Post on 15-Dec-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Hipotiroidisme?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada gangguan Hipotiroidisme.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan konsep dasar penyakit Hipotiroidisme.
b. Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan Hipotiroidisme.
| 1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang
penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid
yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat
pembedahan atau ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody
autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat
juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus
hipotiroidisme kongenital. Goiter dapat terlihat pada pasien hipotiroidisme
dengan dapat herediter dalam biosintesis hormone tiroid; pada penderita
seperti ini terjadi peningkatan pelepasan TSH yang menyebabkan
pembesaran tiroid goiter dapat juga terlihat pada penderita tiroiditis
Hashimoto, suatu penyakit autoimun yang infiltrasi limfosit dan destruksi
kelenjar tiroidnya dikaitkan dengan antitiroglobulin atau antibodi
mikrosomal sel antiroid. Pasien dengan hipotoidisme sekunder mungkin
menderita tumor hipofisis dan defisiensi hormone-hormon trofik hipofisis
lainya.
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang
aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang
sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
Hipotiroidisme congenial atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak
lahir, atau menjadi nyata dalam beberapa bulan pertama kehidupan.
Nanifestasi dini kritenisme antara lain ikterus fisiologik yang menetap,
tangisan parau, konstipasi, somnolen, dan kesulitan untuk mencapai
perkembangan normal. Anak yang menderita hipotiroidisme congenital
| 2
memperlihatkan tubuh yang pendek; profil kasar, lidah menjulur kkeluar;
hidung yang lebar dan rata; mata yang jaraknya jauh; rambut jarang; kulit
kering; perut menonjol; dan hernia umbilikalis.
Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan, disgenesis spifisis, dan keterlambatan
perkembangan gigi. Komplikasi utama dari hipotiroidisme congenial dan
hipotiroidisme juvenilis yang tidak diketahui dan tidak diobati adalah
retardasi mental. Keadaan ini dapat dicegah dengan memperbaiki
hipotiroidisme secara dini. Para ahli medis yang merawat bayi baru lahir
dan bayi kecil harus menyadari kemungkinan ini.
2. Klasifikasi Hipotiroidsme
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme
primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu
sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar
hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral
(hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh
hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.(Brunner &Suddarth.2001).
Jenis Organ Keterangan
Hipotiroidism
e primer
kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakit
Hashimoto tiroiditis
(sejenis penyakit autoimmune) dan terapi
radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit
hipertiroidisme.
Hipotiroidism
e sekunder
kelenjar
hipofisis(pituitari)
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak
menghasilkan cukup
hormon perangsang tiroid
(TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan jumlah
tiroksin
| 3
yang cukup. Biasanya terjadi apabila
terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi
atau pembedahan yang menyebabkan
kelenjar tiroid tidak lagi dapat
menghasilkan hormon yang cukup.
Hipotiroidism
e tertier
Hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal
menghasilkan
TRH
yang cukup. Biasanya disebut juga disebut
hypothalamic-pituitary-axis
hypothyroidism.
3. Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus. Apabila hipotiroidism terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari
hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH
maupun HT. Hipotiroidism yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan
menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyakit Hipotiroidisme :
a. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya
otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan
penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan
balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui,
tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetikuntuk mengidap penyakit
| 4
ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis
Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar
dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya
daerah kelenjar yang masih berfungsi.
b. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme.
Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan
hipotiroidisme.
c. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam
makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi
iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan
hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa
dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH
yang tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka
panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang
kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa.
d. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari
hipotiroidisme di negara terbelakang.
e. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme.
Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah
tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif
untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat
menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-
anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga
dapatmeningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut
merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
Hipotiroidisme disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid untuk menghasilkan
hormon dalam jumlah yang adekuat. Kelainan ini dapat disebabkan oleh
pengangkatan kelenjer tiroid secara pembedahan atau ablasi kelenjer akibat
radioterapi. Hipotiroidisme juga dapat disebabkan oleh kegagalan kelenjar
| 5
untuk berkembang secara normal. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
gondok,tumor, atau tiroiditis.
Terapi medis yang menggunakan L-tiroksin untuk memulihkan keadaan
metabolic normal member hasil yang sangat efektif. Sekitar 80% pasien yang
memperlihatkan gejala hipotiroidisme adalah wanita (Kaplan,1989)
1. Tanda dan Gejala Hipotiroidisme
1) penambahan berat badan
2) nyeri kepala
3) kelelahan
4) gangguan bicara
5) suara serak
6) kulit kering
2. Patofisiologi
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi
hormon tiroid yang dapat terjadi pada semua umur. Tanda hipotiroidisme infantil (
kongenital ). Atau kritinisme, tidak terlihat sampai beberapa bulan setelah lahir,
dan retardasi mental dan fisik biasannya bersifat irreversibel. Seseorang
dewasayang tidak mendapat pengobatan hipotiroidesme infantil.
Pada orang dewasa penyebab tersering hipotirooidesme adalah tiroiditis
autoimun, tetapi ablatif kerusakan, kelenjar tiroid dan idiopatik. Penyakit ini dapat
terjadi sekunder karena kegagalan hipofise dan kekurangan TSH atau karena
penyakit hipotalamus yang menyebabkan defisiensi tiroid releasing hormon. Pada
hipotiroidisme yang disebabkan gangguan hipofise atau hipotalamus, TSH ditekan
dan tidak terjadi hiperplasia.
Tanda-tanda dan gejala karena defisiensi T3 dan T4 menimbulkan
penurunan fungsi metabolik normal yang dikontrol oleh hormon-hormon ini.
Biasanya berubahan patofisiologis terjadi secara lambat dan awal. Gejala-gejala
yang timbul tidak jelas ( kelelahan, kelemahan, latergi dan intoleransi terhadap
| 6
dingin. Myxedema merupakan keadaan hipotiroidesma yang berat, pelambatan
fungsi metabolik dan akumulasi cairan yang hebat menimbulkan gambaran
myxedema yang khas.
Karakteristik hipotiroidisme berbeda-beda tergantung usia pada saat
penyakit timbul dan beratnya defisiensi. Terdapat penimbunan asam hyaluronat
dan perubahan substansi dasar menyebabkan edema mucinous. Keadaan ini
bertanggung jawab terhadap terjadinya penebalan jaringan tangan, kaki dan lidah
serta jaringan disekitar mata dan terhadap timbulnya efusi pleura, perikardium dan
sendi.
Pasien-pasien ini berkulit kasar mudah memar ( karena paningkatan
fragilitas kapiler ) dan pucat serta kuning ( karena anemia dan
hiperkarotenemia ). Rambut mudah kusam dan kering dan putus. Proses mental
berjalan lambat, kehilangan inisiatif, defisit memori dan bahasa yang meracau;
somnolen, konfius bahkan demensia dapat terjadi. Kekacaun otot dan sering
terjadi. Selera makan menurun dan penurunan paristaltik yang menyebabkan
konstipasi. Meskipun terjadi perubahan yang hebat, pada beberapa individu
tampaknya tidak peduli dengan perubahan fungsi fisik, penampilan dan tingkah
laku yang mereka alami.
Disfungsi kardiovaskuler merupakan keadaan serius yang terjadi pada
hipotiroidisme yang tidak diobati. Disamping bradikardi, mungkin pula terdapat
peningkatan tekanan darah diastolik dan kemungkinan efusi perikardial. Efusi
pleura dan asites mungkin pula jantung membesar. Selain itu, semua fungsi tubuh
melambat. Refleks tendon dalam berkurang, dan mungkin pula terdapat efusi
sendi.
Krisis myxydema terjadi dengan memburuknya myxedema. Pasien
menjadi kurang responsif dan dapat jatuh koma. Infeksi seperti pneumonia,
selulitis, atau pyeloneftritis dan meprisipitasi koma.
Kerusakan tiroid dapat terjadi karena:
a. Operasi,
b. Radiasi,
c. Tiroiditis Autoimun,
| 7
d. Karsinoma,
e. Tiroiditis subakut,
f. Dishormogenesis, dan
g. Atrofi.
.
Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih
kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang
menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi
hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah
jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya.
Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme
menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun.
Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme
sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52% 20
tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi.
Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di
mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin
(antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen
meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah
interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala
klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak
permanen.
Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam,
menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes
masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan
didahului dengan hipotiroidisme sepintas.
Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-
langkah proses hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila
defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme
neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut.
| 8
Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat
jarang.Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan
hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca
pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi
morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik
sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-
gesa memberi substitusi.
| 9
Pathway
| 10
3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH,
dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di
tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid
biasanyaN menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang
tinggi. Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot
selama pemeriksaan refleks.
Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya
rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh,
lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang.
Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan
darah rendah dan suhu tubuh rendah.Pemeriksaan rontgen dada bisa
menunjukkan adanya pembesaran jantung.
4. Manifestasi Klinis
a. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung
lambat
b. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung.
c. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di
pergelangan kaki.
d. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori,
penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.
e. Konstipasi
f. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
g. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan
rapuh
h. Manifestasi klinis per sistem:
| 11
1) Sistem integumen: kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan
menebal; pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut
kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk.
2) Sistem pulmonari: hipoventilasi, dipsnea
3) Sistem kardiovaskular: bradikardi, disritmia, pembesaran
jantung, hipotensi, toleransi terhadap aktivitas menurun.
4) Metabolik: penurunan metabolisme basal, penurunan suhu
tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5) Sistem muskuloskeletal: nyeri otot, kontraksi dan relaksasi
yang melambat
6) Sistem neurologi: intelektual yang melambat, berbicara lambat
dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi
atau somnolen, bingung, hilang pendengaran.
7) Sistem gastrointestinal: anoreksia, peningkatan berat badan,
konstipasi, distensi abdomen.
8) Sistem reproduksi: pada wanita terjadi perubahan menstruasi
seperti amenore,atau masa menstruasi yang memanjang
9) Psikologis: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.
5. Penatalaksaan
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang
ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme
termasuk hipotermi tanpa menggigi,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi,
dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila
tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat
(misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Tes-tes laboratium yang digunakan untuk memastikan
hipotiroidisme antara lain: kadar tiroksin dan dan triyodoronin serum yang
rendah, BMR yang rendah, dan peningkatan kolesterol serum. Kadar TSH
serum mungkin tinggi mungkin pula rendah, bergantung pada jenis
hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme primer, kadar TSH serum akan tinggi,
| 12
sedangkan kadar tiroksin rendah. Sebaliknya, kedua pengukuran tersebut
akan rendah pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder.
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin,
biasanya dimulai dalam dosis rendah (50 µg/hari), khususnya pada pasien
yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah
beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai
akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal 150 µg/hari. Pada
dewasa muda, dosis pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya.
Pengukuran kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat
digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus
dipertahankan dalam kisaran normal. Pengobatan yang adekuat pada
pasien dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya ditentukan dengan
mengikuti kadar tiroksin bebas.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon
tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang
banyak disukai adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah
tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon
tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan
efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai
kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang
hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai
pengganti hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan
dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi,
radiasi, atau pembedahan.
| 13
6. Komplikasi
a. Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk
hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan
penurunan kesadaran hingga koma. Dalam keadaan darurat (misalnya
koma miksedema), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita
akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu
lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa
timbul gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari
biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan.
Kepala anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti
orang bodoh sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal,
mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang tebal dikeluarkan.
Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan keadaan psikis berbeda-
beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali imbesil.
1) Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi
semua gejala dengan segera.
2) Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak
jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai
peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang
minimal.
| 14
c. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-
sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk
menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah
akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan
balik.
d. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat
penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan
tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia
sel tiroid.
(Long, Barbara.C,2000:261 dan Hudak and Gallo,1996:479)
| 15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipotiroidsme
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh
karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat
menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
Anamnesis
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Riwayat Kesehatan
c. Keluhan utama klien
d. Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1) Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
2) Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
3) Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
4) Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot
lambat
5) Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual
lambat, berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori
6) Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan
libido
7) Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin
e. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis
kelenjar teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan
| 16
jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh,
atau bertambah buruk.
f. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi.
g. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
h. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
1) Pola makan
2) Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3) Pola aktivitas.
i. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan
ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup
kelima komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan
pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
| 17
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme
didapatkan hasil sebagai berikut:
1) TSH meningkat pada hipotiroid primer
2) TSH rendah pada hipotiroid sekunder
3) Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
4) Peningkatan kolesterol
5) Pembesaran jantung pada sinar X dada
6) EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS&
gelombang T datar atau invensi
Tes Diagnostik Fungsi Tiroid
Tes Prosedur dan persiapan Interprestasi
Kadar serum T4
Kadar serum T3
TBG
Sempel darah
Tanpa persiapan khusus
sampel darah radioassay
tanpa persiapan khusus
sampel darah
tanpa persiapan khusus
Mengukur Tiroksin
Sirkulasi Yang Bebas Dan
Terikat: Normal, 3-7
Ug/100 Ml; Dapat
Dipengaruhi Oleh
Kehamilan, Esterogen,
Glukokotiroid, Dan
Hipoproteinemia.
Mengukur T3 Terikat;
Normal 100-170 Ug/100 Ml
Mengukur Kadar TBG,
TBG Dapat Naik Turun Dan
Dapat Merubah Kadar T4
Dan T3
| 18
T3 resin uptake
( T3u )
Pemeriksaan tingkat
hipofise TSH
radioimmunoassay
Tes stimulasi TSH
sampel darah diambil;
resin dan T3 radioaktif
ditambah kedalamannya
T3 radioktif akan akan
berkaitan pada tempat
yang kosong pada TBG;
jumlah radioktif pada
darah dan resin dihitung
untuk menentukan jumlah
T3 yang terikat pada resin.
sampel darah
tanpa persiapan khusus
Kadar TSH basal diukur,
500ug TRH diberikan 30
menit kemudian, TSH
diukur kembali.
Mengukur Perubahan Kadar
Thyroid Binding Protein
Normal; 25%-30% T3
radioktif berikatan dengan
renin
Jika tempat ikatan protein
jenuh oleh T4 kadar T3u
yang lebih tinggi mungkin
menunjukkan
hipertiroidisme dan rendah
hipotoidisme.
Mungukur TSH secara
langsung, pengukuran
membatu membedakan
hipertiroidisme primer atau
skunder. Nilainya
meningkat pada
hipertiroidisme primer
karena tidak ada kontrol
umpan balik negatif.
Normal : TRH
meningkatkan TSH 15-30
ug/ml peningkatan 5m/u
diatas nilai basal, respon
dsar menunjukan
hipotiroidisme, repons yang
hebat menunjukkan
hipertiroidisme primer
| 19
Pemeriksaan tingkat
tiroid radioaktif iodine
uptake ( RIAU )
SCAN tiroid
USG tiroid
Tes antibodi tiroid
Iodin radioaktif dosis kecil
per os. Pada 2, 6, dan 24
jam . detektor scintilasi
ditempatkan didaerah
tiroid dan jumlah
radioaktif yang terkumpul
dihitung iodine pada
makanan, obatbatuk,
mmedia x-ray, obat lain,
dan makanan yang
diperkaya iodine
merendahkan pembacaan.
Perlu puasa
Diberikan 131 I, scintilasi
dilakukan, gambaran
distribusi radioaktif
dicatat.
Tanpa persiapan
Sampel darah
Mengukur tingkat aktivitas
tiroid
Tiroid normal menangakap
5% -35% dosis peningkatan
penangkapan terjadi pada
hipertiroidisme, kelebihan
dosis tracer diekskresi urin
dan dapat diukur. Urin 24
jam ditampung penurunan
jumlahnya dalam urine
menunjukkan
hipertiroidisme.
Ukuran, bentuk, dan fungsi
anatomi kelenjar diperiksa,
terdapat area penangkapan
yang tinggi dan rendah,
ingesti iodin ( dalam obat
dan zat kontras )merubah
hasil pengukuran.
USG digunakan untuk
mencari kelainan struktur:
kistik, nodul atau masa yang
lain antibodi tiroglobulin
dan mikrosom terdapat pada
tiroiditis hashimoto
Jika terdapat antibodi TSI:
konfirmasi untuk penyakit
grave
| 20
Thyroid stimulating
imunoglobulin. (TSI)
Basal metabolik rate
( MBR )
Kadar kolestrol serum
Sampel darah
Pasien beristirahat dan
berpuasa; jumlah oksigen
saat istirat dihitung,
oksigen yang digunakan
dibandingkan dengan nilai
standar pada orang denan
jenis klamin. Usia dan
ukuran yang sama.
Sampel: pasien puasa
mulai malam hari
Normal: -15%-+15% pada
pasien hipertiroidisme MBR
> +15% , <-15% pada
hipertiroidisme BMR
kurang akurat daripada tes
lainnya tapi dapat
digunakan untuk
mengevaluasi terapi.
Normal: tiap laboratorium
berbeda-beda kadarnya yang
tinggi terdapat pada
hipotiroidisme dan rendah
pada hipertiroidisme dan
menunjang data lain.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan
metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme
b. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan
penurunan peristaltic.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi
ventilasi.
| 21
5. Intervensi Keperawatan
N
o
Diagnosa Tujuan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasionalisasi
1 Intoleran aktifitas
berhubungan
dengan
penurunan
metabolism
sekunder
terhadap
hipotiroidisme
Tolerasi
aktivitas
membaik.
Melaporkan
sedikit lelah
pada AKS
1.Anjurkan
aktivitas sesuai
tolerasi.
2.Bantu aktivitas
perawatan
mandiri ketika
pasien berada
dalam keadaan
lelah.
Istirahat
membantu
menghemat
energy.
Memberikan
kesempatan
pada pasien
berada dalam
keadaan lelah
2 Resiko tinggi
terhadap
konstipasi
berhubungan
dengan
penurunan
peristaltic
Hilang dari
konstipasi
Melaporkan
pasase
bentuk feses
lunak
1.Berikan makanan
yang kaya serat.
2.Ajarkan pada
pasien tentang
jenis – jenis
makanan yang
banyak
mengandung air.
3.Kolaborasi
pemberian obat
pencahar dan
enema bila
Meningkatkan
massa feses
dan frekuensi
buang air
besar.
Untuk
peningkatan
asupan cairan
kepada pasien
agar feses tidak
keras.
Untuk
mengencerkan
feses.
| 22
diperlukan.
3 Pola nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan depresi
ventilasi
Perbaikan
dan pola
nafas normal
Melaporkan
dapat
bernafas
dengan
efektif
1. Pantau frekuensi,
kedalaman, pola
pernafasan.
2. Dorong pasien
untuk nafas dalam
dan batuk.
Mengidentifika
si hasil
pemeriksaan
dasar untuk
memantau
perubahan
selanjutnya dan
mengevaluasi
efektivitas
intervensi.
Mencegah
aktifitas dan
meningkatkan
aktifitas yang
adekuat.
6. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi
| 23
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan
sesama tenaga kesehatan. Evaluasi pada pasien dengan gangguan system endokrin
hipotiroidsme adalah :
1. Perbaikan dan pola nafas normal.
2. Tolerasi aktivitas membaik.
3. Klien dapat beraktivitas kembali
4. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
| 24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau
ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak
terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami,
mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.
| 25
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta ; EGC
A.Prince, Sylvia & M.Wilson, Lorraine. (2009). Patofisiologi konsep klinis
proses penyakit. Jakarta : EGC
Brunner &Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.
Vol 2. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C.Fisiologi Manusia. 2009. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
C.long Barbara. 2009. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : ikatan alumni
pedidikan keperawatan pajajaran.
Ganong william F.2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta ; EGC
| 26