Post on 29-Jun-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era modern ini, serin kali manusia lupa akan kewajiban, agama, dan
ayat-ayat Al-Quran. Begitu juga kandungan ayat Al Quran dan cara
pengamalannya. Dalam kenyataannya, ayat-ayat Al Quran sebenarnya
sangat penting. Bahkan tanpa disadari, kadang kita juga mengamalkannya.
Tetapi, hal itu tidaklah sempurna untuk menjadi amalan kita. Karena kita
tidak tahu akan kaitan perbuatan tersebut dengan ayat Al Quran. Padahal,
hal itu bias menjadi amalan kita jika kita memakai niat. Tetapi jika tahu akan
ilmunya, mana mungkin kita bias berpikiran sejauh itu dan berpikir akan
niat dalam mengerjakannya.
Semua itu dapat kita tangani dengan memahami ayat-ayat Al Quran
adalah salah satunya. Dengan mengetahui, memahami, dan menerapkannya
maka kita pastinya dapat mengupas baik buruknya suatu perbuatan. Dalam
sebuah pepatah telah disebutkan bahwa “ Amal tanpa ilmu akan buta. Dan
ilmu tanpa amal akan binasa”. Begitu juga dengan keadaan masyarakat kita
sekarang ini. Alangkah sangat ruginya jika pusaka yang telah kita punyai
tidak kita manfaatkan dan tidak bisa melindungi kita yaitu kita tidak bisa
mempergunakan dan memahami kandungan ayat Al Quran.
Keadaan seperti inilah harus dicari jalan keluarnya. Salah satu hal yang
dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan 2 pusaka yang telah dititipkan
oleh Nabi Muhammad SAW, yang tidak lain adalah Al Quran dan Al
Hadist. Dengan berpegang teguh pada keduanya niscaya kita akan menjadi
umatnya yang beruntung di dunia dan akhirat yaitu dengan mempelajari Al
Quran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1
1.2 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan ini:
a. Untuk mengetahui kandungan ayat Al Quran urat Al Baqarah : 148
dan Al Fatir : 32 beserta dalil yang menguatkannya.
b. Memahami ayat-ayat tersebut
c. Mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Asumsi
a. Di dalam ayat-ayat Al Quran terdapat beberapa nilai-nilai positif yang
sangat penting dan pantas kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pemahaman ayat Al Quran akan menjadi menarik jika ada niat. Karena
c. Perbedaan pandangan dalam pemahaman ayat Al Quran adalah suatu
kewajaran. Oleh karena itu, terdapat dalil-dalil lain (Hadist) yang
menguatkan ataupun memperjelas makna ayat Al Quran.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
“Ada perbedaan antara orang yang berbuat sesuatu dengan memakai
landasan (Al Quran) dengan orang yang tidak memakai landaan”.
2
BAB II
PERMASALAHAN
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kandungan ayat Al Quran surat Al Baqarah ayat 148?
2. Bagaimana kandungan ayat Al Quran surat Al Fatir ayat 32?
3
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Perintah Berkompetesi dalam Kebaikan
Artinya:
“Dan setiap umat memiliki kiblat yang dia menghadap kepada-Nya. Maka
berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti
Allah akan mengumpulkan kamu semuanya, sungguh Allah Kuasa atas
segala sesuatu”. (Q S Al Baqarah 148)
Isi Kandungan
Setiap umat manusia memiliki kiblat untuk beribadah yaitu Masjidil
Haram bagi umat Islam. Dalam surat ini Allah SWT mmerintahkan hamba-
Nya agar berlomba-lomba dalam kebaikan. Setiap perbuatan yang dilakukan
manusia selama hidup di dunia akan mendapat balasan yang seusai di
akhirat.
Berkompetisi merupakan naluri normal pada tiap manusia bahkan
binatang sekalipun. Berkompetisi merupakan hal yang mulia bila dilakukan
dalam hal kebaikan. Di dunia ini banyak sekali bahan yang dapat digunakan
berkompetisi. Kompetisi dalam hal kebaikan adalah kompetesi yang diniati
Lillahi Ta’ala. Sedangkangkan kompetisi yang tidak mulia adalah kompetisi
syaithoni. Kompetisi yang berdasarkan nafsu keserakahan baik dalam
motivasi maupun sarana tujuannya. Perbedaan kompetisi tersebut sangat
jelas.
- Kompetisi yang pertama adalah motivasi imaniyah sarana dan jalannya
merupakan kebaikan sedangkan tujuan akhirnya adalah mendapat
4
keridhaan dari Allah SWT dan surganya. Kompetisi semacam inilah
yang difirmankan Allah SWT:
“Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar dalam kenikmatan
yang besar. Mereka di atas dipan-dipan ambil memandang kamu dapat
mengetahui dari wajah mereka ksenangan hidup mereka yang penuh
kenikmatan. Maka diberi khamr murni yang tidak lain halnya adalah
Kesturi dan untuk yang demikian itu hendaknya orang saling berlomaba”
- Kompetisi yang kedua adalah motivasi syaithaniyah sehingga
melahirkan kecintaan kepada materi yang berlebihan, kesenangan
menguasai dan mengalahkan. Sedangkan semua itu sarananya adalah
tipu daya konspirasi kelicikan, kemarahan, dan kebencian. Tujuan
akhirnya adalah menguasai dan menalahkan, bahkan menghancurkan.
Sehingga dirinya sendiri senang dan puas juga untuk menyenangkan
para pendukungnya.
Sisi / dampak positif dari kompetisi di jalan kebaikan untuk
mendapatkan ridha Allah SWT adalah:
1. Menanamkan ketenangan dan ketepatan dalam hati
2. Kecintaan pada kebaikan
3. Jauh dari rasa iri hati
4. Kebencian terhadap sesuatu yang merupakan aib dalam pandangan
manusia
5. Menebarkan kebaikan
6. Menyemai dan menghujamkan akar kebaikan tersebut dalam tiap
tatanan masyarakat
7. Membentuk dan memperkokoh rasa kemanusiaan pada tiap individu
8. Memperbesar daya juang untuk memerangi kebathilan
Contoh kompetisi dalam kebathilan dapat kita lihat pada kisah
antara Umar bin Khatab dan Abu Bakar. Saat itu Rasulullah SAW
menyeru kepada para sahabatnya untuk membekali para tentara kaum
5
muslimin yang tidak mampu. Umar lalu berkata “Saat ini aku bisa
mengalahkan Abu Bakar”. Kemudian Umar mengeluarkan separuh
hartanya, ia tidak beranjak dari sisi Rasulullah karena ingin mengetahui
apa yang dibawa Abu Bakar. Lalu Rasulullah bertanya “Apa yang kamu
tinggalkan untuk keluargamu wahai Abu Bakar?”. Abu Bakar
menjawab.”Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” Demi
melihat apa yang terjadi Umar berterus terang dan berkata, “Tidaklah
aku berkompetisi dalam kebaikan dengan Abu Bakar kecuali dia keluar
sebagai pemenangnya. Mulai hari ini aku tak akan menantangnya lagi
untuk berkompetisi”.
Sedangkan sisi / dampak negative dari kompetisi dalam kejelekan /
kompetisi syaithani untuk memenuhi keinginan syahwat dan hawa nafsu
adalah:
1. Menumbuh kembangkan perasaan dengki
2. Menumbuhkan kemarahan dan kebencian
3. Menjadikan jiwa senantiasa hidup dalam perseteruan abadi dan
berkutat dari kesengsaraan yang satu kepada kesengsaraan yang lain
4. Menghantarkan pada kebinasaan dan kehancuran
5. Merebaknya berbagai bentuk kejahatan, kedhaliman, dan
bertambahnya pengikut kebatilan
6. Kehidupan masyarakat selalu dihantui ancaman dan ketakutan
7. Kehidupan menjadi gelap dan kekacauan dimana-mana
Contoh kompetisi syaithani dapat kita lihat dari perlombaan antar
Negara-negara maju dibidang persenjataan dan alat-alat perang modern.
Negara-begara maju di dunia saat ini utamanya Negara adi daya, saling
berkompetisi untuk mengungguli Negara-negara lain dalam perakitan
pesawat tempur peluru bom nuklir, bom hidrogen, tank, dan senjata-
senjata berat lainnya.
Untuk itu mereka tak segan-segan mengalokasikan dana berapapun
besarnya meski terkadang harus dibayar dengan kemelaratan
penduduknya, sehingga bisa menjadi Negara terkuat memimpin dan
6
mengatur serta mendikte Negara-negar lain sesuai dengan
kepentingannya.
Beberapa peristiwa penjajahan terhadap umat Islam di berbagai
Negara di dunia sungguh telah menyulut dan mengobarkan api jihad
pada sebagian kaum Muslimin. Umat Islam dan para pemudanya
berkompetisi di medan jihad untuk menunjukkan kekuatan terselubung
yang dimiliki orang Islam serta kekuatan jiwa para pemeluknya yang
ikhlas. Mereka mengorbankan apapun yang mereka miliki. Dalam hal ini
Allah SWT berfirman ;
“ Apakah kamu mengira akan masuk surga padahal belum datang
kepadamu sebagaimana telah datang kepada orang-orang sebelum
kamu. Mereka ditimpa kesengsaraan bahaya dan digoncangkan
sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang beriman yang bersamanya
kapankah datangnya pertolongan Allah? Ketahuilah sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat”.
Oleh karena itu, apakah sama antara kompetisi untuk mencari ridha
Allah SWT dengan kompetisi untuk mencari selainridha-Nya? Jawabnya
tentu tidak sama. Allah SWT berfirman, “ Dan tidaklah sama orang yang
buta dengan orang yang melihat dan tidaklah orang-orang yang beriman
serta mengerjakan amal sholeh dengan orang-orang uyang durhaka”.
2.2 Keuntungan Orang yang lebih Dahulu Berbuat Kebaikan
Artinya:
“Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih
diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang mendhalimi
diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu
7
berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang
besar” (Quran Surat Al Fatir, 32).
Isi kandungan Q. S Al Fatir (35) : 32
Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada nabi Muhammad.Al
Qur’an merupakan mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad . Nabi
Muhammad dan umatnya terpilih untuk menerima Al Qur’an . Dari sekian
banyak umat para rasul terdahulu, nabi Muhammad dan umatnya yang
terpilih.Yang di maksud umat nabi Muhammad adalah umat sejak Nabi
Muhammad diutus hingga hari akhir.
Dalam menerima Al Qur’an yang merupakan firman Nya , umat
Nabi Muhammad terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Golongan pertama (zalimun linafshihi / mereka yang mendzalimi diri
sendiri) adalah orang-orang yang lebih banyak berbuat kesalahan
daripada kebaikannya. Mereka lebih sering melakukan perbuatan buruk
daripada perbuatan baik . Mereka lebih sering meninggalkan perintah
Allah daripada menjalankan perintah-Nya. Orang yang termasuk
golongan ini menolak Al Qur’an dan memilih jalan hidup yang lain.
Mereka tidak mau menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan.
2. Golongan kedua (muqtasid / mereka yang pertengahan) adalah terdiri
atas orang-orang yang kebaikannya sama dengan keburukan yang di
lakukannya. Orang-orang yang termasuk golongan ini menjalankan
perintah Allah tetapi juga menjalankan laranganNya. Mereka mau
menerima Al Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup, tetapi
mereka masih banyak melakukan kesalahan.
3. Golongan ketiga (sabiqun bilkhairat / mereka yang terlebih dahulu
berbuat kebaikan) terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sangat
banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan. Mereka yang termasuk
golongan ini adalah orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah
8
SWT dan menjauhi larangan Nya. Mereka menjadikan Al Qur’an
sebagai pedoman hidup. Mereka tidak pernah mengerjakan apa yang di
larang oleh Al Qur’an.Orang-orang yang masuk golongan ini selalu
menjalankan perintah-perintah yang hukumnya wajib dan sunnah.
Mereka menin ggalkan segala sesuatu yang haram hukumnya dan
menghindari yang subhat.Allah SWT telah menyediakan surga dengan
segala kenikmatannya bagi golongan ini.
Ketiga kelompok tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadits tetap
masuk surga meskipun dengan cara yang berbeda-beda. Rasulullah SAW
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Darda’ bersabda :
الل�ه� ل�ى ص� الل�ه ول� س� ر� ع�ت� م س� ال� ق� د�اء الد�ر� بي� أ ع�ن�
ث�ن�ا ر� و�� أ ث�م� ل� و�ج� ع�ز� الل�ه� ال� ق� ول� ي�ق� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه
ظ�الم' م� ن�ه� م ف� ب�ادن�ا ع من� ي�ن�ا ط�ف� اص� ال�ذين� ال�كت�اب�
بإذ�ن ات ي�ر� بال�خ� ابق' س� م� ن�ه� م و� د' ت�ص ق� م� م� ن�ه� م و� ه س لن�ف�
ال�ذين� ول�ئك�أ� ف� ات ي�ر� بال�خ� وا ب�ق� س� ال�ذين� ا م�
أ� ف� الل�ه
د�وا ت�ص� اق� ال�ذين� ا م�� أ و� اب@ س� ح بغ�ي�ر ن�ة� ال�ج� ل�ون� ي�د�خ�
ظ�ل�م�وا ال�ذين� ا م�� أ و� ا Fير ي�س ابFا س� ح ب�ون� اس� ي�ح� أ�ول�ئك� ف�
ط�ول في ون� ب�س� ي�ح� ال�ذين� أ�ول�ئك� ف� م� ه� س� ن�ف�� أ
م� ه� ف� ته م� ح� بر� الل�ه� اه�م� ف� ت�ال� ال�ذين� ه�م� ث�م� ر ش� ال�م�ح�
إن� ن� ز� ال�ح� ع�ن�ا �ذ�ه�ب� أ ال�ذي لل�ه د� م� ال�ح� ول�ون� ي�ق� ال�ذين�
احمد ( رواه إلخ ك�ور' ش� ور' ل�غ�ف� ب�ن�ا )20734ر� .
Artinya :
Dari Abu Darba’, dia berkata, “Saya mendengar rasulullah SAW bersabda,
“Allah SWT berfirman, ‘Kemudian kitab ini kami wariskan kepada orang-
orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka
9
ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan adapula yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah’.
Adapun orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan, mereka
adalah orang-orang yang akan masuk surga tanpa hisab. Orang yang
pertengahan, mereka adalah orang-orang yang akan masuk surga dihisap
dengan hisab yang ringan. Orang yang mendzalimi diri sendiri, mereka
adalah orang-orang yang dihisab dalam lamanya mahsyar. Kemudian,
kerugian mereka itu diganti oleh Allah dengan rahmat-Nya. Maka mereka
berkata : ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari
kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha
Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal karena
karunia-Nya. Didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa
lesu’.” (HR. Ahmad No. 20734).
Dari hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad tersebut, dapat kita
pahami bahwa dhalimun linafsih, muqtasid, dan sabiqun bil-khairat
situasinya berbeda-beda pada saat memasuki surga. Kelompok sabiqun bil-
khairat akan masuk surga tanpa melalui hisab. Kelompok muqtasid
(pertengahan) akan masuk surga dengan melalui proses hisab yang mudah
(yasira). Dan kelompok zalimun linafsih (menzalimi dirinya sendiri) akan
masuk surga dengan hisab yang lama dan berat. Mereka harus melalui
perhitungan yang tidak ringan. Bahkan, sebagian ulama berpendapat bahwa
mereka harus merasakan neraka sebagai balasan amal buruk yang telah
mereka kerjakan pada saat hidup di dunia. Namun, mereka tetap masuk
surga dengan rahmat Allah SWT. Sebesar apapun dosa seseorang selama dia
mempunyai iman walau sebesar atom dalam hatiinya, niscaya Allah akan
mengganti dengan rahmat-Nya untuk masuk surga.
10
BAB IV
PENUTUP
31. KESIMPULAN
Dari materi pembahasan yang telah kami sampaikan di awal
pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa berlomba-lomba dalam kebaikan
sangatlah dianjurkan dalam islam.
Dalam isi kandungan Q. S Al Fatir (35) : 32 dijelaskan bahwa umat
Nabi Muhammad adalah umat sejak nabi Muhammad diutus hingga hari
akhir.
Dalam menerima Al Qur’an yang merupakan firman Nya , umat
Nabi Muhammad terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Golongan pertama (zalimun linafshihi / mereka yang mendzalimi diri
sendiri) adalah orang-orang yang lebih banyak berbuat kesalahan
daripada kebaikannya. Mereka lebih sering melakukan perbuatan buruk
daripada perbuatan baik.
2. Golongan kedua (muqtasid / mereka yang pertengahan) adalah terdiri
atas orang-orang yang kebaikannya sama dengan keburukan yang di
lakukannya. Orang-orang yang termasuk golongan ini menjalankan
perintah Allah tetapi juga menjalankan laranganNya.
3. Golongan ketiga (sabiqun bilkhairat / mereka yang terlebih dahulu
berbuat kebaikan) terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sangat
banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan. Mereka yang termasuk
golongan ini adalah orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah
SWT dan menjauhi larangan Nya.
11
Dari ketiga golongan yang telah disebutkan diatas, Allah akan
menjadikan kita golongan yang ketiga (sabiqun bil khairat) jika kita mau
berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam
Q. S Al-Baqarah 148.
Berkompetisi adalah hal mulia jika dilakukan dalam hal kebaikan.
Hakekatnya, semua manusia mempunyai naluri berkompetisi, namun dalam
hal ini tidak semuanya dilakukan di jalan Allah sehingga tidak semua
mendapatkan hasil yang positif dari apa yang telah mereka kerjakan.
Pada masa Rasulullah SAW pernah ada kisah nyata yang terjadi
antara Sa’d bin Khaitsamah dengan ayahnya Radhiallahu ‘Anhuma. Sa’d
dilarang sang ayah menuju medan perang, akan tetapi hali itu tetap
dilakukan oleh Sa’d, dia yakin bahwa yang dia lakukan tersebut memang
telah benar. Subhanallah, dia menemukan syahadahnya dalam perang
tersebut. Dalam kesempatan ini, semoga kita termasuk orang-orang yang
telah sadar akan dahsyatnya nikmat Allah jika kita mau berkompetisi dalam
kebaikan.
32. SARAN
Dalam hal ini, dari semua hal yang telah dibahas oleh kelompok
kami, kami hanya dapat memberikan beberapa saran diantaranya :
1. Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT sebaiknya kita melakukan anjuran
dari Rasulullah SAW dan Allah SWT dengan berkompetisi dalam
kebaikan.
2. Semoga menjadikan diri kita semua semakin sadar, jika kebaikan adalah
hal yang baik disukai oleh Allah SWT.
3. Perbaiki diri dengan iman dan islam yang kuat, agar kita dapat
senantiasa dalam kebaikan.
12
4. Memperbanyak ibadah serta mengingat Allah SWT agar terhindar dari
keburukan.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga apa yang kami
sampaikan banyak bermanfaat bagi kita semua. Amin. Terima kasih atas
partisipasi dan perhatian dari teman-teman sekalian.
13
DAFTAR PUSTAKA
Rosidi, Imron. 2005. Ayo Senang Menulis Karya Tulis Ilmiah. Jakarta. CV.
Media Pustaka.
Team Musyawarah Guru Bina PAI MA. 2008. Qur’an Hadist Modul
Pembelajaran Kelas XI. CV. Akik Pusaka
14
15