Post on 30-Apr-2019
EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK JAHE MERAH DAN DAUN UBI
JALAR UNGU SEBAGAI KETAHANAN FISIK PADA MENCIT JANTAN
SKRIPSI
OLEH:
RISKA NOVIANI PASUNDAN
066113081
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2017
EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK JAHE MERAH DAN DAUN UBI
JALAR UNGU SEBAGAI KETAHANAN FISIK PADA MENCIT JANTAN
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) Pada Program Studi Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
OLEH:
RISKA NOVIANI PASUNDAN
066113081
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2017
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu niscaya Allah
memudahkan-Nya ke jalan menuju surga” (HR. Turmudzi).
“Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan”
(HR. Ibnu Abdil Barr).
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kepada Kedua orangtua saya yang selalu mendoakan dan memberikan restu, dukungan
motivasi setiap saat, dan selalu sabar dalam mendidik saya selama ini.
Kepada mih uju yang selalu memberikan semangat disaat saya akan menghadapi
menghadapi ujian.
Kepada kedua pembimbing skripsi saya, Ibu Ir. E. Mulyati Effendi, MS dan Yulianita,
M.Farm.
Terima kasih untuk sahabat-sahabat saya di rumah dan di kampus yang memberikan
semangat kepada saya selama masa kuliah sampai mengahadapi tugas akhir.
Terima kasih untuk sahabat kosan puri listya squad dan grup liweut yang selama ini
selalu menemani hari-hari saya selama tinggal di bogor.
Bogor, September 2017
Riska Noviani Pasundan, S.Farm
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap RISKA NOVIANI PASUNDAN
lahir di Jakarta, 9 November 1994. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara yakni dari pasangan Bapak
Muhamad Ridson dan Ibu Murni Asih. Pada tahun 1999
penulis memulai pendidikan di TK Al-Imaroh dan lulus pada
tahun 2000. Tahun 2000 penulis memasuki jenjang
pendidikan dasar di SDN 01 Telaga Murni dan lulus tahun 2006. Penulis
melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Cikarang Barat dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Cikarang
Barat dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2013 penulis baru melanjutkan
pendidikan tinggi di Universitas Pakuan, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam pada Program Studi Farmasi. Selama menjadi mahasiswa,
penulis terlibat aktif dalam Himpunan Mahasiswa Farmasi (HIMAFAR) sebagai
anggota.
Pada tahun 2017, penulis melaksanakan penelitian sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Efektivitas Kombinasi Ekstrak Jahe
Merah dan Daun Ubi Jalar Ungu Sebagai Ketahanan Fisik Pada Mencit Jantan” di
Laboratorium Farmasi. Universitas Pakuan.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Efektivitas Kombinasi Ekstrak Jahe Merah dan Daun Ubi Jalar Ungu
Sebagai Ketahanan Fisik Pada Mencit Jantan”. Skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor.
Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :
1. Ir. E. Mulyati Effendi, MS., selaku pembimbing I dan Yulianita, M., Farm
selaku pembimbing II yang telah memberikan saran, arahan, dukungan dan
bimbingannya.
2. Dekan dan Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan.
3. Kedua orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan dukungan,
motivasi serta doa. Tak lupa juga Teman-teman mahasiswa farmasi angkatan
2012, 2013 dan 2014 yang turut memberikan dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangannya dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Bogor, September 2017
Penulis
RINGKASAN
RISKA NOVIANI PASUNDAN. 066113081. 2017. EFEKTIVITAS
KOMBINASI EKSTRAK JAHE MERAH DAN DAUN UBI JALAR UNGU
SEBAGAI KETAHANAN FISIK PADA MENCIT JANTAN. Di bawah
Bimbingan: E. Mulyati Effendi danYulianita.
Jahe Merah yang mengandung senyawa oleoresin dan daun ubi jalar ungu
yang mengandung senyawa flavonoid merupakan tanaman yang diduga memiliki
efek ketahanan fisik terhadap sel-sel syaraf sehingga dapat meningkatkan
ketahanan fisik pada tubuh. Tujuan dari penelitian ini, melihat efektivitas
kombinasi ekstrak jahe merah dan daun ubi jalar ungu sebagai ketahanan fisik
pada mencit jantan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah natatory exhaustion
merupakan skrining farmakologi yang dilakukan untuk mengetahui efek obat
yang bekerja pada koordinasi gerak, dengan cara hewan coba direnangkan pada
bak uji yang berisi air dan dihitung lamanya dengan stopwatch. Penelitian ini
dibagi menjadi 7 perlakuan: Jahe Merah, Daun Ubi Jalar ungu, Kombinasi Jahe
Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (2:1), Kombinasi Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu
(1:1), Kombinasi Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (1:2), Kontrol (-), Kontrol (+).
Dosis ekstrak Jahe Merah = 0,39 mg/20 g BB, ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu = 2
mg/20 gBB, Kontrol (-) = 0,39 mL/20 g BB aquadest dan Kontrol (+) = 0,39
mL/20 g BB (larutan merk x).
Dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa perlakuan Kombinasi Jahe
Merah-Daun Ubi Jalar Ungu dosis 0,39 mg/20 g BB : 2 mg/20 g BB lebih
prospektif pengaruhnya dengan perlakuan dosis jahe merah tunggal 0,39 mg/20 g
BB dan tidak berbeda nyata dengan Kontrol positif.
Kata Kunci: JaheMerah, Daun Ubi Jalar Ungu, Ketahanan Fisik, Mencit
SUMMARY
RISKA NOVIANI PASUNDAN. 066113081. 2017. THE EFFECTIVENESS
COMBINATION OF EXTRACT RED GINGER AND PURPLE SWEET
POTATO LEAVES AS PHYSICAL ENDURANCE ON MALE MICE.
Under The Guidance of: E.Mulyati Effendi and Yulianita
Red ginger oleoresin contains compunds and purple sweet potato leaves
falvonoid contains compounds is plant allegedly had the effect of physical
endurance against nerve cells so it can improve physical endurance in the body.
The aims of this study is to know, see the effectiveness combinations of extract
red ginger and purple sweet potato leaves as physical endurance on male mice.
The method used in this research is natatory exhaustion is
pharmacological screening was conducted to determine the effects of drug that
work on the main motor coordination, with the animals swimm in the aquarium
and in noted observation length time used stopwatch. The research are divide into
7 treatment groups: Red Ginger, Purple Sweet Potato Leaves, Red Ginger–Purple
Sweet Potato Leaves (2:1), Red Ginger–Purple Sweet Potato Leaves (1:1), Red
Ginger–Purple Sweet Potato Leaves (1:2), Control (-), Control (+). At a dose
extract Red Ginger = 0,39 mg/20 g BW, extract Purple Sweet Potato Leaves = 2
mg/20 g BW, Control (-) = 0,39 ml/20 g BW aquadest and Control (+) = 0,39
ml/20 g BW (solution of brand x).
The result of this research showed treatment combination Red Ginger–
Purple Sweet Potato Leaves at a dose 0,39 mg/20 g BW : 2 mg/20 g BW more
prospective influence dose treatment Red Ginger 0,39 mg/20 g BW and and not
real different with Positive Control.
Keyword : Red Ginger, Purple Sweet Potato Leaves, Physical Endurance,
Mice.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
RINGKASAN ....................................................................................... vii
SUMMARY .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................... 2
1.3 Hipotesis .................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jahe Merah ............................................... 3
2.1.1 Jenis Jahe ........................................................ 4
2.1.2 Kandungan Kimia Jahe Merah ........................ 4
2.2 Tanaman Ubi Jalar ................................................... 5
2.2.1 Khasiat Daun Ubi Jalar Ungu ......................... 5
2.2.2 Kandungan Daun Ubi Jalar Ungu ................... 6
2.3 Ekstraksi ................................................................... 6
2.4 Stimulansia ............................................................... 7
2.4.1 Golongan Stimulan ......................................... 8
2.4.2 Mekanisme Kerja Stimulant ........................... 9
2.5 Aklimatisasi Hewan Coba ........................................ 9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat ................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ......................................................... 10
3.2.1 Alat .................................................................. 10
3.2.2 Bahan .............................................................. 10
3.3 Metode Penelitian .................................................... 10
3.3.1 Determinasi dan Pengumpulan Tanaman ....... 10
3.3.2 Pembuatan Simplisia Jahe Merah ................... 10
3.3.3 Pembuatan Simplisia Daun Ubi Jalar ............. 11
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Jahe Merah dan Daun
Ubi Jalar Ungu ................................................. 11
3.3.5 Pengujian Mutu Simplisia dan Ekstrak ........... 11
3.3.6 Uji Fitokimia Simplisia dan Ekstrak ............... 12
3.3.7 Persiapan Hewan Coba ................................... 13
3.3.8 Tahap Perlakuan ............................................. 14
3.3.9 Analisis Data ................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Determinasi dan Pengumpulan Tanaman ....... 17
4.2 Hasil Pembuatan Simplisia Jahe Merah ................... 17
4.3 Hasil Pembuatan Simplisia Daun Ubi Jalar Ungu ... 18
4.4 Hasil Pembuatan Ekstrak Jahe Merah dan Daun
Ubi Jalar Ungu .......................................................... 19
4.5 Hasil Pengujian Mutu Simplisia dan Ekstrak ........... 20
4.6 Hasil Uji Fitokimia Serbuk Simplisia dan Ekstrak ... 21
4.7 Hasil Pengujian Ekstrak Terhadap Ketahanan Fisik
Mencit Jantan ............................................................ 23
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan .............................................................. 27
5.2 Saran ........................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 28
LAMPIRAN .......................................................................................... 32
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jahe Merah ................................................................................. 3
2. Daun Ubi Jalar ........................................................................... 5
3. Mencit Jantan ............................................................................. 9
4. Serbuk Simplisia Jahe Merah ..................................................... 18
5. Serbuk Simplisia Daun Ubi Jalar Ungu ..................................... 18
6. Ekstrak Kering Jahe Merah dan Daun Ubi Jalar Ungu .............. 20
7. Histogram Hasil Perlakuan Terhadap Mencit Jantan ................. 24
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Analisis Ragam/Analysis of Variant (ANOVA) untuk
RAL ...................................................................................... 15
2. Kaidah Keputusan ................................................................ 16
3. Hasil Organoleptik Simplisia ............................................... 19
4. Hasil Pengujian Organoleptik Ekstrak ................................. 20
5. Hasil Pengujian Mutu Simplisia dan Ekstrak ...................... 21
6. Hasil Uji Serbuk dan Ekstrak Jahe Merah dan Daun Ubi
Jalar Ungu ............................................................................ 22
7. Hasil Rata-rata Durasi Ketahanan Fisik Tubuh Mencit Jantan 24
8. Tabel Uji Anova Pengaruh Pemberian Ekstrak Terhadap
Ketahanan Fisik Tubuh Mencit Jantan.................................. 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Konversi Dosis ........................................................................... 33
2. Alur Penelitian ........................................................................... 34
3. Perhitungan Dosis ...................................................................... 35
4. Hasil Determinasi Tanaman ....................................................... 37
5. Perhitungan Rendemen, Kadar Air, Kadar Abu Serbuk dan
Ekstrak Jahe Merah dan Daun Ubi Jalar Ungu .......................... 38
6. Hasil Pengamatan Bobot Mencit Selama Aklimatisasi Selama 7
Hari ............................................................................................ 40
7. Hasil Data Pengamatan Durasi Ketahanan Fisik Mencit Jantan . 41
8. Analisis Data SPSS Peningkatan Ketahanan Fisik Rancangan
Percobaan Dengan Metode RAL ............................................... 42
9. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 45
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman jahe merah termasuk dalam divisi Pteridophyta atau biasa
disebut tanaman paku-pakuan (Supriyanti, 2015). Tanaman jahe merah ini sering
digunakan oleh masyarakat sebagai obat maupun jamu karena terdapat banyak
kandungan senyawa pada tanaman tersebut.
Menurut hasil penelitian Rajab (1999) ekstrak jahe dapat meningkatkan
daya tahan tubuh yang direfleksikan dalam sistem kekebalan yaitu memberikan
respon kekebalan inang terhadap mikroba pangan yang masuk ke dalam tubuh.
Komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol dan gingeron memiliki
aktivitas antioksidan diatas vitamin E (Kikuzaki dan Nakatani, 1993). Antioksidan
berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas yang mudah
menyerang saat ketahanan tubuh menurun. Disebutkan oleh Radiati, dkk (2003)
bahwa konsumsi ekstrak jahe dalam minuman fungsional dapat meningkatkan
ketahanan tubuh dan mengobati diare. Penelitian lain dari Yulianita, dkk., (2013)
mengenai uji stamina mencit dengan pemberian kombinasi ekstrak teh hijau, jahe
merah dan pegagan menunjukkan bahwa di dalam jahe merah diduga terdapat
adanya senyawa oleoresin yang dapat meningkatkan ketahanan fisik terhadap
mencit.
Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang memiliki banyak
keunggulan dibandingkan dengan umbi-umbi yang lain dan merupakan sumber
karbohidrat keempat di Indonesia setelah beras, jagung, dan ubi kayu. Umbinya
selain bisa dikonsumsi, daun ubi jalar juga sangat berkhasiat untuk penyembuhan
beberapa penyakit. Peneliti dari Universitas Arkansas, Amerika Serikat Dr.
Shahidul Islam (tahun) melakukan riset terhadap daun ubi jalar dan menunjukkan
setiap 100 g daun ubi jalar mengandung 117 mg Kalsium, 1,8 mg Besi, 3,5 mg
Karoten, 7,2 mg Vitamin K, Vitamin B, Betakaroten, dan Protein. Kandungan
lainnya seperti antosianin dan polifenol berguna sebagai antiperadangan dan
2
antikanker. Kandungan polifenol juga dapat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dan antioksidan (Masprof, 2016).
Berdasarkan pemaparan mengenai tanaman jahe merah dan daun ubi jalar
ungu diketahui bahwa keduanya memiliki aktifitas sebagai ketahanan fisik.
Ketahanan fisik adalah kemampuan kondisi tubuh untuk bekerja dalam jangka
waktu yang lama, tanapa disertai kelelahan yang berlebihan ketika sudah
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pada sistem saraf pusat, stimulansia bisa
merangsang tubuh baik secara mental dan fisik (Dewi, 2015), oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk menguji adanya efek ketahanan fisik apabila kedua tanaman
dikombinasi, sehingga diharapkan efektivitasnya sebagai ketahanan fisik
meningkat.
1.2. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ekstrak jahe merah dan daun
ubi jalar ungu terhadap ketahanan fisik mencit.
2. Menentukan kombinasi dosis yang paling efektif dari ekstrak jahe merah
dan daun ubi jalar ungu sebagai peningkat ketahanan fisik mencit.
1.3. Hipotesis
1. Diduga terdapat pengaruh pemberian kombinasi ekstrak jahe merah dan
daun ubi jalar ungu terhadap ketahanan fisik mencit.
2. Diperoleh kombinasi dosis yang paling efektif dari ekstrak jahe merah dan
daun ubi jalar ungu sebagai peningkat ketahanan fisik mencit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Jahe
Jahe merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber officinale.
Keluarga jahe merupakan kelompok tanaman tropis, terutama yang berasal dari
Indonesia dan Malaysia. Gambar dapat dilihat pada Gambar 1.
A B
Gambar 1. Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb)
Keterangan : A. Tanaman Jahe Merah
B. Jahe Merah
Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil) yang biasa
disebut minyak atsiri, merupakan komponen pemberi bau yang khas. Selain itu
jahe juga mengandung minyak yang tidak menguap (non volatile oil) yang biasa
disebut oleoresin, merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen
non volatile jahe merupakan senyawa fenol dengan rantai karbon samping yang
terdiri dari tujuh atau lebih atom karbon seperti gingerol, gingerdiols,
gingersdiones, dihidrogengerdiones, dan shogaol (Bustan dkk., 2008). Menurut
penelitian Restiani (2009), senyawa yang diduga berperan sebagai tonikum atau
stimulan pada ekstrak jahe yaitu senyawa oleoresin. Sehingga jahe dapat
digunakan sebagai tonikum yang dapat menimbulkan efek segar dan memberikan
stimulan.
4
Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb) adalah tanaman berjuta khasiat
yang berada di sekitar kita, dalam kehidupan sehari-hari jahe merah sangat pas
untuk menghangatkan badan saat cuaca dingin, dan juga menjadi salah satu bahan
yang bisa melegakan tenggorokan dan mengusir masuk angin (Ramadhan, 2013).
Jenis jahe merah ini memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi. Tidak heran
jika jenis jahe ini sering dimanfaatkan untuk diolah menjadi obat maupun jamu
(Supriyanti, 2015)
2.1.1. Jenis Jahe
Ada 3 jenis jahe berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya
sebagai berikut:
a. Jahe gajah karena mempunyai ukuran rimpang yang besar. Rimpangnya
gemuk dan ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya.
Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua,
baik sebagai jahe segar maupun sebagai jahe olahan (Saparinto dan Rini,
2016).
b. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe suti atau jahe emprit.
Mempunyai kandungan minyak atsiri lebih besar daripada jahe gajah
sehingga rasanya lebih pedas. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan atau
untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya (Saparinto dan Rini, 2016).
c. Jahe merah mempunyai rimpang yang berwarna merah dan lebih kecil
daripada jahe putih kecil, sama seperti jahe kecil dan juga memiliki
kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk
ramuan obat-obatan (Saparinto dan Rini, 2016).
2.1.2. Kandungan Kimia Jahe Merah
Dalam penelitian farmakologi telah dilakukan beberapa penelitian uji
praklinis dan uji klinis yang membuktikan bahwa kandungan dalam jahe seperti
flavonoid, oleoresin, minyak atsiri dan tannin memiliki aktivitas antioksidan
diatas vitamin E, yang memberikan efek antigregasi trombosit, antikuman,
antiradang, antimuntah dan antibakteri (Fissy, 2013). Penyusun utama dari
oleoresin jahe merah adalah senyawa turunan fenol seperti gingerol dan shogaol
yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri (Putri, 2014) selain itu,
5
senyawa tersebut juga berfungsi sebagai pembangkit energi. Bahkan para ahli
menyebutnya sebagai jenis tanaman antioksidan terkuat.
2.2. Tanaman Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan tanaman ubi-ubian dan tergolong tanaman semusim
(berumur pendek). Tanaman ubi jalar hanya satu kali berproduksi dan setelah itu
tanaman mati. Tanaman ubi jalar tumbuh mejalar pada permukaan tanah dengan
panjang tanaman dapat mencapai 3 meter, tergantung pada varietasnya (Juanda
dan Cahyono, 2000). Gambar dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L)
2.2.1. Khasiat Daun Ubi Jalar Ungu
Khasiat daun ubi jalar memang tak sepopuler khasiat daun sirsak, daun
salam, daun binahong dan khasiat daun jambu biji. Namun, rebusan daun ubi jalar
ini mampu mengobati berbagai penyakit misalnya, demam berdarah, diabetes,
bisulan, cacingan dan susah buang air besar. Daun ubi jalar ini mengandung
senyawa bioaktif yang termasuk komponen fenol, tannin juga vitamin C yang
mungkin berpengaruh terhadap peningkatan imunitas tubuh bahkan peningkatan
trombosit. Selain itu, daun ubi jalar juga memiliki khasiat lainnya seperti
mengatasi bengkak, mencegah mabuk kendaraan, mengatasi mata rabun,
mengatasi sakit tenggorokan, dan dapat meningkatkan produksi ASI (Azzamy,
2016).
6
Daun ubi jalar ungu memiliki kandungan senyawa polifenol yang lebih
tinggi dibandingkan pada sayuran lain seperti bayam, brokoli, kubis, selada dan
lain sebagainya (Islam, 2006). Penelitian yang telah dilakukan terhadap ekstrak
metanol, etanol dan air pada daun ubi jalar yang tumbuh di beberapa Negara
seperti Malaysia, Amerika, dan kroasia menunjukkan bahwa daun ubi jalar ungu
memiliki aktivitas antioksidan yang potensial dan besarnya aktivitas
antioksidannya dipengaruhi oleh besarnya kandungan senyawa fenolik dan
flavonoid totalnya (Hue et al., 2012).
2.2.2. Kandungan Daun Ubi Jalar Ungu
Kandungan flavonoid tidak hanya terkandung di dalam ubinya saja
namun, flavonoid terkandung juga di dalam daunnya. Hasil penafsiran fitokimia
pada daun ubi jalar menunjukan bahwa daun ubi jalar ungu mengandung
flavonoid dan tannin. Tanaman yang memiliki potensi agen antioksidan adalah
daun ubi ungu (Ipomoea batatas L) (Hue et al., 2012) karena pada penelitian
Padda dan Picha (2007) daun yang masih muda mengandung senyawa antioksidan
yang tinggi. Antioksidan adalah kelompok vitamin, mineral, enzim dan rempah-
rempah yang membantu melindungi tubuh dari radikal bebas. Kandungan
polifenol pada daun ubi jalar berperan sebagai antioksidan yang mampu menjaga
sistem imun atau kekebalan tubuh.
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang di ekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda
akan mempengaruhi kelarutan dan kestabilan senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung dalam simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (DepKes RI, 2000).
7
Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah diserap oleh
pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus.
Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap oleh
pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus (DepKes RI, 2000).
Disamping memperlihatkan sifat fisik dan senyawa aktif dari simplisia
harus juga diperhatikan senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam simplisia
sebagai protein, karbohidrat, lemak dan gula. Karena senyawa ini akan
mempengaruhi tingkat kejenuhan pelarut sehingga akan berpengaruh pula pada
proses pelarutan senyawa aktif. (DepKes RI, 2000).
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(DepKes RI, 2000).
Salah satu cara dalam pembuatan ekstrak yang umum digunakan yaitu
metode maserasi. Maserasi merupakan suatu cara penyarian yang sederhana,
dilakukan dengan cara merendam serbuk dengan derajat halus tertentu dalam
cairan penyari. Metode ini biasa digunakan untuk menyari simplisia yang zat
aktifnya mudah larut dalam cairan penyari yang digunakan, pada maserasi yang
sederhana selama proses penyarian perlu dibiarkan beberapa waktu untuk
mengambil kesempatan zat-zat yang diperlukan tersebut mengendap (DepKes RI,
1985).
Keuntungan cara maserasi adalah proses pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah didapat. Kerugian dari cara maserasi adalah
proses kerja yang lama dan penyarian yang kurang sempurna (DepKes RI, 1985).
2.4. Stimulansia
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medulla dan sumsum tulang belakang. Stimulasi di dalam daerah otak
depan oleh senyawa stimulan SSP dapat meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah, contoh senyawa
8
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin (Sigit dkk., 2004). Stimulan
mempercepat aktivitas dalam sistem syaraf pusat. Obat yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain : nikotin, kafein, kokain, amfetamin dan hidroklorida
metamfetamin. Dalam dosis yang sedang, kelompok obat stimulan menghasilkan
perasaan senang, percaya diri, dan kegembiraan. Dalam dosis yang besar, obat-
obat ini dapat menyebabkan kejang-kejang, gagal jantung dan kematian. (Wade
dan Tavris, 2008)
2.4.1. Golongan Stimulan
a. Amphetamine
Penggunaan dalam olahraga: Amphetamin digunakan selama kompetisi dengan
tujuan untuk mengurangi kelelahan, meningkatkan respon, meningkatkan
kewaspadaan dan agresi.
Kinerja Farmakologi: Ada empat mekanisme amphetamine dalam meningkatkan
penampilan, yaitu: 1). Meningkatkan pengeluaran neurotransmitter seperti
noradrenaline, dopamine dan serotonin. 2). Inhibisi uptake neurotransmitter. 3).
Bekerja langsung pada reseptor neurotransmitter. 4). Inhibisi (menghambat)
aktivitas mono aminoksidase.
b). Caffein: digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan, meningkatkan respon
waktu reaksi dan dalam dosis berlebihan bisa meningkatkan mobilisasi lemak dan
glikogen otot.
Kinerja Farmakologi: caffeine bekerja dengan menghambat enzim
phospodiesterase yang mengaktifkan cAMP serta bekerja langsung sebagai
antagonis reseptor adenosine.
c) Cocaine:
Penggunaan dalam olahraga: cocaine tergolong obat yang digunakan dengan
tujuan rekreasional yang menimbulkan sensasi di luar kenyataan.
Kinerja Farmakologi: bekerja dengan mempengaruhi otak secara kompleks.
Termasuk di dalamnya dengan menghambat up-take neurotransmitter terutama
dopamine sehingga menimbulkan efek euphoria (Budiawan, 2013).
9
2.4.2. Mekanisme Kerja Stimulansia
Stimulansia SSP adalah obat yang dapat meningkatkan aktivitas otak dan
spinal cord. Obat golongan ini dapat digunakan untuk menghambat efek golongan
depresansia SSP. Obat golongan ini umumnya memiliki 2 mekanisme yaitu,
memblokade system penghambatan dan meninggikan rangsangan synopsis. Obat
stimulansia ini bekerja pada system syaraf dengan meningkatkan transmisi yang
menuju atau meninggalkan otak.
2.5. Aklimatisasi Hewan Coba
Hewan percobaan adalah hewan yang digunakan dalam penelitian biologis
maupun biomedis dan dipelihara secara intensif di laboratorium. Salah satu hewan
laboratorium yang sering digunakan adalah mencit (Mus musculus) (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988). Aklimatisasi hewan percobaan selama 7 hari, diberi
makanan dan minuman secukupnya. Berat badan hewan ditimbang dan diamati
tingkah lakunya. Selama aklimatisasi berat badan naik atau turun tidak lebih dari
10% serta menunjukkan tingkah laku yang normal. Kemudian hewan percobaan
dipuasakan selama lebih kurang 14 jam (DepKes RI, 1979). Hewan coba yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Mencit
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari bulan Mei sampai
bulan Juni 2017 di Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan berupa oven, pengayak (mesh 30), neraca
analitik (Ohaus®), maserator, moisture balance (AND MX-50
®), timbangan, tanur
(Vulcan A-55®), blender (Philip), kandang mencit, alat suntik dan sonde, bak uji
stamina (akuarium), Vacum dryer (Lokal) dan peralatan gelas laboratorium
lainnya.
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari jahe merah, daun ubi jalar ungu
segar, mencit dengan berat badan ± 20 g, aquades (air), etanol 70%, gelatin 10%
pereaksi Bouchardat, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, besi (III) klorida,
serbuk magnesium, serbuk zink klorida, makanan mencit (pelet), skam, dan
larutan penambah stamina.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Determinasi dan Pengumpulan Tanaman
Jahe merah dan daun ubi jalar ungu yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari perkebunan di Kuningan-Jawa Barat. Determinasi tanaman
dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-
LIPI, Cibinong, Bogor.
3.3.2. Pembuatan Simplisia Jahe Merah
Jahe merah segar sebanyak 4 kg dibersihkan dan dicuci dengan air
mengalir, disiram dengan air panas, kemudian dilakukan perajangan sehingga
11
diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran tertentu dan dikeringkan
dengan oven pada suhu serendah mungkin 30ºC-45ºC, kemudian masing-masing
simplisia digrinder sampai halus dan berbentuk serbuk, diayak dengan ayakan
mesh 30 lalu ditimbang untuk mendapatkan berat akhir simplisia (Agoes, 2007).
3.3.3. Pembuatan Simplisia Daun Ubi Jalar Ungu
Daun ubi jalar ungu segar sebanyak 4 kg dibersihkan dan dicuci dengan air
mengalir, kemudian dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 60ºC. Masing-
masing simplisia digrinder sampai halus dan berbentuk serbuk, dan diayak dengan
mesh 30 lalu ditimbang untuk mendapatkan berat akhir simplisia (Agoes, 2007).
3.3.4. Pembuatan Ekstrak Jahe Merah dan Daun Ubi Jalar Ungu
Sebanyak 200 g sampel masing-masing dimaserasi dengan 2000 mL
pelarut etanol 70%. Pelarut tersebut dibagi menjadi tiga bagian, untuk maserasi
pertama sebanyak 1000 mL, maserasi kedua sebanyak 500 mL dan maserasi
ketiga sebanyak 500 mL. pada maserasi tahap pertama dilakukan dengan
merendam simplisia dalam cairan penyari, wadah ditutup dan dibiarkan selama 6
jam sambil sekali-kali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam dan terlindung
dari cahaya matahari. Pada hari kedua, maserat tersebut diserkai, diperas,
dipisahkan filtrat 1 dan sisanya. Kemudian ampas dimaserasi kembali dengan
menggunakan sisa pelarutnya dengan proses yang sama seperti pada maserasi
tahap pertama, setelah itu dipisahkan filtrat yang ke-2 dan yang ke-3 beserta
ampasnya. Ampas dibuang, filtrat 1, filtrat 2, dan filtrat 3 dikumpulkan dan
dienaptuangkan. Maserat yang didapatkan kemudian dikeringkan menggunakan
vacuum dry Ekstrak kering etanol 70% jahe merah dan daun ubi jalar yang
diperoleh selanjutnya ditimbang (DepKes RI, 2013).
3.3.5. Pengujian Mutu Simplisia dan Ekstrak
Pengujian mutu simplisia meliputi penetapan kadar abu dan penentuan kadar air.
a. Penetapan Kadar Abu
Sebanyak 2 g sampel ditimbang, dimasukkan ke dalam krus platina atau
krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara. Dipijarkan perlahan-lahan hingga
arang habis, didinginkan lalu ditimbang, jika dengan cara ini arang tidak dapat
dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa
12
dipijarkan dan kertas saring dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam
krus, diuapkan, dipijarkan hingga berat tetap, dan ditimbang (DepKes RI, 1979).
Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (DepKes RI,
1978).
Cara perhitungannya:
% Abu Total = ( ) ( )
x 100%
b. Penetapan Kadar Air
Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan moisture balance.
Sampel dimasukkan sebanyak 1 g ke dalam alat yang telah disiapkan, pada suhu
105ºC selama 10 menit, kemudian kadar yang tertera pada moisture balance
dicatat, dilakukan pengulangan 3 kali (triplo). Kadar air rimpang kurang dari 9%
(Katno, 2008) dan kadar air daun secara umum 5-9% (Katno, 2008).
c. Perhitungan Rendemen
Perhitungan rendemen simplisia yaitu dengan membandingkan antara
berat awal dengan berat akhir yang diperoleh, perhitungan rendemen dilakukan
untuk mengetahui jumlah prsentasi kandungan bahan aktif di dalam simplisia
yang telah diekstrak, Cara Menghitung sebagai berikut :
Rendemen Simplisia =
x 100%
3.3.6. Uji Fitokimia Simplisia dan Ekstrak
Uji fitokimia bertujuan untuk mengetahui secara kualitatif kandungan
metabolit yang terekstrak dari sampel meliputi:
1) Uji Alkaloid
Sebanyak 2 g sampel ditambahkan 10 ml asam alkohol, didihkan dan
disaring. Sebanyak 5 ml filtrat ditambahkan 2 ml larutan amonia dan 5 mL
kloroform lalu dikocok kuat. Lapisan kloroform yang terbentuk dengan 10 mL
asam asetat lalu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
13
1. Uji dragendroff (kalium bismuth nitrat) dilakukan dengan beberapa tetes
larutan dragendroff ditambahkan ke dalam larutan, endapan coklat
menunjukkan adanya alkaloid.
2. Uji Mayer (kalium merkuri iodida). Dilakukan dengan beberapa tetes
pereaksi mayer ditambahkan ke dalam larutan, endapan putih kekunigan
menunnjukkan adanya alkaloid.
3. Uji Bouchardat (kalium iodida) dilakukan dengan beberapa tetes pereaksi
bouchardat ditambahkan ke dalam larutan, endapan coklat menunjukkan
adanya alkaloid (Hanani, 2015).
2) Uji Saponin
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan
dengan 10 mL air (jika perlu dipanaskan sebentar di atas penangas air). Reaksi
positif menunjukkan adanya busa yang stabil dan tidak hilang dengan
penambahan asam klorida (Hanani, 2015).
3) Uji Tanin
Serbuk simplisiadiekstraksi dengan air. Larutan tanin mengendap dengan
penambahan logam berat atau gelatin (protein) 1 % dalam natrium klorida10%.
Sampel ditambahkan larutan garam feri (besi), dan hasil menunjukkan reaksi
positif terdapat warna biru hitam (Hanani, 2014).
4) Uji Flavonoid
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dilarutkan
dalam 3 mL methanol, ditambahkan 2-3 tetes etanol, kemudian ditambahkan
dengan serbuk magnesium dan beberapa tetes asam klorida 5 N. Warna merah
hingga merah lembayung yang timbul menandakan adanya senyawa flavonoid.
Uji flavonoid juga dapat dilakukan dengan caramengganti serbuk magnesium
dengan menggunakan serbuk zink, reaksi positif menunjukan warna merah muda
(Hanani, 2015).
3.3.7. Persiapan Hewan Coba
Persiapan hewan coba sebanyak 28 ekor mencit yang homogen
berdasarkan bobot badan (CV = 10-15%) digunakan pada penelitian ini. Hewan
14
coba diadaptasikan terlebih dahulu selama 7 hari, dalam kandang hewan diberi
makan dan minum standar secara ad libitum, ditimbang pada hari pertama dan
hari ketujuh, kemudian dikelompokkan secara acak untuk mendapatkan
perlakuan.
3.3.8. Tahap Perlakuan
Setelah diadaptasi mencit dibagi secara acak menjadi 7 kelompok
perlakuan. Mencit dipuasakan selama 3-4 jam untuk pengosongan lambung
(Lidinilah, 2010), hal ini bertujuan untuk mempercepat waktu penyerapan obat
(Mycek, et al., 1997). Masing-masing mencit ditimbang berat badannya,
dilakukan pengamatan uji stamina awal dengan cara direnangkan pada bak uji
stamina berukuran 40x25x30 cm, ketinggian air 20 cm, suhu dijaga pada
20°C±0,5°C dan dicatat lama waktu mencit berenang hingga tenggelam dengan
stopwatch. Kemudian diistirahatkan selama 30 menit sebelum diberi perlakuan.
Setelah pengukuran berat badan, masing-masing kelompok diberi perlakuan
sebagai berikut:
1. Kelompok 1 : diberikan ekstrak jahe merah dengan dosis 0,39 mg/20 g
BB
2. Kelompok 2 : diberikan ekstrak daun ubi jalar ungu dengan dosis 2
mg/20 g BB
3. Kelompok 3 : diberikan ekstrak jahe merah dan daun ubi jalar ungu
dengan perbandingan 2:1 (0,78 mg : 2 mg)
4. Kelompok 4 : diberikan ekstrak jahe merah dan daun ubi jalar ungu
dengan perbandingan 1:1 (0,39 mg : 2 mg)
5. Kelompok 5 : diberikan ekstrak jahe merah dan daun ubi jalar ungu
dengan perbandingan 1:2 (0,39 mg : 4 mg)
6. Kelompok 6 : diberikan aquadest dengan 0,39 ml/20 g BB sebagai
kontrol negatif
7. Kelompok 7 : diberikan sediaan penambah stamina (Larutan) dengan
0,39 ml/20 g BB sebagai kontrol positif
Setelah diberikan perlakuan, mencit diistirahatkan selama 30 menit sebelum
direnangkan (Wahyuni dan Kusumawati, 2008). Setelah 30 menit, masing-masing
mencit dimasukkan ke dalam bak uji stamina dan dicatat lama waktu mencit
berenang hingga tenggelam dengan stopwatch. Untuk meminimalis kesalahan
data hasil penelitian, bak uji stamina yang digunakan untuk merenangkan mencit,
dengan ukuran bak 40x25x30 cm dan volume airnya harus sama (ketinggian air
15
20 cm), suhu harus dijaga pada 20°C ±0,5°C dan keadaan airnya harus selalu
bersih.
3.3.9. Analisis Data
Untuk mendapatkan suatu kesimpulan, dari hasil penelitian maka data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
untuk 7 perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah, Jahe
Merah (P1), Daun Ubi Jalar Ungu (P2), Jahe Merah - Daun Ubi Jalar Ungu (2:1)
(P3), Jahe Merah - Daun Ubi Jalar Ungu (1:1) (P4), Jahe Merah - Daun Ubi Jalar
Ungu (1:2) (P5), Kontrol Negatif Aquadest (P6), Kontrol Positif Larutan
Penambah Stamina (P7).
Model matematika yang digunakan adalah:
Keterangan:
Yij = respon terhadap perlakuan
µ = rata-rata respon
Ti = pengaruh perlakuan ke i
Eij = pengaruh faktor random yang mendapatkan perlakuan I dengan ulangan j
i = taraf perlakuan pemberian dosis ekstrak (2:1, 1:1, 1:2, kontrol positif dan
kontrol negatif) dan
j = taraf pengulangan (1,2,3,4,5)
Tabel 1. Daftar Analisis Ragam/Analysis of Variant (ANOVA) untuk RAL
No Sumber
Raga
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F tabel
0,05 0,01
1 Perlakuan t-1 Ʃx²/r-(x..)²/rt JK1/DB1 KT1/KT2
2 Galat t (r-1) ( )
JK2/DB2
Total Rt-1 Ʃxij²-(x..)²/rt
Yij = µ + Ti + Eij
16
Tabel 2. Kaidah Keputusan
Hasil Analisis Kesimpulan Analisis Kesimpulan Penelitian
Fh ≤ F 0,05 Tidak Nyata Tidak ada perbedaan pengaruh antar
perlakuan
Fh 0,05 ˂ Fh ˂ F
0,01
Nyata Ada perbedaan pengaruh antar
perlakuan
Fh > F 0,01 Sangat Nyata Ada perbedaaan sangat nyata antar
perlakuan
Untuk melihat perbedaan antar perlakuan, pengujian dilanjutkan dengan uji
Duncant (LSR).
Nilai SSR diperoleh dari tabel SSR (Sum of Square Regression).
LSR = SSR x Sx Sx
=√
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Determinasi dan Pengumpulan Tanaman
Hasil determinasi tanaman yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Pusat
Penelitian Biologi-LIPI Bogor diketahui bahwa tanaman yang digunakan
merupakan tanaman dari spesies Ipomea batatas L, suku Convolvulaceae. dan
Zingiber officinale Roscoe, suku Zingiberaceae. Bukti hasil determinasi tanaman
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2. Hasil Pembuatan Simplisia Jahe Merah
Jahe merah segar sebanyak 4000 g dibersihkan dan dicuci dengan air
mengalir, disiram dengan air panas untuk mematikan enzim agar tidak tumbuh
tunas selama penyimpanan, kemudian dilakukan perajangan sehingga diperoleh
irisan tipis atau potongan dengan ukuran tertentu untuk mempermudah proses
pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu serendah mungkin
30ºC-45ºC untuk menghindari terjadinya kerusakan senyawa aktif yang
terkandung dalam simplisia tersebut, kemudian simplisia digrinder sampai
berbentuk serbuk, diayak dengan ayakan mesh 30 dan disimpan di dalam wadah
tertutup rapat serta dilengkapi dengan silika gel untuk mencegah terjadinya
pertumbuhan jamur dan mikroba selama masa penyimpanan dalam waktu lama.
Pengayakan dilakukan untuk memperoleh serbuk dengan derajat kehalusan yang
relatif seragam, dengan menggunakan mesh 30 hasil serbuk simplisia agak kasar.
Jika serbuk yang dihasilkan terlalu halus akan mempersulit proses penyarian.
Pembuatan serbuk simplisia jahe merah menghasilkan serbuk sebanyak 480 g
dengan nilai rendemen sebesar 12%. Perhitungan rendemen serbuk simplisia jahe
merah dapat dilihat pada Lampiran 5.
Hasil organoleptik dari jahe merah menunjukkan bahwa serbuk simplisia
jahe merah memiliki bentuk serbuk yang sedikit agak kasar, berwarna coklat
muda, memiliki bau aromatik yang kuat dan memiliki rasa pedas. Gambar serbuk
simplisia dan hasil organoleptik dapat dilihat pada Gambar 4 dan Tabel 3.
18
Gambar 4. Serbuk Simplisia Jahe Merah
4.3. Hasil Pembuatan Simplisia Daun Ubi Jalar Ungu
Daun ubi jalar ungu segar sebanyak 4000 g dibersihkan dan dicuci dengan
air mengalir, daun ubi jalar ungu diiris menyerong kemudian dilakukan
pengeringan dengan oven pada suhu 60ºC. Simplisia digrinder sampai berbentuk
serbuk, dan diayak dengan mesh 30 dan disimpan di dalam wadah tertutup rapat
serta dilengkapi dengan silika gel untuk mencegah terjadinya pertumbuhan jamur
dan mikroba selama masa penyimpanan dalam waktu lama. Pengayakan
dilakukan dengan menggunakan mesh 30 hasil serbuk simplisia agak kasar. Jika
serbuk yang dihasilkan terlalu halus, maka akan mempersulit proses penyarian.
Pembuatan serbuk simplisia daun ubi jalar ungu menghasilkan serbuk sebanyak
870 g dengan nilai rendemen sebesar 21,75%. Perhitungan rendemen serbuk
simplisia daun ubi jalar ungu dapat dilihat pada Lampiran 5.
Hasil organoleptik daun ubi jalar ungu memiliki bentuk serbuk agak kasar,
berwarna hijau muda, memiliki bau aromatik khas dan tidak berasa. Gambar
serbuk simplisia dan hasil organoleptik dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 3.
Gambar 5. Serbuk Simplisia Daun Ubi Jalar Ungu
19
Tabel 3. Hasil Organoleptik Simplisia
Jenis Simplisia Parameter Simplisia
Bau Aromatik kuat
Jahe Merah Bentuk Serbuk
Warna Coklat muda
Rasa Pedas
Bau Aromatik khas
Daun Ubi Jalar Ungu Bentuk serbuk
Warna Hijau muda
Rasa Tidak berasa
4.4. Hasil Pembuatan Ekstrak Jahe Merah dan Daun Ubi Jalar Ungu
Serbuk jahe merah dan daun ubi jalar ungu diekstraksi menggunakan
metode maserasi. Metode maserasi merupakan metode sederhana dan paling
banyak digunakan karena metode ini aman untuk senyawa yang tidak tahan panas.
Sebanyak 200 g serbuk simplisia jahe merah dan daun ubi jalar ungu dimaserasi
dengan 2000 mL pelarut etanol 70%, karena mampu menyari senyawa polar
maupun non polar, tidak ditumbuhi mikroba serta mudah diuapkan (Voight,
1994). Etanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga, dapat menarik
senyawa aktif yang terkandung di dalam suatu tanaman, sehingga senyawa-
senyawa aktif seperti oleoresin dan flavonoid yang diduga dapat meningkatkan
stamina tubuh pada mencit jantan dalam jahe merah dan daun ubi jalar ungu
dengan kepolaran yang berbeda diharapkan dapat tertarik dengan sempurna
(Harborne, 1987). Filtrat yang dihasilkan keduanya kemudian dikeringkan dengan
menggunakan vacuum dry. Ekstrak kering yang dihasilkan jahe merah sebesar
22,4 g dengan rendemen ekstrak sebesar 11,2% dan ekstrak kering daun ubi jalar
ungu sebesar 44,9 g dengan rendemen sebesar 22,4%. Perhitungan rendemen
ekstrak kering jahe merah dan daun ubi jalar ungu dapat dilihat pada Lampiran 5.
Hasil organopetik ekstrak jahe merah memiliki bentuk kering, berwarna
coklat tua, memiliki bau aromatik yang kuat dan memiliki rasa pedas dan hasil
organoleptik ekstrak daun ubi jalar ungu memiliki bentuk ekstrak kering,
berwarna hijau kehitaman, memiliki bau aromatic khas dan tidak berasa. Gambar
ekstrak kering jahe merah dan daun ubi jalar ungu dapat dilihat pada Gambar 6
20
dan hasil uji organoleptik ekstrak jahe merah dan daun ubi jalar ungu dapat dilihat
pada Tabel 4.
A B
Gambar 6: Keterangan: A. Ekstrak Kering Jahe Merah
B. Ekstrak Kering Daun Ubi Jalar Ungu
Tabel 4. Hasil Pengujian Organoleptik Ekstrak
4.5. Hasil Pengujian Mutu Simplisia dan Ekstrak
Pengujian mutu simplisia meliputi penetapan kadar air dan penetapan
kadar abu. Kadar air ditentukan untuk memenuhi salah satu syarat bahan baku
herbal (DepKes RI, 1995). Tujuan penetuan kadar air untuk memberikan batasan
maksimal atau rentang batasan kandungan air yang terdapat di dalam suatu bahan
(DepKes RI, 2000). Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya tumbuh
mikroorganisme dan masa simpan yang pendek. Hasil pemeriksaan kadar air
serbuk simplisia dan ekstrak kering jahe merah yang didapat sebesar 5,26% dan
6,70%, kadar air simplisia tersebut memenuhi persyaratan secara umum ˂9%
Jenis Ekstrak Parameter Ekstrak
Bau Aromatik kuat
Jahe Merah Bentuk Serbuk kering
Warna Coklat tua
Rasa Pedas
Bau Aromatik khas
Daun Ubi Jalar Ungu Bentuk Kering
Warna Hitam
Rasa Tidak berasa
21
(Katno, 2008) dan kadar air ekstrak kering memenuhi persyaratan secara umum
˂10% (Voight, 1995). Serbuk simplisia dan ekstrak daun ubi jalar ungu yang
didapat sebesar 7,41% dan 4,26%, kadar air simplisia tersebut memenuhi syarat
secara umum 5-9% (Katno, 2008) dan kadar air ekstrak kering memenuhi
persyaratan secara umum ˂10% (Voight, 1995).
Penentuan kadar abu bertujuan memberikan gambaran kandungan
mineral-mineral logam yang terkandung dalam simplisia jahe merah dan daun ubi
jalar ungu. Bila kadar abu simplisia melebihi persyaratan yang ditentuntukan,
maka simplisia tersebut tidak boleh digunakan untuk bahan baku pembuatan jamu
(DepKes, 1979). Hasil pemeriksaan kadar abu serbuk simplisia dan ekstrak kering
jahe merah yang didapat sebesar 4,44% dan 1,47%, kadar abu simplisia tersebut
memenuhi persyaratan ˂5% (DepKes, 2008). Serbuk simplisia dan ekstrak daun
ubi jalar ungu yang didapat sebesar 6,% dan 3,24%, kadar abu simplisia tersebut
memenuhi syarat secara umum ˂5% (DepKes, 2000). Hasil pengamatan kadar air
dan abu dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengujian Mutu Simplisia dan Ekstrak
Jenis Simplisia Parameter Simplisia Ekstrak
Jahe Merah Kadar Air (%) 5,26% 6,70%
Kadar Abu (%) 4,44% 1,47%
Daun Ubi Jalar Ungu Kadar Air (%) 7,41% 4,26%
Kadar Abu (%) 6% 3,24%
4.6. Hasil Uji Fitokimia Serbuk Simplisia dan Ekstrak
Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia yang digunakan
untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam suatu
simplisia. Hasil penapisan fitokimia serbuk dan ekstrak dari jahe merah dan daun
ubi jalar ungu dapat dilihat dalam Tabel 5.
Dari hasil yang diperoleh pada Tabel 5, menunjukkan bahwa serbuk
simplisia dan ekstrak jahe merah terdapat adanya komponen senyawa flavonoid,
alkaloid, saponin. Sedangkan, pada serbuk simplisia dan ekstrak daun ubi jalar
22
ungu menunjukkan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, saponin dan tannin.
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak kering jahe merah dan
daun ubi jalar ungu dapat terekstraksi secara baik oleh pelarut etanol 70%.
Tabel 6. Hasil Uji Serbuk dan Ekstrak Jahe Merah dan Daun Ubi Jalar
Ungu
Jenis
Bahan
Identifikasi
Senyawa
Pereaksi Parameter Serbuk Ekstrak
Kering
Alkaloid Dragendorff Endapan
Putih
+ +
Bouchardat Endapan
coklat
+ +
Mayer Endapan
putih
+ +
Jahe
Merah
Flavonoid HCl (p) +
Magnesium
Merah/pink + +
Serbuk Zn +
HCl (p)
Merah + +
Saponin H2O panas Berbusa + +
Tanin Gelatin Endapan
putih
_ _
FeCl3 3% Endapan
putih
_ _
Alkaloid Dragendorff Endapan
Putih
+ +
Bouchardat Endapan
coklat
+ +
Mayer Endapan
putih
+ +
Daun
Ubi Jalar
Ungu
Flavonoid HCl (p) +
Magnesium
Merah/pink + +
Serbuk Zn +
HCl (p)
Merah + +
Saponin H2O panas Berbusa + +
Tanin Gelatin Endapan
putih
+ +
FeCl3 3% Endapan
putih
+ +
23
4.7. Hasil Pengujian Ekstrak Terhadap Ketahanan Fisik Tubuh Mencit
Jantan
Sebelum dilakukan pengujian, mencit sebanyak 28 ekor dikelompokkan
menjadi 7 kelompok, yang masing-masing kelompok 4 ekor sebagai ulangannya.
Kemudian mencit diadaptasikan selama 7 hari dengan lingkungannya, baik
ruangan, suhu dan peneliti. Hasil aklimatisasi mencit selama 1 minggu
menghasilkan rata-rata ±SD dari bobot badan mencit adalah 28,96 g ±3,22 g.
setelah itu dihitung nilai CV, diperoleh nilai CV 11,11% dimana persyaratan
kehomogenan untuk CV adalah 10-15%. Jadi, hewan coba yang digunakan masih
relatif homogen. Data lengkap pengukuran berat badan mencit dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Setelah hewan coba diaklimatisasi dilakukan pengujian dengan
menggunakan metode natatory ehhaustion, dimana metode tersebut merupakan
skrining farmakologi yang dilakukan untuk mengetahui efek obat yang bekerja
pada ketahanan otot dengan cara hewan coba direnangkan pada bak uji stamina
yang berisi air dan dihitung lamanya waktu renang mencit dengan menggunakan
stopwatch.
Uji ketahanan berenang digunakan untuk menguji efektivitas suatu obat
yang bekerja sebagai ketahanan fisik. Sebagai hewan model dalam uji ini
digunakan mencit (bukan mahluk air) yang terpaksa mengerahkan tenaga sekuat-
kuatnya untuk bertahan dengan posisi kepala dan kedua kaki depan berada di atas
air, disebut fase Struggling, setelah beberapa saat mencit akan mengalami fase
floating yang ditandai dengan posisi tubuh tidak lagi horizontal dan keempat kaki
mencit tidak bergerak di dalam air, fase floating diakhiri bila mencit mulai
tenggelam dan kemudian mencit segera diangkat dari air (Benoit et al., 2005).
Pada keadaan aktivitas yang berat ini, energi yang dibutuhkan per unit waktu akan
sangat meningkat bila dibandingkan dengan keadaan istirahat. Setelah dilakukan
perlakuan, didapat data-data hasil pengukuran peningkatan ketahanan fisik setelah
direnangkan, dapat dilihat pada Tabel 7.
24
Tabel 7. Hasil Rata-rata ±SD Durasi Ketahanan Fisik Mencit Jantan
Kelompok Perlakuan Sebelum
(Detik)
Sesudah
(Detik)
%Peningkatan
Ketahanan
Fisik
1 Jahe Merah 84±15.87
150.75bcd±22.69 44.19±9.39
2 Daun Ubi Jalar
Ungu
85±14.88 130.25bc±11.98 34.83±9.40
3 Jahe Merah-
Daun Ubi Jalar
Ungu (2:1)
89.75±7.93 126b±11.69 28.59±4.67
4 Jahe Merah-
Daun Ubi Jalar
Ungu (1:1)
83.25±8.06 153.5cd±17.21 45.33±7.08
5 Jahe Merah-
Daun Ubi Jalar
Ungu (1:2)
84.5±10.34
129.25bc±15.78 34.67±3.49
6 Kontrol Negatif 75.25±16.60 87a±15.06 13.01±4.29
7 Kontrol Positif 72.25±27.52 156d±11.40 52.93±19.53
Keterangan: nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf superskrip yang berbeda
pada lajur yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P
˂ 0,05).
Dari hasil tersebut data rata-rata % peningkatan tiap perlakuan dibuat
histogram untuk melihat secara jelas perbedaan tiap perlakuan. Data dapat dilihat
pada Gambar 7.
Gambar 7. Histogram Hasil % Peningkatan Ketahanan Fisik Terhadap Mencit
Jantan
44.19 34.83
28.59
45.33
34.67
13.01
52.93
0
10
20
30
40
50
60
70
% P
en
ingk
atan
K
eta
han
an F
isik
Perlakuan
25
Dari histrogram di atas terlihat bahwa semua dosis perlakuan memiliki
efek peningkatan ketahanan fisik dibanding Kontrol Negatif. Kombinasi Jahe
Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (1:1) dan Jahe Merah tunggal memiliki peningkatan
ketahanan fisik yang paling besar dan mendekati Kontrol positif, dimana persen
peningkatan ketahanan fisik pada jahe tunggal sebesar 44,19%, Kombinasi Jahe
Merah–Daun Ubi Jalar Ungu (1:1) sebesar 45,33% dan untuk Kontrol positif
sebesar 52,93%.
Untuk menarik kesimpulan, data yang diperoleh dianalisis statistik dengan
menggunakan aplikasi SPSS 17, untuk melihat hasil uji Anova dan uji lanjut
Duncan. Hasil Anova dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tabel Uji Anova Pengaruh Pemberian Ekstrak Terhadap Stamina
Tubuh Mencit Jantan.
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Waktu Lama Berenang
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 13802.000a 6 2300.333 9.488 .000
Intercept 497155.750 1 497155.750 2050.630 .000
Perlakuan 13802.000 6 2300.333 9.488 .000
Error 5091.250 21 242.440
Total 516049.000 28
Corrected Total 18893.250 27
a. R Squared = .731 (Adjusted R Squared = .654)
Berdasarkan hasil ANOVA diperoleh informasi bahwa pemberian
perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan
ketahanan fisik mencit jantan. Untuk melihat perbedaan antar perlakuan,
dilakukan uji lanjut Duncan.
Hasil uji Lanjut Duncan dilihat pada Lampiran 8, yang dapat dinyatakan
bahwa pemberian perlakuan jahe merah tanpa kombinasi dan kombinasi Jahe
Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (1:1) memiliki pengaruh yang sama dengan kontrol
positif. Lama waktu renang pemberian perlakuan jahe merah 150 detik, pemberian
26
perlakuan kombinasi Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (1:1) 153 detik sedangkan
Kontrol Positif sebesar 156 detik.
Zat aktif yang diduga berperan dalam peningkatan efek ketahanan fisik
dalam jahe merah adalah oleoresin (Restiani, 2009). Secara umum aroma khas
pada jahe disebabkan oleh minyak atsiri sedangkan rasa pedasnya bersumber pada
oleoresinnya. Masing-masing senyawa tersebut diketahui memiliki khasiat
tertentu bagi tubuh. Senyawa fenol dalam oleoresin terbukti memiliki efek anti
radang dan diketahui ampuh mengusir penyakit sendi juga menghilangkan
ketegangan yang dialami oleh otot (Ramadhan, 2013).
Sedangkan di dalam daun ubi jalar ungu, zat aktif yang diduga berperan
dalam peningkatan efek ketahanan fisik adalah flavonoid. Flavoniod merupakan
senyawa kimia yang akan memicu seksresi eNOS (Endothelial Nitric Oxida
Syntase), senyawa eNOS adalah enzim yang dapat memicu sintesis nitrit oksida
(NO) dalam pembuluh darah, senyawa ini merupakan regulator vasodilatasi
pembuluh darah yang dapat membantu melancarkan peredaran darah, mencegah
tersumbatnya pembuluh darah dan mengurangi timbunan kolesterol dan lemak
pada pembuluh darah (Budiman, 2010). Peningkatan vasodilatasi pembuluh darah
akan meningkatkan suplai oksigen pada metabolisme otot. Berdasarkan
ketersediaan oksigen, metabolisme terbagi menjadi 2 yaitu, metabolisme anaerob
dan metabolisme aerob. Metabolisme anaerob tidak memerlukan oksigen
sedangkan metabolisme aerob memerlukan oksigen. Kandungan flavonoid yang
ada di dalam daun ubi jalar ungu akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
metabolisme aerob dengan meningkatkan suplai oksigen melalui vasodilatasi
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan ketahanan otot menjadi lebih lama.
Berdasarkan dosis efektif yang didapat dari hasil penelitian, bila ingin
digunakan pada manusia maka dosis tersebut harus dikonversi terlebih dahulu ke
dalam dosis manusia yaitu dengan dosis efektif jahe merah tunggal 0,39 mg/20 g
BB dan kombinasi jahe merah-daun ubi jalar ungu 1:1 (0,39 mg/20 g BB : 2
mg/20 g BB) sebagai peningkat stamina setara dengan ekstrak jahe merah sebesar
0,15 g dan ekstrak daun ubi jalar ungu sebesar 0,77 g.
27
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian kombinasi ektrak jahe merah dan daun ubi jalar ungu
berpengaruh terhadap peningkatan ketahanan fisik pada mencit jantan.
2. Kombinasi dosis Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu dosis 0,39 mg/20 g
BB : 2 mg/20 g BB lebih prospektif pengaruhnya dengan perlakuan
dosis jahe merah tunggal 0,39 mg/20 g BB dan tidak berbeda nyata
dengan kontrol positif.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan uji stamina lebih lanjut, dengan memberikan waktu
pemberian dan pengamatan yang lebih lama, untuk mengetahui adanya
efek samping pada penggunaan zat dalam jangka waktu panjang.
2. Dapat dibuat sediaan sebagai peningkat ketahanan fisik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB. Bandung
Azzmy. 2016. Manfaat Rebusan Daun Ubi Jalar Untuk Obat Demam Berdarah,
Ibu Hamil dan Obat Diabetes. http://mitalom.com/manfaat-rebusan-daun-
ubi-jalar-untuk-obat-demam-berdarah-ibu-hamil-dan-obat-diabetes/.
Diakses tanggal 01 April 2017 Pukul 04.50.
Benoit, P.D., Franck, C., and Michel, B. Foreced Swimming test in mice: A
review of antidepressant activity. Psychopharmacology. 2005. 177;245-55
Budiawan, M. 2013. Doping dalam Olahraga. Seminar Nasional FMIPA
UNDIKSHA. Halaman 331-332.
Budiman, I. 2010. Flavonoid dan Isoflavon. Tidak Diterbitkan. Universitas
Padjajaran. Jatinangor.
Bustan, M.D., Febriyani, R., dan Pakpahan, H. 2008. Pengaruh Waktu Ekstraksi
dan Ukuran Partikel Terhadap Berat Oleoresin Jahe yang Diperoleh Dalam
Berbagai Jumlah Pelarut Organik (Methanol). Jurnal Teknik Kimia. 15(4) :
16.
DepKes RI. 1978. Materia Medika Indonesia. Jilid II. Direktorat Pengawasan
Obat dan Makanan. Jakarta.
_________. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Direktorat Pengawasan
Obat dan Makanan. Jakarta.
_________. 1985, Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. Halaman 2-22.
_________. 1995, Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Direktorat Pengawasan
Obat dan Makanan. Jakarta.
_________. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan I,
Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
_________. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
_________. 2013. Suplemen III Farmakope Herbal Indonesia, Edisi IV.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
29
Damayanti, D.S. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L.) Terhadap Peningkatan Jumlah Trombosit Pada Tikus
Jantan Galur Wistar. Skripsi. Universitas Jember. Jember.
Dewi, I.A. 2015. Penyalahgunaan Zat Terlarang (Dpoing dan Napza) Sebagai
Upaya Peningkatan Stamina dalam Olahraga. Jurnal Pendidikan
Kesehatan Rekreasi. 1 : halaman 16.
Falconer, D.S. 1981. Introduction to Quantitative Genetic. 2nd Edit. Department
of Genetic and Agricultural Research Council. Unit of Animal Genetic.
New York.
Fissy, S.O.N. 2013. Uji Efektivitas Sediaan Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol
Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.var. rubrum) Terhadap
Propionobacterium acnes dan Staphylococcus epidermis. Skripsi
Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Hanani, E. 2015. Analisis Fitokimia. EGC. Jakarta.
Hue S.M., Boyce, A.M., Somasundram, C. 2012. Antioxidant Activity, Phenolic
and Flavonoid Contents In The Leaves of Different Varieties of Sweet
Potato (Ipomoea batatas). AJ. 6(3) : 375-380
Islam, I. 2006. Sweetpotato Leaf: Its Potential Effect on Human Health and
Nutrition. J. Food Sci. 71:R13-R21
Juanda, D dan Cahyono B. 2000. Ubi Jalar, Budidaya dan Analisis Usaha Tani,
Cetakan Ke 6. Kanisius. Yogyakarta.
Katno. 2008. Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Kikuzaki, H and Nakatan, N. 1993. Antioxidant Effects of Some Ginger
Constituents. J. Food Sci. 58: 1407-1410.
Kumoro, A.C. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman
Obat. Plantaxia. Yogyakarta. Hal 71-73.
Lidiinillah, C.A. 2010. “Efek Analgesik Perasan Daun Kacapiring (Gardenia
augusta Merr) Pada Mencit Balb-C dengan Metode Geliat”. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Masprof. 2016. Demam Berdarah Langsung Sembuh dengan Daun Ubi Jalar (Ketela). http://profesormuda.com/manfaat/demam-berdarah-langsung-
sembuh-dengan-daun-ubi-jalar-ketela/. Diakses tanggal 23 Maret 2017
Pukul 10.05.
30
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. 1997. Farmakologi : Ulasan
Bergambar. (Edisi 2). Alih bahasa oleh Prof. Dr. H. Azwar Agoes.
2001. Penerbit Widya Medika. Jakarta
Padda, M.S. dan Picha, D.H. 2007. Antioxidant Activity and Phenolic
Compotition in „Beauregard‟ Sweetpotato Are Affected by Root Size and
Leaf Age, J. Amer. Soc. Hort. SCI. 132(4) : 447-451
Putri, D. 2014. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Konsentrasi Terhadap Aktivitas
Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum) Sebagai Antibakteri
Escherichia coli. Skripsi. Universitas Bengkulu. Bengkulu
Radiati, L.E., Nabet, P., Franck, P., Nabet, B., Capiaumont, J., Fardiasz, D.,
Zakaria, R.F., Sudirman, I dan Hariyadi, R.D. 2003. Pengaruh Ekstrak
Diklorometan Jahe (Zingiber officinale) Terhadap Peningkatan Toksin
Kolera B-subunit Conjugasi (FTIC) pada Reseptor Sel Hibridoma LV
dan Caco-2. J. Teknologi dan Industri Pangan. XIV(1) : 59-67.
Rajab, TM. 1999. Mempelajari Pengaruh Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Terhadap Produksi Radikal Bebas Makrofag Mencit Sebagai Indikator
Imunostimulan Secara in vitro. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Ramadhan, A.J. 2013. Manfaat Ampuh Rimpang Jahe Untuk Pengobatan,
Cetakan I, Penerbit Diandra Pustaka Indonesia. Yogyakarta.
Restiani, K.D. 2009. Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Jahe (Zingiber
officinale Roscoe) Sebagai Tonikum terhadap Mencit Jantan Galur Swiss
Webste. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta
Saparinto, R. dan Susiana, R. 2016. Grow Your Own Medical Plant. Edisi I, Andi.
Yogyakarta.
Sigit, J.I., Sopiah. P., dan Suwendar. 2004. Efek Stimulansia System Syaraf Pusat
oleh infusa Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc) pada mencit ddy.
Acta Pharmaceutica Indonesia. XXIX : halaman 34-42.
Smith, B.J. dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan pembiakan dan
penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Supriyanti, H. 2015. Untung Besar Budidaya Jahe Merah. Cetakan I, Penerbit ARASKA. Yogyakarta.
31
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. UGM press.
Yogyakarta.
Wade, C. dan Tavris, C. 2008. Psikologi. Edisi 9, Penerbit: Erlangga. Jakarta.
Wahyuni, A.S. dan Kusumawati, F. 2008. “Efek Tonik Ekstrak Air Biji Cola
(Cola nitida Schott & Endl.) Pada Mencit Jantan”. Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Wijaya, Marutis L.S., dan Supariati, E. 2006. Hubungan Antar Shift Kerja
Dengan Gangguan Tidur dan Kelelahan Kerja Perawat Instalansi Gawat
Darurat Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Sains Kesehatan. 19 (2) :
235-245.
Yulianita, Effendi, E.M., dan Andini, S. 2013. Uji Stamina Mencit (Mus
musculus) Dengan Pemberian Kombinasi Ekstrak Teh Hijau, Jahe Merah
dan Pegagan. Seminar Nasional MIPA. Bogor. Hal. 78.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Konversi Dosis
Mencit
20 g
Tikus
200 g
Marmut
400 g
Kelinci
1,5 kg
Kucing
2 kg
Kera
4 kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
Mencit
20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
Tikus
200 g 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
Marmut
400 g 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci
1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kera
4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing
12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia
70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,07 0,016 0,32 1,0
Sumber : Laurence and Bacharach dalam Harmita dan M. Radji (2008)
34
Lampiran 2. Alur Penelitian
- Determinasi - Determinasi
- Pembuatan Simplisia - Pembuatan Simplisia
- Ekstraksi Maserasi
- Uji Fitokimia
- Uji Fitokimia - Aklimatisasi
- Uji Farmakologi - Tahap Pra Perlakuan
- Diistirahatkan selama 30 menit
- Dilakukan uji ketahanan fisik dengan
direnangkan sampai tenggelam
Jahe Merah
5 kg
Daun Ubi Jalar
Ungu 5 kg
Perlakuan Uji
Simplisia
Ekstrak Mencit
Kelompok
1
Dosis 1
(0,39
mg/20 g
BB)
Kelompok
2
Dosis 2
(2 mg/20 g
BB)
Kelompok
3
Dosis 3
(0,78 mg :
2 mg)
2 : 1
Kelompok
4
Dosis 4
(0,39 mg :
2 mg)
1 : 1
Kelompok
5
Dosis 5
(0,39 mg :
4 mg )
1 : 2
Kelompok
6
Kontrol -
(0,39mL/20
g BB)
Kelompok
7
Kontrol +
(0,39mL/20
g BB)
Hasil Pengamatan
Analisis Data
Laporan
35
Lampiran 3. Perhitungan Dosis
Sediaan Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb)
Dosis efektif jahe merah sebagai penambah ketahanan fisik adalah 150
mg/ manusia dewasa (Yulianita, dkk., 2013). Berat badan mencit umumnya 20 g.
maka dosisnya sebagai berikut:
= 150 mg x 0,0026 g
= 0,39 mg/20 g BB/ 0,5 ml
= 0,39 mg x 5 ulangan = 1,95 mg/2,5ml
Dibuat larutan per 10 ml
=
= 7,8 mg/ 10 ml
Sediaan Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L)
Dosis efektif daun ubi jalar sebagai peningkat trombosit adalah 100 mg/Kg
BB (Damayanti, D.S., 2011). Berat badan mencit umumnya 20 g. maka dosisnya
sebagai berikut:
=
~
=
= 2 mg/20 g BB/0,5 ml
= 2 mg x 5 ulangan = 10 mg/2,5 ml
Dibuat larutan per 10 ml
=
= 40 mg/10 ml
Sediaan Kontrol Positif (+)
Dosis minuman larutan penambah ketahanan fisik adalah 150 ml. berat
badan mencit umumnya 20 g. maka dosisnya sebagai berikut:
= 150 ml x 0,0026 g
= 0,39 ml/20 g BB
36
Pemakaian Dosis Pada Manusia
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa dosis yang lebih prospektif
terhadap peningkatan ketahanan fisik pada mencit jantan adalah perlakuan
kombinasi jahe merah-daun ubi jalar ungu 1:1 yaitu 0,39 mg/20 g BB : 2 mg/20 g
BB.
- Konversi dosi mencit-manusia
1. Jahe Merah = 0,39 mg x 387,9
= 151,28 mg/70 kg BB ~ 0,15 g ekstrak
2. Daun Ubi Jalar Ungu = 2 mg x 387,9
= 775,8 mg/70 kg BB ~ 0,77 g ekstrak
37
Lampiran 4. Hasil Determinasi Tanaman
38
Lampiran 5. Perhitungan Rendemen, Kadar Air dan Kadar Abu Serbuk,
Ekstrak Jahe Merah dan Daun Ubi Jalar Ungu
a. Perhitungan Rendemen Simplisia Jahe Merah
Serbuk Jahe Merah = 480 g
Bobot Awal = 4000 g
Rendemen =
x 100%
= 12%
b. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kering Jahe Merah
Ekstrak Kering = 22,4 g
Bobot Awal = 200 g
Rendemen =
x 100%
= 11,2%
c. Perhitungan Rendemen Simplisia Daun Ubi Jalar Ungu
Serbuk Daun Ubi Jalar Ungu = 870 g
Bobot Awal = 4000 g
Rendemen =
x 100%
= 21,75%
d. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kering Daun Ubi Jalar Ungu
Serbuk Daun Ubi Jalar Ungu = 44,9 g
Bobot Awal = 200 g
Rendemen =
x 100%
= 22,45%
39
e. Tabel Hasil Kadar Air dan Kadar Abu
Bahan Pengujian Ulangan Hasil (%) Rata-rata (%)
Serbuk Jahe
Merah
Kadar Air
1
2
5,39%
5,26% 5,14%
Kadar Abu
1
2
3
4,95%
4,44% 4,45%
3,92%
Serbuk Daun Ubi
Jalar Ungu
Kadar Air
1
2
7,54%
7,41% 7,29%
Kadar Abu
1
2
3
6,5%
6 % 6%
5,5%
Ekstrak Jahe
Merah
Kadar Air
1
2
6,83%
6,70% 6,58%
Kadar Abu
1
2
3
1,96%
1,47% 1,47%
0,98%
Ekstrak Daun
Ubi Jalar Ungu
Kadar Air
1
2
4,30%
4,26% 4,23%
Kadar Abu
1
2
3
3,90%
3,24% 3,41%
2,43%
40
Lampiran 6. Hasil Pengamatan Bobot Mencit Setelah Aklimatisasi Selama 7
Hari
Dik: X = 28,96
SD = 3,22
CV=
x 100%
=
x 100%
= 11,11%
Kelompok
1
Kelompok
2
Kelompok
3
Kelompok
4
Kelompok
5
Kelompok
6
Kelompok
7
32 30 33 31 29 33 22
28 26 29 29 22 33 27
31 24 30 30 28 33 29
31 24 33 28 29 31 26
41
Lampiran 7. Hasil Data Pengamatan Durasi Ketahan Fisik Tubuh Mencit
Jantan
Kelompok Mencit Berat Badan Sebelum
(Detik)
Sesudah
(Detik)
% Peningkatan
Ketahanan Fisik
Jahe Merah 1 32 103 183 43.79 2 28 69 150 54.38 3 31 91 133 31.78 4 31 73 137 46.79 X = 44,19±9,39
Daun Ubi 1 30 65 115 43.48 Jalar Ungu 2 26 99 133 25.56
3 24 93 129 27.91 4 24 83 144 42.36 X = 34,83±9,40
Jahe Merah : 1 33 94 120 21.67 Daun Ubi 2 29 87 124 29.84 Jalar Ungu 3 30 80 117 31.37
2:1 4 33 98 143 31.47 X = 28,59±4,67
Jahe Merah : 1 31 75 169 55.74 Daun Ubi 2 29 92 160 42.67 Jalar Ungu 3 30 78 129 39.85
1:1 4 28 88 156 43.07 X = 45,33±7,08
Jahe Merah : 1 29 97 146 33.56 Daun Ubi 2 22 80 133 39.85 Jalar Ungu 3 28 73 108 32.96
1:2 4 29 88 130 32.31 X = 34,67±3,49
Kontrol 1 33 60 73 13.81 Negatif 2 33 62 75 17.33
3 33 92 99 7.07 4 31 87 101 13.82 X = 13,01±4,29
Kontrol 1 22 54 150 64.00 Positif 2 27 101 152 33.55
3 29 90 149 39.60 4 26 44 173 74.57
X = 52,93±19,53
42
Lampiran 8. Analisis Data Peningkatan Ketahanan Fisik Dengan SPSS
Menggunakan General Linear Model Untuk Rancangan
Acak Lengkap (RAL)
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Waktu Lama Berenang
F df1 df2 Sig.
.494 6 21 .805
Tests the null hypothesis that the error variance of
the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Perlakuan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Waktu Lama Berenang
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 13802.000a 6 2300.333 9.488 .000
Intercept 497155.750 1 497155.750 2050.630 .000
Perlakuan 13802.000 6 2300.333 9.488 .000
Error 5091.250 21 242.440
Total 516049.000 28
Corrected Total 18893.250 27
a. R Squared = .731 (Adjusted R Squared = .654)
H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antar perlakuan
H1 : Ada perbedaan pengaruh antar perlakuan
Kesimpulan:
Sig Perlakuan = 0,000 < 0,01 (Tolak H0, Terima H1, ada pengaruh sangat nyata,
perlakuan terhadap peningkatan stamina tubuh mencit)
43
Waktu Lama Berenang
Duncana,,b
Perlakuan N
Subset
1 2 3 4
Perlakuan Kontrol Negatif 4 87.0000a
Perlakuan Jahe Merah-Daun
Ubi Jalar Ungu (2:1)
4
126.0000b
Perlakuan Jahe Merah-Daun
Ubi Jalar Ungu (1:2)
4
129.2500b
129.2500c
Perlakuan Daun Ubi Jalar
Ungu
4
130.2500b
130.2500c
Perlakuan Jahe Merah 4 150.7500b
150.7500c
150.7500d
Perlakuan Jahe Merah-Daun
Ubi Jalar Ungu (1:1)
4
153.5000c
153.5000d
Perlakuan Kontrol Positif 4 156.0000d
Sig. 1.000 .050 .055 .658
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 242.440.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
b. Alpha = .05.
Uji Lanjut Duncan
Uji Lanjut Duncan
a. Perlakuan Kontrol Negatif berbeda sangat nyata dengan perlakuan Jahe
Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (2:1), perlakuan Jahe Merah-Daun Ubi Jalar
Ungu (1:2), perlakuan Daun Ubi Jalar Ungu, perlakuan Jahe Merah,
perlakuan Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (1:1) dan Perlakuan Kontrol
Positif.
b. Perlakuan Jahe Merah-Daun Ubi Jalar (2:1) berbeda nyata dengan
perlakuan Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (1:2), perlakuan Daun Ubi
Jalar Ungu, perlakuan Jahe Merah, perlakuan Jahe Merah-Daun Ubi Jalar
Ungu (1:1)
44
c. Perlakuan Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (1:2) berbeda nyata dengan
perlakuan Jahe Merah dan perlakuan Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu
(1:1)
d. Perlakuan Daun Ubi Jalar Ungu berbeda nyata dengan perlakuan Jahe
Merah, perlakuan Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu (1:1)
e. Perlakuan Jahe Merah dan perlakuan Jahe Merah-Daun Ubi Jalar Ungu
(1:1) tidak berbeda nyata dengan Kontrol Positif.
45
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Gambar. Timbangan Gambar. Alat suntik dan
Sonde
Gambar. Sediaan Obat Gambar. Perlakuan Mencit
Saat Berenang
Gambar. Ekstrak Kering Gambar. Ekstrak Kering Daun
Jahe Merah Ubi Jalar Ungu
46
Gambar. Kandang Mencit Gambar. Alat Vacum Dry