Post on 20-Oct-2021
Lampiran 1
Data Hasil Penelitian Korelasi Kadar Glukosa Darah Sewaktu
dengan Kadar Keton Urin pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Nama Mahasiswa : Diki Akromal
NIM : 1513353010
Jurusan : D.IV Analis Kesehatan
No Nomor Kode Penelitian
Jenis Kelamin Kadar
L P Glukosa
(mg/dl)
Keton Urin
(mg/dl)
1. 2019001 P 702 300
2. 2019002 L 258 10
3. 2019003 L 227 10
4. 2019004 P 226 10
5. 2019005 P 435 100
6. 2019006 P 483 100
7. 2019007 L 521 100
8. 2019008 P 799 300
9. 2019009 L 333 25
10. 2019010 P 228 10
11. 2019011 P 394 10
12. 2019012 L 431 100
13. 2019013 L 779 300
14. 2019014 P 438 100
15. 2019015 P 331 25
16. 2019016 P 337 25
17. 2019017 L 350 25
18. 2019018 L 460 100
19. 2019019 L 685 300
20. 2019020 P 428 100
21. 2019021 P 542 100
22. 2019022 L 654 300
23. 2019023 L 682 10
24. 2019024 L 735 300
25. 2019025 L 541 100
26. 2019026 P 319 25
27. 2019027 P 566 100
28. 2019028 P 334 25
29. 2019029 L 665 300
30. 2019030 L 745 300
31. 2019031 P 253 10
32. 2019032 P 236 10
33. 2019033 L 653 300
34. 2019034 P 507 100
Nilai Normal:
GDS <200 mg/dl
Keton Urin Negatif (<50 mg/dl)
Lampiran 2
1. Output Distribusi Frekuensi GDS
Statistics
Kadar GDS
N Valid 34
Missing 0
Mean 471.29
Median 436.50
Std. Deviation 183.096
Minimum 226
Maximum 799
2. Output Distribusi Frekuensi Keton urin
Statistics
Kadar Keton Urin
N Valid 34
Missing 0
Mean 118.53
Median 100.00
Std. Deviation 116.369
Minimum 10
Maximum 300
3. Output Analisis Keton Urin
Kadar Keton Urin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid normal 14 41.2 41.2 41.2
tinggi 20 58.8 58.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
4. Output Uji Normalitas GDS
Descriptives
Statistic Std. Error
Kadar GDS Mean 471.29 31.401
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 407.41
Upper Bound 535.18
5% Trimmed Mean 467.15
Median 436.50
Variance 3.352E4
Std. Deviation 183.096
Minimum 226
Maximum 799
Range 573
Interquartile Range 329
Skewness .276 .403
Kurtosis -1.226 .788
5. Output Uji Normalitas Keton Urin
Descriptives
Statistic Std. Error
Kadar Keton Urin Mean 118.53 19.957
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 77.93
Upper Bound 159.13
5% Trimmed Mean 114.48
Median 100.00
Variance 1.354E4
Std. Deviation 116.369
Minimum 10
Maximum 300
Range 290
Interquartile Range 279
Skewness .788 .403
Descriptives
Statistic Std. Error
Kadar Keton Urin Mean 118.53 19.957
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 77.93
Upper Bound 159.13
5% Trimmed Mean 114.48
Median 100.00
Variance 1.354E4
Std. Deviation 116.369
Minimum 10
Maximum 300
Range 290
Interquartile Range 279
Skewness .788 .403
Kurtosis -1.047 .788
6. Output Uji Korelasi Kadar GDS dengan Kadar Keton Urin
Correlations
Kadar GDS
Kadar Keton
Urin
Kadar GDS Pearson Correlation 1 .865**
Sig. (1-tailed) .000
N 34 34
Kadar Keton Urin Pearson Correlation .865** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 8
Penelusuran data rekam medik pasien
Menjelaskan informed consent dan pengambilan sampel urin
Pemeriksaan Urinalisa
Lampiran 9
Prosedur Pemeriksaan Glukosa Darah
dengan Alat Clinical Chemistry Analyzer
1. Melalui kontrol panel pilih “Analysis” kemudian pilih “Request”.
2. Pada kolom sampel ID, dimasukkan nomor ID pasien.
3. Tentukan posisi cup sampel yang akan kita letakkan dengan mengisinya pada kolom
“Position”.
4. Pilih tes yang akan diperiksa atau memilih profil test yang sudah dibuat.
5. Tekan “Demografic” untuk mengisi data pasien lebih lengkap (nama, alamat).
6. Tekan “Reserve” untuk menyimpan data yang telah dibuat, kemudian lanjutkan dengan
memasukkan data pasien selanjutnya.
7. Apabila sampel yang kita input ingin segera dikerjakan bisa langsung ke menu utama,
kemudian pilih “Sample” lalu “Sample List”, kemudian klik “Pending/reserved”, pilih
“Sample ID” lalu tekan “Compile”.
8. Dari layar utama kita klik “Analysis”, pilih menu “Operation”, kemudian akan muncul
tampilan operation.
9. Klik “Sample analysis” kemudian tekan “Start” untuk memulai pemeriksaan.
10. Alat akan melakukan pemeriksaan sampel.
11. Hasil sampel dapat dilihat dengan cara dari menu utama pilih “Sample” lalu “Sample
list”.
12. Pilih ID sampel yang akan kita lihat hasilnya, setelah itu klik “View sample”.
13. Hasil pemeriksaan akan keluar secara otomatis pada monitor komputer yang terhubung
dengan alat.
14. Apabila ingin mengulang tes, tekan “Repeat” kemudian ulangi langkah-langkah seperti
melakukan pemeriksaan yang di reserved.
15. Tekan “Close” untuk keluar.
Lampiran 10
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Perkenalkan nama saya, Diki Akromal mahasiswa DIV Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Tanjung karang. Saya bermaksud akan melakukan penelitian mengenai “Korelasi
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dengan Kadar Keton Urin pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung”. Penelitian ini dilakukan sebagai
tahap akhir dalam penyelesaian studi di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Penelitian ini
akan dilakukan pada bulan Maret-April 2019. Saya harap Bapak/Ibu bersedia untuk ikut serta
dalam penelitian ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi kadar glukosa darah
sewaktu dengan keton urin, sehingga hasil penelitian ini dapat memberi informasi kepada
bapak/ibu tentang korelasi kadar glukosa darah sewaktu dengan kadar keton urin di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Dalam penelitian ini saya akan mengambil urin
bapak/ibu secukupnya. Saya akan memberikan wadah untuk menampung urin bapak/ibu.
Pengambilan urin ini hanya dilakukan satu kali. Urin akan diperiksa untuk mengetahui kadar
ketonnya.
Seandainya Bapak/Ibu tidak menyetujui, Bapak/Ibu boleh tidak berpartisipasi dalam
penelitian ini. Untuk itu Bapak/Ibu tidak akan dikenakan sanksi apapun. Indentitas Bapak
serta hasil pemeriksaan dari penelitian ini akan saya jaga kerahasiaannya.
Setelah Bapak/Ibu membaca maksud dan tujuan penelitian tersebut, maka saya
berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi responden saya dan dapat mengisi lembar persetujuan
menjadi responden penelitian. Atas perhatian dan kerjasama dari pihak responden dan wali
responden, saya ucapan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Lampiran 12
Korelasi Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dengan Kadar Keton Urin
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
Diki Akromal
1, Iwan Sariyanto
2, Mimi Sugiarti
1
1Program Studi Diploma IV Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
2Program Studi Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Abstrak
DM tipe 2 disebabkan oleh menurunnya kemampuan insulin merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin, terjadi
defisiensi relatif insulin. Sehingga jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan sel kekurangan bahan
bakar. Agar tubuh mendapatkan energi maka terjadi glukoneolisis sehingga menyebabkan lipolisis.
Lipolisis yang terjadi dalam waktu lama menyebabkan pembentukan badan keton yang berlebihan disebut
ketonemia. Badan keton diekskresikan melalui urin disebut ketonuria. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui korelasi kadar glukosa darah sewaktu dengan kadar keton urin pada penderita diabetes melitus tipe 2
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross
sectional dan diuji dengan korelasi Pearson. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung pada bulan April - Mei 2019. Sampel penelitian yaitu 34 responden penderita DM tipe 2. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar GDS yaitu 478.74 mg/dl dan rata-rata kadar keton urin yaitu 118.53
mg/dl. Terdapat korelasi yang bermakna dengan p-value = 0.000 (p < 0.05) dan pearson’s correlation 0.874. Hal
ini berarti apabila terjadi peningkatan kadar GDS maka kadar keton urin juga akan mengalami peningkatan.
Kata Kunci : DM Tipe 2, GDS, Keton Urin
Correlation Of Blood Glucose Levels As With Urine Ketones
In Patients With Type 2 Diabetes Melitus In Hospital Dr. H. Abdul
Moeloek Lampung Province
Abstract
Type 2 diabetes is caused by a decrease in the ability of insulin to stimulate glucose uptake by peripheral tissues
and inhibit the production of glucose by the liver. Β cells are not able to compensate for insulin resistance,
relative insulin deficiency. So that the amount of glucose into the cells a little and lack of fuel cells. In order for
the body to get energy then occurs glukoneolisis causing lipolysis. Lipolysis occurring in a long time cause
excessive formation of ketone bodies called ketonemia. Ketone bodies are excreted in the urine is called
ketonuria. The purpose of this study was to determine the correlation of random blood glucose levels with urine
ketones levels in patients with type 2 diabetes mellitus in Hospital Dr. H. Abdul Moeloek Lampung Province.
This research is an analytic with cross sectional design and tested with Pearson correlation. The study was
conducted at Hospital Dr. H. Abdul Moeloek Lampung Province in April-May 2019. The research sample is 34
respondents with diabetes mellitus type 2. Based on the results, the average levels of GDS is 478.74 mg / dl and
average levels of ketones urine is 118.53 mg / dl. There is a significant correlation with a p-value = 0.000 (P
<0.05) and Pearson's correlation 0.874. This means that if the levels increase the levels of urine ketones GDS
will also increase.
Keywords : DM Type 2, GDS, Urine Ketone
Pendahuluan
Berdasarkan laporan statistik dari
International Diabetes Federation (IDF) pada
tahun 2012 ada lebih dari 371 juta penderita
diabetes dengan kenaikan 3% atau sekitar 7 juta
orang per tahun. Pada tahun 2003 American
Diabetes Association memprediksi jumlah
diabetes akan mencapai 350 juta pada tahun
2025, ternyata sudah jauh terlampaui pada tahun
2012. Lebih dari setengah populasi diabetes
berada di Asia, terutama di China, India,
Pakistan, dan Indonesia. Diabetes menjadi
penyebab kematian terbesar ke-4 di dunia. Di
tahun 2012 ada 4,8 juta kematian yang
disebabkan oleh diabetes. Di Amerika yang
menjadi salah satu negara maju, angka kematian
akibat diabetes mencapai 200.000 orang per
tahun. Banyak orang pada awalnya tidak tahu
bahwa ia menderita diabetes. Berdasarkan
laporan dari negara-negara Asia, lebih dari 50
persen kasus diabetes tidak tahu dirinya sakit
diabetes sampai akhirnya komplikasi, kecuali di
Singapura hanya 20 persen (Sahala, 2013).
Tahun 1995 jumlah penderita diabetes
melitus Indonesia menempati urutan ke-7 di
dunia dan pada tahun 2025 diperkirakan naik
menjadi urutan ke-5 di dunia. Dilaporkan di
masyarakat kota besar seperti Jakarta dan
Surabaya, jumlah penduduk yang mengidap
diabetes mencapai hampir 10 persen (Sahala,
2013).
Berdasarkan hasil survei Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2018 oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
diperoleh hasil prevalensi penderita diabetes
melitus berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk umur ≥ 15 tahun di Provinsi Lampung
mengalami kenaikan dari sebelumnya 0,7% pada
tahun 2013 menjadi 1,4% pada tahun 2018
(Badan Penelitian, 2018).
Rumah Sakit Umum Daerah dr. H.
Abdul Moeloek merupakan rumah sakit tipe B
yang menerima rujukan dari berbagai daerah di
Provinsi Lampung. Jumlah pasien diabetes
melitus di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung diperoleh data pada tahun 2013
terdapat 6.972 kunjungan dan pada tahun 2014
pada bulan Januari-Agustus terdapat 581
kunjungan (Amtiria, 2016).
Diabetes melitus merupakan penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata,
ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah
(Suyono, 2013).
Diabetes melitus dibagi menjadi 2
macam yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes
melitus tipe 2. Diabetes tipe 1 adalah gangguan
autoimun dimana terjadi penghancuran sel-sel β
pankreas penghasil insulin. Biasanya terjadi pada
usia di bawah 30 tahun, tergantung pada terapi
insulin, dan cenderung lebih mudah mengalami
ketosis. Diabetes melitus tipe 2 adalah diabetes
yang disebabkan oleh insensitivitas jaringan
terhadap insulin/resistensi insulin dan tidak
adekuatnya respons sel β pankreas terhadap
glukosa plasma yang khas (Rubenstein, 2005).
Penderita diabetes melitus tidak
mendapatkan energi yang cukup karena kelainan
sekresi insulin atau gangguan kerja insulin.
Sehingga membutuhkan energi dari bahan bakar
alternatif. Otot dan hati mengoksidasi asam
lemak dan hati membentuk badan keton dari
asam lemak untuk diekspor ke otot dan jaringan
lain. Badan keton (asetoasetat, β-hidroksibutirat,
dan aseton) dibentuk di mitokondria hati jika
laju oksidasi asam lemak tinggi (Murray, 2006).
Badan keton adalah bahan bakar yang
penting bagi jaringan ekstrahepatik. Asetoasetat
dan β-hidroksibutirat mudah dioksidasi oleh
jaringan ekstrahepatik, aseton sulit dioksidasi in
vivo dan dikeluarkan melalui paru atau urin.
Pada keadaan ketosis, β-hidroksibutirat secara
kuantitatif merupakan badan keton utama yang
terdapat dalam darah dan urin (Murray, 2006).
Asetoasetat dan β-hidroksibutirat bersifat asam,
sedangkan aseton tidak karena merupakan
elektro-netral (Sibuea, 2009).
Berdasarkan penelitian Firdaus (2014)
terdapat 4% penderita diabetes melitus tipe 2
yang mengalami ketonuria. Penelitian Karimu,
dkk (2017) terdapat hubungan yang signifikan
antara glukosa darah sewaktu dengan keton urin
pada penderita diabetes melitus.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti melakukan penelitian tentang korelasi
kadar glukosa darah sewaktu dengan kadar keton
urin pada penderita diabetes melitus tipe 2 di
RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
distribusi frekuensi kadar glukosa darah sewaktu
pada penderita diabetes melitus tipe 2, distribusi
frekuensi kadar keton urin pada penderita
diabetes melitus tipe 2, dan mengetahui korelasi
kadar glukosa darah sewaktu dengan kadar keton
urin pada penderita diabetes melitus tipe 2 di
RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Metode
Jenis penelitian analitik dengan desain
penelitian cross sectional. Variabel independen
adalah kadar glukosa darah sewaktu. Variabel
dependen adalah kadar keton urin. Populasi
dalam penelitian ini adalah 48 pasien diabetes
melitus tipe 2 yang menjalani rawat inap di
RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Sampel yang digunakan sebanyak 34 pasien.
Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Patologi
Klinik RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Penelitian dilakukan pada bulan April
s.d. Mei 2019. Data hasil pemeriksaan dianalisa
menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil Penelitian
A. Analisa Univariat
Analisa univariat menggambarkan
distribusi frekuensi kadar glukosa darah sewaktu
dan kadar keton urin.
1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
distribusi frekuensi kadar glukosa darah sewaktu
penderita diabetes melitus tipe 2 sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa
Darah
Sewaktu Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 di RSUD dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
Variabel Rata-rata Terendah Tertinggi
Glukosa
Darah
Sewaktu
(mg/dl)
478.74 226 799
Dari data pada Tabel 1, dapat diketahui
bahwa kadar GDS rata-rata pada responden
adalah 478.74 mg/dl. Kadar terendah 226 mg/dl
sedangkan kadar tertinggi 799 mg/dl.
2. Kadar Keton Urin
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
distribusi frekuensi kadar keton urin penderita
diabetes melitus tipe 2 sebagai berikut:
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kadar Keton Urin
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung
Variabel Rata-
rata Terendah
Tertinggi
Keton
Urin
(mg/dl)
118.53 10 300
Dari data pada Tabel 2, dapat diketahui
bahwa kadar keton urin rata-rata pada responden
adalah 118.53 mg/dl. Kadar terendah 10 mg/dl
sedangkan kadar tertinggi 300 mg/dl.
Tabel 3 Hasil Analisis Kadar Keton Urin
Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Keton Urin Jumlah
(N) Persentase
(%)
Rentang GDS
Normal (Negatif
(<50 mg/dl)) 14 41.2
226-399
Tinggi (≥50
mg/dl) 20 58.8
400-799
Total 34 100 -
Dari data pada Tabel 3, dapat diketahui
bahwa dari 34 responden, pasien dengan kadar
keton urin normal sebanyak 14 orang (41.2%)
dengan rentang GDS 226-399 mg/dl. Pasien
dengan kadar keton urin tinggi sebanyak 20
orang (58.8%) dengan rentang GDS 400-799
mg/dl.
B. Analisa Bivariat
1. Uji Normalitas Data
Analisa bivariat dengan uji korelasi
pearson untuk mengetahui korelasi antar variabel
dapat dilakukan dengan syarat data terdistribusi
normal. Uji normalitas dapat menggunakan nilai
Skewness dan Standar Error. Jika nila Skewness
dibagi Standard Error menghasilkan nilai ≤ 2,
maka data tersebut terdistribusi normal.
Berdasarkan uji normalitas data didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4 Uji Normalitas Data Kadar Glukosa
Darah
Sewaktu dan Kadar Keton Urin
Penderita DM Tipe 2
Variabel Skewness
Standard
Error
(SE)
Skewness
/SE
GDS 0.213 0.403 0.529
Keton
Urin 0.788 0.403
1.955
Dari data pada Tabel 4, dapat diketahui
bahwa uji normalitas glukosa darah sewaktu
yaitu 0.529 dan uji normalitas keton urin yaitu
1.955. Kedua data tersebut menghasilkan angka
≤2, maka kedua data tersebut terdistribusi
normal.
2. Korelasi Glukosa Darah Sewaktu dengan
Keton urin
Berdasarkan uji korelasi Pearson antara
glukosa darah sewaktu dengan keton urin
didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5 Uji Korelasi Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Dengan Kadar Keton Urin Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. Abdul
Moeloek
Variabel Jumlah
(N)
Pearson
Correlation
p
Value
GDS dengan
keton urin 34 0.874
0.000
Dari data pada Tabel 5, dapat diketahui
bahwa nilai p = 0.000 yang berarti p <0.05,
sehingga ada hubungan yang bermakna antara
glukosa darah sewaktu dengan keton urin.
Korelasi antara kadar glukosa darah sewaktu
dengan kadar keton urin mempunyai hubungan
sangat kuat dengan nilai Pearson Correlation
0.874 (r = 0.76 - 1.00). Hubungan antara glukosa
darah sewaktu dengan keton urin menunjukkan
pola positif yang berarti bahwa semakin tinggi
kadar glukosa darah sewaktu semakin tinggi
kadar keton urin.
Pembahasan
Dari data penelitian pada Tabel 1, dapat
diketahui bahwa rata-rata kadar glukosa darah
sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2
yang menjadi responden sebesar 478.74 mg/dl.
Menurut Kemenkes nilai normal glukosa darah
sewaktu adalah <200 mg/dl. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar glukosa darah
sewaktu penderita diabetes melitus sangat tinggi.
Jika kadar glukosa darah tidak dikontrol dan
berlangsung dalam waktu yang lama maka akan
menimbulkan komplikasi akibat kelainan
metabolik salah satunya yaitu ketoasidosis
diabetik. Ketoasidosis diabetik disebabkan
produksi badan keton yang berlebihan dalam
waktu yang lama (Murray, 2009).
Dari data penelitian pada Tabel 2, dapat
diketahui bahwa rata-rata kadar keton urin pada
penderita diabetes melitus tipe 2 yang menjadi
responden sebesar 118.53 mg/dl. Nilai normal
keton urin adalah negatif (<50 mg/dl). Hal ini
menunjukkan bahwa kadar keton urin pada
penderita diabetes melitus tinggi. Kadar keton
urin yang tinggi menggambarkan kadar keton
dalam darah yang sangat tinggi (Murray, 2009).
Dari data pada Tabel 3, dapat diketahui
bahwa persentase responden dengan kadar keton
urin tinggi yaitu 58.8%, sedangkan persentase
responden dengan kadar keton urin normal yaitu
41.2%. Persentase responden dengan kadar
keton urin tinggi, lebih besar dari persentase
responden dengan kadar keton normal. Kadar
keton urin mulai ditemukan pada pasien dengan
kadar GDS 226 mg/dl. Tetapi masih dalam batas
normal yaitu <50 mg/dl. Kadar keton urin tinggi
mulai ditemukan pada pasien dengan kadar GDS
400 mg/dl. Penderita DM harus dipantau kadar
keton urinnya. Karena berdasarkan penelitian
ini, semua pasien DM yang menjadi responden
terdeteksi kadar keton urinnya walaupun
sebagian masih dalam batas normal.
Hasil analisa statistik dengan uji korelasi
Pearson pada tabel 5, menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara kadar glukosa
darah sewaktu dengan kadar keton urin pada
penderita diabetes melitus tipe 2 dengan nila p-
value 0.000 (p < 0.05). Nilai korelasi Pearson
sebesar 0.874 menunjukkan korelasi sangat kuat
berbanding lurus antara kadar glukosa darah
sewaktu dengan kadar keton urin. Apabila terjadi
peningkatan pada kadar glukosa darah sewaktu
akan diikuti dengan peningkatan kadar keton
urin.
Dari 34 responden pada penelitian ini
petugas medis tidak melakukan pemeriksaan
kadar keton urin, padahal berdasarkan hasil
penelitian ini terdapat korelasi antara kadar
glukosa darah sewaktu dengan kadar keton urin.
Selama ini pemeriksaan kadar keton urin tidak
dimasukkan ke dalam pemeriksaan rutin pasien
diabetes melitus tipe 2. Oleh karena itu, petugas
medis disarankan untuk melakukan pemeriksaan
kadar keton urin pada penderita diabetes melitus
tipe 2.
Pada penderita diabetes melitus terjadi
peningkatan kadar keton urin disebabkan oleh
peningkatan badan keton dalam darah karena
terjadi lipolisis. Hal ini akan mengakibatkan
ketoasidosis diabetik apabila berlangsung dalam
waktu yang lama. Produksi yang berlebihan dari
asam keton yang difiltrasi melalui ginjal dan
dikeluarkan bersama urin, mengikat sangat
banyak natrium, kalium, dan amonium yang
mengakibatkan defisiensi natrium dengan
dehidrasi ekstraseluler dan edema intraseluler
serta defisit kalium (Sibuea, 2009).
Pada hiperglikemia, air akan berpindah
keluar dari sel dan masuk ke dalam cairan
interstitial. Tekanan osmotik akan menjadi tinggi
sehingga reabsorpsi air yang difiltrasi di dalam
tubulus ginjal akan sedikit karena membutuhkan
banyak energi. Darah mengalami dehidrasi dan
volume darah yang bersirkulasi menjadi kecil.
Hal ini merangsang mekanisme aldosteron untuk
menghemat natrium, tetapi asam keton bekerja
berlawanan dengan membantu pengeluaran
natrium dan kalium (Sibuea, 2009).
Keton yang keluar melalui urin
menyebabkan bau napas seperti buah. Pada
ketosis, pH turun di bawah 7,3 menyebabkan
asidosis metabolik dan menstimulasi
hiperventilasi yang disebut pernapasan
Kussmaul, karena tubuh berusaha untuk
mengurangi asidosis dengan mengeluarkan
karbon dioksida (asam volatil) (Corwin, 2009).
Penderita diabetes melitus dengan
ketoasidosis diabetik sering mengalami mual dan
nyeri abdomen. Dapat terjadi muntah, yang
memperparah dehidrasi ekstrasel dan intrasel.
Kadar kalium total tubuh turun akibat poliuria
dan muntah berkepanjangan (Corwin, 2009).
Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan
sebagai evaluasi diabetes melitus, gangguan
fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
hematologi, dan infeksi saluran kemih
(Kemenkes RI, 2011).
Kesimpulan, dari 34 responden didapatkan
rata-rata kadar glukosa darah sewaktu sebesar
478.74 mg/dl, kadar tertinggi sebesar 226 mg/dl,
dan terendah sebesar 799 mg/dl. Rata-rata kadar
keton urin sebesar 118.53 mg/dl, kadar tertinggi
sebesar 300 mg/dl, dan kadar terendah sebesar
10 mg/dl.
Terdapat hubungan yang bermakna
antara kadar glukosa darah sewaktu dengan
kadar keton urin (p = 0.000) dan korelasi yang
sangat kuat dengan nilai korelasi pearson sebesar
0.874. Artinya apabila kadar glukosa darah
sewaktu meningkat, maka akan meningkat pula
kadar keton urin.
Saran dari penelitian ini adalah perlunya
petugas medis melakukan pemantauan kadar
keton urin pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Dilakukan penelitian tentang hubungan kadar
keton urin dengan kadar natrium dan kalium
pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Daftar Pustaka
Amtiria, Rahma, 2016, Hubungan Pola Makan
Dengan Kadar Gula Darah Pasien Penderita
Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Penyakit
Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung tahun 2015, Skripsi
Sarjana, Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung, Lampung.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2018, Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018, Jakarta.
Corwin, Elizabeth J, 2009, Buku Saku
Patofisiologi, diterjemahkan oleh Nike
Budhi Subekti, EGC, Jakarta.
Firdaus, Ruby, 2014, Identifikasi Badan Keton
Pada Urin Penderita Diabetes Melitus Tipe
2 Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan, Skripsi Sarjana, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
Sumatera Utara.
Karimu, Sitti Asry Muliati, Andri Sukeksi, Tulus
Ariyadi, 2017, Hubungan Glukosa Darah
Sewaktu Dengan Keton Urin Pada Penderita
Diabetes Melitus, Skripsi Sarjana, Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang,
Semarang.
Kemenkes RI, 2011, Pedoman Interpretasi Data
Klinik, Jakarta.
Murray, Robert K; Daryl K. Granner; Victor W.
Rodwell, 2006, Biokimia Harper,
diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit, EGC,
Jakarta.
Rubenstein, David; David Wayne; John Bradley,
2003, Lecture Notes: Kedokteran Klinis,
diterjemahkan oleh Annisa Rahmalia,
Erlangga, Jakarta.
Sahala, Aldo (Ed.), 2013, Life Healthy With
Diabetes, Rapha Publishing Yogyakarta.
Sibuea, Herdin; Marulam M. Panggabean; S.P.
Gultom, 2009, Ilmu Penyakit Dalam,
Rineka Cita, Jakarta.
Suyono, Slamet; at all, 2013, Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.