Post on 23-Dec-2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Fisiologi ini dengan judul “Laporan Praktikum Fisiologi Blok Stomatognasi I :
Oklusi“.
Laporan Praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk lebih
mendalami materi tentang oklusi gigi geligi. Saya menyadari bahwa hasil yang
dicapai dalam penulisan laporan ini masih mengandung berbagai kelemahan dan
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat menjadi
sumbangan yang berharga bagi semua pihak.
Jember, 7 Maret 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... 1
Daftar isi ........................................................................................................ 2
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 3
1.1 Dasar Teori.......................................................................................... 3
BAB II. HASIL PERCOBAAN ................................................................... 11
2.1 Tabel Hasil Percobaan ......................................................................... 11
BAB III. PEMBAHASAN ........................................................................... 15
BAB IV. PENUTUP .................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
1.1 Oklusi
Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang
berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion
adalah closing up atau menutup ke atas. Dengan demikian pengertian oklusi
adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang
bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup (Sinaga, BA : 2011).
Pada tahun 1907, Angle menyimpulkan pandangannya bahwa oklusi
merupakan dasar pengetahuan ortodonti. Bentuk tonjol gigi, mahkota, akar gigi,
dan struktur jaringan pengikat gigi disusun sedemikian rupa untuk tujuan utama
yaitu oklusi. Angle mendefinisikan oklusi sebagai hubungan normal dari dataran
miring permukaan oklusal gigi geligi atas bawah apabila rahang atas dan rahang
bawah menutup (Sinaga, BA : 2011).
Definisi lain dari oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi
pada maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan mandibula dan
berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi
karena adanya interaksi antara dental system, skeletal system, dan muscular
system (Soeyoto : 2009).
Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang
saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan
biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognatik terhadap
permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi berkontak dalam
keadaan berfungsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa oklusi
bukanlah merupakan suatu proses statik yang hanya dapat diketahui bila
3
seseorang menutup mulut sampai gigi geliginya mengalami kontak. Beberapa ahli
menyatakan bahwa oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi
antara sistem otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskuler, sendi
temporomandibular (STM) dan gigi geligi (Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
1.2 Konsep Dasar Oklusi
A. Oklusi Seimbang (Balanced Occlusion)
Oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi baik
atau normal, apabila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas
memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam kedudukan
sentrik maupun eksentrik. Keadaan ini akan tercapai bila terdapat keseimbangan
kontak gigi pada sisi kiri dan kanan. Dalam kenyataannya, keadaan ini jarang
ditemukan pada gigi geligi asli. Walaupun demikian fungsi kunyah tetap
berlangsung baik (Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
1. Oklusi Morfologik (Morphologic Occlusion)
Oklusi morfologik (morphologic occlusion) menilai baik dan buruknya
oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan geligi antagonisnya di rahang
atas pada saat geligi tersebut berkontak. Konsep ini menitik-beratkan pada segi
morfologiknya saja (Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
2. Oklusi Dinamis/Individual/Fungsional
Oklusi dinamik/individual/fungsional (dinamic/individual/functional
occlusion) menyatakan bahwa oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi
keserasian antara komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya
kontak antar geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi dan
jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi
dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula. Bila semua
struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya
dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal (Gunadi, Haryanto A. dkk :
1994).
B. Oklusi Gigi Geligi
4
Oklusi ideal merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan
hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang harus
dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi ideal
adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus central bawah dan
molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan
didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan (Harty, F. J. Ogston,
R. : 1995).
Syarat lain untuk mendapatkan oklusi ideal antara lain:
Bentuk korona gigi berkembang dengan normal dengan perbandingan
yang tepat antara dimensi mesio-distal atau buko-lingual.
Tulang, otot, jaringan disekitar gigi anatomis mempunyai perbandingan
yang normal.
Semua bagian yang membentuk gigi geligi geometris dan anatomis, satu
dan secara bersama-sama memenuhi hubungan yang tertentu.
Gigi geligi terhadap mandibula dan cranium mempunyai hubungan
geometris dan anatomis yang tertentu.
Karena gigi dapat mengalami atrisi akibat fungsi pengunyahan, maka
bentuk gigi ideal jarang dijumpai (Gros, Martin D. : 1991).
Oklusi ideal dapat diperoleh apabila bentuk hirroglyphics (cusp, ridge, dan
groove) gigi geligi ideal, tetapi hal ini akan sulit dicapai sebab dalam proses
pemakaiannya seringkali gigi geligi tersebut mengalami berbagai perubahan.
Berbagai perubahan yang dapat terjadi adalah : (a) atrisi yaitu keausan gigi yang
disebabkan faktor fisiologis misalnya gesekan antar gigi, (b) abrasi yaitu
keausan gigi yang disebabkan faktor mekanis misalnya cara menyikat gigi yang
kurang benar, (c) erosi yaitu ausnya gigi yang disebabkan hilangnya jaringangan
keras gigi yakni enamel karena proses kimiawi dan tidak melibatkan bakteri
(Walton, Richard E. : 2008).
1. Oklusi Normal
Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu kondisi
oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan proses metabolik untuk
5
mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada dalam keadaan sehat
(Foster, T. D : 1997).
Andrew (1972) menyebutkan enam kunci oklusi normal yang berasal dari
penelitian yang dilakukannya terhadap 120 subyek yang oklusi idealnya memiliki
enam ciri. Keenam ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pda bidang
sagital.
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal.
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing
lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal-jejal.
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung (Foster, T. D : 1997).
Andrew memperkirakan bahwa jika satu atau beberapa ciri tidak tepat,
hubungan oklusal dari gigi geligi tidaklah ideal. Beberapa kriteria mengenai
oklusi fungsional yang ideal sudah diperkenalkan oleh Roth (1976). Berikut ini
adalah salinan dari konsep Roth, yang ditujukan terutama untuk mendapatkan
efisiensi pengunyahan maksimal yang konsisten dengan beban traumatik minimal
yang mengenai gigi-gigi dan jaringan pendukung serta otot dan aparatus
pengunyahan skeletal (Foster, T. D : 1997).
1. Pada posisi intercuspal maksimal (oklusi sentrik), kondil mandibula harus
berada pada posisi paling superior dan paling retrusi dalam fosa kondilar.
Ini berdampak bahwa posisi intercuspal adalah sama dengan posisi kontak
retrusi.
2. Pada saat menutup ke oklusi sentrik, stress yang mengenai gigi-gigi
posterior harus diarahkan sepanjang sumbu panjang gigi.
3. Gigi-gigi posterior harus berkontak setara dan merata, tanpa kontak pada
gigi-gigi anterior pada oklusi sentrik.
6
4. Harus ada overjet dan overbite minimal, tetapi cikup besar untuk membuat
gigi-gigi posterior saling tidak berkontak pada gerak lateral dari
mandibula, ke luar dari oklusi sentrik.
5. Harus ada halangan minimal dari gigi-gigi terhadap gerak mandibula
seperti dibatasi oleh sendi temporomandibular (Foster, T. D : 1997).
Oklusi gigi-geligi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis,
yaitu:
a. Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan
rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-
geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi statik, hubungan cusp
fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal
ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa.
Sedangkan pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit
(overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit
(overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus rahang atas
terhadap bidang labial gigi insisivus pertama rahang bawah. Overjet tergantung
pada inklinasi dari gigi-gigi insisivus dan hubungan antero-posterior dari
lengkung gigi. Pada sebagian besar individu, ada overjet positif, misalnya sewaktu
insisivus atas terletak di depan insisivus bawah pada keadaan oklusi, namun
overjet juga bisa kebalikan, atau edge to-edge (Foster, T. D : 1997).
Tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge rahang
bawah sampai incisal edge rahang atas. Dipengaruhi oleh perkembangan derajat
vertikal dari segmen dento-alveolar anterior. Idealnya, gigi-gigi insisivus bawah
harus berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dari insisivus atas, pada
keadaan oklusi, namun bisa juga terjadi overbite berlebihan atau tidak ada kontak
insisal. Pada keadaan ini overbite disebut tidak sempurna jika insisivus bawah di
atas ketinggian edge insisal atas, atau gigitan terbuka anterior, jika insisivus
bawah lebih pendek dari edge insisal atas pada oklusi (Foster, T. D : 1997).
b. Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi rahang atas dan
rahang bawah pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral
7
(samping) ataupun kedepan (antero-posterior). Oklusi dinamik timbul akibat
gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior).
Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi.
Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan
dengan adanya kontak antara cusp bukal rahang atas dan cusp molar rahang
bawah dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi
dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada
balancing side (Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara
gigi geligi dengan antagonisnya
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara
gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP,
namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior
pada saat RB digerakkan ke anterior
4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi
pada saat RB digerakkan ke lateral (Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan rahang
bawah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi
keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak
2. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak
dan sisi keseimbangan tidak kontak
3. Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi anterior,
sedang pada gigi posterior
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalam klasifikasi diatas
(Hamzah, Zahreni. dkk : 2015).
Oklusi memiliki 2 aspek. Aspek yang pertama adalah statis yang
mengarah kepada bentuk, susunan, dan artikulasi gigi geligi pada dan antara
8
lengkung gigi, dan hubungan antara gigi geligi dengan jaringan penyangga. Aspek
yang kedua adalah dinamis yang mengarah kepada fungsi sistem stomatognatik
yang terdiri dari gigi geligi, jaringan penyangga, dan sendi.
c. Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu
mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi
bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini
sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat
pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra
posisi ataupun overhanging restoration (Harshanur, IW : 1992).
Definisi oklusi sentrik tidak bisa diterapkan untuk semua individu, karena
pada beberapa kasus seperti pada tahap akhir gigi geligi susu, atrisi sudah
mengurangi tinggi tonjol gigi-gigi sehingga permukaan oklusi relatif datar.
Syarat-syarat oklusi sentris :
1. Gigi atas dan bawah dalam hubungan kontak maksimal dan tak bekerja.
2. Bibir menekan satu sama lain.
3. Ujung lidah pada sepertiga insisal dan tengah dari gigi-gigi insisivus atas
dan bawah.
4. Otot-otot kunyah dalam keadaan kontraksi
5. Ekspresi/tarikan muka harus kelihatan normal (Harshanur, IW : 1992).
1.3 Hubungan Mandibula Terhadap Maksila
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari oklusi
sentris (mandibula terletak paling posterior dari maksila) atau kondil terletak
paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan adanya gerakan
dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi dalam keadaan
Intercuspal Contact Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP berada pada
posisi RCP (Thomson, Hamish : 2007).
Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest Position) yaitu jarak antara
oklusal premolar rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan istirahat, rileks
9
dan posisi tegak lurus. Posisi istirahat mandibula, kadang disebut posisi postural
endogen. Pada keadaan ini otot-otot pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini
menunjukkan otot-otot kelompok elevator dan depressor tonus adan kontraksinya
dalam keadaan seimbang, dan kondil dalam keadaan netral atau tidak tegang.
Keadaan ini dianggap dikendalikan oleh mekanisme refleks yang dipicu oleh
reseptor regangan pada otot mastikasi, khususnya otot temporal (Foster, T. D :
1997).
Posisi istirahat pada kebanyakan kasus adalah sedemikian rupa hingga ada
celah beberapa milimeter antara gigi atas dan gigi bawah. Celah ini disebut free-
way space atau jarak antar oklusal. Posisi ini dianggap konstan untuk setiap
individu, ada variasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Variasi sehari-
hari dari posisi istirahat terlihat bersama variasi postur kepala. Jika kepala
didongakkan ke belakang, jarak antar oklusal akan meningkat, jika dicondongkan
ke depan jarak antar oklusal berkurang. Variasi jangka panjang berhubungan
dengan tanggalnya gigi dan proses penuaan selain perubahan tonus otot (Foster,
T. D : 1997).
Oklusi pada masing-masing individu tidaklah sama. Faktor-faktor yang
mempengaruhi oklusi gigi manusia antara lain :
Variasi genetik
Perkembangan gigi-geligi secara acak
Adanya gigi-gigi supernumerary
Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut
Kebiasaan
Trauma (Soeyoto : 2009).
10
BAB II
HASIL PERCOBAAN
1. Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Relasi Gigi Nomor Gigi
Rahang Atas 27 26 25 24 14 15 16 17
Rahang Bawah 37 36 36 34 45 - 46 47
2. Pemeriksaan Relasi Sentrik
Relasi Mandibula Terhadap Maksila Overjet (mm)
Oklusi Sentrik 5 mm
Relasi Sentrik 7 mm
3. Pemeriksaan Psychological Rest Position
Relasi Mandibula Terhadap Maksila Free Way Space (mm)
Psychological Rest Position 2 mm
11
4. Pemeriksaan Oklusi Statik
Relasi Gigi Anterior Jarak (mm)
Overjet 5 mm
Overbite 5 mm
Cusp to Marginal Ridge 16 26 27 14 15
46 36 37 44 45
Cusp to Fossa 17 25 24
47 35 34
5. Pemeriksaan Oklusi Dinamik
Tipe oklusi pada orang coba adalah
Bilateral Balanced Occlusion
6. Pemeriksaan Oklusi Yang Ideal
No. Indikator Ya Tidak
1. Saat melakukan oklusi sentrik, apakah hubungan
kedua rahang stabil.
√
2. Saat melakukan oklusi sentrik, apakah mengalami
hambatan.
√
3. Saat melakukan gerakan relasi sentrik ke oklusi
sentrik apakah mengalami hambatan.
√
4. Saat melakukan gerakan mandibula ke anterior,
apakah mengalami hambatan.
√
5. Apakah ada kontak prematur pada saat Interuspal √
12
Contact Position (ICP).
6. Apakah ada kontak prematur pada saat Retruded
Contact Position (RCP).
√
7. Apakah ada kontak prematur pada saat Protrusif
Contact Position (PCP).
√
Jika ada kontak prematur, catat pada tabel berikut.
No. Relasi Gigi Gigi yang mengalami kontak prematur
1. ICP 27 26 17
37 36 47
2. RCP 27 26
37 36
3. PCP 26 15
36 45
Kesimpulan : Oklusi Gigi Tidak Normal
7. Pemeriksaan Gerakan Mandibula
No. Kegiatan Hasil Pengamatan
1. Gerakan Mandibula
Membuka-Menutup Mulut
Kondil normal dan seimbang
2. Gerakan Mandibula ke
Arah Antero-Posterior
Kondisi kondil normal dan seimbang, gerakan
kondil ke depan dan ke belakang
3. Pemeriksaan Gerakan
Mandibula ke Arah
Lateral
Kondil normal dan seimbang, gerakan
mandibula ke kanan dan kondil menonjol kanan
begitu pula sebaliknya
4. Koordinasi Gerakan
Mandibula
Kondil bergerak bersama dan simetris
13
5. Gerakan Mandibula :
a. Saat Menunduk Normal, kondil seimbang
b. Saat Menengadah Normal, kondil seimbang
c. Saat Tidur
Telentang
Normal, kondil seimbang
d. Saat Tidur Miring
ke Samping
Normal, kondil seimbang
e. Saat Duduk
Istirahat
Normal, kondil seimbang
14
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap praktikum yang telah
dilakukan pada orang coba pertama yang berjenis kelamin perempuan,
didapatkan data oklusi sentrik terjadinya hubungan oklusi yang seimbang pada
regio kiri, yaitu gigi 27 kontak dengan gigi 37, gigi 26 kontak dengan gigi 36,
gigi 25 kontak dengan gigi 35 dan 36, dan gigi 24 kontak dengan gigi 34.
Sedangkan pada regio kanan, gigi 14 kontak dengan gigi 45, gigi 16 kontak
dengan gigi 46, gigi 17 kontak dengan gigi 47. Namun, pada gigi 15 terjadi
kelainan karena tidak berkontak dengan gigi antagonisnya.
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada saat
mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondil berada dalam posisi
bilateral simetris di dalam fossanya. Dari hasil pemeriksaan didapatkan tidak
semua gigi berkontak tepat dengan antagonisnya melainkan ada yang
berkontak dengan antagonis gigi tetangga.
2. Pemeriksaan Relasi Sentrik
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari oklusi
sentris atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih
dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini,
gigi geligi dalam keadaan intercuspal contact position (ICP) atau dapat
dikatakan bahawa ICP berada dalam posisi RCP.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, hubungan
maksila terhadap mandibula (pemeriksaan relasi sentrik) pada orang coba
15
ditemukan jarak gigi (overjet) saat oklusi sentris adalah 5 mm pada gigi
insisivus. Sedangkan jarak pergeseran dari posisi ICP (intercuspal contact
position) ke RCP (retruded contat position) adalah sebesar 2 mm.
3. Pemeriksaan Psychological Rest Position
Psychological rest position bertujuan untuk menunjukkan bahwa
ketika otot-otot pengunyahan berelaksasi maka gigi geligi rahang atas dan
rahang bawah tidak berkontak sama sekali dan posisi kondilus pada sendi
temporomandibular juga pada posisi netral dan terletak tepat pada fossa
glenoidnya yang ditandai dengan adanya free way space yang lebarnya
tergantung dengan umur, pada anak-anak lebih lebar dibandingkan dengan
orang lanjut usianya. Umumnya lebar free way space berkisar antara 2-6 mm.
Selain itu, gigi geligi tidak berkontak atau dalam keadaan statis dan posisi
istirahat ujung lidah pada permukaan palatal dari gigi insisivus pertama atas.
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan free way space dengan lebar
2 mm. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan free way space orang coba dalam
keadaan normal.
4. Pemeriksaan Oklusi Statik
Oklusi statis adalah kontak statis dari gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah. Oklusi fungsional adalah gerak dinamis dari gigi-gigi rahang bawah
dengan gigi-gigi yang saling berkontak. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan pada orang coba ditemukan hubungan gigi geligi posterior
(cusp fungsional) untuk menentukan relasi gigi posterior cusp to marginal
ridge dan relasi gigi posterior cusp to fossa.
Lengkung rahang antara rahang atas dan rahang bawah dapat
mempengaruhi keadaan oklusi statis pada orang coba. Jarak gigit (overjet) dan
tinggi gigit (overbite) normal adalah 1-2 mm tetapi pada orang coba
ditemukan overjet dan overbite sebesar 5 mm. Overjet dan overbite pada
orang coba dikatakan tidak normal, hal ini disebabkan karena perbedaan
16
inklinasi pada gigi setiap orang yang berbeda yang disebabkan oleh banyak
faktor. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan overjet dan overbite yang
tidak normal adalah faktor genetik, kebiasaan buruk saat masih kecil seperti
menghisap jari sehingga sudut gigi lebih besar daripada sudut normal.
Selain itu arah erupsi gigi geligi permanen orang coba yang berbeda
juga menyebabkan cusp to marginal dan cusp to fossa antara rahang atas dan
rahang bawah berbeda. Pada gigi posterior yang mengalami erupsi tidak
sempurna misalnya mengalami rotasi maupun angulasi, akan mempengaruhi
oklusi statik pada orang tersebut dan dapat dikatakan terjadi maloklusi.
5. Pemeriksaan Oklusi Dinamik
Oklusi dinamik adalah hubungan antara gigi geligi rahang atas dan
rahang bawah saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral
(samping) ataupun ke depan (antero-posterior). Pada oklusi statik, hubungan
cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar dan molar) berada pada posisi
cusp to marginal ridge dan cusp to fossa. Sedangkan hubungan pada gigi
geligi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite)
dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal
antara incisal edge gigi insisivus rahang atas terhadap bidang labial gigi
insisivus pertama rahang bawah. Sedangkan tinggi gigit (overbite) adalah
jarak vertikal antara incisal edge rahang bawah sampai incisal edge rahang
atas.
Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, ke depan
(anterior) dan ke belakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan
mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan
ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukkan dengan adanya kontak
antar cusp bukal molar rahang atas dan cusp bukal molar rahang bawah, dan
sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik
digunakan sebagai panduan oklusi (oklusi guidance), bukan pada balancing
side.
17
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
Intercuspal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal gigi
geligi dengan gigi antagonisnya.
Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi
geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP,
namun rahang bawah masih mampi bergerak secara terbatas ke
arah lateral.
Protrusif Contact Position (PCP), adalah kontak gigi geligi anterior
pada saat rahang bawah digerakkan ke anterior.
Working Side Contact Position (WSCP), adalah kontak gigi geligi
saat rahang bawah digerakkan ke lateral.
Selain klasifikasi di atas, secara umum pola oklusi akibat rahang
bawah dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Bilateral Balanced Occlusion, bila gigi geligi posterior pada
working side dan balancing side , keduanya dalam keadaan kontak.
Unilateral Balanced Occlusion, bila gigi geligi posterior pada
working side kontak sedangkan pada balancing side tidak kontak.
Mutually Protected Occlusion, dijumpai kontak ringan pada gigi
geligi anterior sedangkan gi posterior tidak kontak.
Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam
klasifikasi di atas.
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, tipe oklusi dinamik
orang coba adalah Unilateral Balanced Occlusion yaitu gigi geligi posterior
pada working side berkontak sedangkan pada balancing side tidak kontak.
Pada pemeriksaan ini kita mampu mengetahui perbedaan tumbuh
kembang lengkung gigi serta erupsi gigi pada seseorang yang dapat
menyebabkan perbedaan profil wajah dan bahkan cara mengunyah serta
berbicara.
18
6. Pemeriksaan Oklusi Ideal
Andrew (1972) menyebutkan enam kunci oklusi normal yang berasal
dari penelitian yang dilakukannya terhadap 120 subyek yang oklusi idealnya
memiliki ciri-ciri berikut :
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pda bidang
sagital.
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang
transversal.
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing
lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal-jejal.
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, ditemukan gerakan
oklusi sentrik yang tidak normal pada orang coba dikarenakan gigi 15 yang
tidak mengalami kontak dengan gigi antagonisnya.
Pengamatan ini dilakukan pada saat orang coba melakukan gerakan
Intercuspal Contact Position (ICP) ditemukan adanya gigi geligi yang
mengalami kontak prematur yaitu gigi molar pertama dan kedua rahang atas
dan rahang bawah pada sisi kanan dan kiri. Pada gerakan Retruded Contact
Position (RCP) ditemukan adanya gigi geligi yang mengalami kontak
prematur yaitu pada molar pertama dan kedua rahang atas dan rahang bawah
pada sisi kiri. Sedangkan pada Protrusif Contact Position (PCP) ditemukan
adanya gigi geligi yang mengalami kontak prematur yaitu pada gigi molar
pertama kiri dan premolar kedua kanan rahang atas dan rahang bawah.
Sedangkan pada pemeriksaan oklusi ideal baik gerakan oklusi sentrik,
relasi sentris ke oklusi sentris, dan pergerakan mandibula ke anterior, pada
orang coba tidak terlihat adanya hambatan yang menunjukkan bahwa oklusi
orang coba tersebut normal dan ideal. Dan pada pemeriksaan ICP, RCP, dan
19
PCP didapatkan hasil gerakan oklusi ICP (kontak maksimal antara gigi geligi
dengan antagonisnya) lebih banyak. Hal ini disebabkan karena gerakan RCP
dan PCP gerakannya lebih terbatas daripada ICP.
7. Pemeriksaan Gerak Mandibula
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada praktikum
didapatkan hasil berupa gerakan mandibula yang normal. Pergerakan
mandibula yang normal ini diketahui dari pergerakan kondilnya. Pada
beberapa arah gerakan yang berbeda, baik itu gerakan mandibula untuk
membuka dan menutup mulut, gerakan mandibula ke antero-posterior,
maupun gerakan mandibula ke arah lateral didapatkan gerakan yang seimbang
dan simetris pada kondil.
Sedangkan pada pemeriksaan gerakan mandibula pada berbagai posisi
juga menunjukkan keadaan kondil yang normal, bergerak secara seimbang dan
simetris pada kedua kondil kanan dan kiri.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada maksila dan
mandibula yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak
penuh dengan gigi geligi pada rahang atas dan rahang bawah. Oklusi terjadi
karena adanya interaksi antara sistem otot-otot mastikasi dan sistem
neuromuskuler, sendi temporomandibular (STM) dan gigi geligi.
Konsep dasar oklusi dibagi menjadi dua yakni oklusi seimbang yang terdiri
dari oklusi morfologik dan oklusi dinamik serta oklusi ideal yang terdiri dari
oklusi sentrik, oklusi statik, dan oklusi dinamik. Keadaan tidak terjadinya oklusi
disebut dengan physicological rest position dimana terjadi keadaan istirahat pada
rahang atas dan rahang bawah.
Keadaan oklusi pada setiap individu tidaklah sama. Banyak faktor yang
berperan dalam mempengaruhi bentuk oklusi individu, antara lain :
1. Variasi genetik
2. Perkembangan gigi geligi secara acak
3. Adanya gigi-gigi supernumerary
4. Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut
5. Kebiasaan
6. Trauma
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Hamzah, Zahreni; dkk. 2015. Modul Fisiologi Oklusi Gigi dan Sendi
Temporomandibula Edisi II. Jember : Bagian Biomedik-Fisiologi FKG
Universitas Jember.
2. Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC
3. Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi Edisi ke 3. Jakarta: EGC.
4. Gunadi, Haryanto A; dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan Jilid 2. Jakarta : Hipokrates.
5. Harty, F. J. Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC
6. Walton, Richard E. : 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta :
EGC
7. Gros, Martin D; Mahtews, J.D. 1991. Oklusi Dalam Kedokteran Gigi
Restoratif. Surabaya : Airlangga University Press.
8. Harshanur, IW. 1992. Anatomi gigi. Jakarta : EGC
9. Mokhtar, M. 2002. Dasar-Dasar Ortodonti : Pertumbuhan dan
Perkembangan Kraniodentofasial Edisi 2. Medan : Bina Insani
10. Sinaga, BA. 2011. Oklusi dan Maloklusi. http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/34559/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 7 Maret
2015
11. Soeyoto; Wiyono, Adi; Nindyo P. Aris. 2009. Gigi dan Mulut. http://rssm.
Iwarp.com/konsultasi.html. diakses pada 7 Maret 2015
22