Post on 25-Aug-2020
i
EFEKTIVITAS PEMBERIAN REWARD MELALUI METODE
TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATAN KEDISIPLINAN
ANAK USIA DINI
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh
Umri Mufidah
1601408001
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa ini skripsi tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya, tidak terdapat karya yang diterbitkan oleh orang lain, kecuali
secara tertulis dirujuk dalam skripsi dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang,
Umri Mufidah
NIM. 1601408001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Ef ektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token
Ekonomi Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini” telah dipertahankan
dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian Skripsi,
Ketua, Sekretaris,
Drs. Hardjono, M.Pd Edi Waluyo, S.Pd., M.Pd
NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19790425 200501 1 001
Penguji I,
Wulan Ardiati, M.Pd
NIP. 19810613 200501 2 001
Penguji II, Penguji III,
Edi Waluyo, S.Pd., M.Pd Drs. Khamidun, M.Pd
NIP. 19790425 200501 1 001 NIP. 19671216 199903 1 002
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Disiplin didahulukan, akademik diutamakan.
PERSEMBAHAN :
karya ini kupersembahkan untuk:
ALLAH SWT yang selalu ada setiap detik untuk menemaniku
Ayahku (almarhum) yang selalu menjadi semangat dalam hidupku
Ibu dan kakakku, terima kasih atas doa, kasih sayang sepenuh hati
dan dukungannya
Om dan tante, pak de dan bu de serta semua keluarga besar mbah
H. Abdul Kodir dan mbah H. Ahmad Khudori yang selama ini
sudah membiayaiku sekolah sampai sekarang ini.
Teman-temanku rempongers PG PAUD 2008
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang senantiasa melimpahkan hidayah
dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pemberian
Reward Melalui Metode Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak
Usia Dini di TK Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang”, dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi
jenjang strata 1 (S1) dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas
Negeri Semarang. Penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan
kepada :
1. Drs. Hardjono, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
2. Edi Waluyo, S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini UNNES yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi
ini.
3. Edi Waluyo, S.Pd., M.Pd, pembimbing I dan Drs. Khamidun, M.Pd pembimbing
II yang telah membimbing dan mengarahkan penulisan untuk menyelesaikan
skripsi ini.
4. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah
menyampaikan ilmunya kepada penulis
5. Hj. Fadlilah, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan segenap guru TK Hj Isriati
Baiturrahman 1 Semarang yang telah memberikan izin penelitian
6. Ibu dan kakakku tersayang yang tidak pernah berhenti menyayangi dan
mengasuhi lahir dan batin, ayahku yang sudah di Surga yang selalu menjadi
motivasiku serta sanak saudara tersayang yang selalu memberiku dukungan.
vi
7. Teman-teman Jurusan PG PAUD UNNES 2008
8. Teman-teman di kos MHC gang goda yang memberikan semangat, terlebih Dinta
Intan Widiasti yang sudah menjadi inspiratorku selama ini, dan temanku Imul
Puryanti yang selalu menjadi sahabatku baik susah maupun senang.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penelitian dan
penusunan skripsi ini.
10. Alamaterku tercinta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Meskipun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pembaca.
Semarang, 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
Mufidah, Umri. 2012. Efektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi untuk meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: 1. Edi Waluyo, M.Pd, 2. Drs. Khamidun, M.Pd Kata Kunci: reward, token ekonomi, kedisiplinan, anak usia dini
Disiplin merupakan suatu cara untuk memperbaiki tingkahlaku yang salah. Disiplin juga mendorong, membimbing dan membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan, kepatuhan, dan mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir secara teratur. Reward juga merupakan salah satu alat pendidikan untuk mendidik anak supaya dapat merasa senang, karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Hurlock menyatakan bahwa sepanjang masa kanak-kanak, penghargaan mempunyai nilai edukatif yang penting. Untuk itu setiap kali anak menunjukkan sikap disiplin mereka maka akan mendapatkan sebuah imbalan atau token ekonomi yang dapat dikumpulkan dan ditukarkan dengan sesuatu yang berharga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui token ekonomi efektif atau tidak dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
Penelitian ini jenis penelitian eksperimen kuasi Nonequivalent Control Group Design. Pengambilan sample menggunakan teknik Nonprobability Sampling. Sedangkan jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yang menyebutkan bahwa penentuan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu.
Uji t paired antara pretest dan posttest kelompok eksperimen menghasilkan nilai significant (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan nilai thitung 5,872 > dari nilai ttabel 2,069 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pretest dan posttest kelompok eksperimen. Hasil perhitungan uji t paired antara pretest dan posttest kelompok kontrol menghasilkan nilai significant (2-tailed) > 0,05 yaitu 0,071 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan nilai thitung 1,899 < dari nilai ttabel 2,069 menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan antara hasil pretest dan posttest kelompok kontrol. Hasil uji t paired posttest kelompok eksperimen dan kontrol adalah ada perbedaan yang signifikan karena memiliki nilai significant (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan nilai thitung 9,470 > dari nilai ttabel 2,069 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil posttest kelompok kontrol dan eksperimen, dimana kelompok eksperimen menghasilkan nilai posttest yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Ada perbedaan tingkat kedisiplinan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan token ekonomi dan terlihat perbedaan tingkat kedisiplinan pada kelompok eksperimen dan kontrol setelah diberikan perlakuan. Maka token ekonomi efektif digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
2.1 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
4.1 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
4.1.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................ 7
4.1.2 Manfaat Praktis ......................................................................................... 7
5.1 Batasan Istilah ........................................................................................... 7
5.1.1 Pengertian Reward .................................................................................... 7
5.1.2 Pengertian Token Ekonomi ....................................................................... 8
ix
5.1.3 Pengertian Kedisiplinan ............................................................................ 8
5.1.4 Pengertian Anak Usia Dini ........................................................................ 8
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 9
2.1 Reward ...................................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Reward .................................................................................... 9
2.1.2 Komponen-kompenen Penerapan Reward ................................................ 12
2.1.3 Syarat-syarat Reward ................................................................................ 14
2.1.4 Tujuan Reward ......................................................................................... 16
2.1.5 Fungsi dan Peranan Reward ..................................................................... 16
2.2 Token Ekonomi ........................................................................................ 18
2.2.1 Konsep Metode Token Ekonomi .............................................................. 18
2.2.2 Tujuan Token Ekonomi ............................................................................ 21
2.2.3 Komponen Token Ekonomi ...................................................................... 23
2.2.4 Langkah-langlah Pelaksanaan Token Ekonomi ........................................ 25d
2.2.5 Kriteria Pemilihan Token Ekonomi .......................................................... 26
2.2.6 Kebaikan dan Kelemahan Token Ekonomi .............................................. 27
2.3 Kedisiplinan .............................................................................................. 27
2.3.1 Konsep Kedisiplinan ................................................................................. 27
2.3.2 Tujuan Disiplin ......................................................................................... 32
2.3.3 Pengaruh Disiplin pada Anak ................................................................... 33
2.3.4 Faktor Kedisiplinan .................................................................................. 35
x
2.3.5 Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak Usia Dini ............................. 36
2.3.6 Unsur-unsur Disiplin ................................................................................ 38
2.3.7 Indikator Disiplin ...................................................................................... 41
2.4 Anak Usia Dini ......................................................................................... 42
2.4.1 Pengertian Anak Usia Dini ....................................................................... 42
2.4.2 Karakteristik Anak Usia Dini ................................................................... 45
2.4.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perkembangan AUD ................. 46
2.5 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 47
2.6 Hipotesis ................................................................................................... 48
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 49
1.1 Jenis dan Desain Penelitian ...................................................................... 49
1.1.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 49
1.1.2 Desain Penelitian ...................................................................................... 50
1.2 Variabel Penelitian .................................................................................... 52
1.2.1 Identifikasi Variable ................................................................................. 52
1.2.2 Definisi Operasional Variabel .................................................................. 53
1.2.3 Hubungan Antar Variabel ......................................................................... 53
1.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 54
1.3.1 Populasi .................................................................................................... 54
1.3.2 Sampel ...................................................................................................... 54
1.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 55
1.5 Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 57
xi
1.5.1 Validitas .................................................................................................... 57
1.5.2 Reliabilitas ................................................................................................ 60
1.6 Analisis Data ............................................................................................. 62
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 71
4.1 Persiapan Penelitian .................................................................................. 71
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ...................................................................... 71
4.1.2 Proses Perijinan ......................................................................................... 72
4.1.3 Penentuan Subjek Penelitian ..................................................................... 73
4.1.4 Persiapan Instrumen Penelitian ................................................................. 76
4.2 Pelaksaan Penelitian .................................................................................. 79
4.2.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 79
4.2.2 Pelaksanaan Skoring ................................................................................. 81
4.3 Data Hasil Penelitian ................................................................................. 81
4.3.1 Hasil Penelitian pada Kelompok Eksperimen ........................................... 81
4.3.2 Hasil Penelitian pada Kelompok Kontrol ................................................. 83
4.3.3 Perbandingan Data Pretest dan Posttest ................................................... 84
4.4 Analisi Data ................................................................................................ 84
4.4.1 Uji Normalitas ........................................................................................... 84
4.4.2 Uji Homogenitas ....................................................................................... 85
4.5 Uji Hipotesis .............................................................................................. 86
4.5.1 Uji Hipotesis Kelompok Kontrol .............................................................. 88
xii
4.5.2 Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen ........................................................ 89
4.5.3 Uji Hipotesis Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ...................... 89
4.6 Pembahasan dan Analisis .......................................................................... 90
4.6.1 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 90
4.6.2 Analisis Hasil Penelitian ........................................................................... 91
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................. 96
5.1 Simpulan ................................................................................................... 96
5.2 Saran .......................................................................................................... 96
5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98
LAMPIRAN ...................................................................................................... 100
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Rancangan Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ............... 52
3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Peningkatan Kedisiplinan Anak Usia Dini
Melalui Metode Token Ekonomi .............................................................. 57
3.3 Hasil Uji Validitas .................................................................................... 59
3.4 Hasil Uji Reliasbilitas Item pada Uji Coba Instrumen .............................. 61
4.1 Subjek Penelitian ...................................................................................... 73
4.2 Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........................... 75
4.3 Pemberian Token Ekonomi pada Kelompok Eksperimen ....................... 79
4.4 Jadwal Pemberian Perlakuan .................................................................... 80
4.5 Hasil Pretest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Eksperimen .................... 82
4.6 Hasil Posttest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Eksperimen ................... 82
4.7 Hasil Pretest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Kontrol ........................... 83
4.8 Hasil Posttest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Kontrol ......................... 83
4.9 Hasil Rata-rata Pretest dan Posttest ......................................................... 84
4.10 Hasil Uji Normalitas ................................................................................ 85
4.11 Hasil Uji Homogenitas ............................................................................. 86
4.12 t-test Kelompok Kontrol .......................................................................... 87
4.13 t-test Kelompok Eksperimen .................................................................... 88
4.14 t-test posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen .................................. 89
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian .................................... 100
2. Validitas Dan Reliabilitas Data Hasil Uji Coba Instrumen ......................... 101
3. Instrumen Penelitian ................................................................................... 102
4. Tabulasi Data Hasil Penelitian .................................................................... 103
5. Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen .............. 104
6. Uji Homogenitas Data Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen .......... 105
7. Uji Perbedaan Data Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan
Eksperimen .................................................................................................. 106
8. Uji Perbedaan Data Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ............. 107
9. Dokumentasi ............................................................................................... 108
10. Surat Ijin Penelitian ..................................................................................... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak dalam rangka
pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tujuannya ialah agar anak
dapat secara kreatif dan dinamis dalam mengembangkan hidupnya di kemudian hari.
Tentu saja kasih sayang dan disiplin harus berjalan bersama-sama secara seimbang.
Dengan kata lain kasih sayang tanpa disiplin mengakibatkan munculnya rasa
sentimen dan ketidakpedulian sebaliknya disiplin tanpa kasih sayang merupakan
tindakan kejam. Oleh karena itu, bahasan mengenai disiplin ini amat perlu karena hal
ini dapat menjadi sumber masukan dalam pelayanan sebagai guru, sehingga guru
memiliki pemahaman yang benar mengenai disiplin. Selain itu dapat menjadi alat
refleksi bagi guru, sehingga guru dapat bersikap yang benar dalam mendisiplinkan
anak didiknya.
Orangtua dan guru selalu memikirkan cara yang tepat dalam menerapkan
disiplin bagi anak sejak balita hingga masa kanak-kanak dan sampai usia remaja.
Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar belajar mengenai hal-hal baik yang
merupakan persiapan bagi masa dewasanya, dimana anak sangat bergantung kepada
disiplin diri dan pembentukkan perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai
dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya tertentu, tempat individu itu
2
diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula satu falsafah
pendidikan yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanam disiplin.
Bakwin dan bakwin (Wantah 2005: 141) telah memberi beberapa alasan
terjadinya perubahan dalam sikap sosial terhadap disiplin yakni, hilangnya pengaruh
agama, popularitas psiko-analisis dengan penekanan pada pengaruh buruk, penekanan
emosi, pemusatan perhatian pada perkembangan emosional, perkembangan spiritual,
doktrin palsu yang menyatakan bahwa kesalahan dalam pendidikan anak berbekas
secara permanen pada jiwa anak, hilangnya kepercayaan diri orang tua yang
menyebabkan wibawa mereka merosot. Selanjutnya banyak orang tua tidak berusaha
untuk menanamkan disiplin sehingga akan menyebabkan rasa benci yang akan
membuat hubungan orang tua dengan anak yang lebih besar sulit dan tidak
menyenangkan.
Spock (Wantah 2005: 142) Konsep positif dari disiplin ialah sama dengan
pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan didalam disiplin diri
dan pengendalian diri. Ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam. Disiplin
negatif memperbesar ketidakmatangan individu, sedangkan disiplin positif
menumbuhkan kematangan. Fungsi pokok disiplin ialah mengajarkan anak menerima
pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan energi anak ke dalam
jalur yang berguna dan diterima secara sosial. Oleh sebab itu disiplin positif akan
membawa hasil yang lebih baik dari pada disiplin negatif.
Ironisnya fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan mengisyaratkan
masih banyak terjadi perilaku kurang disiplin seperti kehidupan sex bebas,
3
keterlibatan dalam narkoba, geng motor, dan berbagai tindakan yang menuju ke arah
kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan
masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolahpun pelanggaran terhadap berbagai
aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari
pelanggaran ringan sampai pelanggaran berat, seperti kasus bolos sekolah,
perkelahian, nyontek, pemalakan, dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.
Tentu saja semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangan, maka
disinilah arti penting penanaman disiplin sejak dini yaitu untuk mencegah dan
menanggulangi adanya ketidakdisiplinan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Taman Kanak-
kanak Hj. Isriati Baiturahman 01 Semarang, di masing-masing kelas yang ada di
sekolah tersebut menunjukkan masih saja ada anak yang menunjukkan perilaku
kurang disiplin hal ini terlihat dari ada beberapa siswa yang datang terlambat ke
sekolah, dan pada saat proses pembelajaran berlangsung seperti pada saat kegiataan
pembukaan yaitu pada saat berdoa masih ada anak yang bercanda dan berbicara
dengan temannya yang lain, pada saat mencuci tangan ada anak yang tidak mau antri,
atau pada saat bermain anak berebut mainan dengan temannya dan lain sebagainya.
Hal ini berarti bahwa anak belum mematuhi dan memahami adanya aturan yang
berlaku dalam proses pembelajaran berlangsung.
Dengan adanya masalah kurang disiplin yang terjadi di sekolah tersebut, maka
ada salah satu metode yang sering digunakan di sekolah untuk penguatan perilaku
positif pada anak yaitu pemberian reward (penghargaan), yang pertama reward
4
verbal yang berupa pujian dari guru. Dimana pujian diberikan ketika siswa dapat
mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Reward (penghargaan) tidak
hanya berupa verbal, tetapi ada juga yang berupa non verbal salah satunya yaitu
dengan metode token ekonomi. Token ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi
perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (tanda-tanda).
Individu menerima token dengan cepat setelah mempertunjukkan perilaku yang
diinginkan.
Token itu kemudian dikumpulkan dan dapat dipertukarkan dengan suatu
obyek atau kehormatan yang penuh arti. Secara singkatnya token ekonomi merupakan
sebuah sistem penguatan untuk perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang mesti
dihadiahi atau diberikan penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku
yang diinginkan. Tujuan utama token ekonomi adalah untuk meningkatkan perilaku
yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Boniecki (2003: 225) mengenai
penggunaan token ekonomi sebagai penguatan dalam meningkatkan partisipasi siswa
dalam kelas menunjukan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan setelah
penggunaan token ekonomi, terlihat bahwa siswa lebih antusias dan ikut
berpartisipasi dalam proses pembelajaran berlangsung. Hasil ini menunjukkan bahwa
token ekonomi memotivasi siswa dalam menanggapi setiap pertanyaan yang
disampaikan dalam pembelajaran.
5
Berdasarkan hasil penelitian di atas mengidentifikasikan bahwa token
ekonomi dapat digunakan dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada proses
pembelajaran berlangsung. Token ekonomi yang digunakan untuk siswa ini berupa
point atau permen. Token ekonomi ini juga dapat digunakan pada anak usia dini, jika
pada siswa yang lebih besar token ekonomi yang digunakan berupa poin atau permen,
sedangkan untuk anak usia dini dapat berupa sesuatu yang lebih menarik seperti
kartu, koin, dan lain-lain.
Dibidang pendidikan Abikoff dan Hecttman (Davison 2006: 685) menyatakan
bahwa yang diperlukan dalam penanganan perilaku anak dapat didasarkan pada
prinsip pengkondisian operant. Program-program tersebut minimal menunjukkan
keberhasilan jangka pendek dalam memperbaiki perilaku sosial dan akademik. Dalam
penanganan tersebut, perilaku anak dipantau di rumah dan di sekolah, mereka diberi
penguatan untuk berperilaku sesuai harapan, contohnya tetap duduk di kursi dan
mengejarkan tugas-tugas mereka. Sistem poin dan papan bintang merupakan
komponen umum dalam program-program tersebut. Anak-anak yang menjelang
remaja mendapatkan poin dan anak-anak yang lebih muda mendapatkan bintang
karena berperilaku tertentu, anak-anak kemudian dapat menukar poin dan bintang
mereka dengan hadiah. Fokus program operant ini adalah meningkatkan karya
akademik, menyelesaikan tugas-tugas rumah atau belajar keterampilan sosial spesifik.
Sungguh merupakan harapan bersama kedisiplinan dapat terwujud dalam
keseharian masyarakat yang dimulai sejak dini. Oleh karena itulah peneliti tertarik
6
untuk mengadakan penelitian mengenai “Efektivitas Pemberian Reward Melalui
Metode Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apakah pemberian reward melalui metode token ekonomi dapat diterapkan
pada anak usia dini?
1.2.2 Bagaimana bentuk media token ekonomi yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak usia dini?
1.2.3 Apakah pemberian reward melalui metode token ekonomi efektif dalam
meningkatkan kedisiplinan anak usia dini?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui apakah pemberian reward melalui metode token ekonomi
ini sesuai untuk anak usia dini.
1.3.2 Untuk mengetahui bentuk media token ekonomi yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak usia dini.
1.3.3 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian reward melalui
metode token ekonomi dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat diadakannya penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasanah penelitian ilmiah
terutama pada bidang pendidikan anak usia dini mengenai efektivitas pemberian
reward melalui metode token ekonomi sebagai peningkatan kedisiplinan siswa di
sekolah.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
1.4.2.2 Sebagai masukan bagi tenaga pengajar di TK sebagai bahan kajian dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa sehingga siswa lebih siap melanjutkan ke
jenjang pendidikan sekolah dasar.
1.4.2.3 Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian mengenai pemberian reward melalui metode token
ekonomi sebagai peningkatan kedisiplinan siswa.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Reward (Penghargaan)
Reward berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
Penghargaan itu akan memberi motivasi kepada anak untuk meningkatkan dan
memperkuat perilaku yang sesuai dengan aturan dan norma-norma, serta memperkuat
8
anak untuk menghindarikan dirinya dari tindakan-tindakan yang tidak diinginkan
oleh masyarakat.
1.5.2 Metode Token Ekonomi
Token Ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang
untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan dengan pemakaian token (tanda-tanda). Individu menerima token dengan
cepat setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan. Token itu dikumpulkan
dan dipertukarkan dengan suatu obyek atau kehormatan yang penuh arti.
1.5.3 Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban yang diajarkan disekolah.
1.5.4 Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai
berusia kurang lebih delapan tahun atau dari lahir sampai usia SD kelas awal (The
National Association Education of Young Children). Anak usia dini adalah kelompok
anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik,
dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus
dan kasar), intelegensi (daya piker, daya ciptaa, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa komunikasi yang
khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reward
2.1.1 Pengertian Reward
Reward merupakan suatu bentuk teori penghargaan positif yang bersumber
dari aliran behavioristik yang dikemukakan oleh Watson, Ivan Pavlov dan kawan-
kawan dengan teori stimulus-responnya. Reward atau penghargaan merupakan respon
terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang
kembalinya tingkah laku tersebut.
Reward menurut bahasa, berasal dari bahasa inggris reward yang berarti
penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak sekali pendapat yang
mengemukakan, diantaranya reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau
imbalan.
Menurut Maslow (Wantah 2005: 164) penghargaan adalah salah satu dari
kebutuhan pokok yang mendorong seseorang untuk mengaktualisasi dirinya.
Sedangkan menurut Goodman & Gurian (Wantah 2005: 164) pemberian penghargaan
harus didasarkan kepada prinsip bahwa penghargaan itu akan memberi motivasi
kepada anak untuk meningkatkan dan memperkuat perilaku yang sesuai dengan
aturan dan norma-norma, serta memperkuat anak untuk menghindarkan dirinya dari
10
tindakan-tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Dalam pelaksanakannya
pemberian penghargaan perlu memperhatikan mutu perilaku, jenis tindakan, usia,
tingkat perkembangan anak, serta situasi dan kondisi dimana penghargaan itu
diberikan.
Reward adalah salah satu alat pendidikan untuk mendidik anak supaya dapat
merasa senang, karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Hal ini
bertujuan agar anak lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau memningkatkan
prestasi yang telah dicapainya. Dengan kata lain, anak menjadi lebih keras
kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi.
Reward merupakan sesuatu yang disenangi dan digemari oleh anak-anak,
dapat diberikan kepada siapa saja yang mampu memenuhi harapan, yakni mencapai
tujuan yang ditentukan, atau bahkan melebihinya. Besar kecilnya reward yang
diberikan bergantung kepada banyak hal, terutama ditentukan oleh tingkat pencapaian
yang telah diraih.
Penghargaan yang diberikan kepada anak tidak harus berbentuk materi, tetapi
dapat juga berupa kata-kata pujian dan senyuman pada anak. Penghargaan beda
dengan imbalan. Penghargaan merupakan sesuatu hal positif yang diraih anak,
sedangkan imbalan merupakan suatu janji untuk memberikan sesuatu apabila anak
menampilkan suatu perbuatan yang diinginkan. Penghargaan diberikan setelah suatu
tindakan baik dilakukan, sedangkan imbalan adalah janji yang diberikan sebelum
suatu tindakan baik dilakukan.
11
Bentuk dan cara penghargaan yang diberikan kepada anak harus sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Bentuk penghargaan yang diberikan oleh pendidik
untuk anak kecil tentunya berbeda dengan penghargaan yang diberikan kepada anak
yang lebih besar. Penghargaan yang diberikan kepada anak kecil jangan hanya verbal
karena mereka belum mengetahui apa yang dikatakan pendidik. Penghargaan yang
diberikan kepada anak kecil harus kongkrit diikuti dengan perbuatan seperti ciuman,
pelukan, dan senyuman.
Peranan reward dalam proses mengajar cukup penting terutama sebagai faktor
eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan
atas berbagai pertimbangan logis, diantarnya reward dapat menimbulkan motivasi
belajar siswa.
Penghargaan dapat juga berbentuk hadiah. Hadiah dapat diberikan sebagai
suatu tanda bahwa anak telah meraih suatu kesuksesan seperti berbagai prestasi yang
baik di sekolah. Thomson (Wantah 2005: 166) mengatakan bahwa hadiah yang baik
adalah hadiah yang dijanjikan dan menarik dari pada langsung menerima hadiah
tetapi tidak menarik. Hadiah yang sangat menarik akan meningkatkan motivasi
belajar anak atau paling tidak mempertahankannya agar pada waktu yang akan datang
anak masih boleh menerima hadiah.
Schaefer (Wantah 2005: 166) mengemukakan bahwasannya penghargaan
dalam bentuk hadiah disamping memberi motivasi juga akan meningkatkan rasa
percaya diri anak. Dengan hadiah yang diterima, anak merasa yakin dan percaya diri
12
terhadap semua perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak ragu-ragu, bimbang, dan
merasa aman terhadap perilakunya sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa reward adalah suatu cara yang dilakukan oleh
seseorang untuk memberikan suatu penghargaan kepada seseorang karena sudah
mengerjakan suatu hal yang benar, sehingga seseorang itu bisa semangat lagi dalam
mengerjakan tugas tersebut.
2.1.2 Komponen-Komponen Penerapan Reward
Menurut Usman (1992: 73) menyebutkan bahwa keterampilan dasar
penerapan reward terdiri atas beberapa komponen, diantaranya:
2.1.2.1 Reward Verbal (pujian):
1) Kata-kata: bagus, ya benar, tepat, bagus sekali, dan lain-lain.
2) Kalimat: pekerjaan anda baik sekali, saya gembira dengan hasil pekerjaan anda.
2.1.2.2 Reward Non Verbal:
1) Reward berupa gerakan mimik dan badan antara lain: senyuman, acungan jari,
tepuk tangan dan lain-lain.
2) Reward dengan cara mendekati, guru mendekati siswa untuk menunjukkan
perhatian, hal ini dapat dilaksanakan dengan cara guru berdiri disamping siswa,
berjalan menuju kearah siswa, duduk dekat seorang siswa atau kelompok siswa,
berjalan disisi siswa. Guru dapat mengira-ngira berapa lama ia berada didekat
seorang atau kelompok siswa, sebab bila terlalu lama akan menimbulkan suasana
yang tidak baik di kelas.
13
3) Reward dengan cara sentuhan, guru dapat menyatakan persetujuan dan
penghargaan terhadap siswa dengan cara menepuk pundak atau menjabat tangan.
4) Reward berupa symbol atau benda, reward simbol ini dapat berupa surat-surat
tanda jasa atau sertifikat-sertifikat. Sedangkan yang berupa benda dapat berupa
kartu bergambar, peralatan sekolah, pin, dan lain sebagainya.
5) Kegiatan yang menyenangkan. Guru dapat menggunakan kegiatan atau tugas
yang disenangi oleh siswa. Misalnya, seorang siswa yang memperlihatkan
kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk untuk menjadi pemimpin paduan suara
sekolah atau diperbolehkan menggunakan alat-alat musik pada jam bebas.
6) Reward dengan memberikan penghormatan. Reward yang berupa penghormatan
tersebut juga dibagi lagi menjadi dua macam. Pertama, berbentuk semacam
penobatan yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan
dihadapan teman sekelasnya, teman-teman sekolah atau mungkin juga dihadapan
para orang tua murid. Kedua penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan
untuk melakukan sesuatu.
7) Reward dengan memberikan perhatian tak penuh. Diberikan kepada siswa yang
memberikan jawaban kurang sempurna. Misalnya, bila seorang siswa hanya
memberikan jawaban sebagian sebaiknya guru menyatakan, “Ya, jawabanmu
sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan”, dengan begitu siswa tersebut
mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan
untuk menyempurnakannya.
14
Dengan banyaknya macam reward diatas, maka dari itu guru dapat memilih
reward yang relevan untuk siswa disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
2.1.3 Syarat-Syarat Reward
Dalam memberikan reward seorang guru hendaknya dapat mengetahui siapa
yang berhak mendapat reward, seorang guru harus selalu ingat akan maksud dari
pemberian reward tersebut. Seorang siswa yang pada suatu ketika menunjukkan hasil
lebih baik dari biasanya, mungkin sangat baik bila diberi reward. Seorang guru
hendaknya bijaksana, jangan sampai reward menimbulkan iri hati pada siswa lain
yang merasa dirinya lebih pandai, tetapi tidak mendapatkan reward.
Kalau kita perhatikan apa yang diuraikan tentang maksud ganjaran, bila mana
dan siapa yang perlu mendapat reward, serta reward apakah yang baik untuk
diberikan kepada seseorang. Purwanto (1985: 233) menyebutkan bahwa ada beberapa
syarat yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam memberikan reward diantaranya:
1) Untuk memberi ganjaran yang pedagogis perlu sekali guru mengenalkan betul
murid-muridnya dan dapat menghargai dengan tepat. Reward yang tidak tepat
dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.
2) Ganjaran yang diberikan kepada seorang anak janganlah menimbulkan rasa
cemburu atau iri hati bagi anak yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih
baik, tetapi tidak mendapat reward.
3) Memberi reward hendaknya hemat, terlalu kerap atau terus menerus memberi
reward menjadi hilang arti reward tersebut sebagai alat pendidikan.
15
4) Janganlah memberi reward dengan menjanjikan dahulu sebelum anak-anak
menunjukkan prestasi kerjanya, reward yang telah dijanjikan dahulu akan
membawa kesukaran bagi beberapa anak yang kurang pandai.
5) Pendidik harus berhati-hati dalam memberi reward, jangan sampai reward yang
diberikan kepada anak dianggap sebagai upah dari jerih payah yang telah
dilakukan.
Ada beberapa pendapat yang berbeda-beda dari para ahli pendidikan tentang
reward sebagai alat pendidikan. Sebagian menyetujui dan menganggap reward
dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati siswa. Sebaliknya ada pula para ahli
pendidikan yang tidak suka sama sekali. Mereka berpendapat bahwa reward itu dapat
menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada siswa. Menurut pendapat mereka,
seorang guru hendaklah mendidik siswa supaya mengerjakan dan berbuat yang baik
dengan tidak mengharapkan imbalan atau pujian, tetapi semata-mata karena
pekerjaan atau perbuatan itu memang kewajibannya.
Sedangkan pendapat yang terakhir terletak diantara keduanya, sebagai seorang
pendidik hendaklah menyadari bahwa yang dididik adalah siswa yang masih lemah
kemauannya dan belum mempunyai kata hati seperti orang dewasa. Mereka belumlah
dapat dituntut supaya mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk atas
kemauannya sendiri. Perasaan kewajiban mereka masih belum sempurna. Untuk itu,
reward sangat diperlukan dan berguna bagi pembentukan kata hati dan kemauan.
16
2.1.4 Tujuan Reward
Mengenai masalah reward, perlu dibahas tentang tujuan yang harus dicapai
dalam pemberian reward. Hal ini dimaksudkan, agar dalam berbuat sesuatu bukan
karena perbuatan semata, namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan
perbuatannya, karena dengan adanya tujuan akan memberi arah dalam melangkah.
Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward adalah untuk lebih
mengembangkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ekstrinsik, dalam
artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran
siswa itu sendiri. dan dengan adanya reward diharapkan dapat membangun suatu
hubungan yang positif antar siswa, karena reward itu adalah bagian dari pada rasa
cinta kasih sayang seorang guru kepada siswa.
Jadi, maksud dari reward yang penting bukanlah hasil yang dicapai seorang
siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai, guru bertujuan membentuk kata hati dan
kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa. Seperti halnya disinggung
diatas, bahwa reward disamping merupakan alat pendidikan represif yang
menyenangkan, juga dapat mejadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar
lebih baik.
2.1.5 Fungsi dan Peranan Reward
Menurut Hurlock (1978: 90) pemberian penghargaan mempunyai fungsi dan
peranan penting dalam mengembangkan perilaku anak sesuai dengan cara yang
disetujui masyarakat, diantaranya:
17
2.1.5.1 Penghargaan mempunyai nilai mendidik
Penghargaan yang diberikan kepada anak menunjukkan bahwa perilaku anak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Dari pemberian penghargaan itu anak
belajar bahwa melaksanakan perbuatan yang sesuai dengan harapan masyarakat akan
memperoleh penghargaan yang mendatangkan rasa senang dan puas. Penghargaan
yang diberikan pada anak bervariasi intensitasnya tergantung pada tingkah laku yang
ditunjukkan anak dan menurut standar yang disetujui secara sosial. Dari variasi
penghargaan itu anak belajar bahwa nilai penghargaan yang diberikan oleh pendidik
tergantung kepada nilai tingkah laku sosial yang diperlihatkan anak.
2.1.5.2 Penghargaan berfungsi sebagai motivasi
Penghargaan memotivasi anak untuk mengulangi atau mempertahankan
perilaku yang disetujui secara sosial. Pengalaman anak mendapatkan penghargaan
yang menyenangkan akan memperkuat motif untuk bertingkahlaku baik, dan
menghindari tingkah laku yang dicela oleh orang tua dan masyarakat. Dengan adanya
penghargaan, di masa mendatang anak akan berusaha sedemikian rupa untuk
berperilaku lebih baik agar mendapatkan penghargaan.
2.1.5.3 Penghargaan berfungsi memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial
Apabila anak menampilkan tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakat
secara berkesinambungan dan konsisten, ketika perilaku itu dihargai, anak merasa
bangga. Kebanggaan itu akan menjamin anak untuk terus mengulangi dan bahkan
meningkatkan kualitas penampilan perilaku itu.
18
2.2 Token Ekonomi
2.2.1 Konsep Metode Token Ekonomi
Motivasi adalah harapan seseorang untuk mencapai tujuan atau kombinasi
dari semangat berusaha untuk mencapai tujuan. Salah satu cara membangkitkan
motivasi siswa ialah melalui pemberian penghargaan. Dari berbagai penelitian
terbukti bahwa penghargaaan yang diberikan secara berulang-ulang akan mengubah
perilaku yang diharapkan sehingga menjadi kebiasaan.
Penghargaan juga dapat meningkatkan kepuasan dan kesenangan. Rasa puas
dan rasa senang merupakan bagian penting yang dapat membangkitkan suasana
belajar yang lebih efektif. Jika dorongan tumbuh dari dalam diri siswa sendiri maka
kekuatan itu dapat menjadi kekuatan sebagai motivasi internal. Motivasi internal
dapat berkembang sebagai hasil aktivitas seseorang karena hobi atau karena adanya
keyakinan bahwa dirinya dapat mencapai tujuan.
Sepanjang masa kanak-kanak, penghargaan mempunyai nilai edukatif yang
penting. Imbalan mengatakan pada mereka bahwa perilaku mereka sesuai dengan
harapan sosial, dan memotivasi mereka untuk mengulangi perilaku yang disetujui
secara sosial ini. Jadi penghargaan merupakan pendorong untuk perilaku yang baik
(Hurlock 1978: 91).
Sesuai dengan teori operant conditioning atau instrumental conditioning yang
dikembangkan oleh E.L. Thordike (Alwisol 2009: 323) reinforser (penguatan) tidak
diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon
19
karena respon itu sendiri beroperasi memberi reinforsemen (pengutan). Skinner
(Alwisol 2009: 323) menyebut respon itu sebagai tingkahlaku operan (operant
behavior)
Teknik yang didasarkan pada prinsip operant conditioning, didisain untuk
mengubah tingkah laku klien. Hadiah dalam bentuk kartu berharga diberikan kepada
klien setiap kali klien memunculkan tingkah laku yang dikehendaki, misalnya
memakai pakaian sendiri, makan sendiri, mangatur tempat tidur, menyapu lantai,
belajar, dan lain sebagainya. Pemberian reinforsemen diatur dalam interval atau rasio,
bisa divariasikan dengan memberi hukuman, yakni mengambil kartu yang sudah
dimiliki kalau melakukan kesalahan. Sesudah kartu di tangan klien mencapai jumlah
tertentu, dapat ditukar dengan reinforsemen primer yang disukai.
Token ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang
untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan dengan pemakaian token (tanda-tanda). Individu menerima token dengan
cepat setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan. Token itu dikumpulkan
dan dapat dipertukarkan dengan suatu obyek atau kehormatan yang penuh arti.
Token ekonomi adalah sebuah program dimana sekelompok individu dapat
menghasilkan beberapa token (tanda) untuk bermacam-macam perilaku yang
diinginkan, dan dapat menukar token yang didapat untuk penguatan cadangan (Martin
1996: 300).
Istilah program token ekonomi merujuk pada sembarang sistem ketika
seseorang dibayar atas tindakan positifnya dan didenda jika melakukan tindakan
20
negatif. Pembayaran dapat dilakukan dalam bentuk koin atau poin, yang digunakan
untuk membeli imbalan boleh berupa barang atau hak istimewa (Edward 2006: 160).
Token ekonomi merupakan suatu prosedur dimana beberapa token (kupon)
(misal kepingan poker, atau stiker) diberikan ketika muncul perilaku yang
dikehendaki dan dapat ditukar dengan benda-benda atau aktivitas yang diinginkan
(Davison 2004: 68).
Prinsipnya penghargaan mendorong untuk berprestasi. Bentuk penghargaan
berupa uang telah terbukti baik dapat meningkatkan motivasi siswa. Pada banyak
peristiwa uang telah efektif menjadi media pemicu prestasi. Itu sebabnya pada banyak
perlombaan menggunakan uang sebagai salah satu hadiah. Pada kegiatan yang
berbeda hadiah dapat berbentuk pemberian makanan, buku pelajaran, pulsa telepon,
media hiburan, dll.
Uang bisa membuat mereka lebih memperkuat semangat dan bersedia
melaksanakan kerja keras dalam mendapatkan sesuatu yang diharapkan. Baik itu
uang yang sebenarnya mata uang atau uang sekolah yang mungkin dapat ditukar
dengan barang tertentu, stiker yang memiliki arti tertentu atau kartu yang
memperlihatkan sejumlah kompetensi misalnya stiker bintang yang menggambarkan
sejumlah prestasi siswa. Yang paling penting perlu diperhatikan adalah perhatikan
prestasi sekecil apa pun harus diberi penghargaan sebagai bentuk dari peningkatan
perilaku baik yang telah dilakukan.
Penghargaan akan membangkitkan semangat berkompromi, berkolaborasi,
rivalitas dan kompetisi sehingga membangkitkan semangat daya belajar siswa dalam
21
kelas. Salah satu strategi yang dapat sekolah terapkan melalui aplikasi metode ini
ialah penghargaan dalam bentuk beasiswa yang dapat siswa peroleh pada setiap bulan
atau pada setiap semester. Siswa berkompetisi untuk memperolehnya dengan cara
mengumpulkan token sebanyak-banyaknya dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Secara singkatnya token ekonomi merupakan sebuah sistem reinforcement atau
penguatan untuk perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang mesti
dihadiahi/diberikan penguatan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan. Tujuan
yang utama suatu token ekonomi ialah untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan
dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Bagaimanapun, tujuan yang lebih
utama dari token ekonomi adalah untuk mengajarkan perilaku yang sesuai dan
ketrampilan-ketrampilan sosial yang dapat digunakan dalam satu lingkungan yang
alami (wajar).
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa token ekonomi adalah sistem
perlakuan kepada tiap individu untuk mendapatkan bukti target perilaku setelah
mengumpulkan sejumlah perilaku tertentu sehingga mencapai kondisi yang
diharapkan, dengan cara subyek mendapat penghargaan setelah menunjukkan
perilaku yang diharapkan. Hadiah dikumpulkan selanjutnya setelah terkumpul hadiah
dapat ditukar dengan penghargaan yang bermakna.
2.2.2 Tujuan Token Ekonomi
Tujuan pelaksanaan token ekonomi adalah sebagai bukti ekonomi dapat
digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan pendidikan dalam membangun perilaku
22
siswa. Menurut Rahmat (2004: 02) penggunaan metode token ekonomi memiliki
tujuan diantaranya:
1) Meningkatnya kepuasan dalam mendorong peningkatan kompetensi siswa
melalui penghargaan yang kongkrit atau visual sehingga tingkat kesenangan
siswa melakukan sesuatu prestasi benar-benar tampak.
2) Meningkatnya efektivitas waktu dalam pelaksanaan pembelajaran. Belajar yang
efektif adalah yang menggunakan waktu yang pendek dengan hasil yang terbaik
dan terbanyak. Siswa harus menyadari berapa lama mereka telah belajar dan
berapa banyak waktu yang telah mereka gunakan secara efektif untuk
melaksanakan aktivitas belajar.
3) Berkurangnya kebosanan, suasana belajar yang kolaboratif, rivalitas, kompetitif
yang diberi penguatan oleh pendidik dapat menurunkan tingkat kebosanan
sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam jangka waktu yang yang lama.
4) Meningkatnya daya respon suasana belajar yang kompetitif akan meningkatkan
kecepatan siswa dalam memberikan respon. Setiap respon yang sesuai dengan
tujuan akan segera mendapat penguatan sehingga suasana belajar menjadi cair,
komunikatif dan lebih menyenangkan.
5) Berkembangnya penguatan yang lebih alami, melalui pemberian penguatan yang
tepat waktu dan disesuaikan dengan tingkat prestasi setiap siswa atau setiap
kelompok siswa.
6) Meningkatnya penguatan sehingga motivasi belajar setiap siswa berkembang atau
setiap kelompok siswa di kelas selalu dalam keadaan terpacu, untuk mewujudkan
23
daya pacu ini akan semakin berkembang jika siswa juga mendapat layanan untuk
mengabadikan daya kompetisinya seperti dengan dukungan rekaman video.
Token ekonomi merupakan suatu modifikasi perilaku yang dirancang untuk
meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan, sehingga beberapa tujuan adanya token ekonomi yang disebutkan diatas
adalah token ekonomi diharapkan efektif dalam meningkatkan perilaku yang
diingikan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
2.2.3 Komponen Token Ekonomi
Rahmat (2004: 04) menyebutkan sebelum kegiatan belajar dilaksanakan
pendidik menyiapkan beberapa komponen yang dibutuhkan, diantaranya:
1) Token atau simbol praktis dan atraktif untuk memicu tumbuhnya motivasi belajar.
Token yang dapat digunakan sebagai simbol penghargaan yaitu seperti stiker,
guntingan kertas, simbol bintang atau uang mainan. Token sendiri tidak selalu
dalam bentuk yang berharga, namun setelah siswa mengoleksinya dengan cara
menunjukkan perilaku yang diharapkan mereka dapat menukarkan token itu
dengan suatu yang berharga. Dengan demikian setelah satu rentang waktu tertentu
guru harus menyediakan barang penukar token yang berharga untuk siswa.
Barang yang paling mudah seperti permen, alat tulis atau benda berharga yang
dapat dibiayai sekolah.
2) Definisi target perilaku jelas. Hal itu berarti guru maupun siswa perlu memahami
dengan baik perilaku yang diharapkan. Siswa memahami benar perilaku seperti
apa yang harus ditunjukkannya sebagai hasil belajar. Penjelasan harus singkat
24
namun cukup sebagai dasar pemahaman siswa mengenai hadiah yang dapat
diperolehnya setelah menunjukkan prestasi.
3) Dukungan penguatan (reinforcers) dengan barang yang berharga. Dukungan itu
dapat dalam bentuk barang, hak istimewa, atau aktivitas individu yang dapat
ditukar dengan makanan, seperangkat permainan atau waktu ekstra untuk
bermain.
4) Sistem penukaran token atau symbol. Sukses penyelenggaraan token ekonomi
sangat bergantung pada sukses dalam memberikann penguatan yang dapat
ditukarkan dengan nilai yang sebanding dengan prestasi yang dicapai.
5) Sistem dokumentasi atau perekam data. Pemberian penghargaan yang tepat sangat
bergantung pada ketepatan menghimpun data. Oleh karena itu alat perekam dapat
membantu meningkatkan proses ini sehingga informasi dari proses pembelajaran
dapat dikelola dengan tingkat akurasi yang tinggi.
6) Konsistensi dalam implementasi untuk menjunjung konsistensi itu sebaiknya
terdapat panduan teknis yang tertulis sebagai pegangan pelaksanaan tugas
sehingga apa yang direncanakan itulah yang dilaksanakan.
Program token ekonomi merupakan satu sistem pengukuhan secara simbolik.
Murid diberi token apabila menunjukkan tingkahlaku yang diinginkan. Program ini
dipanggil sebagai sistem ekonomi karena berasaskan sistem keuangan, yaitu token
yang diterima mempunyai nilai ekonomi dan boleh ditukar dengan benda atau
aktivitas yang dikenal pasti sebagai pengukuhan kepada murid.
25
2.2.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Token Ekonomi
Dalam memberikan token ada beberapa langkah utama yang harus dipersiapkan,
Kurniawati (2010: 90) menyebutkan beberapa langkah tersebut diantaranya:
2.2.4.1 Menentukan perilaku target
Semakin homogeny individu kelompok yang dikenai token ekonomi, maka akan
semakin mudah menstandarisasikan aturan-aturan yang berlaku dalam token
ekonomi.
2.2.4.2 Mencari garis basal
Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan, biasanya melalui
pengamatan selama dua minggu terhadap perilaku target. Sesudah program dimulai,
kita bisa membandingkan data dengan yang diperoleh saat menentukan garis basal,
sehingga dapat menentukan efektivitas program.
2.2.4.3 Memilih back up reinforcer
Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program dan apa saja kira-kira
barang yang dibutuhkan. Barang yang menjadi pengukuh haruslah barang yang dapat
digunakan atau consumable. Perlu diperhatikan pula tempat penyimpanan, dan dana
yang dibutuhkan untuk melaksanakan program.
2.2.4.4 Memilih tipe token yang akan digunakan
Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah dipindahkan, tahan
lama, mudah dipegang, dan tidak mudah dipalsukan. Beberapa contoh yaitu: stiker,
26
keping logam, koin, check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap dibuku, tanda
bintang, kartu, dan lain-lain.
2.2.4.5 Mengidentifikasikan lokasi yang terpat
Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah perilaku target muncul.
2.2.5 Kriteria Pemilihan Token:
Dalam pemilihan token setidaknya disesuaikan dengan kondisi anak,
Kurniawati (2010: 91) beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan
token diantaranya:
1) Disukai atau menarik perhatian anak.
2) Mencukupi bila diperlukan.
3) Praktis tidak menyusahkan.
4) Dalam bentuk yang tidak boleh dihimpunkan, dilihat, disentuh, dan dibilang.
5) Tidak mudah diperoleh di tempat lain atau tidak mudah dipalsukan.
6) Tahan lama.
Beberapa kriteria pemilihan token yang disebutkan diatas dapat digunakan
sebagai bahan acuan dalam memilih token yang sesuai untuk anak.
2.2.6 Kebaikan dan Kelemahan Metode Token Ekonomi:
Suatu metode pasti mempunyai kebaikan dan kelemahandalam penerapannya,
Kurniawati (2010: 92) dalam hal ini menyebutkan beberapa kebaikan dan kelemahan
token ekonomi diantaranya:
27
2.2.6.1 Kebaikan
1) Membantu murid yang memiliki gangguan fisik (cacat) di dalam ruang kelas.
2) Menangani anak-anak dengan masalah antisocial.
3) Menurunkan tingkat absent dan meningkatkan performa akademik.
4) Mengurangi perilaku agresif anak.
5) Mengelola perilaku anak dalam keluarga.
2.2.6.2 Kelemahan
1) Kurangnya pembentukan motivasi intrinsik, karena token merupakan dorongna
dari luar diri.
2) Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuhan pendukung/back
reinforce.
3) Adanya beberapa hambatan dari orang yang memberikan dan menerima token.
Dengan adanya metode token ekonomi, anak menjadi lebih bisa memotivasi
diri untuk ikut berpartisipasi dalam mengikuti setiap proses pembelajaran
berlangsung, akan tetapi apabila token tersebut terlalu sering digunakan maka anak
akan melakukan perilaku perilaku bukan karena kesadaran dari diri mereka akan
tetapi atas dasar adanya pemberian token tersebut.
28
2.3 Kedisiplinan
2.3.1 Konsep Kedisiplinan
Secara umum disiplin mengarah pada sikap taat dan tertib terhadap peraturan
yang ada. Artinya bila seseorang berperilaku disiplin maka ia akan taat dan patuh
pada peraturan yang ada pada lingkungannya.
Kata disiplin sering diungkapkan orang bilamana seorang melihat orang tua
yang keras dan penuh peraturan dalam mendidik anaknya, atau melihat suatu sekolah
yang menerapkan tata tertib sekolah secara ketat dan tanpa kompromi. Banyak
anggota masyarakat yang sering salah mengartikan arti disiplin dalam kehidupan
sehari-hari, disiplin sering diartikan bilamana salah harus dihukum dengan hukuman
fisik, misal: dipukul, dicambuk, dan lain-lain.
Disiplin berasal dari kata disciple artinya orang yang belajar secara sukarela
mengikuti seorang pemimpin, apakah itu orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya
yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia (Sujiono 2005: 28) disiplin adalah tata tertib yang umumnya terjadi di
sekolah atau di pedidikan militer.
Menurut Riberu (Wantah 2005: 139) Istilah disiplin diturunkan dari kata latin
disciplina yang berkaitan dengan langsung dua istilah lain, yaitu discere (belajar) dan
discipulus (murid). Disciplina dapat berarti apa yang disampaikan oleh seorang guru
kepada murid. Disiplin diartikan sebagai penataan perilaku, dan peri hidup sesuai
dengan ajaran yang dianut. Penataan perilaku yang dimaksud yaitu kesetiaan dan
29
kepatuhan seseorang terhadap penataan perilaku yang umumnya dibuat dalam bentuk
tata tertib atau peraturan harian.
Menurut Anonimous (Wantah 2005: 140) disiplin adalah suatu cara untuk
membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri. Dengan
menggunakan disiplin anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki
tingkahlaku yang salah. Disiplin juga mendorong, membimbing, dan membantu anak
agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan, kepatuhan dan mengajarkan
kepada anak bagaimana berpikir secara teratur.
Konsep populer dari disiplin adalah sama dengan hukuman. Menurut konsep
ini, disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang
diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan
bermasyarakat, tempat anak itu tinggal. Keyakinan bahwa anak-anak memerlukan
disiplin dari dulu sudah ada, tetapi terdapat perubahan dalam sikap mengenai
mengapa mereka memerlukannya.
Pada masa lampau dianggap bahwa disiplin perlu untuk menjamin anak
menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak agar
tidak ditolak masyarakat. Sekarang telah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin,
bila mereka ingin bahagia, dan menjadi orang yang baik maka melalui disiplinlah
mereka dapat berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat.
Disiplin perlu untuk perkembangan anak, karena memenuhi beberapa
kebutuhan tertentu, dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan
penyesuaian pribadi anak dengan sosial anak. Bila disiplin diharapkan mampu
30
mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok
sosial maka mereka harus mempunyai unsur-unsur pokok dalam kedisiplinan.
Adapun cara mendisiplinkan yang digunakan yaitu peraturan sebagai
pedoman dalam berperilaku, konsisten dalam peraturan tersebut, hukuman untuk
pelanggaran peraturan dan hadiah atau penghargaan untuk perilaku baik yang sejalan
dengan peraturan yang berlaku (Hurlock 1978: 82).
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai–nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan
karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan
dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa.
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan
bersama yang melibatkan orang banyak.
Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan
pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar
(Ibid: 849). Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa
kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan
belajar mengajar.
Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan
(kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di
sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa
31
dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain
sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan
aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan
luar sekolah.
Pengertian disiplin seringkali dikacaukan dengan pengertian tertib. Meskipun
keduanya sama-sama menunjukkan keberaturan, namun muatan geneologisnya
berbeda. Kalau disiplin adalah perilaku manusia yang muncul atas dasar justifikasi
moralitas, ini berarti disiplin merupakan hasil proses kebudayaan (civilas dei), maka
sebaliknya, tertib adalah perilaku manusia yang dibangun atas dasar justifikasi
kemasyarakatan.
Dengan demikian ketertiban adalah produk peradaban atau hasil kontrak
sosial dalam kebersamaan. Secara filosofis, perilaku disiplin muncul karena hasil
proses penyadaran dan kesadaran yang hakiki melalui proses perenungan
kemanusiaan sehingga mustahil jika dalam komunitas religius muncul perilaku tidak
disiplin. Sebaliknya, perilaku tertib adalah hasil proses inteleklualitas manusia
melalui proses berpikir tesis, sintesis dan antitesis, untuk mengatur hubungan
kemasyarakatan yang mengandung dimensi sosiologis bukan humanitis.
Maka dari itu, sanksi yang diberikan pada mereka yang tidak disiplin biasanya
merupakan sanksi moral lantaran mereka melanggar kaidah moralitas bukan sanksi
hukum. Sebaliknya pada mereka yang tidak tertib diberikan sanksi hukum karena
mereka melawan kontrak-kontrak sosial yang telah disepakati bersama sebagai aturan
main dalam kemasyarakatan. Proses kesadaran dan penyadaran manusia untuk
32
menghasilkan perilaku disiplin juga dipengaruhi oleh faktor ekologis atau tata ruang
kewilayahan di mana mereka tinggal.
Konsep disiplin sekarang ini cenderung berkembang dan memiliki cakupan
yang amat luas, meliputi disiplin dalam dimensi yang merupakan faktor penyebab
munculnya perilaku tidak disiplin. Melalui metode eksplanatori yang serba terbatas
rnenemukan bahwa sekalipun anak-anak tinggal di wilayah yang kumuh didukung
pekerjaan, pendidikan dan penghasilan orang tuanya yang rendah, tetap saja ini
menunjukkan mereka berperilaku disiplin.
Anak berperilaku disiplin pada kenyataannya tidak ditentukan oleh
bekerjannya variabel-variabel tersebut, tapi rnelalui proses internalisasi yang
berlangsung dalam keluarga. Sekalipun orang tua rendah dalam pendidikan,
penghasilan, dan pekerjaan yang tidak menentu, tapi ia bersedia memberikan contoh
perilaku yang baik dalam kesehariannya, maka inilah yang mempengaruhi proses
pembentukan kesadaran untuk berperilaku disiplin.
Dari pengertian disiplin diatas dapat disimpulkan bahwa pokok utama disiplin
adalah peraturan. Adapun yang dimaksud dengan peraturan adalah pola tertentu yang
ditetapkan untuk mengatur perilaku seseorang. Agar peraturan dapat berlangsung
dengan efektif, maka peraturan harus dapat dimengerti, diingat, dan diterima oleh
anak.
2.3.2 Tujuan Disiplin
Orang tua atau guru sebagai pemimpin di keluarga atau sekolah dalam
menerapkan disiplin ada maksud dan tujuannya. Hurlock (Sujiono 2005: 31)
33
menyebutkan tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian hingga akan
sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya atau tempat individu itu
diidentifikasikan.
Melalui pendisiplinan tanpa paksaan atau dengan kesadaran akan kegunaan
dan manfaat disiplin untuk hidup yang lebih baik. Seorang anak atau anggota
masyarakat menjadikan disiplin karena adanya kebiasaan dalam kehidupan.
Schaefer (Sujiono 2005: 32) membagi tujuan disiplin menjadi dua yaitu,
pertama tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat anak-anak terlatih dan
terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan
tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka. Sedangkan yang kedua tujuan jangka
panjang disiplin ialah perkembangan pengendalian diri sendiri (self control dan self
direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa
pengaruh dan pengendalian dari luar.
Untuk itu orang tua atau guru yang akan menerapkan disiplin atau tata tertib
hendaknya memberitahukan terlebih dahulu kepada anak atau siswa tentang
kegunaan, manfaat dan resiko dalam menjalani disiplin. Melalui pemberitahuan
penjelasan terlebih dahulu anak atau siswa akan menyadari kegunaan peraturan atau
disiplin yang akan dilakukan, sehingga tidak ada rasa beban atau dipaksa.
Penerapan disiplin bagi anak atau siswa yang konsisten akan mendatangkan
manfaat bagi orang tua dan guru karena dengan disiplin, anak atau siswa dalam
jangka pendek akan dapat mengontrol segala tingkah laku dan perbuatannya. Setelah
sikap disiplin sudah menjadi kebiasaan dalam hidup anak atau siswa nantinya akan
34
membentuk watak dan karakter bagi anak dan siswa tersebut. Untuk jangka panjang
anak atau siswa akan menjadikan manusia yang tertib, dapat membedakan serta
memilih hal yang positif dalam hidupnya.
2.3.3 Pengaruh Disiplin Pada Anak
Menurut Hurlock (1999: 97) disiplin dapat berpengaruh pada perilaku, sikap
dan kepribadian anak, diantaranya:
2.3.3.1 Pengaruh pada perilaku
Anak yang orang tuanya lemah dalam membimbing disiplin, akan
menyebabkan anak menjadi mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak-hak
orang lain, agresif dan tidak sosial. Anak yang mengalami disiplin yang keras atau
otoriter, akan sangat patuh dihadapan orang-orang dewasa, namun agresif dalam
hubungannya dengan teman-teman sebayanya. Anak yang dibesarkan dibawah
disiplin yang demokratis mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan
hak-hak orang lain.
2.3.3.2 Pengaruh terhadap sikap
Anak yang orang tuanya melaksanakan disiplin otoriter maupun disiplin yang
lemah cenderung membenci orang-orang yang berkuasa. Anak yang mengalami
disiplin yang otoriter merasa diperlakukan tidak adil, anak yang orang tuanya lemah
merasa bahwa seharusnya memperingatkan tidak semua orang dewasa mau menerima
perilaku yang tidak disiplin. Disiplin yang demokratis dapat menyebabkan kemarahan
sementara tapi bukan kebencian. Sikap-sikap yang terbentuk sebagai akibat dari
35
metode pendidikan anak cenderung menetap dan bersifat umum, tertuju kepada
semua orang yang berkuasa.
2.3.3.3 Pengaruh terhadap kepribadian
Penerapan disiplin harus memperhatikan banyak hal semakin banyak
hukuman fisik digunakan, dapat membentuk anak menjadi cemberut. Ini menguatkan
penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk, yang juga merupakan ciri khas dari anak
yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Anak yang dibesarkan dibawah disiplin
yang demokratis akan mempunyai penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang
baik.
2.3.4 Faktor Kedisiplinan
Menurut Gunarsa (2008: 86) dalam usaha menanamkan disiplin pada anak,
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya :
1) Menyadari adanya perbedaan tingkat kemampuan kognitif anak. Dengan azas
perkembangan aspek kognitif, maka cara yang dilakukan perlu disesuaikan
dengan tingkat kemampuan kognitif anak.
2) Menanamkan disiplin anak harus dimulai sejak dini yakni sejak anak mulai
mengembangkan pengertian-pengertian dan mulai bisa melakukan sendiri.
3) Mempergunakan teknik demokratis sebanyak mungkin dalam usaha menanamkan
disiplin. Pendekatan yang berorentasi pada kasih sayang harus dipakai sebagai
dasar untuk menciptakan hubungan baik dengan anak.
36
4) Penggunaan hukuman harus diartikan sebagai bentuk sikap tegas, konsekwensi
dan konsisten dangan dasar bahwa yang dilakukan bukan di anak atau perasaan
anak, melainkan perbuatannya yang melanggar aturan.
5) Menanamkan sikap disiplin secara berkelanjutan, menanamkan disiplin bukanlah
kegiatan “sekali jadi” melainkan harus bekali-kali, mendorong anak untuk
bersikap disiplin juga perlu dilakukan berulang-ulang sampai tercapai keadaan
dimana anak bisa melakukan sendiri sebagai kebiasaan.
2.3.5 Karakteristik Perkembangan Disiplin Anak Usia Dini
Salah satu konsep penting yang harus ditanamkan pada masa kanak-kanak
adalah harus menyesuaikan diri melalui proses perkembangan sesuai usia dirinya.
Disiplin tidak tertanam begitu saja, akan tetapi perkembangan disiplin terbagi sesuai
dengan karakteristik perkembangan anak dari usia 0-8 tahun, adapun karakteristik
perkembangan disiplin tersebut diantaranya:
2.3.5.1 Perkembangan Disiplin pada Masa Bayi (0-3 Tahun)
Sepanjang masa bayi, bayi harus belajar melakukan reaksi-reaksi yang benar
dengan berbagai situasi tertentu di rumah dan disekelilingnya. Salah haruslah selalu
dianggap salah, terlepas siapa yang mengasuhnya apabila bayi bingung dan tidak
mengetahui apa yang diharapkan darinya Hurlock (Sujiono 2005: 40)
Sama halnya sebagai satu inovasi yang mengandung suatu perubahan fisik
saja dalam kerutianan sehari-hari, akan menimbulkan rasa enggan yang sungguh-
sungguh pada diri anak. salah satu hal yang paling membingungkan anak adalah
perubahan tempat secara tiba-tiba.
37
Sebagai seorang bayi, anak tidak menunjukkan suatu kecemasan ketika
dipindahkan ke suatu ruang baru, tapi kemudian apabila ia telah terbiasa pada suatu
ruang tertentu, ia akan merasa ketika dipindahkan dari satu kamar ke kamar lain.
Durkheim (Sujiono 2005:41)
Dengan disiplin yang ketat, meliputi pemberian hukuman atas tindakan yang
salah, bayi muda sekalipun dapat dipaksa mengikuti suatu pola yang tidak
menyulitkan bagi orang tua selama tahun ke 2 pada saat menjelajahi dan
kecenderungan mambantah kehendak orang tua mempersulitnya untuk diatur
daripada tahun pertama Hurlock (Sujiono 2005:41).
Fenomena yang tampak pada usia 0-3 tahun adalah disiplin berdasarkan
pembentukan kebiasaan dari orang lain terutama ibunya, misalnya:
1) Menyusui tepat pada waktunya
2) Makan tepat pada waktunya
3) Tidur tepat pada waktunya
4) Berlatih buang air seni (toilet training)
5) Dapat mengikuti pola yang menyulitkan orang tua pada perilaku menjelajah
mempersulitnya untuk diatur daripada tahun pertama
2.3.5.2 Perkembangan Disiplin dalam Masa Kanak-Kanak (Usia 3-8 Tahun)
Fenomena yang tampak diantaranya:
1) Disiplin melalui cerita fiktif maupun sebenarnya
2) Dapat diajak bertukar pikiran, konsekwensi yang harus diterima apabila berbuat
salah dan apabila berbuat benar
38
3) Disiplin melalui kegiatan sehari-hari
4) Anak mulai patuh terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan lingkungan
sosialnya
5) Dapat merapikan kembali mainan yang habis dipakai
6) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
7) Membuat peraturan/tata tertib dirumah secara menyeluruh.
2.3.6 Unsur-unsur Disiplin
Hurlock (1999: 84) menyatakan lima unsur pokok mendisiplinkan anak, yaitu:
2.3.6.1 Peraturan
Salah satu unsur pokok disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu
kelompok, organisasi, institusi atau komunitas. Tujuanya adalah membekali anak
dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu (Hurlock 1999: 85).
Peraturan mempunyai dua fungsi yaitu pertama, peraturan mempunyai nilai
pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui
anggota masyarakat. Misalnya anak belajar dari peraturan tentang memberi dan
mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya. Bahwa menyerahkan tugas yang
dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima sekolah untuk
menilai prestasi.
Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Bila
peraturan tersebut merupakan peraturan sekolah bahwa tidak seorang anakpun boleh
39
mengambil mainan milik temannya tanpa sepengetahuan dan izin si pemilik, anak
segera belajar bahwa hal ini dianggap perilaku yang tidak diterima karena mereka
dimarahi atau dihukum bila melakukan tindakan terlarang ini. Agar peraturan dapat
memenuhi kedua fungsi tersebut di atas, peraturan itu harus dimengerti, diingat dan
diterima oleh anak.
2.3.6.2 Kebiasaan-kebiasaan
Kebiasaan ada yang bersifat tradisional dan ada pula yang bersifat modern.
Kebiasaan tradisional dapat berupa kebiasaan menghormati dan memberi salam
kepada orang tua. Sedangkan yang bersifat modern berupa kebiasaan bangun pagi,
menggosok gigi, dan sebagainya.
2.3.6.3 Hukuman
Hukuman terjadi karena kesalahan, perlawanan atau pelanggaran yang
disengaja. Ini berarti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah namun
masih dilakukan. Dalam hal anak kecil, kita tidak dapat berasumsi bahwa mereka
dengan sengaja melakukan tindakan terlarang, kecuali jika terdapat bukti bahwa
mereka telah mengerti peraturan kelompok sosial yang diajarkan orang tua atau guru.
Tetapi dengan meningkatnya usia, wajarlah bila mereka dianggap telah belajar
tentang yang benar dan yang salah.
Hukuman mempunyai tiga peran penting yakni menghalangi, mendidik, dan
memotivasi. Fungsi yang pertama menghalangi, hukuman menghalangi pengulangan
40
tindakan yang tidak diinginkan. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan
dihukum, mereka biasannya urung melakukan tindakan tersebut karena teringat akan
hukuman yang dirasakan di waktu lampau akibat tindakan tersebut.
Fungsi kedua dari hukuman ialah mendidik. Sebelum anak mengerti
peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah
dengan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak
menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolehkan. Dengan
meningkatnya usia, mereka belajar mengenai peraturan terutama lewat pengajaran
verbal. Tetepai mereka juga belajar dari pengalaman bahwa jika mereka gagal
mematuhi peraturan sudah barang tentu mereka akan dihukum.
Memberi motivasi ini merupakan fungsi ketiga dari hukuman. Pengetahuan
tentang akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk menghindari
kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan tindakan alternatif dan
akibat masing-masing alternatif, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah
suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan. Jika mereka memutuskan
tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi untuk menghindari tindakan tersebut.
(Hurlock 1978: 87).
2.3.6.4 Penghargaan
Penghargaan adalah unsur disiplin yang sangat penting dalam pengembangan
diri dan tingkah laku. Penghargaan tidak harus berupa materi tetapi dapat juga berupa
kata-kata pujian atau senyuman. Penghargaan mempunyai tiga peranan penting dalam
mengajar anak berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Pertama, penghargaan
41
mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu
baik. Kedua, penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku
yang disetujui.
Karena anak bereaksi positif terhadap persetujuan yang dinyatakan dengan
penghargaan, dimasa mendatang mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara
yang akan banyak memberinya penghargaan. Ketiga, penghargaan berfungsi untuk
memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Bila anak harus belajar berperilaku
secara sosial, ia harus merasa bahwa berbuat demikian cukup menguntungkan
baginya. Karenanya penghargaan harus digunakan untuk membentuk asosiasi yang
menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan.
2.3.6.5 Konsistensi
Unsur kelima dari disiplin adalah konsistensi dalam berbagai aturan dan
pelaksanaannya. Konsistensi menunjukkan kesamaan dalam isi dan penerapan sebuah
aturan. Konsistensi terhadap aturan harus ada diantara semua pihak yang menjalankan
aturan tersebut. Konsistensi dalam disiplin mempunyai dua peran penting.
Pertama, mempunyai nilai mendidik yang besar. Bila peraturannya konsisten,
maka akan memacu proses belajar yang disebabkan karena nilai pendorongnya.
Kedua, konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat. Anak yang menyadari
bahwa penghargaan selalu mengikuti perilaku yang disetujui dan hukuman selalu
mengikuti perilaku yang dilarang, maka anak akan mempunyai keinginan yang jauh
lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang
42
disetujui daripada anak yang merasa ragu mengenai bagaimana reaksi terhadap
tindakan tertentu.
2.3.7 Indikator Kedisiplinan
Berdasarkan pedoman pendidikan karakter pada pendidikan anak usia dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal
Kementerian Pendidikan Nasional Tahun (2012: 20) menyebutkan bahwa terdapat 7
indikator disiplin diantaranya:
1. Selalu datang tepat waktu.
2. Dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu.
3. Menggunakan benda sesuai dengan fungsinya.
4. Mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya.
5. Berusaha mentaati aturan yang telah disepakati.
6. Tertib menunggu giliran.
7. Menyadari akibat bila tidak disiplin.
2.4 Anak Usia Dini
2.4.1 Pengertian Anak Usia Dini
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus
dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama
dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap
apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti
bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara
43
ilmiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memilliki daya
perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia
dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam
rentang perkembangan hidup manusia (Nurani 2009: 6)
Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai
berusia kurang lebih delapan tahun atau dari lahir sampai usia SD kelas awal (The
National Association Education of Young Children). Anak usia dini adalah individu
yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan
dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itu usia dini dikatakan sebagai
golden age (usia emas) yaitu usia yang berharga dibanding usia selanjutnya. Usia
tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dengan karakteristik khas, baik secara
fisik, psikis, sosial dan moral.
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya piker, daya
cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan
perilaku serta agama), bahasa komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam tiga tahapan, yaitu masa bayi
44
sampai 12 bulan, masa toddler (batita) usia 1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6
tahun, dan masa kelas awal SD 6-8 tahun (Mansur 2005: 88)
Anak pada usia dini memiliki kemampuan belajar luar biasa khususnya pada
masa awal kanak-kanak. Keinginan anak untuk belajar menjadikan anak aktif dan
eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk memahami sesuatu
dan dalam waktu singkat anak beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkunganlah
yang terkadang menjadi penghambat dalam mengembangkan kemampuan belajar
anak dan sering kali lingkungan mematikan keinginan anak untuk bereksplorasi.
Hurlock (Wantah 2005: 33) membagi masa kanak-kanak dalam dua periode
yang berbeda yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak. Yang termasuk dalam periode
awal adalah dari usia 2 tahun sampai 6 tahun, sedangkan periode akhir berkisar antara
6 tahun sampai sekitar 12-13 tahun. Dengan demikian masa kanak-kanak dimulai
pada masa akhir bayi, di mana masa ketergantungan penuh pada orang dewasa mulai
beralih secara bertahap kepada tumbuhnya kemandirian, dan berakhir pada usia
masuk SD.
Martha B. Bronson (Ahmad 2005: 7) membagi rentang masa anak usia dini
berdasarkan pada penelitian perkembangan motorik halus, motorik kasar, sosial, dan
kognitif serta terhadap perkembangan perilaku bermain dan minat permainan,
menjadi empat tahap, yaitu: young infants (lahir hingga usia 6 bulan); older infants (7
hingga 12 bulan); young toddlers (usia satu tahun); older toddlers (usia 2 tahun);
prasekolah dan kindergarden (usia 3 hingga 5 tahun); dan anak sekolah dasar kelas
rendah atau primary school (usia 6 hingga 8 tahun).
45
Pada usia prasekolah dan kindergarden (3 hingga 5 tahun), anak sering
diperlukan secara utuh, secara keseluruhan atau a whole dan disebut tahun-tahun
prasekolah. Walaupun kemampuan motorik, kognitif, bahasa, dan emosional mereka
itu tumbuh dan berubah selama periode ini, perubahan itu tidak semata-mata
sedramatis atau terputus seperti halnya pada tiga tahun sebelumnnya. Anak usia 5
tahun, termasuk pada rentang ini, didasarkan pada bukti-bukti bahwa perubahan
perkembangan ini pada umumnya terjadi pada periode antara 5 dan 7 tahun. Sebelum
peralihan ini, anak-anak bertindak sebagai anak prasekolah lebih dari bertindak anak
usia sekolah dalam arti perkembangan sosial dan berpikir mereka. Kelas-kelas dengan
pengelompokan bergaris ke atas kadang-kadang mencakup anak usia 5 tahun dengan
usia 3 dan 4 tahun, dan kadang-kadang dengan usia 6 dan 7 tahun.
2.4.2 Karakteristik Anak Usia Dini
Kartono (1995: 109-112) mendeskripisikan karaktetistik anak usia dini
sebagai berikut:
1) Bersifat Egosentris Naif
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan
pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang
masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu
peristiwa dan belum mampu menempatkan diri kedalam kehidupan orang lain.
2) Relasi Sosial yang Primitif
Relasi sosial primitif merupakan akibat dari sifat egosentris naif. Ciri ini
ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antar dirinya dengan
46
keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap
benda-benda atau peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Anak mulai
membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri.
3) Kesatuan Jasmani-Rohani yang Hampir Tidak Terpisahkan
Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah. Isi lahiriah
dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap
sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur, baik dalam
mimik, tingkah laku maupun pura-pura, anak mengekspesikannya secara terbuka
karena itu janganlah mengajari atau membiaskan anak untuk tidak jujur.
4) Sikap Hidup yang Fisiognomis
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak
memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat kongkrit, nyata terhadap apa yang
dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang
dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum
dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada
disekitrnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki
jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri.
2.4.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perkembangan Anak Usia Dini
Sujiono (2009: 7-8) memaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua
dan orang dewasa dalam perkembangan anak usia dini diantaranya:
47
1) Memberi kesempatan dan menujukkan permainan serta alat permainan tertentu
yang dapat memicu munculnya masa peka/menumbuhkembangkan potensi yang
sudah memasuki masa peka.
2) Memahami bahwa anak masih berada pada masa egosentris yang ditandai dengan
seolah-olah dialah yang paling benar, keinginannya harus selalu dituruti dan sikap
mau menang sendiri, dan sikap orang tua dalam menghadapi masa egosentris
pada anak usia dini dengan memberi pengertian secara bertahap pada anak agar
dapat menjadi makhluk sosial yang baik.
3) Pada masa ini, proses peniruan anak terhadap segala sesuatu yang ada
disekitarnya tampak semakin meningkat. Peniruan ini tidak saja pada perilaku
yang ditunjukkan oleh orang-orang disekitarnya tetapi juga terhadap tokoh-tokoh
khayal yang sering ditampilkan di televisi. Pada saat ini orang tua atau guru
haruslah dapat menjadi tokoh panutan bagi anak dalam berperilaku.
4) Masa berkelompok untuk biarkan anak bermain di luar rumah bersama temannya,
jangan terlalu membatasi anak dalam pergaulan sehingga anak kelak akan dapat
bersosialisasi dan beradaptasi sesuai dengan perilaku dengan lingkungan
sosialnya.
5) Memahami pentingnya eksplorasi bagi anak. Biarkan anak memanfaatkan benda-
benda yang ada disekitarnya dan biarkan anak melakukan trail and error, karena
memang anak adalah penjelajah yang ulung.
6) Disarankan agar tidak boleh selalu memarahi anak saat ia membangkang karena
bagaimanapun juga ini merupakan suatu masa yang akan dilalui oleh setiap anak.
48
2.5 Kerangka Berfikir
Reward merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menguatkan atau meningkatkan kedisiplinan anak. Terdapat dua bentuk reward yakni
reward yang berupa non fisik seperti senyuman, pujian atau ucapan terima kasih, dan
reward fisik yang dalam hal ini disebut metode token ekonomi. Bentuk dari token
ekonomi sendiri misalnya bintang, poin, koin, pin, dll, yang dapat ditukar dengan
hadiah atau hak-hak istimewa tertentu sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.
Diharapkan dengan metode token ekonomi tersebut, dapat merubah perilaku anak
usia dini menjadi semakin disiplin.
2.6 Hipotesis
Menurut Arikunto (2006: 68) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian terbukti melalui data yang tekumpul.
Berdasarkan landasan teori diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
Hipotesis nol (Ho):
a. Tidak terdapat perbedaan tingkat kedisiplinan antara sebelum dan sesudah
diberikan reward melalui token ekonomi pada kelompok eksperimen.
b. Tidak terdapat perbedaan tingkat kedisiplinan antara kelompok kontrol dan
eksperimen setelah diberikan reward melalui metode token ekonomi.
c. Pemberian reward melalui metode token ekonomi tidak efektif dalam
meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
Hipotesis alternatif (Ha)
49
a. Adanya perbedaan tingkat kedisiplinan antara sebelum dan sesudah diberikan
reward melalui metode token ekonomi pada kelompok eksperimen.
b. Adanya perbedaan tingkat kedisiplinan antara kelompok kontrol dan eksperimen
setelah diberikan reward melalui metode token ekonomi.
c. Pemberien Reward melalui metode token ekonomi efektif unutk meningkatkan
kedisiplinan anak usia dini.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan
menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah metode yang digunakan harus
sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai. Sehingga penelitian
akan berjalan lancar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang
mempunyai tata cara, pengambilan keputusan, interpretasi data, dan kesimpulan
berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analisis statistik.
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode eksperimen. Menurut Azwar (2005: 5) pendekatan
kuantitatif menekankan analisis pada data-data numerical (angka) yang diolah
menggunakan metode statistik. Penelitian eksperimen menurut Latipun (2004: 8)
merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan
untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati.
Manipulasi yang dilakukan dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan
kepada individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat pengaruhnya. Dengan kata
51
lain, dalam penelitian eksperimen ini hasilnya berupa pengaruh dari satu atau lebih
perlakuan yang dapat diukur secara kuantitatif. Alasan peneliti menggunakan metode
ini adalah karena peneliti ingin melakukan manipulasi terhadap perilaku individu
yang diamati.
Penelitian manipulasi ini dilakukan pada kegiatan pembelajaran yang
diintegrasikan dengan pemberian reward melalui metode token ekonomi, dan akan
dilihat pengaruhnya setelah diberikan perlakukan berupa pemberian token ekonomi
tersebut, sedangkan pengukurannya dilakukan sebelum (pretest) dan setelah
perlakuan (posttest).
3.1.2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlakukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian. Desain atau perencanaan diperlukan sebelum kita
melakukan atau membuat sesuatu agar hasilnya sesuai dengan keinginan dan harapan.
Dengan desain yang baik, maka pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi
eksperimen dapat dilakukan secara seksama dan tertib. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan desain eksperimen kuasi (quasi expeimental) dengan jenis desain
eksperimen Nonequivalent Control Group Design. Menurut Sugiono (2009: 116)
merupakan desain eksperimen yang tidak dilakukan randominasi untuk membentuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Subjek dimasukkan kedalam kedua kelompok yang berbeda, yaitu kelompok
eksperimen yang diberikan perlakuan berupa pemberian reward melalui metode
52
token ekonomi dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan, melalui metode
acak dengan mengontrol variabel tiap kelompok.
Pretest adalah pengujian awal sebelum eksperimen dilakukan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan anak pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Setelah pretest dilakukan, kelompok eksperimen diberi
perlakuan berupa pemberian reward melalui metode token ekonomi, selanjutnya
dilakukan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest
merupakan pengujian akhir yang dilakukan dengan observasi setalah perlakuan yang
diberikan kepada kelompok eksperimen selesai dilaksanakan.
Posttest berfungsi untuk mengetahui apakah hasil pemberian perlakuan
berupa pemberian reward melalui metode token ekonomi dapat meningkatkan
kedisiplinan anak pada kelompok eksperimen dan hasil tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perlakuan terhadap tingkat
kedisiplinan pada subjek penelitian. Pretest dan posttest haruslah merupakan tes yang
sama agar hasilnya dapat diperbandingkan. Pengaruh perlakuan dapat dilihat dari
hasil pretest dan posttest yang kemudian dibandingkan dari kedua kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Apabila ada perbedaan skor pretest dan posttest lebih besar secara signifikan,
maka dapat disimpulkan pemberian reward melalui metode token ekonomi terbukti
dapat meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
53
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design
Subjek Pretest Perlakuan Posttest
Control Group Design KE T 1 X (Token Ekonomi) T 2
Control Group Design KK T 1 T 2
Keterangan:
KE = kelompok eksperimen
KK = kelompok kontrol
T 1 = pengukuran kedisiplinan anak sebelum diberikan perlakuan pemberian
reward melalui metode token ekonomi
T 2 = pengukuran kedisiplinan anak setelah diberi perlakuan pemberian reward
melalui metode token ekonomi.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel
Variabel merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada
subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif maupun kualitatif (Azwar
2009: 59). Sebelum menguji hipotesis penelitian, penulis akan mengidentifikasi
variabel-variabel yang akan digunakan yaitu:
1) Variabel Bebas : Pemberian reward melalui metode token ekonomi
2) Variabel Terikat : Kedisiplinan anak usia dini
54
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Setelah mengindentifikasi variabel penelitian, langkah selanjutnya adalah
merumuskan definisi operasional dari variabel penelitian, yaitu:
1) Pemberian reward melalui metode token ekonomi
metode token ekonomi dalam penelitian ini dapat dioperasionalkan sebagai
suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan kedisiplinan
anak usia dini dengan pemakaian token (tanda-tanda). Individu menerima token
segera setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan. Token itu dikumpulkan
dan yang dipertukarkan dengan suatu obyek atau kehormatan yang penuh arti.
2) Kedisiplinan anak usia dini
Kedisiplinan dalam penelitian ini dapat dioperasionalkan sebagai suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
3.2.3 Hubungan Antar Variabel
Menurut Latipun (2010: 45) bahwa variabel-variabel dalam penelitian
eksperimen pada dasarnya memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan
antar variabel itu sangat kompleks karena variabel-variabel itu saling berinteraksi.
Dapat dijelaskan secara teoritis bahwa hubungan antar variabel bersifat interaksi
dimana X merupakan variabel bebas dan Y merupakan variabel terikat, yang
memiliki pola hubungan variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pemberian reward melalui metode token ekonomi
dan kedisiplinan anak sebagai variable terikat.
55
Dalam penelitian ini, pemberian reward melalui metode token ekonomi
sebagai variabel bebas yang bertujuan untuk mengetahui efektivitasnya dalam
meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. Dengan demikian pemberian reward
melalui metode token ekonomi mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat yaitu
meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Arikunto (1998: 115), populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa TK Hj Isriati
Baiturahman 1 Semarang yang berada di tingkatan kelompok A pada tahun ajaran
2012/2013 dimana dalam pelaksanann penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok yang akan dikenai perlakuan (kelompok eksperimen) dan kelompok yang
tidak dikenai perlakuan (kelompok kontrol).
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto (2002:
109). Adapun pengertian yang dikemukakan oleh Azwar (2005: 79) adalah “sebagian
dari populasi”. Dalam pengambilan sampel apabila subjeknya kurang dari 100 lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi
jika populasinya lebih dari 100 maka dapat diambil 10% - 15%, atau 20% - 25% atau
lebih.
56
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 46 orang. Subjek tersebut adalah siswa-
siswi TK Hj Isriati Baiturahman 1 Semarang, yang memiliki karakteristik diantaranya
ialah siswa-siswi kelompok A dan berusia 4-5 tahun. Pengelompokkan subjek
kedalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan
menggunakan Nonprobability Sampling. Sedangkan jenis sampelnya yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, Sugiono (2009: 124) menyebutkan
bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Adapun beberapa pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan subjek
dalam penelitian ini yaitu dengan cara:
1) Subjek dipilih berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan yaitu kelas A, dan
berusia 4-5 tahun.
2) Kemudian dipilih berdasarkan kesamaan jenis kelamin dan jumlah saudara
kandung.
3) Subjek sebelumnya belum pernah mendapatkan reward dengan jenis token
ekonomi
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi.
Sutrisno Hadi (Sugiyono 2009: 145) mengemukakan bahwa observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua diantar yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Metode pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
57
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidah terlalu besar.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah observsi berperanserta,
dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang diguanakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data
yang diperoleh akan leih lengkap, tajam, dan sampai mengetahuinpada tingkat makna
dari setiap perilaku yang Nampak.
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan ialah checklist. Menurut
Riduwan (2007: 27-28) menyebutkan bahwa checklist atau daftar cek adalah suatu
daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Bermacam-macam
aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan alam daftar cek sehingga pengamat
tinggal memberi cek (√) pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil
pengamatannya.
58
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian yang diperlukan untuk Mengukur
Peningkatan Kedisiplinanan Anak Usia Dini Melalui Metode Token Ekonomi
Variabel
Penelitian
Aspek Indikator Item Jumlah
F UF
Meningkatkan
kedisiplinan
anak usia dini
Nilai yang
berkaitan
dengan
ketertiban dan keteraturan
1. Selalu datang
tepat waktu
2. Dapat
memperkirakan waktu yang
diperlukan untuk
menyelesaikan
sesuatu
3. Menggunakan
benda sesuai
dengan fungsi
4. Mengambil dan
mengembalikan
benda pada
tempatnya
5. Berusaha menaati
aturan yang telah
disepakati
6. Tertib menunggu
giliran
7. Menyadari akibat
bila tidak disiplin
1, 3, 5
7, 9,
11
13, 15,
17
19, 21,
23
25, 27,
29, 31,
33
35, 37,
39
41, 43,
45
2, 4, 6
8, 10,
12
14, 16,
18
20, 22,
24
26, 28,
30, 32,
34
36, 38,
40
42, 44,
46
6 butir
6 butir
6 butir
6 butir
10 butir
6 butir
6 butir
Total 46 butir
3.5 Validitas Dan Reliabilitas
3.5.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau yang sahih
59
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto 2002: 144)
Penelitian ini menggunakan tes yang mempunyai jawaban setiap soal “ya”
atau “tidak”, dengan jawaban “ya” diberikan nilai 1 dan jawaban tidak diberikan nilai
0. Azawar (2011) menyatakan bahwa angka 1 dan 0 sama saja dengan kategori benar
dan salah (dikotomi). Kasus yang salah satu variabelnya hanya terdiri atas dua
macam, yaitu 1 dan 0, perhitungan koefisien korelasinya dilakukan dengan komputasi
koefisien korelasi point-biserial atau koefisien korelasi biserial.
Keterangan:
Rxy = Koefisien antara skor item dengan skor total
Mp = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt = Rata-rata skor total
St = Standart deviasi skor total
P = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
Q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
q
p
S
MM r
t
tp
pbis
-=
60
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
Aspek Indikator Item Item gugur Item valid
F UF
Nilai yang
berkaitan
dengan
ketertiban
dan
keteraturan
1. Selalu datang
tepat waktu
1, 3, 5 2, 4, 6 1, 2, 3, 4, 5,
6
2. Dapat
memperkirakan
waktu yang
diperlukan untuk
menyelesaikan
sesuatu
7, 9, 11 8, 10,
12
8 7, 9, 10, 11,
12
3. Menggunakan
benda sesuai
dengan fungsi
13, 15,
17
14, 16,
18
16 13, 14, 15,
17, 18
4. Mengambil dan
Mengembalikan
benda pada
tempatnya
19, 21,
23
20, 22,
24
19, 20, 21,
22, 23, 24
5. Berusaha menaati
aturan yang telah
disepakati
25, 27,
29, 31,
33
26, 28,
30, 32,
34
29, 32, 33 25, 26, 27,
28, 30, 31,
34
6. Tertib menunggu
giliran
35, 37,
39
36, 38,
40
40 35, 36, 37,
38, 39
7. Menyadari akibat
tidak disiplin
41, 43,
45
42, 44,
46
45 41, 42, 43,
44, 46
Jumlah item yang tidak valid = 7
Jumlah item yang valid = 39
61
3.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto 2002; 154). Bila ingin mengetahui sejauh mana tes itu
mengungkap atau menyediakan apa yang hendak diselidiki, maka perlu disusun suatu
tes yang telah mencantumkan faktor-faktor apa saja yang akan diungkap didalam tes
tersebut.
Ada beberapa cara untuk menguji reliabilitas, cara yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas instrumen yaitu menggunakan
rumus Alpha sebagai berikut:
r 11 =
-
- 2
2
11
t
b
k
k
Keterangan:
= koefisien reliabel
k = banyaknya butir soal
1 = bilangan konstan
= jumlah varian skor dari masing-masing butir soal
= varian total
Sebelum masuk kerumus alpha, maka perlu di cari varian tiap butir
instrumen dengan rumus:
∑ (∑ )
62
Varian total dapat dicari dengan rumus
∑ (∑ )
Setelah diperoleh nilai varian butir dan varian total kemudian dimasukan ke
dalam rumus alpha, harga r 11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel dengan
= 5%. Jika > rtabel, maka instrumen dikatakan reliabel dan jika < rtabel maka
instrumen dikatakan tidak reliabel
Perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dapat
menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS 16.0 For Windows. Apabila
r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.
Adapun hasil uji reliabilitas instrumen penelitian dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
Tabel 3.4 Hasil uji reliabilitas item pada uji coba instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.905 .905 46
Pada a = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0,456 tabel di atas
menunjukkan bahwa Cronbach Alpha lebih dari rtabel, maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen tersebut reliabel.
63
3.6 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam hal ini hipotesis yang diajukan adalah “Ada pengaruh
antara pemberian reward melalui metode token ekonomi dengan peningkatan
kedisipinan anak usia dini”. Dalam penelitian yang dilaksanakan, analisis data terbagi
menjadi tiga tahap, yaitu tahap analisis data populasi, tahap awal, dan tahap akhir
yang mencakup instrumen.
1) Analisis Data Populasi
Analisis data populasi dilakukan sebelum penelitian. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui adanya kesamaan kondisi awal populasi.
2) Uji Normalitas Populasi
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumus yang digunakan untuk normalitas data
adalah rumus chi-kuadrat yaitu:
∑( )
Keterangan :
= harga chi-kuadrat
= frekuensi hasil pengamatan
= frekuensi yang diharapkan
64
Jika x2
hitung < x2
tabel dengan derajat kebebasan dk = 6-3= 3 maka data
berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 273).
a) Uji Homogenitas Populasi
Uji ini untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang
diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian ini jumlah kelas yang diteliti ada
dua kelas. Uji kesamaan varians dari k buah kelas (k>2) populasi dilakukan dengan
menggunakan uji Bartlett.
Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho:
Ha: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
(Sudjana: 2005:261).
Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut:
1. Menghitung s2 dari masing-masing kelas
2. Menghitung varians gabungan dari semua sampel dengan rumus:
∑( )
∑( )
3. Menghitung harga satuan B dengan rumus:
( )∑( )
4. Menghitung nilai statistik chi kuadrat (X2) dengan rumus:
( ) { ∑( )
}
Keterangan:
65
si
2
= variansi masing-masing kelompok
s2
= variansi gabungan
B = koefisien Bartlet
ni = jumlah siswa dalam kelas
Kriteria pengujian : Ho diterima jika ≤ ( ) ( )
, dimana
( ) ( ) diperoleh dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang (1- ) dan dk =
(k-1) (Sudjana, 2005:263).
2.) Analisis tahap awal
Analisis data awal dilakukan pertama kali sebelum penelitian dilakukan.
Analisis tahap awal adalah analisis pre test instrumen kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang diambil pada awal pertemuan. Analisis ini bertujuan untuk
membuktikan bahwa rata-rata pre test instrumen antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan atau dapat dikatakan kedua kelompok
berawal dari titik tolak yang sama. Hal-hal yang dianalisis pada tahap ini adalah:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis berdistribusi
normal atau tidak.
Digunakan rumus Chi-Kuadrat.
Keterangan:
66
𝝌2 : Chi Kuadrat
Ei : frekuensi yang diharapkan
Oi : frekuensi pengamatan
k : banyaknya kelas interval
i : panjang kelas
(Sudjana, 2005: 273).
Jika 𝝌2 hitung < 𝝌2
tabel dengan derajat kebebasan dk = 3 maka data berdistribusi
normal.
b) Uji kesamaan dua varians
Uji varians dilakukan untuk mengetahui apakah varians data angket kelas
eksperimen sama dengan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho : (12 = 2
2) berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
mempunyai varians yang sama
Ha : (12 2
2) berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
mempunyai varians yang berbeda.
Rumus yang digunakan adalah:
(Sudjana, 2005: 250).
Peluang yang digunakan ½ ( adalah signifikasi dalam hal ini adalah 5%).
dk untuk pembilang n1-1 dan dk untuk penyebut n2-1. Kriteria yang digunakan,
terima Ho jika 1121 21 -- nnhitung FF .
c) Uji perbedaan dua rata-rata
67
Uji perbedaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok 1 dan
kelompok 2 mempunyai rata-rata yang berbeda atau tidak.
21
21
11
nns
xxt
-= ;
2
11
21
2
22
2
112
-
--=
nn
snsns
Keterangan:
1x = nilai rata-rata kelompok kontrol
2x = nilai rata-rata kelompok eksperimen
2
1s = variansi data pada kelompok kontrol
2
2s = variansi data pada kelompok ekperimen
2s = variansi gabungan
1n = banyak subyek pada kelompok kontrol
2n = banyak subyek pada kelompok ekperimen
(Sudjana, 2005: 239)
Derajad kebebasan (dk ) untuk tabel distribusi t yaitu (n1 + n2 -2) dengan
peluang (1-1/2), =5%. Kriteria yang digunakan yaitu jika thitung ttabel, maka Ha
diterima.
68
Jika diperoleh simpulan bahwa kedua varians tidak sama, maka rumus yang
digunakan:
2
2
2
1
2
1
21'
n
s
n
s
xxt
-=
Kriteria yang digunakan, tolak Ho jika:
21
2211'
ww
twtwt
dengan
)11(),2/11(1
1
2
11 ,
--==
ntt
n
sw
dan
)12(),2/11(2
2
2
22 , --== ntt
n
sw
= taraf signifikan (5 %) (Sudjana, 2005: 239-243)
3) Analisis Tahap akhir
Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian
diadakan tes akhir (post test). Dari tes akhir diperoleh data yang digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian, apakah H0 yang diterima atau Ha yang diterima.
Tahapan analisis tahap akhir pada dasarnya sama dengan analisis tahap awal namun
data yang digunakan adalah data hasil tes setelah diberi perlakuan. Tahapan tersebut
adalah:
69
a. Uji Normalitas
Langkah-langkah pengujian normalitas pada tahap ini sama dengan langkah-
langkah uji normalitas pada tahap awal. Uji normalitas sampel dimaksudkan untuk
mengetahui apakah sebaran data hasil penelitian yang diperoleh berdistribusi normal
atau tidak.
b. Uji Kesamaan Varians
Langkah-langkah pengujian pada tahap ini sama dengan langkah-langkah uji
kesamaan dua varian pada tahap awal. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
kedua sampel mempuyai varian yang sama atau tidak.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang
diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan uji
dua pihak . Uji dua pihak ini menggunakan uji t dengan menggunakan data yang
berdistribusi normal.
Uji Dua Pihak
Uji dua pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan ada
perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hipotesis yang diajukan adalah
Ho : (1 = 2)= berarti nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
sama dengan nilai rata-rata kelompok kontrol.
70
Ha : (1 ≠ 2)= berarti nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen tidak
sama dengan nilai rata-rata kelompok kontrol
Hipotesis tersebut dianalisis dengan menggunakan uji t. Uji t ini dipengaruhi
oleh hasil uji kesamaan dua varians.
Jika varians kedua kelompok sama maka rumus uji t yang digunakan:
21
21
11
nns
xxt
-= ;
2
11
21
2
22
2
112
-
--=
nn
snsns
Keterangan:
1x = nilai rata-rata kelompok kontrol
2x = nilai rata-rata kelompok eksperimen
2
1s = variansi data pada kelompok kontrol
2
2s = variansi data pada kelompok ekperimen
2s = variansi gabungan
1n = banyak subyek pada kelompok kontrol
2n = banyak subyek pada kelompok ekperimen (Sudjana, 2005: 239)
Derajat kebebasan (dk) untuk tabel distribusi t yaitu (n1 + n2 -2) dengan
peluang (1-1/2), =5%. Kriteria yang digunakan yaitu jika thitung ttabel, maka Ha
diterima.
71
Jika diperoleh simpulan bahwa kedua varians tidak sama, maka rumus yang
digunakan:
2
2
2
1
2
1
21'
n
s
n
s
xxt
-=
Kriteria yang digunakan, tolak Ho jika:21
2211'
ww
twtwt
dengan
)11(),2/11(1
1
2
11 ,
--==
ntt
n
sw
dan
)12(),2/11(2
2
2
22 , --== ntt
n
sw
= taraf signifikan (5 %)
(Sudjana, 2005: 239-243)
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan dalam penelitian. Maksud dari hasil penelitian ini adalah data dari
insrumen yang kemudian dianalisis dengan teknik dan metode yang telah ditentukan.
Pada bab ini akan disajikan beberapa hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan
pembahasan hasil penelitian yang meliputi beberapa tahap yaitu:
1. Persiapan penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
3. Deskripsi data hasil penelitian
4. Analisis data
5. Pembahasan hasil penelitian
4.1 Persiapan Penelitian
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat pelaksanaan di TK Hj. Isriati Baiturrahman
01 Semarang, Jl. Pandanaran no. 126 Semarang, Kelurahan Pekunden, Kecamatan
Semarang Tengah, Kota Semarang. TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang
diresmikan pada tanggal 22 Desember 1976. TK Hj. Isriati Baiturrahman 01
Semarang tersebut berdiri dalam satu komplek dengan SD Hj. Isriati Baiturrahman
73
dan Masjid Raya Baiturrahman. Sekolah ini bernaung dibawah yayasan Masjid Raya
Baiturrahman Semarang. Status sekolah adalah swasta.
Selaras dengan visi dan misi bidang pendidikan yayasan Masjid Raya
Baiturrahman Semarang maka TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang menetapkan
visi dan misi sebagai harapan ke depan yakni: Terwujudnya Anak Cerdas, Terampil,
Shaleh, dan Salehah. Sedangkan untuk mewujudkan visi sekolah tersebut di atas,
maka TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang memiliki misi sebagai berikut :
1) Menanamkan akhlakulkarimah sejak dini
2) Mendidik anak menjadi mandiri
3) Melatih anak bersosialisasi
4) Membiasakan hidup beribadah sejak dini
Pada tahun ajaran 2012/2013 ini TK Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang
memiliki delapan kelas, yang terdiri dari satu kelompok KB, tiga kelompok A dan
empat kelompok B. Masing-masing kelas memiliki siswa untuk kelompok KB 20
siswa, 23 siswa untuk kelompok A dan 18 siswa untuk kelompok B. Setiap kelas
diampu oleh dua orang guru. Sekolah ini memiliki beberapa ruangan yakni ruang
kelas, ruang guru, administrasi, ruang komputer, perpustakaan, tempat bermain,
halaman, gudang, UKS, kamar mandi guru dan kamar mandi siswa.
4.1.2 Proses perijinan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa
tahap untuk mempersiapkan perijinan penelitian. Pertama, peneliti meminta surat
permohonan ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
74
Semarang yang ditanda tangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, dengan
nomor: 3790/UN.37.1.1/PP/2012 dan ditujukan pada kepala sekolah TK Hj. Isriati
Baiturrahman 01 Semarang. Setelah mendapatkan ijin dari pihak sekolah langkah
selanjutnya adalah melakukan study pendahuluan dilanjutkan dengan melakukan
penelitian, yang terdiri dari observasi pretest, perlakuan dan observasi posttest.
Penelitian dilakukan dalam rentang waktu kurang lebih 20 hari, yaitu dimulai
pada tanggal 20 September – 9 Oktober 2012. Setelah melaksanakan penelitian,
peneliti mendapatkan surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari TK Hj.
Isriati Baiturrahman o1 Semarang, dengan nomor surat 095/TK/TK.IS/X/2012.
4.1.3 Penentuan Subjek Penelitian
Teknik penentuan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non
Probability Sampling. Sedangkan jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Purposive Sampling, Sugiono (2009: 124) menyebutkan bahwa sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Tabel 4.1 Subjek Penelitian
No Nama Jenis
Kelamin
Usia Jumlah
Saudara
Kandung
1. Adrian Kevin Ramadhan L L 4 th 1 bln 1
2. Alif Rasyad Arissetyo S L 4 th 4 bln 0
3. Allena Diva Steryanti P 4 th 1
4. Aprilia Bethari Saraswati W P 4 th 6 bln 1
5. Danis Sastra Wijaya L 4 th 8 bln 2
6. Evda Gayatri Yuliantina P P 4 th 3 bln 2
7. Ezra Yuvammar L 4 th 1
8. Hafiz Rafi Anggoro W L 4 th 2
9. Kayla Dewari P 4 th 1 bln 0
75
10. Keenan Hasan L 4 th 2 bln 1
11. Kukuh Dani Wicaksono L 4 th 8 bln 0
12. Muhammad Abrar Ibnu R L 4 th 6 bln 0
13. Muhammad Fadhil Diaz P L 4 th 9 bln 2
14. Muthia Aufa Marsya P 4 th 9 bln 0
15. Nadhifa Annora Hidayat P 4 th 6 bln 2
16. Najwa Kaisaura Aqilah P 5 th 2
17. Rafif Ardana Adriansyah L 5 th 0
18. Raja Putra Sanjaya L 4 th 1 bln 0
19. Rattu Shandina Aurelya P 4 th 5 bln 1
20. Reyhan Arbal Yulian N.A.D L 4 th 3 bln 3
21. Ryan Rosyid Ramadhany L 4 th 0
22. Syah Rheza Baihaqhi L 4 th 1
23. Violita Aulia Purnama P 4 th 9 bln 1
24. Achmad Al-Fachry Arga M L 4 th 0
25. Athiya Rara Kusumastuti P 4 th 2
26. Aulia Dewi Nuraini P 4 th 7 bln 0
27. Bramastyo Wibowo N.J L 4 th 3 bln 2
28. Chesta Aryasatya Gitiananda L 4 th 0
29. Bunga Adya Sakina Triana P 4 th 2 bln 2
30. Deavirana Salsabiela Kusuma P 4 th 7 bln 2
31. Dewangga Rakha Perwira L 4 th 9 bln 0
32. Faiz Rakha Jati L 4 th 0
33. Hilal Abiyu Ramadhan L 5 th 1
34. Keisha Atasya Yumna P 4 th 6 bln 0
35. Kevin Chandrawinata A.S L 4 th 5 bln 0
36. Khamila Safina Anggraini P 4 th 0
37. Mandriva Pasha Bachtiar L 4 th 2 bln 1
38. Mohammad Iqbal Agustian L 4 th 5 bln 1
39. Muhammad Rafi Qson B L 4 th 4 bln 0
40. Muhammad Tsany Akbar L 4 th 1
41. Nabila Assalma P 4 th 1 bln 0
42. Nizar Muhammad Iksan L 4 th 1
43. Raya Azalia Zalma L 4 th 9 bln 1
44. Rayyan Adhi Nugroho R L 4 th 9 bln 1
45. Reno Pradipta L 4 th 8 bln 1
46. Berill P 5 th 1
76
Subjek dibagi menjadi dua kelompok sama besar yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, yang dipilih berdasarkan kesamaan jenis kelamin dan jumlah
saudara kandung. Terpilihlah 23 subjek sebagai kelompok eksperimen dan 23 subjek
sebagai kelompok kontrol.
Tabel 4.2 Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
No Kel. Eksperimen Jumlah
saudara
kandung
Kel. Kontrol Jumlah
saudara
kandung
1. Adrian Kevin Ramadhan L
(Kevin) (L)
1 Achmad Al-Fachry Arga
M (Arga) (L)
0
2. Alif Rasyad Arissetyo S
(Rasyad) (L)
0 Athiya Rara Kusumastuti
(Rara) (P)
2
3. Allena Diva Steryanti
(Allena) (P)
1 Aulia Dewi Nuraini
(Aulia) (P)
0
4. Aprilia Bethari Saraswati
W (Thari) (P)
1 Bramastyo Wibowo N.J
(Bram) (L)
2
5. Danis Sastra Wijaya
(Danis) (L)
2 Chesta Aryasatya
Gitiananda (Tian) (L)
0
6. Evda Gayatri Yuliantina P
(Evda) (P)
2 Bunga Adya Sakina Triana
(Bunga) (P)
2
7. Ezra Yuvammar
(Ezra) (L)
1 Deavirana Salsabiela
Kusuma (Devi) (P)
2
8. Hafiz Rafi Anggoro W
(Rafi) (L)
2 Dewangga Rakha Perwira
(Dewa) (L)
0
9. Kayla Dewari
(Kayla) (P)
0 Faiz Rakha Jati
(Rakha) (L)
0
10. Keenan Hasan
(Keenan) (L)
1 Hilal Abiyu Ramadhan
(Abi) (L)
1
11. Kukuh Dani Wicaksono
(Kukuh) (L)
0 Keisha Atasya Yumna
(Keke) (P)
0
12. Muhammad Abrar Ibnu R
(Abrar) (L)
0 Kevin Chandrawinata A.S
(Kevin) (L)
0
13. Muhammad Fadhil Diaz P
(Diaz) (L)
2 Khamila Safina Anggraini
(Khamila) (P)
0
14. Muthia Aufa Marsya 0 Mandriva Pasha Bachtiar 1
77
(Marsya) (P) (Pasha) (L)
15. Nadhifa Annora Hidayat
(Nora) (P)
2 Mohammad Iqbal
Agustian (Iqbal) (L)
1
16. Najwa Kaisaura Aqilah
(Keisya) (P)
2 Muhammad Rafi Qson B
(Rafi) (L)
0
17. Rafif Ardana Adriansyah
(Rafif) (L)
0 Muhammad tsany Akbar
(Akbar) (L)
1
18. Raja Putra Sanjaya
(Raja) (L)
0 Nabila Assalma
(Nabila) (P)
0
19. Rattu shandina Aurelya
(Rattu) (P)
1 Nizar Muhammad Iksan
(Nizar) (L)
1
20. Reyhan Arbal Yulian
N.A.D (Alfarisi) ( L)
3 Raya Azalia Zalma
(Aya) (P)
1
21. Ryan Rosyid Ramadhany
(Ryan) (L)
0 Rayyan Adhi Nugroho R
(Rayyan) (L)
1
22. Syah Rheza Baihaqhi
(Rheza) (L)
1 Reno Pradipta
(Reno) (L)
1
23. Violita Aulia Purnama
(Violeta) (P)
1 Berill
(Beril) (P)
1
4.1.4 Persiapan Instrumen Penelitian
4.1.4.1 Menyusun instrumen
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam membuat instrumen
pada penelitian ini adalah:
a. Menyusun Lay Out Penelitian
Pengembangan instrumen dilakukan dengan cara menentukan variabel
penelitian terlebih dahulu untuk kemudian dikembangkan menjadi aspek yang ingin
diketahui keadaannya. Instrumen penelitian kedisiplinan anak usia dini berasal dari
pedoman pendidikan karakter pada pendidikan anak usia dini yang terdapat dalam
konsep pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, NonFormal dan
InFormal Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2012.
78
Setelah menentukan aspek yang akan diketahui, kemudian aspek tersebut
dijabarkan menjadi indikator. Indikator-indikator tersebut disusun menjadi beberapa
butir aitem dalam skala Guttman kedisiplinan anak usia dini, yang digunakan pada
saat observasi pretest dan posttest.
b. Menentukan Karakteristik Jawaban yang dikehendaki
Pertanyaan yang ada pada butir aitem dalam skala Guttman ini memiliki dua
alternatif pilihan jawaban, yaitu YA dan TIDAK. Jawaban untuk masing-masing
aitem diberikan skor tertentu, yaitu 1 untuk jawaban YA dan 0 untuk TIDAK.
c. Menyusun Format Instrumen
Format skala Guttman kedisiplinan anak usia dini ini disusun secara jelas
untuk memudahkan responden dalam mengisi. Adapun format skala Guttmannya
terdiri dari:
1) Identitas subjek penelitian
Identitas responden meliputi: nama anak, kelas/kelompok, tanggal observasi
dan nama observer.
2) Petunjuk pengisian
Petunjuk pengisian memberikan penjelasan kepada observer mengenai cara
mengisi angket yang benar. Petunjuk pengisian meminta observer untuk membaca
dengan seksama, memberikan jawaban yang tidak dibuat-buat saat melakukan
observasi tingkahlaku anak, dan memberikan penilaian dengan beberapa pedoman
yang telah ditentukan.
3) Butir-butir aitem
79
Butir-butir instrumen ini berupa pernyataan mengenai kedisiplinan anak usia
diniyang ditunjukkan anak sebelum dan sesudah memperoleh token ekonomi. Butir-
butir pertanyaan ini terdiri dari 39 aitem pertanyaan.
4.1.4.2 Penyusunan Metode Token Ekonomi sebagai Perlakuan dalam
Eksperimen
Penelitian ini menggunakan metode token ekonomi dalam melakukan
perlakuan pada kelompok eksperimen. Sebelum melakukan perlakuan, peneliti
memilih jenis token yang sesuai dengan usia anak dan dapat menumbuhkan
kesenangan pada diri anak ketika mendapatkan token tersebut. Secara umum tipe
token haruslah menarik, ringan, mudah dipindahkan, tahan lama, mudah dipegang,
dan tidak mudah dipalsukan. Beberapa contoh token tersebut yaitu stiker, keping
logam, koin, check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap dibuku, tanda bintang,
kartu, dan lain-lain.
Peneliti menggunakan stiker sebagai media token ekonomi dalam penelitian
ini. Hal ini dikarenakan stiker merupakan benda yang dapat menarik perhatian anak,
ringan, tahan lama dan tidak mudah dipalsukan. Perlakuan dalam penelitian ini
diberikan sebanyak 9x perlakuan dengan pemberian jumlah token yang berbeda
kepada setiap subjek sesuai dengan sikap kedisiplinan yang telah ditunjukkan.
Setelah beberapa kali melakukan observasi dan adanya masukan dari guru kelas
tentang waktu pemberian token, maka jumlah token yang diberikan pada setiap sikap
disiplin yang ditunjukkaan adalah sebagai berikut:
80
Tabel 4.3 Pemberian Token Ekonomi Pada Kelompok Eksperimen
No Kegiatan Jumlah Token
1. Berbaris pada saat masuk kelas 1 buah stiker
2. Berdoa (circle time) 1 buah stiker
3. Mengerjakan tugas 2 buah stiker
4. Membereskan mainan 2 buah stiker
5. Mengantri pada saat cuci tangan 2 buah stiker
6. Mengantri pada saat bersalaman dengan guru 2 buah stiker
Prinsip pemberian token ini ialah bagaimana membuat metode yang menarik
agar dapat menumbuhkan sikap kedisiplinan pada diri anak.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Pengumpulan Data
Pengambilan data eksperimen dilakukan sebanyak dua kali, yaitu observasi
pretest dan posttest yang dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Observasi
dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebanyak 23 siswa pada
masing-masing kelompok sehingga seluruhnya berjumlah 46 orang, dan peneliti
dalam penelitian ini adalah sebagai observer.
Pretest dilakukan dua hari pada tanggal 20-21 September 2012, dan posttest
dilakukan pada tanggal 8-9 Oktober 2012. Pretest dan posttest melibatkan semua
sample yaitu 46 siswa. Eksperimen dilakukan dengan memberikan token ekonomi
pada kelompok eksperimen sebanyak 23 siswa.
81
Pemberian perlakuan berupa token ekonomi ini dilakukan setiap hari, karena
pemberian token ini sesuai dengan sikap disiplin siswa pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Perlakuan ini dilakukan berulang-ulang sebanyak 9 kali
perlakuan, yang dipimpin oleh peneliti dengan bantuan guru yang ada.
4.4 Jadwal Pemberian Perlakuan
Tanggal Hari Perlakuan yang
dilakukan
Perlakuan
ke-
Tempat
20-Sep Kamis Observasi (pretest
kelompok eksperimen)
Kelas
21-Sep Jumat Observasi (pretest
kelompok kontrol)
Kelas
22-Sep Sabtu Pelajaran seperti biasa Outdoor
24-Sep Senin Perlakuan 1 Kelas
25-Sep Selasa Perlakuan 2 Kelas
26-Sep Rabu Perlakuan 3 Kelas
27-Sep Kamis Perlakuan 4 Kelas
28-Sep Jumat Perlakuan 5 Kelas
29-Sep Sabtu Pelajaran seperti biasa Outdoor
01-Okt Senin Perlakuan 5 Kelas
02-Okt Selasa Perlakuan 6 Kelas
03-Okt Rabu Perlakuan 7 Kelas
04-Okt Kamis Perlakuan 8 Kelas
05-Okt Jumat Perlakuan 9 Kelas
06-Okt Sabtu Pelajaran seperti biasa Kelas
08-Okt Senin Observasi (posttest
kelompok eksperimen)
Kelas
09-Okt Selasa Observasi (posttest
kelompok kontrol)
Kelas
Perlakuan dilakukan didalam kelas pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung, sesuai dengan jadwal kegiatan kelompok eksperimen.
82
4.2.2 Pelaksanaan Skoring
Setelah melakukan pengumpulan data penelitian baik pretest maupun posttest,
peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberikan kode subjek dan skor pada masing-masing jawaban yang telah
diisi oleh observer, dengan memberikan skor 1 untuk jawaban “ya” dan 0
untuk jawaban “tidak”, kemudian mentabulasi data berdasarkan jumlah item.
b. Mengelompokkan kelompok subjek penelitian, baik kelompok eksperimen
maupun kontrol, masing-masing untuk data kelompok eksperimen pretest-
posttest, dan kelompok kontrol pretest dan posttest. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah peneliti melakukan tabulasi dan perhitungan.
c. Melakukan olah data yang menggunakan metode SPSS 16.0 For Windows.
4.3 Data Hasil Penelitian
4.3.1 Hasil Penelitian pada Kelompok Eksperimen
Penelitian di kelas eksperimen dilakukan di TK HJ Isriati Baiturrahman 01
Semarang pada kelompok A (Ta) dengan rata-rata usia empat sampai lima tahun.
Jumlah siswa yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 23 anak. Pretest
dilakukan ketika awal bertemu dengan siswa, yaitu berupa angket yang langsung
diobservasikan kepada anak, observasi yang dilakukan peneliti pada penelitian ini
adalah menggunakan metode observasi berperanserta (participant observation).
Observasi partisipan yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
83
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan sumber data,
dan ikut merasakan suka dukanya. Pretest dilakukan untuk mengukur pemahaman
awal siswa.
Tabel 4.5 Hasil Pretest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Eksperimen
Rentang Kelas Jumlah Prosentase Kriteria
13-14 1 4,34% Sangat rendah
15-16 3 39,13% Rendah
17-18 3 13,04% Sedang
19-21 9 39,13% Tinggi
22-24 7 30,43% Sangat tinggi
Prosentase dari 23 siswa
Perlakuan diberikan berupa pemberian token ekonomi yang berupa stiker.
Setiap anak diberi sejumlah token sesuai dengan perilaku disiplin yang mereka
tunjukkan selama sembilan hari. Pemberian token ekonomi dilakukan pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Tabel 4.6 Hasil Posttest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Eksperimen
Rentang Kelas Jumlah Prosentase Kriteria
20 2 8,69% Sangat rendah sekali
21 2 8,69% Sangat rendah
22 4 17,39% Rendah
23 2 8,69% Sedang
24 2 8,69% Tinggi
25 8 34,78% Sangat tinggi
26 3 13,04% Sangat tinggi sekali
Prosentase dari 23 siswa
84
4.3.2 Hasil Penelitian pada Kelompok Kontrol
Penelitian di kelas eksperimen dilakukan di TK HJ Isriati Baiturrahman 01
Semarang pada kelompok A (Alif) dengan rata-rata usia empat sampai lima tahun.
Jumlah siswa yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 23 anak. Pretest
dilakukan ketika awal bertemu dengan siswa, yaitu berupa angket yang langsung
diobservasikan kepada anak, pretest dilakukan untuk mengukur pemahaman awal
siswa.
Tabel 4.7 Hasil Pretest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Kontrol
Rentang Kelas Jumlah Prosentase Kriteria
14-15 1 4,43% Sangat rendah
16-17 2 8,69% Rendah
18-19 11 47,82% Sedang
20-21 7 30,43% Tinggi
22-24 2 8,69% Sangat tinggi
Prosentase dari 23 siswa
Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan berupa oken ekonomi seperti
yang dilakukan kepada kelas eksperimen.
Tabel 4.8 Hasil Posttest Tingkat Kedisiplinan Kelompok Kontrol
Rentang Kelas Jumlah Prosentase Kriteria
18 2 8,69% Sangat rendah sekali
19 7 30,34% Sangat rendah
20 8 34,78% Rendah
21 3 13,04% Sedang
22 2 8,69% Tinggi
23 1 4,34% Sangat tinggi
Prosentase dari 23 siswa
85
4.3.3 Perbandingan Data Pretest dan Posttest
Tabel 4.9 Rata-rata Hasil Pretest dan Posttest
Kelompok Pretest
Hasil Kriteria Pemahaman
Kontrol 19,17
49,16% Sedang
Eksperimen 19,34
49,60% Sedang
Posttest
Kontrol 19,95
51,17% Sedang
Eksperimen 23,56
60,42% Sedang
Jawaban benar dari 45 soal
% = Prosentase menjawab benar
Keterangan :
< 30% = rendah
30% ≤ p ≥ 70% = sedang
>70% = tinggi
4.4 Analisi Data
Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menggunakan metode
uji beda uji-t. Sebelum dilakukannya uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
berupa uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dalam penggunaan analisi
uji-t.
4.4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kedua kelompok
berdistribusi normal atau tidak. Penelitian menggunakan uji normalitas dengan cara
86
kolmogrof (uji K-S satu sample) pada SPSS 16.0. Hasil dari uji normalitas dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
pre_test_kelompok_kontrol .162 23 .123 .935 23 .144
pre_test_kelompok_eksperimen .149 23 .200* .958 23 .415
Ho: Sample berasal dari populasi berdistribusikan normal
Ha: Sample berasal dari populasi berdistribusikan tidak normal
Data dikatakan normal jika tingkat sig pada kolmogrov-smirnov lebih dari
maka data didistribusikan normal, jika kurang dari maka data didistribusikan tidak
normal. Nilai yang digunakan adalah 0,05. Nilai sig pada kelas kontrol sebesar
0,123 dan nilai sig pada kelas eksperimen sebesar 0,200. Nilai tersebut menujukkan
bahwa Sig > maka Ho diterima, data tersebut berdistribusi normal.
4.4.2 Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa
sekumpulan data yang dimanipulasi dalam serangkaian analisi memang berasal dari
populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya. Analisi homogenitas dalam
penelitian ini menggunakan uji chi-square test dengan bantuan program SPSS 16.0.
Kolom yang dilihat pada printout ialah kolom Sig. Jika nilai pada kolom Sig >0,05
maka Ho diterima.
87
Ho: varians homogen (σ12 = σ2
2)
Ha: varians homogen (σ12 ≠ σ2
2)
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas
Test Statistics
pre_test_kelompok_kontrol pre_test_kelompok_eksperimen
Chi-Square 12.130a 7.000b
Df 7 9
Asymp. Sig. .096 .637
Berdasarkan tabel 4.11 diatas diperoleh nilai Asymp Sig kelas kontrol 0,096
dan kelas eksperimen 0,637 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok homogen atau mempunyai
varians yang sama. Hasil perhitungan lengkapnya terdapat dalam lampiran halaman
(Komputasi menggunakan software SPSS).
4.5 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode t-test untuk
melihat perbedaan pada masing-masing test pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dan untuk melihat seberapa besar pengaruh metode token ekonomi
terhadap peningkatan kedisiplinan pada anak usia dini.
Data dikatakan mengalami peningkatan yang signifikan jika sig < 0,05. Jika
sig > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak dan sebaliknya jika sig < 0,05 maka Ho
ditolak, Ha diterima. Data dikatakan mengalami perbedaan jika nilai thitung > ttabel.
ttabel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 2,069.
88
Ha = data mengalami peningkatan secara signifikan
Ho = data tidak mengalami peningkatan secara signifikan
4.5.1 Uji Hipotesis Kelompok Kontrol
Tabel 4.12 t-test Kelompok Kontrol
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 pretest_kelompo
k_kontrol -
postest_kelompo
k_kontrol
-.783 1.976 .412 -1.637 .072 -1.899 22 .071
Tabel 4.12 menunjukkan perbedaan rata-rata sebesar 0,783. Angka tersebut
menunjukkan perubahan yang tidak signifikan, terlihat dari nilai sig (2 tailed) sebesar
0,071. Nilai 0,071 > 0,05 maka Ho diterima yang artinya perbedaan nilai kelompok
kontrol tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan nilai thitung sebesar
1,899 menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan antara hasil pretest dan posttest
pada kelompok kontrol.
89
4.5.2 Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen
Tabel 4.13 t-test Kelompok Eksperimen
Paired Samples Test
Paired Differences
T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 pre_test_kelompok
_eksperimen -
post_test_kelompo
k_eksperimen
-4.217 3.825 .798 -5.872 -2.563 -5.287 22 .000
Tabel 4.13 menunjukkan perbedaan rata-rata sebesar 4,217. Angka tersebut
menunjukkan perubahan yang signifikan, terlihat dari nilai sig (2 tailed) sebesar 0,00.
Nilai sig 0,00 < 0,05 maka Ha diterima yang artinya perbedaan nilai kelompok
eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan nilai thitung sebesar
5,287 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada
kelompok eksperimen.
90
4.5.3 Uji Hipotesis Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Tabel 4.14 t-test Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 post_test_ko
ntrol -
post_test_ek
sperimen
-3.609 1.828 .381 -4.399 -2.818 -9.470 22 .000
Tabel 4.14 menunjukkan perbedaan rata-rata sebesar 3,609. Angka tersebut
menunjukkan perubahan yang tidak signifikan, terlihat dari nilai sig (2 tailed) sebesar
0,00. Nilai sig 0,00 < 0,05 maka Ha diterima yang artinya perbedaan nilai kelompok
eksperimen mengalami peningkatan yang signifakan. Berdasarkan nilai thitung sebesar
9,470 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil posttest kelompok kontrol dan
eksperimen. Kelompok eksperimen menghasilkan nilai posttest yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
91
4.6 Pembahasan dan Analisis
4.6.1 Pembahasan Hasil Penelitian
Perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman disebut
dengan belajar. Perubahan tersebut salah satunya dapat dilihat dari sikap dan nilai.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode token ekonomi memberikan
perubahan sikap disiplin pada diri anak, dengan adanya token ekonomi ini sikap
disiplin anak semakin meningkat.
Uji hipotesis diperoleh hasil bahwa Ho ditolak maka Ha diterima. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sikap disiplin kelompok eksperimen mengalami peningkatan
yang signifikan dengan metode token ekonomi ini dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata hasil posttest setelah diberi perlakuan.
Pada kelompok eksperimen memiliki rata-rata hasil posttest sebesar 60,42% dari 39
soal sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 49,60% dari 39 soal,
sehingga dapat dikatakan bahwa metode token ekonomi pada kelompok eksperimen
dapat meningkatkan kedisiplian pada anak usia dini.
Hal ini juga ditunjukkan dengan perubahan perilaku disiplin yang anak
tunjukkan seperti anak sudah mulai baris dengan rapi pada saat masuk kelas, pada
saat berdoa juga anak mengikutinya dan tidak lagi berbicara atau becanda dengan
temannya, selalu antri pada saat mencuci tangan, anak juga sudah mulai berbagi
mainan dengan temannya serta merapikan mainan setelah mereka memainkannya,dan
lain-lain. Dengan adanya beberapa pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan
92
bahwasannya metode token ekonomi dalam penelitian ini efektif digunakan untuk
meningkatkan kedisiplinan pada anak usia dini.
4.6.2 Analisis Hasil Penelitian
Eksperimen yang dilakukan pada anak usia dini ini merupakan kegiatan yang
menggunakan materi didasarkan pada sikap disiplin anak ketika berada disekolah,
meliputi selalu datang tepat waktu, dapat memperkirakan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan sesuatu, menggunakan benda sesuai dengan fungsinya,
mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya, berusaha menaati aturan yang
telah disepakati, tertib menunggu guliran dan menyadari akibat bila tidak disiplin.
Tujuannya adalah supaya anak dapat mengembangkan pengendalian diri, karena
dengan disiplin anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tigkah laku
yang salah.
Disiplin diperlukan dalam proses perkembangan anak karena disiplin
memenuhi beberapa kebutuhan tertentu yang diharapkan mampu mendidik anak
untuk berperilaku sesuai dengan standar. Adapun menurut Hurlock (1978:82) cara
mendisiplinkan yang digunakan yaitu peraturan sebagai pedoman berperilaku,
konsisten dalam peraturan, hukuman untuk pelanggaran dan hadiah atau penghargaan
untuk perilaku baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku. Kedisiplinan awal
anak usia dini ditunjukkan oleh hasil pretest yang dilakukan oleh kelompok kontrol
dan eksperimen. Kelompok kontrol memiliki prosentase 49,10% jawaban “YA”.
Kelompok eksperimen memiliki prosentase 49,60% jawaban “YA”. Kedua kelompok
tergolong dalam kriteria yang sedang.
93
Kedisiplinan anak usia dini pada kelompok eskperimen ini dapat terbentuk
karena token ekonomi yang diberikan pada kelompok eksperimen ini selama 9x
perlakuan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan anak berasal dari
menyadari adanya perbedaan tingkat kemampuan kognitif anak, penanaman sikap
disiplin yang dimulai sejak dini, teknik disiplin demokratis, penggunaan hukuman
harus diartikan sebagai bentuk sikap tegas dan penanaman sikap disiplin secara
berkelanjutan.
Menurut Moeliono (1993:208) disiplin artinya ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan tata tertib, aturan, atau norma. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar
atau anak (orang) yang melakukan aktivitas belajar. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib,
atau norma yang ada di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata
tertib) yang berkaitan dengan jam belajar disekolah, dan semua aktifitas siswa yang
dilihat kepatuhannya dalam aktifitas pendidikan disekolah yang juga dikaitkan
dengan kehidupan dilingkungan luar sekolah.
Perlakuan ini dilakukan berulang-ulang dengan tujuan subjek terbiasa dengan
pengkondisian ini dan dapat secara otomatis meneruskan apa yang menjadi
kebiasaannya. Konsep token ekonomi secara psikologis siswa memiliki reaksi
kognitif dan perilaku terhadap materi perlakuan yang diberikan. Token ekonomi ini
berfungsi sebagai reward dari perlaku baik atau sikap disiplin yang siswa tunjukan
94
dan pada akhirnya menanamkan pemahaman baru dalam benak anak sebagai motifasi
untuk selalu bersikap disiplin.
Setelah mendapatkan token ini, kedisiplinan yang dimiliki anak meningkat
atau berkembang jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dapat dilihat
melalui observasi pretest dan posttest. Hal ini menunjukkan bahwa metode token
ekonomi yang diberikan memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan kedisiplinan
anak usia dini.
Pemberian reward melalui metode token ekonomi yang dilakukan peneliti
bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini di TK Hj Isriati
Baiturahman 01 Semarang, dengan memberikan sejumlah token yang berupa stiker
kepada anak yang menunjukkan sikap disiplin mereka pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Token yang diberikan kepada kelompok eksperimen
disesuaikan denga usia mereka, karena subjek dalam penelitian ini merupakan anak
usia dini maka token yang sesuai untuk anak usia dini ini berupa striker. Stiker dapat
menarik perhatian anak untuk bisa mereka miliki, karena stiker bersifat ringan, tahan
lama, mudah dipegang dan tentunya tidak dapat dipalsukan. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa dalam hal ini, kedisiplinan anak dapat ditingkatkan melalui metode
token ekonomi.
Setelah subjek mendapatkan token dalam kurun waktu dua minggu perlakuan,
ada perubahan tingkahlaku positif yang terjadi pada kelompok eksperimen,
perubahan yang terjadi ialah anak dapat datang kesekolah tepat waktu, berbaris rapi
saat masuk kelas, tenang pada saat berdoa maupun mengerjakan tugas, sabar
95
menungu giliran, antri pada saat mencuci tangan dan pada saat bersalaman dengan
guru.
Perlakuan ini terbukti efektif dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini,
hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Hurlock (1978: 91) sepanjang masa
kanak-kanak, penghargaan mempunyai nilai edukatif yang penting. Imbalan
mengatakan pada mereka bahwa perilaku mereka sesuai dengan harapan sosial, dan
memotivasi mereka untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Jadi
penghargaan merupakan pendorong untuk perilaku yang baik.
Kegiatan perlakuan ini tidak luput dari kelemahan dan kekurangan meski
sudah dilakukan pengendalian, kadang-kadang instruksi yang diberikan peneliti tidak
dapat dilaksanakan dengan baik oleh siswa, instruksi tersebut harus diberikan berkali-
kali. Pengawasan pun harus selalu dilakukan agar siswa tidak salah dalam mengikuti
aturan main dalam pemberian reward melalui token ekonomi ini.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa meningkatnya
kedisiplinan pada kelompok eksperimen adalah benar-benar karena perlakuan yang
diberikan yaitu token ekonomi. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan berbagai
penelitian sebelumnya. Menurut Boniecki (2003: 225) mengenai penggunaan token
ekonomi sebagai penguatan dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas
menunjukan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan setelah penggunaan token
ekonomi, terlihat bahwa siswa lebih antusias dalam ikut berpartisipasi dalam proses
pembelajaran berlangsung. Hasil ini menunjukkan bahwa token ekonomi memotivasi
siswa dalam menanggapi setiap pertanyaan yang disampaikan dalam pembelajaran.
96
Berdasarkan hasil penelitian di atas mengidentifikasikan bahwa token
ekonomi dapat digunakan dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada proses
pembelajaran berlangsung. Token ekonomi yang digunakan untuk siswa ini berupa
point atau permen. Token ekonomi ini juga dapat digunakan pada anak usia dini, jika
pada siswa token ekonomi yang digunakan berupa poin atau permen, sedangkan
untuk anak usia dini dapat berupa sesuatu yang lebih menarik seperti kartu, koin, dll.
Hasil penelitian ini dapat mendukung penelitian sebelumnya yang
menyebutkan bahwa token ekonomi dapat menjadi motivasi siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jadi dapat di simpulkan bahwa pemberian
reward melalui metode token ekonomi efektif untuk meningkatkan kedisiplinan anak
usia dini di TK Hj Isriati Baiturrahman 1 Semarang. Nantinya, hasil yang akan
dicapai oleh subjek penelitian akan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah apakah perlakuan ini akan berlanjut dan teratur atau tidak oleh sekolah.
97
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil
test tingkat kedisiplinan siswa TK Hj Isriati Biaturrahman 1 Semarang pada
kelompok eksperimen dengan pemberian reward melalui token ekonomi ini
memiliki rata-rata 60,42% dari 100% kebenaran. Jika dibandingkan dengan rata-
rata hasil posttest kelompok kontrol maka ada perbedaan yang cukup signifikan.
Kelompok eksperimen memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih baik dari
kelompok kontrol yang memiliki rata-rata sebesar 51,17% dari 100% kebenaran.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian reward melalui token ekonomi dalam
penelitian ini efektif digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru sebaiknya pemberian reward melalui token ekonomi ini dapat
diteruskan sesuai dengan kebutuhan dan dikembangkan sebagai sarana
untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia dini.
2. Bagi peneliti dan penelitian selanjutnya agar memilih tipe token yang akan
digunakan lebih menarik dan sesuai dengan karakter anak usia dini agar
penelitian lebih menarik. Studi literatur dan studi pendahuluan yang lebih
98
mendalam agar penelitian lebih untuk menemukan dan mengungkapkan
fenomena baru terkait dengan tingkat kedisiplinan.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian Efektivitas Pemberian Reward Melalui Metode Token Ekonomi
Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini dilakukan sesuai dengan
prosedur penelitian yang seharusnya, namun terdapat keterbatasan dalam
pelaksanaannya antara lain:
1. Keterbatasan waktu dalam pelaksaan penelitian, dengan waktu yang lebih
lama maka token ekonomi akan lebih berpengaruh terhadap peningkatan
kedisiplinan anak. Harapan bagi peneliti selanjutnya dapat melaksankan
penelitian dengan tipe token yang sesuai karekter anak dan waktu
penelitian yang lama sehingga penelitian diharapkan leboh efektif.
2. Desain penelitian yang sederhana sehingga hanya mengukur efektivitas
pemberian token ekonomi namun kurang mengidentifikasi sejauh mana
tingkat kedisiplinannya.
99
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktek”.
Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Boniecki, Kurt dan Stacy Moore. 2003. Breaking the Silence: Using a Token
Economy to Reinforce Classroom Participation. Teaching Of Psychology,
vol. 30, no. 3. http://apadiv2.org/ebooks/tips2011/I-12-
03Boniecki2003.pdf. (28 april 2012)
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama
Davidson, Gerald, dkk. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawali Press
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia dini, Nonformal, dan Informal. 2012.
Pedoman Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia Dini.
Edwards, Drew. 2006. Ketika anak sulit diatur: panduan bagi para orang tua
untuk mengubah masalah perilaku anak. Bandung: Kaifa
Gunarsa, Singgih dan Yulia Singgih. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: Gunung Mulia
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembagan). Bandung :
Mandar Maju.
Kurniawati, Yuli. 2010. Modifikasi Perilaku Anak Usia Dini. Semarang: UNNES
Latipun. 2010. Psikologi eksperimen. Malang: UMM press
Martin, Garry Joseph P. 1978. Behavior Modifiction: what it is and how to do it.
New Jersey: Prentice hall International, Inc
Ngalim, Purwanto. 1685. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung:
Remadja karya
Rahmat, firlia. 2004. Token Ekonomi. http://lib.uin-
malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07620004-firlia-rachmat.ps (28 april 2012)
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. 2009.
Bandung: Penerbit Alfa Betha
100
Sujiono, Yuliani Nurani. 2005. Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini Panduan
Bagi Orang Tua Dalam Membina Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: Elex
media komputindo
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks
Usman, Uzer 1992. Menjadi Guru Profesional. Bansung: Remaja Rosda Karya
Wantah, Maria J. 2005. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada
Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Zainah . 2004. Reward and punishment. (http://lib.uin-
malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07110178-sy-zainah.ps) (28 april 2012)
101
LAMPIRAN 1
(TABULASI DATA HASIL UJI
COBA INSTRUMEN
PENELITIAN)
TABULASI DATA HASIL UJICOBA INSTRUMEN PENELITIAN
Responden
BUTIR SOAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1
2 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0
3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1
6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
8 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
9 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1
10 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1
11 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1
12 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
14 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1
15 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1
16 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1
17 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
18 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
19 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1
20 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0
Responden BUTIR SOAL Jumlah
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 27
2 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 25
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 41
4 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 27
5 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 24
6 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 39
7 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 35
8 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 22
9 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 25
10 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 19
11 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 21
12 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 6
13 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 41
14 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 22
15 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 21
16 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 22
17 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 18
18 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
19 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 19
20 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 22
102
LAMPIRAN 2
(VALIDITAS DAN RELIABILITAS
DATA HASIL UJI COBA INSTRUMEN)
Perhitungan Validitas Butir Soal
Rumus
Mp = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt = Rata-rata skor total
St = Standart deviasi skor total
P = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
Q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Hasil Uji Validitas
Total
1 Pearson Correlation .572(**)
Sig. (2-tailed) .008
N 20
2 Pearson Correlation .583(**)
Sig. (2-tailed) .007
N 20
3 Pearson Correlation .524(*)
Sig. (2-tailed) .018
N 20
4 Pearson Correlation .577(**)
Sig. (2-tailed) .008
N 20
5 Pearson Correlation .499(*)
Sig. (2-tailed) .025
N 20
6 Pearson Correlation .528(*)
Sig. (2-tailed) .017
N 20
7 Pearson Correlation .505(*)
Sig. (2-tailed) .023
N 20
8 Pearson Correlation -.168
q
p
S
MM r
t
tp
pbis
-=
Sig. (2-tailed) .479
N 20
9 Pearson Correlation .508(*)
Sig. (2-tailed) .022
N 20
10 Pearson Correlation .554(*)
Sig. (2-tailed) .011
N 20
11 Pearson Correlation .474(*)
Sig. (2-tailed) .035
N 20
12 Pearson Correlation .608(**)
Sig. (2-tailed) .004
N 20
13
Pearson Correlation .587(**)
Sig. (2-tailed) .007
N
20
14 Pearson Correlation .738(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 20
15 Pearson Correlation .540(*)
Sig. (2-tailed) .014
N 20
16 Pearson Correlation -.277
Sig. (2-tailed) .237
N 20
17 Pearson Correlation .637(**)
Sig. (2-tailed) .003
N 20
18 Pearson Correlation .713(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 20
19 Pearson Correlation .470(*)
Sig. (2-tailed) .036
N 20
20 Pearson Correlation .691(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 20
21 Pearson Correlation .474(*)
Sig. (2-tailed) .035
N 20
22 Pearson Correlation .487(*)
Sig. (2-tailed) .030
N 20
23 Pearson Correlation .511(*)
Sig. (2-tailed) .021
N 20
24 Pearson Correlation .540(*)
Sig. (2-tailed) .014
N 20
25 Pearson Correlation .485(*)
Sig. (2-tailed) .030
N 20
26 Pearson Correlation .520(*)
Sig. (2-tailed) .019
N 20
27
Pearson Correlation .559(*)
Sig. (2-tailed) .010
N
20
28 Pearson Correlation .475(*)
Sig. (2-tailed) .034
N 20
29 Pearson Correlation -.207
Sig. (2-tailed) .380
N 20
30 Pearson Correlation .596(**)
Sig. (2-tailed) .006
N 20
31 Pearson Correlation .509(*)
Sig. (2-tailed) .022
N 20
32 Pearson Correlation -.284
Sig. (2-tailed) .226
N 20
33 Pearson Correlation -.323
Sig. (2-tailed) .165
N 20
34 Pearson Correlation .617(**)
Sig. (2-tailed) .004
N 20
35 Pearson Correlation .472(*)
Sig. (2-tailed) .035
N 20
36 Pearson Correlation .557(*)
Sig. (2-tailed) .011
N 20
37 Pearson Correlation .508(*)
Sig. (2-tailed) .022
N 20
38 Pearson Correlation .512(*)
Sig. (2-tailed) .021
N 20
39 Pearson Correlation .124
Sig. (2-tailed) .601
N 20
40 Pearson Correlation .086
Sig. (2-tailed) .719
N 20
41
Pearson Correlation .517(*)
Sig. (2-tailed) .020
N
20
42 Pearson Correlation .522(*)
Sig. (2-tailed) .018
N 20
43 Pearson Correlation .732(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 20
44 Pearson Correlation .552(*)
Sig. (2-tailed) .012
N 20
45 Pearson Correlation .049
Sig. (2-tailed) .838
N 20
46 Pearson Correlation .608(**)
Sig. (2-tailed) .004
N 20
Total Pearson Correlation 1
N 20
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Reliabilitas
Rumus
r11
=
-
- 2
2
11
t
b
k
k
Keterangan:
= koefisien reliabel
k = banyaknya butir soal
1 = bilangan konstan
= jumlah varian skor dari masing-masing butir soal
= varian total
Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.905 .905 46
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
Scale Statistics
24.0500 92.050 9.59427 46
Mean Variance Std. Deviation N of Items
103
LAMPIRAN 3
(INSTRUMEN PENELITIAN)
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian yang Diperlukan untuk Mengukur Kedisiplinan
Anak Usia Dini
Variabel
Penelitian
Aspek Indikator
Meningkatkan
kedisiplinan
anak usia dini
Nilai yang berkaitan
dengan ketertiban
dan keteraturan
8. Selalu datang tepat waktu
9. Dapat memperkirakan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan
sesuatu
10. Menggunakan benda sesuai dengan
fungsi
11. Mengambil dan mengembalikan benda
pada tempatnya
12. Berusaha menaati aturan yang telah
disepakati
13. Tertib menunggu giliran
14. Menyadari akibat bila tidak disiplin
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET TINGKAT KEDISIPLINAN
ANAK USIA DINI
1. Observer menuliskan identitas anak
2. Observer memberi tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai
dengan hasil pengamatan yang dilakukan, pilihan-pilihan jawaban tersebut
adalah: ya dan tidak
jika anda merasa jawaban yang dipilih kurang tepat maka beri tanda (=) pada
jawaban yang kurang tepat, selanjutnya berikan tanda cek (√) pada jawaban
yang ibu anggap sesuai. Contoh:
No
Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1. Anak terlambat datang kesekolah √ √
3. Semua jawaban yang diberikan sesuai dengan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh observer.
4. Observer meneliti kembali apakah ada pernyataan yang belum diberi
jawaban.
5. Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
ANGKET TINGKAT KEDISIPLINAN ANAK USIA DINI
NAMA ANAK :
KELAS :
USIA :
JENIS KELAMIN :
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
YA TIDAK
1. Anak selalu datang lebih awal dibandingkan
dengan teman-temannya yang lain
2. Anak terlambat datang kesekolah
3. Anak berbaris rapi ketika masuk kelas
4. Ketika masuk kelas anak selalu berlarian dengan
temannya
5. Ketika mengikuti kegiatan ekstrakulikuler seperti:
drumband, komputer, tari, dll anak selalu datang
tepat waktu
6. Anak terlambat datang pada saat kegiatan
ekstrakulikuler sudah berlangsung
7. Mengerjakan tugas dengan tekun tanpa banyak
bicara
8. Mampu menyelesaikan tugas tepat pada waktu
yang ditentukan
9. Tugas anak belum selesai padahal waktu
pembelajaran telah usai
10. Anak tidak menunda dalam menyelesaikan
tugasnya
11. Pada saat mendapatkan tugas anak menunda
mengerjakannya dengan cara bermain sendiri
12. Menggunakan alat tulis sesuai tempatnya, misal: di
buku atau di papan tulis
13. Anak menggunakan alat tulis untuk mengotori
ruangan seperti: mencorat-coret diding kelas, meja
atau kursi
14. Tidak menggunakan mainan atau untuk melukai
temannya dengan sengaja seperti: melempar
mainan kearah temannya dengan sengaja
15. Menggunakan air sesuai kebutuhan misal: tidak
bermain air mencuci tangan
No Pernyataan Alternatif Jawaban
Ya Tidak
16. Pada saat mencuci tangan atau wudlu anak justru
bermain air dengan temannya
17. Meletakkan tas dan sepatu di rak dan loker yang
telah disediakan
18. Anak membiarkan tas dan sepatunya berserakan
dilantai
19. Mengembalikan mainan pada tempatnya setalah
usai bermain
20. Selesai bermain anak tidak membereskan
mainannya
21. Anak merapikan tempat makannya setelah selesai
makan
22. Selesai makan anak membiarkan peralatan
makannya berantakan
23. Anak tenang pada saat berdoa
24. Pada saat berdoa anak justru bercanda dengan
teman yang lain
25. Memperhatikan ketika guru menjelaskan materi
26. Anak tidak membuat kegaduhan pada saat KBM
berlangsung
27. Pada saat KBM berlangsung anak selalu menjahili
temannya
28. Anak mampu mengikuti materi sesuai tema pada
hari itu
29. Ketika megerjakan tugas, anak berlarian dikelas
30. Mengantri pada saat bersalaman dengan guru
31. Anak berebut pada saat bersalaman dengan guru
32. Mengantri saat mencuci tangan sebelum makan
33. Anak saling berdesakan ketika mencuci tangan
No Pernyataan Alternatif Jawaban
Ya Tidak
34. Anak sabar menunggu giliran pada saat mengambil
lembar kerja
35. Anak meminta maaf ketika melakukan kesalahan
atau melanggar peraturan
36. Ketika melakukan kesalahan atau melanggar
peraturan, anak tidak menyadari atas perbuatan
telah yang dilakukannya
37. Menerima hukuman ketika melakukan kesalahan
misal: tidak menyelesaikan tugas tepat waktu
38. Anak tidak mau menerima resiko atas perbuatan
yang telah dilakukan
39. Ketika melakukan kesalahan atau melanggar
peraturan, anak tidak memperdulikan perbuatan
yang telah dilakukannya
Semarang,
Observer
( )
104
LAMPIRAN 4
(TABULASI DATA HASIL
PENELITIAN)
HASIL PRETEST KELOMPOK KONTROL
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1
2 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
3 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
4 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
5 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1
6 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
7 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
8 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
9 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
10 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0
11 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
12 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1
13 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1
14 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1
15 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1
16 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1
17 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
18 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
19 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
20 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
21 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
22 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
23 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
Responden 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Jumlah
1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 17
2 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 21
3 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 18
4 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 20
5 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 21
6 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 19
7 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 19
8 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 19
9 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 22
10 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 18
11 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 20
12 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 19
13 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 20
14 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 19
15 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 19
16 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 14
17 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 24
18 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 20
19 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 19
20 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 20
21 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 18
22 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 18
23 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 17
HASIL PRETEST KELOMPOM EKSPERIMEN
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0
2 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
3 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0
4 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
5 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
6 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
7 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
8 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0
9 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
10 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
11 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
12 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0
13 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1
14 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
15 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0
16 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1
17 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1
18 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
19 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1
20 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1
21 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1
22 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0
23 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
Responden 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Jumlah
1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 23
2 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 20
3 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 22
4 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 20
5 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 19
6 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 19
7 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 17
8 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
9 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 21
10 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 19
11 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 17
12 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
13 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 24
14 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 13
15 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 15
16 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 17
17 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 19
18 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 20
19 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 22
20 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 19
21 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 23
22 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 22
23 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 15
HASIL POSTTEST KELOMPOK KONTROL
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
2 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
3 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1
4 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1
5 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1
6 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1
7 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1
8 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
9 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
10 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1
11 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1
12 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1
13 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0
14 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
15 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1
16 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
17 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
18 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
19 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
20 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
21 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
22 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1
23 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
Responden 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Jumlah
1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 20
2 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 23
3 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 20
4 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 19
5 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 20
6 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 21
7 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 19
8 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 20
9 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 22
10 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 18
11 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 20
12 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 20
13 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 21
14 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 20
15 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 19
16 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 20
17 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 19
18 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 19
19 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 21
20 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 22
21 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 19
22 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 19
23 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 18
HASIL POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
2 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0
3 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
4 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
5 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
6 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
7 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
8 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
9 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
10 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
11 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0
12 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
13 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
14 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
15 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
16 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
17 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
18 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0
19 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
20 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
21 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0
22 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0
23 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0
Responden 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Jumlah
1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
2 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 26
3 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 22
4 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 21
5 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 25
6 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 25
7 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 25
8 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 25
9 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 24
10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 25
11 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 26
12 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 26
13 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 23
14 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 25
15 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 22
16 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 25
17 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 20
18 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 21
19 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 24
20 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 23
21 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 20
22 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 22
23 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 23
105
LAMPIRAN 5
(UJI NORMALITAS DATA PRETEST
KELOMPOK KONTROL DAN
EKSPERIMEN)
HASIL UJI NORMALITAS DATA PRETEST KELOMPOK KONTROL
DAN EKSPERIMEN
Komputasi SPSS 16.0 for Windows
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pre_test_kelompok_kontrol 23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
pre_test_kelompok_eksperimen 23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
pre_test_kelompok_kontrol Mean 19.17 .406
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 18.33
Upper Bound 20.02
5% Trimmed Mean 19.19
Median 19.00
Variance 3.787
Std. Deviation 1.946
Minimum 14
Maximum 24
Range 10
Interquartile Range 2
Skewness -.105 .481
Kurtosis 2.375 .935
pre_test_kelompok_eksperimen Mean 19.35 .618
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 18.07
Upper Bound 20.63
5% Trimmed Mean 19.43
Median 19.00
Variance 8.783
Std. Deviation 2.964
Minimum 13
Maximum 24
Range 11
Interquartile Range 5
Skewness -.361 .481
Kurtosis -.581 .935
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre_test_kelompok_kontrol .162 23 .123 .935 23 .144
pre_test_kelompok_eksperimen .149 23 .200* .958 23 .415
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
106
LAMPIRAN 6
(UJI HOMOGENITAS DATA PRETEST
KELOMPOK KONTROL DAN
EKSPERIMEN)
HASIL UJI HOMOGENITAS PRETEST KELOMPOK KONTROL DAN
EKSPERIMEN
Komputasi SPSS 16.0 for Windows
NPar Tests
Chi-Square Test
Frequencies
pre_test_kelompok_kontrol
Observed N Expected N Residual
14 1 2.9 -1.9
17 2 2.9 -.9
18 4 2.9 1.1
19 7 2.9 4.1
20 5 2.9 2.1
21 2 2.9 -.9
22 1 2.9 -1.9
24 1 2.9 -1.9
Total 23
pre_test_kelompok_eksperimen
Observed N Expected N Residual
13 1 2.3 -1.3
15 2 2.3 -.3
16 1 2.3 -1.3
17 3 2.3 .7
19 5 2.3 2.7
20 3 2.3 .7
21 1 2.3 -1.3
22 3 2.3 .7
23 3 2.3 .7
24 1 2.3 -1.3
Total 23
Test Statistics
pre_test_kelompok
_kontrol
pre_test_kelompo
k_eksperimen
Chi-Square 12.130a 7.000b
df 7 9
Asymp. Sig. .096 .637
a. 8 cells (100,0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 2,9.
b. 10 cells (100,0%) have expected frequencies less
than 5. The minimum expected cell frequency is 2,3.
107
LAMPIRAN 7
(UJI PERBEDAAN DATA PRETEST
DAN POSTTEST KELOMPOK
KONTROL DAN EKSPERIMEN)
UJI PERBEDAAN DATA PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN
Komputasi SPSS 16.0 for Windows
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pre_test_kelompok_eksperimen 19.35 23 2.964 .618
post_test_kelompok_eksperime
n 23.57 23 1.950 .407
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 pre_test_kelompok_eksperimen
&
post_test_kelompok_eksperime
n
23 -.177 .419
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 pre_test_kelompok_eksperimen
&
post_test_kelompok_eksperime
n
23 -.177 .419
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 pre_test_kelompok_eksperimen -
post_test_kelompok_eksperimen -4.217 3.825 .798 -5.872 -2.563 -5.287 22 .000
UJI PERBEDAAN DATA PRETEST DAN POSTTEST KELOMPOK KONTROL
Komputasi SPSS 16.0 for Windows
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pretest_kelompok_kontrol 19.17 23 1.946 .406
postest_kelompok_kontrol 19.96 23 1.261 .263
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 pretest_kelompok_kontrol &
postest_kelompok_kontrol 23 .300 .165
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 pretest_kelompok_kontrol -
postest_kelompok_kontrol -.783 1.976 .412 -1.637 .072 -1.899 22 .071
108
LAMPIRAN 8
(UJI PERBEDAAN DATA POSTTEST
KELOMPOK KONTROL DAN
EKSPERIMEN)
UJI PERBEDAAN DATA POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN
Komputasi SPSS 16.0 for Windows
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 post_test_kontrol 19.96 23 1.261 .263
post_test_eksperimen 23.57 23 1.950 .407
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 post_test_kontrol &
post_test_eksperimen 23 .417 .048
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 post_test_kontrol -
post_test_eksperimen -3.609 1.828 .381 -4.399 -2.818 -9.470 22 .000
109
LAMPIRAN 9
(DOKUMENTASI)
Gambar 1 Kartu Token Ekonomi
Gambar 2 Jenis Token (Stiker)
Gambar 3 Menu Hadiah Token
110
LAMPIRAN 10
(SURAT IJIN PENELITIAN)
111
112