Post on 25-Jul-2015
1
A. Judul Tesis
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN
PROFESIONALISME PENDIDIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA
DIDIK DI MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMADIYAH KARANGGEDE
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
B. Latar Belakang Masalah
Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan yang sudah memakai sistem
kelas dan menekankan pelajaran agama. Namun di masyarakat kualitas Madrasah
masih menjadi sorotan terutama prestasi belajar peserta didik yang kurang merata.
Hal ini bisa terjadi, karena beberapa faktor, antara lain kepemimpinan kepala sekolah
dan profesionalisme guru.
Wahjosumidjo (2007:83) mengemukakan Kepala dapat diartikan “Ketua”
atau “Pemimpin” dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah
adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai :
“Seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah
dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.
Pendidik merupakan seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman
yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya.1
keberadaan pendidik tersebut sangat penting sekali bagi peserta didik yaitu sebagai
penunjuang keberhasilan belajar peserta didik. Bahkan menurut E. Mulyasa, hasil
2
belajar peserta didik salah satunya adalah ditentukan oleh peran pendidik.2
Tanpa pendidik di sekolah jelas sekali peserta didik tidak mungkin dapat belajar
memahami mata pelajaran sekaligus mengatur operasionalnya hanya dengan dirinya
sendiri. Di sinilah letak peran pendidik yang demikian sentral bagi kepentingan
peserta didik di sekolah.
Menurut Wrigtman, seorang pendidik harus dapat mewujudkan terciptanya
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi
tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan peserta didik yang menjadi tujuannya. 3 Pelaksanaan profesionalisme
pendidik tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa perwujudan yaitu
profesionalisme pendidik sebagai motivator, organisator, fasilisator serta sebagai
evaluator bagi peserta didik di sekolah. 4
Berdasarkan konsep profesionalisme pendidik, maka keberadaan pendidik
juga sangat sentral mengingat pendidik adalah salah satu komponen manusiawi
dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam proses pembentukan sumber
data manusia yang potensial di bidang pembangunan. Kegiatan belajar mengajar
akan berhasil kalau seorang pendidik disiplin dan kreatif. Seseorang yang
mempunyai disiplin akan terwujud suri tauladan bagi peserta didiknya bahkan
disiplin pendidik tersebut sangat berpengaruh terhadap peserta didiknya.
Berkaitan dengan masalah disiplin pendidik, Subari mengatakan bahwa
“Disiplin pendidik yang baik merupakan pengendalian (controlling) dan pengaruh
(directing) segala perasaan dan sikap orang yang ada di dalam sekolah untuk
menciptakan dan memelihara suau suasana bekerja yang efektif.”5 Pendidik dalam
28. Ibid., hal.21
3
menjalani fungsi sekolah harus mempunyai disiplin tinggi karena keberhasilan
pendidik dalam proses pembelajaran ditentukan oleh disiplin pendidik. Untuk itu
disiplin memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pengajaran secara
maksimal.
Pendidik dipandang sebagai factor yang menempati posisi yang sangat
penting karena ia sebagai subyek yang merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Pada umumnya pendidikan di kota lebih
berkualitas daripada pendidikan di desa. Hal ini tidak terlepas dari profesionalisme
para pendidik yang tentu saja lebih professional, kesejahteraan lebih tinggi dan sikap
disiplin yang tinggi pula.6
Oleh karena itu dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar di Madrasah Tsanawiyah Muhamadiyah karanggede kabupaten Boyolali
yang telah diupayakan oleh pendidik sekaligus pengajar bagi peserta didik, idealnya
juga di ukur kualitanya baik dari segi pemahamanya terhadap materi atau bahan
pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek
afektif) dan pengalamanya (aspek psikomotor).7 ketiga aspek ini merupakan ranah
kejiwaan yang sangat erat sekali dalam berkaitan sehingga ketiganya tidak mungkin
lagi untuk dipisahkan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar itu sendiri.
Benjamin S. Bloom juga menyatakan bahwa taksonomi (pengelompokan)
tujuan pendidikan sebagai tolak ukur dari prestasi belajar peserta didik juga harus
senantiasa mengacu pada tiga jenis domain (daerah binaan atau daerah ranah) yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu : ranah berfikir (cognitive domain), ranah nilai 5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), hal.766. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
4
atau sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psikomotor domain) sehingga
pembelajaran disekolah dapat terlaksana dengan baik dengan hasil belajar peserta
didik yang baik dan dinamis dari waktu ke waktu.8
Realitas gejala yang ada dalam pengamatan pra penelitian terdapat indikasi
bahwa kinerja kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru sebagian telah
dilaksanakan dengan baik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali,
dan sebagian yang lagi belum terlaksana dengan baik. Sedangkan hasil belajar
peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali sebagian
peserta didik telah memiliki hasil belajar yang baik dan sebagian lainnya hasil
belajarnya masih kurang baik.
Adanya profesionalisme pendidik, kedisiplinan pendidik dan hasil belajar
peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali yang berbeda-
beda tersebut, sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Mengingat hal tersebut dapat
memunculkan spekulasi pendapat, yaitu apakah prestasi hasil belajar peserta didik di
MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali memperoleh kontribusi dari
faktor hubungan kepemipinan kepala sekolah dan kompetensi guru di MTs
Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali ataukah karena faktor lain.
Oleh karena itu, apabila kontribusinya diberikan oleh hubungan kinerja
kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali, maka kepemimpinan kepala sekolah dan
kompetensi guru yang belum dapat berjalan secara maksimal dan harus ditingkatkan
lagi sampai semaksimal mungkin dalam rangka untuk lebih meningkatkan hasil
prestasi belajar peserta didik MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
28. Ibid., hal.21
5
Pengamatan sementara yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa
kinerja kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru memberikan pengaruh
terhadap prestasi hasil belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede
Kabupaten Boyolali. Namun demikian kebenaran mengenai realitas gejala pada
hubungan kinerja kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap
prestasi hasil belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten
Boyolali tersebut masih harus dibuktikan kebenaranya. Sehingga kebenaran yang
dimaksud tidak ditimbulkan oleh factor perkiraan atau spekulasi pendapat. Maka
untuk mencari kebenaran hal tersebut harus dilakukan pembuktian serta harus diuji
pula secara ilmiah.
Pembuktian yang dimaksud dilakukan dengan jalan mengadakan penelitian
yang didalamnya mengkaji dan meneliti tentang hubungan kepemimpinan kepala
sekolah dan kompetensi guru terhadap prestasi hasil belajar peserta didik, sehingga
dapat di lihat nantinya hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai
gambaran hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap
prestasi belajar peserta didik tahun 2011/2012.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, maka peneliti berusaha untuk
membahas dan menganalisis hal tersebut pada penelitian yang tersusun dalam bentuk
tesis dengan judul : HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN
PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA
DIDIK MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMADIYAH KARANGGEDE
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas dan kenyataan bahwa penelitian yang
dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian ilmiah dalam rangka penyusunan tesis,
maka dibutuhkan batasan permasalahan yang jelas. Oleh karena itu peneliti membuat
beberapa rumusan permasalahan yang akan dijadikan sebagai penuntun dalam
langkah-langkah penelitian pada bab-bab berikutnya. Adapun yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah di MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimana profesionalisme pendidik di MTs Muhammadiyyah Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012?
3. Bagaimana prestasi belajar peserta didik kelas IX di MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012?
4. Apakah ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan
profesionalisme pendidik terhadap prestasi belajar peserta didik kelas IX di
MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dalam relevansinya dengan permasalahan tersebut di atas,
terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu :
28. Ibid., hal.21
7
1. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah di MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
2. Untuk mengetahui profesionalisme pendidik di MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012
3. Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik kelas IX di MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
4. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan
profesionalimependidik terhadap prestasi belajar peserta didik kelas IX di
MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
E. Kegunaan Penelitian
Sebuah penelitian terhadap suatu masalah pasti memiliki harapan atas
manfaat dan kegunaan yang ingin dicapai. Termasuk dalam penelitian ini penulis
berharap bahwa penelitian akan dapat memberikan manfaat dan kegunaan
sebagai berikut:
1) Kegunaan secara teoritis
a. Dapat memberikan informasi khususnya tentang kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalime
pendidik terhadap prestasi belajar peserta didik di MTs, sehingga dapat
meningkatkan kinerja guru lebih professional dan menarik.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
8
b. Dapat memberikan informasi mengenai pengembangan dalam
meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses pembelajaran
dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi peserta didik MTs.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi penyusun kebijakan bagi kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme pendidik dan prestasi
peserta didik.
d. Sebagai bahan kajian lebih lanjut, khususnya bagi peneliti dan
akademisi yang berkait dengan bidang pendidikan.
2) Manfaat Praktis :
a. Untuk pedoman memecahkan berbagai masalah dan memberikan
pengaruh yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan
profesionalisme pendidik dalam meningkatkan prestasi belajar peserta
didik secara dinamis.
b. Sebagai acuan untuk memperbaiki strategi kinerja kepemimpinan
kepala sekolah dalam peningkatan profesionalisme pendidik dan
prestasi peserta didik.
c. Agar institusi MTs Muhammadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali
dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didiknya melalui peningkatan
profesionalisme dan kinerja kepala sekolah dan guru dalam bertugas.
3) Manfaat Individual
Untuk mendapatkan gelar Pasca Sarjana (S2) Pada Universitas Nahdlatul
Ulama (UNU) Surakarta.
28. Ibid., hal.21
9
F. Kerangka Teori dan Hipotesa
1. Kerangka Teori
a. Pengertian kepemimpinan.
Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas
seorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk
mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership
telah didefinisikan oleh banyak para ahli diantaranya adalah Stoner
mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan
sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-
kegiatan dari sekelompok anggota yang selain berhubungan dengan
tugasnya.
T. Hani Handoko (1999:294) mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen.
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi
lainnya seperti peencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi.
b. Pelaksanaan tugas kepemimpinan.
Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain
dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu
perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
10
Usaha-usaha yang sistematis tersebut membuahkan teori sifat dan kesifatan
dari kepemimpinan.
Salah satu teori sifat atau kesifatan adalah yang dikemukakan oleh
Soebagio (1991:153-154) bahwa kepemimpinan dibagi lagi menjadi
beberapa yaitu kepemimpinan struktural, filsafat dan parsitipatif. Kepala
Sekolah sebagai pemimpin harus memperhatikan dan mempraktekkan
fungsi kepemimpinan dalam kehidupan sekolah.
Covey dalam Antonio (2007:20) menekankan bahwa pemimpin dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus memiliki empat fungsi
kepemimpinan yang dimaksud yaitu :
1) Fungsi Perintis (pathfinding)
Mengungkapkan bagaimana upaya sang pemimpin memahami dan
memenuhi kebutuhan utama para stake holder-nya, misi dan nilai-nilai
yang dianutnya, serta yang berkaitan dengan visi dan strategi, yang
kemana perusahaan (lembaga yang dipimpin) akan akan dibawa dan
bagaimana caranya agar usaha yang dilakukan mampu membawa
lembaga tersebut dalam pencapaian tujuan.
2) Fungsi Penyelaras (aliging)
Yaitu berkaitan dengan bagaimana pemimpin menyelaraskan keseluruhan
system dalam organisasi agar mampu bekerja dan saling sinergis.
3) Fungsi Pemberdayaan (empowering)
Yaitu berhubungan dengan upaya pemimpin untk menumbuhkan
lingkungan dan dapat memaksimalkan sumber daya yang ada termasuk
28. Ibid., hal.21
11
sumber daya manusia (SDM) agar setiap orang dalam organisasi mampu
melakukan yang terbaik dan selalu mempunyai komitmen yang kuat
(committed).
4) Fungsi Panutan (modeling)
Yaitu mengungkapkan bagaimana agar pemimpin dapat menjadi panutan
bagi para karyawannya. Seorang pemimpin hendaknya mampu
memberikan contoh kepada karyawannya yang menjadi tanggung
jawabnya dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang positif.
c. Pengertian Kediplinan Pendidik
Pengertian kedisiplinan bisa diartikan sebagai suatu ketaatan pada
aturan atau tata tertib.14 Kedisiplinan juga merupakan salah satu bentuk
implementasi dari terwujudnya peraturan yang telah dibuat dalam rangka
mengatur dan menjaga keseimbangan sosial yang ada di suatu lingkungan
sosial sekolah.
d. Hubungan Kepemimpinan Kepala sekolah dan Kompetensi Guru dengan
Prestasi Belajar Peserta didik.
Pengamatan yang telah dilakukan tentang kepemimpinan kepala
sekolah dan kompetensi profesionalisme guru di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukan
adanya indikasi bahwa sebagai kepala sekolah dan guru telah melaksanakan
kinerja cukup baik. Namun demikian dalam pengamatan pra peneliti, kepala
sekolah dan sebagian guru yang lain di MTs Muhamadiyah Karanggede
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
12
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012, masih ada yang belum
mengetahui tentang kompetensi guru dengan baik.
Berkaitan dengan prestasi belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat di
indikasikan bahwa sebagian peserta didik prestasin belajarnya sudah cukup
baik, akan tetapi sebagian peserta didik yang lain juga masih ada yang
belum baik. Upaya untuk meminimalisir spekulasi pendapat tentang adanya
hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru dalam
menunjang peningkatan prestasi belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012, masih perlu
penelitian.
Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka teori penelitian tentang
hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap
prestasi belajar peserta didik dapat dilihat skema gambar sebagai berikut:
Gambar 1Skema Kerangka Berfikir Penelitian
28. Ibid., hal.21
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Prestasi Belajar Peserta didik (Y)
Kompetensi Guru (X2)
13
2. Hipotesis
dalam pengertian secara teoritis, hipotesis ialah “Jawaban sementara
terhadap masalah penelitian, yang kebenaranya masih harus diuji secara
empiis”.21 Sedangkan secara teknis, hipotesis adalah “pernyataan mengenai
populasi yang akan diuji kebenaranya berdasarkan data yang diperoleh dari
sempel penelitian”.22
Penelitian pada tesis ini dapat dirumuskan bahwa hubungan
kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru berhubungan secara
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik di MTs
Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang pada
umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak melalui
perhitungan dalam bentuk angka.23 dalam pendekatan penelitian kuantitatif
ini peneliti analis data dilakukan dengan statistik menggunakan rumus
product moment sebagai langkah untuk menyelesaikan penelitian ini.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Waktu Penelitian
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
14
Penelitian tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan
kompetensi guru terhadap prestasi belajar peserta didik MTs
Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012, adalah menggunakan waktu mulai bulan Maret sampai bulan
Juni 2012.
b. Tempat penelitian
Tempat yang dipakai oleh penulis dalam meneliti obyek yang sedang
dikaji adalah di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
3. Populasi,Sampel dan Sampling
a. Populasi
Populasi adalah ”seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”.24 Penelitian ini adalah kepala
sekolah MTs Muhamadiyah Karanggede, seluruh guru MTs Muhamadiyah
Karanggede, dan peserta didik siswi MTs Muhamadiyah Karanggede yang
berjumlah 6 kelas dengan jumlah peserta didik 192 peserta didik.
b. Sampel
Secara definitif Sampel adalah ”Sebagai bagian dari populasi, sebagai
contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”.25 Adapun
sampel yang penulis ambil adalah kepala sekolah MTs Muhamadiyah
Karanggede, seluruh guru MTs Muhamadiyah Karanggede, dan peserta
didik siswi Muhamadiyah Karanggede berjumlah 6 kelas dengan jumlah
peserta didik 192 peserta didik.
c. Sampling
28. Ibid., hal.21
15
Sampling atau tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
dengan memperhatikan dan melihat populasi. Maka penulis mengambil
sampel menurut pendapat dari Suharsimi Arikunto (1989: 107) yang
menyebutkan bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil
10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.
Berdasarkan Dari pendapat di atas, penelitian ini mengambil pendapat
Arikunto yaitu masing-masing 20 % dari semua populasi. Mengambil
pendapat dari Arikunto sebesar 20%, karena keterbatasan biaya yang
dimiliki oleh peneliti. Sehingga sampelnya adalah 192 x 20 % = 40
dibulatkan menjadi 40 orang.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik
simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dari semua anggota
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
anggota populasi tersebut.
4)Variabel Penelitian.
Variabel adalah simbol atau lambang yang padanya kita diletakkan
bilangan atau nilai (Kerlinger, 1988 : 49). Dalam penelitian ini variabel-
variabel yang diteliti terdiri atas dua jenis yaitu yang pertama Variabel bebas
(Indepent) yang meliputi Kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan Kompetensi
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
16
Guru (X2) sedang yang kedua Variabel terikat (Dependent) yang meliputi
Prestasi belajar Peserta didik. (Y)
a. Variabel bebas (Indepent) (X1).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui data kepemimpinan kepala
sekolah tersebut, peneliti mengelompokan beberapa indikator yaitu :
1) Kompetensi kepala sekolah.
2) Fungsi kepemimpinan kepala sekolah.
3) Kreatifitas kepala sekolah.
4) Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah.
b. Variabel bebas (Indepent) (X2).
Kedisiplinan pendidik, dengan indikatornya sebgaai penunjang
dalam spesifikasi pada variabel yang dapat dipakai sebagai acuan adalah
sebagai berikut :
1) Kedisiplinan pribadi
2) Kedisiplinan sosial
3) kedisiplinan di sekolah
4) Kedisiplinan dalam mengajar
5) Kedisiplinan dalam menjalankan tugas
c. Variabel terikat (Dependent) (Y)
Prestasi belajar peserta didik MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten
Boyolali dalam penelitian ini diamati dengan indikator-indikator hasil
28. Ibid., hal.21
17
belajar peserta didik untuk semua mata pelajaran yang diberikan selama
semester gasal tahun pelajaran 2011/2012.
Gambar 2Gambar Bagan Hubungan Variabel X1,X2 terhadap Y
5) Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang akan peneliti kumpulkan
yaitu data kualitatif dan data kuantitaif. Data kualitatif dikumpulkan untuk
memperoleh keterangan yang mendalam mengenai obyek penelitian.
Sedangkan data kuantitaif dikumpulkan untuk memperoleh gambaran
diskriptif yang dapat menunjang dan mempertajam data kuantitif.
Untuk memperoleh data tersebut di atas penulis menggunakan
beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah “Pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang Nampak pada obyek penelitian”.27 Metode
ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh profesionalisme
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
X1
Y
X2
18
pendidik dan kedisiplinan pendidik terhadap prestai belajar peserta didik
kelas IV dan V di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
b. Metode Angket
Metode angket ialah “Suatu metode pengumpulan infomasi
dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara
tertulis pula oleh responden”.28 Metode angket digunakan untuk
disampaikan dan diajukan kepada responden sebagai anggota sampel,
dalam rangka upaya memperoleh data tentang pengaruh profesionalisme
pendidik dan kedisiplinan pendidik terhadap prestasi belajar peserta kelas
IV dan V didik di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ialah metode yang digunakan untuk
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”.29
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data dan
informasi serta pengetahuan kepustakaan yang berkaitan dengan materi
penelitian ini yaitu tentang pengaruh profesionalisme pendidik dan
kedisiplinan pendidik terhadap prestasi belajar peserta didik kelas IV dan
V di MTs Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali.
II. Analisis Pendahuluan
Setelah data terkumpul, selanjutnya dalam analisis pendahuluan
penulis melakukan pengolahan data dengan tehnik sebagai berikut :
28. Ibid., hal.21
19
1. Editing, yaitu tehnik pemeriksaan kembali kelengkapan jawaban yang
telah diperoleh.
2. Coding, yaitu tehnik pemberian kode pada masing-masing jawaban
responden dengan cara mempertimbangkan katagori-katagori yang sudah
ada atau yang sudah disusun sebelumnya.
3. Tabulating, yaitu teknik memutuskan atau meletakkan data pada tabel atau
grafik untuk keperluan tersebut sesuai dengan jenis kodenya.30.
Analisis pendahuluan ini dilakukan oleh peneliti dengan menyusun data
yang telah terkumpul dari hasil penelitian, kemudian dimasukan kedalam
tabel distribusi frekuensi untuk tiap-tiap variabel. Untuk memudahkan
pengolahan data statistiknya maka dari semua alternatif jawaban dari tiap
item atau soal dari variabel diberi skor sebagai berikut :
1. Untuk jawaban SS (Sangat Setuju) diberi skor 5
2. Untuk jawaban S (Setuju) diberi skor 4
3. Untuk jawaban KS (Kurang Setuju) diberi skor 3
4. Untuk jawaban TS (Tidak Setuju) diberi skor 2
5. Untuk jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1
III. Analisis Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara variabel-variabel. Tehnik analisis data yang dipilih untuk
menganalisis data menggunakan tehnik analisis korelasi dengan
menggunakan korelasi produk moment, untuk menguji hipotesis hubungan
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
20
antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen dan korelasi
ganda untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variabel independen
dan satu variabel dependen (Sugiyono, 2008: 153). Langkah-langkah yang
dipergunakan dalam tehnik analisis ini adalah:
1. Merumuskan hipotesis penelitian.
2. Merumuskan hipotesis statitik, yang terdiri dari hipotesis nol (Ho) dan
hipotesis alternatif (Ha), dengan ketentuan :
Jika Ho : = 0 , maka tidak ada hubungan antara variabel X dan Y.
Jika Ha : ≠ 0, maka ada hubungan antara variabel X dan Y.
3. Menentukan nilai statistik hitung dengan rumus th=r √ n−2
1−r2
Keterangan:
th = t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel yang diteliti
Untuk menentukan nilai koefisien korelasi (r) menggunakan rumus
korelasi product moment :
rXY =
N (∑ XY ) − (∑ X ) (∑ Y )
√ {N (∑ X2) − (∑ X )2} {N (∑Y 2) − (∑ Y )2 }dan korelasi ganda
dengan rumus
28. Ibid., hal.21
21
rx1x2y = √ r 2 x1 y+r2 x2 y−2 rx1 y . rx 2 y .rx 1 x2
1−r2 x1 x2
keterangan:
X adalah variabel bebas
Y adalah variabel terikat
4. Menentukan nilai t tabel.
t tabel = t [( 1 – α ), ( n – 2 )] dan nilai α = 5%.
5. Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.
Kriteria pengujian
Ho diterima apabila −t tabel < thitung < t tabel
Ho ditolak apabila thitung > t tabel
6. Menentukan persamaan garis regresi.
Secara umum persamaan garis regresi sederhana (dengan satu prediktor)
adalah: Y = a + bX.
Keterangan :
Y = Nilai yang diprediksikan.
a = Konstanta atau apabila nilai X = 0
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
22
b = Koefisien regresi.
X = Nilai variabel independen.(Sugiyono, 2003: 188)
Sedangkan persamaan garis regresi ganda adalah : Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = Nilai yang diprediksikan.
a = Konstanta atau apabila nilai X = 0
b = Koefisien regresi.
7. Membuat keputusan uji berupa simpulan.
8. Melakukan Pembuktian Hipotesis
c. Analisis Lanjut
Analisis lanjut merupakan analisis yang dilakukan oleh peneliti
setelah dilakukan analisis pendahuluan dan analisis dan analisis uji hipotesis.
Analisis ini dilakukan dalam rangka menganalisis secara orientatif tentang
kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru terhadap prestasi belajar
peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Muhamadiyah Karanggede Kabupaten
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
H. Sistematika Penulisan
28. Ibid., hal.21
23
Sebagai suatu upaya memudahkan pembahasan atau untuk mengetahui
gambaran secara umum tesis ini, perlu kiranya peneliti memaparkan sistematika yang
dalam hal ini dibagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian
ahir.
Pada bagian awal terdiri dari jilid luar, jilid dalam, lembar persetujuan
pembimbing, lembar pengesahan, motto, abstrak Bahasa Indonesia, abstrak Bahasa
Inggris, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.
Pada bagian isi terdiri :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan
Hipotesis, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II : KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU
DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
Pada bab ini berisi kajian teori tentang kepemimpinan kepala sekolah
dan kompetensi guru dan prestasi belajar peserta didik.
BAB III : GAMBARAN UMUM MTs MUHAMADIYAH KARANGGEDE
KABUPATEN BOYOLALI.
Pada bab ini berisi profil keberadaan sekolah, keberadaan kepala
sekolah, keberadaan guru dan keberadaan peserta didik MTs
Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2011/2012.
BAB IV : ANALISIS HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
24
DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR
PESERTA DIDIK MADRASAH TSANAWIYAH
MUHAMADIYAH
KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN
PELAJARAN 2011-2012
Pada bab ini berisi analisis kepemimpinan kepala sekolah di MTs
Muhamadiyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran
2011/2012, analisa kompetensi guru di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2011/2012, analisa
prestasi belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2011/2012, dan analisis
hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru
terhadap prestasi belajar peserta didik di MTs Muhamadiyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2011/2012.
BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
I. Time Schedule
Time schedule pada penulisan tesis ini dapat dilihat pada pemaparan
berikut.
N0 BULAN KEGIATAN
1. Januari 2012 Pengajuan judul tesis
28. Ibid., hal.21
25
2. Februari 2012 1. Pengajuan proposal tesis2. Revisi proposal tesis
3. Maret 2012 1. Pelaksanaan penelitian berupa inventarisasi data2. Pelaksanaan penelitian berupa pengumpulan data
dengan menggunakan intrumen angket3. Analisis data4. Penyimpulan data
4. April 2012 1. Penyusunan laporan tesis2. Revisi laporan tesis
5. Mei 2012 1. Pelaksanaan ujian tesis2. Revisi hasil ujian tesis3. Penggandaan naskah ujian
J. Kerangka Isi Tesis
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian
d. Kegunaan Penelitian
e. Kerangka Teori Dan Hipotesis
f. Metode Penelitian
g. Sistematika Penelitian
BAB II : KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI
GURU DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
26
B. Kompetensi Guru
C. Prestasi Belajar Peserta didik
BAB III : OBYEK PENELITIAN
A. Profil MTs Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012
B. Keberadaan kepala sekolah MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
C. Keberadaan guru MTs Muhammadiyyah Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012
D. Keberadaan peserta didik MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
BAB IV : ANALISIS
A. Analisis kepemimpinan kepala sekolah MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012
B. Analisis kompetensi guru MTs Muhammadiyyah
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012
C. Analisis prestasi belajar peserta didik MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012
28. Ibid., hal.21
27
D. Analisis hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan
kompetensi guru terhadap prestasi peserta didik MTs
Muhammadiyyah Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
K. Daftar Pustaka
Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan kepala sekolah tinjauan teoritik dan permasalahannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Poerwadarminto W.J.S. 1987. Kamus bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Kamal Muhammad Isa. 1994. Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Fikahati Anesta
M. Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional, \Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Ahmad Tafsir 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. RemajaRosdakarya
Handoko T. Hani. 1995. Manajemen personalia dan sumber daya manusia. Yogyakarta : LPFE
Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen Serta Standar Nasional Pendidikan Tahun 2005
Soebagio Admodiwito. 1991. Kepemimpinan kepala sekolah. Semarang. Adhi Waskito .
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
28
Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
M. Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian,Jakarta: PT. Rineka Cipta Atzine, Amitai, 1989, Organisasi modern, Terjemahan Suratin, Jakarta : UI
Hadi, Sutrisno, 2002, Metodologi research, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGB
L. Identitas Peneliti / Riwayat Hidup
Nama : Muh Marfu`i
Tempat / Tgl Lahir : Boyolali, 01 Juni 1968
No Pokok :10.MPI.008
NIRM :
Program Study : Pendidikan Islam
Pragram Pasca Sarjana : MPI
Alamat : Kauman Rt. 03/01 Gemolong, Kecamatam
Gemolong Kabupaten Boyolali
Pendidikan :
2. MI Ma`arif Grogolan : Lulus Tahun 1982
28. Ibid., hal.21
29
3. MTsN Karanggede : Lulus Tahun 1985
4. MAN Suruh : Lulus Tahun
1988
5. IAIN Salatiga : Lulus Tahun
1994
Sragen, Februari 2012
Penulis
Muh Marfu`i
Antonio, Muhammad Syafii. 2007. Muhammad SAW, the super leader super
manager. Jakarta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre. Prof.
Danim S. 2004. Inovasi pendidikan. Jakarta: CV. Pustaka Setia
Fandy Tjiptono, Anastasia Diana. 2001. Total quality management.
Yogyakarta:Valentine
Handoko T. Hani. 1995. Manajemen personalia dan sumber daya manusia.
Yogyakarta : LPFE
Kasminto, Sjamsuddin.(2007:37-44). Kepemimpinan.http://www.google.com
Stephen R.Covey.1997. Kepemimpinan yang berprinsip. Jakarta: Binarupa Aksara
The Liang Gie. 1997. Administrasi perkantoran modern. Yogyakarta: Liberty
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
30
Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen Serta Standar Nasional
Pendidikan Tahun 2005
Donald R. Cruickshank, Deboran Bainer Jenkins, and Kim K. Metcalf. 2006. The act of teaching. Boston: Mc.Graw Hill
1.Kamal Muhammad Isa,Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati
Anesta,1994), Cet. Ke-1, h. 64.
2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
(Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 2-3.
3 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006),Cet. Ke-20, h. 15.
4Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis
atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), Cet. Ke-1, h. 3
5 Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis
atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 4
28. Ibid., hal.21
31
6Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis
atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 4-5.
7Martinis Yamin,Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: GaungPersada
Press, 2007), Cet. Ke-2, h. 4.
8Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung: PT. RemajaRosdakarya,
2005), Cet. 6,h. 107.
BAB II
PEMBAHASAN
PROFESIONALISME GURU DANHUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI
BELAJAR PESERTA DIDIK
A.Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris
Indonesia, “ profession berarti pekerjaan”.1 Arifin dalam buku Kapita Selekta
Pendidikan mengemukakan bahwa Profession mengandung arti yang sama dengan
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
32
kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus.2
Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa
profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang
ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan
atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.3
Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang yang
menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur
berlandaskan intelektualitas.4
Jasin Muhammad yang dikutipoleh Yunus Namsa, beliau menjelaskan bahwa
profesi adalah “suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya
memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi
lapangan pekerjaan yng berorientasi pada pelayanan yang ahli”. Pengertian profesi ini
tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan teknik serta
prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan yang
ahli.5
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi
adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas,
sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses pendidikan secara
akademis.
28. Ibid., hal.21
33
Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi guru adalah keahlian
dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran,dan pelatihan yang
ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang
bersangkutan. Guru sebagai profesiberarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan
kompetensi (keahliandan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar
dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna.6
Adapun mengenai kata “Profesional”, Uzer Usman memberikan suatu
kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat professional memerlukan beberapa
bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi
kepentingan umum. Kata“ prifesional” itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti
pencaharian dan sebagai katabenda yang berarti orang yang mempunyai keahlian
seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang
bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena
tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini,
maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.7
H.A.R. Tilaar menjelaskan pula bahwa seorang professional menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki
kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional
menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran.
Profesionalisme bertentangan dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus-
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
34
menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan
pelatihan.8
Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah,suatu
pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang
mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.9.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru
yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain,maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru
yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya dibidangnya.10 Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa
guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru
dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah
berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar.11
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu
jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan
tertantu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional.
Dengan demikian, profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesionalisme
guru dalam bidang studi Fiqih, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan
28. Ibid., hal.21
35
keahlian khusus dalam bidang studi Fiqih serta telah berpengalaman dalam mengajar
Fiqih sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru Fiqih dengan
kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru
profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumbermata pencaharian.
2.Dalil Guru Profesional
3.Perlunya Guru Profesional
Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan
pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman,
nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah peserta didik
dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa
berat diterima oleh para peserta didik. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan
keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari
hal itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat
diperlukan.
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang
bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harusmampu menemukan jati diri
dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritasyang sangat rendah pada pembangunan
pendidikan selama beberapa puluhtahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas
bagi kehidupanberbangsa dan bernegara.12
Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikansaat ini,
penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaanguru profesioanal.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
36
Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatasmenjalankan profesinya, tetapi guru
harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dengan melakukan
perbaikan kualitas pelayananterhadap anak didik baik dari segi intelektual maupun
kompetensi lainnyayang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan
belajarmengajar serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang baik.
Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam
bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Barumengemukakan bahwa guru
dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar melainkan
harus menjadi direktur belajar.Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik agar mencapai keberhasilan belajar
(kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan
belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung jawabnya menjadi
lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab tersebut membawa konsekuensi
timbulnya fungsi-fungsikhusus yang menjdi bagian integral dalam kompetensi
profesionalismekeguruan yang disandang para guru. Menanggapi kondisi tersebut,
Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsisebagai:
a.Designer of intruction(perancang pengajaran)
b.Manager of intruction(pengelola pengajaran)
c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar peserta didik).13
Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesionalismedunia
pendidikan, Suciptoardi memaparkan bahwa guru diharapkanmelaksanakan tugas
kependidikan yang tidak semua orang dapatmelakukannya, artinya hanya mereka yang
memang khusus telahbersekolah untuk menjadi guru, yang dapat menjadi guru
28. Ibid., hal.21
37
profesional.Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan
danmenggambarkan profil seorang guru profesional. Suciptoardi menegaskanbahwa
guru itu adalah sebuah profesi. Sebagai profesi, memangdiperlukan berbagai syarat,
dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami,dan dipenuhi, kalau saja setiap orang guru
memahami dengan benar apayang harus dilakukan, mengapa ia harus melakukannya dan
menyadaribagaimama ia dapat melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian
iamelakukannya sesuai dengan pertimbangan yang terbaik. Dengan berbuatdemikian,
ia telah berada di dalam arus proses untuk menjadi seorangprofesional, yang menjadi
semakin profesional.14
Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yangprofesional,
penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatulembaga pendidikan
diharapkan akan memberikan perbaikan kualitaspendidikan yang akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar peserta didik.Dengan perbaikan kualitas pendidikan dan
peningkatan prestasi belajar,maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan
terwujud dengan baik.Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain
untuk mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga
diharapkanmampu memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga
mampumenghasilkan peserta didik yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu,
perludipersiapkan sedini mungkin melalui lembaga atau sistem pendidikan guruyang
memang juga bersifat profesional dan memeliki kualitas pendidikandan cara pandang
yang maju.
4.Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
38
Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahasmengenai
pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akanmenjelaskan mengenai
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guruyang profesional. Karena seorang
guru yang profesional tentunya harusmemiliki kompetensi profesional. Dalam buku
yang ditulis oleh E. Mulyasa, Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu
mencakupempat aspek sebagai berikut:
a.Kompetensi Pedagogik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butira
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuanmengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahamanterhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.15
b.Kompetensi Kepribadian.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butirb,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil,dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.16
a. Kompetensi Profesioanal. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butirc dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi
profesional adalahkemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
danmendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik
28. Ibid., hal.21
39
memenuhistandar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
NasionalPendidikan.17
b. Kompetensi Sosial.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butird
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosialadalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik,sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserte didik,dan masyarakat sekitar.18
Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutippernyataan
Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakanefektif dalam mengajar
apabila ia memiliki potensi atau kemampuanuntuk mendatangkan hasil belajar pada
murid-muridnya. Untuk mengaturefektif tidaknya seorang guru, Mitzel
menganjurkan cara penilaian dengan3 kriteria, yaitu: presage, process dan product .
Dengan demikian seorangguru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif
apabila ia dari segi: presage, ia memiliki“ personality attributes”dan“ teacher
knowledge” yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan mengajar yang mampumendatangkan
hasil belajar kepada murid. Dari segi process, ia mampumenjalankan (mengelola dan
melaksanakan) kegiatan belajar-mengajaryang dapat mendatangkan hasil belajar
kepada murid. Dari segi product ia dapat mendatangkan hasil belajar yang
dikehendaki oleh masing-masingmuridnya.Dengan penjelasan di atas berarti latar
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
40
belakang pendidikan atauijazah sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage,
sedangkanijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah standar.
Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambilkesimpulan
bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan
product yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1.Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yangterdiri dari unsur
sebagai berikut:
a.Latar belakang pre-servicedan in-service guru.
b.Pengalaman mengajar guru.
c.Penguasaan pengetahuan keguruan.
d.Pengabdian guru dalam mengajar.
2.Kriteria Process (kemampuan guru dalam mengelola danmelaksanakan proses
belajar mengajar) terdiri dari:a.Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan
ProsesPembelajaran (RPP).
b.Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar didalam kelas.
c.Kemampuan guru dalam mengelola kelas.
3.Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiridari hasil-
hasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan olehguru tersebut.Dalam
prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau dimadrasah tentunya
harus didasarkan kepada effektifitas mengajar gurutersebut sesuai dengan tuntutan
kurikulum sekarang yang berlaku,dimana guru dituntut kemampuannya untuk
merumuskan danmengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media dan
evaluasipengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses
28. Ibid., hal.21
41
belajarmengajar, disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan
ataumembimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami olehmurid-
muridnya.19
Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secarakonseptual,
unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan danKebudayaan dan Johnson
mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuanprofesional, (b) kemampuan sosial, dan
(c) kemampuan personal (pribadi).Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi:
a.Kemampuan profesional mencakup:
1)Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahanyang harus
diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan daribahan yang diajarkannya itu.
2)Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasankependidikan dan keguruan.
3)Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran peserta didik.
b.Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.
c.Kemampuan personal (pribadi) mencakup:
1)Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2)Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya dianut oleh
seseorang guru.
3)Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para
peserta didiknya.20
Ahmad Sabri dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsamengemukakan
pula bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajardengan baik, guru harus
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
42
memiliki kemampuan profesional, yaituterpenuhinya 10 kompetensi guru, yang
meliputi:
a.Menguasai bahan meliputi:
1)Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah;
2)Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi;
b.Mengelola program belajar mengajar, meliputi :
1)Merumuskan tujuan intsruksional;
2)Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yangtepat;
3)Melaksanakan program belajar mengajar;
4)Mengenal kemampuan anak didik;
c.Mengelola kelas, meliputi:
1)Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran;
2)Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi;
d.Menggunakan media atau sumber, meliputi:
1)Mengenal, memilih dan menggunakan media;
2)Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana;
3)Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar;
4)Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalanlapangan;
e.Menguasai landasan-landasan pendidikan.
f.Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.
g.Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pelajaran.
h.Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan:
28. Ibid., hal.21
43
a.Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan;
b.Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan;
i.Mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah;
j.Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitianpendidikan guna
keperluan pengajaran.21
Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yangdiselenggarakan oleh
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G),telah dirumuskan sejumlah
kemampuan dasar seorang calon guru lulusansistem multistrata sebagai berikut:
a.Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum-kurikulum
sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
b.Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional,
mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur
instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar, mengenal
kemampuan anak didik, menyesuaikan rencana dengan situasi kelas, melaksanakan dan
merencanakan pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil belajar.
c.Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA, dan
menciptakan iklim belajar yang efektif.
d.Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, mebuatalat-alat
bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium,
mengembangkan laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses
belajar mengajar.
e.Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f.Merencanakan program pengajaran.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
44
g.Mengelola interaksi belajar mengajar.
h.Menguasai macam-macam metode mengajar.
i.Menilai kemampuan prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran.
j.Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan disekolah.
k.Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.
l.Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikanyang sederhana
guna kemajuan pengajaran.22
Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskanmengenai
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:
a.Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagaiagen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilkikemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b.Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahtingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorangpendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yangrelevan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
c.Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasardan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
1)Kompetensi pedagogik;
2)Kompetensi kepribadian;
3)Kompetensi profesional; dan
4)Kompetensi sosial.
28. Ibid., hal.21
45
d.Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/sertifikat keahliansebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khususyang diakui dan diperlukan dapat
dianggap menjadi pendidik setelahmelewati uji kelayakan dan kesetaraan.
e.Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaransebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4)dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.23
Dalam PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2)mengenai
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan pulabahwa:
Pasal 1
a.Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dankompetensi guru
yang berlaku secara nasional.
b.Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yangdimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteriini.
Pasal 2 Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhikualifikasi
akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur denganPeraturan Menteri
tersendiri.24
Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas mengenai aspek-aspek
kompetensi guru profesional, untuk memudahkan penulis dalammelakukan
penelitian, maka indikator yang akan diteliti dalam skripsi ini akan merujuk kepada
pendapat yang ditulis oleh Nana Sudjana dalambukunya yang berjudul Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar.
Menurut Nana Sudjana, untuk keperluan analisis tugas gurusebagai pengajar,
maka kemampuan guru atau kompetensi guru yangbanyak hubungannya dengan
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
46
usaha meningkatkan proses dan hasil belajardapat diguguskan ke dalam empat
kemampuan yakni:
a.Merencanakan program belajar mengajar.Sebelum membuat perencanaan belajar
mengajar, guru terlebih dahuluharus mengetahui arti dan tujuan perencanaan
tersebut, dan menguasaisecara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat
dalamperencanaan belajar mengajar. Kemampuan merencanakan programbelajar
mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori,keterampilan dasar, dan
pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran. Makna
atau arti dariperencanaan/program belajar mengajar tidak lain adalah
suatuproyeksi/perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukanpeserta didik
selama pengajaran itu berlangsung. Dalam kegiatan tersebutsecara terinci harus jelas
ke mana peserta didik akan dibawa (tujuan), apayang harus peserta didik pelajari (isi
bahan pelajaran), bagaimana cara peserta didik mempelajarinya (metode dan teknik)
dan bagaimana kita mengetahuibahwa peserta didik telah mencapainya (penilaian).25
b.Menguasai bahan pelajaran.Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai bahan
integral dariproses belajar mengajar, jangan dianggap pelengkap bagi profesi
guru.Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahanyang akan
diajarkannya. Penguasaan bahan pelajaran ternyatamemberikan pengaruh terhadap
hasil belajar peserta didik. Nana Sudjanamengutip pendapat yang dikemukakan oleh
Hilda Taba yangmenyatakan bahwa keefektifan pengajaran dipengaruhi oleh
(a)karakteristik guru dan peserta didik, (b) bahan pelajaran, dan (c) aspek lainyang
berkenaan dengan sistuasi pelajaran. Jadi terdapat hubunganyang positif antara
penguasaan bahan pelajaran oleh guru dengan hasilbelajar yang dicapai oleh peserta
28. Ibid., hal.21
47
didik. Artinya, makin tinggi penguasaanbahan pelajaran oleh guru makain tinggi pula
hasil belajar yangdicapai peserta didik.
c.Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar.Melaksanakan
atau mengelola program belajar mengajar merupakantahap pelaksanaan program
yang telah dibuat. Dalam pelaksanaanproses belajar mengajar kemampuan yang
dituntut adalah keaktifanguru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan
peserta didik belajarsesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan.
Guruharus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah
kegiatan mengajar dihentikan, ataukah diubah metodenya,,apakah mengulang
kembali pelajaran yang lalu, manakala para peserta didikbelum dapat mencapai
tujuan pengajaran. Pada tahap ini di sampingpengetahuan teori tentang belajar
mengajar, tentang pelajar,diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik
mengajar.Misalnya prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu
pengajaran,penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajarpeserta
didik, keterampilan memilih dan menggunakan strategi ataupendekatan mengajar.
d.Menilai kemajuan proses belajar mengajar.Setiap guru harus dapat melakukan
penilaian tentang kemajuan yangdicapai para peserta didik, baik secara iluminatif-
obsrvatif maupun secarastruktural-objektif. Penilaian secara iluminatif-observatif
dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan dankemajuan
yang dicapai peserta didik. Sedangkan penilaian secara struktural-objektif
berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yangbiasa dilakukan dalam
rangka penilaian hasil belajar peserta didik.26
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
48
5. Aspek Guru Islam Profesional
Kamal Muhammad ‘Isa mengemukakan bahwa seorang guru dituntut harus
memilki berbagai sifat dan sikap yang antara lain sebagaiberikut:
a.Seorang guru haruslah manusia pilihan. Siap memikul amanah danmenunaikan
tanggung jawab dalam pendidikan generasi muda.
b.Seorang guru hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurnamungkin.
Agar bisa berperan sebagai pendidik dekaligus sebagai da’I yang selalu menyeru ke
jalan Allah. Oleh sebab itu, kebutuhan hidupguru, haruslah dapat dipenuhi oleh pihak
penguasa. Agar dalamketenangan hidupnya, mereka bisa melaksanakan tugasnya denganpenuh
rasa cinta dan ikhlas.
c.Seorang guru juga hendaknya tidak pernah tamak dan bathil dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari. Sehingga seorang guru semata-mata hanya mengharapkan
ganjaran dan pahala dari Allah swt.Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Hud as dalam
Q.S. Huud ayat 51:“ Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku
ini.Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah
kamu memikirkan-Nya?” .(Q.S. Huud (11): 51)
d.Seorang guru haruslah dapat meyakini Islam sebagai konsep ilahidimana dia hidup
dengan konsep itu, dan mampu mengamalkannya.
e.Seorang guru harus memilki sikap yang terpuji, berhati lembut,berjiwa mulia,
ruhya suci, niatnya ikhlas, taqwanya hanya pada Allah,ilmunya banyak dan pandai
menyampaikan berbagai buah pikirannyasehingga penjelasannya mudah ditangkap
dengan atau tanpa alatperaga.
f.Penampilan seorang guru hendaknya selalu sopan dan rapi.
28. Ibid., hal.21
49
g.Seorang guru seyogyanya juga mampu menjadi pemimpin yangshalih.
h.Seruan dan anjuran seorang guru hendaknya tercermin pula dalamsikap keluarga atau
para sahabatnya.
i.Seorang guru harus menyukai dan mencintai muridnya. Tidak bolehangkuh dan
tidak boleh menjauh, sebaliknya ia harus mendekati anak didiknya.27
6. Kriteria Guru Sebagai Profesi
Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh MartinisYamin
menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memilikipengetahuan dan
keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dantujuan, (4) mengutamakan
layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapatpengakuan dari orang lain atas
pekerjaan yang digelutinya.28
Kemudian Robert W. Richey dalam bukunya “Preparing for aCarier in Education”,
yang dikutip Yunus Namsa mengemukakan ciri-cirisekaligus syarat-syarat dari suatu
profesi sebagai berikut:
a.Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan
pribadi.
b.Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung
keahliannya.
c.Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi tersebut serta mampu
mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
50
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku sikapserta cara
kerja.
e.Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanandisiplin diri dalam
profesi, serta kesejahtraan anggotannya.
g. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live carier ) danmenjadi seorang
anggota yang permanen.29
Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruanmengemukakan,
Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yangmencoba menyusun kriteria profesi
keguruan. Misalnya
National Education Association (NEA) 1998 dengan menyarankan kriteria
sebagaiberikut:
a.Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
b.Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus.
c.Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
d.Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yangbersinambungan.
e.Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yangpermanen.
f.Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri.
g.Jabatan yang mempunya organisasi profesional yang kuat dan terjalinerat.30
Dalam buku yang dikutip Yunus Namsa, Sanusi mengutarakanciri-ciri utama
suatu profesi sebagai berikut :
a.Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yangmenentukan (crusial).
b. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
28. Ibid., hal.21
51
c.Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melaluipemecahan masalah
dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d.Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,sistematik,
eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
e.Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi denganwaktu yang
cukup lama.
f.Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-
nilai profesional itu sendiri
g.Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang
teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
h.Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam
memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom danbebas dari
campur tangan orang luar.
j. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat danoleh karenanya
memperoleh imbalan yang tinggi pula.
Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa,Syafaruddin dan Irwan
Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasanrasional dan empirik sehingga tugas
mengajar disebut sebagai profesiadalah; (1) bidang tugas guru memerlukan
perencanaan yang matang,pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang baik. Tugas
mengajardilaksanakan atas dasar sistem; (2) bidang pekerjaan mengajarmemerlukan
dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar; (3) bidangpendidikan ini
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
52
memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan danlatihan, sejak pendidikan dasar
sampai pendidikan tenaga keguruan.31
7. Kriteria Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, sepertiyang dibayangkan
sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materidan menyampaikannya kepada
peserta didik sudah cukup, hal ini belumlah dapatdikategori sebagai guru yang
memiliki pekerjaan profesional, karena guruyang profesional, mereka harus memiliki
berbagai keterampilan,kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode
etik guru, danlain sebagainya.
Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, guru profesional
harus memiliki persyaratan, yang meliputi;
a.Memiliki bakat sebagai guru.
b.Memiliki keahlian sebagai guru.
c.Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
d.Memiliki mental yang seha.
e.Berbadan sehat
.f.Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
g.Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
h.Guru adalah seorang warga negara yang baik.32
Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan professional memerlukan
persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilanberdasarkan konsep dan
teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2)menekankan pada suatu keahlian dalam bidang
28. Ibid., hal.21
53
tertentu sesuai denganbidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan
yangmemadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan daripekerjaan
yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangansejalan dengan dinamika
kehidupan.
Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugasyang ditandai
dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode.Selain itu, juga
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalammelaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru
yang profesional hendaknyamampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai
guru kepadapeserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya.
Guruprofesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral,dan
spiritual.33
6. Indikator Guru Profesional
Dalam penelitian ini, setelah penulis mengemukakan teorimengenai profesionalisme guru, maka selanjutnya untuk lebih. memudahkan proses penelitian, dibawah ini penulis mencantumkanindikator guru profesional yang akan diteliti dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Indikator Guru Profesional
Tabel 1 Indikator Guru Profesional No.
Kompetensi
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
54
Konsep Sub Kompetensi Indikator
1.1 Kemampuan merencanakan program belajar-mengajar.
a. Mampu membuat Rencana program Pembelajaran (RPP). b. Kemampuan guru
dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
1.2 Menguasai bahan pelajaran.
a. Mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik. b. Mampu menjawab
soal/pertanyaan dari peserta didik.
1. Kompetensi Profesional
Merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang
yang menjadi mata pencaharian. Guru profesional adalah guru yang memilki
kompetansi yang
1.3Melaksanakan/
mengelola proses belajar-mengajar.
a. Mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik. b.
Mampu memberikan appersepsi kepada peserta didik. c.
Mampu menggunakan metode mengajar
28. Ibid., hal.21
55
Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru Fiqih yang profesional adalah
guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikan keguruan
dan telah berpengalaman dalam mengajar.
B.Prestasi Belajar
1.Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu
“prestasi”dan “belajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan presatasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya)”.34
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
56
Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar
dapat didefinisikan sebagai berikut: “
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.35
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan
bahwabelajar adalah “tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, ataupun sikap.36
Dalam rumusan H. Spears yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi
mengemukakanbahwa belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan
34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke- 2, h. 895.
35 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 2.
36M Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosadakarya,
2003), Cet. Ke- 19, h. 85.
28. Ibid., hal.21
57
mulai dari mengamati, membaca, menurun, mencoba sampai mendengarkan untuk
mencapai suatu tujuan.37
Selanjutnya, defini belajar yang diungkapkan oleh Cronbach di dalam bukunya
Educational Psychology yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata menyatakan bahwa:
belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si
pelajar mempergunakan pancainderanya.38
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka penulis dapat
mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku yang merupakan sebagai akibatdari pengalaman atau latihan. Sedangkan
pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah: “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”.39
Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena
sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan
masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang
bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah. Prestasi
belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari
pengalaman dan proses belajar peserta didik yang bersangkutan. Prestasi belajar
dapat dinilai dengan cara: a.Penilaian formatif Penilaian formatif adalah kegiatan
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
58
penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya
hasil penilaian
37Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), Cet. Ke-1, h.17.
38 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), Cet. Ke-2, h.231.
39 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895.
tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang
atau yang sudah dilaksanakan. b.Penilaian Sumatif Penilaian sumatif adalah penilaian
yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan
atau pencapaian belajar peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah
dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.40
2.Dalil Keutamaan Belajar Dari Abu Daud Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalallam bersabda:
Artinya: “Barang siapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju syurga. Sesungguhnya para malaikat benar-
benar akan membentangkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu sebagai bentuk
28. Ibid., hal.21
59
keridhaan terhadap yang mereka lakukan. Sesungguhnya orang alim akan
dimohonkan ampunan oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi, hingga
ikan-ikan pun turut beristighfar untuknya. Keutamaan orang alim atas orang ahli
ibadah seperti keutamaan bulan malam purnama atas seluruh bintang-bintang.
Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi
tidak mewarisklan dinar atau dirham hanya mewariskan ilmu. Jadi barang siapa yang
mengambilnya berart ia telah mengambil
40 M Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-10, h. 26.
bagiannya yang banyak”.(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).41
Dari hadits di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Allah swt. memberikan
suatu penghargaan dan kemudahan bagi orang yang senantiasa belajar dan menuntut
ilmu sehingga Allah menjanjikan bagi mereka kenikmatan untuk dimudahkan
menuju pintu syurga. Selain itu, orang ‘alim tidak hanya diberikan keistimewaan oleh
Allah swt. melainkan seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi akan
memohonkan ampun baginya.
3.Jenis-jenis Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar peserta didik. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
60
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar peserta didik, baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan
data hasil belajar peserta didik adalah mengetahui garis-garis besar indikator
(penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak
diukur.42
Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan mengenai
teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar peserta didik diarahkan untuk
mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini
pula akan terlihat tingkat keberhasilan peserta didik dalam menerima hasil
pembelajaran atau
41 Abu Muhammad bin Khallad Ad-Dimyati, Hadits Shahih Keutamaan Amal
Shalih, (Jakarta: Najla Press, 2003), Cet. Ke-1, h.11.
42Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 150.
ketercapaian peserta didik dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain,
prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian peserta didik dalam penguasaan
ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan menguraikan
ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori
Bloom berikut: a. Cognitive Domain
(Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom membagi domain
kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama
28. Ibid., hal.21
61
adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
1). Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan
mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,
prinsip dasar dan sebagainya.43
Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang
pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan.44
2). Pemahaman (Comprehension) Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari.45
Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami
gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.46
3). Aplikasi (Application) Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan
untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus
43http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
44W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-4, h. 247.
45 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
46 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/
atau problem yang konkret dan baru.47
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.48
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
62
4). Analisis (Analysis) Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci
suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik.49
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.50
5). Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk
suatu kesatuan atau pola baru.51
Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat,
dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan
solusi yang dibutuhkan.52
6). Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria
47 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
48 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
49W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
50 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
51 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
52 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/
28. Ibid., hal.21
63
tertentu.53 Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar
yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.54
b. Affective
Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.55
Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hail belajar atau kemampuan yang
berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif
terdiri dari aspek:
1). Penerimaan (Receiving/Attending) Penerimaan mencakup kepekaan akan
adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu,
seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru.56
2). Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.57
3). Penghargaan (Valuing) Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan
penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap
itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap
batin.58
53 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.
54 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
64
55 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
56 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.
57 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
58 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.
4). Pengorganisasian (Organization) Memadukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten.59
Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan
diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus
diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.60
5). Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value
Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya-hidupnya.61
Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan
nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.62
c. Psychomotor
Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.63
28. Ibid., hal.21
65
Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut
‘motorik’ karena keterampilan ini melibatkan
secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar
pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampiulan motorik, mampu melakukan
serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi
gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik
ini ialah adanya kemampuan “Automatisme” yaitu gerakan-gerik yang
59 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
60 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.
61 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
62 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.
63 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.
terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa
harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu
dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan agama
ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan membaca dan
melagukan ayat-ayat Al-Qur’an, keterampilan melaksanakan gerakan-gerakan shalat.
Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar dengan prosedur
latihan. 64
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap peserta didik, karena melalui belajar
mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
66
belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hsil
pengalamannya di lingkungan.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik
dapat kita bedakan menjadi dua macam:
a. Faktor Internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani peserta didik, meliputi dua aspek yakni:
1) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas.
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran peserta didik. Namun, di
antara faktor-faktor rohaniah peserta didik yang pada umumnya dipandang
lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi peserta didik
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-
fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan
persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
28. Ibid., hal.21
67
lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran
organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak
64 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-
2, h. 99-100.
merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) peserta didik tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta
didik. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang
peserta didik mak semakin besar peluangnya untuk memperoleh
sukses.
b) Sikap peserta didik
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang,dan
sebgainya, baik secara positif maupun negatif. 65
Sikap merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi belajar.
Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar seseorang ialah sikap
poitif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari,
terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana
ia belajar seperti: kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran
dan sebagainya. 66
c) Bakat Peserta didik
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
68
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan denikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip
dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi
sangat cerdas (superior) atau cerdas luar bisa (very superior) disebut
juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual.
65 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 135.
66 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-
2, h
d) Minat peserta didik
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar peserta didik dalam
bidang-bidang studi tertentu.67
b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri peserta didik), terdiri dari faktor
lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:
1)Faktor-faktor Lingkungan Faktor lingkungan peserta didik ini dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor
lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini
ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam),
tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik
28. Ibid., hal.21
69
berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik.
2) Faktor-faktor Instrumental Faktor instrumental ini terdiri dari
gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan
kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan
akan mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik.68
Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan pada
faktor instrumental yang di dalamnya guru profesional itu akan ditunjukan.
Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya: Seorang
peserta didik yang conserving terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung
mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang
peserta didik yang memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi (faktor Internal)
dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya (faktor eksternal)
akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil
belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas muncul peserta didik-
peserta didik yang berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal
ini seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik dan profesional
diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya
peserta didik yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui
dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat proses belajar peserta
didik.
6. Indikator Prestasi Belajar
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
70
Indikator prestasi belajar peserta didik dalam penelitian ini akan
diperoleh dari penilaian yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik, yang dirangkum dalam nilai raport peserta didik dalam bidang
studi Fiqih.
C. Hubungan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Peserta didik
Dari penjelasan diatas, penulis memberikan kesimpulan bahwa yang
menjadi alasan adanya hubungan profesionalisme guru dengan prestasi belajar
peserta didik dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam dua hal sebagai berikut:
1. Karena keberadaan guru dalam kelas adalah sebagai manajer bidang studi..
Yaitu, orang yang merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil
belajar di sekolah.
2. Karena guru di sekolah bertugas menentukan keberhasilan peserta didik. Oleh
karena itu, apabila peserta didik belum berhasil, maka guru perlu mengadakan
remedial. Untuk itu, guru yang mampu merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi hasil belajar adalah guru yang profesional.
67 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 136.
68 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, h. 59-60.
D. Kerangka Berpikir
Profesionalisme berasal dari kata profesion yang mengandung arti pekerjaan
yang memerlukan keahlian yang dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan atau
latihan tertentu.
Berbicara mengenai profesionalisme, guru adalah termasuk suatu profesi
yang memerlukan keahlian tertentu dan memiliki tanggung jawab yang harus
28. Ibid., hal.21
71
dikerjakan secara profesional. Karena guru adalah individu yang memiliki tanggung
jawab moral terhadap kesuksesan anak didik yang berada dibawah pengawasannya,
maka keberhasilan peserta didik akan sangat dipengaruhi oleh kinerja yang dimiliki
seorang guru. Oleh karena itu, guru profesional diharapkan akan memberikan sesuatu
yang positif yang berkenaan dengan keberhasilan prestasi belajar peserta didik.
Dalam pelaksanaannya, tanggung jawab guru tidak hanya terbatas kepada
proses dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Banyak hal yang menjadi tanggung
jawab guru, yang salah satunya adalah memiliki kompetensi idealnya sebagaimana
guru profesional. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan
profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Dengan kata lain,
guru yang profesional ini memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga
dia mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal dan terarah.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar, seorang guru profesional harus terlebih
dahulu mampu merencanakan program pengajaran. Kemudian melaksanakan
program pengajaran dengan baik dan mengevaluasi hasil pembelajaran sehingga
mampu mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, seorang guru profesional akan
menghasilkan anak didik yang mampu menguasai pengetahuan baik dalam aspek
kognitif, afektif serta psikomotorik.
Dengan demikian, seorang guru dikatakan profesional apabila mampu
menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas dan mendatangkan prestasi
belajar yang baik. Demikian pula dengan peserta didik, mereka baru dikatakan
memiliki prestasi belajar yang maksimal apabila telah menguasai. materi pelajaran
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
72
dengan baik dan mampu mengaktualisasikannya. Prestasi itu akan terlihat berupa
pengetahuan, sikap dan perbuatan.
Kehadiran guru profesional tentunya akan berakibat positif terhadap
perkembangan peserta didik, baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan.
Oleh sebab itu, peserta didik akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru
yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bila hal
itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru akan berpengaruh
terhadap kemampuan atau prestasi belajar anak. Karena, disadari ataupun tidak,
bahwa guru adalah faktor eksternal dalam kegiatan pembelajaran yang sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan proses kegiatan pembelajaran itu. Untuk itu,
kualitas guru akan memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap proses
pembentukan prestasi anak didik. Maka oleh karena itu, dengan keberadaan seorang
guru profesional diharapkan akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap
kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu memaksimalkan
hasil prestasi belajar peserta didik dengan sebaik-baiknya.
E. Hipotesis
Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan variabel X (profesionalisme
guru) dengan variabel Y (prestasi belajar peserta didik), maka penulis mengajukan
hipotesa sebagai berikut:
28. Ibid., hal.21
73
Ha: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru
dengan prestasi belajar peserta didik di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog
Sukabumi.
Ho: Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme
guru dengan prestasi belajar peserta didik di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog
Sukabumi.
Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar
peserta didik di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Untuk itu, penulis
sepakat dengan petnyataan Ha di atas. Adapun untuk kebenarannya, maka akan
dibuktikan melalu hasil penelitian yang dilakukan di sekolah yang bersangkutan.
BAB III METODE PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Jamii
’
ah Tegallega Desa
. Tegallega, Kecamatan. Cidolog, Kabupaten. Sukabumi, Propinsi. Jawa
barat. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai
dengan bulan Juli 2008.
B.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
74
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menguji profesionalisme guru dan hubungannya
dengan prestasi belajar peserta didik di MTs Al-Jamii
’
ah Te
gallega Cidolog Sukabumi. 1.
Variabel bebas (
independent variable
) profesionalisme guru. 2.
Variabel terikat (
dependent variable
) adalah prestasi belajar peserta didik atau hasil belajar (nilai raport) mata
pelajaran Fiqih.
C.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh peserta didik/siswi MTs Al-
Jamii
’
ah Tegallega Cidolog Sukabumi
28. Ibid., hal.21
75
kelas VII dan VIII, tahun pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 110 orang.
Adapun sampelnya diambil secara acak (Random Sampling). Melalui penelitian ini
penulis mengambil sampel sebanyak 40% dari populasi yaitu 40 orang, dengan 20
orang laki-laki dan 20 orang perempuan.
D.Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain:
1. Angket (kuesioner) Angket ini diberikan kepada peserta didik untuk
memperoleh informasi mengenai kemampuan profesional yang dimiliki
oleh guru dalam proses belajar mengajar. Angket dibuat dengan model
Likert yang mempunyai empat kemungkinan jawaban yang berjumlah
genap ini dimaksud untuk menghindari kecenderungan responden
bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawabanyang jelas.
Penyusunan angket kompetensi guru mengacu kepada aspek-aspek
kemampuan guru (kompetensi profesionalisme guru) yang terdiri dari 25
item dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 2 Kisi-kisi Angket Guru Fiqih Profesional
Nomor Angket
Variabel
Indikator Sub Variabel
Positif
(+)
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
76
Negatif
(-)
a. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar
1 -
b. Menguasai bahan pelajaran 3,4,5 2
c. Melaksanakan/mengelola proses belajar-mengajar
6,7,8,9,10,11,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22
12
Kompetensi Profesional Guru Fiqih d. Menilai kemajuan proses belajar-
mengajar
23,24,25 -
2.Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan dengan
pengamatan dan pencatatan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah atau
deskripsi lokasi penelitian yang dilaksanakan di MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog
Sukabumi.
3.Wawancara Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk
memperoleh data yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang
diperoleh melalui angket. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah
4.Studi Dokumentasi Peneliti mencari data tentang prestasi belajar peserta
didik, yaitu nilai raport pada mata pelajaran Fiqih semester ganjil tahun 2007/2008.
E.Teknik Analisis Data
28. Ibid., hal.21
77
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami
bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga oleh orang lain. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1.Editing
Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing.
Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan
kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
2.Scoring
Setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor
terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap
jawaban adalah:
Tabel 3 Skor Jawaban Angket Guru Fiqih Profesional
Positif (+)
Negatif (-)
Jawaban
Skor
Jawaban
Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
78
Kadag-kadang 2 Kadag-kadang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4
Kemudian hasil seluruh jawaban peserta didik dengan melihat rata-rata jumlah
skor, dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 4 Klasifikasi Skor Angket Guru Profesional
Klasifikasi
Keterangan Jumlah Skor Jawaban
25
–
50 Rendah
51
–
75 Sedang
76
–
100 Tinggi
3.Pengujian Hipotesis Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang
telah ada. Karena penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada korelasi antara
profesionalisme guru dengan prestasi belajar peserta didik, maka yang dipakai adalah
rumus
“r”product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: r
xy : Angka indeks korelasi
28. Ibid., hal.21
79
“r”product moment
N : Jumlah responden
xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
x : Jumlah seluruh skor x
y : Jumlah seluruh skor y Kemudian memberikan interpretasi terhadap angka
indeks korelasi “r” product moment dengan interpretasi kasar atau sederhana, yaitu
dengan mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi
“r”product moment. Selanjutnya untuk menentukan data penelitian ini signifikan
atau tidak, interpretasi juga menggunakan tabel nilai
“r” (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of
freedom
(df) yang rumusnya adalah: df : degrees of freedom
N : Number of Cases
Nr : Banyaknya variabel (Profesionalisme guru Fiqih dan Prestasi belajar Peserta
didik).
Rumus selanjutnya adalah untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD : Koefision Determinatio(kontribusi variabel X terhadap variabel Y). r :
Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.
nrNdf
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
80
KD = r
2x 100%
BAB IV HASIL PENELITIAN A.
Kondisi Sekolah
1.Deskripsi Lokasi Penelitian MTs Al-Jamii'ah Teagallega terletak di kabupaten
Sukabumi, tepatnya di desa Tegallega, kecamatan Cidolog. Jaraknya dari kotamadya
Sukabumi (Kota) kurang lebih 66 km dengan kondisi jalan yang berbelok-belok dan
relatif buruk. Sedangkan kecamatan Cidolog berada di sebelah selatan desa
Tegallega. Di kecamatan ini terdapat dua sekolah lanjutan yaitu Madrasah
Tsanawiyah Al-Jamii'ah itu sendiri dan sekolah tingkat Lanjutan Pertama Negeri
(SLTPN) yang berada di desa Cidolog yang notabene adalah kecamatan. Jarak
tempuh dari desa Tegallega ke kecamatan Cidolog adalah 7 km. Salah satu
kecamatan yang cukup penting untuk disebutkan di sini adalah Sagaranten karena ia
merupakan tempat alternatif yang menjadi sentral pemenuhan kebutuhan hidup bagi
masyarakat dari daerah-daerah yang berada di selatannya selain harus ke kotamadya
Sukabumi. Jarak tempuh antara Tegallega dan Sagaranten adalah 13 km dan dari kota
madya Sukabumi ke Sagaranten berjarak 53 km. Di kecamatan Sagaranten sendiri
terdapat SLTP Negeri, Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Madrasah Aliyah, dan
Sekolah Menengah Umum. Dari paparan di atas tergambar bahwa MTs Al-Jamii'ah
berada diantara kecamatan yang memilki sekolah negeri. Madrasah Tsanawiyah Al-
Jamii'ah memiliki bangunan sendiri yang terdiri dari enam lokal dengan rincian:
a.Tiga lokal dipakai untuk kelas (I, II dan III);
28. Ibid., hal.21
81
b.Satu lokal untuk ruang guru (kantor);
c.Satu lokal untuk perpustakaan;
d.Dan satu mesjid untuk kegiatan shalat berjamaa'ah;
e.Asrama atau pondok untuk peserta didik-siswi yang rumahnya jauh dari sekolah.
MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
Visi:
Visi MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi yaitu:“Dengan ilmu kita tahu,
dengan agama kita bertakwa”.
Misi:
Adapun yang menjadi misi dari MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi yaitu:
a.Mencetak kader yang berilmu dan beragama.
b.Membentuk karakter peserta didik/siswi dengan nilai-nilai ajaran Islam untuk
melahirkan manusia yang berakhlaqul karimah.
c.Mempersiapkan peserta didik/siswi untuk melanjutkan ke pendidikan berikutnya,
baik jurusan agama maupun umum.
d.Mempersiapkan peserta didik/siswi agar dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan keterampilannya di tengah-tengah masyarakat. Kegiatan belajar-mengajar di
MTs Al-Jamii'ah ini dilaksanakan di pagi dan siang hari. Sebagian peserta didik ada
yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di pagi hari, dan sebagian peserta
didik yang lain melaksanakan kegiatan belajar-mengajar pada siang hari. Hal itu
dilakukan secara bergantian mengingat tempat yang tersedia tidak sesuai dengan
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
82
jumlah peserta didik yang ada. Keseluruhan peserta didik-siswi MTs Al-Jamii'ah
Tegallega berjumlah 165 orang, dengan jumlah peserta didik setiap kelas sebanyak
55 orang. Tenaga pengajar dan pengelola sekolah MTs Al-Jamii’ah Tegallega
Cidolog Sukabumi secara keseluruhan berjumlah 16 orang dengan klasifikasi sebagai
berikut:
a.Jenis Kelamin
Laki-laki : 11 orang.
Perempuan : 5 orang.
b.Tingkat Pendidikan
S1 : 10 orang.
D2 : 3 orang.
PGA : 1 orang.
SLTA : 2 orang. Letak Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog
Sukabumi berada pada lokasi yang strategis, yakni di sekitarnya terdapat empat
Sekolah Dasar (SD) yaitu:
a.Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tegallega.
b.Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cipamingkis.
c.Sekolah Dasar Negeri (SDN) Puncak Batu.
d.Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cilengka.
Dan dua Madrasah Ibtidaiyah (MI), yaitu:
a.Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cibengang.
28. Ibid., hal.21
83
b.Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cipari. Peserta didik/siswi tingkat dasar tersebut antara
50%-70% meneruskan sekolahnya dan MTs Al-Jamii’ah Tegallega menjadi alternatif
utama sekolah lanjutan karena jaraknya yang relatif lebih dekat dengan Sekolah
Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang berada di sekitarnya dibanding sekolah lanjutan
lainnya.
2.Sejarah Singkat Sekolah Pembentukan Yayasan Pendidikan Islam (YASPI) Al-
Jamii'ah Tegallega berawal dari keinginan untuk membangun Madrasah Tsanawiyah
yang kemudian berhasil didirikan pada tanggal 23 Maret 1986 dengan tempat
kegiatan belajar sementara berlokasi di Madrasah Diniyah (MD) Annur, kampung
Sinapeul, desa Tegallega kecamatan Cidolog. Adapun para pendirinya adalah:
1). K.H. M. Mahmudin
2). K.H. M. Didin
3). H. Daradjat Sudrajat
4). H. Ridwan Syafe'i
5). M. Tabrani
6). Iim Ibrahim
7). M. Sarmaja (Alm) Baru pada tanggal 9 Mei 1986 mendapat pengesahan dari
Akte Notaris: Ibrahim Basya No. 5 dan terdaftar pada Pengadilan Negeri Sukabumi
No.W8. DLHM 07.01.50/1986-PN-Smi. Mts Al-Jamii'ah mulai beroperasi/membuka
tahun ajaran baru pada tanggal 16 Juli 1986 dengan jumlah pendaftar perdana 42
peserta didik. Tujuan utama pendirian Madrasah Al-Jamii'ah ini adalah untuk
mencetak lulusan-lulusan yang berintelektual-santri dan bersantri-intelektual. Oleh
karena itu dalam kegiatan dipadukan antara pengajaran di sekolah dan kegiatan
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
84
pengajian Al-Qur'an dengan materi ayat-ayat pilihan yang disesuaikan dengan
pelajaran agama di sekolah yang menggunakan metode tahfidz berikut
terjemahannya terutama ayat-ayat yang berkenaan dengan akhlak (moral). Pada
tahun 1995 Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii'ah resmi memiliki bangunan sendiri
dengan lima lokal dan menyediakan asrama putera/puteri bagi peserta didik yang
tempat tinggalnya jauh namun bersungguh-sungguh untuk belajar di Madrasah
Tsanawiyah tersebut. Sampai saat ini Tsanawiyah Al-Jamii'ah Tegallega telah
mengeluarkan 21 angkatan/lulusan. Adapun yang menjabat sebagai ketua yayasan
MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi saat ini adalah Bapak H. Muhammad
Mahmudin yang merupakan pendiri dan pemilik tanah sekaligus sekolah MTs Al-
Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi.
3.Sarana dan Prasarana Sarana yang tersedia di MTs Al-Jamii'ah Tegallega
Cidolog Sukabumi adalah sebagai berikut:
1). Alat Praktek IPA Alat praktek IPA yang ada di MTs Al-Jamii'ah yaitu:
a.Mikroskop.
b.Alat peraga tubuh/kerangka manusia.
c.Alat peraga elektronik sederhana
d.Jenis batu-batuan alam.
e.Alat Pengujian teori IPA sederhana.
2). Asrama peserta didik
3). Gedung sekolah milik sendiri
4). Mesjid
28. Ibid., hal.21
85
5). Lapangam Volley Ball
6). Lapangan Tenis Meja Kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi rutinitas peserta
didik/siswi Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog Sukabumi yaitu:
a.Pramuka
b.Majlis Training Dakwah
c.Sepak bola
d.Volley Ball
e.Tenis Meja
B.Deskripsi Data
1.Gambaran Umum Tingkat Profesionalisme Guru MTs Al-Jamii'ah Tegallega
Cidolog Sukabumi. Jumlah guru MTs Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog Sukabumi
seluruhnya berjumlah 16 orang dengan latar belakang pendidikan sebagai berikut:
Tabel 5 Keadaan Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi MTs Al-Jamii'ah
Tegallega Cidolog Sukabumi Tahun Pelajaran 2007/2008 No.
Nama Jenjang Pendidikan dan Jurusan
Jabatan Tugas Mata Pelajaran
1. Anwar Jahid, S.Ag S1 SPI, UIN SYAHID Jakarta, Kepala Sekolah IPS, SKI
Dari tabel di atas, guru Fiqih yang ada di MTs Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog
Sukabumi berjumlah 2 orang. Keduanya merupakan lulusan Strata 1 (S1) Sarjana
Pendidikan Agama Islam.
2.Hasil Penelitian
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
86
Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Fiqih Tabel 6 Skor Angket Penelitian
Hubungan Profesionalisme Guru Bidang Studi Fiqih dengan Prestasi Belajar Peserta
didik
Nama: ……………………………
No. Responden : ………
Kelas: ……………………………
Jenis Kelamin : (P/L)
Petunjunk Pengisian:
Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda cek list (√) pada
kolom jawaban sesuai dengan pendapat kamu. Alternativ jawaban dan skor yang
disediakan adalah sebagai berikut: Untuk skor jawaban pertanyaan positif adalah
sebagai berikut:
Selalu (S) : 4
Kadang-kadang (KK) : 2 Sering
(SR) : 3 Tidak pernah
(TP) : 1 Adapun skor jawaban pertanyaan negatif adalah sebagai berikut:
Dari tabel di atas, guru Fiqih yang ada di MTs Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog
Sukabumi berjumlah 2 orang. Keduanya merupakan lulusan Strata 1 (S1) Sarjana
Pendidikan Agama Islam. 2.
28. Ibid., hal.21
87
Hasil Penelitian
Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Fiqih Tabel 6 Skor Angket Penelitian
Hubungan Profesionalisme Guru Bidang Studi Fiqih dengan Prestasi Belajar Peserta
didik
Nama: ……………………………
No. Responden : ………
Kelas: …………………………….
Jenis Kelamin : (P/L)
Petunjunk Pengisian:
Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda cek list (√) pada
kolom jawaban sesuai dengan pendapat kamu. Alternativ jawaban dan skor yang
disediakan adalah sebagai berikut: Untuk skor jawaban pertanyaan positif adalah
sebagai berikut:
Selalu (S) : 4 Kadang-kadang (
KK) : 2 Sering (SR) : 3
Tidak pernah (TP) :
1 Adapun skor jawaban pertanyaan negatif adalah sebagai berikut:
Dari tabel di atas, guru Fiqih yang ada di MTs Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog
Sukabumi berjumlah 2 orang. Keduanya merupakan lulusan Strata 1 (S1) Sarjana
Pendidikan Agama Islam. 2.
Hasil Penelitian
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
88
Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Fiqih Tabel 6 Skor Angket Penelitian
Hubungan Profesionalisme Guru Bidang Studi Fiqih dengan Prestasi Belajar Peserta
didik
Nama:
……………………………
.
No. Responden :
………
Kelas:
……………………………
.
Jenis Kelamin : (P/L)
Petunjunk Pengisian:
Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda cek list (
√
) pada kolom jawaban sesuai dengan pendapat kamu. Alternativ jawaban dan skor
yang disediakan adalah sebagai berikut: Untuk skor jawaban pertanyaan positif
adalah sebagai berikut: Selalu (S) : 4 Kadang-kadang (KK) : 2 Sering (SR) : 3
Tidak pernah (TP) : 1 Adapun skor jawaban pertanyaan negatif adalah sebagai
berikut:
10. Apakah guru Fiqih memberikan teguran kepada peserta didik yang mengganggu
kegiatan belajar mengajar?
28. Ibid., hal.21
89
11. Sebelum memulai pelajaran, apakah guru Fiqih mengatur kerapihan tata ruang
kelas terlebih dahulu serta kesiapan peserta didik untuk belajar?
12. Apakah guru Fiqih mengalami kesulitan mengatur peserta didik dalam kelas?
13. Selain buku pegangan, apakah guru Fiqih menggunakan buku-buku lain yang
menunjang materi pembelajaran?
14. Selain buku, papan tulis, apakah guru Fiqih menggunakan alat bantu belajar yang
lain seperti karton, peta dan sarana prasarana lainnya?
15. Apakah guru Fiqih dalam mengajar merancang dan membuat alat bantu (alat
peraga) belajar yang sederhana?
16. Dalam kegiatan belajar mengajar, apakah guru Fiqih menggunakan laboratorium
atau alat peraga?
17. Apakah guru Fiqih memanfaatkan perpustakaan dalam mengajar?
18. Dengan alat peraga yang digunakan oleh guru Fiqih, apakah kamu lebih mengerti
materi yang diajarkan?
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
90
19. Apakah guru Fiqih memberikan pujian kepada peserta didik ketika menjawab
pertanyaan dengan tepat serta mengarahkan bagi peserta didik yang menjawab
pertanyaan kurang tepat?
20. Apakah guru Fiqih memberikan motivasi, nasihat dan ide cemerlang kepada
murid ketika mengajar?
21. Dalam mengajar, apakah guru Fiqih menanyakan kembali pembahasan yang telah
dipelajari sebelumnya?
22. Setelah selesai pembelajaran, apakah guru Fiqih mampu menyimpulkan materi
pelajaran dengan baik?
23. Apakah soal-soal yang diberikan guru Fiqih dalam ulangan sesuai dengan materi
yang diajarkan?
24. Bila guru Fiqih memberi tugas, apakah selalu dinilai dan diberikan kepada
peserta didik?
25. Apabila hasil tes peserta didik rendah, apakah peserta didik diberikan kesempatan
untuk memperbaiki?
28. Ibid., hal.21
91
Angket yang disebarkan kepada peserta didik kemudian dianalisis dan diberikan skor
jawaban per item soal dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 7 Analisis Item Untuk Skor Angket Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi
Fiqih
ITEM ANGKET
SUBYEK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
92
17
18
19
20
21
22
23
24
25
JUMLAH
SKOR
1 2 1 3 2 3 3 2 3 2 1 2 3 3 1 3 1 2 1 2 2 2 2 3 3 4 56
2 1 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 3 2 3 4 4 62
3 4 3 3 3 4 2 4 1 2 3 2 4 2 3 3 2 2 4 3 4 2 2 4 4 4 74
4 1 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 2 1 2 1 2 2 3 2 4 4 4 62
5 2 3 3 3 3 4 4 1 1 4 2 3 3 2 1 1 2 3 4 3 1 2 3 4 4 65
6 1 2 3 2 4 3 1 1 1 3 2 3 3 1 1 1 1 3 2 3 2 1 4 4 3 55
7 2 3 3 3 3 3 2 1 2 3 4 2 2 3 3 1 2 4 2 3 2 1 3 4 4 65
8 3 2 3 2 3 3 4 1 2 3 1 3 3 2 1 1 1 3 4 2 1 3 3 4 4 62
9 2 3 4 2 3 2 3 1 3 2 1 3 3 2 1 2 1 2 3 2 3 1 3 4 4 6
10 2 2 2 2 3 3 3 1 2 3 1 1 4 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 4 56
28. Ibid., hal.21
93
11 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 4 4 2 63
12 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 4 4 2 62
13 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 3 4 2 3 61
14 4 2 2 2 2 3 2 1 2 4 1 1 4 2 2 1 1 2 3 4 2 2 2 2 4 57
15 1 2 2 2 2 4 4 1 2 4 2 3 4 1 1 1 1 3 4 2 2 3 4 4 3 62
16 3 2 2 2 2 3 3 1 1 3 1 1 4 2 2 1 2 2 3 4 2 2 2 2 4 56
17 1 2 3 2 1 4 4 1 1 4 2 3 4 1 1 1 1 3 4 2 3 3 4 4 3 61
18 1 3 2 3 2 3 2 3 2 1 2 3 2 1 3 1 2 1 2 2 2 2 3 3 4 55
19 3 4 2 3 3 2 3 1 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 4 3 4 66
20 2 3 3 2 2 3 3 1 3 3 1 2 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 62
21 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 4 1 2 1 1 3 3 2 3 1 4 3 4 63
22 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 1 1 2 2 1 4 2 2 2 2 3 4 2 56
23 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 3 4 2 3 60
24 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 1 1 2 3 2 3 1 4 3 4 58
25 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 4 1 2 1 1 3 4 2 3 1 4 3 4 62
26 3 2 3 3 2 4 4 1 1 3 2 3 3 2 1 1 2 3 4 3 1 2 3 4 4 64
27 3 2 2 2 1 3 4 1 1 4 1 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 4 4 56
28 4 2 3 4 3 4 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 3 2 3 2 1 1 4 4 4 68
29 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 3 62
30 3 2 2 2 3 3 2 1 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 3 2 55
31 2 1 3 2 1 2 2 1 2 4 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 4 2 4 54
32 3 1 2 3 2 2 2 3 1 3 1 3 2 2 2 1 1 2 3 3 2 2 4 2 4 56
33 2 1 2 2 4 1 3 1 4 3 1 1 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 4 3 4 57
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
94
34 2 1 2 2 4 2 3 1 2 3 1 3 2 2 3 1 1 4 2 3 2 1 4 2 3 56
35 2 4 3 4 3 4 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 2 2 3 2 1 1 4 4 4 67
36 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 50
37 3 4 3 4 2 4 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 2 2 3 2 1 1 4 4 4 67
38 3 2 2 4 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 4 4 4 50
39 3 4 4 3 2 2 4 3 4 3 2 3 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 4 4 4 66
40 3 4 3 4 2 2 4 3 4 3 2 3 1 2 1 2 2 2 3 2 1 1 4 4 4 66
=40 Jumlah Skor =2415
Setelah jumlah skor dibagi oleh jumlah responden (2415 : 40), maka hasil yang
diperoleh adalah 60.375. Dengan demikian, jumlah sko
rata-rata tingkat profesionalisme guru Fiqih MTs Al-Jamii
’
ah Tegallega
Cidolog Sukabumi adalah cukup baik. Dari tabel 2 diketahui bahwa jumlah skor
jawaban peserta didik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 8 Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban Peserta didik dari Angket Profesionalisme
Guru Fiqih Klasifikasi Jumlah Peserta didik Keterangan Jumlah Skor Jawaban
25-50 2 Peserta didik Rendah
51-75 38 Peserta didik Sedang
76-100 - Tinggi
Jadi, tingkat profesionalisme guru Fiqih menurut pendapat peserta didik dianggap
sedang, yakni antara 51-75, sebanyak 38 peserta didik.
28. Ibid., hal.21
95
Prestasi Belajar
Prestasi belajar peserta didik diambil dari daftar nilai peserta didik pada buku daftar
nilai (
legger
), prestasi belajar yang diambil oleh penulis adalah nilai raport peserta didik pada
semester ganjil tahun ajaran 2007/2008 sebagai berikut:
Tabel 9 Daftar Nilai Peserta didik Dalam Mata Pelajaran Fiqih Semester 1
No. Nama Responden Nilai
1. Pipit Pitaloka Kartika 75
2. Deki Ramdani 75
3. Pita Yuli Rahayu 80
4. Fachrurrazi 75
5. Kholifah 75
6. Nana Suryana 70
7. Suci Yulistiani 75
8. Asep Mulyana 70
9. Lintang Wira Ningrum 80
10. Ajat Sudrajat 65
11. Dede Trisnawati 80
12. Riadi Syauqi 65
13. Ridwan Sawita 75
14. Elisa Mutiara 75
15. Didis Kurniadi 80
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
96
16. Diana Melida Puji 65
17. Nurjaman 75
18. Siti Jenabiah 70
19. Rinal Anbiya 75
20. Siti Julaeha 80
21. Hendri Nugroho 80
22. Eni Verawati 75
23 Deri Kusmana 80
24. Nita Fitriani 70
25. Imadduddin 80
26. Siti Mira 75
27. Bayu 70
28. Siska Suci N 80
29 Aan Irawan 75
30. Euis Kartika 70
31. Angga Lesmana 65
32. Susi 70
33. Gunawan 75
34. Neuis Larasati 75
35. Hifdullah 80
36. Tuti Alawiyah 65
37. Fajri Ginanjar 80
38. Fitri 65
28. Ibid., hal.21
97
39. Nurodin 80
40 Komala Sari 80
∑
N=40
∑
Nilai=2970
Jumlah nilai keseluruhan bidang studi Fiqih peserta didik/siswi MTs Al-Jamii’ah
Tegallega Cidolog Sukabumi yang diteliti adalah 2970. Setelah jumlah nilai 2970
dibagi dengan jumlah responden yang berjumlah 40 orang, maka nilai rata-rata
peserta didik/siswi MTs Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi dalam bidang
studi Fiqih adalah 74.25. Dengan demikian, nilai rata-rata prestasi belajar peserta
didik dalam bidang studi Fiqih di MTs Al-Jamii’ah Tegallega adalah cukup baik.
Dari tabel diatas diketahui bahwa prestasi belajar peserta didik pada bidang studi
Fiqih dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 10 Klasifikasi dan Kualifikasi Jumlah Nilai Peserta didik Dalam Bidang Studi
Fiqih Klasifikasi Jumlah Peserta didik Kualifikasi
80-89 13 Peserta didik Tinggi
70-79 21 Peserta didik Sedang
60-69 6 Peserta didik Rendah
Jadi, tingkat prestasi belajar peserta didik dalam pelajaran Fiqih dianggap sedang,
yakni antara klasifikasi 70-79 sebanyak 21 peserta didik.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
98
3.
Hubungan Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Fiqih Dengan Prestasi Belajar
Peserta didik. Untuk menguji data antara skor angket profesionalisme guru dalam
bidang studi Fiqih dengan prestasi belajar peserta didik, terlebih dahulu dikorelasikan
kedua variabel tersebut, seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 11 Analisis Korelasi Variabel X (Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi
Fiqih) dan Variabel Y (Prestasi Belajar Peserta didik) Responden X Y X
²
Y
²
XY
1 56 75 3136 5625 4200
2 62 75 3844 5625 4650
3 74 80 5476 6400 5920
4 62 75 3844 5625 4650
5 65 75 4225 5625 4875
6 55 70 3025 4900 3850
7 59 75 3481 5625 4425
8 62 70 3844 4900 4340
9 60 80 3600 6400 4800
10 56 65 3136 4225 3640
11 63 80 3969 6400 5040
28. Ibid., hal.21
99
12 62 65 3844 4225 4030
13 61 75 3721 5625 4575
14 57 75 3249 5625 4275
15 62 80 3844 6400 4960
16 56 65 3136 4225 3640
17 61 75 3721 5625 4575
18 55 70 3025 4900 3850
19 66 75 4356 5625 4950
20 62 80 3844 6400 4960
21 63 80 3969 6400 5040
22 56 75 3136 5625 4200
23 60 80 3600 6400 4800
24 58 70 3364 4900 4060
25 62 80 3844 6400 4960
26 64 75 4096 5625 4800
27 56 70 3136 4900 3920
28 68 80 4624 6400 5440
29 62 75 3844 5625 4650
30 55 70 3025 4900 3850
31 54 65 2916 4225 3510
32 56 70 3136 4900 3920
33 57 75 3249 5625 4275
34 56 75 3136 5625 4200
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
100
35 67 80 4489 6400 5360
36 50 65 2500 4225 3250
37 67 80 4489 6400 5360
38 50 65 2500 4225 3250
39 66 80 4356 6400 5280
40 66 80 4356 6400 5280
∑
N=40
∑
X=2415
∑
Y=2970
∑
X
²=146829
∑
Y
²=221600
∑
XY=180060
28. Ibid., hal.21
101
222
NN
Nyr
22
2970) (-40.221600.(2415) - 40.146829
2970) (2415).( - 40.180060
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
102
8820900-640005832225.88-5873160
7172550-7202400
29850
1764298500
29850
55,42003
29850
71065422,0
710,0
C.
28. Ibid., hal.21
103
Analisis Interpretasi Data
Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara Variabel X dan Variabel Y
sebesar 0,710 itu berarti klorelasi tersebut bertanda positif. Untuk melihat
interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment secara kasar atau
sederhana terletak pada angka 0,70 - 0,90 yang berarti korelasi antara Variabel X dan
Variabel Y itu adalah terdapat korelasi yang kuat atau tinggi . Selanjutnya untuk
mengetahui apakah hubungan Variabel X dan Variabel Y itu signifikan atau tidak,
maka
“
r
”
hasil perhitungan dibandingkan
dengan
“
r
”
tabel. Sebelum membandingkannya, maka terlebih dahulu dicari
“
df
”
atau
“
db
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
104
”
nya dengan rumus
df = N-nr
. Berdasarkan tabel di atas, peserta didik yang di teliti atau yang menjadi sampel
penelitian di sini adalah 40 orang. Dengan demikian N = 40. Variabel yang dicari
korelasinya adalah Variabel X dan Variabel Y; jadi nr = 2. Maka dengan mengacu
kepada rumus di atas,dengan mudah dapat kita peroleh df-nya yaitu: df = 40-2 = 38.
Dengan
“
df
”
sebesar 38, dikonsultasikan dengan tabel nilai
“
r
”
, baik pada taraf
signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%. Dengan melihat
“
rt
”
dip
eroleh hasil sebagai berikut:
28. Ibid., hal.21
105
Pada taraf signifikansi 5% = 0,304
Pada taraf signifikansi 1% = 0,393
Ternyata,
“
rxy
”
atau
“
ro
”
lebih besar dari
“
r
”
tabel atau
“
rt
”
baik pada
taraf signifikansi 5% maupun 1% yaitu (0,710
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
106
>
0,304/0,393). Dengan demikian hipotesa nol (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa
alternatif (Ha) diterima. Ini berarti bahwa terdapat hubungan/korelasi yang positif
dan signifikan antara profesionalisme guru dalam bidanng studi Fiqih dengan prestasi
belajar peserta didik. Kemudian, untuk mengetahui seberapa besar hubungan kedua
variabel tersebut maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus Koefisien
Determinasi, yaitu KD = r
²x100%
.
KD = r
²x100%
= (0,710)
²x100% =
0,50x100 = 50%. Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa, prestasi
belajar peserta didik ditentukan atau dipengaruhi oleh profesionalisme guru sebesar
50%. Maka 50% lagi ditentukan oleh faktor lain.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: 1.
28. Ibid., hal.21
107
Dari jawaban peserta didik mengenai profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih,
sebagian besar peserta didik berpendapat bahwa guru bidang studi Fiqih MTs Al-
Jamii
’
ah Tegallega Cidolog Sukabumi berada pada kualifikasi sedang. Sedangkan menurut
pendapat sebagian peserta didik yang lain, guru mempunyai tingkat kompetensi
profesional yang rendah. Dengan demikian, sesuai dengan data yang ada,
profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih di MTs Al-Jamii
’
ah Tegallega Cidolog Sukabumi
adalah berada pada rata-rata sedang atau cukup baik. 2.
Nilai rata-rata prestasi hasil belajar Fiqih peserta didik kelas VII dan VIII MTs Al-
Jamii
’
ah Tegallega Cidolog Sukabumi tergolong cukup baik atau
sedang. 3.
Terdapat korelasi positif yang signifikan antara profesionalisme guru dalam bidang
studi Fiqih dengan prestasi hasil belajar Fiqih peserta didik MTs
Al-Jamii
’
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
108
ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Profesionalisme guru
tersebutdapat mempengaruhi prestasi hasil belajar peserta didik 50%. Adapun 50%
lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.
B.
Saran
Dalam penelitian pendidikan ini, penulis ingin memberikan beberapa saran kepada
sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah khususnya
peningkatan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru
dan peserta didik. Adapun saran yang diajukan penulis adalah sebagai berikut: 1.
Meskipun dalam penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme guru
berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik dengan persentase yang cuku
baik, akan tetapi bukan berarti guru bidang studi maupun peserta didik merasa puas
dengan situasi yang ada. Penulis mengharapkan, baik guru maupun murid lebih
meningkatkan profesionalisme dan prestasi belajar yang ada. Sehingga hasil
pembelajaran akan lebih maksimal. 2.
Meskipun prestasi belajar peserta didik dapat dikualifikasikan cukup baik, akan tetapi
peserta didik diharapkan lebih meningkatkan prestasi belajar baik secara konseptual
maupun praktis. Karena khusus dalam bidang studi Fiqih, penguasaan peserta didik
tidak hanya terbatas kepada penguasaan konsep, melainkan peserta didik harus
28. Ibid., hal.21
109
mampu mempraktekkan dan menghayatinya. Dengan demikian, apabila hal tersebut
dapat dilaksanakan dengan baik, maka tujuan perestasi belajar akan lebih optimal. 3.
Bagi kepela sekolah atau bidang kurikulum, setelah penelitian ini dilakukan,
diharapkan pengawasan terhadap guru lebih ditingkatkan. Pembinaan terhadap
peserta didik lebih dimaksimalkan. Karena, tanpa adanya pengawasan yang intens
tidak menutup kemungkinan kinerja guru akan menurun. Khusus untuk tenaga
pengajar, penulis berharap bisa lebih meningkatkan kualitasnya baik secara personal,
profesional, maupun secara sosial. Dengan demikian diharapkan akan memberikan
iklim pembelajaran yang harmonis dan berkualitas baik secara akademik maupun
non akademik. 4.
Meskipun dalam penelitian yang dilakukan penulis tidak memberikan kesimpulan
yang negatif, untuk peningkatan kualitas sekolah yang bersangkutan, penulis
berpendapat perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M,
Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum),
Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. Ke-3. Arikunto, Suharsimi,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
110
Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. Ke-12. Departemen Pendidikn dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke- 2. Dimyati, Abu Muhammad bin Khallad,
Hadits Shahih Keutamaan Amal Shalih
, Jakarta: Najla Press, 2003, Cet. Ke-1. Gani, Bustami, A,
Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam
, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, Cet. Ke-1. Hamalik, Oemar,
Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, Cet, Ke-4.
http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_NAS_P
ENDDKN.PDF/2008/01/09/.
http://www.setjen.depdiknas.go.id/prodhukum/dokumen/5212007134511Permen_16
2007.pdf/2008/01/09/.
http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-dunia-pendidikan-
oleh-winarno-surakhmad/2008/01/09/.
‘
Isa, Kamal Muhammad,
Manajemen Pendidikan Islam,
Jakarta: PT. Fikahati Anesta, 1994, Cet. Ke-1. Kunandar,
Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Persiapan Menghadapi Sertifikasi Gur,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Cet. Ke-1. Mulyasa, E,
Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru
28. Ibid., hal.21
111
, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, 2008, Cet. Ke-3. Namsa, M. Yunus,
Kiprah Baru Profesi Guru Indonsia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Jakarta: Pustaka Mapan, 2006, Cet. Ke-1. Purwanto, M. Ngalim,
Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, Cet. Ke-10.
_________________,
Psikologi Pendidikan
, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003, Cet. Ke-19. Sabri, Alisuf,
Mimbar Agama dan Budaya,
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1.
_________________,
Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet. Ke-2. Sholeh, Asrorun, Ni
’
am,
Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas Lahirnya Undang-
Undang Guru dan Dosen,
Jakarta: eLSAS, 2006, Cet. Ke-1. Slameto,
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
Jakarta: Rineka Cipta, 2003, Cet. Ke-4. Soetjipto dan Raflis Kosasi,
Profesi Keguruan,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke-2. Sudijono, Anas,
Statistik Pendidikan,
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
112
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. Ke-10. Sudjana, Nana,
Dasar-dasar Pproses Belajar Mengajar
, Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo, 1998, Cet. Ke-4. Sukardi, Dewa, Ketut,
Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah,
Surabaya: Usaha Nasional, 1983, Cet. Ke-1. Suryabrata, Sumardi,
Psikologi Pendidikan
, Jakarta: PT. Raja Grafindi Persada, 2002, Cet. Ke-2. Syah, Muhibbin,
Psikologi Belajar
, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-2. Tafsir, Ahmad,
Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. Ke-6. Tilaar, H.A.R,
Membenahi Pendidikan Nasional,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, Cet. Ke-1. Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Kegeruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pedoman Skripsi
2007.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005
,
Tentang Guru dan Dosen,
Bandung: Citra Umbara, 2006, Cet. Ke-1
Usman, M. Uzer,
28. Ibid., hal.21
113
Menjadi Guru Profesional,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-20. Winkel, W.S,
Psikologi Pengajaran
, Jakarta: Grasindo, 1996, Cet. Ke-4. Yamin, Martinis,
Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta
: Gaung Persada Press, 2007, Cet. Ke-2. Zurinal Z. Dan Wahdi Sayuti,
Ilmu Pendidikan,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. Ke-1.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
114
28. Ibid., hal.21
115
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
116
1John M. Echols dan Hassan Shadili,Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta:
PT.Gramedia, 1996), Cet. Ke-23, h. 449.
2Arifin,Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum),(Jakarta: Bumi Aksara,1995),
Cet. Ke- 3, h. 105.
3 Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007),Cet. Ke-1, h. 45.
4 Martinis Yamin,Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP,h. 3.
5 M.Yunus Namsa,Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan
MetodologiPengajaran Agama Islam, h. 29.
6Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 46.
7M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 14-15.
8H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002),Cet. Ke-1, h. 86.
28. Ibid., hal.21
117
9Arifin,Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum),(Jakarta: BUMI
AKSARA,1995), Cet. Ke- 3, h. 105.
10Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 46-47.
11Oemar Hamalik,Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,(Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-4, h. 27
12Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas,2006),
Cet. Ke- 1, h.9.
13Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, h.250.
14http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-dunia-pendidikan-
oleh -Winarno-Surakhmad/2008/05/12/.
15 E. Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja RosdaKarya:
Bandung, 2008), Cet. Ke-3, h.75.
16 E. Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 117.
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
118
17 E. Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 135.
18 E. Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 173.
19 Alisuf Sabri, Mimbar Agama dan Budaya, (Jakarta: Pusat Penelitian
danPengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1, h. 16-18.
20Martinis Yamin,Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP,h. 4-5
21M. Yunus Namsa,Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan
MetodologiPengajaran Agama Islam, h. 37-38.
22Oemar Hamalik,Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, h. 44-45.
23
http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_NAS_P
ENDDKN.PDF/2008/01/09/.
24http://www.setjen.depdiknas.go.id/prodhukum/dokumen/
5212007134511Permen_16_2007.pdf./2008/05/04/
25Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar
BaruAlgesindo, 1998), Cet. Ke-4, h. 19-20.
28. Ibid., hal.21
119
26 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,h. 20-22.
27 Kamal Muhammad ‘isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.
FikahatiAnesta, 1994), Cet. Ke-1, h. 64-67.
28 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 14.
29 M. Yunus Namsa,Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan
MetodologiPengajaran Agama Islam, h. 39.
30
Soetjipto dan Raflis Kosasi,Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2004 ), Cet.
Ke-2, h. 18
31 M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan
MetodologiPengajaran Agama Islam, h. 31-32
32Martinis Yamin,Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP,h. 5-7.
33Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 47.
28
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
120
28. Ibid., hal.21
121
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
122
28. Ibid., hal.21
123
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
124
Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru Fiqih yang profesionaladalah guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikankeguruan dan telah berpengalaman dalam mengajar
28. Ibid., hal.21
125
5. Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.76
6. Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.233.7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.17
126
29yang bervariasi.d. Mampumenggunakan alatbantu pengajaran.e. Mampu Mengatur danmengubah suasanakelas.g. Mampu memberikanteguran bagi peserta didik.h. Mampu mengaturanmurid.i. Mampu memberireward dan sanksipada peserta didik.i. Mampu Memberipujian kepada peserta didik.dipersyaratkanuntuk melakukantugaspendidikandanpengajaran.1.4 Menilaikemajuanprosesbelajar-mengajar.a. Mampu membuat danmengkoreksi soal.b. Mampu memberikanhasil penilaian(raport ).c. Mampu mengadakanremedial.Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru Fiqih yang profesionaladalah guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikankeguruan dan telah berpengalaman dalam mengajar
28. Ibid., hal.21