Post on 20-Oct-2020
BIMBINGAN SOSIAL DALAM PENGUATAN MENTAL
KLIEN BIPOLAR DISORDER DI RUMAH SAKIT JIWA
SANATORIUM DHARMAWANGSA JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Cahya Ristia
NIM: 1113052000001
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2020 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul BIMBINGAN SOSIAL DALAM PENGUATAN
MENTAL KLIEN BIPOLAR DISORDER DI RUMAH SAKIT
JIWA SANATORIUM DHARMAWANGSA JAKARTA
SELATAN telah diujikan dalam siding Munaqasyah Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
hari Jum’at, tanggal 12 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 12 Juni 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang,
Noor Bekti Negoro, M.Si.
NIP: 19650301 199903 1 001
Sekretaris Sidang,
Artiarini Puspita Arwan, M.Psi.
NIP. 19861109 201101 2 016
Anggota
Penguji I,
Tasman, M.Si.
NIP. 19730201 201411 1 003
Penguji II,
Abdul Azis, M.Psi.
NIDN: 0331129201
Pembimbing
Nasichah, MA.
NIP. 19671126 199603 2 001
i
ABSTRAK
Cahya Ristia, 1113052000001, Bimbingan Sosial dalam
Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di Rumah Sakit
Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan
Bipolar disorder adalah salah satu gangguan mental yakni
suasana hati (mood) atau perasaan yang sangat ekstrim dengan
dua kutub depresi (perasaan sedih berlebihan) dan mania
(perasaan bahagia berlebihan) yang mengganggu keberfungsian
sosial individu dan merupakan pemicu kuat untuk melakukan
tindakan agresi pada diri penderitanya. Dalam menguatkan
mental penyandang gangguan jiwa atau bipolar ini membutuhkan
bimbingan sosial, karena selain problem yang menyangkut
dirinya sendiri, individu juga di hadapkan pada problem yang
terkait dengan orang lain. Dengan perkataan lain, masalah
individu ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
pelaksanaan dan upaya pembimbing sosial dalam menguatkan
mental klien bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh
dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Proses bimbingan sosial di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan dilakukan oleh seorang
koordinator pembimbing sosial dan dibantu oleh perawat yang
bertugas. Kegiatan dimulai dengan pembukaan, materi, dan
penutup. Masing-masing materi model bimbingan memiliki fokus
kegiatan yang berbeda. Adapun upaya yang dilakukan
pembimbing sosial dalam menguatkan mental klien bipolar
disorder diantaranya memberikan materi kepada klien bipolar
yang berkaitan dengan penguatan mental, yaitu pemberian materi
konseling, edukasi, dan motivasi.
Kata Kunci: Bimbingan Sosial, Penguatan Mental, Bipolar
Disorder.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji peneliti lantunkan kepada semua
karunia Allah SWT, yang selalu memberikan pertolongan kepada
hambanya yang selalu berusaha dan tak lupa berdoa, sehingga
dengan berkat pertolongan Allah penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan
kehadirat junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya
serta seluruh pengikutnya.
Bukanlah suatu hal yang mudah bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
sedikit ilmu yang dimiliki penulis. Alhamdulilah berkat petunjuk
Allah SWT dan dukungan dari berbagai pihak, maka penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Bimbingan Sosial
dalam Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di Rumah
Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dengan berupa dukungan, semangat dan pendampingan ataupun
dengan caranya masing-masing. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
iii
1. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Nasichah. Selaku dosen pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk memberikan
masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi.
3. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
4. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. Selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
5. Drs. M. Lutfi Jamal, MA. Selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan arahan dan masukan
kepada penulis dalam penulisan skripsi.
6. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis
selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Kedua orang tua tercinta, yaitu Bapak Army Rachman dan
Ibu Rosmiati, yang selalu memberikan kasih sayang,
motivasi dan do’a yang senantiasa dipanjatkan demi
kesuksesan penulis.
8. Kepada Semua Pihak Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan yang telah memberi
kesempatan untuk penulis melakukan penelitian di tempat
tersebut.
iv
9. Kepada Klien Bipolar Disorder di Rumah Sakit Jiwa
Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan yang sudah
bersedia memberikan respon untuk di wawancarai.
10. Untuk seluruh rekan-rekan kerja Wardah Beauty yang
sudah selalu memberi dukungan penuh agar skripsi ini
tetap terselesaikan meski penulis harus sambil bekerja.
Terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang
diberikan kepada penulis.
11. Dan terakhir tidak lupa ucapan terimakasih kepada
sahabat-sahabat BPI seperjuangan yang sudah
menyelesaikan ini semua terlebih dahulu maupun yang
masih berjuang bersama, terima kasih karena sering bahu-
membahu memberikan bantuan dan dukungan.
Semoga Allah SWT menerima dan membalas segala
kebaikan serta ketulusan mereka. Hanya kepada Allah SWT
penulis memohon pertolongan. Dengan segala keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih memiliki pengurangan
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya, dan
mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada
khusunya.
Jakarta, 3 Juni 2020
Penulis
Cahya Ristia
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masa............................ 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................ 11
D. Metodologi Penelitian .............................................. 12
E. Keabsahan Data ........................................................ 20
F. Tinjauan Pustaka ...................................................... 21
G. Sistematika Penulisan ............................................... 24
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Sosial ..................................................... 27
1. Pengertian Bimbingan Sosial ............................ 27
2. Asas-asas Bimbingan Sosial ............................. 30
3. Objek Bimbingan Sosial ................................... 32
4. Tujuan Bimbingan Sosial .................................. 32
5. Bentuk Bimbingan Sosial .................................. 34
6. Jenis Masalah Bimbingan Sosial ....................... 37
7. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Sosial .......... 38
B. Penguatan Mental ..................................................... 40
C. Bipolar Disorder ....................................................... 45
1. Pengertian Bipolar Disorder ............................... 45
2. Sebab-sebab Munculnya Bipolar ....................... 49
3. Jenis-jenis Bipolar Disorder ............................... 60
vi
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan ............................. 69
B. Visi, Misi, Motto .................................................... 69
C. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................ 70
D. Prasarana Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan ............................. 72
E. Fasilitas Pelayanan ................................................. 73
F. Struktur Organisasi ................................................ 77
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Identitas Informan .................................................... 79
1. Pembimbing Sosial .............................................. 79
2. Orang Dengan Bipolar(ODB) .............................. 81
B. Temuan Penelitian ................................................... 82
1. Pelaksanaan Bimbingan Sosial dalam
Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di
Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan ......................... 82
a. Materi .......................................................... 82
b. Metode......................................................... 85
c. Hasil ............................................................ 89
2. Upaya Pembimbing Sosial dalam Penguatan
Mental Klien Bipolar Disorder di Rumah
Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa
Jakarta Selatan ................................................... 89
vii
BAB V ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Bimbingan Sosial dalam
Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di
Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa
Jakarta Selatan ......................................................... 97
B. Upaya Pembimbing Sosial dalam Penguatan
Mental Klien Bipolar Disorder di Rumah Sakit
Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan ................................................................... 102
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................ 109
B. Saran ...................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 115
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Informan dalam Penelitian ....................................... 15
Table 2. Prasarana RSJ Sanatorium Dharmawangsa.............. 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut harian Suara Merdeka, 19% penduduk kota-
kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Medan, dan Makassar, mengalami gangguan
mental.1 Data terbaru dari WHO, seperti dikutip oleh Albert
Maramis, mengungkapkan bahwa sekitar 26 juta jiwa
penduduk Indonesia mengidap gangguan jiwa, dan 13,2 juta
jiwa di antaranya mengalami depresi. Di Indonesia angka
bunuh diri akibat gangguan jiwa mencapai 1.800 orang per
100.000 penduduk.2 Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah
dan lembaga swadaya masyarakat perlu turun tangan.
Halnya sakit fisik, sakit jiwa atau mental adalah hal
wajar yang bisa mengenai siapa saja. Sakit jiwa adalah
gangguan mental yang berasal dari gangguan otak, ditandai
oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan
persepsi (penangkapan panca indera). Salah satu gangguan
mental yang dapat dialami oleh seseorang adalah Bipolar
Disorder.
Bipolar disorder adalah suatu gangguan suasana hati
(mood) atau perasaan yang sangat ekstrim dengan dua kutub
1Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme.(Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1. 2Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme.(Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2
2
depresi (perasaan sedih berlebihan) dan mania (perasaan
bahagia berlebihan) yang mengganggu keberfungsian sosial
individu dan merupakan pemicu kuat untuk melakukan
tindakan agresi pada diri penderitanya.
Salah satu terjadinya bipolar karena didorong oleh
pengaruh sosial. Pengidap bipolar cenderung mengalami
faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan
hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa
pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari
hubungan perseorangan antara lain hubungan kurang
harmonis dengan keluarga, putus cinta, kematian orang tua,
dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan
antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari
pekerjaan.
Penyakit ini termasuk penyakit otak yang menyebabkan
perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati,
energy, aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan tugas-
tugas harian.Perasaan mereka mudah naik dan turun secara
berlebihan atau ekstrim bila dibandingkan manusia normal
pada umumnya.3
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (Social
Being) artinya, manusia membutuhkan ikatan atau hubungan
yang intim dengan orang-orang terdekat dalam masyarakat.
3 WHO, Mental Health Journals: Bipolar Disorder. (Washington DC:
WHO Publications, 2013) h. 8-9.
3
Menurut Gordon4, ikatan itu sangat penting bagi manusia
sebab menjadikan seseorang tahan terhadap stress dan
kecemasan. Individu yang mengalami gangguan bipolar
cenderung sulit memiliki hubungan sosial yang baik, hal ini
dikarenakan seringnya timbul perubahan suasana hati ekstrim
yang sulit dikendalikan.
Ada berbagai kegiatan bimbingan yang dapat digunakan
dalam penguatan mental untuk individu yang memiliki
gangguan jiwa, yaitu kegiatan bimbingan mental dan
bimbingan sosial.
Bimbingan mental merupakan tumpuan perhatian
pertama dalam misi Islam. Untuk menciptakan manusia yang
berakhlak mulia, Islam telah mengajarkan bahwa pembinaan
jiwa harus lebih diutamakan daripada pembinaan fisik atau
pembinaan pada aspek-aspek lain, karena dari jiwa yang baik
inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada
gilirannya akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada
seluruh kehidupan manusia lahir dan batin (Asmaran,
1994:44).
Quraisy Shihab dalam bukunya “Membumikan Al-
Qur’an” bahwa: “Manusia yang dibina adalah makhluk yang
mempunyai unsur-unsur jasmani (material) dan akal dan jiwa
(immaterial). Pembinaan akalnya menghasilkan keterampilan
dan yang paling penting adalah pembinaan jiwanya yang
4 Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme.(Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 4.
4
menghasilkan kesucian dan akhlak. Dengan demikian,
terciptalah manusia dwidimensi dalam suatu keseimbangan”
(Shihab, 1996: 173).
Bimbingan sosial adalah bimbingan yang diberikan
kepada individu untuk mengembangkan dan mengenal
lingkungan dengan cara bersosialisasi dengan baik kepada
keluarga, sekolah dan masyarakat. Bimbingan sosial yang
dilakukan pembimbing kepada individu untuk mengatasi
masalah sosial yang di hadapi agar sesuai dengan norma atau
ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.5
Karena faktor penyebab gangguan jiwa bipolar disorder
cenderung dipengaruhi oleh faktor sosial, maka kegiatan
bimbingan sosial cenderung lebih tepat digunakan karena
dapat menguatkan mental para klien bipolar agar tidak lagi
menarik diri dari masyarakat dan dengan kegiatan bimbingan
sosial juga dapat membantu klien untuk kembali bersosialisasi
kembali di lingkungan masyarakat.
Hubungan agama dengan sosial budaya
Menurut Hendro Puspito di dalam bukunya Muh Fuad
(2007:73), Agama di definisikan dengan suatu jenis sistem
sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos
pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya, dan
di dayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka
5 Hibana S. Rachman, Bimbingan dan Konseling Pola 17, (Yogyakarta:
UCY press, 2003), h. 13
5
dan masyarakat luas pada umumnya. Maka dari itu, Agama
disebut jenis sistem sosial. Ini hendak menjelaskan bahwa
Agama adalah suatu fenomena sosial, suatu peristiwa
kemasyarakatan, suatu sistem sosial dapat dianalisis, karena
terdiri atas kaidah yang kompleks dan peraturan yang dibuat
saling berkaitan dan terarahkan kepada tujuan tertentu.
Agama adalah unsur sentral kebudayaan dan fundamental.
Kebudayaan dalam arti keseluruhan, isi konkrit yang
terkandung di dalamnya dapat saja menjadi harmonis atau
konflik dengan situasi yang berkembang dalam masyarakat.
Asumsi ini dapat membantu kita bahwa dalam kaitannya
hubungan Agama dengan sosial budaya itu agama memegang
peran penting bagi manusia. Gambaran tentang hubungan
agama dengan kebudayaan adalah sebagai berikut: pertama,
suatu “rancangan dramatis” yang berfungsi untuk
mendapatkan kembali sense of flux atau gerak yang
sinambung dengan cara menanamkan pesan dan proses
serentak dengan penampilan tujuan, maksud dan bentuk
historis. Kedua, Agama, seperti halnya kebudayaan,
merupakan transformasi simbolis pengalaman yang bagi
orang beragama sebagai suatu penyelamatan, natural atau
super natural, dalam makna pengalaman yang lebih dalam.
Ketiga, Agama merupakan, “Sistem Pertahanan” yaitu
kepercayaan dan sikap yang akan melindungi kita melawan
kesangsian, kebimbangan dan agresi yang menjengkelkan.
Keempat, Agama juga merupakan suatu “sistem pengarahan”
6
yang tersusun dari unsure-unsur normatif yang membentuk
jawaban dari berbagai tingkat pemikiran, perasaan, dan
perbuatan. Kelima, Agama juga mencangkup “symbol
ekonomi” yang mengalokasikan nilai-nilai simbolis dalam
bobot yang berbeda-beda6
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri. Manusia membutuhkan kebersamaan dalam
kehidupannya.Semua itu adalah dalam rangka saling memberi
dan saling mengambil manfaat. Orang kaya tidak dapat hidup
tanpa orang miskin yang menjadi pembantunya, pegawainya,
sopirnya, dan seterusnya. Demikian pula orang miskin tidak
dapat hidup tanpa orang kaya yang mempekerjakannya dan
mengupahnya. Demikianlah seterusnya. Allah SWT
berfirman:
ْويَا ِعيَشتَهُْم فِى اْلَحيَٰىِة الذُّ اَهُْم يَْقِسُمىَن َرْحَمَت َربَِّك وَْحُه قََسْمىَا بَْيىَهُْم مَّ
ٍت لِّيَتَِّخَذ بَْعُضهُْم بَْعًضا ُسْخِزيَّا َوَرفَْعىَا بَْعَضهُْم فَْىَق بَْعٍض َدَرَجٰ
مَّ (٢٣ايَْجَمُعىَن )َوَرْحَمُت َربَِّك َخْيٌز مِّ
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu?
Kami telah menentukan antara mereka pengidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.
Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan” (Az-Zukhruf: 32).
6 Zulfi Mubaraq, Sosiologi Agama (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),
h.72
7
Seseorang yang telah mengidap bipolar atau gangguan
jiwa ini harus diberi kekuatan untuk mentalnya, karena
pengidap bipolar termasuk golongan yang kurang sehat
mentalnya, dengan kata lain adalah orang yang sulit
berhubungan dengan orang lain.
Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan
karena ketidakmampuan individu dalam menghadapi
kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental pada
dirinya.
Dalam menguatkan mental penyandang gangguan jiwa
atau bipolar ini membutuhkan bimbingan sosial, karena selain
problem yang menyangkut dirinya sendiri, individu juga di
hadapkan pada problem yang terkait dengan orang lain.
Dengan perkataan lain, masalah individu ada yang bersifat
pribadi dan ada yang bersifat sosial. Seringkali individu
mengalami kesulitan atau masalah dalam hubungannya
dengan individu lain atau lingkungan sosialnya. Masalah ini
dapat timbul karena individu kurang mampu atau gagal
berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang kurang
sesuai dengan keadaan dirinya. Problem individu yang
berhubungan dengan lingkungan sosialnya misalnya:
kesulitan dalam persahabatan, kesulitan mencari teman,
merasa terasing dalam aktivitas kelompok, kesulitan
memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok, kesulitan
mewujudkan hubungan yang harmonis dalam keluarga, dan
kesulitan dalam menghadapi sosial yang baru. Dengan adanya
8
bimbingan sosial ini diharapkan individu mampu melakukan
sosialisasi dengan lingkungannya, individu mampu
melakukan adaptasi dan lebih mandiri, individu mampu
melakukan hubungan sosial (interaksi sosial) dengan
lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah, dan
mayarakat.Juga aspek-aspek sosial lainnya dapat teratasi.7
Oleh karena itu, menyangkut hal tersebut diatas maka
bimbingan sosial bagi kesehatan mental pengidap gangguan
jiwa bipolar disorder perlu mendapatkan perhatian di dalam
kehidupan mereka.
Bimbingan sosial bagi individu atau pengidap bipolar
perlu pengamatan secara intensif dan hal lain seharusnya
menjadi salah satu perhatian penting bagi para pembimbing
sosial/pekerja sosial. Bimbingan sosial kini sudah menjadi
sebuah layanan yang diberikan di berbagai tempat seperti
perkantoran, rumah sakit, sekolah dan lain-lain.
Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Darmawangsa Jakarta
Selatan adalah sebuah psikiater klinik di Kebayoran Baru,
Jakarta. Klinik tersebut dikunjungi oleh dokter seperti Dr.
Sugianto Hadibrata, Dr. Waskita Roan dan Dr. Sasanto
Wibisono. Timing dari Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Darmawangsa adalah: Senin-Sabtu: 09.00-20.00. Beberapa
layanan yang ditangani oleh klinik adalah: Masalah
Pengendalian Emosi, Konseling Karir, Konseling, konsentrasi
7 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi).(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.126.
9
masalah dan Pengobatan. Sanatorium Dharmawangsa adalah
tempat yang tepat untuk membantu mereka yang mengalami
berbagai gangguan jiwa.
Sanatorium Dharmawangsa merupakan rumah sakit
jiwa swasta pertama di Indonesia.Pendirinya adalah Prof. Dr.
R. Kusumanto Setyonegoro, Sp.KJ, sesepuh di kalangan
dokter ahli jiwa di Indonesia.
Sejak tahun 1998, rumah sakit ini dikelola dengan
manajemen baru dan berubah menjadi Professional Centre
For Stress, Depression, & Schizophrenia. Memang di sinilah
penanganan terhadap masalah stres, depresi, skizofrenia, dan
bipolar dilakukan secara profesional. Untuk gangguan jiwa
lain juga tersedia pelayanan memadai.
Pasien ketergantungan obat, terutama putaw dan heroin
menduduki persentase terbanyak yang berobat, di samping
pasien skizofrenia dan bipolar. Pusat layanan ini menerima
pasien rawat jalan paling tidak 500-600 orang setiap
bulannya.
Saat ini ada sekitar 60 pasien yang tengah menjalani
rawat inap.Sejak tahun 1998 di sini juga melayani pasien
anak-anak. Untuk mengakomodasi kebutuhan itulah
kemudian disediakan 3 orang psikiater anak. Mereka juga ahli
dalam menangani pasien lanjut usia.
Sanatorium Dharmawangsa memiliki tenaga ahli 20
orang psikiater, 2 orang dokter umum, 3 psikolog, dan 2
10
pekerja sosial."Kami juga terbuka bagi mahasiswa yang ingin
melakukan coaching hospital," terang Dr. Chandra.
Di dirikan di Jakarta pada tahun 1961. Sanatorium
Dharmawangsa merupakan rumah sakit jiwa yang tertua di
Jakarta dan Indonesia. Diawali dengan kapasitas perawatan
hanya untuk 20 orang. Sanatorium Dharmawangsa telah
berkembang menjadi pusat perawatan jiwa berfasilitas
lengkap dengan kapasitas rawat inap untuk 68 orang pada
tahun 2001. Pelayanan yang tersedia saat ini mencakup
fasilitas rawat inap, rawat jalan, rehabilitasi, psikologi klinis,
serta berbagai pelayanan bimbingan dan konsultasi.
Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian. Untuk itu peneliti mengangkat judul ”Bimbingan
Sosial dalam Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di
Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan”
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang kurang terarah
dalam kajian ini, untuk itu penelitian membatasi kajian ini
difokuskan untuk melihat proses pelaksanaan Bimbingan
Sosial dalam Penguatan Mental klien Bipolar Disorder di
Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan.
11
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan sosial
dalam penguatan mental klien bipolar disorder di
Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan?
b. Bagaimana upaya pembimbing sosial terhadap
kegiatan bimbingan sosial dalam penguatan mental
klien bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa
Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan
bimbingan sosial dalam penguatan mental klien
bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan.
b. Untuk mengetahui bagaimana upaya pembimbing
sosial terhadap kegiatan bimbingan sosial dalam
penguatan mental klien bipolar disorder di Rumah
Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Sebagai kegiatan untuk memperluas pengetahuan
peneliti mengenai pelaksanaan bimbingan sosial
12
dalam pembinaan mental klien bipolar disorder serta
sebagai bahan informasi akademik dalam pelaksanaan
penelitian berikutnya secara lebih mendalam.
c. Manfaat praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat membantu bagi
semua pihak, baik itu bagi Ruamh Sakit Jiwa
Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan dalam
mengembangkan dan melaksanakan kegiatan
Bimbingan Sosial dalam Penguatan Mental klien
Bipolar Disorder dan para pengidap bipolar yang
telah menjalani kegiatan tersebut.
2) Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai
pembanding bagi lembaga-lembaga lain dalam
melakukan kajian tentang Bipolar Disorder.
D. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi adalah cara kerja untuk memahami suatu
objek. Maka metodologi ini sangat perlu dirumuskan dengan
jelas mengingat bahwa suatu penelitian tanpa menempuh
prosedur yang benar tepat maka hasilnya tidak akan akurat
seperti apa yang di harapkan.
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih melakukan
penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari
suatu data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata lisan
13
maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari
orang-orang yang diteliti.8
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penulis
berupaya menghimpun data, mengolah data dan
menganalisis data dengan tujuan dapat memperoleh
gambaran atau informasi yang luas dan mendalam tentang
bimbingan sosial klien bipolar yang menjadi fokus
penelitian ini. Menurut Arikunto pendekatan kualitatif
menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan
dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan
wawancara.9
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
“penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati, pendekatan ini di arahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh), dalam hal ini tidak
boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variable atau hipotesis tetapi perlu memandangnya
sebagai bagian dari suatu keutuhan.”10
8 Bagong Suyanto Sutinahal, Metode Penelitian Sosial, berbagai
Alternatif Penelitian, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2005), h.166. 9 Suharsini Sukanto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik,(Jakarta: Rhineka Cipta, 1998), h. 10. 10
Lexi J. Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), h.3.
14
Pada hakikatnya penelitian kualitatif ini mengamati
orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami fenomena yang terjadi di sekitar
mereka serta untuk mengetahui aktivitas yang sedang
mereka lakukan ataupun sebagai upaya untuk memahami
dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah
laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif
peneliti sendiri.
Untuk itu penulis pada penelitian ini terjun langsung
ke lapangan guna mengamati situasi, orang-orang atau
perilaku yang berkaitan erat dengan tujuan penelitian
yaitu guna mengetahui mengenai kegiatan bimbingan
sosial dalam penguatan mental klien bipolar disorder di
Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan subjek
yang digunakan yaitu purpossive sampling dan yang
dimaksud disini adalah “teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya
orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang
kita harapkan, sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi objek/situasi social yang diteliti.”11
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R7D, (Bandung:
CV AFABETA, 2009), h. 218-219.
15
Tabel 1
Informan dalam Penelitian
No. Nama Status
1 Khaidir S,sos Pembimbing Sosial
2 Dr. Ika Sri Nurtantri, SpKj Psikolog
3 Mawar (Nama Samaran) Penderita Bipolar Disorder
4 Bunga (Nama Samaran) Penderita Bipolar Disorder
5 Gusmita, amd Perawat
Subjek penelitian satu orang Pembimbing Sosial,
satu orang psikolog, dua penderita bipolar disorder
dan satu orang perawat.
b. Objek penelitian
Sedangkan objek penelitian ini adalah kegiatan
bimbingan sosial dalam penguatan mental klien
bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Ruamh Sakit Jiwa
Sanatorium Dharmawangsan Jakarta Selatan, yang
beralamat di Jalan Dharmawangsa Raya No.13
RT.4/RW.2 Pulo, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12160 yang dilakukan
sejak Juni 2019 sampai dengan November 2019.
16
4. Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan
adalah metode observasi yakni aktivitas pengamatan
melalui alat indera. Adapun sumber utama penelitian ini
adalah:
a. Data primer, yaitu data yang berasal langsung dari
sumbernya, baik dari pembimbing sosial, para
penderita bipolar disorder, perawat atau pun dokter
yang menanganinya sebagai penunjang kelengkapan
data dengan cara observasi atau pun wawancara.
b. Data sekunder, yaitu data tidak langsung, berupa
catatan riwayat klien atau pun data mengenai riwayat
pembimbing sosial, serta dokumen-dokumen yang
dapat menunjang kelengkapan data untuk penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),
sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperan serta (paticipant
observation), wawancara mendalam (in depth interview)
dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang akan
peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Esterberg mengemukakan bahwa “wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
17
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.”12
Dalam penelitian ini penulis akan mengadakan
wawancara langsung yaitu dengan bertukar informasi
melalui tanya jawab kepada pembimbing sosial, para
penderita bipolar disorder yang memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dan dapat memberikan informasi
atau keterangan sesuai dengan tujuan penelitian serta
perawat pendamping yang menangani penderita
bipolar disorder.
b. Observasi
Berdasarkan pemahaman dari Marsall bahwa
melalui observasi peneliti dapat mengetahui mengenai
perilaku dan makna dari perilaku tersebut.”13
Pada penelitian ini pengumpulan data akan
dilakukan dengan menggunakan teknik observasi
dimana penulis dapat mempelajari tentang perilaku
dan makna dari perilaku tersebut atau situasi tertentu
yang erat kaitannya dengan tujuan penelitian pada saat
kegiatan bimbingan sosial tersebut dilakukan terhadap
penderita bipolar disorder.
c. Dokumentasi
Menurut Herdiansyah, dokumentasi merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R7D, (Bandung:
CV AFABETA, 2009), h. 231. 13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R7D, (Bandung:
CV AFABETA, 2009), h. 226.
18
untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang
subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen
lainnya yang dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan.14
Dokumentasi digunakan pada penelitian ini
bertujuan untuk mencari keterangan dan bacaan yang
dibutuhkan mengenai masalah yang terkait dengan
penelitian berupa catatan formal, foto ataupun buku-
buku yang berkaitan dengan subjek atau objek
penelitian.
6. Tekhnik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di
interpretasikan. Dalam menganalisis data, peneliti
mengolah data dari hasil observasi dan wawancara, data
tersebut disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil
wawancara, dokumen maupun laporan, yang kemudian di
deskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah di
pahami.15
Jika seluruh data dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumen-dokumenyang menyangkut dengan penelitian
telah terkumpul maka tahap akhir akan dilanjutkan
dengan menganalisis data tersebut.
14
Herdiansyah, H. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 143.
15 Suharsini Sukanto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), h.78.
19
Pada bagian analisis data penulis akan menyajikan
data dengan terlebih dahulu mengelola data melalui
proses secara sistematis yaitu dengan menyusun data yang
diperoleh dari hasil wawancara, observasi ataupun
dokumentasi dengan melakukan pencarian penemuan-
penemuan yang penting dan berkaitan dengan tujuan
penelitian dari hasil temuan data di lapangan. Hasil
temuan tersebut akan di olah menjadi data yang dapat
dengan mudah dipahami dan di informasikan berupa kata-
kata tertulis atau lisan. Oleh karena itu di dalam penelitian
ini penulis menggunakan analisis deskriptif.
Ada berbagai cara untuk menganalisis data dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Reduksi Data, yaitu peneliti mencoba memilih data
yang relevan terkait kegiatan bimbingan sosial dalam
penguatan mental klien bipolar disorder di Rumah
Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan.
b. Penyajian data, yaitu setelah data mengenai kegiatan
bimbingan sosial dalam penguatan mental klien
bipolar disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Sealatan terkumpul, maka data
tersebut disusun dalam bentuk narasi, visual, gambar,
matrik, bagan, tabel dan lainnya.
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan
kesimpulan dengan menghubungkan dari tema
20
tersebut sehingga memudahkan untuk menarik
kesimpulan.
E. Keabsahan Data
Dalam penelitian deskriptif kualitatif, pemeriksaan
keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi.
Triangulasi menurut Lexy J Moleong adalah "teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecakan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.16
Dezin membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik dan teori.
1. Triangulasi Sumber
Membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Dalam hal ini triangulasi ini dilakukan dengan
mewawancarai pembimbing sosial dan beberapa klien
bipolar.
2. Triangulasi Metode
Menurut Patton terapat dua strategi yaitu pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
16
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h. 330.
21
sama. Dalam penelitian ini, seperti yang telah dijelaskan
bahwa penulis menggunakan tiga metode pengumpulan
data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
3. Triangulasi Waktu
Terkadang data yang diperoleh seseorang peneliti
ketika melakukan wawancara atau observasi berbeda
disebabkan faktor waktu. Wawancara yang dilakukan
ketika siang hari dapat menghasilkan data yang berbeda
dengan data wawancara yang dilakukan pada pagi hari.17
Triangulasi waktu dilakukan untuk mendapatkan data
yang komprehensif, untuk memperkuat data dan
mendapatkan yang lebih akurat, maka dilakukan pula
observasi tiga sampai empat di hari dan waktu yang
berbeda.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Setelah mengadakan survey ke perpustakaan utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan beberapa
skripsi sebagai inspirasi penulis penelitian yang membahas
tentang :
1. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di
Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.
Reninta Latifa. NIM 105052001764. Bimbingan dan
Penyuluhan Islam tahun 1431H./2010M.
17
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidkan: Pendekata Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta,2010).h. 374.
22
Skripsi ini memberikan kesimpulan bahwa proses
bimbingan Islam dapat memberikan manfaat pada
penderita skizofrenia untuk kembali menjadi warga
masyarakat yang berguna sehingga dapat hidup
berdampingan secara wajar sebagai makhluk sosial
lainnya..
2. Pelaksanaan Terapi bagi Pasien Skizofrenia di Madani
Mental Healty Care Jakarta. Nurkholisoh. NIM
104052001991. Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun
1429H./2009M.
Skripsi ini memberi kesimpulan bahwa pelaksanaan terapi
bagi pasien skizofrenia yang di terapkan di lembaga ini
adalah dengan menggunakan terapi medik-psikiatrik,
terapi psikososial, terapi psikoreligius, dan terapi pilihan.
3. Pengaruh Pembinaan Rohani Mental Islam Terhadap
Pemahaman dan Kesadaran Keagamaan Anggota di
Markas Korps Brimob Kelapadua Depok. Irhamna
Romadlon. NIM 108052000001. Bimbingan dan
Penyuluhan Islam tahun 1434H./2013M.
Skripsi ini memberi kesimpulan bahwa pembinaan rohani
mental Islam disini memberikan bantuan dan arahan
mengenai keagamaan agar individu dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam. Pembinaan rohani
mental Islam menitikberatkan kepada fungsi al-Qur’an
dan al-Hadist sebagai pencegah, pemaham, perbaikan,
pemeliharaan dan pengembangan jiwa manusia agar
menjadi manusia yang baik di mata Allah S.W.T
23
4. Efek Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia
Usia Lanjut di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Siti
Indah Lucanti. NIM 108052000028. Bimbingan dan
Penyuluhan Islam tahun 1434H./2013M.
Skripsi ini memberi kesimpulan bahwa perkembangan
kemampuan untuk menghafal kembali surat-surat kitab
suci al-Qur’an, menumbuhkan kemampuan berinteraksi
sosial, kemampuan untuk mengatasi permasalahan dalam
diri dengan pendekatan kepada Allah S.W.T, serta
kemampuan adaptasi dengan lingkungan. Hal ini
menunjukkan adanya perkembangan yang baik pada
aspek pengetahuan (Knowledge), pembentukan sikap
(Attitude) ke arah yang positif serta perilaku nyata
(Behavior).
Dari hasil penelitian diatas, penulis menyatakan bahwa
hasil penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil penelitian
sebelumnya, yaitu:
1. Subjek penelitian skripsi ini adalah pengidap bipolar
disorder. Dan objek penelitian skripsi ini adalah kegiatan
dalam bentuk bimbingan sosial dalam penguatan mental
bipolar disorder. Hal ini berbeda dengan subjek dan objek
penelitian yang dibahas pada tinjauan pustaka di atas.
2. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Rumah Sakit Jiwa
Dharmawangsa Jakarta Selatan. Lokasi penelitian ini
berbeda dengan tinjauan pustaka di atas.
24
3. Masalah penelitian dalam penulisan skripsi ini membahas
kegiatan bimbingan sosial dalam penguatan mental klien
bipolar disorder. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dibahas pada tinjauan pustaka di atas.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini penulis mengacu pada
pedoman teknik penulisan karya ilmiah berdasarkan Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, sesuai SK Rektor 2017.
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam
enam bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang Latar Belakang,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Keabsahan Data, Kajian Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini meliputi Pengertian Bimbingan Sosial,
Asas-asas Bimbingan Sosial, Objek Bimbingan
Sosial, Tujuan Bimbingan Sosial, Bentuk
Bimbingan Sosial, Jenis Masalah Bimbingan
Sosial, Tahap-tahap Layanan Bimbingan Sosial,
Pengertian Penguatan Mental, Pengertian Bipolar
25
Disorder, Sebab-sebab Munculnya Bipolar
Disorder, Jenis-jenis Bipolar Disorder.
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA
SANATORIUM DHARMAWANGSA
JAKARTA SELATAN
Bab ini membahas mengenai Sejarah Singkat
Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa
Jakarta Selatan, Visi Misi dan Motto Rumah
Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan, Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan,
Prasarana Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan, Fasilitas
Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan, Struktur
Organisasi Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini meliputi hasil temuan berupa identifikasi
subjek serta objek. Penguraian data dan temuan di
lapangan berupa upaya Pelaksanaan Bimbingan
Sosial dalam Penguatan Mental Klien Bipolar
Disorder di Rumah Sakit Jiwa Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan
26
BAB V ANALISIS DATA
Bagian ini berisi uraian yang mengkaitkan latar
belakang dan teori. Menganalisis pelaksanaan dan
upaya kegiatan Bimbingan Sosial dalam
Penguatan Mental Klien Bipolar Disorder di
Rumah Sakit Jiwa Sanatorium Dharmawangsa
Jakarta Selatan.
BAB VI PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dari hasil
keseluruhan temuan dan analisis penelitian dan
saran.
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Sosial
1. Pengertian Bimbingan Sosial
Menurut Fenti Hikmawati mendefinisikan bahwa
Bimbingan sosial adalah layanan pengembangan
kemampuan dan mengatasi masalah sosial dalam
kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
bekerja sama dan berinteraksi dengan orang dewasa
ataupun dengan individu yang lebih muda.18
Bimbingan sosial menurut Dewa Ketut Sukardi
(1996), bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan
kepada seseorang agar ia mampu mengembangkan potensi
yang dimiliki, mengenali diri sendiri dan mengatasi
persoalan-persoalan sehingga ia mampu menentukan jalan
hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung pada
orang lain.19
Sedangkan sosial adalah segala sesuatu yang
mengenai masyarakat; peduli terhadap kepentingan
umum.20
.
Bimbingan sosial adalah merupakan kelanjutan dari
Penyuluhan Sosial yang pelaksanannya akan dapat
merupakan sebuah proses yang panjang, disamping itu ia
18
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Rajawali Pers,
2010), h. 4. 19
Hibana S. Rachman, Bimbingan dan Konseling Pola 17, (Yogyakarta: UCY press, 2003), h. 13.
20 Pius A Partantao, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer,
(Surabaya: Arloka, 1994), h. 719.
28
dapat berjalan dengan langsung dan intensif, guna
memberikan bimbingan pada masyarakat.
Bimbingan sosial merupakan sebuah proses yang
panjang, hampir tidak dapat ditentukan batas akhirnya
karena bimbingan sosial terlebih dahulu harus
menciptakan mekanisme kerja di dalam masyarakat
dimana kemudian mekanisme tersebut secara terus
menerus dilakukan pembinaan. Dengan demikian dapat
pula dikatakan bahwa bimbingan sosial sesungguhnhya
adalah merupakan gabungan proses pemberian
penyuluhan yang dilanjutkan dengan bimbingan.
Sebuah pendapat yang konkrit tentang pengertian
bimbingan sosial kiranya dapat dipetik dari buku
“Bimbingan Sosial” oleh Drs. Achmad Toha yaitu
bimbingan sosial bila ditilik dari pangkal istilah
bimbingan dari kata bimbing yang secara harfiah
menunjukkan adanya dua orang atau lebih yang berpautan
tangan untuk mencapai suatu tujuan dengan ciri bahwa
satu pihak sebagai pengantar arah, sedang pihak lain
sebagai penganutnya, maka dalam istilah ini dapat ditarik
suatu perlambang dari arti pangkal pengertian tersebut,
bahwasannya gerak bimbingan sosial sebagai suatu
metode adalah jelas masalah hubungan antar manusia,
menjadi faktor yang menentukan dalam kegiatannya
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dari pengertian khusus yang dirumuskan dalam
pedoman “Bimbingan Sosial” menyatakan antara lain:
29
a. Gerak bimbingan sosial yang ditujukan pada
perkembangan pertanggung jawaban sosial itu hanya
mungkin berlangsung bila pergaulan hidup antar manusia
sedia untuk menerimanya, tidak dengan paksaan, tetapi
berdasarkan pengertian bahwa sumber pertanggungan
jawab sosial adalah kesadaran manusia, bahwa ia tidak
mungkin dapat memperkembangkan pribadinya dengan
tiada tempat persemaian bagi gerak tersebut yang
dibebankan oleh pergaulan hidup antar manusia, yaitu
bahwa ia melalui bergaul dengan manusia lainnya akan
dapat mencapai tujuannya yang beraneka corak ragamnya,
yang berarti bahwa untuk gerak itu ia membutuhkan gerak
sambungan dari sesama manusia yang memungkinkan
berlangsungnya gerak perkembangan pribadi itu dengan
pengertian bahwa keperluan akan gerak sambungan itu
bukan berdasarkan atas hak terhadap sesama manusia,
tetapi atas dasar saling perlu memerlukan untuk gerak
perkembangan pribadi.
b. Gerak bimbingan sosial adalah bersifat membimbing,
bukan memaksakan sesuatu dari luar tetapi memberi jalan
dan saluran pada perkembangan pertanggungan jawab
sosial yang tumbuh dari rasa saling perlu memerlukan
dalam pergaulan hidup antar manusia untuk selanjutnya
tumbuh subur dari sumber kesadaran yang halus dan
dalam itu menuju kepergaulan hidup yang senantiasa dan
sejahtera.
30
Penjelasan lebih jauh yang bersifat khusus
sehubungan dengan bidang pekerjaan sosial menyatakan
bahwa gerak bimbingan sosial adalah turut berusaha
memungkinkan seseorang yang tergelincir itu kembali
kedalam lingkungan hidup sosial dengan menyiapkan
masyarakat untuk menerima kembali seseorang tersebut.21
Jadi Bimbingan sosial adalah bimbingan yang
diberikan kepada individu untuk mengembangkan dan
mengenal lingkungan dengan cara bersosialisasi dengan
baik kepada keluarga, sekolah dan masyarakat.
Bimbingan sosial yang dilakukan pembimbing kepada
individu untuk mengatasi masalah sosial yang di hadapi
agar sesuai dengan norma atau ketentuan yang berlaku
dalam masyarakat.
2. Asas-asas Bimbingan Sosial
Asas-asas bimbingan sosial adalah landasan yang
harus dijadikan pegangan dalam melakukan bimbingan
sosial. Asas bimbingan sosial, seperti halnya asas
bimbingan dan penyuluhan islam lainnya, bersumber pada
Al-Quran dan Hadits.
a. Asas Kebahagiaan Dunia Akhirat
Bimbingan Sosial, seperti halnya bimbingan dan
penyuluhan Islam lainnya, ditunjukan untuk
membantu individu mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Dengan kata lain, bimbingan sosial
ditujukan bukan hanya pada pencapaian kebahagiaan
21
Dinas Sosial DKI Jakarta, Petunjuk Praktis Penyuluhan dan Bimbingan
Sosial (Jakarta: Dinas Sosial DKI Jakarta, 1978), h. 57-58.
31
hidup bermasyarakat seseorang individu dalam
kehidupan di dunia saja, melainkan juga dengan
memperhatikan kebahagiaan hidupnya diakhirat nanti.
Dengan kata lain individu harus disadarkan akan
kehidupannya di dunia.22
b. Asas Komunikasi dan Musyawarah
Bimbingan sosial berpijak pada asas bahwa
kehidupan bermasyarakat akan terjalin dengan baik
manakala semua pihak mau berkomunikasi secara
musyawarah, dalam arti komunikasi dua arah untuk
memperoleh pemahaman dan kesepakatan bersama.
Ini termasuk pula hubungan antara pembimbing dan
yang dibimbing.23
c. Asas Kasih Sayang
Hidup bermasyarakat haruslah berlandaskan pada
rasa kasih sayang, begitu pula halnya hubungan
konselor dan konseli.
d. Asas Menghargai dan Menghormati
Hubungan bermasyarakat haruslah dilandasi
kehendak untuk saling menghargai martabat masing-
masing dan saling menghormati keinginan, kehendak,
dan pendapat.24
22
Soeparman, Bimbingan dan Konseling Pola 17, (Jogjakarta: UCY Press, 2003), h. 53.
23 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Jogjakarta: UII Press, 2001), h. 153. 24
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001), h. 154.
32
e. Asas Rasa Aman
Kehidupan kemasyarakatan yang sejuk dan
tentram akan tercipta manakala semua pihak berusaha
menciptakan perasaan aman pada diri masing-masing
dan lingkungannya.
3. Objek Bimbingan Sosial
a. Upaya-upaya mencegah dan atau mengatasi problem
penyesuaian diri.
b. Upaya-upaya mencegah dan atau mengatasi problem
hubungan antar rumah tangga
c. Upaya-upaya mencegah dan atau mengatasi problem
hubungan antar kelompok.
4. Tujuan Bimbingan Sosial
Dalam interaksi sosial, setiap orang mempunyai bakat,
minat, kepentingan dan berbagai perbedaan individu
lainnya, konflik sosial bisa terjadi, kepentingan individu
bisa bertabrakan dengan kondisi kelompok. Kepentingan
kelompok bisa bertabrakan dengan kondisi kelompok lain.
Benturan-benturan kepentingan serupa itu dapat
menimbulkan masalah bagi individu.
Kesulitan-kesulitan, masalah-masalah yang dihadapi
seseorang dalam hidupnya bermasyarakat, kerapkali tidak
bisa diatasinya sendiri. Ia memerlukan bantuan orang lain.
Dengan kata lain, bimbingan sosial sangat diperlukan
untuk menanganinya.
33
Tujuan Bimbingan Sosial:
a. Membantu individu memahami timbulnya masalah-
masalah yang berkaitan dengan kehidupan
bermasyarakat.
b. Membantu individu mencegah timbulnya masalah
yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.
c. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi
kehidupan bermasyarakat yang dilibatinya agar tetap
baik dan mengembalikannya agar jauh lebih baik.25
Menurut Wardati dan Jauhar (2011:25) tujuan
bimbingan sosial yaitu:
a) Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Memiliki sikap respek terhadap diri sendiri
c) Dapat mengelola stress
d) Mampu mengendalikan dari perbuatan yang
diharamkan agama
e) Memahami perasaan diri dan mampu
mengekspresikannya secara wajar.
f) Memiliki kemampuan memecahkan masalah
g) Memiliki rasa percaya diri
h) Memiliki mental yang sehat
Dalam buku Ny. Y. Singgi D. Gunarsa dan Singgih,
D. Gunarsa, bimbingan sosial bertujuan untuk membantu
anak dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan
25
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001), h. 151.
34
sosialnya, sehingga ia mampu mengadakan hubungan-
hubungan sosial dengan baik.26
Dalam buku Koestoer Partowisastro bimbingan sosial
bertujuan untuk:
a. Membantu individu mengerti tanggung jawab sosial
dan kewarganegaraan.
b. Membantu individu mengerti aturan sosial.
c. Membantu individu ikut serta dalam aktivitas-aktivitas
sosial.
d. Membantu individu dalam penyesuaiannya dengan
orang lain.27
Jadi kesimpulannya tujuan bimbingan sosial untuk
membantu individu dalam mengatasi masalah sosial dan
mampu berinteraksi dengan orang lain dan bersosialisasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku didalam
masyarakat.
5. Bentuk Bimbingan Sosial
Menurut Tohirin bentuk bimbingan sosial sebagai
berikut:
Ada beberapa macam bentuk layanan bimbingan
sosial yang bisa diberikan. Berbagai bentuk bimbingan
sosial dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap klien dan
melalui kontak langsung.
26
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia, 2000), h. 36. 27
Koestoer Partowisastro, Bimbingan & Penyuluhan di Sekolah-sekolah
Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 36-37.
35
Dalam buku Hallen bentuk bimbingan sosial sebagai
berikut:
a. Layanan orientasi, yaitu layanan yang ditujukan untuk
klien guna memberikan pemahaman dan penyesuaian
diri terhadap lingkungan yang baru dimasuki.
b. Layanan informasi, yaitu layanan yang bertujuan
untuk membekali seseorang dengan berbagai
pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal
yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan
mengembangkan pola keidupan individu, anggota
keluarga dan masyarakat.
c. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang
memungkinkan individu memperoleh pelayanan
secara intensif melalui tatap muka dengan konselor
atau pembimbing sosial dalam rangka pembahasan
dan pengentasan masalah yang dialami individu
tersebut.
d. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan
individu memperoleh kesempatan untuk
membicarakan dan menyelesaikan permasalahan yang
dialami melalui dinamika kelompok.
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan
kepada klien dalam rangka memberikan kemudahan
dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain
bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula
bersifat penyembuhan. Konseling kelompok adalah
36
pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan
antara seorang konselor professional dengan beberapa
pasien sekaligus dalam kelompok kecil (winkel,
1999). Amir Awang (1988) menjelaskan bahwa ciri
utama konseling kelompok ialah memberi focus
kepada pemikiran sadar, tingkah laku, dan
menggalakkan interaksi terbuka, peserta merupakan
orang-orang normal dan fasilitator merupakan
penggerak yang penting. Menurut Delameter ( 1974)
konseling kelompok dapat mewujudkan beberapa ciri
seperti interaksi, persepsi, hubungan afektif, dan
saling bergantung.
Konseling kelompok dianggap lebih sesuai bagi
individu yang perlu membagi sesuatu dengan orang
lain untuk merasa dirinya dimiliki dan dihargai;
individu dapat berbincang tentang kebimbangan
mereka, nilai hidup mereka, dan masalah-masalah
yang dihadapi; individu yang memerlukan dukungan
rekan senasib yang lebih mengerti dirinya; individu
yang memerlukan pengalamann dalam kelompok
untuk memahami dan memotivasi diti (Shertzer &
Stone, 1981); individu yang ingin memecahkan
masalahnya dengan kehadiran orang lain; individu
yang perlu untuk mengamati bagaimana reaksi orang
lain atas masalah mereka (Atkinson & Hilgrad, 1991).
e. Layanan konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang diberikan kepada seseorang untuk
37
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara
yang perlu dilaksanakan dalam menangani atau
membantu pihak lain.
f. Layanan mediasi, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua
pihak yang sedang dalam keadaan tidak menemukan
kecocokan sehingga membuat mereka saling
bertentangan dan bermusuhan.28
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya bentuk bimbingan sosial itu mencangkup banyak
bentuk layanan. Dimana semua bentuk layanan itu pada
intinya membantu individu dalam mencapai kematangan
kehidupan sosialnya baik secara pribadi maupun
kelompok.
6. Jenis Masalah Bimbingan Sosial
Menurut Amin Budiamin dan Setiawati dalam buku
Bimbingan Konseling Direktorat Jendral Pendidikan
Islam permasalahan yang dihadapi dalam bimbingan
sosial yakni:
a. Berprilaku sosial yang bertanggung jawab, meliputi:
1) Kurang menyenangi kritikan orang lain:
2) Kurang memahami tata krama (etika) pergaulan;
3) Kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik
di sekolah maupun di masyarakat.
28
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta:
Raja Grafindo Persada 2007) h. 128-129.
38
b. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman
sebaya, meliputi:
a) Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis;
b) Merasa tidak senang kepada teman yang suka
mengkritik
c. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga,
meliputi:
a) Sikap yang kurang positif terhadap pernikahan;
b) Sikap yang kurang positif terhadap hidup
berkeluarga.29
Jadi masalah bimbingan sosial adalah pemantapan
kemampuan berkomunikasi, pemantapan kemampuan
menerima dan menyampaikan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif,
pemantapan kemampuan bertingkah laku dan
berhubungan sosial.
7. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Sosial
Sebuah layanan tentu mempunyai tahapan atau
langkah-langkah prosedur yang ditempuh. Oleh karena itu
sebelum melakukan sebuah kegiatan layanan bimbingan
sosial perlu memperhatikan tahapan-tahapan itu sendiri.
Menurut Muhaimin (2011:65), tahapan layanan
bimbingan sosial meliputi 5 tahap antara lain:
29
Amin Budiamin, Setiawati, Bimbingan Konseling (Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Islam, 2009), h. 84.
39
a. Mengidentifikasi Masalah, pada langkah ini hal yang
harus diperhatikan oleh seorang konselor adalah
mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang
sedang dihadapi oleh klien. Gejala-gejala awal ini
biasanya dapat diketahui dari tingkah laku yang
berbeda atau menyimpang dari kebiasaan yang
sebelumnya dilakukan oleh klien.
b. Melakukan Diagnosis, setelah masalah dapat di
identifikasi, pada langkah diagnosis adalah
menetapkan masalah tersebut berdasarkan analisis
latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya
masalah pada klien. Hal yang penting dari tahapan
diagnosis adalah kegiatan pengumpulan data
mengenai berbagai hal yang melatar belakangi atau
menyebabkan gejala terjadi.
c. Menetapkan Prognosis, prognosis adalah
merencanakan tindakan pemberian bantuan kepada
klien setelah melakukan tahapan diagnosis dari
masalah yang terjadi.
d. Pemberian Bantuan, langkah penting dalam pelayanan
bimbingan dan konseling kepada klien setelah
menetapkan adalah merealisasikan langkah alternative
bentuk bantuan berdasarkan masalahnya. Langkah
pemberian bantuan agar tindakan yang dilakukan oleh
pembimbing efektif dalam mencapai keberhasilan.
e. Evaluasi dan Tindak Lanjut, evaluasi dapat dilakukan
ditengah proses bimbingan atau setelah proses
40
pemberian bantuan dinyatakan berhasil. Kapanpun
evaluasi dilakukan, satu hal yang penting untuk
dilakukan adalah tindakan lanjutan agar klien yang
diberikan bantuan dapat mencapai keberhasilan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam
layanan bimbingan sosial diatas terdapat lima langkah
tahapan. Yakni mengidentifikasi permasalahan,
melakukan diagnosis, merencanakan pemberian bantuan
atau alternative bantuan berdasarkan masalah, dan
terakhir mengevaluasi dan tindak lanjut.
B. Penguatan Mental
Wina Sanjaya memberikan definisi penguatan
(reinforcement) sebagai berikut:
“Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon
yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku
pembimbing terhadap tingkah laku terbimbing, yang
bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi
terbimbing atas perbuatan responnya yang diberikan sebagai
suatu dorongan atau koreksi. Melalui keterampilan penguatan
(reinforcement) yang diberikan pembimbing, maka
terbimbing akan merasa terdorong selamanya untuk
memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari
pembimbing, atau terbimbing akan berusaha menghindari
respon yang di anggap tidak bermanfaat. Dengan demikian
fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) itu adalah
untuk memberikan ganjaran kepada terbimbing sehingga
41
terbimbing akan berbesar hati dan meningkatkan
partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran.30
Definisi lain diberikan oleh Zainal Asri yang mengatakan
penguatan adalah respon terhadap tingkah laku positif yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut. Penguatan dapat diartikan sebagai suatu
bentuk penghargaan, penghargaan ini tidak harus selalu
berwujud materi, bisa juga dalam bentuk kata-kata,
senyuman, anggukan, dan sentuhan.31
Menurut Moh. Uzer Usman penguatan (reinforcement)
adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun
nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah
laku pembimbing terhadap tingkah laku terbimbing, yang
bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (fet
back) bagi si terbimbing atas perbuatannya sebagai suatu
tindakan dorongan atau koreksi. Penguatan dikatakan juga
sebagai respon terhadap tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku
tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar
atau membesarkan hati terbimbing agar mereka lebih giat
berpartisipasi untuk interaksi dalam proses bimbingan.32
Mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin
ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah:
30
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana 2009), h. 13
31 Zainal Asri, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman
Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 77. 32
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 80.
42
pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan
untuk menunjukan penyesuaian organisme terhadap
lingkungan dan secara khusus menunjukkan penyesuaian
organisme terhadap lingkungan dan secara khusus
menunjukkan penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi
simbolis yang disadari oleh individu.33
Mental secara istilah
dapat diartikan dengan “semangat jiwa yang tegar, yang aktif,
yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan
manusia.”34
Selain pengertian diatas, mental memiliki beberapa aspek
yang dijabarkan oleh beberapa pakar:
Kartini Kartono mengemukakan bahwa aspek mental
yang ada dalam diri manusia adalah keinginan, tindakan,
tujuan, usaha-usaha dan perasaan.35
Zakiyah Daradjat berpendapat bahwa aspek mental yang
ada dalam diri manusia adalah kehendak, sikap dan
tindakan.36
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa aspek mental yang
ada pada diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat
menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri.
Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh
keadaan jiwanya yang merupakan motor penggerak suatu
33
Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang, 2000), h. 3.
34 Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung:
Bulan Bintang, 2000), h. 2. 35
Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang, 2000), h. 6.
36 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pendidikan Mental (Jakarta:
Bulan Bintang, 1994), h. 23.
43
perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa
manusia kendalikan melalui proses pendidikan.
Dalam hal ini pun sekolah atau yayasan rehabilitasi
mental memiliki peranan dalam membantu individu
menyiapkan mentalnya. Namun pada umumnya perhatian
akan pentingnya kesadaran dan pemahaman terhadap
kesehatan mental di lingkungan sekitar seringkali luput dari
perhatian. Padahal kondisi ini perlu perhatian serius dari
segenap pihak, khususnya untuk pembimbing atau konselor.37
Dari uraian diatas dapat dipahami tentang adanya
hubungan penguatan mental bipolar terhadap kegiatan
bimbingan sosial, jika keduanya tidak seimbang maka akan
menyebabkan beberapa gangguan seperti, gangguan depresi,
kecemasan, dan stress. Maka dalam hal ini pembimbing sosial
memiliki peranan dalam membantu klien bipolar agar dapat
menjalani kehidupan dengan baik dan bisa kembali
beraktivitas di lingkungan sosialnya dengan mental yang
sehat.
Selain itu Nana Syaodih Sukmadinata juga memaparkan
beberapa upaya untuk mencegah ketidaksehatan mental yang
beliau paparkan dalam bukunya yang berjudul “Landasan
Psikologi Proses Pendidikan” sebagai berikut:
Dalam pemeliharaan kesehatan mental juga berlaku
pepatah, lebih mudah mencegah dari pada mengobati.
37
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pendidikan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 101.
44
1) Upaya pertama dan utama, yang paling ampuh tetapi sulit
dilakukan, adalah menciptakan lingkungan sosial-
psikologis yang sehat dan wajar. Lingkungan sosial
psikologis yang sehat dan wajar akan tercipta apabila
orang tua, pembimbing dan para terbimbing lainnya
terlebih dahulu memiliki mental yang sehat.
2) Upaya kedua, ciptakan interaksi dengan dasar kasih
sayang dan penghargaan akan harga dan martabat tersebut
sebagai individu. Awal noda goresan ketidaksehatan
mental dimulai dari perlakuan orang dewasa, yang kurang
menghormati pribadi anak dan mendekatinya tanpa kasih
sayang yang wajar.
3) Ketiga, pemeliharaan kesehatan fisik individu.
4) Keempat, memberikan berbagai bentuk kegiatan belajar,
latihan penyaluran yang sehat seperti terapi dan
sebagainya, kegiatan tersebut harus sesuai dengan tahap
perkembangan individu.38
Dalam kenyataannya kita tahu bahwa kita hanyalah
manusia biasa yang tidak sempurna dan tidak luput dari
kekurangan dan kesulitan hidup, apalagi jika kita memiliki
berbagai macam masalah hidup atau kehidupan yang kurang
harmonis lalu hanya kita pendam sendiri nantinya akan
mengakibatkan produktifitas kinerja kita menurun, kita tidak
dapat mengerjakan tugas dengan wajar, dalam keadaan
38
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 150.
45
tersebut kita dihinggapi gangguan mental seperti stress, rasa
khawatir, sedih, marah, dan emosi.
C. Bipolar Disorder
Setiap penyakit memiliki sebab kenapa ia bisa tumbuh
dan muncul dalam diri manusia dan setiap penyakit pasti ada
obatnya demikian pula dengan salah satu penyakit yang saat
ini cukup popular yaitu bipolar disorder. Penyakit bipolar
disorder merupakan salah satu penyakit yang telah ada sejak
lama namun reputasinya menanjak ketika pada beberapa
tahun terakhir banyak masyarakat baik kalangan remaja,
dewasa, hingga orang tua yang mengidap penyakit tersebut.
Pada dasarnya setiap penyakit berasal dari hati kemudian
menuju ke bagian syaraf manusia itu sendiri dan apa yang
menyebabkannya tergantung pada sebesar apa permasalahan
dan problematika yang dihadapi oleh seseorang. Hal ini pula
yang menyebabkan terjadinya kemunculan pada penyakit
yang bernama bipolar disorder yang diikuti oleh berbagai
gejala manik dan depresi yang berlebihan dan terjadi secara
tidak menentu dan tiba-tiba yang berasal dari alam perasaan
atau perubahan mood bagi penderitanya.
1. Pengertian Bipolar disorder
Bipolar disorder adalah jenis penyakit dalam keilmuan
psikologi, dalam perkembangannya bipolar disorder adalah
salah satu penyakit mental yang masuk dalam kategori
penyakit gangguan jiwa.Dalam kurung waktu terakhir bipolar
menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu penyakit yang
46
berbahaya, khususnya dikalangan remaja, dewasa dan dewasa
matang. Penyakit bipolar masuk dalam deretan daftar
penyakit yang saat ini menjadi objek kajian dan penelitian,
baik dari kalangan professional, para psikolog, kedokteran
serta pihak-pihak yang menggandrungi ilmu psikologi39
Untuk mendapatkan penjelasan secara lebih spesifik
dan detail berikut definisi penyakit mental bipolar
disorder baik secara etimologi dan terminology
berdasarkan pengertian dan definisinya.
Secara etimologi bipolar disorder mendefinisikan
bipolar disorder ialah suatu penyakit mental yang terdapat
dalam penyakit psikologis, penyakit bipolar disorder
disebut juga dengan istilah “Manic-Depresive” yang
berarti antara kebahagiaan atau perasaan gembira yang
secara berlebihan dan perasan depresi atau frustasi yang
terjadi secara tidak wajar dan tidak terkendalikan baik
oleh penderitanya maupun oleh orang lain dan
keluarganya. Dalam siklus yang tidak menentu inilah
bipolar disorder berkembang dan terus berkembang yang
diikuti oleh episode-episode mania dan depresi.40
Sedangkan pengertian bipolar disorder secara
terminology ialah terdiri dari dua kata yaitu Bipolar dan
Disorder. Bipolar ialah yang berarti alam perasaan
sedangkanDisorder ialah perubahan yang terjadi secara
39
Sarwono Wirawan Sarlito, Teori-teori Psikologi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada: 1995) h. 27. 40
Triantoro Safari dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi dan
Depresi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 35.
47
tiba-tiba dan dimana ia muncul secara tidak pasti. Jadi
pengertian bipolar disorder secara terminology ialah suatu
alam perasaan yang dialami oleh penderitanya yang terdiri
atas dua elemen utama yaitu mania dan depresi dimana
kedua elemen tersebut akan terjadi tiba-tiba dan cepat
dalam kurung waktu yang cukup lama.41
Seseorang yang menderita penyakit mental bipolar
disorder memiliki rekam hidup dan pengalaman-
pengalaman baik pada masa lampau maupun yang
berlangsung, dimana hal ini ditandai dengan adanya
perubahan mood (perasaan), baik ringan maupun yang
berat hingga pada level yang sangat ekstrim sekalipun.
Seseorang mengidap penyakit mental bipolar disorder
biasanya ketika masa remaja dimana pada masa remaja
individu dianggap rentan mengidap bipolar yang
disebabkan karena kondisi fisik dan psikologinya masih
labil.42
. hal yang paling umum dan popular bagi pengidap
bipolar ialah dimana individu akan mengalami depresi
dan mania. Pada dasarnya istilah bipolar disorder sendiri
adalah berdasarkan pada suasana dan keadaan hati
penderitanya, dimana mood (perasaan) individu akan
mengalami perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, seperti
antara dua kutub (Bipolar) yang berlawanan yaitu
41
Milton H. Erickson, Mood Disorder, (London: Crystal Park, 2004), h.36. 42
Barbara Krahe, Perilaku Agresif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
h. 94.
48
kebahagiaan (Mania) dan kesedihan (Depresi) yang
sangat ekstrim.43
Pada dasarnya setiap manusia secara normal pasti
pernah merasakan dan akan mengalami perasaan yang
buruk atau yang dikenal juga dengan istilah Bad Mood,
dan disisi lain akan mengalami yang namanya Good
Mood atau perasaan senang dan bahagia. Namun lain
halnya dengan orang yang mengidap bipolar disorder,
dimana ia memiliki alam perasaan yang ekstrim yakni
pola perasaan yang mudah berubah-ubah secara drastic
(Mood Swings).44
Pada saat-saat tertentu individu yang memiliki
penyakit bipolar disorder akan merasakan perasaan
antusiasme yang tinggi dan sangat bersemangat, hal ini
terjadi karena biasanya perasaan dan pikirannya berada
dalam keadaan yang stabil sehingga terlihat seperti orang
yang normal. Namun apabila mood-nya (perasaannya)
berubah menjadi buruk yang berlawanan dengan perasaan
bahagianya, maka ia akan merasa marah, benci, takut,
jengkel, emosi, ketakutan serta hal-hal yang buruk dimana
ia merasa bahwa hal tersebut tidak baik. Dan pada tahap
yang sangat ekstrim maka individu tersebut akan merasa
43
Triantoro Safari dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi dan
Depresi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 50. 44
C. Georg Boree, Dasar-dasar Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Prisma
Sophie, 2006), h. 274.
49
depresi, putus asa, pesimis hingga ia akan memutuskan
untuk melakukan bunuh diri.45
2. Sebab-sebab Munculnya Bipolar Disorder
Setiap jenis penyakit memiliki faktor dan alasan
mengapa sebuah penyakit bisa muncul dalam diri
seseorang, dan mengapa individu tersebut bisa mengidap
penyakit yang di deritanya.Dalam prosesnya segala
sesuatu di dunia ini memiliki alasan atas keberadaannya
demikian halnya dengan penyakit.
“Penyakit adalah suatu penyimpangan dari keadaan
tubuh yang normal atau ketidakharmonisan jiwa”46
“Penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat
gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga
berada dalam keadaan tidak normal”.47
Tanpa adanya pemahaman dan pengertian tentang
berbagai macam konsep penyakit mental ini, maka kita
tidak mampu mempunyai dasar pemikiran yang kuat
dimana hal ini menjadi patokan atas pendapat dan
tindakan.
Terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan
munculnya penyakit mental bipolar disorder di antaranya
meliputi Faktor Genetika (pembawaan/keturunan).Faktor
45
Triantoro Safari dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi dan
Depresi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 69. 46
Beate Jacob, Specialis Of Psychology, (New York: Paragament, 1982),
h. 12 47
Beate Jacob, Specialis Of Psychology, (New York: Paragament, 1982),
h. 19
50
Gen yang disebabkan oleh penyakit bawaan atau
keturunan merupakan salah satu faktor yang paling utama
yang menyebabkan seseorang mengidap penyakit bipolar
disorder. Individu yang berasal dari keluarga yang
memiliki rekam penyakit bipolar secara turun temurun
maka akan memiliki resiko yang cukup besar, dimana
individu tersebut juga akan terindikasi mengidap penyakit
yang sama. Dari segi keturunan tersebut bukan berarti dari
kedua orang tuanya secara langsung, namun bisa juga
berasal dari keturunan pihak ibu atau juga dari pihak
ayah.Berdasarkan dari hasil penelitian tentang besarnya
pengaruh pada faktor akibat keturunan atau bawaan pada
penderita bipolar disorder memang cukup
menghawatirkan.48
Adapun beberapa jenis penyakit mental bipolar
disorder yang terkait dengan aspek faktor genetic atau
berdasarkan pada keturunan dan pembawaan diantaranya
adalah:
a. Perasaan yang berlawanan (Mood Disorder)
Dalam dunia medis maupun dalam hal penyakit
pencegahan patutnya dilakukan dalam upaya
mencegah dan menghindari gejala suatu penyakit
menjadi lebih besar dan rumit.Upaya penanganan
sejak dini baiknya dilakukan secara proporsional bagi
48
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Terapan dan Masalah-masalah
Sosial, (Bandung: Uad Press, 2005), h. 303.
51
penderitanya, hal ini dilakukan untuk mencegah hal-
hal yang tidak diinginkan.49
Terdapat dua Neurotransmitter yang menyebabkan
gangguan mood yaitu Norepinephrine dan Serotonin.
Norepinephrine merupakan keadaan dimana individu
mengalami gangguan bipolar disorder yang berada
pada tahap yang cukup rendah dari tahap-tahap yang
lainnya. Namun pada tahap ini pada dasarnya
menyebabkan individu akan mengalami sejenis
depresi hingga berakibat pada tahap mania. Sementara
Serotonin tidak jauh berbeda dengan tahap
sebelumnya dimana pada ini juga individu yang
menderita bipolar akan mengalami depresi dan rasa
frustasi.50
Dalam proses pengobatannya pada tahap ini
individu hanya perlu meminum obat-obat depresi pada
umumnya, hal ini bisa dilakukan oleh individu itu
sendiri maupun oleh pihak keluarga atas saran dan
rujukan dari pihak rumah sakit serta dokter yang
menanganinya. (Gunarsa, S.D. dan Yulia, Psikologi
perawatan: 2003) keduanya mengatakan bahwa bagi
pengidap bipolar yang berada pada tahap depresi baik
depresi ringan maupun yang berat, yaitu yang berada
pada tahap ini ialah Tricylics dan Monoamine
Oxidase.Obat ini sendiri secara fungsional merupakan
49
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Terapan dan Masalah-masalah
Sosial, (Bandung: Uad Press, 2005), h. 310. 50
Mulyanto, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi,
(Semarang: IKIP Semarang Press, 2003), h. 312.
52
obat anti depresi yang bertujuan untuk pencegahan.
Selain itu obat tersebut akan memberikan pengaruh
pada bagian syaraf penderita bipolar.51
b. Neuroendokrin
Pada tahap ini terdapat suatu area limbik di dalam
otak manusia yang berkaitan dengan emosi dimana hal
ini menyebabkan bagian hipotalamus penderita
bipolar. Bagian hipotalamus sendiri adalah bertujuan
untuk dapat mengontrol dan mengendalikan kelenjar
endokrin dan tingkat hormon bagi penderitanya,
adanya hormone tersebut yang berasal hipotalamus
akan memberikan pengaruh kelenjar pituitary.
Beberapa hal yang diakibatkan oleh hal tersebut ialah
dimana timbulnya depresi, perasaan frustasi,
mengurung dan mengisolir diri, tidak tenang,
berbicara sendiri dengan sesuka hati namun individu
tersebut akan tetap menyadari apa yang
dibicarakannya, serta mengalami gangguan tidur.
Akibat dari munculnya gejala-gejala tersebut maka
penderita bipolar akan semakin berada pada level
yang menghawatirkan, secara structural fungsi-fungsi
dari anggota badan akan mengalami drop dan
ketidakberdayaan dalam melakukan aktivitas yang
normal.52
51
Barbara Krahe, Perilaku Agresif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
h.101. 52
Alex Thio, Deviant Behavioristik. (Jakarta: Rosda Karya, 2007), h. 157
53
c. An Integrated of Bipolar Disorder
Bagi penderita bipolar disorder terdapat beberapa
gangguan-gangguan yang berada pada area motivasi
yang dikenal dengan Behavioral Activation
System.Pada dasarnya area motivasi sendiri membuat
seseorang pengidap bipolar merasakan adanya suatu
penghargaan yang ia peroleh dari lingkungan dan
sosial adalah suatu hal yang mutlak untuk diberikan
dan perlu ia dapatkan .
Oleh sebab itu individu patutnya diberikan suatu
motivasi yang mendorong dan mendukungnya ke arah
yang lebih baik, salah satunya berupa reward dari
lingkungannya. Dimana hal ini berkaitan dengan
konsep Positive Emotional States, kar