Post on 18-Nov-2020
59
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Dayeuhkolot
4.1.1 Kondisi Fisik
4.1.1.1 Letak dan Luas
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten
Bandung yang dengan luas wilayah Kecamatan Dayeuhkolot adalah 1.125 Ha.
Berdasarkan Peta Rupa Bumi lembar Bandung dan Ujungberung letak
astronomis 107o35’30” BT -107
o38’30” BT dan 06
o57’30” LS – 06
o59’24” LS.
Secara geografis Kecamatan Dayeuhkolot berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kotamadya Bandung
Sebelah Selatan : Kecamatan Baleendah
Sebelah Timur : Kecamatan Bojongsoang
Sebelah Barat : Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot terdiri atas 5 desa dan 1 kelurahan yang meliputi
Desa Cangkuang Wetan, Desa Cangkuang Kulon, Desa Sukapura, Desa
Citeureup, Desa Dayeuhkolot dan Kelurahan Pasawahan
Secara geografis letak Kecamatan Dayeuhkolot sangat strategis karena
merupakan salah satu daerah penyangga antara pusat kota dengan daerah di
sekitarnya. Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan ibu Kota
Kabupaten adalah 15 km (45 menit); dan jarak dengan ibu Kota Propinsi adalah
23 km (1 jam). Peta wilayah administrasi Kecamatan Dayeuhkolot disajikan
pada Gambar 4.3. Adapun luas dan ketinggian desa/kelurahan di Kecamatan
Dayeuhkolot ditunjukkan pada Tabel 4.1
60
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
61
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.1
Luas dan Ketinggian Desa/Kelurahan di Kecamatan Dayeuhkolot
Kabupaten Bandung
No Desa/Kelurahan Rata-rata Ketinggian
(m dpl)
Luas Wialayah
(Ha)
1 Cangkuang Kulon 685 234,05
2 Cangkuang Wetan 682 216,64
3 Sukapura 684 171,15
4 Citeureup 683 188,71
5 Dayeuhkolot 681 91,22
6 Pasawahan 678 201,15
Total 1.102,91 Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka, 2010.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa daerah penelitian ini
termasuk daerah dengan topografi datar, artinya rata-rata ketinggian antara satu
desa/kelurahan dengan desa/kelurahan lainnya hampir memiliki ketinggian yang
sama (lihat Gambar 4.2). Adapun luas wilayah antara satu desa/kelurahan
dengan desa/kelurahan lainnya pun berbeda-beda (lihat Gambar 4.3).
Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka, 2010.
Gambar 4.2
Grafik Rata-rata Ketinggian Desa/Kelurahan
di Kecamatan Dayeuhkolot
685
682
684683
681
678
674
676
678
680
682
684
686
Cangkuang Kulon
Cangkuang Wetan
Sukapura Citeureup Dayeuhkolot Pasawahan
Ketinggian …
62
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka, 2010.
Gambar 4.3
Perbandingan Luas Wilayah Desa/Kelurahan
di Kecamatan Dayeuhkolot
Pada Tabel 4.1 menunjukan rata-rata ketinggian desa/kelurahan di
Kecamatan Dayeuhkolot relatif datar yaitu berkisar 600 - 700 m dpl. Adapun
berdasarkan luasnya, Kecamatan Dayeuhkolot adalah 1.102,91 Ha (lihat
Gambar 4.3). Wilayah terluas adalah Desa Cangkuang Kulon dengan luas
234,05 Ha, sedangkan wilayah yang meiliki luas tersempit adalah Desa
Dayeuhkolot dengan luas 91,22 Ha.
4.1.1.2 Kondisi Iklim
Iklim merupakan rata-rata cuaca disuatu wilayah yang meliputi daerah
luas untuk jangka waktu yang relatif lama. Suatu daerah yang memiliki
karakteristik yang sama dan berada pada satu zone atau kawasan yang sama,
kemungkinan besar akan memiliki iklim yang sama pula. Unsur-unsur iklim
terdiri atas penyinaran matahari, suhu (temperature), curah hujan, tekanan
Cangkuang Kulon; 234,05
Cangkuang Wetan; 216,64
Sukapura; 171,15
Citeureup; 188,71
Dayeuhkolot; 91,22
Pasawahan; 201,15
63
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
udara, kelembapan udara, angin dan keawanan. Adapun faktor yang
mempengaruhi keadaan iklim suatu daerah adalah rotasi dan revolusi bumi,
letak lintang geografis serta letak relief dan kondisi geografik lokal. Terdapat
beberapa cara pengklasifikasian untuk menentukan tipe iklim suatu daerah,
diantaranya adalah: sistem klasifikasi Junghun, Koppen, Schmidt-ferguson
(SF), Thornwite dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sistem klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson dan Koppen. Sistem klasifikasi ini dipilih karena
perhitunganya sederhana dan cocok dengan daerah penelitian terutama untuk
daerah tropis.
4.1.1.2.1. Sistem Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson
Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson membagi iklim menjadi delapan tipe
dengan lambang huruf A sampai dengan H. Dasar-dasarnya dibuat atas analisis
kuantitatif-statistika yakni hanya memperhitungkan kriteria bulan kering dan
bulan basah dalam kurun waktu tertentu, yakni 10 tahun atau lebih. Rasio rata-
rata bulan kering dan bulan basah menghasilkan nilai Q. Ketentuan dalam
klasifikasi ini, suatu bulan dikatakan bulan kering (d) apabila endapan hujannya
kurang dari 60 mm, dikatakan bulan lembab (h) bila endapan hujannya 60-100
mm, sedangkan dapat dikatan bulan basah (w) apabila endapan hujannya lebih
dari 100 mm.
Rumus yang digunakan untuk menentukan tipe iklim menurut Schmidt-
Ferguson adalah sebagai berikut:
Q = 𝑀𝑑
𝑀𝑤 X 100%
64
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dimana:
Q = Tipe iklim Schmidt-Ferguson
Md = Rata-rata bulan kering
Mw = Rata-rata bulan basah (Rafi’i, 1995:295)
Nilai Q untuk penentuan tipe iklim suatu daerah menurut Schmidt-
Ferguson ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Nilai Q untuk Tipe Iklim Schmidt-Ferguson
No Nilai Q (%) Tipe Iklim Sifat
1 0,0 – 14,0 A Sangat basah
2 14,0 – 33,3 B Basah
3 33,3 – 60,0 C Agak basah
4 60,0 – 100,0 D Sedang
5 100,0 – 167,0 E Agak kering
6 167,0 – 300,0 F Kering
7 300,0 – 700,0 G Sangat kering
8 >700 H Ekstrim kering Sumber: Rafi’i, 1995.
Berdasarkan tabel di atas, tipe iklim ini terbagi menjadi delapan tipe yang
sifatnya terdiri atas sangat basah, basah, agak basah, sedang, agak kering,
kering, sangat kering dan ekstrim kering. Untuk daerah penelitian dapat
dihitung berdasarkan tipe iklim Schmidt-Ferguson terlebih dahulu harus
memperhatikan curah hujan bulanan selama 10 tahun. Setelah diketahui curah
hujannya selama 10 tahun, selanjutnya dihitung jumlah bulan basah, bulan
lembab dan bulan kering pada tahun-tahun tersebut. Berikut ini disajikan data
curah hujan Kecamatan Dayeuhkolot yang diperoleh dari Kantor BMG Stasiun
Geofisika kelas 1 Bandung Tahun 2001 – 2010. Data tersebut ditunjukkan pada
Tabel 4.3. Adapun jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan kering daerah
penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.4.
65
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.3
Data Curah Hujan Kecamatan Dayeuhkolot Tahun 2001 – 2010
Tahun Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2001 297 156 228 430 227 88 146 32 42 336 582 198
2002 389 93 338 207 28 21 34 0 0 0 23 79
2003 87 213 124 202 51 29 0 27 41 282 255 212
2004 413 116 308,5 161 298 33 61 0 72 24 0 0
2005 222 389 395 175 39 93 0 86 79 0 68 243
2006 230 268 177 238 86 24 22 5 45 21 108 194
2007 255 306 315 495 112 126 59 34 52 260 331 413
2008 165 103 448 146 25 5 0 18 22 104 557 352
2009 194 221 314 43 157 6 8 71 33 168 210 122
2010 284 485 538 142 245,5 127,5 169 62,5 308 176 364 310
Jumlah 2.536 2.350 3.185.5 2.239 1.023 552.5 499 335.5 694 1.371 2.498 2.123
Rerata 253.6 235 318.55 223.9 102.3 55.25 49.9 33.55 69.4 137.1 249.8 212.3 Sumber: BMG Stasiun Geofisika kelas 1 Bandung Tahun 2001 – 2010.
Tabel 4.4
Frekuensi Bulan Basah, Bulan Lembab dan Bulan Kering
Kecamatan Dayeuhkolot Tahun 2001 – 2010
Tahun
Jumlah Bulan
Bulan
Basah
Bulan
Lembab
Bulan
Kering
2001 9 1 2
2002 3 2 7
2003 6 1 5
2004 5 2 5
2005 5 4 3
2006 6 1 5
2007 9 0 3
2008 7 0 5
2009 7 1 4
2010 11 1 0
Jumlah 68 12 39
Rerata 6.8 1.2 3.9 Sumber: Hasil perhitungan, 2011.
66
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber: Hasil perhitungan, 2011.
Gambar 4.4
Grafik Frekuensi Bulan Basah, Bulan Lembab dan Bulan Kering
Kecamatan Dayeuhkolot Tahun 2001 – 2010
Tabel 4.3 menunjukkan besarnya curah hujan Kecamatan Dayeuhkolot
selama 10 tahun dari tahun 2001 – 2010. Data tersebut menunjukkan bahwa
Kecamatan Dayeuhkolot memiliki curah hujan rata-rata selama 10 tahun adalah
212,3. Adapun untuk mengetahui tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson terlebih
dahulu harus diketahui jumlah rata-rata bulan basah dan bulan kering. Data
tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.4. Pada Gambar 4.4 menunjukan grafik
frekuensi bulan basah, bulan lembab dan bulan kering di daerah penelitian
selama 10 tahun, yaitu tahun 2001 – 2010. Untuk mengetahui tipe iklim
berdasarkan Schmidt-Ferguson dapat dihitung dengan memasukan rata-rata
bulan basah dan bulan kering ke dalam rumus sebagai berikut:
67
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Q = 𝑀𝑑
𝑀𝑤 X 100%
Q = 3,9
6,8 X 100%
Q = 57,352 %
Hasil perhitungan di atas menunjukan bahwa Q adalah 57,352 %. Angka ini
menunjukan bahwa Kecamatan Dayeuhkolot termasuk iklim C yang bersifat agak
basah.
4.1.1.2.2. Sistem klasifikasi iklim menurut Koppen
Adapun klasifikasi iklim menurut Koppen dikelompokan ke dalam lima
iklim utama di muka bumi berdasarkan lima prinsip kelompok nabati. Kelima
kelompok iklim tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Klasifikasi Iklim Koppen
No Lambang Jenis Karakteristik
1 A Iklim hujan tropik (Tropical
rainy climates)
Iklim hujan tropik dengan suhu pada bulan-bulan
terdinginnya >18° C. Terdapat dua subregion yang khas
yaitu Af (tipe iklim tropik basah) dan Aw (tipe iklim basah
dan kering tropik) yang ekstrem, sedangkan di antaranya
terletak subregion Am (peralihan Af dan Aw).
2 B Iklim kering (Dry climates) Kemampuan penguapan lebih besar daripada endapan
hujan. Tidak terdapat surplus air yang tersisa, baik di dalam
maupun permukaan tanah.
3 C Iklim lintang sedang yang
dipengaruhi lautan (Middle
latitude rainy climates)
Iklim hujan sedang hangat. Rata-rata suhu bulan-bulan
terdingin -3° C sampai 18° C, sedangkan rata-rata suhu
bulan-bulan panasnya >10° C.
4 D Iklim lintang sedang yang
dipengaruhi daratan
Iklim hutan bersalju dingin. Rata-rata suhu bulan-bulan
terdingin <-3° C dan rata-rata suhu bulan-bulan terpanas
>10° C.
5 E Iklim kutub (Polar climates) Rata-rata suhu pada bulan-bulan terpanas <10° C. di daerah
yang tinggi sekali suhu udaranya jauh di bawah nol dan
seringkali tanahnya membeku.
Sumber: Rafi’i, 1995.
68
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.5 menunjukan karakteristik dari setiap tipe iklim. Untuk
mengetahui tipe iklim Koppen yang terdapat di daerah penelitian, terlebih dahulu
harus memperhitungkan suhu udaranya. Adapun suhu udara di daerah penelitian
selama 10 tahun ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Suhu Udara Tahun 2001-2010 di Dayeuhkolot
Bulan Tahun
Jumlah Rata-
rata 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Januari 22.7 22.7 22.7 23.9 23.8 23.3 23.1 23.1 23.3 23.3 231.9 23.2
Februari 22.8 22.7 22.9 23.3 23.1 23.1 23.5 22.9 22.5 22.5 229.3 22.9
Maret 23.1 23.1 23.5 23.4 23.8 23.6 23.9 23.0 22.8 22.8 233 23.3
April 22.3 23.3 23.7 24.1 23.9 23.7 23.5 23.4 22.9 22.9 233.7 23.4
Mei 23.6 23.5 23.9 24.2 24.6 23.8 23.3 23.4 23 23 236.3 23.6
Juni 22.8 23.1 23.4 23.5 22.3 23.4 22.7 23.4 22.7 22.7 230 23.0
Juli 22.9 22.4 23.2 22.9 22.9 22.8 23 23.0 22.7 22.7 228.5 22.9
Agustus 23 23.2 22.9 23.4 23.1 23.4 22.6 23.6 23.1 23.1 231.4 23.1
September 23.2 23.8 23.7 23.6 23.5 23.6 23.6 24.4 24.2 24.2 237.8 23.8
Oktober 23.7 22.7 24.9 23.7 24.5 23.5 24.4 23.4 24 24 238.8 23.9
November 23.3 24 24.3 23.7 23.9 23.4 24.8 23.3 23.1 23.1 236.9 23.7
Desember 23.9 23.1 23.6 23.7 23 23.2 23.2 23.5 23.4 23.4 234 23.4
Jumlah 277.3 277.6 282.7 283.4 282.4 280.8 281.6 280.4 277.7 277.7 2801.6 280.2
Rata-rata 23.1 23.1 23.6 23.6 23.5 23.4 23.5 23.4 23.1 23.1 233.5 23.3
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung Tahun 2001-2010.
Berdasarkan Tabel 4.6, suhu udara rata-rata daerah penelitian di Kecamatan
Dayeuhkolot selama 10 tahun adalah 23,3° C. Angka ini menunjukan bahwa 23,3°
C lebih besar dari 18°C sehingga masuk pada tipe iklim A. Adapun ciri tipe iklim
ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = 100 – 0,04X
Keterangan:
Y = Endapan hujan dalam bulan atau periode terkering.
X = Endapan hujan tahunan di daerah yang bersangkutan.
69
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jika Y < 100 – 0,04X maka tipe iklimnya adalah Aw. Jika Y > 100 – 0,04 X
maka tipe iklimnya Am. Adapun jika Y = 100 – 0,04X maka tipe iklimnya antara
Af.
.Kondisi yang terdapat di daerah penelitian, endapan hujan tahunannya
mencapai 1.523 mm/tahun. Sedangkan jumlah endapan pada bulan terkering
adalah 29,6 mm. Maka dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
Y = 100 – 0,04 X
29,6 = 100 – 0,04 x 1.523
29,6 = 100 – 60,92
29,6 < 39,08
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa Y < 100 – 0,04X.
Hal ini menunjukan bahwa daerah ini termasuk tipe iklim Aw. Tipe iklim Aw
menurut Rafi’i (1995:200) ialah tipe iklim basah dan kering tropik (tropical wet
and dry climate). Huruf w menandakan adanya musim kering dalam periode
musim dingin yaitu periode pada kedudukan matahari rendah. Ciri khasnya ialah
curahan hujan sekurang-kurangnya satu bulan mempunyai endapan hujan lebih
kecil dari 60 mm.
4.1.1.3 Kondisi Geologi
Proses geologi merupakan proses perubahan pada bumi, baik perubahan
struktur batuan pembentuk kulit bumi, maupun perubahan yang terjadi pada
bentuk lahan di permukaan bumi. Proses geologi pada suatu wilayah pada
hakikatnya menentukan formasi batuan yang tersusun pada wilayah tersebut.
70
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Batuan merupakan bagian lahan yang berperan dalam menentukan
ketersediaan air dalam tanah. Batuan yang kompak sangat sulit di tembus air
sedangkan batuan yang tidak kompak mudah menyerap air. Menurut Van
Bemmelen (1949), berdasarkan kondisi geologisnya, jawa Barat dikelompokkan
menjadi empat zone, yaitu:
a. Zone dataran rendah Jakarta, meliputi Serang dan Rangkasbitung di banten
sampai dengan Cirebon.
b. Zone bogor, meliputi Jasinga hingga Kali Pemali dan bumiayu Jawa Tengah.
c. Zone Bandung, yaitu depresi antar Montana mulai dari Pelabuhan Ratu,
melalui lembah Ci Mandiri, dataran tinggi Cianjur, dataran tinggi Bandung,
dataran tinggi Garut, lembah Ci Tanduy dan berakhir di Sagara Anakan.
d. Zone pegunungan Selatan, terbentang dari Teluk Pelabuhan ratu sampai
dengan Nusa Kambangan di sebelah selatan Sagara Anakan dan Cilacap.
Pembagian stratigafi daerah Bandung telah dilakukan oleh beberapa ahli
geologi, diantaranya Van Bemmelen (1934) dan Sitonga (1973) yang membagi
wilayah Geologi Bandung dan sekitarnya dalam Tabel 4.7 (Tabel Stratigrafi
Daerah Bandung).
Tabel 4.7
Stratigrafi Daerah Bandung
Umur Van Bemmelen (1934) Sitonga (1973)
Resen Aluvium sungai dan endapan danau Aluvium endapan danau dan koluvium
Hasil gunungapi muda tak teruraikan Hasil gunungapi muda tak teruraikan
71
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Erupsi C Hasil gunungapi tua pasir
Erupsi B Hasil gunungapi muda lava
Erupsi A Hasil gunungapi muda tufa berbatuapung
Hasil gunungapi tua tak teruraikan Hasil gunungapi tua
Plistosen Hasil gunung api lebih tua Hasil gunungapi lebih tua
Pliosen
Breksi dan tuf Breksi tufaan, lava, konglomerat
- Formasi Citalang
- Formasi Kaliwangu
Miosen Tjilanang Lagen Formasi Cilanang dan Formasi Subang Sumber: Bemmelen (1934) dan Sitonga (1973)
Selain Van Bemmelen (1934) dan Sitonga (1973), Hartono (1980) membagi
daerah Bandung menjadi beberapa formasi yang dilengkapi dengan jenis batuan
dan ketebalan dari masing-masing formasi tersebut, pembagian tersebut dapat di
lihat pada tabel 4.7 (Tabel stratigrafi daerah Bandung, Hartono).
Berdasarkan penejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lokasi penelitian
termasuk dalam zone Bandung. Zone Bandung ini merupakan depresi struktural
dari Geantiklinal Jawa yang telah hancur pada zaman akhir zaman tersier. Secara
Geologis, Kecamatan Dayeuhkolot berasal dari hasil gunungapi yang teruraikan
dan endapan Danau Bandung. Unit geologi di Kecamatan Dayeuhkolot
merupakan endapan danau dengan luas 1.102,91 ha (setara dengan luas wilayah).
Lebih jelasnya lihat pada Gambar 4.5.
Daerah penelitian merupakan titik terendah di Kawasan Bandung sehingga
air mengalir ke daerah ini, yang akhirnya daerah tersebut sangat rawan terkena
banjir dari luapan sungai yang pada akhirnya akan mengkontaminasi-
72
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kualitas airtanah akibat larutan atau zat yang terangkut oleh aliran sungai yang
meluap.
Tabel 4.8
Stratigrafi daerah Bandung
Umur Satuan
Stratigrafi
Tebal
(m) Keterangan
Holosen
Endapan
sungai ± 5
Bahan Lepas tidak terkonsolidasi, berukuran
lempung sampai bongkah
Bidang Erosi
Formasi
Cikidang 0 – 6
Lava basalt berstruktur kekar kolam, konglomerat
vulkanik, tufa kasar berlapis sejajar dan breksi
vulkanik yang kadang-kadang berwarna coklat tua
Plistosen
Atas
Formasi
Kosambi 0 – 80
Batu lempung, vulkanik, batu lanau vulkanik dan
batu pasir vulkanik, mengandung sisa tumbuhan,
setempat-setempat dijumpai struktur pelapisan
sejajar dan silang siur.
Formasi
Cibeureum 0 – 180
Perubahan urut-urutan breksi tufa, fragmen skoria
andesit basalt dan batu apung.
Bidang Erosi
Plistosen
Bawah
Formasi
Cikapundung ± 0 – 350
Konglomerat vulkanik, breksi vulkanik, tufa dan
sisipan lava andesit, umumnya berwarna lebih
terang dari formasi lainnya, fragmen piroksen
andesit.
Sumber: Hartono, 2009
Secara keseluruhan, kondisi geologi di lokasi penelitian terdiri dari endapan
danau yang membentuk lapisan mendatar dengan sisipan breksi, mengandung
sisa-sisa tumbuhan, moluska air tawar dan vertebrata. Endapan ini membentuk
dataran Bandung dan tebalnya mencapai lebih dari 100 m. terdiri dari lempung,
lanau, pasir halus hingga kasar, krikil dan bongkahan batuan beku dan sedimen.
Unit geologi yang menyusun Kecamatan Dayeuhkolot adalah Ql (endapan
danau); membentuk lapisan mendatar dengan sisipan breksi. Mengandung sisa-
sisa tumbuhan, moluska air tawar dan vertebrata. Endapan ini membentuk dataran
bandung dan tebalnya mencapai lebih dari 100 m. terdiri dari lempung, lanau,
pasir halus hingga kasar, kerikil dan bongkahan batuan beku dan sedimen.
74
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.1.1.4 Kondisi Geomorfologi
Geomorfologi merupakan ilmu yang menafsirkan berbagai bentukan dengan
perubahannya dalam suatu hubungan sistem keruangan di permukaan bumi, serta
manfaatnya bagi kehidupan manusia. Menurut Tisnasomantri (1995:5)
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari dan menafsirkan berbagai bentukan
dengan perubahannya dalam suatu hubungan sistem keruangan dipermukaan
bumi, serta manfaatnya bagi kehidupan manusia. Keadaan Geomorfologi di
Kecamatan Dayeuhkolot umumnya relatif datar dengan kemiringan lereng antara
0 – 2 % (Kelas I). Dapat dilihat pada peta kemiringan lereng Gambar 4.6.
Dalam menentukan kondisi geomorfologi daerah penelitian, perlu diketahui
terlebih dahulu variasi tingkat kemiringan lerengnya. Kemiringan lereng dapat
diketahui dengan cara melihat kerapatan antar konturnya.
Ketinggian lokasi penelitian rata-rata adalah 682 m dpl dengan titik
terendah di daerah penelitian adalah 678 m dpl berada di Kelurahan Pasawahan
dan titik tertinggi adalah 688 m dpl berada di Desa Cangkuang Kulon.
Berdasarkan hasil intepretasi peta rupabumi dan penelitian dilapangan maka
diketahui bahawa kondisi morfologi di Kecamatan Dayeuhkolot secara
keseluruhan relatif datar dan berada pada kelas kemiringan lereng I atau antara 0 –
2 %. Berdasarkan bentuk geomorfologinya, Kecamatan Dayeuhkolot secara
75
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
keseluruhan tergolong ke dalam bentuk asal fluvial (form of flufial origin).
Bentukan ini merupakan hasil proses fluvial dengan batuan induk berupa alluvium
sampai kolovium serta berumur relatif muda.
4.1.1.5. Kondisi Tanah
Tanah merupakan bahan mineral yang tidak padat, terletak di permukaan
bumi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi
bahan induk, iklim, organisme dan topografi pada suatu periode waktu tertentu.
Tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan
yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga
membentuk lapisan partikel halus. Selain daripada itu tanah juga merupakan salah
satu unsur untuk mengetahui kondisi air, baik tingkat kemudahan maupun
kesukaran air masuk kedalam tanah sehingga menjadi airtanah. Tingkat kelolosan
air akan lebih tinggi jika tanah memiliki pori yang cukup besar, sedangkan jika
tanah berpori kecil dan berstruktur gumpal maka akan meiliki tingkat kelolosan
air yang rendah.
Tanah adalah benda yang berwujud padat (solid), cair (liquid), dan gas yang
tersusun oleh bahan inorganik dan bahan organik yang terdapat dalam lahan atau
land (Rafi’i, 1982 : 9). Jenis tanah yang tersebar di daerah penelitian terdiri dari
dua jenis tanah, yaitu alluvial dan latosol. Komposisi jenis tanah di daerah
penelitian disajikan pada Tabel 4.9.
77
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.9
Komposisi Luas Jenis Tanah
No Jenis Tanah Luas
(Ha)
Persentase
(%)
1. Alluvial 1.044,5 92,8
2. Latosol 80,5 7,8
Jumlah 1.125,0 100,0 Sumber : Peta Jenis Tanah Basemap Indonesia dan hasil perhitungan peneliti 2011
Sumber: Hasil perhitungan peneliti,2011.
Gambar 4.7
Grafik Luas Jenis Tanah di Kecamatan Dayehukolot
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui komposisi jenis tanah di daerah
penelitian. Penjelasan mengenai jenis tanah di daerah penelitian dijelaskan
sebagai berikut :
1. Tanah Latosol
Tanah latosol yaitu tanah yang memiliki lapisan solum tanah yang tebal
sampai sangat tebal antara 130 cm – 5 m bahkan lebih, sedangkan batas antara
horizon tidak begitu jelas. Warnanya merah, cokelat sampai kekuning-kuningan.
Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9% atau rata-rata sekitar 5%.
93%
7%
Luas (Ha)
Alluvial Latosol
78
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Reaksi tanah berkisar antara pH 4,5 – 6,5 yaitu dari asam sampai agak asam.
Struktur remah, tekstur liat-liat berpasir dan konsistensi adalah gembur. Dari
warna bisa dilihat kandungan unsur haranya dari rendah sampai sedang. Mudah
sampai agak sukar merembeskan air. Umunya tanah latosol memiliki sifat mudah
meloloskan air.
2. Tanah Aluvial
Tanah ini merupakan perkembangan dari bahan alluvium (endapan muda)
mempunyai susunan berlapis atau kadar c-organik tidak teratur dan tidak
mempunyai horizon diagnostik, kadar fraksi pasir berkurang 60% pada kedalaman
antara 25-100 cm dari permukaan tanah, terdapat di daerah yang mempunyai
bentuk wilayah datar, tekstur bervariasi, struktur lempung liat berpasir, lempung
berdebu, dan remah, konsistensi tidak teguh, tidak melekat sampai agak melekat
dan pH agak masam. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat
menyerap air dan permeabel. Jenis tanah ini memiliki kemampuan lebih rendah
untuk meloloskan air apabila dibandingkan dengan tanah latosol.
Berdasarkan Gambar 4.7, jenis tanah alluvial merupakan jenis tanah yang
paling banyak terdapat di daerah penelitian. Jenis tanah ini tersebar di sebagian
besar di daerah utara, barat dan timur Kecamatan Baleendah, sedangkan latosol
terdapat di sebagian kecil bagian selatan. Untuk lebih jelasnya lihat Peta jenis
tanah pada Gambar 4.8.
79
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.1.1.6. Kondisi Hidrologi
Hidrologi menurut Manan (1976:6) merupakan “suatu ilmu yang
mempelajari tentang air dalam segala bentuknya, baik di atas, di dalam, maupun
di permukaan tanah”. Masalah yang dibahas meliputi distribusi, sirkulasi, sifat-
sifat kimiawi dan sifat-sifat fisik serta reaksi dari lingkungan yang mati maupun
yang hidup terhadap air.
Kecamatan dayeuhkolot berada di Cekungan Bandung yang merupakan
daerah potensial tempat akumulasi air tanah. Dilihat dari posisinya, air mengalir
dari arah selatan ke utara yaitu ke Ci Tarum, maka sungai ini diperkirakan sebagai
aliran dasar (base flow) atau mengikuti kemiringan, baik itu berupa air permukaan
maupun air tanah. Sebagian besar air tanah di daerah perbukitan di pasok oleh air
sungai (efflient stream).
4.1.1.7. Hidrogeologi
Hidrogeologi mempelajari tentang batuan yang mempengaruhi kelolosan air
kedalam tanah. suatu Suatu daerahdengan daerah lain memiliki tingkat
produktivitas akuifer yang berbeda pula, hal ini ditentukan atas dasar topografi,
penggunaan lahan dan jenis batuan.
Kondisi hidrogeologi di Cekungan Bandung memungkinkan terjadinya
airtanah yang sangat besar di bagian kaki gunung muda, dan bagian tepi dari suatu
depresi seperti Dataran Bandung. Dalam pemanfaatan sumberdaya airtanah di
Cekungan Bandung terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan yaitu
keterdapatan sumberdaya airtanah untuk pemenuhan kebutu-
81
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu