Post on 15-Jun-2019
ETNOMATEMATIKA, ANALISIS POLA DAN MOTIF BATIK
BERDASARKAN WALLPAPER GROUP SERTA ANALISIS AKTIVITAS
FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI
BATIK DI DESA WIJIREJO, KECAMATAN PANDAK, KABUPATEN
BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Disusun oleh:
CESAR DWI HARDIAN
141414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ETNOMATEMATIKA, ANALISIS POLA DAN MOTIF BATIK
BERDASARKAN WALLPAPER GROUP SERTA ANALISIS AKTIVITAS
FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI
BATIK DI DESA WIJIREJO, KECAMATAN PANDAK, KABUPATEN
BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Disusun oleh:
CESAR DWI HARDIAN
141414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rendah hati dan rasa syukur saya persembahkan karya ini untuk:
Orang tua
Saudara
Teman-teman Pendidik
dan
Alamameterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
It may well be doubted whether, in all the range of science, there is any field so
fascinating to explore, so rich in hidden treasures, so fruitful in delightful
surprise, as Pure Mathematics.
-Lewis Carroll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 6 Juli 2018
Penulis,
Cesar Dwi Hardian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta:
Nama : Cesar Dwi Hardian
Nomor Induk Mahasiswa : 141414039
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:
ETNOMATEMATIKA, ANALISIS POLA DAN MOTIF BATIK
BERDASARKAN WALLPAPER GROUP SERTA ANALISIS AKTIVITAS
FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI
BATIK DI DESA WIJIREJO, KECAMATAN PANDAK, KABUPATEN
BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan hak kepada
Perpustakaan Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin saya sebagai penulis.
Yogyakarta, 6 Juli 2018
Penulis,
Cesar Dwi Hardian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Hardian, Cesar Dwi. 2018. Etnomatematika, Analisis Pola dan Motif Batik
Berdasarkan Wallpaper Group serta Analisis Aktivitas Fundamental
Matematis menurut Bishop pada Industri Batik di Desa Wijirejo, Kecamatan
Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
Matematika tanpa disadari hidup dan ada dalam kehidupan manusia. Namun
banyak peserta didik yang sulit dalam mempelajari matematika. Dengan
memberikan contoh yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, matematika agaknya
dapat lebih mudah diterima oleh peserta didik. Contoh nyata yang ada seperti motif
batik yang ada dan kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat motif batik yang dapat dikelompokkan ke dalam
suatu wallpaper group yang memiliki simetri, serta aktivitas fundamental
matematis menurut Bishop yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari khususnya
industri batik.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, metode pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi, di mana peneliti menjadi
instrument utama. Subjek penelitian adalah tiga narasumber dari tiga tempat usaha
batik di Wijirejo. Data yang diambil adalah data mengenai motif-motif batik serta
aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam kegiatan membatik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif-motif batik yang berpola dapat
dikelompokkan ke dalam wallpaper group p4m, pm, pmm, dan p1. Selain itu
aktivitas fundamental matematis menurut Bishop ditemukan dalam industri batik,
yaitu counting, measuring, playing, locating, explaining, dan designing and
building. Hasil penelitian di atas dapat digunakan sebagai contoh dalam
pembelajaran matematika di dalam kelas.
Kata Kunci: etnomatematika, aktivitas fundamental matematis menurut Bishop,
wallpaper group, batik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Hardian, Cesar Dwi. 2018. Ethnomathematics, Analysis of Batik Patterns Based
on Wallpaper Group and Analysis of Mathemaical Activity According to Bishop
in batik-making activities in Wijirejo, Pandak, Bantul, DIY. Undergraduated
Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mahematics and
Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata
Dharma University.
Mathematics unintentionaly lives and exists in human life. However, many students
find it to be difficult in studying mathematics. By giving examples that exist in
everyday life, mathematics seems to be more easily accepted by students. Real
examples of this exist in, such as, batik patterns and activities carried out daily.
Therefore, the purposes of this research are to see if batik patterns can be grouped
into a symmetric wallpaper group, as well as mathematical activities contained in
everyday life, especially activities related to batik-making.
The research used a qualitative method, which the instruments used are interviews
and real conditions that exist in the field, where the researcher becomes the main
instrument. The research subjects were three batik business venues in Wijirejo. The
data taken is data about batik patterns and mathematical activities contained in
batik-making activities.
The results show that batik patterns can be grouped into wallpaper groups which
are p4m, pm, pmm, and p1. In addition, mathematical activities of counting,
measuring, playing, locating, and designing and building are found in batik-making
activities. Thus, the results of the research can be used as examples in mathematics
study in the classrooms.
Keywords: ethnomatematics, Bishop mathematics activites, wallpaper group, batik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi
ini penulis telah dibantu oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma (USD)
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3. Bapak Beni Utomo, M. Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika USD
4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing Penulis dengan sabar selama proses penelitian dan penulisan
skripsi ini
5. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M. Si. dan Ibu Veronika Fitri Rianasari,
S. Pd., M. Sc., selaku dosen penguji yang telah memberikan waktunya untuk
membaca dan memberikan masukan serta bantuan ketika sidang maupun
dalam proses revisi
6. Romo Eko Budi Santoso, SJ yang menyediakan waktunya untuk berdiskusi
dalam proses pengerjaan skripsi ini
7. Ibu Topo, Ibu Utami, Bapak Tugiran, dan Bapak Doni Adhi Saputra, S.T.
selaku pemilik tempat usaha batik yang membantu dalam memberikan ijin
dan membantu Penulis dalam melaksanakan penelitian
8. Orangtua terkasih , Bapak Suharjono dan Ibu Venansia Wijuk Sulatin serta
saudara Cesar Widyasmara yang selalu mendoakan dan menyemangati
Penulis selama ini, serta Elizabeth Nandya Pricilia Supriyono yang sudah
menyemangati dan mendoakan penulis selama proses penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Rekan-rekan Mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2014 yang
selalu memberikan dukungan dan masukan dalam proses pembelajaran di
Sanata Dharma
10. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang turut
membantu dan memberikan dukungan selalu dalam penelitian ini
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, Penulis memohon
maaf atas segala kekurangan yang ada dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis
berharap semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Daftar Isi
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing .............................................................. ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii
Halaman persembahan ........................................................................................... iv
Halaman motto ......................................................................................................... v
Pernyataan keaslian karya ...................................................................................... vi
Pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan Akademis ..... vii
Abstrak ................................................................................................................. viii
Abstract .................................................................................................................. ix
Kata Pengantar ......................................................................................................... x
Daftar tabel............................................................................................................. xv
Daftar gambar ...................................................................................................... xvi
Lampiran ............................................................................................................ xviii
Bab I Pendahuluan ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Batasan Masalah .......................................................................................... 3
D. Batasan Istilah .............................................................................................. 3
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
Bab II Kajian Teori .................................................................................................. 5
A. Paparan Teori ............................................................................................... 5
1. Kebudayaan.......................................................................................... 5
2. Etnomatematika ................................................................................... 6
3. Enam Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop .................. 9
4. Pentingnya Etnomatematika untuk Pembelajaran Matematika ......... 11
5. Batik Wijirejo..................................................................................... 13
6. Masyarakat Desa Wijirejo, Bantul, D.I. Yogyakarta ......................... 15
7. Isometri .............................................................................................. 16
a. Translasi ............................................................................................. 16
b. Refleksi .............................................................................................. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
c. Rotasi ................................................................................................. 17
d. Glide-reflection .................................................................................. 17
8. Teori Grup .......................................................................................... 18
9. Grup Simetri....................................................................................... 21
10. Wallpaper Group ................................................................................ 23
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 30
1. Penelitian oleh Lalu Alwan Junaidi (2015) ....................................... 30
2. Penelitian oleh Haryanto, dkk (2016) ................................................ 31
3. Penelitian oleh Nur Rusliah (2016).................................................... 31
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 32
Bab III Metode Penelitian ...................................................................................... 34
A. Jenis Penelitian........................................................................................... 34
B. Subjek Penelitian ....................................................................................... 34
C. Objek Penelitian ......................................................................................... 34
D. Waktu Penelitian ........................................................................................ 35
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 35
F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 36
G. Teknik Analisa Data .................................................................................. 36
H. Prosedur Penelitian .................................................................................... 38
BAB IV Pelaksanaan, Hasil, dan Pembahasan Penelitian .................................... 41
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 41
B. Deskripsi Data ............................................................................................ 42
C. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 48
1. Analisi Pola dan Motif dari beberap Batik di Wijirejo ...................... 48
a. Batik Topo ......................................................................................... 48
b. Batik Adhinata ................................................................................... 54
c. Batik Tugiran ..................................................................................... 58
d. Motif Batik Bantul ............................................................................. 64
2. Analisis Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop ............ 66
a. Analisis Aktivitas Counting .............................................................. 66
b. Analisis Aktivitas Measuring ........................................................... 75
c. Analisis Aktivitas Playing ................................................................. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
d. Analisis Aktivitas Explaining ........................................................... 80
e. Analisis Aktivitas Locating ............................................................... 82
f. Analisis Aktivitas Designing and Building ....................................... 85
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 91
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 92
A. Kesimpulan ................................................................................................ 92
1. Motif Batik di Wijirejo ...................................................................... 92
2. Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop .......................... 92
B. Saran .......................................................................................................... 93
1. Bagi pendidik ..................................................................................... 93
2. Bagi peneliti selanjutnya .................................................................... 94
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Lattice, generator, dan point group dari ke-17 wallpaper groups ........................25
Tabel 4. 1 Wallpaper Group Batik Wijirejo..........................................................................65
Tabel 4. 2 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Perkiraan Waktu ...................................66
Tabel 4. 3 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Perkiraan Waktu ....................................67
Tabel 4. 4 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Perkiraan Waktu ....................................67
Tabel 4. 5 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Upah .....................................69
Tabel 4. 6 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Upah .....................................70
Tabel 4. 7 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Upah .....................................71
Tabel 4. 8 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Harga ....................................72
Tabel 4. 9 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Harga ....................................73
Tabel 4. 10 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Harga ..................................73
Tabel 4. 11 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Ukuran .................................................75
Tabel 4. 12 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Ukuran .................................................76
Tabel 4. 13 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Ukuran .................................................76
Tabel 4. 14 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Strategi Pembuatan Batik ....................78
Tabel 4. 15 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Startegi Pembuatan Batik ....................79
Tabel 4. 16 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Strategi Pembuatan Batik ....................79
Tabel 4. 17 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Makna Batik .........................................80
Tabel 4. 18 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Makna Batik .........................................80
Tabel 4. 19 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Makna Batik .........................................81
Tabel 4. 20 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Penyuplai Bahan ................82
Tabel 4. 21 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Penyuplai Bahan ................82
Tabel 4. 22 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Penyuplai Bahan ................83
Tabel 4. 23 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Lokasi Kerja .........................................83
Tabel 4. 24 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Lokasi Kerja .........................................84
Tabel 4. 25 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Lokasi Kerja .........................................85
Tabel 4. 26 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Pembuatan Pola ...................................86
Tabel 4. 27 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Pembuatan Pola ...................................86
Tabel 4. 28 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Pembuatan Pola ...................................88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Ilustrasi Translasi ................................................................................................ 16
Gambar 2. 2 Ilustrasi Refleksi ................................................................................................. 16
Gambar 2. 3 Ilustrasi Rotasi..................................................................................................... 17
Gambar 2. 4 Ilustrasi Glide-reflection ..................................................................................... 18
Gambar 2. 5 Ilustrasi Grup Aksi 1 ........................................................................................... 19
Gambar 2. 6 Ilustrasi 2 ............................................................................................................. 20
Gambar 2. 7 Bangun yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐶4 ........................................... 22
Gambar 2. 8 Bangun yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐷4........................................... 22
Gambar 2. 9 Pola Batik yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐷4 ...................................... 23
Gambar 2. 10 Pola batik yang isomorfis dengan suatu wallpaper group................................. 24
Gambar 2. 11 Lima lattice yang mungkin di 𝑅2 (Schattschneider) ......................................... 25
Gambar 2. 12 Pola batik yang isomorfis dengan p1 ................................................................ 27
Gambar 2. 13 Pola Batik yang isomorfis dengan pm .............................................................. 27
Gambar 2. 14 Pola batik yang isomorfis dengan pmm ............................................................ 28
Gambar 2. 15 Pola batik yang isomorfis dengan p4m ............................................................. 28
Gambar 2. 16 Flowchart untuk mengidentifikasi wallpaper group suatu wallpaper pattern ... 29
Gambar 2. 17 Bagan Kerangka Berpikir.................................................................................. 33
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian ............................................................................................. 40
Gambar 4. 1 Motif Topo1 ........................................................................................................ 49
Gambar 4. 2 Analisis Motif Topo1 .......................................................................................... 49
Gambar 4. 3 Motif Topo2 ........................................................................................................ 50
Gambar 4. 4 Analisis Motif Topo2 .......................................................................................... 50
Gambar 4. 5 Motif Topo3 ........................................................................................................ 51
Gambar 4. 6 Analisis Motif Topo3 .......................................................................................... 51
Gambar 4. 7 Motif Topo4 ........................................................................................................ 52
Gambar 4. 8 Motif Topo5 ........................................................................................................ 52
Gambar 4. 9 Analisis Motif Topo5 .......................................................................................... 53
Gambar 4. 10 Motif Topo6 ...................................................................................................... 53
Gambar 4. 11 Analisis Motif Topo6 ........................................................................................ 54
Gambar 4. 12 Motif Adhinata1 ................................................................................................ 54
Gambar 4. 13 Motif Adhinata2 ................................................................................................ 55
Gambar 4. 14 Analisis Motif Adhinata2 .................................................................................. 55
Gambar 4. 15 Motif Adhinata3 ................................................................................................ 56
Gambar 4. 16 Analisis Motif Adhinata3 .................................................................................. 56
Gambar 4. 17 Motif Adhinata4 ................................................................................................ 57
Gambar 4. 18 Analisis Motif Adhinata4 .................................................................................. 57
Gambar 4. 19 Motif Adhinata5 .............................................................................................. 58
Gambar 4. 20 Motif Adhinata6…………………………………………………………… 45
Gambar 4. 21 Motif Adhinata7 ................................................................................................ 58
Gambar 4. 22 Motif Tugiran1 .................................................................................................. 59
Gambar 4. 23 Analisis Motif Tugiran1 .................................................................................... 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
xvii
Gambar 4. 24 Motif Tugiran2 .................................................................................................. 60
Gambar 4. 25 Analisis Motif Tugiran2 .................................................................................... 60
Gambar 4. 26 Motif Tugiran3 .................................................................................................. 61
Gambar 4. 27 Analisis Motif Tugiran3 .................................................................................... 61
Gambar 4. 28 Motif Kawung Prabu ......................................................................................... 62
Gambar 4. 29 Analisis Motif Kawung Prabu........................................................................... 62
Gambar 4. 30 Motif Kawung Sen ............................................................................................ 63
Gambar 4. 31 Analisis Motif Kawung Sen .............................................................................. 63
Gambar 4. 32 Motif Kawung Kopi Pecah ............................................................................... 63
Gambar 4. 33 Analisis Motif Kawung Kopi Pecah ................................................................. 64
Gambar 4. 34 Motif Ceplok Kembang Kate .......................................................................... 64
Gambar 4. 35 Analisis Ceplok Kembang Kates ………………………………………… . 52
Gambar 4. 36 Motif Ceplok Kembang Kates .................................................................... 65
Gambar 4. 37 Analisis Ceplok Kembang Kates………………………………………… … 53
Gambar 4. 38 Pola Batik yang dibuat S3 ................................................................................. 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ............................................................................................ 98
Lampiran 2: Surat Keterangan Penelitian ............................................................................... 99
Lampiran 3: Pedoman Wawancara ....................................................................................... 100
Lampiran 4: Instrumen Wawancara ...................................................................................... 102
Lampiran 5: Profil Subjek Penelitian .................................................................................... 103
Lampiran 6: Transkripsi Data S1 .......................................................................................... 104
Lampiran 7: Transkripsi Data S2 .......................................................................................... 108
Lampiran 8: Transkripsi Data S3 .......................................................................................... 112
Lampiran 9: Algoritma Brian Sanderson .............................................................................. 116
Lampiran 10: Peta Desa Wijirejo .......................................................................................... 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika tanpa disadari sudah menjadi bagian dalam kehidupan
manusia. Kegiatan menghitung, menafsirkan, memprediksi, pemetaan, pola,
dan graph, semuanya telah ada dan menjadi bagian dalam kehidupan manusia,
bahkan dapat dikatakan telah menjadi suatu budaya dalam suatu kelompok
masyarakat. Namun sayangnya dalam proses pembelajaran matematika secara
formal justru matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit
dimengerti, karena sulit ditemukan kaitan konsep matematika dengan
kehidupan sehari-hari. Pandangan itu tentunya keliru karena matematika
terbentuk dari aktivitas manusia itu sendiri.
Untuk dapat melihat kaitan matematika dengan budaya kehidupan
sehari-hari ada suatu pandangan berkenaan dengan hal itu yaitu
Etnomatematika. Etnomatematika dicetuskan pertama kali oleh D’Ambrosio
(dalam Rosa dan Orey, 2011), “the mathematical practices of identifiable
cultural groups and may be regarded as the study of mathematical ideas found
in any culture”. Di mana etnomatematika mempelajari matematika yang
ditemukan pada suatu budaya kelompok masyarakat.
Salah satu budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah batik.
Batik merupakan suatu kain bergambar (memiliki motif atau pola tertentu) yang
pembuatannya khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu
dan diolah dengan suatu proses tertentu. Tentunya setiap daerah di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
memiliki bentuk atau pola batik yang berbeda. Oleh karena itu peneliti ingin
melihat suatu konsep matematika yang dapat ditemukan pada batik, khususnya
motif-motif batik yang terdapat di Desa Wijirejo, Bantul. Selain itu aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan pembatik dalam proses pembatikan tanpa disadari
terdapat aktivitas matematika di dalamnya. Melihat dari aktivitas matematis
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentunya akan membantu siswa dalam
melihat penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Mempelajari matematika melalui budaya atau kegiatan yang nyata
dialami oleh siswa dapat membantu siswa untuk lebih memahami dan tentunya
siswa dapat menghargai budaya yang ada. Bahkan untuk siswa yang berbeda
budaya dapat menghargai dan menghormati perbedaan budaya yang ada. Hal
ini mungkin karena dengan etnomatematika siswa dapat mempelajari
matematika secara lebih bermakna dan mendalam. Senada dengan pernyataan
D’Ambrosio (dalam Brandt dan Chernoff, 2014) through ethnomathematics, we
can help students find success in school and in life because the fundamental
values of ethnomathematics include respect for the other, solidarity with the
other, and cooperation with the other. Oleh karena itu peneliti ingin melihat
apakah kegiatan yang terjadi di dalam proses pembatikan dan motif-motif batik
yang dibuat dapat digunakan sebagai contoh dalam pembelajaran matematika
di kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah motif batik Wijirejo dapat dikelompokkan bedasarkan
bentuk pola secara geometris dalam kajian wallpaper group?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
2. Bagaimana aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terjadi
pada kegiatan industri batik di desa Wijirejo?
C. Batasan Masalah
1. Bentuk Etnomatematika yang dipilih adalah pola Batik Wijirejo
berdasarkan bentuk, simbol, dan pola geometris di tinjau dari aspek
wallpaper group
2. Aktivitas fundamental matematis yang diteliti adalah aktivitas fundamental
matematis menurut Bishop
3. Penelitian dilakukan di Desa Wijirejo, Pandak, Bantul, D.I. Yogyakarta
D. Batasan Istilah
1. Etnomatematika merupakan suatu studi mengenai ide matematika yang
ditemukan pada setiap budaya
2. Batik adalah suatu kain bergambar (memiliki motif atau pola tertentu) yang
pembuatannya khusus dengan menuliskan atau menerapkan malam pada
kain itu dan diolah dengan suatu proses tertentu
3. Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop yaitu counting (aktivitas
menghitung, mencacah, maupun menaksir suatu hal), measuring (aktivitas
mengukur atau membandingkan dua obyek atau lebih), playing (aktivitas
dalam merencanakan suatu strategi dalam memenangkan suatu permainan),
explaining (aktivitas dalam menjelaskan suatu makna dari suatu simbol atau
lambang), locating (aktivitas menentukan lokasi atau penugasan), dan
designing and building (aktivitas merancang suatu hal dapat berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
bangunan, motif kain, motif dinding, dan sebagainya serta aktivitas dalam
merealisasi rancangan yang telah dibuat)..
E. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk dapat melihat dan
mengidentifikasi secara geometris pola batik yang terdapat di Desa Wijirejo dan
aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada industri batik di Wijirejo
berdasarkan aktivitas fundamental matematis menurut Bishop.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui pola geometris yang terdapat pada Batik Wijirejo sehingga
dalam pembelajaran matematika di sekolah dapat lebih mudah dipahami
oleh siswa karena nyata di kehidupan sehari-hari
2. Memberikan gambaran bahwa dalam pembelajaran matematika dapat
mengambil contoh dari hal yang nyata yang ada di kehidupan sehari-hari
misalkan batik dan aktivitas membuat batik
3. Dapat menunjukkan adanya keterkaitan matematika dengan budaya yaitu
geometri dengan pola Batik Wijirejo
4. Dapat menunjukkan adanya aktivitas fundamental matematis pada kegiatan
produksi batik
5. Dapat dijadikan acuan dalam pembuatan penelitian yang sejenis dalam
mengungkap keterkaitan antara matematika dengan budaya yang terdapat
pada suatu kelompok masyarakat tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Paparan Teori
1. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi bagian
dari suatu masyarakat yang diperoleh dari proses kehidupan di suatu
kelompok masyarakat serta berdampak dalam kehidupan di masyarakat
tersebut. Menurut Tyler (dalam Gusfield, 2006) definisi kebudayaan adalah
“that complex whole which includes knowledge, belief, art, moral, costum,
and any other capabilities and habits acquired by man as a member of
society.” Selanjutnya Gusfield (2006) menambahkan bahwa kebudayaan
menurut Tyler mencakup dua elemen yaitu sesuatu yang membedakan suatu
kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya dan suatu konsep yang
diperoleh atau perilaku yang dipelajari oleh suatu kelompok masyarakat.
Melihat dari pendapat Tyler salah satu hal yang termasuk dalam
kebudayaan adalah seni. Seni yang terdapat di dalam suatu kelompok
masyarakat berbagai macam, seperti musik, tarian, maupun benda-benda
hasil karya manusia. Hal ini berkesinambungan dengan pendapat
Koentjaraningrat (1979) mengenai salah satu wujud kebudayaan yaitu
benda-benda sebagai karya manusia. Salah satu contoh seni yang berupa
hasil karya manusia yaitu motif/pola yang dibuat di atas kain yaitu batik.
Oleh karena itu batik dapat disebut sebagai wujud dari budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Etnomatematika
Pengertian awal mengenai etnomatematika menurut D’Ambrosio
(dalam Rosa dan Orey, 2011) adalah the mathematical practices of
identifiable cultural groups and may be regarded as the study of
mathematical ideas found in any culture, atau dengan kata lain adalah suatu
kegiatan matematika untuk mengidentifikasi suatu kelompok budaya dan
dapat dianggap sebagai studi mengenai ide matematika yang ditemukan
pada setiap budaya (kebudayaan). Selanjutnya D’Ambrosio (dalam Rosa
dan Orey, 2011) menyatakan bahwa, Ethnomathematics is used to express
the relationship between culture and mathematics, dengan begitu
etnomatematik dapat pula diartikan sebagai suatu pernyataan untuk
menunjukkan hubungan diantara budaya (kebudayaan) dan matematika,
bahwa keduanya saling berkaitan satu sama lain.
Barton (dalam Rosa dan Orey, 2011) menyampaikan bahwa
etnomatematika sebagai program that investigates the ways in which
different cultural groups comprehend, articulate, and apply concepts and
practices that can be identified as mathematical practices, berdasarkan hal
itu etnomatematika menyelidiki cara-cara pada suatu kelompok budaya
yang berbeda dalam memahami, mengartikulasikan, dan menerapkan
konsep serta praktik yang dapat diidentifikasi sebagai praktik matematika.
Borda (dalam Rosa dan Orey, 2011) mendeskripsikan ethnomathematics
sebagai a way in which people from a particular culture use mathematical
ideas and concepts for dealing with quantitative, relational, and spatial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
aspects of their lives, berdasarkan pendapat Borda etnomatematika
merupakan suatu jalan atau cara di mana ide (konsep) matematika dipakai
dalam menjalankan setiap aspek dalam kehidupan di suatu budaya. Kedua
pendapat diatas menunjukkan bahwa setiap orang bersinggungan langsung
dengan matematika, di mana pemikiran atau ide matematika dalam suatu
kebudayaan diwariskan dalam kehidupan mereka. Berdasarkan hal itu tanpa
disadari matematika sudah dipakai dan diwariskan dalam kehidupan
manusia di setiap kebudayaan.
Ketiga pernyataan di atas yang disampaikan oleh D’Ambrosio,
Barton, dan Borda, menunjukkan bahwa matematika ada dan
berkembangkan dalam kehidupan suatu kelompok budaya. Ide matematika
yang ada dapat ditemukan dalam aktivitas masyarakat ketika melakukan
kegiatan sehari-hari, maupun dari wujud budaya lainnya. Contoh dalam
aktivitas sehari-hari seperti penentuan rute pelayaran berdasarkan posisi
benda langit, penghitungan harta kepemilikian, penentuan luas tanah, dan
aktivitas matematis lain yang ditemukan. Wujud budaya yang dapat
ditemukan ide matematika seperti pola pada kain, simpul, hasil kerajinan,
serta wujud budaya lain yang dapat ditemukan konsep matematika
didalamnya. Oleh karena itu, etnomatematika yang akan dijadikan acuan
oleh peneliti adalah suatu studi mengenai ide matematika yang dapat
ditemukan pada setiap budaya, khususnya di dalam penelitian ini adalah
budaya Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Etnomatematika juga dapat membantu peserta didik untuk dapat
lebih memahami matematika, Petterson (dalam Katsap dan Silverman,
2016) mengusulkan empat area topik di mana peserta didik dapat
menemukan kaitan matematika dengan penggunaan matematika, keempat
hal itu adalah connecting math to students’ lives, linking math and issues of
equality, using math to uncover stereotypes, dan using math to understand
history.
Menurut Suwarsono (2015) ada beberapa hal yang dikaji di dalam
etnomatematika yaitu:
a. Lambang-lambang, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
keterampilan-keterampilan matematis yang ada pada kelompok-
kelompok bangsa, suku, ataupun kelompok masyarakat
b. Perbedaan ataupun kesamaan dalam hal-hal yang bersifat
matematis antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok
masyarakat lainnya dan faktor-faktor yang ada di belakang
perbedaan atau kesamaan tersebut
c. Hal-hal yang menarik atau spesifik yang ada pada suatu
kelompok atau beberapa kelompok masyarakat tertentu,
misalnya cara berpikir, cara bersikap, cara berbahasa, dan
sebagainya, yang ada kaitannya dengan matematika
d. Berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat yang ada
kaitannya dengan matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Enam Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop
Bishop (dalam Ada dan Silverman, 2016) mengidentifikasi 6 aspek
di mana matematika muncul atau berkembang secara alami dalam
kehidupan masyarakat. Keenam aspek tersebut yaitu:
a. Counting (Perhitungan)
Aktivitas counting dalam masyarakat-masyarakat
awal muncul atau berkembang karena kebutuhan masyarakat
untuk membuat catatan berdasarkan harta kepemilikan
mereka. Misalkan dalam kepemilikan hewan ternak
diibaratkan sebagai korespondensi satu-satu antara hewan
ternak dengan batu, satu hewan dapat diwakilkan dengan
satu batu, begitupula dengan hewan ternak yang lain juga
diwakilkan dengan satu batu.
b. Measuring (Pengukuran)
Awalnya aktivitas ini dimulai dengan
membandingkan antara dua obyek lalu kemudian
berkembang menjadi banyak obyek. Contoh dari aktivitas ini
adalah mengukur panjang, lebar, luas, volum, berat, suhu,
kecepatan, dan waktu.
c. Locating (Lokasi)
Dalam kehidupan sehari-hari pada masa ketika
manusia berburu tentunya waktu itu kelompok yang berburu
memikirkan di mana tempat yang cocok untuk berburu, hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ini merupakan contoh aktivitas locating yang berkembang
pada saat itu. Selain itu aktivitas lain yang termasuk locating
misalkan penentuan arah kompas, rute yang dilalaui dari
suatu tempat ke tempat lain, penentuan arah dengan
menggunakan benda langit, dsb.
d. Desinging and Building (Merancang dan Membangun)
Menurut Bishop aktivitas building tidak terlepas dari
adanya aktivitas designing. Aktivitas ini dapat dijumpai
disekitar kita misalkan bentuk atap yang beranekaragam,
bangunan tinggi dan rendah, benda dengan berbagai macam
bentuk, pola-pola yang kita jumpai dalam kain di berbagai
tempat, dsb.
e. Playing (Bermain)
Masyarakat di berbagai budaya memiliki permainan
yang berkembang di masyarakat itu dan dimainkan dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak permainan menggunakan
papan yang berbentuk geometris, seperti persegi,
belahketupat, atau benuk gemoteris lainnya. Apapun
permainannya, pemain yang bermain dalam suatu permainan
didorong untuk dapat mengatur strategi berpikir,
memprediksi, dan mengantisipasi pergerakan lawan. Hal-hal
itu merupakan bagian dari akivitas matematika pada
aktivitas playing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
f. Explaining (Penjelasan)
Baik secara formal maupun informal, pemahaman
akan suatu informasi bergantung kepada pengaturan dan
interpretasi data/informasi. Aktivitas ini menjelaskan suatu
hal dan maknanya dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan
pemahaman akan pola, grafik, simbol, contoh lainnya adalah
memberikan arahan untuk menuju suatu tempat dari tempat
lain.
Keneman aktivitas diatas menunjukkan secara alami bahwa
matematika berkembang secara berkelanjutan dalam kehidupan manusia.
4. Pentingnya Etnomatematika untuk Pembelajaran Matematika
Mengutip pernyataan Ascher dan D’Ambrosio (dalam Brandt dan
Chernoff, 2014), Not only does the word ‘math’ conjure up bad memories
for many people, but most have grown to understand and interpret math in
only one way – a Eurocentric way of knowing. Based mainly on Greek texts,
Eurocentric math has become the de facto standard way of understanding
the world of math. Berdasarkan pernyataan tersebut, banyak pembelajaran
di kelas menggunakan pemahaman yang mengarah kepada cara pemahaman
matematika yang eurosentris. Padahal matematika sejatinya dapat
ditemukan dalam kehidupan serta kebudayaan yang ada di berbagai tempat.
Sehingga ada banyak cara dalam membelajarkan matematika di kelas, yang
dapat disesuaikan dengan budaya yang ada di sekitar. Selanjutnya Brand
dan Chernoff (2014) mengungkapan, Ethnomathematics holds the potential
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
to bring to our students multicultural views of mathematics that will
challenge and support the mathematical practices and ideas brought forth
by the Eurocentric method. Merujuk dari Brand dan Cheroff,
ethnomatematika memiliki potensi untuk memberikan banyak cara dalam
mempelajari matematika. Sehingga siswa dapat mempelajari matematika
dengan berbagai macam cara yang dapat ditemukan di kehidupan sehari-
hari maupun budaya yang ada di suatu masyarakat.
Bishop (dalam Rosa & Orey, 2011) mengungkapkan misi dari
etnomatematika, dia mengungkapkan the mission of the ethnomathematics
program is to acknowledge that there are different ways of doing
mathematics by considering the appropriation of the academic
mathematical knowledge developed by different sectors of the society as
well as by considering different modes in which different cultures negotiate
their mathematical practices. Sama seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, etnomatematika membuka cara pandang baru dalam
mempelajari matematika. Di mana dalam pembelajaran matematika dengan
etnomatematika lebih menggunakan kegiatan matematika yang ada dan
ditemukan dalam kehidupan maupun kebiasaan sehari-hari yang ada di
suatu masyarakat. Mempelajari matematika dengan mengaitkan budaya
atau kegiatan sehari-hari dapat membantu siswa untuk menghargai budaya
yang ada serta dapat menghargai perbedaan budaya yang ada di sekitar
mereka. Sejatinya etnomatematika dapat membantu siswa untuk merasakan
hal itu yaitu menghargai perbedaan budaya yang ada, seperti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
diungkapkan D’Ambrosio (dalam Brand dan Chernoff, 2014), through
ethnomathematics, we can help students find success in school and in life
because the fundamental values of ethnomathematics include respect for the
other, solidarity with the other, and cooperation with the other.
5. Batik Wijirejo
Batik merupakan bentuk dari wujud budaya berupa motif-motif pada
kain yang dihasilkan sebagai wujud dari benda hasil karya manusia.
Beberapa wilayah di Indonesia memiliki motif yang beragam yang
dipengaruhi pula oleh kondisi yang ada di masing-masing daerah,
begitupula di Yogyakarta. Mengutip dari
https://gpswisataindonesia.info/2016/11/batik-bantul, perkembangan batik
di Yogyakarta khususnya di Bantul mulai tumbuh ketika Keraton
Yogyakarta mulai membangun Makam Raja-Raja di Imogiri pada abad ke-
16. Dengan berdirinya Makam Raja-Raja Imogiri terjadilah interaksi antara
Keraton dengan masyarakat. Keterampilan dan kemampuan dari putri dan
abdi dalem dalam hal membatik kemudian ditiru oleh masyarakat setempat,
hal inilah yang kemudian menjadi bagian dalam kebiasaaan dan kebudayaan
masyarakat di Bantul, termasuk pula wilayah Desa Wijirejo.
Masyarakat Desa Wijirejo sendiri mulai mengembangkan motif-
motif baru dari motif yang sebelumnya sudah ada. Pengembangan motif-
motif baru ini mungkin karena di di desa ini terdapat beberapa pengrajin
batik, dari pengrajin-pengrajin ini munculah beberapa motif-motif baru dan
ada motif modifikasi dari motif-motif batik yang sudah ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
menjadikan motif-motif tersebut menjadi batik khas Wijirejo. Motif-motif
yang khas diantaranya Kawung Ndil, Parang Klitik, Parang Teri Latar Putih,
Alas-alasan, Tugiran, Kreasi Moif Batik Ayu, dan beberapa kreasi motif
batik di setiap toko baik di Wijirejo. Untuk Motif batik Alas-alasan,
Tugiran, dan Ayu dengan banyak variasi motif untuk motif-motifnya.
Menurut Pramono (1995) batik dapat dibedakan dari motif dan
warnanya. Batik Yogya termasuk batik pedalaman (vorstenlanden) di mana
motif batik ini lebih bersifat simbolik, filosofis, dan arti-arti magis yang ada
maknanya, serta motif diciptakan dari hasil pengamatan alam sekitarnya dan
bersifat monumental. Warna pada motif Batik Yogya lebih bersifat
sederhana, mistis, di mana untuk Batik Yogya (tradisional) warna hanya ada
tiga unsur yaitu coklat (api), biru atau hitam (tanah), dan putih (udara).
Ketiganya berarti simbol atau sumber hidup.
Pada zaman dahulu penggunaan motif batik didasarkan pada
aktivitas yang akan dilakukan. Kuswadji (dalam Pramono, 1995)
menyatakan bahwa motif parang rusak hanya diperbolehkan dipakai oleh
bangsawan tinggi, pemakaiannyapun hanya untuk upacara kenegaraan.
Motif ini memiliki makna agar manusia di dalam hidupnya dapat
mengendalikan nafsunya, sehingga mempunyai watak dan perilaku yang
luhur. Begitupula dengan motif kawung, yang pada waktu itu hanya boleh
dipakai oleh golongan rakyat tertentu. Pramono (1995) menyebutkan
beberapa motif yang dipakai dalam upacara keagamaan yaitu motif Semen
Gedhe, Sawat Gurda, Semen Rule, dan Semen Panca Murti. Diantara motif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
batik tradisional yang ada dan biasa dipakai oleh masyarakat luas adalah
motif Semen Rama, di mana motif ini melambangkan kesetiaan seorang
istri.
6. Masyarakat Desa Wijirejo, Bantul, D.I. Yogyakarta
Menurut informasi dari website desa pada
http://wijirejo.bantulkab.go.id/index.php/first/artikel/6-Sejarah-Singkat-
Desa-Wijirejo, Desa Wijirejo secara resmi berdiri pada tanggal 2 November
1946, Desa Wijirejo merupakan penggabungan dari Kelurahan Kauman
Lama dan Kelurahan Gesikan Lama. Sejarah berdirinya Desa Wijirejo tidak
dapat dilepaskan dari keberadaan Makamsewu, yang di mana terdapat
makam Panembahan Bodho dan Nyai Brintik.
Wijirejo sebagai desa pertanian terlihat dari bangunan sumur bawah
tanah yang melintang dari Gesikan, Bergan, Ngeblak, Pedak dan berlanjut
ke Desa Sendangsari dan masih berfungsi sampai saat ini. Perkembangan
perekonomian masyarakat setelah kemerdekaan Indonesia mulai pesat sejak
tahun 1970-an di mana kemudian saat ini Wijirejo sebagai salah satu sentra
kerajinan batik di D.I. Yogyakarta.
Desa Wijirejo dibagi menjadi 10 (sepuluh) dusun, yaitu :
1. Dusun Pandak
2. Dusun Bajang
3. Dusun Gesikan 3
4. Dusun Gesikan 4
5. Dusun Bergan
6. Dusun Ngeblak
7. Dusun Pedak
8. Dusun Kauman
9. Dusun Gedongsari
10. Dusun Kwalang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
7. Isometri
Suatu transformasi pada bidang didefinisikan sebagai fungsi bijektif
dari ℝ2 ke ℝ2. Sedangkan isometri didefinisikan sebagai transformasi yang
mempertahankan jarak, yaitu untuk ∀𝑃,𝑄∈ ℝ2, |𝑃𝑄| = |𝑓(𝑃)𝑓(𝑄)| .
Dalam ℝ2 terdapat empat jenis isometri yaitu:
a. Translasi
Transformasi S: ℝ𝟐 → ℝ𝟐 disebut translasi (pergeseran) bila
terdapat 𝑨𝑩⃑⃑⃑⃑⃑⃑ , yang merepresentasikan vektor �⃑⃑� , sedemikian
sehingga untuk setiap titik P ∈ ℝ𝟐, 𝑺(𝑷) = 𝑷′ dengan 𝑷𝑷′⃑⃑⃑⃑ ⃑⃑ ⃑ =
𝑨𝑩⃑⃑⃑⃑⃑⃑ . Pergeseran ini dapat ditulis sebagai 𝑺𝑨𝑩⃑⃑⃑⃑⃑⃑ atau 𝑺�⃑⃑� .
b. Refleksi
Refleksi (pencerminan) terhadap garis s adalah fungsi
𝑀𝑠: ℝ2 → ℝ2 yang memenuhi:
1) Untuk setiap B pada s, 𝑀𝑠 (𝐵) = 𝐵
A’
A B
A
B
P
P’
Gambar 2. 1 Ilustrasi Translasi
Gambar 2. 2 Ilustrasi Refleksi
�̅�
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2) Untuk setiap A di luar s, 𝑀𝑠 (𝐴) = 𝐴′ , sedemikian
sehingga s adalah bisektor tegak lurus bagi 𝐴𝐴′̅̅ ̅̅ ̅ .
Pada skripsi ini pencerminan terhadap suatu garis misal garis
𝑙, akan dilambangkan dengan b, di mana 𝑏 = 𝑀𝑙
c. Rotasi
Rotasi (putaran) terhadap titik P dengan sudut 𝜃, dan
dilambang sebagai 𝑅𝑃,𝜃, ialah fungsi 𝑅𝑃,𝜃: ℝ2 → ℝ2 yang
memenuhi:
1) 𝑅𝑃,𝜃 (𝑃) = 𝑃
2) 𝑅𝑃,𝜃 (𝐴) = 𝐴′ dengan 𝑃𝐴′ = 𝑃𝐴 , 𝑚∠𝐴𝑃𝐴′ = 𝜃
Titik P disebut pusat rotasi dan 𝜃 disebut sudut putar. Sudut
𝜃 positif bila arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam.
Pada skripsi ini 𝑅𝑃,𝜃 juga akan dilambangkan dengan a.
d. Glide-reflection
Misalkan 𝑆�⃑� : ℝ2 → ℝ2 adalah suatu translasi yang
ditentukan oleh vektor 𝑣 , garis 𝑙 adalah garis yang arahnya
ditentukan oleh 𝑣 , dan 𝑀𝑙: ℝ2 → ℝ2 merupakan refleksi
𝜃
A’ A
P
Gambar 2. 3 Ilustrasi Rotasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terhadap garis 𝑙. Glide-reflection merupakan komposisi dari
translasi 𝑆�⃑� dan refleksi 𝑀𝑙, dan dinotasikan sebagai: 𝐺 = 𝑆�⃑� ∘
𝑀𝑙 (𝐴) = 𝑆�⃑� (𝐴′) = 𝐴′′ .
8. Teori Grup
Sebelum melanjutkan pembahasan ke grup simetri akan dibahas
secara singkat beberapa konsep dalam teori grup yang akan dipakai dalam
skripsi ini.
Misalkan 𝐺, grup dibawah operasi ∗ dan �̅�, grup dibawah operasi #,
fungsi 𝜙: 𝐺 → �̅� disebut homomorfisma jika memenuhi 𝜙(𝑎 ∗ 𝑏) =
𝜙(𝑎)#𝜙(𝑏), ∀𝑎,𝑏 ∈ 𝐺. Jika 𝜙 adalah fungsi bijektif maka 𝜙 disebut
isomorfisma. Jika ada isomorfisma dari 𝐺 ke �̅�, maka dapat dikatakan
bahwa 𝐺 dan �̅� isomorfis dan dapat ditulis 𝐺 ≈ �̅�.
Diberikan grup G dan himpunan tidak kosong S. Aksi grup G pada
himpunan S adalah sebuah fungsi ∗: 𝐺 × 𝑆 → 𝑆 sedemikian sehingga:
a) 𝑒 ∗ 𝑠 = 𝑠, ∀𝑠 ∈ 𝑆
elemen e adalah elemen identitas dalam grup G
A
A’ A’’
𝑙
𝑣
Gambar 2. 4 Ilustrasi Glide-reflection
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b) (𝑔1𝑔2) ∗ 𝑠 = 𝑔1 ∗ (𝑔1 ∗ 𝑠), ∀𝑠 ∈ 𝑆 dan ∀𝑔1,𝑔2 ∈ 𝐺
Jika terdapat aksi dari grup G terhadap S maka dapat dikatakan S
adalah G-set.
Untuk membantu menjelaskan aksi dari suatu grup ke suatu
himpunan tidak kosong akan diberikan dua ilustrasi sebagai berikut:
Ilustrasi 1:
Gambar 2. 5 Ilustrasi Grup Aksi 1
Misalkan 𝑆 = {𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷} seperti yang diperlihatkan gambar 2.5,
dan 𝐺 = {𝑒, 𝑎, 𝑏, 𝑎𝑏}, dengan 𝑎 = 𝑅0,180𝑜 dan 𝑏 = 𝑀𝑙, serta suatu fungsi ∗
: 𝐺 × 𝑆 → 𝑆. Perhatikan bahwa:
a) 𝑒 ∗ 𝐴 = 𝐴, 𝑒 ∗ 𝐵 = 𝐵, 𝑒 ∗ 𝐶 = 𝐶, dan 𝑒 ∗ 𝐷 = 𝐷
b) Untuk 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, dipenuhi
𝑎𝑏 ∗ 𝐴 = 𝐷, dan
𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝐴) = 𝑎 ∗ 𝐵 = 𝐷.
Jadi 𝑎𝑏 ∗ 𝐴 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝐴).
Dari ilustrasi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa S adalah G-set
atau ∗ adalah aksi grup G pada himpunan S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Ilustrasi 2:
Gambar 2. 6 Ilustrasi 2
Misalkan 𝑆 = {𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷} di mana anggota-anggota S merupakan
bangun segitiga yang diperlihatkan pada gambar 2.6, dan 𝐺 = {𝑒, 𝑎, 𝑏, 𝑎𝑏},
dengan 𝑎 = 𝑅0,180𝑜 dan 𝑏 = 𝑀𝑙, serta suatu fungsi ∗: 𝐺 × 𝑆 → 𝑆.
Perhatikan bahwa:
a) 𝑒 ∗ 𝐴 = 𝐴, 𝑒 ∗ 𝐵 = 𝐵, 𝑒 ∗ 𝐶 = 𝐶, dan 𝑒 ∗ 𝐷 = 𝐷
b) Untuk 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, akan dipenuhi
𝑎𝑏 ∗ 𝐵 = 𝐶 dan 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝐵) = 𝑎 ∗ 𝐴 = 𝐶
Sehingga 𝑎𝑏 ∗ 𝐴 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝐴)
Jadi ilustrasi 2 juga merupakan contoh adanya aksi grup G untuk S,
atau S adalah G-set.
Misalkan H adalah subgrup dari sebuah grup 𝐺 dan 𝑎 ∈ 𝐺,
himpunan 𝑎𝐻 = {𝑎ℎ|ℎ ∈ 𝐻} disebut koset kiri, dan 𝐻𝑎 = {ℎ𝑎|ℎ ∈ 𝐻}
disebut koset kanan dalam G. Jika 𝑎𝐻 = 𝐻𝑎 untuk semua 𝑎 ∈ 𝐺, maka H
adalah subgrup normal dari G.
Misalkan G adalah suatu grup dan H adalah subgrup normal dari G.
Himpunan 𝐺 𝐻⁄ = {𝑎𝐻 | 𝑎 ∈ 𝐺} beserta operasi * pada G/H, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(𝑎𝐻) ∗ (𝑏𝐻) = 𝑎𝑏𝐻, untuk setiap 𝑎𝐻, 𝑏𝐻 ∈ 𝐺/𝐻, merupakan sebuah
grup. Grup tersebut dinamakan grup faktor.
9. Grup Simetri
Gallian (2015) mendefinisikan grup simetri dari suatu bangun pada
bidang sebagai berikut ini:
Misalkan F merupakan himpunan titik-titik di ℝ2. Grup simetri dari
F di ℝ2 adalah himpunan dari seluruh isometri 𝜌 di ℝ2 yang membawa F
ke F. Isometri-isometri dalam ℝ2 yaitu translasi, rotasi, refleksi, atau glide-
reflection. Perhatikan pula bahwa F dapat direpresentasikan sebagai bangun
geometri di bidang. Oleh karena itu, istilah grup simetri dari suatu bangun
F di ℝ2 adalah masuk akal.
Grup simetri ada yang memiliki anggota berhingga dan ada yang
memiliki anggota tidak berhingga. Grup simetri yang memiliki anggota
berhingga isomorfis dengan grup siklik 𝐶𝑛 atau grup Dihedral 𝐷𝑛.
Sebuah grup G disebut Grup siklik 𝐶𝑛 jika terdapat 𝑎 ∈ 𝐺 sehingga
G dibangun oleh a, disimbolkan dengan 𝐺 = ⟨𝑎⟩.
Contoh: Misalkan 𝑎 = 𝑅𝑂,90𝑜, yaitu rotasi yang berpusat di titik
origin dan dengan sudut putar 90°. Grup 𝐺 = {𝑒, 𝑎, 𝑎2, 𝑎3} adalah salah satu
contoh grup siklik. Gambar 2.7 adalah salah satu contoh bangun yang grup
simetrinya dibangun oleh 𝑎.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 2. 7 Bangun yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐶4
Sebuah grup G dinamakan grup Dihedral 𝐷𝑛 jika G dibangun oleh
dua elemen a dan b yang memenuhi sifat:
1) Order dari 𝑎 adalah n
2) Order dari 𝑏 adalah 2, dan
3) bab = 𝑎−1
Contoh: Misalkan a adalah 𝑅𝑂,90𝑜, dan b adalah 𝑀𝑙, maka 𝐷 =
⟨𝑎, 𝑏⟩ = {𝑒, 𝑎, 𝑎2, 𝑎3, 𝑏, 𝑎𝑏, 𝑎2𝑏, 𝑎3𝑏} adalah 𝐷4 karena order dari 𝑎 adalah
4, order dari 𝑏 adalah 2, dan 𝑏𝑎𝑏 = 𝑎−1.
Gambar 2. 8 Bangun yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐷4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 2.8 dan Gambar 2.9 adalah bangun-bangun yang grup
simetrinya dibangun oleh 𝑎 dan 𝑏, di mana 𝑎 = 𝑅𝑂,90𝑜 dan 𝑏 = 𝑀𝑙, dan
isomorfis dengan 𝐷4.
Gambar 2. 9 Pola Batik yang grup simetrinya isomorfis dengan 𝐷4
10. Wallpaper Group
Wallpaper pattern merupakan pola berulang yang memenuhi
bidang. Grup simetri yang terdapat dalam wallpaper pattern dinamakan
wallpaper group. Wallpaper group adalah grup simetri yang tidak
berhingga.
Subgrup translasi dari wallpaper group G, dinotasikan dengan H,
dibangun oleh dua translasi yang vektornya bebas linear, 𝑆�⃑⃑� dan 𝑆�⃑� . Grup
𝐺/𝐻 = 𝑃 adalah grup berhingga, dan disebut sebagai point group dari G.
Contoh:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 2. 10 Pola batik yang isomorfis dengan suatu wallpaper group
Gambar 2.10 merepresentasikan 𝐺 = ⟨𝑢, 𝑣, 𝑎, 𝑏⟩, dengan 𝑎 =
𝑅𝑂,90𝑜 , 𝑏 = 𝑀𝑙 , 𝑢 = 𝑆�⃑⃑� , dan 𝑣 = 𝑆�⃑� . Subgrup translasi 𝐻 = ⟨𝑢, 𝑣⟩ dan point
grup P = 𝐺/𝐻 ≈ 𝐷4.
Wallpaper group berkaitan dengan sebuah lattice 𝐿. Lattice 𝐿
didefinisikan sebagai himpunan bagian dari ℝ2, yaitu himpunan titik-titik,
yang diperoleh dari elemen-elemen grup translasi H pada G yang dikenakan
pada sebuah titik dalam ℝ2. Dengan kata lain, lattice 𝐿 adalah H-set.
Dapat dikatakan juga bahwa 𝐿 terdiri dari himpunan titik-titik yang
merupakan hasil pemetaan oleh translasi yang vektornya merupakan
kombinasi linear 𝑚�⃑� + 𝑛𝑣 untuk 𝑚, 𝑛 ∈ ℤ, dari suatu titik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dengan memandang panjang vektor �⃑� dan panjang vektor 𝑣 , maka
akan ada lima tipe lattice di ℝ2. Gambar 2.11 mengilustrasikan lima jenis
lattice pada ℝ2 yaitu jajargenjang, persegipanjang, belahketupat, persegi
dan segienam beraturan (segitiga samasisi). Kemudian tabel 2.1 menyajikan
ke-17 wallpaper group beserta dengan tipe lattice, point group, dan
generator.
Gambar 2. 11 Lima lattice yang mungkin di 𝑅2 (Schattschneider)
Tabel 2. 1 Lattice, generator, dan point group dari ke-17 wallpaper
groups
No G Tipe lattice Generator Point
Group
1 p1 Dua translasi yang vektornya
bebas linear
{e}
2 p2 Rotasi 180𝑜, dua translasi yang
bebas linear
𝐶2
3 pm Refleksi, dua translasi yang
vektornya bebas linear
𝐷1
4 pg Glide-reflection, dua translasi
yang vektornya bebas linear 𝐷1
5 cm Refleksi, Dua translasi yang
vektornya bebas linear
𝐷1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
No G Tipe lattice Generator Point
Group
6 pmm Dua refleksi yang berpotongan
dan tegak lurus, dua translasi
yang vektornya bebas linear
𝐷2
7 pmg
Refleksi, glide-reflection yang
berpotongan tegak lurus dengan
refleksi, dua translasi yang
vektornya bebas linear
𝐷2
8 pgg
Dua glide-reflection yang
berpotongan dan tegak lurus,
dua translasi yang vektornya
bebas linear
𝐷2
9 cmm Dua refleksi yang berpotongan
dan tegak lurus, dua translasi
yang vektornya bebas linear
𝐷2
10 p4 Rotasi 90𝑜, dua translasi yang
vektornya bebas linear
𝐶4
11 p4m Refleksi, Rotasi 90𝑜, dua
translasi yang vektornya bebas
linear
𝐷4
12 p4g Glide-reflection, Rotasi 90𝑜, dua
translasi yang vektornya bebas
linear
𝐷4
13 p3 Rotasi 120𝑜, dua translasi yang
vektornya bebas linear
𝐶3
14 p31m Refleksi, Rotasi 120𝑜, dua
translasi yang vektornya bebas
linear
𝐷3
15 p3m1 Refleksi, Rotasi 120𝑜, dua
translasi yang vektornya bebas
linear
𝐷3
16 p6 Rotasi 60𝑜, dua translasi yang
vektornya bebas linear
𝐷6
17 p6m Refleksi, Rotasi 60𝑜, dua
translasi yang vektornya bebas
linear
𝐷6
Keterangan:
= Lattice dengan tipe jajargenjang
= Lattice dengan tipe persegipanjang
= Lattice dengan tipe belahketupat
= Lattice dengan tipe persegi
= Lattice dengan tipe segienam beraturan (segitiga samasisi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Grup simetri dari pola batik pada Gambar 2.12 adalah 𝐺 = ⟨𝑢, 𝑣⟩ ≈
𝑝1, 𝑢 = 𝑆�⃑⃑� , dan 𝑣 = 𝑆�⃑� , di mana subgrup translasi 𝐻 = ⟨𝑢, 𝑣⟩ dan 𝐺/𝐻 =
𝑃 ≈ {𝑒}, dan tipe lattice adalah jajargenjang.
Gambar 2. 12 Pola batik yang isomorfis dengan p1
Grup simetri dari pola batik pada Gambar 2.13 adalah 𝐺 =
⟨𝑢, 𝑣, 𝑏⟩ ≈ 𝑝𝑚, dengan 𝑏 = 𝑀𝑙 , 𝑢 = 𝑆�⃑⃑� , dan 𝑣 = 𝑆�⃑� , di mana subgrup
translasi 𝐻 = ⟨𝑢, 𝑣⟩ dan 𝐺 𝐻⁄ = 𝑃 ≈ 𝐷1 = {𝑒, 𝑏}, dan tipe lattice adalah
persegipanjang.
Gambar 2. 13 Pola Batik yang isomorfis dengan pm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Grup simetri dari pola batik pada Gambar 2.14 adalah 𝐺 =
⟨𝑢, 𝑣, 𝑎, 𝑏⟩ ≈ 𝑝𝑚𝑚, dengan 𝑎 = 𝑅0,180𝑜 , 𝑏 = 𝑀𝑙 , 𝑢 = 𝑆�⃑⃑� , dan 𝑣 = 𝑆�⃑� , di
mana subgrup translasi 𝐻 = ⟨𝑢, 𝑣⟩ dan 𝐺 𝐻⁄ = 𝑃 ≈ 𝐷2 = {𝑒, 𝑎, 𝑏, 𝑎𝑏}, dan
tipe lattice adalah persegi.
Gambar 2. 14 Pola batik yang isomorfis dengan pmm
Grup simetri dari pola batik pada Gambar 2.12 adalah 𝐺 =
⟨𝑢, 𝑣, 𝑎, 𝑏⟩ ≈ 𝑝4𝑚, dengan 𝑎 = 𝑅0,90𝑜 , 𝑏 = 𝑀𝑙 , 𝑢 = 𝑆�⃑⃑� , dan 𝑣 = 𝑆�⃑� , di
mana subgrup translasi 𝐻 = ⟨𝑢, 𝑣⟩ dan 𝐺 𝐻⁄ = 𝑃 ≈ 𝐷4 = ⟨𝑎, 𝑏⟩, dan tipe
lattice adalah persegi.
Gambar 2. 15 Pola batik yang isomorfis dengan p4m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Wallpaper group sebuah motif batik ditentukan dengan memperhatikan
karakteristik yang dimiliki oleh motif tersebut. Dalam Ada dan Silverman,
Ethnomathematics of Negev Bedouins’ Exxistence in Forms, Symbols and
Geometric Patterns Part 2 Chapter 6, halaman 74, 2016, diberikan suatu
flowchart untuk menentukan wallpaper group suatu wallpaper pattern.
Flowchart tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.16.
Gambar 2. 16 Flowchart untuk mengidentifikasi wallpaper group suatu
wallpaper pattern
A rotation through an angle of 360°/n is said to have order n.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Liu and Collins (1998) menyajikan rangkuman karakteristik ke-17
wallpaper group seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian oleh Lalu Alwan Junaidi (2015)
Penelitian yang dilakukan oleh Alwan berjudul Ethnomathematics
Sasak: Geometry Concepts in Community Life Banyumulek West Lombok,
menjelaskan adanya konsep geometri pada gerabah atau pekerjaan tangan
dari tanah liat yang dihasilkan oleh masyarakat Banyumulek, Lombok. Di
mana terdapat konsep geometri yang terdapat pada gerabah Banyumelek
yaitu lingkaran, segitiga, persegi, persegipanjang, elips, polygon, kubus,
bola, limas, kerucut, setengah limas, setengah kerucut, setengah bola,
simetri putar, simetri pencerminan, dan simetri translasi. Selain itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
masyarakat pengrajin gerabah di Banyumelek memiliki konsep tersendiri
mengenai pola atau bentuk geometri seperti lingkaran, persegi, dan segitiga.
2. Penelitian oleh Haryanto, dkk (2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto berjudul
Ethnomathematics in Arfak (West Papua –Indonesia): Hidden Mathematics
on knot of Rumah Kaki Seribu, menjelaskan adanya konsep geometri
khususnya karakteristik segitiga pada simpul yang digunakan dalam
membangun Rumah Kaki Seribu di Arfak, Papua Barat. Penelitian ini juga
menyarankan ketika pembelajaran matematika di Papua simpul yang
digunakan dalam Rumah Kaki Seribu dapat dijadikan materi pembelajaran
ketika mengajarkan geometri khususnya konsep segitiga.
3. Penelitian oleh Nur Rusliah (2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Nur berjudul Pendekatan
Etnomatematika dalam Permainan Tradisional Anak di Wilayah Kerapatan
Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Propinsi Jambi, penelitian ini
menjelaskan bahwa dalam permainan tradisonal anak ingkek-ingkek
berhasil membawa materi matematika yaitu materi pengenalan angka,
bangun datar dan probabilitas kedalam dunia keseharian anak yang
menyenangkan, serta sesuai kehidupan sosial budaya di wilayah kerapatan
adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Propinsi Jambi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
C. Kerangka Berpikir
Batik merupakan salah satu hasil budaya, bila kita melihat pendapat
Koentjaraningrat, batik masuk di wujud kebudayaan yaitu benda hasil karya
manusia. Oleh karena itu batik dapat dikatakan sebagai budaya yang dihasilkan
oleh suatu kelompok masyarakat. Tentunya batik sudah sangat dekat dengan
kehidupan di kelompok masyarakat tersebut, baik digunakan sebagai baju,
dekorasi, dsb. Begitupula dengan Batik Wijirejo, pola dan motifnya tentu
didasarkan pada suatu hal dan menjadi budaya di masyarakat Wijirejo, baik itu
motif yang asli dari Wijirejo maupun motif hasil modifikasi motif batik yang
sudah ada sebelumnya ataupun modifikasi motif dari daerah lain.
Memandang dari segi etnomatematik sebagai suatu studi untuk
menemukan ide matematik pada suatu wujud budaya (kebudayaan) maka dari
hal itu peneliti ingin melihat adakah unsur matematika di dalam motif ataupun
pola batik. Khususnya peneliti ingin melihat lebih mendalam mengenai motif-
motif Batik Wijirejo bila dikelompokkan secara wallpaper group, yaiu melihat
motif batik berdasarkan sifat-sifat secara transformasi geometri seperti
translasi, refleksi, rotasi, serta translasi-pencerminan.
Bila ditemukan dan dapat dikelompokkan berdasarkan sifat-sifat yang
dimiliki motif batik sesuai dengan pola di dalam wallpaper group maka ada
konsep matematika di dalam pola batik yang akan diteliti. Oleh karena itu batik
menjadi salah satu bentuk etnomatematik yang ditemui di kehidupan sehari-
hari. Hal ini dapat menjadi pilihan dalam mengajarkan konsep matematika di
kehidupan sehari-hari. Peneliti berpendapat bahwa hal ini dapat lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
memudahkan dan membuat siswa menjadi paham dalam belajara matematika
khususnya ketika belajar mengenai konsep geometri dalam hal ini transformasi
geometri.
Berikut bagan kerangka berpikir yang peneliti buat:
Budaya
(dalam berbagai wujud)
Batik
(salah satu wujud budaya)
Ada konsep matematika yang ditemukan
dalam batik
Adanya keterkaitan antara matematika
dengan budaya
Gambar 2. 17 Bagan Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif, hal ini
karena peneliti ingin menafsirkan suatu fenomena yang merupakan wujud dari
suatu budaya yang terdapat di Desa Wijirejo yakni batik. Melihat dari
pengertian penelitian kualitatif menurut Van Maanen (dalam Merriam, 2009)
mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu kesatuan dari teknik-
teknik interpretasi yang mencoba untuk menggambarkan, menyandikan,
menterjemahkan, dan memaknai fenomena yang terjadi secara alami dalam
dunia sosial. Dengan alasan itulah peneliti menggunakan penelitian kualitatif
sebagai jenis penelitian yang peneliti gunakan karena peneliti ingin melihat
fenomena yang ada di masyarakat Wijirejo yaitu batik (sebagai suatu wujud
budaya) serta proses pembuatannya.
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian yang akan digunakan adalah tiga orang pemilik
indusri batik dari tiga tempat industri batik di Wijirejo
C. Objek Penelitian
Objek yang akan dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah motif-
motif batik yang diproduksi di Desa Wijirejo dan aktivitas matematis yang
terjadi di industri batik di Desa Wijirejo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan pada bulan Maret sampai Juni tahun 2018. Di
mana penggambilan data di mulai pada awal Maret hingga bulan April tahun
2018. Analisis data dilakukan pada bulan April hingga bulan Mei tahun 2018,
dan penelitian berakhir pada awal bulan Juni tahun 2018.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan adalah wawancara
dan dokumentasi. Wawancara akan dilakukan untuk dapat mengetahui
bagaimana pola batik dibuat, persiapan yang dilakukan untuk dapat menentukan
pola batik, dan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan aktivitas matematika
dalam kegiatan membatik. Tentunya ada pedoman yang dibuat sebagai acuan
dalam memberikan pertanyaan wawancara, namun tidak menutup
kemungkinan akan ada pertanyaan tambahan ketika melakukan wawancara
dengan pembatik Wijirejo.
Teknik dokumentasi yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah
gambar motif-motif batik yang dibuat di industri batik di Wijirejo dan
dokumen-dokumen yang dimiliki oleh industri batik yang diteliti. Dokumen
yang dimaksud seperti brosur, pamflet, dan dokumen lain yang dibuat oleh
industri batik yang diberikan atau disajikan kepada konsumen. Pengamatan juga
akan dilakukan dalam penelitian ini, namun pengamatan yang dilakukan tidak
disusun secara terstruktur. Sehingga pengamatan yang dilakukan peneliti lebih
menunjang dan termuat di dalam wawancara yang dilakukan peneliti. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dilakukan agar peneliti dapat melihat secara langsung proses membatik yang
dilakukan oleh pembatik di Desa Wijirejo, melihat pola-pola yang dibentuk
serta tahap-tahap pembuatan pola dilihat dari sudut pandang geometris. Baik
motif asli di Desa Wijirejo maupun motif yang telah dimodifikasi.
F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah peneliti pedoman
wawancara. Peneliti sebagai instrument utama diharapkan peneliti dapat
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, dan membuat
kesimpulan dari temuan yang ditemukan.
Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijadikan
acauan dalam menggali informasi dari pembatik Wijirejo dalam menemukan
informasi mengenai pembuatan dan persiapan dalam membuat pola atau motif
batik. Pengamatan memang dilakukan oleh peneliti, namun pengamatan tidak
disusun secara terstruktur. Pengamatan yang dilakukan akan mendukung
wawancara yang dilakukan dengan kata lain pengamatan akan melengkapi data
wawancara. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 3.
G. Teknik Analisa Data
Analisis data pada penelitian ini adalah analisis data dari hasil
wawancara yang dilakukan pada saat kegiatan penelitian. Adapun langkah yang
akan dilakukan dalam menganalisis data menurut Van Maanen (dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Merriam, 2009) yaitu proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Reduksi data di sini merupakan proses dalam memilih data mana saja
yang relevan dengan tujuan penelitian, sehingga dari hal itu peneliti akan
memilih data-data dari hasil observasi dan wawancara yang dapat digunakan
dalam proses menganalisis data selanjutnya. Data yang akan dipilih adalah data
yang terkait dengan temuan etnomatematik pada pola batik yang dapat
dipandang dari segi geometri, selain itu data lain yang akan dipakai adalah data
yang berkaitan dengan bagaimana proses pembuatan pola batik baik pola asli
maupun pola modifikasi dari pola batik dari daerah lain, serta data-data yang
berkaitan dengan nilai ekonomis batik wijirejo seperti penentuan harga jual.
Penyajian data pada penelitian ini menggunakan penyajian data yang
bersifat deskritif yang diperoleh dari hasil reduksi data. Tahap ini dilakukan
dengan mendeskripsikan pola-pola batik apa saja yang terdapat di Desa
Wijirejo, kemudian mengidentifikasi pola-pola batik itu secara geometris dari
segi sifat kesimetrisannya lebih kepada menganalisis dari segi wallpaper group
maupun bentuk geometri yang dikenal di sekolah.
Tahap terakhir dalam analisa data pada penelitian ini yaitu penarikan
kesimpulan, peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil penyajian data yang
sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Tahap ini bertujuan untuk
dapat mengetahui adakah pola-pola batik di Desa Wijirejo dapat dianalisi dan
dikelompokkan kedalam wallpaper group sehingga dapat dilihat bahwa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kajian matematika yang terdapat pada pola batik di Desa Wijirejo, Pandak,
Bantul.
H. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan beberapa langkah
dalam kegiatan penelitian ini. Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti
yang pertama adalah tahap adalah melakaukan persiapan, persiapan yang
dimaksud adalah menentukan masalah apa yang akan diteliti yakni melihat
adanya etnomatematik pada pola batik Wijirejo dipandang dari segi geometri.
Pada tahap ini pula peneliti suatu instrumen dalam mengumpulkan data, yakni
menyiapkan pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang akan
dipersiapakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan memperoleh informasi
mengenai persiapan pembuatan pola batik, pengukuran dalam pembuatan pola
batik, penentuan harga jual, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan aktivitas
matematika di dalam batik. Persiapan yang lain adalah menentukan tempat-
tempat pembuatan batik yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan
data, tempat-tempat yang akan dipilih oleh peneliti adalah tempat usaha batik
yang memiliki pola asli buatan sendiri atau tempat usaha batik yang
memodifikasi pola batik dari daerah lain maupun pola batik yang telah ada
sebelumnya.
Tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah tahap pengumpulan data.
Pada tahap ini peneliti dapat melakukan wawancara dengan pedoman yang
sudah dibuat oleh peneliti pada tahap persiapan. Selain kedua hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
peneliti juga dapat melakukan dokumentasi untuk dapat menambah
kelengkapan dalam proses analisis data. Tahap ini akan berhenti apabila peneliti
sudah memperoleh hasil yang diinginkan. Dalam tahan pengumpulan data ini
peneliti juga sudah dapat memikirkan pola-pola batik mana saja dapat
dikelompokkan kedalam wallpaper group, berdasarkan pengamatan di
lapangan.
Setelah diperoleh data dari wawancara dan dokumentasi, tahap
selanjutnya adalah tahap analisis data. Tahap ini akan dilakukan proses reduksi
data, penyajian data, dan akan diperoleh suatu temuan yang dapat dijadikan
suatu kesimpulan dari kegiatan penelitian yang sudah dilakukan.
Berkaitan dengan waktunya pada tahap pengumpulan data direncanakan
dilalukan pada bulan Maret namun tidak menutup kemungkinan dilakukan pula
pada bulan April apabila membutuhkan data lebih dalam mendukung penelitian
yang dilakukan. Tahap analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan
data agar proses penelitian menjadi lebih terarah dan apabila ditemukan
kekurangan data dapat langsung diperoleh dihari selanjutnya dalam
pengumpulan data, tahap ini dilakukan di bulan Maret dan diperkirakan selesai
pada bulan April.
Secara lebih ringkas, prosedurnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Selesai
Kesimpulan
Penyajian
Data
Reduksi
Data
Wawancara Dokumentasi
Pengumpulan Data
Penentuan Masalah Penelitian
Mulai
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum peneliti terjun ke lapangan, ada langkah awal yang dilakukan
oleh peneliti yaitu langkah persiapan, di mana pada langkah ini peneliti
mempersiapkan hal-hal apa saja yang dapat membantu peneliti untuk
memperoleh data di lapangan, yaitu peneliti mempersiapkan instrumen
wawamcara dan pedoman wawancara. Pedoman dan instrument wawancara ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang diinginkan oleh peneliti. Adapun
pertanyaan-pertanyaannya mengali informasi yang berkaitan dengan aktivitas-
aktivitas matematika yang ada pada kegiatan membatik masyarakat Desa
Wijirejo. Instrumen yang telah disusun selanjutnya diperiksa oleh dosen
pembimbing dan dilakukan perbaikan bila ada ketidaksesuaian dengan fokus
penelitian, adapun saran yang diberikan oleh dosen pembimbing juga
menjadikan masukan peneliti sebagai pertanyaan wawancara. Sesudah
diperbaiki dan disetujui oleh dosen pembimbing peneliti dapat terjun ke
lapangan untuk pengambilan data. Peneliti terjun ke lapangan di mulai dari
tanggal 26 Maret 2018 sampai bulan April 2018.
Peneliti mengambil tiga tempat usaha batik di Wijirejo sebagai sumber
data. Melihat dari wawancara yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi
bahwa aktifitas pembatikan yang dilakukan oleh pembatik hampir sama, dari
segi persiapan, pembatikan, dan pemasaran. Yang membedakan adalah bentuk-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
bentuk pola batik (modern) yang diciptakan oleh pembatik di setiap tempat
usaha batik kecuali untuk pola batik tradisional yang dibuat juga oleh pembatik.
B. Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah motif-motif batik yang
dibuat di Wijirejo dan wawancara dengan pemilik batik di Wijirejo.
Pengambilan data dilakukan di masing-masing lokasi yang menjadi tempat
produksi batik dan galleri batik. Motif-motif batik yang dipilih merupakan
motif yang dibuat dan diproduksi sendiri. motif-motif batik tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Motif Batik Wijirejo
Nomor Nama
Tempat
Produksi
Nama Gambar
1 Topo Motif Topo1
2 Topo Motif Topo2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3 Topo Motif Topo3
4 Topo Motif Topo4
5 Topo Motif Topo5
6 Topo Motif Topo6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
7 Adhinata Motif
Adhinata1
8 Adhinata Motif
Adhinata2
9 Adhinata Motif
Adhinata3
10 Adhinata Motif
Adhinata4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
11 Adhinata Motif
Adhinata5
12 Adhinata Motif
Adhinata6
13 Adhinata Motif
Adhinata7
14 Tugiran Motif
Tugiran1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
15 Tugiran Motif
Tugiran2
16 Tugiran Motif
Tugiran3
17 Tugiran Kawung
Prabu
18 Tugiran Kawung Sen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
19 Tugiran Kawung Kopi
Pecah
20 Tugiran
Ceplok
Kembang
Kates
21 Topo
Ceplok
Kembang
Kates
Untuk wawancara data yang diambil merupakan kegiatan-kegiatan
dalam proses pembuatan batik yang memuat aktivitas fundamental matematis
menurut Bishop. Aktivitas fundamental matematis menurut Bishop ada enam
yaitu counting, measuring, playing, explaining, locating, dan designing and
building.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
C. Analisis dan Pembahasan
Berikut ini adalah analisis pola batik di Wijirejo serta aktivitas
fundamental matematis menurut Bishop yang ditemukan pada kegiatan
pembatikan di Wijirejo. Analisis pola didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki
oleh motif batik yang sesuai dengan karakteristik wallpaper group. Analisis
aktivitas matematika didasarkan pada aktivitas menurut Bishop, yaitu counting,
measuring, playing, locating, explaining, dan designing and building. Di mana
setiap aktivitas itu dilihat pada kegiatan membatik yang dilakukan di Desa
Wijirejo.
1. Analisi Pola dan Motif dari beberap Batik di Wijirejo
Pada bagian ini akan disajikan analisis pola batik Wijirejo secara
geometris khususnya dikaji dari kesimetrisannya dan akan
dikelompokkan sesuai dengan wallpaper group. Di mana pola batik akan
dilihat apakah memiliki karakteristik wallpaper group yang sesuai yang
dibedakan dengan sifat-sifat simetris yang dimilikinya, baik itu simetri
putar, pencerminan, translasi.
a. Batik Topo
Batik yang dibuat di Batik Topo, kebanyakan motif batik
yang dibuat di sini (khususnya motif buatan sendiri) merupakan
motif modifikasi dari beberapa motif batik yang sudah ada
sebelumnya. Selain itu motif batik tradisional juga masih dibuat di
sini. Berikut ini beberapa motif yang akan dianalisis secara
geometris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Gambar 4. 1 Motif Topo1
Motif diatas memiliki pola yang beraturan, dapat dilihat
bahwa pola tersebut memiliki rotasi dengan orde 4, di mana titik
pusat rotasinya berada di lingkaran berwarna biru, memiliki
beberapa sumbu pencerminan, dan sumbu pencerminan
berpotongan 450, maka motif diatas termasuk p4m. Agar lebih jelas,
dapat dilihat pada gambar berikut ini, lingkaran berwarna biru
menunjukkan titik pusat rotasi orde 4, lingkaaran berwarna merah
menunjukkan titik pusat rotasi orde 2, dan garis berwarna hijau
menunjukkan sumbu pencerminan.
Gambar 4. 2 Analisis Motif Topo1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Motif pada gambar 4.3, menunjukkan bahwa motif tersebut
juga termasuk p4m. Motif ini memiliki rotasi orde 4, memiliki
sumbu pencerminan, serta sumbu pencerminan yang saling
berpotongan membentuk sudut dengan besar sudut 450.
Gambar 4. 3 Motif Topo2
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Lingkaran berwarna biru menunjukkan titik pusat rotasi 90𝑜,
lingkaran berwarna merah menunjukkan titik pusat rotasi 1800, dan
garis berwarna hijau menunjukkan sumbu pencerminan.
Gambar 4. 4 Analisis Motif Topo2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Motif selanjutnya yaitu gambar 4.5, termasuk kedalam pmm.
Motif tersebut memiliki rotasi orde 2, memiliki sumbu pencerminan,
memiliki pencerminan di dua arah, dan pola dasar berbentuk
segiempat.
Gambar 4. 5 Motif Topo3
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Lingkaran berwarna hijau menunjukkan titik pusat rotasi 180𝑜, garis
merah menunjukkan sumbu pencerminan, dan bila diperhatikan pola
dasarnya berbentuk persegi (segiempat).
Gambar 4. 6 Analisis Motif Topo3
Motif dari batik pada gambar 4.7, termasuk wallpaper group
yang paling dasar, karena pada motif ini tidak memiliki sumbu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pencerminan, tidak memiliki glide reflection, dan tidak memiliki
rotasi. Oleh karena itu motif ini termasuk kedalam p1.
Gambar 4. 7 Motif Topo4
Motif selanjutnya, gambar 4.8, motif ini termasuk kedalam
p4m. Hal ini dikarenakan pada motif ini memiliki rotasi orde 4.
Memiliki sumbu pencerminan, dan sumbu pencerminan
berpotongan dan membentu sudut sebesar 450.
Gambar 4. 8 Motif Topo5
Penjelasan mengenai motif di atas dapat dilihat pada gambar
4.9 di bawah ini. Lingkaran hijau menunjukkan titik pusat rotasi
90𝑜, lingkaran kuning menunjukkan titik pusat rotasi 180𝑜, dan
garis merah menunjukkan sumbu pencerminan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar 4. 9 Analisis Motif Topo5
Motif pada gambar 4.10, menunjukkan bahwa motif
termasuk ke dalam pm, karena motif, tidak memiliki rotasi tetapi
memiliki sumbu pencerminan dan pola dasar berbentuk segiempat.
Gambar 4. 10 Motif Topo6
Penjelasannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Garis
merah menunjukkan sumbu pencerminan dan persegipanjang
berwarna hijau menunjukkan pola dasar pada motif itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 4. 11 Analisis Motif Topo6
b. Batik Adhinata
Motif tradisional masih dibuat juga di sini. Batik Adhinata
juga membuat beragam motif modern serta motif abstrak. Motif
modern yang dibuat masih mempertahankan motif tradisional
namun dikembangkan menjadi lebih modern. Ada juga motif
abstrak yang motifnya tidak beraturan dan tidak memiliki pola.
Berikut ini motif-motif di batik adhinata.
Gambar 4. 12 Motif Adhinata1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Motif di atas, termasuk motif yang sangat sederhana, karena
motifnya tidak memiliki rotasi, tidak memiliki sumbu pencerminan
maupun glide reflection. Sehingga dapat dikategorikan sebagai p1.
Gambar 4. 13 Motif Adhinata2
Motif pada gambar 4.13, dapat dikategorikan sebagai p4m.
Motif diatas memiliki rotasi orde 4, memilik sumbu pencerminan,
dan sumbu pencerminan berpotongan dan membentuk sudut 450.
Untuk lebih jelas dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini.
Lingkaran biru menunjukkan titik pusat rotasi 90𝑜 dan garis kuning
merupakan sumbu pencerminan.
Gambar 4. 14 Analisis Motif Adhinata2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Motif pada gambar 4.15, dapat dikategorikan sebagai pmm.
Motif memiliki rotasi orde 2, memiliki sumbu pencerminan yang
saling tegak lurus, dan tidak memiliki glide reflection. Hal ini dapat
diperhatikan pada gambar 4.16. Lingkaran merah menunjukkan titik
pusat rotasi 180𝑜 dan garis kuning menunjukkan sumbu
pencerminan.
Gambar 4. 15 Motif Adhinata3
Gambar 4. 16 Analisis Motif Adhinata3
Motif selanjutnya yaitu motif pada gambar 4.17, memiliki
rotasi orde 4, memiliki sumbu pencerminan yang juga berpotongan
dan membentuk sudut sebesar 450. Sehingga motif ini termasuk
p4m. Untuk lebih jelas dapat diperhatikan pada gambar 4.18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lingkaran biru menunjukkan titik pusat rotasi 90𝑜, lingkaran merah
merupakan titik pusat rotasi 180𝑜, dan garis berwarna kuning
menunjukkan sumbu pencerminan.
Gambar 4. 17 Motif Adhinata4
Gambar 4. 18 Analisis Motif Adhinata4
Motif abstrak yang dibuat oleh Batik Adhinata, tidak
memiliki pola yang beraturan. Karena tidak memiliki suatu pola,
maka karakteristik wallpaper group, seperti rotasi, refleksi, maupun
glide reflection tidak dapat ditemukan pada batik yang bermotif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
abstrak. Motif-motif abstrak yang dimaksud dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 4. 19 Motif Adhinata5 Gambar 4. 20 Motif Adhinata6
Gambar 4. 21 Motif Adhinata7
c. Batik Tugiran
Motif yang dibuat sebagian besar motif tradisional. Adapula
motif modifikasi yang menggabungkan motif-motif tradisional yang
sudah ada sebelumnya. Berikut ini motif-motifnya beserta
analisisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 4. 22 Motif Tugiran1
Motif gambar 4.22, memiliki rotasi orde 4, memiliki sumbu
pencerminan, dan berpotongn sebesar 450. Dengan karakteristik itu
motif ini termasuk p4m. Agar lebih jelas dapat diperhatikan pada
gambar 4.23. Garis biru menunjukkan sumbu pencerminan,
lingkaran hijau merupakan titik pusat rotasi 90𝑜, dan lingkaran
merah menunjukkan titik pusat rotasi 180𝑜.
Gambar 4. 23 Analisis Motif Tugiran1
Motif pada gambar 4.24 merupakan motif sederhana, karena
motif hanya memiliki sumbu pencerminan dan pola dasar berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
segiempat. Garis hijau pada gambar 4.25 menunjukkan sumbu
pencerminan pada pola ini. Sehingga pola ini termasuk ke dalam pm.
Gambar 4. 24 Motif Tugiran2
Gambar 4. 25 Analisis Motif Tugiran2
Motif selanjutnya, gambar 4.26 merupakan motif yang
memiliki rotasi dengan orde 2, memiliki refleksi di dua arah yang
berbeda, dan pola dasar berbentuk segiempat. Oleh sebab itu motif
ini termasuk pmm. Garis kuning dan lingkaran hijau pada gambar
4.27 masing-masing menunjukkan sumbu pencerminan dan titik
pusat rotasi 180𝑜.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 4. 26 Motif Tugiran3
Gambar 4. 27 Analisis Motif Tugiran3
Ada salah satu jenis motif tradisional yang dibuat di Batik
Tugiran yakni motif Kawung. Ada tiga jenis motif kawung yang
saya dapatkan dan dapat diklasifikasikan ke dalam wallpaper group.
Ketiga motif kawung memiliki karakteristik yang sama, yakni
memiliki rotasi dengan orde tertinggi 4, memiliki sumbu
pencerminan, memiliki hasil pencerminan di dua arah berbeda, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pola dasar berbentuk segiempat. Sehingga ketiga motif kawung
yakni kawung prabu, kawung sen, dan kawung kopi pecah termasuk
ke dalam wallpaper group p4m.
Gambar 4.28 menunjukkan motif kawung prabu, gambar
4.30 menunjukkan motif kawung sen, dan kawung kopi pecah
ditunjukkan oleh gambar 4.32. Pada gambar 4.29, 4.31, dan 4.33,
garis berwarna kuning menunjukkan sumbu pencerminan, lingkaran
berwarna hijau menunjukkan titik pusat rotasi orde 4, dan lingkaran
merah menunjukkan titik pusat rotasi orde 2.
Gambar 4. 28 Motif Kawung Prabu
Gambar 4. 29 Analisis Motif Kawung Prabu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 4. 30 Motif Kawung Sen
Gambar 4. 31 Analisis Motif Kawung Sen
Gambar 4. 32 Motif Kawung Kopi Pecah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 4. 33 Analisis Motif Kawung Kopi Pecah
d. Motif Batik Bantul
Salah satu motif Batik khas Bantul dan sudah diakui adalah
motif Ceplok Kembang Kates. Motif ini bila dikelompokkan ke
dalam wallpaper group termasuk ke dalam pm. Hal ini dikarenakan
motif memiliki simetri pencerminan dan pola dasarnya dapat
dikatakan berbentuk segiempat. Garis kuning pada gambar
menunjukkan sumbu pencerminan pada motif ini.
Gambar 4. 34 Ceplok Kembang Kates Gambar 4. 35 Ceplok Kembang Kates
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Gambar 4. 36 Ceplok Kembang Kates Gambar 4. 37 Analisis
Berdasarkan analisis beserta pembahasan di atas motif-motif
yang terdapat di Wijirejo, memiliki beberapa kesamaan karakteristik
yang dimilikinya. Motif-motif Wijirejo berdasarkan wallpaper
group dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok yang ada di
wallpaper group. Keempat kelompok atau grup itu adalah p4m,
pmm, p1, dan pm. Kebanyakan motif batik di Wijirejo termasuk
kedalam wallpaper group p4m.
Untuk lebih jelas motif mana saja yang memiliki karakeristik
yang sama dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 2 Wallpaper Group Batik Wijirejo
Group Motif (ditunjukkan oleh gambar)
p4m 4.1, 4.3, 4.8, 4.13, 4.17, 4.22, 4.28, 4.30, 4.32
pm 4.10, 4.24, 4.34, 4.36
pmm 4.5, 4.15, 4.26
p1 4.7, 4.12
Tidak semua motif dapat dimasukkan atau dikelompokkan
ke dalam wallpaper group. Motif yang tidak dapat dikelompokkan
karena motif tersebut tidak memiliki karakteristik yang dimiliki
wallpaper group yaitu memiliki simetri putar, pencerminan, dan
glide reflection. Motif yang dimaksud adalah motif batik abstrak
yang memiliki pola yang tidak teratur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2. Analisis Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop
a. Analisis Aktivitas Counting di kegiatan membatik masyarakat
Wijirejo
Ada beberapa aktivitas counting yang terjadi pada kegiatan
pembatikan di Desa Wijirejo, kegiatan pembatikan yang dimaksud
seperti memperkirakan waktu penyelesaian satu potong kain batik,
menentukan banyaknya pegawai serta banyaknya upah yang
diperoleh pegawai, dan menghitung penentuan harga jual suatu kain
batik. Berikut ini akan disajikan jawaban keempat tempat usaha
batik terkait dengan aktivitas counting yang terdapat dalam kegiatan
pembatikan.
1) Perkiraan banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam
penyelesaian satu kain batik.
Tabel 4. 3 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Perkiraan Waktu
P1001 Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian kain
batik?
S1001 Prosesnya lama, satu potong satu bulan, kalau orang yang mau
mantu menikah itu 7 bulan sudah pesan kalau minta batik tulis.
Kalau cap dua minggu sudah jadi.
P1005 Bagaimana perbandingan produksi untuk batik cap dan batik
tulis?
S1005 Banyak produksi yang cap, 1 orang 10 lembar kalau cap dalam
1 hari, untuk tulis 1 bulan, kalau cap bisa 300 kalau tulis 1
potong
P1018 Apakah lamanya penyelesaian kain batik dipengaruhi juga
dengan motifnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
S1018 Penyelesaian sama, batik tulis itu nyeremit, kalau batik tulis
ndak halus 1 minggu 2m sudah jadi
Dari hasil wawancara dengan S1 diperoleh inforamasi
bahwa dalam sehari dengan teknik cap menghasilkan 10 potong
kain, sedangkan batik tulis untuk satu potong kain dibutuhkan
waktu kurang lebih satu minggu. Waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaian suatu motif batik relatif sama, sehingga tidak
begitu ada perbedaan waktu dalam penyelesaian batik dengan
motif yang berbeda-beda.
Tabel 4. 4 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Perkiraan Waktu
P2018 Banyaknya produksi lebih banyak cap atau tulis?
S2018 Produksi dalam sebulan banyak yang cap, cap sehari bisa 30
potong, kalau tulis seminggu bisa jadi satu, untuk satu orang yang
mengerjakan
Melihat dari wawancara dengan S2 diperoleh informasi yang
tidak jauh berbeda dengan wawancara yang dilakukan kepada
S1. Dari S2 untuk satu orang dapat menyelesaikan 30 potong
kain dalam sehari sedangkan untuk batik tulis dibutuhkan waktu
seminggu dalam menyelesaikan satu potong kain batik.
Tabel 4. 5 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Perkiraan Waktu
P3001 Bagaimana cara bapak menentukan waktu penyelesaian kain
batik?
S3001 Kalau cap 1 hari 10-15 potong, kalau batik tulis 1 potong bisa 1
minggu untuk satu orang yang mengerjakan
P3010 Apakah lamanya penyelesaian kain batik dipengaruhi juga
dengan motifnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
S3010 Perbedaan cuma beberapa menit, tapi relatif sama, kalau capnya
lebih besar, hasilnya lebih lebar, kalau segini bisa berapa cap
Melihat dari apa yang disampaikan oleh S3, banyaknya batik
yang dapat diselesaikan oleh satu orang tidaklah jauh berbeda,
dalam sehari satu orang dapat menyelesaikan 10-15 potong kain,
sedangkan untuk batik tulis dibutuhkan waktu 1 minggu untuk
satu potong kain. S3 juga menyampaikan bahwa untuk batik cap,
penyelesaiannya dapat dipengaruhi oleh ukuran capnya, bila
ukuran cap besar, maka bagian kain yang dicap tentunya besar,
sehingga semakin besar cap maka pengerjaan akan semakin
cepat juga.
Dari S1, S2, dan S3, dapat dilihat bahwa untuk pengerjaan
batik dengan teknik tradisional (batik tulis), satu orang dapat
menyelesaikan 1 potong kain dalam waktu seminggu. Bila ingin
memperkirakan dalam sebulan setidaknya dalam sebulan dapat
menyelesaikan 4 potong kain untuk 1 orang yang mengerjakan.
Hal ini dapat diperkirakan karena berdasarkan wawancara,
kerumitan motif tidak membedakan lamanya penyelesaian,
sehingga dapat berlaku perbandingan senilai. Jadi apabila kita
ingin memesan batik tulis dengan jumlah tertentu kita dapat
memperkirakan kapan pesanan kita akan selesai. Misal ingin
memesan 40 potong maka setidaknya dibutuhkan waktu
40minggu atau 10bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Hal ini juga berlaku untuk pengerjaan motif batik dengan
teknik cap. Melihat dari S1 dan S3, satu orang dalam sehari
dapat menghasilkan 10 potong kain. Hal ini juga berlaku
perbandingan senilai, karena melihat dari S3, lamanya waktu
penyelesaian tidak begitu jauh berbeda walaupun ukuran capnya
berbeda-beda. Dengan begitu dapat diperkirakan juga berapa
banyak kain yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu. Misal
dalam sebulan satu orang pegawai dapat menyelesaikan
setidaknya 300 potong.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, secara tidak langsung
ada aktivitas matematika yang terjadi ketika memperkirakan
lamanya proses pembatikan dilakukan. Aktivitas
memperkirakan ini menggunakan konsep perbandingan senilai.
2) Penentuan upah yang diterima oleh pegawai.
Tabel 4. 6 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Upah
P1007 Jadi yang bekerja di sini ada berapa tadi bu?
S1007 Dua puluh lima tapi tempatnya lain-lain, ada yang tempatnya
dianak saya ada yang disini, anak saya 5 orang yang babar jadi 9
di anak saya, trus seng kerja neng hak kulo niku tasih teng papan
e mbak tami, nek seng teng wetan 8 orang, nek mriki 9.
P1009 Bagaimana cara ibu dalam menentukan upah pegawai?
S1009 Penentuan upah berdasarkan keahlian masing-masing.
Upah dihitung harian dan dibayarkan mingguan. Jadi setiap sabtu
mereka mendapatkan upah dan tidak pernah tidak selama ini.
Untuk jumlah nominalnya masing-masing berbeda, dari Rp
10.000 sampai Rp 20.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Berdasarkan wawancara dengan S1, penghitungan upah
yang dilakukan secara harian, di mana setiap harinya pegawai
memperoleh upah sebesar Rp 10.000 sampai Rp 20.000
tergantung dengan keahlian masing-masing pegawai. Untuk gaji
yang diterima pegawai yang paling sedikit ketika dibayarkan
dalam satu minggu adalah 7 kali dari upah yang diperoleh.
Sehingga dalam satu minggu paling sedikit pegawai
memperoleh gaji sebesar 7 × 𝑅𝑝 10.000,00 = 𝑅𝑝 70.000.
Dan pendapatan yang paling besar yang diperoleh pegawai
adalah 7 × 𝑅𝑝 20.000,00 = 𝑅𝑝 140.000,00. Berdasarkan
informasi itu, kita dapat menghitung dan memperkirakan gaji
yang akan diperoleh pegawai berdasarkan upah yang diperoleh
setiap harinya.
Tabel 4. 7 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Upah
P2008 Ada berapa pegawai yang anda pekerjakan?
S2008 Kalau yang warma ada dua orang, nyanting ada sekitar 6,
rumahan sekitar 3, kana da yang di bawa pulang gitu
P2009 Ada keahlian khusus?
S2009 Ada yang keahlian tertentu, ada yang spesialis batik tulis semua,
maksudnya tulis klasik ada yang modern ada bidangnya sendiri
keahliannya masing-masing
P2010 Jadi satu orang untuk satu tugas khusus?
S2010 Tapi bisa juga dia nyambi di motif lain tapi dia lebih ahli jika dia
mengerjakan yang itu, lebih efektif juga untuk waktunya
P2011 Bagaimana penentuan gaji yang diterima pegawai?
S2011 Kalau saya sistem borong kain jadi apa yang sudah dikerjakan
kami bayar dan itu dari tingkat kerumitan motif itu sendiri, jadi
batik itu ada yang halus, halus banget, ada yang kasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
klowong, la itu macem2 harganya, jadi kita ndak bisa matok ini
harga sekian ini sekian itu ndak bisa jadi tingkat kerumitan dan
motif itu yang membedain rangenya gaji, kalau yang paling
sederhana sekitar 60-80ribu dan yang tersulit bisa diatas 200rb,
banyak warna juga pengaruh tapi ngaruhnya bukan di
pembatiknya tapi ditingkat jual saya, karena kan harga produksi
bahan untuk pewarnanya kan yang membedakan.
Berdasarkan wawancara dengan S2, penentuan gaji yang
diperoleh pegawai berdasarkan motif yang dibuat, semakin
rumit semakin lama pengerjaannya maka semakin besar juga
gaji yang diperoleh. Di mana range gaji yang diperoleh pegawai
untuk motif yang sederhana dari Rp 60.000,00 sampai Rp
80.000,00, serta motif yang tersulit pegawai akan memperoleh
gaji di atas Rp 200.000,00. Melihat dari hal ini agak sulit untuk
memperhitungkan gaji yang akan diperoleh pegawai dalam
sebulannya, karena gaji yang diperoleh ditentukan oleh motif
yang dikerjakan.
Tabel 4. 8 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Upah
P3014 Ada berapa pegawai yang anda pekerjakan?
S3014 Kalau yang putra 6 yang putri3
P3017 Bagaimana cara bapak dalam menentukan gaji pegawai?
S3017 Ya kalau itu harian, satu hari ada yang 60rb, ada yang borong,
kalau borong itu bisa dapat 20 ya itu dikali 20, ya satu potong itu
upahnya berapa di kalaikan 20 gitu
Berdasarkan wawancaran dengan S3, penentuan gaji yang
diterapkan menggunakan dua cara, yakni sistem borongan dan
sistem harian. Untuk sistem borongan penghitungan gaji yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
diperoleh adalah setiap potong kain dihargai Rp 20.000,00. Jadi
semisal ada yang menggambil borongan dan dia menghasilkan
10 potong, maka gaji yang dia dapatka adalah
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 × 20.000,00. Sehingga
untuk 10 potong kain memperoleh gaji sebesar = 10 ×
𝑅𝑝 20.000,00 = 𝑅𝑝 200.000,00.
Untuk sistem harian gaji yang diperoleh sudah ditentukan
yaitu Rp 60.000,00. Jadi berapapun kain yang diperoleh dalam
satu hari gaji yang diperoleh adalah Rp 60.000,00.
3) Penentuan harga jual satu potong kain batik
Tabel 4. 9 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan Harga
P1020 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S1020 Kalau satu warna 65 tulis 170, cap kombinasi ada 125, 100, 150
ya nanati kalau itu batiknya banyak atau tidak, niku menentukan
satu warna lebih cepet, kalau dua warna ada yang ditutup, bar
ditutup diwarnai lagi biayanya mundak sejalan,, waktu juga
berpengaruh 100 potong bisa 10 hari, dua warna nutupnya 10 hari
lalu di batik lagi
P1022 Adakah perbedaan harga dengan dijual di tempat lain?
S1022 Tidak ada perbedaan harga, hanya saja untuk ongkos pengiriman
dibebankan kepada pembeli
Berdasarkan wawancara dengan S1, harga yang dipatok
untuk batik cap dengan motif satu warna adalah Rp 65.000,00.
Untuk cap kombinasi harganya dimulai dari Rp 100.000,00
sampai Rp 150.000,00 dengan peningkatann harga sebesar Rp
25.000,00 sesuai dengan banyaknya motif yang dipakai serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
banyaknya warna yang dipakai. Hal ini berpengaruh karena
banyaknya warna berpengaruh pula pada lamanya proses
pewarnaanya.
Tabel 4. 10 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan Harga
P2019 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S2019 Untuk batik cap dijual dari Rp 75.000 sampai Rp 200.000
Untuk kombinasi (cap dan tulis) dijual dari Rp 150.000 sampai
Rp 200.000
Untuk batik tulis dijual dari harga Rp 200.000
P2013 Adakah perbedaan harga dengan dijual di tempat lain?
S2013 Kalau yang saya jual online atau ofline harga sama, cuma untuk
ongkos kirim saya tangguhkan kepada pembeli, tidak ada yang
membedakan on maupun ofline walaupun dijual dimananpun
harganya sama yang membedakan Cuma ongkosnya dia
menanggung ongkos kirim otomatis harganya, harga jualnya
tinggi, tapi walaupun begitu itu sama saja
Berdasarkan informasi dari S2, penentuan harga jual batik
ditentukan dari teknik pengerjaannya. Harga yang paling murah
adalah batik yang dikerjakan dengan teknik cap. Untuk yang
paling mahal adalah batik dengan teknik tulis (tradisional), dan
di antara keduanya adalah batik yang dikerjakan secara
kombinasi yaitu teknik cap dan tulis.
Tabel 4. 11 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan Harga
P3020 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S3020 Kalau seperti batik itu satu potong ukuran kain 1,5m lebar 2,25m
itu 75rb, kalau ini lebih mahal, karena kain mahal, dari kain
menentukan harga, warnanya juga nanti menentukan harga,
warna banyak nanti proses lebih lama , nanti lebih mahal lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
P3021 Apakah ada cara khusus dalam menentukan harganya atau beda
harganya?
S3021 Ya selisihnya 20-25rb untuk kain.
Untuk warna rentang bedanya, ya kurang lebih 15-20rb.
Rentang harga jual batik ya dari 75-500, ada yang 175, 350, nanti
tergantung pewarna sama kainnya
P3022 Adakah perbedaan harga dengan dijual di tempat lain?
S3022 Kalau saya cuma sama, tapi yang membedakan ongkos kirimnya
Berdasarkan wawancara dengan S3, dalam penentuan harga
kain batik untuk motif yang paling sederhana dipatok Rp
75.000,00. Harga jual batik tidak hanya dipengaruhi oleh
banyaknya warna yang digunakan namun juga dipengaruhi oleh
jenis kain yang digunakan. Untuk kain dengan jenis berbeda
selisih harganya Rp 20.000,00 sampai Rp 25.000,00. Untuk
warna, harganya akan berbeda sebesar Rp 15.000,00 sampai Rp
20.000,00.
Misal untuk kain dengan jenis sama, setiap penambahan
warna akan dikenankan biaya sebesar Rp 15.000,00 sampai Rp
20.000,00. Jadi bila harga batik yang paling sederhana Rp
75.000,00 (satu warna) bila menambah warna harganya akan
menjadi Rp 90.000,00 sampai Rp 95.000,00. Bila ditambah
warna lagi harga batiknya akan menjadi Rp 105.000,00 sampai
Rp 115.000,00. Oleh sebab itu harga batik akan menyesuaikan
dengan banyaknya warna yang digunakan.
Begitupula dengan jenis kain yang digunakan, misal untuk
jenis yang sederhana seharga Rp 75.000,00 bila menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kain yang kualitasnya lebih bagus (kualitasnya satu tingkat di
atas) maka untuk motif yang sama harganya akan menjadi
sekitar Rp 95.000,00 sampai Rp 100.000,00. Harganya akan
bertambah bila menggunakan kain yang kualitasnya lebih bagus
lagi, dengan penambahan harga sekitar Rp 20.000,00 sampai Rp
25.000,00.
Untuk harga ketika dijual diluar toko, tidak ada perbedaaan
harga dengan harga yg dijual sendiri, namun untuk ongkos kirim
tetap dibebankan kepada pembeli. Jadi tidak ada perbedaan
harga jual batik ketika dijual di luar.
b. Analisis Aktivitas Measuring di kegiatan membatik masyarakat
Wijirejo
Aktivitas measuring yang akan diteliti pada kegiatan membatik
adalah pengukuran jarak atau lebar pola dan mengukur lebar kain yang
digunakan.
Tabel 4. 12 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Ukuran
P1003 Itu primisima yang membedakan apanya bu?
S1003 … untuk macam-macam kain itu miturut pesenan, ada yang 2,5 meter,
2,25 meter ada yang 2 meter, kalau saya yang dibikin dipajang itu ya
macam-macam ada yang 2,5 meter, 2,25 meter, 2 meter, nanti kalau
batik tulis sek setengah halus 2 meter Rp. 170.000,00, 2,5 meter Rp.
215.000,00 …
P1015 Ukuran capnya bu?
S1015 Ukuran cap ada 18 cm 20 cm, motif apa besar apa kecil,
P1016 Ukuran motif, apakah ada perbandingannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
S1016 Model gambarnya capnya panjang apa pendek, kalau besar 20an cm
Berdasarkan wawancara dengan S1, ukuran kain yang dipakai
adalah 2,5 meter, 2,25 meter, dan 2 meter. Untuk ukuran cap ada
berbagai macam tergantung dengan motif apakah mau besar atau kecil.
Cap yang dipakai ada yang berbentuk persegi, ada pula persegipanjang.
Tabel 4. 13 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Ukuran
P2001 Bagaimana pembuatan pola batik?
S2001 … pola biasanya kita pakainya dari kertas minyak, ya ukurannya
segitu ukuran kertas minyak … satu kain raat-rata 2 meter sampai 2,5
meter … jadi nanti itunya yang digeser, kalau ndak paling terkecil itu
kita menggunakan kertas hvs biasa, kertas print biasa ya itu nanti kita
geser2, kalau paling enak pakai ukuran kertas minyak tadi
Sama seperti dengan S1, ukuran kain yang dipakai oleh S2 juga
sekitar 2 meter sampai 2,5 meter. Ada ukuran yang digunakan dalam
pembuatan pola yakni menggunakan ukuran kertas minyak atau kertas
HVS, di mana ukuran kertasnya adalah 21 𝑐𝑚 × 29,7 𝑐𝑚. Untuk
ukuran kertas minyak sendiri adalah 100 𝑐𝑚 × 75 𝑐𝑚.
Tabel 4. 14 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Ukuran
P3004 Adakah jenis-jenis kain yang digunakan?
S3004 … Satu kain raat-rata 2 meter sampai 2,5 meter
P3008 Adakah pengukuran khusus yang digunakan?
S3008 Ada, ini kawung besar kawung bengkol, yang kecil kawung sen,
kawung picis, paling kecil kawung picis, Cuma sini jarang dijalankan,
ada kawung prabu.
P3009 Bagaimana menentukan ukurannya?
S3009 Sebelum buat cap ya dikira-kira buat kawung berapa cm nanti diping
berapa bisa sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Untuk ukurannya ya banyak yang kecil ada, ini sama-sama kawung
beda sama ini, ini kawung ini juga kawung, ini kawung sen, ini
kawung kopi pecah, ini kawungnya lebih besar, ini juga kawung.
P3011 Untuk ukuran capnya sendiri bagaimana?
S3011 Ukuran cap yang paling besar 30𝑐𝑚 × 30𝑐𝑚, yg paling besar lagi di
kasih pojong loyang gak kena, jadi hasilnya ndak baik, yang lebar itu
30𝑐𝑚 kalau yang lerek itu Cuma 20𝑐𝑚 × 25𝑐𝑚, kalau seperti lerek
itu kan persegi panjang tapi kalau kawung ini persegi, kalau kawung
besar persegi panjang, ukuran cap tergantung yang minta pemesan,
ukuran ndak ada patokan
Sama seperti narasumber sebelumnya, ukuran kain sama yakni dari
2 meter sampai dengan 2,5 meter. S3 juga menyatakan bahwa ukuran
cap itu bergantung dengan motifnya, cap yang bentuknya
persegipanjang biasanya untuk pola semacam lerek, dan persegi
biasanya untuk pola semacam kawung. Ukuran cap yang paling besar
yang dimilikinya yaitu 30𝑐𝑚 × 30𝑐𝑚, ada juga yang berukuran
20𝑐𝑚 × 25𝑐𝑚.
Berdasarkan wawancara dengan S1, S2, dan S3 diperoleh informasi
bahwa ukuran kain secara umum berkisar dari 2 meter sampai 2,5 meter.
Untuk ukuran cap berbagai macam, yang paling besar yaitu 30𝑐𝑚 ×
30𝑐𝑚, ada pula yang berukuran 20𝑐𝑚 × 25𝑐𝑚, 20𝑐𝑚 × 20𝑐𝑚, dsb.
Melihat dari informasi mengenai ukuran kain dan ukuran cap, maka
ukuran luasnya dapat dicari, jika keduanya dapat dicari maka akan dapat
diperkirakan juga banyaknya pengecapan yang akan dilakukan.
Misalkan ukuran kain 2,5𝑚 × 2,5𝑚 dengan cap berukuran 20𝑐𝑚 ×
20𝑐𝑚, maka ukuran luas kain adalah 2,5𝑚 × 2,5𝑚 = 6,25𝑚2 =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
62500𝑐𝑚2. Luas capnya adalah 20𝑐𝑚 × 20𝑐𝑚 = 400𝑐𝑚2. Sehingga
banyaknya pengecapan yang dapat dilakukan dapat dihitung dengan
cara luas kain kita bagi dengan luas cap yaitu 62500𝑐𝑚2 ∶ 400𝑐𝑚2 =
156,25 atau 156 pengecapan.
Dengan begitu secara tidak langsung ada aktivitas measuring yang
ada di dalam kegiatan pembatikan yakni ukuran kain dan berbagai
macam ukuran cap yang dapat dicari luasnya, sehingga dapat pula
diperkirakan banyaknya pengecapan yang bisa dilakukan dalam proses
pembatikan.
c. Analisis Aktivitas Playing di kegiatan membatik masyarakat
Wijirejo
Aktivitas playing yang mungkin dapat dilihat adalah strategi dalam
menentukan suatu pola diproduksi lagi atau tidak. Kegiatan ini termasuk
kedalam playing karena dalam penentuan motif diproduksi lagi atau
tidak membutuhkan suatu pilihan yang didasarkan pada kemungkinan-
kemungkinan yang ada. Kemungkinan-kemungkinan yang ada di sini
merupakan aktivitas playing yang dapat dilihat pada kegiatan usaha.
Tabel 4. 15 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Strategi Pembuatan
P1019 Ada pertimbangan dalam membuat motif yang sudah diproduksi?
S1019 Ada, terus itu ndak, nanti kalau ada pesenan yang saya anu ndak
dibatik itu diistirahatkan nanti ada pesenan terus dibatik lagi, miturut
pesenan, jadi dipajang lain2 batiknya ndak sama …
Menurut S1, penentuan pola didasarkan juga pada pesanan pembeli.
Jika ada motif yang dipesan oleh pembeli maka S1 akan membuat motif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
sesuai dengan pesanan pembeli. Lalu ada juga yang dipajang dan dijual
di gallery. Kemudian jika ada pesanan, motif yang dipesan dibuat lagi,
dan seterusnya. Melihat dari S1, pembuatan motif didasarkan pada
pesanan pembeli, jadi dapat dikatakan S1 tidak mengambil resiko dalam
membuat motif yang akan dibuat.
Tabel 4. 16 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Startegi Pembuatan
P2014 Bagaimana menenukan suatu pola diproduksi lagi atau tidak?
S2014 Kalau saya biasanya gini, produksi yang sudah ada nanti besoknya
diganti dulu jadi yang sudah ready stok ganti motif dulu, kalau ini
muter lagi nanti kalau ini sudah habis nanti balik lagi jadi tetep saya
reproduksi lagi , tapi kemungkinan jaraknya agak lama, jadi teteap
diproduksi lagi walaupun putarannya lama
Berdasarkan wawancara dengan S2, penentuan motif yang akan
diproduksi lagi atau tidak, melihat perputaran yang terjadi di lapangan.
Motif yang sudah diproduksi kemudian di stok di gallery. Jika motif
sudah di stok, produksi dilanjutkan ke motif lain yang belum di stok.
Motif yang sudah di stok memiliki kemungkinan untuk diproduksi
kembali ketika motif sudah habis terjual. Hal ini ditunjukkan pula di
mana di gallery batik S2 memiliki banyak sekali motif kain yang dijual.
Tabel 4. 17 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Strategi Pembuatan
P3019 Ada yang pesan atau bagaimana dalam memilih pola diproduksi
kembali atau tidak?
S3019 Kadang itu ada yang pesan, cuma hari biasa ya cuma seperti ini, nanti
ada warna beda apa motif beda nanti pesen saya buatkan, kebanyakan
trah HB I, II, III, VI, VII, VIII saya yang buat. Jadi saya sering dapat
pesenan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Wawancara dengan S3, menunjukkan bahwa perencanaan produksi
yang dilakukan didasarkan juga pada pesanan pembeli. Jadi motif mana
yang akan diproduksi maupun tidak hal ini dipengaruhi pesanan dari
pembeli. Maka dapat dikatakan strategi yang digunakan S3 hampir sama
dengan S1 karena pembuatan pola yang akan diproduksi didasarkan
pada pesanan pembeli.
d. Analisis Aktivitas Explaining di kegiatan membatik masyarakat
Wijirejo
Tabel 4. 18 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Makna Batik
P1017 Adakah keterkaitan motif baru dengan motif yang sudah ada
sebelumnya?
S1017 Saya rasa tidak ada mas
Wawancara dengan S1 menunjukkan bahwa motif-motif modifikasi
yang dibuat di S1 tidak memiliki makna khusus dalam pembuatannya.
Namun untuk motif-motif tradisional memang memiliki makna atau
filosofi tersendiri.
Tabel 4. 19 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Makna Batik
P2007 Adakah makna dari motif yang bapak buat?
S2007 Kalau filosofi batiknya ada, khusus untuk batik klasik filosofinya ada
semua, tapi untuk batik kontemporer dan batik motif-motif modern
sekarangkan dia cenderung abtrak jadi motifnya sudah ada cuma
tinggal ditempelkan dibagian mana gitu, kalau motif klasik ada
filosofinya sendiri
Berdasarkan wawancara dengan S2, untuk motif batik yang
dimodifikasi maupun motif yang dibuat sendiri tidak memiliki makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
khusus berdasarkan polanya. Motif batik yang memiliki makna khusus
merupakan motif-motif batik tradisional.
Tabel 4. 20 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Makna Batik
P3005 Adakah keterkaitan atau makna dari motif batik yang dibuat?
S3005 Ya Cuma, saya ndak ada, Cuma gambar burung, nak ciri khas jogja
nak parang2, kawung, truntum, ada maknanya sendiri, untuk motif
tradisional pasti ada maknanya
Dari penuturan S3, motif yang dibuat tidak memiliki makna khusus.
Menurut S3, motif yang dibuat itu ya hanya sekedar motif saja, apa yang
ada dipikiran lalu dibuat menjadi motif.
Berdasarkan wawancara diatas dari S1, S2, dan S3 untuk motif baru
yang dibuat baik itu modifikasi maupun tidak semuanya tidak memiliki
makna khusus. Motif yang dibuat merupakan hasil dari imajinasi
pembuat pola tanpa melihat makna filosofis di balik motif yang dibuat.
Ada satu motif yang menjadi motif khas Batik Bantul yaitu Motif
Ceplok Kembang Kates yang merupakan karya Drs. I Made Sukanadi,
M. Hum. Dan Arif Suharsono, M. Sn. Makna motif ini (dalam
Sulistyabudi, 2017) adalah melambangkan kesejahteraan masyarakat
Bantul, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya tanaman pepaya (kates)
yang tumbuh di daerah Bantul. Batik Ceplok Kembang Kates ini
merupakan perpaduan antara gaya batik Wijirejo dengan Giriloyo yang
terinspirasi dari pola dasar Batik Purbonegoro. Berdasarkan hal ini dapat
dijelaskan bahwa pembuatan motif batik memiliki nilai filosofi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
ada, di mana pembuatan moif didasarkan pada hasil alam atau kondisi
yang ada di sekitar.
e. Analisis Aktivitas Locating di kegiatan membatik masyarakat
Wijirejo
Aktivitas locating yang terdapat pada kegiatan membatik meliputi
penentuan tempat yang menyuplai bahan baku apakah memperhatikan
lokasinya atau tidak serta penempatan lokasi pegawai dalam proses
pembatikan.
1) Penentuan lokasi tempat yang menyuplai bahan baku.
Tabel 4. 21 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Penentuan
Penyuplai
P1004 Dapat bahan kain, ibu ada tempat khusus atau ada yang ngirim?
S1004 di dekat beringharjo, jadi kain belinya box-boaan, 1 box ada yang
1000 meter, ada yang 2000 meter, jadi digebal untuk bagor, ndak
ngecer, kalau ngecer itu (10m) lebih mahal, kalau box-boxan itu
selisihnya 1000 per yar nya. …
Informasi yang diperoleh dari S1, mereka sudah biasa
membeli bahan baku di dekat pasar Beringharjo. Pemilihan
lokasi di daerah itu karena di toko itu menyediakan penjualan
kain secara boks atau dijual perkotak, di mana satu boksnya ada
yang 1000 meter, ada yang 2000 meter. Pemilihan tempat juga
didasari dengan harga yang relatif lebih murah.
Tabel 4. 22 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Penentuan
Penyuplai
P2020 Bagaimana penentuan tempat penyuplai bahan baku?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
S2020 Toko-toko tertentu sudah berelasi, karena sudah langganan
P2021 Adakah alasan khusus memilih penyuplai bahan baku?
S2021 faktor karena sini sentral dia rutin ngirim, hampir tiap hari
ngirim, tiap pagi sebelum orang produksi dia nganter dulu, jadi
sebelum produksi di mulai dia keliling, tiap pagi dia setor
Berdasarkan informasi dari S2, dalam memilih penyuplai
bahan baku, mereka memilih orang yang sudah biasa mengirim
bahan baku di sekitar wilayah Wijirejo. Oleh karena itu aktivitas
locating tidak dapat ditemukan di kegiatan pembatikan
khususnya di S2.
Tabel 4. 23 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Penentuan
Penyuplai
P3018 Adakah tempat khusus dalam pemilihan penyuplai bahan baku?
S3018 Sini cuma pas2, ndak nyetok, ya ndak ada modal, macam2
harganya satu warna itu.. Untuk kain ya biasanya , sini biasanya
ada yang ngasih kain.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari S3, tidak
ditemukan aktivitas locating berkaitan dengan penentuan tempat
penyuplai bahan. Mereka tidak menyetok barang karena
keterbatasan modal.
2) Penugasan atau penempatan lokasi pegawai dalam proses
pembatikan.
Tabel 4. 24 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Lokasi Kerja
P1007 Jadi yang bekerja di sini ada berapa tadi bu?
S1007 25 tapi tempatnya lain2, ada yang tempatnya dianak saya ada
yang disini, anak saya 5 orang yang babar jadi 9 di anak saya, trus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
seng kerja neng hak kulo niku tasih teng papan e mbak tami, nek
seng teng wetan 8 orang, nek mriki 9.
P1008 Tiap pegawai ada spesifikasi dia kerja ya bu?
S1008 Beda2 ya ini nanti ngecap, ngecapnya ada yang nglowong ada
yang nembok, cap niku 2 orang yang ngerjain, satu motif dua
orang, terus ingkang mewarnai 2 terus saya di sana 2 di sini 3,
khusus mewarnai, yang nglorot mewarnai kain
Berdasarkan informasi dari S1 dan kondisi di lapangan, ada
dua tempat berbeda yang digunakan dalam proses produksi
batik. Kedua temat itu yaitu di gallery S1 yang juga berfungsi
sebagai tempat produksi dan tempat yang lain dikerjakan di
rumah anak dari S1. Di tempat anak S1 kegiatan pembatikan
yang dilakukan adalah pengecapan, pewarnaan, dan
penjemuran. Untuk proses yang terjadi di gallery batik S1 adalah
penyantingan (batik tulis), pewarnaan, penjemuran, dan
penjualan. Proses produksi dilakukan di dua tempat karena
tempat produksi di gallery S1 dapat dikatakan sempit sehingga
membutuhkan tempat lebih untuk proses produksi yang lain
yaitu pembatikan dengan teknik cap.
Tabel 4. 25 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Lokasi Kerja
P2008 Ada berapa banyak pegawai yang anda pekerjakan?
S2008 Kalau yang warma ada dua orang, nyanting ada sekitar 6,
rumahan sekitar 3
P2009 Ada keahlian khusus?
S2009 ada yang keahlian tertentu, ada yang spesialis batik tulis semua,
maksudnya tulis klasik ada yang modern ada bidangnya sendiri
keahliannya masing-masing.
P2010 Jadi ada satu orang untuk satu tugas khusus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
S2010 Tapi bisa juga dia nyambi di motif lain tapi dia lebih ahli jika
dia mengerjakan yang itu, lebih efektif juga untuk waktunya.
Berdasarkan wawancara denga S2 dan kondisi di lapangan,
proses produksi dilakukan di tempat berbeda, serta ada yang
dikerjakan di rumah (pegawai). Proses produksi ada yang
dilakukan di gallery batik S2 yaitu pembuatan pola,
penyantingan (batik tulis), dan penjualan. Selain di gallery batik
S2 proses produksi untuk pengecapan, pewarnaan,
penyantingan, dan penjemuran dilakukan di rumah ibu S2.
Tabel 4. 26 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Lokasi Kerja
P3015 Adakah pembagian tugas untuk pegawai?
S3015 Yang 6 itu semua ngecap, buat motif, kalau yang putri batik
canting, kalau saya, kalau ada waktunya kerja ya warna, ya
ngecap, ya menjual.
Berdasarkan wawancara dengan S3, proses produksi
dilakukan di satu tempat yang juga menjadi gallery batik S3. Di
mana proses pengecapan, penyantingan, dan pewarnaan di
lakukan di satu tempat. Hal ini memungkinkan karena area batik
S3 mencukupi dalam proses produksi batik.
f. Analisis Aktivitas Designing and Building di kegiatan membatik
masyarakat Wijirejo
Aktivitas designing and building yang terdapat pada kegiatan
membatik dimulai dari proses perencanaan pola hingga pembuatan pola
yang akan dijadikan batik. Pembuatan pola merupakan tahap designing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
di mana pada tahap ini pola yang akan dijadikan batik di desain atau
dikonstruksikan.
Tabel 4. 27 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Pembuatan Pola
P1011 Ibu, punya pola, lalu pola di kasih ke yang buat cap?
S1011 Iya, nanti fotokopi gambar trus mangke kulo sodorke seng ndamel cap
niku
P1012 Pembuatan pola batik, ibu buat sendiri?
S1012 Kalau yang saya jual itu saya sendiri tapi kalau ada yang pesan itu
untuk khusus dadine mboten nganu, mriko seng ndamel,
P1013 Kalau dari motif yang ibu buat, bagaimana ibu bisa menentukan pola?
S1013 Itu lihat gambar2 terus difotokopi, bapak sampun kulino ngarap cap
dados sak model2 nopo sampun mangertos,
P1014 Berarti ada permainan pola bu?
S1014 Iya mas, sudah terbiasa, bapak sudah biasa membuat pola-pola
Berdasarkan wawancara dengan S1, beliau menyatakan bahwa
dalam perencanaan pola, suami belaulah yang merancang pola, dan
biasanya dalam perencanaannya suami beliau sudah terbiasa dalam
merencanakan pola. Peneliti tidak dapat menanyakan lebih jauh lagi
karena suami narasumber tidak dapat ditemui. Namun berdasarkan
wawancara, dalam pembuatan batik khususnya yang cap, prosesnya
adalah menyerahkan rancangan pola di kertas, kemudian diberikan
kepada orang yang membuat cap. Ketika cap sudah jadi maka proses
pembatikan dapat dilakukan.
Tabel 4. 28 Pertanyaan dan Jawaban S2 mengenai Pembuatan Pola
P2001 Bagaimana pembuatan pola batik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
S2001 Dari pola biasanya kita pakainya dari kertas minyak itu lo mas, ya
ukurannya segitu ukuran kertas minyak yang kita beli di fotokopi itu
lo ya patokkannya itu, jadi nanti kalau satu kain kan rata2 2m sampai
2,5m, jadi nanti itunya yang digeser, kalau ndak paling terkecil itu
kita menggunakan kertas hvs biasa, kertas print biasa ya itu nanti kita
geser2, kalau paling enak pakai ukuran kertas minyak tadi.
P2003 Bisa dapat polanya itu bagaimana?
S2003 Pertama digambar dulu, misalnya kita ada ngeblat dari google
misalnya motif burung kita print jreg trus kita, kalau print kan ukuran
kwarto dari kwarto kita malkan di kertas minyak ukuran yang besar,
rata-rata pakainya kertas minyak.
P2004 Dapat motif melihat dari motif yang sudah ada?
S2004 Yang sudah ada bisa atau kita membuat sendiri, yang buatt sendiri
misalkan kawung kan gampang tinggal kotak-kotak lalau dibuat
kawung.
P2005 Kalau motif sendiri yang dibuat tanpa melihat motif yang sudah ada
itu bagaimana?
S2005 Biasanya kontemporer, dia cenderung abstrak sesukanya kita gambar,
jadi tidak ada patokan ukuraan simetris gitu, jadi memamng pulau,
abstrak, ndak berpola, seimajinansinya kita jatuhkan di kain
P2006 Buatan sini yang punya pola-pola sendiri leih liat batik klasik?
S2006 yang punya pola2 biasanya cenderung ke batik klasik atau yang
teratur, cenderung ke klaisk itu kan terus menerus, berulang, motifnya
berulang
Berdasarkan wawancara dengan S2, pembuatan pola pada kain batik
diawali dengan menggambar pola di kertas kwarto atau A4 maupun
kertas minyak. Dari pola dasar yang dibuat di kertas nantinya pola itu
menjadi patokkan dalam membuat pola batik di kain. Kertas yang
menjadi patokan diblat (menaruh kain diatas kertas, di mana pola pada
kertas dapat terlihat di kain), kemudian motif yang terlihat digambar
dengan pensil di kain. Kemudian kertas yang menjadi patokan digeser-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
geser sampai pola di kertas yang digambar kembali dengan pensil
memenuhi kain.
Pembuatan motifnya walaupun melihat motif yang sudah ada namun
tetap ada perubahan yang dibuat, sehingga imajinasi pembuat pola
masih digunakan dalam proses pembuatan pola.
Tabel 4. 29 Pertanyaan dan Jawaban S3 mengenai Pembuatan Pola
P3002 Bagaimana cara bapak dalam merencanakan pola yang akan dibuat?
S3002 Awal-awalnya cuma lihat, istilahnya di kertas, gambarnya seperti ini,
kalau lebih cepat saya buatkan cap, dari tembaga, nanti sudah selesai
saya buat pakai kain.
P3003 Bagaimana menentukan pola yang akan dibuat?
S3003 La meng ngarang2, nanti saya punya motif ini saya buat cantingnya,
dapat pola dari imajinasi, kalau saya ada minat nyoba-nyoba ada, tapi
ini baru di kertas ini, kalau di batik tulis ini di kasih kain mori, nanti
di blak, kelihatan kan, nanti baru di kasih pensil, nanti kalau sudah
baru dibatik dikasih canting sama malam.
P3006 Bagaimana dengan motif modifikasi pak?
S3006 Ada,nanti ada barong ada seling nithik ada seling curigo, kalau ndak
jadi tergantung yang buat nanti umpama ini bagus, tergantung yang
buat.
P3007 Bagaimana cara bapak bisa membuat motif modifikasi yang pas? Bisa
menyatu?
S3007 Ya saya cuma ide sendiri nyoba, saya pikir saya kombinasi sama ini
tapi hasilnya malah bagus, ya sudah biasa juga untuk menggabungkan
beberapa motif
Berdasarkan wawancara dengan S3, motif yang dibuat merupakan
hasil imajinasi dari narasumber. Pembuatan pola dikain juga sama
dengan apa yang dilakukan oleh S2, yaitu membuat motif patokan di
kertas, kemudian motif dikertas itu diblat di kain, kemudian diberi
pensil, lalu kemudian di batik. Beliau juga menunjukkan motif dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
yang menjadi patokkan, di mana motif itu digambar di kertas, motifnya
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4. 38 Pola Batik yang dibuat S3
Berdasarkan wawancara dengan S1, S2, dan S3, serta pengamatan
yang dilakukan disana, pada proses penentuan pola, kebanyakan dari
mereka melihat dari pola yang sudah ada namun dikembangkan menurut
imajinasi mereka. Agak susah untuk menemukan aktivitas matematika
dalam merancang pola namun dalam proses pembatikan atau pembuatan
pola di kain ada aktivitas yang sama yaitu mengeblat atau mengambar
pola dikain dengan meniru pola patokan yang ada di kertas. Kemudian
proses ini dilakukan secara berulang-ulang sampai kain dipenuhi dengan
pola.
Berdasarkan wawancara, kertas yang digunakan bisa kertas A4
maupun kertas minyak. Bila menggunakan kertas A4, kertas A4
memiliki ukuran yang sudah pasti yaitu 21 × 29,7 𝑐𝑚. Bila dijiplak ke
kain 2 × 2 𝑚, setidaknya butuh sekitar 64 kali proses penjiplakan. Hal
ini diperoleh dari menghitung luas kain yakni 2 × 2 𝑚 = 4 𝑚2 =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
40000 𝑐𝑚2 dibagi dengan luas kertas yakni 21 × 29,7 𝑐𝑚 =
623,7 𝑐𝑚2.
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas terdapat aktivitas
matematika yang ditemukan dalam kegiatan pembatikan di Wijirejo.
Berdasarkan informasi aktivitas counting dapat dilakukan dalam
memperkirakan banyaknya batik yang dapat diproduksi, selain itu dapat
digunakan juga dalam menentukan harga jual batik, serta dalam
menentukan gaji yang diperoleh pegawai dalam proses pembuatan batik.
Aktivitas measuring dapat digunakan dalam penentuan banyaknya
pengecapan yang dapat dilakukan di mana hal ini ditentukan juga oleh
ukuran kain dan ukuran cap yang digunakan. Aktivitas explaining tidak
begitu terlihat dikarenakan motif-motif yang dibuat tidak begitu
memperhatikan makna atau filosofi tersendiri. Namun dari satu motif yaitu
Motif Ceplok Kembang Kates dapat dilihat bahwa pembuatan motif
didasarkan pada nilai-nilai filosofi atau kekayaan yang ada di masyarakat.
Pada motif ini didasarkan pada banyaknya tanaman pepaya di daerah Bantul
yang menjadi simbol kemakmuran bagi masyarakat Bantul. Aktivitas
locating yang ada khususnya dalam memilih tempat penyuplai bahan lebih
memperhatikan kualitas bahan baku dan tidak memperhatikan jarak tempat
penyuplai bahan baku dengan tempat usaha batik. Aktivitas playing yang
diteliti lebih kepada startegi dalam penentuan motif batik diproduksi
kembali atau tidak, dan dalam pembahasan di atas penentuan motif kembali
diproduksi tergantung kepada pesanan pembeli dan melihat stok di galeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
(toko) masih ada atau sudah habis. Aktivitas designing and building
ditemukan dalam proses pembentukan atau pendesainan pola batik di
selembar kertas kemudian dari desain dibuat di atas kain dan dimulailah
proses pembuatan batik.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan meneliti motif-motif batik yang diproduksi di
Wijirejo dapat dikelompokkan kedalam wallpaper group yang sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki oleh motif batik yakni memiliki simetri
pencerminan, sumbu pencerminan, dan glide reflection. Untuk aktivitas
matematika Bishop kegiatan yang diteliti adalah kegiatan dalam produksi batik
hingga tahap penjualan.
Peneliti merencanakan mengambil 7 tempat batik yang memiliki dan
memproduksi motif batik buatan sendiri namun pada kenyataannya hanya 4
tempat usaha batik yang menyetujui. Dalam proses penelitian di lapangan hanya
3 tempat usaha batik yang dapat dilakukan proses pengambilan data. Jadi hal
ini membuat data yang dimiliki peneliti tidak begitu bervariasi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan pengamatan atau
observasi secara terstruktur, sehingga dalam pengumpulan data yang diperoleh
melalui pengamatan kurang beragam. Pengamatan yang dilakukan peneliti
hanya mendukung dan melengkapi data yang diperoleh dari wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui motif
batik Wijirejo dapat dikelompokkan kedalam wallpaper group serta aktivitas
fundamental matematis menurut Bishop apa saja yang dapat ditemukan dalam
kegiatan produksi batik, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Motif Batik di Wijirejo
Ada motif yang dapat dikelompokkan ke dalam wallpaper group,
ada juga motif yang tidak memenuhi kriteria dari wallpaper group. Untuk
motif yang dapat dikelompokkan ke dalam wallpaper group ada empat
kelompok yakni p4m, pmm, pm, dan p1. Motif yang dapat dikelompokkan
ini bentuk motifnya memiliki pola yang teratur, serta memiliki karakteristik
wallpaper group yaitu memiliki simetri putar, pencerminan, dan glide
reflection. Motif yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam wallpaper
group merupakan motif yang memiliki pola abstrak atau dapat dikatakan
pola yang dimiliki tidak teratur.
2. Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop
Aktivitas fundamental matematis ditemukan dan ada pada kegiatan
pembatikan. Aktivitas counting memuat penentuan banyaknya kain yang
dapat diproduksi, penentuan harga jual batik, dan penentuan upah yang
diterima oleh pegawai. Ukuran luas kain, luas cap, dapat digunakan dalam
penentuan banyaknya pengecapan yang dilakukan, di mana kegiatan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
termasuk ke dalam aktivitas measuring. Aktivitas playing lebih kepada
strategi tempat usaha batik dalam menentukan motif yang akan diproduksi
kembali. Strategi yang digunakan dalam pembuatan kembali pola batik
yaitu menunggu pesanan dari pembeli dan melihat stok yang ada di toko
apakah sudah habis atau belum. Aktivitas ini lebih kepada materi logika
yakni implikasi. Penentuan lokasi penyuplai bahan baku untuk pembuatan
batik didasarkan pada alasan kualitas dan penyuplai sudah menjadi
langganan produsen batik, sehingga jarak tidak diperhitungkan dalam
aktivias ini. Penentuan lokasi dalam pembuatan batik seperti lokasi
pengecapan, penyantingan, pewarnaan, dan penjemuran juga termasuk ke
dalam aktivitas locating, di mana setiap bagian memiliki lokasi atau tempat
tersendiri yang sudah ditentukan dalam proses produksi batik. Aktivitas
desingnig and building dapat ditemui dalam proses pendesainan pola batik
hingga pembuatan pola di kain sehingga menjadi batik, di mana proses ini
dimulai dari proses rekonstruksi hingga pembuatan batik. Aktivitas
explaining ditemukan pada alasan-alasan dibuatnya suatu pola batik yang
memiliki makna filosofis.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran:
1. Bagi pendidik
Tenaga pendidik dapat menggunakan motif-motif batik khususnya
motif batik lokal dalam mengajarkan materi mengenai pengubinan, simetri,
maupun transformasi geometri. Hal ini lebih dapat menarik minat belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
peserta didik karena batik merupakan benda atau hasil budaya yang ada di
kehidupan atau keseharian peserta didik.
Selain itu pendidik juga dapat menerapkan apa yang sudah diteliti
oleh peneliti dan menguji coba di kelas sehingga menjadi penelitian baru
yang berguna bagi dunia pendidikan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti dapat menemukan narasumber yang lebih banyak dan
bersedia untuk dilibatkan dalam proses pengambilan data. Selain itu peneliti
juga dapat lebih khusus dalam menemukan kegiatan pembatikan yang
termasuk kedalam aktivitas matematika.
Aktivitas fundamental matematis explaining, dapat lebih meninjau
mengenai alasan-alasan pembatik dalam membuat motif berkaitan dengan
alasan pembatik membuat motif dengan rotasi tertentu, pencerminan, dan
glide reflection. Begitupula untuk aktivitas fundamental matematis lainnya
dapat lebih digali secara mendalam.
Peneliti dapat mengembangkan atau merancang motif batik baru
berdasarkan karakteristik setiap wallpaper group. Hal ini dapat membantu
pengrajin batik dalam mengembangkan motif-motif baru yang dapat
ditemukan dari konsep matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Shehenaz. 2004. Ethnomathematical Ideas in the Curriculum. Mathematics
Education Research Journal Vol. 16 No. 2.
Ascher, Maria. 1991. ETHNOMATHEMATICS A Multicultural View of
Mathematical Ideas. Pacific Grove, California: Brooks/Cole Publishing
Company.
Ascher, M., dan Ascher, R. 1986. Ethnomathematics. History of science, 24(2),
125-144.
Brandt, A., dan Chernoff, Egan J. 2014. The Importance of Ethnomathematics in
the Math Class. Ohio Journal of School Mathematics, Fall 2014, No. 71.
Gallian, Joseph A. 2015. Contemporary Abstract Algebra 9𝑡ℎ Edition. Boston:
Cengage Learning.
Gusfield, Joseph R. 2006. Contexts Vol. 5 No. 1. California: Sage Publications, Inc.
Haryanto, Toto Nusantara, Subanji dan Abadyo. 2016. Ethnomathematics in Arfak
(West Papua –Indonesia): Hidden Mathematics on knot of Rumah Kaki
Seribu. AcademicJournals Vol. 11(7), pp. 420-425, 10 April, 2016.
Horne, Clare E. 2000. Geometric symmetry in patterns and tilings. England:
Woodhead Publishing.
Junaidi, Lalu Alwan. 2015. ETHNOMATHEMATICS SASAK: GEOMETRY
CONCEPTS IN COMMUNITY LIFE BANYUMULEK WEST LOMBOK.
International Conference on Mathematics, Science, and Education 2015
(ICMSE 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Katsap, Ada dan Silverman, Fredrick L. 2016. Ethnomathematics of Negev
Bedouins’ Existence in Forms, Symbols and Geometric Patterns. Rotterdam:
Sense Publisher.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press
Liu, Yanxi dan Collins, Robert T. 1998. Frieze and Wallpaper Symmetry Groups
Classification under Affine and Perspective Distortion. Pittsburgh: Carnegie
Mellon University.
Merriam, S.B. 2009. Qualitative Research : A Guide to Design and Implementation.
San Francisco : Jossey-Bass.
Morandi, Patrick J. 2007. Symmetry Groups: The Calssification of Wallpaper
Patterns Mathematics 482/526. Las Cruces: Department of Mathematical
Sciences New Mexico State University
Powell, Arthur B. dan Frankenstein, Marilyn. Ethnomathematics Challenging
Eurocentrism in Mathematics Education. Albany: State University of New
York Press.
Parmono, Kartini. 1995. Simbolisme Batik Tradisional. Jurnal Filsafat, No.23,
November 1995
Rosa, Milton dan Orey, Daniel Clark. 2011. Ethnomathematics: the cultural aspects
of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2). 32-54.
Rusliah, Nur. 2016. Pendekatan Etnomatematika dalam Permainan Tradisional
Anak di Wilayah Kerapatan Adat Koto Tengah Kota Sungai Penuh Propinsi
Jambi. ICON UCE 2016 Collaborative Creation Leads to Sustainable
Change.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Santoso, Eko Budi. 2013. Symmetry Groups of Single-Wall Nanotubes. Tesis.
Faculty of the Graduate School of the Ateneo de Manila University.
Sulistyabudi, Noor. 2017. Batik Gringsing dan Ceplok Kembang Kates Bantul.
Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol. 34, No. 2, Desember 2017, 93-102.
Suwarsono. 2015. PPT Etnomatematika (Ethnomathematics) Materi Kuliah S2
Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
Weyl, Hermann. 1952. Symmetry. New Jersey: Princeton University Press.
http://wijirejo.bantulkab.go.id/index.php/first/artikel/6-Sejarah-Singkat-Desa-
Wijirejo (diakses pada tanggal 2 Januari 2018)
http://www.math.toronto.edu/~drorbn/Gallery/Symmetry/Tilings/Sanderson/index.
html (diakses tanggal 29 Mei 2018)
https://gpswisataindonesia.info/2016/11/batik-bantul (diakses pada tanggal 2
Januari 2018)
http://www.gambar-mewarnai.com (diakses pada tanggal 9 Juli 2018)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 2: Surat Keterangan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 3: Pedoman Wawancara
No Kegiatan atau
Aktivitas
Aktivitas
Matematika
Indikator Catatan
1 Perencanaan Pola
- Perkiraan pola
- Pembuatan pola
Designing
and building
Playing
Explaining
Counting
Designing
and building
Measuring
- Menentukan pola
yang akan dibuat
- Memainkan pola
untuk menemukan
motif batik yang
diinginkan
- Menemukan makna
dari motif batik
yang akan dibuat
- Memperkirakan
waktu penyelesaian
suatu batik
- Pembuatan pola asli
- Pembuatan pola
modifikasi
- Mengukur jarak atau
lebar antar pola
- Mengukur luas kain
yang digunakan
Pertanyaan
nomor 1, 2, 3
Pertanyaan
nomor 6 dan 7
Pertanyaan
nomor 4 dan 8
Pertanyaan
nomor 9
Pertanyaan
nomor 2 dan 3
Pertanyaan
nomor 5
2 Perencanaan Produksi
- Perkiraan bahan
baku
- Perkiraan pegawai
Locating
Counting
Locating
- Menentukan tempat
yang mensuplai
bahan baku
- Menentukan
banyaknya pegawai
yang akan
digunakan
- Menentukan upah
pegawai
- Menentukan
pembagian tugas
pegawai
Pertanyaan
nomor 16
Pertanyaan
nomor 13 dan
14
Pertanyaan
nomor 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
3 Pemasaran
- Penentuan harga
- Penentuan lokasi
pemasaran
Counting
Locating
- Menghitung
penentuan harga jual
batik
- Menentukan cara di
mana batik akan
dipasarkan
Pertanyaan
nomor 17
Pertanyaan
nomor 18 dan
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 4: Instrumen Wawancara
A. Perencanaan dan Pembuatan Pola
1. Bagaimana bapak/ibu menentukan pola batik yang akan dibuat?
2. Adakah cara khusus dalam menentukan atau membuat pola?
3. Dalam pembuatan pola modifikasi, bagaimana cara menentukan atau
membuat pola modifikasi dari pola batik yang sudah ada sebelumnya?
4. Adakah keterkaitan motif baru dengan motif yang sudah ada sebelumnya?
Baik dari segi sejarah, makna, dsb.
5. Adakah pengukuran khusus yang digunakan ketika membuat pola/motif
batik? Jika ada bagaimana?
6. Bagaimana bapak/ibu menentukan atau mempertimbangkan suatu pola
yang sudah dibuat, akankah diproduksi lagi atau tidak?
7. Bagaimana cara bapak/ibu memainkan pola agar tercipta suatu motif batik
yang diinginkan?
8. Adakah makna dari motif batik yang bapak/ibu buat? Jika ada, apakah
maknanya?
9. Bagaimana bapak/ibu menghitung banyaknya waktu yang digunakan dalam
penyelesaian satu kain batik?
B. Perencanaan Produksi
10. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan jumlah pegawai yang akan
digunakan?
11. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan upah pegawai?
12. Bagaimana cara bapak/ibu membagi tugas pegawai sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan?
13. Bagaimana cara bapak/ibu memilih tempat yang mensuplai bahan produksi?
C. Pemasaran
14. Bagaimana cara menentukan harga jual batik dengan motif yang berbeda?
15. Bagaimana cara bapak/ibu menentukan lokasi di mana batik di pasarkan?
16. Adakah perbedaan dalam memasarkan batik dengan menjual ditempat
sendiri dengan di jual atau dipasarkan di tempat lain?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 5: Profil Subjek Penelitian
1. Subjek Penelitian Pertama
Nama : Topo
Umur : 70
Pendidikan Terakhir : SR
Nama Usaha Batik : Batik Topo
2. Subjek Penelitian Kedua
Nama : Doni Adhi Saputra, S.T.
Umur : 25
Pendidikan Terakhir : S1
Nama Usaha Batik : Adhinata Batik
3. Subjek Penelitian Ketiga
Nama : Tugiran
Umur : 50
Pendidikan Terakhir : SR
Nama Usaha Batik : Batik Tugiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 6: Transkripsi Data S1
Transkripsi Data S1 dari Wawancara
Transkripsi ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti pada Senin, 26
Maret 2018 yang telah terekam. Transkripsi ini merupakan pengambilan data yang
dilakukan S1 dalam kegiatan produksi batik di Desa Wijirejo.
Tanggal : 26 Maret 2018
Kode Subyek : S1
Peran : Pemilik Usaha Batik
P1001 Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian kain
batik?
S1001 Prosesnya lama, satu potong satu bulan, kalau orang yang mau
mantu menikah itu 7 bulan sudah pesan kalau minta batik tulis.
Kalau cap dua minggu sudah jadi.
P1002 Satu potong kainnya ukurannya berapa ya bu?
S1002 2,5 meter panjangnya, kainnya tu mori primisima, prisima niku ada
3 macam, primisima gong, primisima lar, primisima tarik kupu,
prismisima kereta kencana. Primisima ada 4 macam, ada yang
mahal, sederhana, ada yang agak murah sedikit.
P1003 Itu primisima yang membedakan apanya bu?
S1003 Yang membedakan halusnya, kalau kereta kencana nomor satu,
harganya 1,5jt, satu perpiece, jadi untuk dipakai kaiin jarik itu jadi
13 potong, jadi 100 lebih untuk selembar kain, kainnya sudah 100
lebih. Nanti kalau dipotong jarik 1 piece jadi 13 potong harganya
1,5jt, kalau kain biasa itu 400 per piece jadi 13 untuk pakai jarik,
tapi untuk macam-macam kain itu miturut pesenan, ada yang 2,5
2,25 ada yang 2 meter, kalau saya yang dibikin dipajang itu ya
macam2 ada yang 2,5 2,25 2 meter, nanti kalau batik tulis sek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
setengah halus 2m 170 2,5m 215rb, itu wung batik seng sederhana,
nek sek untuk jarik itu mahal.
P1004 Dapat bahan kain, ibu ada tempat khusus atau ada yang ngirim?
S1004 Di dekat beringharjo, jadi kain belinya box-boxan, 1 box ada yang
1000 meter, ada yang 2000 meter, jadi digebal untuk bagor, ndak
ngecer, kalau ngecer itu (10 m) lebih mahal, kalau bubukan itu
selisihnya 1000 per yar nya.
Ini saya yang banyak cap, kalau semua nanti batik tulis ndak
nyampe, stok ndak bisa banyak, kalau sederhana 2m itu 65 ada ,
yang paling murah 2m untuk seragam anak sekolah, kalau mahal2
wali murid ndak mau, terus ada yang 75 ada yang 100 125 itu
kombinasi itu yang cap, kalau batik tulis yang 170 2m
P1005 Bagaimana perbandingan produksi untuk batik cap dan batik tulis?
S1005 Banyak produksi yang cap, 1 orang 10 lembar kalau cap dalam 1
hari, untuk tulis 1 bulan, kalau cap bisa 300 kalau tulis 1 potong
P1006 Banyaknya karyawan ada berapa bu?
S1006 Ingkang kerja 25 sedoyo kulo, ngih riyin mung niku 4 seng
pindahan, trus tambah-tambah.
Kulo wiwit awal ndamel batik tahun 82, pertama sampai sekarang
jd sd 34 tahunan,
P1007 Jadi yang bekerja di sini ada berapa tadi bu?
S1007 25 tapi tempatnya lain2, ada yang tempatnya dianak saya ada yang
disini, anak saya 5 orang yang babar jadi 9 di anak saya, kulo ken
mandiri mas, sak bisa-bisane saged nuruni kulo, trus seng kerja
neng hak kulo niku tasih teng papan e mbak tami, soale teng mriki
sampun katah mas, nek seng teng wetan 8 orang, nek mriki 9
P1008 Tiap pegawai ada spesifikasi dia kerja ya bu?
S1008 Beda2 ya ini nanti ngecap, ngecapnya ada yang nglowong ada
yang nembok, cap niku 2 orang yang ngerjain, satu motif dua
orang, terus ingkang mewarnai 2 terus saya di sana 2 di sini 3,
khusus mewarnai, yang nglorot mewarnai kain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
P1009 Bagaimana cara ibu dalam menentukan upah pegawai?
S1009 Penentuan upah berdasarkan keahlian masing-masing.
Upah dihitung harian dan dibayarkan mingguan. Jadi setiap sabtu
mereka mendapatkan upah dan tidak pernah tidak selama ini.
Untuk jumlah nominalnya masing-masing berbeda, dari Rp 10.000
sampai Rp 20.000
P1010 Untuk pola-pola batiknya bu?
S1010 Cap, niku yang didamel dari tembaga kalau pesen di kota sebelah
rs wirosaban jadi nitikan, kulo nek mesen teng mriko, kulo wiwit
awal damel batik kulo mlajare teng mriku, sak upami wonten
priyai neng sekolahan motif diharuskan ini motif yang beli ibu,
nanti dibawa pulang boweh, kalau hak paten saya ndak bisa jual,
ndak berani, ada pesenan kraton yang ngak jual jadi kalau ndak ada
pesenan dari kraton yang ndak buat
P1011 Ibu, punya pola, lalu pola di kasih ke yang buat cap?
S1011 Iya, nanti fotokopi gambar trus mangke kulo sodorke seng ndamel
cap niku
P1012 Pembuatan pola batik, ibu buat sendiri?
S1012 Kalau yang saya jual itu saya sendiri tapi kalau ada yang pesan itu
untuk khusus dadine mboten nganu, mriko seng ndamel,
P1013 Kalau dari motif yang ibu buat, bagaimana ibu bisa menentukan
pola?
S1013 Itu lihat gambar2 terus difotokopi, bapak sampun kulino ngarap
cap dados sak model2 nopo sampun mangertos,
P1014 Berarti ada permainan pola bu?
S1014 Iya mas, sudah terbiasa, bapak sudah biasa membuat pola-pola
P1015 Ukuran capnya bu?
S1015 Ukuran cap ada 18 cm 20 cm, motif apa besar apa kecil.
P1016 Ukuran motif, apakah ada perbandingannya?
S1016 Nha itu tergantung mas, model gambarnya capnya panjang apa
pendek, kalau besar 20an cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
P1017 Ada keterkaitan dengan motif yang dibuat dengan motif yang
sudah ada?
S1017 Saya rasa tidak ada mas
P1018 Apakah waktu penyelesaian juga dipengaruhi oleh motif?
S1018 Penyelesaian sama, batik tulis itu nyeremit, kalau batik tulis ndak
halus 1 minggu 2m sudah jadi, ynsg hsrgs 170 2m, kalau cap paling
murah 65rb 2m itu batik cap satu warna kalau dua warna lain lagi,
soale masih diwarnai lagi
P1019 Ada pertimbangan dalam membuat motif yang sudah diproduksi?
S1019 Ada, terus itu ndak, nanti kalau ada pesenan yang saya anu ndak
dibatik itu diistirahatkan nanti ada pesenan terus dibatik lagi,
miturut pesenan, jadi dipajang lain-lain batiknya ndak sama
Motifnya banyak mas, motif cap ada 20 lebih tulis 10 lebih
P1020 Harga jualnya bu penentuannya bagaimana?
S1020 Kalau satu warna 65 tulis 170, selisihnya jauh kan, cap kombinasi
ada 125, 100, 150 ya nanati kalau itu batiknya banyak atau tidak
niku menentukan satu warna lebih cepet, kalau dua warna ada yang
ditutup, bar ditutup diwarnai lagi biayanya mundak sejalan,, waktu
juga berpengaruh 100 potong bisa 10 hari, klau dua warna bisa 20
hari nutupnya 10 hari batik lagi
P1021 Selain dijual sendiri apakah juga dijual di tempat lain?
S1021 Kalau ditoko2 ndak setor, di luar ada, luar negeri ada, papua ada,
itu nanti kirim gambar nanati saya ngirim, tapi uang dibayar dulu
kalau ndak saya kejadian, ngurus ndak bisa, misal barang sudah
dikirim tapi sana belum bayar kan kesulitan mas nyarinya, jadi
sekarang dibayar dulu baru saya kirim barangnya
P1022 Ada perbedaan harga?
S1022 Tidak ada perbedaan harga, hanya saja untuk ongkos pengiriman
dibebankan kepada pembeli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 7: Transkripsi Data S2
Transkripsi Data S2 dari Wawancara
Transkripsi ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti pada Rabu, 28
Maret 2018 yang telah terekam. Transkripsi ini merupakan pengambilan data yang
dilakukan S2 dalam kegiatan produksi batik di Desa Wijirejo.
Tanggal : 28 Maret 2018
Kode Subyek : S2
Peran : Pemilik Usaha Batik
P2001 Bagaimana pembuatan pola batik?
S2001 Dari pola biasanya kita pakainya dari kertas minyak itu lo mas, ya
ukurannya segitu ukuran kertas minyak yang kita beli di fotokopi
itu lo ya patokkannya itu, jadi nanti kalau satu kain kan rata2 2m
sampai 2,5m, jadi nanti itunya yang digeser, kalau ndak paling
terkecil itu kita menggunakan kertas hvs biasa, kertas print biasa
ya itu nanti kita geser2, kalau paling enak pakai ukuran kertas
minyak tadi
P2002 Jadi satu pola di HVS jadi patokan?
S2002 Iya, tapi kalau di kertas minyak kan sudah gede jadi Cuma
beberapa kali
P2003 Bisa dapat polanya itu bagaimana?
S2003 Pertama digambar dulu, misalnya kita ada ngeblat dari google
misalnya motif burung kita print, kalau print kan ukuran kwarto
dari kwarto kita malkan di kertas minyak ukuran yang besar, rata2
pakainya kertas minyak
P2004 Dapat motif melihat dari motif yang sudah ada?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
S2004 Yang sudah ada bisa atau kita membuat sendiri, yang buatt sendiri
misalkan kawung kan gampang tinggal kotak2 lalau dibuat
kawung
P2005 Kalau motif sendiri yang dibuat tanpa melihat motif yang sudah
ada itu bagaimana?
S2005 Biasanya kontemporer, dia cenderung abstrakk sesukanya kita
gambar, jadi tidak ada patokan ukuraan simetris gitu, jadi
memamng pulau, abstrak, ndak berpola, seimajinansinya kita
jatuhkan di kain
P2006 Buatan sini yang punya pola-pola sendiri leih liat batik klasik?
S2006 yang punya pola2 biasanya cenderung ke batik klasik atau yang
teratur, cenderung ke klaisk itu kan terus menerus, berulang,
motifnya berulang, ada simetrinya juga
P2007 Adakah makna dari motif yang bapak buat?
S2007 Kalau filosofi batiknya ada, khusus untuk batik klasik filosofinya
ada semua, tapi untuk batik kontemporer dan batik motif-motif
modern sekarangkan dia cenderung abtrak jadi motifnya sudah ada
cuma tinggal ditempelkan dibagian mana gitu, kalau motif klasik
ada filosofinya sendiri
P2008 Ada berapa banyak pegawai yang anda pekerjakan?
S2008 Kalau yang warma ada dua orang, nyanting ada sekitar 6, rumahan
sekitar 3, kana da yang dibawa pulang gitu
P2009 Ada keahlian khusus?
S2009 ada yang keahlian tertentu, ada yang spesialis batik tulis semua,
maksudnya tulis klasik ada yang modern ada bidangnya sendiri
keahliannya masing-masing
P2010 Jadi ada satu orang untuk satu tugas khusus?
S2010 Tapi bisa juga dia nyambi di motif lain tapi dia lebih ahli jika dia
mengerjakan yang itu, lebih efektif juga untuk waktunya
P2011 Bagaimana penentuan gaji yang diterima pegawai?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
S2011 Kalau saya sistem borong kain jadi apa yang sudah dikerjakan
kami bayar dan itu dari tingkat kerumitan motif itu sendiri, jadi
batik itu ada yang halus, halus banget, ada yang kasar dan
klowong, la itu macem2 harganya, jadi kita ndak bisa matok ini
harga sekian ini sekian itu ndak bisa jadi tingkat kerumitan dan
motif itu yang membedain rangenya gaji, kalau yang paling
sederhana sekitar 60-80ribu dan yang tersulit bisa diatas 200rb,
banyak warna juga pengaruh tapi ngaruhnya bukan di pembatiknya
tapi ditingkat jual saya, karena kan harga produksi bahan untuk
pewarnanya kan yang membedakan
P2012 Bagaimana dengan gaji pegawai perharinya?
S2012 Gaji perhari 20-40rb, tapi saya bagi dia rutin kerja dia berapa yang
dapat , dapatnya itu ya dia sekitar segitu kadang ada yang
pengennya masuk siang itu ndak pengaruh kan dia , sistem saya
kan etos kerja, prestasi jadi semakin banyak yang dia hasilkan
semakin besar gaji yang diperoleh
P2013 Bagaimana penentuan harga jual di tempat lain?
S2013 Kalau yang saya jual on atau ofline harga sama, cuma untuk
ongkos kirim saya tangguhkan kepada pembeli, tidak ada yang
membedakan on maupun ofline walaupun dijual dimananpun
harganya sama yang membedakan cuma ongkosnya dia
menanggung ongkos kirim otomatis harganya, harga jualnya
tinggi, tapi walaupun begitu itu sama saja
P2014 Bagaimana menenukan suatu pola diproduksi lagi atau tidak?
S2014 Kalau saya biasanya gini, produksi yang sudah ada nanti besoknya
diganti dulu jadi yang sudah ready stok ganti motif dulu, kalau ini
muter lagi nanti kalau ini sudah habis nanti balik lagi jadi tetep
saya reproduksi lagi , tapi kemungkinan jaraknya agak lama, jadi
tetap diproduksi lagi walaupun putarannya lama
P2015 Bagimana cara bapak dalam menarik minat pembeli?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
S2015 Saya memanfaatkan media sosial berefek juga, mengikuti event-
event juga ngaruh, walaupun tempatnya terpencil tapi lewat media
sosial kami membuat gebrakan besar, dan motif kami memiliki ciri
khas yang berbeda
P2016 Adakah perbedaan beli online maupun offline?
S2016 Masih 50:50 , ofline maupun online masih banyak, kalau online
ngirimnya partai besar, langganan di Kalimantan ada, di Bali ada.
Itu sudah rutin tiap bulannya. Perbulannya bisa keluar kira-kira
400 potong kain.
P2017 Ada produksi cap?
S2017 Ada tapi saat ini sedang tidak produksi karena bahan bakunya
habis.
P2018 Banyak produksi lebih banyak cap atau tulis?
S2018 Produksi dalam sebulan banyak yang cap, cap seharu bisa 30
potong, kalau tulis seminggu bisa jadi satu, untuk satu orang yang
mengerjakan
P2019 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S2019 Untuk batik cap dijual dari Rp 75.000 sampai Rp 200.000
Untuk kombinasi (cap dan tulis) dijual dari Rp 150.000 sampai Rp
200.000
Untuk batik tulis dijual dari harga Rp 200.000
P2020 Bagaimana penentuan tempat penyuplai bahan baku?
S2020 Toko2 tertentu sudah berelasi, karena sudah langganan
P2021 Adakah alasan khusus memilih penyuplai bahan baku?
S2021 faktor karena sini sentral dia rutin ngirim, hampir tiap hari ngirim,
tiap pagi sebelum orang produksi dia nganter dulu, jadi sebelum
produksi di mulai dia keliling, tiap pagi dia setor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 8: Transkripsi Data S3
Transkripsi Data S3 dari Wawancara
Transkripsi ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti pada Kamis, 5
April 2018 yang telah terekam. Transkripsi ini merupakan pengambilan data yang
dilakukan S3 dalam kegiatan produksi batik di Desa Wijirejo.
Tanggal : 5 April 2018
Kode Subyek : S3
Peran : Pemilik Usaha Batik
P3001 Bagaimana cara bapak menentukan waktu penyelesaian kain
batik?
S3001 Kalau cap 1 hari 10-15 potong , kalau batik tulis 1 potong bisa 1
minggu untuk satu orang yang mengerjakan
P3002 Bagaimana cara bapak dalam merencanakan pola yang akan
dibuat?
S3002 Awal-awalnya cuma lihat, istilahnya di kertas, gambarnya seperti
ini, kalau lebih cepat saya buatkan cap, dari tembaga, nanti sudah
selesai saya buat pakai kain
P3003 Bagaimana menentukan pola yang akan dibuat?
S3003 La cuma ngarang-ngarang, nanti saya punya motif ini saya buat
cantingnya, dapat pola dari imajinasi, kalau saya ada minat nyoba-
nyoba ada, tapi ini baru di kertas ini, kalau di batik tulis ini di kasih
kain mori, nanti di blak, kelihatan kan, nanti baru di kasih pensil,
nanti kalau sudah baru dibatik dikasih canting sama malam
P3004 Adakah jenis-jenis kain yang digunakan?
S3004 Ada 5 macam kain, kainnya nanti lebih halus lebih mahal batiknya
lebih mahal lagi, nanati ngaruh di harganya. Satu kain rata-rata 2
meter sampai 2,25 meter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
P3005 Adakah keterkaitan atau makna dari motif batik yang dibuat?
S3005 Ya cuma, saya ndak ada, cuma gambar burung, nak ciri khas jogja
nak parang2, kawung, truntum, ada maknanya sendiri, untuk motif
tradisional pasti ada maknanya
P3006 Bagaimana dengan motif modifikasi pak?
S3006 Ada,nanti ada barong ada seling nithik ada seling curigo,
Kalau ndak jadi tergantung yang buat nanti umpama ini bagus,
tergantung yang buat
P3007 Bagaimana cara bapak bisa membuat motif modifikasi yang pas?
Bisa menyatu?
S3007 Ya saya cuma ide sendiri nyoba, saya pikir saya kombinasi sama
ini tapi hasilnya malah bagus, ya sudah biasa juga untuk
menggabungkan beberapa motif
P3008 Adakah ukuran khusus yang digunakan?
S3008 Ada, ini kawung besar kawung bengkol, yang kecil kawung sen,
kawung picis, paling kecil kawung picis, cuma sini jarang
dijalankan, ada kawung prabu
P3009 Bagaimana menentukan ukurannya?
S3009 Sebelum buat cap ya dikira2 buat kawung berapa cm nanti diping
berapa bisa sama. Ya banyak yang kecil ada, ini sama-sama
kawung beda, sama ini, ini kawung ini juga kawung, ini kawung
sen, ini kawung kopi pecah, ini kawungnya lebih besar, ini juga
kawung
P3010 Apakah lamanya penyelesaian kain batik dipengaruhi juga dengan
motifnya?
S3010 Perbedaan cuma berapa menit, kalau cap lebih besar, hasilnya
lebih lebar, kalau segini bisa berapa cap
P3011 Untuk ukuran capnya sendiri bagaimana?
S3011 Yang paling besar 30cm2 yg paling besar lagi di kasih pojong
Loyang gak kena, jadi hasilnya dak baik, yang lebar tu 30 cm kalau
yang lerek itu Cuma 20x25, kalau seperti lerek itu kan persegi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
panjang tapi kalau kawung ini persegi, kalau kawung besaar
persegi panjang
P3012 Apakah ukuran cap sudah ditentukan oleh pembuat capnya?
S3012 Ukuran cap tergantung yang minta pemesan, jadi ukurannya tidak
ada patokan
P3013 Bagaimana cara bapak dalam penentuan bahan baku yang
digunakan?
S3013 Sama, nanti tergantung motif tergantung warna, ciri khas jogja kan
coklat putih, kalau pekalongan solo, ada coklatnya, kalau abstrak
ada purnawarna warnanya itu
P3014 Kalau pegawai, ada berapa banyak pegawai yang anda pekerjakan?
S3014 Kalau yang putra 6 yang putri 3
P3015 Adakah pembagian tugas untuk pegawai?
S3015 Yang 6 itu emua ngecap, buat motif, kalau yang putri batik canting,
kalau saya, kalau ada waktunya kerja ya warna, ya ngecap, ya
menjual
P3016 Batik tulis pembuatan pola juga dikerjakan oleh 3 pegawai putri?
S3016 Ya, awalnya kain itu dikasih sini, kan kelihatan ini, lalau dikasih
potelot, lalu kalau sudah semua di kasih malam pakai canting, yang
lama prosesnya, tapi kalau sudah ahli yang ndak pakai ini juga
sudah bisa
P3017 Bagaimana cara bapak dalam menentukan gaji yang diterima
pegawai?
S3017 Ya kalau itu harian, satu hari ada yang 60rb, ada yang borong,
kalau borong itu bisa dapat 20 ya itu dikali 20, ya satu potong itu
upahnya berapa di kalaikan 20 gitu
P3018 Adakah tempat khusus dalam pemilihan penyuplai bahan baku?
S3018 Sini Cuma pas2, ndak nyetok, ya ndak ada modal, macam2
harganya satu warna itu. Untuk kain ya biasanya , sini biasanya
ada yang ngasih kain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
P3019 Ada yang pesan atau bagaimana dalam memilih pola diproduksi
kembali atau tidak?
S3019 Kadang itu ada yang pesan, cuma hari biasa tu ya cuma seperti ini,
nanti ada warna beda apa motif beda nanti pesen saya buatkan,
kebanyakan trah HB I, II, III, VI, VII, VIII saya yang buat. Jadi
saya sering dapat pesenan.
P3020 Bagaimana cara menentukan harga jual satu potong kain batik?
S3020 Kalau seperti batik itu satu potong ukuran kain 1,5m lebar 2,25m
itu 75rb
Kalau ini lebih mahal, karena kain mahal, dari kain menentukan
harga, warnanya juga nanti menentukan harga, warna banyak nanti
proses lebih lama , nanati lebih mahal lagi
P3021 Apakah ada cara khusus dalam menentukan harganya atau beda
harganya?
S3021 Ya selisihnya 20-25rb, untuk kain,
Untuk warna rentang bedanya, ya kurang lebih 15-20rb,
Rentang harga dari 75-500, ada yang 175, 350, nanti tergantung
pewarna sama kainnya
P3022 Apakah ada perbedaan harga ketika menjual di luar?
S3022 Kalau saya cuma sama, tapi yang membedakan ongkos kirimnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 9: Algoritma Brian Sanderson
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 10: Peta Desa Wijirejo
(Gambar Peta Desa Wijirejo diperoleh dari Google Map)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI