Post on 06-Dec-2015
description
1. Teori geosinklin
Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi
selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan
ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap
berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama
proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang
terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya
cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal
akibat gaya isostasi.
Gambar 1 Teori Geosinklin
2. Teori Apungan Benua (Continental Drift)
Pada tahun 1912 Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman melontarkan konsep
Apungan Benua (Continental Drift), hipotesa utamanya adalah adanya satu “super continent” yang
dinamakan Pangea (semua daratan), yang dikelilingi Panthalassa (semua lautan). Pangea ini mulai
berpisah menjadi dua kontinen yang relatif lebih kecil, yaitu Laurasia (belahan bumi utara) dan
Gondwana (belahan bumi selatan), pada periode Yura, hingga pada akhir Kapur, dua kontinen ini
memisahkan diri kembali menjadi daratan-daratan yang terlihat seperti kontinen pada saat sekarang.
Di sebuah buku yang berjudul “The Origin of the Continent and Ocean” (1912), Wegener
memberikan bukti-bukti untuk membenarkan teori apungan benua tersebut, beberapa diantaranya
ditemukannya bentuk fosil tumbuhan dan hewan yang memiliki umur yang sama ditemukan di sekitar
pantai kontinen yang berbeda, menandakan bahwa kontinen tersebut pernah bersatu. Misalnya, fosil
buaya air tawar ditemukan di Brazil dan Afrika selatan juga fosil reptil air Lystrosaurus juga
ditemukan pada batuan berumur sama dari berbagai lokasi di Amerika Selatan, Afrika, dan Antartika.
Gambar 2 Rekonstruksi Paparan Garis Continent
3. Teori Tektonik Lempeng
Teori ini lahir pada pertengahan tahun enampuluhan. Teori ini terutama didukung oleh adanya
Pemekaran Tengah Samudera (Sea Floor Spreading) dan bermula di Pematang Tengah Samudera (Mid
Oceanic Ridge : MOR) yang diajukan oleh Hess (1962). Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan
terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak
relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga
sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah
berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya
gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra. Lempeng tektonik
terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan
batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan
teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding
kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih
berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik). Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan
cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-
batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa
lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
Lempeng Afrika, meliputi Afrika – Lempeng benua
Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika – Lempeng benua
Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta
tahun yang lalu) - Lempeng benua
Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa – Lempeng benua
Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut – Lempeng benua
Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan – Lempeng benua
Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik – Lempeng samuderaLempeng-lempeng penting lain
yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de
Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.
Karena tiap lempeng bergerak sebagai unit tersendiri dipermukaan bumi yang bulat, maka interaksi
antar lempeng terjadi pada batas – batas lempeng. Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara
lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu batas
divergen, konvergen, dan transform.
Gambar 3 Tiga Tipe Batas Lempeng
Daftar Pustaka
Diktat Materi Kuliah Tektonofisik, Program Studi Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
Slide Kuliah Tektonika, 2006
USGS, 2001, This Dynamic Earth: The Story of Plate Tectonics, online edition.