Post on 13-Jul-2016
description
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler yang
merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Hipertensi diperkirakan
menyebabkan 7,5 juta kematian, atau sekitar 12,8% dari total seluruh kematian di seluruh
dunia. Pada tahun 2008, prevalensi hipertensi pada orang berusia lebih dari 25 tahun di dunia
adalah sekitar 40%. Populasi penderita hipertensi di dunia antara tahun 1980 dan 2008 turun
perlahan. Namun, karena pertumbuhan penduduk yang pesat, jumlah penderita hipertensi
meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar pada tahun 2008.1
Kasus hipertensi terjadi pada hampir 1/3 orang dewasa di Asia Tenggara. Kira-kira
1,5 juta orang di Asia Tenggara meninggal karena hipertensi. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), hipertensi adalah penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi usia lebih dari 18 tahun.
Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke, sedangkan sisanya berakhir
pada penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Di Indonesia, banyaknya penderita
hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol,
50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi.(2,3,4)
Berdasarkan data sepuluh penyakit terbanyak tahun 2012 di Puskesmas Kecamatan
Kembangan , hipertensi menempati urutan pertama pada 10 penyakit terbanyak dengan
13.750 kasus diantaranya 10.935 kasus lama dan 2.635 kasus baru dan jika dibandingkan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 1
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
pada tahun 2011 terdapat 2.109 kunjungan, maka terjadi kenaikan sebesar 526 kunjungan
atau 19.96%.5
Banyak faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi antara lain usia lanjut, jenis
kelamin, riwayat hipertensi dalam keluarga, obesitas, merokok, diet tinggi garam, asupan
kalium yang rendah, kurang aktivitas fisik dan hiperurisemia. Survei awal di Puskesmas
Kecamatan Kembangan diperoleh 11 dari 21 pasien yang hipertensi ternyata hiperurisemia.
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk mengetahui adakah hubungan antara hiperurisemia
dengan hipertensi.
I.2. Perumusan Masalah
I.2.1. Pernyataan Masalah
Masih tingginya angka kasus hipertensi di Balai Pengobatan Umum
Puskesmas Kecamatan Kembangan pada tahun 2012
I.2.2. Pertanyaan Masalah
1. Berapa jumlah pasien hiperurisemia yang berkunjung ke Balai Pengobatan
Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan?
2. Berapa jumlah pasien yang hiperurisemia yang menderita hipertensi yang
berkunjung ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan?
3. Adakah hubungan antara hiperurisemia dengan hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Kembangan?
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 2
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
I.3. Tujuan
I.3.1. Tujuan umum
Diturunkannya angka kasus hipertensi di Balai Pengobatan Umum Puskesmas
Kecamatan Kembangan
I.3.2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya jumlah pasien yang hiperurisemia yang berkunjung ke Balai
Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan
2. Diketahuinya jumlah pasien yang hiperurisemia yang menderita hipertensi
yang berkunjung ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan
Kembangan
3. Diketahuinya hubungan antara hiperurisemia dengan hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Kembangan
1.4. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian bagi responden :
- Dapat mengetahui kadar asam urat dan tekanan darah.
Manfaat penelitian bagi puskesmas :
- Mendapatkan informasi mengenai hubungan hiperurisemia dengan hipertensi.
Manfaat penelitian bagi peneliti :
- Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian.
- Memperkaya pengetahuan dan wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada
umumnya terutama yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 3
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah normal (tekanan darah pada dewasa
normal < 120/80 mmHg) seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli yaitu lebih dari atau
sama dengan 140/90 mmHg.6
II.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi primer/hipertensi esensial
Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi essensial
adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara
faktor-faktor resiko tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik, lingkungan, stress, ras, hiperaktivitas sistem saraf simpatis, sistem renin-
angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan cairan intraseluler, dan
faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, dan merokok.
Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30–50 tahun. Hipertensi primer
terdapat sekitar 95% kasus.6
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 4
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
2. Hipertensi Sekunder
Terjadinya peningkatan tekanan darah sebagai akibat seseorang mengalami atau
menderita penyakit lainnya seperti gagal ginjal, gagal jantung, gangguan sistem
hormone tubuh, dan dapat juga terjadi pada ibu hamil, maupun penggunaan
hormone seperti pada penggunaan kontrasepsi hormonal. Hipertensi sekunder
terdapat sekitar 5% kasus.6
II.3 Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat
1, dan hipertensi derajat 2.6
Tabel II.3 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-76
Kategori SBP (mmHg) DBP (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥100
II.4 Patofisiologi Hipertensi
II.4.1 Hemodinamik
Faktor hemodinamik adalah penentu tekanan darah manusia. Curah jantung
(cardiac output) dan resistensi perifer merupakan dua faktor penting dalam tekanan
darah. Curah jantung (cardiac output) ditentukan oleh isi sekuncup (stroke volume)
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 5
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
dan denyut jantung (heart rate), sedangkan isi sekuncup berhubungan dengan
kontraktilitas miokard dan ukuran kompartemen pembuluh darah. Peningkatan stroke
volume menyebabkan peningkatan curah jantung (cardiac output) sehingga tekanan
darah meningkat. Besarnya resistensi pembuluh darah perifer ditentukan oleh
perubahan anatomi dan fungsional dari arteri kecil (lumen diameter 100-400 µm) dan
arteriol.7
II.4.2 Volume intravaskular
Bagian terbesar darah di sirkulasi berada dalam di vena sistemik, yaitu bahwa
84% dari seluruh volume darah tubuh terdapat di sirkulasi sistemik, dengan 64% di
vena, 13% di arteri, dan 7% di arteriol sistemik dan kapiler. Jantung mengandung 7%
darah sedangkan pembuluh pulmonal 9%.11 Dalam tubuh manusia terdapat dua
volume cairan, yakni volume cairan intravaskular dan volume cairan ekstravaskular.
Yang berpengaruh besar terhadap tekanan darah adalah volume cairan intravaskular.
Ion natrium adalah ion ekstraselular utama dan merupakan faktor primer dalam
peningkatan volume cairan intravaskular. Volume vaskular segera meningkat dan
curah jantung (cardiac output) bertambah ketika pemasukan NaCl melebihi kapasitas
ginjal untuk mengekskresikan natrium (proses natriuresis) dimana natrium dapat
menarik cairan masuk ke dalam intravaskular. Tekanan darah dapat dipertahankan
normal walaupun asupan NaCl tinggi, dengan peningkatan ekskresi natrium dalam
urin melalui sistem renin-angiotensin yang bekerja sempurna.7
II.4.3 Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Sistem renin-angiotensin-aldosteron adalah salah satu sistem hormonal tubuh
yang berperan dalam pengaturan tekanan darah, yang erat kaitannya dengan fungsi
ginjal. Fungsi terpenting dari sistem renin-angiotensin-aldosteron adalah membuat
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 6
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
seseorang dapat makan sangat sedikit atau sangat banyak garam tanpa menyebabkan
banyak perubahan pada volume cairan ekstraseluler atau tekanan arteri.7
Angiotensin menyebabkan ginjal menahan air dan garam melalui 2 cara yaitu:7
Angiotensin bekerja secara langsung pada ginjal untuk menimbulkan retensi garam
dan air
Angiotensin menyebabkan kelenjar-kelenjar adrenal mensekresi aldosteron, yang
kemudian akan meningkatkan reabsorbsi garam dan air melalui tubulus ginjal.
Sistem renin-angiotensin-aldosteron menghasilkan angiotensin II yang bersifat
vasokonstriktor dan aldosteron yang bersifat retensi natrium sehingga menyebabkan
kenaikan reabsorpsi natrium secara nyata di tubulus ginjal. Sebagian besar renin
disintesis dalam segmen aferen arteriol ginjal (sel juxtaglomeruler), yang berfungsi
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin converting enzyme
(ACE) kemudian mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Renin dikeluarkan
sebagai respon terhadap berkurangnya volume darah yang melewati ginjal saat
hipoperfusi, sehingga fungsi renin sebagai penyeimbang tekanan darah. Pengeluaran
renin juga sebagai respon refleks kemoreseptor di glomerulus terhadap berkurangnya
natrium dan NaCl dalam darah. Pengeluaran renin juga dapat dicetuskan oleh
perangsangan saraf simpatis melalui reseptor β1. Sekresi renin dapat pula sebagai
respon dalam menanggapi blokade farmakologi dari Angiotensin Converting Enzyme
(ACE) dimana jumlah angiotensin II berkurang sehingga mendorong sekresi renin.
Sebaliknya, sekresi renin akan dihambat oleh transportasi NaCl yang meningkat di
lengkung henle, peningkatan peregangan arteri aferen ginjal, dan blokade reseptor β1.
Selain itu, sekresi renin juga dapat dihambat oleh angiotensin II. Angiotensin II akan
secara langsung menghambat sekresi renin melalui mekanisme feedback negative,
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 7
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
dimana jumlah angiotensin II sudah mencukupi sehingga tidak perlu lagi
mensekresikan renin.7
II.4.4 Persyarafan Otonom
Persarafan otonom yang berperan besar dalam tekanan darah adalah sistem
saraf simpatis, khususnya adrenergik. Refleks sistem saraf simpatis mengatur tekanan
darah dalam waktu jangka pendek. Pada pembuluh darah, norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Norepinefrin dan epinefrin adalah agonis
untuk subtipe reseptor adrenergik. Reseptor adrenergik dibagi menjadi dua tipe yaitu α
dan β. Reseptor α lebih mudah diaktifkan oleh norepinefrin dan reseptor β lebih
mudah diaktifkan oleh epinefrin. Salah satu refleks pembuluh darah adalah
barorefleks arteri yang dicetuskan oleh peregangan saraf sensorik yang terletak di
sinus karotis dan lengkung aorta. Saat tekanan arteri meningkat, baroreseptor
teraktifkan dan berdampak menurunkan tekanan darah. Bila terjadi kenaikan tekanan
darah secara terus-menerus, akan terjadi adaptasi aktivitas baroreseptor sehingga
tekanan darah menjadi lebih tinggi.7
II.4.5 Faktor Mekanis Vaskular
Besar diameter lumen/radius pembuluh darah dan resistensi arteri perifer
merupakan faktor penting pada tekanan darah. Faktor utama resistensi perifer adalah
diameter pembuluh darah dan kekentalan darah. Resistensi arteri perifer berbanding
terbalik dengan radius pembuluh darah. Penurunan kecil pada ukuran diameter lumen
secara signifikan meningkatkan resistensi arteri tersebut. Contohnya adalah pada
pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis (perubahan mekanis) dan gangguan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 8
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
fungsi endotel. Diameter lumen juga berhubungan dengan elastisitas pembuluh darah.
Perubahan kecil pada diameter pembuluh darah akan menyebabkan perubahan yang
luar biasa terhadap kemampuan menghantarkan darah. Pembuluh darah dengan
tingkat elastisitas yang tinggi mampu menampung peningkatan volume dengan
perubahan tekanan darah yang relatif sedikit, sedangkan sistem vaskular yang
kaku/berkurang elastisitasnya, pertambahan volume menyebabkan peningkatan
tekanan yang relatif besar. Bila viskositas darah meningkat, aliran darah akan menjadi
sedikit terhambat.7
II.5 Gejala Hipertensi
Pada beberapa penderita, hipertensi mungkin tidak menimbulkan gejala pada
beberapa orang hanya menimbulkan berupa keluhan sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,
sesak nafas dan gelisah. Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan darah melalui pemeriksaan fisik.8
II.6. Faktor Resiko Hipertensi
II.6.1 Hiperurisemia
Hiperurisemia atau peningkatan kadar asam urat darah yang berlebih di
sebabkan oleh dua kemungkinan utama, yaitu kelebihan produksi asam urat atau
terhambatnya pembuangan asam urat oleh tubuh. Hiperurisemia merupakan kristal
putih yang tidak berbau atau berasa, yang di hasilkan oleh proses metabolisme utama,
yaitu suatu proses kimia dalam inti.9
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 9
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Secara umum kadar asam urat darah yang normal untuk laki-laki berkisar
antara 3,5 – 7,0 mg/dl dan untuk perempuan antara 2,6- 6,0 mg/dl. Hiperurisemia
didefinisikan sebagai kadar AU serum lebih dari 7,0 mg/dL pada laki-laki dan lebih
dari 6,0 mg/dL pada wanita.9
Hiperurisemia telah lama dihubungkan dengan penyakit kardivaskuler dan
sering dijumpai pada penderita hipertensi,penyakit ginjal dan sindroma metabolik.
Asam urat merupakan produk akhir dari purin. Nukleotida purin pada manusia terdiri
dari adenosin dan guanin, yang berperan dalam terjadinya hipertensi adalah proses
terjadinya adenosin menjadi asam urat.10
Adenosin diubah dahulu menjadi inosin dengan bantuan enzim Adenosin
deaminase kemudian inosin diubah menjadi hipoxantin oleh enzim nukleotida purin
fosforilase yang menghasilkan hipoxantin. Hipoxantin kemudian diubah menjadi
xantin oleh enzim xantin oksidase. Enzim xantin oksidase juga yang mengubah xantin
menjadi asam urat11.
Pada saat proses oksidasi oleh enzim xantin oksidase menghasilkan superoksid
radikal dan hidrogen peroksida. Superoksid radikal dapat mengikat nitrid oksid
menjadi peroksi nitrid, karena nitrid oksid diikat oleh superoksid radikal maka
kemampuan nitrid oksid untuk mencegah adhesi leukosit, agregasi dan adhesi platelet,
ploriferasi tunika intima,mengontrol tonus vaskuler menjadi terganggu11.
Gangguan fungsi nitrit oksid dapat menyebabkan arterosklerosis, jika hal ini
terjadi pada pembuluh darah ginjal maka akan terjadi aktivasi sitem renin angotensin
yang menyebabkan hipertensi11.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 10
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Arterosklerosis yang terjadi di ginjal dapat pula menurunkan filtrasi
glomerulus berupa penurunan filtrasi sodium sehingga terjadi salt sentive
hypertension yaitu peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi pada konsumsi
jumlah natrium yang sama12.
Hasil penelitian Johan sundstrom menyebutkan bahwa peningkatan asam urat
memiliki efek pada ginjal dan pembuluh darah. Hiperurisemia menyababkan
penurunan NO, peningkatan ROS, inflamasi vaskuler dan proliferasi otot polos,
meningkatakn produksi renin dan lesi vaskuler pada ginjal13.
Penelitian yang dilakukan oleh Eswar Krisman, memberikan hasil
hiperurisemia berhubungan dengan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.
Seseorang yang memiliki hiperurisemia selama 6 tahun berpotensi bisa menderita
hipertensi. Hiperurisemia berhubungan dengan peningkatan tekanan darah sitolik (p=
0,006) dan tekanan darah diatolik (p=0,0458). Hal ini disebabkan karena
hiperurisemia meningkatkan resistensi vaskular ginjal sehingga terjadi hipertensi12.
II.6.1 Riwayat Hipertensi dalam Keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan keluarga tersebut
mempunyai resiko menderita hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga
yang tidak memiliki faktor genetik tersebut. Individu dengan orangtua menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada
individu yang tidak mempunyai riwayat keluarga menderita hipertensi. Pada 70-80%
kasus hipertensi primer (hipertensi essensial), didapatkan adanya riwayat hipertensi di
dalam keluarga. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot
(satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi Studi hubungan genetik telah
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 11
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
mengidentifikasi polimorfisme dalam beberapa gen misalnya angiotensinogen, alfa-
adducin, beta-dan DA-adrenergik reseptor, dan subunit 3-beta dari protein G.
Beberapa studi genetik telah memfokuskan pada beberapa genom yang mungkin
berkontribusi pada hipertensi. Namun belum ada kelainan genetik yang terbukti
bertanggung jawab atas terjadinya hipertensi pada populasi umum9.
II.6.2 Usia
Sekitar 50–60% individu yang berumur di atas 60 tahun mempunyai tekanan
darah lebih tinggi dari normal. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi
pada orang dengan bertambah usianya. Degenerasi pada usia lanjut menyebabkan
kekakuan atau berkurangnya elastisitas pada pembuluh darah besar yang berdampak
pada hemodinamik, yaitu dimana terdapat kenaikan tekanan darah sistolik disertai
penurunan tekanan darah diastolik pada usia lanjut.9
II.6.3 Jenis Kelamin
Jenis kelamin memiliki peran yang penting dalam memperngaruhi tekanan
darah. Hal ini dibuktikan dengan wanita yang belum menopause memiliki tekanan
darah yang lebih rendah dibandingkan dengan pria di kelompok usia yang sama.
Wanita yang sudah menopause juga memiliki tekanan darah yang cenderung lebih
tinggi bila dibandingkan wanita yang belum menopause, hal ini dihubungkan dengan
hormon di ovarium yang mengatur tekanan darah9.
Estrogen menurunkan vascular resistance dengan cara meningkatkan kadar
NO, meningkatkan kadar vasodilator endogen, menurunkan sintesa vasokonstriktor
endogen, dan aktvasi channel kalium. Testosteron cenderung meningkatkan tekanan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 12
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
darah melalui beberapa mekanisme yaitu, meningkatkan kadar homosistein,
endothelin-1, dan katekolamin. Homosistein merusak endotel, dan menurunkan
produksi NO. Testosteron juga merangsang pengeluaran katekolamin yang dapat
meningkatkan tekanan darah.Efek progesteron terhadap tekanan darah masih belum
mencapai kesimpulan yang pasti karena bebrapa penelitian menyatakan bahwa
progesteron berkaitan dengan penurunan tekanan darah dan beberapa lainnya
menyatakan bahwa progesteron tidak berkaitan dengan tekanan darah. Progesteron
pada wanita hamil berhubungan positif dengan penurunan tekanan darah9.
II.6.4 Obesitas
Alexander dalam penelitiannya mendapatkan peningkatan volume darah
sekuncup dan volume darah pada penderita obesitas bila dibandingkan dengan yang
bukan obesitas serta terdapat peningkatan tahanan perifer pembuluh darah. Miller
dkk. dalam penelitiannya mendapatkan adanya peningkatan kadar insulin dan
aldosteron dalam plasma penderita obesitas sehingga adanya peningkatan insulin dan
aldosteron akan menyebabkan retensi Na dalam darah yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan volume darah, yang menyebabkan hipertensi. Para peneliti tersebut di
atas semua sepakat bahwa menurunkan berat badan akan menurunkan tekanan darah
dan frekuensi denyut jantung.9
Tingkat obesitas seseorang dapat di ukur dari IMT dengan cuts off >30kg/m2.
Tabel di bawah ini akan menjelaskan tentang klasifikasi obesitas menurut beberapa
sumber14.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 13
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
TABEL II.6.4. Klasifikasi BMI menurut WHO
II.6.5 Diet Tinggi Garam
Pengaruh asupan garam terhadap tekanan darah terjadi melalui peningkatan
volume plasma (cairan ekstraseluler), curah jantung, dan tekanan darah. Asupan
garam kurang dari 2,3 gram/hari, memiliki prevalensi hipertensi lebih rendah
dibanding mereka yang memiliki asupan garam 5-15 gram/ hari. Dalam garam
terdapat natrium dan klorida yang merupakan ion utama cairan ekstraseluler.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik keluar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada peningkatan tekanan darah. Garam yang berlebihan meningkatkan
hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenal yang akan mengganggu keseimbangan
antara natrium dan kalsium, akibatnya pembuluh darah akan menyempit dan terjadi
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 14
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
peningkatan tekanan darah.Peningkatan asupan garam menyebabkan peningkatan
volume ekstraseluler kemudian terjadi peningkatan tekanan arteri dan terjadi feedback
negatif berupa penurunan renin dan angiotensin, penurunan retensi air dan garam
dalam ginjal sehingga mengembalikan volume ekstraseluler dan tekanan arteri
hampir ke nilai normal. Bila sistem renin-angiotensin berfungsi normal, peningkatan
tekanan arteri tidak lebih dari 4 sampai 6 mmHg terhadap kenaikan asupan garam
sebanyak 50 kali lipat. Sebaliknya, bila sistem renin-angiotensin terhambat, kenaikan
asupan garam dalam jumlah yang sama akan menyebabkan kenaikan tekanan sekitar
10 kali lebih banyak, kadang-kadang meningkat sebanyak 50 sampai 60 mmHg.9
II.6.6 Merokok
Rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Hal ini disebabkan
oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Gas CO menggantikan tempat
oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat
aterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Nikotin akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembulu darah
kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
efinefrin (Adrenalin). Hormon ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon
monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh. Aktivitas ini
sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi.10
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 15
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
II.6.7 Stres
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental). Gejala-gejala psikologis stres antara lain kecemasan, kegelisahan, kelelahan
mental, kehilangan spontanitas, dan menurunnya rasa percaya diri.10
Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi sistem simpatis dan korteks
adrenal. Stress mengaktivasi sistem simpatis dengan mengaktivasi berbagai organ dan
otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contohnya meningkatkan
kecepatan denyut jantung. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula
adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah yang akan
menyebabkan vasokonstriksi, sehingga stroke volume meningkat. Stroke volume yang
meningkat akan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Sistem korteks adrenal
akan melepaskan hormon-hormon stres. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai
hormon utama stres akan meningkat jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan
pada sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf
simpatik berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah.9
II.6.8 Aktivitas Fisik
Orang yang dengan tekanan darah tinggidan kurang aktifitas, besar
kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik
membantu dengan mengkontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30-45 menit
berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah secara langsung. Olah
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 16
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
raga teratur dapat menurunkan darah pada semua kelompok baik hipertensi maupun
normotensi9
II.6.9 Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium
adalah kebalikan dari Na. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari
bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah15
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan
sekresi aldosteron menyebabkan reabsorsi natrium dan air juga eksresi kalium.
Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga
menyimpan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan
volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga
dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal15
Penelitian epidemiologi menunjukan bahwa asupan kalium yang rendah akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vaskuler remodeling yang
mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah ginjal. Pada populasi dengan
asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rnedah
dibandingkan dengna populasi yang mengkonsumsi rendah kalium15
II.7. Kerangka Teori
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 17
MerokokDiet tinggi garam
Riwayat hipertensi dalam
keluarga
Stres
Kurang Aktivitas fisik
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Gambar II.7.6: Kerangka Teori
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
III.1. Kerangka Konsep
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 18
HipertensiObesitas
Usia lanjut hiperurisemiaJenis Kelamin terutama perempuan
Asupan Kalium rendah
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hiperurisemia dipilih sebagai variabel bebas (independent) karena dari survei awal di
Puskesmas Kecamatan Kembangan diperoleh 11 dari 21 pasien yang hipertensi ternyata
hiperurisemia.
Skema hubungan antara hiperurisemia dan hipertensi.
Variabel bebas variabel tergantung
Gambar 2: Kerangka Konsep
III.2. Hipotesis
Hipotesis alternatif (Ha) : terdapat hubungan bermakna antara hiperurisemia dengan
hipertensi pada pasien berusia ≥ 40 tahun.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 19
Hiperurisemia Hipertensi
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
III.3. Definisi Operasional
III.3.1. Hipertensi
Definisi variabel : tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg.
Cara ukur : pengukuran tekanan darah dilakukan pada lengan kanan pada
posisi duduk setelah istirahat selama minimal 5 menit. Lengan kanan pasien
diletakkan di atas meja dengan manset terletak tiga jari di atas fossa cubiti kanan.
Dengan stetoskop, didengarkan denyut nadi A. Brachialis kanan sambil tekanan
diturunkan perlahan-lahan. Tekanan sistolik adalah saat denyut pertama terdengar dan
tekanan diastolik adalah saat denyut nadi tidak terdengar lagi. Pengukuran dilakukan
sebanyak 2 kali dan diambil reratanya.
Alat ukur : sphygmomanometer air raksa merek Riester, stetoskop merek
Spirit
Hasil ukur :
1. Responden yang hipertensi
2. Responden yang tidak hipertensi
Skala ukur : data numerik yang diubah menjadi data kategorik skala
nominal
III.3.2. hiperurisemia
Definisi variabel : bila kadar asam urat darah lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki
dan lebih dari 6,0 mg/dl pada wanita.
Cara ukur : Pengukuran kadar asam urat dilakukan dengan menggunakan
darah kapiler yang diambil secara aseptik dari jari tangan pasien menggunakan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 20
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
lancets, kemudian darah diteteskan pada blood uric acid test strip lalu dibaca
menggunakan alat EasyTouch® GCU setelah 20 detik
Alat ukur : Alat ukur kadar asam urat merk EasyTouch® GCU, strip asam
urat , dan lancet
Hasil ukur :
1. Responden yang hiperurisemia
2. Responden yang tidak hiperurisemia
Skala ukur : data numerik yang diubah menjadi data katagorik skala
nominal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 21
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
IV.1. Desain Penelitian dan Variabel
Penelitian yang dilakukan bersifat analitik dengan desain studi cross-sectional.
Variabel tergantung (dependent) adalah hipertensi dan variabel bebas (independent) adalah
hiperurisemia..
IV.2. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua pasien yang datang ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas
Kecamatan Kembangan selama masa penelitian.
IV.3. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi antara lain :
Semua pasien berusia ≥ 40 tahun
Tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi
Tidak mengkonsumsi obat anti asam urat
IV.4. Sampel
Sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi
IV.4.1 Perhitungan Besar Sampel
Untuk menentukan besar sampel minimal digunakan uji hipotesis terhadap 2 proporsi
independen, diperlukan informasi:16
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 22
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Proporsi hipertensi pada pasien yang bukan hiperurisemia (P1) yaitu 0,41
Proporsi hipertensi pada pasien yang hiperurisemia P2 (clinical judgment) yaitu
0,50
P2 = P1 + 20% P1
P2 = 5/5P1 +1/5 P1
P2 = 6/5 P1
P1 = 5/6 (0,50)
P1 = 0,41
Deviat baku normal untuk = 5% , zα = 1,96 untuk tingkat kepercayaan
(confidence interval) 95%
Deviat baku normal untuk β = 20 %, zβ = 0,84
Maka rumus yang digunakan:
n1=n2=(z∝√2PQ +zβ √ P1Q1+P2Q 2)2
¿¿
P=P1+P2
2
Q=1−P
P = P1 + P2
2
P =0,41+ 0,50 2
P = 0,45
Q = 1-P Q1 = 1–P1 Q2 = 1–P2
= 1-0,45 = 1-0,41 = 1-0,50
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 23
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
= 0,55 = 0,59 = 0,50
Bila tingkat kemaknaan α = 5% maka Zα = 1,96 dan bila tingkat kemaknaan β = 20%,
maka Zβ = 0,842, maka besar sampel minimal yang dibutuhkan :
n1=n2=(z∝√2 PQ +zβ √ P1Q1+P2Q 2)2
¿¿
n1=n2=((1,96 )√2 (0,45 ) (0,55 ) + (0,84 ) √(0,41 ) (0,59 )+(0,50 ) (0,50 ) )2
¿¿
n1=n2=((1,96 )√0,49+ (0,84 ) √0,49 )2
0,0081=469
Jadi besar sampel yang dibutuhkan 469 + 469 = 938 orang
IV.4.2 Teknik Pengambilan Sampel
Seluruh pasien yang datang ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan
Kembangan pada saat penelitian, diambil dengan cara consecutive non-random sampling, jika
memunuhi kriteria inkulusi maka diambil menjadi sampel
IV.5. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner, sphygmomanometer,
stetoskop, timbangan berat badan, microtoise dan blood uric acid test strip, dengan
menggunakan merk EasyTouch® GCU
IV.6. Lokasi dan Waktu
Pengumpulan data dilakukan selama 4 hari pada tanggal 10 Agustus–14 agustus 2013
di Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 24
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Pengambilan data dilakukan di Balai Pengobatan Umum mulai dari pukul 08.00 sampai jam
15.00.
IV.7 Tata cara Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan setelah mendapat ijin dari Kepala Puskesmas Kecamatan
Kembangan . Penelitian dilakukan oleh 1 orang peneliti. Ditanyakan kepada pasien yang
datang ke Balai Pengobatan Umum, berapakah umur pasien ,apakah pasien mengkonsumsi
obat antihipertensi dan obat anti asam urat. Jika umur pasien ≥ 40 tahun,tidak mengkonsumsi
obat antihipertensi dan tidak mengkonsumsi obat anti asam urat, maka peneliti menanyakan
kesediaannya untuk mengikuti penelitian. Jika pasien bersedia, maka peneliti akan mengukur
tekanan darah ,berat badan, tinggi badan, mengajukan pertanyaan tentang faktor resiko
hipertensi lain serta mengukur kadar asam urat.
Gambar 1. Alur Pengumpulan Data
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 25
Pasien datang ke Balai Pengobatan Umum
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 26
Ditanyakan kesediaannya mengikuti penelitian Tidak bersedia
Bersedia
Peneliti mengukur kadar asam urat
Data tidak diambil
hiperurisemia Tidak hiperurisemia
Peneliti mengukur tekanan darah
Usia ≥ 40 tahunYang tidak mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi dan obat anti asam urat
Data tidak diambil
Ya
Tidak
hipertensi Tidak tidak hipertensi
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
IV.8. Teknik dan Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara diolah untuk kemudian disajikan
dalam bentuk tekstular dan tabular.
IV.8.1. Analisis Asosiasi Statistik
Analisis asosiasi statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan uji
Pearson chi-square dengan program SPSS 18. Batas kemaknan yang dipakai 0,05.
p < 0,05 : Ho ditolak artinya terdapat hubungan yang bermakna antara 2
variabel yang diuji
p ≥ 0,05: Ho gagal ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara 2 variabel yang diuji.
IV.8.2. Analisis Asosiasi Epidemiologi
Analisis asosiasi epidemiologi diperoleh dengan menghitung asosiasi relatif
Prevalence Ratio (PR).
Hipertensi Normotensi Total
hiperurisemia (a) (b) a+b
Tidak hiperurisemia (c) (d) c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
PR = a / (a + b)
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 27
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
c / (c + d)
Keterangan:
Jika PR = 1, maka resiko yang hiperurisemia = tidak hiperurisemia.
Jika PR < 1, maka resiko yang hiperurisemia < tidak hiperurisemia (kemungkinan
faktor protektif).
Jika PR > 1, maka resiko yang tidak hiperurisemia > tidak hiperurisemia
(kemungkinan faktor resiko).
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 28
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
BAB V
HASIL
V.1 Univariat
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 44 responden, didapatkan jumlah
laki-laki sebanyak 17 orang (38,6 %). Rata-rata usia responden 49,5 tahun dengan standar
deviasi 7,06. Rata–rata Indeks Massa Tubuh (IMT) responden 24,03 dengan standar deviasi
3,2. Dari 44 responden didapatkan rata–rata tekanan darah sistolik sebesar 132 mmHg dengan
standar deviasi 15,1 dan rata–rata tekanan darah diastolik sebesar 82,5 mmHg dengan standar
deviasi 7,90. Dari 44 responden, didapatkan 24 responden (54,5%) menderita hipertensi dan
21 responden (47,7%) menderita hiperurisemia. Dari 44 responden, didapatkan 19 responden
(43,2%) mempunyai riwayat hipertensi dalam keluraga. Dari 44 responden, didapatkan
sebesar 32 responden (72,7%) yang sering makan asin. Dari 44 responden didapatkan
sebanyak 16 responden (36,4%) yang merokok .
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 29
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Tabel 2. Tabel Distribusi Karakteristik pada Responden Usia di atas atau sama dengan
40 Tahun yang Datang ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan
Kotamadya Jakarta Barat Periode 10 Agustus – 14 Agustus 2013
Karakteristik Jumlah (%) Mean ± SD Median (Min, Max)
Jenis Kelamin
Laki-laki 17 (38,6 %)
Perempuan 27 (61,4 %)
Umur (tahun) 49,56 ± 7,06 49 (40;69)
Hiperurisemia
Ya 21 ( 47,7 % )
Tidak 23 ( 52,3% )
Tekanan Darah Sistolik (mmHg) 132,27±15,11 132,27 (110;160)
Tekanan Darah Diastolik (mmHg) 82,50±7,97 82,50 (80,100)
Hipertensi
Ya 24 (54,5 %)
Tidak 20 (45,5 %)
BB (kg) 60,52 ± 8,89 60,52 (42;77)
TB (cm) 158,65 ± 6,16 158,65 (149;171)
IMT (kg/m2) 24,03 ± 3,26 23,78 (18,23;30,22)
Status Gizi
Underweight 2 (4,5%)
Normoweight 25 (56,8%)
Overweight 16 (36,4%)
Obesitas 1 (2,3%)
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 30
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Bersambung
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 31
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Sambungan
Karakteristik Jumlah (%) Mean ± SD Median (Min, Max)
Riwayat Hipertensi dalam keluarga
Ya 19 (43,2 %)
Tidak 25 (56,8 %)
Merokok
Ya 16 (36,4 %)
Tidak 28 (63,6 %)
Makan Asin
Jarang 12 (27,3 %)
Sering 32 (72,7 %)
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 32
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
V.2 Bivariat
Dari 17 orang responden laki-laki, 12 orang responden (70,6%) yang menderita
hipertensi. Dari 27 orang responden perempuan, 12 orang responden (44,4%) yang
menderita hipertensi. Dari 21 orang responden yang hiperurisemia, 15 orang responden
(71,4%) menderita hipertensi. Dari 23 orang responden yang tidak hiperurisemia , 9 orang
responden (39,1%) menderita hipertensi. Rata-rata usia responden yang hipertensi 52,08
tahun ± 7,66. Nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada responden yang hipertensi
sebesar 143,30 ±10,07 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah distolik pada responden yang
hipertensi sebesar 87,29 ± 6,91 mmHg. Nilai rata-rata berat badan pada responden yang
hipertensi sebesar 60,54 ± 10,44 kg. Nilai rata-rata tinggi badan pada responden yang
hipertensi sebesar 163 cm dengan nilai terendah sebesar 158,58 ± 6,34 cm. Nilai rata-rata
index massa tubuh pada responden yang hipertensi sebesar 24,02 ± 3,63 kg/m2.
Dari 2 orang responden yang status gizinya underweight, 1 orang responden
menderita hipertensi (50 %). Dari 25 orang responden yang status gizinya normoweight,
14 orang responden menderita hipertensi (56,0%). Dari 16 orang responden yang status
gizinya overweight, 8 orang responden menderita hipertensi (50%). Dari 19 orang
responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi, 10 orang responden yang
menderita hipertensi (52,6,7%). Dari 25 orang responden yang tidak mempunyai riwayat
keluarga hipertensi, 14 orang responden yang menderita hipertensi (56 %). Dari 16
orang responden yang merokok, 12 orang responden yang menderita hipertensi (75 %).
Dari 28 orang responden yang tidak merokok, 12 orang responden yang
menderita hipertensi (49,9%). Dari 32 orang responden yang sering makan asin, 22
orang responden yang menderita hipertensi (68,8 %). Dari 12 orang responden yang
jarang makan asin, 2 orang responden yang menderita hipertensi (16,7 %).
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 33
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Secara epidemiologi, responden yang hiperurisemia memiliki resiko 1,83 kali lebih
besar menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak hiperurisemia. Secara
statistik terdapat hubungan yang bermakna antara hiperurisemia dengan hipertensi (p-value=
0,032)
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 34
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Tabel 3. Tabel Distribusi Karakteristik pada Responden Usia di atas atau sama dengan
40 Tahun yang Datang ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan
Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat
Periode 10 Agustus – 14 Agustus 2013 (n=44)
Karakteristik
Hipertensi (n =24) Tidak Hipertensi (n=20)
Jumlah (%) Mean ± SD Median (min,max)
Jumlah
(%) Mean ± SD Median (min,max)
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
12 (70,6 %)
12(44,4%)
5 (29,4 %)
15 (56,5 %)
Umur (tahun) 52,08 ± 7,66 52,00 (40,68) 46,55 ± 4,92 46,50 (40, 55)
hiperurisemia*
Ya 15 (71,4 %) 6 (28,6 %)
Tidak 9 (39,1 %) 19 (60,9 %)
Tekanan 143,33±10,07 140 (120,160) 119,00±7,36 120 (110,130)
darah sistol
(mmHg)
Tekanan 87,29±6,91 90(80,100) 76,75±4,66 80(70,80)
Darah diastole
(mmHg)
BB (Kg) 60,54±10,44 61 (42,77) 60,50±6,86 59,50(47,73)
TB (Cm) 158,58±6,34 160(149,171) 158,,75±6,09 160(150,170)
IMT (Kg/m2) 24,02±3,63
23,78(18,25:30,22
) 24,05±2,86 23,94(18,83;29,05)
Status Gizi
Underweight 1 (50%) 1(50%)
Normoweight 14 (56%) 11 (44%)
Overweight 8 (50%) 8 (50%)
Obesitas 1 (100%) -
Bersambung
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 35
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Sambungan
Karakteristik
Hipertensi (n =24) Tidak Hipertensi (n=20)
Jumlah (%) Mean ± SD
Median
(min,max) Jumlah (%)
Mean
± SD
Median
(min,max)
Hipertensi
dalam
keluarga
Ya 10 (52,6 %) 9 (47,4%)
Tidak 14 (56 %) 11 (44%)
Merokok
Ya 12 (75%) 4 (25%)
Tidak 12 ( 49,9%) 16 (57,1%)
Makan Asin
Sering 22 (68,8%) 10 (31,3%)
Jarang 16,7(%) 10 (83,3%)
Keterangan:*PR 1,83 p-value 0,032
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 36
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
BAB VI
PEMBAHASAN
VI.1. Temuan Utama
Berdasarkan hasil uji epidemiologi dan uji statistik, terdapat hubungan yang
bermakna antara hiperurisemia dan hipertensi (PR = 1,83, p-value = 0,032). Temuan
ini sesuai teori, yaitu purin pada terdiri dari adenosin dan guanin, yang berperan
dalam terjadinya hipertensi adalah proses terjadinya adenosin menjadi asam urat.
PATOFIS
Penelitian yang dilakukan oleh Eswar Krisman, memberikan hasil
hiperurisemia berhubungan dengan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.
Seseorang yang memiliki hiperurisemia selama 6 tahun berpotensi bisa menderita
hipertensi. Hiperurisemia berhubungan dengan peningkatan tekanan darah sitolik (p=
0,006) dan tekanan darah diatolik (p=0,0458). Hal ini disebabkan karena
hiperurisemia meningkatkan resistensi vaskular ginjal sehingga terjadi hipertensi12.
VI.2. Keterbatasan Penelitian
VI.2.1. Bias Seleksi
Bias seleksi tidak dapat disingkirkan karena pengambilan sampel tidak
dilakukan secara random (non-random consecutive sampling), sehingga dalam
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 37
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
penelitian ini tiap subyek dalam populasi terjangkau tidak mempunyai kesempatan
yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel penelitian.
VI.2.2 Bias Informasi
Bias informasi berupa recall bias dan respondent bias tidak terjadi karena
pengukuran dilakukan dengan objektif (Mengunakan Alat ukur kadar asam urat dan
sphygmomanometer). Bias observasi tidak dapat disingkirkan karena peneliti
mengukur status penyakit dengan mengetahui status keterpaparannya
VI.2.3. Bias Perancu (Confounding Bias)
Adanya bias perancu belum dapat disingkirkan karena adanya faktor-faktor
lain yang tidak diteliti yang mungkin mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti
aktivitas fisik, asupan kalium dan stress.
VI.2.4. Chance
Kemungkinan ditemukan penelitian secara kebetulan tidak dapat disingkirkan
karena berdasarkan perhitungan didapatkan α = 49% (pada β = 0,20) dan β = 10,92%
(pada α = 0,05).
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 38
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 44 orang
responden di Puskesmas kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat selama periode 10
Agustus 2013 – 14 Agustus 2013, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Responden dengan hiperurisemia yang berkunjung ke Balai Pengobatan Umum
Puskesmas Kecamatan Kembangan sebanyak 21 orang (47,7%).
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 39
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
2. Dari 21 responden dengan hiperurisemia yang berkunjung ke Balai Pengobatan
Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan, 15 responden (71,4%) menderita
hipertensi.
3. Secara epidemiologi, hiperurisemia meningkatkan terjadinya hipertensi sebanyak 1,83
kali dibanding yang tidak hiperurisemia. Secara statistik didapatkan hubungan
bermakna antara hiperurisemia dengan hipertensi (PR = 1,83, p-value = 0,032)
VII.2. Saran
VII.2.1. Bagi Pengunjung Puskesmas / Responden
Menstabilkan kadar asam urat normal.
VII.2.2. Bagi Puskesmas Kecamatan Kembangan
Mengadakan penyuluhan kepada pasien di Puskesmas Kecamatan Kembangan
mengenai penyakit hipertensi dan faktor-faktor resikonya, pentingnya deteksi dini
hipertensi, serta penanganannya.
Mengadakan penyuluhan kepada pasien di Puskesmas Kecamatan Kembangan
mengenai hiperurisemia dan faktor-faktor resikonya, pentingnya deteksi dini
hiperurisemia, serta penanganannya.
VII.2.3. Bagi Penelitian
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 40
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian tentang
hipertensi dan faktor resikonya.
Memperkaya wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada umumnya,
terutama yang berkaitan dengan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. DEPKES RI. Buletin PTM. [last update : 2012 ; accessed : 1 Agustus 2013].
Available: http://www.depkes.go.id/downloads/BULETIN%20PTM.pdf
2. Kartikasari AN. Faktor risiko hipertensi pada masyarakat di desa kambongan
kidul,kabupaten rembang.2012. [ last update : Agustus 2012 ; accesed: 1 Agustus
2013). Available from : http://eprints.undip.ac.id/37291/
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hindari hipetensi konsumsi garam 1
sendok teh perhari.[ last update : 2012 ; accessed : 2 Agustus 2013]. Available from :
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/263-hindari-hipertensi-
konsumsi-garam-1-sendok-teh-per-hari.html
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 41
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
4. Kamaluddin R. Pertimbangan dan alasan pasien hipertensi menjalani terapi alternatif
komplementer bekam di kabupaten banyumas. The Soedirman Journal of Nursing.
2010, juli; 5. (accessed : 2 agustus 2012). Available from :
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/0-005206/77
5. Puskesmas Kecamatan Kembangan. Data registrasi penyakit tidak menular tahun
2011 - 2013. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Kembangan, 2013.
6. Sarasaty RF. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada kelompok lanjut
usia di kelurahan sawah baru kecamatan ciputat. 2011. (accessed : 2 Agustus 2013).
Available from : http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/RINAWANG%20JADI.pdf
7. Herawati. Sistem renin-angiotensin-aldosteron : perannya dalam pengaturan tekanan
darah dan hipertensi. (accessed : 3 agustus 2013). Available from :
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311997022-
HERNAWATI/FILE_6.pdf
8. Universitas Sumatera Utara. Hipertensi. (accessed : 3 agustus 2013). Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf
9. Krisnaerawan. Hiperurisemia dan gout. (accessed : 3 Agustus 2013 ). Available
from : http://krisnaerawan.files.wordpress.com/2010/07/hiperurisemia-dan-gout.pdf
10. Murray RK, Granner DK. Biokimia harper, 25thed. Jakarta : EGC, 2003.
11. Paolo P, Giovanni M, Eleonora C, Luca V, Antonio M. The relationships among
hyperuricemia, endothelial dysfunction, and cardiovaculer disease: moecular
mechanism and clinical implications. Journal of cardiology. 2012 january ; (59) :
235-243. (accessed : 4 Agustus 2013 ). Available from : http://www.journal-of-
cardiology.com/article/S0914-5087(12)00019-6
12. Eswar K, Lewis K, Ralph S. Hyperurisemia and incidence of hypertension among
men without metabolic syndrome. Journal of the american heart association.2006
december ;49 : 298-303. (accessed : 4 Agustus 2013 ). Available from :
http://hyper.ahajournals.org/content/49/2/298.short
13. Johan s, lisa S, Daniel L, Ralph B. Relation of serum acid to longitudinal blood
pressure tracking and hypertension incidence. Journal of the american heart
association. 2004 november ; 45 : 28-33. ( accessed : 5 Agustus 2013). Available
from : http://hyper.ahajournals.org/content/45/1/28.full.pdf+html
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 42
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
14. Abdul H, Kambayana, Tjokardo RP. Hubungan antara hiperurikemia dengan
microalbuminuria pada masyarakat legian kuta bali. 2011 januari ; 12, (1) : 6-12.
(accessed : 3 Agustus 2013 ). Available from :
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/download/3946/2938
15. Pramadya V. Hubungan antara hiperurisemia dan hipertensi. (accessed : 6 Agustus
2013 ). Available from : http://eprints.uns.ac.id/144/1/166860309201008481.pdf
16. Madiyono S, Moeslichan S, Sastoasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar
sampel. In : Sastroasmoro S, Ismael S (eds). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis,
Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto, 2008 : hal. 314.
LAMPIRAN
KUESIONER I
HUBUNGAN HIPERURISEMIA DENGAN HIPERTENSI
No. Urut Responden : ........ Tanggal :......................
Nama responden : ................................................................
Umur : ............ tahun
Jenis kelamin : .........................................
Alamat rumah : ................................................................
Pekerjaan : .................................................................
Tekanan Darah :
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 43
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
KUESIONER II
HUBUNGAN HIPERURISEMIA DENGAN HIPERTENSI
No. Urut Responden : ........ Tanggal :......................
Nama responden : ................................................................
Umur : ............ tahun
Jenis kelamin : .........................................
Alamat rumah : ................................................................
Data kesehatan : Berat badan : ….. kg
Tinggi badan : ….. cm
1. Pemeriksaan asam urat darah
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 44
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hasil pemeriksaan kadar asam urat darah kapiler : mg/dl
2. Apakah anda merokok ?
1. Ya (lanjut no.4)
2. Tidak (lanjut no.3)
3. Apakah dulu anda pernah merokok?
1. Ya (lanjut no.6)
2. Tidak
4. Sudah berapa lama anda merokok ?
5. Berapa banyak jumlah batang rokok yang anda hisap setiap harinya?
6. sudah berapa lama anda berenti merokok ?
7. Apakah anda suka mengkonsumsi makanan yang asin-asin (ikan asin,telur asin) ?
A. Ya B. Tidak
8. Apakah dalam Keluarga anda ada yang menderita Hipertensi ?
A. Ya (lanjut no 9) B. Tidak
9.Apa hubungan anda dengan anggota keluarga anda yang menderita hipertensi?
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 45
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Perhitungan Prevalence Risk (PR)
VariabelDiagnosis Hipertensi
TotalHipertensi Tidak Hipertensi
Hiperurisemia a (1)
15
b (2)
6
(a+b)
21
Tidak Hiperurisemia C (3)
9
D (4)
14
(c+d)
23
Total (a+c)
24
(b+d)
20
(a+b+c+d)
44
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 46
a/(a+b)
PR = ------------------------------- = (15/21) / (9/23) = 1,83
c/(c+d)
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
PERHITUNGAN NILAI EKSPEKTASI
E1 = ( 21 X 24 ) / 44 = 11,4
E2 = ( 21 X 20 ) / 44 = 9,5
E3 = ( 23 X 24 ) / 44 = 12,5
E4 = ( 23 X 20) / 44 = 10,45
LAMPIRAN PERHITUNGAN α & β
menghitung α
P1 = Proporsi yang sakit pada yang tidak terpapar.
P2 = Proporsi yang sakit pada yang terpapar.
P1 = 9/(9+14) = 0,39 P2 = (15)/(15+6) = 0,714 P = (0,39+0,714) / 2 = 0,552
Q1 = (1-0,39) = 0,61 Q2 = (1-0,714) = 0,286 Q = (1-0,552) = 0,448
Zα = 1,96 Zβ = 0,842 n = (44/2) = 22
n1 = n2 =((Zα √2 PQ )+Z β (√ P1Q1+P2Q 2) )2
( P1−P2 )2
22 = ¿¿¿
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 47
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Zα= 1,60 (pada tabel Z , menunjukkan angka 0,9454)
α = ( 1 – 0,9454 ) x 100% = 5,46% x 2
α = 10,92%
Menghitung ß
P1 = 9/(9+14) = 0,39 P2 = (15)/(15+6) = 0,714 P = (0,39+0,714) / 2 = 0,552
Q1 = (1-0,39) = 0,61 Q2 = (1-0,714) = 0,286 Q = (1-0,552) = 0,448
Zα = 1,96 Zβ = 0,842 n = (44/2) = 22
n1 = n2 =((Zα √2 PQ )+Z β (√ P1Q1+P2Q 2) )2
( P1−P2 )2
22 = ¿¿¿
Zβ = 0,23 (pada tabel Z , menunjukkan angka 0,5910)
ß = ( 1 – 0,5910) x 100%
ß = 40,9%
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 48
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
UNIVARIAT
jenis_kelamin
Frequency PercentValid Percent
Cumulative Percent
Valid laki_laki 17 38,6 38,6 38,6perempuan 27 61,4 61,4 100,0Total 44 100,0 100,0
Hipertensi_TD
Frequency PercentValid Percent
Cumulative Percent
Valid hipertensi 24 54,5 54,5 54,5tidak hipertensi
20 45,5 45,5 100,0
Total 44 100,0 100,0
Merokok
Frequency PercentValid Percent
Cumulative Percent
Valid merokok 16 36,4 36,4 36,4tidak merokok
28 63,6 63,6 100,0
Total 44 100,0 100,0
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 49
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
suka_asin
Frequency PercentValid Percent
Cumulative Percent
Valid suka asin 32 72,7 72,7 72,7tidak suka asin
12 27,3 27,3 100,0
Total 44 100,0 100,0
riwayat_keluarga
Frequency PercentValid Percent
Cumulative Percent
Valid ada riwayat 19 43,2 43,2 43,2tidak ada riwayat
25 56,8 56,8 100,0
Total 44 100,0 100,0
hiperurisemia
Frequency PercentValid Percent
Cumulative Percent
Valid hiperurisemia 21 47,7 47,7 47,7tidak hiperurisemia
23 52,3 52,3 100,0
Total 44 100,0 100,0
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 50
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Status_gizi
Frequency PercentValid Percent
Cumulative Percent
Valid Normoweight
25 56,8 56,8 56,8
underweight 2 4,5 4,5 61,4overweight 16 36,4 36,4 97,7obesitas 1 2,3 2,3 100,0Total 44 100,0 100,0
Statisticsumur_respondenN Valid 44
Missing 0Mean 49,5682Std. Error of Mean 1,06521Median 49,0000Mode 41,00a
Std. Deviation 7,06580Minimum 40,00Maximum 68,00a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 51
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Statisticssistolik_TDN Valid 44
Missing 0Mean 132,27Std. Error of Mean 2,279Median 130,00Mode 140Std. Deviation 15,114Minimum 110Maximum 160
Statisticsdiastolik_TDN Valid 44
Missing 0Mean 82,50Std. Error of Mean 1,200Median 80,00Mode 80Std. Deviation 7,961Minimum 70Maximum 100
StatisticsBerat_badanN Valid 44
Missing 0Mean 60,5227Std. Error of Mean 1,34112Median 60,0000Mode 69,00Std. Deviation 8,89601Minimum 42,00Maximum 77,00
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 52
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
StatisticsTinggi_badanN Valid 44
Missing 0Mean 158,6591Std. Error of Mean ,92872Median 160,0000Mode 160,00Std. Deviation 6,16043Minimum 149,00Maximum 171,00
Statisticskadar asam uratN Valid 44
Missing 0Mean 5,6250Std. Error of Mean ,23337Median 6,0000Mode 3,90Std. Deviation 1,54801Minimum 2,70Maximum 8,10
StatisticsIMTN Valid 44
Missing 0Mean 24,0370Std. Error of Mean ,49248Median 23,7817Mode 26,95Std. Deviation 3,26672Minimum 18,59Maximum 30,22
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 53
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
BIVARIAT
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 54
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
jenis_kelamin * Hipertensi_TD CrosstabulationHipertensi_TD
Totalhipertensitidak hipertensi
jenis_kelamin laki_laki Count 12 5 17% within jenis_kelamin
70,6% 29,4% 100,0%
perempuan Count 12 15 27% within jenis_kelamin
44,4% 55,6% 100,0%
Total Count 24 20 44% within jenis_kelamin
54,5% 45,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,876a 1 ,090Continuity Correctionb 1,918 1 ,166Likelihood Ratio 2,940 1 ,086Fisher's Exact Test ,124 ,082Linear-by-Linear Association
2,810 1 ,094
N of Valid Cases 44a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,73.b. Computed only for a 2x2 table
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 55
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Merokok * Hipertensi_TD CrosstabulationHipertensi_TD
Totalhipertensitidak hipertensi
Merokok
merokok Count 12 4 16% within Merokok
75,0% 25,0% 100,0%
tidak merokok
Count 12 16 28% within Merokok
42,9% 57,1% 100,0%
Total Count 24 20 44% within Merokok
54,5% 45,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,243a 1 ,039Continuity Correctionb 3,045 1 ,081Likelihood Ratio 4,395 1 ,036Fisher's Exact Test ,060 ,039Linear-by-Linear Association
4,146 1 ,042
N of Valid Cases 44a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,27.b. Computed only for a 2x2 table
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 56
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
suka_asin * Hipertensi_TD CrosstabulationHipertensi_TD
Totalhipertensitidak hipertensi
suka_asin suka asin Count 22 10 32% within suka_asin
68,8% 31,3% 100,0%
tidak suka asin
Count 2 10 12% within suka_asin
16,7% 83,3% 100,0%
Total Count 24 20 44% within suka_asin
54,5% 45,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 9,549a 1 ,002Continuity Correctionb 7,563 1 ,006Likelihood Ratio 10,070 1 ,002Fisher's Exact Test ,005 ,003Linear-by-Linear Association
9,332 1 ,002
N of Valid Cases 44a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,45.b. Computed only for a 2x2 table
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 57
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
riwayat_keluarga * Hipertensi_TD CrosstabulationHipertensi_TD
Totalhipertensitidak hipertensi
riwayat_keluarga
ada riwayat Count 10 9 19% within riwayat_keluarga
52,6% 47,4% 100,0%
tidak ada riwayat
Count 14 11 25% within riwayat_keluarga
56,0% 44,0% 100,0%
Total Count 24 20 44% within riwayat_keluarga
54,5% 45,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,049a 1 ,824Continuity Correctionb ,000 1 1,000Likelihood Ratio ,049 1 ,824Fisher's Exact Test 1,000 ,533Linear-by-Linear Association
,048 1 ,826
N of Valid Cases 44a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,64.b. Computed only for a 2x2 table
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 58
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
hiperurisemia * Hipertensi_TD CrosstabulationHipertensi_TD
Totalhipertensitidak hipertensi
hiperurisemia hiperurisemia Count 15 6 21% within hiperurisemia
71,4% 28,6% 100,0%
tidak hiperurisemia
Count 9 14 23% within hiperurisemia
39,1% 60,9% 100,0%
Total Count 24 20 44% within hiperurisemia
54,5% 45,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,619a 1 ,032Continuity Correctionb 3,408 1 ,065Likelihood Ratio 4,716 1 ,030Fisher's Exact Test ,040 ,032Linear-by-Linear Association
4,514 1 ,034
N of Valid Cases 44a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,55.b. Computed only for a 2x2 table
Status_gizi * Hipertensi_TD Crosstabulation
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 59
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hipertensi_TD
Totalhipertensitidak hipertensi
Status_gizi normoweight
Count 14 11 25% within Status_gizi
56,0% 44,0% 100,0%
underweight Count 1 1 2% within Status_gizi
50,0% 50,0% 100,0%
overweight Count 8 8 16% within Status_gizi
50,0% 50,0% 100,0%
obesitas Count 1 0 1% within Status_gizi
100,0% ,0% 100,0%
Total Count 24 20 44% within Status_gizi
54,5% 45,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1,005a 3 ,800Likelihood Ratio 1,383 3 ,710Linear-by-Linear Association
,003 1 ,957
N of Valid Cases 44a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,45.
Descriptives
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 60
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hipertensi_TDStatistic
Std. Error
umur_responden hipertensi Mean 52,0833 1,5649295% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 48,8461Upper Bound 55,3206
5% Trimmed Mean 51,8981Median 52,0000Variance 58,775Std. Deviation 7,66651Minimum 40,00Maximum 68,00Range 28,00Interquartile Range 10,25Skewness ,226 ,472Kurtosis -,550 ,918
tidak hipertensi
Mean 46,5500 1,1013795% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 44,2448Upper Bound 48,8552
5% Trimmed Mean 46,4444Median 46,5000Variance 24,261Std. Deviation 4,92550Minimum 40,00Maximum 55,00Range 15,00Interquartile Range 9,25Skewness ,233 ,512Kurtosis -1,091 ,992
Descriptives
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 61
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hipertensi_TDStatistic
Std. Error
Berat_badan hipertensi Mean 60,5417 2,1315395% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 56,1323Upper Bound 64,9511
5% Trimmed Mean 60,6481Median 61,0000Variance 109,042Std. Deviation 10,44230Minimum 42,00Maximum 77,00Range 35,00Interquartile Range 17,75Skewness -,108 ,472Kurtosis -1,318 ,918
tidak hipertensi
Mean 60,5000 1,5346995% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 57,2879Upper Bound 63,7121
5% Trimmed Mean 60,5556Median 59,5000Variance 47,105Std. Deviation 6,86333Minimum 47,00Maximum 73,00Range 26,00Interquartile Range 10,25Skewness -,029 ,512Kurtosis -,439 ,992
Descriptives
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 62
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hipertensi_TDStatistic
Std. Error
Tinggi_badan
hipertensi Mean 158,5833 1,2950895% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 155,9043Upper Bound 161,2624
5% Trimmed Mean 158,4259Median 160,0000Variance 40,254Std. Deviation 6,34457Minimum 149,00Maximum 171,00Range 22,00Interquartile Range 10,25Skewness ,128 ,472Kurtosis -,639 ,918
tidak hipertensi
Mean 158,7500 1,3628095% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 155,8976Upper Bound 161,6024
5% Trimmed Mean 158,6111Median 160,0000Variance 37,145Std. Deviation 6,09465Minimum 150,00Maximum 170,00Range 20,00Interquartile Range 9,50Skewness ,070 ,512Kurtosis -,693 ,992
Descriptives
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 63
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hipertensi_TDStatistic
Std. Error
kadar asam urat hipertensi Mean 6,0292 ,3080195% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 5,3920Upper Bound 6,6663
5% Trimmed Mean 6,0907Median 6,3500Variance 2,277Std. Deviation 1,50895Minimum 2,90Maximum 8,10Range 5,20Interquartile Range 2,22Skewness -,767 ,472Kurtosis -,474 ,918
tidak hipertensi
Mean 5,1400 ,3326495% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 4,4438Upper Bound 5,8362
5% Trimmed Mean 5,1333Median 4,9500Variance 2,213Std. Deviation 1,48763Minimum 2,70Maximum 7,70Range 5,00Interquartile Range 2,67Skewness ,274 ,512Kurtosis -1,036 ,992
Descriptives
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 64
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hipertensi_TDStatistic
Std. Error
IMT hipertensi Mean 24,0235 ,7412895% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 22,4901Upper Bound 25,5570
5% Trimmed Mean 23,9919Median 23,7817Variance 13,188Std. Deviation 3,63154Minimum 18,59Maximum 30,22Range 11,63Interquartile Range 6,57Skewness -,015 ,472Kurtosis -1,157 ,918
tidak hipertensi
Mean 24,0532 ,6397795% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 22,7142Upper Bound 25,3923
5% Trimmed Mean 24,0661Median 23,9413Variance 8,186Std. Deviation 2,86115Minimum 18,83Maximum 29,05Range 10,22Interquartile Range 5,06Skewness ,108 ,512Kurtosis -,795 ,992
Descriptives
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 65
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hipertensi_TDStatistic
Std. Error
sistolik_TD
hipertensi Mean 143,33 2,05695% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 139,08Upper Bound 147,59
5% Trimmed Mean 143,61Median 140,00Variance 101,449Std. Deviation 10,072Minimum 120Maximum 160Range 40Interquartile Range 10Skewness -,196 ,472Kurtosis ,064 ,918
tidak hipertensi
Mean 119,00 1,64695% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 115,55Upper Bound 122,45
5% Trimmed Mean 118,89Median 120,00Variance 54,211Std. Deviation 7,363Minimum 110Maximum 130Range 20Interquartile Range 14Skewness ,163 ,512Kurtosis -1,094 ,992
Descriptives
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 66
Hubungan antara Hiperurisemia dengan Hipertensi pada Pasien usia diatas atau sama dengan 40 tahun di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat Periode 10-14 Agustus 2013
Hipertensi_TDStatistic
Std. Error
diastolik_TD
hipertensi Mean 87,29 1,41195% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 84,37Upper Bound 90,21
5% Trimmed Mean 86,99Median 90,00Variance 47,781Std. Deviation 6,912Minimum 80Maximum 100Range 20Interquartile Range 10Skewness ,471 ,472Kurtosis -,770 ,918
tidak hipertensi
Mean 76,75 1,04395% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 74,57Upper Bound 78,93
5% Trimmed Mean 76,94Median 80,00Variance 21,776Std. Deviation 4,667Minimum 70Maximum 80Range 10Interquartile Range 10Skewness -,808 ,512Kurtosis -1,419 ,992
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode Kepaniteraan 22 Juli -24 Agutus 2013Page 67