Post on 18-Feb-2016
description
Tugas Diskusi Mandiri
IBUPROFEN
Oleh:
Gianti Zulfarina
NIM. I1A005029
BAGIAN FARMAKOLOGI & TERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
Oktober, 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dapat merasakan nyeri ketika mengalami sakit kronis,
infeksi, pembedahan maupun intervensi medis lainnya. Menurut International
Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.1Obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa
sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran disebut analgetik. Analgetik
dikelompokkan menjadi 2 yaitu analgetik opioid dan OAINS/ NSAID.2,3
Obat anti inflamasi non steroid, atau biasa disingkat OAINS, adalah
obat-obat yang memiliki efek analgesik, antipiretik dan, bila diberikan dalam
dosis yang lebih besar, akan memberikan efek anti inflamasi. Sebagai
analgesik, kekhususan dari obat OAINS adalah obat ini bukan golongan
narkotik. Beberapa efek terapi dan efek sampingnya disebabkan oleh
penghambatan terhadap biosintesis prostaglandin dimana obat-obat golongan
ini menghambat enzim siklooksigenase yang mengubah asam arakidonat
menjadi prostaglandin. Yang termasuk ke dalam kelompok obat-obatan ini
adalah aspirin, ibuprofen, dan naproxen.4,5
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang bersifat analgesik
kuat, antipiretik, dan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat. Ibuprofen
2
relatif lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping serius pada
dosis analgetik, sehingga ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas
dibeberapa negara antara lain Amerika Serikat dan Inggris. Ibuprofen juga
merupakan obat inti di daftar obat esensial World Health Organization, yang
merupakan daftar kebutuhan medis minimum untuk sistem perawatan
kesehatan dasar.6,7,8,9
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui struktur
kimia, mekanisme kerja, farmakokinetik, farmakodinamik, indikasi,
kontraindikasi, efek samping, bentuk sediaan, dosis, interaksi serta toksisitas
ibuprofen.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
Ibuprofen adalah turunan asam propionat yang dipatenkan pada tahun
1961. Ibuprofen dikembangkan oleh Grup Boots di tahun 1960an. Ditemukan
oleh Stewart Adams (bersama dengan John Nicholson, Andrew RM Dunlop,
Jeffrey Bruce Wilson & Colin Burrows). Ibuprofen awalnya digunakan
sebagai pengobatan untuk rheumatoid arthritis di Inggris pada tahun 1969 dan
Amerika Serikat pada tahun 1974.10
Struktur Kimia
Dalam Ibuprofen terkandung tidak kurang dari 97% dan tidak lebih
dari 103,0% C13H18O2 dihitung terhadap zat anhidrat. Nama kimia ibuprofen
adalah asam 2-(4-isobutil-fenil)-propionat dengan berat molekul 206.29
g/mol dan rumus molekul C13H18O2. . Ibuprofen seperti turunan 2-arylprorionat
lainnya (termasuk ketoprofen, flurbiprofen, naproxen, dll), berisi stereosenter
di posisi-α dari propionat. Dengan demikian, ada dua
kemungkinan enansiomer ibuprofen, dengan potensi efek biologis yang
berbeda dan metabolisme untuk masing-masing enantiomer. Memang
ditemukan bahwa S-ibuprofen dan dexibuprofen adalah bentuk aktif
baik secara in vitro dan in vivo. Ada potensi untuk meningkatkan selektivitas
dan potensi formulasi ibuprofen oleh pemasaran ibuprofen sebagai-
enantiomer produk tunggal (seperti yang terjadi dengan naproxen). 6,11
4
Gambar 1. Rumus kimia Ibuprofen
Ibuprofen berbentuk serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau
khas lemah. Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol, dalam metanol, dalam aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam
etil asetat. Ibuprofen hanya sangat sedikit larut dalam air. Kurang dari 1 mg
ibuprofen larut dalam 1 ml air namun, jauh lebih mudah larut dalam alkohol
atau campuran air.6,11
2.2 Mekanisme Kerja
Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi terganggu. Ada dua jenis
siklooksigenase, yang dinamakan COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat pada
pembuluh darah, lambung, dan ginjal, sedangkan COX- 2 keberadaannya
diinduksi oleh terjadinya inflamasi oleh sitokin dan merupakan mediator
inflamasi. Aktivitas antipiretik, analgesik, dan anti inflamasi dari ibuprofen
5
berhubungan dengan kemampuan inhibisi COX-2, dan adapun efek samping
seperti perdarahan saluran cerna dan kerusakan ginjal adalah disebabkan
inhibisi COX-1. Ibuprofen menghambat COX-1 dan COX-2 dan membatasi
produksi prostaglandin yang berhubungan dengan respon inflamasi. 4,12,13,14
Seperti yang telah disebutkan, Ibuprofen bekerja
dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX), yang mengubah asam
arakidonat menjadi prostaglandin H2 (PGH2). Prostaglandin H2, pada
gilirannya, diubah oleh enzim lain untuk prostaglandin bentuk lain (sebagai
mediator nyeri, peradangan, dan demam) dan tromboksan A2 (yang
merangsang agregasi platelet dan menyebabkan pembentukan bekuan
darah).15,16
Gambar 2. Mekanisme kerja Ibuprofen12
6
Seperti aspirin, indometasin, dan kebanyakan OAINS lainnya,
ibuprofen dianggap non-selektif COX inhibitor yang menghambat dua
isoform siklooksigenase yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagai
analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi, yang dicapai terutama melalui
penghambatan COX-2, sedangkan penghambatan COX-1 akan bertanggung
jawab untuk efek yang tidak diinginkan pada agregasi platelet dan saluran
pencernaan. Namun, peran isoform COX untuk analgetik, anti inflamasi, dan
efek kerusakan lambung dari OAINS tidak pasti dan senyawa yang berbeda
ini menyebabkan perbedaan derajat analgesia dan kerusakan lambung. Dalam
rangka untuk mencapai efek menguntungkan pada ibuprofen dan OAINS
lainnya tanpa mengakibatkan gastrointestinal ulserasi dan perdarahan,
selektif COX-2 inhibitor dikembangkan untuk menghambat COX-2 isoform
tanpa terjadi penghambatan COX-1.15
2.3 Farmakodinamik
Ibuprofen hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah
sampai sedang, dan efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi
atau kerusakan jaringan. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek
analgesik opioat, tetapi tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan
efek samping sentral yang merugikan. Untuk menimbulkan efek analgesik,
ibuprofen bekerja pada hipotalamus, menghambat pembentukan
7
prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan mencegah sensitisasi reseptor
rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi.3
Ibuprofen akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan
demam. Demam yang menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua
mekanisme kerja, yaitu pembentukan prostaglandin di dalam susunan syaraf
pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen dan adanya efek interleukin-1
pada hipotalamus. Ibuprofen menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh
pembentukan prostaglandin maupun respon susunan syaraf pusat terhadap
interleukin-1 sehingga dapat mengatur kembali “thermostat” di hipotalamus
dan memudahkan pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi.3,15
Sebagai antiinflamasi, efek inflamasi dari ibuprofen dicapai apabila
penggunaan pada dosis 1200-2400 mg sehari. Inflamasi adalah suatu respon
jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan
ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin,
bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang
berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Ibuprofen
dapat dimanfaatkan pada pengobatan muskuloskeletal seperti artritis
rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. Namun, ibuprofen hanya
meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya
secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki, atau mencegah
kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal.3
2.4 Farmakokinetik
8
Absorbsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum
dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2
jam. Sembilan puluh persen ibuprofen terikat pada protein plasma. Onset
sekitar 30 menit. Durasi ibuprofen berkisar antara 6-8 jam. Absorpsi jika
diberikan secara oral mencapai 85%. Metabolit utama merupakan hasil
hidroksilasi dan karboksilasi dimetabolisme dihati untuk dua metabolit utama
aktif yang dengan cepat dan lengkap dikeluarkan oleh ginjal. Ekskresinya
berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi
akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konyugata (1% sebagai
obat bebas), beberapa juga diekskresi melalui feses. Ibuprofen masuk ke
ruang synovial dengan lambat. Konsentrasinya lebih tinggi di ruang synovial
dibandingkan diplasma.4,17,18,19
2.5 Indikasi
Efek analgesik dan antiinflamasi ibuprofen dapat digunakan untuk
meringankan gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi, gejala arthritis,
osteoarthritis, dan non-sendi. Juga dapat digunakan untuk meringankan
gejala-gejala akibat trauma otot dan tulang atau sendi (trauma
muskuloskeletal). Meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri
pada dismenore primer (nyeri haid), nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan
gigi, nyeri setelah operasi dan sakit kepala.20
Ibuprofen juga umumnya bertindak sebagai vasodilator, dapat
melebarkan arteri koroner dan beberapa pembuluh darah lainnya. Ibuprofen
diketahui memiliki efek antiplatelet, meskipun relatif lebih lemah bila
9
dibandingkan dengan aspirin atau obat lain yang lebih dikenal sebagai
antiplatelet. Dapat digunakan pada neonatus dengan paten duktus arteriosus,
disfungsi ginjal, nekrotizing enterokolitis, perforasi usus, dan perdarahan
intraventrikular, efek protektif neuronal.21, 22
Ibuprofen lisin diindikasikan untuk penutupan duktus arteriosus
paten pada bayi prematur dengan berat antara 500 dan 1.500 gram, yang tidak
lebih dari 32 minggu usia kehamilan saat restriksi cairan, diuretik, dukungan
pernafasan tidak efektif.23
2.6 Kontraindikasi
Ibuprofen tidak dianjurkan pada pasien dengan hipersensitif terhadap
Ibuprofen dan obat antiinflamasi non-steroid lain, penderita dengan ulkus
peptikum (tukak lambung dan duodenum) yang berat dan aktif. Penderita
sindroma polip hidung, asma, rhinitis angioedema dan penderita dimana bila
menggunakan asetosal atau obat antiinflamasi non-steroid lainnya akan
timbul gejala asma,rinitis atau urtikaria. kehamilan tiga bulan terakhir dan
menyusui.3,4,20
2.7 Efek Samping
Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu.
Prostaglandin terlibat dalam pelepasan renin, vaskular lokal, sirkulasi
regional, keseimbangan air, dan keseimbangan natrium. Prostaglandin juga
menstimulasi perbaikan sel epitelial gastrointestinal dan menstimulasi sekresi
10
bikarbonat dari sel epitelial. Hal ini menyebabkan ibuprofen dapat
menurunkan sekresi mukus yang berfungsi sebagai pelindung dalam lambung
dan usus kecil, dan juga dapat menyebabkan vasokonstriksi pada mukosa
lambung. Selain itu efek samping pada gastrointestinal meliputi stress
lambung, kehilangan darah tiba-tiba, diare, mual, muntah, heartburn,
dispepsia, anoreksia, konstipasi, distress atau karma atau nyeri abdominal,
kembung, kesukaran mencerna, dan rasa penuh pada perut juga dapat
disebabkan oleh penggunaan ibuprofen. 22,24
Efek samping pada sistem kardiovaskular antara lain edema perifer,
retensi air, dan perburukan CHF. Pada sistem saraf pusat antara lain dizzines,
mengantuk, vertigo, sakit kepala ringan, dan aseptik meningitis. Pada mata,
telinga dan nasofaring antara lain gangguan penglihatan, fotopobia, dan
tinnitus. Pada genitourinaria antara lain menometrorrhagia, hematuria,
cistisis, acute renal insufisiensi; interstitial nephritis; hiperkalemia;
hiponatremia; nekrosis papillar renal. Pada kulit antara lain rash, pruritus, dan
eritema. Efek samping yang lain seperti kram otot.22
Hampir sama dengan jenis OAINS lain, ibuprofen juga dapat
meningkatkan risiko palpitasi, ventrikular aritmia dan infark
miokard (serangan jantung), khususnya di antara mereka yang menggunakan
dosis tinggi dalam jangka waktu lama. Studi pada tahun 2010 menunjukkan
bahwa kebiasaan menggunakan OAINS dikaitkan dengan peningkatan
gangguan pendengaran.25
11
Penggunaan pada paten duktus arteriosus saat neonatal dengan masa
gestasi kurang dari 30 minggu dapat mengakibatkan peningkatan
hiperbilirubinemia pada neonatal, karena dapat menggeser kedudukan
bilirubin dari albumin, sehingga dapat mengakibatkan kerniikterus dan
ensefalopati. Namun hal ini, dapat dikurangi dengan cara pemberian bersama
dengan indometasin.23
Efek samping yang umum ditemukan antara lain sembelit,
epistaksis, sakit kepala, pusing, ruam, retensi garam dan cairan
mual, kenaikkan enzim hati,dispepsia, ulserasi gastrointestinal atau
perdarahan, diare, dan hipertensi.25,26
Ibuprofen dapat menghambat aliran darah renal, GFR, dan transprtasi
ion tubular. Prostaglandin juga mengatur aliran darah ginjal sebagai
fungsional dari antagonis angiotensin II dan norepinefrin. Jika pengeluaran
dua zat tersebut meningkat (misalnya, dalam hipovolemia), inhibisi produksi
PG mungkin mengakibatkan berkurangnya aliran darah ginjal dan kerusakan
ginjal. Namun, efek samping yang terkait dengan ginjal jarang terjadi pada
dosis ibuprofen yang ditentukan. Waktu paruh yang pendek pada ibuprofen
terkait dengan menurunnya resiko efek ginjal daripada OAINS lain dengan
waktu paruh yang panjang. Dari penelitian-penelitian yang Penggunaan
jangka pendek dari ibuprofen tidak signifikan meningkatkan risiko kerusakan
ginjal pada sukarelawan sehat atau pada anak dengan penyakit demam.
Pengobatan jangka panjang dengan ibuprofen dengan dosis 1200 mg / hari
tidak meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada orang lanjut usia.27,28
12
Ibuprofen juga bisa mempengaruhi agregasi trombosit. Efek ini
ditimbulkan karena adanya penghambatan biosintesis tromboksan A2
(TXA2).4,24
2.8 Sediaan dan Posologi
Bentuk sediaan generik yang tersedia yaitu berupa sediaan tablet 200
mg, 400 mg, 600 mg; tablet salut selaput 200 mg, 400 mg; kaptabs salut
selaput 200 mg.29
Bentuk sediaan paten yang tersedia yaitu berupa sediaan tablet 200
mg, 400 mg, 600 mg; tablet salut selaput 200 mg, 400 mg, 600 mg; kaptabs
salut selaput 200 mg, 400 mg; suspensi 100 mg/5 mL, 200 mg/5 mL; tablet
kunyah 100 mg ; suppositoria 125 mg.29
Sediaan kombinasi yang tersedia yaitu berupa kombinasi ibuprofen
dengan parasetamol; ibuprofen dengan parasetamol dan kafein; dan ibuprofen
dengan Vitamin B6 B1 dan B12.30
Gambar 3. Sediaan tablet Ibuprofen35
Posologi : Ibuprofen dosis rendah (200 mg dan 400 mg) banyak
tersedia. Ibuprofen memiliki durasi tergantung dosis yaitu sekitar 4-8 jam,
13
yang lebih lama dari yang disarankan dari waktu paruh. Dosis yang
dianjurkan bervariasi tergantung massa tubuh dan indikasi. Umumnya, dosis
oral 200-400 mg (5-10 mg / kg BB pada anak-anak) setiap 4-6 jam, dapat
ditambahkan sampai dosis harian 800-1200 mg. Jumlah maksimum
ibuprofen untuk orang dewasa adalah 800 miligram per dosis atau 3200 mg
per hari (4 dosis maksimum).11,16
Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kgBB dengan interval pemberian 4-6 jam,
mereduksi demam 15% lebih cepat dibandingkan parasetamol dosis 10-15
mg/kgBB.28
14
2.9 Nama Generik dan Nama Dagang
Ibuprofen tergolong dalam jenis obat bebas terbatas. Pembatasan ibuprofen yaitu sampai pada sediaan
tablet 200 mg, yang mana kemasan tidak lebih dari 10 tablet. Di luar jenis tersebut, maka ibuprofen tergolong
sebagai obat terbatas. Ibuprofen awalnya dipasarkan sebagai Brufen, dan sejak saat itu muncul berbagai merek
dagang lainnya seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: 29
No. Nama Obat BSO
1. Ibuprofen (Generik)Tablet 200 mg, 400 mg, 600 mg; Tablet salut selaput 200 mg, 400 mg; Kaptabs salut selaput 200 mg
2.Anafen (Bernofarm)
Kaptabs salut gula 600 mg; Kaptabs salut selaput 200 mg , 400 mg ; Suspensi 100 mg/5 mL, 200 mg/5 mL
3. Arbupon (Pyridam) Kaptabs salut selaput 400 mg4. Bunofa (Nufarindo) Kaptabs Salut selaput 400 mg
5.Brufen (Abbot) Suspensi 100 mg/5 mL , Tablet salut selaput 200
mg , 400 mg6. Brufen Forte (Abbot) Tablet salut selaput 600 mg
7.Bufect (Sanbe Farma) Suspensi 100 mg/5 mL ; Tablet salut
selaput 200 mg8. Bufect Forte (Sanbe Farma) Suspensi 200 mg/5 mL
9.Cupal Profen (GuardianP harmatama)
Tablet salut selaput 200 mg
10. Dofen (Dexa Medica) Tablet salut selaput 200 mg
11.Dolofen F (Tempo Scan Pacific)
Kapsul 400 mg ; Kaptabs salut selaput 400 mg
12.Dutariten (Simex Pharmaceutical)
Tablet salut selaput 400 mg
13. Farsifen (Ifars) Kaptabs salut selaput 200 mg, 400 mg14. Febryn (Sunthi Sepuri) Suspensi 100 mg/5ml15. Fenagra (Graha Farma) Tablet Salut selaput 400 mg
16.Fenatic (Promedrahardjo Farmasi)
Suspensi100 mg/5 mL ; Tablet Salut selaput 400 mg
17. Fenida (Harsen) Kaptabs Salut selaput 400 mg18. Profen Foerte (Guardian Suspensi 200 mg/5mL
15
Pharmatama)
19. Proris (Pharos)Kaptabs salut selaput 200 mg ; Tablet kunyah 100 mg ; Suppositoria 125 mg ; Suspensi 100 mg/mL, 200 mg/5mL
20. Proris Forte (Pharos) Suspensi 200 mg/5mL21. Prosinal (Gracia Pharmindo) Suspensi 100 mg/5mL
22.Prosic (Galenium Pharmasia Laboratories)
Suspensi 100mg/5mL
23.Pyremol Cap ”38” (sumber Kesehatan Baru)
Suspensi 100mg/5mL
24. Repass (Erela) Tablet salut selaput 200 mg25. Rhelafen (LAPI) Suspensi 200mg/5mL26. Rhelafen Forte (LAPI) Suspensi 200mg/5mL
27. Ribunal (Combiphar)Kaptabs 400 mg, 600 mg; Suspensi 100mg/5mL
28. Ribunal Forte (Combiphar) Suspensi 200 mg/5mL29. Sakarema (Saka Farma) Kaptabs salut selaput 200 mg30. Salfenal (Itrasal) Kaptabs 200g31. Tabalon (Hoechst) Tablet salut selaput 200mg, 400 mg
32.Tamaprofen (Aditya Raya Indofarma)
Suspensi 60 mL
33. Tikaren (Coronet Crown) Tablet 200 mg
34. Xepafen (Metiska Farma)Suspensi 100 mg/5mL; Tablet salut selaput 200 mg, 400 mg
35. Xepafen Forte (Metiska Farma) Suspensi 200 mg/5mL
16
2.10 Interaksi Obat3,30,31
Nama Obat Interaksan Keterangan
Ibuprofen
Ace inhibitor meningkatkan risiko nefrotoksisitas
Obat antiperdarahan meningkatkan risiko perdarahan
Antidiabetes meningkatkan efek sulfonilurea
Baklofen menurunkan ekskresi baklofen (meningkatkan risiko tosisitas)
Beta-bloker menurunkan efek antihipertensi
Glikosida jantung meningkatkan kadar glikosida jantung dalam plasma
Kortikosteroid meningkatkan risiko perdarahan di saluran cerna
Litium meningkatkan level serum litium
Loop diuretik menurunkan efek diuretik
Metotreksat meningkatkan level metotreksat
Penisilamin meningkatkan risiko nefrotoksisitas
Takrolimus meningkatkan risiko nefrotoksisitas
Warfarin meningkatkan risiko erosi lambung dan perdarahan
17
2.11 Toksisitas
Gejala -gejala overdosis ibuprofen mirip dengan gejala yang
disebabkan oleh overdosis OAINS lain. Korelasi antara tingkat keparahan
gejala dengan kadar ibuprofen dalam plasma pernah ditemukan. Efek racun
tidak mungkin muncul pada dosis di bawah 100 mg/kg tetapi saat di atas 400
mg/kg; (sekitar 150 tablet dari 200 unit mg). Dosis letal sukar ditentukan
karena bervariasi tergantung pada usia, berat badan, dan penyakit pada
pasien.32,33
Terapi untuk overdosis dalam kasus awal adalah dekontaminasi
lambung menggunakan arang aktif, arang menyerap obat sebelum bisa masuk
ke sirkulasi sistemik. Lavage lambung sekarang jarang digunakan, namun
dapat dipertimbangkan jika jumlah yang dikonsumsi secara potensial
mengancam kehidupan dan dapat dilakukan dalam waktu 60 menit setelah
menelan. Emesis tidak dianjurkan. Mayoritas konsumsi ibuprofen hanya
menghasilkan efek ringan dan pengelolaan overdosis sangatlah mudah.
Standar langkah-langkah untuk mempertahankan output urine normal harus
dilakukan dan fungsi ginjal harus dipantau. Ibuprofen memiliki sifat asam
dan juga diekskresikan dalam urin, diuresis paksa alkaline secara teori
menguntungkan. Namun, karena ibuprofen sangat terikat protein dalam darah,
sehingga ekskresi dari ginjal minimal. Diuresis paksa alkalin mempunyai
manfaat yang terbatas. Terapi simtomatis untuk hipotensi, perdarahan GI,
asidosis, dan toksisitas ginjal dapat diindikasikan. Kadang-kadang,
18
pemantauan ketat di unit perawatan intensif selama beberapa hari
diperlukan. Jika seorang pasien bertahan pada keracunan akut, mereka
biasanya tidak akan mengalami gejala ulangan.34
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini antara lain; Ibuprofen
adalah obat golongan obat anti inflamasi non steroid yang merupakan derivat
asam propionate yang berefek analgetik, antipiretik, dengan daya antiinflamasi
yang tidak terlalu kuat. Ibuprofen diabsorbsi cepat melalui lambung dan kadar
maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam, waktu paruh dalam plasma
sekitar 2 jam. Metabolisme Ibuprofen terjadi di hepar, dan ekskresi cepat dan
lengkap di ginjal. Indikasi penggunaan ibuprofen adalah menghilangkan nyeri
ringan hingga sedang, gejala arthritis, osteoarthritis, primer dismenore, demam.
Efek samping yang dapat terjadi adalah gangguan gastrointestinal atau
perdarahan, kenaikkan enzim hati, epistaksis, sakit kepala, pusing. Sediaan yang
ada adalah obat generik ibuprofen tablet 200 dan 400 mg. Dosis Ibuprofen untuk
orang dewasa adalah 200-400 mg dengan durasi 4-8 jam, dan dosis maksimal
adalah 3200 mg/hari sedangkan dosis untuk anak-anak adalah 5-10 mg / kg BB.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Konsep dasar nyeri. Available on http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar- nyeri.html. 23 Mei 2011.
2. Anonymous. 2008. Diktat Farmakologi I. Edisi 5. FK UNLAM: Banjarmasin.
3. Zernikow B , Hechler T . Pain therapy in children and adolescents. Dtsch Arztebl Int. 2008;105:28-29.
4. Ganiswarna SG. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: FKUI, 2003.
5. Katzung G Bertram. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika: Jakarta.
6. Zubaidah I. Perbandingan Mutu Fisik dan Profil Disolusi Tablet Ibuprofen Merk Dagang dan Generik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.
7. World Health Organization. WHO Model List of Essential Medicines. March 2005. Retrieved 2006-03-12.
8. Jain SK, Shukla M, Vivek S. Development and in Vitro Evaluation of Ibuprofen Mouth Dissolving Tablets Using Solid Dispersion Technique. 2010:8;1037.
9. Hussein Ali Abdul. In Vitro Antibacterial Activity of Ibuprofen and Acetaminophen.Infect Dis Glob. 2010;2:105-108.
10. Anonymous. Ibuprofen history. Available on
http://ibuprofendrug.com/ibuprofen-history.html. 23 Mei 2011.11. Dewland PM , Reader S , Berry P. Bioavailability of ibuprofen following oral
administration of standard ibuprofen, sodium ibuprofen or ibuprofen acid incorporating poloxamer in healthy volunteers. BMC Clin Pharmacol. 2009 Dec 4;9:19.
12. Tucci J, Bandiera E, Darwiche R, Medos Z, Nashed R, Trinh D. Journal of Pharmacy Practice and Research 2009;39(3):223-5.
13. Badan POM RI. Penggunaan bersamaan Ibuprofen dan Aspirin. InfoPOM 2006;7(6):11.
14. Anonymous. Ibuprofen. 2010. Available on www.farmasiku.com.
21
15. Rao P, Knaus EE. Evolution of nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs): cyclooxygenase (COX) inhibition and beyond". J pharm pharm sci. 2008;11:81s–110s
16. Kim Hyun-Jin, Lee Young-Hee , A Im , Sun, , Kim Kyungjae , Lee Chong-Kil. Cyclooxygenase Inhibitors, Aspirin and Ibuprofen, Inhibit MHC-restricted Antigen Presentation in Dendritic Cells. Immune Network. 2010;10:92-98
17. Tanner Trevor, Aspley S, Munn Andrew, Thomas Tracy. The pharmacokinetic profile of a novel fixed-dose combination tablet of ibuprofen and paracetamol. BMC Clinical Pharmacology 2010, 10:1-10.
18. Sukmadiyah M. Pembuatan Niosom berbasis Maltodekstrin DE 5-10 dari Pati Beras Amylum Oryzae. Mipa Farmasi UII. Jakarta, 2009.
19. Tucci J, Bandiera E, Darwiche R, Medos Z, Nashed R, Trinh D. Journal of Pharmacy Practice and Research 2009;39(3):223-5.
20. Anonymous. Ibuprofen 400 mg. Available on http://www.blogsehat.com/2010/09/03/ibuprofen-400-mg.html. 23 Mei 2011.
21. Jain SK, Shukla M, Vivek S. Development and in Vitro Evaluation of
Ibuprofen Mouth Dissolving Tablets Using Solid Dispersion Technique. 2010:8;1037.
22. Iwata Y , Nicole O , Zurakowski D , Okamura T , Jonas RA. Ibuprofen for neuroprotection after cerebral ischemia. J Thorac Cardiovasc Surg. 2010 Feb;139(2):489-93.
23. Katakam LI , Cotten CM , Goldberg RN , Dang CN , Smith PB . Safety and effectiveness of indomethacin versus ibuprofen for treatment of patent ductus arteriosus. Am J Perinatol. 2010;27(5):425-9.
24. Harrison TR. Principles of Internal Medicine Edisi 16. USA: McGraw-Hill Companies, 2005.
25. Robert J Douglas. Palpitations following regular ibuprofen dosing in a 13-year-old girl: a case report. J Med Case Reports. 2010; 4 : 76-78.
26. Allan M, Noah Ivers, Yvonne Shevchuk. Treatment of pediatric fever Are acetaminophen and ibuprofen equivalent? Canadian Family Physician. 2010;56:773
27. Lullman H, Mohr K, Ziegler A, Bieger D. Color Atlas of Pharmacology. New York: Thieme Stuttgart, 2000.
22
28. International Ibuprofen Foundation. Non-prescription use of ibuprofen and the risks of gastrointestinal and renal toxicity. 2002.
29. Indriani R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI: Jakarta, 2008.
30. Anonymous. Ibuprofen. 2010. Available on www.mims.com.
31. Tatro DS. A to Z Drugs Facts. Ovid, 2003.
32. A prospective, population-based study of acute ibuprofen overdose: complications are rare and routine serum levels not warranted.". Ann Emerg Med 19 (6): 657–62.
33. Anonymous. Ibuprofen tablet. Available on http://sohacollections.com/images/P/Ibuprofen_Tablet_4be80096565d9.jpg&imgrefurl=http://sohacollections.com/2615.html. 23 Mei 2011.
34. Volans G, Hartley V, McCrea S, Monaghan J. Non-opioid analgesic poisoning". Clinical Medicine. 2003.3;2:119–23.
23