Post on 22-Oct-2021
Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9 : 1
ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kesiapan Perawat Dalam Melaksanakan Resusitasi Jantung Paru Di IGD dan ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2020
Factors Related To Nurses Preparedness In Conducting Cardiopulmonary
Resuscitation At Emergency Unit In Meuraxa Public Hospital Of Banda Aceh in 2020
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution1, Marlina2, Irfanita Nurhidayah3 1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Aceh 2Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Aceh 3Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Aceh Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan perawat dalam melaksanakan resusitasi jantung paru di IGD dan ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh. Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 33 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner online dalam bentuk pertanyaan multiple choice dan dicotomous choice. Hasil uji statistik chi-square, independent sample t-test dan bivariate correlation menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan perawat (p-value = 0,044), ada hubungan antara pengalaman dengan kesiapan perawat (p-value = 0,002), ada hubungan antara SOP dengan kesiapan perawat (p-value = 0,010), ada hubungan antara fasilitas dengan kesiapan perawat (p-value = 0,000), ada hubungan antara pelatihan dengan kesiapan perawat (p-value = 0,009) (α = 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara faktor pengetahuan, pengalaman, SOP, fasilitas, serta pelatihan dengan kesiapan perawat dalam melaksanakan resusitasi jantung paru di IGD dan ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh. Rekomendasi bagi peneliti lain dapat meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan perawat dalam melaksanakan resusitasi jantung paru pada sasaran penelitian yang lebih luas. Kata Kunci : Resusitasi jantung paru, kesiapan perawat Abstract This study aims to determine the factors related to the readiness of nurses in carrying out cardiopulmonary resuscitation in the ER and ICCU at the Meuraxa Regional General Hospital, Banda Aceh City. This type of this research is quantitative with a descriptive- correlative design using cross sectional approach. The population of this research is 33 people with the sample collection technique of purposive sampling. The data collection used in this research is online questionnaire in the form of multiple choice and dicotomous choice. The statistics test result of chi-square, independent sample t-test, and bivariate correlation shows some results; there is correlation between knowledge and nurses preparedness (p-value = 0,044), there is correlation between experience and nurses preparedness (p-value = 0,002), there is correlation between SOP and nurses preparedness (p-value = 0,010), there is correlation between facility and nurses preparedness (p-value = 0,000), there is correlation between training and nurses preparedness (p-value = 0,009) (α = 0,05). The research conclusion is there is correlation between the factors of knowledge, experience, SOP, facility, and training and nurses preparedness in performing CPR at ED and ICCU Meuraxa Public Hospital Of Banda Aceh. Thus, other researchers are recommended to study the factors related to nurses preparedness in performing cardiopulmonary resuscitation on the wider scope of research aim. Keywords : Cardiopulmonary resuscitation, nurses preparedness
Korespondensi: Marlina, Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Aceh nersmarlina@unsyiah.ac.id
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
45
PENDAHULUAN
Penyakit jantung menjadi pembunuh nomor
satu di dunia, angka kematian dunia yang
disebabkan oleh penyakit jantung pada tahun
2016 tercatat ada lebih dari 9 juta jiwa (WHO,
2016). Di Indonesia prevalensi kasus penyakit
jantung rata-rata 1,5% terdiagnosis dari segala
umur. Provinsi Aceh menempati posisi
kedelapan dengan persentase 1,7%, angka ini
menunjukkan bahwa Provinsi Aceh berada
diatas rata-rata kasus di Indonesia (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2018).
Tingginya angka kematian akibat penyakit
jantung terutama disebabkan oleh Sudden
Cardiac Arrest (SCA) atau henti jantung
(Thygerson, Gulli, & Khormer, 2011; Nuraeni,
Mirwanti & Anna, 2018) (Thygerson, Gulli. B, &
Khormer J. R., 2011; Nuraeni, A., Mirwanti, R,
& Anna A, 2018). Di Indonesia, prevalensi
untuk penderita cardiac arrest tiap tahunnya
diperkirakan terdapat sekitar 10.000 jiwa yang
mengalami cardiac arrest (Muthmainnah,
2019). Sudden Cardiac Arrest (SCA) merupakan
salah satu kasus kegawatdaruratan yang
banyak terjadi di rumah sakit maupun di luar
rumah sakit. Pasien dengan keadaan gawat
darurat sangat berisiko terhadap ancaman
kematian dan kecacatan sehingga pasien
sangat membutuhkan respon cepat dari
perawat (Kemenkes, 2018).
Kelangsungan hidup pasien cardiac arrest
dapat diperoleh dengan melakukan tindakan
pertolongan pertama berupa Resusitasi
Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary
Resuscitation (CPR) (Nuraeni, A., Mirwanti, R,
& Anna A, 2018). Resusitasi Jantung Paru (RJP)
adalah tindakan yang menggabungkan antara
tindakan kompresi dada dan napas bantuan
sebagai Prosedur darurat yang digunakan
untuk mempertahankan oksigenasi darah dan
perfusi jaringan untuk memulihkan dan
mempertahankan fungsi organ vital pada
pasien dengan henti jantung dan pernapasan
(Rini, I. S, et al., 2019).
Pasien dengan henti jantung dan henti napas
di rumah sakit memiliki rantai kelangsungan
hidup (Chain of Survival) yaitu dengan
Pemantauan dan pencegahan, pengenalan dan
pengaktifan sistem tanggap darurat, CPR/RJP
yang berkualitas tinggi dan segera,
penatalaksanaan defibrilasi yang cepat, dan
dukungan hidup lanjutan serta perawatan
pasca henti jantung (The American Heart
Association, 2015). Perawat yang menghadapi
kondisi ini harus melakukan tindakan yang
cepat dan tepat demi menyelamatkan pasien.
Kesiapan diri perawat sangat dibutuhkan
untuk pengoptimalan asuhan keperawatan
pasien dengan kondisi gawat darurat.
Kesiapan diri menjadi keseluruhan kondisi
yang membuat seseorang menjadi siap untuk
memberikan respon terhadap suatu situasi
dengan cara tertentu (Slameto, 2010).
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
46
Terdapat empat pokok dasar dari kesiapan
(readiness) yaitu mempunyai kemampuan
dasar, mampu memberikan perawatan kepada
klien, mampu menghadapi kenyataan dan
kemungkinan di masa depan, serta memiliki
keseimbangan antara aspek pengetahuan,
berpikir kritis dan pelaksanaan (Wolff, Regan,
Pesut & Black, 2010). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan perawat yaitu tingkat
pengetahuan, pengalaman, adanya
protokol/Standard Operating Procedure (SOP)
yang jelas, fasilitas yang memadai, serta
pelatihan/training (Wolff, Regan, Pesut &
Black, 2010).
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota
Banda Aceh yang merupakan rumah sakit milik
Pemerintah Kota Banda Aceh dengan predikat
paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS). Rumah Sakit Umum Meuraxa bukan
hanya menjadi tempat pelayanan kesehatan
warga yang berada di Banda Aceh, tapi juga
menjadi pelayanan kesehatan rujukan bagi
pasien yang berada dari berbagai daerah
lainnya di Aceh (Serambi, 2019). Sehingga
pelayanan dan personality praktisi kesehatan
khususnya perawat diharapkan dapat menjadi
contoh untuk pembelajaran dan pertimbangan
dalam melakukan perubahan bagi perawat di
area pelayanan kesehatan lainnya.
Berdasarkan data rekam medik ruang Instalasi
Gawar Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa tahun 2019 jumlah kasus
pasien yang mengalami penyakit jantung dan
pembuluh darah (Kardiovaskular) dari bulan
Januari–Desember yaitu berjumlah 2568
kasus. Sementara itu berdasarkan data yang
diperoleh dari buku catatan register di ruang
ICCU jumlah pasien masuk dari Bulan Januari-
Desember 2019 adalah 445 orang. Tentu
seluruh kasus tersebut memiliki risiko tinggi
untuk terjadinya kondisi henti jantung dan
henti napas pada pasien. Hasil wawancara
yang telah dilakukan dengan beberapa
perawat yang ada di Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa didapatkan bahwa ada jenis
pelatihan dan kesempatan yang berbeda
untuk melaksanakan tindakan RJP oleh
perawat. Protokol atau Standard Operating
Procedure (SOP) untuk tindakan RJP yang
berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah
Meuraxa juga diketahui hanya sebagai
dokumen tertulis berdasarkan hasil
wawancara tersebut. Uraian diatas menjadi
alasan pentingnya meneliti faktor yang
mempengaruhi kesiapan perawat di ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Intensive
Cardiologi Care Unit (ICCU) Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa dalam melakukan tindakan
yang tepat untuk melaksanakan RJP sebagai
salah satu tindakan pertolongan pada kondisi
gawat darurat untuk mencegah peningkatan
persentase mortalitas pasien dengan masalah
henti jantung dan henti napas.
METODE PENELITIAN
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
47
Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
desain deskriptif korelasi, menggunakan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak
hubungan antara faktor yang mempengaruhi
kesiapan dengan kesiapan perawat dalam
melaksanakan resusitasi jantung paru di IGD
dan ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
Kota Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 33 orang dengan teknik
pengambilan sampel yaitu total sampling.
HASIL
Hasil Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia
Mean Mode Median SD Min/Max 95% CI
Lower upper
33,45 30 31,00 4,77 30/45 31,76 35,15
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Tabel 1 menunujukkan rata-rata usia
responden adalah 33,45 tahun (95% CI: 31,76-
35.15), median 31 tahun dengan standar
deviasi 4,77 tahun. Terbanyak adalah perawat
berusia 30 tahun. Usia termuda 30 tahun dan
usia tertua yaitu 45 tahun. Berdasarkan hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini rata-rata usia perawat adalah
antara 31,76 tahun sampai dengan 35,15
tahun.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin,
Status Pernikahan, dan Status
Pendidikan
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
14 19
42,4 57,6
2 Status pernikahan Menikah Belum menikah
27 6
81,8 18,2
3 Status pendidikan D3 Keperawatan Ners
23 10
69,7 30,3
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Tabel 2 menunjukkan bahwa perawat yang
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 14 orang
(42,4%) sedangkan perawat yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 19 orang
(57,6%). Mayoritas perawat yaitu sebanyak 27
orang (81,8%) menyatakan memiliki status
pernikahan telah menikah. Pendidikan terakhir
perawat terbanyak adalah DIII Keperawatan
yaitu 23 orang (69,7%) dan 10 orang perawat
(30,3%) dengan pendidikan terakhir Ners.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Pengetahuan
dalam Melaksanakan RJP
Mean Mode Median SD Min/Max 95% CI
Lower upper
68,24 67 67 11,47 47/93 64,18 72,31
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Berdasarkan tabel 3 didapatkan rata-rata nilai
pengetahuan perawat adalah 68,24% (95% CI:
64,18-72.31), median 67 dengan standar
deviasi 11,47. Nilai frekuensi terbanyak adalah
67. Nilai terendah 47 dan nilai tertinggi 93.
Berdasarkan hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% rata-rata nilai
pengetahuan adalah antara 64,18 sampai
dengan 72,31.
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
48
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengalaman
dalam Melaksanakan RJP
Pengalaman Frekuensi Persentase
Baik 29 87,9
Kurang 4 12,1
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa
pengalaman responden dalam melaksanakan
resusitasi jantung paru mayoritas berada pada
kategori baik yaitu dengan distribusi frekuensi
29 orang (87,9 %).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penggunanaan
SOP dalam Melaksanakan RJP
Protokol atau Standard Operating Procedure (SOP)
Frekuensi Persentase
Mendukung Kurang mendukung
22 11
66,7 33,3
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa
penggunaan protokol atau Standard Operating
Procedure (SOP) dalam pelaksanaan tindakan
resusitasi jantung paru memiliki distribusi
frekuensi terbanyak pada kategori mendukung
tindakan resusitasi jantung paru yaitu 22 orang
responden (66,7%) berpendapat SOP rumah
sakit telah mendukung proses pelaksanaan
tindakan resusitasi jantung paru.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Ketersediaan
Fasilitas dalam Melaksanakan RJP
Fasilitas Frekuensi Persentase
Baik 33 100,0
Kurang 0 0
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan fasilitas untuk mendukung
tindakan resusitasi jantung paru berada pada
kategori baik dengan hasil distribusi frekuensi
sebanyak 33 orang (100%) menjawab bahwa
ketersediaan fasilitas di ruangan adalah baik.
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pelatihan dalam
Melaksanakan RJP
Pelatihan Frekuensi Persentase
Baik 28 84,8
Kurang 5 15,2
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa
pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat
berada pada kategori baik dengan distribusi
frekuensi terbanyak adalah 28 orang (84,8%).
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kesiapan dalam
Melaksanakan RJP
Kesiapan Frekuensi Persentase
Baik 30 90,9
Kurang 3 9,1
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa
kesiapan perawat dalam melaksanakan
tindakan resusitasi jantung paru yang
terbanyak berada pada kategori baik dengan
distribusi frekuensi yaitu 30 orang (90,9%).
Hasil Analisa Bivariat
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
49
Tabel 9 Hubungan Kesiapan Perawat dengan
Nilai Pengetahuan dalam
Melaksanakan RJP
Variabel Mean SD SE p-value N
Kesiapan
Baik
Kurang
69,50 55,67
10,95 10,26
1,99 5,92
0,044
30 3
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Rata-rata nilai pengetahuan lebih tinggi
perawat yang kesiapan baik dari yang kesiapan
kurang. Hasil uji statistik dengan Independent
sample t-test didapatkan nilai p-value = 0,044,
yang bermakna bahwa ada perbedaan
signifikan antara nilai pengetahuan dengan
kesiapan perawat dalam melaksanakan RJP.
Tabel 10. Hubungan Kesiapan Perawat
dengan Pengalaman dalam
Melaksanakan RJP
Pengalaman
Kesiapan Perawat dalam Melaksanakan RJP
Total
α
p-value
Baik Kurang
F % f % F %
Baik 28 84,8 1 3 29 87,9 0,05 0,002
Kurang 2 6,1 2 6,1 4 12,1
Total 30 90,9 3 9,1 33 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa dari 33
responden terdapat 4 orang perawat dengan
kategori pengalaman kurang baik, 3 orang
perawat dengan kesiapan kurang baik 2 orang
perawat diantaranya memiliki pengalaman
kurang sedangkan 1 orang lainnya memiliki
pengalama yang baik. Melalui uji Chi-square
dipeloreh hasil p-value adalah 0,002 (α = 0,05).
Berdasarkan hasil tersebut p-value < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya
hubungan antara variabel pengalaman dengan
kesiapan perawat dalam melaksanakan RJP.
Tabel 11. Hubungan Kesiapan Perawat dengan
SOP dalam Melaksanakan RJP
Protokol/SOP
Kesiapan Perawat dalam
Melaksanakan RJP
Total
α
p-value
Baik Kurang
f % f % F %
Mendukung 22 66,7 0 0 22 66,7 0,05
0,010
Kurang Mendukung
8 24,2 3 9,1 11 33,3
Total 30 90,9 3 9,1 33 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa dari 33
responden 11 orang menunjukkan bahwa SOP
kurang mendukung perawat dalam
melaksanakan tindakan resusitasi jantung paru
3 orang diantaranya memiliki kesiapan yang
kurang baik. Hasil uji Chi-square dipeloreh p-
value adalah 0,010 (α = 0,05). Berdasarkan nilai
tersebut p-value < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa adanya hubungan antara
variabel protokol atau SOP dengan kesiapan
perawat dalam melaksanakan RJP.
Tabel 12. Distribusi Hubungan Kesiapan
Perawat dengan Ketersediaan
Fasilitas dalam Melaksanakan RJP
Fasilitas
Kesiapan Perawat dalam
Melaksanakan RJP
Total
α
p-value
Baik Kurang
f % F % F %
Baik 30 90,9 3 9,1 33 100,0 0,05 0,000
Kurang 0 0 0 0 0 0
Total 30 90,9 3 9,1 33 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
50
Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa
keseluruhan dari 33 responden menyatakan
bahwa fasilitas yang disediakan rumah sakit
untuk melaksanakan RJP adalah kategori baik
meskipun 3 orang diantaranya memiliki
kesiapan yang kurang baik. Berdasarkan uji
statistik didapatkan p-value < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan
antara variabel ketersediaan fasilitas dengan
kesiapan perawat dalam melaksanakan RJP.
Tabel 13. Distribusi Hubungan Kesiapan
Perawat dengan Pelatihan/Training
dalam Melaksanakan RJP
Pelatihan
Kesiapan Perawat dalam
Melaksanakan RJP
Total
α
p-value
Baik Kurang
f % f % F %
Baik 27 81,8 1 3 28 84,8 0,05 0,009
Kurang 3 9,1 2 6,1 5 15,2
Total 30 90,9 3 9,1 33 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah, 2020)
Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa dari 33
responden terdapat 5 orang dengan kategori
pelatihan yang kurang baik, 3 orang memiliki
kesiapan yang kurang baik 2 diantaranya
memiliki kategori pelatihan yang kurang baik
dan 1 orang lainnya dengan kategori pelatihan
baik. Hasil uji Chi-square dipeloreh p-value
adalah 0,009 (α = 0,05). Berdasarkan nilai
tersebut p-value < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa adanya hubungan antara
variabel pelatihan dengan kesiapan perawat
dalam melaksanakan RJP.
PEMBAHASAN
Hubungan Pengetahuan Perawat dengan
Kesiapan Perawat dalam
Melaksanakan RJP
Hasil Uji data pada tabel 9 menunjukkan
bahwa hipotesa null (Ho) di tolak yang
ditunjukkan dengan nilai p-value =
0,044 hal ini memiliki makna bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara
nilai pengetahuan dengan kesiapan
perawat dalam melaksanakan RJP.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ismiroja,
Mulyadi, dan Kiling (2018) hasil
penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan dan kesiapsiagaan
memiliki hubungan yang sangat erat.
Apabila perawat menemukan
masalah kesehatan pada pasien maka
perawat tersebut harus mampu
berpikir dan mengambil keputusan.
Asumsi peneliti menunjukkan bahwa
responden yang memiliki
pengetahuan kurang dan kesiapan
yang kurang dipengaruhi oleh masa
kerja perawat yang belum lebih dari 2
tahun di ruangan tersebut. Sementara
itu perawat yang memiliki
pengetahuan yang kurang tetapi
kesiapan pada kategori baik kejadiaan
ini dipengaruhi oleh pengalaman,
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
51
pelatihan, serta ketersediaan SOP
yang membantu perawat
menumbuhkan kesiapan diri akibat
seringnya memberikan atau
melakukan tindakan resusitasi
jantung paru.
Hubungan Pengalaman Perawat dengan
Kesiapan Perawat dalam
Melaksanakan RJP
Hasil Uji data pada tabel 10 menunjukkan
bahwa hipotesa null (Ho) di tolak yang
ditunjukkan dengan nilai p-value =
0,002 hal ini memiliki makna bahwa p-
value < 0,05. Secara statistik hasil ini
diartikan bahwa ada hubungan
antara variabel pengalaman dengan
kesiapan perawat dalam
melaksanakan RJP.
Penelitian ini di dukung dengan hasil penelitian
dari Sesrianty (2018), yang
menyatakan bahwa perawat dengan
masa kerja baru akan memiliki
pengalaman yang cukup terbatas
dibandingkan dengan perawat
dengan masa kerja lama. Masa kerja
yang lama memungkinkan perawat
untuk mendapatkan kemampuan
yang lebih.
Asumsi peneliti Perawat yang bekerja cukup
lama memiliki kualitas kerja yang
lebih tinggi. Semakin lama jam kerja,
semakin kuat kemampuan perawat
dalam menangani masalah. Selain itu
tindakan yang telah berulang kali
dikerjakan juga membantu perawat
untuk lebih berpengalaman sehingga
akan menumbuhkan kesiapan diri bila
harus menghadapi masalah yang
sama. Berdasarkan data yang
diperoleh mayoritas responden
penelitian ini memiliki pengalaman
yang baik, namun terdapat 1 orang
dengan kategori kesiapan kurang baik
pengalaman yang baik belum
sepenuhnya dapat membantu
perawat untuk memiliki kesiapan
yang baik, hal ini disebabkan ada
faktor internal yang mampu
mempengaruhi dari karakteristik
seseorang misalnya usia, jenis
kelamin, status pernikahan maupun
status pendidikan.
Hubungan Protokol atau Standard Operating
Procedure (SOP) dengan Kesiapan
Perawat dalam Melaksanakan RJP
Hasil Uji data pada tabel 11 menunjukkan
bahwa hipotesa null (Ho) di tolak yang
ditunjukkan dengan nilai p-value =
0,010 hal ini memiliki makna bahwa p-
value < 0,05. Secara statistik hasil ini
diartikan bahwa ada hubungan
antara variabel SOP dengan kesiapan
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
52
perawat dalam melaksanakan
resusitasi jantung paru.
Penelitian ini didukung oleh penelitian dari
Sesrianty (2018) yang menyatakan
sebagian besar responden (85%) telah
melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan SOP yang ada di sumah
sakit. Berbeda dengan pendapat dari
Andriyani, Setyorini, Dewi dan Pratiwi
(2019) yang menyatakan bahwa
asuhan keperawatan yang harus
dilakukan dengan SOP yang benar
dalam praktiknya, namun beberapa
langkah SOP masih ada yang
diabaikan. Meskipun hal ini terjadi
perawat tetap mengatakan memiliki
kesiapan untuk melakukan tindakan.
Menurut Natasia, Loekqijana dan
Kurniawati (2014) sebagian besar
perawat pelaksana di ruang ICCU
memiliki kepatuhan yang kurang
terhadap pelaksanaan SOP. Hal ini
disebabkan karena kurangnya
informasi tentang SOP sehingga
dianggap kurang jelas oleh perawat
serta perawat belum pernah
mendapatkan sosialisasi yang sesuai
dengan standar yang berlaku untuk
SOP yang digunakan di rumah sakit.
Asumsi peneliti berdasarkan data yang ada
terdapat 8 responden yang
menyatakan SOP kurang mendukung
pelaksanaan tetapi memiliki kesiapan
yang baik hal ini disebabkan karena
faktor pengetahuan, pengalaman,
fasilitas, dan pelatihan menjadi faktor
pendukung lainnya yang
mempengaruhi kesiapan perawat
dalam melakukan resusitasi jantung
paru di IGD dan ICCU Rumah Sakit
Umum Daerah Meuraxa Kota Banda
Aceh.
Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan
Kesiapan Perawat dalam
Melaksanakan RJP
Hasil Uji data pada tabel 12 menunjukkan
bahwa hipotesa null (Ho) di tolak yang
ditunjukkan dengan nilai p-value =
0,000 hal ini memiliki makna bahwa
p-value < 0,05. Secara statistik
hasil ini diartikan bahwa ada
hubungan antara variabel fasilitas
dengan kesiapan perawat dalam
melaksanakan resusitasi jantung
paru.
Hasil penelitian ini didukung oleh Ismiroja,
Mulyadi, dan Kiling (2018) yang
menyatakan bahwa fasilitas yang
cukup akan mempermudah
kelancaran pelaksanaan kegiatan
keperawatan serta dapat membantu
perawat untuk melindungi diri sendiri
dengan adanya alat pelindung diri.
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
53
Kesiapan perawat saat menghadapi
situasi kegawatdaruratan didukung
dengan adanya keterampilan teknis
yang memadai dan mampu
menggunakan alat-alat bantu dengan
benar.
Asumsi peneliti ruangan dengan fasilitas yang
lengkap tetapi perawat tidak memiliki
kesiapan hal ini disebabkan oleh
perawat yang belum pernah
mengikuti pelatihan sehingga
pengetahuan dan pemahaman
perawat masih kurang dalam
penggunaan alat-alat yang tersedia di
ruangan. Keseluruhaan responden
pada penelitian ini berpendapat
bahwa fasilitas di rumah sakit telah
tersedia dengan baik sehingga
menurut asumsi peneliti hal ini yang
menyebabkan adanya pengaruh
positif dan signifikan yang
mempengaruhi kesiapan perawat
dalam melaksanakan resusitasi
jantung paru di IGD dan ICCU Rumah
Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota
Banda Aceh.
Hubungan Pelatihan dengan Kesiapan
Perawat dalam Melaksanakan RJP
Hasil Uji data pada tabel 13 menunjukkan
bahwa hipotesa null (Ho) di tolak yang
ditunjukkan dengan nilai p-value =
0,009 hal ini memiliki makna bahwa p-
value < 0,05. Secara statistik hasil ini
diartikan bahwa ada hubungan
antara variabel pelatihan dengan
kesiapan perawat dalam
melaksanakan resusitasi jantung
paru.
Hasil penelitian ini didukung dengan
pemaparan dari penelitian Yari,
Ramadany, Hadju dan Ramba (2019),
peneliti menyatakan bahwa ada
hubungan antara pelatihan dan
kesiapan perawat. Kompetensi
perawat untuk kesiapan menghadapi
keadaan darurat dapat ditingkatkan
melalui program pendidikan dan
pelatihan yang melibatkan
pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Ivancevich (2008) dalam
Aminuddin (2013), Pelatihan
berorientasi masa kini, membantu
seseorang untuk menguasai
keterampilan atau kemampuan yang
lebih khusus sehingga keikutsertaan
perawat dalam sebuah pelatihan
dapat membantu menumbuhkan
kesiapan perawat dan keberhasilan
dalam penyelesaian pekerjaan.
Pelatihan dianggap efektif bila dapat
meningkatkan kemampuan,
keterampilan, dan sikap mandiri
sumber daya manusia yang terlibat
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
54
pada pelatihan tersebut. Hasil dan
efektivitas pelatihan akan sangat
mempengaruhi kesiapan dan kualitas
kinerja setiap individu.
Asumsi peneliti berdasarkan data responden
dengan pelatihan baik tetapi kesiapan
kurang disebabkan oleh faktor lain
yang kurang mendukung seperti
pengetahuan, pengalaman, dan
ketersediaan SOP. Intensitas
melakukan tindakan resusitasi
jantung paru juga menjadi faktor lain
yang terlibat selain dari karakteristik
individu. Responden yang memiliki
pelatihan kurang tetapi kesiapan baik
hal ini disebabkan oleh faktor
pengetahuan, pengalaman, SOP, dan
fasilitas terpenuhi dengan baik.
Mayoritas responden dengan
kategori pelatihan baik dan kesiapan
baik menjadi faktor mengapa
pelatihan cukup memberikan
pengaruh positif dan signifikan dalam
mempengaruhi kesiapan perawat.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
terhadap 33 perawat di IGD dan ICCU Rumah
Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh
pada periode Juni Tahun 2020 maka
kesimpulan yang di dapat dari hasil penelitian
adalah ada hubungan antara faktor
pengetahuan, pengalaman, SOP, fasilitas, serta
pelatihan dengan kesiapan perawat dalam
melaksanakan resusitasi jantung paru di IGD
dan ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
Kota Banda Aceh.
SARAN
1. Bagi Perawat disarankan untuk terus
meningkatkan pengetahuan dan
memperbanyak informasi yang akurat
tentang penatalaksanaan resusitasi jantung
paru.
2. Bagi pembuat kebijakan di Rumah Sakit
Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh
agar dapat membantu petugas kesehatan
khususnya perawat untuk dapat memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang sama.
3. Bagi peneliti lain disarankan agar
melakukan penelitian dengan responden
yang lebih banyak dan sasaran penelitian
yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association guideline on the
assessment of cardiovascular risk.
(2013). Journal of the American
Pharmacists Association : JAPhA, e.4.
Dikutip dari: doi :
10.1016/j.jacc.2013.11.005.
American Heart Association. (2015). Fokus
Utama Pembaruan Pedoman American
Heart Association 2015 untuk CPR dan
ECC.1-33.
Aminuddin. (2013). Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kesiapan
Perawat Dalam Menangani Cardiac
Arrest Di Ruangan ICCU Dan ICU RSU
Dzulhijjah Nur Rizki Nasution, Marlina, Irfanita Nurhidayah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:1
55
Anutapura Palu. The Soedirman
Journal of Nursing. 3(8). 193-204
Andriyani, S.H., Setyorini, F. A., Dewi, E., & Pratiwi, A. (2019). Nurse’ Knowledge and Their Performance on Cardiopulmonary Resucitation (CPR) in Critical and Emergency Care Unit. Indonesian Journal Of Nursing Practices. 1(3). 52-57
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. (2018). Hasil utama
riskesdas. Jakarta: Kementerian
Kesehatan.
Ismiroja, R., Mulyadi., & Kiling, M. (2018).
Pengalaman Perawat Dalam
Penanganan Cardiac Arrest Di Instalasi
Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. E-journal
Keperawatan. 2(6). 1-8
Muthmainnah. (2019). Hubungan tingkat
pengetahuan awam khusus tentang
bantuan hidup dasar berdasarkan
karakteristik usia di RSUD X Hulu Sungai
Selatan. Healthy-Mu Journal, 31-35.
Natasia, N., Loekqijana, A., & Kurniawati, J. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU RSUD Gambiran Kota Kediri. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 28(1). 21-25.
Serambi. (2019). (online). Berharap RS Meuraxa Secepatnya “Sehat”. Dikutip dari: https://aceh.tribunnews.com/.
Sesrianty, V. (2018). Hubungan Pendidikan Dan Masa Kerja Dengan Keterampilan Perawat Melakukan Tindakan Bantuan Hidup Dasar. Jurnal Kesehatan Perintis. 2(5). 165-170.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Wolff, A.C., Regan. S., Pesut. B., & Black, J.
(2010). An exploration of the meaning
of new graduate nurses’ readiness for
practice. International Journal of
Nursing Education Scholarship. 7 (1).
World Health Organization. (2016). World
Health Statistics 2016 Monitoring
Health for The SDGs. WHO Library
Cataloguingin-Publication Data World.
Dikutip dari:
http://www.who.int/rpc/research_ethi
cs/informed_consent/en/
Yari, Y., Ramadany, S., Hadju, V., & Ramba, H.
L. (2019). Relationship of Knowledge,
Attitude and Training with Nursing
Readiness in Handling Emergency
Patients in Maros District Health
Center. International Journal of Science
and Healthcare Research. 3(4). 86-92