Post on 08-Dec-2020
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Salak
Salak (Salacca edulis Reinw) merupakan tanaman buah asli dari
Indonesia. Buah ini tumbuh subur di daerah tropis. Ternyata tidak hanya di
Indonesia, salak juga dapat tumbuh dan menyebar di Malaysia, Filipina, Brunei,
dan Thailand (Widyastuti, 1996).
2.1.1 Agronomi tanaman salak
Tanaman salak termasuk dalam keluarga Palmae yang diduga dari Pulau
Jawa. Klasifikasi tanaman salak menurut Steenis (1975) dan Tjitrosoepomo
(1988) adalah sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Principes
Familia : Palmae
Genus : Salacca
Spesies : Salacca zalacca (Gaert) Voss
Sinonim : Salacca edulis Reinw
Tanaman salak dapat tumbuh hampir di seluruh daerah di Indonesia. Akan
tetapi, untuk dapat tumbuh dengan produktif tanaman ini membutuhkan
lingkungan yang ideal. Ketinggian tempat yang diinginkan berkisar antara 1 m
s.d. 400 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 200 s.d.
400 mm/bulan. Suhu udara harian daerah antara 20oC s.d. 30
oC dan terkena sinar
11
matahari antara 50% s.d. 70% menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhannya.
Jenis tanah yang ideal adalah tanah yang gembur, mengandung bahan organik, air
tanah yang dangkal, dan mampu menyimpan air tetapi tidak mudah tergenang
(Widyastuti, 1996).
Tanaman salak tumbuh secara berumpun dan tinggi tanaman dapat
mencapai 7 m, tetapi rata-rata yang tumbuh tidak lebih dari 4,5 m. Tanaman ini
merupakan tanaman berumah dua yang dapat menghasilkan bunga jantan terpisah
dengan tanaman yang menghasilkan bunga betina. Batang berduri hampir tidak
terlihat karena tertutup oleh pelepah daun yang tumbuh rapat. Daun tersusun
berbentuk roset seperti pedang dengan panjang antara 2,5 m s.d. 7 m. Bunga
jantan dan bunga betina merupakan bunga majemuk yang masing-masing tersusun
dalam bunga tongkol. Buahnya tersusun dalam tandan yang masing-masing
muncul dari ketiak daun. Buah yang dihasilkan biasanya berbentuk bulat atau
bulat telur terbalik dengan bagian pangkal meruncing. Kulit buah salak ini
mempunyai sisik dan tersusun rapih seperti genteng. Warna buah salak ini
beragam dari kuning sampai hitam. Tiap buah salak terdiri dari tiga septa daging
buah. Rasanya bervariasi, ada yang manis, asam, sepat atau kombinasi dari
ketiganya (Widyastuti, 1996).
Tanaman salak yang sudah mencapai umur enam bulan s.d. tujuh bulan
pada umumnya sudah dapat dipanen sejak hari penyerbukan. Buah yang dipetik
pada umur tersebut sudah masak, rasanya manis, beraroma salak dan masir. Cara
pemanenan buah salak biasanya dilakukan dengan memotong tangkai tandannya
menggunakan sabit. Buah salak dalam satu tandan memiliki kematangan yang
12
tidak seragam. Oleh sebab itu, dilakukan petik pilih dari tandannya
(Mandiri, 2010).
Buah salak yang sudah matang ditandai dengan sisik yang jarang, warna
kulit buah merah kehitaman atau kuning tua dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung
kulit buah (bagian buah yang meruncing) bila ditekan terasa lunak, warnanya
mengkilat, dan mudah terlepas bila dipetik dari tandannya (Mandiri, 2010).
2.1.2 Salak Bali (Salacca Zalacca Var. ambonensi)
Keberadaan Salak Bali ditetapkan berdasarkan SK Mentan No.
585/Kpts/TP.240/7/94. Dalam buku ini, pengertian Salak Bali meliputi seluruh
jenis atau kultivar, termasuk salak gula pasir. Tanaman salak (Salacca edulis
Reinw) sinomin Salacca zalacca (Gaertner) Voss (Schuiling and Mogea, 1991)
yang telah lama dibudidayakan di Bali, terutama di Kabupaten Karangasem
adalah varietas ambonensis (Salacca zalanca var. ambonensis) yang dikenal
sebagai buah Salak Bali.
Tanaman Salak Bali memiliki dua varietas, yaitu varietas gula pasir dan
varitas Bali. Dari hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Yayasan Wisata Agro
Dewata Denpasar diketahui bahwa ada sekitar lima belas jenis salak yang ada di
Bali. kelima belas jenis salak tesebut ada yang dikatogorikan ke dalam varietas
gula pasir dan ada pula yang dikategorikan ke dalam varietas Bali. jenis-jenis
buah salak tersebut adalah sebagai berikut.
A. Salak varietas gula pasir.
Jenis salak yang termasuk dalam varietas gula pasir hanya salak gula pasir.
Buah salak gula pasir merupakan salah satu jenis buah Salak Bali yang rasanya
paling manis dan getas. Kulit buahnya coklat kehitaman, sebagaimana jenis buah
13
Salak Bali yang lain. Dari segi tampak luar, buah salak gula pasir ini hampir tidak
ada bedanya. Perbedaannya akan mencolok ketika kulit buahnya dikupas. Tampak
daging buahnya yang berwarna putih, memiliki daging buah lebih tebal, lebih
berair, dan lebih kenyal dibandingkan dengan jenis buah Salak Bali yang lain.
Keistimewaan buah salak ini adalah sudah terasa manis dari masih berumur muda
tanpa harus menunggu buah salak ini matang. Hal ini menyebabkan harganya
jauh lebih mahal dibandingkan dengan buah Salak Bali yang lain. Harga buah
salak ini bisa mencapai empat hingga lima kali lipat dari harga buah Salak Bali
yang lain.
B. Salak Bali varietas Bali
Terdapat 14 jenis salak yang termasuk ke dalam varietas Bali. jenis-jenis
salak tersebut antara lain.
1. Salak gondok
Salak gondok merupakan tanaman salak yang paling banyak populasinya
dan lazim dikembangkan. Konotasi nama buah Salak Bali di kalangan masyarakat
umum pada umumnya adalah buah Salak Gondok, karena jenis inilah yang paling
banyak diperdagangkan. Bentuknya agak bulat dengan pangkal meruncing. Warna
kulit buahnya yang coklat dan dasarnya terdapat seburat merah, jika dikupas
daging buahnya putih kekuningan. Daging buahnya tebal, rasanya manis dengan
sedikit berbau cempaka, getas, dan berair. Inilah yang menimbulkan kesan
buahnya segar. Bijinya kecil dan saat buahnya benar-benar sudah masak, daging
buahnya tidak melekat lagi dengan bijinya, sehingga saat buah ini digoyangkan
akan terdengar bunyi batu bergerak didalam buah salak ini.
14
2. Salak nenas
Buah salak nenas memiliki ciri-ciri bentuk dan kulit buahnya sangat mirip
dengan buah salak gondok. Warna buahnya coklat kekuningan. Namun, jika
dikupas daging buah akan terlihat lebih putih dibandingkan dengan buah salak
gondok. Buah salak ini memiliki rasa lebih manis dan ada juga rasa masam serta
daging buahnya tebal dan berair.
3. Salak nangka
Buah salak nangka memiliki ciri-ciri bentuknya besar, montok, dan
berwarna coklat kekuningan. Jika kulit buahnya dikupas, daging buahnya akan
tampak kekuningan dengan aroma khas mirip nangka. Buah salak ini memiliki
daging buah yang tebal dan berair. Terkadang, pada daging buah terdapat warna
coklat kehitaman dan berbentuk garis dua sampai tiga garis. Hal Ini akan
menambah rasa yang manis dan segar. Orang sibetan sendiri menyebut buah salak
ini dengan sebutan salak porong (salak nangka yang terdapat garis ataupun warna
coklat didalam daging buahnya). Buah salak ini memiliki kemiripan dengan buah
salak injin.
4. Salak nyuh
Buah salak nyuh memiliki ciri-ciri warna kulit buahnya coklat kemerahan.
Buah salak ini memiliki bentuk lebih bulat dari buah salak nenas, tetapi memiliki
ukuran yang sama. Jika dibandingkan buah salak nenas, buah salak nyuh ini
memiliki rasa salak yang lebih sepat.
5. Salak injin
Buah salak injin memiliki ciri-ciri bentuk dan kulit buahnya mirip dengan
buah salak nenas. Jika kulitnya dikupas, daging buahnya terdapat warna hitam,
15
apabila semakin matang, warna ini akan semakin banyak bahkan bisa sampai
membuat seluruh daging buah ini akan berwarna seperti ketan hitam. Dari sinilah
nama salak injin (ketan hitam) ini diambil.
6. Salak gading
Buah salak gading memilki ciri-ciri ukuran buahnya sama dengan ukuran
buah Salak Bali pada umumnya. Namun, warna kulitnya putih kekuningan seperti
halnya kulit bule sehingga disebut sebagai buah salak gading ataupun buah salak
bule. Rasa buah salak ini kurang manis bahkan bisa dibilang masam.
7. Salak embadan (salak raja)
Buah salak embadan memiliki ciri-ciri bentuk lebih mirip buah salak
nangka, tetapi buah salak ini memiliki kandungan air yang lebih banyak
dibandingkan buah salak nangka. Dahulu, buah salak ini merupakan salah satu
buah salak kesukaan Raja Karangasem. Oleh karena itu, buah salak ini diberi
nama buah salak raja. Saat ini populasi buah salak ini sangat terbatas, yaitu hanya
terdapat di Dusun Dukuh Sibetan.
8. Salak getih
Buah salak getih memiliki ciri kulit agak kehitaman dibagian ujungnya,
mirip dengan buah salak gula pasir. Jika kulit buah salak ini dikupas, daging
buahnya akan terlihat warna merah yang mencolok. Hal inilah yang membedakan
dengan buah salak yang lainnya. Dilihat dari ukurannya, buah salak getih
berukuran sedikit lebih besar dari buah salak gula pasir. Buah salak ini memiliki
rasa yang manis dan segar.
16
9. Salak cengkeh
Salak cengkeh memiliki ciri-ciri bentuk tanaman mirip dengan Salak Bali
yang lain, tetapi buahnya kecil-kecil dan bulat. Buah salak ini memiliki rasa getas
dan manis sedikit pedas dengan aroma seperti cengkeh. Buah salak ini biasanya
digunakan sebagai obat sakit perut di kalangan petani salak.
10. Salak bingin
Salak bingin memiliki ciri-ciri ukuran tanaman kecil tetapi daunnya agak
keriting. Tanaman ini sangat cocok dipakai tanaman bonsai. Selama ini belum
diketahui adanya buah salak bingin yang menghasilkan buah.
11. Salak mesui
Buah salak mesui memiliki ciri-ciri bentuknya mirip buah salak gondok,
rasanya manis dengan aroma buah seperti mesui (pohon kayu manis).
12. Salak biji putih
Buah salak biji putih memiliki ciri-ciri mirip dengan buah salak nangka.
Perbedaanya adalah ada pada bijinya yang mana biji buah salak ini akan terlihat
putih walaupun buah salak ini sudah tua. Buah ini memiliki rasa sepat, sehingga
kurang bagus untuk di konsumsi.
13. Salak maong
Buah salak maong dalam bahasa bali berarti kotor. Begitulah buah salak
ini disebut karena pada kulit buah salak ini terdapat bercak bercak putih sehingga
buah salak ini terkesan kotor.
17
14. Salak penyalin
Perbedaan buah salak penyalin dengan buah salak yang lain yaitu buah
salak ini memiliki pelepah daun yang lebih besar. Buah salak ini mirip dengan
buah salak nyuh tetapi rasa buahnya lebih sepat.
2.1.3 Kandungan gizi buah salak (Salacca edulis Reinw)
Menurut Soetomo (2001) buah salak mengandung nilai gizi tinggi. Dalam
setiap 100 g nilai gizi buah salak dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Kandungan Gizi Buah Salak per 100 g
No Kandungan Gizi Proporsi
1 Kalori (Kal) 77,00
2 Protein (g) 0,40
3 Karbohidrat (g) 20,90
4 Kalsium (mg) 28,00
5 Fosfor (mg) 18,00
6 Zat besi (mg) 4,20
7 Vitamin B (mg) 0,04
8 Vitamin C (mg) 2,00
9 Air (mg) 78,00
10 Bagian yang dimakan (%) 50,00
Sumber : Soetomo (2001)
Buah salak (Salacca edulis Reinw) merupakan sumber serat yang baik dan
mengandung karbohidrat. Rasa buahnya manis dan memiliki bau dan rasa yang
unik. Buah salak mengandung zat bioaktif antioksidan seperti vitamin A dan
vitamin C, serta senyawa fenolik. Buah salak memiliki umur simpan kurang dari
seminggu karena proses pematangan buahnya cepat dan mengandung kadar air
yang cukup tinggi yakni sekitar 78% (Ong dan Law, 2009).
18
2.2 Permintaan (demand)
Dalam istilah ekonomi, permintaan (demand) mempunyai arti tertentu,
yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang
yang ingin dibeli dan harga barang tersebut. Permintaan merupakan jumlah dari
suatu barang yang ingin dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka
waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal yang lain tetap sama (ceteris paribus).
2.2.1 Konsep permintaan (demand)
Sudarman (2000) menyatakan bahwa secara umum bila harga suatu
komoditas tinggi, maka hanya sedikit orang yang mau dan mampu mebelinya.
Akibatnya, jumlah komoditas yang dibelinya hanya sedikit saja. Kalau harga
komoditas tersebut diturunkan, maka lebih banyak orang yang mau dan mampu
dibeli, sehingga jumlah komoditas yang dibeli semakin banyak.
Menurut Mceachern (1993) menyatakan bahwa hukum permintaan
mengatakan bahwa dengan menganggap hal lainnya tak berubah (Ceteris
Paribus), ketika harga sebuah barang meningkat, maka kuantitas barang yang
diminta menurun. Menurut Wijaya (1997) yang termasuk dalam ceteris paribus
adalah selera, banyaknya konsumen, pendapatan konsumen, harga barang lain
yang bersangkutan dan ekspektasi.
Hukum permintaan (the low of demand) pada hakikatnya merupakan suatu
hipotesis yang menyatakan hubungan antara barang yang diminta dengan harga
barang tersebut, yang mana hubungan tersebut berbading terbalik, yaitu ketika
harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan turun dan
sebaliknya apabila harga turun, maka jumlah barang yang diminta meningkat.
19
Jumlah permintaan (quantitiy demand) dari suatu barang adalah jumlah barang
yang rela dan mampu dibayar oleh pembeli.
Hukum permintaan mengatakan, semakin rendah harga suatu komoditas
semakin banyak jumlah komoditas yang diminta demikian sebaliknya. Menurut
Wijaya (1997), Hirshleifer and Amihai (1992), Koutsoyiannis (1979), Anderson
and Quand (1980), dan Lipsey (1995) yang termasuk didalamnya adalah harga
barang itu sendiri, harga barang-barang lain yang bersangkutan, pendapatan
konsumen, selera, ekspektasi, dan banyaknya konsumen pembeli, masing-masing
dapat dijelaskan berikut ini.
1. Harga produk itu sendiri
Disebutkan dalam suatu hipotesis ekonomi dasar bahwa harga suatu
komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif dengan
faktor lainnya dianggap tetap atau konstan. Dengan kata lain semakin rendah
harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu semakin
besar, dan semakin tinggi harga semakin rendah jumlah yang diminta. Hubungan
antara harga dan jumlah komoditi yang diminta dengan menganggap faktor lain
konstan dapat dituangkan dalam bentuk kurva seperti pada Gambar 2.1
Gambar 2.1
Kurva Permintaan dan Pergeseran Sepanjang Kurva
Sumber : Lipsey et al. (1995)
20
Keterangan :
P1, P2 = Tingkat harga
Q1, Q2 = Jumlah permintaan
A = jumlah permintaan (Q1) pada tingkat harga (P1)
B = Jumlah permintaan (Q2) pada tingkat harga (P2)
D = Kurva permintaan
Dilihat dari harga, apabila terjadi perubahan harga, maka terjadi perubahan
pada kurva permintaan. Penurunan harga akan meningkatkan jumlah permintaan,
misalnya pada Gambar 2.1 yang awalnya permintaan pada harga P1 dan jumlah
permintaan Q1 terletak pada titik A. Titik A akan berubah pada titik B ketika
harga komoditi turun, yang mana harga turun dari P1 ke P2 dan jumlah komoditi
akan meningkat dari Q1 ke Q2.
2. Harga barang-barang lain yang bersangkutan
Barang-barang lain yang bersangkutan bisa merupakan barang substitusi
(pengganti) atau barang komplementer (pelengkap) atau barang lain yang tidak
ada hubungannya. Kenaikan harga barang substitusi berarti penurunan harga
barang tersebut secara relatif meskipun harganya tak berubah, lalu harga barang
tersebut menjadi lebih murah secara relatif, maka permintaan suatu barang akan
naik bila harga barang substitusinya naik. Sebaliknya, apabila harga barang
pengganti turun, maka permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena
barang tersebut harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga brang
pengganti.
Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu menyebabkan
permintaan akan barang tesebut turun. Contohnya, antara oli dan bensin, apabila
harga bensin naik, maka akan mengurangi berkendara dengan mobil, dan
akibatnya permintaan oli akan turun. Demikian sebaliknya, apabila harga bensin
turun, maka permintaan oli akan naik. Contoh lain barang-barang komplementer,
21
yaitu kamera dan film, pukul besi dan paku, gula dan kopi, dan sebagainya.
Kemungkinan lain adalah barang bebas dimana masing-masing tak ada
hubungannya satu dengan yang lainnya. Contohnya adalah margarin dengan bola
tenis, beras dengan buku, jam tangan dengan pisang goreng, dan sebagainya.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2.
Kurva Permintaan dan Pergeseran Kurva
Sumber : Lipsey et al. (1995) Keterangan :
D0, D1, dan D2 = Kurva permintaan
Gambar 2.2, menunjukkan bahwa harga produk substitusi yang menurun,
menyebabkan kurva permintaan suatu produk bergeser ke sebelah kiri, yaitu dari
D0 ke D2. Sebaliknya, jika harga produk substitusi naik, kuva permintaan suatu
produk akan bergeser ke kanan, yaitu dari D0 ke D1. Berbeda dengan harga produk
substitusi, penurunan harga produk komplementer akan meningkatkan jumlah
permintaan suatu produk sehingga kurva permintaan bergeser ke kanan (D0 ke
D1). Sebaliknya, ketika harga produk komplementer naik, permintaan suatu
produk akan turun dan kurva permintaan akan bergeser ke kiri (D0 ke D2).
22
3. Pendapatan konsumen
Pendapatan konsumen menunjukan faktor penting dalam menentukan
permintaan suatu barang adalah perubahan pendapatan selalu menimbulkan
perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang. Sifat permintaan yang
berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai barang dapat dibedakan menjadi:
a. barang inferior adalah barang yang paling diminati oleh masyarakat
berpendapatan rendah. Pendapatan meningkat, maka permintaan terhadap
barang tersebut berkurang. Contohnya adalah ubi kayu.
b. barang esensial adalah barang yang sangat penting, artinya dalam kehidupan
masyarakat sehai-hari. Contohnya, makanan (nasi, kopi, dan gula).
c. barang normal adalah barang yang akan mengalami kenaikan dalam permintan
akibat kenaikan pendapatan. Contohnya, pakalain.
d. barang mewah adalah jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatan
mereka sudah relatif tinggi. Contohnya, emas, mobil, dan lain-lain.
4. Selara
Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi barang tersebut,
misalnya karena pengaruh iklan akan berarti lebih banyak yang akan diminta pada
setiap tingkat harga sehingga permintaan akan naik. Sebaliknya, berkurangnya
selera konsumen akan barang tersebut menyebabkan permintaan akan turun.
5. Ekspektasi
Ekspektasi pada konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa depan
mungkin menyebabkan mereka membeli barang tersebut sekarang untuk
menghindari kemungkinan kerugian akibat kenaikan harga. Demikian juga halnya
apabila konsumen memperkirakan pendapatan akan naik di masa depan. Hal yang
23
sebaiknya terjadi yaitu penurunan permintaan apabila para konsumen
memperkirakan bahwa di masa depan harga-harga akan naik atau pendapatan
akan turun.
6. Banyaknya konsumen pembeli
Dilihat dari volume pembelian, apabila volume pembelian oleh masing-
masing konsumen sama, maka kenaikan jumlah konsumen di pasar yang
diakibatkan oleh perbaikan transportasi dan komunikasi atau karena pertambahan
penduduk akan menyebabkan kenaikan permintaan yang menggeser kurvanya ke
kanan. Penurunan jumlah konsumen akan menyebabkan penurunan permintaan.
Persamaan fungsi permintaan dapat ditulus sebagai berikut.
Qd = F(Px, Py, I, S, Pop, Hd)
Keterangan :
Qd = Jumlah permintaan
Px = Harga barang itu sendiri
Py = Harga barang terkait
I = Pendapatan konsumen
S = Selera
Pop = Jumlah penduduk
Hd = Harapan masa yang akan datang
2.2.2 Elastisitas permintaan
Sukirno (2003) menyatakan bahwa dalam analisis ekonomi, secara teori
maupun dalam praktek sehari-hari adalah sangat berguna untuk mengetahui
sampai sejauh mana responsifnya permintaan terhadap perubahan harga. Oleh
sebab itu, perlu dikembangkan satu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan
sampai dimana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan
permintaan atau yang sering disebut dengan elastisitas permintaan.
Soekartawi (1989) menyatakan bahwa elastisitas suatu barang terhadap
barang lain adalah persentase perubahan harga barang yang satu disebut X dan
24
barang lain disebut Y, maka secara matematis elastisitas dapat dirumuskan
sebagai berikut.
E =
=
Menurut Pappas dan Mark (1995), elastisitas dapat diukur dengan dua cara
yang berbeda yaitu elastisitas titik dan elastisitas busur. Elastisitas titik mengukur
elastisitas di titik tertentu di sebuah fungsi. Konsep elastisitas titik dipergunakan
untuk mengukur pengaruh terhadap dependen Y dari sebuah perubahan yang
sangat kecil atau marginal dalam variabel independen X. Konsep ini tidak
dipergunakan untuk mengukur pengaruh perubahan berskala besar terhadap Y,
karena elastisitas pada umumnya bervariasi di titik-titik yang berbeda di
sepanjang sebuah fungsi. Elastisitas busur digunakan untuk menilai pengaruh
perubahan berskala besar dalam X. Elastisitas busur mengukur elastisitas rata-rata
di sepanjang kisaran tertentu dari sebuah fungsi.
Burhan (2006) menyatakan bahwa elastisitas permintaan adalah ukuran
yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara permintaan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Elastisitas permintaan dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu elastisitas harga, elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang.
Berikut ini merupakan penjelasan masing-masing elastisitas tersebut.
1. Elastisitas harga
Sudarman (2000) menyatakan bahwa elastisitas harga adalah tingkat
kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen akibat adanya perubahaan
harga barang. Dengan kata lain elastisitas harga adalah perubahan proporsional
25
dari sejumlah barang yang diminya dibagi dengan perubahan proporsional dari
harga. Pappas dan Mark (1995) menyatakan bahwa dengan menggunakan rumus
elastisitas titik, elastisitas harga dari permintaan dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Ep = ( )
( )
=
Berdasarkan angka elastisitas harga ( ) maka dapat digolongkan menjadi
tiga macam besaran angka elastisitas, yaitu sebagai berikut.
(1) 1, maka permintaan terhadap barang dikatakan elastis, artinya
perubahan harga yang kecil akan menyebabkan perubahan yang relatif besar
terhadap jumlah barang yang diminta.
(2) , maka permintaan terhadap barang dikatakan inelastis, artinya
perubahan harga tidak akan menyebabkan perubahan yang relatif besar
terhadap jumlah barang yang diminta.
(3) , maka permintaan terhadap barang dikatakan elastis tetap atau unitary-
elasticity, artinya harga berbanding lurus dengan permintaan.
Ada pula dua kasus elastisitas yang jarang ditemua, yaitu :
(1) Ep = artinya elastisitas sempurna yaitu akan dibeli sejumlah barang yang
tidak terbatas pada harga yang tetap atau sama.
(2) Ep = 0, artinya inelastisitas sempurna yaitu kalau jumlah barang yang diminta
atau dibeli tetap jumlahnya dan tidak tergantung pada tingkat harga.
26
2. Elastisitas silang
Sukirno (2003), elastisitas silang merupakan koefisien yang menunjukkan
sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila
terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Apabila perubahan harga barang Y
menyebabkan permintaan barang X berubah, maka sifat perhubungan diantara
keduanya digambarkan oleh elastisitas silang.
Soekartawi (1989) berpendapat bahwa elastisitas silang adalah besaran
elastisitas yang tidak saja menunjukkan perubahan suatu barang yang diminta
saja, tetapi juga terhadap perubahan barang lain yang berkaitan dengan barang
yang diminta tersebut. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Es =
=
Besarnya Es dapat negatif atau positif tergantung dari sifat barang yang
diminta oleh konsumen. Apabila sifat barang tersebut saling mengganti
(substitute) maka Es positif, sebaliknya apabila sifat barang saling melengkapi
(complement), maka Es negatif. Es sama dengan nol berarti merupakan barang
netral atau tidak berhubungan. Dengan demikian tanda Es dapat dipakai untuk
mengidentifikasi hubungan kedua barang tersebut saling mengganti, saling
melengkapi atau netral.
3. Elastisitas pendapatan
Sukirno (2003) menyatakan bahwa elastisitas pendapatan adalah koefisien
yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu
barang sebagai akibat daripada suatu perubahan pendapatan pembeli. Kebanyakan
27
barang, kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan barang
tersebut, sehingga terjadi hubungan yang searah diantara perubahan pendapatan
dan perubahan permintaan, dengan demikian elastisitas pendapatan
bertanda positif.
Elastisitas pendapatan dari permintaan menurut Pappas dan Hirschey
(1995) mengukur daya tanggap permintaan terhadap perubahan dalam
pendapatan, dengan mempertahankan pengaruh semua variabel lainnya tetap
konstan. Membiarkan I untuk mewakili pendapatan, elastisitas titik dari
pendapatan didefinisikan sebagai berikut.
EI = ( )
( )
=
atau
Berdasarkan angka elastisitas pendapatan ( ) maka dapat
digolongkan menjadi.
(1) EI 0, berarti merupakan barang inferior, yaitu permintaan produk yang
menurun sementara pendapatan meningkat, contohnya adalah bahan
makanan dasar.
(2) 0 EI 1, berarti merupakan barang normal, yaitu produk yang permintaan
relatif tidak dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, contohnya adalah
perlengkapan kebesihan, minuman, rokok, dll.
(3) EI 1, berarti merupakan barang mewah atau produk yang permintaanya
secara kuat dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, contohnya adalah mobil,
motor, dan perumahan.
28
2.3 Hasil Penelitian Terdahulu
Antara dan Wirawan (2013) menyatakan bahwa fungsi permintaan buah
Pisang Ambon oleh rumah tangga yang representatif adalah fungsi permintaan
linear. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah Pisang Ambon oleh
rumah tangga yaitu harga buah lainnya, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota
keluarga, dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga. Elastisitas harga atas
permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga adalah inelastis, elastisitas
pendapatan menunjukkan bahwa buah Pisang Ambon termasuk kategori barang
normal, buah lainnya (buah pepaya, semangka, jeruk, dan buah mangga) dapat
dikategorikan sebagai barang substitusi dari buah Pisang Ambon berdasarkan
hasil elastisitas harga silang.
Kartika (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan buah semangka merah tanpa biji di Kota Bandar Lampung secara
simultan (bersama-sama) adalah harga semangka, harga melon, harga jeruk lokal,
harga apel, harga pepaya lokal, jumlah anggota keluarga dan jumlah pendapatan
rumah tangga. Namun secara parsial (individu) adalah harga semangka, harga
apel, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan rumah tangga, elastisitas harga
semangka terhadap permintaan semangka bersifat barang elastis. Elastisitas silang
semangka terhadap apel bersifat komplementer, dan elastisitas pendapatan
semangka bersifat normal.
Asmidah (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan jeruk manis yang representatif adalah harga beli konsumen,
pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan. Priyanti (2012) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah kriting secara simultan
29
(bersama-sama) adalah harga beli cabai, jumlah tanggungan rumah tangga,
pendapatan rumah tangga, frekuensi pembelian cabai dalam satu bulan, tempat
pembelian, dan suku. Namun secara parsial (individu) variabel yang berpengaruh
signifikan adalah jumlah anggota keluarga, tempat pembelian, dan suku.
Dalam hal ini, terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan peneliti
dengan peneliti sebelumnya. Persamaan adalah dengan menggunakan alat analisis
yang sama yaitu analisis regresi linier berganda dan analisis regresi logaritma
natural. Alat analisis tersebut digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi permintaan rumah tangga terhadap suatu produk. Perbedaan
dengan peneliti sebelumnya yaitu komoditi dan lokasi yang menjadi objek
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komoditi buah Salak Bali
dan Kota Denpasar sebagai lokasi penelitian. Penelitian sebelumnya digunakan
sebagai tambahan informasi untuk peneliti agar peneliti lebih paham tentang
analisis permintaan konsumen terhadap suatu produk.
2.4 Kerangka Pemikiran
Di sejumlah pasar tradisional, para pedagang menawarkan berbagai jenis
komoditi buah-buahan seperti : apel, jeruk, rambutan, semangka, salak dan masih
banyak jenis komoditi lainnya. Di sisi rumah tangga (konsumen), mereka yang
pergi ke pasar menemukan berbagai jenis komoditi buah-buahan yang dijual oleh
pedagang. Keputusan masing-masing rumah tangga dalam membeli buah-buahan
relatif beragam. Ada beberapa rumah tangga yang hanya memilih membeli buah
Salak Bali dalam jumlah tertentu, namun ada pula rumah tangga yang membeli
kombinasi berbagai jenis buah-buahan dengan membeli beberapa jenis buah yang
ada di pasar sekaligus termasuk di dalamnya adalah buah Salak Bali. Melihat
30
keadaaan itu, terdapat fenomena rumah tangga memilih membeli buah salak
khususnya buah Salak Bali dari pada buah-buah yang lain, rumah tangga membeli
lebih banyak buah Salak Bali dibandingkan dengan buah yang lain, dan rumah
tangga membeli lebih sedikit buah Salak Bali dibandingkan dengan buah yang
lain. Menjelang hari raya, permintaan buah-buahan yang didalamnya termasuk
buah Salak Bali di pasar tradisional cenderung meningkat, karena digunakan
untuk sarana upacara keagamaan. Dari uraian tersebut, artinya terjadi perubahan
jumlah buah Salak Bali yang diminta oleh rumah tangga yang tidak menentu.
Permintaan konsumen terhadap suatu komoditas tertentu secara umum
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : harga barang itu sendiri, harga
barang lain yang bersangkutan, pendapatan, selera, ekspektasi, dan banyaknya
konsumen pembeli. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah permintaan buah Salak Bali dan besarnya perubahan
permintaan buah balak bali oleh rumah tangga akibat dari perubahan harganya,
perubahan harga barang lain, dan perubahan pendapatan dapat dianalisis dengan
fungsi permintaan regresi berganda dengan data yang ditransformasi ke dalam
bentuk logaritma natural. Hasil analisis yang di dapat berupa model permintaan
buah Salak Bali. model tersebut harus memenuhi uji ketepatan model agar dapat
digunakan untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah permintaan buah Salak Bali. Uji ketepatan model tersebut
antara lain uji asumsi klasik (normalitas, multikolinieritas, dan heterokedastisitas)
dan uji statistik (R2, uji F-hitung, dan uji t-hitung). Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2.3
31
Permintaan Buah
Salak Bali
Gambar 2.3.
Kerangka Pemikiran Konseptual Permintaan Buah Salak Bali
oleh Rumah Tangga di Kota Denpasar.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Harga Buah yang Lain :
1. Harga buah jeruk
2. Harga buah apel
3. Harga buah mangga
Pendapatan
Rumah
Tangga
Analisis Data
Kesimpulan
n
Rekomendasi
Kebutuhan Gizi
Masyarakat
Jumlah
Anggota
Rumah
Tangga
Situasional
(hari
raya/bukan
hari raya)
Harga Buah
Terkait
(buah salak bali)
Fungsi Permintaan Regresi
Berganda
Uji Asumsi Klasik (normalitas,
multikolinieritas, dan heterokedastisitas) Uji Statistik (R2, F-hitung, dan t-hitung)
Model Permintaan
32
2.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah permintaan
buah Salak Bali oleh rumah tangga di pasar tradisional Kota Denpasar
dipengaruhi oleh harga buah itu sendiri (buah Salak Bali), harga buah jeruk, harga
buah apel, harga buah mangga, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan rumah
tangga, dan situasional (hari raya atau bukan hari raya).