Post on 23-Jan-2020
“IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA SITUS PURBAKALA
SEMEDO DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL”
Skripsi
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salaah Satu Syarat Mencapai Gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh :
Fakhrur Al Izza
1112015000050
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Fakhrur Al Izza (1112015000050). Identifikasi Potensi Wisata Situs Purbakala
Semedo di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Skripsi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Geografi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini mengenai potensi wisata yang ada di Situs Purbakala Semedo. Tujuan
penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi potensi yang ada di Situs Purbakala
Semedo. Penelitian ini dilakukan di Situs Purbakala Semedo, yang dilaksanakan
pada bulan Desember 2018 – April 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah
analisis deskriptif. Instrument penelitian yang digunakan adalah Observasi dan
dokumentasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan beberapa kondisi
wisata yang kurang mendorong meningkatnya wisatawan. Salahsatunya minimnya
fasilitas yang ada serta kurangnya peran serta masyarakat di sekitar Situs Purbakala
Semedo.
Kata Kunci : Potensi Wisata, Situs Purbakala, Purbakala Semedo
ii
ABSTRACT
Fakhrur Al Izza (1112015000050). Identification of Semedo Archaeological Site
Tourism Potential in Kedungbanteng District, Tegal Regency. Thesis of
Department of Social Sciences Education Geography Studies Program, Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training, University of Islamic State Syarif Hidayatullah
Jakarta
This research regarding the tourism potential of pliers is on the Semedo
Archaeological Site. The purpose of this study is to identify the potential that exists
in the Antiquity Semedo System. This research was conducted at the Archaeological
Site of Semedo, which was held in December 2018 - April 2019. The research
method used was descriptive analysis. The research instrument used was
observation and documentation. From the results of the research that has been
done, it is found that some tourist conditions are less encouraging for tourists. One
of them is the lack of existing facilities and the lack of community participation
around the Semedo Archaeological Site.
Keywords: Tourism Potential, Archaeological Site, Semedo Archaeological
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiiim
Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengucapkan
Alhamdulillahirabbil’alamiin. Segala puji hanyalah milik Allah SWT, pencipta
semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para siapa saja yang
mengikuti sunnah-sunnah beliau sampai akhir zaman. Dengan izin Allah SWT,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Identifikasi Potensi Wisata
SItus Purbakala Semedo di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal”.
Skrispi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam
rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya,
penulis menyadari bahwa kehadiran skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan skripsi ini. ucapan terimakasih yang tak terhingga layak penulis
sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Ibu Prof. Dr.
Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc. M.A.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yaitu Ibu Dr. Sururin, M.Ag.
3. Ketua Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, yaitu
Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd.
4. Sekretariat Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si.
5. Ibu Dr. Jakiatin Nisa, M.Pd dan Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan selalu memberi arahan
serta nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya seluruh Dosen
iv
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosialyang telah banyak memberikan
pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama melaksanakan studi.
7. Seluruh Staff Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan untuk
meminjam berbagai referensi yang dibutuhkan oleh penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orang tuaku tercinta, terkasih, tersayang dan tersegalanya, Bapak Ali
Najudin dan Ibu Masturoh yang tak kenal Lelah memberikan motivasi, baik
moril dan materil. Serta senantiasa mendoakan tanpa kenal putus untuk berjuang
dalam menyelesaikan studi.
9. Adikku tersayang, Riziq Maulana Yusuf yang senantiasa memberikan semangat
untuk menyelesaikan studi.
10. Mas Sisworo selaku Pemandu WIsata di Situs Purbakala Semedo yang
senantiasa membantu penulis dalam bahan materi dan saran di skripsi ini.
11. Ustadz Subur sahabatku yang senantiasa memberi semangat dan saran di skripsi
ini.
12. Kawan-kawan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012 yang satu
sama lain saling membantu dan memberikan semangat juang. If We Believe, We
Can Do It !
13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terimakasih atas do’a, bantuan dan semangat yang sangat berharga. Penulis
tidak dapat membalas kebaikan semua pihak terlibat, semoga Allah SWT membalas
kebaikan dan dapat melahirkan kebaikan yang berikutnya. Amiin.. Amiiin Ya
Robbal ‘alamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, sehingga
dengan segala kerendahan hati maka saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca sangat penulis harapkan.
Jakarta, 20 April 2019
Penulis,
Fakhrur Al Izza
v
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................4
C. Pembatasan Masalah .............................................................................................4
D. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................................4
F. Manfaat Penelitian ................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pariwisata ............................................................................................6
2. Bentuk dan Jenis Pariwisata ..................................................................................7
vi
3. Potensi Wisata .......................................................................................................8
4. Situs Purbakala................................................................................................... ..10
5. Hasil Penelitian Relevan ......................................................................................13
6. Kerangka Berfikir ................................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 15
B. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................................16
C. Metode Penelitian ................................................................................................17
D. Objek Penelitian ..................................................................................................17
E. Jenis dan Sumber Data .........................................................................................17
F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................18
G. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Situs Purbakala Semedo .......................................................24
B. Data Penelitian......................................................................................................31
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .........................................................................................................66
B. Saran .................................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 16
Tabel 4.2 Variabel Penelitian ................................................................................ 19
Tabel 4.3 Indikator Wawancara ............................................................................ 20
Tabel 4.4 Sumber Dokumentasi............................................................................. 21
Tabel 5.1 Fasilitas Umum……………………....................................................... 25
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sember daya alam
yang melimpah. Kekayaan tersebut menjadi modal utama dalam
pembangunan bangsa Indonesia kedepan. Disamping itu, Indonesia juga
dikenal sebagai negara majemuk yang kaya akan keberagaman suku, budaya,
agama maupun sejarah masa lalu. Potensi tersebut menjadi modal penting
bangsa Indonesia untuk lepas landas menuju negara yang memiliki
standarisasi kemakmuran yang tinggi.
Kekayaan alam dan keberagaman bangsa Indonesia menyimpan banyak
potensi sekaligus peluang berharga untuk mengembangkan kepariwisataan
Indonesia agar lebih bergairah di mata dunia serta memiliki karakteristik
berdasarkan kearifan lokal. Oleh karena itu, peranan pemerintah sangat
penting dalam menggali potensi dan membuat kebijakan terhadap
pengembangan kepariwisataan. Hal tersebut diperlukan agar masyarakat lokal
tergugah kesadaranya untuk menggali potensi dan bergerak membangun
daerah masing-masing.
Dalam rangka mencapai tujuan pengembangan pariwisata maka
pembangunan pariwisata harus diarahkan pada pemanfaatan sumber daya
alam, makin besar sumber daya alam yang dimiliki suatu negara, maka
semakin besar pula harapan untuk mencapai tujuan pembangunan dan
pengembangan pariwisata. Tujuan Pengembangan Pariwisata adalah
mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas pariwisata
nasional yang berbasis kepada pemberdayaan masyarakat, kesenian dan
kebudayaan serta sumber daya alam lokal dengan tetap mempertahankan
kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup
2
setempat; dan mengembangkan serta memeperluas pasar pariwisata terutama
pasar luar negeri (internasional)1.
Kabupaten Tegal memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Kabupaten ini terletak di pesisir
utara bagian barat Propinsi Jawa Tengah dengan Ibu Kota Slawi. Secara
topografis Kabupaten Tegal terdiri dari tiga wilayah yaitu daerah pantai,
daerah dataran rendah dan daerah dataran tinggi/pegunungan2. Dengan
keadaan alam yang demikian, Kabupaten Tegal memiliki berbagai objek
wisata baik berupa objek wisata alam, budaya maupun buatan. Objek-objek
wisata tersebut tersebar hampir merata di seluruh kecamatan-kecamatan di
wilayah ini.
Kerangka pembangunan pariwisata di Kabupaten Tegal berpedoman
pada visi pembangunan daerah yaitu menjadikan pariwisata sebagai salah satu
andalan pembangunan daerah yang bertumpu pada ekonomi rakyat dan
berorientasi global yang berakar pada nilai-nilai agama, budaya, lingkungan
hidup, persatuan dan kesatuan demi terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh
rayat, dan menjadikan Kabupaten Tegal sebagai tujuan wisata nasional dan
internasional. Berdasarkan misinya, pola operasional dari pembangunan
kepariwisataan adalah dengan memperdayakan SDM aparatur dan
memperluas kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat dalam bidang usaha
kepariwisataan3.
Salah satu destinasi wisata di Kabupaten Tegal yang menjadi andalan dan
merupakan obyek wisata yang potensial untuk dikunjungi adalah Situs
Purbakala Semedo. Secara administratif situs ini terletak di Desa Semedo
Kecamatan Kedungbanteng.
Situs Semedo merupakan situs terakhir yang ditemukan di Jawa, situs ini
mempunyai potensi kepurbakalaan yang cukup signifikan karena lokasional
1 Sedarmayanti, Membangun Kebudayaan dan Pariwisata, (Bandung : mandar Maju,
2005), h.2. 2 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tegal, Selayang Pandang Kabupaten
Tegal, (Tegal : DINBUDPAR Kabupaten Tegal, 2012) h.2 3 Ibid, h.12
3
berdampingan dengan situs-situs paleontologi tertua di Jawa seperti Bumiayu,
Satir, Kali Glagah dan Ci Saat, selain itu potensi Situs Semedo memiliki
kesamaan atau hampir sejajar dengan Situs Sangiran4.
Obyek wisata Situs Purbakala Semedo merupakan destinasi wisata sejarah
yang menyimpan potensi jejak kehidupan masa lalu, sehingga tidak salah jika
obyek wisata ini banyak menarik para wisatawan untuk berkunjung. Obyek
wisata ini tidak hanya menyajikan potensi berupa peninggalan-peninggalan
purbakala, namun didukung juga oleh potensi yang lain seperti candi semedo,
rumah joglo, makam kuno serta perbukitan yang memiliki pemandangan yang
indah. Dari beberapa potensi yang penulis paparkan, sebagian besar belum
tersentuh secara baik oleh pemerintah, sehingga masih banyak masyarakat
yang belum mengetahui potensi-potensi yang ada di kawasan Situs Purbakala
Semedo.
Daya dukung lingkungan dalam pembangunan kepariwisataan juga harus
dipertimbangkan dan dijadikan pertimbangan utama dalam mengembangkan
berbagai fasilitas dan kegiatan kepariwisataan meliputi daya dukung fisik,
biotik, social-ekonomi dan budaya5. Pemerintah setempatpun kurang
memberikan pehatian terhadap perkembangan kawasan Situs Purbakala
Semedo, hal ini dibuktikan dengan ketersediaan akses jalan yang kurang baik
sehingga masyarakat berpikir ulang untuk datang ke kawasan Situs, padahal
banyak manfaat dan potensi yang dapat diperoleh dari Situs Purbakala
Semedo. Dari beberapa hal tersebut, penulis melalui penelitian ini ingin
menganalisis potensi yang ada di Situs Purbakala Semedo dengan salah satu
tujuan menjadikan kawasan tersebut sebagai daerah utama tujuan wisata di
Kabupaten Tegal.
4 Wahyu Widianto, “Situs Sangiran – Situs Semedo Perbandingan Potensi Kedua Situs
Plestosen Di Jawa”. Jurnal Sangiran, h.2 5 Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta: gava Media, 2013), h.79
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka
masalah yang dapat diidentifikasi adalah
1. Masih banyaknya peninggalan-peninggalan purbakala yang belum
teridentifikasi.
2. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui potensi kawasan situs
3. Pemerintah masih kurang memberikan perhatian terhadap kawasan situs
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, muncul banyak permasalahan yang
harus diidentifikasi. Agar penelitian ini lebih terfokus dan mendalam
kajiannya, perlu ada pembatasan masalah penelitian. Dengan demikian
masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada Identifikasi Potensi
Wisata di Situs Purbakala Semedo
D. Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalah yang dapat dikemukakan adalah “Bagaimanakah identifikasi potensi
wisata di Situs Purbakala Semedo?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi
wisata di Situs Purbakala Semedo.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.
5
1. Manfaat secara teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu geografi, khususnya untuk pengembangan geografi
kepariwisataan.
b. Untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya untuk Jurusan
Pendidikan IPS sebagai referensi lain untuk perkuliahan.
c. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
lanjutan.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah
daerah, khususnya bagi Dinas pariwisata dalam mengidentifikasi potensi
pariwisata dan menentukan kebijakan-kebijakan yang menyangkut
kepariwisataan dengan tetap memperhatikan faktor-faktor geografi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata menurut W.J.S. Poewodarmint berarti perpelancongan,
sementara dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 12 pariwisata berarti
kegiatan perjalanan seseorang atau serombongan orang dari tempat tinggal
asalnya ke suatu tempat di kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu
tertentu.6
Di dalam UU Nomor 10 Tahun 2009, keseluruhan lingkup kegiatan
pariwisata tadi diberikan batasan pengertian sebagai; Berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.7
Istilah-istilah yang berhubungan dengan kepariwisataan sesuai dengan
Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan antara lain:
1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
dilakukan secara sukarela, serta bersifat sementara waktu untuk
menikmati obyek atau daya tarik wisata.
2) Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
4) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata serta
usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut.
5) Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik
wisata.
6 Hari Karyono, Kepariwisataan, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1997), h.
4.
7 Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 1.
7
6) Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata.
7) Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun
atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Dari uraian di atas dapat kita ambil beberapa unsur yang terkandung dalam
kepariwisataan, antara lain:
a. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu.
b. Perjalanan itu dilakukan dari tempat satu ke tempat lainnya.
c. Perjalanan itu walau apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi.
d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di
tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di
tempat tersebut.
B. Bentuk dan Jenis Pariwisata
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara
sendiri atau di negara lain.
Berdasarkan keadaan dan karakteristik daerah wisata, secara umum wisata
dapat digolongkan menjadi dua (2) yaitu:
1) Pariwisata Alam
Kegiatan pariwisata alam secara garis besar dapat dibedakan antara wisata
perairan atau wisata bahari (meliputi: berenang, snorkling, menyelam
berlayar, berselancar, memancing, berkano/berdayung dan lain-lain) dan
wisata daratan serta dirgantara (meliputi: lintas alam, pendakian gunung,
penelusuran goa, berkemah, jalan santai/hikin, terbang layang).
2) Pariwisata Budaya
Pariwisata budaya merupakan suatu perjalanan wisata dengan tujuan untuk
mempelajari adat istiadat, tata cara kemasyarakatan dan kebiasaan di
daerah yang dikunjungi. Termasuk dalam jenis pariwisata ini adalah
mengikuti misi kesenian ke luar negeri atau untuk menyaksikan festival
8
seni dan budaya lainnya. Wisata ini dapat berupa kunjungan atau
mengunjungi obyek wisata buatan manusia seperti museum, masjid agung,
gereja kuno dan lain sebagainya.8
Berdasarkan letak geografis, pariwisata dibagi menjadi:
a. Pariwisata Lokal (Local Tourism), yaitu pariwisata yang lingkupnya
sempit dan terbatas.
b. Pariwisata Regional (Regional Tourism), yaitu pariwisata yang ruang
lingkupnya lebih luas daripada pariwisata lokal, tetapi lebih sempit dari
pariwisata nasional.
c. Pariwisata Nasional (National Tourism), yaitu pariwisata yang
lingkupnya dalam satu negara.
d. Pariwisata Regional Internasional (Regional-International Tourism),
yaitu kawasan pariwisata yang berkembang di kawasan international
yang terbatas tetapi melewati dua batas, dua, tiga negara atau lebih
dalam kawasan tersebut, contoh pariwisata ASEAN.
e. Pariwisata Internasional (International Tourism), yaitu suatu pariwisata
yang lingkupnya dunia.9
C. Potensi Wisata
Menurut Spillane (1987) Badrudin (2001), ada lima unsur industri pariwisata
yang sangat penting, yaitu:
a. Attractions (daya tarik)
Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event
attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen
dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah
tujuan wisata seperti kebun binatang, keraton, dan museum. Sedangkan
event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya
8 Hari Karyono, op.cit. h. 16.
9 Oka A Yoeti. Pemasaran Pariwisata. (Bandung: Angkasa, 1989), h. 46.
9
dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festival-festival,
pameran, atau pertunjukanpertunjukan kesenian daerah.
b. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)
Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena
fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat
tujuan wisata wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena
itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan. Selain itu ada kebutuhan akan
Support Industries yaitu toko souvenir, toko cuci pakaian, pemandu,
daerah festival, dan fasilitas rekreasi (untuk kegiatan).
c. Infrastructure (infrastruktur)
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada
infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah
sebenarnya dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga
tinggal di sana, maka ada keuntungan bagi penduduk yang bukan
wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara
untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.
d. Transportations (transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat
dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu
perjalanan pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun
laut merupakan suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap
dinamis gejala-gejala pariwisata.
e. Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal
memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan
asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan
mereka datangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan
harus disediakan dan juga keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja
wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman
selama perjalanan wisata.
10
D. Situs Purbakala
a) Pengertian Situs Purbakala
Situs Purbakala merupakan lokasi tempat ditemukannya
peninggalan purbakala sebagai bukti adanya aktivitas manusia pada masa
lampau. Tanda-tanda umum yang dapat dilihat mengenai keberadaan suatu
situs adalah adanya artefak, baik yang ada di permukaan tanah maupun
dibawah tanah.10
Kajian mengenai Situs Purbakala menjadi penting saat
ini melihat urgensi dari keberadaannya yang sangat penting, berikut akan
dipaparkan mengenai definisi Situs Purbakala.
Cagar Budaya (Situs Purbakala) adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya
di darat dan di air yang perlu dilestarikan keberadaanya karena memiliki
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, Pendidikan, agama, dan
kebudayaan melalui proses penetapan.11
Sedangkan dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, Cagar Budaya
adalah suatu wilayah yang mempunyai peninggalan budaya khas yang
mengandung nila luhur, yang dijaga kelestariannya oleh pemerintah
dengan cara membatasi pengaruh modernisasi, antara lain dengan tidak
diizinkannya mendirikan bangunan bercirikan kebudayaan lain (modern)
di daerah tersebut.12
Yang termasuk Cagar Budaya adalah :
a) Benda bergerak dan tidak bergerak yang dibuat oleh manusia atau
yang merupakan bagian alam. Yang termasuk dalam kategori ini
adalah kelompok benda dan sisa-sisanya yang berumur 50 (lima puluh)
tahun dan mempunyai langgam yang khas dan dapat diwakili langgam
10
Tanudirjo A.Daud. Warisan Budaya untuk Semua : Arh Kebijakan Pengelola Warisan
Budaya Indonesia di Masa Mendatang. (Yogyakarta : Arkeologi Universitas Gadjah
Mada, 2003). h.2. 11
Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya”, Bab 1, pasal 1. 12
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 4, 2004. H.13.
11
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) serta dianggap mempunyai nilai
bagi sejarah, arkeologi dan seni rupa.
b) Benda yang dianggap mempunyai nilai penting bagi paleoantropologi.
c) Situs yang mempunyai arti penting bagi sejarah dan diduga
mengandung benda-benda yang termuat dalam ayat a dan b.
d) Tanaman dan bangunan yang terdapat di atas situs tersebut dan
memiliki atau dapat memiliki kepentingan langsung bagi benda-benda
yang termuat dalam ayat a dan b.
Berbicara mengenai cagar budaya sebagai peninggalan sejarah
sebenarnya tidak lepas dari ilmu purbakala atau arkeologi, yang mengkaji
bekas-bekas atau warisan masa lalu yang bersifat visual atau dapat di lihat
dengan mata. Warisan itu adalah bangunan dan monumen yang wujudnya
masih dapat di lihat, bekas-bekas yang tersimpan di dalam tanah yang
dikeluarkan dengan penggalian, itu semua benda yang berasal dari masa
lalu karena ilmu purbakala bertugas dalam lapangan warisan visual maka
ia merupakan ilmu bantu.13
Benda cagar budaya beserta situsnya merupakan sisa-sisa hasil budaya
fisik peninggalan nenek moyang yang masih dapat di lihat di muka bumi
sampai sekarang. Sumber daya tersebut merupakan data yang sangat
penting untuk merekonstruksi sejarah serta mengetahui proses perubahan
budaya masa lalu. Oleh sebab itu benda cagar budaya merupakan
peninggalan bersejarah dan sebagai bukti bahwa jauh sebelum
kemerdekaan sudah ada sebuah kehidupan yaitu kehidupan zaman purba.
Kehidupan manusia pada zaman purba telah banyak mengalami
perkembangan sesuai dengan zamannya, dan mereka hidup dengan segala
kesederhanaan dalam sebuah tradisi masa lampau.
13
Siti Gazalba, Pendidikan Islam Dalam Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Antara, 1969),
h. 25.
12
Jadi pelestarian cagar budaya adalah kegiatan yang dilakukan secara
sadar, terus-menerus, dan terarah guna melindungi benda-benda peninggalan
yang bernilai sejarah dari kegiatan yang bersifat merusak. Tindakan
perlindungan ini berusaha untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan
cagar budaya, agar dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang.
b) Jenis Cagar Budaya
Apabila dilihat dari kurun waktunya, cagar budaya sebagai
peninggalan sejarah terbagi dalam dua kurun waktu yaitu, masa pra-
sejarah dan masa sejarah. Peninggalan masa pra-sejarah yaitu cagar
budaya yang berasal dari zaman sebelum dikenal tulisan, seperti misalnya
gua tempat pemukiman, fosil manusia, kapak atau logam, alat rumah
tangga, alat-alat upacara, tempat penguburan, perhiasan. Peninggalan masa
sejarah adalah cagar budaya yang berasal dari zaman setelah dikenal
tulisan hingga kini.14
c) Manfaat Cagar Budaya
Cagar budaya berfungsi:
(1) Alat atau media yang mencerminkan cipta, rasa dan karya leluhur
bangsa, yang unsur-unsur kepribadiannya dapat dijadikan suri teladan
bangsa, kini dan mendatang dalam rangka membina dan
mengembangkan kebudayaan nasionalnya berlandaskan Pancasila.
(2) Alat atau media yang memberikan inspirasi, aspirasi atau asselerasi
dalam pembangunan bangsa baik material maupun spiritual, sehingga
tercapai keharmonisan di antara keduanya.
(3) Objek ilmu pengetahuan di bidang sejarah dan kepurbakalaan pada
khususnya dan ilmu pengetahuan lainnya pada umumnya.
(4) Alat pendidikan visual kesejarahan dan kepurbakalaan serta
kebudayaan bagi anak-anak didik.
14
Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala,
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992, h. 7.
13
E. Hasil Penelitian Relevan
a) Arief Putranto (2016) Skripsi yang berjudul “Analisis Geografi
Terhadap Potensi Wisata di Situ Cipondoh Kota Tangerang Banten”
dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik aksidental, lalu data
yang telah dianalisis kemudian di sajikan dalam analisis deskriptif
menggunakan tabel frekuensi tunggal. Data yang tersaji kemudian
diinterpretasikan berdasarkan teori-teori yang ada dan diukur dengan
presentase. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket,
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitiannya
menunjukkan Karakteristik potensi wisata Situ Cipondoh dibagi menjadi
4, yaitu karakteristik fisik, sosial dan budaya, aksesbilitas dan fasilitas.
Selanjutnya hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah potensi
fisik Situ Cipondoh memiliki skor 11 yang berarti kurang mendukung,
selanjutnya skor potensi sosial budaya adalah 40 yang berarti
mendukung. Kemudian skor potensi aksesbilitas adalah 13 yang berarti
sangat mendukung, dan skor keberadaan fasilitas adalah 10 yang berarti
mendukung. Jumlah seluruh skor adalah 74 yang berarti bahwa Situ
Cipondoh mendukung dan layak untuk menjadi daerah wisata. Persamaan
dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian
ini sama-sama menguji kelayakan daerah wisata untuk dikembangkan dan
dikelola lebih baik lagi dan sama-sama menggunakan metode analisis
scoring (pengharkatan) dalam menganalisis data. Perbedaannya adalah
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif.
b) Jeti Rahmawati (2015) Skripsi yang berjudul Identifikasi Potensi Obyek
Wisata Serta Arahan Rencana Dan Strategi Pengembangan Kawasan
Wisata Di Kabupaten Siak, Provinsi Riau
Hasil penelitian : Kawasan Wisata Siak, pemerintah daerah setempat
disarankan untuk: (1) menyusun paket kunjungan wisata dengan
memanfaatkan 2 kawasan wisata yang sudah ada, (2) membangun tempat
penginapan di lokasi obyek wisata yang belum tersedia, menyediakan
14
Atraksi Fasilitas
Aksebilitas
Pelayanan
Tambahan
Situs Purbakala Semedo
Pariwisata
Alam
jenis wisata lain selain wisata sejarah/budaya dengan memanfaatkan
potensi SDA yang ada (3) meningkatkan kualitas pelayanan dan
perbaikan prasarana dan sarana yang ada, dan (4) meningkatkan sistem
promosi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, kemudahan
aksesibilitas dan menambah jumlah tempat pembuangan sampah di setiap
lokasi obyek wisata
F. Kerangka Berpikir
Identifikasi potensi wisata di Situs Purbakala Semedo merupakan salah
satu cara mengetahui keterdapatan potensi wisata dari lokasi penelitian
sehingga dapat menginventariskan potensi yang ada, menjadi modal untuk
pembangunan daerah tersebut. Dalam kerangka berfikir ini identifikasi
potensi wisata di Situs Purbakala Semedo merupakan salah satu cara untuk
menginventariskan potensi wisata yang ada di daerah tersebut.
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir
Budaya
Alami Buatan Manusia Budaya
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Secara geografis situs purbakala semedo terletak di 6°58’ LS dan
109°17’ BT. Berdasarkan wilayah administratif pemerintah kawasan ini
termasuk wilayah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Lokasi
daerah penelitian dapat dilihat pada peta sebagai berikut :
Gambar 1 1
Gambar 3. 1 Peta Desa Semedo
16
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 11 bulan yang dimulai dari
bulan Mei 2018 sampai bulan Maret 2019. Adapun tabel waktu penelitian
seperti yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Kamera digital
b) Laptop
c) Buku catatan
d) Pulpen
e) Pensil
f) Global Potition System (GPS)
g) Peta Kabupaten Tegal
No. Kegiatan
2018 - 2019
Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 Penyusuna
n Rencana
Penelitian
2 Penelitian
3 Proposal
Penelitian
4 Seminar
Penelitian
5 Penulisan
Skripsi
17
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan survey dan
pengamatan. Pendekatan survey merupakan salah satu jenis metode
penelitian deskriptif yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil
terhadap fenomena yang berkenaan dengan berbagai aspek populasi
tersebut untuk memperoleh informasi yang aktual.15
Van Dalen mengatakan bahwa “survey merupakan bagian dari
studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status),
fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara
membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan”. Survey dapat
dilakukan secara pribadi ataupun kelompok.16
D. Objek Penelitian
Menurut Arikunto Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu
sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.17
Objek
penelitian disini adalah potensi wisata Situs Purbakala Semedo di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal.
E. Jenis dan Sumber Data
Penulisan melakukan berbagai jenis dan pengumpulan data yang
bertujuan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Data tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
15
Metode Penelitian Survei https://ahmadmubarok212.wordpress.com/metode-penelitian-
survei/ (di akses pada tanggal 15 Maret 2019) 16
Metode Penelitian Survey http://id.scribd.com/doc/85350577/Metode-Penelitian-
Survey
(di akses pada tanggal 9 September 2014) 17
Arikunto . Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.(Jakarta: Rineka Cipta,
2001)
18
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau
oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Sumber
data primer diperoleh peneliti dari wawancara dengan responden. Hasil
dari wawancara yang nantinya berupa informasi dari pihak-pihak yang
terakait yang berbentuk diskripsi analisis yaitu pemaparan hasil dari
wawancara dengan ahli sejarah, penjaga situs, dan masyarakat
setempat.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan
telah diolah oleh pihak lain yang biasanya dalam bentuk publikasi,
misalnya dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari:
1) Sumber tertulis
Sumber tertulis dari penelitian ini didapatkan dari buku dan arsip
mengenai situs tersebut diperoleh dari Perpustakaan dan Media
cetak berupa koran.
2) Foto
Foto dalam penelitian ini juga digunakan sebagai sumber data
tambahan. Penggunaan foto-foto sebagai pelengkap dari data yang
telah diperoleh melalui observasi atau pengamatan atau wawancara
atau sumber tertulisnya. Foto yang digunakan dalam penelitian ini
adalah foto pribadi yang dihasilkan oleh peneliti pada penelitian,
dan foto adanya kunjungan ke Situs Semedo sebagai bukti yang
mendukung penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik sebagai berikut:
19
1. Library Research (studi kepustakaan)
Library Research digunakan untuk melihat dan mempelajari buku-buku,
literatur-literatur dan bahan referensi lainnya sebagai sumber untuk
menguraikan landasan teoritis dari skripsi ini.
2. Field Research (studi lapangan)
Field Research digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data dari
lapangan. Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan sesuai
dengan tujuan penelitian maka digunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.18
Observasi yang
digunakan merupakan observasi non partisipasi sehingga peneliti
tidak terlibat langsung dan tidak mempengaruhi objek yang
diobservasi. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
Tabel 4.2
Variabel Penelitian
18
Tim Penyusun FITK, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: FITK, 2011), h. 66.
No. Variabel yang
diamati Keterangan
1. Kondisi fisik mengamati kondisi fisik Kawasan Situs
Purbakala Semedo.
2. Tempat mengamati kegiatan yang sedang
berlangsung di Situs Purbakala Semedo.
3. Pelaku mengamati pengunjung yang berada pada
Kawasan Situs Purbakala Semedo
4. Aktivitas mengamati aktivitas yang dilakukan
pengunjung Situs Purbakala Semedo.
20
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara langsung informasi atau keterangan-keterangan.19
Pedoman
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur
dengan menyiapkan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebagai
instrument wawancara. Kemudian dari daftar pertanyaan untuk
wawancara tersebut dapat dikembangkan sehingga informasi yang didapat
lebih lengkap dan tingkat validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Tabel 4.3
Indikator Wawancara
No. Indikator Potensi Sumber
1. Attractions
(Daya tarik)
Museum Prasejarah
Ruang Audiovisual
Makam Keramat
Gua Tirem
Rumah Joglo
Sedekah Bumi
Tari Sintren
Pemandu
Wisata
2. Facilities
(Fasilitas)
Akomodasi
Catering Service
Tempat Parkir
Tempat Belanja
Sarana Ibadah
Layanan Kesehatan
Pusat Informasi
Pemandu
Wisata
19
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2003), h. 83.
21
Keamanan
Toilet Umum
Sistem Perbankan
Ketersediaan Listrik
Layanan Telekomunikasi
3. Transportation Sarana Transportasi
Jarak
Pemandu
Wisata
4. Ancilliary Pemasaran
Peraturan Perundang-
undangan
Pemandu
Wisata
3. Dokumentasi
Merupakan metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.20
Dokumen dalam penelitian ini bermacam-macam, dapat berupa profil
Kecamatan Kedungbanteng, monografi penduduk daerah Kedungbanteng,
dokumen pemerintah maupun swasta, dan lain sebagainya.
Tabel 4.4
Sumber Dokumentasi
No. Dokumentasi yang didapat Sumber
1. Foto Pribadi
2. Monografi Desa Pemerintah Desa
3. Profil Kecamatan BPS Setempat
4. Peta Wilayah BAPPEDA
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah paling penting untuk
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Dalam penelitian ini analisis
20
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana, 2010), h. 144.
22
data yang digunakan adalah dengan metode deskriptif analisis. Maksudnya
adalah analisis gambaran secara objektif terhadap tema penelitian dengan
pendekatan kualitatif, datanya diperoleh melalui wawancara dan
pengamatan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah
model miles and huberman. Sejumlah langkah analisis dalam model ini,
yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.21
1. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan
yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.
2. Reduksi Data
Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstrakan, dan mentransformasikan data
mentah yang diperoleh dari hasil penelitian.
3. Penyajian Data
Setelah melalui data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah
penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan
peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang
umum dilakukan dalam penelitian kualitatif dalah teks naratif yang
menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan
Dalam penelitian ini seleksi data, penarikan kesimpulan sudah dimulai
dari proses awal diperolehnya data. Oleh karena peneliti sebagai
bagian dari instrumen penelitian, sehingga setiap data telah dicek
keakuratan dan validitasnya. Dengan model analisis Interaktif maka
peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan.
21
Miles, Matthew B dan huberman, A Michael. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta.
Universitas Indonesia Press: . 1992) h. 18-19
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Situs Purbakala Semedo
1. Letak Geografis
Situs Semedo terletak di sebelah timur Kota Slawi, tepatnya di
Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal. Secara
Astronomis situs ini terletak pada 06057’21,6” LS, dan 109017’10,9’
BT hingga 06057’55,2” LS dan 109016’46.6” BT. Lingkungan situs
berupa perbukitan bergelombang yang berbatasan dengan daratan
aluvial Pantai Utara Tegal dan merupakan lahan terbuka yang saat ini
difungsikan sebagai hutan jati milik Perhutani. Situs Semedo
merupakan sebuah situs baru yang ditemukan pada tahun 2005.22
Situs
Semedo mulai dikenal sejak adanya temuan penduduk berupa beberapa
fragmen tulang binatang vertebrata yang telah mengalami fosilisasi.
Temuan tersebut berupa tulang panjang, tanduk, dan gigi binatang.
Temuan-temuan tersebut kemudian dilaporkan ke Dinas Kebudayaan
Tegal dan saat ini sebagian telah tersimpan di Museum Sekolah Slawi,
Tegal. Batas administrasi wilayah berbatasan :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Warureja
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Jatinegara
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Pemalang
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Pangkah
2. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk di Desa Semedo tercatat 2.753 jiwa. Terdiri
dari 1.381 laki-laki dan 1.372 penduduk perempuan. Dengan Rasio
Jenis Kelamin 100,66 . Yang memberikan gambaran bahwa terdapat
101 laki - laki di antara 100 orang perempuan. Dengan rasio
22
Widianto, H. dan M. Hidayat. 2007. Semedo, Situs baru Kehidupan Manusia Purba
Pada Kala Plestosen. Berita Penelitian Arkeologi
25
ketergantungan sebesar 54,02 yang mempunyai arti bahwa di antara
100 orang kelompok usia produktif menanggung 54,02 orang
kelompok usia non produktif. Desa semedo memiliki kepadatan
penduduk terkecil dengan 126 jiwa per km2 diantara 10 Desa lainnya
di Kecamatan Kedungbanteng.23
3. Keadaan Sosial
Keadaan sosial di wilayah SItus Purbakala Semedo dapat
digambarkan dengan ketersediaan fasilitas umum sebagai berikut:
Tabel. 5.1
Fasilitas Umum
Fasilitas Umum Jumlah
Puskesmas Keliling 1
Pos Layanan Kesehatan 1
Gereja 0
Apotek 1
Musholah 4
Masjid 1
Sumber : Pemerintah Desa Semedo, 2016
4. Sektor Pertanian
Sektor pertanian di Desa Semedo merupakan lapangan
pekerjaan mayoritas penduduknya. Sebagian besar usaha pertanian
padi yang masih bertahan umumnya ditanam pada lahan sawah. Pada
tahun 2016 tercatat luas panen 2.591 hektar dengan produksi 196.904
kw dan tingkat produktifitas mencapai 75 kw/ha. Sedangkan tanaman
23
Kecamatan Kedungbanteng Dalam Angka, BPS Kabupaten Tegal : 2016
26
jagung dengan luas panen 4.482 ha dengan produksi 443.889 kw serta
produktifitas 99 kw/ha. Jenis tanaman pangan yang meliputi tebu,
kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, bawang
merah, kacang panjang, cabe merah, cabe rawit, kangkung untuk
tahun 2016 tidak ditanam di Desa Semedo.
5. Sektor Peternakan
Masyarakat Semedo yang berkultur agraris juga mempunyai
aktivitas memelihara ternak dan unggas. Tercatat 23 ekor kerbau, serta
19.954 ekor ayam.
6. Sejarah Situs Purbakala Semedo.
Situs Semedo pertama kali ditemukan tahun 2005. Secara kualitas,
temuan fosil vertebrata di Situs Semedo teridentifikasi 14 famili
(keluarga) antara lain: Jenis Mastodon, Stegodon, Elephas (gajah
purba), Bovidae (sejenis Banteng, kerbau), Cervidae (sejenis rusa),
Suidae (babi), Rhinocerotidae (badak), Hippopotamidae (kuda sungai),
Felidae (sejenis kucing, harimau), Canidae (Srigala, dll), Hyaenidae
(heina), Crocodilidae (jenis buaya), Testudinidae, Cheloniidae (jenis
kura-kura), Lamnidae (ikan hiu). Kemudian temuan sisa avertebrata
meliputi Ceolenterata, Echinodermata, dan molusca.24
Berdasarkan pembagian biostratigrafi fauna di Jawa paling tidak
menempatkan fauna Situs Semedo dalam 4 kategori biostratigrafi
fauna di Jawa yaitu : Fauna Satir berumur 2- 1,5 juta tahun lalu; Fauna
Ci Saat berumur 1,2 – 1 juta tahun lalu; Fauna Trinil HK berumur 1-
0,9 juta tahun lalu; dan Fauna Kedungbrubus berumur 0,8 - 0,7 juta
tahun lalu. Berdasarkan jenis binatang di Situs Semedo
mengindikasikan perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan laut, lingkungan peralihan, dan
lingkungan darat. Lingkungan laut ditunjukkan dengan temuan dari
avertebrata dari phylum Ceolenterata, Echinodermata, dan molusca,
24
Nugraha, Suwita, Widianta. Rancangan Pengelolaan Sumberdaya Budaya Situs
Semedo “Suatu Kontribusi Pemikiran“. Jurnal Sangiran
27
serta familia Lamnidae (ikan hiu). Lingkungan transisi/peralihan
ditunjukkan dengan temuan Crocodilidae (jenis buaya muara) yang
dapat hidup di antara daratan dan lautan. Sedangkan lingkungan darat
ditunjukkan dengan temuan seperti Stegodon, Elephas (gajah purba),
Bovidae (sejenis Banteng, kerbau), Cervidae (sejenis rusa), Suidae
(babi), Rhinocerotidae (badak), Felidae (sejenis kucing, harimau),
Canidae (Srigala, dll), Hyaenidae (heina).
Selain dari jenis binatang yang ditemukan, indikasi perubahan
lingkungan dapat dilihat dari rekaman lapisan tanah di Situs Semedo.
Rekaman lapisan tanah berdasarkan posisi temuan fosil binatang di
Situs Semedo berumur Kala Pliosen hingga Kala Plestosen. Rekaman
lapisan batuan tersebut dari tua hingga muda, adalah :
1) Formasi Tapak berumur Pliosen Bawah, merupakan endapan
batupasir kasar berwarna kehijauan;
2) Formasi Kalibiuk berumur Pliosen Tengah, merupakan endapan
batulempung dan napal biru berfosil. Selanjutnya terjadi
ketidakselarasan yang diisi oleh batuan beku tidak terbagi-bagi
terdiri atas andesit sampai basal;
3) Formasi Kaliglagah berumur Pliosen Atas, merupakan batupasir
kasar dan konglomeratan. Lapisan ini diendapkan di atas bidang
ketidakselarasan;
4) Formasi Mengger berumur Plestosen Bawah, merupakan lapisan
tuff abu-abu muda dan batupasir tuffan dengan sisipan
konglomerat serta lapisan tipis pasir magnetit;
5) Formasi Gintung berumur Plestosen Tengah, merupakan endapan
konglomerat andesit (mengandung kayu kersikan dan terarangkan,
serta beberapa fosil vertebrata yang tingkat fosilisasinya tidak
sempurnya) berselang-seling dengan batu lempung pasiran,
lempung, batupasir gampingan, dan konkresi batupasir napalan;
28
6) Formasi Linggopodo berumur Plestosen Tengah hingga awal
Plestosen Atas, merupakan endapkan breksi, tuff, dan lahar andesit
yang berasal dari Gunung Slamet Tua atau Gunung Copet;
7) Kemudian secara selaras didominasi oleh endapan vulkanik produk
erupsi gunungapi seperti Gunung Slamet, Ciremai, Sawal, yang
terdiri dari rempah vulkanik hasil erupsi eksplosif berupa jatuhan
piroklastik (endapan lepas maupun yang sudah membatu), dan
endapan lahar maupun bongkah-bongkah lava yang berumur
Plestosen Akhir hingga Holosen. Terakhir diendapkan kipas
aluvium di lereng-lereng bukit, teras-teras sungai serta endapan
aluvium di sepanjang aliran dan dataran banjir sungai-sungai besar
yang berumur resen.
Kondisi lingkungan masa lalu di Situs Semedo tidak
terlepas dari proses pembentukkan Pulau Jawa. Di mana gerakan
lempeng tektonik, erupsi gunung berapi, naik-turun muka air laut
masih terus berlangsung. Sekitar 2,4 juta tahun lalu, Pulau Jawa
bagian barat sudah terangkat kepermukaan dan menjadi daratan.
Setelah melewati Kala Plestosen Bawah, sekitar 1,8 juta tahun lalu
daerah ini tertutup oleh endapan volkanik. Kemungkinan daerah
Cijulang, Bumiayu, Prupuk, dan Ajibarang.
7. Rancangan Pengelolaan Sumberdaya Budaya Situs Semedo
Kedungbanteng merupakan batas daratan Pulau Jawa bagian timur.
Secara geologi selama Kala Pliosen atas hingga Plestosen Bawah
endapan lapisan tanah di daerah Bumiayu, Prupuk, Ajibarang, dan
Kedungbanteng di wakili oleh Formasi Kali Glagah, dan Formasi
Mengger.
Berdasarkan data tersebut di atas membuktikan bahwa Situs
Semedo merupakan situs tua di Jawa dan sejajar dengan situs-situs
Kala Plestosen disekitarnya seperti Situs Cijulang, Satir, Kaliglagah,
dan Bumiayu.
29
Jejak budaya di Situs Semedo mulai ditemukan sejak tahun 2007
hingga sekarang. Artefak yang ditemukan terdiri dari alat masif
sebesar genggaman tangan dan alat non-masif berukuran kecil. Jenis
alat batu Situs Semedo adalah kapak perimbas (chopper), kapak
penetak (chopping), kapak genggam (hand-axe), batu inti (core), bola
batu berfaset (polyhedral), serta serpih (flake), serut (scrapper).
Secara morfologi dan tipologi alat paleolitik Situs Semedo tidak
berbeda jauh dengan temuan-temuan alat paleolitik di situs-situs
paleolitik lainnya seperti Sangiran, Sungai Baksoko (Pacitan), Kali
Kuning (purbalingga), Lembah Walanea (Sulawesi Selatan), Sumatera
Selatan, maupun Nusa. Faktor menarik dan menjadi ciri khas artefak
Semedo yang tidak ditemukan di situs paleolitik lain adalah bahan
dasar artefak, berupa koral kersikan (silicified coral) yang
mendominasi hampir 80% kuantitas artefak paleolitik Semedo, sisanya
dari gamping kersikan, kalsedon, basalt kersikan dan lempung
kersikan.
Situs Semedo memberikan bukti penting ketika ditemukan sisa-
sisa manusia purba berupa pecahan atap tengkorak bagian belakang
yang mengkonservasi bagian bagian parietal kanan dan kiri dan
sebagian occipital bagian atas, dan terbungkus oleh endapan konkresi
pasir krikilan. Fragmen atap tengkorak tersebut ditemukan oleh Dakri
pada bulan Mei 2011 di Kalen Kawi, daerah Watu Rajut. Temuan
tersebut oleh Harry Widianto dinamakan Semedo 1. Menurut Harry
Widianto25
secara Morfologi dan biometri temuan atap tengkorak
bagian belakang Semedo 1 identik dengan temuan tengkorak manusia
purba dari Grogol Wetan di Situs Sangiran. Berdasarkan analisis
tersebut maka Semedo I dimasukkan dalam tipe Homo erectus Tipik.
Temuan fosil Homo erectus dari Semedo ini ditafsirkan berasal dari
25
Widianto, Harry dan Muhammad Hidayat. 2005. Semedo : Situs Baru Manusia Purba
di Indonesia. Laporan Penelitia Arkeologi. Kerjasama Balai Arkeologi Yogyakarta
dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal.
30
awal Plestosen Tengah sekitar 700.000 tahun lalu. Temuan Homo
erectus tersebut telah menjadikan Situs Semedo sejajar dengan situs-
situs manusia purba lain di Jawa seperti Sangiran, Trinil, dan
Patiayam.
Berdasarkan temuan fosil fauna, alat batu dan sisa-sisa manusia
purba di Situs Semedo, dapat diketahui bahwa situs ini mempunyai
potensi dan nilai penting cukup signifikan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan tentang kehidupan manusia purba.
Hal tersebut semakin menguatkan posisi penting Situs Semedo
sebagai salah satu bagian dalam rangkaian situs-situs Plio-Plestosen di
Jawa berkaitan dengan proses migrasi dan kolonisasi manusia purba
dan fauna di Jawa.
Selain penelitian arkeologis, potensi masyarakat meliputi sosial
budaya, maupun sektor ekonomi masyarakatnya juga mendapat
perhatian. Dalam kajian sosial-budaya masyarakat dimaksudkan ingin
merekam gambaran umum masyarakat Semedo, mengetahui potensi
yang ada di masyarakat sebagai penunjang keberadaan museum
sebagai imbas balik keberadaan situs.
Berdasarkan sumber monografi Desa Semedo tahun 2012,
diketahui bahwa luas pemukiman adalah 1.993.246 ha, persawahan
137.510 ha, pekarangan 31.617 ha. Sawah terbesar adalah tanah tadah
hujan seluas 107.647 ha, sedang sawah irigasi seluas 33.683 ha.
Tanaman pangan komoditas di Desa Semedo adalah padi, dan jagung.
Untuk komuditas jagung ditanam di lahan milik Perhutani, istilah
masyarakat lokal baron atau ladang atau hutan. Selain kedua
komuditas tersebut, di lahan persawahan juga ditanami tebu sebagai
bahan baku gula di Pabrik Gula Pangkah di Slawi.
Potensi Situs Semedo sangat layak untuk dikembangkan menjadi
tempat tujuan wisata minat khusus seperti halnya Museum Manusia
31
Purba Sangiran.26
Pendampingan dan perhatian oleh pemerintah
Kabupaten Tegal antara lain; menyempurnakan pondok informasi,
pengadaan vitrin, baliho, kamera, komputer, pembuatan gerbang Situs
Semedo di Desa Sigentong, serta program sosialisasi kepada siswa
SLTA, guru SD, SLTP, SLTA untuk memberikan penjelasan tentang
fosil dan rencana pengelolaan ke depan. Hal paling penting peran
pemerintah Kabupaten Tegal terhadap Situs Semedo adalah
pembebasan lahan untuk pembangunan museum Situs Semedo pada
tahun 2014. Menurut beliau, masyarakat Semedo sangat terbuka
menerima keberadaan museum, dengan adanya museum diharapkan
kesejahteraan masyarakat akan lebih baik.
B. Data Penelitian
1. Hasil Observasi
Penulis melakukan teknik observasi lapangan disekitar Situs
Purbakala Semedo. Observasi di lakukan di Desa Semedo dengan cara
memetakan segala aspek yang diteliti dalam penelitian ini dan juga
mengamati kenyataan yang ada di di Desa Semedo serta mengambil
kesimpulan sesuai dengan teori yang penulis gunakan sebagai dasar
penelitian.
a. Kondisi Fisik
Lahan Situs Semedo merupakan areal terbuka, dan
merupakan lahan milik Perum Perhutani KPH Pemalang, BKPH
Kedung Jati. Selain perbukitan bergelombang dengan kemiringan
lahan antara 40°- 50°, terdapat juga bentuk morfologi datar hingga
landai, yang biasanya dekat dengan sungai. Daerah dengan
morfologi perbukitan/bukit oleh warga sekitar dimanfaatkan untuk
ladang/tegalan dengan tanaman jagung, ketela dan sebagian untuk
26
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/01/24/kabar-baik-kabupaten-tegal-akan-
segera-miliki-museum-situs-purbakala-terbaru-di-indonesia. Diakses pada tanggal 15
April 2019
32
tanaman keras seperti jati, mahoni dan sengon. Sedangkan daerah
dengan morfologi landai hingga datar di sekitar sungai,
dimanfaatkan masyarakat untuk bertanam padi.
b. Tempat
Situs Semedo secara administratif berada di Kabupaten
Tegal, kira-kira 15 kilometer sebelah timur dari kota Slawi. Situs
Semedo berada di ujung paling barat dari bentang lahan jajaran
Pegunungan Serayu Utara dan merupakan daerah batas dengan
rangkaian Pegunungan Zona Bogor. Jajaran Pegunungan Serayu
Utara terletak diantara Gunung Slamet di selatan, dan daratan
alluvial pantai utara Jawa di utara. Secara morfologi Situs Semedo
merupakan perbukitan bergelombang dengan sungai-sungai yang
mengalir ke utara di antara perbukitan. Arah aliran dan bentuk
punggungan merupakan respon dari pola struktur yang
berkembang di daerah ini dimana sesar-sesar mendatar merupakan
sesar utama. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perbukitan
di daerah Semedo memanjang dari barat ke timur yang kemudian
terpotong-potong oleh sesar-sesar geser yang mengontrol
terbentuknya pungggungan, sehingga membentuk sugai-sungai
tadah hujan yang mengalir ke utara di antara punggungan bukit
c. Sedangkan Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber
yang berkompeten di bidangnya serta dapat memberikan data yang
akurat yang penulis butuhkan untuk menjawab rumusan masalah
yang penulis buat. Beberapa diantaranya adalah Perangkat Desa
Semedo, Pengurus Organisasi Kelompok Sadar Wisata “KPSS”,
serta Pegawai Dinas Pariwisata.
d. Identifikasi Potensi
1. Attraction (Atraksi)
Atraksi merupakan komponen yang signifikan dalam
menarik wisatawan. Suatu daerah dapat menjadi tujuan wisata
33
jika kondisinya mendukung untuk dikembangkan menjadi
sebuah atraksi wisata. Apa yang dikembangkan menjadi atraksi
wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan.
Untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah
orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh
wisatawan. Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan
itu ada tiga, yaitu
1) Natural Resources (alami)
2) Atraksi wisata budaya, dan
3) Atraksi buatan manusia itu sendiri.
Modal kepariwisataan itu dapat dikembangkan menjadi
atraksi wisata ditempat dimana modal tersebut ditemukan. Ada
modal kepariwisataan yang dapat dikembangkan sehingga
dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat
berkali-kali dinikmati, atau bahkan pada kesempatan lain
wisatawan bisa berkunjung ketempat yang sama. Keberadaan
atraksi menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk
mengunjungi suatu daya tarik wisata (DTW). Daya tarik ini
dibagi menjadi beberapa yaitu daya tarik alam, daya tarik
budaya dan daya tarik minat khusus.
Atraksi yang paling utama dalam hasil observasi di
lapangan yaitu Situs Purbakala Semedo. Wisata tersebut
merupakan obyek wisata ilmiah yang baru ditemukan beberapa
tahun lalu. Potensi kepariwisataannya cukup tinggi bagi ilmu
pengetahuan dan merupakan aset yang sangat berharga bagi
pemerintah Kabupaten Tegal. Sejak wilayah ini ditetapkan
sebagai Cagar Budaya oleh KEMDIKBUD, wilayah ini sangat
diperhatikan perkembangannya. Semedo mempunyai arti yang
sangat penting bagi ilmu pengetahuan di dunia, khususnya ilmu
arkeologi, ilmu geologi, ilmu paleoantropologi, antropologi,
34
dan ilmu biologi. Potensi yang ada di Situs Purbakala Semedo
yang sudah dikembangkan antara lain :
1. Museum Pra Sejarah Semedo
Museum ini terletak di Desa Semedo, Kedungbanteng,
Tegal. Museum ini menampung semua lokasi temuan fosil
di kawasan cagar budaya Semedo. Museum ini dibangun
tahun 2016 dengan luas 9329 m². Bangunan tersebut
bergaya modern, terdiri dari :
1) Ruang Pamer, ruang utama tempat koleksi dipamerkan /
dipajang.
2) Ruang Laoratorium, tempat dilakukannya proses
konservasi terhadap fosil – fosil yang ditemukan.
3) Ruang Pertemuan, ruang yang digunakan untuk segala
kegiatan yang diadakan di museum.
4) Perpustakaan, ruang penyimpanan koleksi buku – buku.
5) Ruang Penyimpanan, ruang yang digunakan untuk
menyimpan koleksi fosil – fosil.
6) Musholla.
7) Toilet.
Jumlah koleksi yang ada hingga saat ini mencapai
10.806 buah yang tersimpan di dua tempat, yaitu ratusan
fosil disimpan di ruang display, dan selebihnya disimpan
dalam gudang penyimpanan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan ruang yang ada di ruang display, namun
sekarang telah dibangun ruang pamer.
2. Ruang Audiovisual
Dalam perencanaan sebuah museum apapun bila
mengacu pada konsep museologi baru, maka pelayanan
optimal kepada masyarakat pengunjung merupakan hal
35
penting yang harus diprioritaskan. Tentunya dengan tidak
mengabaikan sajian produk yang sesuai dengan subjeck
matter museum. Pelayanan tersebut telah sesuai dengan
fungsi dasar museum yaitu mengkomunikasikan antara
konten museum kepada masyarakat terutama masyarakat
pengunjung. Salah satu fasilitas pelayanan tersebut adalah
tersedianya ruang audio visual museum.
Ruang audio visual pada museum sangat berguna
bagi pengunjung dalam rangka pengenalan dan pengetahuan
tentang konten museum. Jika diperlukan, pengunjung
sebelum mengexplor dan memperdalam isi keseluruhan
objek pameran yang disajikan, informasi secara umum
dapat digambarkan pada ruangan ini. Pada ruangan ini pula
secara teknik visual dapat menyajikan pendalaman objek
tertentu sesuai komitmen pengunjung dengan pengelola
museum. Dengan demikian audio visual juga dapat
memberikan kontribusi pengalaman edukasi dan
pembelajaran singkat namun cukup berarti.27
27
https://puslitbiologi.wordpress.com/2015/11/30/ruang-audio-visual-auditorium-
museum-etnobotani/ (Diakses pada tanggal 6 Mei 2019)
Gambar 1 2 Ruang Pamer di Dalam Museum
Sumber : Dokumen Pribadi
36
Ruangan ini dibangun khusus untuk pemutaran film
kisah kehidupan manusia prasejarah. Hal ini berfungsi
untuk melengkapi informasi yang diperoleh wisatawan
yang sudah menyaksikan fosil – fosil peninggalan dari
kehidupan masa prasejarah di Situs Semedo.
Gambar 1 3 Koleksi Museum Purbakala Semedo
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)
Atraksi lain yang ditemukan selain Situs Purbakala Semedo adalah
a. Site attraction
Site attraction adalah daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata
semenjak objek itu ada. Dalam hal ini ada beberapa atraksi yang
paling utama dalam hasil observasi lapangan yang dilakukan oleh
penulis. Yaitu :
37
1) Daya Tarik Alam
Daya tarik ini merupakan daya tarik yang tercipta secara
alami dan oleh proses alam. Terdapat beberapa jenis dari daya
tarik ini antara lain dapat dikategorikan seperti berikut:
a. Panorama alam
Keindahan Pegunungan Serayu Utara menjadi hal yang
sangat mempengaruhi keindahan yang tersaji di Situs
Purbakala Semedo. Tanaman jagung yang menjadi salah
satu mata pencaharian serta penghidupan masyarakat di
tempat ini juga memberikan keindahan dalam pencitraan
pandangan atau panorama alam. Gunug Slamet yang
berketinggian lebih dari 3200 meter dari permukaan laut,
hingga saat ini masih dianggap sebagai gunung berapi aktif
dan paling berbahaya di Indonesia, namun menawarkan
panorama dan atraksi alam yang indah dan menakjubkan.
Secara geografis daerah ini terletak di perbatasan
Kabupaten Pemalang dan kabupaten Tegal. Berjarak 30 Km
ke arah timur Kota Tegal, 15 Km ke arah Barat dari Kota
Pemalang. Perkembangan pariwisata saat ini telah menuju
kepada kebutuhan masyarakat global, dengan
meningkatnya jumlah permintaan hunian yang ada
khususnya di Kawasan Situs Purbakala Semedo, hal ini
menjadi bukti bahwa Kawasan wisata ini telah semakin
diincar oleh wisatawan dan dengan dasar peningkatan yang
signifikan tersebut maka juga perlu ditingkatkan
kewaspadaan serta kesigapan apartur pemerintah daerah
yang terkait dengan kepariwisataan.
b. Sumber daya alam
Dalam hal ini mempunyai maksud beberapa potensi
ataupun destinasi yang telah berkembang, namun dalam
observasi yang penulis lakukan penulis mendapatkan
38
kenyataan jika di daerah tersebut mempunyai beberapa
potensi untuk mengembangkan beberapa titik yang terdapat
di daerah aliran sungai di wilayah desa tersebut namun
sampai saat ini belum dikembangkan.
2) Daya Tarik Budaya
Daya tarik budaya juga merupakan salah satu hal yang
menjadikan wisatawan memiliki keinginan untuk mengunjungi
sebuah destinasi wisata. Adapun daya tarik budaya di Situs
Purbakala Semedo adalah adanya dua makam, joglo area serta
satu gua di desa Semedo menjadikan salah satu minat khusus
dalam hal budaya. Adapun keempat tempat tersebut adalah:
(1) Makam Keramat Semedo
Desa Semedo terkenal dengan sebuah makam yang di
beri nama mirip desa tersebut yaitu makam Mbah Semedo ,
menurut warga sekitar makam mbah Semedo merupakan
salah satu makam bersejarah yang ada di Kabupaten Tegal
karena di tempat tersebut bersemayam tokoh sesepuh yang
berjasa pada berdirinya Kabupaten Tegal. Tokoh-tokoh
yang bersemayam di Makam Mbah Semedo antara lain :
1. Mbah Pangeran Suro Hadi Kusumo (Syekh
Abdurrahman Mbah Semedo)
2. Mbah Raden Mas Panji Hadi Tjokro Negoro (Mbah
Kaloran / Bupati Tegal Ke-10)
3. Mbah Syekh Muhammad Tohir Al-Ba’bud (Mbah
Langgen)
4. Mbah Raga Sutha (Petilasan Mbah Sunan Kalijag)
5. Petilasan Mbah Pangeran Diponegoro
6. Mbah Surodiwongso (Juru Kunci Pertama Makam
Mbah Semedo)
7. Syekh Sarifudin (Asal Banten)
8. Mbah Buyut Putri (Sabrang Wetan Ciputih)
39
Makam Mbah Semedo merupakan makam keturunan
Majapahit yang menjadi salah satu pemuka agama pada
saaat itu. Makam Mbah Semedo berada di Desa Semedo
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal dengan
periodisasi tahun 1815, kondisi makam Semedo Baik
dengan Status Kepemilikan Desa atau diatas tanah Perum
Perhutani.
Gambar 1 4 Arah Menuju Makam Mbah Semedo
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)
(2) Gua Tirem
Tak hanya pesona warisan purbakalanya saja, Situs
Purbakala Semedo juga memiliki pesona alam lainnya
berupa gua alami yang terletak di Perbukitan Tirem. Dihiasi
oleh batu – batu besar di dalamnya, menjadikan keindahan
Gua Tirem menjadi menarik para wisatawan untuk
mendatangi dan membuktikan sendiri keindahannya.
40
Namun di balik keindaannya tersebut, asal usul
terjadinya Gua Tirem ini masih menjadi misteri dan mitos
bagi masyarakat lokal setempat. Konon katanya, Gua ini
dulu dihuni oleh manusia purba.
Terlepas dari cerita mitosnya, keindahan Gua Tirem
tetap menarik untuk ditelusuri setiap jengkal keindahannya.
Berada di tengah-tengah pegunungan menjadikan suasana
di sekitar gua terasa sejuk dan asri. Sebaiknya pengunjung
membawa senter atau headlamp untuk menyusuri gua ini.
Sebelum masuk ke dalam, di mulut guanya yang cukup
besar ini sudah terdapat tangga batu yang terhubung guna
mempermudah para pengunjung untuk masuk ke dalam
gua. Kesan pertama yang pengunjung rasakan ketika
memasuki gua ini mungkin agak sedikit menyeramkan
karena gelap, namun ketika sinar matahari mulai masuk
menyinari kegelapan gua ini barulah pengunjung dibuat
takjub dengan batu – batu purba di dalam gua. Ada baiknya
pengunjung menggunakan alas kaki yang mendukung
dikarenakan kondisi tanah di dalam gua cenderung lembab
dan sedikit licin. Untuk itu pengunjung harus lebih ekstra
hati-hati ketika menjelajahi setiap sudut dari gua ini.
Namun ada satu hal yang mengurangi keindahan dari gua
ini yakni banyaknya terdapat sampah di sekitar lokasi.
(3) Rumah Joglo
Rumah joglo merupakan bangunan arsitektur tradisional
jawa tengah. Rumah joglo mempunyai kerangka bangunan
utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama
penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang
berupa susunan balok yang disangga soko guru. Ciri-ciri
khas dari rumah joglo secara umum yaitu :
41
Mempunyai pekarangan yang luas dan lapang tanpa
dibatasi oleh sekat
Bangunannya berbentuk persegi panjang
Mempunyai tiga pintu depan dan terdapat tiang yang
disebut Soko Guru atau Saka Guru.
Denah utama rumah Joglo terdiri dari tiga bagian utama
yaitu, Pendhapa atau Pendopo, Pringgitan dan Omah
Dalem atau Omah Njero dan bagian tambahan lainnyaa
Rumah ini jenis rumah khas jawa. Tempat ini sangat
strategis sehingga sering digunakan sebagai tempat singgah
serta untuk menerima tamu untuk mempelajari kesenian di
Desa Semedo.
3) Daya Tarik khusus
Para wisatawan dapat melakukan kegiatan Tracking
menyusuri bukit lokasi penemuan fosil dimana hal tersebut
dapat dilakukan dari Pusat Informasi Semedo. Untuk sampai ke
Gambar 1 5 Bentuk Rumah Joglo
Sumber : Koleksi Pribadi 2019
42
lokasi dibutuhkan waktu 1-2 jam. Selain wisatawan dapat
melakukan Tracking, wisatawan juga dapat melakukan kegiatan
Bersepeda dimana hal tersebut masih dalam kajian dari
Kelompok Sadar Wisata “KPSS” untuk dapat di maksimalkan
kegiatan tersebut.
Gambar 1 6 Tracking Menyisir Sungai
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)
b. Event Attraction meliputi :
1) Falsafah
Keterikatan mereka terhadap alam memunculkan suatu
kepercayaan jika menghormati alam maka alam tidak akan marah
dan menurunkan bencana bagi mereka. Dengan melestarikan
pemikiran tersebut memunculkan falsafah bagi masyarakat
kecamatan Kedungbanteng umumnya dan masyarakat Semedo
pada khususnya. Mereka memandang alam sebagai sesuatu yang
hidup dan harus dijunjung tinggi keberadaannya serta bukan
sebagai sebuah ancaman ataupun suatu yang memberikan
43
bencana melainkan sesuatu yang memberikan perlindungan atau
sebagai penjaga tempat tersebut dari hal-hal yang tidak baik
2) Perilaku Budaya
Perilaku budaya muncul karena adanya dorongan dari
dalam yang dihasilkan oleh falsafah yang mereka yakini bersama
untuk menunjukkan hal tersebut menjadi satu hal yang dapat
dilihat dan dilakukan baik dari generasi lalu, sekarang maupun
dimasa yang akan datang. Perilaku budaya yang berkembang
dimasyarakat Semedo adalah sebagai berikut:
a) Sedekah Bumi
Sedekah Bumi merupakan salah satu upacara adat
berupa prosesi seserahan hasil bumi dari masyarakat
kepada alam. Upacara ini biasanya ditandai dengan pesta
rakyat yang diadakan di balai desa atau di lahan pertanian
maupun tempat-tempat yang dianggap sakral oleh
masyarakat. Upacara ini sudah berlangsung turun termurun
dari nenek moyang kita, dan berkembang di Pulau Jawa,
terutama di wilayah yang kuat akan budaya agraris. Sama
seperti acara budaya yang lain, acara ini dilakukan dengan
berbagai acara gabungan yaitu tarian, pembawaan sesaji
dan juga pementasan beberapa kesenian tradisional baik
yang hanya ada ditempat tersebut maupun kesenian di
masyarakat Jawa pada umumnya.
44
b) Festival Budaya Semedo
Merupakan acara tahunan dari pementasan kesenian
tradisional dan juga sebagai acara yang mengemas
gabungan antara nasionalisme dan budaya di masyarakat
Semedo. Dalam kegiatan ini berbagai kelompok pelestari
budaya menunjukkan kebolehan dan juga kekhasan dari
kelompok mereka masing-masing dengan kostum yang
mereka pakai yang berbeda-beda.
Gambar 1 8 Festival Budaya Semedo
Sumber : korantegal.com
Gambar 1 7 Sedekah Bumi
Sumber : Website Desa Semedo
45
3) Produk Budaya
Produk budaya merupakan hal yang terbentuk oleh
masyarakat karena adanya budaya yang bersifat fisik (tangible)
berupa tarian-tarian, ataupun yang bersifat non fisik (intangible)
beruoa kebudayaan dan adat-istiadat. Di SItus Purbakala Semedo
terdapat beberapa kelompok tari dimana tarian tersebut hanya
ada di kecamatan Kedungbanteng seperti tari Sintren, Topeng,
dan masih banyak lagi, dan ditiap desa memiliki karakteristik
yang berbeda baik dari tema, gerak maupun pakaian yang
digunakan ketika melakukan tarian tersebut.
a) Tari Sintren
Tari Sintren merupakan salah satu tarian tradisional yang
berasal dari pesisir utara pantai Jawa tengah dan Jawa barat.
selain gerak tarinya, tarian ini juga terkenal dengan unsur
mistis di dalamnya karena adanya ritual khusus untuk
pemangilan roh atau dewa. Tari Sintren ini tersebar di
beberapa tempat di Jawa tengah dan Jawa barat seperti di
Cirebon, Majalengka, Indramayu, Brebes, Pemalang,
Pekalongan dan Banyumas.
Menurut sejarahnya, tarian ini berawal dari percintaan
Raden Sulandono dan Sulasih yang tidak mendapat restu dari
orang tua Raden Sulandono. Sehingga Raden Sulandono di
perintahkan oleh ibunya untuk bertapa dan diberikan
selembar kain sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan
Sulasih setelah pertapaannya selesai. Sedangkan Sulasih
diperintahkan untuk menjadi penari di setiap acara bersih
desa yang di adakan sebagai syarat untuk bertemu Raden
Sulandono.
Saat pertunjukan rakyat yang diadakan untuk
memeriahkan bersih desa, pada saat itulah Sulasih menari
46
sebagai bagian pertunjukan. Malam itu saat bulan purnama,
Raden Sulandono pun turun dari pertapaannya dengan cara
bersembunyi sambil membawa kain yang diberikan oleh
ibunya. Pada saat Sulasih menari, dia pun di rasuki kekuatan
Dewi Rantamsari sehingga mengalami trance. Melihat seperti
itu Raden Sulandono pun melemparkan kain tersebut
sehingga Sulasih pingsan. Dengan kekuatan yang di miliki
oleh Raden Sulandono, maka Sulasih dapat dibawa kabur dan
keduanya mewujudkan cita – citanya untuk bersatu dalam
cinta. Sejak saat itulah sebutan Sintren dan balangan muncul
sebagai cikal bakal dari Tari Sintren ini. Istilah Sintren adalah
keadaan saat penari mengalami kesurupan atau trance. Istilah
Balangan adalah saat Raden Sulandono melempar kain yang
di berikan oleh ibunya.
Gambar 1 9 Seni Tari Sintren
Sumber : google.com
47
2. Aksesbilitas
Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu
tujuan dan menghubungkannya dengan tujuan lain. Aksesibilitas terdiri
dari sarana seperti moda transportasi dan prasarana seperti jalan.
Sebagai salah satu elemen pendukung dalam Destination Mix,
aksesibilitas memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mencapai
daya tarik wisata (atraksi), akomodasi, amenitas, dan aktivitas. Tanpa
aksesibilitas yang memadai, bisa jadi wisatawan akan mengurungkan
niatnya untuk berwisata.
Situs Purbakala Semedo tergolong memiliki sarana dan
prasarana yang dapat diandalkan, antara lain prasarana jalan
lingkungan dan kabupaten dalam kondisi yang baik namun terbatasnya
sarana transportasi yang tersedia.
1. Kondisi Jalan
Untuk melihat ketersediaan jalan yang ada layak untuk
digunakan guna menunjang mobilisasi kegiatan pariwisata yang ada
di SItus Purbakala Semedo harus dilihat dari beberapa aspek yaitu
kondisi dan lebar jalan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuan,
dapat diketahui bahwa jalan desa lingkungan menjadi satu-satunya
akses yang melintasi langsung Situs Purbakala Semedo. Jalan yang
dinamakan Jalan Desa Semedo tersebut tergolong dalam kondisi
yang baik dengan 1 lajur dan lebar sekitar 4 meter, cukup untuk 2
mobil yang berpas-pasan. Jalan tersebut menghubungkan Semedo
dengan kampung-kampung di sekitarnya, seperti Sigentong,
Harjasari, dan Warureja. Tidak jauh dari situ, sekitar 100 meter dari
ujung Jalan Desa terdapat akses prasarana jalan kabupaten yang
menghubungkan Kota Slawi dengan daerah di arah timur, seperti
Kota Pemalang hingga Kota Pekalongan, salah satu daerah asal
kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Tegal. Jalan yang
48
dinamakan Jalan Raya Balamoa - Warureja tersebut tergolong
dalam kondisi yang baik dengan 2 lajur dan lebar sekitar 6 meter,
cukup untuk 2 mobil sejajar. Jalan tersebut juga yang
menghubungkan Slawi ke kawasan Pantai Utara, sejauh sekitar 15
kilometer. Wisatawan dari arah selatan seperti Kota Purwoketo bisa
mengakses jalan tersebut untuk berkunjung ke Situs Purbakala
Semedo.
Gambar 1 10 Kondisi Jalan Menuju Situs Purbakala
Semedo
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)
2. Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang bisa digunakan di Semedo mulai dari
kendaraan pribadi sampai dengan kendaraan umum. Jika
menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan tinggal mengakses
Jalan Balamoa - Warureja dan Jalan Desa Semedo. Jika
menggunakan kendaraan umum skala kecil, wisatawan bisa
memanfaatkan bendi dan angkutan kota. Bendi adalah kereta yang
49
ditarik kuda, salah satu kendaraan tradisional di Tegal, namun
jumlahnya sangatlah jarang. Wisatawan bisa mendapatkan
pengalaman tambahan jika menggunakan moda transportasi
tersebut. Wisatawan bisa merasakan guncangan selama bendi
berjalan sambil menikmati “musik” hentakan sepatu besi kuda yang
berlari santai sembari terkena hembusan angin sepoi-sepoi. Bendi
tersedia di beberapa titik di pusat keramaian, antara lain Pasar
Balamoa dan Pasar Banjaran. Untuk sekali jalan ke Semedo,
wisatawan cukup merogoh kocek sekitar Rp10-20 ribu per bendi.
Tentu akan lebih hemat jika digunakan secara rombongan maksimal
sampai 5 orang. Sedangkan angkutan kota yang melewati Semedo,
yaitu jurusan Balamoa – Warureja dengan tarif yang sama yaitu
Sepuluh ribu per orang jauh-dekat.
3. Jarak
Wilayah Kabupaten Tegal dilewati jalan yang
menghubungkan Semarang dan Yogyakarta. Selain itu juga terdapat
jalur alternatif Tegal - Yogyakarta melalui Slawi, dan Tegal -
Yogyakarta melalui Jatinegara yang dikenal dengan jalur Segitiga.
Jarak dari beberapa wilayah menuju Situs Purbakala Semedi yaitu :
Dari Ibukota Kabupaten Tegal yaitu Kota Slawi menuju Situs
Purbakala Semedo sekitar 20 Kilometer (km).
Dari Kota Tegal menuju Situs Purbakala Semedo sekitar 10
Kilometer (km).
Dari Kota Pemalang menuju Situs Purbakala Semedo sekitar
8 Kilometer (km).
Dari Kabupaten Brebes menuju Situs Purbakala Semedo
sekitar 13 Kilometer (km).
Sedangkan Jarak dari Akses masuk (transit) wilayah dari beberapa
lokasi sebagai berikut :
50
Dari Stasiun Tegal menuju Situs Purbakala Semedo
menggunakan Taksi, Ojek, dengan Jarak 10 Kilometer (km).
Dari Terminal Tegal menuju Situs Purbakala Semedo
menggunakan Taksi, Ojek, dengan Jarak 13 Kilometer (km)
Dari Stasiun Slawi menuju Situs Purbakala Semedo
menggunakan Taksi, Ojek, dengan Jarak 20 Kilometer (km)
Dari Terminal Slawi menuju Situs Purbakala Semedo
menggunakan Taksi, Ojek, dengan Jarak 22 Kilometer (km)
4. Transportasi
Pengertian transportasi dalam pariwisata adalah sarana (alat)
untuk mencapai tujuan wisata dan juga sarana pergerakan di tempat
tujuan wisata. (the means to reach the destination and also means of
movement at the destination). Sedangkan secara umum pengertian
transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah wahana yang
digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk
memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Mengacu pada definisi pariwisata tourism is atemporary movement
of people from one piace to another berarti keberadaan industri
transportasi sangat penting dengan mempertimbangkan bahwa
perjalanan wisata menyangkut mobilitas manusia dari satu tempat
ke tempat lain. Dalam perkembangannya fungsi alat transportasi
bukan hanya sebagai sarana mobilisasi, melainkan juga sebagai
atraksi wisata (part leisure).28
Untuk menuju ke Situs Purbakala
Semedo ada beberapa jenis Transportasi yang bias digunakan.
Transportasi Udara
Angkutan udara digunakan oleh wisatawan yang
menginginkan kenyamanan dan kecepatan karena alat angkut
28
https://kanalwisata.com/pengertian-transportasi-dan-akomodasi-dalam-pariwisata
Diakses pada tanggal 10 Mei 2019
51
udara dapat menjangkau jarak yang jauh dan waktu tempuh
panjang serta mampu mengangkut penumpang dan barang. Jenis
transportasi pesawat udara baik penerbangan internasional
maupun penerbangan domestik, dapat berupa penerbangan
borongan atau charter dan penerbangan berjadwal atau
scheduled. Untuk menuju Situs Purbakala Semedo sendiri
dengan menggunakan angkutan udara dapat diakses melalui
Bandar Udara Ahmad Yani Semarang dan melanjutkan jalur
darat dari Semarang menuju Lokasi wisata.
Transportasi Darat
Setiap kegiatan wisata tentunya membutuhkan
transportasi darat baik berupa mobil (pribadi dan sewa), maupun
bus, truk, taksi, kereta api. Angkutan darat memberikan
beberapa manfaat karena bersifat fleksibel dapat mengantarkan
penumpang secara “dari pintu ke pintu”. Angkutan darat dapat
memberikan kenyamanan pribadi. Wisatawan dapat menentukan
rute perjalanan, mengatur waktu keberangkatan dan kedatangan
serta tempat perhentian.
Transportasi darat dapat mencapai daerah yang sulit
bahkan area yang terpencil sekalipun. Ia berfungsi sebagai alat
transportasi, sarana rekreasi dan akomodasi serta mampu
mengangkut penumpang dan bagasi. Akses menuju Situs
Purbakala Semedo melalui transportasi darat bisa melalui Moda
Kereta Api, Angkutan Umum, atau Kendaraan Pribadi.
Transportasi air
Transportasi air memberikan pengalaman dan kesan
tersendiri. Angkutan air yang dapat digunakan diantaranya kapal
feri penyeberangan, kapal pesiar, kapal danau, sungai dan
kanal,dan perahu. Angkutan laut mampu mencapai pulau-pulau
kecil (terutama yang tidak dapat dicapai oleh alat transportasi
lain) dan menggunakan sumber daya alam (perairan). Angkutan
52
air bias menampung banyak pengguna mulai dari perahu,
sampan, kapal feri, hingga kapal pesiar. Sama seperti
transportasi udara,angkutan air terdiri dari pelayaran
internasional maupun pelayaran domestik,dapat berupa
pelayaran borongan atau charter dan pelayaran terjadwal atau
scheduled.
3) Amenity (Fasilitas)
Amenity atau amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana
yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan
wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti: penginapan,
rumah makan, transportasi dan agen perjalanan. Dengan menggunakan
prasarana yang cocok dibangunlah sarana-sarana pariwisata seperti
hotel, atraksi wisata, marina, gedung pertunjukan, dan sebagainya.
Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan
sarana-sarana pariwisata ialah jalan raya, persediaan air, tenaga listrik,
tempat pembuangan sampah, bandara, pelabuhan, telepon, dan lain-
lain. Mengingat hubungan antar sarana dan prasarana, sudah jelas
bahwa pembangunan prasarana pada umumnya harus mendahului
sarana. Ada saatnya prasarana dibangun bersama-sama dalam rangka
pembangunan sarana wisata. Suatu tempat atau daerah dapat
berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya
baik. Ada hubungan timbal balik antara sarana dan prasarana.
Prasarana merupakan syarat untuk sarana, dan sebaliknya sarana dapat
menyebabkan perbaikan prasarana.
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan
wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan
kebutuhan wisatawan baik seecara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih
dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang
53
dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah
tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran
dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua objek
wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana
wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.
Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di
daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi,
terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek
wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata,
prasarana wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi
dan kondisi objek wisata yang bersangkutan
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi
dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang
pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu
sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas,
kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan
wisata seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat
pembelanjaan dan sebagainya.
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang
memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang
dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan.
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumberdaya manusia
yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di
daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi,
terminal, jembatan, dan lain sebagainya.29
Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada.
Pembagunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan
lokasi akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri.
Disamping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas,
29
Suwantoro, Gamal, Dasar-Dasar Pariwisata, (Yogyakarta: Andi Press, 2004), h.21
54
kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan
wisata, seperti bank, apotik.
a. Akomodasi
Pengertian akomodasi dalam pariwisata adalah suatu
bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus,
dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh
pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran.
Pengertian akomodasi bukan hanya untuk pariwisata saja
melainkan bisa memiliki pengertian menurut ilmu sosial yaitu
suatu perjanjian antara dua kelompok yang memiliki perbedaan
pendapat pada subjek, atau proses dari mencapai suatu
kesepakatan. Juga akomodasi dikenal dalam bidang biologi yaitu
penyesuaian mata untuk menerima bayangan yang jelas dari objek
yang berbeda.
Sarana akomodasi tentunya sangat dibutuhkan untuk setiap
kegiatan wisata karena kegiatannya membutuhkan waktu lebih dari
1 hari. Seluruh akomodasi umumnya menyediakan jasa pelayanan
penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum
serta jasa lain namun dalam wujud yang beragam.
Akomodasi terdiri dari berbagai bentuk. Hotel merupakan salah
satu bentuk akomodasi umumnya digunakan oleh wisatawan.
Bentuk akomodasi lainnya dapat berupa motel atau motor hotel,
pondok remaja, vila, bungalow dan cottage, pondok wisata, wisma
atau mess (guest house), dormitori, losmen, marina, kapal pesiar,
karavan, hotel perahu, flat, apartemen, dan kondominium.
Setiap akomodasi diklasifikasikan dan dikategorikan karena
wisatawan yang menjadi tamu hotel, misalnya menganggap
penilaian tersebut menunjukkan kualitas pelayanan dan
kelengkapan fasilitas yang ditawarkan. Semakin tinggi peringkat
akomodasi menunjukkan kualitas fasilitas dan pelayanan yang baik
sejalan dengan harga yang tinggi pula.
55
Akomodasi wisata merupakan hal penting dalam memenuhi
kebutuhan wisatawan yang sedang berwisata. Para wisatawan
cenderung membutuhkan akomodasi yang memiliki beragam
varian harga maupun macamnya. Bentuk akomodasi primer yang
dibutuhkan wisatawan yaitu adanya tempat untuk menginap saat
mereka melakukan perjalanan wisata. Lebih jauh Munavizt
menyatakan bahwa akomodasi wisata dapat berupa tempat dimana
wisatawan dapat beristirahat, menginap, mandi, makan, minum
serta menikmati jasa pelayanan yang disediakan. Kegiatan
pariwisata yang didasari kegiatan bisnis disebut dengan akomodasi
komersil. Akomodasi komersil di bidang pariwisata bertujuan
mencari keuntungan dengan menawarkan barang maupun jasa
kepada wisatawan untuk mendapatkan keuntungan (profit). Setzer
Munavizt menyatakan, terdapat beberapa jenis akomodasi wisata
yang biasa dipakai untuk tujuan komersil, 30
yaitu :
(1) Hotel
Hotel kembali dibagi menjadi empat berdasarkan jumlah
kamarnya yaitu (1) hotel kecil yaitu hotel yang memiliki
kurang dari dua puluh lima kamar , (2) hotel sedang yaitu hotel
yang memiliki kapasitas lebih dari duapuluh lima kamar dan
kurang dari seratus kamar, (3) Hotel menengah yaitu hotel yang
memiliki seratus kamar dan kurang dari tiga ratus kamar; serta
(4) hotel besar yaitu hotel yang memiliki lebih dari tiga ratus
kamar.
(2) Motel
Penginapan yang didesain bagi mereka yang sedang
bepergian jauh (biasanya motel ini terletak di jalur highway di
Amerika Serikat) dan harus memiliki fasilitas parkir kendaraan
30
http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-akomodasi
pariwisata.html. Diakses pada tanggal 16 April 2019
56
bermotor (private garage) dan juga akses yang mudah menuju
highway.
(3) Guest House
Guest house merupakan jenis akomodasi yang biasanya
dimiliki oleh instansi pemerintahan maupun swasta, perusahaan
(company). Guest house ini digunakan oleh pemiliknya sebagai
tempat untuk para tamu mereka yang sedang menginap. Guest
house yang dimiliki pemerintah akan menanggung semua biaya
akomodasi tamunya, namun guest house yang dimiliki
perusahaan swasta yang disewakan kepada tamunya semata-
mata untuk mencari keuntungan saja.
b. Catering Service
Untuk memberikan pelayanan jasa berupa penyediaan makanan
dan minuman kepada wisatawan yang berkunjung ke objek wisata
Situs Purbakala Semedo, teradapat berbagai jenis rumah makan,
maupun warung-warung dengan harga yang berbeda antara wisatawan
domestik maupun wisatawan asing. Selain itu juga tersedia beberapa
cafe dengan suasana rileks dan menyediakan berbagai sarana hiburan.
Jumlah rumah makan maupun warungwarung yang terdapat di Situs
Purbakala Semedo berjumlah 3 unit warung. Dimana semua warung
maupu cafe telah ditata rapa di sepanjang pinggiran jalan sehingga
tidak menggangu kegiatan wisatawan.
c. Tempat Parkir
Tempat parkir merupakan salah satu bagian dari sekian banyak
prasarana transportasi. Keterbatasan penyediaan prasarana transportasi
khususnya tempat parkir, akan mengakibatkan badan jalan dijadikan
sebagai tempat parkir, sehingga terjadi kemacetan lalu lintas.
Kemacetan lalu lintas berawal dari hambatan, delay, stagnasi yang
terjadi pada lajur lalu lintas.
Di areal objek wisata Situs Purbakala Semedo sudah terdapat
tempat parkir yang cukup luas di dua titik yaitu areal parkir atas dan
57
areal parkir bawah. Areal parkir yang ada dikelola oleh Pemerintah
Desa dan masyarakat setempat. Biaya atau tarif parkir bagi kendaraan
roda dua adalah Rp 2,000 sedangkan untuk roda empat adalaah 5,000 –
10.000. Namun demikian areal parkir ini belum memiliki kondisi serta
kenyamanan yang baik bagi kendaraaan wisatawan. Areal parkir yang
masih banyak rumput ilalang yang tumbuh, selain itu jika masuk
musim penghujan areal parkir akan tergenang, sehingga sangat
mengurangi kenyamanan wisatawan.
Gambar 1 11 Kawasan Parkir Wisata
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2019)
d. Tempat Belanja
Belanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata dan
sebagian pengeluaran wisatawan didistribusikan untuk berbelanja. Di
tempat wisata Situs Purbakala Semedo menyediakan ± 5 kios tempat
belanja yang menjual makanan miuman dan hanya 4 diantaranya yang
menjual cinderamata/ oleh-oleh. Sarana tempat belanja banyak
terdapat di sekitar kawasan Kota Slawi sekitar 27 km dari tempat
wisata.
58
e. Sarana Ibadah
Untuk melengkapi hubungan manusia dengan sang pencipta,
Sebuah tempat wisata juga harus menyediakan sarana peribadatan di
dalam kawasan wisata, sehingga pengunjung dapat beribadat tanpa
harus keluar meninggalkan kawasan wisata. Di Kawasan Situs
Purbakala Semedo disediakan beberapa tempat Ibadah baik Mushola
serta beberapa Mushola yang berada di sekitar Situs Semedo.
Gambar 1 12 Masjid di Situs semedo
Sumber: Koleksi Pribadi
f. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan
merupakan setiap upaya baik preventif, promotif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan dalam rangka memelihara dan
59
meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan kata lain, harus ada
jaminan bahwa di daerah tujuan wisata tersedia pelayanan bagi suatu
penyakit yang mungkin akan diderita dalam perjalanan
Peningkatan kualitas layanan kesehatan dapat menjadi pemicu
percepatan industri pariwisata. Penyediaan saranan kesehatan menjadi
salah satu pertimbangan wisatawan ketika memutuskan untuk
melakukan kegiatan pariwisata.31
Ketersediaan Layanan Kesehatan di
Situs Purbakala Semedo masih sangat kurang. Penampakan dilapangan
hanya ada satu layanan kesehatan milik Pemerintah Desa Semedo.
Gambar 1 13 Layanan Kesehatan di Kawasan Wisata
g. Pusat Informasi
Dalam kegiatan kepariwisataan diharapkan agar elemen
[enyenggara pariwisata agar menyelenggarakan/menyediakan pusat
informasi usaha dan menyebarluaskan kebijakan Pemerintah di bidang
31
http://www.kemenpar.go.id/post/peningkatan-layanan-kesehatan-picu-percepatan-
pariwisata (diakses pada tanggal 25 April 2019)
60
kepariwisataan.32
Di Situs Purbakala Semedo sudah tersedia pusat
informasi yang berada di pintu masuk kawasan Situs Purbakala
Semedo.
Gambar 1 14 Pusat Informasi Kawasan Situs Semedo
h. Keamanan
Para penyedia jasa wisata memiliki tanggung jawab dan kewajiban
untuk senantiasa memastikan aspek keamanan dan keselamatan ini
sehingga para wisatawan, dari awal hingga akhir melakukan
kunjungan wisata mereka, berada dalam kondisi yang benar-benar
aman dan selamat.33
Perasaan tidak aman (unsafe) dapat terjadi di
suatu tempat yang baru saja dikunjungi. Adanya perlakuan yang tidak
wajar dari penduduk setempat seakan-akan wisatawan yang datang
mengganggu ketentraman.
32
UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan 33
https://id.beritasatu.com/home/aspek-keselamatan-industri-pariwisata/171365 (diakses
pada tanggal 23 April 2019)
61
i. Toilet Umum
Sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa diobjek wisata Situs
Purbakala Semedo ketersediaan toilet yang ada sudah baik dan
memadai. Toilet yang ada sudah tersedia di setiap warung disekitar
Situs Purbakala Semedo.
g.. Sistem Perbankan
Untuk mempermudah pengunjung dalam mengelola keuangan
perlu disediakan layanan perbankan dalam hal ini ketersediaan ATM
Center atau layanan lain. Adanya pelayanan bank bagi para wisatawan
berarti bahwa wisatawan mendapat jaminan mutu dengan mudah
menerima atau mengirim uangnya dari dan negara asalnya tanpa
mengalami birokrasi pelayanan. Sedangkan untuk pembayaran lokal,
wisatawan dapat menukarkan uangnya pada money changer setempat.
Namun yang penulis amati di lapangan masih belum ada layanan
perbankan yang dimaksud.
Gambar 1 15 Layanan Perbankan di Kawasan SItus Purbakala Semedo
(Sumber : Dokumentasi 2019)
62
h. Ketersediaan Air Bersih
Penyediaan sarana air bersih bagi pengunjung di peroleh dari
mata air yang di tampung dalam bak penampungan. Sampai saat
penelitian ini di lakukan kondisi air di kawasan obyek wisata masih
dapat mencukupi kebutuhan para pengunjung hal itu terlihat dari
kondisi MCK yang tidak pernah kekurangan air, bahkan pada musim
kemarau pun sering kekeringan air. Hal itu juga di lakukan oleh
penduduk di Kecamatan Semedo yang memanfaatkan mata air untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan hampir tidak di jumpai adanya
sumur-sumur air di sekitar wilayah tersebut. Upaya pengendalian
terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang dapat
berpengaruh buruk terhadap kesehatan atau upaya kesehatan untuk
memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari
subjeknya,seperti :
1. Menyediakan air bersih untuk mencuci tangan
2. Menyediakan tempat sampah untuk membuang sampah
3. Membangun jamban untuk tempat membuang kotoran
4. Menyediakan air yang memenuhi syarat kesehatan
i. Ketersediaan Listrik
Sama halnya dengan air, listrik juga merupakan prasarana yang
penting dalam kegiaatan pariwisata. Ketersediaan listrik yang berada
di Situs Purbakala Semedo bersumber dari PLN. Dengan ketersediaan
listrik yang telah memadai akan memberikaan kenyamanan bagi para
wissatawan yang berkunjung.
63
Gambar 1 16 Tiang-tiang Listrik di Kawasan Wisata
j. Layanan Telekomunikasi
Jaringan telepon yang tersedia di kawasan obyek wisata masih
sangat terbatas dan belum memadai. Dari hasil pengamatan hanya ada
satu jaringan telpon yaitu di Balai Desa Semedo dan di kawasan situs
yang lokasinya berada di samping pintu masuk obyek wisata di
sepanjang deretan toko-toko/ warung makan.
k. Layanan Internet
Keberadaan layanan internet sangat bermanfaat bagi pemerintah
daerah setempat dalam meningkatkan perekonomian daerah dan
meningkatkan pendapatan melalui sektor industri kecil yang
mendukung ekosistem pariwisata. Selain itu, pemerintah daerah juga
bisa mendorong penggunaan layanan untuk saranan belajar mengajar di
sekolah, mendukung layanan kesehatan, serta berbagai layanan publik
lainnya. Untuk mendukung pembangunan pariwisata, Internet sangat
dibutuhkan. Tak hanya berpengaruh pada jumlah kunjugan tetapi juga
bagian promosi dan pemasaran wisata. Namun di kawasan Situs
64
Purbakala Semedo belum ada layanan Internet seperti yang
dimaksudkan. Akses internet hanya bisa melalui beberapa provider. Ini
menjadi sebuah pekerjaan besar bagi pengembang pariwisata,
khususnya dinas pariwisata terkait dalam menunjang kemajuan
Pariwisata di Kabupaten Tegal.
D. Ancilliary (Pelayanan Tambahan)
Pelayanan tambahan harus disedikan oleh Pemda dari suatu daerah
tujuan wisata baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata.
Pelayanan tambahan atau pelengkap, yang harus disediakan oleh
pemerintah daerah, baik untuk wisatawan atau pelaku pariwisata.
1. Pemasaran (tourism information service; berosur, profil wisaata,buku,
leaflet, poster, peta, pemandu wisata). Penampakan di lapangan
bahwasanya Pemerintah Daerah sudah sekuat tenaga berupaya
mengembangkan kawasan Situs Purbakala Semedo dengan cara
menambah petunjuk arah lokasi kawasan Situs yang ditempatkan di
beberapa titik strategis di sekitar Kabupaten Tegal.
2. Pembangunan Fisik (patung patung, lampu kota, public space)
3. Peraturan perundang-undangan.
Ancilliary juga merupakan hal–hal yang mendukung sebuah
kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan, Tourist Information, Travel
Agent dan stakeholder yang berperan dalam kepariwisataan.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Situs Purbakala Semedo dapat
ditarik kesimpulan bahwa di Situs Purbakala Semedo mempunyai dua
jenis atraksi yaitu site attraction meliputi Daya Tarik Alam, yang terdiri
dari panorama alam contohnya Tracking, Gua, dan Sumber Daya Alam
contohnya daerah aliran sungai yang menjadi susur sungai.
Daya Tarik Budaya yaitu minat khusus budaya contohnya Makam
Mbah Semedo, Makam Ki Hajar Saloko, Gua Tirem, dan Joglo
mandaarea. Minat Khusus Alam contohnya hiking, soft dan hard
tracking. Yang kedua yaitu event attraction meliputi Falsafah, Perilaku
Budaya contohnya Festival Budaya Semedo dan Kirab Budaya. Dan
Produk Budaya Tangible berupa Tarian dan Intangible Berupa
Kebudayaan.
Pada aspek Pelayanan/ Fasilitas Situs Purbakala Semedo belum
cukup memadai salah satunya kurangnya akses internet, komunikasi serta
jalan.
B. Saran
Perlu adanya perbaikan, menjaga kebersihan, keamanan, ketertiban,
dan menjaga kenyamanan atraksi-atraksi wisata, daya tarik alam dan
budaya karena sangat penting untuk kemajuan wisata. Dan jika atraksi-
atraksi ini tetap terjaga maka akan berpengaruh besar terhadap tingkat
kunjungan di Situs Purbakala Semedo.
Atraksi-atraksi wisata yang dimiliki agar dapat lebih digali lagi agar
bisa ditampilkan untuk event-event tahunan maupun bulanan dan dapat
diperluas dengan promosi-promosi maya seperti blogs, website, maupun
jejaring sosial lain selain promosi-promosi yang sudah ada seperti
membuat brosur-brosur di Dinas Pariwisata, membuat itinerary dll.
67
Karakteristik Desa yang belum terkenal masih menjadi kendala, oleh
karena itu untuk menarik wisatawan secara lebih luas, keberadaan objek
ini perlu didukung oleh Pemerintah Kabupaten Tegal umumnya dan
Kecamatan Kedungbanteng khususnya, meningkatkan infrastruktur yang
sudah ada, promosi yang luas seperti mouth to mouth, internet, jejaring
sosial lain dan menyiapkan Sumber Daya Manusianya dengan cara
pelatihan, kursus, serta penyuluhan yang mendalam tentang arti pentingya
pariwisata umumnya, dan khususnya profil atau karakteristik Situs
Purbakala Semedo.
68
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Arikunto . Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.(Jakarta: Rineka Cipta,
2001)
Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta: gava Media, 2013),
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana, 2010),
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003)
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tegal, Selayang Pandang
Kabupaten Tegal, (Tegal : DINBUDPAR Kabupaten Tegal, 2012)
Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala,
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1992,
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 4, 2004.
Hari Karyono, Kepariwisataan, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1997)
Kecamatan Kedungbanteng Dalam Angka, BPS Kabupaten Tegal : 2016
Miles, Matthew B dan huberman, A Michael. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta.
Universitas Indonesia Press: . 1992)
Oka A Yoeti. Pemasaran Pariwisata. (Bandung: Angkasa, 1989)
Sedarmayanti, Membangun Kebudayaan dan Pariwisata, (Bandung : mandar
69
Maju, 2005)
Siti Gazalba, Pendidikan Islam Dalam Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Antara,
1969),
Suwantoro, Gamal, DASAR-DASAR PARIWISATA, (Yogyakarta: Andi Press,
2004),
Tanudirjo A.Daud. Warisan Budaya untuk Semua : Arh Kebijakan Pengelola
Warisan Budaya Indonesia di Masa Mendatang. (Yogyakarta : Arkeologi
Universitas Gadjah Mada, 2003)
Tim Penyusun FITK, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: FITK, 2011),
B. JURNAL/SKRIPSI
Wahyu Widianto, “Situs Sangiran – Situs Semedo Perbandingan Potensi Kedua
Situs Plestosen Di Jawa”. Jurnal Sangiran,
Widianto, H. dan M. Hidayat. 2007. Semedo, Situs baru Kehidupan Manusia
Purba Pada Kala Plestosen. Berita Penelitian Arkeologi
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya”, Bab 1, pasal 1.
UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
D. INTERNET
Metode Penelitian Survei https://ahmadmubarok212.wordpress.com/metode-
penelitian-survei/ (di akses pada tanggal 15 Maret 2019)
70
Metode Penelitian Survey http://id.scribd.com/doc/85350577/Metode-Penelitian-
Survey(di akses pada tanggal 9 Maret 2019)
Setzer Munavizt, 2009, (cited 2015 March 4th), available from : URL
http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-akomodasi-
pariwisata.html
http://www.kemenpar.go.id/post/peningkatan-layanan-kesehatan-picu-
percepatan-pariwisata (diakses pada tanggal 25 April 2019)
https://id.beritasatu.com/home/aspek-keselamatan-industri-pariwisata/171365
(diakses pada tanggal 23 April 2019)