Post on 28-Jul-2018
GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Kebidanan STIKes U`budiyah
Banda Aceh
Oleh
FITRI WAHYUNA NIM: 10010130
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U`BUDIYAH BANDA ACEH DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, September 2013
Pembimbing
(ZAINAL ABIDIN, M. Kes)
MENGETAHUI: KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH
(NUZULUL RAHMI, S.ST)
PENGESAHAN PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, September 2013 Tanda Tangan
Pembimbing : ZAINAL ABIDIN, M. Kes (_________________) Penguji I : AGUSSALIM, SKM. M. Kes (_________________) Penguji II : CUT ROSMAWAR, SST (_________________)
MENYETUJUI KETUA STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH
(MARNIATI, M. Kes)
MENGETAHUI KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
(NUZULUL RAHMI, SST)
ABSTRAK
GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013
Fitri Wahyuna 1, Zainal Abidin 2
vi + 40 halaman : 6 tabel + 1 gambar + 9 lampiran
Latar Belakang: Berdasarkan observasi pada ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya dengan menjumpai sebanyak 15 orang ibu menyusui untuk diwawancarai tentang pengetahuan pola makan ibu menyusui, yang merupakan asupan kebutuhan gizi ibu menyusui, peneliti mendapatkan informasi bahwa sebanyak 24 responden mengatakan bahwa pola makan masih belum teratur dan asupan gizi mengikuti pola makan biasa dengan mengkonsumsi makanan yang seadanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan pola makan ibu menyusui secara baik menurut kesehatan masih kurang. Hal ini disebabkan ibu menyusui dijumpai masih terlalu banyak pantangan makanan yang disebabkan oleh pengaruh faktor sosial budaya masyarakat setempat yang sangat ketat dalam hal pantangan makanan ketika sedang menyusui Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu menyusui ditinjau berdasarkan pengetahuan, sosial budaya dan status gizi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan crossectional, yaitu untuk mengetahui gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 orang, dan yang menjadi sampel adalah total sampling. Cara pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner. Hasil Penelitian : Hasil penelitian pada tanggal 24 sampai 27 Agustus 2013 menunjukkan bahwa mayoritas pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak 31 responden (56,4%), berdasarkan pengetahuan berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 36 responden (65,5%). Berdasarkan sosial budaya mayoritas pada kategori negative, yaitu sebanyak 34 responden (61,8%), berdasarkan status gizi mayoritas pada kategori gizi kurang, yaitu sebanyak 28 responden (50,9%). Kesimpulan: Dari 55 responden diperoleh hasil bahwa pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang. Diharapkan kepada ibu menyusui untuk dapat memenuhi pola makannya, sehingga nutrisinya terpenuhi, dan turut mempertimbangkan unsur budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa ibu menyusui harus banyak pantangan, terutama makanan-makanan yang mempengaruhi kualitas ASInya dan pada akhirnya turut memberikan pengaruh kepada fisik bayinya. Kata kunci : pengetahuan, budaya dan gizi ibu. Sumber buku : 14 buku (2000 – 2010) + 10 situs internet (2012-2013)
1. Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah 2. Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ”GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA
MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATA N
JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini peneliti banyak menerima
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
peneliti menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan STIKes U`Budiyah Indonesia.
2. Ibu Marniati, M. Kes selaku ketua STIKes U`budiyah Banda Aceh.
3. Nuzulul Rahmi, S.ST selaku ketua prodi Diploma III kebidanan STIKes
U`budiyah Banda Aceh.
4. Bapak H. Muslem, S. Sos selaku Ketua Pengelola Kampus STIKes U`budiyah
Sigli.
5. Bapak Zainal Abidin. M. Kes selaku pembimbing yang telah begitu banyak
memberikan masukan yang sangat berarti bagi karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh staf Pengajar Akademi Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh yang
mendidik dan mengajari peneliti menjadi orang yang berguna bagi Agama dan
Bangsa.
7. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tersayang yang telah banyak
menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini
dapat diselesaikan.
Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka peneliti menerima saran
dan kritikan yang bersifat membangun sehingga karya tulis ilmiah yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Amien Ya Rabbal `Alamin
Sigli, Agustus 2013
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i LEMBARAN PERSETUJUAN ................................................................. ii LEMBARAN PERNYATAAN .................................................................. iii KATA PENGANTAR ................................................................................. iv DAFTAR ISI ................................................................................................ vi DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sosial Budaya ........................................................................ 9 B. Pengetahuan .......................................................................... 10 C. Konsep Ibu Menyusui ........................................................... 12 D. Kebutuhan Gizi ..................................................................... 12 E. Pola Makan Ibu Menyusui .................................................... 14 F. Kerangka Teoritis .................................................................. 29
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep .................................................................. 30 B. Definisi Operasional ............................................................. 30
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 33 C. Populasi dan Sampel ............................................................ 33 D. Cara Pengumpulan Data ....................................................... 34 E. Pengolahan dan Analisa Data ............................................... 34
DAFTAR PUSTAKA KUESIONER
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 31 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pola Makan Ibu Menyusui di Kemukiman
Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ................................................................................ 33
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui di Kemukiman
Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ................................................................................. 33
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di
Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 .............................................................. 34
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di
Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ............................................................... 34
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui
dengan Pengetahuan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013................................ 35
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui
dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013................................ 35
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui
dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013.............................. 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis ..................................................................... 30 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembaran Kuesioner Lampiran 2 Lembaran Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari D-III Kebidanan STIKes U`budiyah Banda
Aceh Lampiran 6 Surat Izin Selesai Penelitian Lampiran 7 Lembaran Jadwal Kegiatan Lampiran 8 Lembaran Konsultasi Lampiran 9 Biodata Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat
mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera (Burhan, 2012).
Kesehatan merupakan hasil interaksi dari berbagai macam faktor, baik
faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri
manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal
terbagi dari berbagai faktor, antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan
fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Secara garis besar faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok maupun
masyarakat, dikelompokkan menjadi empat, yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan hereditas (keturunan) (Notoatmodjo, 2007).
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis (Undang-Undang Nomor 36 Pasal (1) Tahun 2009).
Pola makan (diet) ibu menyusui biasanya membutuhkan diet kalori tinggi,
bergizi tinggi dan seimbang, yang harus sudah mulai disiapkan ibu sejak masa
sebelum dan selama kehamilannya. Ibu menyusui perlu makan lebih banyak
dibandingkan pada saat hamil. Dalam sehari, umumnya ibu menyusui akan
memproduksi 800 ml ASI dan membakar 1000 kalori. Untuk menjamin produksi
ASI, ibu memerlukan makanan tinggi kalori dengan tambahan 500 – 800 kalori
perharinya. Pada kondisi dimana seorang ibu memiliki bayi kembar, maka
tambahan kalori tambahan kalori yang diperlukan akan jauh lebih banyak lagi
(Informasitips.com, 2012).
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bayi. Oleh sebab itu, untuk
menjamin kecukupan ASI bagi bayi, makanan ibu yang sedang menyusui harus
diperhatikan. Sekresi ASI rata-rata 800 – 850 mililiter perhari dan mengandung
kalori 60 – 65 kalori, 1,0 – 1,2 gram, dan lemak 2,5 – 3,5 gram setiap 100
mililiter. Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu, dan harus digantikannya dengan
suplai makanan ibu sehari-hari. Untuk itu maka ibu yang sedang menyusui
memerlukan tambahan 800 kalori sehari dan tambahan protein 25 gram sehari, di
atas kebutuhan bila ibu tidak menyusui (Notoatmodjo, 2003).
Dalam batas-batas tertentu kebutuhan bayi akan zat-zat gizi ini diambil
dari tubuh ibunya, tanpa menghiraukan apakah ibunya mempunyai persediaan
cukup atau tidak. Apabila konsumsi makanan ibu tidak mencukupi, zat-zat di
dalam ASI akan terpengaruh (Notoatmodjo, 2003).
Makanan ibu menyusui tentunya sudah menjadi salah satu perhatian
khusus bagi seorang ibu pasca kelahiran. Seorang ibu bisanya memiliki
peningkatan nafsu makan berlebihan setelah melahirkan, bahkan lebih dari nafsu
makan seorang ibu hamil. Biasanya bila sehari seorang ibu menyusui bayi selama
6 kali, maka sebanyak itu pula seorang ibu akan merasa mudah lapar. Oleh karena
itu pola makan serta kebutuhan gizi seorang ibu menyusui harus di atur sebijak
mungkin. Pada masa 0 sampai 6 bulan menyusui, seorang ibu dengan berat badan
sekitar 54 kg dan tinggi 156 cm serta memiliki kegiatan yang sedang akan
memerlukan energi sebanyak 2.350 kalori dan 64 gram zat protein, kemudian
ketika masa menyusui memasuki 7 hingga 12 bulan kebutuhan tersebut akan
berkurang menjadi 2.750 kalori dan kebutuhan akan protein menjadi 60 gram.
Selain kebutuhan akan kalori serta protein, zat-zat lain juga sangat dibutuhkan
bagi seorang ibu yang masih menyusui, zat-zat seperti vitamin A, B, B-12,
kalsium, zat besi dan kebutuhan gizi lainnya hendaknya dipenuhi dalam makanan
ibu menyusui (Syakur, 2012).
Menu makanan untuk ibu menyusui merupakan salah satu faktor yang
sebaiknya diperhatikan terutama untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas ASI.
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh ibu yang sedang menyusui adalah mencari
bahan pangan yang dapat membantu kualitas dan kuantitas ASI (Muaris, 2004).
Selain pola makan yang seimbang ibu menyusui juga harus cermat dalam
memilih bahan makanan yang dapat memperlancar produksi ASI. Ibu menyusui
sebaiknya memperbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Sayuran
tertentu seperti daun katuk dapat memperlancar produksi ASI karena mengandung
lactagogum. Daun katuk juga kaya betakarotein (provitamin A), vitamin C, zat
besi, fosfor dan kalsium yang penting bagi ibu menyusui. Penguasaan tentang
menu-menu sehat tentu akan sangat berguna bagi ibu menyusui (Demedia, 2007).
ASI diproduksi dengan cukup untuk pertumbuhan bayi, ibu harus
makanan lebih banyak daripada yang dimakan secara rutin. Hal ini penting untuk
menjaga kesehatan ibu juga (Gupte, 2007).
Untuk ibu-ibu yang menyusui bayinya, makanan yang dianjurkan atau di
larang selama masa pemulihan juga berkaitan dengan bayinya. Makanan dingin
atau beberapa jenis buah dan sayuran) di larang untuk dikonsumsi karena
dipercaya dapat menyebabkan rasa mual, perut kejang hingga kolik pada bayi.
Sedangkan jamu (obat-obatan herbal tradisional) yang disarankan untuk wanita
yang baru melahirkan juga dapat terlalu “panas” untuk bayi (Syah, 2012).
Untuk dapat hidup sehat, manusia perlu makan, tetapi tidak setiap jenis
makanan yang tersedia tidak dengan sendirinya dipilih atau diperoleh untuk di
makan, terutama untuk pola makan ibu hamil dan menyusui. Pemenuhan
naturiahnya seperti rasa lapar, tetapi juga didalamnya dilekati oleh pengetahuan
sosial budaya. Lewat pengetahuan sosial itu, masyarakat mengkategorikan
makanan ke dalam dua istilah, yaitu nutrient dan makanan (Syah, 2012).
Berdasarkan data dari WHO tahun 2009 dikemukakan bahwa kebanyakan
kasus di belahan dunia barat, khususnya Amerika Serikat, dari 1.000 ibu yang
menyusui bayi usia 0 – 10 bulan pertama, 783 orang diantaranya sangat menjaga
asupan nutrisi dari makanan yang dikonsumsinya. Hal ini menunjukkan bahwa
kesadaran mereka terhadap pola makan yang benar dapat memberikan dampak
yang besar bagi bayinya (WHO, 2009).
Sementera itu Depkes RI tahun 2010 merilis data terbarunya bahwa ibu
menyusui bayi usia 0 – 10 bulan pertama di Indonesia kurang menjaga pola
makan, sebanyak 818 orang diantaranya dari 1.000 ibu menyusui bahkan
mempunyai pola makan yang buruk. Para ibu-ibu sangat menjaga pantangannya,
bahkan ada diantara mereka yang mengkonsumsi makanan seperti biasanya, tidak
seperti wanita menyusui yang harus makan ekstra (Depkes RI, 2010).
Data yang peneliti dapat dari Dinas Kesehatan Pidie Jaya dari Bulan
Agustus 2012 sampai dengan Bulan Januari tahun 2013, jumlah ibu menyusui
yang ada di Kabupaten Pidie Jaya sebanyak 1.936 orang (Dinkes Pidie Jaya,
2013).
Berdasarkan Buku Registrasi kunjungan berobat terdapat ibu menyusui di
Puskesmas Jangka Buya dari Bulan Agustus 2012 sampai Januari 2013,
didapatkan data sebanyak 105 orang ibu menyusui yang rutin berobat dan
memeriksa kesehatannya. Pada umumnya ibu-ibu yang berobat tersebut masih
menyusui, bahwa sebagian besar dari ibu menyusui yang berobat belum
mengikuti secara benar tentang asupan gizi dan pola makan ibu menyusui. Hal ini
disebabkan oleh faktor sosial budaya yang masih banyak terdapat pantangan
makanan ketika ibu dalam masa menyusui (Puskesmas Jangka Buya, 2013).
Kemudian dari hasil observasi awal di Kemukiman Jangka Buya
Kecamatan Jangka Buya didapatkan dari Buku Register Penduduk Desa dengan
data penduduk sebanyak 1889 jiwa yang terdiri dari 906 laki-laki dan perempuan
983 jiwa, diantaranya sebanyak 55 orang ibu yang menyusui.
Berdasarkan observasi pada ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya
dengan menjumpai sebanyak 15 orang ibu menyusui untuk diwawancarai tentang
pengetahuan pola makan ibu menyusui, yang merupakan asupan kebutuhan gizi
ibu menyusui, peneliti mendapatkan informasi bahwa sebanyak 24 responden
mengatakan bahwa pola makan masih belum teratur dan asupan gizi mengikuti
pola makan biasa dengan mengkonsumsi makanan yang seadanya untuk
memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan pola makan ibu menyusui secara
baik menurut kesehatan masih kurang. Hal ini disebabkan ibu menyusui dijumpai
masih terlalu banyak pantangan makanan yang disebabkan oleh pengaruh faktor
sosial budaya masyarakat setempat yang sangat ketat dalam hal pantangan
makanan ketika sedang menyusui (Rully, 2011).
Dari permasalahannya yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Gambaran Sosial Budaya dengan Pola Makan Ibu
Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten
Pidie Jaya Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasakan uraian di atas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai
berikut ”Bagaimanakah gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu
menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie
Jaya?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di
Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu
menyusui ditinjau berdasarkan pengetahuan.
b. Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu
menyusui ditinjau berdasarkan sosial budaya.
c. Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu
menyusui ditinjau berdasarkan status gizi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada
masyarakat, khususnya kepada ibu menyusui tentang bagaimana cara
mengelola pola makan selama menyusui.
2. Bagi Ibu Menyusui
Memberikan masukan kepada ibu menyusui untuk dapat memenuhi pola
makannya, sehingga nutrisinya terpenuhi, dan turut mempertimbangkan unsur
budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa ibu menyusui harus banyak
pantangan, terutama makanan-makanan yang mempengaruhi kualitas ASInya
dan pada akhirnya turut memberikan pengaruh kepada fisik bayinya.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah dan dapat
menambah wawasan keilmuan penulis tentang gambaran sosial budaya
dengan pola makan ibu menyusui di pemukiman Jangka Buya Kecamatan
Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya .
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan bacaan dan referensi yang dapat dimanfaatkan bagi peneliti
lain mengenai hal tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Makan Ibu Menyusui
1. Pengertian Pola Makan Ibu Menyusui
Pola makan ibu menyusui merupakan suatu keteraturan jadual makan
dan juga kualitas makanan dan porsinya. Dalam makanan yang berkualitas,
tentu saja sangat dianjurkan mengandung suplemen bagi tubuh kita untuk bisa
menjalankan tugas semua organ tanpa terkecuali. Jadi, tidak salah bila
semenjak kecil kita sudah sering diingatkan akan pentingnya 4 sehat 5
sempurna (Syah, 2012).
Pada masa menyusui, ibu harus tetap memperhatikan kondisi
kesehatan dan kecukupan gizinya. Bayi usia 0 – 6 (masa ASI ekslusif) hanya
akan mengandalkan ASI ibu sebagai makanan utamanya, sehingga ibu sangat
perlu mempertahankan diet sehat dan menjamin pasukan nutrisi yang terbaik
bagi bayinya. Ibu perlu selektif dan benar-benar memperhatikan pola makan
yang dikonsumsi karena ibu tidak hanya makan untuk diri sendiri, melainkan
juga untuk bayinya (Hartati, 2003).
Pola makan (diet) ibu menyusui bayinya membutuhkan diet kalori
tinggi, bergizi tinggi dan seimbang yang harus sudah dipersiapkan ibu sejak
masa sebelum dan selama kehamilannya. Ibu menyusui perlu makan lebih
banyak dibandingkan saat hamil. Dalam sehari, umumnya ibu menyusui akan
memproduksi 800 ml ASI dan membakar 1000 kalori. Untuk menjamin
produksi ASI, ibu memerlukan makanan tinggi kalori dengan tambahan 500 –
800 kalori perhari. Pada kondisi dimana ibu memiliki bayi kembar, maka
tambahan kalori yang diperlukan akan lebih banyak lagi (Hartati, 2003).
Asupan protein yang dibutuhkan selama menyusui yaitu kurang lebih
64 gram perhari yang bisa diperoleh dari ikan, daging, telur, tempe dan tahu.
Selain itu, pada masa menyusui ibu perlu juga mengkonsumsi kalsium yang
paling tidak 1200 – 1500 mg, jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan
saat ibu tidak menyusui. Kebutuhan kalsium yang meningkat amat penting
mengingat selama proses menyusui simpanan kalsium dalam tubuh akan
berkurang 300 mg perhari (Hartati, 2003).
Pengukuran status gizi ibu menyusui dapat diukur dengan
menggunakan skala ukur (Hartati, 2003):
a. Cukup : Bila ibu cukup mengkonsumsi makanan bergizi selama masa
menyusui.
b. Kurang : Bila ibu kurang mengkonsumsi makanan bergizi selama
menyusui.
2. Makanan Dibutuhkan oleh Ibu Menyusui
Kebutuhan gizi pada ibu yang sedang mengandung dan menyusui
sangatlah harus dipertimbangkan karena menyangkut gizi anak sebelum kahir
dan semasa bayi. Selain itu, ibu yang memiliki gizi yang cukup juga dapat
membantu pemulihan yang lebih cepat pasca persalinan. Selain itu, produksi
ASI juga dapat bertambah. Apabila gizi ibu tidak di penuhi dengan baik
semasa hamil dan menyusui tentu akan menimbulkan dampak negative
terhadap status gizi ibu, kesehatan ibu dan anak karena ASI yang akan
dihasilkan akan berkualitas rendah (Winardo, 2012).
Jenis-jenis makanan yang harus dipenuhi oleh ibu menyusui tentunya
harus mengandung beberapa zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu menyusui
antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):
a. Energi
Karena kondisi ibu yang sedang hamil, maka membutuhkan tambahan
masukan energy untuk mencukupi kebutuhan untuk ibu dan janin. Untuk
itu dibutuhkan sebesar 1,13 x BMR bayi atau kira- kira sekitar 700
kkal/hari (6 bulan pertama menyusui). Untuk 6 bulan kedua dibutuhkan
sekitar rata-rata 500 kkal/ hari dan pada tahun kedua dianjurkan tambahan
sebanyak 400 kkal/hari.
b. Protein
Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
(protein nabati), dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein
bagi tubuh antara lain:
1. Membangun sel-sel rusak
2. Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon
3. Membentuk zat inti energi
Tambahan protein dibutukan sebesar 16 g/hari untuk 6 bulan pertama. Pada
6 bulan kedua dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua
dibutuhkan sebesar 11g/hari.
c. Zat besi
Zat besi: terdapat sebanyak 0,3 mg/ hari dikeluarkan dalam bentuk ASI.
Oleh karna itu perlu ditambahkan dengan basal loss sehari-hari. Rata-rata
kebutuhan zat besi untuk 6 bulan pertama menyusui adalah 1,1 mg/hari.
Sehingga memerlukan tambahan zat besi sebesar 5 mg/ hari.
d. Lemak
Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin dan sebagainya.
Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah:
1. Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram lemak
menghasilkan sekitar 9,3 kalori)
2. Sebagai pelarut vitamin: A, D, E, K
3. Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan
pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.
e. Karbohidrat
Berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah juga
salah satu pembentuk energi yang paling murah, karena pada umumnya
sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras, jagung,
singkong dan sebagainya) yang merupakan makanan yang pokok.
f. Vitamin
Vitamin-vitamin yang dibedakan menjadi dua, yaitu vitamin yang larut
dalam air (Vitamin C dan B), dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin
A, D, E, dan K).
g. Mineral
Mineral terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat flour (F), natrium
(Na), dan Chlor (Cl), kalium (K) dan Iodium (I). Secara umum fungsi
mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau
sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan.
Untuk lebih jelasnya mengetahui kebutuhan gizi ibu menyusui dapat
dilihat pada tabel berikut ini (Winardo, 2012):
Tabel 2.1
Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui
Zat gizi 0-6 bulan 7-12 bulan
Energi (kkal) + 700 + 500
Protein (g) + 16 + 12
Vitamin A (RE) + 350 + 300
Tiamin (mg) + 0,3 + 0,3
Riboflavin (mg) + 0,4 + 0,3
Niasin (mg) + 3 + 3
Vitamin B-12 (µg) + 0,3 + 0,3
Zat gizi 0-6 bulan 7-12 bulan
Asam folat (µg) + 50 + 40
Vitamin C (mg) + 25 + 10
Kalsium (mg) + 400 + 400
Fosfor (mg) + 300 + 200
Magnesium (mg) + 40 + 30
Besi (mg) + 2 + 2
Seng (mg) + 10 +10
Iodium (µg) + 50 + 50
Selenium (µg) + 25 + 20
Sumber : LIPI
Untuk mengetahui berat badan, dapat ditentukan dengan IMT. Dengan
indeks ini akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal,
kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18
tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan
olahragawan (Winardo, 2012):
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg) IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO,
yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan
bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk
perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat
defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO
menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan
perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas
laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas
pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan
Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan
hasil penelitian dibeberapa negara berkembang (Winardo, 2012).
Pada masa pertumbuhan bayi dan balita, berlangsung perubahan
ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan balita.
dengan kata lain ukuran-ukuran tubuhnya akan membesar, misalnya ditandai
dengan meningkatnya berat dan tinggi badan, ukuran lingkar kepala, lingkar
lengan atas, menguatnya tulang dan membesarnya otot, dan bertambahnya
organ tubuh lain seperti rambut, kuku, gigi, dan sebagainya.
Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan anak,
adalah dengan menukur lingkar lengan atasnya. Lingkar lengan atas
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah,
murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah
diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit. Berdasarkan standar Walanski, perkembangan ukuran
lingkar lengan atas bayi dan balita berdasarkan umur terbilang normal pada
ukuran berikut (Surangga, 2013):
a. Kurus : < 17
b. Normal : 18,5 – 25,0
c. Gemuk : 25,1 – 27,0
3. Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi oleh Ibu Menyusui
Untuk mempertahankan pasokan air susu ibu yang cukup dan
membantu bayi tumbuh dengan baik, Anda perlu mengonsumsi variasi
makanan. Buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan ikan adalah
makanan sehat yang mengandung vitamin dan mineral penting bagi
pertumbuhan bayi (Astuti, 2010).
Menyantap makanan sehat saat menyusui juga meningkatkan energi
dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh tak hanya untuk sang ibu, tapi juga
bayi. Berikut makanan sehat yang bisa meningkatkan pasokan ASI (Astuti,
2010):
a. Sayur-sayuran
Sayuran adalah sumber besar vitamin dan mineral. Sayuran adalah
sumber utama dari besi, serat, folat, beta-karoten, vitamin C, likopen,
flavonoid dan beta-glukan. Mengonsumsi makanan kaya zat besi
membantu mempertahankan tingkat energi Anda dan dapat mencegah
anemia.
b. Buah-buahan
Buah bisa menjadi cemilan sehat untuk ibu menyusui. Buah yang
sehat adalah buah segar yang bisa dikonsumsi sebagai makanan ringan atau
selingan sebelum dan sesudah makan berat. Banyak buah mengandung
vitamin A, B, K dan C.
Vitamin C diperlukan untuk membangun sistem kekebalan tubuh
untuk Anda dan bayi. Hal ini juga membantu tubuh menyerap zat besi.
Blackberry, blueberry, boysenberries dan stroberi mengandung antioksidan
dan serat dalam jumlah tinggi. Buah dapat dimakan dalam keadaan alami,
beku atau dijus. Anda perlu makan 3-5 porsi buah setiap hari.
Salah satu buah-buahan yang baik dikonsumsi oleh ibu menyusui
adalah jeruk, buah ini makanan tepat untuk meningkatkan energi bagi ibu
baru. Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin C daripada wanita
hamil, jeruk dan buah jeruk lainnya adalah makanan yang sangat baik
untuki dikonsumsi. Tidak ada waktu untuk sekadap makan camilan? Pilih
saja jeruk atau jus jeruk yang kaya manfaat vitamin C. Anda bahkan dapat
memilih varietas yang diperkaya kalsium untuk mendapatkan bahkan lebih
banyak manfaat dari minuman Anda.
c. Gandum
Seluruh butir gandum utuh mengandung gizi berlimpah. Seluruh
butir gandum sehat adalah sumber vitamin B dan E, selenium, kalium,
folat, protein dan zat besi. Seluruh butir utuh gandum lebih sehat daripada
butiran halus karena mengandung nutrisi paling banyak dan serat alami,
sementara butiran halus gizinya bisa hilang saat proses penggilingan.
Gamdum utuh bisa diperoleh dari oatmeal, roti gandum, quinoa, bulgar,
beras merah, dan barley.
d. Kacang-kacangan
Kacang mengandung protein yang baik. Kacang mengandung
banyak protein dan merupakan sumber lemak yang baik dan sehat untuk
diet. Protein penting karena menghasilkan dan memperbaiki sel-sel penting
dalam tubuh.
Kacang-kacangan juga mengandung vitamin B, E, C, folat, kalium,
kalsium, magnesium dan fosfor. Kalsium yang cukup diperlukan untuk
membangun tulang yang sehat dan gigi yang kuat. Kacang Sehat untuk
camilan termasuk kenari, kacang pinus, kemiri, hazelnut, kacang Brasil dan
pistachio.
e. Ikan
Ikan merupakan sumber protein hewani yang baik, ikan
mengandung asam lemak omega-3 yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Namun, menurut Environmental Protection Agency
(EPA), AS, ibu menyusui tidak disarankan mengonsumsi ikan hiu, ikan
todak, makarel Raja, atau ikan ubin karena tingkat tinggi merkuri. Ikan lain
umumnya aman dikonsumsi sampai 12 ons seminggu . Ikan yang
mengandung rendah-merkuri termasuk, salmon dan ikan patin.
f. Susu
Produk susu adalah bagian penting dari kebanyakan makanan ibu
menyusui. Selain menyediakan protein, vitamin B, dan vitamin D, produk
susu adalah salah satu sumber terbaik kalsium. Jika Anda menyusui, ASI
akan cukup mengandung kalsium bagi bayi untuk mengembangkan
tulang, sehingga penting bagi Anda untuk makan cukup kalsium untuk
memenuhi kebutuhan Anda sendiri. Salah satu cara untuk melakukannya
adalah untuk menyertakan setidaknya tiga porsi susu setiap hari sebagai
bagian dari rencana makanan ibu menyusui.
g. Daging sapi
Bila mencari makanan untuk meningkatkan energi sebagai ibu
baru, carilah makanan yang kaya zat besi seperti daging sapi rendah
lemak. Kekurangan zat besi dapat menghabiskan tingkat energi, sehingga
sulit bagi Anda untuk mengikuti tuntutan bayi yang baru lahir.
Juga, ketika sedang menyusui, perlu untuk makan tambahan
protein dan vitamin B-12. Daging sapi rendah lemak merupakan sumber
yang sangat baik bagi kedua nutrisi tersebut.
h. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, terutama yang berwarna gelap seperti kacang
hitam dan kacang polong, adalah makanan yang sangat dianjurkan bagi
ibu menyusui, terutama untuk vegetarian. Tidak hanya mereka kaya zat
besi, makanan itu juga terjangkau, berkualitas tinggi, mengandung protein
nabati.
i. Beras merah
Jika Anda mencoba untuk menurunkan berat badan, Anda
mungkin akan tergoda untuk secara drastis mengurangi asupan
karbohidrat. Tetapi kehilangan berat badan terlalu cepat dapat
menyebabkan Anda untuk menghasilkan lebih sedikit susu untuk bayi dan
membuat Anda merasa lesu dan lamban. Lebih baik untuk
menggabungkan sehat, karbohidrat dari biji-bijian utuh seperti beras
merah dalam daftar makanan untuk menjaga tingkat energi Anda tetap
tinggi. Makanan seperti beras merah memberikan tubuh kalori yang
dibutuhkan untuk menghasilkan susu kualitas terbaik untuk bayi.
j. Telur
Kuning telur adalah salah satu dari beberapa sumber-sumber alami
vitamin D, gizi yang penting untuk menjaga tulang kuat dan membantu
tulang bayi Anda tumbuh. Selain itu, telur merupakan cara yang fleksibel
untuk memenuhi kebutuhan protein harian Anda. Cobalah konsumsi telur
untuk sarapan, telur rebus pada saat makan siang bersama salad. Sebagai
bagian dari rencana makanan ibu menyusui, Anda mungkin memilih telur
yang diperkaya DHA untuk meningkatkan tingkat asam lemak esensial ini
dalam ASI.
k. Air
Air merupakan unsur yang penting dalam sistem metabolisme
tubuh, kekurangan mengkonsumsi air akan mengakibatkan dehidrasi.
Bagi ibu yang baru menyusui ini hal ini sangat berisiko. Untuk menjaga
tingkat energi dan produksi ASI meningkat, pastikan minum setidaknya
delapan gelas cairan setiap hari. Anda dapat memvariasikan pilihan dan
memenuhi beberapa persyaratan cairan Anda dengan minum jus dan susu,
tapi hati-hati ketika ingin minuman berkafein seperti kopi dan teh. Jaga
asupan kafein tetap rendah, atau beralih ke jenis tanpa kafein. Mengapa?
Kafein memasuki ASI dan dapat menjadi terkonsentrasi di tubuh bayi saat
dia minum ASI. (berbagai sumber).
4. Makanan yang Harus Dihindari Oleh Ibu Menyusui
Beberapa makanan tertentu akan dapat membuat produksi ASI ibu
menjadi tidak optimal (jumlah berkurang), atau gizinya menjadi tidak optimal
(kualitas berkurang) dan bahkan menjadi berbahaya bagi bayi. Perlu diketahui
bahwa pada bayi, makanan yang dikonsumsi oleh Ibu akan terkonsumsi juga
oleh bayi melalui ASI, karenanya apa yang dimakan ibu maka itulah yang bayi
makan. Jadi jika ada makanan yang berbahaya untuk bayi terkonsumsi oleh
Ibu, maka dapat buruk akibatnya. Berikut ini beberapa contoh makanan yang
berbahaya dan harus dihindari oleh ibu menyusui (Yuliarti, 2010);
a. Kopi dan Teh
Makanan yang cukup berbahaya dan perlu untuk dihindari selama Ibu
dalam masa menyusui adalah makanan dan minuman yang mengandung
Kafein. Hal ini dikarenakan kafein pada ibu menyusui tidak akan terbuang
secara sempurna, melainkan sebagiannya akan tersisa pada ASI yang
dihasilkan.
Pada akhirnya, ASI yang dihasilkan akan mengandung kafein dan tertelan
oleh bayi. Akibatnya bayi dapat menjadi rewel dan sulit tidur, dikarenakan
mereka belum dapat mengeluarkan kafein dari dalam tubuh sebaik orang
dewasa.
b. Coklat
Coklat merupakan makanan yang disukai oleh kebanyakan ibu menyusui,
tetapi yang perlu diketahui bahwa coklat dapat berbahaya bagi bayi yang
sedang dalam masa menyusui. Hal ini diakibatkan karena coklat
mengandung kafein yang cukup tinggi, yaitu antara 5-35 mg dalam setiap
30gram coklat. Hal ini seperti telah dijelaskan sebelumnya, akan dapat
membuat bayi sulit tidur.
c. Makanan Yang Pedas
Makanan yang pedas merupakan salah satu makanan lainnya yang perlu
untuk dihindari oleh Ibu yang sedang menyusui. Hal ini dikarenakan
kandungan rasa pedas yang ada di dalam makanan tersebut, sedikit banyak
akan terkonsumsi oleh bayi melalui ASI, dan akan membuat perut anak
menjadi panas (iritasi) dan bahkan dapat mengakibatkan diare.
d. Overdosis Vitamin C
Kita semua tahu bahwa vitamin C akan dapat membantu untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan juga membantu untuk mempercepat
penyembuhan penyakit. Vitamin C jelas sangat baik untuk tubuh, tidak
perlu diragukan lagi.
Tapi jangan sampai memakan vitamin C terlalu banyak, karena vitamin C
cenderung bersifat asam. Vitamin C yang terbawa terlalu banyak di dalam
ASI pada akhirnya akan dapat membuat perut bayi menjadi perih dan juga
membuat sistem pencernaan bayi terkena iritasi.
Pada umumnya, jika tubuh kita kelebihan vitamin C, maka akan dibuang
melalui sistem ekskresi (urin) sehingga secara umum tidak akan berbahaya.
Akan tetapi pada bayi yang masih kecil, sistem pencernaan mereka belum
bekerja dengan baik sehingga kelebihan vitamin C akan tersimpan lama di
dalam tubuh dan menimbulkan efek negatif.
Konsumsi vitamin C sewajarnya saja, sekitar 60 mg / hari, sesuai
kebutuhan harian normal. Tidak perlu konsumsi terlalu banyak, khawatir
berefek negatif untuk bayi.
e. Lemak Jenuh & Lemak Trans
Makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans akan dapat
berbahaya bagi perkembangan otak bayi. Hal itu dikarenakan lemak jenuh
dan lemak trans (trans fat) terbukti menghambat produksi omega 3, yang
sangat dibutuhkan oleh perkembangan otak bayi.
Hindari makanan gorengan yang memakai minyak bekas karena
mengandung lemak jenuh yang tinggi. Selain itu, hindari makanan fast
food seperti hamburger dan hot dog karena mengandung lemak trans (trans
fat) yang berbahaya.
f. Alkohol & Nikotin
Makananyang perlu untuk Anda hindari adalah makanan yang mengandung
alkohol/memabukkan dan juga nikotin. Mengapa demikian? Sebab, seperti
dijelaskan pada beberapa poin sebelumnya, alkohol dan nikotin akan
terbawa dalam ASI dan terkonsumsi oleh bayi. Pada bayi, efek negatif
alkohol (minuman keras) dan nikotin (rokok) akan sangat terasa, di
antaranya kecanduan terhadap kedua hal tersebut. Hal ini akan membuat
bayi pusing, lemah, sulit bangun dan juga produksi ASI pun akan
berkurang.
Demikian beberapa jenis makanan yang perlu untuk Anda hindari
selama masa menyusui. Sayangi bayi kita, hindarkan mereka dari berbagai
zat yang berbahaya untuk tubuh mereka.
5. Makanan-makanan yang Mempengaruhi ASI
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa
menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu
yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat
digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus
menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat
bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi
ASI (Sumarah, 2009).
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat
dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara
dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI.
Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping
untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir
telur (Oetami, 2009).
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika
pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak
diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam
jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein
seperti ikan, telur dan kacang-kacangan. Bahan makanan sumber vitamin juga
diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI (Oetami, 2009).
B. Sosial Budaya
1. Pengertian Sosial Budaya
Sosial budaya adalah suatu system pengetahuan yang memiliki ide dan
gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-
hari itu bersifat abstrak. Perwujudan sosial budaya yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa prilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola fikir, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat (Wikipedia, net).
Sosial budaya adalah suatu sistem yang memungkinkan manusia
mengungkapkan segala hasil karya yang diciptakan sebagai keseluruhan hasil
dan tanggapan pancainderanya (budaya) yang diperoleh dan diwujudkan
sebagai hasil dari hubungan antara manusia dalam kehidupan masyarakat
(sosial) (Salim, 2000).
Pengukuran sosial budaya dalam sebuah penelitian dapat dilakukan
dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Qahar, 2012):
a. Positif bila jawaban responden benar ≥ 50%
b. Negatif bila jawaban responden benar < 50%.
C. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003)
mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
atau di baca sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan. Tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau di baca, termasuk rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, “tahu” merupakan tingkat yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar suatu objek yang telah di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang-orang yang telah paham objek atau materi harus
dapat menjelaskan atau menyebutkan contoh, menyempurnakan, meramalkan
dan sebagainya terhadap suatu objek yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Aplikasi yang dapat
diartikan sebagai kemampuan menggunakan suatu hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi lain.
4. Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis )
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan menyusun formulasi
yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian itu berdasarkan pada
suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengukuran pengetahuan dibagi atas tiga
kategori, yaitu:
a. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100%.
b. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75%.
c. Rendah : Jika responden menjawab benar < 56%.
D. Konsep Ibu Menyusui
1. Pengertian Ibu Menyusui
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang
lazim pada wanita baik yang sudah bersuami maupun belum, menyusui adalah
memberikan air susu untuk diminum kepada bayi, dan sebagainya dari buah
dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).
Menyusui adalah cara yang alami dan normal untuk memberikan
nutrisi pada bayi dan batita, dan ASI adalah susu yang dibuat khusus untuk
bayi manusia. Mengawali dengan benar membantu untuk memastikan bahwa
menyusui merupakan pengalaman yang menyenangkan untuk ibu dan bayi.
Menyusui seharusnya mudah dan tidak sulit bagi kebanyakan ibu (Qahar,
2012).
Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di seluruh dunia
berhasil menyusui banyinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan
ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun
demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang
alamiah tidaklah selalu mudah (Oetami, 2009).
E. Kebutuhan Gizi
Agar manusia dapat tetap hidup dan bekerja seperti biasanya, maka
memerlukan energi yang bisa di ukur dengan satuan kalori. Meskipun kita tidur
dan tidak bekerja, energi tetap dibutuhkan untuk denyut jantung dan fungsi tubuh
lainnya. Energi diibaratkan sebagai bensin yang diperlukan oleh kenderaan agar
dapt tetap berjalan (Gupte, 2007).
Jumlah kebutuhan energi seseorang pada dasarnya berbeda tergantung
pada umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas seseorang. Sebagai contoh,
laki-laki dewasa (20 – 59) tahun dengan berat badan 62 Kg, tinggi 165 cm dan
aktivitas sedang membutuhkan energi kurang lebih 3000 kilo kalori, sedangkan
bila wanita dewasa berat 54 kg tinggi 156 cm dengan aktivitas sedang
membutuhkan energi 2250 kilo kalori. Apabila orang yang sama dengan aktivitas
lebih berat, maka kebutuhan bagi laki-laki sebesar 3600 kilo kalori dan wanita
2600 kilo kalori (Gupte, 2007).
Berikut ini contoh menu dengan energi 2500 kilo kalori, 2000 kilo kalori
dan 1700 kilo kalori:
Tabel 2.2
Menu dengan energi 2500 kilo kalori, 2000 kilo kalori dan 1700 kilo kalori
Waktu
Jenis Hidangan
Ukuran Rumah Tangga Untuk 2500
kilokalori 2000
kilokalori 1700
kilokalori Pagi Nasi 2 sendok
nasi 2 sendok
nasi 1 sendok
nasi Daging bumbu semur 1 potong 1 potong ½ potong Tumis kacang panjang + tauge
½ mangkok ½ mangkok ½ mangkok
Teh manis 1 gelas 1 gelas 1 gelas 10.00 Bubur kacang hijau 1 gelas 1 gelas 1 gelas
Waktu
Jenis Hidangan
Ukuran Rumah Tangga Untuk 2500
kilokalori 2000
kilokalori 1700
kilokalori Siang Nasi 3 sendok
nasi 2 sendok
nasi 1½ sendok
nasi Ikan goreng 1 potong 1 potong 1 potong Tempe bacem 2 potong 1 potong 1 potong Lalap ½ mangkok ½ mangkok ½ mangkok Sayur asem 1 mangkok 1 mangkok 1 mangkok Sambal tomat 1 sendok
makan 1 sendok makan
1 sendok makan
Nenas 1 potong 1 potong 1 potong 16.00 Buah - - 1 potong Malam Nasi 3 sendok
makan 2 sendok makan
1½ sendok makan
Pepes ayam 1 potong 1 potong 1 potong Tahu balado 1 potong 1 potong 1 potong Sayur bening bayam + jagung muda
1 mangkok 1 mangkok 1 angkok
Pepaya 1 potong 1 potong 1 potong Keterangan : untuk ukuran rumah tangga nasi digunakan sendok nasi (centong),
bukan sendok makan
F. Kerangka Teoritis
Pengetahuan - (Notoatmodjo, 2003 - Wikipedia, 2003
Sosial Budaya - Qahar, 2012 - Salim, 2000 - Wikipedia, 2012
Status Gizi - Surangga, 2013 - Hartati, 2003
Pola makan ibu menyusui
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini meliputi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, Wikipedia, 2013), sosial budaya (Qahar, 2012, Salim, 2000, dan Wikipedia, 2012) dan Status Gizi (Surangga, 2013, dan Hartati, 2003). Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah ini:
Independent Dependent
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Sosial Budaya
Pengetahuan
Status Gizi
Pola makan ibu menyusui
B. Definisi Operasional
Tabel 3. 1 Definisi Operasional
No Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Alat ukur Cara Ukur Hasil
Ukur Skala Ukur
Variabel Dependent 1. Pola
makan ibu menyusui
Segala sesuatu yang berhubungan dengan faktor sosial budaya serta tingkah laku ibu menyusui dalam memenuhi kebutuhan akan makanan.
Kuesioner Menyebarkan kuesioner dengan kriteria, -Cukup:bila ibu makan ≥ 3 kali. -Kurang:Bila ibu makan < 3 kali.
-Cukup -Kurang
0rdinal
Variabel Independent 2. Pengetahu
-an Pemahaman ibu menyusui tentang pola makan ibu menyusui.
Kuesioner Menyebarkan kuesioner dengan kriteria, -Tinggi : Jika responden menjawab benar 76% - 100%
- Sedang: Jika responden menjawab benar 56% - 75%
- Rendah: jika responden menjawab benar <56%.
- Tinggi - Sedang - Rendah
Ordinal
No Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Alat ukur Cara Ukur Hasil
Ukur Skala Ukur
3 Sosial budaya
Kebiasaan ibu menyusui dalam pemenuhan konsumsi makanan.
Kuesioner Menyebarkan kuesioner dengan kriteria: - Positif:bila
jawaban benar ≥ 50%
- Negatif: Bila jawaban benar ≤ 50%
-Positif -Negatif
Ordinal
4 Status gizi Asupan makanan yang dikunsomsi ibu menyusui selama masa menyusuinya.
Meteran Mengukur lingkar lengan atas (LILA), Dengan kriteria hasil: - Kurus : <
17 - Normal :
18,5 – 25,0 - Gemuk :
25,1 – 27,0
- Kurus - Normal - Gemuk
Ordinal
C. Cara Pengukuran Variabel
Untuk mempermudah melakukan penelitian, maka diperlukan suatu cara
pengukuran variabel, yaitu sebagai berikut:
1. Sosial budaya dibagi dalam dua kategori, yaitu (Qahar, 2012)
a. Cukup :bila ibu makan ≥ 3 kali.
b. Kurang :bila ibu makan < 3 kali.
2. Pengetahuan di bagi dalam tiga kategori, yaitu (Notoatmodjo, 2003)
a. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100%.
b. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75%.
c. Rendah : Jika responden menjawab benar < 56%.
3. Status gizi di bagi dalam dua kategori, yaitu (Surangga, 2013) normal:
a. Kurus : < 17
b. Normal : 18,5 – 25,0
c. Gemuk : 25,1 – 27,0
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. JenisPenelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan
crossectional, yaitu penelitian mempelajari hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen dengan cara mengumpulkan data (Notoatmodjo,
2005). Untuk mengetahui gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu
menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie
Jaya Tahun 2013.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian ini dilakukan di Kemukiman Jangka Buya
Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya.
2. Waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2013.
C. PopulasidanSampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui (0 – 24
bulan) di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie
Jaya yang berjumlah 55 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang mempunyai
anak berumur 0 – 24 bulan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka
Buya Kabupaten Pidie Jaya, metode pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik total sampling, sehingga didapatkan sampel 55 ibu menyusui.
D. Cara Pengumpulan Data
1. TeknikPengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data Primer dan data sekunder.Data
primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan
menyediakan kuesioner, setelah di isi dan dikumpulkan kembali untuk
kemudian di koreksi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
puskesmas.
2. InstrumenPenelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan angket yang di isi oleh responden yang berisi 20 pertanyaan, yang
terdiri dari 10 pertanyaan tentang pola makan ibu menyusui dalam bentuk
angket, 5 pertanyaan tentang pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda, dan 5
tentang sosial budaya dalam bentuk angket. Bila menjawab pertanyaan
dengan benar diberi score 1 dan bila menjawab salah diberi score 0.
E. Pengolahan Data danAnalisa Data
1. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian di olah melalui tahap sebagai
berikut:
a. Editing
Adalah mengoreksi kesalahan–kesalahan dalam pengisian atau
pengambilan data, langkah ini bertujuan agar data yang di peroleh dapat
diolah dengan baik untuk mendapatkan informasi yang cepat.
b. Coding
Adalah mengklasifikasikan jawaban–jawaban yang ada menurut
macamnya. Klasifikasi di lakukan dengan cara menandai masing-masing
jawaban dengan kode-kode tertentu.
c. Tabulating
Adalah mentabulasi data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi atau
memindahkan data dari kartu kode sesuai dengan kelompok data dalam
satu tabel. Pada akhirnya dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan tabulasi silang (Budiarto, 2002).
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk masing-masing variabel yaitu dengan
melihat persentase dari setiap tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan
rumus Budiarto (2002).
Keterangan : P = Persentase
f = Frekuensi teramati
n = Jumlah responden yang menjadi sampel
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografis
Kemukiman Jangka Buya merupakan salah satu kemukiman yang
terletak di Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya dengan luas wilayah
13.242 m2. Kemukiman Jangka Buya terdiri enam desa yaitu; Kiran Dayah,
Megit, Kiran Baroh, Kiran Krueng, Mns. Raya, Mns. Lueng. Adapun wilayah
Kemukiman Jangka Buya adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Mns. Raya dan Mns. Lueng
b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kiran Dayah dan Meugit
c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kiran Baroh
d. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kiran Krueng.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 24 sampai
dengan 27 Agustus 2013 dengan cara membagikan kuesioner kepada responden
yang telah menjadi target penelitian yang berjumlah 55 responden, maka dapat
dilihat hasilnya pada tabel berikut ini:
1. Analisa Univariat
a. Pola Makan Ibu Menyusui
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pola Makan Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013
No Pola Makan Frekuensi Persentase 1 Cukup 49 89.1
2 Kurang 6 10.9
55 100Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas ibu menyusui
berada pada kategori cukup, yaitu sebanyak 49 responden (89,1%)
b. Pengetahuan Ibu Menyusui
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi Persentase 1 Tinggi 12 21.8
2 Sedang 10 18.2
3 Rendah 33 60.0
55 100JumlahSumber:Data Primer (diolah)2013
Berdasarkan tabel 5.2 diatas terlihat bahwa pengetahuan ibu menyusui
berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 33 responden (60%).
c. Sosial Budaya
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di kemukiman Jangka
Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Sosial Budaya Frekuensi Persentase 1 Positif 22 402 Negatif 33 60
55 100Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013
Berdasarkan tabel 5.3 diatas terlihat bahwa mayoritas sosial budaya
ibu menyusui mayoritas berada pada kategori negatif, yaitu sebanyak 33
responden (60%).
d. Status Gizi
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Gizi Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya
Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Status Gizi Frekuensi Persentase 1 Kurus 31 56.42 Normal 15 27,2
3 Gemuk 9 16.4
55 100JumlahSumber:Data Primer (diolah)2013
Berdasarkan tabel 5.4 diatas terlihat bahwa mayoritas status gizi ibu
menyusui berada pada kategori status gizi kurus, yaitu sebanyak 31
responden (56,4%).
2. Analisa Bivariat
a. Pola makan Berdasarkan pengetahuan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan
Pengetahuan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
f % f % f %
1 Tinggi 11 91.7 1 8.3 12 100
2 Sedang 9 90.0 1 10.0 10 100
3 Rendah 29 87.9 4 12.1 33 10049 6 55
Jumlah
Total
No PengetahuanPola Makan
Cukup Kurang
Sumber:Data Primer (diolah) 2013
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang pola
makan cukup mayoritas berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 11 responden
(91,7%), dan responden yang berpola makan kurang mayoritas
berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 4 responden (12,1%).
b. Pola makan Berdasarkan Sosial Budaya
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan
Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013
f % f % f %
1 Positif 18 81.8 4 18.2 22 100
2 Negatif 31 93.9 2 6.1 33 10049 6 55
Jumlah
Jumlah
No Sosial BudayaPola Makan
Cukup Kurang
Sumber:Data Primer (diolah) 2013
Berdasarkan tabel 5.5 terlihat bahwa responden yang berpola makan
cukup mayoritas bersosial budaya negatif, yaitu sebanyak 18 responden
(81,8%), dan responden yang berpola makan kurang, mayoritas berada pada
kategori sosial budaya positif, yaitu sebanyak 4 responden (18,2%).
3. Pola makan Berdasarkan Status Gizi
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya
Kabupaten Pidie Tahun 2013
F % F %1 Kurus 28 90.3 3 9.7 31 1002 Normal 12 80.0 3 20.0 15 1003 Gemuk 9 100 0 0.0 9 100
49 0 55Jumlah
F %No
Status Gizi Pola Makan
Cukup Kurang
Sumber:Data Primer (diolah) 2013
Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa responden yang berpola makan
cukup semuanya berstatus gizi gemuk, yaitu sebanyak 9 responden (100%)
dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berkategori gizi normal,
yaitu sebanyak 3 responden (20%).
D. Pembahasan
1. Pola makan Berdasarkan pengetahuan
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang pola
makan cukup mayoritas berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 11 responden
(91,7%), dan responden yang berpola makan kurang mayoritas
berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 4 responden (12,1%).
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurhafni
(2012) tentang gambaran pola makan ibu menyusui di Desa Peulakan Cibrek
Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya diperoleh hasil bahwa
pengetahuan tentang pola makan ibu menyusui di Desa Plakan Cibrek
dominan berada pada tingkat pengetahuan rendah yaitu sebanyak 5 responden
(41,67%).
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pola makan
responden dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya, responden yang
berpengetahuan tinggi, secara otomatis akan mempunyai kesadaran untuk
mengkonsumsi makanan dalam porsi yang lebih, sehingga pola makannya
cukup.
2. Pola makan Berdasarkan Sosial Budaya
Berdasarkan tabel 5.5 terlihat bahwa responden yang berpola makan
cukup mayoritas bersosial budaya negatif, yaitu sebanyak 18 responden
(81,8%), dan responden yang berpola makan kurang, mayoritas berada pada
kategori sosial budaya positif, yaitu sebanyak 4 responden (18,2%).
Sosial budaya adalah suatu system pengetahuan yang memiliki ide dan
gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-
hari itu bersifat abstrak. Perwujudan sosial budaya yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa prilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola fikir, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat (Wikipedia, net).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurhafni
(2012) tentang gambaran pola makan ibu menyusui di Desa Peulakan Cibrek
Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya diperoleh hasil bahwa mayoritas
pola makan ibu menyusui berdasarkan sosial budaya berada pada kategori
mendukung, yaitu sebanyak 13 responden (56%)
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pola makan
responden dipengaruhi oleh sosial budaya yang dimiliki, responden yang
memiliki sosial budaya yang positif , tentunya memiliki pola makan yang
cukup.
3. Pola makan Berdasarkan Status Gizi
Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa responden yang berpola makan
cukup semuanya berstatus gizi gemuk, yaitu sebanyak 9 responden (100%)
dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berkategori gizi normal,
yaitu sebanyak 3 responden (20%).
Gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan (Wikipedia,
2013).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurhafni
(2012) tentang gambaran pola makan ibu menyusui di Desa Peulakan Cibrek
Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya diperoleh hasil bahwa
responden yang berpengetahuan tinggi berada pada kategori pendidikan pola
makan cukup, yaitu sebanyak 2 responden (40,0%) dan yang berpengetahuan
rendah juga mayoritas pada pola makan cukup, yaitu sebanyak 3 responden
(75,00%).
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pola makan ibu
tidak serta merta mempengaruhi status gizi ibu, ini tentunya disebabkan oleh
banyak faktor yang mengakibatkan status gizi ibu menjadi terganggu,
misalnya faktor ibu mengidap suatu penyakit tertentu.
BAB VI
PENUTUP
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang
sudah dilakukan, sehingga dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan pola makan dapat dilihat bahwa responden yang pola makan
cukup mayoritas berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 11 responden
(91,7%), dan responden yang berpola makan kurang mayoritas
berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 4 responden (12,1%).
2. Berdasarkan sosial budaya dapat dilihat bahwa responden yang berpola
makan cukup mayoritas bersosial budaya negatif, yaitu sebanyak 18
responden (81,8%), dan responden yang berpola makan kurang, mayoritas
berada pada kategori sosial budaya positif, yaitu sebanyak 4 responden
(18,2%).
3. Berdasarkan status gizi dapat di lihat bahwa responden yang berpola makan
cukup semuanya berstatus gizi gemuk, yaitu sebanyak 9 responden (100%)
dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berkategori gizi
normal, yaitu sebanyak 3 responden (20%).
B. Saran-saran
1. Bagi Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada
masyarakat, khususnya kepada ibu menyusui tentang bagaimana cara
mengelola pola makan selama menyusui.
2. Bagi Ibu Menyusui
Memberikan masukan kepada ibu menyusui untuk dapat memenuhi pola
makannya, sehingga nutrisinya terpenuhi, dan turut mempertimbangkan unsur
budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa ibu menyusui harus banyak
pantangan, terutama makanan-makanan yang mempengaruhi kualitas ASInya
dan pada akhirnya turut memberikan pengaruh kepada fisik bayinya.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah dan dapat
menambah wawasan keilmuan penulis tentang gambaran sosial budaya
dengan pola makan ibu menyusui di pemukiman Jangka Buya Kecamatan
Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya .
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan bacaan dan referensi yang dapat dimanfaatkan bagi peneliti
lain mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Luthfi Dwi Puji. 2010. Makanan Sehat untuk Ibu Menyusui. [Online] dari:
http:beta.wap.vivanews.com/news/read/192346-makanan-sehat-untuk-ibu-menyusui (Diakses 5 Februari 2013)
Budiarto, 2002, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC:
Jakarta. Burhan, Hariati. 2012. Tujuan Indonesia Sehat. [Online] dari: http:hariati-
burhan.blogspot.com/2012/04/tujuan-indonesia-sehat (Diakses 5 Februari 2013).
Demedia. 2007. Menu Sehat untuk Ibu Menyusui. Graha Medika: Jakarta Gupte, Juan. 2007. Kebutuhan Ibu dalam Masa Menyusui. Gramedia: Jakarta Hartati, 2003, Psikologi Perkembangan, Arca Medica: Jakarta Informasitips.com. 2012. Nutrisi dan Pola Makan yang Benar saat Menyusui.
[Online] dari: http://informasitips.com/nutrisi-dan-pola-makan-yang-benar-saat-menyusui (Diakses 5 Februari 2013).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: Jakarta Muaris, Hindah. 2004. Untuk Ibu Menyusui. Gramedia: Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta ___________, 2007, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta Oetami, Roesli. 2009. Mengenal Asi Eksklusif. Jhonson-Jhonson: Jakarta Puskesmas Jangka Buya, 2013, Data Pola Makan ibu Menyusui Qahar, 2012. Kajian Budaya. [Online] dari: http://bloggercompecintabahasa.blogspot
(Diakses 4 Februari 2013). Suparyanto. 2010. Konsep Ibu Menyusui. [Online] dari:
http:www.carantrik.com/2010/07/konsep-ibu-menyusui.html (Diaskes 5 Februari 2013)
Salim, Emil. 2000. Kembali Ke Jalan Lurus. Alvabeth: Jakarta
Sumarah. 2009. Makanan yang baik di Konsumsi Ibu Menyusui. Gramedia: Jakarta Syah, 2012. Pola Makan Ibu Menyusui Usia 0 – 1 Tahun. [Online] dari:
http://bloggercompecintabahasa.blogspot (Diakses 4 Februari 2013). Syakur. 2012. Kebutuhan Makanan Ibu Menyusui. [Online] dari:
http.www.kesehatan123.com/3247/kebutuhan-makanan-ibu-menyusui (Diakses 2 Februari 2013).
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan WHO, 2019, Pola Makan Ibu Menyusui; dari:http:www.WHO.org (diakses pada
tanggal 12 Juli 2012) Wikipedia. 2012. Budaya. [Online] dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
(Diakses 5 Februari 2013). Winardo, 2012. IMT. Dari: http.winardo@wordpress.html (Diakses 5 Februari 2013) Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan
Kecerdasan dan Kelincahan Si Kecil. Andi Offset: Jakarta
YAYASAN PENDIDIKAN U`BUDIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
U`BUDIYAH BANDA ACEH JalanALue Naga Tibang Banda Aceh Telp. (0653) 755566
BANDA ACEH
ANGKET RESPONDEN GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI
DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013
1. Data Responden
Nomor Responden :
Tanggal Penelitian :
I. Status gizi bayi
a. Umur bayi : bulan
b. Berat badan bayi : kg
c. Tinggi badan bayi : cm
d. Status gizi : (Di isi oleh peneliti)
Petunjuk pengisian Buatlah tanda checklist (√) pada kolom sebelah kanan yang tersedia menurut apa yang ibu alami dan rasakan dengan sebenarnya. 2. PolaMakanIbuMenyusui
No Pernyataan Ya Tidak
1 Porsi makan ibu selama menyusui lebih banyak dari
sebelum menyusui.
2 Selama menyusui ibu mengkonsumsi susu, kacang-
kacangan, dan telur.
3 Selama menyusui ibu makan tempe, tahu, daging dan
ikan sebagai sumber protein.
4 Sebagai pengganti nasi, ibu mengkonsumsi jagung,
ubi jalar, dan ubi rebus.
No Pernyataan Ya Tidak
5 Untuk memperbanyak ASI ibu makan daun singkong,
kacang-kacangan, dan daun katuk.
6 Untuk memperlancar ASI ibu makan sayur-sayuran
hijau.
7 Untuk menambah zat gizi ibu menyusui, ibu
dianjutkan untuk minum susu setiap hari.
8 Untuk mencukupi kebutuhan akan vitamin ibu makan
buah-buahan selama menyusui.
9 Minum 8 gelas air putih setiap hari akan mengganggu
proses perbentukan ASI.
10 Untuk memperlancar ASI daun pepaya tidak baik
dikonsumsi ibu selama menyusui.
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang benar dari soal berikut ini.
3. Pengetahuan
1. Makanan yang mengandung gizi seimbang terdiri dari...
a. Karbohidrat, protein, vitamin dan mineral
b. Vitamin dan air
c. Semua benar
2. Tambahan zat gizi pada masa menyusui dapat diperoleh melalui...
a. Minum susu, makan makanan berprotein, dan makan buah-buahan.
b. Minum jamu
c. Cendol
3. Sebaiknya ibu minum dalam sehari pada masa menyusui sebanyak...
a. Enam gelas
b. Delapan gelas atau lebih
c. Dua gelas atau kapan haus saja
4. Sumber makanan ibu menyusui yang dapat memperbanyak ASI adalah...
a. Buah-buahan
b. Daun singkong, kacang-kacangan dan daun katuk
c. Daging
5.Makanan yang mengandung protein yang baik dikonsumsi selama menyusui
adalah...
a. Tempe, tahu, daging, dan ikan.
b. Roti dan jagung
c. Semua benar.
6. Fungsi mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak pada saat menyusui
adalah untuk:
a. Pelarut Vitamin ; A, D, E dan K
b. Mempercepat penyembuhan luka.
c. Memperbanyak volume ASI
7. Sumber karbohidrat yang sangat baik untuk dikonsumsi selama masa menyusui
adalah:
a. Beras, jagung, dan singkong
b. Gula merah, susu dan kedelai.
c. Jagung, kacang panjang dan susu
8. Makanan yang sebaiknya dikonsumsi oleh ibu selama masa menyusui adalah
sebagai berikut, kecuali
a. Buah-buahan dan sayur-sayuran
b. Kacang-kacangan dan ikan
c. Mie instant dan roti-rotian.
9. Jenis makanan berikut yang dapat meningkatkan produksi ASI adalah, kecuali
a. Tahu dan tempe
b. Sayur-sayuran
c. Daging segar
10. Selama masa menyusui, makanan yang harus dihindar adalah:
a. Susu
b. Kopi dan teh
c. Sayur-sayuran
Petunjuk pengisian Buatlah tanda checklist (√) pada kolom sebelah kanan yang tersedia menurut apa yang ibu alami dan rasakan dengan sebenarnya. 4. SosialBudaya
No Pernyataan Ya Tidak 1 Ibu yakin dengan banyak makan sayur-sayuran akan
memperbanyak ASI.
2 Ibu mengatakan telor dan udang tidak baik dikonsumsi
selama menyusui karena dapat mengakibatkan alergi
dan cacingan.
3 Ibu mengatakan memberi ASI saja tanpa makanan
tambahan sampai usia 6 bulan tidak baik karena akan
mengakibatkan bayi lapar dan rewel.
No Pernyataan Ya Tidak 4 Ibu yakin sumber makanan yang dapat memperbanyak
ASI adalah daun singkong, kacang-kacangan, dan daun
katuk.
5 Ibu yakin zat gizi yang terdapat dalam dua piring nasi
ditambah 1 butir telur sama dengan zat gizi dalam 1
liter ASI.
KUNCI JAWABAN
A. Pola Makan
1. Ya
2. Ya
3. Ya
4. Ya
5. Ya
6. Ya
7. Ya
8. Ya
9. Tidak
10. Tidak
B. Pengetahuan
1. A
2. A
3. B
4. B
5. A
6. A
7. A
8. C
9. C
10. B
C. SosialBudaya
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak
4. Ya
5. Ya