Post on 11-May-2019
~
Edisi September 2018
GERARD.COM Buletin Novisiat OMI Indonesia
Matius 24: 35
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu”
Matius 24 : 35
2
Salam Jumpa…!
Apa kabar, pembaca sekalian? Semoga Anda sehat dan selalu
dalam lindungan Tuhan. Pada edisi Gerard.Com bulan ini, sebagian
besar tulisan menyajikan rangkaian kegiatan dalam rangka menyambut
dan mengisi Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) oleh komunitas
Novisiat.
Komunitas dan Sabda Tuhan menjadi tema permenungan
bersama dalam artikel kali ini. Tulisan-tulisan tersebut berisi
pengalaman-pengalaman komunitas tetapi juga refleksi atas dinamika
peristiwa yang melingkupinya. Selamat membaca, semoga terinspirasi
untuk semakin mencintai Tuhan lewat Sabda-Nya!
LJC et MI
Redaktur
Meja Magister ................................................................................ 3
Laci Socius ...................................................................................... 4
Komunitas dan Sabda Tuhan ....................................................... 5
Tanggapi Sabda Bersama Awam Beriman.................................. 7
Menjadi Pewarta ............................................................................ 8
Historia Domus ............................................................................... 9
Kebersamaan, Kompak dan Saling Support ............................. 11
Novena St. Eugenius de Mazenod............................................... 13
Bahagia dalam Doa dan Karya ................................................... 14
Mengenal Diri ............................................................................... 16
Daya Guna Belatung Bagi Ekologi ............................................. 17
Excommunication ......................................................................... 18
Membiarkan Hati Yesus Menyentuh Hatiku ............................ 19
Meja Redaktur
Meja Magister
Daftar Isi
3
Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu ini
mendengar! – Begitulah nasihat imam Eli
kepada Samuel muda (1Sam 3:1-10). Memang
Samuel belum mengenal Tuhan, tetapi Tuhan
telah memanggilnya. Wajar kalau Samuel salah
sangka. Maka Eli bertanggung-jawab untuk
membimbing Samuel berjumpa dengan Tuhan.
Kita semua mungkin pernah mengalami seperti Samuel, disapa oleh Tuhan tetapi tidak mengerti. Maka kita perlu bantuan pribadi seperti Eli yang memperkenalkan kita dengan Tuhan. Terlebih di Bulan Kitab Suci Nasional ini kita diundang untuk mengenal Tuhan secara lebih dekat lagi. Melalui pertemuan dan permenungan kita dibantu untuk masuk dalam perjumpaan dengan Tuhan melalui Firman-Nya. Apakah yang dapat kita jadikan sebagai penggerak?
Kehendak yang kuat untuk mendengarkan Tuhan: Saat kitab Suci dibacakan, Tuhan sendiri bersabda maka kita membuka telinga, hati dan budi untuk menyimak Sabda-Nya dengan seksama. Kita merelakan diri kita untuk diresapi oleh Sabda Tuhan yang meneguhkan, menggelitik sekaligus menyemangati.
Kesediaan untuk berbagi pengalaman iman: Sabda Tuhan menjadi inspirasi bagi kita untuk mengenang kembali pengalaman kita bersama-Nya. Kita bersedia berbagi kisah kehidupan yang akan memperkaya hidup kita bersama.
Semangat berkembang dalam kebersamaan: Sabda Tuhan harus diwujudkan dalam kebersamaan hidup kita. Saling mengingatkan dan mendukung menjadi langkah kita untuk menghidupi firman-Nya. Terutama di masa novisiat, setiap novis membiasakan diri
untuk mendengarkan Tuhan dalam Kitab Suci, menemui-Nya dalam Ekaristi, mengenali-Nya dalam orang-orang dan peristiwa-peristiwa (Konst. OMI 56). Semoga kita setia mendengarkan Tuhan.
Meja Magister
Rm. Ant. Sussanto OMI
4
Komunitas Novisiat Beato Yoseph
Gerard membuka Bulan Kitab Suci
Nasional (BKSN) dengan Rekoleksi. Tema
BKSN tahun 2018 yaitu Mewartakan Kabar
Gembira Dalam Kemajemukan, didalami
dan direnungkan bersama.
Permenungan kami berdasar pada
pertanyaan “Apakah Kabar Gembira yang
perlu diwartakan?”
Kasih Allah yang begitu besar adalah
Kabar Gembira yang perlu diwartakan. Injil Yohanes merumuskannya
demikian “Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal“ (Yoh 3:16).
Kedatangan Yesus ke dunia untuk memberi kesaksian tentang kasih
Allah yang begitu besar itu :
Kita diciptakan karena kita dikasihi-Nya. Tetapi ketika kita berdosa,
kita menolak kasih Bapa dan memisahkan diri dari-Nya.
Yesus datang untuk menyadarkan kita bahwa kasih Bapa tidak
pernah berkurang, meskipun kita telah berdosa.
Sabda dan karya-Nya, hidup dan tindakan-Nya mengungkapkan
kasih Allah.
Ia memberikan diri-Nya secara total dan menerima segala
konsekuensi apapun bentuknya. Misi-Nya hanya satu yaitu pulihnya
kembali relasi kasih antara Allah dan kita.
Marilah kita bertekun membaca dan merenungkan Sabda-Nya,
agar semakin mengenali dan mengalami kasih Allah yang begitu besar.
Laci Socius
Do
k. F
r. T
oga
r
Do
k. N
ovi
siat
Firman & Kasih Allah
Laci Socius
Rm. Ignatius Yulianto OMI
5
Gereja Katolik Indonesia menetapkan bulan September sebagai
Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). “Mewartakan Kabar Gembira
Dalam Kemajemukan” adalah tema yang diangkat oleh Gereja Katolik
Indonesia pada tahun ini.
Serba-serbi kegiatan dan sarana diusahakan oleh setiap Gereja dan
komunitas dalam menyambut bulan Sabda Tuhan ini. Pertemuan
lingkungan, pendalaman kitab suci, kursus-kursus dalam kelompok
kategorial Gereja dan berbagai hal yang turut mendukung juga
senantiasa diusahakan agar Sabda Tuhan sungguh hidup dan mengakar
dalam diri Gereja.
STAR (Studi, Aksi,
Rohani)
Hal serupa
juga diusahakan oleh
komunitas Novisiat
OMI. Berbagai
kegiatan diadakan
oleh komunitas
untuk turut
memeriahkan BKSN tahun ini. Kegiatan-kegiatan itu dirangkai dalam
kerangka “STAR” (Studi, Aksi, dan Rohani).
1. Studi
Komunitas melalui kesepakatan bersama merencanakan untuk
membaca literatur seputar kitab suci. Salah satu rencana yang dibuat
adalah mempelajari secara pribadi sebuah buku pengantar kitab suci
dan di-sharingkan bersama komunitas. Hal lain yang diusulkan adalah
belajar bersama kitab suci berbahasa Inggris dengan memperhatikan
cara membaca, pemenggalan kata, dan intonasi suara.
Berita
FSE (Faith Sharing Encounter) dengan bahan BKSN
Do
k. N
ovi
siat
Komunitas dan Sabda Tuhan
6
2. Aksi
Ada beberapa kegiatan yang menandai BKSN tahun ini yakni :
membuat pohon sabda dan mimbar kitab suci, menggemakan ayat emas
pada bacaan rohani siang hari, sharing permenungan ayat emas setelah
rosario sore, piket bersih kapel pada pagi dan sore hari, dan lomba
lektor.
3. Rohani
Olah rohani juga
diusahakan pada bulan
ini. Komunitas Novisiat
menggunakan setiap hari
Rabu untuk merenungkan
secara khusus bahan
BKSN yang telah
diterbitkan oleh
Keuskupan Agung Semarang dalam sesi Faith Sharing Encounter
(FSE). Selain itu bacaan kitab suci setiap sore juga tetap menjadi bagian
dalam kegiatan rohani komunitas.
Evaluasi & Harapan
Rangkaian kegiatan-kegiatan tersebut kemudian dievaluasi di
akhir bulan. Beberapa hal sudah terlaksana dengan baik tetapi juga ada
yang belum terlaksana sepenuhnya. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut
ditutup dengan perayaan Ekaristi penutupan BKSN.
Ada beberapa kegiatan belum terlaksana. Tetapi syukur kepada
Allah bahwa beberapa ide dan rencana komunitas untuk turut andil
memeriahkan BKSN pada tahun ini dapat terealisasi. Semoga segala
upaya yang telah dilakukan baik secara perorangan maupun komunitas
tidak lalu begitu saja tetapi menjadi sarana perjumpaan pribadi pada
Sabda Tuhan sendiri. Lebih daripada itu, semoga juga Sabda Tuhan
dapat hidup dan berbuah dalam komunitas.
Do
k. N
ovi
siat
Fr.Nov. Rico dalam lomba lektor komunitas
Do
k. N
ovi
siat
Fr. Nov. Fx. Togar Mulya Nainggolan
7
“Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan”
demikianlah tema Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) tahun 2018.
Lembaga Biblika Indonesia (LBI) mengajak umat untuk bekerjasama
mewartakan Kabar Sukacita dengan mengusung kutipan “Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Sebelum memasuki BKSN, komunitas kami diundang dalam
sosialisasi pendalaman Kitab Suci selama bulan September di aula
Gereja Paroki Babadan. Fr. Thomas, Rm. Yuli dan saya mewakili
komunitas untuk menghadirinya. Bersama para umat perwakilan
lingkungan, kami mendengarkan penjelasan dari tim pewartaan paroki.
Beberapa anggota tim pewartaan paroki bergantian memaparkan
dengan jelas dinamika yang harus terbangun dalam setiap pertemuan
selama BKSN. Tema-tema pada setiap pertemuan diuraikan untuk
menyelaraskannya dengan kehidupan harian umat Paroki Babadan.
Metode-metode untuk memimpin pertemuan pendalaman Kitab Suci
juga disampaikan dengan baik. Umat yang hadir pun ikut antusias
dengan apa yang mereka dengarkan.
Setelah mengalami dan merefleksikan pengalaman ini, saya
merasa kagum dengan tim pewartaan Paroki Babadan dan semua umat
yang hadir. Sebagai awam yang mempunyai kesibukan masing-masing,
mereka masih mau ambil bagian dalam karya Gereja. Seperti janda
miskin yang memberi dari kekurangannya, demikianlah para awam
memberikan tenaga dan waktunya sebagai persembahan mereka.
Sebagai calon religius saya bisa belajar dari para awam dalam
mempersembahkan waktu bagi Tuhan. Saya harus bisa menggunakan
waktu yang ada dengan baik terutama di masa formasi ini. Saya
berusaha menggunakan waktu yang ada semata-mata untuk Tuhan dan
sesama.
Refleksi
Fr. Nov. Evan Pabubung
Tanggapi Sabda Bersama Awam Beriman
8
Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) tahun ini sangat menarik
karena mengambil tema “Mewartakan Kabar Gembira Dalam
Kemajemukan.” Tema ini kami realisasikan dalam salah satu kegiatan
yaitu Lomba Lektor
dalam komunitas.
Lomba lektor
diadakan pada hari
Minggu, 23 September
2018. Acara ini
diadakan di halaman
tengah Kapel Novisiat
OMI Indonesia. Jumlah
peserta yang mengikuti
yakni 18 orang yang terdiri dari 8 Novis, 5 Pranovis dan 5 anggota
PPdM.
Acara ini berjalan lancar. Dalam acara ini saya merefleksikan
bahwa lomba lektor ini bagian dari mewartakan Kabar Gembira. Saya
kelak menjadi seorang imam ataupun biarawan yang tugas utamanya
yakni mewartakan Kabar Gembira. Lomba lektor ini juga melatih diri
saya untuk dapat membaca Sabda Tuhan dengan baik dan benar
sehingga orang yang mendengar dapat memahami apa yang saya
wartakan.
Maka lomba lektor ini membantu saya untuk berlatih menjadi
pewarta yang baik dalam menyampaikan Sabda Tuhan kepada umat,
sehingga motto OMI sendiri dapat terwujud yakni “Mewartakan Kabar
Sukacita kepada Orang Miskin.” Lomba lektor ini bagi saya juga sangat
penting karena dari sinilah saya belajar terus menjadi pewarta yang
baik, sehingga Sabda Tuhan dapat saya wartakan kepada semua orang.
Refleksi
Menjadi Pewarta
Juara 1, 2, 3 lomba lektor komunitas Novisiat
Fr. Nov. Julianus Rizki Widitomo
Do
k. N
ovi
siat
9
Historia Domus – Galeria Nostra
Rekreasi (ambulatio) Novis :
Ambarukmo Plaza
Yogyakarta
Asikk ambulasi nih ye…Novis
kudus tetapi juga up to date..
#noviszamannow
Ultah Pavan di Komunitas
Selamat ulang tahun Pavan,
semoga panjang umur, sehat
selalu, taat pada orang tua,
dan jadi anak yang baik..
Ultah PN. Ferdi & Rika PPdM
Happy Birth Day for Rika and
Ferdi .. Selamat ya s’moga
makin tua makin bijak..heheh
God Always Bless You..
Bingkai lambang hati PPdM
Hati baru, semangat baru,
dan semoga juga hidup selalu
dibarui ya..Keep Smile..
10
Pembukaan Kubina Pranovis
Selamat memasuki kursus
Bina Awal (Kubina) kepada
para pranovis..
Tetap semangat belajar demi
masa depanmu &
kongregasi..keep it..
Perpisahan dengan Sdr. Adi
Trimakasih atas
kebersamaannya, Saudara.
Selamat dan sukses slalu
dalam pilihanmu..doa kami
menyertaimu..
Ambulatio Pranovis
Ohh ini toh namanya
Maliomoro,,eh
Malioboro..heheh..
Puji Tuhan akhirnya
mimpi kami kesampaian.
Smoga besok lagi ya..
Bersih-Bersih Kebun Barat Semangat Mas Bro….Kita ini
pasukan penjaga kebersihan.
Bersih lingkungan kita, bersih
juga hati kita….
11
Tanggal 7-9 September 2018 aku mengikuti acara Makrek 3
PPdM yang diselenggarakan di dua tempat yakni Komunitas Skolastikat
(WdM) dan Novisiat OMI. Dalam acara ini panitia mengusung tema:
“One Heart, One
Happiness, Living in
the Community”
dengan salam yang
unik: “Satu Hati, Satu
Cinta, Berbagi Dalam
Suka Cita.”
Acara ini
berlangsung selama
tiga hari, dua hari di
WDM dan satu hari di
Novisiat. Banyak pengalaman yang kuikuti dan menghadirkan peristiwa
yang menarik. Entah itu mengikuti berbagai sesi, gerak dan lagu,
sharing, bakar-bakar, api unggun, PPdM Got Talent, outbound, inisiasi,
ekaristi dan penerimaan kalung medali Maria Imakulata.
Peserta yang hadir dalam Makrek PPdM kali ini sekitar 40-an
orang. Semua berasal dari berbagai suku, daerah dan notabene adalah
mahasiswa yang kuliah di Jogja.
Pengalamanku mengikuti Makrek ini sungguh sangat
menyenangkan. Selain bertemu dengan teman-teman baru, aku juga
mengenal mereka lebih dalam lewat sharing kelompok dan relasi di luar
sesi.
Aku sangat bersyukur diperbolehkan untuk ikut ambil bagian
dalam Makrek ini sebagai peserta dengan bersukacita mengikuti setiap
sesi, G&L, sharing, dll. Ada beberapa poin yang kudapatkan yakni:
kebersamaan, kompak dan saling support.
Refleksi
Foto bersama seusai inisiasi peserta Makrek di Sungai Blotan
Do
k. N
ovi
siat
Kebersamaan, Kompak dan Saling Support
12
Salah satu peristiwa yang masih aku ingat sampai saat ini adalah
aku membuat orang-orang tertawa dan merasa terhibur. Peristiwa
tersebut pada saat aku dan teman-teman menampilkan drama tentang
pelayanan kepada
kaum miskin dan
terlantar.
Selain senang
aku juga sedih.
Mengapa? Karena aku
merasa prihatin dengan
kaum muda saat ini
yang lebih banyak
mengenal gadget
daripada mengenal
Tuhan. Padahal dengan
acara seperti ini merupakan sebuah wadah yang bagus bagi kaum muda.
Selain mendekatkan diri pada Tuhan, mereka juga berkumpul sebagai
sesama kaum muda. Bukan hanya bersenang-senang dan membuang
waktu, tetapi ada juga kegiatan yang bermanfaat bagi personal dan
orang lain seperti saling membantu dalam kesulitan, Novena bersama,
menjenguk orang sakit, dll.
Pengalaman ini mengajarkanku tentang arti kebersamaan;
Bukan kebersamaan yang dangkal tapi kebersamaan yang mengarah ke
luar dan saling support dalam menjalankan sebuah tugas. Karena
dengan kebersamaan, kompak dan saling support inilah akan
menumbuhkembangkan tali persaudaraan antar personal lebih
mendalam sebagaimana kita menghayatinya.
Kehadiran komunitas PPdM juga merupakan sebuah
kesempatan bagiku untuk belajar mengenal lebih dekat, baik itu secara
kelompok maupun personal. Dengan kehadiran mereka, apakah akan
menjadi penghalang masa panggilanku atau menjadi rekan kerja dalam
menanggapi panggilan.
Peserta Makrek, PPdM Yogyakarta, dan Novis berfoto bersama di taman selatan kapel
Do
k. N
ovi
siat
PN. Marianus Oktovianus
13
Novena St. Eugenius de Mazenod
Pada tanggal 22 September 2018 sore hari di Novisiat OMI banyak
kaum muda yang berdatangan. Mereka datang untuk berdoa dan
membuat acara bersama dengan para Frater dan Bruder di Novisiat.
Sebanyak 30 kaum muda datang untuk berdoa novena, tetapi
novena yang mereka doakan bukan novena yang secara umum, seperti
novena kepada Bunda Maria tetapi novena kepada Santo Eugenius de
Mazenod. Novena St. Eugenius de Mazenod ini sendiri bertujuan agar
kaum muda dapat mengenal pribadi St. Eugenius sebagai pendiri
Kongregasi OMI,
dimana teladan
hidupnya serta
kepribadian yang
suci dapat dicontoh
oleh kaum muda.
Novena ini di
pimpin oleh Frater
Redwan OMI dan
saudari Nely PPdM.
Tema novenanya
adalah tentang kesaksian akan salib. Dalam novena ini dibagi beberapa
kelompok. Dalam kelompok ini masing-masing orang mensharingkan
pengalaman salibnya. Setelah selesai sharing, beberapa perwakilan
kelompok dipilih untuk mensharingkan dinamika pada saat sharing.
Berita
Sharing Kelompok pada saat Novena PPdM
Fr. Nov. Frederico Santos
Sharing kelompok pada saat Novena PPdM ke-IV di halaman depan Kapel Novisiat
Do
k. N
ovi
siat
14
Bahagia dalam Doa dan Karya
Doa adalah sebuah kegiatan yang
paling membahagiakan, karena
memang manusia diciptakan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan
bersama Allah dengan menikmati relasi
yang intim denganNya. Makna doa yang seperti inilah yang mau
diwujudnyatakan oleh rekan-rekan pranovis OMI dalam kegiatan
Triduum Pengalaman Doa di Pertapaan Trapistin, Gedono.
Doa membuat kebahagiaan, memberi daya pada manusia untuk
menjadi pribadi yang sejati. Tapi harus diakui, manusia adalah ciptaan
dalam keadaan berdosa. Dosa memutus relasi kita dengan Allah. Dosa
menggantikan peran IMAN (gerakan glorifikasi) karena menjadi
penghalang relasi antara manusia dengan Allah. Dosa membuat
kebahagiaan yang semula bersifat sejati berubah menjadi kebahagiaan
semu.
Tidak serta-merta perjalanan membangun relasi dengan Allah melulu
mulus. Kami berlima mengalami sendiri bahwa ada saja penghalang
dalam membangun hidup doa. Pengalaman hidup doa bersama para
Suster OCSO, jujur hati bahwa ini adalah sebuah perjuangan. Berjuang
karena ada hal-hal yang dibentuk dan ditanggalkan selama bersama
mereka. Contoh konkretnya, perjalanan selama satu hari dimulai dengan
bangun pagi pada pukul 02.55 dini hari, yang mau tak mau memberi
konsekuensi untuk menanggalkan rasa kantuk. Suatu perjuangan yang
hebat tentunya.
Keheningan dalam komunitas para rubiah ini
sangat terasa, membuat kami saling berbicara
dengan seperlunya saja. Ikut merasakan pengalaman
doa tujuh waktu dalam satu hari, dengan
menciptakan suasana doa yang syahdu, membuat
kami terhanyut dalam keheningan.
Refleksi
15
Keheningan mengantarkan kami pada penyadaran bahwa doa
bukanlah sekadar kewajiban, melainkan kebutuhan setiap pribadi dalam
membangun relasi dengan Allah. Doa adalah bagian hidup manusia.
Doa juga bukan sekadar kesempatan untuk meminta, melainkan sampai
pada ungkapan syukur bahwa Allah tidak pernah berhenti berbelas
kasih pada manusia.
Doa menjadi kesempatan untuk belajar menjadi pribadi yang tidak
lagi egois. Doa harus menjadi penghubung setiap pribadi dengan
sesamanya dan seluruh Gereja. Doa yang dipanjatkan atas nama Gereja
dan demi umat manusia, membuat pribadi yang berdoa memiliki hati
yang semakin luas. Hati seluas dunia.
Melalui teladan St. Benediktus yang dihidupi dan dihayati oleh para
rubiah, kami belajar akan pentingnya doa, serta kesadaran pada
penyelenggaraan Allah melalui pengalaman hidup sehari-hari kami.
Kami sadar betul bahwa tujuan membangun hidup doa adalah belajar
mempersembahkan diri seutuhnya bagi Allah.
Spiritualitas monastik para Suster OCSO,
seperti dalam Regula St. Benediktus, membuat
kehidupan harian membiara mereka sangat
jauh berbeda dengan kongregasi OMI yang
adalah komunitas bersifat aktif (demi misi).
OMI merupakan singkatan dari Oblat Maria
Imakulata. Oblat ialah mereka yang
menyerahkan diri untuk mengabdi kepada
Tuhan yang hadir dalam diri sesama. Secara utuh ini membuat mereka
yang terpanggil harus hadir dalam pelayanan. Menjadi seorang Oblat
harus siap turun gunung.
Pengalaman Triduum Hidup Doa menjadi kesempatan kami untuk
menyelaraskan antara hidup doa dan hidup karya. Masa probasi kerja
yang akan kami alami menjadi tantangan nyata, apakah kami mampu
menyelaraskan kedua hal tersebut. Kami ingin menjadi seorang Oblat
yang bahagia, karena rahmat panggilan seperti ini semata-mata untuk
mengalami kebahagiaan sejati dengan Allah. PN. Jumiat & Ferdi
16
Triduum pengenalan diri
dibimbing oleh Ibu Vonny
dengan bantuan model MBTI,
Eneagram dan Psikogenetik.
Pengolahan diri ini bertujuan
membantu kami untuk
memahami kelemahan dan
kelebihan diri. Dari hari pertama hingga terakhir pengolahan diri
melalui MBTI, Eneagram dan Psikogenetik, para novis diajak untuk
mengisi lembaran tes yang menunjukkan kepribadian kami. Dari situ
kami mengenal pribadi kami masing-masing.
Tiga tes ini membuat saya tahu setiap pribadi teman-teman dan
diri sendiri. Tapi setelah tahu hal demikian bukan dimaksudkan untuk
menyerang dan membuat pertahanan diri, melainkan membantu untuk
mengantisipasi setiap sikap yang tak terduga dari diri sendiri maupun
orang lain.
Setelah melihat hasil tes diantara kami berdelapan, hanya dua
orang yang mempunyai sikap yang berorentasi ke luar atau ekstrovet.
Dengan demikian bukan berarti yang lainnya hanya berkutat pada diri
sendiri, „tidak‟. Hal tersebut hanyalah sikap dominan pada diri
seseorang. Karena pada dasarnya manusia itu adalah makhluk sosial
yang mempunyai akal budi. Mahkluk sosial memerlukan orang lain
untuk berkembang lewat pengalaman-pengalamannya.
Pengalaman itu adalah proses yang selalu mengarah pada
perkembangan, baik lambat maupun cepat. Dalam proses ada dua sisi
yang selalu ditemukan yaitu positif dan negatif, artinya setiap manusia
mempunyai kedua sikap demikian. Sikap demikian muncul ketika
setiap orang merasa terusik atas perasaan dan pikiran yang selalu
bertentangan. Hal demikianlah yang membentuk kepribadian seseorang.
Refleksi
Fr. Nov. Pinansius Sakai
Mengenal Diri
htt
ps:
//w
ww
.go
ogl
e.co
m/s
earc
h?q
=en
eag
ram
&sa
fe=
ict&
clie
nt=
fire
fox-
17
Setiap kali mendengar kata belatung yang terlintas dalam
pikiran kita adalah rasa jijik. Apalagi belatung adalah fase pertama
seekor lalat yang juga dikenal sebagai hewan yang jorok. Maka wajar
saja apabila banyak orang yang meremehkan keberadaan hewan satu
ini.
Pak Nasir, salah satu anggota pemberdaya sampah dapur
mengungkapkan bahwa belatung lalat adalah salah satu media pupuk
yang penting. Belatung lalat bukan menjadi bahannya, melainkan
hewanlah yang akan mengurai sampah menjadi pupuk.
Cara kerjanya cukup mudah, yakni dengan membuat tempat
sampah yang terdiri dari dua ember. Ember kemudian dibuat
sedemikian rupa sehingga menjadi tempat penguraian sampah.
Secara pribadi aku sangat senang dengan seminar-seminar
seperti ini. Selain mendapatkan pengetahuan baru, aku juga dapat
mempraktekkannya secara lagsung. Selain itu, keuntungan yang
diperoleh dari pengolahan sampah dapur ini cukup lumayan, yakni
pupuk cair, pupuk padat dan berkurangnya sampah dapur.
Dengan demikian menjadi permenungan bagiku, seandainya
setiap rumah menjalankan pengolahan seperti ini, pastilah ada banyak
manfaat yang dapat dipetik. Sebab, kita harus ingat kondisi dunia saat
ini, dan kita harus melakukan sesuatu gerakan sebelum terlambat.
Refleksi
Daya Guna Belatung Bagi Ekologi
Fr. Nov. Fx. Yulianto
Fr.Frans & Fr.Suni bersama narasumber dan peserta pelatihan sampah dapur
Do
k. N
ovi
siat
18
Hari itu di kelas novis OMI terjadi kehebohan. Sebabnya adalah
isi perbincangan Fr. Rico dan Rm. Sussanto yang lucu setelah sarapan.
Pagi itu setelah sarapan Frater Rico menghadap Romo Magister di
ruang magister. Ia dipanggil untuk membicarakan mengenai proposal
perbelanjaan dan waktu untuk belanja.
Romo menyampaikan
bahwa waktu belanja adalah hari
Minggu dan harusnya masalah
belanja dikomunikasikan dengan
komunitas. Beliau berharap izin
untuk belanja bisa dikelola
bersama. Maksudnya untuk pergi
belanja sebaiknya hanya satu orang
sehingga anggota komunitas yang lain bisa menitipkan saja.
Frater Rico menjawab “ini semua terjadi karena Excommunica-
tion Romo”. Maksud dia adalah mis-komunikasi tetapi yang terucap
adalah kata yang lain. Ekskomunikasi (excommunication) adalah
pengucilan seseorang dari keanggotaan Gereja. Tetapi yang ingin
disampaikannya adalah kegagalan komunikasi. Setelah diceritakan oleh
Romo Sussanto, semua novis serentak tertawa.
Frater Rico sering membuat kami terhibur dengan kata-kata
yang ia ucapkan. Entah itu karena salah menempatkan kata atau salah
mengeja kata yang dibacanya. Kumpul-kumpul menjadi lebih meriah
dan berwarna saat mendengar apa yang dikatakannya. Apalagi ia juga
adalah orang talk-active, maka tak jarang ini menjadi sumber candaan
kami kepadanya. Hal ini adalah salah satu kelebihan teman
seangkatanku yang cukup menghibur aku di keseharian hidup
komunitas. Ia memiliki bakat yang natural.
Pernak-Pernik Panggilan
Fr. Nov. Thomas Brian Wicart
Excommunication
htt
ps:
//w
ww
.go
ogl
e.co
m/s
earc
h?q
=Exc
om
mu
nic
atio
n&
safe
=st
ric
19
Manusia sulit percaya dengan sepenuh hati
akan kasih yang mengalir dari hati Tuhan.
Manusia begitu gelisah, takut, dan curiga
memikirkan persoalan hidup yang ia alami.
Manusia mengatakan percaya akan kasih Tuhan yang murni
dan tak bersyarat, tetapi manusia terus mencari kasih sayang, dukungan,
dan dorongan dari orang-orang di sekitarnya. Harapannya akan
menemukan pada mereka (orang sekitar) apa yang ia cari dalam
hidupnya.
Tuhan mengasihi tidak membeda-bedakan antara si kaya dan si
miskin, budak dan orang merdeka, orang berdosa dan orang kudus.
Tuhan menyambut manusia dengan kasih yang tanpa batas.
Tuhan mengetahui bahwa hati manusia berdosa, sudah terluka
dan mudah dilukai lagi. Manusia dapat menemukan kekuatan di dalam
Tuhan dengan menyatakan kelemahan diri di hadapan-Nya “Tuhan
kepada siapa kami akan pergi?” Tuhan mengharapkan manusia yang
bersahaja dan penuh kepercayaan pada-Nya.
Manusia harus menyadari bahwa Tuhan datang untuk memberi
hati baru, dan semangat baru bahkan tubuh baru tempat bekas luka.
Dari perjuangan hidup menjadi tanda kejayaan yang indah.
Tuhan, hati-Mu terluka karena kesalahanku yang selalu berbuat
dosa. Tapi Engkau selalu memaafkan segala kesalahan dan dosaku
bahkan Engkau rela mati di kayu salib demi umat-Mu. Tuhan
merangkul aku seperti seorang bapak merangkul anaknya. Tuhan
semoga kasih-Mu selalu meraja dalam hidupku.
Ringkasan Buku
Membiarkan Hati Yesus Menyentuh Hatiku
Fr. Nov. Suni Bonikus Bunghari
Judul buku : Dari hati ke hati
Penulis : Henri J.M. Nouwen
Penerbit : Kanisius
Cetakan : ke-10 (2002)
Jumlah halaman : 40 halaman
Do
k. N
ovi
siat
20
Gerard. Com Pendamping : Rm. Ant. Sussanto OMI; Rm. Ign. Yulianto OMI Redaktur Piket Edisi ini : Fr. Nov. Togar & Fr. Nov. Suni Kontributor : Pranovis, Novis, dan Formator Alamat Novisiat OMI Beato Joseph Gerard, Jln. Kamboja No.17, RT 01/RW 40 Blotan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, 55581 Telp : 0274-889783 Foto Cover : Kitab Suci dan Pranovis Ferdi Buletin Gerard.com dapat di download di www.omi-indonesia.org