Post on 01-Apr-2019
HUBUNGAN SELF-EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGANHASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS
VIII SMP SE-KECAMATAN TANJUNG KARANG BARAT
(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Se-Kecamatan TanjungKarang Barat Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016)
(Skipsi)
Oleh
Fitrija Marvelya
PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2017
ii
ABSTRAK
HUBUNGAN SELF EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII SMP SE-KECAMATAN TANJUNG KARANG BARAT
(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Se-Kecamatan Tanjung
Karang Barat Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran
2015/2016)
Oleh
FITRIJA MARVELYA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy
berdasarkan gender dengan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan
penelitian studi deskriptif dengan desain deskriptif. Sampel penelitian adalah
siswa kelas VIII SMP se-Kecamatan Tanjung karang Barat berjumlah 282 siswa
yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif berupa skor jawaban kuisioner angket siswa dan
data kuantitatif berupa data jawaban hasil pengerjaan soal-soal IPA, kemudian di
analisis menggunakan Microsoft Office Exel 2007 serta untuk mengetahui
perbandingan self efficacy dan hasil belajar siswa menggunakan uji statistik
menggunakan uji Beda Independent Sampel T dan uji Korelasi Kendall’s Tau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self Efficacy siswa se-Kecamatan Tanjung
karang Barat dalam kategori “Tinggi” (71.18 ± 0.48). Jika dipisahkan berdasarkan
aspek akademik Self Efficacy berkategori “Tinggi” (69.92 ± 0.52), capaian kedua
iii
yaitu aspek sosial berkategori “Tinggi” (71.37 ± 0.59). Dan yang terakhir aspek
emosional berkategori “Tinggi” (72.26 ± 0.66).
Berdasarkan hasil Self Efficacy, jika dibedakan berdasarkan gender maka siswa
laki-laki memiliki Self Efficacy yang lebih unggul (71.44 ± 0.65) dibandingkan
siswa perempuan (70.92 ± 0.70). Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan. Selain
gender, dilakukan uji korelasi Kendall’s Tau untuk mengetahui hubungan Self
Efficacy dengan hasil belajar. Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa terdapat
hubungan positif dengan keeratan hubungan “Sangat Rendah” antara Self Efficacy
dengan hasil belajar pada siswa laki-laki sedangkan pada siswa perempuan tidak
terdapat hubungan dengan keeratan hubungan “sangat rendah” Self Efficacy
dengan hasil belajar IPA.
Kata Kunci : Gender, Hasil Belajar, Self Efficacy
HUBUNGAN SELF-EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGANHASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS
VIII SMP SE-KECAMATAN TANJUNG KARANG BARAT
(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Se-Kecamatan TanjungKarang Barat Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016)
Oleh
FITRIJA MARVELYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan BiologiJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batu Raja pada tanggal 08 Maret
1995, merupakan anak pertama dari dua bersaudara,
anak dari pasangan Bapak Zaidan Jauhari dengan Ibu
Eftina. Penulis beralamat di Jl. Samratulangi gang
masjid, No. 24 Gedong Air, Tanjung karang Barat,
Bandar Lampung. Nomer telepon 081272922240
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di TK Darul Mutaqien
Kotabatu yang diselesaikan pada tahun 2000. Selanjutnya pada tahun 2000
penulis bersekolah di SD Negeri 1 Kotabatu, Ranau Selatan yang diselesaikan
pada tahun 2006. Pada tahun 2006 diterima di SMP Negeri 1 Warkuk Ranau
Selatan yang diselesaikan tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2009 penulis
masuk di SMA Negeri 16 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2012. Tahun
2012 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi melalui
jalur SNMPTN Tertulis.
Pada tahun 2015, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMP Negeri 2 Sumber Jaya dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di
Kabupaten Lampung Barat. Tahun 2016 peneliti melakukan penelitian di SMP se-
Kecamatan Tanjung karang Barat untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).
ix
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segalakemudahan, limpahan rahmad, rezeki, dan karunia yang Engkau berikan selama
ini. Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Ayahku (Zaidan Jauhari) dan Ibuku (Eftina)
Ayahku yang memberi tauladan bagi kami anak-anakmu, terima kasih atas segalapelajaran hidup, ilmu, motivasi dan pengorbananmu untuk menjadikanku anakyang lebih berguna. Ibuku yang baik hati, penuh cinta kasih, pengertian danpeduli yang rela berkorban untukku. Terima kasih atas doa, motivasi serta
perjuanganmu untuk menjadikanku terus maju.
Keluargaku (Fatimah dan Nizar Alzamna, Sandy Polanda danAlzafatia Khoirunissa)
Sosok paman dan bibi yang tidak pernah lelah memberi motivasi, bibi yang selalumenjadi tempat terbaik untuk berkeluh kesah. Adik-adikku yang selalu
menghiburku dan memberikan motivasi untuk kakakmu. Terimakasih untuk segalacinta, kasih sayang yang kalian berikan.
Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan Pendidikan Biologi 2012
Terimakasih untuk persahabatan, kekeluargaan, dan canda tawa kita selama inisemoga persahabatan kita kelakkan abadi sepanjang masa.
Para Pendidikku (Guru dan Dosen)
Terimakasih atas bimbingan yang diberikan padaku hingga aku dapat melihatdunia dengan ilmu.
Almamaterku tercinta.. Universitas Lampung
x
Motto
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akanmengadakan baginya “jalan keluar” dan memberi rezeki dari arah
yang tak di sangka-sangka”(Qs. At-Thalaq: 2-3)
“Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
(Qs. Al-Baqarah : 282)
“orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri merekamalakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus
dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak”(Aldus Huxley)
xi
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu
syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Hubungan
Self-Efficacy Berdasarkan Gender Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPA Kelas VIII SMP Se-Kecamatan Tanjung karang Barat ”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita,M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. BertiYolida, S.Pd, M.Pd.,selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat
selesai;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing 1 telah memberikan
bimbingan,saran dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi serta bekal
ilmu untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalani hidup
kedepannya;
xii
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd.,selaku Pembimbing 2 serta Pembimbing
Akademik yang yang telah memberikan bimbingan dan motivasi layaknya
orang tua di kampus dalam proses penyelesaian skripsi.
6. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan,
motivasi dan nasihat yang sangat berharga;
7. Kepala SMP Negeri 10 Bandar Lampung, Kepala SMP Wiyatama Bandar
Lampung, dan Kepala SMP DCC Global School Bandar Lampung yang telah
memeberikan izin untuk melaksanakan penelitian. Serta guru mitra seluruh
SMP se-Kecamatan Tanjung karang Barat yang telah membantu dan memberi
motivasi yang berharga. Dan siswa-siswi kelas VIII SMP se-Kecamatan
Tanjung karang Barat atas kerjasama yang baik selama penelitian;
8. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2012 terlebih rekan Kelas A,kakak dan adik
tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan dan keceriaannya;
9. Tim skripsiku Agung Dian Putra, Bagas Epafras S, dan Hesti Miranti, terima
kasih atas kekompakan, kebersamaanya, perjuangannya dan canda tawanya;
10. Kakak-kakakku tersayang (Ilham Anggara, Shinta Purnama, dan Fera Kurnia)
terima kasih untuk dukungan, semangat, bantuan, pengorbanan dan kasih
sayang kalian yang selalu menemani dalam susah dan senang.
11. Sahabat-sahabat terbaikku (Chatarina Lilia, Connyta Elvadola, Dian Hartika,
Lia Septya, Marina Asnusa dan Rizky Samty Ayuningtyas) terima kasih
untuk semangat, dukungan, bantuan dan kebersamaan kita selama ini dalam
susah dan senang;
12. Keluarga KKN dan PPL terbaikku (Bapak Sudiana, Ibu Noni, Kiki, Ridho,
Ermiyati, S.Pd, Maria Desti rita, S.Pd, Dienty Trianova, Inda Desnita, S.Pd,
xiii
Nyoman Oke Stya, S.Pd dan Tri Gandi, S.Pd) terimakasih atas semangat,
dukungan, dan kekeluargaan yang telah kita alami bersama;
13. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita
semua. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2017
Penulis
Fitrija Marvelya
DAFTAR ISI
HalamanCOVER ........................................................................................................... iDAFTAR TABEL ........................................................................................... iiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 7F. Kerangka Pikir ..................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Self Efficacy.......................................................................................... 10B. Gender dalam Pembelajaran ............................................................... 15C. Hasil Belajar......................................................................................... 18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 24B. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 24C. Desain Penelitian ................................................................................. 25D. Prosedur penelitian............................................................................... 26E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .................................................. 27F. Uji Persyaratan Instrumen ................................................................... 28G. Hasil Uji Coba Angket ........................................................................ 29H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 36B. Pembahasan ......................................................................................... 39
BAB V SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan .............................................................................................. 47B. Saran..................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Angket Self Efficacy siswa......................................................................... 532. Kisi-kisi Angket Self Efficacy siswa ......................................................... 553. Soal Penelitian............................................................................................ 574. Sebaran Soal............................................................................................... 615. Analisis Uji Statistik Data Penelitian......................................................... 686. Uji Validitas ............................................................................................... 747. Uji Reabilitas.............................................................................................. 768. Hasil Self Efficacy Siswa SMP Se-Kecamatan Tanjung karang Barat ...... 789. Hasil Belajar Siswa SMP Se-Kecamatan Tanjung karang Barat ............... 12110. Foto Penelitian ........................................................................................... 161
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara hasil belajar IPA dengan ranah yang dimilikinya.......... 9
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sampel penelitian ................................................................................. 25
2. Hasil uji validitas angket self-efficacy pertama.................................... 29
3. Hasil uji reliabilitas angket self-efficacy pertama ................................ 30
4. Hasil uji validitas angket self-efficacy kedua ....................................... 30
5. Hasil uji reliabilitas angket self-efficacy kedua.................................... 31
6. Kriteria penilaian hasil belajar siswa ................................................... 32
7. Kriteria penilaian self-efficacy yang dimiliki oleh siswa ..................... 33
8. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi............................................. 35
9. Karakteristik self efficacy siswa ........................................................... 36
10. Perbedaan Self Efficacy Berdasarkan Gender Siswa............................ 37
11. Hubungan self efficacy berdasarkan gender dengan hasil belajar ........ 38
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika kehidupan masyarakat di era globalisasi pada abad 21 salah
satunya ialah sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional serta
memiliki kompetensi di berbagai bidang kehidupan. Menurut Sukmadinata
(dalam Ingridwati, 2003 : 6) manusia yang menjadi tuntutan dari
masyarakat global adalah manusia yang “unggul, bermoral, dan pekerja
keras”, sehingga mampu berkompetensi bukan saja dengan sesama warga
di suatu daerah dan negara tetapi juga dengan warga negara dan bangsa
lain.
Selain memberikan ilmu pengetahuan, pendidikan pada abad 21 disertai
dengan menanamkan nilai-nilai luhur dan menumbuh kembangkan sikap
terpuji untuk hidup dalam masyarakat yang sejahtera dan bahagia di lingkup
nasional maupun di lingkup antar bangsa dengan saling menghormati dan
saling dihormati (Badan Standar Pendidikan Nasional, 2010: 43). Komitmen
nasional tentang perlunya pendidikan karakter dapat diimplementasikan
dengan integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran, salah satunya yaitu
pembelajaran IPA.
2
Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran
IPA melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif,
psikomotorik, dan afektif (Djojosoediro, 2010: 22).Pembelajaran IPA di
sekolah yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif
berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu memberikan informasi
dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa. Proses pembelajaran IPA di
sekolah haruslah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi mereka dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang diperlukan dirinya. Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh peserta
didik adalah sikap percaya diri (self efficacy). self efficacy merupakan salah
satu faktor internal penting yang dapat mempengaruhi prestasi akademis
seseorang(Ishtifa, 2011 : 23).
Untuk mendorong siswa agar mencapai hasil belajar yang optimal, siswa
membutuhkan efikasi diri dalam belajar. Bandura (dalam Ishtifa, 2011 : 25)
mengartikan efikasi diri (self-efficacy) sebagai keyakinan akan kemampuan
individu untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan
yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Bandura
mengatakan bahwa efikasi diri berperan penting terhadap motivasi akademik
yang menunjang keberhasilan siswa dalam belajar untuk mencapai prestasi
(Bandura. 1994: 2).
Seseorang yang memiliki sikap efikasi diri yang baik tidak mudah menyerah
dalam menyelesaikan tugas yang sedang dikerjakan. Menurut Schultz (
dalam Ishtifa, 2011 : 24 ) Seseorang yang mempunyai self efficacy tinggi
3
mereka percaya dapat secara efektif menghadapi kejadian- kejadian dan
situasi tertentu, karena mereka mengharapkan kesuksesan dalam menghadapi
rintangan, mereka tekun pada tugas. Individu ini mempunyai kepercayaan diri
yang sangat bagus pada kemampuan mereka. Self efficacy yang tinggi
mengurangi rasa takut, mempertinggi aspirasi, dan memperbaiki pemecahan
masalah, dan mampu berfikir analitik .
Self efficacy dinilai penting sebagai faktor internal yang mendorong siswa
untuk berprestasi dan mempengaruhi pilihan siswa dalam aktivitas belajar.
Siswa dengan self efficacy yang tinggi umumnya bersikap tekun dan mudah
menyerah ketika berhadapan dengan kegagalan ataupun kesulitan dalam
pembelajaran (Santrock, 2008 : 216).Berbeda dengan individu yang tidak
memiliki self efficacy yang tinggi, diartikan mereka sama saja barhadapan
dengan kegagalan karena yang ada dalam pikiran mereka hanyalah tentang
perasaan gagal(Zimmerman (dalam Ishtifa, 2011 : 24 )).Self efficacy
(kemampuan diri) merupakan evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau
kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan
mengatasi hambatan.
Beberapa penitili juga berhasil menunjukan bahwa keyakinan self efficacy
berhubungan positif dalam mempengaruhi prestasi akademik. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho pada tahun 2007
yang berjudul “ hubungan antara self efficacy, penyesuaian diri dengan
prestasi akademik mahasiswa “ menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara self efficacy dan prestasi akademik mahasiswa.
4
Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi self efficacy maka semakin tinggi
pula prestasi akademik mahasiswa ( Majidah, 2012 : 3).
Dalam penelitian lain, Kuo ( dalam Gunawan, 2000 : 3 ) menemukan adanya
hubungan yang moderat antara self efficacy dengan etika dalam menjaga
informasi pribadi. Perempuan menunjukan tingkat self efficacy yang lebih
tinggi dari pada laki-laki. Kepercayan diri siswa dalam sekolah terlihat saat
siswa tersebut ingin melontarkan pendapatnya di depan kelas tanpa rasa ragu.
Kadang kala gejala ketidak percayaan diri muncul tiba-tiba tanpa disadari
oleh seseorang ketika melakukan sesuatu, sehingga orang tersebut tidak bisa
mengeluarkan kemampuannya dengan optimal.
Tidak hanya di dalam pembelajaran, bahkan self-efficacy siswa masih belum
optimal dengan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari penelitian yang
dilakukan oleh Mahyuddin (2006: 69) yang berpendapat bahwa adanya
hubungan self-efficacy dengan hasil belajar siswa. Siswa dengan self-efficacy
tinggi mempunyai penampilan hasil belajar yang lebih bagus dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai self-efficacy rendah.
Selain mempengaruhi hasil belajar self efficacy juga dipengaruhi oleh gender.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons
(1990) menunjukan hasil analisis mengenai perbedaan jenis kelamin.
Menurut Santrock (2008 : 194 ) Dalam faktor psikis gender juga berpengaruh
dalam prestasi belajar karena gender merupakan dimensi sosiokultural dan
psikologis dari pria dan wanita.
5
Dalam studi nasional tentang prestasi Ilmu Pengetahuan Alam, anak laki-laki
memang mendapatkan prestasi yang sedikit lebih baik dalam Ilmu
Pengetahuan Alam bila dibandingkan dengan anak perempuan di kelas empat,
delapan, dan dua belas (National Assessment Of Educational Progress
(2005,dalam Santrock,2011 : 223 )). Kemudian dalam studi lain dari
Burkham,Lee & Smerdon(dalam santrock,2011 : 223) yang berfokus pada
pelajar kelas delapan dan sepuluh, anak laki-laki mendapatkan nilai yang
lebih tinggi dari anak perempuan dalam tes ilmu pengetahuan alam, terutama
diantara siswa-siswa dengan kemampuan menengah dan tinggi. Banyak ahli
gender yakin bahwa adanya perbedaan gender dalam matematika dan ilmu
pengetahuan alam disebabkan oleh pengalaman yang dimiliki oleh anak laki-
laki dan anak perempuan Meece & Scantlebury ( 2006, dalam Santrock,
2011 : 223).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian pada Sekolah Menengah Pertama baik Negeri maupun Swasta
yang ada di kecamatan Tanjung Karang Barat. Peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Self Efficacy Berdasarkan Gender dengan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII SMP Se-Kecamatan
Tanjung Karang Barat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
6
1. Bagaimana karakteristik self efficacy siswa SMP kelas VIII yang ada di
Kecamatan Tanjung karang Barat ?
2. Apakah terdapat perbedaan antara self-efficacy laki-laki dengan self-
efficacy perempuan pada siswa kelas VIII SMP se-Kecamatan Tanjung
karang Barat ?
3. Apakah terdapat hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil
belajar IPA siswa kelas VIII SMP se-Kecamatan Tanjung karang Barat ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan karakteristik self efficacy siswa SMP kelas VIII yang ada
di Kecamatan Tanjung karang Barat.
2. Mengetahui perbedaan antara self-efficacy laki-laki dengan self-efficacy
perempuan pada siswa kelas VIII SMP se-Kecamatan Tanjung karang
Barat.
3. Mengetahui hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil
belajar IPA siswa kelas VIII SMP se-Kecamatan Tanjung karang Barat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai tambahan pengetahuan dan pengembangan diri serta
acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
2. Bagi siswa, sebagai motivasi untuk memaksimalkan keyakinan dirinya
agar mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
7
3. Bagi guru, sebagai tambahan pengetahuan mengenai self efficacy sehingga
diharapkan guru mampu meningkatkan self efficacy siswa agar mencapai
prestasi belajar yang lebih baik..
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Karakteristik self efficacy siswa yang dimaksud yaitu keyakinan siswa
dalam menguasai situasi dan memberikan hasil positif dengan tiga aspek
yang dinilai, yaitu akademik, sosial, dan emosional. Pengukuran self-
efficacy diambil dengan menggunakan angket sederhana Self-Efficacy
Questionnaire for Children (Muris, 2001: 145-149).
2. Gender yang dimaksud merupakan istilah dari dua macam jenis kelamin
seseorang, yaitu laki-laki dan perempuan.
3. Hasil belajar yang diambil sebagai data kuantitatif adalah hasil belajar
ranah kognitif yang diperoleh dari tes yang terdiri dari soal-soal ujian
nasional dari tahun 2008 hingga tahun 2014 yang disesuaikan dengan
materi yang telah dipelajari siswa.
4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di tiga SMP
se-Kecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung tahun ajaran
2015/2016 dengan sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil
dengan pertimbangan tertentu sehingga didapatkan jumlah sampel antara
siswa laki-laki dan perempuan sama.
8
F. Kerangka Pikir
Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu proses penting dalam proses
pembelajaran. Baik buruknya proses kegiatan belajar mengajar, berpengaruh
terhadap hasil belajar. Walaupun begitu, kegiatan belajar mengajar juga
dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti bahan dan alat evaluasi pembelajaran,
sarana dan prasana yang ada dalam proses pembelajaran, lingkungan sekolah,
keadaan peserta didik, cara mengajar guru, dan self efficacy siswa.
Self efficacy siswa merupakan keyakinan siswa dalam menguasai situasi,
terutama dalam proses pembelajaran. Semakin tinggi self efficacy siswa maka
semakin baik juga siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.
Namun, tinggi rendahnya self efficacy juga dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan internal. Faktor internal berupa budaya, ekonomi, kesulitan tugas, latar
belakang keluarga, dan reward dan faktor eksternalnya berupa usia,
kemampuan diri, dan gender.
Gender yang terdiri dari laki-laki dan perempuan mempunyai pengaruh
terhadap self efficacy dengan salah satu gender yang memiliki self efficacy
lebih tinggi dari yang lainnya. Self efficacy mempunyai hubungan positif
dengan kegiatan belajar mengajar yang menjadikan hasil belajar juga menjadi
lebih positif. Hasil belajar yang merupakan ranah kognitif juga dapat
memberikan dampak positif bagi self efficacy siswa yang merupakan ranah
afektif. Jadi, semakin tinggi self efficacy siswa maka semakin tinggi hasil
belajarnya dan begitupun sebaliknya.
9
Gambar 1. Hubungan antara hasil belajar dengan ranah yang dimilikinya.
Faktor Eksternal:1. Budaya2. Ekonomi3. Kesulitan tugas4. Latar belakang keluarga5. Reward
Faktor Internal:1. Gender2. Usia3. Kemampuan diri
Self efficacySelf efficacy
Hasil Belajar
Self efficacy Siswa
Kegiatan BelajarMengajar
Guru
Peserta Didik
Sarana dan Prasarana
Bahan dan AlatEvaluasi
Lingkungan
Ranah AfektifRanah Kognitif
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Self-Efficacy
Self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuan
diri sendiri untuk dapat meningkatkan kinerjanya dan menghasilkan suatu
penyelesaian masalah yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka
(Bandura, 1994: 2).
Self-efficacy dapat menimbulkan dampak bagi seseorang sehingga setiap
individu mempunyai pemikiran bagaimana merasakan, berpikir, memotivasi
diri dan berperilaku dalam menghadapi suatu masalah. Dampak tersebut
dihasilkan melalui empat proses utama yaitu, proses kognitif, motivasi, afektif
dan seleksi (Bandura. 1994: 2).
1. Proses kognitif
Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan tujuan dan
sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan yang tepat
untuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran pribadi tersebut
dipengaruhi oleh penilaian individu akan kemampuan kognitifnya. Fungsi
kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian-kejadian
sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul
pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam
analisis dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan
11
pribadi, maka akan mendukung individu bertindak dengan tepat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya
untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha
memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan
dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan.
3. Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam
menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan dengan
mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola
pikir yang benar untuk mencapai tujuan. Proses afeksi berkaitan dengan
kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Kepercayaan individu terhadap kemampuannya
mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi
tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin dirinya
mampu mengontrol ancaman tidak akan membangkitkan pola pikir yang
mengganggu. Individu yang tidak percaya akan kemampuannya yang
dimiliki akan mengalami kecemasan karena tidak mampu mengelola
ancaman tersebut.
4. Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk menyeleksi
tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam melakukan seleksi tingkah
12
laku membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah menyerah
ketika menghadapi masalah atau situasi sulit. Self-efficacy dapat membentuk
hidup individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu akan
mampu melaksanakan aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang
diyakini mampu untuk ditangani. Individu akan memelihara kompetensi,
minat, hubungan sosial atas pilihan yang ditentukan (Bandura. 1994: 2).
Self-efficacy dalam diri siswa dapat ditingkatkan melalui beberapa strategi
sebagaimana diungkapkan Santrock (2008: 217), antara lain:
1. Mengajarkan strategi-strategi spesifik, seperti menguraikan dan merangkum
yang dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk berfokus pada tugas
mereka.
2. Membimbing siswa dalam menetapkan tujuan. Membantu siswa menciptakan
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
terutama membantu siswa untuk menilai kemajuan mereka.
3. Pertimbangkan kemampuan menguasai. Memberikan penghargaan yang
berkaitan dengan kinerja kepada siswa saat berhasil menguasai pelajaran.
4. Kombinasikan pelatihan strategi dengan tujuan. Kombinasi dari pelatihan
strategi dan penetapan tujuan dapat meningkatkan self-efficacy serta
perkembangan keterampilan siswa. Berikan umpan balik kepada siswa
mengenai strategi pembelajaran mereka yang berhubungan dengan kinerja
mereka.
5. Berikan dukungan kepada siswa. Dukungan positif dapat datang dari
guru, orang tua, dan teman sebaya. Kadang-kadang seorang guru hanya
perlu mengatakan kepada siswa, “ kamu dapat melakukannya”.
13
6. Pastikan siswa tidak terlalu emosional dan gelisah. Ketika siswa terlalu
merasa khawatir dan merasa menderita mengenai prestasi mereka, self-
efficacy mereka akan hilang.
7. Berikan siswa model dewasa dan teman sebaya yang positif.
Karakteristik-karakteristik tertentu dari model ini dapat membantu siswa
mengembangkan self-efficacy mereka. Contohnya, siswa yang mengamati
guru dan teman sebaya yang secara efektif mengatasi serta menguasai
tantangan serta menguasai tantangan sering kali mengadopsi perilaku
model tersebut. Permodelan terhitung efektif terutama dalam
meningkatkan self-efficacy ketika siswa mengamati keberhasilan teman
sebaya yang berkemampuan serupa dengan mereka.
Efikasi diri didapatkan, diperoleh, atau berkurang melalui salah satu atau
kombinasi dari empat sumber, yaitu pengalaman menguasai sesuatu, modeling
sosial, persuasi sosial, dan kondisi fisik dan emosional (Feist, 2010: 213).
1. Pengalaman menguasi sesuatu
Sumber yang paling berpengaruh dari efikasi diri adalah pengalaman
mengenai sesuatu, yaitu performa masa lalu. Secara umum, performa yang
berhasil akan meningkatkan ekspektasi mengenai kemampuan; kegagalan
cenderung akan menurunkan hal tersebut.
2. Modeling sosial
Efikasi diri meningkat saat kita mengobservasi pencapaian orang lain yang
mempunyai kompetensi yang setara, namun akan berkurang saat kita
melihat rekan sebaya kita gagal. Saat orang lain tersebut berbeda dari kita,
modeling sosial akan mempunyai efek yang sedikit dalam efikasi diri kita.
14
Seorang pengecut tua yang tidak aktif yang melihat seorang pemain sirkus
muda yang aktif dan pemberani berhasil berjalan di atas tambang tinggi,
akan diragukan untuk mempunyai peningkatan ekspektasi dalam
melakukan ulang hal tersebut.
3. Persuasi sosial
Efikasi diri dapat juga diperoleh dari persuasi sosial. Dampak dari sumber
ini cukup terbatas, tetapi di bawah kondisi yang tepat, persuasi dari orang
lain dapat meningkatkan atau menurunkan efikasi diri. Kondisi pertama
adalah bahwa orang tersebut harus mempercayai pihak yang melakukan
persuasi. Kata-kata dari sumber yang terpercaya mempunyai daya yang
lebih efektif dibandingkan dengan hal yang sama dari sumber yang tidak
terpercaya. Meningkatkan efikasi diri melalui persuasi sosial, dapat
menjadi efektif hanya bila kegiatan yang ingin didukung untuk dicoba
berada dalam jangkauan perilaku seseorang. Sebanyak apa pun persuasi
verbal dari orang lain tidak dapat mengubah penilaian seseoarang
mengenai kemampuan dirinya untuk berlari 100 meter dalam waktu di
bawah 8 detik.
4. Kondisi fisik dan emosional, sumber terakhir dari efikasi diri adalah
kondisi fisiologis dan emosioanal dari seseorang. Emosi yang kuat
biasanya akan mengurangi performa saat seseorang mengalami ketakutan
yang kuat, kecemasan yang akut, atau tingkat stres yang tinggi,
kemungkinan akan mempunyai ekspektasi efikasi yang rendah (Feist,
2010: 213).
15
Keyakinan self-efficacy bukan merupakan penilaian tentang kemampuan
seseorang secara objektif, tetapi penilaian sesseorang mengenai apa yang
dapat dicapainya dengan keterampilan yang dimilikinya, sehingga self-efficacy
menilai apa yang dapat ia lakukan, bukan apa yang ia miliki (Noer, 2012).
Kemampuan untuk mentrasnfer materi pelajaran adalah salah satu aspek dari
efikasi diri pengajaran, tetapi efikasi diri pengajaran juga meliputi keyakinan
bahwa seseoarang dapat memelihara kelas yang merupakan tempat yang
menyenangkan untuk belajar dan keyakinan terhadap kemungkinan untuk
mendapatkan sumber-sumber serta membuat orangtua terlibat secara positif
dalam pembelajaran anak-anak (Santrock, 2008 : 216).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Self-efficacy salah satunya
adalah jenis kelamin (gender). Menurut Bandura (1997: 212) tinggi rendahnya
efikasi diri seseorang dalam tiap tugas sangat bervariasi. Hal ini disebabkan
oleh adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam mempersepsikan
kemampuan diri individu.
B. Gender
Banyak orang yang sudah meyakini bahwa antara pria dan wanita tidak
terdapat perbedaan dalam hal inteligensi. Banyak pula penelitian yang
membuktikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara inteligensi pria
dengan inteligensi wanita. Dari tes-tes yang telah diberikan, wanita terutama
berkelebihan dalam hal mengerjakan tes-tes yang menyangkut penggunaan
bahasa, hafalan-hafalan, reaksi-reaksi estetika serta masalah-masalah sosial.
Dilain pihak, laki-laki berkelebihan dalam penalaran abstrak, penguasaan
16
matematik, mekanika, atau structural skills. Selama antara pria dan wanita
terdapat perbedaan fisik dan psikis, latihan, pengalaman, pola hidup,
kebutuhan dan minatnya. Maka kita hanya akan mendapati kenyataan, bahwa
tes-tes inteligensi tidak akan mengukur secara akurat tentang perbandingan
antara kapasitas mental wanita dengan kapasitas mental pria. Dengan
demikian, kita masih mengalami kesulitan untuk mengatakan bahwa “wanita
lebih rendah, atau sama atau lebih superior daripada pria dalam hal
inteligensi” (Soemanto, 2006 : 157).
Gender merujuk pada konsep laki-laki atau peempuan berdasarkan dimensi sosial
budaya dan psikologi. Gender dibedakan dari jenis kelamin, yang melibatkan
dimensi biologis dari perempuan atau laki-laki. Peran gender (gender roles)
adalah harapan sosial yang menentukan bagaimana laki-laki dan perempuan
seharusnya berpikir, bertindak dan merasakan (Santrock, 2008 : 217).
Menurut Lippa (2005, dalam Santrock, 2008 : 217) ada berbagai cara untuk
memandang perkembangan gender. Beberapa menekankan faktor biologis
dalam perilaku laki-laki dan perempuan yang lain menekankan sosial atau
kognitif. . Beberapa pendekatan biologis menjelaskan perbedaan-perbedaan
dalam otak perempuan dan laki-laki.
Satu pendekatan berfokus pada perbedaan antara perempuan dan laki-laki di
dalam corpus collosum, sekumpulan serat saraf yang menggabungkan dua
belahan otak Le Doux (dalam Santrock, 2008: 218). Corpus collosum pada
perempuan lebih besar daripada pada laki-laki dan ini menjelaskan mungkin
perempuan lebih sadar dibandingkan dengan laki-laki tentang emosi mereka
17
sendiri dan emosi orang lain. Ini bisa terjadi karena otak kanan mampu
meneruskan lebih banyak informasi tentang emosi ke otak kiri. Bagian otak yang
terlibat dalam pengungkapan emosional menunjukan lebih banyak aktivitas
metabolis pada perempuan dibandingkan pada laki-laki Gur, dkk (dalam
Santrock, 2008: 218).
Selain itu, bagian lobus parietal (salah satu cuping otak di bagian ujung kepala)
yang berfungsi dalam keterampilan visual dan ruang pada laki-laki lebih besar
daripada perempuan Frederikse (dalam Santrock, 2008: 218). Namun, Lippa
(dalam Santrock, 2008 : 218) menyatakan bahwa otak perempuan dan laki-laki
mempunyai lebih banyak kemiripan ketimbang perbedaannya. Singkatnya,
biologi bukan menjadi tujuan untuk isu sikap dan perilaku gender. Pengalaman
sosialisasi anak-anak memegang peranan yang sangat penting.
Di sekolah dasar, anak laki-laki biasanya bergaul dengan anak laki-laki dan anak
perempuan dengan anak perempuan. Psikolog perkembangan Eleanor Maccoby,
yang telah mempelajari gender selama beberapa dekade, yakin bahwa kawan-
kawan sebaya memainkan peran sosialisasi gender yang sangat penting, saling
mengajari apa itu perilaku gender yang bisa diterima dan yang tidak bisa diterima
(Santrock, 2008: 218).
Persoalan perbedaan jender dalam kecerdasan atau pencapaian akademis telah
diperdebatkan selama berabad-abad, dan masalah itu telah menjadi sesuatu yang
sangat penting sejak awal 1970-an. Hal terpenting untuk tetap diingat tentang
perdebatan ini ialah bahwa belum seorang pun peneliti yang bertanggung jawab
penuh menyatakan bahwa setiap perbedaan pria-wanita dalam setiap ukuran
18
kemampuan intelektual adalah besar kalau dibandingkan dengan jumlah
keragaman dalam masing-masing jenis kelamin. Dengan kata lain, bahkan dalam
bidang dimana perbedaan jender yang sesungguhnya ditemukan, perbedaan-
perbedaan ini hanyalah begitu kecil dan begitu beragam sehingga hanya
mempunyai sedikit konsekuensi praktis (Fennema, dkk (dalam Slavin, 2008:
159)).
Penyebab terpenting ialah bahwa wanita dalam masyarakat kita secara tradisional
telah dihambat untuk mempelajari matematika dan karena itu mengambil lebih
sedikit mata kuliah matematika daripada pria. Bahkan, ketika wanita mulai
mengambil lebih banyak mata kuliah matematika selama dua dasawarsa terakhir,
kesenjangan jender dalam SAT dan dalam ukuran lainnya telah menurun terus-
menerus (National Center for Education Statistics (dalam Slavin, 2008: 159)).
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan puncak dari tindak belajar sedangkan bagi guru
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar (Dimyati dan
Mudjiono, 2009: 3). Selain itu, Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar
siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian
tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan
mental siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 4). Hasil belajar merujuk pada
19
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya
dan derajat perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2008: 159). Hasil belajar
dapat diketahui dengan adanya evaluasi hasil belajar (Dimyati dan Mujiono,
2009: 201). Evaluasi belajar sendiri adalah kegiatan yang berupaya untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk
mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam
penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan
yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek
kognitif adalah tes.
Hasil belajar sebagai keberhasilan suatu tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga
domain (ranah) oleh Bloom yakni:
1. Ranah Kognitif
Ranah Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya apabila
telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi. Hasil
belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai
produk dari proses belajar. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses
20
sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan
berfikir siswa.
Krathwohl merevisi Taksonomi Bloom dalam jurnal Theory into Practice
berjudul A Revision of Bloom's Taxonomy:An Overview, membedakan
aspek kognitif atas enam jenjang (Siyamta, 2013: 13).
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, dari
nilai dan sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi (Sudaryono, 2012: 46-47).
Ciri-ciri afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku.
a. Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu
rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut,
yang dinyatakan dengan memperhatikan sesuatu, walaupun perhatian
itu masih bersifat pasif. Dipandang dari segi pembelajaran, jenjang ini
berhubungan dengan upaya menimbulkan, mempertahankan, dan
mengarahkan perhatian siswa.
b. Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan
secara aktif dan turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, yang
dinyatakan dengan memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang
disajikan.
c. Penilaian/ penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan memposisikan diri sesuai
dengan penilaian itu. Artinya, mulai terbentuk suatu sikap yang
21
dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap
batin, baik berupa perkataan maupun tindakan.
d. Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan,
yang dinyatakan dalam pengembagan suatu perangkat nilai, jenjang ini
berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai tersebut, serta mulai
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal.
e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sedemikian rupa, sehingga dapat menginternalisasikan
dalam diri dan menjadikannya sebagai pedoman yang nyata dan jelas
dalam kehidupan sehari-hari, yang dinyatakan dengan adanya
pengaturan hidup dalam berbagai bidang kehidupan.
3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu (Sudaryono, 2012: 47). Hal-hal yang berkaitan dengan
ranah psikomotor antara lain: menirukan, memanipulasi, pengalamiahan,
artikulasi (Siyamta, 2013: 17).
Menurut Slameto (dalam Suwardi, 2012: 2) ada dua faktor mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam belajar, yaitu faktor intern (dari dalam diri siswa)
meliputi : faktor jasmaniah (seperti : kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis
(seperti : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan),
22
dan keaktifan siswa dalam bermasyarakat, serta faktor ektern yang meliputi:
faktor keluarga (meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (meliputi : metode mengajar,
kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah), faktor masyarakat (meliputi : kegiatan
siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat).
Selain faktor diatas, Dunkin (dalam Riyani, 2012: 19) menyatakan bahwa ada
sejumlah aspek dari faktor guru yang mempengaruhi kualitas proses belajar
mengajar yaitu : pertama, teacher formative experience meliputi jenis kelamin
serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka.
Kedua, teacher training experience meliputi pengalaman-pengalaman yang
berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru. Ketiga,
teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang
dimiliki guru yaitu sikap guru terhadap profesinya, siswanya, motivasi dan
kemampuan baik dalam pengelolaan pembelajaran baik itu kemampuan dalam
merencanakan dan mengevaluasi maupun kemampuan dalam penguasaan materi
yang akan di ajarkan. Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan proses
belajar mengajar adalah aspek siswa yang meliputi aspek latar belakang terdiri
dari jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi
dan aspek sifat yang meliputi kemampuan dasar, sikap dan penampilan,
adakalanya siswa sangat aktif dan adakalanya siswa yang kita didik sangat
23
pendiam dan malah yang sangat disayangkan siswa tersebut memiliki motivasi
yang rendah dalam belajar. Faktor ketiga adalah faktor sarana dan prasarana,
sarana merupakan segala sesuatu yang sangat mempengaruhi kelancaran proses
pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan
sekolah dan lain-lain sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang tidak
langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya
penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya. Beberapa pengaruh tersebut
diantaranya adalah dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru dalam
mengajar serta dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.
Faktor keempat adalah faktor lingkungan yang terdiri dari faktor organisasi kelas
dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas meliputi jumlah siswa
dalam satu kelas, organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan faktor iklim sosial-psikologis
menyangkut keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran, baik yang internal (yaitu hubungan antara orang yang terlibat
dalam lingkungan perguruan tinggi misalnya iklim sosial antara siswa dengan
siswa, antara siswa dengan guru bahkan guru dengan pimpinan) maupun yang
eksternal (yaitu hubungan antara perguruan tinggi dengan orang tua siswa,
hubungan perguruan tinggi dengan perusahaan dan instansi pemerintah.
keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri sendiri yang berupa faktor
biologis seperti faktor kesehatan dan faktor psikologis seperti kecerdasan, bakat,
minat, perhatian serta motivasi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang
berhubungan dengan lingkungan sekolah Edi (dalam Riyani, 2012: 20).
24
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2016 di 3 SMP se-
Kecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung, yaitu SMP Negeri 10
Bandar Lampung, SMP Wiyatama Bandar Lampung, dan SMP S DCC
Global School Bandar Lampung.
B. Populasi dan Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII dari 3 SMP se-
Kecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung. Total populasi adalah
sebanyak 505 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 250 siswa dan
siswa perempuan sebanyak 255 siswa.
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik ini dalam penentuan sampel menggunakan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2014: 85). Pada penelitian ini yang menjadi pertimbangan
adalah jumlah siswa tiap kelas dan gender-nya. Dalam menentukan jumlah
sampel, Arikunto (2006: 134) menyatakan apabila ukuran populasi lebih dari
100, sampel dapat diambil dari kisaran 10 – 15%, 20 – 25%, atau lebih dari
25 %. Berdasarkan teori-teori tersebut, maka sampel yang digunakan pada
25
penelitian ini adalah sebanyak 283 siswa, kemudian diperolehlah 141 siswa
laki-laki dan 142 siswa perempuan. Namun, siswa perempuan dikurangi 1
agar seimbang dengan sampel siswa laki-laki sehingga menjadi 141.
Penentuan sampel dari siswa ini diperoleh berdasarkan jumlah siswa dari
setiap kelas pada sekolah (Tabel 1).
Tabel 1. Sampel Penelitian
No. Nama Sekolah KelasJumlah Siswa
TotalL P
1.SMP S DCC Global
SchoolBandar Lampung
VIII 6 6 12
2.SMP Negeri 10
Bandar Lampung
VIII A 16 22 38
VIII B 14 21 35VIII C 21 19 40VIII D 19 20 39
VIII E 13 22 35
3. SMP WiyatamaBandar Lampung
VIII A 19 11 30
VIII B 17 12 29
VIII C 16 9 25
Jumlah Sampel 141 141 283
Keterangan : P = Perempuan; L = Laki-laki
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif
(Arikunto, 2010: 3). Peneliti mengambil langsung informasi yang ada di
lapangan tentang hubungan self-efficacy berdasarkan gender dengan hasil
belajar IPA siswa kelas VIII SMP se- Kecamatan Tanjung karang Barat.
26
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan persiapan sebagai
berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk melakukan observasi
ke sekolah.
b. Melakukan observasi pendahuluan di sekolah untuk menetapkan jumlah
siswa di kelas yang dijadikan sampel penelitian, menanyakan data-data
absensi siswa yang didapat dari guru mata pelajaran IPA yang dijadikan
sampel penelitian.
c. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari soal-soal IPA kelas
VIII yang berjumlah 20 soal yang dipilih berdasarkan SKL kelas VII
semester I dan semester II, dan kelas VIII semester I. Soal-soal tersebut
diambil dari kumpulan soal-soal Ujian Nasional pada tahun 2008
sampai tahun 2014 dan angket self-efficacy siswa terjemahan dari Self-
efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C) Brief Survey on Academic,
Social and Emotional Self-efficacy (Muris, P., 2001; 145-149).
2. Tahap Pelaksanaan
a. Dalam pelaksanaannya, pengambilan data dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan untuk mendistribusikan soal-soal IPA kelas VIII
semester 1.
b. Memberikan lembar kuisioner self-efficacy siswa setelah
mengerjakan tes soal IPA.
27
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif didapat dari hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai
hasil pengerjaan soal-soal IPA yang berjumlah 20 soal. Sedangkan data
kualitatif didapat dari skor kuisioner angket siswa yang berisi tentang
hubungan hasil belajar berdasarkan gender dengan self efficacy, yang
kemudian dideskripsikan untuk mengetahui tingkat self-efficacy siswa.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Absensi Siswa
Pengumpulan data absensi siswa diperoleh dari guru IPA kelas VIII
dari masing-masing SMP se-Kecamatan Tanjung karang Barat.
b. Angket Self-Efficacy Siswa
Angket ini diisi oleh siswa untuk mengetahui keyakinan diri siswa.
Angket berisi 24 pertanyaan yang diisi dengan memberi tanda ceklis (√)
pada pilihan jawaban “Sangat baik”, “Baik”, “Agak baik”, “Kurang
baik” atau “Tidak baik”.
c. Data Hasil Belajar Siswa
Nilai hasil belajar siswa diambil dari hasil pengerjaan soal-soal IPA
kelas VIII yang berjumlah 20 soal.
28
F. Uji Persyaratan Instrumen
1. Uji Validitas Angket
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu intrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas
tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah
(Arikunto, 2006: 168).
Validitas instrumen dapat diukur dengan menggunakan metode Pearson
Product Moment, kemudian membandingkan rhitung dengan rtabel
bersignifikansi 5% (Arikunto, 2006: 170).
2. Uji Reliabilitas Angket
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu instrumen
dapat dipercaya atau diandalkan. Instrumen dikatakan reliabel jika hasil
pengukuran yang diperoleh dari subjek yang sama menunjukkan
kestabilan, kapan saja dan oleh siapa instrumen tersebut digunakan.
Reliabilitas menunjukkan jika instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan dalam mengumpulkan data karena instrumen tersebut sudah
baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya (Arikunto,
2006: 178 – 179).
Pengujian reliabilitas instrumen angket dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode Alpha Cronbach’s lalu membandingkan
r11 dengan rtabel bersignifikansi 5% (Arikunto, 2006: 195-198).
29
G. Hasil Uji Coba Angket
Sebelum angket digunakan untuk mengumpulkan data, angket diuji coba
terlebih dahulu kepada 30 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gading Rejo.
Hasil uji coba dihitung validitasnya dengan metode Pearson product moment,
sedangkan reliabilitasnya dengan rumus Alpha Cronbach’s. Kemudian
dibandingkan hasil rhitung dengan rtabel, di mana rtabel dengan signifikansi 5%
untuk 30 orang sampel adalah 0,361.
Pengujian validitas angket self-efficacy yang pertama, ditemukan adanya beberapa
item valid dan ada juga beberapa item yang tidak valid. Pengujian reliabilitas
didapatkan bahwa angket self-efficacy realiabel. Item angket yang tidak valid akan
direvisi, kemudian angket akan diuji coba untuk yang kedua (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil uji validitas angket self-efficacy pertama.
No. Item Angket rhitung rtabel Keterangan
1. Item 1 0,489 0,361 Valid2. Item 2 0,364 0,361 Valid3. Item 3 0,539 0,361 Valid4. Item 4 0,695 0,361 Valid5. Item 5 0,554 0,361 Valid6. Item 6 0,379 0,361 Valid7. Item 7 0,243 0,361 Tidak Valid8. Item 8 0,619 0,361 Valid9. Item 9 0,332 0,361 Tidak Valid10. Item 10 0,439 0,361 Valid11. Item 11 0,485 0,361 Valid12. Item 12 0,542 0,361 Valid13. Item13 0,726 0,361 Valid14. Item 14 0,416 0,361 Valid15. Item 15 0,581 0,361 Valid16. Item 16 0,590 0,361 Valid17. Item 17 0,319 0,361 Tidak Valid18. Item 18 0,474 0,361 Valid19. Item 19 0,572 0,361 Valid20. Item 20 0,406 0,361 Valid21. Item 21 0,637 0,361 Valid
30
22. Item 22 0,663 0,361 Valid23 Item 22 0,540 0,361 Valid24 Item 22 0,602 0,361 Valid
Sumber: Hasil pengolahan data, 2015.
Tabel 3. Hasil uji reliabilitas angket self-efficacy pertama.
Cronbach’s Alpha N of items
0,871 24Sumber: Hasil pengolahan data, 2016
Berdasarkan hasil uji validitas angket self-efficacy yang telah direvisi, diketahui
bahwa item angket self-efficacy telah valid dan juga reliabel (Tabel 4).
Tabel 4. Hasil uji validitas angket self-efficacy kedua.
No.ItemAngket
rhitung rtabel Keterangan
1. Item 1 0,475 0,361 Valid2. Item 2 0,691 0,361 Valid3. Item 3 0,668 0,361 Valid4. Item 4 0,566 0,361 Valid5. Item 5 0,518 0,361 Valid6. Item 6 0,486 0,361 Valid7. Item 7 0,523 0,361 Valid8. Item 8 0,544 0,361 Valid9. Item 9 0,467 0,361 Valid10. Item 10 0,458 0,361 Valid11. Item 11 0,572 0,361 Valid12. Item 12 0,494 0,361 Valid13. Item 13 0,502 0,361 Valid14. Item 14 0,467 0,361 Valid15. Item 15 0,402 0,361 Valid16. Item 16 0,570 0,361 Valid17. Item 17 0,447 0,361 Valid18. Item 18 0,547 0,361 Valid19. Item 19 0,383 0,361 Valid20. Item 20 0,668 0,361 Valid21. Item 21 0,547 0,361 Valid22. Item 22 0,486 0,361 Valid23 Item 22 0,653 0,361 Valid24 Item 22 0,661 0,361 Valid
31
Sumber: Hasil pengolahan data, 2016.
Tabel 5. Hasil uji reliabilitas angket self-efficacy kedua.
Cronbach’s Alpha N of items
0,884 24Sumber: Hasil pengolahan data, 2016.
H. Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data hasil pengisian angket self-efficacy siswa dan data
hasil pengerjaan 20 soal IPA yang diperoleh dari kumpulan soal-soal Ujian
Nasional, tahap pelaksanaan selanjutnya yaitu:
a. Mengolah data yang telah diperoleh untuk mengetahui profil self-efficacy
siswa berdasarkan gender.
b. Menganalisis hubungan antara self-efficacy dengan gender siswa.
c. Menganalisis hubungan antara self-efficacy berdasarkan gender dengan
hasil belajar siswa berdasarkan data yang telah didapatkan.
Selanjutnya di analisis data penelitian ini sebagai berikut:
1. Data kuantitatif
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa
menjawab soal-soal ujian nasional yang dipilih berdasarkan SKL yang
telah dipelajari siswa dengan melakukan penskoran secara manual
menggunakan kunci jawaban. Dan jika jawaban benar maka mendapat
skor 1 dan jika salah atau tidak menjawab diberi skor 0. Menghitung nilai
hasil belajar siswa yang dilihat dari kemampuan menjawab soal-soal ujian
32
nasional yang dipilih berdasarkan SKL yang telah dipelajari siswa
menggunakan rumus menurut Purwanto (2013: 112) dengan cara:
S =
Keterangan:S = nilai hasil belajar siswan = jumlah skor soal yang dijawab benarN = skor maksimum dari tes
Sehingga nilai yang diperoleh siswa dikelompokan ke dalam kriteria
sebagai berikut:
Tabel 6. Kriteria penilaian hasil belajar siswa
No. Interval Kategori1 81 – 100 Sangat tinggi2 61 – 80 Tinggi3 41 – 60 Cukup4 21 – 40 Rendah5 0 – 20 Sangat rendah
Sumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89)
2. Data Kualitatif
Data kualitatif tentang self-efficacy yang dimiliki siswa diambil melalui
kuisioner yang diisi sendiri oleh siswa. Langkah-langkah pengolahan data
angket dilakukan sebagai berikut:
a. Menghitung skor kuisioner siswa dengan melihat rubrik penilaian
kuisioner.
b. Menghitung persentase jawaban siswa dan guru dengan rumus
menurut Ali (2013: 201) sebagai berikut:
% =
33
Keterangan:% = persentase self-efficacy siswan = skor yang diperolehN = jumlah seluruh skor
c. Merangkum persentase jawaban siswa untuk mengetahui termasuk ke
dalam kategori manakah self-efficacy yang dimiliki siswa. Persentase
jawaban dari tiap indikator tersebut dimasukkan dalam tabel kriteria
berikut.
Tabel 7. Kriteria penilaian self-efficacy yang dimiliki oleh siswa
No. Persentase (%) Kategori1 81 - 100 Sangat tinggi2 61 - 80 Tinggi3 41 - 60 Cukup4 21 - 40 Rendah5 0 - 20 Sangat rendah
Sumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89)
Perbedaan self efficacy dengan gender, perbedaan hasil belajar dengan
gender, dan hubungan self efficacy berdasarkan gender dengan hasil
belajar, dilakukan uji sebagai berikut.
a. Uji Beda Independent Sample T-test
Uji beda Independent Sample T-test digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang saling
independen. Uji Independent Sample T-test merupakan teknik statistik
parametrik dimana data harus berdistribusi normal. Akan tetapi jika
data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan uji non-
parametrik Mann-Whitney U. Adapun rumus dan langkah-langkah
perhitungan uji-t untuk sampel yang saling independen adalah sebagai
berikut (Sudjana, 2005: 243).
34
thitung
dengan
s2=
Keterangan:= nilai rata-rata kelompok 1= nilai rata-rata kelompok 2= jumlah siswa kelompok 1
= jumlah siswa kelompok 2= varians pada kelompok 1= varians pada kelompok 2= varians gabungan
Kriteria pengujian adalah Ho diterima jika thitung < t(1-α)(n1 + n2 – 2)
dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2), peluang (1 – α) dan taraf
signifikan α = 0,05. Untuk harga t lainnya Ho ditolak.
b. Uji Korelasi Product Moment
Uji korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa erat
hubungan antara dua variabel penelitian, yaitu hubungan antara self-
efficacy siswa berdasarkan gender dengan hasil belajarnya,
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment (Margono, 2010:
207) . Adapun rumus dari uji korelasi Pearson Product Moment adalah
sebagai berikut:
Keterangan:r = koefisien korelasi∑X = jumlah skor dalam sebaran X∑Y = jumlah skor dalam sebaran Y
35
∑XY = jumlah hasil kali skor X dengan skor Y yang berpasangan∑X2 = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X∑Y2 = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Yn = banyaknya subjek skor X dan skor Y yang berpasangan
(Margono, 2010: 207)
Teknik ini akan menghasilkan koefisien korelasi yang dapat
mendeskripsikan derajat keeratan hubungan dari dua variabel tersebut.
Koefisien korelasi diinterpretasikan ke dalam tingkatan hubungan sebagai
berikut.
Tabel 8. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,1990,20 – 0,3990,40 – 0,5990,60 – 0,7990,80 – 1,000
Sangat RendahRendahSedangKuat
Sangat KuatSumber: Sugiyo
48
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Self efficacy siswa kelas VIII SMP se-Kecamatan Tanjung karang
Barat Bandar Lampung berkriteria “tinggi”.
2. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara self efficacy laki-laki
dengan self efficacy perempuan pada siswa kelas VIII SMP se-
Kecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung.
3. Terdapat hubungan positif dengan keeratan hubungan “sangat rendah”
self efficacy dengan hasil belajar IPA pada siswa laki-laki dan tidak
terdapat hubungan dengan keeratan hubungan “sangat rendah” self
efficacy dengan hasil belajar IPA pada siswa perempuan kelas VIII
SMP se-Kecamatan Tanjung karang Barat Bandar Lampung.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Bagi guru, diharapkan dapat memperhatikan self efficacy siswa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
48
2. Bagi siswa, diharapkan dapat memaksimalkan keyakinan dirinya
dalam mengerjakan tugas, ulangan harian, dan ulangan semester agar
dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
3. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya dalam mencari Self Efficacy
siswa tidak hanya menggunakan angket melainkan melakukan
wawancara dengan siswa maupun guru mata pelajaran IPA.
49
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2013. Prosedur dan Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.233 hlm.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Rineka Cipta. Jakarta.
________________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Rineka Cipta. Jakarta. 418 hlm.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional AbadXXI. (isi-dps.ac.id, diakses pada 27 Oktober 2015, 19.26 WIB). 59 hlm.
Bandura, A. 1994. Self-Efficacy. Encylopedia Of Human Behavior. 4. 15 hlm.
_________. 1997. Self-efficacy. The exercise of control. Freeman & Co: NewYork
Carolina. 2011. Computer Self Efficacy (CSE) Mahasiswa Akutansi Dalam PenggunaanTeknologi Informasi Berdasarkan Gender. Jurnal. (Online). (http://journal.unika.ac.id/index.php/jab/article/view/32. Diakses pada 14 mei 2016;21.51 WIB). 19 hlm
Daulay, Siti Fani. 2012. Perbedaan Self Regulated Learning Antara Mahasiswa YangBekerja Dan Tidak Bekerja. Jurnal, (Online). (fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/jurnal-fastirola.ok_.pdf, diakses pada14 mei 2016; 22.11 WIB). 9 hlm
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta.Jakarta. 298 hlm.
Djojosoediro, Wasih. 2010. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA. Artikel. (Online).(http://pjjpgsd.unesa.ac.id/dok/1.Modul-1-Hakikat%20IPA%20dan%20Pe-mbelajaran%20IPA.pdf, diakses pada 5 November 2015; 20.17 WIB). 45 hlm
Ebru, Fatma. 2013. The Effects Of Socioeconomic Status And Gender Besides ThePredictive Effect Of Self-Efficacy On Life Satisfaction In Adolescence.Jurnal. The Journal of Academic Social Science Studies Volume 6 Issue3,p.1201-1216, March 2013. (Online). (http://www.jasstudies.com/Makaleler/1512883086_61%C4%B0kizFatma%20Ebru-vd-1201-1216.pdf, diakses pada 15 Mei 2016; 21.30 WIB). 16 hlm.
Feist, J. dan G. J. Feist. 2009. Teori Kepribadian diterjemakan Smita PrathitaSjahputri. 2010. Penerbit salemba Humanika. Jakarta. 428 hlm.
50
Gardner, Emily. 2014. Self-Efficacy and Academic Performance. Artikel.(Online). (http://www.udallas.edu/udjs/departments/psychology/2014-2015/selfefficacy, diakses pada 16 Mei 2016; 10.19 WIB). 6 hlm.
Gunawan, Hendra. 2000. Gender Dalam Perspektif Academic Self-Efficacy danKecurangan Teknologi Informasi. Jurnal, (Online).(http://p2m.polibatam.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Microsoft-Word-11-Jurnal-Integrasi-2012.Hendra-Gunawan.pdf.). Diakses pada 27 Oktober2015 ; pukul 20.12 WIB.
Hadaning, Galuh Budi. 2014. Hubungan Efikasi Diri Dalam Perspektif GenderDengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Al-AzharMenganti Gresik (skripsi). (uinsby.ac.id, diakses pada 24 Desember2015, 15.20 WIB). 100 hlm.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta.184 hlm.
Hoang, Thienhuong. 2008. “The Effects of Grade Level, Gender, and Ethniccityon Attitude and Learning Environment in Mathematics in High School”.International Elektronic Journal of Mathematics Education. Volume 3,Number 1, February 2008.
Ingridwati, Kurnia. 2003. Tuntutan Terhadap Mutu Pendidikan SD. Jurnal,(Online).(http://digilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_pk_029735_ingridwati_kurnia_chapter1.pdf). Diakses pada 30 Oktober 2015 ; Pukul 18.40 WIB.
Ishtifa, Hanny. 2011. Pengaruh Self-Efficacy Dan Kecemasan AkademisTerhadap Self-Regulated Learning Mahasiswa Psikologi Universitas IslamNegeri Jakarta. Jurnal, (online).(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1790/1/HANNY%20ISHTIFA-FPS.pdf). Diakses pada 27 oktober 2015 ; pukul 20.23 WIB.
Jufita, Dini. 2010. Analisis Gender terhadap Self-efficacy, Self Regulated Learning, danPrestasi Akademik Remaja dalam Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.Jurnal, (Online). (http://ikk.fema.ipb.ac.id/id/index.php/dinni-jufita-putri-analisis-gender-terhadap-self-efficacy-self-regulated-learning-dan-prestasi-akademik-remaja-dalam-pelajaran-matematika-dan-bahasa-indonesia/, diakses pada 14 mei2016, 22.03 WIB).
Majidah, Hairida, dan Erlina. 2012. Korelasi Antara Self-Efficacy dengan HasilBelajar Siswa dalam Mata Pelajaran Kimia di SMA. Jurnal. (Online). (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/3319, diakses pada 23Oktober 2015; 13.40 WIB). 10 hlm
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
51
Muthoharoh, Umi., Budiyono, dan Puji Nugraheni. 2012. Hubungan GenderTerhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP. Jurnal, (online)(http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/ekuivalen/issue/view/189).Diakses pada 27 oktober 2015 ; Pukul 20.18 WIB.
Muris, Peter. 2001. A Brief Questionnaire for Measuring Self Efficacy in Youths.(Journal Vol. 23 Hlm 145-149). (diakses pada 2 Juni 2016, 10.42 WIB). 5hlm.
Nuryoto, sartini. 1998. Perbedaan Prestasi Akademik Antara Laki-Laki DanPerempuan Studi Diwilayah Yogyakarta. Jurnal, (Online).(http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/search/authors/view?firstName=Sartini&middleName=&lastName=Nuryoto&affiliation=&country=, diakses pada 14 mei 2016; 22.15 WIB). 9 hlm
Nuyami, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think PairShare terhadap Self Efficacy Siswa SMP Ditinjau dari Gender. (Jurnal Vol.4). (stainpamekasan.ac.id, diakses pada 3 Oktober 2015, 06.17 WIB). 11hlm.
Noer, Sri Hastuti. 2012. Self Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika. DalamProsiding: “Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalamMembangun Karakter Guru dan Siswa”. (Online).
Petrie, Murray. 2009. Telaah Dan Riset Akutansi. Jurnal, (Online).(www.jurnal.unsyiah.ac.id/TRA/article/download/336/321, diakses pada14 mei 2016; 22.20 WIB).
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Rachman, S. N. 2010. Hubungan Tingkat Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar.Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 107 hlm.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung. 244 hlm.
Riana, Rini. 2013. Pengaruh Kedisiplinan Belajar dan Jenis Kelamin Terhadaphasil Belajar Matematika. Jurnal (Online).(eprints.ums.ac.id/26597/11/10._NASKAH_PUBLIKASI.pdf, diaksespada 18 Mei 2016; 20.15 WIB).
Riyani, Yani. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi BelajarMahasiswa (Studi pada mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik NegeriPontianak). Jurnal. Jurnal EKSOS volume 8 nomor 1, 2012. (Online).(http://repository.polnep.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/354/03-YANI%20R.pdf?sequence=1, diakses pada 25 Oktober 2015; 18.47 WIB).7 hlm.
52
Santrock, John. W. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi 3 Buku 1. SalembaHumanika : Jakarta.
_______________ 2008a). Psikologi Pendidikan Edisi 3 Buku 2. SalembaHumanika : Jakarta.
_______________ 2011. Psikologi Pendidikan Edisi 3 Buku 1. SalembaHumanika. Jakarta. 530 hlm.
_______________ 2011. Psikologi Pendidikan Edisi 3 Buku 2. SalembaHumanika. Jakarta. 434 hlm.
Sartini, Nuryoto. 2010. Perbedaan Prestasi Akademik Antara Laki-laki danPerempuan Studi DI Wilayah Yogyakarta. Jurnal (Online). (http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel76161783AA12ECADC28E1.doc,diakses pada 18 mei 2016; 19.20 WIB ).
Siyamta. 2013. Ranah Kognitif dalam Pembelajaran. Gramedia. Malang. 39 hlm.
Slavin, Robert. E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek EdisiKedelapan. Penerbit PT Indeks. Jakarta. 322 hlm.
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.241 hlm.
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu. Jakarta. 234hlm.
Sudjana. 2002. MetodeStatistika. Tarsito. Bandung
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.Bandung. 334 hlm
Suwardi, Dana. R. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar SiswaKompetensi Dasar Ayat Jurnal Penyesuaian Mata Pelajaran AkuntansiKelas Xi Ips Di Sma Negeri 1 Bae Kudus. Jurnal. Economic EducationAnalysis Journal volume 2, 2012. (Online). (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj, diakses pada 25 Oktober 2015; 20.14 WIB). 7 hlm.
Williams, Jane Webb. 2014. Gender Diffeences in School Children’s Self EfficacyBeliefs: Students’ and Teacher’s Perspectives (Journal Vol. 9 Pp 75-82).(academicjournals.org, diakses pada 24 Desember 2015, 13.08 WIB). 8 hlm.
Zimmerman, B. J. 2000. Self-efficacy: an Essential Motive to Learn.
Contemporary Educational Psychology. Vol. 25. 10 hlm.