Post on 28-Mar-2019
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN
GIZI LEBIH PADA BAYI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARTASURA, SUKOHARJO
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun oleh :
ANGGAR MAHARSIWI
J410100013
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp (0271) 717417 Surakarta 57102
SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Pembimbing I : Ambarwati, S.Pd, M.Si
NIK : 757
Pembimbing II : Anisa Catur Wijayanti, SKM, M.Epid
NIK : 100 1552
Telah membaca dan mencermati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah, yang merupakan ringkasan
skripsi dari mahasiswa :
Nama : Anggar Maharsiwi
NIM : J 410 100 013
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi : Hubungan antara Pemberian MP-ASI Dini dengan
Kejadian Gizi Lebih pada Bayi Usia 6-24 Bulan di wilayah
kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo
Naskah Artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.Demikian
persetujuan ini dibuat semoga dapat digunakan seperlunya.
Surakarta, Juli 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Ambarwati, S.Pd, M.Si Anisa Catur Wijayanti, SKM, M. Epid
NIK. 757 NIK. 100 1552
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Anggar Maharsiwi
NIM : J 410 100 013
Fakultas/Jurusan : Kesehatan Masyarakat
Jenis : Skripsi
Judul Skripsi : Hubungan antara Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian
Gizi Lebih pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kartasura, Sukoharjo
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah
saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam
bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu
meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak
Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak
cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, Juli 2014
Yang menyatakan
Anggar Maharsiwi
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN
GIZI LEBIH PADA BAYI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARTASURA, SUKOHARJO
Anggar Maharsiwi J410100013
Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp (0271) 717417 Surakarta 57102
Abstrak
Anak usia 0-6 bulan, hanya memerlukan Air Susu Ibu (ASI) saja sebagai makanan
dan minuman utama. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini dapat
menyebabkan gizi lebih pada bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-
24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Metode penelitian
menggunakan survei observasional dengan rancangan case control. Populasi untuk
kasus adalah seluruh Ibu yang mempunyai bayi berusia 6-24 bulan dengan gizi lebih
sebanyak 23 Ibu dan untuk kontrol adalah seluruh Ibu yang mempunyai bayi usia 6-
24 bulan dengan kondisi gizi normal sebanyak 963 Ibu. Teknik pengambilan sampel
untuk kasus menggunakan Exhaustive Sampling sebanyak 23 responden dan 23
responden menggunakan teknik matching by designpada kontrol. Uji statistik
menggunakan uji Chi Square dengan menggunakan software komputer. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian MP-ASI dini
(p=0,017: OR=1,8) dan frekuensi pemberian MP-ASI pertama dengan kejadian gizi
lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo
(p=0,003:OR=0,789). Dan tidak ada hubungan antara jenis MP-ASI pertama dengan
kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
Sukoharjo (p=0,137).
Kata Kunci : Gizi lebih, MP-ASI dini, bayi usia 6-24 bulan
Abstract
Infants aged 0-6 months, just need Mom Milk (ASI) for the first feeding and drinking.
Provision of early complementary feeding can lead over nutrition on nfants. The
purpose of this study was to know the relationship between early MP-ASI with the
incidence of over nutrition in infants aged 6-24 months in PuskesmasKartasura
Sukoharjo. the methods of this study use an observational survey with a case control
design. The population for the case is all if Mothers who have a infant aged 6-24
months with over nutritionas much as 23 Mothers and The control were all of
Mothers who have a infant aged 6-24 months with a normal nutrition as much as 963
Mothers. The sampling technique for the case uses Exhaustive Sampling were 23
respondents and 23 respondents were using matching techniques by design on
control. Statistical tests used chi-square by using computer software. The results
show that there is a relationship between early MP-ASI with over nutrition incidence
in infants aged 6-24 months (p = 0,017: OR = 1,8) and the frequency of early MP-
ASI (p = 0,003: OR = 0,789). Thereis no relationship between the type of early MP-
ASI with over nutrition incidence in infants aged 6-24 months in Puskesmas
Kartasura Sukoharjo (p = 0.137).
Keywords: Over nutrition, early MP-ASI, infants aged 6-24 months
PENDAHULUAN
Anak usia 0-6 bulan, hanya memerlukan Air Susu Ibu (ASI) saja sebagai
makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010). ASI mudah dicerna dan langsung
terserap oleh bayi.Kekurangan gizi, alergik, kolik, konstipasi (sembelit), dan obesitas
(kegemukan) lebih kecil kemungkinannya terjadi pada bayi yang mengkonsumsi ASI
(Hayati,2009). Mulai usia 6 bulan, dapat diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Kemenkes,
2010). Adapun usia 6-11 bulan merupakan periode emas sekaligus kritis dalam proses
tumbuh kembang bayi, baik fisik maupun kecerdasannya (Hayati,2009).
Data di Indonesia tahun 2013 menunjukkan untuk bayiusia 0-23 bulan
sejumlah 30.801 diberi ASI dan MP-ASI. Di Indonesia tahun 2013, persentase berat
badan lahir anak usia 0-59 bulan menurut karakteristik, untuk kelompok usia 24–35
bulan dengan berat badan ≥4000 gr sebesar 5,1%, usia 36–47 bulan sebesar 4,7%,
sedangkan untuk usia 48–59 bulan diketahui sebesar 4,5%. Pada tahun 2013
prevalensi gemuk secara nasional di Indonesia sebanyak 11,9%, yang menunjukkan
terjadi penurunan dari 14,0% pada tahun 2010. Terdapat 12 provinsi yang memiliki
masalah anak gemuk di atas angka nasional dengan urutan prevalensi tertinggi
sampai terendah, yaitu: (1) Lampung; (2) Sumatera Selatan; (3) Bengkulu; (4)
Papua; (5) Riau; (6) Bangka Belitung; (7) Jambi; (8) Sumatera Utara; (9) Kalimantan
Timur; (10) Bali; (11) Kalimantan Barat; dan (12) Jawa Tengah (Kemenkes R.I,
2013).
Berdasarkan Riskesdas 2007, 2010 dan 2013 terlihat adanya kecenderungan
bertambahnya prevalensi anak balita pendek-kurus, bertambahnya anak balita
pendek-normal (2,1%) dan normal-gemuk (0,3%) dari tahun 2010. Sebaliknya, ada
kecenderungan penurunan prevalensi pendek-gemuk (0,8%), normal-kurus (1,5%)
dan normal-normal (0,5%) dari tahun 2010 (Kemenkes R.I, 2013).
Anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin sebaiknya diberikan makanan
pendamping ASI baik makanan lokal maupun pabrikan. Data jumlah anak usia 6-
23 bulan dari keluarga miskin yang tersebar di 26 kabupaten/kota sebanyak 146.232
anak, yang mendapatkan MP-ASI sebanyak 66.148 (45,23%). Kabupaten yang
cakupannya sudah mencapai 100% diantaranya Kabupaten Banyumas,
Banjarnegara, Purworejo, Boyolali, Klaten, Sragen, Blora, Rembang, Temanggung,
Kota Magelang dan Pekalongan. Cakupan terendahberada di Kabupaten Sukoharjo
1,97% (Dinkes Prov. Jateng, 2012).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)
Sukoharjo Bulan Desember tahun 2013 diketahui prevalensi status gizi balita menurut
indeks Berat Badan per Umur (BB/U) bulan Desember tahun 2013 untuk Berat Badan
(BB) lebih dengan jumlah paling banyak yakni sebanyak 136 balita dengan
persentase 1,91% di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Sedangkan dari hasil dari
Puskesmas Kartasura Bulan Maret tahun 2014 menunjukkan, jumlah bayi usia 6-24
Bulan dengan kondisi gizi lebih sebanyak 23 bayi. Adapun dari hasil studi
pendahuluan dengan metode wawancara kepada 3 Ibu yang memiliki bayi berusia 6-
24 bulan dengan status gizi lebih di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, diketahui
bahwa semua bayi diberikan MP-ASI sebelum usia 6 bulan.
Gabungan pemberian makanan antara ASI dan makanan lainnya sebelum bayi
usia 6 bulan dapat menyebabkan penyakit seperti diare, pneumonia, malnutrisi serta
meningkatkan risiko kematian (Kemenkes, 2010). Di negara maju seperti Eropa dan
Amerika sebelum tahun 1970, makanan padatdiberikan pada bayi beberapa bulan
pertama setelah dilahirkan. Namun, setelah itu diketahui MP-ASI dapat menimbulkan
risiko sebagai berikut : (1) tingginya solute load hingga dapat menimbulkan
hiperosmolaritas; (2) peningkatan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke
obesitas; (3) alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan, (4)
mendapat zat tambahan; (5) mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan
terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang tidak diijinkan; dan (6) ada
kemungkinan pencemaran dalam penyediaan atau penyimpanan makanan (Hayati,
2009).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti inginmelakukan penelitiantentang
hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia
6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi
lebih pada bayi usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan, dan
pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
b. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia bayi, jenis kelamin bayi,
dan berat badan bayi sekarang di wilayah kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo.
c. Menggambarkan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan yang telah
mendapatkan MP-ASI dini di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
d. Mengetahui hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi
lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo.
e. Menganalisis hubungan jenis MP-ASI pertama dengan kejadian gizi lebih
pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
f. Menganalisis hubungan frekuensi pemberian MP-ASI pertama dengan
kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura, Sukoharjo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian survei observasioanal dengan
rancangan Case Control.Penelitian ini menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari
dengan menggunakan pendekatan retrospective atau efek diidentifikasi pada saat ini,
selanjutnya faktor risiko diidentifikasi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2010).Penelitian
ini akandilakukan pada Bulan Juli 2014. Sedangkan tempat penelitian dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.Sampel pada penelitian ini
sebesar 46Ibu yang terdiri dari 23 kasus dan 23 kontrol.Teknik pengambilan sampel
pada kelompok kasus dalam penelitian ini menggunakan Exhaustive Sampling(Murti,
2010).Sedangkan teknik pengambilan sampel pada kelompok kontrol adalah
matching by design untuk kelompok umur, jenis kelamin, mempunyai KMS, dan
tempat tinggal.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis
univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan
menggunakan uji statistik Chi Squaretingkat signifikan . Jika p value ≤0,05
maka Ho diterima dan jika p value>0,05 maka Ho ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
a. Karakteristik Responden
Responden Ibu paling banyak pada kelompok usia muda yaitu umur
20-35 tahun yakni sebesar 35 responden (74,5%), sedangkan kelompok
usia muda yaitu umur umur >35 tahun sebesar 11 responden (23,4%). Ibu
dengan umur tertua yaitu 43 tahun dan termuda 22 tahun, rata-rata usia
Ibu yaitu 31,5 tahun.Responden yang paling banyak ialah yang
mempunyai tingkat pendidikan SMA yakni sebesar 31 responden
(67,4%), sedangkan untuk pendidikan terakhir yang paling sedikit ialah
tingkat SMP yakni sebesar 1 responden (2,2%). Sedangkan jumlah
responden yang tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)
sebesar 30 orang (65,2%) lebih banyak daripada wiraswasta yaitu 15
orang (32,6%).
Bayi yang paling banyak adalah umur 11-15 bulan dan 16-20
bulan yakni sebesar 10 bayi (21,3%). Bayi dengan umur tertua yakni
berumur 24 bulan dan termuda 6 bulan, serta rata-rata usia bayi yakni 7,3
bulan.Mayoritas bayi berjenis kelamin perempuan yakni sebesar 24 bayi
(52,2%).
b. Pemberian MP-ASI dini
Tabel 1. Hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian
gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura, Sukoharjo.
Kontrol Jumlah OR 95% CI p value
Kasus MP-
ASI
dini
Tidak
MP-ASI
dini
MP-ASI
dini
8 10 18 5 (1,096-
22,82)
0,0433
1
Tidak
MP-ASI
dini
2 3 5
Jumlah 10 13 23
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa bayi dengan gizi lebih dan
gizi normal yang sama-sama mendapatkan MP-ASI dini sebesar 8 bayi
(34,78%). Sedangkan bayi yang gizi lebih dan normal yang sama-sama
tidak mendapatkan MP-ASI dini sebanyak 3 bayi (13,04%).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bayi usia
6-24 bulan yang mengalami status gizi lebih, lebih banyak yang diberikan
MP-ASI dini, sedangkan untuk kelompok kontrol atau yang mengalami
status gizi normal lebih banyak yang tidak diberikan MP-ASI dini.
Berdasarkan hasil analisis dengan Chi Square didapatkan nilai
p=0,04331≤α=0,05, dengan demikian ada hubungan antara pemberian
MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo. Berdasarkan hasil analisis
bivariat diatas diketahui nilai OR=5. Untuk 95% CI diketahui untuk batas
bawah sebesar 1,096 dan batas atas sebesar 22,82.
c. Jenis MP-ASI pertama
Tabel 2. Hubungan antara jenis MP-ASI pertama dengan kejadian
gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesma
Kartasura, Sukoharjo.
Kasus Jumlah OR 95% CI p value
Kontrol MP-
ASI
instan
MP-ASI
dapur
Ibu
MP-ASI
instan
6 7 13 7 (0,8614-
56,89)
0,0771
0
MP-ASI
dapur Ibu
1 9 10
Jumlah 7 16 23
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa bayi dengan gizi lebih dan
gizi normal yang sama-sama diberikan MP-ASI instan sebesar 6 bayi
(26,08%). Sedangkan bayi yang gizi lebih dan normal yang sama-sama
diberikan MP-ASI dapur Ibu sebanyak 9 bayi (39,13%).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bayi usia
6-24 bulan yang mengalami status gizi lebih, lebih banyak yang diberikan
jenis MP-ASI pertama berupa makanan instan, sedangkan untuk
kelompok kontrol lebih banyak yang diberi MP-ASI pertama berupa dapur
Ibu. Berdasarkan hasil analisis dengan Chi Square didapatkan nilai
p=0,07710> α=0,05, dengan demikian tidak ada hubungan antara jenis
MP-ASI pertama dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
d. Gambaran frekuensi pemberian MP-ASI pertama
Tabel 3. Hubungan antara frekuensipemberian MP-ASI pertama
dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja
Puskesma Kartasura, Sukoharjo.
Kasus Jumlah OR 95% CI p value
Kontrol >3 kali
sehari
≤3 kali
sehari
>3 kali
sehari
8 11 19 23 (1,356-
390,2)
0,0038
93
≤3 kali
sehari
0 4 4
Jumlah 8 16 23
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa bayi dengan gizi lebih dan
gizi normal yang sama-sama mendapat MP-ASI >3 kali sehari sebesar 8
bayi (34,78%). Sedangkan bayi yang gizi lebih dan normal yang sama-
sama mendapat MP-ASI ≤3 kali sehari sebanyak 4 bayi (17,39%).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bayi usia
6-24 bulan yang mengalami status gizi lebih, lebih banyak yang
frekuesnsi pemberian MP-ASI pertama sebanyak >3 kali sehari,
sedangkan untuk kelompok kontrol lebih banyak yang frekuensi
pemberian MP-ASI pertama ≤3 kali sehari. Berdasarkan hasil analisis
dengan Chi Square didapatkan nilai p=0,003893≤α=0,05, dengan
demikian ada hubungan antara frekuensi pemberian MP-ASI pertama
dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kartasura, Sukoharjo. Berdasarkan hasil analisis bivariat
diatas diketahui nilai OR=23. Untuk 95% CI diketahui untuk batas bawah
sebesar 1,356 dan batas atas sebesar 390,2.
2. PEMBAHASAN
a. Pemberian MP-ASI dini pada kelompok kasus
Hasil penelitian mengenai pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24
bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo menunjukkan
bahwa sebagian Ibu sudah memberikan MP-ASI dini, yaitu bayi berusia
sebelum usia 6 bulan. Mayoritas responden yaitu sebanyak 18Ibu (78,3%)
memberikan MP-ASI secara dini. Alasan Ibu memberikan MP-ASI dini
pada bayi ialah karena ASI tidak keluar dan bayi menangis, dengan
jumlah responden sebanyak 7 (15,2%). Mayoritas usia dalam pemberian
MP-ASI dini adalah pada saat bayi berusia 3 bulan yakni sebanyak
6responden (26,1%). Adapun bentuk MP-ASI pertama yang diberikan Ibu
pada bayi ialah berupa makanan lembek atau lunak sebanyak 22
responden (95,7%), sedangkan jenis MP-ASI pertama yang diberikan pada
bayi mayoritas ialah berupa MP-ASI instan sebanyak 13 responden
(56,5%).
Frekuensi pemberian MP-ASI pertama pada bayi diketahui bahwa
yang sering dilakukan ialah sebanyak >3 kali sehari dengan jumlah
responden 12 (52,2%). Hal diatas bertentangan dengan teori atau
ketentuan yang telah dianjurkan, dimana dinyatakan bahwa pemberian
MP-ASI pertama seharusnya mulai umur di atas 6 bulan atau 6-9 bulan
yakni sebanyak 2-3 kali per hari (Damayanti dan Lies, 2012). Tujuan Ibu
memberikan MP-ASI kebanyakan ialah sebagai makanan pengganti ASI
yakni dengan jumlah responden sebanyak 17 (73,9%.) MP-ASI adalah
makanan atau minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi dan
atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.MP-ASI ini diberikan
bersamaan dengan ASI sejak bayi berusia 6 bulan hingga 24 bulan
(Rikasani, 2012).
Salah satu bentuk MP-ASI salah satunya ialah susu formula
(Damayanti dan Lies, 2012), berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
bayi dengan status gizi lebih yang diberikan susu formula sebelum usia 6
bulan yakni sebanyak 17 bayi (73,9%). Frekuensi pemberian susu formula
pada bayi yang paling sering diberikan Ibu ke bayi ialah sebanyak 4-5 kali
dengan jumlah responden 12 (52,2%). Adapun usia penyapihan diketahui
bahwa yang sudah disapih pada usia <2 tahun sebanyak 8 responden
(34,8%). Dalam teori disebutkan bahwa Ibu dalam melakukan penyapihan
pada bayi tidak boleh tergesa-gesa, karena pada bayi usia 6-9 bulan, ASI
masih memenuhi 80% kebutuhan gizi bayi. Sedangkan di usia 9-12 bulan
memenuhi 60% kebutuhan bayi. ASI bahkan tetap diberikan sampai anak
berusia 2 tahun (Damayanti dan Lies, 2012).
b. Pemberian MP-ASI dini pada kelompok kontrol
Hasil penelitian mengenai pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24
bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo menunjukkan
bahwa Ibu tidak memberikan MP-ASI dini. Mayoritas responden yaitu
sebanyak 14 bayi (60,9%) tidak diberikan MP-ASI dini. Adapun bentuk
MP-ASI pertama yang diberikan Ibu pada bayi ialah berupa makanan
lembek atau lunak pada seluruh kelompok kontrol yakni sebanyak 23
responden (100%), sedangkan jenis MP-ASI pertama yang diberikan pada
bayi mayoritas ialah berupa MP-ASI dapur Ibu atau buatan sendiri
sebanyak 16 responden (69,6%). Hal ini sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa pemberian makanan pada bayi disesuaikan dengan
perkembangan organ pencernaan dan pertambahan usia bayi (El-Jauza,
2008). Selain itu, MP-ASI hendaknya bersifat padat gizi, mengandung
serat, dan minim mengandung bahan yang sulit dicerna (Nurlinda, 2013).
Frekuensi pemberian MP-ASI pertama pada bayi diketahui bahwa
yang sering diberikan Ibu ialah sebanyak >3 kali sehari dengan jumlah
responden 12 (52,2%). Tujuan Ibu memberikan MP-ASI kebanyakan ialah
sebagai makanan yang diberikan pada bayi selain ASI yakni dengan
jumlah responden sebanyak 12 (52,2%).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bayi dengan status
gizi lebih yang diberikan susu formula setelah usia 6 bulan yakni
sebanyak 14 bayi (60,9%). Frekuensi pemberian susu formula pada bayi
yang paling sering diberikan Ibu ke bayi ialah sebanyak 3-4 kali dengan
jumlah responden 15 (65,2%). Adapun usia penyapihan diketahui bahwa
yang sudah disapih pada usia <2 tahun sebanyak 2 responden (8,7%).
c. Kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan pada kelompok kasus
Jumlah responden yang mengalami kejadian gizi lebih pada bayi
usia 6-24 bulan sebanyak 23 bayi (50,0%). Selain itu diketahui juga
bahwa mayoritas usia bayi yang memiliki berat badan berlebih menurut
umur yakni pada usia 4 dan 6 bulan sebanyak 4 responden (17,4%).
d. Kejadian gizi normal pada bayi usia 6-24 bulan pada kelompok
kontrol
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa bayi
yang memiliki status gizi normal atau sebagai kelompok kontrol sebanyak
23 responden (50,0%) dari teknik Matching by design.
e. Hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih
pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo
Berdasarkan hasil analisis dengan Chi Square didapatkan nilai
p=0,07710>α=0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara
pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24
bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula nilai OR=5 dengan rumus
McNemar artinya bayi usia 6-24 bulan yang diberikan MP-ASI instan
mempunyai peluang 5 kali berisiko untuk mengalami kejadian gizi lebih
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi MP-ASI dapur Ibu. Interval
kepercayaan 1,096 sampai 22,82 (95% CI 1,096-22,82) tidak melewati
nilai 1, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa memang terdapat asosiasi
antara pemberian MP-ASI instan dengan kejadian gizi lebih pada bayi
usia 6-24 bulan. Disamping itu nilai OR semakin besar dari 1 dan nilai
batas bawah interval kepercayaan diatas nilai 1, maka kuat dugaan bahwa
pemberian MP-ASI pertama berupa MP-ASI instan merupakan faktor
risiko terhadap kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
f. Hubungan antara jenis MP-ASI pertama dengan kejadian gizi lebih
pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo
Berdasarkan hasil analisis dengan Chi Square didapatkan nilai
p=0,07710>α=0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis
MP-ASI pertama dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
g. Hubungan antara frekuensi MP-ASI pertama dengan kejadian gizi
lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura, Sukoharjo
Berdasarkan hasil analisis dengan Chi Square didapatkan nilai
p=0,003893≤α=0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara frekuensi
MP-ASI pertama dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Nurastrini dan Apoina (2014) yang menyimpulkan
bahwa bayi yang pemberian MP-ASInya tidak sesuai frekuensinya
merupakan faktor risiko terjadi gizi lebih pada bayi usia 6-12 bulan.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula nilai OR=23 dengan
rumus McNemar artinya bayi usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI >3
kali sehari mempunyai peluang 23 kali atau tidak berisiko untuk
mengalami kejadian gizi lebih dibandingkan dengan bayi yang mendapat
MP-ASI ≤3 kali sehari. Interval kepercayaan 1,356 sampai 390,2 (95% CI
1,356-390,2) tidak melewati nilai 1, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa memang terdapat asosiasi antara frekuensi pemberian MP-ASI
yang tidak sesuai aturan dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24
bulan. Disamping itu nilai OR semakin besar dari nilai 1 dan nilai batas
bawah interval kepercayaan diatas nilai 1, maka kuat dugaan bahwa
frekuensi pemberian MP-ASI pertama yang tidak sesuai aturan yakni >3
kali sehari merupakan faktor risiko terhadap kejadian gizi lebih pada bayi
usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Responden Ibu paling banyak pada kelompok usia muda yaitu umur 20-35
tahun yakni sebesar 35 responden (74,5%). Ibu dengan umur tertua yaitu 43
tahun dan termuda 22 tahun, rata-rata usia Ibu yaitu 31,5 tahun dengan
tingkat pendidikan paling banyak SMA sebesar 31 responden (67,4%) serta
mayoritas tidak bekerja atau sebagai Ibu rumah tangga sebesar 30 (65,2%).
2. Bayi yang paling banyak adalah umur 11-15 bulan dan 16-20 bulan yakni
sebesar 10 bayi (21,3%). Bayi dengan umur tertua yakni berumur 24 bulan
dan termuda 6 bulan, serta rata-rata usia bayi yakni 7,3 bulan dengan jenis
kelamin paling banyak yaitu perempuan sebesar 24 bayi (52,2%) serta
mayoritas BB/U sekarang yaitu 10kg, 14kg, dan 14,10kg sebesar 3 bayi
(6,5%).
3. Kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura, Sukoharjo sebanyak 23 responden (50,0%).
4. Ada hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih pada
bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
5. Tidak ada hubungan antara jenis MP-ASI pertama dengan kejadian gizi lebih
pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
6. Ada hubungan antara frekuensi pemberian MP-ASI pertama dengan kejadian
gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo.
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan khususnya pegawai Puskesmas dan
Dinkes dapat memberikan penyuluhan tentang pemberian MP-ASI yang tepat
serta faktor lain seperti jenis MP-ASI pertama dan frekuensi pemberian MP-
ASI pertama yang mempengaruhi kejadian gizi lebih. Sehingga dapat
melakukan pencegahan kejadian gizi lebih pada balita.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat khususnya para ibu yang mempunyai bayi dan
ibu hamil dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif pada
bayinya serta memperhatikan status gizi bayi.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain dapat melanjutkan penelitian tentang MP-ASIdan kejadian
gizi lebihdengan meneliti faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor
pendorong yang belum diteliti seperti bentuk MP-ASI pertama, frekuensi
pemberian susu formula, keturunan, dan waktu penyapihan.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, dkk. 2012. 365 Hari MP-ASI. Jakarta : Kompas.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Spesifikasi dan Pedoman
Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Instan untuk Bayi
Umur 6-11 Bulan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
El-Jauza, S.S. 2008.Tips Cerdas Merawat Bayi.Yogyakarta : Luna Publiser.
Hayati, Aslis Wirda. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta : EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penuntun Hidup Sehat. Jakarta :
Bakti Husada.
Kemenkes Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Bakti
Husada.
Murti, B. 2010.Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Notoadmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurlinda, A. 2013.Gizi dalam Siklus Daur Kehidupan Seri Baduta (untuk anak 1-2
tahun).Yogyakarta : Andi.
Riksani, R. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta : Dunia Sehat.