Post on 06-Jan-2016
description
Dipsnea
The American Thoracic Society mendefinisikan dispnea sebagai pengalaman subjektif dari ketidaknyamanan pernafasan yang terdiri sensasi kualitatif berbeda yang bervariasi dalam intensitas. Pengalaman ini berasal dari interaksi antara beberapa faktor fisiologis, psikologis, sosial, dan lingkungan dan dapat menginduksi respon perilaku dan fisiologis sekunder. Dispnea, sebuah gejala, harus dibedakan dari tanda-tanda peningkatan kerja pernafasan.Mekanisme Dipsnea
Sensasi pernafasan adalah konsekuensi dari interaksi antara eferen, atau keluaran motorik dari otak ke otot-otot ventilasi (feed-forward) dan aferen, atau masukan sensorik dari reseptor seluruh tubuh (feedback), serta proses informasi integratif yang harus terjadi di otak. Bila dibandingkan dengan sensasi nyeri, yang sering dapat disebabkan oleh stimulasi akhir saraf tunggal, sensasi dispnea lebih sering dipandang sebagai holistik, lebih mirip kelaparan atau kehausan. Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan dispnea oleh satu atau beberapa mekanisme, beberapa di antaranya mungkin terjadi dalam kondisi tertentu, misalnya, latihan, tetapi tidak yang lain, misalnya pada perubahan posisi.
Mekanisme DipsneaMotor efferentsGangguan pompa ventilasi, paling sering meningkatkan resistensi saluran napas atau kekakuan (decreased compliance) sistem pernapasan, berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan atau peningkatan upaya untuk bernapas. Ketika otot-otot lemah atau lelah, usaha yang lebih besar diperlukan, walau sistem mekanis normal. Meningkatnya keluaran neural dari korteks motorik dirasakan melalui corollary discharge, sebuah signal saraf yang dikirim ke korteks sensorik pada saat yang bersamaan dengan keluaran motorik pada otot-otot pernapasan. Sensory Afferents
Kemoreseptor yang terdapat pada badan karotis dan medulla yang diaktivasi oleh keadaan hipoksemia, hiperkapnia akut, dan asidemia. Stimulasi dari reseptor-reseptor ini, dapat menyebabkan peningkatan ventilasi, yang menghasilkan sensasi kelaparan udara. Mekanoreseptor di paru-paru, saat terstimulasi karena bronkospasme, menyebabkan sensasi sesak napas. J-reseptor, yang peka terhadap edema interstitial, dan reseptor vaskular pembuluh darah paru, diaktifkan oleh perubahan akut pada tekanan arteri paru, tampaknya berkontribusi pada kelaparan udara. Hiperinflasi berhubungan dengan sensasi meningkatnya kerja pernapasan dan ketidakmampuan untuk bernapas dalam atau ketidakpuasan bernapas. Metaboreseptor, yang terletak di otot skeletal, diaktivasi oleh perubahan biokimiawi jaringan aktif pada saat latihan dan, ketika terstimulasi, berkontribusi pada ketidaknyamanan bernapas.Integration: Efferent-reafferent mismatchSebuah perbedaan atau ketidaksesuaian antara pesan ke otot ventilasi dan umpan balik dari reseptor yang memonitor respon pompa ventilasi, meningkatkan intensitas dispnea. Hal ini sangat penting ketika ada kekacauan mekanik dari pompa ventilasi, seperti pada asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).Kecemasan
Kecemasan akut dapat meningkatkan keparahan dispnea baik dengan mengganggu interpretasi sensorik atau pola pernapasan yang meningkatkan abnormalitas fisiologik pada sistem pernapasan. Pada pasien dengan keterbatasan aliran ekspirasi, sebagai contoh, peningkatan laju pernapasan yang disertai kecemasan akut dapat menyebabkan hiperinflasi, peningkatan usaha bernafas, dan ketidakpuasan bernapas.Penilaian Dispnea
Kualitas Sensasi
Seperti dengan nyeri, penilaian dispnea dimulai dengan penentuan kualitas ketidaknyamanan. Kuesioner dispnea, atau daftar kalimat yang umum digunakan oleh pasien, dapat membantu mereka yang mengalami kesulitan saat menggambarkan sensasi napas mereka.Kumpulan deskripsi kualitatif dan mekanisme patofisiologi sesak nafas
DeskripsiPatofisiologi
Dada sesak, atau konstriksi Bronkokonstriksi, edema interstitial (asma, miokard iskemia)
Peningkatan kerja dan usaha pernapasanObstruksi jalan napas, penyakit neuromuscular (PPOK, asma sedang sampai berat, miopati, kiposkoliosis)
Kekurangan udara, keperluan bernapas, keinginan untuk bernapasPeningkatan pernapasan (CHF, emboli paru, obstruksi jalan nafas sedang sampai berat
Tidak bernapas dalam, ketidakpuasan bernapasHiperinflasi (asma, PPOK) dan restriksi volume tidak (fibrosis paru , restriksi dinding dada)
Nafas berat, nafas cepat, bernapas lebihDeconditioning
Intensitas Sensorik
Skala Borg yang dimodifikasi atau skala analog visual dapat digunakan untuk mengukur dispnea saat istirahat, setelah latihan, atau berdasarkan ingatan tentang aktivitas fisik yang dapat diulang, misalnya saat naik tangga di rumah. Pendekatan alternatif adalah untuk menanyakan tentang kegiatan yang dapat dilakukan oleh pasien, yaitu, untuk memperoleh rasa disabilitas pasien. Baseline Dyspnea Index dan Chronic Respiratory Disease Questionnaire adalah alat yang biasanya digunakan untuk tujuan ini. Affective dimension
Untuk sensasi yang dirasakan sebagai gejala, gejal harus dianggap sebagai rasa tidak menyenangkan dan diinterpretasikan sebagai abnormal. Penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa kelaparan udara dapat membangkitkan respon afektif yang lebih kuat daripada peningkatan usaha atau kerja pernapasan. Beberapa terapi untuk dipsnea, seperti rehabilitasi paru, dapat mengurangi ketidaknyamanan saat bernapas.Pusat pernafasan
Kemoreseptor
Mekanoreseptor
Metaboreseptor
Korteks motorik
Otot-otot pernapasan
Kualitas dan intensitas dipsnea
Korteks sensorik
Feedback
Feed-forward
Error signal
Corollary discharge