Post on 26-Jan-2020
ANALISIS PEMBERIAN KREDIT PRODUK KCA (Kredit Cepat Aman) Pada PERUM PEGADAIAN CABANG KLAMPIS BANGKALAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ferdiansyah Effendy(02610445)
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2007
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.
Kita tidak dapat memperkirakan dengan mudah apa yang akan kita hadapi
besok, segalanya serba transparan, akan tetapi kondisi ini tidak bisa dihindari.
Apa yang terjadi hari ini belum tentu merupakan rentetan atau sambungan
peristiwa kemarin, dan mungkin tidak akan menjadi bagian dari hari esok.
Kondisi ini dipicu oleh adanya perubahan lingkungan yang sangat cepat
disertai kemajuan teknologi dan sistem informasi yang juga begitu cepat.
Kemajuan ini mendorong arus informasi menjadi suatu barang yang
murah, mudah didapat, didengar, dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Organisasi tidak mudah untuk menutup-nutupi suatu masalah atau peristiwa
yang dianggap tabu didengar oleh karyawan. Mudahnya mengakses suatu
informasi membawa konsekuensi pada organisasi dan individu, bahwa seorang
manajer bukan lagi seseorang yang serba tahu dibanding stafnya.
Oleh sebab itu, mengingat tingkat persaingan didunia usaha ini
semakin ketat, maka setiap perusahaan harus benar-benar menyusun tujuan
dalam strategi yang akan dijalankan. Dalam hal ini tujuan strategi seperti
apapun tidak akan berhasil apabila kurang mendapat dukungan dari dalam
perusahan itu sendiri apakah pada sektor usaha jasa seperti perkreditan,
perbankan atau lainnya yang saat ini menjamur di seluruh daerah dan pelosok
tanah air.
Sebagai suatu lembaga perkreditan kecil yang memiliki fungsi
membantu masyarakat, hal tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor : KEP.39/MK/6/1/1971 pasal 2 (dua)
ditetapkan bahwa Pegadaian memiliki tugas membina perekonomian rakyat
kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar gadai kepada para petani, nelayan,
pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif, kaum buruh/Pegawai
Negeri yang ekonominya lemah yang bersifat konsumtif. Ikut serta mencegah
adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon, pegadaian gelap dan
praktek riba lainnya dalam menyalurkan kredit, maupun usaha-usaha lainnya
yang bermanfaat terutama bagi pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan Kepres No. 51 tahun 1981 pasal 2 (dua) Pegadaian
memiliki tugas melaksanakan penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum
gadai dan fiducia berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dalam Pasal 3 disebutkan bahwa untuk menyelenggarakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 (dua) Pegadaian memiliki tugas
membina penyaluran kredit atas dasar hukum gadai dan fiducia. Mencegah
adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon, gadai gelap dan praktek
riba. Membina pola perkreditan atas dasar hukum gadai dan fiducia yang
bersifat produktif. Membina dan mengawasi pelaksanaan operasi perusahaan
Pegadaian (www.pegadaian.co.id).
Pegadaian mempunyai peranan yang sangat signifikan bagi
perekonomian Negara. Hal ini dapat dilihat dari fungsinya, yaitu penyalur dana
kepada pihak yang membutuhkan dengan mengumpulkan dana dari pihak yang
memilikinya. Motivasi PERUM Pegadaian adalah memperoleh laba, maka
PERUM Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang dapat dikatagorikan
sebagai lembaga pembiayaan (www.pegadaian.co.id).
Sasaran pelayanan PERUM Pegadaian sesuai dengan ketetapan
Pemerintah sebagai pemegang sahamnya adalah masyarakat golongan
menengah ke bawah. Melalui pelayanan tersebut, diharapkan masyarakat
golongan tersebut dapat melepaskan diri dari jasa gadai gelap, riba, dan jasa-
jasa informal lainnya, yang mengenakan beban yang tidak wajar
(www.pegadaian.co.id)
PERUM Pegadaian mempunyai pelayanan yang dapat dikatagorikan
sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM). PERUM Pegadaian merupakan
LKM terbesar di Indonesia, kerena asetnya paling besar, sedangkan jaringan
pelayanannya paling luas. Perum Pegadaian pada tahun 2004 mempunyai
aktiva tetap Rp 3.167.910 juta. Sampai tahun 2006 jumlah cabang Perum
Pegadaian yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia adalah 826 unit (Hasil
wawancara pada survey awal tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala Cabang
Perum Pegadaian Cabang Klampis)
Perum Pegadaian mempunyai potensi yang sangat besar, sebenarnya
sangat menarik investor untuk memasuki bisnis ini. Hal tersebut tidak mungkin
dilakukan kerena Perum Pegadaian adalah BUMN yang memiliki hak
monopoli penyelenggaraan jasa gadai di Indonesia. PERUM Pegadaian
merupakan perusahaan yang memiliki hak monopoli berdasarkan undang-
undang. Pemerintah mempunyai pertimbangan yang positif dengan
memberikan hak monopoli kepada Perum Pegadaian. Salah satu alasannya
adalah menjaga kepastian keamanan barang-barang yang umumnya sangat
berarti bagi pemiliknya (www.pegadaian.co.id)
Pertimbangan lain yang menjadi alasan pemerintah memberikan hak
monopoli adalah jasa gadai yang mempunyai prinsip sederhana dibanding jasa
perbankan atau jasa pembiayaan lainnya, maka bila tidak ada pembatasan
hukum akan sangat banyak perusahaan yang akan memasuki jasa gadai.
Di satu sisi hal ini akan sangat memperkecil pangsa pasar Perum
Pegadaian, sehingga skala usaha yang efisien tidak akan tercapai. Hal ini bisa
terjadi apabila integrasi vertikal usaha keuangan oleh perbankan, karena
mereka memiliki sumber dana yang besar, yang juga merupakan sumber dana
utama Perum Pegadaian. Integrasi vertikal di sektor keuangan secara teoritis
sangat berbahaya, kerena dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Pihak-pihak yang melakukan integrasi vertikal di sektor keuangan cenderung
melakukan penyimpangan-penyimpangan atau kecurangan-kecurangan
Kinerja Perum Pegadaian di Indonesia secara umum sangat baik. Hal
ini bisa dilihat pada status pada tahun 1990 dari Perusahaan Jawatan
(PERJAN) menjadi Perusahaan Umum (PERUM). Sejak perubahan status
tersebut PERUM Pegadaian mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Perubahan yang paling signifikan terjadi pada jumlah pinjaman yang
disalurkan. Perum Pegadaian memperolah penghargaan di tahun ke-4 (pertama
2002), yang berlangsung di Auditarium TVRI Senayan Jakarta pada tanggal 26
Agustus 2005. Perusahaan gadai ini berhasil menyabet tiga gelar prestisius
sekaligus, yaitu:
1. BUMN Terbaik I 2005
2. CEO BUMN Terbaik I 2005
3. BUMN Terbaik I 2005 Kategori Jasa Keuangan (Hasil wawancara pada
survey awal tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala Cabang Perum
Pegadaian Cabang Klampis)
PERUM Pegadaian yang mempunyai motto “Mengatasi Masalah
Tanpa Masalah” dengan tidak menuntut prosedur yang tidak bermacam-
macam dan syarat-syarat administratif, yaitu dengan menyerahkan barang
sebagai jaminan yang disertai keterangan-keterangan singkat mengenai
identitas nasabah dan tujuan menggunakan kredit, maka dengan mudah
nasabah akan memperoleh kredit. Kepraktisan dan kesederhanaan prosedur
itulah yang menyebabkan Pegadaian selama ini dekat dengan kehidupan
ekonomi masyarakat yang digunakan sebagai alternatif dalam sistem kreditnya
(Hasil wawancara pada survey awal tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala
Cabang Perum Pegadaian Cabang Klampis).
Tujuan utama dari pengelolaan kredit adalah untuk mengurangi tingkat
kerugian yang mungkin terjadi pada saat penyaluran kredit. Nasabah selalu
menerima uang pinjaman dibawah nilai pasar dari barang yang digadaikan.
Hal ini dilakukan bila nasabah tidak menebus barang tersebut pada saat jatuh
tempo, maka Perum Pegadaian tidak akan mengalami kerugian jika dilakukan
pelelangan. Jika penetapan nilai taksiran sebesar nilai pasar dan ternyata pada
saat pelelangan nilai barang tersebut merosot, maka Perum Pegadaian akan
mengalami kerugian. Perlu dilakukan pengelolaan kredit yang tepat untuk
meminimalisir tingkat kerugian yang mungkin terjadi.
Kebutuhan gadai pada saat ini masih sangat dibutuhkan oleh golongan
ekonomi menengah kebawah. Karena dengan sedikitnya prosedur yang
diberikan akan memudahkan para nasabah untuk memperoleh pinjaman kredit
yang dilakukan dengan cara gadai untuk kebutuhan konsumtifnya.
Selain kemudahan prosedur yang diberikan dan cepat, para nasabah
dapat memperoleh barang yang diinginkan pada waktu pelaksanaan lelang
dengan harga yang relatif mudah dijangkau dan sesuai dengan penghasilan
yang didapat, sehingga tidak menutup kemungkinan dari tahun ketahun
nasabah dari Pegadaian tersebut akan mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya kebutuhan ekonomi.
Beberapa produk yang terdapat dalam Pegadaian adalah Kredit Cepat
Aman (KCA), KreditAngsuran Sistem Gadai (KRASIDA), Kredit Angsuran
Fidusia (KREASI) yang kesemuanya itu dapat diperoleh masyarakat dengan
system dan administrasi yang tidak menyulitkan, mudah dan proses cepat,
tidak memerlukan jaminan (anggunan) seperti BPKB kendaraan, sertifikat dan
Surat Keterangan Penghasilan (SKP), Surat Kuasa Pemotogan Gaji (SKPG)
bagi pegawai negeri dan lain sebagainya (Hasil wawancara pada survey awal
tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala Cabang Perum Pegadaian Cabang
Klampis)
Kredit KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan
prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan usaha ini,
Pemerintah melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki akses kedalam
perbankan. Dengan demikian, kalangan tersebut terhindar dari praktek
pemberian uang pinjaman yang tidak wajar. Pemberian kredit jangka pendek
dengan pemberian pinjaman mulai dari Rp. 20.000,- sampai dengan
Rp. 200.000.000,-.
Jaminannya berupa benda bergerak, baik berupa barang perhiasan
emas dan berlian, elektronik, kendaraan maupun alat rumah tangga lainnya.
Jangka waktu kredit maksimum 4 bulan atau 12 hari dan dapat diperpanjang
dengan cara hanya membayar sewa modalnya saja. Kelebihan dari produk
KCA (Kredit Cepat Aman) adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan
prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan usaha ini,
Pemerintah melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki akses kedalam
perbankan (www.pegadaian.co.id).
Hasil pengamatan peneliti dilapangan, bahwa produk Pegadaian yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah jenis Kredit Cepat Aman (KCA),
sebab proses pencairan dana mudah dan cepat disamping nasabah tidak perlu
menunggu lama. Beberapa persyaratan yang harus dilengkapi saat pengajuan
kredit gadai di Pegadaian hanya melampirkan fotocopy Kartu Tanda
Penduduk (KTP), mengisi blangko permohonan kredit dan jumlah nominal
yang diinginkan, kemudian analis dari Pegadaian akan melakukan taksiran
terhadap jenis barang yang akan digadai.lihat tabel 1 berikut tentang
perhitungan pada Kredit cepat Aman yang terdapat di Perum Pegadaian :
Tabel 1
Perhitungan Sewa Modal pada Produk KCA Perum. Pegadaian
RUBRIK KETERANGAN UP-MINIMAL UP-MAKSIMALSEWA
MODAL (%)
AKN A-Kain 20,000 150,000 1.000AKT A-Kantong 22,222 150,000 1.000AGD A-Gudang 22,222 150,000 1.000BGD B-Gudang 151,000 500,000 1.450BKT B-Kantong 151,000 500,000 1.450CGD C-Gudang 505,000 20,000,000 1.450CKT C-Kantong 505,000 20,000,000 1.450CMT C-Motor 505,000 20,000,000 1.450CMB C-Mobil 505,000 20,000,000 1.450DGD D-Gudang 20,050,000 200,000,000 1.000DKT D-Kantong 20,050,000 200,000,000 1.000Sumber: www.pegadaian.co.id Berlaku Mulai : 2007-01-01
Setelah itu, nasabah kemudian akan dipanggil untuk menandatangani resi
penerimaan gadai sejumlah nominal yang diinginkan. Terakhir kasir akan
memanggil dan merealisasikan permohonan. Dan sistem pelunasan dilakukan
oleh nasabah dengan ketentuan bahwa, Uang Pinjaman ditambah Sewa Modal
Maksimal. Pelunasan dapat dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo, yaitu 120
hari atau 4 bulan. Jika sampai tanggal jatuh tempo barang tersebut tidak
ditebus, maka akan dilakukan pelelangan. Pelunasan harus lebih besar dari
pada pelelangan (Hasil wawancara pada survey awal tanggal 13 Maret 2007
dengan Kepala Cabang Perum Pegadaian Cabang Klampis)
Berbeda halnya dengan sistem kredit yang terdapat dibeberapa
lembaga keuangan ataupun perbankan. Proses pengajuan kredit pada
perbankan harus melengkapi beberapa persyaratan khusus seperti KTP, Slip
Gaji, Foto copy rekening tabungan 3 bulan terakhir, Kartu Keluarga (KK),
Rekening Listrik, jenis anggunan yang akan digadai oleh bank/lembaga
keuangan dan sebagainya. Proses terakhir sebelum direalisasi adalah survey
untuk menentukan karakter konsumen. Setelah proses tersebut selesai, pihak
bank/lembaga keuangan akan melakukan proses wawancara untuk
menentukan jumlah nominal uang yang akan dicairkan.
Beberapa proses, sistem administrasi dan prosedur di atas
menunjukkan bahwa selain, pelayanan, fasilitas dan sarana-prasarana,
kemudahan birokrasi menjadi keunggulan bagi Pegadaian dalam menarik
simpati masyarakat untuk melakukan kredit gadai di Pegadaian.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang mempunyai judul: “Analisis pemberian Kredit Produk
KCA (Kredit Cepat Aman) pada Perum Pegadaian Cabang Klampis
Bangkalan”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas maka, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: Bagaimana pengelolaan kredit gadai produk KCA (Kredit Cepat
Aman) pada Perum Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan?
C. Batasan Penelitian
Pembatasan masalah perlu dilakukan dengan tujuan agar pokok
permasalahan yang diteliti tidak terlalu melebar dari yang sudah ditentukan,
atau dengan kata lain agar penelitian terfokus pada tujuan yang diteliti,
peneliti dalam hal ini membatasi masalah sebagai berikut:
1. Menitikberatkan pada upaya yang dilakukan oleh PERUM Pegadaian
dalam proses penyaluran kredit pada produk KCA, pelunasan, dan
pelelangan yang dilakukan antara periode 2004 sampai dengan 2006
2. Kredit yang diteliti hanya pada 1 produk yaitu, Kredit Cepat Aman
(KCA), karena Kredit Cepat Aman (KCA) merupakan kredit yang lebih
mudah diterima oleh kalangan masyarakat luas dan lebih banyak dipilih
oleh para nasabah PERUM Pegadaian disamping itu juga memperoleh
prosedur yang mudah dan sederhana.
3. Barang yang diteliti terbatas pada agunan berupa: perhiasan, elektronik
dan sepeda motor karena barang-barang tersebut mempunyai
kemungkinan resiko yang lebih besar dibandingkan dengan barang yang
lain.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana pengelolan
kredit gadai produk KCA (Kredit Cepat Aman) pada Perum Pegadaian
Cabang Klampis.
2. Kegunaan penelitian
a. Bagi manajer Cabang PERUM Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai
sumbangan pemikiran dalam rangka untuk mengembangkan
pengambilan keputusan yang lebih baik lagi dalam menyelesaikan
masalah terutama dalam pengelolaan kredit gadai.
b. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian
lebih lanjut, terutama penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan
kredit gadai, dan juga sebagai referensi dalam meneliti dan mengkaji
lebih dalam lagi untuk permasalahan yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini seperti telah dilakukan oleh Agustina pada tahun 2003,
dengan judul “Analisis Pengelolaan Kredit Gadai Guna Mengurangi Tingkat
Kerugian (studi kasus pada Perum Pegadaian Cabang Lumajang”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa tingkat kerugian kredit gadai
yang mungkin bisa terjadi pada Perum Pegadaian Cabang Lumajang sampai
dengan pelaksanaaan lelang pada periode 2000-2003.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kinerja Perum. Pegadaian
Cabang Lumajang sepanjang tahun 2000 hingga 2003 masih belum maksimal
namun demikian tidak menyebabkan tingkat kerugian yang begitu berarti
sebab penyaluran kredit pada tahun 2000 hingga 2003 tetap mengalami
kenaikan akan tetapi jika dilihat dari jumlah pelanggannya mengalami
penurunan. Kenaikan penyaluran kredit pada Perum. Pegadaian Cabang
Lumajang mengalami kenaikan sebesar 10% dari tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut membuktikan bahwa pada tahun 2000 hingga 2003
Perum. Pegadaian Cabang Lumajang telah mengalami peningkatan
perkembangan usaha dengan minimnya tingkat kerugian yang dialaminya
sebab masih dapat ditangani dengan adanya peningkatan penyaluran kredit
kepada nasabahnya.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agustina
pada tahun 2000-2003 ada beberapa kesamaan dengan penelitian yang
sekarang, yakni sama-sama meneliti tentang analisis pemberian kredit pada
produk Kredit Cepat Aman (KCA) disatu sisi lokasi penelitian yang obyek
permasalahan yang diteliti berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada
penelitian kali ini lebih difokuskan pada prosedur dan mekanisme pemberian
kredit KCA serta faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
pengelolaan kredit KCA pada PERUM Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan
B. Landasan teori
1. Keputusan pemberian kredit
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan
perkataan yang asing bagi masyarakat Indonesia. Perkataan kredit tidak
saja dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi juga sampai di
desa-desa. Kata kredit tersebut sudah sangat popular. Istilah kredit berasal
dari bahasa Yunani, yaitu credere yang berarti kepercayaan (truth atau
faith). Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang
atau suatu badan yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit
di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah
dijanjikan (Suyatno, 2003:12)
Keputusan pengambilan kredit hanya dapat dilakukan oleh Pejabat
Pemutus Kredit atau pimpinan kantor cabang. Sebelum memberikan
putusan kredit pimpinan kantor cabang harus memeriksa dan meneliti
kelengkapan kredit. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan bisnis yang
dimilikinya, pimpinan kantor cabang dengan melihat analisis dan evaluasi
yang dibuat oleh penaksir akan mampu memberikan putusan kredit secara
akurat. Putusan kredit tersebut harus memuat antara lain: strukur dan tipe
kredit, syarat dan ketentuan kredit.
Putusan kredit yang telah disetujui oleh pimpinan kantor cabang,
selanjutnya diserahkan ke bagian administrasi untuk dipesiapkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Memberikan surat penawaran putusan kredit kepada nasabah yang
memuat struktur dan tipe kredit serta syarat-syarat dan ketentuan kredit
yang harus dipenuhi oleh nasabah. Surat penawaran tersebut harus
mencantumkan jatuh tempo kepada pemohon untuk memberikan
persetujuan atau penolakan. Apabila dalam jangka waktu yang telah
ditentukan nasabah tidak menebus barang jaminannya, maka akan
dilakukan pelelangan.
b. Mempersiapkan dokumen perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok.
Perjanjian kredit dapat dibuat sesuai resiko kredit menurut pimpinan
kantor cabang dengan cara notariil maupun dibawah tangan. Semua
perjanjian kredit harus memuat secara lengkap unsur-unsur yang
dikehendaki seperti yang tertuang dalam putusan kredit dan memuat
agunan-agunan yang diberikan pengikatannya
c. Mempersiapkan dokumen perjanjian perikatan agunan, yaitu perjanjian
yang dibuat berdasarkan perjanjian kredit yang bersangkutan.
2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian kredit
Agar tidak terjadi resiko yang besar, dalam pemberian kredit, maka
perlu memahami prinsip 5C yang dituangkan dalam perhitungan baik
dalam perhitungan baik berupa non materiil maupun material.
a. Untuk non material seperti Caracter (sifat) dan Condition (kondisi)
b. Untuk material seperti Capasity (kemampuan), Capital (modal)
dan Collateral (barang jaminan)
Dari dua hal tersebut harus dijadikan data kwantitatif sehingga
akan mudah diukur sejauh mana perhitungan resiko yang akan
dihadapi
Dalam analisis ini yang paling sulit adalah menilai karakter dan
kondisi, sehingga perlu dilakukan dengan hati-hati, cermat dan teliti.
(Buku praktis mengenal dan mengenalkan produk KCA, KREASI,
KRASIDA)
Suatu kredit harus mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit behwa prestasi
yang diberikan akan benar-benar diterimanya kembali dalam
jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di masa yang
akan datang.
c. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapai sebagai
akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima di
kemudian hari.
d. Prestasi, yaitu suatu bentuk obyek kredit yang tidak saja diberikan
dalam bentuk uang, tetapi juga dapat dalam bentuk uang atau jasa
(Suyatno, 2003:14)
Tujuan kredit secara umum
a. Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
b. Meningkatkan aktifitas perusahan agar dapat menjalankan
fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin,
dan dapat memperluas usahanya (Suyatno, 2003: 14-15)
Kegunaan.kredit secara umum :
a. Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
menbangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
b. Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya (Kasmir, 1998:99)
3. Analisis Kelayakan kredit
Menurut Susilo (2000: 185-187) dalam melakukan analisis
terhadap kelayakan kredit maka kriteria penilaian kinerja PERUM
Pegadaian adalah sebagai berikut:
a. Pemberian pinjaman
Nilai taksiran atas barang yang akan digadaikan tidak sama
dengan besarnya pinjaman yang diberikan. Setelah nilai taksiran
ditentukan, maka petugas menentukan jumlah uang pijaman yang
dapat diberikan. Penentuan jumlah uang pinjaman ini juga
berdasarkan prosentase tertentu dalam nilai taksiran, dan
prosentase ini juga telah ditentukan oleh Perum Pegadaian
berdasarkan golongan yang besarnya berkisar antara 80 hingga
90%.
Pinjaman kemudian digolongkan atas dasar jumlahnya untuk
menentukan syarat-syarat pijaman seperti besarnya sewa modal,
jangka waktu pelunasan, jadwal dan waktu pelelangan.
Berdasarkan penjelasan diatas, nilai uang pinjaman yang
diberiakan lebih kecil dari pada nilai pasar dari barang yang
digadaikan. Perum Pegadaian secara sengaja mengambil kebijakan
ini untuk mencegah kerugian. Apabila ternyata nasabah pada saat
jatuh tempo tidak mampu atau tidak bersedia menebus barang yang
digadaikan, maka Perum Pegadaian akan menjual barang tersebut
melalui pelelangan.
b. Pelunasan
Sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan .pada waktu
pemberian pinjaman, nasabah mempunyai kewajiban melakukan
pelunasan pemberian yang telah diterima. Pada dasarnya, nasabah
dapat melunasi kewajibannya setiap saat tanpa herus menunggu
jatuh tempo. Pelunasan pinjaman beserta sewa modalnya (bunga)
dibayarkan langsung ke kasir disertai surat surat gadai. Setelah
adanya pelunasan atau penebusan yang disertai pemenuhan
kewajiban nasabah yang lain, nasabah dapat mengambil kembali
barang yang digadaikan.
c. Pelelangan
Penjualan barang yang digadaikan melalui suatu pelelangan
akan dilakukan oleh Perum Pegadaian pada saat yang telah
ditentukan di muka apabila hal-hal berikut ini terjadi:
1) Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak
bisa menebus barang yang digadaikan dan membayar
kewajiban lainnya kerena berbagai alasan.
2) Pada masa saat pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak
memperpanjang batas waktu pinjamannya kerena berbagai
alasan.
Hasil pelelangan barang yang digadaikan akan digunakan
untuk melunasi seluruh kewajiban nasabah kepada Perum
Pegadaian yang terdiri dari:
1) Pokok pinjaman
2) Sewa modal atau bunga
3) Biaya lelang
Apabila barang yang digadaikan tidak laku dilelang atau terjual
dengan harga yang lebih rendah daripada nilai taksiran yang telah
dilakukan pada awal pemberian pinjaman kepada nasabah yang
bersangkutan, maka barang yang tidak laku dilelang tersebut dibeli
oleh negara dan kerugian yang timbul ditanggung oleh Perum
Pegadaian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum pihak
pemberi kredit memberikan kredit ada beberapa faktor yang
diperhatikan yaitu tujuan dan arah pemberian kredit harus
dipertimbangkan terlebih dahulu sebelun menilai faktor yang lain.
Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan
kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk
menanggung pembayaran kembali suatu utang. Kegunaan barang
jaminan adalah:
a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada PERUM Pegadaian
untuk mendapatkan pelunasan barang-barang jaminan tersebut,
apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar
kembali utangnya pada waktu yang telah ditentukan dalam
perjanjian.
b. Menjamin agar nasabah berperan serta didalam transaksi untuk
membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk
meninggalkan usahanya atau proyeknya dengan merugikan diri
sendiri, dapat dicegah atau kemungkinan untuk berbuat
demikian dapat diperkecil.
c. Memberi dorongan kepada nasabah untuk memenuhi perjanjian
kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai
dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar tidak kehilangan
barangnya yang telah dijaminkan kepada pegadaian. (Suyatno,
2003:88)
Gadai yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang
berhutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan memberikan
kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-
orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk lelang
barang tersebut dan biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan
setelah barang tersebut digadaikan, biaya-biaya mana yang harus
didahulukan .
Kredit KCA (Kredit Cepat Aman) adalah pinjaman
berdasarkan hukum gadai dengan prosedur pelayanan yang mudah,
aman dan cepat. Dengan usaha ini, Pemerintah melindungi rakyat
kecil yang tidak memiliki akses kedalam perbankan
(www.pegadaian.co.id)..
Dengan demikian, kalangan tersebut terhindar dari praktek
pemberian uang pinjaman yang tidak wajar. Pemberian kredit
jangka pendek dengan pemberian pinjaman mulai dari Rp. 20.000,-
sampai dengan Rp. 200.000.000,-. Jaminannya berupa benda
bergerak, baik berupa barang perhiasan emas dan berlian,
elektronik, kendaraan maupun alat rumah tangga lainnya. Jangka
waktu kredit maksimum 4 bulan atau 120 hari dan dapat
diperpanjang dengan cara hanya membayar sewa modalnya saja
(www.pegadaian.co.id).
Barang bergerak diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh
seseorang yang mempunyai utang. Seseorang yang berpiutang
tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk
menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk
melunasi apabila pihak yang berpiutang tidak memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo. (Susilo, dkk, 2000: 179)
Dari pengertian yang terkandung diatas terdapat unsur-unsur di
dalam gadai, yaitu:
a. Hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak
b. Benda bergerak tersebut diserahkan debitur kepada kreditur.
c. Penyerahan benda bergerak yang dijadikan jaminan utang.
d. Kreditur mempunyai hak dalam pelunasan piutangnya dengan
kekuasaan melelang barang jaminan tersebut kreditur tidak
dapat melunasi atau membayar utangnya.
e. Pelunasan tersebut didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya
f. Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan barang jaminan dilunasi
terlebih dahulu dari hasil lelang sebelum pelunasan piutang.
Gadai mempunyai sifat sebagai berikut:
Gadai bersifat asesoir, yaitu sebagai dari perjanjian pokok
hutang piutang. Gadai tergantung pada adanya perjanjian pokok
hutang piutang, tanpa hal itu gadai tidak akan terlaksana (Soedewi,
1999:97)
Hak dan kewajiban pemegang gadai:
a. Hak pemegang gadai adalah sebagai berikut:
1) Menahan barang yang dijaminkan sampai waktu utang
dilunasi, baik yang mengenai jumlah pokok maupun bunga.
2) Mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang tersebut,
apabila orang yang berutang tidak menepati kewajibannya.
Penjualan barang ini dapat dilakukan sendiri atau minta
perantaraan hakim.
3) Berhak meminta ganti biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan barang tanggungan itu.
4) Berhak menggadaikan lagi jaminan itu
b. Kewajiban pemegang gadai adalah sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab terhadap hilangnya/kemunduran harga
barang jaminan, jika hal itu disebabkan kelalaiannya.
2) Harus memberi tahu kepada orang yang berutang apabila ia
hendak menjual barang jaminan.
3) Harus memberikan perhitungan tentang pendapatan
penjualan barang itu dan setelah ia mengambil pelunasan
utangnya, maka ia harus menyerahkan kelebihannya kepada
si berutang. (Suyatno, 2003: 93)
c. Macam-macam hak gadai:
Menurut Hak gadai dapat dibedakan menjadi dua:
1) Taksah, yaitu hak gadai atas segala benda yang dibiarkan
tetap dalam kekuasaan pemberi gadai, ataupun hak yang
kembali atas kemampuan penerima gadai.
2) Hak gadai hapus
a) Apabila barang gadai tersebut keluar dari kekuasaan si
penerima gadai
b) Apabila barang tersebut hilang dari tangan si penerima
gadai ini atau di curi, maka ia berhak menuntut
kembali, sedangkan apabila barang tersebut didapatkan
kembali, maka hak gadainya itu dianggap tidak pernah
hilang. (Subekti,1986:271)
Tolok ukur yang digunakan PERUM Pegadaian dalam
kelayakan penggunaan kredit yaitu meliputi:
a. Tidak melanggar hukum atau peraturan pemerintah.
b. Tidak dipergunakan untuk spekulasi.
c. Tidak menyimpang dari kebijakan kredit.
d. Untuk menanganinya tidak membutuhkan keahlian khusus
e. Tidak menyimpang dari standar umum penggunaan kredit
(Sutojo, 2000:53)
Dalam pemberian kredit PERUM Pegadaian menetapkan
standar dalam kebijakan kelayakan kreditur, yaitu meliputi:
a. Kredit hanya diserahkan kepada debitur yang jujur, bahan
usahanya dikelola secara professional (untuk debitur koperasi),
mempunyai kemampuan melunasi kredit dari sumber dana
yang normal, prospek pada masa depan usahanya cerah dan
dalam hal ini di dukung oleh jaminan yang cukup.
b. Setiap rekomendasi persetujuan kredit harus didukung oleh
jadwal pelunasan kredit yang disetujui oleh nasabah.
c. Selama perjanjian kredit berjalan, harus mendapat kepastian
bahwa nasabah mempunyai kemampuan untuk melunasinya
C. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban duga yang dianggap besar kemungkinan
untuk menjadi jawaban yang benar. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti
mengambil hipotesis yaitu pengelolaan kredit gadai pada PERUM Pegadaian
Cabang Klampis dapat dikatakan baik.
KRASIDAKCA
Tidak BaikBaik
Gadai Tidak Terbayar
KREASI
PEGADAIAN
Gadai Terbayar
Prosedur Pemberian KreditNasabah
Kasir
Penaksir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan pada Perum Pegadaian Cabang Klampis Jl. Raya
Klampis 121 Klampis, Bangkalan
B. Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian studi kasus yang berarti mengadakan
suatu penelitian secara intensif, terperinci dan mendalam yaitu Perum
Pegadaian Cabang Klampis, Bangkalan
C. Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis ini termasuk bersifat terapan yaitu
penelitian yang menekankan pada pemecahan masalah-masalah praktis dan
diarahkan untuk menjawab pertanyaan spesifik dala rangka pemenuhan
kebijakan, tindakan, atau kinerja tertentu.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional menurut pendapat (Indriantoro 2002:69)
menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkiakan bagi peneliti
yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara pengukuran
construct yang lebih baik. Berdasarkan konsep yang ada maka variabel-
variabel yang perlu di teliti adalah:
1. Kredit merupakan penyerahan kekuatan membeli dalam bentuk
peminjaman yang tidak segera meminta balas jasa atau kontrapestasi pada
waktu penjualan dilakukan
2. Kredit Cepat Aman (KCA) merupakan salah satu produk yang dimiliki
oleh Perum. Pegadaian dimana sistem pemberian kreditnya didasarkan
atas pinjaman si nasabah dengan cara menggadaikan/menjaminkan barang
yang dimilikinya kepada manajemen Perum.
3. Pegadaian adalah suatu lembaga perkreditan kecil yang memiliki fungsi
membantu masyarakat dalam menyalurkan kredit atas dasar gadai kepada
para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif,
kaum buruh/Pegawai Negeri yang ekonominya lemah yang bersifat
konsumtif. Perum. Pegadaian yang dimaksud adalah Perum. Pegadaian
Cabang Klampis Bangkalan
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah data dokumenter yaitu
jenis data penelitian yang antara lain berupa : faktur, jurnal, surat-surat,
notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan program
(Indriantoro 2002:146). Sumber data dalam hal ini adalah data-data
dokumentasi yang diberikan oleh pihak manajemen Perum Pegadaian
Cabang Klampis seperti :
1. Data kredit gadai tahun 2004 - 2006
2. Laporan perkembangan usaha.
3. Data perincian berdasarkan profesi.
2. Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh
dari instansi, ataupun referensi-refensi dan sebagainya yang terkait dengan
penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang penulis akan lakukan adalah
field research, yaitu dengan mengadakan peninjauan langsung ke obyek
penelitian dengan cara:
1. Wawancara, yaitu memperoleh data dengan mengadakan wawancara
langsung dengan responden yang berwenang.
2. Dokumentasi, yaitu cara memperoleh data dengan jalan mendapatkan data
historis, SK dan contoh lain yang ada hubungannya dengan penelitian
skripsi yang berupa laporan yang telah diterbitkan oleh Perum Pegadaian
Cabang Klampis.
G. Langkah Analisis Deskriptif.
Langkah-langkah analisis deskriptif pengelolaan kredit gadai untuk
melihat besar kecilnya tingkat kerugian: melakukan perhitungan jumlah kredit
gadai yang telah dibayar pada tiap-tiap periode (perbulan/pertahun) secara
berkala. Langkah selanjutnya menghitung prosentase tingkat kerugian (kredit
yang tidak dibayar/macet) dan membandingkan prosentase tingkat kerugian
tiap periode (perbulan/pertahun)
H. Uji Hipotesis.
Berdasarkan hipotesis yang ada maka dapat dilakukan tolok ukur dalam
pengelolaan gadai Perum Pegadaian cabang Klampis, yaitu sebagai berikut:
1. Apabila pengelolaan gadai mengalami peningkatan ≥ 10% setiap tahun
maka dianggap baik.
2. Apabila pengelolaan gadai mengalami peningkatan <10% setiap tahun
maka dianggap tidak baik.
I. Metode Analisis Data
Metode analisa data yang dipergunakan adalah metode deskriptif
kuantitatif, dimana hasil perhitungan terhadap pemberian kredit produk KCA
pada Pegadaian Cabang Klampis yang telah dihitung secara statistik guna
mengetahui tingkat prosentase pemberian kredit kemudian di uraikan secara
deskriptif.
Setelah diketahui perhitungan prosentase kredit gadai produk KCA
tersebut, kemudian peneliti juga melakukan perhitungan analisis pengelolaan
gadai yaitu dengan menghitung besarnya kredit proses penyaluran gadai,
pelunasan, lelang, dan bunga.
1. Barang kantong emas.
STL= (100% - SSBP) × HPP
Keterangan:
STL : Standart Taksiran Logam
SSBP : Surat Setoran Bukan Pajak
Yaitu : 2,7% => 1% Bea untuk penjual
=> 1% Bea untuk pembeli
=> 0,7% Dana sosial
HPP : Harga Pasar Pusat.
Menurut Surat Edaran (SE) kantor pusat harga emas sekarang adalah Rp
134.000,00/gram, sedangkan kantor wilayah Rp. 140.000,00/gram
Faktor yang mempengaruhi penetapan Harga Pasar Pusat (HPP) kantor
pusat adalah:
a. Kurs Dollar.
b. Harga emas dunia
2. Barang gudang (elektronik, sepeda motor)
Perhitungan untuk menentukan taksiran barang gudang adalah
berdasarkan Harga Pasar Setempat (HPS) dari setiap wilayah di setiap
daerah setempat. Sebuah kantor wilayah terdiri dari beberapa kantor
cabang. Di dalam menentukan HPS, Kanwil mengutus setiap cabang untuk
melakukan pemantauan terhadap harga pasar yang berlaku setiap 3 bulan
sekali. Setiap cabang menyerahkan laporan hasil pengamatannya kepada
Kanwil untuk pengambilan keputusan dala penentuan HPS. Kanwil berhak
mengesahkan HPS setelah dilakukan survey oleh kantor cabang.
Plafon taksiran:
a. Elektronik = 65% × HPS
b. Sepeda Motor = 75% × HPS
Keterangan:
HPS : Harga Pasar Setempat
Dari hasil plafon taksiran dilakukan perhitungan menurut golongan
yang disebut taksiran. Untuk menghitung jumlah uang bersih yang
diterima oleh nasabah, yaitu mengurangi taksiran dengan biaya
administrasi sebesar 1%.
3. Menghitung fluktuasi jumlah nasabah dan jumlah gadai berdasarkan
profesi
a. Prosentase kenaikan nasabah
b. Fluktuasi penyaluran gadai
4. Menghitung gadai yang tidak dibayar
a. Gadai yang tidak dibayar
Penyaluran gadai – (Pelunasan + Lelang)
b. Prosentase tingkat kerugian
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1999. Pedoman Operasional Kantor Cabang. Jakarta
Asmen. Buku Praktis Mengenal dan Mengenalkan Produk KCA, KREASI,
KRASIDA. KANWIL Perum Pegadaian Surabaya. Surabaya.
Firdaus, R dan Ariyanti, Maya. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum.
Cetakan Pertama. Alfabeta, Anggota IKAPI. Bandung.
Hidayat, Wahyu. 2004. Buku Pedoman Karya Penulisan Skripsi dan Tugas
Akhir. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Kasmir. 1998. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Ed.1) Cetakan Kedua.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nur,Indriantoro dan Bambang, Supomo. 2002. Metoda Penelitian Bisnis. Edisi
kedua. BPFE. Yogyakarta.
Pegadaian.ProdukKCA.(Online).(http//www.pegadaian.co.id/
produk_kca.php.htm. diakses 18 Februari 2007)
Subekti, R. 1986. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Subagyo, dkk. 1997. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Bagian Penerbitan
STIE YKPN. Cetakan ke 3. Yogyakarta.
Susilo, Sri. Y, dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cetakan pertama. Yogyakarta.Suyatno, T, dkk. 1997. Dasar-Dasar Perkreditan. (Ed VI). STIE Perbanas dan
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sutojo, Siswanto. 2000. Strategi Manajemen Kredit Bank Umum. PT.
Damarmulia Pustaka, Jakarta.
Widayat dan Amirullah. 2992. Riset Bisnis. Cetakan Pertama, Cahaya Press.
Malang.