Post on 08-Mar-2019
56
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kondisi Geografis Daerah Penelitian
1. Kondisi Fisik Daerah penelitian
a. Letak dan Luas
Geografi merupakan ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi
di permukaaan bumi (geosfer). Dalam mengkajinya geografi menggunakan
beberapa pendekatan yang menjadi pembeda dari ilmu sosial maupun non sosial
lainnya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu pendekatan kelingkungan dan
kewilayahan. Dalam penelitian geografi, faktor lokasi menjadi salah satu bagian
penting dalam pembahas, sebagai aplikasi dari penggunaan pendekatan
keruangan. Oleh karena itu, di bawah ini akan diuraikan mengenai letak dan luas
daerah penelitian. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengkaji
fenomena geosfer atau masalah penelitian yaitu mengenai perkembangan nilai
lahan di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung.
Kabupaten Belitung merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, secara geografis Kabupaten Belitung
terletak antara 107°08’ BT sampai 107°58’ BT dan 02°30’ LS sampai 03°15’ LS.
Batas wilayah Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut: sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Belitung Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan
sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar.
57
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjungpandan, Kecamatan
Tanjungpandan yang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten
Belitung Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah Kecamatan
Tanjungpandan mempunyai luas wilayah ± 207.242 KM2. Kecamatan
Tanjungpandan merupakaan ibukota dan pusat pemerintahan dari Kebupaten
Belitung yang merupakaan tolak ukur keberhasilan pembangunaan yang telah
dilasanakan, Kecamatan Tanjungpandan terdiri dari 12 kelurahan, 57 dusun, 129
RW dan 407 RT. Masing-masing wilayah mempunyai ciri-ciri khusus baik dari
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Sumberdaya alam dapat
dibedakan berdasarkan topografi, jenis tanah, iklim, jenis penggunaan tanah, dan
lain-lain. Sumberdaya manusia dapat dibedakan dari jumlah penduduk, jumlah
kepala rumah tangga, mata pencaharian, tinggkat pendidikan dan lain-lain. Secara
geografis wilayah Kecamatan Tanjungpandan berbatasan dengan :
1) Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung.
2) Sebelah barat : Berbatasan dengan Selat Gaspar.
3) Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Badau Kabupaten
Belitung.
4) Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Membalong Kabupaten
Belitung.
58
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.1
Peta Administrasi Kecamatan Tanjungpandan
59
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan informasi mengenai letak daerah penelitian, dapat diketahui
bahwa Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Barat berbatasan dengan
Selat Gaspar, Kecamatan Badau, Kecamatan Membalong dan Kecamatan Sijuk.
Daerah penelitian berbatasan dengan Kecamatan yang memiliki daya tarik wisata
pantai yang indah dan menjadi daerah tujuan wisatawan lokal maupun wisatawan
luar daerah bahkan banyak wisatawan manca negara yang menyukai wisata bahari
di Kecamatan Sijuk, Kecamatan Sijuk dengan wisata bahari yang menjadi
primadona wisata dengan beberapa pantai andalan wisata di Kebupaten Belitung
Barat seperti pantai Tanjung tinggi, pantai Tanjung Kelayang, Pulau Lengkuas
dan masih banyak pantai-pantai yang memiliki nilai daya tarik wisata yang tinggi.
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk membuka usaha baru dan
menetap, untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal maka mereka
membutuhkan lahan untuk membangun tempat tinggal. Hal itu sangat memicu
perkembangan pembangunaan di daerah penelitian dengan pesat. Penduduk yang
datang dari luar daerah penelitian merupakan penduduk dari golongan ekonomi
menengah sampai kelas atas, akibatnya nilai lahan di daerah penelitian berangsur
meningkat mengikuti nilai permintaan akan lahan.
b. Iklim
Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca dalam jarak waktu yang lama
dan meliputi daerah yang luas. Iklim merupakan gabungan dari unsur-unsur
radiasi, matahari, temperature, kelembaban, awan, angin, curah hujan, penguapan,
dan tekanan udara, (Rafi’i 1995:1).
60
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Iklim merupakan faktor sangat penting bagi kehidupan manusia karena
dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, sehingga dapat berguna
untuk mengidentifikasi faktor penghambat iklim bagi pengunaan lahan tertentu.
Sedangkan cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan wilayah tertentu
yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Penentuan jenis iklim
suatu daerah dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya adalah W
Koppen, Schimidt- Ferguson, Thronwait, Trewartha, Thiessen, Panman, Oldemen.
Beberapa metode tersebut memiliki keunggulan tersendiri dan keunggulan
tersebut digunakan untuk tujuan tertentu dari berbagai macam kebutuhan.
Kecamatan Tanjungpandan termasuk kedalam cakupan iklim dari stasiun
curah hujan dengan data curah hujan Kabupaten Belitung, Adapun data yang
diperoleh selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2002 – 2011 dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun, dalam penelitian ini
menggunakan 3 klasifikasi iklim yaitu menurut metode Schimidt-Ferguson,
Oldemen dan W koppen.
Pertama perhitungan sistem klasifikasi Schimidt-Ferguson, perhitungan
klasifikasi Schimidt-Ferguson cukup sederhana dengan cara membandingkan
jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah suatu daerah
dengan data curah hujan selama 10 tahun atau lebih. Metode Schimidt-Ferguson
sesuai untuk daerah-daerah tropic basah atau kering berdasarkan curah hujan.
Menurut metode Schimidt-Ferguson jika endapan hujan dalam satu bulan
< 60 mm maka bulan tersebut diklasifikasikan sebagai bulan kering, sedangkan
jika endapan hujan dalam satu bulan 60-100 mm maka bulan tersebut
61
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diklasifikasiakan berdasarkan bulan lembab dan jika endapan hujan dalam satu
bulan > 100 maka bulan tersebut dikasifikasiakan sebagai bulan basah berikut
disajikan data curah hujan Kecamatan Tanjungpandan selama 10 tahun terakhir
yang disajikan pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Data curah hujan Kecamatan Tanjungpandan tahun 2002-2011
Bln
Tahun Rata-
rata 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jan 248 272,2 119,6 235,3 208,7 167,3 160,9 277,2 198,9 196,2 208,4
Feb 28,4 349,9 51,6 11,1 128 63,3 109,7 53,2 79,2 104,1 97,8
Mar 157 215,6 215 74,6 113,4 139,8 296,1 221 250,4 218,5 190,1
Apr 253,5 351,2 420 236,7 168,4 69,3 293,7 151,5 343,7 167,8 245,6
Mei 312 82,7 187 184,9 263,7 250,7 229,9 189 507,1 392,7 244,2
Jun 403,6 75,6 95 219,8 206,4 330,2 231,4 50,4 578,6 251 244,2
Jul 93,5 56,8 314,9 211,1 109,1 104,8 97,5 99,5 525 134,3 174,7
Agt 40,1 96,2 0 79,5 22,7 213,8 397,3 40,1 492,6 18,4 140,1
Sep 39,8 275 42,4 166,2 25,5 126,8 253,3 53 458,7 104,2 154,5
Okt 172,5 291,3 257,5 189,5 35,5 269,3 412,3 332,8 235,7 370,8 256,7
Nop 569,3 503 786,7 468,7 426,1 522,2 151,3 415,6 506,2 366,6 471,6
Des 329,9 338 532,7 314,6 600,6 271,8 473,9 287,6 275,9 526,9 395,2
Jml 2648 2908,3 2922 2492 2308,1 2640 3107 2171 4352 2852 2823,1
Sumber :Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika Kabupaten Belitung 2002-
2011
Adapun fluktuasi curah hujan bulanan pada Tabel 4.1 dapat disimpulkan
bahwa dalam 10 tahun terakhir daerah penelitian memiliki Sebelas bulan basah
(>100 mm), dan 1 bulan lembab (60-100 mm) yaitu pada bulan februari, dalam 10
tahun terkahir tidak memiliki bulan kering (<60mm). Berdasarkan data curah
hujan pada Tabel 4.1 maka dapat dihitung rata-rata bulan kering (<60 mm), bulan
lembab (60-100 mm) dan bulan basah (>100 mm) yang disajikan pada Tabel 4.2
62
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.2
Jumlah bulan basah, bulan kering dan bulan lembab berdasarkan
Schmidt-Ferguson di Kecamatan Tanjungpandan
Tahun Bulan Basah Bulan Kering Bulan Lembab
2002 8 3 1
2003 8 1 3
2004 8 3 1
2005 9 1 2
2006 9 3 0
2007 10 0 2
2008 11 0 1
2009 7 4 1
2010 11 0 1
2011 11 1 0
Jumlah 92 16 12
Rata-rata 9,2 1,6 1,2
Sumber : Hasil perhitungan data curah hujan Kec.Tanjungpandan tahun
2012
Selanjutnya setelah menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan
basah pada suatu periode waktu maka untuk menentukan tipe iklim digunakan
rumus sebagai berikut :
Keterangan:
Q = Tipe iklim SF
Md = Rata-rata bulan kering
Mw = Rata-rata bulan basah
Dari Tabel 4.2 diketahui rata-rata bulan kering sebesar 1,6 dan rata-rata
bulan basah sama dengan 9,2 maka apabila dimasukkan ke dalam rumus di atas :
𝑄 =𝑀𝑑
𝑀𝑤 × 100
𝑄 =1,6
9,2 × 100
Q = 17,4
63
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil perhitungan kemudian dicocokan dengan nilai 𝑄 menurut Schmidt-
Ferguson berikut:
Tabel 4.3
Nilai 𝑸 untuk tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson
Tipe Iklim Nilai Q Sifat-sifat
A 0 ≤ Q < 14,3 Sangat Basah (very wet)
B 14,3 ≤ Q < 33,3 Basah (wet)
C 33,3 ≤ Q < 60 Agak basah (fairly wet)
D 60 ≤ Q < 100 Sedang (fair)
E 100 ≤ Q < 167 Agak kering (fairly dry)
F 167 ≤ Q < 300 Kering (Dry)
G 300 ≤ Q < 700 Sangat kering (Very dry)
H 700 ≤ Q Ekstrem kering (extremerly dry)
Sumber :Suryana Rafi’i (1995:262)
Berdasarkan Tabel 4.3 maka dapat dinyatakan bahwa tipe iklim
Kecamatan Tanjungpandan termasuk tipe iklim B yang memiliki sifat basah
antara 14,3 ≤ Q < 33,3 dengan nilai Q yang diperoleh 17,4 dengan kategori iklim
basah, Kecamatan Tanjungpandan memiliki suhu rata-rata 25,6C sampai 27C
menjadikan cuaca di daerah ini relatif panas, untuk kelembaban udaranya cukup
bervariasi antara 90 % sampai dengan 94% dan tekanaan udara antara 1007,0 mb
sampai dengan 1011,2 mb, dengan tipe iklim, suhu dan kelembaban seperti ini
cukup menunjang untuk menarik minat bagi pengambang maupun penduduk
setampat bahkan pihak luar untuk mendirikan pemukiman.
Klasifikasi iklim selanjutnya yaitu kasifikasi menurut Wladimir Koppen
klasifikasi iklim berdasarkan suhu dan kelembaban udara. Kedua unsur iklim
tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di
atasnya. Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah
64
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
iklim pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.
Pembagian iklimnya sebagai berikut :
1. Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut:
Suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C,
Suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C,
Curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan
Tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.
2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai berikut:
Terdapat di daerah gurun dan daerah steppa;
Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar
3. Iklim C atau iklim sedang. Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin
antara 18° sampai -3°C.
4. Iklim D atau iklim salju. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Rata-rata bulan
terpanas lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari -
3°C.
5. Iklim E atau iklim kutub . Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika,
suhu tidak pernah lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin
kurang dari - 3°C.
Untuk menganalisisi tipe iklim menurut W Koppen diperlukan data suhu
udara, Tabel 4.4 berikut ini data suhu udara 10 tahun (2002-2011) yang
diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kabupaten
Belitung.
65
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.4
Data suhu Kecamatan Tanjungpandan tahun 2002-2011
Bulan 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002
Jan 27,6 26,1 25,9 26 26,8 26,1 26,9 27,4 27,1 26,9
Feb 28,5 26,8 26,2 26,3 27 24 27,8 27,4 26,9 26,2
Mar 29,5 26,6 26 25,4 26,8 26,7 28,3 27,3 27,3 27,1
Apr 27,5 27 26,4 25,6 27 25,5 27,2 26,8 26,6 27,5
Mei 25,5 26,8 26,9 26,2 26,9 26,3 26,7 27,1 27,4 27,1
Jun 27,7 26,1 27,3 26,1 26,5 25,2 26,9 26,8 27,7 26
Jul 27,5 26,2 26,4 26,2 26,3 27,1 26,6 26 26,4 26,8
Aug 26,3 26 27,3 26 26,3 26,9 26,7 26,5 27 26,4
Sep 29,5 25,8 26,8 27,4 26,8 25,8 26,8 27,3 26,9 26,9
Okt 29,5 25,9 26,5 25,9 26,5 27,9 26,6 27 26,8 27,6
Nov 27,7 25,9 25,8 26,2 26,7 25,2 25,5 26,4 26,6 26,6
Des 29 25,6 25,6 25,5 26,6 26 25,5 26,6 26,6 27,1
Jumlah 335,8 314,8 317,1 312,8 320,2 312,7 321,5 322,6 323,3 322,2
Rata-
rata 29,65 26,23 26,42 26,1 26,7 26,06 26,8 26,9 26,9 26,8
Sumber :Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika Kabupaten Belitung 2002-
2011
Untuk memudahkan analisis kasifikasi iklim W Koppen maka disajikan
data jumlah suhu bulanaan selama 10 tahun dan curah hujan selama 10 tahun pada
Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Data jumlah curah hujan dan suhu per 10 tahun 2002-1011
2002-2011 Rata-
rata
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
t 26,7 26,7 27,1 26,7 26,7 26,6 26,5 26,5 27 27,02 26,2 26,4 26,7
r 208,4 97,8 190,1 245,6 244,2 244,2 174,7 140,1 154,5 256,7 471,6 395,2 282,31
Sumber :Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika Kabupaten Belitung 2002-
2011
Ket:
t : suhu 10 tahun 2002-2011 r :curah hujan 10 tahun 2002-2011
66
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan Tabel 4.5 maka peneliti melakukan analisi berdasarkan
klasifikasi iklim W. Koppen yaitu:
Suhu pada bulan-bulan terdingin lebih dari 18C.
Suhu rata-rata bulanan lebih dari 18°C,
Suhu rata-rata tahunan 26,7°C
Curah hujan rata-rata 282,31 mm
Endapan hujan dalam bulan-bulan kering sekurang-kurangnya 60mm atau
lebih,
Terdapat minimum variasi musiman, baik mengenai suhunya maupun
endapan hujan. Namun, jumlah curah hujan tahunaannya yang sangat tinggi
2823,1mm berdasarkan jumlah rata-rata 10 tahun.
Berdasarkan analisis sebelumnya maka Kecamatan Tanjungpandan
termasuk klasifikasi iklim A menurut W Koppen sedangkan untuk subregion
termasuk kedalam subregion Af, berdasarkan klasifikasi iklim W Koppen
Kecamatan Tanjungpandan sangat cocok untuk daerah pemukiman dengan
endapan hujan yang tinggi maka daerah Kecamatan Tanjungpandan mempunyai
air tanah cukup.
Klasifikasi iklim selanjutnya berdasarkan klasifikasi iklim oldeman,
Klasifikasi iklim didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman.
Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung
secara berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk
tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah
67
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70 mm/bulan,dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah
75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan
diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi
kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120
mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila
mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan
kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim
merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang
terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah
bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim
berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan
pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan
sub 5. Oldeman mengklasifikasikan iklim menjadi 17 golongan. Kriteria yang
digunakan adalah.
Bulan basah, curah hujan > 200mm/bulan.
Bulan lembab, 100 - 200mm/bulan.
Bulan kering, < 100mm/bulan.
Selanjutnya diklasifikasikan dalam Tabel 4.6 berikut ini
68
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.6
Klasifikasi iklim menurut Oldeman
Zone
Klasifikasi Bulan basah Bulan kering
A A1 10 – 12 Bulan 0 – 1 Bulan
A2 10 – 12 Bulan 2 Bulan
B B1 7 – 9 Bulan 0 – 1 Bulan
B2 7 – 9 Bulan 2 – 3 Bulan
B3 7 – 8 Bulan 4 – 5 Bulan
C C1 5 – 6 Bulan 0 – 1 Bulan
C2 5 – 6 Bulan 2 – 3 Bulan
C3 5 – 6 Bulan 4 – 6 Bulan
C3 5 Bulan 7 Bulan
D D1 3 – 4 Bulan 0 – 1 Bulan
Sumber : (Oldeman et al., 1980)
Selanjutnya untuk mangkasifikasikan iklim berdasarkan Oldeman maka curah
hujan rata-rata 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7
Rata-rata curah hujan 10 tahun (2002-2011)
2002-2011
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jumlah
208,4 97,8 190,1 245,6 244,2 244,2 174,7 140,1 154,5 256,7 471,6 395,2 2823,1
Sumber : Hasil perhitungan data curah hujan Kec.Tanjungpandan tahun 2002-
2011
D2 3 – 4 Bulan 2 – 3 Bulan
D3 3 – 4 Bulan 4 – 6 Bulan
D4 3 – 4 Bulan 7 – 9 Bulan
E E1 0 – 2 Bulan 0 – 1 Bulan
E2 0 – 2 Bulan 2 – 3 Bulan
E3 0 – 2 Bulan 4 – 6 Bulan
E4 0 – 2 Bulan 7 – 9 Bulan
E5 0 – 2 Bulan 10 – 12 Bulan
69
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Analisis kasifikasi curah hujan Oldeman :
Bulan Basah : 7
Bulan Lembab : 4
Bulan Kering : 1
Berdasarkan perhitungan jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan
kering diklasifikasi berdasarkan oldeman maka Kecamatan Tanjungpandan
termasuk tipe iklim Zona B berdasarkan jumlah bulan basah antara 7-9 bulan
dengan Klasifikasi B1 dan Bulan Kering 0-1 bulan. Berdasarkan tipe zona iklim
menurut Oldeman Kecamatan Tanjungpandan cocok diusahan untuk pertanian
karna Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Tetapi
berdasarkan rancangan RTRW jangka panjang 2000-2014 setelah pemekaran
wilayah Kecamatan Tanjungpandan telah diarahkan untuk daerah budidaya seperti
pembangunaan pusat pemerintahan, pusat perekonomian serta pemukiman. Dapat
diambil kesimpulan berdasarkan klasifikasi tiga jenis Iklim maka Kecamatan
Tanjungpandan memiliki air tanah yang cukup banyak untuk perolehan air bersih.
Hal ini bisa jadi salah satu daya tarik calon pembeli untuk memiliki lahan di
daerah ini karna ketersedian air bersih yang melimpah.
c. Geologi
Geologi merupakan ilmu yang mempelajari formasi bantuan di suatu
daerah. Kondisi geologi atau batuan di suatu tempat penting untuk diketahui jenis
dan persebaranya. Dimana kondisi geologi akan sangat berpengaruh pada jenis
tanah di suatu tempat.
70
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung dikelompokkan dalam
empat formasi geologi yaitu: batuan Plutonik berupa Granit (pTgr) berumur Perm
sampai Kapur, formasi Bintan anggota Batupasir (TRbp) dan formasi Bintan
anggota Batupasir dan Batu lempung (TRbl) yang berumur Trias serta Aluvium
(Qal) berumur Holosen. Sedangkan berdasarkan fisiografinya, Kabupaten
Belitung terdiri atas enam grup yaitu; grup Aluvial (A), Marin (B), Perbukitan
(H), Pegunungan dan Plato (M), Dataran (P), serta grup Aneka Bentuk (X).
Grup Aluvial merupakan bentukan yang terjadi sebagai aktivitas aliran
sungai (fluvial) ataupun longsoran (koluvial). Bentuk permukaan lahan umumnya
datar sampai agak mencekung (0-3%), bahan penyusun berupa endapan campuran
berumur Holosen dari endapan liat, debu, pasir dan beberapa ditutupi oleh bahan
organik.
Grup Marin merupakan bentukan dari proses marin atau proses yang
berlangsung dilingkungan marin. Grup ini menyebar sepanjang pantai, terutama di
bagian tenggara dan utara menempati daerah dengan ketinggian hingga 10 m dari
permukaan laut (dpl). Pada daerah tertentu banyak dijumpai batuan granit dalam
ukuran besar yang muncul dalam lingkungan marin.
Grup Perbukitan terbentuk dari 2 macam bahan yaitu; dari bahan batu
granit (pTgr) berumur Perm sampai Kapur dan batuan sedimen formasi bintan
berumur Trias yang terdiri atas bahan Batu pasir (TRbp) dan Batu pasir dan Batu
lempung (TRbl). Pada daerah perbukitan dari bahan batuan sedimen banyak
dijumpai lapisan konkresi besi dengan kedalaman antara 0,5 hingga lebih dari 1 m
71
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dari permukaan tanah. Penyebaran perbukitan dari batuan granit maupun batuan
sedimen terpencar-pencar dengan ketinggian antara 50-340 m dpl.
Grup Pegunungan dan Plato mengalami proses pembentukan yang sama
dengan grup perbukitan, tetapi memiliki amplitudo relief lebih dari 300 m. Di
pegunungan yang berasal dari batuan sedimen dijumpai lapisan konkresi besi pada
kedalaman yang bervariasi, sedangkan pada pegunungan dari batuan granit
banyak dijumpai singkapan batuan.
Grup Dataran terbentuk dari bahan batuan Plutonik berupa Granit (pTgr)
berumur Perm sampai Kapur dan batuan sedimen dari formasi Bintan yang terdiri
atas TRbp dan TRbl berumur Trias. Pada grup ini terjadi proses peneplainisasi
(perataan permukaan) yang cukup lanjut, sehingga memberikan bentukan yang
relatif datar dan menempati sebagian besar wilayah Pulau Belitung. Relief
bervariasi dari datar, berombak, bergelombang dan pada beberapa tempat dengan
bukit-bukit kecil (hummocky). Grup Aneka Bentuk berkaitan dengan penggunaan
dan penutupan lahannya yaitu pemukiman, pertambangan dan penimbunan
limbah. Daerah pertambangan umumnya menempati lokasi sepanjang sungai atau
daerah cekungan terutama daerah endapan batuan granit.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan geologi suatu
wilayah dapat dijadikan suatu terapan dalam bidang perencanaan dan
pengembangan wilayah yang menekankan pada zona penggunaan lahan.
Berdasarkan hal tersebut maka geologi dijadikan faktor yang paling mendukung
dalam penelitian ini yang menajadi acuan dalam pengembangan daerah yang akan
72
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dibudidayakan untuk pembangunaan pusat pemerintahan, pusat perekonomian
serta pemukiman.
d. Hidrologi
Hidrologi merupakan gambaran dari ketersedian keadaan air, baik yang
ada di permukaan bumi (air permukaan) maupun yang ada di dalam bumi (air
tanah) yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup di permukaan bumi
terutama manusia. Kebutuhan air terus meningkat sesuai dengan perkembangan
jumlah penduduk di suatu daerah. Peningkatan kebutuhan air harus diimbangi
dengan adanya persedianan air yang mencukupi baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Air tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang sangat penting
bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu menjadi kewajiban kita bersama untuk
memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Pengambilan air tanah dalam rangka
memenuhi kebutuhan air minum, rumah tangga maupun pembangunan akan
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan
kegiatan pembangunan. Hal ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah yang
dapat merugikan apabila tidak dilakukan pengelolaan secara bijaksana.
Untuk keadaan hidrologi di Kecamatan Tanjungpandan terhitung rendah
dicirikan oleh stagnasi air tanah yang telah berlangsung lama sehingga kondisi
lapisan bawah didominasi oleh lapisan konkresi besi yang kedap air. Air tanah
tersimpan dalam lapisan tanah pengandung air yang terbentuk melalui daur
hidrologi. Secara teknis air tanah termasuk sumber daya yang dapat diperbaharui,
73
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
namun waktu yang diperlukan sangat lama. Pengambilan air tanah yang
melampaui kemampuan pembaharuannya mengakibatkan pada beberapa daerah
mengalami kritis air tanah terutama air tanah dalam, bahkan pada beberapa daerah
telah dijumpai gejala kemerosotan lingkungan antara lain penurunan muka air
tanah dan penurunan permukaan tanah serta penyusupan air laut pada daerah
pantai. Apabila kondisi tersebut tidak segera diatasi sangat memungkinkan
timbulnya kerugian lain yang lebih besar, misalnya kelangkaan air, terhentinya
kegiatan industri secara tiba-tiba, kerusakan bangunan dan meluasnya daerah
banjir.
Untuk air hujan cenderung mengalir sebagai aliran permukaan (run off)
dan menggerus permukaan (sheet erosion). Karena keadaan porositas yang tinggi,
pola drainase bersifat dendritik tak terarah dan membentuk meander pada daerah
yang mendekati hulu sungai. Di daerah endapan batuan granit banyak dijumpai
kandungan bijih timah dan kaolin, sehingga di sekitar sungai-sungai banyak
diusahakan pertambangan terbuka.
Pada umumnya Sungai-sungai di Kecamatan Tanjungpandan berhulu
diperbukitan yang bermuara di pantai laut, Sungai-sungai yang terdapat di
Kecamatan Tanjungpandan antara lain Sungai terbesar sungai Cerucuk , Sungai
Kubu,dan beberapa sungai-sungai kecil. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai
sarana transportasi serta sebagian diusahan untuk daerah pertambangan, sungai
sekitar belum dimanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan
cenderung mencari ikan ke laut. Daerah-daerah aliran sungai memlilki potensi
besar untuk pertanian, perkebunaan, perikanaan bahkan tempat rekreasi karna
74
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
masih alami dan belum diusahakan dan masih memiliki air yang jernih. Pada
dasarnya didaerah Kecamatan Tanjungpandan tidak ada danau alam, hanya ada
bekas penambangan timah yang luas yang tergenangi air sehingga menjadikannya
seperti danau buatan yang disebut kolong, danau buatan atau lebih dikenal kolong
banyak dimanfatkan warga untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga.
75
Anggi Ayu Lestari,2013
Perkembangan Nilai Lahan Di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu