Post on 23-Apr-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
LAPORAN KHUSUS
GAMBARAN SISTEM RESPON TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK
JAWA BARAT
Mega Karuni R.0008052
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul : Gambaran Sistem Respon Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat
Mega Karuni, NIM : R0008052, Tahun : 2011
Telah disetujui dan sudah disahkan di hadapan Penguji Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari ……………Tanggal ………..20………
Pembimbing I Pembimbing II
Sumardiyono, SKM, M. Kes. Agus Widiyatmo, SE, M. Kes. NIP. 19650706 198803 1 002 NIP. 19761028 200810 1 001
Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM, M. Kes. NIP. 19650706 198803 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Laporan Umum dengaan judul :
Gambaran Sistem Respon Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang
Cikampek Jawa Barat
dengan peneliti :
Mega Karuni
NIM. R0008052
telah diuji dan disahkan pada tanggal :
Jumat, 13 Mei 2011
Mengetahui, Pembimbing Lapangan
Superintendent KPK
Sumarna Dadi Setiadi
Mengetahui,
Drs. M. Saaf Husnu
Manager PPSDM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
GAMBARAN RESPON TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT
Mega Karuni1, Sumardiyono2, Agus Widiyatmo3
Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana gambaran respon tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat. Metode : Kerangka pemikiran dari judul yang diambil penulis ini adalah melihat bahwa PT Pupuk Kujang merupakan suatu industri petrokimia yang mana dalam kegiatan operasional produksinya menggunakan bahan baku berupa gas alam, air dan udara yang mana dalam proses produksi membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi sehingga berpotensi besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran, peledakan, dan kebocoran gas atau bahan kimia. Oleh karena itu perlu adanya suatu sistem tanggap darurat sebagai upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi apabila terjadi keadaan darurat, sehingga timbulnya kerugian dapat diminimalisasi dan upaya penyelamatan manusia serta aset-aset perusahaan dapat lebih efektif dan efisien. Hasil : Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya terhadap objek penelitian dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan tanpa dilakukan tes hipotesa. Data yang diperoleh kemudian dibahas dan dibandingkan dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Ligkungan. Simpulan : PT Pupuk Kujang membagi keadaan darurat menjadi tiga tingkatan yaitu keadaan darurat tingkat I, II, dan III. Dalam penerapannya diterapkan tiga buah yaitu prosedur kesiagaan keadaan darurat, prosedur penanggulangan keadaan darurat dan prosedur pemulihan pasca keadaan darurat dan juga instruksi kerja yang berhubungan dengan keadaan darurat. Untuk itu dilakukan pelatihan-pelatihan serta disediakan sarana dan fasilitas penunjang keadaan darurat untuk mengantisipasi jika terjadi keadaan darurat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT Pupuk Kujang telah menerapkan prosedur maupun instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan keadaan darurat dengan baik sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Ligkungan. Kata kunci : Keadaan Darurat 1 Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusuna laporan ini sebagai tugas akhir dengan judul “Gambaran Respon Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat” dengan lancar.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Disamping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan. Selain itu laporan ini juga diharapkan dapat wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca.
Laporan magang ini disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan praktek kerja lapangan dengan data dan informasi yang didapat dari karyawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini akan jauh dari kesempurnaan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas terlaksananya kegiatan magang ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan. dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.OK Selaku Ketua Pogram D.III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing I. 4. Bapak Agus Widiyatmo, SE, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing II. 5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu staff pengajar dan karyawan/karyawati Program
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja. 6. Bapak Sumarna, selaku Superintendent KPK PT Pupuk Kujang yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan. 7. Bapak Dadi Setiadi, selaku pembimbing lapangan dan penguji. Terima kasih
banyak atas segala bimbingan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik moral maupun spiritual.
8. Bapak Asep Ridwan, Bp. Rahmat Rusyani, Bp. Mujiono, Bp. Endang Susman, Ibu Ida Rosida, Mas Adi, Mas Ainur, Mas Slamet, Bp. Yoen Sutarya, Bp. Irfan, Bp. Muhidin, Bp. Atim/ pak Tebe selaku anggota Bagian KPK dan Hiperkes PKC yang telah membantu dalam pengumpulan data dan penyusunan laporan penelitian.
9. Shift group A, B, C, dan D yang telah memberikan bantuan dalam melakukan observasi lapangan (khususnya kepada Bp. Cahya, Bp. Asep Rahmat, Bp. Dadi Mulyadi, Bp. Tohir, Bp. Endang Sodikin, Bp. Sugiyo, Bp. Suryadi, Bp. Ridwan, Bp. Atok, Bp, Haji Maman, Mas Idoy, Mas dede, Mas Yudo, Mas Dery, Mas Ridwan,Mas Erwin, Mas Abdurrohman, Mas Handri, Mas Hendra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Rekan-rekan OJT Mas Frima, Mas Husny, Mas Ance, Mas Yogi, Mas Aziz, Mas Adi, Mas Anjas, Mas Indra, Mas iin, Mas April, Mas Heru, Mas Tri, Mas Cecep, Mas Ramdani, Mas Sayoga, Mas Radi terimakasih atas bantuannya selama magang disana.
11. Teman-temanku seperjuangan dari UNS Lely dan Dian serta teman seperjuangan pada saat magang Yudha, Garna dan Doni terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian.
12. Teman-teman D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2008, teman-teman kos kepler terimakasih atas dukungan dan doa kalian.
13. Bapak, Ibu, Mas Dodi, Dek Galih, Mas Prila yang tercinta serta semua keluargaku yang tidak henti-hentinya mendo’akan dan telah memberikan dukungan moral, spiritual maupun material kepada penulis.
14. Serta semua pihak yang selalu mebantu penulis dalam segala hal sehingga penulis selalu konsisten dan semangat dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, demi kemajuan Hiperkes dan penulis pada khususnya. Untuk itu saran dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kemajuan kita bersama, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Surakarta, 13 Mei 2011 Penulis, Mega Karuni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ......................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7
1. Definisi .................................................................................... 7
2. Rencana Respon Gawat Darurat ............................................... 9
3. Peringatan dan Tanda Bahaya .................................................. 23
4. Rencana Pemulihan Keadaan Darurat ....................................... 24
5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan ......................................... 36
B. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 39
A. Metode Penelitian ........................................................................... 39
B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 39
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................. 39
D. Sumber Data .................................................................................. 39
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 40
F. Pelaksanaan .................................................................................... 40
G. Analisis Data .................................................................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 42
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 42
B. Pembahasan ................................................................................... 97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 114
A. Simpulan ........................................................................................ 114
B. Saran .............................................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 119
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Keadaan Darurat
Lampiran 2 Tanda Keadaan Darurat
Lampiran 3 Area Potensi Bahaya dan Jalur Evakuasi
Lampiran 4 Laporan Pemeriksaan Fire Hydrant
Lampiran 5 Laporan Pemeriksaan Fire Hose Box
Lampiran 6 Laporan Pemeriksaan Hose Reel
Lampiran 7 Laporan Pemeriksaan Safety Shower
Lampiran 8 Laporan Pemeriksaan APAR
Lampiran 9 Laporan Pemeriksaan Gardu Darurat
Lampiran 10 Laporan Pemeriksaan Sprinkler
Lampiran 11 Daftar Lokasi Penempatan APAR
Lampiran 12 Daftar Lokasi Penempatan Fire Hydrant, Hose Reel, Hose Box
Lampiran 13 Daftar Lokasi Penempatan Kotak P3K
Lampiran 14 Daftar Lokasi Penempatan Safety Equipment
Lampiran 15 Laporan Pemeriksaan P3K
Lampiran 16 Laporan Pemeriksaan Fire Alarm System
Lampiran 17 Laporan Pemeriksaan Sliding Chute dan Tangga Darurat
Lampiran 18 Daftar Penempatan SCBA dan Botol Cadangan
Lampiran 19 Laporan Pelaksanaan Latihan Keadaan Darurat
Lampiran 20 Laporan Kegiatan Maintenance KPK
Lampiran 21 Surat Keterangan Magang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan jaman, berkembang pula ilmu
pengetahuan dan penggunaan tekhnologi, terutama dalam bidang perindustrian.
Penggunaan mesin-mesin kerja yang canggih dapat memberikan keuntungan
yaitu pekerjaan dapat berjalan dengan cepat sehingga hasil yang diperoleh pun
lebih banyak. Akan tetapi penggunaan mesin-mesin modern dan canggih
itupun juga harus diwaspadai karena banyak potensi bahaya yang jika tidak
diwaspadai dan dikendalikan dapat menimbulkan bahaya ataupun kecelakaan
yang dapat merugikan tenaga kerja, perusahaan ataupun lingkungan sekitar.
Keadaan aman sepenuhnya tidak akan mungkin tercapai, hal ini
dikarenakan selalu terdapat kemungkinan faktor-faktor yang tidak
diperhitungkan. Oleh karena itu, di semua industri tidak cukup bila hanya
melalui perencanaan untuk keadaan operasi normal, tetapi juga harus membuat
perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya tidak lain yaitu untuk
meminimalisasi kerugian baik material maupun korban manusia jika terjadi
keadaan darurat di tempat kerja (Syukri Sahab, 1997).
Manajemen puncak perlu menyadari pentingnya perencanaan dan
persiapan keadaan darura. Untuk itu manajer keselamatan kerja perlu
memberikan penjelasan, serta mengupayakan agar rencana ini mendapat
dukungan. Untuk menyusun rencana keadaan darurat, terlebih dahulu perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diidentifikasi dan dievaluasi jenis dan skala keadaan darurat yang mungkin
terjadi. Selanjutnya disiapkan suatu rencana kerja. Perencanaan tersebut harus
dibuat oleh perusahaan, bila perlu dengan bantuan ahli dari pihak pemerintah
atau konsultan. Rencana juga bisa disusun bersama perusahaan lain bila
perusahaan berada dalam suatu kawasan zona industri (Syukri Sahab, 1997).
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat ini menuntut
sikap proaktif. Walaupun telah diambil langkah pencegahan yang memadai,
kemungkinan terjadinya keadaan darurat di industri tidak dapat dihilangkan
sama sekali. Karena itu setiap industri harus mempunyai rencana dan persiapan
keadaan darurat, yang didasarkan atas evaluasi risiko bahaya yang ada, sesuai
dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyebutkan bahwa “Perusahaan
harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana,
yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian yang
sebenarnya” (Syukri Sahab, 1997).
Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana dan
mudah dimengerti. Oleh karena, rencana darurat menyangkut soal tindakan
yang perlu guna mengatasi risiko yang masih ada setelah semua tindakan
pencegahan yang sesuai dilakukan (Syukri Sahab, 1997).
Berapapun pengawasan yang diimplementasikan, tidak mungkin
untuk menghilangkan segala masalah atau keadaan gawat darurat sama sekali.
Hal ini meliputi kecelakaan kerja, tumpahan bahan kimia, cedera akibat kerja,
dan rencana persiapan untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diduga ini. Prosedur gawat darurat yang terperinci harus dituliskan sebelum
keadaan darurat terjadi. Rencana yang dipersiapkan untuk menangani keadaan
ini mempunyai beberapa nama, namun demikian yang paling umum digunakan
adalah rencana respon gawat darurat dan rencana pemulihan bencana. Secara
ringkas, respon gawat darurat berurusan dengan pemberian pertolongan segera
pada individu dan lingkungan, sedangkan rencana pemulihan memperinci
bagaimana memulihkan dan menjalankan kembali bisnis yang ada. (Sertifikasi
ISO 14001)
Para ahli dibidang manajemen mengemukakan konsep
“Manajemen Pengendalian Kerugian” sebagai acuan guna meminimalisasi
kerugian perusahaan. Untuk itulah organisasi internasional untuk standardisasi
(ISO = International Standard Organization) mengeluarkan suatu konsep ISO
14000 secara berseri. Standar Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ini terdiri
dari berbagai rangkaian seri yang salah satu serinya adalah seri ISO 14001
tentang Enviromental Management System (EMS) atau Sistem Manajemen
Lingkungan.
Salah satu elemen pendukung dalam ISO 14001 adalah Prosedur
Gawat Darurat yang tertera dalam elemen 4.4.7 dimana dalam proses
operasinya, orang tersebut harus membuat prosedur kesiagaan keadaan darurat,
rencana respon keadaan darurat, serta rencana pemulihannya.
Dalam ISO 14001 elemen 4.4.7 kesiagaan dan tanggap darurat
dinyatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur :
a. Untuk mengidentifikasi potensi situasi darurat;
b. Untuk merespon situasi darurat tersebut.
2. Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat sebenarnya dan mencegah
atau menekan konsekuensi K3 yang ditimbulkannya.
3. Dalam merancang tanggap darurat, organisasi harus mempertimbangkan
keperluan pihak berkepentingan lainnya misalnya layanan darurat atau
tetangga berdekatan.
4. Organisasi harus juga secara berkala menguji prosedurnya untuk tanggap
terhadap situasi darurat, dan jika memungkinkan dengan melibatkan pihak
terkait yang relevan.
5. Organisasi harus secara berkala melakukan kajian dan bilamana mungkin
merevisi prosedur kesiapan dan tanggap darurat, khususnya setelah
pengujian berkala dan setelah terjadinya situasi darurat.
Untuk itu PT Pupuk Kujang Cikampek sebagai perusahaan yang
bergerak di bidang petrokimia berusaha mengimplementasikan respon tanggap
darurat sesuai dengan standar ISO 14001 : 2004 elemen 4.4.7, ISO 9001 :
2008, dan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 dalam kegiatan
proses produksinya.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan pentingnya penerapan prosedur kesiagaan dan
tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek maka yang menjadi rumusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran sistem respon
tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek?”
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian keadaan darurat itu sendiri.
2. Untuk mengetahui potensi bahaya apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
3. Untuk mengetahui tingkatan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang
Cikampek.
4. Untuk mengetahui prosedur untuk menangani keadaan darurat di PT Pupuk
Kujang Cikampek.
5. Untuk mengetahui persiapan awal dalam menghadapi keadaan darurat di PT
Pupuk Kujang Cikampek..
6. Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat terjadi
keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
7. Untuk mengetahui rencana pemulihan setelah terjadi bencana di PT Pupuk
Kujang Cikampek.
8. Untuk mengetahui kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi pada
pelaksanaan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil observasi yang dilakukan di PT Pupuk Kujang Cikampek makan
diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Dapat membandingkan secara langsung penerapan ilmu yang didapat
dari bangku kuliah dengan penerapannya di perusahaan.
b. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis tentang sistem
tanggap darurat di tempat kerja.
c. Dapat mengetahui segala permasalahan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja beserta penerapannya di perusahaan.
d. Dapat mengetahui persiapan dan langkah-langkah mengahadapi keadaan
darurat di suatu perusahaan khususnya di PT Pupuk Kujang Cikampek.
2. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Dapat menambah literatur di perpustakaan Program D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja mengenai respon tanggap darurat di lingkungan industri,
serta dapat mengukur sejauh mana kemampuan mahasiswa D.III Hiperkes
dan KK dalam menerapkan ilmu Keselamatan Kerja khususnya tentang
sistem tanggap darurat.
3. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan masukan berupa informasi, saran dan kritik
sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam meningkatkan
implementasi respon tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
a. Tempat Kerja
Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2. Termasuk
tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat
kerja tersebut ( Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1, ayat 1).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per-05/MEN/1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang
dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di
dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
b. Potensi Bahaya (hazard)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Potensi bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau
berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera,
penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi
operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).
c. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah keadaan tidak normal yang apabila terjadi
pada suatu tempat atau kegiatan cenderung membahayakan manusia,
merusak alat dan lingkungan.
Keadaan darurat adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dimana
terjadi kebakaran, peledakan tumpahan minyak/bahan kimia atau
terlepasnya gas dalam jumlah yang besar, kegagalan/kerusakan salah satu
alat utilitas utama atau suatu tindakan penyelamatan yang segera
diperlukan dalam suatu pabrik/perusahaan. Suatu keadaan darurat di
suatu perusahaan memerlukan tindakan segera untuk mengembalikan
kondisi yang aman secepat mungkin.
Keadaan darurat adalah suatu keadaan dimana perlu penanganan
khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh personil yang ada,
dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan kejadian, seperti kebocoran/
menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran, bencana
alam gempa bumi atau huru hara pada tingkat tertentu yang
membahayakan keselamatan dan aset perusahaan.
d. Tanggap Darurat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Suatu sikap untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal yang
tidak diinginkan, yang akan menimbulkan kerugian baik fisik, material
maupun mental spiritual.
2. Rencana Respon Gawat Darurat
Sistem tanggap darurat merupakan salah satu elemen pendukung dalam
ISO 14001 serta tertera dalam elemen 4.4.7. Di dalam elemen 4.4.7. tentang
sistem tanggap darurat ini, organisasi membuat prosedur untuk
mengidentifikasi potensi terjadinya kecelakaan dan situasi darurat
lingkungan serta prosedur untuk menanggapinya serta mencegah dan
mengurangi dampak lingkungan yang dapat terjadi berkaitan dengan
keadaan darurat tersebut.
Salah satu sumber yang berpotensi memberikan dampak yang besar
terhadap lingkungan adalah kondisi darurat seperti kebakaran, bocoran gas
ataupun bahan kimia, tumpahan bahan kimia, dan bencana alam. Dampak-
dampak yang berpotensi tersebut perlu di identifikasi dan dibuat rencana
untuk penanganannya. Persyaratan dalam menanggulangi keadaan darurat
dengan :
a. Adanya prosedur untuk mengidentifikasi potensi darurat dan langkah
untuk mencegah, menanggapinya, dan mengurangi semua kerusakan
lingkungan yang diakibatkannya.
b. Pengujian periodik dari prosedur darurat serta pembaharuan rencana dan
prosedur bila diperlukan menggunakan pengalaman dari keadaan darurat
sebenarnya atau sumber lainnya dengan uji coba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Secara garis besar suatu rencana respon gawat darurat dibagi menjadi
tiga, yaitu :
a. Persiapan Distribusi
Rencana gawat darurat harus dipersiapkan dan disusun oleh pakar
lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat yang
mempunyai pengetahuan akan kondisi dan peraturan yang berlaku.
Bagian-bagian yang harus memberikan sumbangan dalam pembuatan
rencana/melakukan peninjauan diantaranya Bagian Keamanan, Fasilitas,
Hukum dan Sumber Daya Manusia serta Tim Tanggap Darurat yang
harus terlibat dalam persiapan rencana atau dalam perbaikan selanjutnya
dari rencana yang ada sehingga mereka mengetahui keseluruhan rencana
dengan baik dan turut merasa sebagai penyumbang saran.
Salinan dari Rencana Gawat Darurat harus diberikan atau dibagikan
ke seluruh unit kerja. Atau sekurang-kurangnya satu salinan harus ada di
setiap gedung, yang biasanya diletakkan pada meja resepsionis, pos
penjagaan atau kotak di tembok dekat pintu keluar. Individu-individu
dibawah ini yang harus memiliki salinan yang dikontrol :
1) Setiap anggota Tim Tanggap Darurat
2) Komite Keselamatan
3) Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan
4) Dinas Pemadam Kebakaran
5) Rumah Sakit setempat
6) Koordinator Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Aktivitas Utama dan Komponen yang Harus Dipersiapkan Sebelum
Keadaan Darurat
Semua rencana gawat darurat harus bersifat spesifik, hal ini
diharapkan agar dapat berguna pada keadaan darurat. Ada beberapa
unsur kunci utama pada sebagian rencana Tim Respon Gawat Darurat,
hal-hal tersebut adalah :
1) Tim Respon Gawat Darurat
Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang
memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam
keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan
kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah yang
memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Tanggap Darurat,
serta setiap tim diangkat seorang pemimpin.
Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk
menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat.
Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka
kekurangannya akan diambil dari tiap gedung. Karena lamanya waktu
pelatihan, maka akan lebih efektif jika setiap anggota Tim Respon
Gawat Darurat harus bertugas sekurangnya selama 2 tahun atau lebih
jika mereka menginginkannya.
Anggota kunci dari Tim Tanggap Darurat adalah pemimpin tim.
Orang ini harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis
dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang
besar terhadap pekerja, lingkungan dan kegiatan bisnis. Orang yang
dipilih harus seorang yang berpikiran jernih, tenang, berpendidikan,
terlatih dan mempunyai kemampuan memimpin dengan kata lain
seorang pekerja ideal.
Pada organisasi yang efisien dan ringkas yang banyak dijumpai
dalam industri saat ini, terkadang sulit untuk mendapatkan jumlah Tim
Respon Gawat Darurat yang memadai. Semua bagian terlihat
kekurangan staf dan sulit dalam menentukan wakil untuk bergabung
dengan Respon Gawat Darurat untuk menangani masalah ini. Bagian
lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja harus terlebih dahulu
menyerahkan permintaan untuk sukarelawan dalam Respon Gawat
Darurat. Untuk alasan yang nyata dan jelas individu-individu yang
ingin bergabung dalam Respon Gawat Darurat lebih berharga dari
mereka yang ditugaskan. Bila tidak cukup sukarelawan yang
diperoleh, maka manajer tiap bagian harus menentukan siapa yang
harus bergabung dalam Respon Gawat Darurat. Perlu bagi bagian
lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja untuk mengirimkan
salinan dari kebijakan atau dokumen-dokumen lain yang memperinci
kebutuhan akan suatu Respon Gawat Darurat yang telah
ditandatangani oleh manajemen puncak.
2) Peralatan Perlindungan Personil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau Personal
Protective Equipment (PPE) harus disesuaikan dengan potensi bahaya
yang ada di lokasi tersebut. PPE yang harus disediakan misalnya alat
pelindung pernafasan, pelindung kepala, sepatu keselamatan, baju
tahan bahan kimia, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum
digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan
darurat yang sebenarnya.
3) Peralatan Pembersih
Sebelum keadaan darurat terjadi perlu juga disediakan peralatan
untuk membersihkan sisa penanggulangan keadaan darurat dan
menempatkannya di area yang beresiko tinggi. Sebagai contoh,
keadaan darurat yang diakibatkan oleh karena tumpahan bahan kimia
berbahaya peralatan pembersih yang disediakan meliputi bantal
penyerap, penetral asam-basa, kertas pH, drum dan kantong buangan,
label limbah berbahaya, sapu, sekop dan garu.
4) Pelatihan
Anggota tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang
bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda seperti tumpahan
bahan kimia, kebakaran, cedera, gempa bumi, dan masalah-masalah
cuaca yang ekstrem. Subyek-subyek yang diberikan termasuk
perlindungan pernafasan, pengetahuan tentang racun, sistem komando
kecelakaan, prosedur pembersihan tumpahan bahan kimia,
penanganan drum gawat darurat, klasifikasi bahaya pemakain lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
data keamanan bahan, identifikasi dan penilaian bahaya, peralatan
perlindungan diri (PPE), peralatan pemantauan, pertolongan pertama,
penanggulangan kebakaran, petunjuk tindakan gawat darurat dari
departemen transportasi, dekontaminasi, dan beberapa topik umum
dan spesifik lainnya.
Penting bagi manajemen untuk mendukung pelatihan Tim
Tanggap Darurat. Penyelia harus mengalokasikan waktu untuk
pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar-benar terlatih
dalam fungsi Tim Tanggap Darurat. Perwakilan Lingkungan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim
Tanggap Darurat harus selalu mendukung dan mencatat bahwa
pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.
Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja
mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan
kemampuan tenaga kerja selain melakukan pelatihan tersebut,
sebaiknya tenaga kerja mengikuti kelas khusus yang dapat diperoleh
dari universitas atau lokasi lainnya.
5) Pelatihan Praktik Tim Tanggap Darurat
Tim Tanggap Darurat harus mempraktikkan keterampilan yang
mereka pelajari selama pelatihan. Hal ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa mereka mengikuti prosedur yang benar. Latihan
ini diharapkan dilakukan setiap 2 bulan sekali, dengan diskusi pada
keberhasilan yang dicapai dan masalah yang dijumpai. Latihan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan sesuai jadwal bulanan Tim Tanggap Darurat dan sesekali
dilakukan secara mendadak.
6) Kondisi Fisik
Semua Tim Tanggap Darurat harus menjalani tes kebugaran,
pernafasan dan fisik. Dimana hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
Dokter digunakan sebagai syarat untuk menentukan apakah anggota
Tim Tanggap Darurat dalam keadaan sehat atau sakit, sehingga dapat
berpartisipasi dalam kegiatan Tim Tanggap Darurat.
7) Komunikasi Tim Tanggap Darurat
Anggota Tim Tanggap Darurat masing-masing harus memiliki
radio panggil, telepon genggam, radio komunikasi atau alat
komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat
mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi mereka harus
diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis, Operator,
Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat,
juga perlu memberikan beberapa jenis alat komunikasi gawat darurat
pada tiap pimpinan perwakilan lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan kerja dari tiap situs, penjaga keamanan dan perawat di
situs tersebut, karena merekalah sumber daya yang berguna bagi Tim
Respon Gawat Darurat bila terjadi keadaan gawat darurat.
8) Rencana Tanggap Darurat
Rencana Tanggap Darurat perlu dipersiapkan sebelum kejadian
gawat darurat terjadi. Rencana yang dibuat harus diperbaharui apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rencana tersebut sudah tidak valid dengan kondisi yang ada dan terjadi
suatu perubahan penting.
9) Ketersediaan Tim
Tim Tanggap Darurat harus siap setidaknya selama jam kerja
operasional dari fasilitas tersebut. Untuk kegiatan operasional yang
berlangsung terus-menerus, berarti Tim Tanggap Darurat harus berada
di tempat selama 24 jam. Sehingga jelas diperlukan tim dalam
pergantian shift pada sistem jam kerja.
10) Penentuan Nomor Telepon Intern untuk Keadaan Darurat
Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus
ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon intern.
Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat.
Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke
Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (Ambulans). Dimana
penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil diskusi dengan
Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari lokasi
yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator
kecelakaan/pemimpin Tim Tanggap Darurat.
11) Penentuan Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat
Nomor telepon dan petunjuk harus diberikan menyangkut telepon
ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Ambulans. Panduan sangat
penting karena banyaknya keadaan “abu-abu” ketika pihak keamanan
tidak yakin apakah hal tersebut darurat atau tidak. Bila ada keragu-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
raguan, keadaan tersebut harus diasumsikan sebagai keadaan gawat
darurat dan pihak-pihak terkait segera dihubungi.
12) Peta Evakuasi
Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan ditempatkan di
beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta ini harus
menunjukan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan, dan titik
pertemuan. Disarankan bahwa peta evakuasi juga menunjukan lokasi
rencana gawat darurat, meja resepsionis, pemadam kebakaran, pencuci
mata, pancuran air, peralatan untuk menangani tumpahan bahan
kimia, P3K, dan elemen penting lainnya. Para pekerja harus diberitahu
untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan
keluar utama tertutup.
13) Sistem Pemberitahuan Masyarakat
Beberapa jenis sistem komunikasi harus tersedia saat keadaan
gawat darurat. Apapun sistem yang dipilih, harus dapat didengar di
seluruh area pabrik tempat pekerja mungkin berkumpul, termasuk
area-area yang jauh, kamar mandi, ruang istirahat, dan area yang
bising. Sistem komunikasi gawat darurat harus diuji setiap bulan
untuk memastikan bahwa sistem itu bekerja dengan sempurna.
14) Titik Pertemuan di Luar Lokasi
Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan
sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk
berkumpul di titik tersebut pada saat keadaan darurat. Para penyelia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diberitahu bahwa titik ini adalah tempat dimereka memimpin segera
setelah evakuasi dilakukan. Untuk melakukan hal ini secara efisien,
maka pengawas harus mengetahui siapa saja yang ada di dalam shift,
sakit atau cuti.
15) Peralatan Gawat Darurat Lain
Selain peralatan pembersih tumpahan, radio, dan peralatan
perlindungan personil, ada peralatan gawat darurat lainnya yang juga
harus dimiliki. Pancuran pengaman, alat pencuci mata, pemadam
kebakaran, P3K, alat transfusi darah, oksigen, peralatan
dekontaminasi adalah contoh peralatan berguna lainnya.
16) Praktik Keadaan Darurat dan Evakuasi
Sekurang-kurangnya satu tahun sekali seluruh pekerja dan tim
tanggap darurat harus melakukan latihan praktik keadaan darurat dan
evakuasi. Bila seluruh fasilitas terganggu pada saat dilakukan latihan
bersama, maka tiap bagian dapat melakukan latihan terpisah. Para
pekerja yang harus menangani proses-proses penting harus melakukan
latihan mereka setelah giliran tugas mereka selesai. Bila
memungkinkan, lebih baik melakukan latihan bersama bagi seluruh
fasilitas pabrik seperti pada kasus gawat darurat yang sesungguhnya.
c. Kegiatan Selama Keadaan Darurat
Salah satu yang sangat penting dalam hal perencanaan keadaan gawat
darurat adalah perencanaan kegiatan selama keadaan darurat. Tim
Tanggap Darurat harus dipersiapkan agar mampu bertindak cepat, efisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan aman pada segala situasi yang dapat terjadi pada suatu keadaan
darurat yang sesungguhnya. Tidak mungkin untuk membuat daftar
tindakan yang direkomendasikan secara langsung, karena tindakan yang
cocok untuk suatu situasi belum tentu cocok untuk situasi lainnya, maka
suatu percobaan dilakukan untuk menyajikan saran-saran dengan urutan
garis besar yang biasa terjadi. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan
pada saat terjadi keadaan darurat diantaranya:
1) Pemberitahuan
Tim Tanggap Darurat diberitahu akan terjadinya keadaan darurat
oleh pusat komando pengamanan atau sumber lain, kemudian
berkumpul di dekat lokasi gawat darurat pada tempat yang aman.
Pemberitahuan pada Tim Tanggap Darurat dapat dilakukan melalui
telepon genggam, radio komunikasi, alat komunikasi lainnya dan
dilakukan pemberitahuan terhadap masyarakat. Sistem pemberitahuan
masyarakat harus menjadi pilihan yang terakhir karena dapat membuat
pekerja panik pada saat Tim Respon Gawat Darurat belum
dikumpulkan untuk membantu mengatur situasi panik tersebut.
2) Evakuasi
Tim Tanggap Darurat akan membunyikan tanda bahaya dan
mengevakuasi pekerja dari area bahaya bila ada ancaman terhadap
keselamatan jiwa manusia. Keputusan untuk mengevakuasi pekerja
harus dilakukan oleh Pemimpin Tanggap Darurat kepada masing-
masing petugas K3 Representatif dari masing-masing unit kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan masukan dari sebanyak mungkin individu yang mengerti
keadaan yang sedang terjadi, seperti penyelia area. Para pekerja harus
diberitahu untuk keluar dari area secara teratur melalui rute yang
ditentukan dalam peta evakuasi.
Segera setelah tanda bahaya atau pengumuman dilakukan Tim
Respon Gawat Darurat dan para penyelia harus memastikan bahwa
evakuasi berjalan secara lancar. Sebagai contoh, para pekerja tidak
boleh panik, tidak boleh memakai elevator, dan tidak membawa
barang-barang pribadi. Ketika penyelia keluar dari area, mereka harus
melakukan pemeriksaan pada kamar kecil atau ruang-ruang lain
tempat para pekerja masih mungkin tertinggal.
3) Penghitungan Pekerja pada Titik Pertemuan
Adalah tanggung jawab pengawas untuk menghitung seluruh
pekerjanya pada titik pertemuan, termasuk yang sakit dan cuti. Bila
ada pekerja yang hilang, Pimpinan Tim Tanggap Darurat harus
diberitahu tentang nama dan lokasi terakhirnya. Para pekerja harus
diberitahu untuk tidak masuk kembali ke area pabrik sampai ada tanda
yang diberikan oleh Pimpinan Tim Tanggap Darurat.
4) Penilaian Keadaan Darurat
Setelah wawancara singkat dengan pekerja yang terlihat, Tim
Tanggap Darurat akan mengenakan PPE (Personal Protective
Equipment) dan memeriksa area untuk memastikan semua pekerja
sudah keluar dan membuat penilaian akan keadaan darurat tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sistem pengenalan harus dilakukan dalam penilaian ini. Bahan yang
tertumpah atau penyebab gawat darurat lainnya harus diidentifikasi
secara jelas dengan melihat label, menggunakan pengukur, atau
metode lainnya.
5) Memindahkan Pekerja yang Cidera
Bila ditemukan adanya pekerja yang cidera, maka harus
dipindahkan dari lokasi keadaan darurat hanya oleh Tim Tanggap
Darurat yang memakai PPE (Personal Protective Equipment)
lengkap. Apabila tim tidak cukup memadai, perlu menunggu sampai
ambulans tiba membawa peralatan lengkap untuk memindahkan
pekerja tersebut.
6) Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar
Bila dibutuhkan bantuan yang sifatnya segera ke pihak luar pada
saat tanggap darurat dan tidak bisa ditangani secara intern maka
Pimpinan Tim Tanggap Darurat akan menginstruksikan untuk
menghubungi instansi luar seperti Kepolisian, Pemadam Kebakaran,
Pemerintah, Rumah Sakit dan Aparat pemerintah lainnya sesuai
dengan daftar yang ada.
7) Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu
Selama keadaan gawat darurat mungkin perlu untuk menghentikan
saluran gas, listrik, air, atau sarana lainnya. Pimpinan Tim Tanggap
Darurat akan memutuskan dengan masukan dari lainnya, seperti
bagian prasarana. Harus diperhatikan untuk tidak menghentikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terlalu banyak yang dapat menghalangi usaha penyelesaian gawat
darurat dan menyebabkan gangguan yang serius pada kegiatan bisnis.
8) Mendirikan Penghalang
Penghalang menandakan bahwa suatu zona isolasi melarang
siapapun masuk kecuali Tim Tanggap Darurat. Ketika mendirikan
zone isolasi Tim Respon Gawat Darurat harus mempertimbangkan
kemungkinan adanya uap yang dapat menyebar secara luas dengan
cepat. Bila ini terjadi maka dalam jarak arah angin tertentu harus
dievakuasi dan penghalang didirikan.
9) Penghentian Sumber
Sumber bahaya harus segera dihentikan bila hal tersebut dapat
dilakukan dengan aman. Misalnya menutup lubang kebocoran bahan
kimia berbahaya dan lain-lain. Sebagai contoh , PPE lengkap dan
sistem pengenalan harus selalu digunakan, tanpa melihat besarnya
sumber kebocoran.
10) Menyebarkan Informasi pada Para Pekerja
Pengawas harus menyebarkan informasi yang sebenarnya pada
pekerja untuk meredakan ketegangan mereka. Bila terpaksa harus
dipulangkan, maka nama dan tujuan dari pekerja yang dipulangkan
harus dicatat oleh pengawas.
11) Membersihkan Sisa-sisa Penanggulangan
Bila keadaan sudah memungkinkan untuk kegiatan pembersihan
sisa-sisa penanggulangan, maka harus segera dibersihkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12) Pelaporan
Pelaporan ini harus dilakukan dalam jangka waktu tertentu,
tergantung dari badan yang mengaturnya atau akan terjadi pengenaan
denda.
13) Pekerja Memasuki Gedung Kembali
Pimpinan Tim Tanggap Darurat akan menentukan (dengan
bantuan lainnya) dan mengumumkan bagian gedung/area mana yang
cukup aman untuk dimasuki. Tidak seorangpun tanpa terkecuali boleh
mengizinkan orang-orang kembali ke area.
14) Pertemuan Penutup
Tim Tanggap Darurat, Perwakilan Manajemen, Perwakilan
Lingkungan, Tim K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) serta badan-
badan yang terlibat harus mengadakan pertemuan setelah keadaan
darurat yang terjadi, untuk mendiskusikan masalah, menilai tindakan
terhadap keadaan darurat dan melakukan perbaikan untuk masa
mendatang. Hasil pertemuan harus disebarluaskan pada para pekerja
untuk mengurangi ketegangan.
3. Peringatan dan Tanda Bahaya
Bila suatu keadaan darurat terjadi, maka perlu tanda peringatan segera
dibunyikan secepatnya, dan tindakan segera dilakukan. Tidakan cepat
biasanya dapat membatasi agar keadaan cepat dapat tetap terkendali. Ada
tiga hal yang perlu ditentukan adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Siapa yang bertugas dan berhak membunyikan alarm tanda keadaan
darurat.
b. Melatih personil
c. Sistem peringatan dini
Untuk membunyikan tanda peringatan darurat, dapat ditugaskan kepada
setiap pekerja, tetapi juga dapat ditugaskan pada orang-orang tertentu pada
masing-masing shift dan masing-masing lokasi. Untuk berbagai keadaan
darurat perlu irama yang berbeda-beda. Karena itu pekerja yang ditunjuk
perlu dilatih membunyikan berbagai irama tanda peringatan sedang seluruh
karyawan perlu membiasakan dan memahaminya serta bersiap
melaksanakan peran masing-masing sesuai jenis bahaya yang terjadi.
Sesudah tanda peringatan dibunyikan, maka kegiatan penanggulangan
keadaan darurat diaktifkan. Setiap personil segera menempati pos masing-
masing dan melaksanakan tugas sesuai organisasidan prosedur yang
ditentukan. Koordinator lapangan segera menuju tempat kejadian untuk
mengambil alih komando. Setiap petugas segera menuju pos yang
ditentukan, dan secepatnya mempersiapkan peralatan dan siap menerima
komando (Syukri Sahab, 1997).
4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
Rencana keadaan darurat juga meliputi kegiatan pasca kejadian. Setelah
keadaan dapat diatasi maka operasi perusahaan harus secepatnya dipulihkan
kembali. Apabila tidak ada kerusakan yang berarti, maka pabrik kembali
dijalankan dengan sangat hati-hati sesuai dengan prosedur (start up)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dibawah pengawasan ahli dan dilakukan uji coba operasi di bawah kapasitas
normal. Kalau ditemukan kerusakan yang berarti, maka langkah pertama
adalah mengiventarisasi kerusakan, dilanjutkan dengan perbaikan dan
rehabilitasi semua kerusakan dan selanjutnya uji coba operasi. Bila pada
operasi percobaan berhasil baik, maka dilanjutkan pada operasi normal
(Syukri Sahab, 1997).
Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan keadaan darurat
dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Perlu untuk menyusun
suatu rencana pemulihan keadaan darurat untuk membantu pemulihan. Jika
tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi
organisasi.
a. Kegiatan-kegiatan awal dari rencana pemulihan keadaan darurat yaitu :
1) Menyusun Tim Pemulihan Keadaan Darurat
Anggota-anggota tim ini terdiri dari Tim Tanggap Darurat ditambah
perwakilan-perwakilan dari bagian-bagian seperti operasi, sistem
manajemen informasi, produksi, pengadaan bahan, prasarana,
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, keamanan, penjualan,
rekayasa, dan mutu.
2) Identifikasi Sumber-sumber Daya yang Ada di Lokasi
Suatu daftar inventaris kegiatan operasional yang kritis dan sumber
daya yang tersedia harus dibuat. Bila lokasi yang ada mengalami
kerusakan sebagian atau selurunya, daftar inventaris ini akan
menunjukkan apa yang harus segera diganti. Daftar inventaris ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mencakup orang-orang, file, produk yang dihasilkan dan bahan
bakunya yang disusun dengan menggunakan dokumen-dokumen yang
ada. Daftar inventaris ini juga penting dalam hal penggantian kerugian
oleh pihak asuransi.
3) Penilaian dan Strategi atas Dampak Potensial
Suatu penilaian tentang apa yang mungkin terjadi pada setiap sumber
daya penting yang diidentifikasi pada langkah 2 harus dibuat untuk
menanggapi kemungkinan kejadian bencana. Ini akan menunjukkan di
bagian mana cadangan diperlukan.
4) Strategi Minimisasi Dampak yang Potensial
Didasarkan pada langkah 2 dan 3, satu strategi minimisasi dampak
yang potensial harus dipersiapkan untuk sumberdaya-sumberdaya
yang dianggap penting dan mempunyai kecenderungan yang tinggi
untuk terkena dampak atau rusak. Sebagai contoh, hal ini mungkin
mencakup peningkatan pelatihan, pembuatan file-file cadangan dan
cadangan untuk kegiatan operasional di lokasi lainnya. Penyimpanan
tambahan bagi bahan- bahan kimia dan limbah, peningkatan Rencana
Gawat Darurat, persiapan menghadapi gempa dan system pemadaman
api tambahan, pancuran, selang air, dan tabung pemadam kebakaran.
5) Strategi Pemulihan
Tidak mungkin untuk menghindari semua dampak dari suatu bencana
dan dampak-dampak tertentu tidak dapat diminimisasi atau dihindari
bila bencana yang hebat terjadi. Dalam situasi ini yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan oleh oleh organisasi adalah menyiapkan strategi pemulihan
dan melakukannya dengan sebaik mungkin.
6) Nomor Telepon dan Kontak
Harus ada lebih banyak nomor telepon gawat daurat pada strategi
pemulihan bencana daripada rencana gawat darurat. Nomor-nomor
telepon gawat darurat perlu untuk dicatat dalam rencana pemulihan
bencana. Sebagai tambahan pada apa yang sudah ada dalam rencana
respon gawat darurat, nomor-nomor telepon seperti Pemilik
Bangunan, Pertahanan Sipil dan Manajemen Puncak harus
dimasukkan.
7) Inspeksi Rutin
Sumber daya perusahaan dan peralatan pemulihan keadaan darurat
harus diinspeksi secara berkala, harus ditingkatkan sejalan dengan
perubahan sumber daya yang dimiliki. Direkomendasikan untuk
melakukan kegiatan ini setidaknya sekali dalam tiga bulan.
8) Pusat Pengendalian Pemulihan
Bila keseluruhan kegiatan operasional berada dalam satu gedung,
maka pusat pengendalian pemulihan keadaan darurat/bencana harus
didirikan di luar lokasi. Pusat pengendalian ini dapat didirikan di
fasilitas perusahaan lainnya selama letaknya tidak terlalu jauh dari
lokasi bencana. Tidak dianjurkan untuk membuat markas
pengendalian pemulihan bencana di kantor pusat perusahaan, karena
bila terjadi bencana keduanya akan lumpuh bersamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Markas Pusat Pengendalian Pemulihan Bencana harus secanggih
organisasi yang didukungnya. Bila organisasi kecil atau tidak
bergantung pada sistem informasi manajemen yang rumit, maka
markas pusat pengendalian tersebut cukup hanya memiliki beberapa
file cadangan. Sebaliknya, jika organisasinya besar, maka markas
pusat pengendalian harus menjadi pusat pengendali. Dalam hal ini
harus tersedia file cadangan, telepon, komputer, pembangkit tenaga
listrik cadangan makanan dan minuman, persediaan P3K, peralatan
kantor, dan fasilitas tempat tidur untuk beberapa pekerja.
9) Perawatan Pencegahan
Bila peralatan produksi dan pengawasan lingkungan dirawat dengan
baik, maka keduanya akan membawa dampak yang lebih kecil pada
kegiatan operasional dan lingkungan bila terjadi bencana. Kebanyakan
fasilitas yang dimiliki bagian-bagian mempunyai jadwal perawatan
pencegahan ini, sehingga produksi dapat berjalan normal. Karena itu
perlu ditekankan bahwa jadwal tersebut ada dan frekuensi perawatan
mencukupi.
10) File dan Sistem Komputer Cadangan
Data-data penting yang disimpan dalam sistem komputer harus dibuat
cadangannya dan disimpan di luar lokasi setiap minggunya. Sistem
perangkat lunak utama yang digunakan dalam kegiatan operasional
juga harus dapat berfungsi di tempat lain, selain dari yang ada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lokasi. Informasi penting yang disimpan dalam disket juga harus
dipindah ke lokasi di luar tempat kejadian secara berkala.
11) Cadangan File-file/ Dokumen
Dokumen yang penting untuk kegiatan operasional harus dibuat
salinannya dan disimpan di tempat cadangan. Salah satu alternatif
adalah dengan mentransfer informasi yang penting ke dalam hard disk
computer, disket atau mikro film,dan disimpan di lemari yang tahan
api. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan scanner atau
mentransfer informasi ke dalam komputer.
12) Komunikasi
Sistem komunikasi mungkin rusak karena keadaan darurat dan
melumpuhkan usaha-usaha pemulihan kegiatan operasional. Karena
itu perlu memiliki pembangkit tenaga cadangan dan alat-alat
komunikasi pendukung. Sebagai contoh telepon seluler dan radio
komunikasi.
13) Persediaan untuk Pekerja
Beberapa persediaan harus dibeli sebelum bencana, untuk kesehatan
dan keselamatan para pekerja yang tidak dapat pulang ke rumah
mereka. Hal ini termasuk air, selimut, senter, alat-alat dan makanan.
14) Peralatan untuk Perlindungan Lingkungan
Hal ini untuk meminimumkan dampak terhadap lingkungan selama
keadaan darurat terjadi, terutama berlaku untuk kegiatan yang
menggunakan atau menyimpan bahan-bahan kimia atau limbah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berbahaya dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh, tergantung pada
kegiatan operasional, drum dan pompa cadangan perlu dimiliki bila
tangki penyimpanan yang ada hancur selama terjadi bencana/keadaan
darurat.
15) Gambar-gambar Fasilitas Lokasi
Semua gambar mengenai fasilitas yang ada harus disatukan dan
disimpan di markas pengendalian bencana/keadaan darurat.
16) Pembuatan Salinan dan Penyebaran Rencana
Untuk alasan yang jelas penting untuk menyiapkan dan menyebarkan
rencana yang dibuat sebelum bencana terjadi. Keseluruhan bagian
pemulihan bencana dapat menjadi garis besar umum untuk rencana
yang dibuat dan kemudian informasi lokasi yang spesifik dapat
ditambahkan. Segera setelah rencana selesai, harus diberikan pada
Tim Respon Gawat Darurat, tim pemulihan bencana, pos komando
keamanan, perwakilan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan,
petugas keamanan, dan manajemen puncak. Rencana tersebut harus
diperbaharui sekurangnya sekali setahun atau lebih cepat bila terjadi
perubahan yang besar.
b. Selama dan Segera Setelah Suatu Bencana
Setelah Tim Repon Gawat Darurat dapat menguasai krisis yang
terjadi seperti terdapat dalam rencana respon gawat darurat , aktivitas-
aktivitas berikut ini harus dilakukan. Aktivitas-aktivitas ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dianggap sebagai tindakan pemulihan yang dijelaskan pada langkah
strategi pemulihan sebelumnya.
1) Membentuk Tim Pemulihan Bencana/ Disaster Recovery Team
Tim Respon Gawat Darurat telah dibentuk dan menjelaskan tentang
hal-hal yang menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja dan
sekarang saatnya berubah menjadi suatu Tim Pemulihan Bencana
(DRT). Anggota tambahan perlu dicari dan mengikutsertakan pekerja
dari bagian Sistem Informasi Manajemen, produksi, bahan-bahan,
operasional, dan keuangan.
2) Pemeriksaan Area
Tim Pemulihan Bencana akan melakukan pemeriksaan untuk melihat
apakah ada hal-hal yang berbahaya, dan jika ada yang ditemukan,
memberitahu kepada para pekerja untuk menjauh. Ini merupakan
pemeriksaan keamanan yang kedua setelah Tim Respon Gawat
Darurat melakukan pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksaan ketiga juga
akan dilakukan saat membuat penilaian kerusakan bisnis yang ada
dapat diselesaikan. Hal ini harus mencakup foto-foto dan jumlah biaya
yang diperlukan untuk kembali beroperasi dan rekomendasi-
rekomendasi.
3) Kebutuhan para Pekerja
Walau kebutuhan untuk keselamatan pekerja sudah dipenuh,
kebutuhan jangka panjang juga harus sudah mulai difikirkan. Ini
mencakup memberikan informasi kepada keluarga mereka atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membantu memindahkan keluarga mereka. Pekerja mungkin
mempunyai kebutuhan lain selama atau sesudahnya terjadinya
bencana. Sebagai contoh apabila terjadi gempa bumi dahsyat dan
beberapa pekerja tidak dapat pulang ke rumah, maka makanan,
minuman, selimut, dan pelindungan sementara akan diperlukan.
4) Perusahaan Asuransi
Perwakilan asuransi properti harus dipanggil dan segera melihat
langsung tempat kejadian. Perwakilan ini dapat merekomendasikan
perusahaan yang dapat membantu usaha perbaikan. Mereka harus
dipanggil seawal mungkin, sebelum perbaikan dimulai sehingga
tindakan perbaikan dapat berjalan dengan benar dan jaminan
pertanggungan maksimum dapat diberikan. Kadang-kadang perbaikan
yang mendesak harus dilakukan segera, bahkan sebelum agen asuransi
datang.
5) Mengumpulkan Mereka yang Terampil
Seluruh pekerja yang mampu harus melaporkan daripada kantor
sementara untuk mencocokan keterampilan mereka dengan pekerjaan-
pekerjaan perbaikan yang dapat dilakukannya. Hal ini tidak hanya
membantu organisasi tetapi juga membantu para pekerja mengatasi
bencana yang terjadi dengan lebih baik karena mereka akan merasa
produktif dan berguna
6) Memulihkan Prasarana (Utilitas)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Saat terjadi bencana mungkin beberapa prasarana (utilitas) harus
dihentikan baik karena sengaja maupun karena kecelakaan. Tim
Pemulihan Bencana harus mengupayakan pulihnya gas, listrik, air,
dan sarana-sarana pembuangan untuk memulihkan keadaan. Bila
terdapat bahan-bahan kimia, maka listrik harus diupayakan hidup
terlebih dahulu sehingga sistem ventilasi dapat bekerja kembali
membersihkan uap-uap yang ada. Pemulihan listrik ini harus
dilakukan dengan hati-hati karena dapat membakar uap dari bahan-
bahan kimia yang mudah terbakar dan bahan bakar yang ada di lokasi.
7) Memulihkan Komunikasi
Bantuan perusahaan telepon mungkin diperlukan untuk memulihkan
sambungan telepon. Bila mendesak perlu diupayakan untuk
menggunakan telepon seluler, radio panggil atau alat-alat komunikasi
lainnya. Segera setelah sistem saluran telepon bekerja maka saluran
hotline harus dibentuk untuk menjawab pertanyaan pekerja dan
masyarakat.
8) Perbaikan Fasilitas Pabrik
Tim Pemulihan Bencana harus membantu memindahkan kegiatan
operasi, jika diperlukan ke tempat lain dan/ atau mulai memperbaiki
pertama adalah ventilasi dan pemadaman kebakaran, diikuti oleh
pemulihan pos pengendalian keamanan. Kerusakan yang hebat pada
fasilitas yang ada mungkin memerlukan pengalihan lokasi sementara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lokasi tersebut dapat berupa area yang tidak mengalami kerusakan
atau sepenuhnya diluar tempat kejadian.
Bila terjadi kebakaran, system pemadam kebakaran mungkin akan
membuat semua menjadi basah. Peralatan dan bahan-bahan basah
harus dipindahkan atau dikeringkan segera untuk mencegah terjadinya
kerat, jamur, dan gangguan kesehatan. Dokumen-dokumen yang rusak
karena air harus segera dikeringkan atau diganti. Beberapa kerusakan
karena asap juga mungkin terjadi yang dapat mengarah pada
kontaminasi produk atau korosi yang tidak diperbaiki.
9) Pemeriksaan dan Perbaikan Struktur dan Tumpahan Bahan Kimia dan
Limbah Berbahaya
Dengan mengansumsikan bahwa kebocoran dan tumpahan bahan
kimia dan limbah berbahaya telah diselesaikan pada kegiatan Tim
Respon Gawat Darurat sebelumnya, maka tibalah saatnya untuk
membuktikan bahwa seluruh sistem limbah dan bahan kimia berada
pada keadaan yang aman dan tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Bila dijumpai adanya kemungkinan masalah sistem
tersebut harus segera diperbaiki. Tangki penyimpanan bawah tanah
dan jaringan pipa adalah area yang cenderung mengalami masalah dan
sulit untuk diperiksa. Karena itu kontraktor yang bergerak di bidang
pengujian kebocoran tangki harus dipanggil.
10) Memulihkan Sistem Komputer/ Sistem Informasi Manajemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hampir seluruh operasi bergantung pada sistem komputer yang
mereka miliki karena itu fungsi Sistem Informasi Manajemen yang
penting harus diperbaiki atau dipindahkan secepat mungkin. Sistem
cadangan yang member dukungan pada pelanggan harus dipulihkan
terlebih dahulu. Bila sudah ada sistem cadangan sebelumnya, maka
pekerjaan ini akan lebih mudah.
11) Penggantian File-File Penting
File-file penting yang hancur karena bencana harus dibuat kembali
dari catatan file yang ada. Hal ini penting terutama bagi file-file
lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja, konsumen dan
personil. Pekerjaan ini akan lebih mudah bila file yang ada sudah
dibuat dalam disket atau mikro film.
12) Memulihkan Sistem Sumber Daya Manusia dan Keuangan
Mungkin perlu untuk memindahkan sistem sumber daya manusia dan
keuangan tertentu seperti administrasi penggajian dan upah ke lokasi
lain untuk sementara waktu. Lokasi yang paling cocok adalah lokasi
dimana catatan-catatan cadangan disimpan. Disarankan sebelumnya
agar catatan-catatan keuangan yang penting dibuat salinannya dan
disimpan di tempat lain. Bila catatan sudah disalin dan disimpan,
mereka dapat membantu memulihkan kegiatan operasional.
13) Berurusan dengan Media
Semua berhubungan dari media harus diarahkan pada manajer humas
dari situs kejadian. Tidak boleh ada pekerjaan lain yang memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pernyataan. Diharapkan pemberitahuan media dapat membantu
menarik dukungan dan bantuan bagi para korban bencana. Namun
demikian terkadang pemberitaan media hanya menyebabkan
kekacauan dan ketegangan emosional.
5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan
Rencana respon gawat darurat dan pemulihan bencana harus dapat
diubah. Hal ini penting dalam hal nama-nama anggota tim dan sumberdaya-
sumberdaya yang ada di dalam dan di luar organisasi. Nama-nama yang
diperlukan harus selalu ada atau rencana tersebut akan menjadi tidak efektif.
Setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota, maka harus ada
mekanisme yang harus dapat memperbaiki rencana secara efektif.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dari judul yang diambil penulis tentang respon
tanggap darurat dapat dijelaskan sebagai berikut: Dalam kegiatan operasional
industri akan melibatkan berbagai unsur antara lain tenaga kerja (sebagai
pelaksana), bahan baku (sebagai bahan untuk pembuatan produk), peralatan
produksi (sebagai alat/mesin untuk melakukan proses produksi), tempat kerja
(sebagai tempat berlangsungnya kegiatan produksi) proses produksi dan hasil
produksi itu sendiri. Dimana kegiatan operasional produksi tersebut dapat
mengandung potensi bahaya. Apabila salah satu diantara keenam unsur
tersebut mengalami masalah atau gangguan, maka bisa berpotensi
menyebabkan terjadinya suatu keadaan darurat seperti kecelakaan kerja,
kebakaran, peledakan, kebocoran B3 maupun bencana alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Oleh karena itu perlu dibuat dan disusun suatu prosedur keadaan darurat
yang digunakan sebagai panduan untuk mengantisipasi keadaan darurat.
Prosedur tersebut meliputi prosedur kesiagaan keadaan darurat yang berisi
persiapan-persiapan menghadapi keadaan darurat, rencana keadaan darurat
yang berisi komponen-komponen pendukung keadaan darurat, prosedur
penanggulangan keadaan darurat yang berisi langkah-langkah penanggulangan
keadaan darurat, serta prosedur rencana pemulihan pasca keadaan darurat, agar
keadaan yang semula tidak normal dapat segera kembali normal dan produksi
berjalan kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bagan Kerangka Pemikiran
Kegiatan Operasional Industri
Keadaan Normal
Proses Produksi
Tenaga Kerja
Tempat Kerja
Peralatan Produksi
Bahan Baku
Potensi Bahaya
Kebocoran B3
Peledakan Kebakaran Kecelakaan Kerja
Bencana Alam
Keadaan Darurat
Prosedur Keadaan Darurat
Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat
Rencana Keadaan Darurat (RKD)
Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
Persiapan Komponen Pendukung RKD
Tindakan Penanggulangan
Pelaksanaan Tanggap Darurat
Prosedur Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
Normal
Hasil Produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran secara jelas
berdasarkan oleh suatu fakta dan data yang ada yang dipergunakan untuk
penulisan laporan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data yang dilakukan adalah di PT Pupuk Kujang Jl.
Jend. A. Yani No. 39 Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dan ruang lingkup penelitian ini berupa :
1. Rencana Respon Gawat Darurat (Emergency Response Plan)
2. Organisasi/ tim tanggap darurat
3. Penanggulangan Keadaan Darurat
4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
5. Potensi bahaya di tempat kerja
6. Tenaga kerja
7. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam keadaan darurat
8. Kondisi lingkungan tempat kerja.
D. Sumber Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Data Primer
Dalam penyusunan laporan ini penulis memperoleh data secara langsung
yaitu dari:
1. Mengadakan observasi langsung ke lapangan
2. Wawancara
3. Mengikuti training
2. Data Sekunder
Data penyusunan laporan ini diperoleh secara tidak langsung yaitu dari :
a. Prosedur integrasi mengenai pelaksanaan keadaan darurat di PT Pupuk
Kujang Cikampek.
b. Instruksi Kerja tentang keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
Dokumen dan data-data perusahaan yang berkaitan dengan tanggap darurat
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Data diperoleh yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian di PT Pupuk Kujang Jl. Jend. A. Yani No. 39
Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung
dengan pihak yang terkait dan berwenang dengan masalah tanggap darurat
di PT Pupuk Kujang Cikampek, sehingga dapat mengetahui tindakan-
tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat.
3. Studi Kepustakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data diperoleh dengan membaca prosedur integrasi, referensi-referensi dan
buku yang ada, yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu keadaan
darurat.
4. Mengikuti Training
Penulis mengikuti training/ pelatihan yang dilaksanakan di perusahaan
seperti training SCBA, Fire Fighting, dan P3K
F. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di PT Pupuk Kujang Cikampek pada tanggal 7
Februari 2011 sampai dengan 13 Mei 2011.
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisa deskriptif atau menggambarkan
yang sejelas-jelasnya mengenai pelaksanaan rencana keadaan darurat di PT
Pupuk Kujang yang selanjutnya dibandingkan dengan pedoman atau standar
yang ada yaitu, Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen
Lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identifikasi Potensi Bahaya
PT Pupuk Kujang terbagi menjadi 2 area yaitu area innerfence dan
outerfence. Yang termasuk dalam area innerfence antara lain unit Urea 1A
dan 1B, Ammonia 1A dan 1B, Utility 1A dan 1B, dan PPCO. Sedangkan
area outerfence antara lain Bagging, NPK, Gudang, Lab, Bengkel, dan
Perkantoran serta area lain yang berada diluar area innerfence sampai pada
area perumahan. Secara garis besar potensi bahaya di PT Pupuk Kujang
yang dapat menyebabkan keadaan darurat seperti ledakan dan kebakaran
antara lain :
Tabel 1. Identifikasi Potensi Bahaya
No Potensi Bahaya Lokasi/Unit Kerja Risiko
1 Oksigen (O2) Pabrik, bengkel,
gudang, lab Ledakan
2 Kebocoran gas alam
Utility plant,
ammonia plant,
NPK
Kebakaran,
ledakan
3 Klorin (Cl2) Utility plant, urea
plant Kebakaran
4 Asam sulfat (H2SO4) Utility plant Kebakaran
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 Hidrogen (H2)
Ammonia plant,
PPCO plant
Kebakaran,
ledakan
6 Nitrogen (N2) Utility plant,
ammonia plant Kebakaran
7 Karbon monoksida (CO) PPCO plant Kebakaran
9 Karbon karbida (CaC2) Acetylene plant Ledakan,
kebakaran,
10 Kebocoran amonia (NH3) Ammonia plant,
urea plant
Kebakaran,
ledakan
11 Toluen (C6H5CH3) PPCO plant Kebakaran,
ledakan
12 Benfield cair Ammonia plant,
PPCO plant Kebakaran
13 Cosorb solvent PPCO plant Kebakaran,
ledakan
14 Uap/gas amonia NPK Kebakaran,
ledakan,
Sumber : Prosedur Integrasi ISO 9001 : 2000, ISO 14001 : 2004, SMK3 dan
MSDS
2. Keadaan Darurat
PT Pupuk Kujang mendefinisikan keadaan darurat adalah suatu keadaan
dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh
personil yang ada, dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan kejadian seperti
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebocoran/menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran,
bencana alam, gempa bumi atau kejadian huru-hara pada tingkat tertentu
yang membahayakan keselamatan manusia dan aset perusahaan.
Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal/ tidak diinginkan
yang terjadi di area Pabrik yang cenderung membahayakan bagi manusia,
merusak peralatan/ harta benda dan/ atau merusak lingkungan sekitarnya.
(Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk
Kujang)
Penanggulangan keadaan darurat adalah semua usaha, tindakan yang
terkoordinasi untuk mengatasi keadaan darurat, guna menyelamatkan
manusia, aset perusahaan dan lingkungan sekitarnya, sehingga tidak
menimbulkan korban manusia serta kerusakan lingkungan.
Di PT Pupuk Kujang ada tiga (3) tingkatan keadaan darurat yaitu :
a. Keadaan Darurat Tingkat I
Adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa pekerja dan
peralatan/harta benda (aset) yang secara normal dapat diatasi oleh
karyawan yang ada di lokasi Unit Kerja dengan menggunakan prosedur
yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
Contoh :
1) Satu unit perumahan terbakar
2) Satu ruangan kantor terbakar
3) Kebakaran gas di salah satu area saja, misal pabrik amonia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Keadaan Darurat Tingkat II
Adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas
dibantu peralatan dan material yang tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi
mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran B3 yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-
lain, yang mengancam jiwa manusia, lingkungan dan aset perusahaan
dengan dampak bahaya pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya.
Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar,
pemerintah setempat, dan masyarakat sekitarnya.
Contoh :
1) Kebakaran satu lantai gedung pusat administrasi (GPA)
2) Listrik mati total
3) Kebakaran satu lokasi/bangunan di gudang/bengkel
4) Kebakaran bangunan di pabrik yang cukup besar yang tidak merusak
peralatan pabrik
5) Kebocoran gas yang memenuhi areal pabrik.
c. Keadaan Darurat Tingkat III
Adalah keadaan darurat berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan
akibat lebih besar dibandingkan dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta
memerlukan bantuan Pemerintah Daerah dan koordinasi tingkat
Nasional.
Contoh :
1) Tangki amonia bocor/pecah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Ledakan/kebocoran yang menghancurkan sebagian atau seluruh
pabrik
3) Kebakaran/ledakan bagian yang bisa mengakibatkan malapetaka bagi
masyarakat luas
4) Gempa bumi yang besar yang merusak peralatan pabrik
5) Kebocoran gas yang menjalar sampai keluar pabrik.
Berdasarkan data diatas dapat di simpulkan bahwa potensi bahaya yang
paling mungkin terjadi di PT Pupuk Kujang adalah kebakaran, peledakan
dan bocoran B3.
3. Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat
a. Tujuan
Prosedur ini ditetapkan, diterapkan dan dipelihara untuk menjamin
kesiagaan dalam menghadapi keadaan darurat yang dapat menimbulkan
dampak yang luas mencakup sistem K-3 dan lingkungan.
b. Ruang Lingkup
Prosedur ini mencakup kesiagaan, sarana dan prasarana serta identifikasi
potensi keadaan darurat di seluruh area PT Pupuk Kujang dan diterapkan
secara terintegrasi pada sistem ISO 9001:2000, SMK3 dan Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004.
c. Definisi
Keadaan darurat adalah keadaan dimana perlu penanganan khusus dan
tidak dapat ditangangani secara biasa oleh personil yang ada,
dikarenakan terjadi salah satu atau bersamaan kejadian, seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebocoran/ menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan,
kebakaran, bencana alam gempa bumi atau kejadian huru-hara pada
tingkat tertentu yang membahayakan keselamatan manusia dan asset
perusahaan.
d. Ketentuan Umum
1) Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (asset) yang
secara normal dapat diatasi oleh karyawan yang ada di suatu unit
pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa
adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
2) Keadaan Darurat Tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana
semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang
tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan
darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3
yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa
manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya
pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. Bantuan tambahan yang
diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat,
dan masyarakat sekitarnya.
3) Keadaan Darurat Tingkat III adalah keadaan darurat berupa
malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan
dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta memerlukan bantuan
pemerintah daerah dan koordinasi tingkat Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Setiap dua tahun sekali dilakukan latihan untuk kesiagaan menghadapi
keadaan darurat.
5) Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup perlu
melakukan evaluasi dan memperbaharui prosedur “Kesiagaan
terhadap Keadaan Darurat” apabila telah terjadi peristiwa/keadaan
darurat.
e. Tanggung Jawab dan Prosedur
1) Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
a) Melakukan evaluasi dan memperbaharui prosedur “Kesiagaan
terhadap Keadaan Darurat” apabila telah terjadi keadaan darurat.
b) Melakukan identifikasi :
(1) Bahan-bahan yang mudah terbakar
(2) Bahan-bahan yang mudah meledak
(3) Memperkirakan luas daerah berbahaya berdasarkan informasi
(4) Cara-cara tindakan penanggulangan
(5) Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh keadaan darurat
terhadap masyarakat sekitar.
c) Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menghadapi keadaan
darurat yang meliputi :
(1) Mempersiapkan pelatihan dan latihan uji coba penanggulangan
keadaan darurat
(2) Menyiapkan peralatan, APD, APAR, Emergency Unit, Fire
Hydrant dan lain-lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3) Menyiapkan sarana komunikasi
d) Pemantauan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
(1) Memantau peralatan yang berpotensi menimbulkan keadaan
darurat (kebocoran gas explosive, kebocoran/tumpahan B3).
(2) Melakukan pemeriksaan terhadap aktivitas yang berkaitan
dengan keluar masuknya barang-barang dan/atau manusia, dari
atau ke pabrik (innerfence) untuk mencegah terjadinya keadaan
darurat.
(3) Melakukan pemantauan terhadap tempat penyimpanan bahan
kimia berbahaya.
e) Melakukan analisa dan evaluasi kesiagaan, meliputi :
(1) Sarana dan prasarana.
(2) Pemeriksaan peralatan yang berpotensi menimbulkan keadaan
darurat.
(3) Pemeriksaan aktivitas kendaraan angkutan B3 yang masuk ke
area pabrik, manusia yang membawa kendaraan angkutan B3,
dan kondisi kemasan B3.
(4) Hasil uji coba/latihan dan/atau penyuluhan.
2) Biro Komunikasi/Bagian Humas
a) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
b) Membuat dokumentasi latihan kesiagaan keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Divisi/Biro dan/atau Dinas/Bagian terkait
Melakukan identifikasi :
a) Instalasi/area operasional bahan-bahan kimia berbahaya dan mudah
meledak.
b) Luas area dan jumlah bahan berbahaya yang ada di area
operasional.
c) Sistem penyimpanan bahan berbahaya.
d) Jumlah penyimpanan bahan berbahaya.
e) Sistem pengangkutan bahan berbahaya.
Hasil identifikasi akan dirangkum dan dievaluasi untuk dijadikan
patokan dalam memeriksa dan menanggulangi bila terjadi keadaan
yang tidak normal dan didistribusikan ke Unit Kerja terkait.
f. Pengecualian
1) Tanda-tanda keadaan darurat untuk perumahan dan masyarakat
sekitarnya selain bunyi sirine pabrik ada juga bunyi sirine mobil
Patroli Biro Pengamanan.
2) Penempatan posisi Pos Komando bisa berubah, melihat situasi dan
kondisi keadaan darurat.
4. Instruksi Kerja Pelaporan Keadaan Darurat
a. Ruang Lingkup
Instruksi Kerja ini hanya masalah pelaporan keadaan darurat di area PT
Pupuk Kujang Cikampek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Definisi
1) Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang tidak normal/tidak
diinginkan yang terjadi di PT Pupuk Kujang yang cenderung
membahayakan bagi manusia, merusak peralatan/harta benda dan atau
merusak lingkungan sekitarnya.
2) Pelapor :
a) Semua orang yang pertama melihat kejadian di area PT Pupuk
Kujang.
b) Petugas Shift Bagian KPK.
c) Shift Superitendent
3) Nomor Telepon emergency ialah nomor telepon yang harus segera
dihubungi bila terjadi keadaan darurat, yaitu :
a) Nomor 3000 Bagian KPK
b) Nomor 2333 Shift Superitendent IA
c) Nomor 2555 Shift Superitendent IB
d) Nomor 2121 Biro Pengamanan
e) Nomor 2222 Biro Kesehatan
4) PKD (Pimpinan Keadaan Darurat) adalah orang yang ditunjuk sesuai
Prosedur PS-PK-KLH-20.
c. Ketentuan Umum
Apabila pelapor itu karyawan PT Pupuk Kujang, maka selain melaporkan
kejadian ke Bagian KPK juga segera melapor ke atasan langsung dan ke
Shift Superintendent.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Tanggung Jawab
Kepala Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
e. Operasi
Sistem pelaporan keadaan darurat :
1) Petugas Shift Bagian KPK setelah menerima informasi dari pelapor
melalui pesawat telepon nomor 3333, maka tanyakan :
a) Identitas pelapor :
(1) Nama
(2) Nomor badge
(3) Bagian
b) Jenis kejadian :
(1) Kebakaran/peledakan
(2) Kebocoran bahan kimia berbahaya
c) Tempat kejadian
2) Petugas shift Bagian KPK segera melaporkan ke Shift Superintendent
untuk bisa disampaikan lebih lanjut ke :
(a) PKD/Wakil PKD
(b) Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(c) Biro Pengamanan
(d) Supervisor Area
3) Petugas shift Bagian KPK menunggu instruksi dari Shift
Superintendent untuk membunyikan sirine tanda keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Pengecualian
Shift Superintendent menjabat sebagai PKD sebelum pejabat PKD tiba di
tempat kejadian.
5. Instruksi Kerja Tanda Keadaan Darurat
a. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Instruksi Kerja Tanda Keadaan Darurat ini adalah
menjangkau ke seluruh area PT Pupuk Kujang Cikampek.
b. Definisi
1) Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (asset) yang
secara normal dapat diatasi oleh karyawan yang ada di suatu unit
pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa
adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
2) Keadaan Darurat Tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana
semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang
tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan
darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3
yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa
manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya
pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. Bantuan tambahan yang
diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat,
dan masyarakat sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Keadaan Darurat Tingkat III adalah keadaan darurat berupa
malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan
dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta memerlukan bantuan
pemerintah daerah dan koordinasi tingkat Nasional.
4) Evakuasi adalah proses meninggalkan tempat kerja/tempat
tinggal/lokasi kejadian ke tempat lain yang dianggap cukup aman
untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya (seperti : peledakan,
bahaya kebakaran, kebocoran/menghamburnya bahan berbahaya,
pencemaran lingkungan, bencana gempa bumi dan lain-lain) melalui
jalan/pintu yang telah ditentukan untuk tujuan tersebut.
c. Ketentuan Umum
Kalau mendengar tanda keadaan darurat yang harus dilakukan adalah :
1) Seluruh karyawan yang terlibat dalam tim penanggulangan segera
menuju ke tempat kejadian untuk membantu penanggulangan.
2) Unit kerja yang tidak bergabung dalam tim penanggulangan harus
tetap siaga untuk menunggu instruksi.
3) Tindakan karyawan di lingkungan pabrik
a) Hentikan semua pekerjaan dan perhatikan instruksi atasan.
b) Matikan sumber api (rokok, kompor, dan lain-lain).
c) Matikan aliran listrik yang tidak berfungsi.
4) Tindakan karyawan non teknis
a) Hentikan semua kegiatan dan perhatikan instruksi atasan.
b) Amankan arsip-arsip.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Matikan semua peralatan listrik yang tidak berfungsi.
d) Matikan sumber api (rokok, kompor, dan lain-lain).
e) Bila ada instruksi meninggalkan gedung jangan menggunakan lift.
5) Tindakan penghuni perumahan
a) Hentikan semua kegiatan rumah tangga.
b) Siap-siap untuk evakuasi.
c) Persiapkan peralatan yang sangat penting.
d) Matikan sumber api.
e) Tetap tinggal, tunggu instruksi lebih lanjut.
f) Tetap tenang jangan panik.
g) Instruksi evakuasi oleh Biro Komunikasi dan Biro Pengamanan
melalui pengeras suara/mobil patroli.
c. Tanggung Jawab
Kepala Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
d. Operasi
Petugas Shift Bagian KPK yang ditugaskan stand by di fire station begitu
ada instruksi untuk membunyikan sirine tanda keadaan darurat, maka
segera memijit tombol sirine disesuaikan dengan tingkat keadaan darurat
yang diinstruksikan :
1) Tanda Keadaan Darurat Tingkat I dengan bunyi sirine, irama bunyi
naik turun periode 2x15 detik (nada naik 15 detik kemudian turun 15
detik, diulang sebanyak 2 kali), selang waktu 1 menit selama 5x.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Tanda Keadaan Darurat Tingkat II dengan bunyi sirine, irama bunyi
naik turun periode 6x15 detik (nada naik 15 detik kemudian turun 15
detik, diulang sebanyak 6 kali), selang waktu 1 menit selama 3x.
3) Tanda Keadaan Darurat Tingkat III dengan bunyi sirine, irama bunyi
naik turun tiap 15 detik, selang waktu tidak ada selama 15 menit.
4) Evakuasi : bunyi sirine dengan nada monoton selama 5 menit
5) Tanda aman dengan bunyi sirine, irama bunyi monoton, periode tidak
ada, selang waktu tidak ada, selama 60 detik.
e. Pengecualian
Tanda keadaan darurat selain sirine pabrik dibantu dengan pagging
system dan sirine mobil patroli untuk perumahan.
6. Instruksi Kerja Membunyikan Sirine
a. Tujuan
Instruksi kerja ini bertujuan untuk pengendalian dan penanganan keadaan
darurat serta menjamin kepastian tentang keadaan yang sesungguhnya.
b. Ruang Lingkup
Instruksi kerja ini digunakan untuk keadaan darurat seperti kebakaran,
peledakan, maupun kebocoran-kebocoran bahan-bahan kimia di kawasan
PT Pupuk Kujang Cikampek.
c. Definisi
1) Tanda emergency (bunyi sirine) adalah merupakan pemberitahuan
kepada karyawan yang berada di lingkungan perusahaan dan
sekitarnya atas terjadinya suatu keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Tanda emergency (bunyi sirine) dibunyikan untuk menghindari
kebingungan dan kesimpangsiuran yang tidak perlu sehingga operasi
penanggulangan dapat dilaksanakan dengan cepat dan baik.
3) Tanda emergency (bunyi sirine) dibunyikan sebagai alat komunikasi
dan informasi awal yang akan ditindak lanjuti dengan
penanggulangan, pertolongan dan penyelamatan serta pengamanan.
d. Ketentuan Umum
1) Tingkat Keadaan Darurat dikategorikan menjadi 3 (tiga) tingkat :
a) Keadaan Darurat Tingkat I, misalnya :
(1) 1 (satu) unit perumahan terbakar
(2) 1 (satu) ruang kantor terbakar
(3) Kebakaran di salah satu area saja, misalnya pabrik ammonia.
b) Keadaan Darurat Tingkat II, misalnya :
(1) Kebakaran 1 (satu) lantai Gedung Pusat Administrasi
(2) Listrik mati total (black out)
(3) Kebakaran 1 (satu) lokasi/ bangunan di Gedung Perbengkelan
(4) Kebakaran di pabrik cukup besar yang tidak merusak peralatan
pabrik
(5) Kebocoran gas berbahaya yang memenuhi areal pabrik.
c) Keadaan Darurat Tingkat III, misalnya :
(1) Tangki ammonia bocor/pecah
(2) Ledakan yang menghancurkan semua atau sebagian pabrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3) Kebocoran/ledakan bagian tertentu yang bisa mengakibatkan
malapetakabagi masyarakat luas.
(4) Bencana alam besar yang merusak peralatan pabrik.
(5) Kebocoran gas B3 dampai menjalar keluar pabrik.
e. Tanggung Jawab
1) Manager Keselamatan dan Lingkungan Hidup
2) Manager Produksi 1A dan 1B
3) Kepala Seksi Penanggulangan dan Pencegahan
f. Operasi
1) Orang yang melihat adanya kejadian segera memberitahukan kepada
atasannya.
2) Atasannya yang bersangkutan melakukan pemeriksaan ke lokasi
kejadian.
3) Segera meminta bantuan ke KPK untuk melakukan tindakan
penanggulangan sirinepun dibunyikan sesuai dengan tingkatan
kejadian.
4) Tanda keadaan darurat, evakuasi dan keadaan aman diinformasikan
dengan bunyi sirine pabrik :
a) Keadaan Darurat Tingkat I : bunyi sirine naik turun dengan periode
2x15 detik, selang waktu 1 menit sebanyak 3x.
b) Keadaan Darurat Tingkat II : bunyi sirine naik turun dengan
periode 6x15 detik selang waktu 1 menit sebanyak 3x.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Keadaan Darurat Tingkat III : bunyi sirine naik turun dengan
periode tiap 15 detik selama 15 menit.
d) Evakuasi : bunyi sirine dengan nada monoton selama 5 menit.
e) Keadaan Aman : bunyi sirine dengan nada monoton selama 60
detik (1 detik).
g. Pengecualian
Tanda keadaan darurat untuk perumahan dan masyarakat sekitarnya
selain bunyi sirine pabrik, dibunyikan pula sirine kendaraan patrol dari
Biro Pengamanan.
h. Lampiran
Diagram bunyi sirine dalam keadaan darurat (lampiran 2)
7. Aktivitas dan Komponen Awal yang Dipersiapkan Menghadapi Keadaan
Darurat
a. Pembentukan Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team)
PT Pupuk Kujang dalam mempersiapkan keadaan darurat telah
membentuk Tim Inti sebagai persiapan menghadapi keadaan darurat,
yang kemudian dibagi menjadi beberapa tim. Tim tersebut antara lain
Tim Pemadam Kebakaran dan Tim Teknis yang terdiri dari Tim
Mekanik, Tim Perbengkelan, Tim Produksi, Tim Inspeksi, Tim P3K, dan
Tim Evakuasi dan Tim Keuangan. Adapun tugas dan tanggung jawab
tim-tim tersebut antara lain :
1) Tim Pemadam Kebakaran
2) Tim Teknis yang terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Tim Mekanik
b) Tim Perbengkelan
c) Tim Produksi
d) Tim Inspeksi
e) Tim P3K
f) Tim Evakuasi
g) Tim Keuangan
b. Fasilitas dan Sarana Penunjang dalam Keadaan Darurat
1) Penyediaan Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri merupakan suatu alat pelindung yang dipakai dari
kepala sampai ujung kaki, yang dibuat untuk melindungi diri dari
bahaya-bahaya kerja dan lingkungan kerja. PT Pupuk Kujang
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang disesuaikan dengan
keadaan darurat yang telah terjadi dan bahaya yang diidentifikasi.
Setiap karyawan PT Pupuk Kujang diberikan Alat Pelindung Diri
secara cuma-cuma dalam melaksanakan pekerjaannya. Adapun Alat
Pelindung Diri (APD) yang digunakan meliputi alat pelindung kepala,
alat pelindung mata, alat pelindung muka, alat pelindung
pendengaran, alat pelindung tangan, alat pelindung pernafasan,
pakaian pelindung, sepatu pelindung, alat pelindung tubuh dari
ketinggian seperti safety belt dan safety body hardness.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Fasilitas Pemadam Kebakaran
PT Pupuk Kujang menyediakan bermacam-macam sarana/fasilitas
pemadam kebakaran, antara lain :
a) APAR
APAR yang digunakan di PT Pupuk Kujang adalah jenis Dry
chemical (DC), Foam (busa), CO2, AF-31 dan AF-11E sebagai
pengganti halon. APAR ini disediakan di setiap ruangan. Jumlah
APAR yang masih aktif di PT Pupuk Kujng sebanyak 443 buah.
Pemasangan APAR yaitu tinggi dari lantai kurang lebih 120 cm
dan jarak pemasangan antara APAR yang satu dengan yang lain
tidak kurang dari 15 meter. Pemeriksaan APAR dilakukan secara
visual setiap satu bulan sekali dan bongkar setiap satu tahun sekali
oleh Bagian Maintenance KPK. Pada setiap jenis APAR terdapat
tulisan jenis APAR dan juga tanggal pemeriksaan atau pengecekan
yang terlampir dalam bentuk tag.
b) Sprinkler System
Di PT Pupuk Kujang sarana pemadam sistem sprinkler
ditempatkan khusus di sekeliling ammonia storage tank (tangki
penyimpanan amonia) dan digunakan apabila terjadi kebocoran
amonia. Sistem kerjanya adalah dengan membuka valve pengaman,
air akan menyelimuti seluruh bagian tangki amonia. Pemeriksaan
terhadap sprinkler system dilakukan setiap satu bulan sekali oleh
Bagian Maintenance KPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Fire Hydrant, Hose Box dan Fire Hose
Hydrant dan perlengkapannya disediakan di setiap unit tempat
kerja. Pemeriksaan terhadap sarana fire hydrant, hose box dan fire
hose dilakukan setiap satu bulan sekali. Pemeriksaan fire hydrant
meliputi pemeriksaan cat, monitor, poster, valve, dan caps serta
lamanya flushing. Sedangkan untuk pemeriksaan hose box dan fire
hose meliputi fire hose, nozzle, y piece dan kunci-kunci selang.
3) Sarana Komunikasi
Komunikasi memegang peranan penting mendukung keberhasilan
sistem tanggap darurat. Komunikasi dapat dikelompokkan atas
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Sarana komunikasi
yang disediakan di PT Pupuk Kujang telah cukup memadai.
Komunikasi internal harus dirancang mulai dari deteksi keadaan
darurat sampai ke penanggulangannya. Komunikasi eksternal dengan
pemerintah daerah atau masyarakat sekitar kegiatan organisasi untuk
mencegah kepanikan atau jatuhnya korban yang tidak diinginkan. PT
Pupuk Kujang menerapkan komunikasi satu arah dan dua arah.
Komunikasi satu arah seperti pagging system, sedangkan komunikasi
dua arah seperti telepon dan handy talky
a) Pagging System
Pagging System berfungsi untuk pengeras suara dalam pembacaan
pesan-pesan keselamatan kerja yang dilakukan 2x sehari, informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penting, serta menginformasikan kejadian keadaan darurat ke
seluruh unit kerja untuk mempermudah proses evakuasi.
b) Telepon
Telepon internal pabrik telah didistribusikan ke setiap bagian.
Khusus nomor-nomor emergency telah ditempel atau dipasang di
setiap seksi atau unit kerja. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah tenaga kerja jika sewaktu-waktu menemukan
keadaan darurat, karena nomor telepon keadaan darurat telah
terpasang di setiap unit kerja. Adapun nomor-nomor keadaan
darurat antara lain :
(1) Kebakaran : 3000
(2) Poliklinik : 2222
(3) Keamanan : 2121
(4) Shift Supt : 2333
c) Handy Talky
Handy Talky yang digunakan di PT Pupuk Kujang selain untuk
komunikasi dalam menangani pekerjaan lapangan, juga bisa
digunakan pada saat terjadi keadaan darurat.
4) Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat
Meliputi nomor telepon Rumah Sakit (Ambulance), Kantor Polisi, dan
Pemadam Kebakaran setempat, Pemda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Kotak P3K
Kotak obat P3K disediakan di setiap unit-unit kerja sesuai kebutuhan.
Pemeriksaan kotak obat ini dilakukan secara berkala oleh Bagian
Keselamatan dan Pemadam Kebakaran setiap satu bulan sekali.
Pemeriksaan meliputi kondisi kotak, obat-obatan dan peralatan yang
tersedia di kotak P3K. Obat-obatan dan peralatan yang tersedia di
kotak obat P3K antara lain: kapas, tensoplast, plester, boor water,
betadine, kassa steril, perban gulung, salep luka bakar, gelas mata,
form bukti pemakaian, dan form permintaan pengisian.
6) Kendaraan Pemadam dan Evakuasi
Kendaraan Pemadam dan Evakuasi yang dimiliki bagian KPK
meliputi :
a) Empat unit mobil pemadam kebakaran yaitu :
(1) Tiga unit fire truck antara lain :
(a) Fire Truck Foam Unit/ FT 22/ TR 27
(b) Fire Truck HINO/ FT 66/ TR 28
(c) Fire Truck FUSO/ FT 44/ TR 26
(2) Satu unit Fire Jeep/ FJ 11
b) Satu unit mobil Ambulance Emergency/ AE 55.
Pemeriksaan terhadap kendaraan emergency ini dilakukan 3x
dalam sehari, meliputi kondisi mesin, portable pump, kondisi
perlengkapan peralatan penanggulangan, dan level air dalam
tangki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7) Peta Evakuasi
Peta evakuasi adalah peta yang dibuat oleh Bagian KPK guna
menunjukkan arah atau rute yang harus dilalui apabila terjadi keadaan
darurat. Peta ini ditempatkan diseluruh unit kerja dan disosialisasikan
kepada seluruh karyawan.
8) Pintu darurat/tangga darurat
Tangga darurat sudah dirancang dengan baik untuk mengantisipasi
jika terjadi keadaan darurat. Untuk pintu darurat tidak dirancang
secara khusus, akan tetapi menggunakan pintu keluar masuk yang ada
di tiap-tiap ruangan yang ditandai dengan papan berwarna hijau yang
bertuliskan kata exit .
9) Detector dan Sistem Tanda Kebakaran
Setiap bangunan atau gedung di PT Pupuk Kujang telah memakai
sistem alarm kebakaran. Untuk yang di dalam ruangan digunakan bel,
dimana apabila terjadi kebakaran (heat/panas atau smoke/asap) akan
terdeteksi oleh heat detector dan smoke detector yang terkoneksi ke
fire alarm system. Penempatan fire alarm system terdapat di 11 titik
yaitu :
a. Gedung Pusat Administrasi (GPA)
b. Bidding Center
c. Construction Office (kantor lama � PPSDM)
d. Gudang 01
e. Gudang 02
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Gudang 06
g. Kantor PPM
h. Maintenance Office
i. Main Laboratorium
j. Office Kujang 1B
k. NPK
Sedangkan untuk sistem tanda keadaan darurat yaitu menggunakan
sirine dibunyikan apabila terjadi keadaan darurat baik di area pabrik
maupun di luar pabrik. Sirine keadaan darurat dibunyikan sesuai
dengan tingkat keadaan darurat itu sendiri yang dioperasikan oleh
Bagian KPK.
10) Poster dan Tanda Peringatan
Poster dan tanda peringatan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja diletakkan diseluruh area pabrik, terutama di tempat-tempat yang
mudah terlihat oleh tenaga kerja serta dibuat sedemikian rupa agar
terlihat menarik perhatian. Poster dan tanda peringatan ini dibuat dan
dipasang oleh Bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran sebagai
pemberitahuan, pengarahan, perhatian dan larangan bagi setiap orang
guna mencegah terjadinya kecelakaan.
11) Sarana Keadaan Darurat
Sarana keadaan darurat di PT Pupuk Kujang diantaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Safety shower dan Eye wash fountain
Sarana ini digunakan untuk mencuci mata atau anggota badan
lainnya sebagai pertolongan pertama bagi karyawan bila terkena
cairan/bahan kimia berbahaya. Pemeriksaan sarana ini dilakukan
setiap empat bulan sekali yang meliputi pemeriksaan nozzle, valve,
tabir dan rantai.
b) Petunjuk arah angin (wind direction)
Adalah sarana atau alat penunjuk arah angin yang digunakan untuk
mengetahui arah angin jika terjadi keadaan darurat baik kebakaran
maupun kebocoran gas yang berbahaya agar dapat menyelamatkan
diri dengan berlari berlawanan arah angin.
c) Gardu Darurat
Gardu darurat adalah tempat yang disediakan untuk berlindung
sementara bagi karyawan dan orang lain yang berada di
area/lingkungan pabrik pada saat terjadi keadaan darurat berupa
bocoran gas, untuk mempermudah pelaksanaan evakuasi
penyelamatan.
Gardu darurat ini berisi enam buah botol O2 bertekanan, telepon,
poster petunjuk yang harus dilakukan, lampu penerangan,
regulator/kunci valve botol dan terdapat lubang pembuangan udara.
Gardu darurat ini dapat menampung sekitar 12 orang. Pemeriksaan
gardu darurat dilakukan setiap empat bulan sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Sliding Chute
Sliding chute merupakan alat peluncur yang digunakan pada saat
terjadi keadaan darurat, dan biasanya alat ini dipakai untuk gedung-
gedung bertingkat. Sliding chute terdiri dari kain panjang yang
dirancang khusus, seutas tali tambang dan katrol. Di PT Pupuk
Kujang telah ditempatkan 4 buah sliding chute, tepatnya di Gedung
Pusat Administrasi (GPA) yang diperiksa setiap tiga bulan sekali.
e) Assembly point
Assembly point adalah tempat berkumpul sementara di luar area
pabrik yang diperuntukkan bagi karyawan yang tidak terlibat
langsung dalam penanggulangan keadaan darurat yang dianggap
aman dari bencana dan diberi tanda/bendera bertuliskan assembly
point. Di area pabrik PT Pupuk Kujang terdapat empat tempat yang
dijadikan sebagai assembly point, yaitu di dekat pintu 01 utara,
pintu 01 selatan, sebelah barat gedung construction office baru dan
helipad.
f) Tandu
Digunakan untuk mengangkat korban yang sudah tidak bisa
berjalan sendiri. Misalnya pingsan, patah tulang.
g) Kotak Keselamatan Kerja/Lemari Safety Equipment
Kotak keselamatan kerja berisi alat-alat yang digunakan untuk
membantu melaksanakan pekerjaan. Kotak ini diletakkan di ruang
kontrol, kotak tersebut berisi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1) Alat pelindung mata
(2) Alat pelindung pernafasan
(3) Alat pelindung muka
(4) Sarung tangan
(5) Safety belt
(6) Fire blanket
c. Pelatihan
1) Pelatihan Tim Inti Tanggap Darurat
Pelatihan Tim Inti Tanggap Darurat diberikan oleh Bagian KPK.
Pelatihan ini diberikan kepada seluruh karyawan sesuai dengan
kebutuhan pelatihan yang ada. Penjadwalan diatur oleh Bagian KPK,
Biro SDM dan Biro PPSDM. Pelatihan-pelatihan yang diadakan
diantaranya: pelatihan fire fighting, breathing apparatus, pelatihan
P3K, pelatihan rescue dan pelatihan tanggap darurat selain itu juga
ada perlombaan hose drill contest.
a) Pelatihan fire fighting
Pelatihan fire fighting merupakan pelatihan pemadam kebakaran
yang wajib diikuti oleh karyawan PT Pupuk Kujang. Adapun
tujuan diadakannya pelatihan ini adalah untuk melatih keterampilan
dan ketangkasan karyawan dalam mengoperasikan alat pemadam
kebakaran serta dapat melakukan tindakan awal untuk
memadamkan api apabila terjadi kebakaran. Pelatihan ini
dilaksanakan di fire ground PT Pupuk Kujang. Adapun pelatihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fire fighting yang dilakukan antara lain menggulung dan menggelar
selang, memadamkan api dengan cara tradisional yaitu dengan
karung basah, pemadaman api dengan peralatan modern yaitu
dengan APAR CO2, APAR jenis Dry Chemical (DC), APAR jenis
foam (busa), dan pemadaman beregu. Pelatihan fire fighting
dilaksanakan 6 angkatan dalam setahun.
b) Pelatihan SCBA (Self Contained Breathing Apparatus)
SCBA merupakan alat bantu pernafasan yang berdiri sendiri yang
digunakan untuk melindungi pernafasan dengan menggunakan
supply udara cadangan. Alat ini terdiri dari full mask, frame
(penggendong) dan tabung udara. SCBA digunakan terutama untuk
penanganan terhadap kebocoran atau tumpahan bahan-bahan kimia
berbahaya dan beracun. Selain itu juga digunakan bagi para pekerja
yang bekerja di ruang tertutup atau ruang yang penuh asap serta
uap bahan kimia.
Pelatihan SCBA diselenggarakan enam angkatan dalam setahun
dan pelaksanaannya di fire ground PT Pupuk Kujang. Seperti
halnya pelatihan fire fighting, pelatihan SCBA diikuti oleh
perwakilan dari tiap-tiap unit kerja di PT Pupuk Kujang. Tujuan
diselenggarakannya pelatihan ini adalah untuk melatih
keterampilan karyawan dalam mengoperasikan atau menggunakan
breathing apparatus sehingga apabila terjadi keadaan darurat,
karyawan dapat cepat dan tanggap dalam membantu atau menolong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
karyawan lain yang menjadi korban dan terjebak pada lokasi
kejadian kecelakaan.
Pelatihan ini dilakukan dengan cara beregu, tahapan pelatihan ini
yaitu satu tim memasuki ruangan gelap untuk menyelamatkan
korban, kemudian setelah keluar dari ruang gelap tim memasuki
gorong-gorong dan yang terakhir masuk ke dalam kolam.
c) Pelatihan Rescue
Pelatihan rescue merupakan pelatihan yang diselenggarakan
dengan tujuan untuk melatih karyawan dalam menyelamatkan diri
apabila terjadi keadaan darurat di gedung bertingkat.
d) Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Tujuan diselenggarakannya pelatihan ini adalah agar karyawan
dapat terampil dalam melakukan tindakan pertolongan pertama
pada kecelakaan apabila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan.
Pelatihan ini dilaksanakan minimal dua kali dalam setahun.
e) Latihan Emergency Response
Program pelatihan ini diselenggarakan oleh PT Pupuk Kujang
sebagai usaha untuk melatih keterampilan karyawan dalam
menyelamatkan diri serta dapat menolong karyawan lain bila
terjadi keadaan darurat.
Latihan penanggulangan keadaan darurat dilaksanakan di salah satu
unit perusahaan PT Pupuk Kujang. Latihan ini khusus ditujukan
untuk karyawan yang berada di unit tempat kejadian terjadinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keadaan darurat, namun keseluruhan tenaga kerja PT Pupuk
Kujang juga dituntut kewaspadaannya. Untuk pelaksanaan
emergency response ini karyawan yang terkait tidak diberitahukan
waktu pelaksanaannya, terkecuali panitia yang
menyelenggarakannya. Hal ini dikarenakan agar pelaksanaannya
dapat berjalan dengan baik dan dapat mengetahui sejauh mana
kesiapan tenaga kerja dalam menanggulangi apabila perusahaan
benar-benar mengalami keadaan darurat.
f) Hose Drill Contest
Hose Drill Contest merupakan sebuah perlombaan untuk
melatih respon keadaan darurat yang dilakukan oleh PT Pupuk
Kujang setiap satu tahun sekali. Perlombaan ini dilakukan di fire
ground yang dipandu oleh Bagian KPK dan diikuti oleh perwakilan
tiap unit kerja PT Pupuk Kujang dan perusahaan patungan.
Perlombaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu
yang diperlukan oleh sebuah tim mengatasi keadaan darurat
kebakaran selain itu dalam perlombaan ini juga melatih kerjasama
yang baik dalam sebuah tim untuk menanggulangi keadaan darurat.
2) Simulasi dan Praktek Evakuasi
PT Pupuk Kujang telah melaksanakan simulasi kejadian darurat yang
dikombinasikan dengan praktek evakuasi saat terjadi keadaan darurat
(emergency). Simulasi dan praktek evakuasi ini dilakukan setiap satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tahun sekali sesuai dengan situasi dan kondisi pabrik. Untuk evakuasi
menggunakan bus evakuasi, truck dan kendaraan pick up evakuasi.
Simulasi yang pernah dilakukan antara lain :
a) Keadaan darurat di area Synloop Pabrik Amonia Kujang 1B,
terjadinya kebakaran yang ditimbulkan dari pecahnya salah satu
coil 102-B.
b) Keadaan darurat tingkat II di GPA, terjadi kebakaran di Lt. IV yang
menyebar ke Lt. III dan V.
c) Keadaan darurat di sekitar Ammonia Storage Tank 2101-F, terjadi
ledakan di sekitar Ammonia Storage Tank 2101-F yang
mengakibatkan dinding tangki robek sehingga ammonia bocor.
d. Penentuan Area Evakuasi
Bila terjadi keadaan darurat, seluruh karyawan akan dievakuasikan ke
tempat aman sementara misalnya di assembly point.
e. Kesiagaan Tim Tanggap Darurat
Tim Tanggap Darurat harus selalu siap siaga dan wajib segera datang ke
lokasi kejadian apabila dihubungi saat terjadi keadaan darurat.
f. Sistem Pelaporan
Prosedur pelaporan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang yaitu bagi
karyawan yang pertama kali menemukan adanya kondisi bahaya (baik
kecil maupun besar) maka diwajibkan untuk segera melapor ke Bagian
KPK. Kemudian Bagian KPK akan memberitahukan ke unit-unit kerja
lainnya dan akan mengirim Tim Pemadam Kebakaran, Tim Evakuasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tim P3K dan tenaga bantuan lain, kemudian Pimpinan Keadaan Darurat
akan menginstruksikan langsung pada Tim Penanggulangan Keadaan
Darurat agar segera menanggulangi keadaan tersebut.
g. Sistem Pemberitahuan Masyarakat
Sistem pemberitahuaan masyarakat apabila terjadi keadaan darurat dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan dikomunikasikan
melalui Biro Komunikasi ke masyarakat, diumumkan di masjid-masjid
dan door to door ke masyarakat.
8. Instruksi Kerja Pemberitahuan dan Pelaksanaan Evakuasi
a. Ruang Lingkup
1) Instruksi Kerja ini memberitahukan karyawan, penghuni perumahan
dan masyarakat sekitar tentang pelaksanaan evakuasi.
2) Instruksi Kerja ini hanya mencakup pelaksanaan
penyelamatan/evakuasi karyawan dari tempat bencana/kejadian ke
tempat transisi.
b. Definisi
1) Evakuasi adalah pergi meninggalkan tempat kerja atau tempat tinggal
ke tempat lain yang dianggap cukup aman untuk menyelamatkan diri
dari ancaman bahaya kebakaran, ledakan, kebocoran/ menghamburnya
bahan bahaya dan pencemaran lingkungan melalui jalan/ pintu yang
ditentukan untuk tujuan tersebut.
2) Daerah aman ialah daerah yang tersedia tenaga dan peralatan medis
serta dari bahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Daerah transisi ialah daerah aman dari bencana langsung, tetapi tidak
cukup tersedia alat-alat dan tenaga untuk melaksanakan perawatan
terhadap korban.
4) Daerah bahaya ialah daerah langsung yang terkena bahaya.
c. Ketentuan Umum
1) Pelaksanaan evakuasi harus memperhatikan arah angin dan arah
bahaya.
2) Evakuasi harus dilakukan arah menyilang atau berlawanan arah
angin/bahaya.
d. Tanggung Jawab
Kepala Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
e. Operasi
Komandan dengan Regu Penanggulangan Bagian KPK begitu mendapat
informasi evakuasi dari PKD, maka :
1) Komandan Penanggulangan segera menghubungi petugas yang
standby di fire station untuk membunyikan sirine pabrik tanda
evakuasi selama 5 (lima) menit dengan nada monoton.
2) Komandan Penanggulangan setelah menginstruksikan pembunyian
sirine, juga memberikan lewat pagging mengenai tindakan-tindakan
pelaksanaan evakuasi :
a) Segera mematikan sumber api, misalnya: rokok, api las, gerinda
burner, mesin-mesin dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Semua kendaraan harus menepi, kecuali kendaraan emergency atau
kendaraan untuk tujuan evakuasi.
c) Memberitahukan agar yang dievakuasi tidak panik dan agar
berjalan menurut jalur jalan/pintu yang telah ditentukan untuk
evakuasi.
3) Regu Penanggulangan yang ditugaskan sebagai Tim Penyelamat
Karyawan yang bekerja sama dengan Group Bantuan Pengamanan
melakukan :
a) Bimbing semua karyawan yang dievakuasi secara benar.
b) Group Penanggulangan mengevakuasi hanya sampai daerah
transisi, selanjutnya serahkan ke petugas yang ada di Posko.
c) Setelah mengevakuasi, Group Penanggulangan segera kembali ke
tempat kejadian untuk membantu penanggulangan.
f. Pengecualian
1) Komandan Penanggulangan berhak memerintahkan
karyawan/anggota-anggota lain untuk meninggalkan daerah darurat,
walaupun belum ada instruksi evakuasi dari PKD.
2) Untuk mengevakuasi warga perumahan dan masyarakat sekitar, selain
petugas dari Tim Evakuasi PT Pupuk Kujang juga dibantu oleh aparat
pemerintah setempat.
9. Instruksi Kerja Jalur Evakuasi
a. Tujuan
1) Meminimkan akibat yang timbul dari keadaan darurat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Menghindari kebingungan dan kesimpang siuran yang tidak perlu,
sehingga operasi penanggulangan dapat dilaksanakan dengan cepat
dan lancar
b. Ruang lingkup
Instruksi kerja ini mencakup seluruh aktifitas keadaan Darurat yang
terjadi di area PT Pupuk Kujang.
c. Definisi
1) Evakuasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meninggalkan
tempat kerja atau tempat tinggal ke tempat lain yang dianggap cukup
aman untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya, melalui jalan
atau pintu yang telah ditentukan untuk tujuan tersebut dan
memperhatikan arah angin.
2) Bila dengan suatu pertimbangan tidak mungkin bahaya tersebut diatasi
dengan sumber daya yang ada dan akan dapat menimbulkan akibat
buruk terhadap karyawan, keluarga karyawan, perusahaan maupun
lingkungannya, maka Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) di Posko
akan menyatakan perlunya Evakuasi
3) Penentuan evakuasi didasarkan atas akibat buruk terhadap
keselamatan manusia yang mungkin terjadi, adapun luasnya
tergantung pada jumlah bahan atau situasi yang membahayakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Ketentuan Umum
1) Pemberitahuan Evakuasi
a) Untuk karyawan di Pabrik/Kantor, dengan nada monoton selama 5
(lima) menit.
b) Untuk keluarga Karyawan di Perumahan Kalihurip dan masyarakat
sekitar, selain mendengar suara sirine pabrik juga ditambah sirine
kendaraan Patroli dari Biro Pengamanan.
2) PKD atau wakil PKD beserta Stafnya dan dibantu Satuan Pengamanan
memimpin pelakasanaan evakuasi, baik di pabrik, perumahan
Kalihurip maupun masyarakat sekitar.
3) Setelah mendengar tanda-tanda evakuasi:
a) Segera hentikan segala aktifitas terutama aktifitas yang
menggunakan atau mengeluarkan api/bunga api.
b) Semua kendaraan harus menepi dan mesin dimatikan, kecuali
kendaraan Emergency atau untuk tujuan Evakuasi.
c) Berjalan menurut jalan, pintu yang telah ditentukan untuk tujuan
evakuasi.
d) Setelah mencapai tempat yang telah ditentukan hubungi Posko
untuk mendapat bantuan transportasi.
e. Tanggung Jawab dan Prosedur
1) Pimpinan Keadaan Darurat
a) Memimpin seluruh kegiatan, memberi keputusan dan kebijaksanaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Mengawasi pemberi bantuan/keamanan yang ditugaskan kepada Staf
teknis penanggulangan.
c) Mempertanggungjawabkan operasi penanggulangan kepada Direksi.
d) Meminta bantuan keluar bila diperlukan.
f. Pengecualian
Selama Pejabat Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) belum tiba di Posko,
maka Shift Superitendent/Superitendent Pasga/Ka.Biro Pengamanan
bertugas sebagai pejabat PKD.
10. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
a. Tujuan
Prosedur ini ditetapkan dan dipelihara untuk meminimalkan akibat yang
timbul dari kejadian darurat dengan sasaran sebagai berikut :
1) Mencegah timbulnya korban jiwa manusia
2) Meminimalkan kerusakan pada aset-aset perusahaan
3) Memungkinkan agar pabrik dapat beroperasi kembali dalam waktu
sesegera mungkin
4) Maminimalkan dampak yang lebih luas terhadap lingkungan
5) Menghindari kesimpangsiuran yang tidak perlu, sehingga proses
penanggulangan dapat dilakukan dengan cepat dan efektif.
b. Ruang Lingkup
Prosedur ini mencakup seluruh sistem penanggulangan keadaan darurat
di seluruh area PT Pupuk Kujang pada jam kerja reguler, shift, jam
istirahat, maupun pada hari libur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penanggulangan yang dimaksud mencakup :
1) Penanggulangan kebakaran dan peledakan
2) Penanggulangan akibat kebocoran dan pencemaran bahan kimia
3) Penanggulangan korban (P3K)
4) Penanganan unjuk rasa terhadap kondisi lingkungan
5) Mengkoordinir evakuasi dari ancaman peledakan, bahaya kebakaran,
kebocoran bahan berbahaya dan bencana gempa bumi
6) Penanganan unjuk rasa atas kebijakan perusahaan
7) Penanganan huru-hara/kerusuhan.
c. Ketentuan Umum
1) PKD (Pimpinan Keadaan Darurat) adalah petugas yang ditunjuk
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam prosedur ini.
2) Staff Teknis adalah seluruh pejabat tinggi atau rendah sesuai
fungsinya dalam organisasi resmi PT Pupuk Kujang.
3) Daerah aman adalah daerah yang tersedia tenaga, peralatan dan bebas
dari bahaya.
4) Daerah transisi adalah daerah aman dari bencana langsung tapi tidak
cukup tersedia alat-alat dan tenaga untuk melaksanakan perawatan
terhadap korban.
5) Daerah bahaya adalah daerah langsung yang terkena bahaya.
6) Tempat Aman Mutlak adalah tempat yang mutlak bebas dari pengaruh
bencana dan digunakan sebagai tempat berkumpul orang-orang yang
dievakuasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7) Pos Komando
(a) Pos Komando adalah tempat/pusat untuk mengendalikan operasi
penanggulangan, dimana pos komando ini harus ditentukan
menurut pertimbangan keamanan dan mempunyai sarana-sarana
komunikasi serta tempat parkir.
(b) Pos Komando adalah tempat terdekat dengan lokasi kejadian dan
langsung dapat mengendalikan operasi penanggulangan serta
tempat berkumpulnya Pimpinan Keadaan Darurat (PKD), Wakil
PKD, Staff Teknis Penanggulangan (STP), Ketua Bidang
Operasional dan Ketua Pendukung Operasional.
8) Pos Emergency
(a) Pos Emergency adalah tempat terdekat dengan lokasi kejadian yang
dianggap aman dan langsung dapat melihat usaha-usaha
penanggulangan
(b) Pos Emergency adalah tempat berkumpulnya Ketua Regu
Penanggulangan dan Rescue, Ketua Regu Pemantau Lingkungan,
Ketua Regu Pemeliharaan, Ketua Regu Evakuasi, Ketua Regu
Pengamanan, Ketua Regu Medis dan P3K, Pembantu Umum.
9) Evakuasi adalah proses meninggalkan tempat kerja/tempat
tinggal/lokasi kejadian ke tempat lain yang dianggap cukup aman
untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya (seperti: peledakan,
bahaya kebakaran, kebocoran/menghamburnya bahan berbahaya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pencemaran lingkungan, bencana gempa bumi dan lain-lain) melalui
jalan/pintu yang telah ditentukan untuk tujuan tersebut.
10) Assembly point adalah tempat berkumpul sementara bagi karyawan
yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan darurat yang
dianggap aman dari bencana dan diberi tanda/bendera bertulis
assembly point.
11) Karyawan PT Pupuk Kujang berhak dan wajib melaporkan adanya
kejadian atau peristiwa yang menimbulkan keadaan darurat kepada
atasannya dan atau pimpinan unit setempat serta ke Bagian KPK.
12) Sistem komunikasi dan pemberitahuan selanjutnya dilakukan oleh
pimpinan unit kerja setempat kepada operator telepon, Shift
Superintendent, Ka. Biro KLH, Ka. Bagian KPK dan Ka. Bagian
Ekologi, serta selanjutnya operator telepon memberitahukan kepada
semua pejabat di Divisi/Biro serta Bagian/Dinas terkait dengan
pagging system maupun telepon.
13) Setelah mengetahui adanya keadaan darurat :
(a) Semua pejabat, Ka. Kompartemen, Staff Umum dan Pejabat
setingkat yang terlibat langsung dalam penanggulangan, segera
menuju ke Pos Komando.
(b) Ka. Kompartemen, Staff Umum dan Pejabat setingkat yang tidak
terlibat langsung dalam penanggulangan, segera menuju ke
assembly point.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(c) Karyawan yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan,
segera mengevakuasi diri ke assembly point.
14) Tanda keadaan darurat, evakuasi dan keadaan aman diinformasikan
dengan bunyi sirine pabrik :
(a) Keadaan Darurat Tingkat I : bunyi sirine naik turun
dengan periode 2x15 detik, selang waktu 1 menit sebanyak 3x.
(b) Keadaan Darurat Tingkat II : bunyi sirine naik turun dengan
periode 6x15 detik, selang waktu 1 menit sebanyak 3x.
(c) Keadaan Darurat Tingkat III : bunyi sirine naik turun dengan
periode tiap 15 detik selama 15 menit.
(d) Evakuasi : bunyi sirine dengan nada monoton selama
5 menit.
(e) Keadaan Aman : bunyi sirine dengan nada monoton selama
1 menit.
15) Penentuan/pengambilan keputusan keadaan darurat dilakukan oleh
pimpinan keadaan darurat (PKD) dan jika pejabat PKD tidak ada atau
belum datang ke lokasi, pada saat kejadian sudah mencapai tahap
keadaan darurat tingkat I, maka keputusan keadaan darurat dapat
ditetapkan minimal oleh dua pejabat berikut: Staff PKD, Shift
Superintendent, Komandan Regu Pengendalian, Komandan Regu
Penanggulangan dan Rescue, Komandan Regu Pemantau Lingkungan,
Komandan Regu Pemantau, Komandan Regu Pemeliharaan, Ketua
Bidang Operasional dan Ketua Bidang Inspeksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16) Shut Down Pabrik
(a) Dalam keadaan darurat dan adanya keterkaitan pabrik PKC dengan
Pabrik Perusahaan Patungan di sekitarnya, bila diperlukan maka
diadakan shut down pabrik yang telah ada.
(b) Ka. Divisi Produksi, masing-masing Ka. Dinas Produksi, Shift
Superintendent (Pabrik PKC maupun Pabrik Perusahaan Patungan)
bertugas di dalam pengamanan peralatan pabrik masing-masing
sesuai prosedur yang telah ada.
(c) Tindakan pengamanan diatas didasarkan pada situasi dan kondisi
serta tingkat keadaan darurat yang terjadi.
(d) PKD atau Direksi akan menginstruksikan hal tersebut pada pejabat
yang berwenang dalam kaitannya untuk tindak pengamanan pabrik-
pabrik tersebut.
(e) Setelah keadaan darurat selesai dan menurut pertimbangan teknis
dan lainnya memungkinkan atau setelah ada tindakan-tindakan
perbaikan, maka pabrik akan dilakukan start up kembali.
d. Tanggung Jawab dan Prosedur
1) Pimpinan Keadaan Darurat (PKD)
(a) Segera menuju ke Pos Komando.
(b) Memimpin seluruh kegiatan, memberi keputusan dan
kebijaksanaan.
(c) Mengawasi pemberian bantuan/keamanan yang ditugaskan kepada
Staff Teknis Penanggulangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(d) Mempertanggungjawabkan operasi penanggulangan kepada
Direksi.
(e) Meminta bantuan bila diperlukan, melalui Regu Komunikasi.
2) Staff Teknis Penanggulangan
Membantu PKD dalam Bidang Operasional dalam hal melakukan
pengendalian dan pengamanan operasional.
3) Bidang Operasional
(a) Regu Pengendalian Operasional (Bagian-bagian di Lingkungan
Divisi Produksi).
(1) Komandan Regu menuju ke Pos Komando.
(2) Mengambil langkah untuk pengendalian operasi pabrik yang
tidak terkena musibah dan menempatkan ke suatu keadaan yang
aman.
(3) Menginstruksikan operator untuk melakukan penyelamatan
manusia maupun dokumen-dokumen.
(4) Memberikan tenaga bantuan penanggulangan bila
diminta/diperlukan menurut permintaan PKD.
(b) Regu Penanggulangan dan Rescue
(1) Komandan Regu Penanggulangan dan rescue
i. Menerima laporan adanya suatu kejadian/peristiwa yang
menimbulkan keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii. Memimpin operasi penanggulangan keadaan bencana
penyelamatan dan penyingkiran lokal (dalam pabrik)
karyawan dari daerah bahaya ke daerah transisi.
iii. Menentukan Pos Komando penanggulangan keadaan darurat
dan Pos Emergency.
iv. Memberikan laporan lapangan ke PKD.
(2) Regu Inti
Melakukan penanggulangan bencana dan penyelamatan seperti
penanggulangan kebakaran, penanggulangan kebocoran bahan
kimia, penanggulangan tumpahan bahan kimia, pertolongan
korban (P3K), mengevakuasi korban.
(3) Regu Bantuan (Personil Divisi Pemeliharaan, Laboratorium dan
Bagging yang ada di lapangan).
Bersama-sama Regu Inti melakukan penanggulangan bencana
melakukan penaggulangan bahaya, melakukan
penyelamatan/rescue, membantu Biro Kesehatan melakukan
P3K di Daerah Transisi.
(c) Regu Pemantau Lingkungan
(1) Melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan terjadinya
penyebarluasan pencemaran.
(2) Melakukan upaya untuk mencegah meluasnya pencemaran.
(3) Mengkoordinir sumber daya dan fasilitas yang ada untuk
menghadapi penyebarluasan pencemaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(4) Mempersiapkan laporan ke Depnaker/KLH bila diperlukan.
(d) Regu pemeliharaan
(1) Menjaga agar sarana komunikasi untuk keperluan hubungan
intern dan ekstern tetap berfungsi dengan baik.
(2) Menyiapkan atau merencanakan sistem komunikasi lain bila
yang ada tidak berfungsi.
(3) Mengamankan jaringan-jaringan yang dianggap dapat
memperluas sumber bahaya.
(4) Menyiapkan sumber-sumber tenaga listrik bila diperlukan dalam
rangka penanggulangan bahaya.
(5) Menyiapkan personil perbengkelan terutama yang berhubungan
dengan pengelasan, melakukan perbaikan-perbaikan instalasi
maupun mesin-mesin yang rusak.
(e) Pembantu Umum
(1) Bidang Operasional
(2) Membantu pengamanan operasional pabrik.
(3) Bidang Inspeksi
(4) Membantu Regu Pemeliharaan dalam pengamanan peralatan
pabrik.
(5) Bidang Konstruksi
(6) Menyiapkan personil alat-alat berat untuk menanggulangi
bahaya atau memindahkan alat-alat/barang-barang atau bahan-
bahan yang perlu diselamatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Pendukung Operasional
a) Regu Evakuasi
(1) Pengurusan masalah ketenagakerjaan
(2) Dengan dibantu Biro Pengamanan dan anggota K-3
Representatif melakukan penyelamatan dan evakuasi personil.
b) Regu Pengamanan Lalu-lintas dan Operasional
(1) Komandan regu Pengamanan Lalu-lintas dan Operasional
(a) Memimpin pengamanan di lingkungan Perusahaan
(b) Membantu dan memberitahukan kepada pejabat-pejabat dan
masyarakat sekitarnya yang mungkin akan terkena bencana
dan diperlukan tindakan evakuasi.
(c) Mengendalikan Personil untuk penyelamatan dan
penyingkiran/evakuasi
(d) Mengendalikan situasi bila terjadi peristiwa unjuk rasa huru-
hara atau kerusuhan.
(e) Melakukan koordinasi dengan pihak berwajib untuk
pengamanan selanjutnya.
(2) Pengamanan Lalu-lintas
(a) Mengawasi dan membatasi kendaraan yang keluar masuk
daerah berbahaya.
(b) Mengendalikan dan membatasi massa yang melakukan unjuk
rasa atau huru-hara bila terjadi kerusuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3) Pengamanan Operasional
(a) Melaksanakan instruksi-instruksi atasan
(b) Mengawasi lingkungan terhadap orang-orang yang tidak
berkepentingan
(c) Mengawasi dan mengendalikan massa yang berunjuk rasa
atau, melakukan huru-hara/kerusuhan.
(d) Berhubungan dengan pihak luar/Kepolisian sesuai dengan
instruksi pihak Komandan Pengamanan Lalu-lintas dan
Operasional.
c) Regu medis dan P3K
(1) Menyediakan ambulance, peralatan medis, obat-obatan dan
tenaga medis untuk merawat korban-korban yang terjadi baik
di area bahaya maupun di daerah transisi.
(2) Menghubungi Rumah Sakit bila diperlukan fasilitas bantuan.
d) Regu Komunikasi
(1) Melayani pihak luar atau instansi lain dalam hal pemberian
informasi.
(2) Membantu pelaksanaan evakuasi warga perumahan,
karyawan dan masyarakat sekitarnya.
(3) Memberikan penjelasan dan negosiasi kepada perwakilan
pengunjuk rasa, bila terjadi unjuk rasa.
(4) Membuat catatan kronologis terjadinya peristiwa unjuk rasa,
huru-hara atau kerusuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e) Regu Keuangan
Menyiapkan dana dan pengadaan sarana yang diperlukan.
f) Regu sarana dan logistik
Menyediakan perbekalan, transportasi dan sarana evakuasi
lainnya yang diperlukan.
e. Pengecualian
1) Selama pejabat Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) belum tiba di
tempat (Posko), maka Shift Superintendent/Superintendent
Pasga/Manager Pengamanan bertugas sebagai pejabat PKD
2) Penentuan Posko tidak mutlak, setiap saat bisa berubah.
11. Prosedur Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
a. Tujuan
Prosedur ini ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sebagai panduan
untuk pemulihan kembali sesegera mungkin peralatan utama pabrik
dan unit operasi lainnya yang mengalami kerusakan serta sumber daya
manusia/karyawan yang cidera atau trauma akibat dampak kejadian
keadaan darurat yang terkait dengan K3 maupun lingkungan setelah
penanggulangan keadaan darurat.
b. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku pada lingkup pemulihan di area pabrik dan non
pabrik setelah penanggulangan keadaan darurat dilakukan secara
terintegrasi pada sistem ISO 9001:2000, SMK-3 dan ISO 14001:2004
untuk seluruh unit kerja dan karyawan PT Pupuk Kujang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Ketentuan Umum
1) Upaya pemulihan terhadap dampak kejadian keadaan darurat, baik
skala besar maupun kecil, harus segera dilakukan dengan
mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki PT Pupuk
Kujang.
2) Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat
mengakibatkan menambah kerugian, maka proses pemulihan harus
dilakukan setelah kondisi tempat kejadian dinyatakan aman dan
hasil penyelidikan terhadap insiden telah diketahui.
d. Tanggung Jawab dan Prosedur
1) Penanggung jawab terhadap pemulihan yang diakibatkan oleh
kejadian keadaan darurat kecil adalah Manager/Pimpinan unit kerja
tempat kejadian, sedangkan untuk skala besar
penanggungjawabnya adalah pejabat PT Pupuk Kujang sesuai
dengan Struktur Organisasi Keadaan Darurat.
2) Pemulihan terhadap dampak kejadian darurat meliputi :
a) Investigasi dan evaluasi terhadap :
(1) Kerusakan sarana fisik (peralatan pabrik, bangunan dan lain-
lain) penanganannya dilakukan oleh Divisi Pemeliharaan,
Divisi Produksi, Divisi Konstruksi, Biro Pengawasan Proses
dan Unit Kerja terkait lainnya.
(2) Karyawan yang terkena dampak kejadian keadaan darurat,
penanganannya dilakukan oleh Biro Kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3) Kerusakan lingkungan sekitar tempat kejadian,
penanganannya dilakukan oleh Biro K3LH/Bagian Ekologi
serta Unit Kerja lainnya.
b) Perencanaan perbaikan dan rekonstruksi sarana fisik yang rusak,
penanganannya dilakukan oleh tim yang ditunjuk berdasarkan
SK Direksi dan disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkup
pekerjaan.
c) Rehabilitasi karyawan yang terkena dampak kejadian keadaan
darurat meliputi :
(1) Pengobatan secara medis dilakukan di bawah pengawasan
Dokter Rumah Sakit rujukan.
(2) Pengobatan secara psikologi/counceling akan dilakukan di
bawah pengawasan Biro Sumber Daya Manusia dan Biro
Kesehatan.
(3) Istirahat sementara karyawan (karena trauma) akan dilakukan
di bawah pengawasan Biro Sumber Daya Manusia dan Biro
Kesehatan.
3) Pimpinan penanggulangan keadaan darurat harus membuat laporan
kepada Manajemen/Direksi tentang usaha pemulihan yang telah
dilakukan.
B. Pembahasan
1. Organisasi dan Tanggung Jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Manajemen PT Pupuk Kujang menyadari bahwa industri yang
menggunakan bahan baku gas alam, air, udara, dan bahan pendukung
lainnya serta proses produksi yang berhubungan dengan bahan kimia
berpotensi sangat besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan darurat seperti
kebakaran, kebocoran gas atau bahan kimia, dan bahkan peledakan dahsyat
yang dapat mengancam kesehatan, keamanan, kenyamanan dan keselamatan
jiwa tenaga kerja serta lingkungan sekitar perusahaan. Maka dari itu
dibentuklah suatu organisasi keadaan darurat dan evakuasi yang disusun
seefektif dan seefisien mungkin sebagai salah satu upaya/tindakan
pengendalian bahaya. Anggota organisasi ini berasal dari seluruh komponen
perusahaan, dan setiap anggota mempunyai tanggung jawab berbeda-beda
sesuai dengan jabatannya masing-masing seperti yang tercantum dalam
Struktur Organisasi Keadaan Darurat di PT Pupuk Kujang.
Pembentukan organisasi keadaan darurat tersebut sejalan dengan
pernyataan dalam Sertifikasi ISO 14001 yang menyatakan bahwa “salah
satu komponen utama yang harus dipersiapkan sebelum terjadi keadaan
darurat adalah Tim Respon Gawat Darurat (ERT)”. Selain itu dalam ISO
14001 juga menyatakan bahwa : “Organisasi harus membuat dan
memelihara prosedur untuk mengidentifikasi terjadinya kecelakaan dan
situasi darurat yang potensial dan menanggapinya, serta mencegah dan
mengurangi dampak lingkungan yang mungkin berkaitan dengannya”.
Sedangkan berdasarkan OHSAS 18001 elemen 4.8.10 tentang tanggap
darurat menyatakan bahwa : “Penanganan keadaan darurat dilakukan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam organisasi sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing”.
2. Prosedur Keadaan Darurat
Penanganan keadaan darurat diseluruh area PT Pupuk Kujang telah
dibuat Prosedur Keadaan Darurat yang terdiri dari 3 prosedur yaitu:
Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat, Prosedur Penanggulangan Keadaan
Darurat, dan Prosedur Pemulihan Pasca Kejadian Keadaan Darurat serta
didukung dengan instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan keadaan
darurat. Tanggung jawab setiap personil berbeda-beda, begitu pula
ketentuan-ketentuan umum di dalamnya. Penanganan keadaan darurat
dilakukan secara terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam
organisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Pengujian prosedur dilakukan secara berkala oleh Biro Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH).
Penyusunan prosedur keadaan darurat di PT Pupuk Kujang telah sesuai
dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran I poin :
3.3.8 Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana yang berisi
“Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat
atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada
saat kejadian yang sebenarnya”.
3.3.9 Prosedur Menghadapi Insiden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden,
perusahaan harus memilki prosedur yang meliputi :
a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai
mendapatkan pertolongan medik.
b. Proses perawatan lanjutan.
3.3.10 Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat
Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan
membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.
Dan untuk pengujian prosedur keadaan darurat juga telah sesuai dengan
Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran II poin 6. 7. 2 yang
menyatakan bahwa “Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau secara rutin
oleh petugas yang berkompeten”.
Terkait dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3
Lampiran II poin 6.7.5 mengenai “Instruksi keadaan darurat dan hubungan
keadaan darurat diperlihatkan secara jelas/menyolok dan diketahui oleh
seluruh tenaga kerja perusahaan”. PT Pupuk Kujang telah melaksanakan hal
tersebut dengan baik yaitu dengan adanya Prosedur Integrasi dan Instruksi
Kerja. Sedangkan untuk poin 6. 7. 6 mengenai “Alat dan sistem tanda
bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala”. PT
Pupuk Kujang telah melaksanakan hal tersebut dengan baik (mulai dari
pengadaan alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat, pengujian, sampai
pemeriksaan secara berkala). Pemeriksaan alat dan sistem tanda bahaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
secara visual dilakukan setiap satu bulan sekali, sedangkan untuk pengujian
alat secara menyeluruh dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali oleh bagian
Maintenance KPK.
3. Identifikasi dan Pengendalian Resiko Bahaya
Langkah-langkah pengendalian yang harus dilakukan antara lain :
a. Pengendalian risiko terhadap unit-unit yang berpotensi terjadi kebakaran.
Dilakukan pemasangan sarana pemadam kebakaran serta dilakukannya
pemeriksaan rutin terhadap sarana pemadam kebakaran tersebut.
b. Pengendalian risiko terhadap unit-unit yang berpotensi mudah terjadi
peledakan :
Dengan pemeriksaan/pengecekan unit-unit yang berpotensi terjadi
peledakan secara rutin oleh petugas lapangan.
c. Pengendalian risiko terhadap kebocoran gas/tumpahan bahan kimia
berbahaya yaitu :
Dengan dilakukannya pemeriksaan gas secara rutin dua kali sehari shift
sore dan shift malam, serta pemeriksaan gas khusus (extra check gas) bila
dirasa perlu.
Identifikasi sumber bahaya serta pengendalian resiko bahaya selain untuk
menghindari kecelakaan di tempat kerja yang dapat menimbulkan
kerugian bagi pihak perusahaan juga untuk memenuhi ketentuan yang
sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 BAB III tentang Syarat-
Syarat Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) huruf :
(a) : mencegah dan mengurangi kecelakaan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(b) : mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
(c) : mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
(h) : mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
(m) : memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
Selain itu juga pada BAB V Pasal 9 ayat (1) dan ayat (3) yaitu:
(1)Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
(3)Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan.
4. Persiapan Awal Menghadapi Keadaan Darurat
a. Sarana dan Fasilitas Penunjang Keadaan Darurat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Sarana Komunikasi
PT Pupuk Kujang menerapkan komunikasi satu arah dan dua arah.
Komunikasi satu arah seperti pagging system, sedangkan komunikasi dua
arah seperti telepon dan handy talky. Hal tersebut telah sesuai dengan
Permenaker No. Per- 05/MEN/1996 Lampiran I poin 3. 2. 1 mengenai
komunikasi, yang menyatakan bahwa “Komunikasi dua arah yang efektif
dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam penerapan
SMK3”.
2) Alarm dan Sistem Tanda Kebakaran
Alarm dan sistem tanda kebakaran yang ada di PT Pupuk Kujang
meliputi alarm system, sirine dan bel. Pemeriksaan alat dan sistem tanda
bahaya ini dilakukan setiap satu bulan sekali secara visual, sedangkan
untuk pengujian alat secara menyeluruh dilakukan setiap 3 (tiga) bulan
sekali. Hal tersebut telah sesuai dengan Permenaker No. Per-
05/MEN/1996 tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 7. 6 mengenai “Alat
dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara
secara berkala”.
3) Fasilitas Pemadam Kebakaran
Fasilitas pemadam kebakaran yang ada di PT Pupuk Kujang meliputi :
a) APAR
APAR di PT Pupuk Kujang telah ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat, dicapai, diambil serta dilengkapi dengan tanda segitiga
APAR dan penomoran pada box APAR. Semua tabung APAR di PT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pupuk Kujang merah. Pemasangan APAR di PT Pupuk Kujang yaitu
tinggi dari lantai kurang lebih 120 cm dan jarak pemasangan antara
APAR yang satu dengan yang lain tidak kurang dari 15 meter. Hal ini
sudah sesuai dengan Permenakertrans No.Per-04/MEN/1980 tentang
Syarat-syarat Pemasangan APAR BAB II yang menyatakan bahwa :
(1)Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah
dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan.
(2)Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) harus sesuai dengan
lampiran I.
(3)Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125
cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam
api ringan bersangkutan.
(4)Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai
dengan jenis dan penggolongan kebakaran seperti tersebut dalam
lampiran 2.
(5)Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu
dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh
melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatan Kerja.
(6)Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Fire Hydrant, Hose Box dan Fire Hose
Hydrant dan perlengkapannya disediakan di setiap unit tempat kerja.
Pemeriksaan terhadap sarana fire hydrant, hose box dan fire hose
dilakukan setiap empat bulan sekali. Pemeriksaan fire hydrant
meliputi pemeriksaan cat, monitor, poster, valve, dan caps serta
lamanya flushing. Sedangkan untuk pemeriksaan hose box dan fire
hose meliputi fire hose, nozzle, y-piece dan kunci-kunci selang.
Jumlah hydrant yang ada di PT Pupuk Kujang sebanyak 109 buah.
Persediaan air untuk hydrant berasal dari utility melalui 3 pompa man
pump, jockey pump dan diesel pump.
c) Sprinkler System
Di PT Pupuk Kujang sarana pemadam sistem sprinkler ditempatkan
khusus di sekeliling ammonia storage tank (tangki penyimpanan
amonia) dan digunakan apabila terjadi kebocoran amonia. Sistem
kerjanya adalah dengan membuka valve pengaman, air akan
menyelimuti seluruh bagian tangki amonia. Pemeriksaan terhadap
sprinkler system dilakukan setiap empat bulan sekali oleh Bagian
Maintenance KPK.
d) Kendaraan Pemadam
Selain menyediakan fasilitas-fasilitas pemadam kebakaran, Bagian
KPK juga bertugas sebagai unit penanggulangan kebakaran di PT
Pupuk Kujang dan telah mendapatkan pelatihan penanggulangan
kebakaran. Pengadaan unit penanggulangan kebakaran ini telah sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja (BAB II Pasal 5) yang
menyatakan bahwa “Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana
dimaksud terdiri dari petugas peran kebakaran, regu penanggulangan
kebakaran, koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli K3
spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab
teknis”.
Penyediaan fasilitas dan pembentukan unit penanggulangan
kebakaran tersebut untuk memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja BAB I Pasal 2 ayat 2
huruf (b) dan (d) yang menyebutkan bahwa “Kewajiban mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja meliputi
penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi, serta pembentukan unit penanggulangan kebakaran di
tempat kerja”.
4) Sarana Keadaan Darurat
Penyediaan sarana dan prasarana keadaan darurat di PT Pupuk Kujang
telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, pasal 9 ayat 3 yang menyatakan bahwa “Pengurus
diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemberantasan kebakaran serta peningkatan kesehatan dan keselamatan
kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan”.
5) Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri yang tersedia di PT Pupuk Kujang sudah cukup
memadai. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan, untuk semua orang
yang memasuki area pabrik PT Pupuk Kujang diwajibkan memakai
APD. Hal ini mengacu pada Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (Pasal 12 dan 13) yang menyatakan bahwa “Setiap
tenaga kerja dan orang lain yang memasuki sesuatu tempat kerja,
diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan”.
Selain itu penggunaan APD sebagai upaya untuk perlindungan dalam
bekerja juga diatur dalam Lampiran II Permenaker No.05/MEN/1996
poin 6.1.7 yang menyatakan bahwa “Alat pelindung diri disediakan bila
diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam
kondisi layak pakai”.
Dan poin 6.1.8 “Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah
dinyatakan laik pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan
perundangan yang berlaku”.
Sedangkan untuk penyediaan APD di PT Pupuk Kujang merupakan
tanggung jawab dari Bagian KPK. Hal ini telah sesuai dengan Undang-
undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dalam pasal 14 (c),
yang menyatakan bahwa “Pengurus diwajibkan menyediakan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap
orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengurus
atau ahli keselamatan kerja”.
Dan berdasarkan Pasal 9 ayat (1) poin (b) dan (c) Pengurus
diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang:
(b) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerja.
(c) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
6) Kotak Obat P3K
Kotak obat P3K disediakan di setiap unit-unit kerja sesuai kebutuhan.
Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran I
poin 3. 3. 9 mengenai prosedur menghadapi insiden, yang menyatakan
bahwa “Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat
insiden, perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi penyediaan
fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan
pertolongan medik”.
Selain itu juga sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996
Lampiran II poin 6. 8. 1 yang menyatakan bahwa “Perusahaan telah
mengevaluasi alat P3K dan menjamin bahwa sistem P3K yang ada
memenuhi standar dan pedoman teknis yang berlaku”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7) Peta Evakuasi
Peta evakuasi PT Pupuk Kujang dibuat oleh Bagian KPK, yang
kemudian di distribusikan ke seluruh unit kerja dan disosialisasikan
kepada seluruh karyawan tentang gambaran jika terjadi keadaan darurat.
Peta evakuasi yang berfungsi untuk menunjukkan arah atau rute yang
harus dilalui bila terjadi keadaan darurat. Peta evakuasi diantaranya berisi
lokasi potensi bahaya keadaan darurat yaitu potensi bahaya tinggi,
potensi bahaya sedang dan potensi bahaya rendah, assembly point, rute/
jalur evakuasi keadaan darurat.
8) Pintu dan tangga darurat
Di PT Pupuk Kujang disediakan pintu dan tangga darurat hal ini sesuai
dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran II poin 6. 4. 4 yang
menyatakan bahwa “Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda
pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis”.
b. Mempersiapkan Tim Penanggulangan Keadaan Darurat
Tim penanggulangan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang sudah
memadai, yakni terdiri dari :
1) PKD/Pimpinan Keadaan Darurat (selaku penanggung jawab kondisi
keadaan darurat).
2) Wakil PKD
3) Staff Teknis Penanggulangan
4) Komandan Penanggulangan
5) Regu Inti Penanggulangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Komandan Pengamanan
7) Regu Pengamanan
c. Pembentukan Tim Penanggulangan Keadaan Darurat
Adapun tim yang secara khusus menangani masalah saat penanggulangan
keadaan darurat diantaranya :
1) Tim Pemadam Kebakaran
Tim pemadam kebakaran bertanggung jawab melakukan pemadaman
api pada saat terjadi kebakaran. Tim pemadam kebakaran merupakan
salah satu tim inti Keadaan Darurat di PT Pupuk Kujang yang personil
intinya dari Bagian KPK.
2) Tim Teknis yang terdiri dari :
a) Tim Mekanik
Tim mekanik bertanggung jawab melakukan perbaikan terhadap
mesin-mesin pabrik yang mengalami kerusakan pada saat terjadi
keadaan darurat.
b) Tim Perbengkelan
Tim Perbengkelan bertanggung jawab melakukan perbaikan alat-
alat konstruksi yang mengalami kerusakan.
c) Tim Produksi
Tim Produksi bertanggung jawab memonitoring proses produksi
yang sedang berjalan.
d) Tim Inspeksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tim Inspeksi bertanggung jawab melakukan penilaian terhadap
hasil dari keadaan darurat yang terjadi.
e) Tim Evakuasi
Tim evakuasi bertanggung jawab melakukan penyelamatan
karyawan saat keadaan darurat, serta penyelamatan atas dokumen-
dokumen penting perusahaan dan barang-barang yang mudah
diangkut/diselamatkan setelah mendapat informasi/ perintah dari
PKD. Group penanggulangan mengevakuasi hanya sampai ke
Daerah Transisi, selanjutnya akan diserahkan ke petugas yang ada
di Posko.
f) Tim P3K
Tim P3K dibentuk oleh pelayanan kesehatan yaitu tim medis dan
rescue dari Bagian KPK dan tim bantuan dari K3 representatif. Tim
P3K bertanggung jawab untuk melakukan pertolongan pertama
karyawan yang mengalami cidera. Pertolongan pertama dapat
dilakukan di Daerah Transisi, akan tetapi apabila tidak
memungkinkan korban dibawa ke Klinik untuk menerima
perawatan yang lebih lanjut.
g) Tim Keuangan
Tim keuangan harus mempersiapkan dana yang dibutuhkan dalam
penanggulangan keadaan darurat serta memperhitungkan biaya
untuk pemulihan keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Pelatihan dan Simulasi Keadaan Darurat serta Praktek Evakuasi
Seperti dalam pernyataan dalam Lampiran I Permenaker No.
05/MEN/1996 poin 3.1.5 bahwa penerapan dan pengembangan Sistem
Manajemen K3 yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan
pelatihan dari setiap tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan merupakan
salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pelatihan yang dilaksanakan di PT Pupuk Kujang bagi seluruh karyawan
sudah cukup baik dan efektif. Tujuan dari diadakannya rangkaian
pelatihan ini adalah :
1) Untuk memastikan perlindungan yang maksimal bagi tenaga kerja,
masyarakat, asset perusahaan dan lingkungan.
2) Untuk mengukur kesiapan personil, kerjasama dan koordinasi antar
unit kerja yang terkait dalam penanggulangan keadaan darurat.
3) Untuk mengurangi situasi yang dapat mengakibatkan kerugian yang
lebih besar.
4) Untuk mengukur kesiapan peralatan komunikasi (radio komunikasi/
handy talky, pesawat telepon, pagging system) dan alarm tanda
kebakaran (alarm system), sirine dan bel apakah berfungsi dengan
baik pada saat keadaan darurat berlangsung.
5) Untuk mengukur kesiapan dan keandalan dari seluruh sarana
penanggulangan keadaan darurat yang ada, serta kesiapan Tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penanggulangan Keadaan Darurat (diantaranya Regu Penanggulangan
dan Rescue, Regu medis dan P3K) dalam menangani keadaan darurat.
6) Untuk meyakinkan bahwa seluruh personil yang ada di dalam pabrik,
di kawasan Pupuk Kujang dan masyarakat di sekitar Pupuk Kujang
tidak menjadi panik dan tahu cara untuk menyelamatkan diri/evakuasi
pada saat terjadi keadaan darurat.
7) Memberikan jaminan kepada warga masyarakat sekitar, bahwa pabrik
dapat dikendalikan dengan aman dalam kondisi apapun.
Pelatihan dan simulasi keadaan darurat serta praktek evakuasi minimal
dilakukan setiap satu tahun sekali, sesuai dengan situasi dan kondisi
pabrik. Pengadaan pelatihan ini sesuai dengan Permenaker No. Per-
05/MEN/1996 Lampiran II poin 6.7.3 yang menyatakan bahwa “Tenaga
kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan
darurat yang sesuai dengan tingkat risiko”. Dan poin 6.7.4 yang
menyatakan bahwa “Petugas penanganan keadaan darurat diberikan
pelatihan khusus”.
e. Sistem Pelaporan
Di PT Pupuk Kujang terdapat instruksi khusus mengenai tata cara
pelaporan keadaan darurat. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per-
05/MEN/1996 Lampiran II poin 8. 1. 1 tentang pelaporan keadaan
darurat, yang menyatakan bahwa “Terdapat prosedur proses pelaporan
sumber bahaya dan personil perlu diberitahu mengenai proses pelaporan
sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Upaya Penanggulangan Keadaan Darurat
a. Pemberitahuan Keadaan Darurat
Sistem pemberitahuan di PT Pupuk Kujang telah dibuatkan prosedur
yang cukup efektif, sehingga dapat memudahkan dalam pengumpulan
Tim Keadaan Darurat ke lokasi kejadian. Dimana pemberitahuan ini
dilakukan dengan menggunakan sarana komunikasi yang ada seperti
pagging system, handy talky maupun telepon. Selain itu untuk
pemberitahuan jika terjadi keadaan darurat akan dibunyikan sirine sesuai
dengan tingkatan keadaan darurat. Untuk pemberitahuan kepada
masyarakat melalui Biro Komunikasi, masjid-masjid ataupun door to
door.
b. Evakuasi
Evakuasi yang dilaksanakan saat keadaan darurat terjadi di PT Pupuk
Kujang telah dilaksanakan dengan baik. Selain dibentuk Tim Evakuasi
juga dibuat rute/ jalur evakuasi penyelamatan, sehingga proses evakuasi
dapat berjalan dengan cepat, lancar, efektif dan efisien. Dengan melalui
rute-rute dan garis yang telah dibuat pada peta jalur evakuasi menuju
tempat yang lebih aman (assembly point).
Dengan dibuatnya jalur/rute evakuasi di PT Pupuk Kujang, maka
dikatakan hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3
(d) yang menyatakan bahwa “Memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain
yang berbahaya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Perhitungan Pekerja pada Titik Pertemuan
Setelah pekerja semua berkumpul (di evakuasi) dilakukan perhitungan
jumlah pekerja untuk memastikan semua pekerja telah di evakuasi.
d. Penilaian keadaan darurat
Di PT Pupuk Kujang penilaian terhadap keadaan darurat adalah tugas
dari Bagian KPK/Tim Pemadam Kebakaran, dan apabila tempat tersebut
berbahaya maka anggota Tim Pemadam Kebakaran memasang suatu
tanda yang mudah dikenali seperti zona isolasi. Tujuan pemasangan zona
isolasi ini yaitu melarang siapapun memasuki area/lokasi kejadian karena
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari Pimpinan Keadaan Darurat.
e. Memindahkan Pekerja yang Cidera
Apabila ada pekerja yang cidera maka mereka harus dipindahkan dari
lokasi gawat darurat oleh anggota Tim Gawat Darurat dan Tim P3K
untuk kemudian diberikan pertolongan pertama dengan ambulance untuk
dibawa ke poliklinik dan ke Rumah Sakit terdekat yang sebelumnya telah
dihubungi atau telah bekerjasama dengan perusahaan sesuai dengan
tingkat keseriusan korban untuk mendapatkan perawatan yang lebih
intensif.
Proses pemindahan korban yang dilakukan oleh Tim P3K dari lokasi
kejadian ke poliklinik sudah baik, oleh karena Tim P3K mendapatkan
pelatihan P3K secara rutin setiap satu tahun sekali. Sehingga apabila di
lokasi kejadian kondisi korban tidak begitu parah, maka bisa segera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melakukan pertolongan pertama tanpa harus dibawa ke poliklinik dan
dirujuk ke rumah sakit.
f. Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar dan Badan-badan Terkait
Kontak telepon dengan pihak luar antara lain dengan :
1) Pemadam Kebakaran Setempat
2) Pihak Kepolisian
3) Pihak Rumah Sakit
g. Penghentian Sarana atau Kegiatan Tertentu
Apabila bahaya yang terjadi mengharuskan untuk menghentikan jalannya
kegiatan atau proses produksi tertentu di perusahaan, yang berhak
menentukan adalah Kepala Seksi. Yang mana keputusan penghentian ini
berdasarkan saran dari pimpinan tim keadaan darurat (PKD) yang telah
melakukan identifikasi bencana yang terjadi.
h. Mendirikan Penghalang
Penghalang menandakan suatu zone isolasi yang melarang siapapun
kecuali tim respon gawat darurat masuk. Pemasangan zone isolasi
dengan memasang papan yang berisi tanda peringatan maupun pita
pengaman berwarna kuning yang menandakan bahwa selain tim gawat
darurat dan tim investigasi dilarang masuk.
i. Menyebarkan informasi kepada pekerja
Penyebaran informasi dilakukan oleh Bagian KPK di PT Pupuk Kujang
ke setiap unit kerja mengenai keadaan yang telah terjadi. Hal ini cukup
efektif karena sumber berasal dari satu orang, sehingga tidak terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kekacauan informasi. Penyebaran informasi biasanya menggunakan
pagging system. Apabila keadaan darurat bisa berdampak terhadap
lingkungan dan masyarakat, maka diperlukan penyebaran informasi ke
pihak aparat kepolisian dan masyarakat sekitar.
j. Pelaporan
Setiap kejadian darurat yang terjadi harus dilaporkan oleh setiap unit
kerja yang terkait ke PKD (yang turun langsung ke lapangan) dan ke
Bagian KPK atas instruksi dari PKD kemudian dilaporkan ke Direktur
Produksi dan dilaporkan ke Direktur Utama kemudian dilakukan analisa
penyebabnya dan dicarikan solusinya agar tidak sampai terjadi lagi.
Analisa dilakukan pada saat itu juga, sehingga dapat memperhatikan
kondisi saksi-saksi dan lokasi kejadian secara jelas dan masih sesuai
dengan fakta yang ada. Dan selanjutnya setelah evakuasi, kemudian
dilakukan pembersihan lokasi. Laporan Tindakan Pencegahan/Perbaikan
Masalah yang dibuat berguna untuk mengantisipasi agar kejadian serupa
tidak terjadi lagi. Pembuatan laporan sebaiknya tidak terlalu lama dengan
memperhatikan kondisi dan fakta yang sesuai di lapangan.
k. Pertemuan Penutup
Di dalam pertemuan penutup sebaiknya dihadiri oleh semua pihak yang
terkait. Dimana pada pertemuan antara pihak-pihak yang terkait pasca
kejadian darurat yang dilakukan untuk membahas langkah-langkah
perbaikan dan berusaha untuk membahas tindakan pencegahan terhadap
bahaya susulan maupun bahaya yang baru di waktu yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rapat bisa dilaksanakan pada saat keadaan darurat maupun setelah
keadaan darurat.
l. Dokumentasi
Setiap laporan keadaan darurat yang terjadi di PT Pupuk Kujang yang
sudah direvisi didokumentasikan dengan cukup baik. Pendokumentasian
dilakukan sebagai referensi atau sarana untuk evaluasi keadaan darurat
yang telah terjadi. PT Pupuk Kujang mendokumentasikan kegiatan-
kegiatannya dalam bentuk file pada kertas, foto-foto, CD, dan komputer.
6. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
Prosedur Rencana Pemulihan di PT Pupuk Kujang telah disusun dengan
baik, guna untuk meminimalisasi dampak kerugian dari terjadinya keadaan
darurat. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran
I poin 3. 3. 10 tentang Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat yang
menyatakan bahwa “Perusahaan harus membuat prosedur rencana
pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi
yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami
trauma”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan mengenai keadaan darurat
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. PT Pupuk Kujang mendefinisikan keadaan darurat adalah suatu keadaan
dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh
personil yang ada, dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan kejadian seperti
kebocoran/menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran,
bencana alam, gempa bumi atau kejadian huru-hara pada tingkat tertentu
yang membahayakan keselamatan manusia dan aset perusahaan.
2. Potensi bahaya yang kemungkinan besar dapat menyebabkan terjadinya
keadaan darurat di PT Pupuk Kujang adalah kebakaran, peledakan, dan
kebocoran gas atau bahan kimia berbahaya (B3).
3. PT Pupuk Kujang menggolongkan keadaan darurat menjadi tiga (3)
tingkatan yaitu :
d. Keadaan Darurat Tingkat I
Adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa pekerja dan
peralatan/harta benda (aset) yang secara normal dapat diatasi oleh
karyawan yang ada di lokasi Unit Kerja dengan menggunakan prosedur
yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Keadaan Darurat Tingkat II
Adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas
dibantu peralatan dan material yang tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi
mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran B3 yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-
lain, yang mengancam jiwa manusia, lingkungan dan aset perusahaan
dengan dampak bahaya pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya.
Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar,
pemerintah setempat, dan masyarakat sekitarnya.
f. Keadaan Darurat Tingkat III
Adalah keadaan darurat berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan
akibat lebih besar dibandingkan dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta
memerlukan bantuan pemerintah daerah dan koordinasi tingkat Nasional.
4. Penanganan apabila terjadi keadaan darurat diseluruh area PT Pupuk Kujang
telah dibuat Prosedur Keadaan Darurat, meliputi: Prosedur Kesiagaan
Keadaan Darurat, Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat, dan Prosedur
Pemulihan Pasca Kejadian Keadaan Darurat serta didukung dengan
instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan keadaan darurat, yang mana
pembagian tanggung jawab organisasi tim tanggap darurat telah dirinci
secara jelas dalam setiap prosedur. Hal ini telah telah sesuai dengan
Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Persiapan awal yang dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat di PT
Pupuk Kujang meliputi :
a. Pembentukan tim tanggap darurat.
b. Menyediakan dan mempersiapkan fasilitas dan sarana penunjang dalam
keadaan darurat (APD, fasilitas pemadam kebakaran, sarana komunikasi,
nomor telepon ekstern untuk keadaan darurat, kotak obat P3K, kendaraan
pemadam dan evakuasi, peta evakuasi, pintu dan tangga darurat, detector,
poster dan tanda peringatan, dan sarana keadaan darurat seperti safety
shower dan eye wash fountain, wind direction, gardu darurat, sliding
chute, assembly point, tandu).
c. Mengadakan pelatihan-pelatihan K3 yang berkaitan dengan terjadinya
keadaan darurat, seperti pelatihan pemadam kebakaran (fire fighting),
pelatihan SCBA, pelatihan rescue, pelatihan P3K, pelatihan tanggap
darurat, serta perlombaan hose drill contest. Selain it juga dilakukan
simulasi keadaan darurat dan praktek evakuasi.
d. Menentukan area evakuasi.
e. Merancang sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada masyarakat.
6. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat terjadi keadaan darurat di PT
Pupuk Kujang antara lain :
a. Memberitahukan keadaan darurat tersebut kepada Bagian KPK dengan
menggunakan sarana komunikasi yang tersedia, untuk selanjutnya akan
disebarkan ke unit kerja lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Melakukan evakuasi.
c. Memindahkan pekerja yang mengalami cidera agar segera dapat
ditangani dengan baik.
d. Melakukan penilaian terhadap keadaan darurat (apakah keadaan darurat
tingkat I, II atau III).
e. Melakukan penghentian sarana atau jalannya proses produksi apabila
dirasa bahwa keadaan tersebut berbahaya.
f. Memasang penghalang/ zona isolasi.
g. Unit kerja terkait melaporkan kejadian keadaan darurat kepada Pimpinan
Keadaan Darurat dan Bagian KPK untuk dilaksanakan penyelidikan/
investigasi agar diketahui faktor-faktor penyebabnya.
h. Melakukan rapat untuk membahas mengenai masalah yang telah terjadi
dan menentukan bagaimana rencana pemulihan atau tindakan perbaikan
yang dapat dilakukan.
i. Mendokumentasikan kejadian keadaan darurat tersebut untuk selanjutnya
digunakan sebagai referensi atau bahan evaluasi.
7. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam rencana pemulihan pasca keadaan
darurat antara lain :
a. Melakukan observasi ke tempat kejadian keadaan darurat.
b. Melakukan investigasi
c. Mengadakan rapat evaluasi.
d. Penyusunan laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi pada pelaksanaan keadaan
darurat di PT Pupuk Kujang diantaranya adalah :
a. Kurangnya kepedulian/keseriusan dari para personil atau karyawan
dalam menanggapi jalannya pelatihan.
b. Kendala komunikasi dan koordinasi saat pelaksanaan latihan (hal ini
disebabkan oleh karena kurangnya sarana komunikasi yang tersedia atau
sarana komunikasi tersebut tidak berfungsi dengan baik).
B. Saran
1. Sebaiknya pemeliharaan sarana dan prasarana keadaan darurat harus lebih
ditingkatkan dan lebih dijaga agar selalu dalam kondisi siap bila sewaktu-
waktu diperlukan pada saat terjadi keadaan/kejadian darurat baik kecil atau
besar.
2. Sebaiknya dibuat prosedur keadaan darurat yang spesifik untuk keadaan
darurat seperti bencana alam dan huru-hara.