Post on 30-Mar-2019
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan
4.1.1. Pelaksanaan Pra Siklus
Dalam Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siswa Kelas 5 SD
Negeri Kopeng 02, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Semester II tahun
pelajaran 2013/2014 khususnya dalam pembelajaran IPA jarang sekali guru
menggunakan model – model pembelajaran. Guru masih menggunakan model
pembelajaran secara konvensional, sehingga siswa kurang tertarik pada
pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan menunjukan bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM. Dari data yang telah didapatkan, pada mata pelajaran IPA pada Standar
Kompetensi 5. Memahami hubungan gaya, gerak, energy serta fungsinya.
Kompetensi Dasar 5.2 menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan cepat menunjukan 56,52% siswa mendapat nilai
dibawah KKM. Sedangkan 43,48% siswa mendapat nilai diatas KKM. Hal ini
menunjukan bahwa hasil belajar pada siswa kelas 5 mata oelajaran IPA masih
sangat rendah. Berikut table yang menunjukan kondisi hasil belajar IPA siswa
pada Pra Siklus :
51
52
Tabel 4.1
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus
No Kriteria Frekuensi Presentase
(%) Angka Keterangan
1 < 65 Tidak tuntas 13 56,52%
2 ≥ 65 Tuntas 10 43,48%
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA
yang diperoleh 23 siswa adalah 10 siswa yang bias mencapai ketuntasan yaitu
mendapat nilai diatas 65. Sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan atau masih
dibawah 65 masih ada 13 siswa. Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam
diagram lingkaran pada gambar 4.1 dibawah ini :
Sumber : Data Primer
Gambar 4.1
Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA
pada Pra Siklus
43.48%
56.52%
tuntas 2nd Qtr
53
Dari gambar diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 23 siswa, 10 siswa
(43,48%) mencapai ketuntasan atau tuntas. Sedangkan 13 siswa (56,52%) tidak
mencapai ketuntasan atau masih dibawah KKM. Dari hasil yang diperoleh siswa
diperoleh rata – rata kelas sebesar 62 dengan skor maksimal 75 dan skor minimal
50. Dimana hasil belajar yang diperoleh masih dibawah rata – rata yang
diharapkan guru, peneliti dan sekolah yaitu 65.
Gambaran ini dijadikan dasar dalam melihat permasalahan, selain itu
sejumlah informasi yang disebabkan oleh tindak mengajar perlu digali dari guru
kelas 5. Berdasarkan permasalahan diatas, selanjutnya guru dan peneliti
melakukan diskusi yang digunakan sebagai dasar penentuan langkah tindakan.
Dalam proses pembelajaran IPA di kelas 5, ditemukan beberapa masalah
diantaranya siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, berbicara dengan
teman sebangku, dan tidak mengerjakan tugas dengan baik. Selain itu dalam
proses pembelajaran guru tidak memberikan timbal baik yang baik terhadap siswa
yang aktif. Guru hanya berceramah tentang materi saja tanpa memperhatikan
keadaan siswa. Keseriusan siswa dalam belajar siswa kurang dan siswa cenderung
bosan dengan kegiatan belajar yang selalu mendengarkan guru dan mengerjakan
soal latihan di buku LKK.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dengan Kompetensi Dasar menjelaskan pesawat
sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat yang akan
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut :
54
4.1.2.1 Perencanaan Tindakan Penelitian
Penentuan materi pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian ini didasarkan pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Perencanaan pembelajaran dibuat dengan menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) (Lampiran I) dan kemudian dikonsultasikan kepada
kepala sekolah. Adapun Standar Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kelas
5 Sekolah Dasar terkait dengan hasil belajar yang bersifat kognitif ini adalah
pengetahuan pesawat sederhana.
Untuk melaksanakan tindakan diperlukan suatu rancangan tindakan yang
akan digunakan sebagai bahan intervensi yaitu penyusunan desain pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
(GI) dengan media gambar. Rancangan kegiatan secara umum merupakan
modifikasi dari suatu pelajaran yang dirancang dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipr Group Investigation (GI) dengan media gambar.
Rancangan kegiatan ini mengoptimalkan peran siswa untuk dapat menemukan
konsep pada materi yang sedang dipelajari. Guru dirancang untuk seminimal
mungkin terlibat dalam proses pembelajaran agar siswa dapat melakukan
investigasi terhadap apa yang mereka pelajari.
Kegiatan pembelajaran dalam siklus I dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan media gambar,
siswa dirancang untuk dapat bekerja sama didalam kelompok untuk berusaha
melakukan investigasi terhadap suatu masalah dan memahami materi yang sedang
dipelajari dengan melakukan diskusi kelompok. Peran guru hanya
55
mengkondisikan siswa dan menanggapi pertanyaan – pertanyaan siswa yang
belum jelas dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan dalam siklus I ini dirancang menjadi 2 pertemuan
dimana setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran yaitu 2 x 35
maenit. Rencana pembelajaran pertemuan pertama mempelajari pesawat
sederhana jenis pengungkit. Rencana pembelajaran pertemuan kedua mempelajari
pesawat sederhana jenis bidang miring dan dilakukan evaluasi, yaitu untuk
mengukur kemampuan siswa dari pertemuan pertama dan kedua. Pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dengan melakukan diskusi kelompok dan setiap
kelompok melakukan investigasi terhadap masalah yang sudah mereka dapatkan,
setiap kelompok dibagikan macam – macam peralatan yang menggunakan prinsip
kerja pengungkit dan bidang miring untuk membantu setiap kelompok melakukan
investigasi. Setelah siswa selesai melakukan investigasi kelompok selanjutnya
siswa menuliskan hasil investigasi kelompok mereka kedalaam LKK (Lembar
Kerja Kelompok) kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka
kepada kelompok lain.
4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerangkan model pembelajaran tipe Group
Investigation (GI) sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Alat peraga yang
digunakan dalam pembelajaran siklus I adalah peralatan yang menggunakan
prinsip kerja pengungkit dan beberapa gambar peralatan yang menggunakan
prinsip kerja pengungkit. Pelaksanaan siklus I akan dilaksanakan selama 2 kali
56
pertemuan 1, dan 3 April 2014. Dimana pelaksanaan tersebut akan dilaksanakan
seperti yang ada dibawah ini.
Pertemuan pertama dalam siklus I akan dilaksanakan pada tanggal 1 April
2014 pada jam pertama (07.15-08.25). Pembelajaran pada siklus I pertemuan I ini
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)
dengan media gambar ini mempelajari peralatan yang menggunakan prinsip kerja
pengungkit, jenis – jenis pengungkit. Pembelajaran dimulai dengan melakukan
apersepsi atau bahan pengait yang sesuai dengan tema yang akan dipelajari.
Adapun kegiatan apersepsi tersebut adalah guru membawa dua botol sprite,
kemudian guru menyuruh dua orang siswa untuk maju ke depan kelas, satu siswa
diminta untuk membuka sebuah tutup botol dengan menggunakan alat, dan satu
siswa diminta untuk membuka tutup botol tanpa menggunakan alat. Dari
percobaan yang telah dilakukan guru menanyakan kepada siswa, “Manakah yang
lebih mudah, membuka tutup botol sprite dengan menggunakan alat atau
membuka tutup botol sprite tanpa mengguanakan alat?”. Kemudian guru bertanya
jawab kepada siswa tentang benda apa saja yang menggunakan prinsip kerja
seperti pengungkit.
Dari pertanyaan guru tentang pengungkit, siswa diarahkan kepada topik
yang akan dipelajari. Sebelum melakukan kegiatan investigasi kelompok, guru
juga menjelaskan bagaimana proses pembelajaran yang akan dilakukan. Sebelum
membagi kelas ke dalam kelompok, guru menjelaskan tentang topik yang akan
dipelajari. Dari topik tersebut, guru mengkondisikan siswa membentuk kelompok
sesuai dengan kelompok kerja kelas yang sudah ada. Setelah kelompok kerja
57
terkondisikan, guru meminta setiap kelompok untuk memilih ketua kelompok.
Para perwakilan kelompok diminta untuk maju dan mengambil materi yang telah
disiapkan guru. Dimana materi tersebut berbeda antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain. Setelah setiap kelompok mendapatkan materi, siswa diminta
untuk melakukan investigasi terhadap materi yang telah mereka dapatkan. Siswa
diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisikan tentang bagaimana hasil
investigasi yang telah mereka lakukan.
Setelah semua kelompok selesai melakukan investigasi kelompok dan
menuliskan hasil akhir kedalam LKS, kemudian setiap kelompok
mempresentasikan hasil dari percobaan tersebut yang diwakili oleh juru bicara
yang telah ditunjuk untuk setiap kelompok. Presentasi dilakukan secara bergiliran.
Bagi kelompok yang belum mendpaatkan giliran untuk presentasi, kelompok
tersebut mendengarkan dan memberikan tanggapan terhadap presentasi yang tidak
sesuai atau salah.
Setelah presentasi selesai dilakukan, siswa secara bersama – sama
merangkum materi dari investigasi yang telah dilakukan. Dari percobaan tersebut
siswa dapat memahami fungsi pesawat sederhana jenis pengungkit.
Pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 3
April 2014 (09.30-10.40). pembelajaran pada pertemuan II mempelajari tentang
pengertian pesawat sederhana jenis bidang miring, dan benda – benda yang
menggunakan prinsip kerja bidang miring. Pelaksanaan pembelajaran diawali
dengan apersepsi dengan guru menyuruh dua orang siswa untuk maju kedepan
kelas. Siswa yang pertama diminta untuk menancapkan paku lancip diatas papan
58
kayu, sedangkan siswa yang kedua diminta untuk menancapkan paku tumpul
diatas papan kayu. Kemudian guru bertanya jawab dengan siswa, “Paku manakah
yang lebih mudah menancap diatas permukaan papan kayu?”.
Guru juga menyampaikan tujuan belajar yang akan dicapai pada pertemuan
tersebut. Setelah apersepsi selesai dilakukan, guru juga melakukan eksplorasi
yaitu dengan menunjukan beberapa contoh benda yang menggunakan prinsip
kerja bidang miring, kemudian guru dan siswa bertanya jawab tentang benda –
benda tersebut. Untuk mempertegas pengertian siswa guru juga bertanya jawab
tentang benda – benda yang ada si sekitar rumah mereka.
Dalam kegiatan elaborasi guru membahas pekerjaan siswa yang diberikan
guru pada materi sebelumnya. Setelah itu guru mengkondisikan siswa membentuk
kelompok sesuai dengan kelompok kerja yang sudah ada. Setelah kelompok telah
terkondisikan, guru meminta setiap kelompok untuk memilih ketua kelompok.
Para perwakilan kelompok diminta kedepan kelas untuk mengambil materi yang
telah disiapkan guru. Dimana materi tersebut berbeda dari satu kelompok dengan
kelompok yang lain. Setelah setiap kelompok mendapatkan materi, siswa diminta
untuk melakukan investigasi terhadap materi yang telah mereka dapatkan. Siswa
diberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisikan tentang bagaimana hasil
investigasi yang dilakukan setip kelompok.
Setelah semua kelompok melakukan investigasi dan kelompok menuliskan
hasil investigasi kedalam LKS, kemuadian setiap kelompok memoresentasikan
hasil dari percobaan tersebut yang diwakili oleh juru bicara yang telah ditunjuk
setiap kelompok. Presentasi dilakukan secara bergiliran. Bagi kelompok yang
59
belum mendapatkan giliran presentasi, kelompok tersebut mendengarkan dan
memberikan tanggapan terhadap presentasi yang tidak sesuai atau salah.
Setelah presentasi selesai dilakukan siswa secara bersama – sama
merangkum materi dari investigasi yang telah dilakukan. Dari percobaan tersebut,
siswa dapat menyebutkan benda – benda yang menggunaakn prinsip kerja bidang
miring. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
jawab tentang materi yang belum mereka pahami.
Tahap selanjutnya adalah konfirmasi, dalam tahap ini guru bersama siswa
menarik kesimpulan tentang pengertian pesawat sederhana jenis pengungkit dan
bidang miring. Setelah semua siswa paham dengan materi ajar yang diberikan,
kemudian guru membagikan soal evaluasi yang telah disiapkan. Berikutnya
setelah semua siswa selesai mengerjakan, kemudian guru membahas dan
mengoreksi soal evaluasi yang telah dikerjakan siswa. Setelah selesai guru
bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
4.1.2.3. Observasi
Dalam penelitian yang dilakukan pada siklus I, peneliti melakukan
pengamatan terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran dalam
penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) dengan media
gambar pada siswa kelas 5 SD N Kopeng 02 semester II mata pelajaran IPA.
Observasi dilakukan secara berkelanjutan pada setiap pertemuan.
60
Pada siklus I pertemuan I dan II dilakukan observasi terhadap guru dan
siswa dengan cara mengisi lembar observasi guru dan siswa (lampiran 2) yang
telah disediakan oleh peneliti. Sesuai dengan hasil observasi dengan
menggunakan lembar obseravasi dapat diketahui bahwa guru telah menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).
Pada kegiatan pendahuluan guru belum melaksanakan proses pembelajaran
yang telah ditentukan. Guru masih canggung dalam materi yang diajarkan. Pada
saat siklus I dilaksanakan guru terlihat tidak tegas dalam menyampaikan materi.
Pada saat guru bertanya jawab tentang pesawat sederhana, siswa yang antusias
menjawab hanya beberapa siswa saja. Selain itu pada saat bertanya jawab guru
terlihat belum menguasai materi yang akan diajarkan.
Pada kegiatan inti, pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan syntak.
Masih ada beberapa langkah pembelajaran tipe Group Investigation (GI) yang
belum dilaksanakan dalam siklus I. hal ini tercermin pada saat guru membagikan
kerja kelompok, yaitu guru tidak memanggil perwakilan kelompok untuk
mengambil materi yang dibagikan. Selain itu guru juga belum memberikan arahan
untuk bagaimana cara mengerjakan LKK dan menggunakan alat peraga yang
diberikan. Dalam kegiatan ini siswa belum melaksanakan investigasi pada materi
yang telah dibagiakan, hal ini terbukti pada saat kerja kelompok. Masih ada
beberapa siswa yang tidak baik dalam mengikuti proses pembelajaran.hal ini juga
disebabkan karena kurangnya penguasaan kelas terhadap siswa yang mengikuti
pelajaran. Dalam presentasi kelompok siswa masih terlihat malu dalam
menyampaikan hasil kerja kelompok serta belum adanya hubungan timbal balik
61
antara siswa yang presentasi, siswa yang mendengarkan dan guru. Pada kegiatan
pelaksanaan ini guru kurang memperhatikan alokasi waktu, sehingga waktu yang
diperlukan lebih panjang dari waktu yang telah direncanakan. Hal ini
menyebabkan guru harus menambah waktu jam pelajaran untuk menyelesaikan
materi yang ada.
Pada kegiatan penutup siswa kurang antusias dalam menjawab pertanyaan dari
guru. Hanya beberapa saja siswa yang aktif dalam menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. pada saat kegiatan penutup,
guru hanya bertanaya pada siswa, tetapi tidak mengambil kesimpilan dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
4.1.2.4. Refleksi
Setelah mengadakan refleksi antar guru Kelas V dan peneliiti, maka
pembelajaran Siklus I Pertemuan I dan II masih ditemukan kekurangan guru dan
siswa dalam proses pembelajaran, antara lain :
1. Bagi Guru
a. Kurangnya penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan sehingga siswa
menjadi ragu dalam menerima pelajaran
b. Guru belum terlalu memahami tentang syntax pembelajaran yang sedang
dilaksanakan
c. Penguasaan kelas masih kurang
d. Kurang memperhatikan alokasi waktu yang telah ditetapkan
62
e. Kepercayaan diri yang kurang dalam menerapkan model pembelajaran yang
baru pertama digunakan
f. Kurang maksimal dalam mengguanakan alat peraga yang telah disiapkan.
2. Bagi Siswa
a. Siswa kurang aktif dalam menerima pembelajaran
b. Kurangnya antusias siswa dalam menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh guru
c. Dalam melakukan investigasi, siswa belum melakukannya secara
maksimal
d. Siswa masih malu dalam menyampaikan presentasi kelompok
e. Kurangnya interaksi antara satu siswa dengan siswa yang lain
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Siswa Kelas V SD N Kopeng 02
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1. Tuntas 16 69.57
2. Tidak tuntas 7 30.43
4.1.3. Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan Siklus II akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan
rincian sebagai berikut :
63
4.1.3.1 Perencanaan Tindakan Penelitian
Perencanaan materi pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian ini didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Perencanaan pembelajaran dibuat dengan menyususun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) (lampiran 2) dan kemudian dikonsultasikan kepala sekolah.
Untuk melaksanakan tindakan diperlukan suatu rancangan tindakan yang
akan digunakan sebagai bahan intervensi yaitu penyusunan desain pembelajaran
dengn menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation
(GI).
Rancangan kegiatan secara umum merupakan modifikasi suatu pelajaran yang
dirancang dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group
Investigation (GI). Rancangan kegiatan ini mengoptimalkanperan siswa untuk
dapat menemukan konsep pada materi yang sedang dipelajari. Guru dirancang
untuk seminimal mungkin terlibat dalam proses pembelajaran agar siswa dapat
melakukan investigasi terhadap apa yang mereka pelajari.
Kegiatan pembelajaran pada Siklus II dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI), siswa dirancang untuk
bekerja sama dalam kelompok untuk berusaha melakukan investigasi terhadap
suatu amsalah dan memahami materi yang sedang dipelajari dengan melakukan
diskusi kelompok. Peran guru hanya mengkondisikan siswa dan menanggapi
pertanyaan – pertanyaan siswa yang belum jelas dalam proses pelaksanaan
pembelajaran.
64
Pelaksanaan tindakan dalam Siklus II ini dirancang menjadi dua pertemuan
dimana setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, yaitu 2 x 35 menit.
Rencana pembelajaran pertemuan pertama mempelajari pesawat sederhana jenis
pengungkit beserta ciri – ciri dan contohnya. Rencana pembelajaran pertemuan
kedua mempelajari pesawat sederhan jenis bidang miring beserta ciri-ciri dan
contohnya. Setelah itu dilakukan evaluasi, yaitu untuk mengukur kemampuan
hasil belajar siswa dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dengan melakukan diskusi kelompok dan setiap
kelompok melakukan investigasi terhadap masalah yang sudah mereka dapatkan,
setiap kelompok dibagikan macam-macam benda yang termasuk kedalam pesawat
sederhana untuk membantu setiap kelompok melakukan investigasi. Setelah siswa
selesai melakukan investigasi kelompok maka siswa menuliskan hasil investigasi
kelompok mereka kedalam LKK (Lembar Kerja Kelompok) kemudian
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka kepada kelompok lain.
4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan model pembelajaran tipe Group
Investigation (GI) sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Alat peraga yang dibuat
dalam pembelajaran siklus I adalah pesawat sederhana jenis pengungkit beserta
ciri-ciri dan contohnya. Pelaksanaan siklus I akan dilaksanakan selama II kali
pertemuan yaitu pada tanggal 15 dan 17 April 2014. Dimana pelaksanaan tersebut
akan dilaksanakan seperti yang ada dibawah ini.
Pertemuan pertama pada siklus II akan dilaksanakan pada tanggal 15 April
2014 pada jam pertama (07.15-08.25). dalam siklus II menggunakan model
65
pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) ini mempelajari pesawat
sederhana jenis katrol dan roda berporos beserta ciri-ciri dan contohnya.
Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi atau bahan pengait yang
sesuai dengan tema yang akan dipelajari yaitu pesawat sederhana jenis katrol dan
roda berporos beserta ciri-ciri dan contohnya.
Adapun kegiatan apersepsi ini adalah guru mengajukan pertanyaan “siapa
yang tadi pagi berangkat sekolah naik sepeda?”. Kemudian guru bertanya jawab
tentang roda sepeda yang berputar. Setelah itu guru juga menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan pertama. Dalam kegiatan
eksplorasi guru menunjukan benda-benda yang menggunakan prinsip kerja roda
berporos. Guru bertanya jawab kepada siswa tengtang benda-benda yang telah
ditunjukan guru. Selain itu guru juga bertanya jawab kepada siswa tentang benda
apa saja disekitar rumah mereka yang menggunakan prinsip kerja roda berporos.
Dari pertanyaan guru tentang roda berporos, siswa diarahkan kepada topic
yang akan mempelajari “pesawat sederhana jenis roda berporos”. Sebelum
melakukan investigasi kelompok guru juga menjelaskan bagaimana proses
pembelajaran yang akan dilakukan. Sebelum membagi kelas kedalam kelompok,
guru menjelaskan tentang topic yang akan dipelajari. Dari topic tersebut guru
mengkondisikan siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja kelas
yang sudah ada. Setelah kelompok kerja terkondisikan, guru memilih setiap
kelompok untuk memilih ketua kelompok. Para perwakilan kelompok diminta
untuk maju dan mengambil materi yang telah disiapkan oleh guru. Dimana materi
tersebut berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lain. Setelah setiap
66
kelompok mendapatkan materi, siswa diminta untuk melakukan investigasi
terhadap materi yang mereka dapatkan. Siswa diberikan LKS (Lembar Kerja
Siswa) yang berisikan tentang bagaimana hasil investigasi yang dilakukan setiap
kelompok.
Setelah semua kelompok selesai melakukan investigasi kelompok dan
menuliskan hasil akhir kedalam LKS, kemudian setiap kelompok
mempresentasikan hasil dari percobaan tersebut yang diwakili oleh juru bicara
yang telah ditunjuk setiap kelompok. Presentasi dilakukan secara bergiliran. Bagi
kelompok yang belum dapat giliran presentasi, kelompok tersebut mendengarkan
dan memberi tanggapan terhadap presentasi yang tidak sesuai atau salah.
Setelah presentasi selesai dilakukan, siswa secara bersama-sama
merangkum materi dari investigasi yang telah dilakukan. Dari presentasi tersbeut,
siswa dapat menyebutkan benda-benda yang menggunakan prinsip kerja roda
berporos.
Pelaksanaan penelitian pada pertemuan kedua akan dilaksanakan pada
tanggal 17 April 2014 pada jam kedua (09.30-10.40). dalam siklus II ini dipelajari
tentang pesawat sederhana jenis Katrol. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan
kegiatan apersepsi dengan menunjukan gambar penimba sumur. Kemudian guru
menanyakan kepada siswa “kenapa air didalam sumur yang diambil dengan timba
dpaat naik keatas?”. Kemudian guru bertanya jawab tentang pertanyaan yang telah
diajukan oleh guru. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada pertemuan tersebut. Stelah apersepsi selesai dilakukan, guru juga
melakukan eksplorasi yaitu dengan emnunjukan beberapa gambar benda yang
67
menggunakan prinsip kerja Katrol. Kemudian siswa dan guru bertanya jawab
tentang Katrol tersebut. Untuk mempertegas pengetahuan siswa, guru juga
bertanya jawab tentang bentuk benda di sekitar rumah mereka yang menggunakan
prinsip kerja katrol.
Dalam kegiatan elaborasi guru menjelaskan secara singkat materi yang akan
dipeajari. Kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogen.
Setelah kelompok kerja terkondisikan, guru meminta setiap kelompok untuk
memilih ketua kelompok. Para perwakilan kelompok diminta untuk maju dan
mengambil materi yang telah disiapkan oleh guru. Dimana materi tersebut
berbeda antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Setelah setiap
kelompok mendapatkan materi, siswa diminta untuk melakukan investigasi
terhadap materi yang mereka dapatkan. Siswa diberikan LKS (Lembar Kerja
Siswa) yang berisikan tentang bagaimana hasil investigasi yang dilakukan setiap
kelompok.
Setelah semua kelompok selesai melakukan investigasi kelompok dan
menuliskan hasil akhir kedalam LKS, kemudian setiap kelompok
mempresentasikan hasil dari percobaan tersebut yang diwakili oleh juru bicara
yang telah ditunjuk oleh setiap kelompok. Presentasi dilakukan scera bergiliran.
Bagi kelompok yang belum ,mendapat giliran presentasi, kelompok tersebut
mendengarkan dan memberikan tanggapan terhadap presentasi yang tidak sesuai
atau salah. Setelah presentasi selesai dilakukan, siswa secara bersama-sama
merangkum materi dari investigasi yang telah dilakukan. Drai percobaan tersebut,
siswa dapat menyebutkan benda-benda yang menggunakan prinsip kerja Katrol.
68
Guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang jenis – jenis pesawat
sederhana beserta ciri-ciri dn contohnya. Setelah semua siswa paham tentang
materi yang telah diberikan, kemudian guru membagikan soal evaluasi yang telah
disiapkan. Berikutnya setelah semua siswa selesai mengerjakan, kemudian guru
membahas dan mengoreksi soal evaluasi yang sudah dikerjakan siswa. Setelah
selesai guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan.
4.1.3.3. Observasi
Dalam penelitian yang dilakukan pada siklus II, peneliti melakukan
pengamatan terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran dalam
penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada
siswa Kelas V SD N Kopeng 02 Semester II mata pelajaran IPA. Observasi
dilakukan secara berkelanjutan pada setiap pertemuan.
Pada Siklus I Pertemuan I dan II dilakukan observasi terhadap guru dan
siswa (lampiran 2) yang telah disediakan oleh peneliti. Sesuai dengan hasil
observasi dengan menggunakan lembar observasi dapat diketahui bahwa guru
telah menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI).
Pada kegiatan pendahuluan guru sudah melaksanakan proses pembelajaran
sesuai yang telah ditentukan. Guru masih canggung dalam materi yang akan
diajarkan. Pada saat Siklus II dilaksanakan guru terlihat sangat tegas dalam
menyampaikan materi. Pada saat guru bertanya jawab tentang Pesawat sederhana,
siswa yang antusias menjawab lebih banyak dibandingkan dengan siklus
69
sebelumnya. Selain itu pada saat bertanya jawab guru terlihat sudah lebih
menguasai tentang materi yang akan diajarkan.
Pada kegiatan inti, pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan syntax
yang diinginkan. Langkah-langkah model pembelajaran tipe Group Investigation
(GI) sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini tercermin pada saat guru
membagikan kerja kelompok, yaitu guru sudah memanggil ketua kelompok
masing-masing kelompok untuk mengambil materi yang akan dibagikan. Selain
itu guru juga sudah memberikan arahan untuk bagaimana cara mengerjakan LKK
dan mengguanakan alat peraga yang telah dibagikan. Dalam kegiatan ini siswa
sudah melakukan investigasi pada materi yang telah dibagikan, hal ini terbukti
pada saat kerja kelompok. Sebagian besar siswa sudah mengikuti pembelajaran
dengan baik. Hal ini disebabkan karena guru sudah menguasai kelas dnegan baik.
Dalam menyampaikan presentasi kelompok siswa sudah terlihat lebih berani dan
tegas dalam menyampaikan hasil kerja kelompok serta sudah ada hubungan
timbal balik antara siswa yang presentasi, siswa yang mendengarkan, dan guru.
Pada saat pelaksanaan ini guru sudah memperhatikan alokasi waktu dengan baik,
sehingga pemebelajaran dapat selesai tepat pada waktunya.
Pada kegiatan penutup, siswa banyak yang antusias dalam menjawab
pertanyaan dari guru. Sebagian siswa sangat aktif dalam menyimpulkan hasil
pembelajaran.
4.1.2.4. Refleksi
70
Setelah pelaksanaan, hasil analisis dan pelaksanaan pembelajaran pada
pesawat sederhana menggunakan model Group Investigation (GI), secara umum
telah menunjukan hasil yang diharapkan yaitu 75% siswa yang telah mencapai
batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
Berdasarkan pengamatan dan analisis hasil belajar siswa, maka guru dan
peenliti sepakat untuk mengakhiri siklus tindakan penelitian dalam pembelajaran
pesawat sederhana ini.
4.2 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan
bahwa ada kenaikan dalam setiap siklus. Mulai dari Pra Siklus, Siklus I dan Siklus
II. Hal tersebut dapat dilihat dalam data yang menunjukkan bahwa masih ada 13
siswa ( 56.52%) yang belum mencapai ketuntasan, dan 10 siswa (43.48%) yang
sudah mencapai ketuntasan. Melihat data pada pra siklus tersebut, maka peneliti
perlu mengadakan penelitian. Setelah dilaksanakan penelitian dengan model
pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siklus I, maka hasil
belajar siswa menunjukan bahwa 7 siswa (30.43%) yang belum mencapai
ketuntasan, dan 16 siswa (69.57%) yang sudah mencapai ketuntasan.dengan
melihat data pada siklus I, peneliti merasa perlu diadakan lagi tindak lanjut yaitu
pada siklus II. Pada siklus II menunjukan hasil belajar 21 siswa (91.30%) yang
mencapai ketuntasan, dan 2 siswa (8.70%) yang belum mencapai ketuntasan. Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari setiap
71
siklusnya. Ini menunjukan bahwa model pembelajaran tipe Group Investigation
(GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD N Kopeng 02, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
4.2.1. Deskripsi Data
4.2.1.1. Data Siklus I
Adapun hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan I dan II dari standar
ketuntasan 65 adalah sebanyak 16 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM
(69,57) dan yang nilainya dibawah KKM ada 7 siswa (30,43). Dengan nilai
tertinggi 80 dan nilai terendah 55.
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1. Tuntas 16 69.57
2. Tidak tuntas 7 30.43
Gambar 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Siswa Kelas V SD N Kopeng 02
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
4.2.1.2. Data Siklus II
Adapun hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dari standar
ketuntasan 65 adalah sebanyak 21 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM
(91,30%) dan yang nilainya dibawah KKM ada 2 siswa (8,70%). Dengan nilai
tertinggi 95 dan nilai terendah 60.
72
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 21 91.30
2 Tidak tuntas 2 8.70
Gambar 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II Siswa Kelas V SD N Kopeng 02
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
4.2.2. Analisis Data
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan analisis data dilakukan melalui
dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Dimana analisis
ketuntasan disajikan untuk membandingkan data mentah dengan skor nilai dalam
tiap siklus. Sedangkan analisis komparatif digunakan untuk membandingkan
siklus I dan siklus II, serta dapat digunakan untuk melihat peningkatan yang
terjadi dalam setiap siklus.
4.2.2.1. Analisis Ketuntasan
Siklus I
Berdasarkan hasil tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siklus I
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Pada siswa
kelas 5 SD N Kopeng 02 kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar IPA
sebagai berikut :
Tabel 4
73
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
Siswa Kelas 5 SD N Kopeng 02 Kecamatan Getasan
Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1. Tuntas 16 69.57
2. Tidak tuntas 7 30.43
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran siklus I
dari 23 siswa yang telah mempelajari tentang pesawat sederhana jenis pengungkit
dan bidang miring masih ada beberapa sisw yang belum mencapai ketuntasan.
Ada 16 siswa (69.57) yang mendapat nialai diatas KKM. Sedangkan 7 siswa
(30.43) belum mencapai ketuntasan. Berdasarkan tabel 4.4 dapat digambarkan
data diagram lingkaran sebagai berikut :
Sumber : Data Primer
Gambar 4.4
Grafik ketuntasan hasil belajar IPA Siklus I Kelas 5 SD N Kopeng 02
69.57
30.43
tuntas tidak tuntas
74
Siklus II
Berdasarkan hasil tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siklus II
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siswa
kelas 5 SD N Kopeng 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar IPA
sebagai berikut :
Tabel 5
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2
Siswa Kelas 5 SD N Kopeng 02
Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 21 91.30
2 Tidak tuntas 2 8.70
Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran siklus 2
dari 23 siswa yang telah mempelajari pesawat sederhana jenis katrol dan roda
berporos menunjukan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus
sebelumnya. Dari tabel tersebut masih ada beberapa siswa yang belum mencapai
ketuntasan. Ada 21 siswa (91.30) yang telah mendapat nilai diatas KKM.
Sedangkan 2 siswa (8.70) belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan tabel 5 dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai
berikut :
75
Sumber : Data Primer
Gambar 4.5
Grafik Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2 Kelas 5 SD N Kopeng 02
4.2.2.2. Analisis Komparatif
Berdasarkan analisis ketuntasan yang telah dilakukan pada siswa kelas 5 SD
N Kopeng 02, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Semester II Tahun
pelajaran 2013/2014 maka dapat dibuat analisis komparatif. Analisis komparatif
diguanakn untuk membandingkan hasil belajar serta untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siklus I dan siklus II. Analisis
ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 6
Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas 5 SD N Kopeng 02 Kecamatan Getasan
Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014
91.3
8.7
tuntas tidak tuntas
76
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II
f % f % f %
1. Tidak tuntas 13 56.53% 7 30.34% 2 8.70%
2. Tuntas 10 43.48% 16 69.57% 21 91.30%
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa perbandingan ketuntasan
komparatif hasil belajar pada pembelajaran antar Pra Siklus, Siklus I, dam Siklua
II terjadi peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada hasil ketuntasan
tiap siklus. Pada Pra siklus menunjukan bahwa siswa yang memenuhi KKM
sebanyak 43.48%, sedangkan pada siklus I menunjukan bahwa siswa yang
memenuhi KKm sebanyak 69.57% . ini menunjukan bahwa terjadi kenaikan
antara Pra siklus dengan siklus I yaitu sebesar 26.09%. sedangkan pada siklus II
menunjukan bahwa siswa yang memenuhi KKM sebesar 91.30%. peningakatn
yang terjaid dari siklus I ke siklus II sebesar 21.73%. Kondisi ini dapat
digambarkan dalam diagram perbandingan hasil belajar siswa sebagai berikut :
10
16
21
0
5
10
15
20
25
pra Siklus Siklus I Siklus II
77
Sumber : Data Primer
Gambar 4.6
Grafik Ketuntasan Komparatif Hasil Belajar IPA Siklus II Kelas 5
SD N Kopeng 02
4.3. Pembahasan hasil Penelitian
Pada pra siklus ada 10 siswa yang tuntas dan 13 siswa yang belum tuntas,
dengan skor tertinggi 75, dan skor terendah 50. Pada siklus I terdapat 16 siswa
yang tuntas dan 7 siswa yang belum tuntas, dengan skor tertinggi 80 dan skor
terendah 55. Pada siklus II terdapat 21 siswa yang tuntas dan 2 siswa yang belum
tuntas, dengan skor tertinggi 95 dan skor terendah 60.
Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif learning tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil
belajar IPA pada kelas 5 SD N Kopeng 02 Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang semester II Tahun Pelajran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat pada
diagram gambar 4.7 berikut ini :
78
Gambar 4.7
Grafik perbandingan Skor Maksimal pada Pra Siklus
Siklus I dan Siklus II
Pada penelitian ini setiap kenaikan skor maksimal juga diikuti oleh kenaikan
skor minimal pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II.
7580
95
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
pra siklus siklus I siklus II
50
55
60
45
50
55
60
65
pra siklus siklus I siklus II
Gambar 4.8Grafik Perbardingan Skor Minimal pada Pra
Siklus, Siklus I dan Siklus II
79
Setiap kenaikan skor maksimal dan skor minimal pada Pra Siklus, siklus I
dan siklus II pada penelitian ini maka juga meningkatkan perolehan skor rata-rata
pada Pra Siklus, siklus I dan Siklus II.
Dalam penelitian ini hipotesis tindakan yakni dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil
belajar IPA bagi siswa kelas 5 SD N Kopeng 02 Kecamatan Getasan Kabupaten
semarang semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Setelah diadakan penelitian
hipotesis ini terbukti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA di SD N Kopeng
02, berdasarkan kondisi awal (pra siklus) hanya ada 10 siawa (43.48) yang
mencapai ketuntasan belajar dari 23 siswa. Terjadi peningkatan pada siklus I, 16
siswa (69.57) yang mencapai ketuntasan belajar, dan pada siklus II meningkat
menjadi 21 (91.30) siswa yang mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil penelitian diatas masih ada 2 siswa yang mengalami
ketidaktuntasan. Dalam Bab II disebutkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu factor internal, factor eksternal dan factor pendekatan
belajar. Dalam penelitian ini ada 2 siswa (8.70%) yang mengalami ketidak
62 6676.3043
0
20
40
60
80
100
pra siklus siklus I siklus II
Gambar 4.9Grafik Perbandingan Skor Rata-rata pada Pra
Siklus,Siklus 1 dan Siklus 2
80
tuntasan, dimana 2 siswa ini tidak dapat mencapai nilai diatas KKM karena ada
bebeapa factor yang mempengaruhinya. Factor internalnya adalah karena memang
tingkat kecerdasan kedua siswa ini memang berbeda dengan siswa yang lainnya
atau dibawah rata-rata, selain itu sifat yang ditunjukan oleh 2 siswa ini adalah
selalu tidak memperhatikan apa yang sedang disampaikan oleh guru mereka.
Kemudian factor eksternal yang mempengaruhi adalah dari factor keluarga. Setiap
pulang sekolah mereka bermain dan tidak belajar tanpa ditegur atau diperhatikan
kedua orang tua mereka.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas 5 SD Negeri Kopeng 02
Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut ditunjukan bahwa adanya
kenaikan hasil belajar pada setiap siklusnya. Selain itu langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe Group investigation (GI) terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 SD Negeri Kopeng 02
Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dilihat pada perbedaan
hasil siklus I dan siklus II. Pada siklus I guru belum menerapkan semua langkah-
langkah pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah Group Investigation (GI)
dan menyebabkan hasil belajar pada siklus I masih rendah. Sedangkan pada siklus
II guru sudah menggunakan langkah0langkah pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah Group Investigation (GI), maka nilai hasil belajar mengalami
peningkatan.