepribadian seutuhnya
dengan penambahan pengetahuan.25 Penggabungan kedua
kata di antara motivasi dan belajar akan mempunyai
pengertian bahwa motivasi belajar adalah daya upaya dalam diri
siswa yang mendorongnya untuk menguasai pengetahuan demi
keberhasilan yang dicita-citakannya.
Dalam proses belajar mengajar motivasi merupakan salah
satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi peserta
didik yang kurang menonjol dan berprestasi bukan disebabkan
oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan
kurang adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha
untuk mengarahkan segala kemampuannya. Dalam proses
pembelajaran tradisional yang menggunakan pendekatan
ekspositori kadang-kadang unsur motivasi terlupakan oleh guru.
Guru seakan-akan memaksakan siswa menerima materi yang
disampaikannya. Keadaan ini tidak menguntungkan karena
siswa tidak dapat belajar secara optimal yang tentunya
pencapaian hasil belajar juga tidak optimal. Pandangan moderen
tentang proses pembelajaran menempatkan motivasi sebagai
25Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, 26.
22
salah satu aspek penting dalam membangkitkan motivasi belajar
siswa.26
Motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar atau dorongan untuk seseorang
melakukan segala sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.27
Menurut Mc. Donald "feeling" dan diawali dengan tanggapan
terhadap adaya tujuan".28 Sedangkan menurut Skinner
berpandangan bahwa belajar adalah perubahan suatu perilaku.
Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi baik.
Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.29
Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat
pada diri seseorang secara individu dimana ada suatu dorongan
untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Menurut Mc Donald motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian munculnya motivasi ditandai dengan
adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang dapat
disadari atau tidak.30 Menurut Woodwort Wina Sanjaya bahwa
26 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Kurikulum KTSP
(Jakarta: Kencana, 2010), 249. 27 Ibid., 239 28 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, 73. 29 Ibid., 9. 30 Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa (Bandung: PT Rosda
Karya, 2016), 229.
23
suatu motif adalah suatu set yang dapat membuat individu
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian motivasi adalah dorongan yang mana dapat
menimbulkan perilaku atau sikap tertentu yang terarah kepada
pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan yang
ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu
sangat tergantung dari motif yang dimilikinya. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Arden bahwa kuat
lemahnya atau semangat tidaknya usaha yang dilakukan
seseorang untuk mencapai tujuan akan ditentukan oleh kuat
lemahnya motive yang dimiliki orang tersebut.31
Guru dituntut untuk berupaya sungguh-sungguh mencari
cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan
memelihara motivasi belajar siwa dan berupaya supaya siswa
memiliki motivasi sendiri (self motivation) yang baik, sehingga
keberhasilan belajar akan tercapai.
Jadi apabila digabungkan kedua kata di antara motivasi
dan belajar akan mempunyai pengertian bahwa motivasi belajar
adalah daya upaya dalam diri siswa yang mendorongnya untuk
menguasai pengetahuan demi keberhasilan yang dicita-
citakannya.
31 Ibid., 250.
24
b. Ciri-ciri motivasi belajar dalam diri seseorang
Adapun beberapa ciri-ciri untuk mengetahui motivasi
belajar dalam diri seseorang sebagaimana dijelaskan oleh
Sardiman, yaitu:
1. Tekun menghadapi tugas, tak berhenti sebelum selesai.
2. Ulet menghadapi kesulitan, tak putus asa.
3. Lebih senang belajar sendiri.
4. Cepat bosan pada tugas rutin (berulang-ulang begitu saja).
5. Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin
akan sesuatu.
6. Senang memecahkan masalah atau soal.32
Apabila siswa memiliki ciri-ciri seperti di atas, maka
siswa tersebut memiliki motivasi yang kuat dalam belajarnya.
Motivasi belajar yang kuat mutlak dimiliki oleh siswa yang
menginginkan kesuksesan belajar. Di sini guru dituntut untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa dengan berbagai cara
dengan inovasi yang menarik minat siswa untuk belajar.
c. Macam-macam Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena adanya dua macam
factor yang mempengaruhinya, yaitu :
32 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, 83.
25
1) Motivasi Intrinsik, yakni berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita.
2) Motivasi ekstrinsik adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar
yang menarik.33
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan dari internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung sebuah
motivasi. Hal itu mempunyai peranan sangat besar dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator dari motivasi
belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat
dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4)
adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar; dan (6) adanya lingkungan belajar yang
kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar
dengan baik.34
Kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi intrinstik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar
dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat
33 Hamzah, B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuran ..., 23. 34 Ibid., 23.
26
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan
kegiatan belajar.
Perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan
motivasi adalah bermacam-macam. tetapi untuk motivasi
ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa
kurang sesuai, hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan
dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.
Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru
tidak menguntungkan belajar siswa.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Oemar Hamalik ada beberapa faktor yang
mempengaruhi motivasi, baik motivasi instrinsik maupun
motivasi ekstrinsik diantaranya:
1) Tingkat kesadaran siswa akan kebutuhan yang mendorong
tingkah laku/perbuatannya dan kesadaran atas tujuan
belajar yang hendak dicapai.
2) Sikap guru terhadap kondisi kelas, guru yang bersikap bijak
dan selalu merangsang siswa untuk berbuat ke arah suatu
tujuan yang jelas dan bermakna bagi kondisi kelas.
3) Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu
kuat maka motivasinya lebih cenderung ke sifat ekstrinsik.
27
4) Suasana kelas juga berbengaruh terhadap muncul sifat
tertentu pada motivasi belajar siswa.35
Belajar suatu tugas yang sangat erat dengan pelajar namun
belum tentu hasil yang diperoleh pelajar setingkat dengan hasil
yang sama. Hal ini menunjukkan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi pelajar diantaranya menurut Sumadi Suryobroto
adalah:
1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu:
a) Faktor-faktor non sosial
Kelompok faktor ini antara lain misalnya: keadaan
udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat
yang dipakai untuk belajar.
b) Faktor-faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia (sesama
manusia), baik manusia itu hadir maupun
kehadirannya itu dapat disimpulkan jadi
kehadirannya tidak langsung.
2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu:
a) Faktor-faktor fisiologis
Kelompok faktor ini antara lain misalnya: Jasmani
pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis
tertentu.
35 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran …, 121.
28
b) Faktor-faktor psikologis
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang
mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
lebih luas.
2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
berkeinginan untuk selalu maju.
3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang
tua, guru, dan teman-teman.
4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman
menguasai pelajaran.36
Menurut Bimo Walgito faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah:
1) Faktor anak atau individu belajar.
2) Faktor lingkungan.
3) Faktor bahan / materi yang dipelajari.
Faktor-faktor tersebut di atas diperhatikan guna
memperoleh hasil yang sebaik-sebaiknya. Untuk lebih jelasnya
penulis jelaskan faktor-faktor menurut Bimo Walgito tersebut
yaitu:
1) Faktor anak / individu belajar, yang termasuk dalam faktor
ini adalah, kecerdasan, kesehatan dan kemampuan untuk
36 Ibid., 221.
29
belajar, hal ini dapat mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar.
2) Faktor lingkungan besar pengaruhnya terhadap proses
belajar mengajar, seperti alat belajar, letak geografis,
lingkungan, dan keadaan keluarga dan sebagainya. Untuk
itu harus termasuk dalam perhitungan masalah lingkungan.
Lingkungan harus diciptakan dalam tujuan pendidikan.
3) Bahan atau materi pelajaran akan menentukan cara atau
metode mempelajari antara bidang studi dengan demikian
dibutuhkan metode yang berbeda, dengan pertimbangan
antara minat, kesungguhan, semangat dan percaya diri.
Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sabab dari ketiga
faktor tersebut menurut hemat penulis tidak bisa dipisah-
pisahkan, bila salah satu belum terpenuhi, maka proses belajar
mengajar tidak akan berjalan dengan baik.
e. Cara menumbuhkan motivasi belajar
Menurut Handoko untuk mengetahui kekuatan motivasi
belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai
berikut :
a. Kuatnya kemauan untuk berbuat.
b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.
c. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain.
30
d. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.37
Sedangkan menurut Sardiman motivasi belajar memiliki
indikator sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas.
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
orang dewasa.
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas rutin.
f. Dapat mempertahankan pendapatnya.
Dengan mengetahui kekuatan motivasi belajar pada siswa,
lebih mudah untuk menentukan cara atau strategi yang perlu
dilakukan pengajar dalam proses pembelajaran. 38
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.39
1) Memberikan angka
Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil
pekerjaannya, yakni berupa angka yang telah diberikan
oleh guru. Siswa yang memperoleh nilai baik, akan
mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar,
37http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/144/115,
diakses pada 04 Januari 2019. 38 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar..., 81. 39 Abin Syamsudin Makmum, Psikologi Kependidiakan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), 164.
31
sebaliknya siswa yang mendapat nilai (angka) kurang,
mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi
pendorong agar belajar lebih baik.
2) Memberi hadiah.
Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-
batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir
tahun kepada para siswa yang dapat atau menunjukkan
hasil belajar yang baik, memberi hadiah para pemenang
sayembara atau pertandingan olah raga. Kuat dalam
perbuatan belajar.
3) Saingan / kompetisi
Baik kerja kelompok maupun persaingan
memberikan motif-motif sosial kepada murid. Hanya saja
persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang
tidak baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan,
perkelahian, persaingan antar kelompok belajar.
4) Ego - involvement
5) Memberi ulangan
Penilaian ataupun ulangan secara kontinu akan
mendorong para siswa belajar.
6) Mengetahui hasil
7) Pujian
32
Pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang
telah dilakukan dengan berhasil besar manfatnya sebagai
pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan
senang.
8) Hukum/sanksi
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar.
Sehubungan dengan motivasi, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan untuk meningkatkan proses belajar:
1) Motivasi jangka panjang
Seorangmu rid yang belajar secara tekun guna
menghadapi ulangan umum atau ujian akhir, mempunyai
motivasi jangka panjang. Setiap kali ia selalu memaksa
diri untuk dapat mengerti hal yang dijelaskan oleh
pengajarnya. Motivasi seperti ini mempunyai arti sama
pentingnya dengan inteligensi yang baik.40
2) Motivasi jangka pendek
Motivasi jenis ini merupakan minat saat itu, yang
dibutuhkan agar para pendengar mengerti
penjelasan pengajar. Motivasi ini sangat
40 Rooejakers, Mengajar dengan Sukses (Jakarta: PT Gramedia, 2006), 1.
33
dipengaruhi oleh motivasi jangka panjang. Dan sebaliknya
motivasi jangka panjang memperoleh isi dari jangka
pendek.
3) Kadar surut ingatan (regresi)
Yang dimaksud dengan kadar surut ingatan atau
regresi adalah proses melemahnya ingatan seseorang
akan sesuatu hal. Siswa dengan kadar surut ingat-
ingatan yang tinggi mudah lupakan masalah yang
dijelaskan oleh pengajar. Seorang dapat memperkecilkan
regresi siswa-siswanya dengan jalan menanamkan
motivasi kepada mereka, baik motivasi jangka panjang
ataupun motivasi jangka pendek. Tetapi regresi juga dapat
berkurang apabila seorang siswa mempunyai banyak
kepentingan dengan hal yang diajarkan karena
kepentingan dapat memperkuat motivasi seorang.41
Tujuan pembelajaran adalah untuk mencapai keberhasilan
dengan prestasi yang optimal. Untuk mencapai hasil belajar
yang optimal dituntut kreativitas guru dalam membangkitkan
motivasi belajar siswa. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar
siswa, sebagaimana berikut:
41 Ibid., 1.
34
1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang jelas
dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Semakin
jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat
motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu guru perlu
menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai
sebelum proses pembelajaran dimulai.
2) Membangkitkan motivasi siswa. Siswa akan terdorong
untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk
belajar.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa diantaranya:
a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan
dengan kebutuhan siswa.
b) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat
pengalaman dan kemampuan siswa.
c) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran
secara bervariasi.
3) Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
4) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan
siswa.
5) Berikan penilaian
6) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
7) Ciptakan persaingan dan kerjasama.
35
Berbagai upaya perlu dilakukan guru agar proses
pembelajaran berhasil. Guru harus kreatif dan inovatif dalam
melakukan tugas pembelajaran.
f. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa
Penelitian psikologi banyak menghasilkan teori-teori
motivasi tentang perilaku. Subjek terteliti dalam motivasi ada
yang berupa hewan dan ada yang berupa manusia. Peneliti yang
menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan
behavioris. Peneliti yang menggunakan terteliti manusia adalah
peneliti kognitif. Temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat untuk
bidang industri, tenaga kerja, urusan pemasaran, rekruting
militer, konsultasi, dan pendidikan. Para ahli berpendapat bahwa
motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum,
insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.
Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan
bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa.
Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku
dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja
merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi
tersebut perlu dimiliki oleh siswa. Sedangkan tugas seorang
guru dituntut memperkuat motivasi siswa.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa
pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1)
36
menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil
akhir; contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab
buku bacaan, dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga
membaca bab tersebut; ia kurang berhasil menangkap isi, maka
ia terdorong membaca lagi, (2) menginformasikan tentang
kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman
sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang
siswa belum memadai, (3) mengarahkan kegiatan belajar,
sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar
secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia
akan mengubah perilaku belajarnya, (4) membesarkan semangat
belajar, sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar
dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha
agar cepat lulus, dan (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan
belajar dan kemudian bekerja (di sela-selanya adalah istirahat
atau bermain) yang berkesinambungan individu dilatih untuk
menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat
berhasil.42
Sebagai ilustrasi, setiap hari siswa diharapkan untuk
belajar di rumah, membantu pekerjaan orang tua, dan bermain
dengan teman sebaya, apa yang dilakukan diharapkan dapat
berhasil memuaskan. Kelima hal tersebut menunjukkan betapa
42 Rooejakers, Mengajar dengan Sukses…, 162.
37
pentingnya motivasi tersebut di sadari oleh pelakunya sendiri.
Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan,
dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.
g. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam
memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk
perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan
penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara
lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat
belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c)
menentukan ketekunan belajar.
1) Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar
apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu
masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat
dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak
akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu
sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati
manfaatnya bagi anak.
38
3) Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar
sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan
tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.
Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi belajar
menyebabkan seorang tekun belajar.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas
yang dimiliki seseorang. Senada dengan hal tersebut Syah,
mengungkapkan bahwa hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa.43
Menurut Nawawi, ia menyatakan bahwa hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajarn di sekolah yang dinyatakan dalam
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan
hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
43 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajamen Kelas (Classroom
Management) (Bandung: Alfabeta, 2015), 214.
39
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, biasanya guru mentapkan tujuan belajar. Anak
yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intsruksional.44
b. Macam-macam hasil belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek
psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih
jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan
yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom adalah
seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan
memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada
siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau
yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi
langsung yang ia lakukan.45
44 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta:
Kencana, 2013), 5.
45 Ibid., 6.
40
Menurut Carin dan Sund bahwa pemahaman dapat
dkategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-
kriteria sebagai berikut:
a) Pemahaman merupakan kemampuan untuk
menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu; ini
berarti bahwa seseorang yang telah memahami
sesuatu telah memperoleh pemahaman akan mampu
menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang
telah ia terima. Selain itu, bagi mereka yang telah
memahami tersebut, maka ia mampu memberikan
interpretasi atau menafsirkan secara luas sesuai
dengan keadaan yang ada di sekitarnya, ia mampu
menghubungkan dengan kondisi yang ada saat ini
dan yang akan datang.
b) Pemahaman bukan sekadar mengetahui, yang
biasanya hanya sebatas mengingat kembali
pengalaman dan memproduksi apa yang pernah
dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham
ia akan mampu memberikan gambaran, contoh, dan
penjelasan yang lebih luas dan memadai.
c) Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena
pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis;
dengan memahami ia akan mampu memberikan
41
uraian gambaran dalam satu contoh saja tetapi
mampu memberikan gambaran yang lebih luas dan
baru sesuai dengan kondisi saat ini.
d) Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang
masing-masing tahap mempunyai kemampuan
tersendiri, seperti menerjemahkan,
menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.46
2) Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati, mengemukakan bahwa
keterampilan proses merupakan keterampilan yang
mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik,
dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan
yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan
berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.47
Indrawati merumuskan bahwa keterampilan proses
merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah
(baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip
atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada
46 Ibid., 7-8.
47 Ibid., 9.
42
sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap
suatu penemuan. Dengan kata lain, keterampilan ini
digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan
konsep, prinsip, dan teori.48
Selanjutnya, Indrawati menyebutkan ada enam
aspek keterampilan proses, yang meliputi: observasi,
klasifikasi, pengukuran, mengomunikasikan, memberikan,
memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap suatu
pengamatan, dan melakukan eksperimen. Kemudian,
Indrawati membagi keterampilan proses menjadi dua
tingkatan, yaitu: keterampilan proses tingkat dasar
(meliputi: observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran,
prediksi, dan inference), dan keterampilan proses terpadu
(meliputi: menentukan, variabel, menyusun tabel data,
menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses
data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis,
menentukan variabel secara operasional, merencanakan
peneyelidikan, dan melakukan eksperimen).49
3) Sikap
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilian
tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, menjadikan
48 Ibid., 9.
49 Ibid., 9-10.
43
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.
Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun
demikian, siswa dapat menerima, menolak, dan
mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sebagai
ilustrasi, seorang siswa yang tidak lulus ujian matematika
menolak ikut ujian ulang di kelas lain. Sikap menerima,
menolak, atau mengabaikan suatu kesempatan belajar
merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan,
penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut
kan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. Oleh
karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masa-
masa akibat sikap terhadap belajar.50
Azwar menyatakan bahwa sikap tidak hanya
merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup
pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada
kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Jika
mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara
jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya. Selanjutnya,
Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas
tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen
kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif
merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
50 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
239.
44
pemilik sikap; komponen afektif, yaitu perasaan yang
menyangkut emosional; dan komponen konatif merupakan
aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan
sikap yang dimiliki seseorang.51
c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa adalah:
1) Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri siswa. Faktor internal dapat dibagi menjadi dua yakni
faktor fisiologis dan faktor psikologis.52 Adapun yang
termasuk dalam faktor fisiologis adalah kondisi fisik dan
kesehatan dan faktor psikologis adalah kecerdasan, minat
dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar.53 Muhibbinsyah yang menyebutkan
faktor psikologis lebih pada esensial pada tingkat
kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa,
minat siswa, dan motivasi siswa.54
2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
siswa. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yakni
faktor yang berasal dari lingkungan dan faktor yang
51 Ibid., 10. 52 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), 107. 53 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran …, 12. 54 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2016), 131.
45
berasal dari instrumental. Faktor yang berasal dari
lingkungan meliputi lingkungan Alami (yaitu tempat
tinggal anak didik hidup dan berusaha didalamnya, tidak
boleh ada pencemaran lingkungan), dan lingkungan
sosial budaya (hubungan dengan manusia sebagai
makhluk sosial). Sedangkan faktor instrumental yaitu
seperangkat kelengkapan dalam beragai bentuk untuk
mencapai tujuan, yang meliputi: kurikulum, program,
sarana dan fasilitas, dan guru.55
Wina Sanjaya mengemukakan bahwa salah satu faktor
eksternal yang sangat berperan memengaruhi hasil belajar
siswa adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang
peranan yag sangat penting.56
Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya, terdapat sejumlah
aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran
dilihat dari faktor guru, yaitu:
a) Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin
serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar
belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek
ini di antaranya tempat asal kelahiran guru termasuk
suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat.
55 Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2012), 195-198.
56 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran …, 13.
46
b) Teacher training experience, meliputi pengalaman-
pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar
belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan
profesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan.
c) Teacher properties, adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya
sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap
siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan
kemampuan mereka baik kemampuan dalam pengelolaan
pembelajaran termasuk didalamnya kemampuan dalam
merencanakan dan evaluasi materi.57
3. Strategi Pembelajaran
Sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.58
Menurut Hamzah B. Uno strategi pembelajaran adalah cara-cara
yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan kegiatan
belajar tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan
kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik siswa yang
dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Jadi,
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dikemas oleh seorang
57 Ibid., 14. 58 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran…, 43.
47
guru dalam pembelajaran dengan mempersiapkan segala sesuatu yang
dapat mendukung keberhasilan tujuan pembelajaran dengan efektif
dan efisien.59
Dalam buku Sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
adalah sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi
(guru sebagai fasilitator) siswa agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai60, jadi strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dalam
lingkungan pembelajaran tertentu.
Dari berbagai definisi atau pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran adalah langkah-langkah yang ditempuh
guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada, guna mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.61
Implementasi kurikulum 2013, mengisyaratkan bahwa strategi
pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian
kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar
setiap indivdu mampu menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat,
dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk
mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan
kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara
lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan,
59Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), 41. 60Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran…, 45.
61Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan …, 13-14.
48
empati, toleransi dan kecakpan hidup siswa guna membentuk watak
serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.62
Untuk mencapai kualitas yang dirancang dalam dokumen
kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang:
(1) berpusat pada siswa, (2) mengembangkan kreativitas siswa, (3)
menciptakan kondisi menyengkan dan menantang, (4) bermuatan
nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan
pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi
dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif,
efisien, dan bermakna.63
Di dalam pembelajaran, siswa didorong untuk menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan
melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang
sesuai dengan lingkungan dan zaman tempat dan waktu ia hidup.64
Hal yang dapat mendukung pembelajaran terlaksana secara baik
adalah pengaturan tujuan pembelajaran yang efektif, pengaturan
kegiatan pembelajaran dengan baik, pemilihan materi dan sumber
belajar dengan tepat, penentuan media yang sesuai dan penentan
62 Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif…, 41.
63 Ibid., 41.
64 Ibid., 41.
49
teknik penilaian yang tepat sehingga tujaun yang telah dicanangkan
dengan baik akan tercapai.65
4. Strategi Problem Based Learning
a. Pengertian strategi pembelajaran Problem Based Learning
Pada dasarnya, Problem Based Learning dikembangkan
untuk membantu siswa guna memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri
tentang dunia sosial dan sekitarnya. Problem Based Learning
yang kemudian disebut PBL adalah salah satu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara
menghadapkan para siswa tersebut dengan berbagai masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya.66
Model pembelajaran ini sebagai cara penyajian bahan
pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak
pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari
pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Pemasalahan itu dapat
diajukan atau diberikan guru kepada siswa, dari siswa bersama
guru, atau dari siswa sendiri yang kemudian dijadikan
pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan-kegiatan
belajar siswa.67
65 Ibid., 42. 66 Amir, M. Taufiq, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning ( Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010), 83.
67 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta:
Kencana, 2009), 243.
50
Strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam
kurikulumnya, dirancang masalah yang menuntut siswa
mendapatkan pengetahuan yang penting, membuta mereka
mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi
belajar sendiri serta memilik kecakapan berpartisipasi dalam
tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan
sehari-hari. 68
Problem Based Learning (PBL) suatu pendekatan
pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan suatu masalah itu siswa
memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.69
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu kontek bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis
dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau
pelajaran.70
68 Amir, Taufiq, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning..., 21. 69 Ibid., 245. 70 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar..., 52.
51
Howard Barrow dan Kelson berpendapat Problem Based
Learning (PBL) adalah proses pembelajaran yang di dalam
kurikulum, dirancang masaslah-masalah yang menuntut siswa
mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka
mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi
belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisifasi dalam
tim.71
Problem Based Learning (PBL) adalah instruksional yang
menantang siswa agar “belajar dan belajar”, mewujudkan
kerjasama yang baik dalam kelompok untuk mencari solusi
masalah yang nyata. Masalah ini digunakan agar rasa ingin tahu
serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran bisa terpancing dan terpacu.72
Jadi, model pembelajaran PBL atau Problem Based
Learning dapat kita katakan sebagai model pembelajaran yang
mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta
mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai
guna menghadapi suatu problem yang ada.
Problem Based Learning telah banyak diterapkan
dipembelajaran dan dapat digunakan pada eksperimen sebagai
alat untuk memecahkan masalah. Mengunakan kerangka kerja
71Amir, Inovasi Pendidikan ..., 21. 72https://gurudigital.id/model-pembelajaran-pbl-pengertian-ciri-ciri-kelebihan-
kekurangan-langkah/, diakses pada 07 Februari 2019.
52
yang menekankan bagaimana siswa merencanakan eksperimen
untuk menjawab sederet pertanyaan. Model pembelajaran ini
melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah auntetik dari kehidupan actual siswa,untuk merangsang
kemampuan berfikir tingkat tinggi .kondisi yang tetap harus
dipelihara adalah suasana nyaman dan menyenangkan agar
siswa dapat berfikir optimal.
b. Karakteristik model pembelajaran problem based learning
Sedikitnya terdapat empat ciri utama dari metode problem
based learning yang dijabarkan oleh Ali Murtadlo dan Zainal
Aqib, meliputi:
1) Metode pembelajaran Problem Based learning merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya melalui metode
ini siswa tidak hanya mendengar, mencatat dan menghafal
materi pelajaran, tetapi siswa diharapkan dapat
berkomunikasi, mencari dan mengolah data yang akhirnya
dapat menyimpulkan atau mendapatkan penyelesaian
(solusi) dari sebuah permasalahan.
2) Aktivitas belajar diarahkan untuk memecahkan masalah.
Artinya metode Problem Based Learning tidak dapat
diterapkan tanpa adanya masalah.
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berfikir secara ilmiah. Proses berpikir ini
53
dilakukan secara sistematis dan empiris. Selain itu metode
ini juga dicirikan oleh sifatnya yang terbuka, yakni tidak
ada yang harus dirahasiakan. Ada proses demokrasi
dimana siswa ataupun guru saling berinteraksi dalam
mencari penyelesaiannya.
4) Adanya peranan siswa yang aktif, artinya dalam proses
kegiatan belajar mengajar siswa tidak dijadikan objek
melainkan sebagai subjek. Siswa bekerja secara individual
atau dalam kelompok kecil, tugas atau masalah yang
diselesaikan adalah persoalan realistis (nyata) untuk
dipecahkan.73
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu
menjelaskan karakteristik dari problem based learning sebagai
berikut:
1) Learning is Student-Centered
Proses pembelajaran lebih menitikberatkan kepada
siswa. Oleh karena itu harus didukung oleh teori
konstruktivisme, dimana siswa didorong untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2) Authentic Problem from the Organizing Focus for
Learning
73 Zainal Aqib dan Ali Murtadho, Kumpulan Metode Pembelajaran Aktif dan
Inovatif (Bandung: Satu Nusa, 2006), 147-148.
54
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah
masalah yang otentik. Sehingga siswa mampu dengan
mudah memahami masalah tersebut, serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya.
3) New Information is Acquired Trough Self-Directed
Learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja
siswa belum mengetahui dan memahami semua
pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk
mencari sendiri melalui sumbernya. Baik melalui buku
atau informasi lainnya.
4) Learning Occurs in Small Group
Proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh
siswa agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran
dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif,
serta dilaksanakan dalam kelompok kecil yang dibuat
menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan
tujuan yang jelas.
5) Teachers Act as Fasilitators
Guru hanya berperan sebagai fasilitator, meskipun
begitu guru harus selalu memantau perkembangan
55
aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai
target yang hendak dicapai.74
c. Langkah-langkah dalam penerapan Strategi Problem Based
Learning adalah:
Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pelaksanaan
Strategi Problem Based Learning, diantaranya:
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
2) Merumuskan masalah
3) Menganalisis Masalah
4) Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya
dengan dalam.
5) Memformulasikan tujuan pembelajaran.
6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar
diskusi kelompok).
7) Mensintesa (menggabung) dan menguji informasi baru, dan
membuat laporan.75
David Johnson dan Johnson mengemukakan ada 5 langkah
Problem Based Learning melalui kegiatan kelompok,
diantaranya: mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah,
74 Aris Shoim, 68 Model Pebelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014), 130. 75 Ibid., 25.
56
merumuskan alternatif strategi, menentukan dan menerapkan
strategi, dan melakukan evaluasi.76
a) Mendefinisikan Masalah; yaitu merumuskan masalah dari
peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga
siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.
b) Mendiagnosis Masalah; yaitu menentukan sebab-sebab
terjadinya masalah, serta menganalisis baerbagai faktor,
baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang
dapat mendukung dalam penyelesaian masalah.
c) Merumuskan Alternatif Strategi; yaitu menguji setiap
tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.
Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berfikir
mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang
kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
d) Menentukan dan Menerapkan Strategi Pilihan; yaitu
pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat
dilakukan.
e) Melakukan Evaluasi; baik evaluasi proses atau evaluasi
hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh
kegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkan evaluasi hasil
76 Ibid., 114.
57
adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi
yang telah diterapkan.
Menurut John Dewey, ada enam desain yang harus di
laksanakan oleh siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
Problem Based Learning, meliputi:
a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan
masalah yang akan dipecahkan.
b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau
masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan
berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan
menggambarkan informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
e) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan
penolakan hipotesis yang diajukan.
f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu
langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat
58
dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan
rumusan kesimpulan.77
Selain itu seorang pengajar juga harus memperhatikan
berikut dalam proses pelaksanaan Problem Based Learnin,
diantaranya:
a) Mendefisinikan, merangcang dan mempresentasikan
masalah di hadapan seluruh siswa.
b) Membantu siswa memahami masalah serta menentukan
bersama siswa bagaimana seharusnya masalah semacam
itu diamati dan dicermati.
c) Membantu siswa memaknai masalah, cara-cara mereka
dalam memecahkan masalah dan membantu menentukan
argumen apa yang melandasi pemecahan masalah tersebut.
d) Bersama para siswa menyepakati bentuk-bentuk
pengorganisasian laporan.
e) Mengakomodasikan kegiatan presentasi oleh siswa.
f) Melakukan penilaian proses (penilaian otentik) maupun
penilaian terhadap produk laporan.78
d. Kelebihan dan kelemahan strategi Problem Based Learning
Kelebihan strategi Problem Based Learning dalam proses
pembelajaran diantaranya:
77 Muhammad Fathur Rahman, Model-model Pembelajaran Inovatif (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2015), 115. 78 Hariyanto dan Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2014), 150.
59
1) Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan
memecahkan masalah secara terampil, yang selanjutnya
dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah
yang sesungguhnya di masyarakat.
3) Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir
secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
pembelajarannya, para siswa banyak melakukan proses
mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai
aspek. 79:
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran PBL juga
memiliki beberapa kekurangan, berikut ini beberapa kekurangan
yang sepertinya nampak dalam penerapan model pembelajaran
berbasis proyek.
1) Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak
memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah tersebut bisa dipecahkan.
2) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan agar
model pembelajaran ini cukup lama.
Jika tidak diberikan pemahaman dan alasan yang tepat
kenapa mereka harus berupaya untuk memecahkan masalah
79Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.…, 250.
60
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari.80
5. Mata Pelajaran Akidah Akhlaq
Mata pelajaran aqidah akhlak ini merupakan cabang dari
pendidikan Agama Islam, menurut Zakiyah Daradjat pendidikan
Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa
agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.
Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.81
Secara etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata “aqada-
ya’qidu-aqdan”, berarti ikatan perjanjian, sangkutan dan kokoh.82
Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau
gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah
iman atau keyakinan. Menurut istilah (terminologi) akidah ialah dasar-
dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang
bersumber ajaran Islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim
sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah
kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas yang dapat
diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang diyakini oleh hati
80 Ibid., 46. 81 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep Implementasi Kurikulum 2004) (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005),130. 82 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesiam (Jakarta: PT. Hidakarya Agung ,1972),
274.
61
manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan
keshalehannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa
itu benar serta berlaku selamanya. Seperti keyakinan manusia akan
adanya Sang Pencipta, keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya,
keyakinan manusia akan kewajiban ketaatan kepada-Nya dan
menyempurnakan akhlak-yang dimaksud aqidah dalam bahasa Arab
(dalam bahasa Indonesia ditulis Akidah).83
Akhlak sangatlah penting bagi kehidupan manusia, pentingnya
aqidah akhlak tidak saja bagi manusia dalam statusnya sebagai
pribadi, tetapi juga berarti bagi kehidupan keluarga dan masyarakat
bahkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Akhlak adalah
mutiara hidup yang membedakan manusia dengan hewan.
Untuk mengembangkan aqidah akhlak bagi siswa atau remaja
diperlukan modofikasi unsur-unsur moral dengan faktor-faktor budaya
dimana anak tinggal. Program pengajaran moral seharusnya
disesuaikan dengan karakteristik siswa tersebut, yang termasuk unsur
moral adalah; (1) penaralan moral, (2) prasaan, (3) prilaku moral serta,
dan (4) kepercayaan eksistensial/iman.84
Peranan dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai
landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan
masyarakat harus ditingkatkan, karena jika pendidikan Agam Islam
83 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), 199. 84 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004), 10.
62
(yang meliputi: Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits, Fiqih, Sejarah
Kebudayaan Islam, dan Bahasa arab) yang dijadikan landasan
pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan
masyarakat akan lebih baik.85
Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada didalam
mata pelajaran Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai
salah satu pedoman kehidupan.
C. Kerangka Berfikir
Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlaq yang
dilakukan dengan strategi atau metode ceramah, tanya jawab, dan
penugasan baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran yang
seperti ini bersifat membosankan, tidak menarik, dan menyebabkan siswa
mengantuk, tidak termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa
cenderung malas bertanya, malas mengerjakan tugas, dan malas
mendengarkan penjelasan dari guru. Penugasan untuk dikerjakan di rumah
juga banyak yang tidak diselesaikan sendiri, melainkan masih
mengandalkan dari siswa yang cenderung aktif dan faham dalam proses
pembelajaran. Selama proses pembelajaran yang dilakukan siswa lebih
banyak pasif. Kondisi tersebut menunjukkan siswa kurangnya motivasi
belajar dalam mengikuti pembelajaran Akidah Akhlaq.
85http://novyekopermono.blogspot.com/2013/11/pengantar-mapel-pai-dan-budi-
pekerti.html, diakses pada 08 Januari 2019.
63
Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran untuk
lebih meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengurangi keengganan
siswa dalam belajar Akidah Akhlaq. Pembelajaran Akidah Akhlaq dapat
dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran Problem Based
Learning. Proses ini lebih menyenangkan dan lebih menarik motivasi
belajar siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran,
saling kerja sama dalam memecahkan masalah, mengeluarkan gagassan
yang ia miliki. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih
banyak berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mendiskusikan materi
dengan kelompoknya, berlatih mengerjakan permasalahan, dan membuat
laporan untuk dipesentasikan. Pada akhirnya, jika penerapan strategi
Problem Based Learning berjalan dengan baik maka terjadi meningkatnya
motivasi dan hasil belajar pada siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlaq.
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori-teori dan kerangka berfikir sebagaimana yang telah
diuraiakan di atas, maka dapat dijadikan hipotesis yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Melalui penggunaan strategi Problem Based Learning (PBL)
diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran akidah akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan kepada
rasul Allah kelas VIII di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan
Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020.
64
2. Melalui penggunaan strategi Problem Based Learning (PBL)
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran akidah akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan kepada
rasul Allah kelas VIII di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan
Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020.
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Tindakan Kelas
Objek yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran mata
pelajaran akidah akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan kepada rasul
Allah kelas VIII di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo tahun
pelajaran 2019/2020.
B. Setting Subjek Penelitian Tindakan Kelas
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII,
dengan jumlah 24 orang yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 8
perempuan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Sabilul Huda,
berada di Jl. Brawijaya No. 39 Brawijaya Mitir Karangjoho Badegan
Kabupaten Ponorogo. Salah satu alasan yang mendasar dilakukannya
penelitian disini adalah ditemukan permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dalam proses pembelajaran seperti yang telah dipaparkan
pada latar belakang.
66
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran
2019/2020.
C. Variabel yang Diamati
Pada penelitian tindakan kelas ini, ada beberapa variabel yang
dijadikan sebuah pengamatan yang mendalam, variabel-variabel ini adalah:
1. Variabel Proses
Variabel proses dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan strategi
Problem Based Leraning pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq dalam
materi meningkatkan keimanan kepada rasul Allah kelas VIII MTs
Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran
2019/2020
2. Variabel Hasil
Variabel hasil dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil
belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran
Akidah Akhlaq pada materi meningkatkan keimanan pada rasul Allah
SWT kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo
semester genap tahun pelajaran 2019/2020.
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Per-Siklus
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka
penelitiannya sesuai dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang
dilakukan suatu proses bersiklus. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan
67
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah
praktis pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di atas dapat dijabarkan
secara jelas dan mudah dipahami. Kegiatan tersebut disebut dengan siklus
kegiatan pemecahan masalah.86 Secara keseluruhan, Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ada empat tahapan dalam bentuk spiral. Siklus-siklus tersebut
saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada
hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama dan seterusnya.87
Tahapan siklus PTK dapat dilihat pada gambar 3.1 dengan model
siklus Kemmis dan Taggart.88
Gambar 3.1 Model Siklus Kemmis & Taggart
86 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,
2017), 210.
87 Basuki As’adi, Desain Pembelajaran Berbasis PTK (Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press, 2000), 122.
88 Ibid., 42.
Perencanaan
Siklus ke-I
Siklus ke-II
Perencanaan
Pengamatan
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Refleksi Pelaksanaan
?
68
Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), seorang
guru/peneliti harus melalui tujuh langkah berikut, yaitu:
1. Menemukan Masalah
Pada tahap awal ini peneliti/guru menemukan banyak fenomena
yang terjadi pada obyek yang akan diteliti, tetapi fenomena-fenomena
itu nampaknya ada penyimpangan dari teori yang ada. Fenomena-
fenomena tersebut perlu ditunjukkan dengan bukti yang valid sebagai
langkah untuk mengatasi permaslahan yang ada.
2. Melakukan Identifikasi Masalah
Apabila peristiwa-peristiwa yang terjadi pada obyek yang akan
diteliti (kelas yang diajar) jumlahnya banyak, peneliti harus
melakukan identifikasi masalah. Dalam bagian ini, semua
masalah/peristiwa yang diteliti maupun yang tidak diteliti.89
3. Memusatkan Batasan Masalah
Dalam bagian ini, peneliti harus menjelaskan bahwa karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan lainnya, maka penelitian sebaiknya
dibatasi. Dengan demikian, batasan penelitian adalah variabel-variabel
dependen yang akan diteliti. Keterbatasan diperlukan agar pembaca
dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada.
Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak
bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi
menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian
89 Basuki, Desain Pembelajaran Berbasis PTK …, 26.
69
dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun
karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala
yang bersumber dari adat tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak
memungkinkan bagi peneliti untuk mencari yang diinginkan.90
4. Menganalisis Masalah dengan Menentukan Faktor-faktor yang diduga
sebagai Penyebab Utama terjadinya Masalah
Dalam bagian ini, setelah peneliti melakukan identifikasi
masalah, peneliti menentukan/mencari tahu mengapa masalah telah
dibatasi itu terjadi. Data-data terkait dengan faktor-faktor yang
ditemukan dan diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah
yang telah dibatasi, harus didukung dengan bukti yang valid, misalnya
wawancara, observasi , dokumentasi dan menggunakan tes.
5. Menentukan Gagasan-Gagasan Pemecahan Masalah dengan
Merumuskan Hipotesis-Hipotesis-Hipotesis Tindakan sebagai
Pemecahan
Dalam bagian ini peneliti harus mengajukan beberapa hipotesis
tindakan sebagai solusi masalah. Hipotesis-hipotesis tindakan harus
didukung dengan referensi yang valid.91
6. Menentukan Pilihan Hipotesis Tindakan Pemecahan Masalah
Dalam bagian ini, setelah mengajukan beberapa hipotesis
tindakan, peneliti harus menentukan satu pilihan tindakan sebagai
solusi masalah yang didukung oleh referensi yang valid.
90 Ibid., 26.
91 Ibid., 27.
70
7. Merumuskan Judul PTK
Judul PTK harus secara tegas tertulis, masalah apa yang akan
dicari solusinya. Setelah itu tindakan apa yang akan dilakukan sebagai
solusi.92
Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK
dirumuskan, langkah berikutnya adalah:
1. Menyusun Perencanaan (planning)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan (RPP)
b. Mempersiapkan fasilitas dari sarana yang diperlukan di kelas.
c. Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.
2. Melaksanakan tindakan (acting)
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
3. Melaksanakan pengamatan (observing)
Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah:
a. Mengamati perilaku siswa/siswi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Misalnya: mampu mengerjakan tugas dengan baik
dan tidak berhenti sebelum selesai, tingkat motivasi belajar siswa
dalam mengikuti pembelajaran,
92 Ibid., 27.
71
b. Memantau kegiatan diskusi/kerjasama. Misalnya: mampu
menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses pembelajaran dan
tidak mudah putus asa dan mampu memecahkan masalah, baik
sendiri maupun dengan kelompoknya.
c. Mengamati pemahaman masing-masing anak terhadap penguasaan
materi pembelajaran. Misalnya: mampu belajar secara mandiri
tanpa tergantung terhadap guru maupun temannya dan mampu
mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti yang benar.
4. Melakukan refleksi (reflecting)
Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah:
a. Mencatat hasil observasi.
b. Mengevaluasi hasil observasi.
c. Menganalisis hasil pembelajaran.
d. Mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan
memperbaiki siklus berikutnya.93
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilaksanakan di MTs
Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo terdiri dari empat siklus.
Namun, keputusan untuk melanjutkan atau mengehentikan penelitian pada
akhir siklus tertentu sepenuhnya bergantung pada hasil yang dicapai pada
siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah memenuhi kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan, maka penelitian dihentikan dan apabila belum
93 Ibid., 123-124.
72
mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka penelitian dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperbaiki tindakan dalam
setiap siklus untuk menemukan cara yang paling efektif dan efisien dari
pelaksanaan strategi dan media yang diterapkan. Adapun penjelasan dari
langkah-langkah pembelejaran berbasis PTK yang akan dilakukan di MTs
Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Dalam tahap ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di
mana, oleh siapa, dan bagaiman tindakan tersebut dilakukan.
Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang
mengamati proses jalannya tindakan. istilah untuk penelitian ini
adalah kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena upaya mengurangi
unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan penelitiaan yang
dilakukan. Berlatar belakangkan atas guru selalu menjadi orang nomor
satu saat pembelajaran dikelas, guru masih setia menggunakan strategi
ceramah, kurang fahamnya siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran, kurangnya motivasi belajar siswa ketika mengikuti
proses kegiatan pembelajaran. Maka pada tahap perencanaan ini
peneliti perlu mempersiapkan diantaranya yaitu:
a. Peneliti menyusun rencana tindakan yang tercantum dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan
73
berdasarkan pada materi meningkatkan iman pada rasul Allah
SWT mata pelajaran Akidah Akhlaq kelas VIII semester genap.
Rencana juga dilengakapi dengan tujuan pembelajaran, metode
dan langkah-langkah pembelajaran.
b. Membuat skenario pembelajaran.
c. Membuat lembar kasus yang tersusun dari 5 lembar
permasalahan, dengan masing-masing kelompok menyelesaikan
sesuai dengan tugas/perintah dalam lembar permasalahan.
d. Membuat lembar observasi, diantaranya lembar observasi
motivasi belajar siswa yang diisi oleh peneliti sekaligus
berperan sebagai guru.
e. Membuat pretest dan postest yang diberikan pada awal
penelitian atau pra siklus yang berupa test pilihan ganda untuk
mengukur tingkat motivasi dan hasil nilai belajar siswa.
2. Pelaksanaan
Dalam prosedur pelaksanaan ini bentuk yang akan dilakukan
peneliti adalah:
a. Kegiatan Awal
1) Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam.
2) Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan berdo'a, dan
setelah itu dilakukan absensi.
3) Guru memberikan motivasi agar siswa tertarik untuk
mengikuti pelajaran.
74
4) Guru memberikan apersepsi dengan menyebutkan
kompetensi dasar yang akan dipelajari.
5) Guru memberikan penjelasan secara garis besar tentang
materi yang akan di sampaikan.
6) Guru menjelaskan prosedur strategi pembelajaran yang
akan dilakukan yaitu Problem Based Learning atau
pembelajaran berbasis masalah.
b. Kegiatan Inti
1) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, dan proses
pembagian dibagi berdasarkan pada nilai awal pengamatan.
2) Guru membagikan lembar kasus/permasalahan kepada
masing-masing kelompok.
3) Guru menyuruh siswa untuk menyelesaikan persoalan di
lembar kasus/permasalahan.
4) Guru membimbing siswa untuk menyelesaikan persoalan
lembar kasus/permasalahan.
5) Perwakilan siswa maju kedepan untuk mempresentasikan
hasil pengerjaaan satu kelompok tersebut.
c. Penutup
Setelah melakukan praktik dan sudah mengumpulkan data,
maka selanjutnya ialah:
1) Guru dan siswa mengadakan refleksi tentang pembelajaran
yang telah dilaksnakan, menyimpulkan materi untuk
75
menetapkan pemahaman siswa, dan diakhiri dengan
penguatan oleh guru agar siswa melakukan pengkajian
ulang di rumah tentang materi yang telah diajarkan.
2) Guru memberikan test kepada setiap individu siswa dengan
jenis test soal pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan, dan
esay dengan sebanyak 5 soal.
3) Guru menyuruh siswa mempelajarai materi.
4) Setelah selesai guru menutup dengan salam.
3. Pengamatan
Sepanjang proses pelaksanaan berlangsung seorang guru
melakukan pengamatan terhadap siswa dengan cara:
1) Membuat Lembar Observasi Siswa
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung observer
dengan mengisi lembar yang telah disiapkan, meliputi 6
indikator motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan strategi Problem Based Learning yaitu: 1)
mengerjakan tugas dengan baik dan tidak berhenti sebelum
selesai, 2) menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses
pembelajaran dan tidak mudah putus asa, 3) belajar secara
mandiri tanpa tergantung terhadap guru maupun temannya, 4)
tidak cepat bosan pada tugas rutinitas dari seorang guru, 5)
mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti yang benar,
dan 6) kemampuan memecahkan masalah.
76
Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung dari
awal sampai akhir. Observasi bertujuan mengetahui kekurangan
dan kelebihan yang terjadi selama tindakan. Kekurangan dan
kelebihan yang ditemukan bisa dijadikan sebagai pedoman
dalam tindakan berikutnya agar tidak terjadi kesalahan yang
sama. Evaluasi dilakukan setelah tindakan berlangsung.
Evaluasi bertujuan mengetahui nilai siswa berdasarkan pedoman
kriteria penilaian. Hasil yang diperoleh ini dpaat dijadikan
umpan balik dalam menentukan rencana selanjutnya. Dari hasil
observasi yang dilakukan bentuk motivasi belajar siswa dapat
dilihat dengan mengunakan presentase tingkat motivasi belajar
siswa dari pra siklus sampai siklus berikutnya, dengan kategori
sebagai berikut: 1) sangat kurang, 2) kurang, 3) cukup, dan 4)
baik.
2) Membuat Lembar Tes Tulis
Dalam hal ini siswa diberikan soal-soal untuk dikerjakan
pada setiap siklusnya. Dalam penilaiannya memperhatikan hasil
dari pada soal yang telah dikerjakan dan di tuangkan dalam
bentuk skor dengan memperhatikan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Ketika belum memenuhi
ketuntasan maka siklus pertama dan selanjutnya tetap dijalankan
sampai sesuai apa yang ditargetkan.
77
4. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil
tindakan pada pra siklus mengenai motivasi dan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran Aqidah Akhlaq kelas VIII. Hasil renungan dan
kajian tindakan pra siklus ini, selanjutnya dipikirkan untuk dicari dan
ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Aqidah Akhlaq. Alternatif ini akan dijadikan penelitian
tindakan kelas pada siklus berikutnya.
Deskripsi langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas di atas
dapat dijelaskan pada tabel siklus berikut ini:
Tabel 3.1
Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI
Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) berbasis
PTK mencakup
tindakan awal,
inti, dan akhir.
Pengembangan
materi
meningkatkan
iman kepada
Rasul-rasul
Allah SWT.
Menyiapkan
media, sumber,
bahan, alat
pembelajaran
serta menyusun
Menjelaska
n indikator
yang ingin
dicapai.
Meminta
siswa untuk
membentuk
menjadi 5
kelompok
diskusi.
Melakukan
/
menyelesai
kan soal
masalah
yang telah
di bagikan
oleh guru.
Menganalis
Mengamati
motivasi
belajar siswa
dengan
memberikan
tanda centang
pada lembar
observasi
terstruktur.
Mengamati
motivasi
belajar siswa
yang meliputi:
1. Motivasi
ingin tahu
terhadap
kegiatan
pembelajar
an.
Merefleksik
an hasil
pengamatan
terhadap
motivasi
belajar serta
menganalisi
s nilai
perolehan
hasil belajar
siswa
dengan
menggunak
an tolak
ukur yang
telah
ditentukan
untuk
membuat
78
PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI
startegi
pembelajaran
yang akan
digunakan.
Menyusun
instrumen untuk
merekam dan
menganalisis
mengenai
proses dan hasil
tindakan
Menyiapkan
kriteria
ketuntasan
minimal
pencapaian
kompetensi
serta
menyiapkan
tolak ukur
keberhasilan
Menyiapkan lembar
perekam proses
pengumpulan data
yang akan
digunakan kegiatan
pembelajaran.
is masalah
secara
dalam dan
menganalisi
s
permasalah
an secara
dalam dan
detail.
Menulis
hasil
diskusi
dalam
kertas
portofolio
Menjelaska
n materi
secara
singkat
Memberika
n satu
lembar
permasalah
an kepada
masing-
masing
kelompok.
2. Motivasi
siswa
dalam
melakukan
researh
(memecah
kan
masalah).
3. Motivasi
siswa
dalam
merespon
aktivitas
pembelajar
an.
Mencatat hasil
perolehan nilai
dari masing-
masing siswa.
keputusan
apakah
perlu
dilanjutkan
pada siklus
II atau
tidak.
Memperbaiki
kelemahan
pada siklus I di
siklus
berikutnya
79
PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI
Meminta
masing-
masing
kelompok
untuk
menulis
didepan
serta
mempresen
tasikan
hasil
diskusi,
terkecuali
kelompok
yang
mendapat
tugas
melakukan
drama
mempraktik
kan
Mengklarifi
kasi dan
mengambil
kesimpulan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada PTK ini adalah meliputi wawancara,
observasi, dokumentasi.
1. Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dengan
orang lain untuk mengetahui suatu kejadian, kegiatan, perasaan, dan
lain-lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara
80
mendalam yakni penelitian mengajukan beberap pertanyaan secara
mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan siswa kelas
VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo, untuk
mengetahui kegiatan pembelajaran, pemahaman terhadap materi
pelajaran sebelum dan sesudah serta kesan sebelum dan sesudah
dilaksanakannya strategi Problem Based Learning dalam proses
pembelajaran.
2. Teknik Observasi
Observasi adalah usaha sadar untuk mengumpulkan data yang
dilakukan secara sistematis dengan prosedur berstandar atau
pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek
yang diteliti.94
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi
langsung atau partisipasi aktif yaitu mengamati atau menatap
kejadian, gerak atau proses dari data lapangan dan ikut serta kejadian-
kejadian di dalamnya. Jadi peneliti bertindak aktif sebagai seorang
peneliti. Teknik Observasi ini digunakan untuk mengetahui motivasi
belajar siswa dalam proses pembelajaran saat diterapkannya strategi
Problem Based Learning dalam proses pembelajaran.95
94 Ibid., 124.
95 Ibid., 124-125.
81
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokuemntasi adalah pengumpulan data dari sumber non
insani yang terdiri dari dokumen. Dalam penelitian ini, dokumen yang
digunakan berupa profil madrasah, foto dalam proses pembelajaran
yang dapat dijadikan sebagai data untuk mendukung penelitian dalam
mengetahui motivasi dan hasil belajar dengan diterapkannya strategi
Problem Based Learning.96
4. Teknik Tes
Teknik tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok.97
Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur nilai hasil belajar
siswa dengan angket dan tulis menggunakan strategi Problem Based
Learning dalam proses pembelajaran mengacu pada Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakn
dalam bulan terhitung dari bulan Desember hingga Januari 2019 Maksimal,
dengan perincian sebagaimana berikut.
96 Ibid., 125.
97 http://shufiyah.wordpress.com/2013/03/03/makalah-teknik-pengumpulan-data-tes/,
diakses pada 09 Februari 2019.
82
Tabel 3.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas MTs Sabilul Huda
Karangjoho Badegan Ponorogo
NO. KEGIATAN WAKTU
A. PERSIAPAN
1. Pembuatan judul PTK 25 Januari 2019
2. Pembuatan proposal PTK 29 Januari 2019
B. PELAKSANAAN
Siklus I
Perencanaan 4 Januari 2020
Pelaksanaan 8 Januari 2020
Pengamatan 8 Januari 2020
Refleksi 9 Januari 2020
Siklus II
Perencanaan 9 Januari 2020
Pelaksanaan 10 Januari 2020
Pengamatan 10 Januari 2020
Refleksi 11 Januari 2020
C. PENYUSUNAN LAPORAN
1. Pengolahan data 15 Januari 2020
2. Penyusunan laporan 20 Januari 2020
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan
Ponorogo
Kyai Abdullah Rosyad (almaghfullah) adalah pendiri Pondok
Pesantren di sebuah dukuh yang disebut Ngerdani kemudian dinamai
dengan pondok pesantren "AL-HUDA". Beliau berasal dari Sembuyan
Kabupaten Wonogiri, daerah sekitar bendungan Gajah Mungkur
(sekarang). Kyai Abdullah Rosyad mondok lama di daerah timur
Ponorogo yang sangat terkenal, yaitu Desa Joresan Kecamatan Mlarak
hingga beliau didaulat menjadi "Lurah Pondok" saat itu. Saking
populer dan terkenalnya beliau saat itu, banyak orang yang
menginginkan beliau menjadi menantu.
Alkisah, Kyai Muhammad dari Menggungan berhasil
mendapatkan beliau menjadi manantu, menikahkan dengan putrinya.
Dengan harapan dapat meneruskan perjuangan menjadi Kyai di daerah
tersebut. Namun, Allah berkehendak lain sehingga perkawinan Kyai
Abdullah Rosyad dengan putri Kyai Muhammad tidak langgeng.
Akhirnya, atas saran dari Kyai Bakri Coper, beliau dikawinkan
dengan adiknya di Ngerdani yang bernama Siti Khotimah.
Semenjak Kyai Abdullah Rosyad pindah ke Ngerdani banyak
santri-santri dari Joresan mengikuti beliau. Sehingga Ngerdani
menjadi Pondok besar (pada saat itu) yang didatangi santri-santri dari
berbagai daerah, baik dari sekitar Ponorogo sendiri maupun dari
daerah Wonogiri Jawa Tengah.
Pondok pesantren Al-Huda Ngerdani Karangjoho Badegan
mengalami kemajuan pada masa penjajahan Jepang (tahun 1942
hingga 1947 M). Seperti halnya pondok pesantren lain, di pondok
pesantren ini dikaji beberapa kitab yang meliputi bidang Fiqih,
Tauhid, Alat, Hadits dan Tafsir. Namun pondok pesantren mengalami
kemunduran pada masa meletusnya Partai Komunis Indonesia (PKI)
di bawah kendali Muso Madiun sekitar tahun 1948 M.
Dari pondok pesantren inilah kemudian menjadi cikal bakal
berdirinya Masjid Al-Huda sebagai simbol perjuangan dan dakwah
agama, Yayasan Pendidikan yang menaungi 3 (tiga) lembaga
pendidikan Raudhatul Athfal (RA) Muslimat NU Sabilul Huda yang
berdiri tahun, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sabilul Huda yang berdiri
tahun dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sabilul Huda sebagai penerus
sekaligus pengembang amanah pendidikan di lingkungan masyarakat
sekitar Ngerdani Karangjoho Kecamatan Badegan Kabupaten
Ponorogo.
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sabilul Huda awal mulanya di
dirikan pada tahun 1983 M. Pertama kali di pimpin langsung dari
salah satu pendiri yayasan, yaitu KH. Dimyati. Beliau memimpin pada
tahun 1983 sampai dengan 2006. Setelah itu kepala madrasah
diberikan kepada putranya yang bernma Mahbub Junaidi. Beliau
memimpin / menjadi kepala Madrasah Tsanawiyah Sabilul Huda
tahun 2006 sampai sekarang.
2. Frofil MTs Sabilul Huda Karangjoho
Tabel 4. 1
Data Profil Madrasah
NO DATA KETERANGAN
1. Nama Sekolah / Madrasah MTs Sabilul Huda
2. Alamat Sekolah
1) Jalan
2) RT / RW
3) Dukuh
4) Desa / Kelurahan
5) Kecamatan
6) Kabupaten
7) Provinsi
8) Kode Pos
9) Telepon
10) Email Madrasah
11) NPSN
Brawijaya No. 39
02 / 01
Mitir
Karangjoho
Badegan
Ponorogo
Jawa Timur
63455
081 335 599 989
sabilulhuda83@gmail.com
20584859
3. Status Sekolah Milik Sendiri / Yayasan
4. Tegangan/Daya Listrik 900 Watt
5. Data Bank
1) Nama Bank
2) Nama di Rekening
3) Nomor Rekening
BRI UNIT BADEGAN
Mahbub Junaidi
6490-01-015319-53-0
NO DATA KETERANGAN
6. Luas Lahan
1) Sudah Sertifikat
1.350 M2
1.350 m2
7. Luas Bangunan 530 M2
8. Lahan Kosong 820 M2
3. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Sabilul Huda Karangjoho
a. Visi
“Terwujudnya Pelajar Yang Modern Berwawasan Islami”
Indikator Visi MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan.
Terwujudnya pengembangan kurikulum tingkat satuan pen
didikan (KTSP) yang aplikatif.
7. Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif sehingga
potensi peserta didik berkembang secara optimal.
8. Terwujudnya lulusan yang kompetitif dalam melanjutkan
pendidikan dan cerdas dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi sehari-hari.
9. Terwujudnya prestasi dalam bidang non akademik
(kegiatan ekstrakulikuler).
10. Terwujudnya lulusan beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan YME, berakhlak mulia, berkarakter kompetensi
akademik yang berkualitas, memiliki kepribadian bangsa
Indonesia.
11. Terwujudnya kepedulian warga sekolah terhadap budaya
lingkuan hidup.
12. Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang
relevan dan interaktif.
13. Terwujudnya media pembelajaran yang interaktif.
14. Terwujudnya sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan dan kemauan serta konsisten dalam
melaksanakan tugas.
15. Terwujudnya managemen sekolah yang partisipatif dan
akuntabilitas.
16. Terwujudnya suasana kerja yang harmonis sehingga
memungkinkan semua pengelola sekolah mencapai
sukses.
17. Terwujudnya partisipasi masyarakat (orang tua) dalam
pembiayaan program sekolah.
b. Misi
Misi Madrasah Tsanawiyah Sabilul Huda Karangjoho
Badegan Ponorogo, adalah:
1) Menigkatkan kualitas pembelajaran
2) Meningkatkan kualitas pengamalan beragama
3) Meningkatkan pengabdian, pelayanan dan pemahaman
serta kebersamaan
4) Meningkatkan kualitas lulusan yang cerdas dan
bermartabat
5) Peningkatan kualitas akhlaq peserta didik secara langsung
dan berkualitas dalam masyarakat.
c. Tujuan
Tujuan adanya Madrasah Tsanawiyah Sabilul Huda
Karangjoho Badegan Ponorogo, adalah:
1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada seluruh
warga Madrasah
2) Meningkatkan pengamalan baca Al - Qur’an pada seluruh
warga Madrasah
3) Meningkatkan pengamalan sholat dhuhur berjama’ah di
Madrasah
4) Meningkatkan nilai - nilai UAN secara berkelanjutan
5) Meningkatkan kepedulian warga madrasah terhadap
kesehatan, kebersihan dan keindahan lingkungan
Madrasah
6) Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana serta
pemberdayaan yang mendukung peningkatan prestasi
akademik dan non akademik.
4. Struktur Organisasi MTs Sabilul Huda Karangjoho
Struktur organisasi di sekolah merupakan suatu bentuk yang
berupa urutan atau daftar yang berfungsi sebagai suatu upaya dalam
menjelaskan tugas dan fungsi dari setiap komponen penyelenggara
pendidikan yang bersangkutan dengan madrasah tersebut.
Dengan adanya struktur organisasi, sistem pelaksanaan
pendidikan di madrasah akan semakin teratur, disiplin, kinerja
menjadi efektif, efisien serta dapat meningkatkan mutu pendidikan
sesuai tujuan yang ingin dicapainya.
Berikut ini struktur oragnisasi madrasah MTs Sabilul Huda
Karangjoho Badegan Ponorogo:
Tabel 4. 2
Data Struktur Organisasi Madrasah
NO NAMA JABATAN
1. KH. MUSTHOFAL GOLAYIN Ketua Yayasan
2. MAHBUB JUNAIDI, S.Ag Kepala Sekolah
3. SYAIFUL GHOFIR, S.E Komite
4. RINA SETYANI, S.Pd Bendahara
5. KHOIRUL MUSTOVA, S.Pd.I Kepala TU
6. UMI AFIYAH, S.Pd Waka Kurikulum
7. RITA DWI NURAINI, S.Pd Waka Kesiswaan
8. SAMSUL HARIYADI, S.Pd Waka Sarpras
9. ALI SUKASNO Waka Humas
10. ANDRIK SUGIARTO Guru BP / BK
5. Keadaan Guru dan Siswa MTs Sabilul Huda Karangjoho
Tabel 4.3
Data Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tenaga Jenis Kelamin Kualifikasi Jumlah
1. Pendidik Laki-laki S-1 5
Perempuan S-1 5
2. Kependidikan Laki-laki S-1 1
Total 11
Tabel 4.4
Data Jumlah Siswa
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. VII 6 5 11
2. VIII 16 8 24
3. IX 15 7 22
TOTAL 37 20 57
6. Sarana dan Prasarana MTs Sabilul Huda Karangjoho
Tabel 4.5
Data Sarana Prasarana MTs Sabilul Huda Karangjoho
NO. JENIS SARPRAS JUMLAH
1. Ruang Kepala Madrasah 1 Ruang
2. Ruang Guru 1 Ruang
3. Ruang Tata Usaha 1 Ruang
4. Ruang Kelas 4 Ruang
5. Ruang Tamu 1 Ruang
NO. JENIS SARPRAS JUMLAH
6. Perpustakaan 1 Ruang
7. Ruang UKS 1 Ruang
8. Ruang BP/BK 1 Ruang
9. Ruang PK. IPNU-IPPNU 1 Ruang
10. Laboratorium Komputer 1 Ruang
11. Laboratorium IPA 1 Ruang
12. Ruang Musik 1 Ruang
13. Ruang Pramuka 1 Ruang
14. Ruang Seni Budaya 1 Ruang
15. Masjid 1 Ruang
16. Kantin 1 Ruang
17. Lapangan Upacara 1 Buah
18. Lapangan Olah Raga 2 Buah
19. Gudang 1 Ruang
20. Ruang Dapur 1 Ruang
21. Kamar Mandi/WC Guru 1 Ruang
22. Kamar Mandi/ WC Siswa 3 Ruang
B. Penjelasan Data Per-Siklus
1. Pra Siklus
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas VIII
MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo dengan jumlah 24
siswa putra dan putri. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
tingkat Motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran pada
mata pelajaran Akidah akhlaq sebelum dan sesudah diterapkannya
strategi Problem Based Learning. Mata pelajaran Akidah akhlaq
diberikan 2 kali dalam seminggu yaitu, hari Senin pukul 12.00-13.00
WIB dan hari Jum’at pukul 08.00-09.00 WIB. Guru mata pelajaran
Akidah akhlaq adalah ibu Anisatul Qoiriyah, S.Pd.I.
Sebelum melaksanakan tindakan dengan menerapkan strategi
Problem Based Learning, peneliti mengamati kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru seperti biasanya. Pada saat pembelajaran,
guru hanya menjelaskan materi dan siswa hanya mendengarkan. Saat
suasana seperti ini, siswa merasa bosan dan kurang bermotivasi
dalam belajar, sehingga ada beberapa siswa yang mengalihkan
perhatiannya dengan berbicara dengan teman sebangkunya, bermain
sendiri, dan ramai yang membuat suasana pembelajaran tidak
kondusif.
Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi
yang belum dipahami. Namun siswa hanya diam dan tidak
memberikan tanggapan. Kemudian guru memberikan pertanyaan
kepada siswa, dan hanya satu, dua siswa saja yang mampu menjawab
pertanyaan dari guru. Dengan kondisi kelas seperti ini, bahwa guru
kurang mampu menghidupkan suasana pembelajaran di kelas
sehingga pemahaman siswa terhadap materipun sangat rendah.
Untuk selanjutnya, peneliti melakukan evaluasi pra siklus
dengan memberikan lembar soal yang harus dikerjakan oleh siswa
berkaitan dengan materi yang telah dibahas. Hal ini bertujuan sebagai
tindakan memeriksa lapangan dengan menggunakan metode
konvensional yaitu metode ceramah, yang digunakan sebagai tolak
ukur perbandingan sebelum ada tindakan kelas dengan sesudah ada
tindakan kelas, yaitu dengan menerapkan startegi Problem Based
Learning.
Pada evaluasi pra siklus ini, peneliti belum memperoleh
ketercapaian tujuan pembelajaran secara individual melalui tes
individu yang terdiri dari pengamatan motivasi belajar dan hasil
belajar siswa.
Adapun hasil observasi dan tes yang telah dilakukan pra siklus
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada pra Siklus
No.
Nama Siswa
Variabel
yang diamati
Skor
Ketera
ngan A B C D E F
1. Aditiya Yoga Saputra √ - - √ - √ 3 Kurang
2. Agung Pambudi √ √ - - √ - 3 Kurang
3. Ahmad Nur Saputra - √ √ √ √ - 4 Cukup
4. Andika Gio Putra
Pratama - - - √ - - 1
Sangat
kurang
No.
Nama Siswa
Variabel
yang diamati
Skor
Ketera
ngan A B C D E F
5. Arman Pratama - √ - √ √ - 3 Kurang
6. Bagus Aji Prayogo - √ √ √ - √ 4 Cukup
7. Miftahul Huda - √ - √ - √ 3 Kurang
8. Muhammad Arif Esa
S. - - - - √ - 1
Sangat
kurang
9. Muh. Fahri Nur
Hafids √ √ √ √ √ √ 6 Baik
10. Muhammad Gustito
T. √ √ √ √ √ √ 6 Baik
11. Khoirul Anam √ √ - - √ √ 4 Cukup
12. Ribut Tri Widodo - - - √ - - 1 Sangat
kurang
13. Rengga Herlambang - √ - - - - 1 Sangat
kurang
14. Sri Bintang - - - - - √ 1 Sangat
kurang
15. Vicky Nugroho
Candra P. - - √ √ √ √ 4 Kurang
16. Wahyu Ari Wibowo - √ √ - - - 5 Cukup
17. Amanda Elisia Putri √ √ √ √ √ √ 6 Baik
18. Binti Hidayatul
Munawaroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik
19. Eva Novita
Fatmawati √ √ √ √ √ √ 6 Baik
20. Fariatul Khotimah √ √ √ √ √ √ 6 Baik
No.
Nama Siswa
Variabel
yang diamati
Skor
Ketera
ngan A B C D E F
21. Fina Rohmatul
Aisyiyah √ √ √ √ √ √ 6 Baik
22. Rina Mulia Saroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik
23. Shofiyatun Nada √ √ √ √ √ √ 6 Baik
24. Vanesha Diva P. √ √ √ √ √ √ 6 Baik
Keterangan Penilaian:
Skor 0 - 1 = Sangat kurang
Skor 2 - 3 = Kurang
Skor 4 - 5 = Cukup
Skor 6 = Baik
Keterangan aspek yang dinilai:
A = Mampu mengerjakan tugas dengan baik dan tidak berhenti
sebelum selesai.
B = Mampu menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses
pembelajaran dan tidak mudah putus asa.
C = Mampu belajar secara mandiri tanpa tergantung terhadap
guru maupun temannya.
D = Merasa cepat bosan pada tugas rutinitas dari seorang guru.
E = Mampu mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti
yang benar.
F = Mampu memecahkan masalah, baik sendiri maupun
dengan kelompoknya.
Presentase tingkat motivasi belajar siswa pada pra siklus adalah
sebagai berikut:
Motivasi Belajar Jumlah Presentase
Sangat Kurang 5 20,83 %
Kurang 5 20,83 %
Cukup 4 16,67 %
Baik 10 41,67 %
Tabel 4.7
Hasil perolehan nilai siswa pada pra siklus
No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan
1. Aditiya Yoga Saputra 75 54 Tidak tuntas
2. Agung Pambudi 75 78 Tuntas
3. Ahmad Nur Saputra 75 58 Tidak tuntas
4. Andika Gio Putra Pratama 75 46 Tidak tuntas
5. Arman Pratama 75 70 Tidak tuntas
6. Bagus Aji Prayogo 75 78 Tuntas
7. Miftahul Huda 75 62 Tidak tuntas
8. Muhammad Arif Esa S. 75 52 Tidak tuntas
9. Muh. Fahri Nur Hafids 75 76 Tuntas
10. Muhammad Gustito T. 75 78 Tuntas
11. Khoirul Anam 75 76 Tuntas
12. Ribut Tri Widodo 75 48 Tidak tuntas
13. Rengga Herlambang 75 46 Tidak tuntas
14. Sri Bintang 75 54 Tidak tuntas
15. Vicky Nugroho Candra P. 75 58 Tidak tuntas
16. Wahyu Ari Wibowo 75 76 Tuntas
17. Amanda Elisia Putri 75 78 Tuntas
18. Binti Hidayatul M. 75 76 Tuntas
19. Eva Novita Fatmawati 75 78 Tuntas
20. Fariatul Khotimah 75 76 Tuntas
21. Fina Rohmatul Aisyiyah 75 78 Tuntas
22. Rina Mulia Saroh 75 80 Tuntas
23. Shofiyatun Nada 75 84 Tuntas
24. Vanesha Diva Prihatini 75 86 Tuntas
Jumlah 1.646
Rata-rata 68, 58
Presentase hasil belajar peserta didik:
Jumlah Siswa Keterangan Presentase
14 Tuntas 58,33 %
10 Tidak tuntas 41,67 %
Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar menunjukkan, dari
jumlah 24 siswa di kelas VIII, siswa yang memiliki motivasi dengan
sangat baik mencapai 41,67 % atau 10 siswa, dan siswa yang memiliki
motivasi cukup baik mencapai 16,67 % atau 4 siswa, yang memiliki
motivasi kurang baik mencapai 20,83 % atau 5 siswa, sedangkan yang
masih dalam keadaan sangat kurang motivasi belajar siswa 8, 20,83 %
atau 5 siswa saja
Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat
dilihat bahwa rendahnya motivasi belajar siswa menjadi faktor utama
kurangnya nilai yang didapat. Siswa terlihat tidak begitu antusias
dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Akidah Akhlaq. Hal
inilah yang menjadi penyebab masih banyak siswa di kelas VIII MTs
Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo gagal mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
Sedangkan berdasarkan tes yang dilakukan pada pra siklus
penelitian, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang diperoleh
sangat rendah. Siswa yang mampu mencapai ketuntasan berjumlah 14
(58,33 %) dari 24 peserta didik yang ada di kelas VIII. Artinya masih
ada 10 anak yang memperoleh hasil belajar di bawah KKM atau dapat
dikatakan tidak tuntas. Selain itu, peserta didik yang mencapai
ketuntasan hanya memperoleh nilai yang mendekati KKM sehingga
hasil belajar yang mereka peroleh belum maksimal.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlunya
untuk melakukan penerapan strategi Problem Based Learning dalam
proses belajar mengajar, dengan lebih melibatkan peserta didik
berperan aktif dengan bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa.
2. Siklus I
Dalam kegiatan pembelajaran di setiap siklus, alur atau
tahapannya adalah empat kegiatan pembelajaran berbasis PTK yakni
perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan
refleksi (reflection). Adapun gambaran singkat kegiatan pembelajaran
di siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Plan)
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berbasis PTK.
2) Pengembangan materi akidah akhlaq.
3) Menyiapkan media, sumber, bahan, alat pembelajaran serta
menyusun strategi pembelajaran yang akan digunakan.
4) Menyusun instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.
5) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal pencapaian
kompetensi serta menyiapkan tolak ukur keberhasilan.
b. Tindakan (Action)
1) Kegiatan awal
a) Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.
b) Mengatur tempat duduk dengan pola U.
c) Melihat kebersihan kelas.
d) Melakukan pembukaan dengan salam pembuka.
e) Berdoa untuk memulai pembelajaran.
f) Melakukan absensi.
g) Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin.
h) Mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas
minggu lalu dengan yang akan dibahas pada
pertemuan hari ini.
i) Memberikan semangat peserta didik dengan kegiatan
ringan seperti bershalawat, dll.
2) Kegiatan inti
8) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan
berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada pretest.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa yang
mempunyai pemahaman terbagi secara merata.
Selain itu, agar mampu membangkitkan motivasi
siswa yang masih mendapatkan nilai rendah serta
memudahkan dalam proses pemahaman siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
9) Guru membagian lembar permasalahan yang
berbeda-beda kepada setiap kelompok untuk
didiskusikan.
10) Guru memberikan gambaran analisis setiap masalah
yang telah dibagikan ke setiap kelompok.
11) Setiap kelompok dituntut untuk menyelesaikan
permasalahan dengan cara berdiskusi.
12) Setiap kelompok diharapkan mampu menemukan
gagasan pokok dari permasalahan yang telah
diberikan oleh guru.
13) Guru ikut serta membantu dan menstimulasi agar
stiap kelompok mampu menganalis permasalahan
secara dalam dan detail.
14) Siswa menulis laporan hasil diskusi kelompok
dikertas portofolio.
15) Salah satu perwakilan dari kelompok dipersilahakan
maju menyalin hasil laporan dikertas plano yang
telah disediakan oleh guru didepan kelas. Setelah
semua hasil diskusi kelompok di salin dikertas plano
salah satu perwakilan dari kelompok
mempresentasikan secara bergiliran dari kelompok 1
sampai 4. Sedangkan untuk kelompok 5
menyampaikan hasil diskusi mereka dalam bentuk
drama.
16) Selama proses penyampaian materi dari setiap
kelompok, siswa dari kelompok lain dipersilahkan
untuk saling bertanya sesuai materi / permasalahan
yang telah dipresentasikan.
17) Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan
hasil diskusinya, guru menyimpulkan
materi/masalah.
3) Kegiatan penutup
a) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
b) Memberikan lembar evaluasi untuk mengetahui
kemampuan peserta didik berdasarkan materi yang
telah dibahas.
c) Berdoa untuk mengakhiri pelajaran.
d) Guru melakukan salam penutup.
c. Pengamatan (Observation)
Dalam kegiatan pengamatan (observation), peneliti
mengamati tingkat motivasi belajar siswa dengan menggunkan
lembar observasi terstruktur dan memberikan tanda centang bagi
siswa yang menunjukkan sikap sesuai dengan aspek yang
diteliti.
Adapun hasil dari pengamatan pada siklus I dapat dilihat
pada tabel berikut:
1) Motivasi belajar siswa
Tabel 4.7
Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I
No.
Nama Siswa
Variabel
yang diamati
Skor
Ketera
ngan A B C D E F
1. Aditiya Yoga Saputra √ - - √ - √ 5 Cukup
2. Agung Pambudi √ √ √ √ √ √ 6 Baik
3. Ahmad Nur Saputra √ √ √ √ √ √ 6 Baik
4. Andika Gio Putra P. √ √ √ √ - - 4 Cukup
5. Arman Pratama √ √ √ √ √ √ 6 Baik
6. Bagus Aji Prayogo √ √ √ √ √ √ 6 Baik
7. Miftahul Huda √ √ √ √ √ - 5 Cukup
8. Muhammad Arif Esa √ √ √ √ √ √ 6 Baik
9. Muh. Fahri Nur
Hafids √ √ √ √ √ - 5 Cukup
10. Muhammad Gustito
T. √ √ √ √ √ √ 6 Baik
11. Khoirul Anam √ √ √ √ √ √ 6 Baik
12. Ribut Tri Widodo - - - √ - - 1 Sangat
kurang
No.
Nama Siswa
Variabel
yang diamati
Skor
Ketera
ngan A B C D E F
13. Rengga Herlambang - √ - - - - 1 Sangat
kurang
14. Sri Bintang - - √ - √ √ 3 Kurang
15. Vicky Nugroho
Candra P. - √ √ √ √ √ 5 Cukup
16. Wahyu Ari Wibowo √ √ √ √ √ √ 6 Baik
17. Amanda Elisia Putri √ √ √ √ √ √ 6 Baik
18. Binti Hidayatul
Munawaroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik
19. Eva Novita
Fatmawati √ √ √ √ √ √ 6 Baik
20. Fariatul Khotimah √ √ √ √ √ √ 6 Baik
21. Fina Rohmatul
Aisyiyah √ √ √ √ √ √ 6 Baik
22. Rina Mulia Saroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik
23. Shofiyatun Nada √ √ √ √ √ √ 6 Baik
24. Vanesha Diva P. √ √ √ √ √ √ 6 Baik
Keterangan Penilaian:
Skor 0 - 1 = Sangat kurang
Skor 2 - 3 = Kurang
Skor 4 - 5 = Cukup
Skor 6 = Baik
Keterangan aspek yang dinilai:
A = Mampu mengerjakan tugas dengan baik dan tidak berhenti
sebelum selesai.
B = Mampu menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses
pembelajaran dan tidak mudah putus asa.
C = Mampu belajar secara mandiri tanpa tergantung terhadap
guru maupun temannya.
D = Merasa cepat bosan pada tugas rutinitas dari seorang guru.
E = Mampu mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti
yang benar.
F = Mampu memecahkan masalah, baik sendiri maupun
dengan kelompoknya.
Presentase tingkat motivasi siswa/siswi pada siklus I
adalah sebagai berikut:
Motivasi Belajar Jumlah Presentase
Sangat Kurang 2 8,33 %
Kurang 1 4,17 %
Cukup 5 20,83 %
Baik 16 66,67 %
2) Hasil Belajar Siswa
Tabel 4.8
Hasil perolehan nilai siswa pada siklus I
No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan
1. Aditiya Yoga Saputra 75 72 Tidak Tuntas
2. Agung Pambudi 75 84 Tuntas
3. Ahmad Nur Saputra 75 78 Tuntas
No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan
4. Andika Gio Putra Pratama 75 70 Tidak Tuntas
5. Arman Pratama 75 80 Tuntas
6. Bagus Aji Prayogo 75 88 Tuntas
7. Miftahul Huda 75 76 Tuntas
8. Muhammad Arif Esa S. 75 72 Tidak Tuntas
9. Muh. Fahri Nur Hafids 75 84 Tuntas
10. Muhammad Gustito T. 75 86 Tuntas
11. Khoirul Anam 75 84 Tuntas
12. Ribut Tri Widodo 75 72 Tidak Tuntas
13. Rengga Herlambang 75 68 Tidak Tuntas
14. Sri Bintang 75 72 Tidak Tuntas
15. Vicky Nugroho Candra P. 75 76 Tuntas
16. Wahyu Ari Wibowo 75 80 Tuntas
17. Amanda Elisia Putri 75 84 Tuntas
18. Binti Hidayatul M. 75 80 Tuntas
19. Eva Novita Fatmawati 75 86 Tuntas
20. Fariatul Khotimah 75 80 Tuntas
21. Fina Rohmatul Aisyiyah 75 90 Tuntas
22. Rina Mulia Saroh 75 88 Tuntas
23. Shofiyatun Nada 75 94 Tuntas
24. Vanesha Diva Prihatini 75 92 Tuntas
Jumlah 1.936
Rata-rata 80.67
Presentase hasil belajar siswa pada siklus I sebagai berikut:
Jumlah Siswa Keterangan Presentase
18 Tuntas 75 %
6 Tidak tuntas 25%
d. Refleksi (Reflection)
Pada proses pelaksanaan pembelajaran siklus I, hasil
pembelajaran dengan menerapkan strategi problem based
learning sudah cukup baik dibandingkan dengan sebelumnya
yang masih menggunakan metode belajar konvensional. Peserta
didik sudah mampu menunjukkan motivasi belajar di dalam
kelas, dimana masing-masing dari peserta didik mampu terlibat
aktif dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Namun, kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
strategi Problem Based Learning pada siklus I belum
mendapatkan hasil maksimal, karena strategi belajar ini baru
diterapkan pertama kalinya sehingga membutuhkan penyesuaian
terhadap peserta didik. Selain itu, belum semua siswa
menunjukkan motivasi belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil observasi motivasi belajar menunjukkan, dari jumlah
24 siswa di kelas VIII, siswa yang memiliki motivasi dengan
sangat baik mencapai 66,67 % atau 16 siswa, dan siswa yang
memiliki motivasi cukup baik mencapai 20,83 % atau 5 siswa,
yang memiliki motivasi kurang baik mencapai 4,17 % atau 1
siswa, sedangkan yang masih dalam keadaan sangat kurang
motivasi belajar siswa 8,33% atau 2 siswa saja.
Sedangkan penilaian hasil belajar siswa yang mencapai
tuntas pada siklus I diperoleh 75 % atau 18 siswa, dan siswa
yang belum/tidak tuntas 25% atau 6 siswa.
Hambatan lain yang menjadi penyebab kurang
maksimalnya pembelajaran yang dilaksanakan adalah kondisi
kelas yang kurang kondusif, seperti kondisi bangunan yang
sudah perlu direnovasi kembali, untuk menciptakan kenyamanan
pada peserta didik. Hal ini menyebabkan masalah dalam
kelancaran penerapan strategi Problem Based Learning, karena
di dalam kelas terasa panas yang mengakibatkan sulitnya peserta
didik untuk fokus menerima materi yang disampaikannya. Jadi
perlunya siklus berikutnya untuk memperbaiki kekurangan
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus
sebelumnya demi mencapai kesempurnaan proses pembelajaran.
3. Siklus II
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini,
kegiatan pembelajarannya dilakukan di laboratorium Komputer.
Laboratorium Komputer dipilih sebagai tempat dalam pelaksanaan
pembelajaran karena nyaman, bersih dan kondusif.
Tahap dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis PTK masih
tetap sama dengan siklus sebelumnya (siklus I), dimana proses
pembelajarannya melalui serangkaian empat kegiatan yakni
perencanaan (plan), pelaksanaan (action), pengamatan (observation),
dan refleksi (reflection). Adapun gambaran singkat kegiatan
pembelajaran di siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan (plan)
1) Menyusun perbaikan proses pembelajaran untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus I.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berbasis PTK.
3) Pengembangan materi akidah akhlaq pada materi
meningkatkan iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
4) Menyiapkan media, sumber, bahan, alat pembelajaran serta
menyusun strategi pembelajaran yang akan digunakan.
5) Menyusun instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.
6) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal pencapaian
kompetensi serta menyiapkan tolak ukur keberhasilan.
7) Menyiapkan lembar perekam proses pengumpulan data
yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
b. Tindakan (action)
1) Kegiatan awal
a) Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.
b) Mengatur tempat duduk dengan siswa putra berada di
depan semua.
c) Melihat kebersihan kelas.
d) Melakukan pembukaan dengan salam pembuka.
e) Berdo'a untuk memulai pembelajaran.
f) Melakukan absensi.
g) Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin.
h) Mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas
minggu lalu dengan yang akan dibahas pada
pertemuan hari ini.
i) Memberikan semangat peserta didik dengan kegiatan
ringan seperti memijat pundak temannya, melakukan
game-game kecil, dll.
j) Menyampaikan SK, KD, Indikator dan Tujuan yang
harus dicapai dalam materi pelajaran yang akan
dibahas pada pertemuan saat itu.
2) Kegiatan inti
a) Menayangkan vidoe tentang materi meningkatkan
keimanan kepada Rasul Allah SWT..
b) Memperhatikan video dengan seksama oleh peserta
didik agar memancing gambaran materi yang akan
dipelajari.
c) Guru menayakan tentang tema dari video yang
ditayangkan kepada seluruh peserta didik.
d) Peserta didik dituntut untuk menjelaskan hasil
pengamatannya dari video berdasarkan
pemahamannya sekilas.
e) Guru memberikan reward kepada peserta didik yang
berani menjelaskan pengamatannya di depan kelas.
f) Guru membentuk kelompok menjadi 5 bagian
berdasarkan pada hitungan 1 sampai 5.
g) Guru membagikan lembaran permasalahan dari hasil
vidio yang telah dilihatnya kepada setiap kelompok.
h) Guru menyuruh peserta didik untuk meneliti serta
menganalisi secara dalam mengenai masalah yang
harus diselesaikan secara berkelompok.
i) Dengan memanfaatkan media yang ada, peserta didik
dituntut mampu mencari dengan cara diskusi
berdasarkan kelompoknya melalui sumber yang ada
maupun buku pegangan.
j) Peserta didik menganalisis masukan, tanggapan dan
koreksi dari hasil jawaban dalam satu kelompok dan
menulisnya dalam kertas plano yang telah di berikan
oleh guru
k) Guru meminta masing-masing kelompok untuk maju
menempel kertas plano dan di tempel di papan tulis,
serta menjelaskannya.
l) Terkhusus untuk kelompok yang mendapat tugas
untuk membuat drama, meminta untuk menampilkan
di akhir setelah kelompok lain selesai presentasi.
m) Siswa mengajukan pertanyaan tentang
pembahsan/permasakahan yang belum paham.
3) Kegiatan penutup
a) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
b) Memberikan lembar evaluasi untuk mengetahui
kemampuan peserta didik berdasarkan materi yang
telah dibahas.
c) Berdoa untuk mengakhiri pelajaran.
d) Guru melakukan salam penutup.
c. Pengamatan (Observation)
Dalam kegiatan pengamatan (Observation), peneliti
mengamati tingkat motivasi belajar siswa dengan menggunkan
lembar observasi terstruktur dan memberikan tanda centang bagi
siswa yang menunjukkan sikap sesuai dengan aspek yang
diteliti.
Adapun hasil dari pengamatan pada siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut:
1) Motivasi belajar siswa
Tabel 4.9
Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus II
No.
Nama Siswa
Variabel
yang diamati
Skor
Ketera
ngan A B C D E F
1. Aditiya Yoga Saputra √ - - √ - √ 6 Baik
2. Agung Pambudi √ √ √ √ √ √ 6 Baik
3. Ahmad Nur Saputra √ √ √ √ √ √ 6 Baik
4. Andika Gio Putra
Pratama √ √ √ √ - - 6 Baik
5. Arman Pratama √ √ √ √ √ √ 6 Baik
6. Bagus Aji Prayogo √ √ √ √ √ √ 6 Baik
7. Miftahul Huda √ √ √ √ √ √ 6 Baik
8. Muhammad Arif Esa
S. √ √ √ √ √ √ 6 Baik
9. Muh. Fahri Nur
Hafids √ √ √ √ √ √ 6 Baik
10. Muhammad Gustito
T. √ √ √ √ √ √ 6 Baik
11. Khoirul Anam √ √ √ √ √ √ 6 Baik
12. Ribut Tri Widodo √ √ - √ - √ 4 Cukup
No.
Nama Siswa
Variabel
yang diamati
Skor
Ketera
ngan A B C D E F
13. Rengga Herlambang - √ √ √ √ √ 5 Cukup
14. Sri Bintang √ √ √ √ √ √ 6 Baik
15. Vicky Nugroho
Candra P. √ √ √ √ √ √ 6 Baik
16. Wahyu Ari Wibowo √ √ √ √ √ √ 6 Baik
17. Amanda Elisia Putri √ √ √ √ √ √ 6 Baik
18. Binti Hidayatul
Munawaroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik
19. Eva Novita
Fatmawati √ √ √ √ √ √ 6 Baik
20. Fariatul Khotimah √ √ √ √ √ √ 6 Baik
21. Fina Rohmatul
Aisyiyah √ √ √ √ √ √ 6 Baik
22. Rina Mulia Saroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik
23. Shofiyatun Nada √ √ √ √ √ √ 6 Baik
24. Vanesha Diva
Prihatini √ √ √ √ √ √ 6 Baik
Keterangan Penilaian:
Skor 0 - 1 = Sangat kurang
Skor 2 - 3 = Kurang
Skor 4 - 5 = Cukup
Skor 6 = Baik
Keterangan aspek yang dinilai:
A = Mampu mengerjakan tugas dengan baik dan tidak berhenti
sebelum selesai.
B = Mampu menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses
pembelajaran dan tidak mudah putus asa.
C = Mampu belajar secara mandiri tanpa tergantung terhadap
guru maupun temannya.
D = Merasa cepat bosan pada tugas rutinitas dari seorang guru.
E = Mampu mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti
yang benar.
F = Mampu memecahkan masalah, baik sendiri maupun
dengan kelompoknya.
Presentase tingkat motivasi siswa/siswi pada siklus II
adalah sebagai berikut:
Motivasi Belajar Jumlah Presentase
Sangat Kurang 0 0 %
Kurang 0 0 %
Cukup 2 8,33 %
Baik 22 91,67 %
2) Hasil belajar siswa
Tabel 4.10
Hasil Belajar Siswa
No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan
1. Aditiya Yoga Saputra 75 90 Tuntas
2. Agung Pambudi 75 96 Tuntas
3. Ahmad Nur Saputra 75 92 Tuntas
4. Andika Gio Putra Pratama 75 90 Tuntas
5. Arman Pratama 75 96 Tuntas
No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan
6. Bagus Aji Prayogo 75 96 Tuntas
7. Miftahul Huda 75 92 Tuntas
8. Muhammad Arif Esa S. 75 88 Tuntas
9. Muh. Fahri Nur Hafids 75 96 Tuntas
10. Muhammad Gustito T. 75 94 Tuntas
11. Khoirul Anam 75 90 Tuntas
12. Ribut Tri Widodo 75 88 Tuntas
13. Rengga Herlambang 75 74 Tidak Tuntas
14. Sri Bintang 75 90 Tuntas
15. Vicky Nugroho Candra P. 75 92 Tuntas
16. Wahyu Ari Wibowo 75 92 Tuntas
17. Amanda Elisia Putri 75 94 Tuntas
18. Binti Hidayatul M. 75 94 Tuntas
19. Eva Novita Fatmawati 75 92 Tuntas
20. Fariatul Khotimah 75 90 Tuntas
21. Fina Rohmatul Aisyiyah 75 96 Tuntas
22. Rina Mulia Saroh 75 98 Tuntas
23. Shofiyatun Nada 75 100 Tuntas
24. Vanesha Diva Prihatini 75 98 Tuntas
Jumlah 2.218
Rata-rata 92.417
Presentase hasil belajar siswa pada siklus II sebagai
berikut:
Jumlah Siswa Keterangan Presentase
23 Tuntas 95,83 %
1 Tidak tuntas 4,17 %
d. Refleksi (Reflection)
Pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini memperoleh
hasil yang lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya (siklus I).
Peserta didik mulai menyesuaikan dan sudah faham kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan strategi problem based
learning, sehingga pelaksanaan pembelajaranpun mampu
berjalan dengan lancar dan sesuai dengan target.
Dari hasil penilai pencapaian yang diperoleh pada siklus II
cukup maksimal sebagaimana yang diharapkan. Dari hasil
pengamatan pada siklus II, dari 24 siswa di kelas VIII, siswa
yang memiliki motivasi sangat baik mencapai 91,67 % atau 22
siswa, dan siswa yang memiliki motivasi cukup baik mencapai
8,33 % atau 2 siswa.
Sedangkan penilaian hasil belajar siswa yang mana tekah
diukur dengan soal pasca pelaksanaan pembelajran, yang mana
mencapai tuntas pada sikus II diperoleh 95,83 % atau 23 siswa.
Dengan demikian, hasil pencapaian pada siklus II, peneliti
sudah mencapai hasil pembelajaran yang baik dari motivasi dan
hasil. Sehingga tidak perlu adanya pelaksanaan siklus
selanjutnya atau siklus III, karena target yang telah diinginkan
sudah terpenuhi.
C. Proses Analisis Data per Siklus
1. Siklus I
Dalam setiap siklus kegiatan pembelajaran berbasis PTK,
terdapat empat tahap yang harus dilakukan yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Berdasarkan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan telah diperoleh dua jenis data,
yaitu hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan
data nilai tes akhir mata pelajaran Akidah Akhlaq. Strategi yang
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran adalah problem based
learning. Hasil penelitian siklus I adalah sebagai berikut:
a. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
dalam penelitian ini dapat diamati pada tiga aspek yakni
motivasi peserta didik dalam memperhatikan penjelasan
dari guru, motivasi semangat peserta didik dalam bekerja
sama untuk memecahkan masalah, dan motivasi peserta
didik dalam merespon aktivitas pembelajaran.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Hasil analisa pengamatan motivasi belajar siswa siklus I
Uraian Keteranga
n
Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
Sangat
Kurang 0 2 8,33 %
Kurang 1 1 4,17 %
Cukup 2 5 20,83 %
Baik 3 16 66,67 %
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, sudah terjadi
perubahan pada peserta didik yang lebih baik jika dibandingkan
dengan kegiatan pembelajaran pada pra siklus. Motivasi peserta
didik cukup baik dalam mengikuti pembelajaran, namun kurang
begitu maksimal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 66,67
% atau 16 siswa yang menunjukkan motivasi dengan baik dan
20,83% atau 5 siswa yang menunjukkan motivasi cukup baik.
Dengan begitu masih ada 12,50 % atau 3 siswa yang belum
menunjukkan motivasi mereka dalam proses belajar mengajar
yang dilakukan di MTs Sabilul Huda Karangjoho.
b. Hasil belajar siswa
Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, sudah
menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan
sebelumnya pelaksanaan siklus dengan menggunakan
metode problem based learning. Adapun data hasil belajar
peserta didik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil analisa pencapaian belajar siswa/siswi siklus I
Jumlah Siswa Keterangan Presentase
18 Tuntas 75 %
6 Tidak tuntas 25%
Hasil belajar yang diperloeh pada siklus I mencapai
75 %. Dengan begitu, perolehan hasil belajar masih belum
maksimal sehingga perlunya pelaksanaan siklus II untuk
mencapai pembelajaran yang optimal dan sesuai dengan
hal yang diharapkan.
2. Siklus II
Dalam setiap siklus kegiatan pembelajaran berbasis PTK,
terdapat empat tahap yang harus dilakukan yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Berdasarkan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan telah diperoleh dua jenis data,
yaitu hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan
data nilai tes akhir mata pelajaran Akidah Akhlaq. Strategi yang
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran adalah problem based
learning. Hasil penelitian siklus II adalah sebagai berikut:
a. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
dalam penelitian ini dapat diamati pada tiga aspek yakni
Motivasi peserta didik dalam memperhatikan penjelasan
dari guru, Motivasi peserta didik dalam bekerja sama
untuk memecahkan masalah, dan Motivasi peserta didik
dalam merespon aktivitas pembelajaran.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.13
Hasil Analisa Pengamatan Motivasi Belajar
Siswa pada Siklus II
Uraian Keterangan Jumlah
Siswa
Presentase
(%)
Sangat
Kurang 0 0 0 %
Kurang 1 0 0 %
Cukup 2 2 8,33 %
Baik 3 20 91,67 %
Pembelajaran pada siklus II ini memperoleh hasil
yang sangat baik dibandingkan siklus sebelumnya (siklus
I). Peserta didik mulai menyesuaikan dan nyaman dalam
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi
problem based learning, sehingga pelaksanaan
pembelajaranpun berjalan dengan lancar, antusian dan
baik.
Siswa sudah mampu menunjukkan motivasi dalam
proses belajar. Peserta didik sudah baik dalam mengikuti
pembelajaran, pembelajaranpun sudah maksimal. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa 91,67 % atau 22 siswa
yang menunjukkan motivasi dengan baik dan 8,33 % atau
2 siswa yang menunjukkan motivasi cukup baik. Empat
siswa yang dalam motivasi cukup baik kiranya masih bisa
terpacu untuk menjadi baik, melihat hampir semua teman
sudah adanya motivasi semangat dalam proses belajar
mengajar.
Dengan begitu, dapat diambil sebuah nilai benang
merah sudah lebih dari peserta didik yang sangat memiliki
motivasi dalam proses belajar mengajar.
b. Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa diperoleh pada siklus II sudah
menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan
sebelumnya.
Adapun data hasil peserta didik dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.14
Hasil Analisa Pencapaian Belajar Siswa Siklus II
Jumlah Siswa Keterangan Presentase
23 Tuntas 95,83 %
1 Tidak tuntas 4,17 %
Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II mencapai
95,83 % atau 23 siswa. Masih ada 4,17 % atau 1 anak
yang belum mencapai ketuntasan dalam belajar. Dengan
begitu, perolehan hasil belajar cukup maksimal, melihat
tingkat pemahaman yang terukur begitu termotivasi dan
antusias sehingga menghasilkan angka yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, peneliti
telah mencapai hasil pembelajaran sesuai dengan harapan,
dengan mempertimbangkan materi pelajaran Akidah
Akhlaq mudah difahami dan hasilpun naik secara
signifikan. Sehingga terbukti berhasil penerapan strategi
Problem Based Learning dan tidak diperlukan lagi siklus
selanjutnya atau siklus III.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti sebelum menerapkan
strategi pembelajaran Problem Based Learning (pra siklus),
ditemukan berbagai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran mata
pelajaran akidah akhlaq. Diantaranya hal tersebut adalah kurangnya
motivasi belajar siswa karena metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru adalah ceramah dan kurang kreatif, sehingga siswa merasa
bosan dan jenuh saat pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan
pembelajaran dirasa bagi peserta didik kurang menarik dan
menyenangkan, karena guru hanya menggunakan metode yang
menonton yang membuat peserta didik ngobrol dengan teman
sebangku dan bermain sendiri.
Setelah dilakukan evaluasi berupa tes tulis yang bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik pada pra siklus diperoleh hasil
belajar siswa yang dapat dikatakan kurang maksimal. Kurangnya
motivasi belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar mereka
dimana terdapat banyak anak yang memperoleh nilai di bawah KKM.
Adapun hasil belajar pada pra siklus dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.15
Hasil Belajar Siswa pra Siklus
Jumlah Siswa Keterangan Presentase
14 Tuntas 58,33 %
10 Tidak tuntas 41,67 %
Dari hasil penelitian pada pra siklus, hanya 58,33 % atau 14
siswa yang tuntas dalam hasil belajarnya. Dengan demikian
diperlukan penelitian tindakan dengan menerapkan strategi problem
based learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam
penelitian ini, dilakukan sebanyak 2 siklus dengan tujuan untuk terus
memperbaiki dan mencapai hasil yang diharapkan. Adapun
perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dalam setiap siklus
adalah sebagai berikut:
1. Motivasi Belajar
Tabel 4.16
Perbandingan Motivasi Belajar Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Motiva
si
Belajar
F Present
ase %
Motiva
si
Belaja
r
F Present
ase %
Motiva
si
Belajar F
Presenta
se %
Sangat
Kurang
5 20,83
%
Sangat
kurang
2 8,33 % Sangat
kurang
0 0 %
Kurang 5 20,83
%
Kurang 1 4,17 % Kurang 0 0 %
Cukup 4 16,67
%
Cukup 5 20,83
%
Cukup 2 8,33 %
Baik 10 41,67
%
Baik 16 66,67
%
Baik 22 91,67 %
Jumlah 24 100 % Jumlah 24 100 % Jumlah 24 100 %
Hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa motivasi belajar
siswa terhadap pembelajaran mengalami peningkatan secara drastic di
setiap siklusnya. Pada siklus I, hasil penelitian diperoleh bahwa siswa
yang memiliki motivasi dengan baik baru mencapai 16 siswa atau
66,67 % dibanding dengan pra siklus dari siswa yang mencapai 10
siswa atau 41,67 % dari berjumlah 24 di kelas VIII. Hasil penelitian ini
sangat jauh dari harapan karena beberapa faktor penghambat seperti
kondisi ruang kelas yang kurang renovasi sirkulasi udara udara,
bermain dengan teman sampingnya sehingga di dalam kelas terasa
panas dan pengap serta lebih nyaman lagi. Siswa juga belum mampu
melakukan penyesuaian terhadap strategi yang dilakukan serta masih
banyak siswa yang masih terbiasa dengan kebiasaan belajar pasif.
Hal ini menjadi evaluasi yang dapat diperoleh pada siklus
berikutnya. Kemudian di siklus II, hasil penelitian mengalami
peningkatan secara drastis dimana siswa yang memiliki motivasi
dengan begitu baik telah mencapai 22 siswa atau 91,67 %. Dengan
demikian, dapat dilakukan bahwa motivasi belajar siswa di setiap
siklus mengalami peningkatan dengan drastis dan baik.
2. Hasil Belajar
Tabel 4.17
Perbandingan Hasil Belajar Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Hasil
belajar
F % Hasil
belajar
F % Hasil
belajar
F %
Tidak
Tuntas
10 41,67 % Tidak
Tuntas
6 25 % Tidak
Tuntas
1 4,17 %
Tuntas 14 58,33 % Tuntas 18 75 % Tuntas 23 95,83 %
Dari tabel di atas bisa diketahui bahwa dengan menggunkan
strategi problem based learning secara maksimal dalam pembelajaran
mampu meningkatkan motivasi belajar masing-masing peserta didik.
Dengan demikian, hasil belajar peserta didik terus mengalami
peningkatan secara drastis di setiap siklusnya. Hasil penelitian
diperoleh bahwa pada pra siklus sebanyak 14 siswa atau 58,33 % yang
mencapai tuntas, kemudian di siklus I siswa yang tuntas dalam belajar
berjumlah 18 siswa atau 75%, dan siklus II hasil belajar siswa
mencapai 95,83 % atau 23 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan hasil belajar dari pra siklus hingga dijalankannya siklus I
dan II mendapatkan hasil yang sangat baik.
Data perbandingan ketiga siklus dapat dicermati pada tabel
berikut:
Tabel 4.18
Perbandingan Hasil Penelitian Siswa
Motivasi
Belajar
Pra Siklus 10 41,67 %
Siklus I 16 66,67 %
Siklus II 22 91,67 %
Hasil Belajar Pras Siklus 14 58,33 %
Siklus I 18 75 %
Siklus II 23 95,83 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masing-masing
aspek yang diteliti baik motivasi dan hasil belajar terus mengalami
peningkatan di setiap siklus. Hal ini karena ketika peserta didik
motivasi dalam belajar maka hasil belajarpun juga baik dan
meningkat. Jika disajikan dalam diagaram akan nampak seperti dalam
gambar sebagai berikut:
Pra SiklusSiklus I
Siklus II
41,67
66,67
91,6758,3375
95,83
Gambar 4.2
Motivasi Belajar Hasil Belajar
Dapat diamati pada diagram hasil penelitian di atas, bahwa hasil
penelitian siklus I belum menunjukkan hasil yang memuaskan dan
masih setengah dari yang diharapankan, apalagi dibanding dengan pra
siklus masih jauh. Kemudian di siklus II, terlihat peningkatan secara
drastis yang baik dibandingkan sebelumnya. Hasil penelitian motivasi
dan hasil belajar diperoleh sangat baik dan memuaskan. Dengan
demikian, tidak perlu melanjutkan siklus berikutnya.
128
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, penggunaan, dan
penerapan strategi Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho
Kecamatan Badegan Ponorogo pada mata pelajaran Akidah Akhlaq. Dari
hasil penelitian pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan
berlandaskan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan menerapkan strategi Problem Based Learning pada mata
pelajaran Akidah Akhlaq di kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho
Kecamatan Badegan Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020, mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa secara bertahap. Pada pra siklus,
siswa yang menunjukkan motivasi belajar dengan baik sebanyak 10
dari 24 siswa dengan persentase 41,67 %, pada siklus I, motivasi
belajar siswa meningkat yakni sebanyak 16 siswa dengan persentase
66,67 %. Sedangkan di siklus II, motivasi belajar siswa mengalami
peningkatan secara drastis yakni 22 siswa dengan persentase 91,67 %.
2. Dengan menerapkan strategi problem based learning mata pelajaran
Akidah Akhlaq di kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho
Kecamatan Badegan Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020, mampu
129
meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra siklus, hasil belajar siswa
yang memperoleh ketuntasan sebanyak 14 siswa atau 58,33 %. Pada
siklus I, perolehan belajar siswa meningkat menjadi 18 siswa dengan
persentase 75 %. Dan pada siklus II, perolehan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan yang sangat memuaskan yakni sebanayak 23
siswa dengan persentase 95,83 %.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ada beberapa
saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam proses penelitian ini
belum mencapai pada 100%. Masih ada 2 siswa dalam motivasi belajar
belum mencapai baik dan 1 siswa dalam hasil belajar belum tuntas.
Melihat dari latar belakang anak yang jarang masuk kelas dan sulit
untuk memahami segala bentuk materi yang telah diberikan, maka
seorang guru harus mampu mengawal dengan khusus agar siswa
tersebut mampu untuk mengejar ketertinggalannya baik dalam
meningkatkan motivasi dan hasil belajar dari teman-temannya.
2. Bagi Siswa
Dalam proses pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan
menggunakan strategi Problem Based Learning khususnya untuk kelas
VIII, perlu menjadi catatan setiap siswa bahwa masih ada yang belum
semua mencapai hasil yang baik. Bentuk motivasi belajar yang telah
130
dilakukan selama penelitian maka perlu dilaksanakan dalam setiap
proses belajar mengajar berlangsung, baik mata pelajaran Akidah
Akhlaq atau mata pelajaran yang lain dan terus belajar untuk menjadi
siswa yang cerdas. Kerja sama antar teman harus ditingkatkan,
terutama kepada teman yang belum memenuhi ketuntasan dan
motivasi belajar yang kurang.
3. Bagi Peneliti berikutnya
Kepada peneliti berikutnya disarankan untuk menggunakan
strategi pembelajaran yang lain. Dengan harapan bentuk strategi
Problem Based Learning yang telah dilaksanakan ini mampu untuk
dibandingkan antara kelebihan dan kelemahan dengan strategi yang
lain, sehingga mampu memilih strategi mana yang lebih efektif dan
efisien untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ad.Rooejakers. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: PT Gramedia.2006.
Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Ali Murtadho dan Zainal Aqib. Kumpulan Metode Pembelajaran Aktif dan
Inovatif. Bandung: Satu Nusa.2006.
As’adi, Basuki. Desain Pembelajaran Berbasis PTK, Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press, 2000.
B. Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011.
Budiningsih, Asri. Pembelajaran Moral, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004.
Daud Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000.
Dian Andayani dan Abdul Majid. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004). Bandung:
Remaja Rosda Karya. 2005.
Dicky Mardiansyah, Peningkatan Partisipasi Peserta didik Melalui Metode
Problem Based Learning (PBL) Mata Pelajaran PKN Kasus
Pelanggaran HAM dan Upaya Penegakan HAM di Indonesia pada
Peserta didik Kelas VIII F SMP N 1 Badegan tahun Pelajaran
2011/2012. Skripsi jurusan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2012.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Donni Juni Priansa, Euis Karwati. Manajamen Kelas (Classroom
Management), Bandung: Alfabeta, 2015.
Fakhruddin, Asef Umar. Menjadi Guru Favorit, Jogjakarta: Diva Press,
2010.
Fathur Rahman, Muhammad. Model-model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015.
Hadist riwayat Muslim, No. 2699.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Bumi
Aksara,2008.
H. Ahmad, Rusdiana. Kebijakan Pendidikandari Filosofi ke Inplementasi.
Bandung: Pustaka Setia. 2015.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/ALIB/article/download/1661/1063.
Diakses pada 04 Oktober 2019
http://eprints.ums.ac.id/26665/2/04.BAB_I.pdf
http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/144/
115. Diakses pada 24 November 2018.
http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/144/
115. Diakses pada 04 November 2019
https://gurudigital.id/model-pembelajaran-pbl-pengertian-ciri-ciri-
kelebihan-kekurangan-langkah/. Diakses pada 01 November 2019.
http://novyekopermono.blogspot.com/2013/11/pengantar-mapel-pai-dan-
budi-pekerti.html.
Ika Berdiati, dan Asis Saefuddin. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014.
Kompri. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT
Rosda Karya.2016.
lampiran UU No. 20 tahun 2003.
Lilis Satriani. " Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq
kelas VIII di MTs Negeri Ma'rang Pangkep". Diakses pada tanggal 24
Desember 2018 dari http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/8181/1/LILIS%20SATRIANI.pdf. Diakses pada 24
November 2018.
Muhibbin, Syah. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2004.
Makmum, Syamsudin, Abin. Psikologi Kependidiakan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2002.
Mudjiono, Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.2013.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana. 2009.
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2006. 17.
Ratna Mayangsari, "Peningkatan Motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar
Memilih Bahan Baku Busana dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Team Game Tournament) Di SMK N 6 Yogyakarta".
Diakses pada tanggal 23 Desember 2018 dari
https://eprints.uny.ac.id/32804/1/Ratna%20Mayangsari%2007513241
014.pdf. Diakses pada 24 November 2018.
Rohmah, Noer. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2012.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2001.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali.2014.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Kurikulum
KTSP, Jakarta: Kencana. 2010.
Shoim, Aris. 68 Model Pebelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.2014.
Suyanto. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta.
1997
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar,
Jakarta: Kencana, 2013.
Supardi, Suhardjono, Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: Bumi Aksara, 2017.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2016.
Wawancara, pada tanggal 24 November 2019. pukul 09.30 WIB
Warsono, Hariyanto. Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Yunus, H. Mahmud. Kamus Arab Indonesiam Jakarta: PT. Hidakarya
Agung .1972.