Post on 04-Apr-2018
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
1/34
30
BAB III
STRATIGRAFI
3.1 Stratigrafi Regional
Berdasarkan pembagian fisiografi oleh Van Bemmelen (1949), maka daerah
penelitian merupakan bagian dari Rangkaian Pegunungan Serayu Utara. Rangkaian
Pegunungan Serayu Utara merupakan suatu geosinklin yang kemudian menjadi tempat
pengendapan sedimen-sedimen di atasnya.Pengisian ini diperkirakan dimulai pada Kala
Eosen.
Litostratigrafi telah disusun oleh peneliti-peneliti terdahulu antara lain Van
Bemmelen (1949) dan Djuri (1996), yang telah menghasilkan Peta Geologi Lembar
Purwokerto dan Tegal, yang selanjutnya penulis gunakan sebagai kesebandingan
stratigrafi regional daerah penelitian. Secara kronolgis tatanan Formasi yang menyusun
wilayah Purwokerto dan Tegal dari tua ke muda (Tabel 3.1 dan 3.2) adalah sebagai
berikut :
3.1.1 Formasi Pemali
Formasi Pemali umumnya tersusun atas napal berwarna abu-abu muda dan abu-
abu kehijauan dengan sisipan batugamping pasiran, batupasir tufaan, dan batupasir
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
2/34
31
Tabel 3.1 Stratigrafi Jawa Tengah terdahulu menurut Van Bemmelen (1949)
Umur Central Java (North Serayu Range)
Kala Western Part Central Part Eastern Part
PLESTOCENE
Young Volcanism Young volcanism
Linggopodo BedsDjembangan
bedsNotopuro beds
Gintung Beds
Ligungseries Upper Damar beds
Mangger Horizon Middle Damar beds
PLIOCENE
Kaliglagah Beds Lower Damar beds
Kalibiuk Beds
Bodasseries
(neriticmola
sse
facies)
Kalibiuk beds
Tapak Beds Kapung Limestone
MIOCENEN
Late Kumbang
Breccias
Bodasseries
(volcanicfacies)
Tjipluk beds
Middle
Halang Beds Basal
limestone
horizon
Banjak beds
Penjantan bedsLawak Beds
Lower
Rambatan BedsUpper Pemali
BedsMerawu beds
Lower Pemali
BedsSigugur beds Lutut beds
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
3/34
32
Tabel 3.2 Kolom stratigrafi regional daerah Purwokerto dan Tegal M.Djuri (1996)
UMUR PURWOKERTO DAN TEGAL
KU
A
R
T
E
R
HOLOSEN ALUVIUM
PLISTOSEN
BATUAN GUNUNG API SLAMET TAK
TERURAI
FORMASI LINGGOPODO
Anggota
Batulempung
FORMASI
LIGUNG
FORMASI
GINTUNG
FORMASI
MENGGER
PLOSEN
FORMASI KALIGLAGAH
FORMASI KAIBIUK
Anggota
Batugamping
FORMASI
TAPAK
Anggota
Breksi
T
E
R
S
I
E
R
M
I
O
S
E
N
A
K
H
IR
FORMASI
KUMBANG FORMASI
HALANGT
E
N
G
A
H
A
W
A
L
FORMASI RAMBATAN
FORMASI PEMALI
OLIGOSEN
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
4/34
33
kasar. Umumnya merupakan urutan batulempung keabuan yang monoton dengan tebal
mencapai 900meter. Berdasarkan fosil foraminifera plantonik dan bentonik, maka dapat
diketahui bahwa Formasi ini berumur Miosen Tengah (Zona N10-N11), dengan
lingkungan pengendapannya laut dangkal sampai laut terbuka.
3.1.2 Formasi Rambatan
Formasi Rambatan umumnya tersusun atas serpih, napal dan batupasir
gampingan.Napal selang-seling dengan batupasir gampingan berwarna abu-abu
muda.Lapisan tipis kalsit banyak dijumpai tegak lurus bidang perlapisan dengan tebal
mencapai 300 meter.
Bagian bawah Formasi tersusun atas batupasir gampingan dan konglomerat, dan
di beberapa tempat berganti menjadi napal dan serpih dalam suatu lapisan tipis.Bagian
atas Formasi tersusun oleh lapisan kalsit yang berada di atas lapisan tipis dari batupasir
gampingan dengan warna abu-abu terang dan kebiruan.
Fosil foraminifera plantonik dijumpai pada napal, antara lain menunjukan umur
Miosen Tengah. Dalam batuan yang sama juga dijumpai fosil Foraminifera bentonik
yang menunjukan lingkungan pengendapan laut dangkal yang dipengaruhi oleh arus
keruh.
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
5/34
34
3.1.3 Formasi Halang
Formasi Halang tersusun atas perselingan batupasir, batulempung, tufa dan
sisipan breksi.Bagian bawah batuan terdiri atas breksi dan napal dengan sisipan
batupasir (tebal sekitar 5-10cm sampai 1m) serta napal dengan sisipan batulempung, tufa
dan kalkarenit (tebal sekitar 5-30cm). Bagian atas dari Formasi ini didominasi oleh
napal dan batupasir dengan sisipan tufa, batulempung dan batupasir konglomeratan. Di
bagian ini lapisan tufa semakin banyak, sedangkan sisipan batupasir konlomeratan
terdapat di bagian paling atas.
Foraminifera plantonik banyak dijumpai pada napal, baik di bagian bawah
maupun bagian atas Formasi ini. Umur Formasi Halang adalah Miosen Tengah sampai
Pliosen Awal (N15-N18). Berdasarkan temuan foraminifera bentos disimpulkan bahwa
lingkungan pengendapan Formasi Halang adalah Batial Atas (200-1000m). Formasi
Halang disimpulkan sebagai endapan turbidit.
3.1.4 Formasi Kumbang
Formasi Kumbang tersusun atas breksi, lava andesit, dan tufa, di beberapa
tempat terdapat breksi dan tufa pasiran.Tersingkap baik di Gn. Kumbang, sekitar 3km
sebelah barat peta (Lembar Purwokerto dan Tegal) dengan ketebalan 2000m.Formasi
Kumbang merupakan hasil aktivitas volkanisme pada kala Miosen Akhir.Bagian atas
Formasi ini secara berangsur berubah menjadi batupasir marine, konglomerat dan breksi
yang merupakan anggota dari Formasi Tapak.Bagian bawah Formasi ini, dimana
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
6/34
35
litologinya berupa breksi dengan komponen angular, memiliki kontak menjemari dengan
Formasi Halang.
3.1.5 Formasi Tapak
Formasi ini tersusun atas batupasir kasar berwarna kehijauan dan konglomerat,
breksi andesit setempat-setempat.Pada bagian atas terdiri atas batupasir gampingan dan
napal berwarna hijau yang mengandung moluska.Ketebalannya sekitar 500m.Pada
beberapa tempat terdapat batugamping tak berlapis berwarna abu kekuningan dan juga
breksi gunungapi dengan masa dasar batupasir tuffan dimana kedua litologi ini melensa
di dalam Formasi Tapak dan dikenal dengan Anggota Batugamping dan Anggota Breksi
Formasi Tapak.
Pada napal banyak ditemukan foraminifera kecil plantonikyang menunjukkan
umur Pliosen Awal (N19) berdasarkan Yudha (1982). Sedangkan fosil bentonik yang
menunjukkan lingkungan pengendapan neritik dalam.
3.1.6 Formasi Kalibiuk
Formasi ini diperkirakan diendapkan pada Kala Pliosen Tengah dan tersusun atas
batulempung fosilan, napal, dan pada bagian atas dan bawah Formasi terdapat lensa
batupasir. Pada bagian tengah Formasi ini tersusun atas batupasir kehijauan yang kaya
akan moluska. Hadirnya moluska mengindikasikan bahwa Formasi ini termasuk fasies
tidal, dan diperkirakan pula bahwa Formasi Kalibiuk ini bergabung secara lateral dengan
Formasi Kaliglagah yang mengandung endapan continentaldan tidal. Hubungan dengan
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
7/34
36
Formasi Tapak yang berumur lebih tua adalah selaras.Lokasi tipe ada pada Kali Biuk di
sekitar Bumiayu yang merupakan percabangan dari Kali Glagah.
3.1.7 Formasi Kaliglagah
Formasi Kaliglagah diperkirakan diendapkan pada kala Pliosen Akhir.Pada
bagian bawah Formasi ketebalannya sekitar 150m dengan litologi yang terdiri atas
batulempung hitam, napal kehijauan, batupasir andesitic dan konglomerat.Pada posisi
ketebalan batuan mencapai 200m di atasnya, litologi menjadi semakin kasar dan
konglomerat mendominasi, sedangkan batulempung serta napal mulai
menghilang.Selain itu di beberapa tempat ditemui lignit yang melensa.Hubungan dengan
Formasi Kalibiuk adalah selaras dengan kontak yang kurang jelas antara batugamping
terumbu pada bagian atas Formasi Kalibiuk dengan sedimen klastik dari Formasi
Kaliglagah.Lokasi tipe Formasi ini terdapat di Kaliglagah. Menurut S.Martodjojo
(1984), mandala ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi yang kebanyakan berupa
fragmen batuan beku dan sedimen, seperti: andesit, basalt, tufa dan batugamping.
3.1.8 Formasi Ligiung
Formasi ini diperkirakan diendapkan pada kala Pliosen dan litologinya terdiri
atas aglomerat andesit, breksi dan tuff abu-abu di beberapa tempat.Litologi penyusun ini
tadinya dinamakan Anggota Atas Formasi Ligiung oleh Van Bemmelen (1949). Anggota
Bawah Formasi Ligiung merupakan Anggota Lempung yang terdiri atas batulempung
tuffaan, batupasir tuffaan silang siur dan konglomerat, pada sebagian tempat ditemukan
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
8/34
37
sisa tumbuhan dan batubara muda yang menunjukkan bahwa anggota ini diendapkan
pada lingkungan non marine. Lokasi tipe dari Formasi ini terdapat pada Kali Ligiung.
3.1.9 Formasi Mengger
Formasi ini diperkirakan diendapkan pada Kala Pleistosen Awal dan terdiri atas
tuff abu2 muda dan batu pasir tuffaan sisipan konglomerat dan batupasir
magnetit.Memiliki ketebalan sekitar 150m.Lokasi tipe berada di Gunung Mengger dekat
Desa Cisaat 10km dari Bumiayu.
3.1.10 Formasi Gintung
Formasi ini diendapkan pada Kala Pleistosen Tengah-Akhir dan terdiri atas
konglomerat monomik dengan fragmen andesit, batupasir abu-abu kehijauan, batupasir
abu-abu kehijauan, batulempung pasiran dan batulempung.Selain itu Formasi ini juga
dicirikan oleh lapisan konkresi batupasir karbonatan dan beberapa konkresi kecil
berwarna putih yang diisi oleh napal.Pada bagian atas dari Formasi ini terdapat
interkalasi yang diisi oleh tuff putih.Lokasi tipe Formasi ini terdapat pada Kali Gintung
dengan ketebalan total sekitar 800m.Hubungan dengan Formasi Mengger adalah
selaras.Formasi Gintung dapat memiliki kesamaan dengan Formasi Damar bagian atas
dari Zona Kendeng sebelah barat, dan dengan Formasi Kabuh bagian timur dan tengah
Zona Kendeng, menurut Van Bemmelen (1949)
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
9/34
38
3.1.11 Formasi Linggopodo
Formasi ini diendapkan pada Kala Pleistosen AKhir dan terdiri atas breksi
gunungapi, tuff dan lahar, diduga merupakan hasil kegiatan Gunung Slamet Tua dan
Gunung Cope, menurut Van Bemmelen (1949).Nama satuan ini diusulkan oleh Ter Haar
(1935).Hubungan dengan Formasi diatasnya merupakan hubungan ketidakselarasan
disconformity.Pada beberapa tempat Formasi ini ditutupi oleh produk volkanik Gunung
Slamet yang berumur lebih muda. Litologi penyusun Formasi ini sangat mirip dengan
litologi penyusun dari Formasi Kumbang, dan mungkin saja kedua Formasi ini
merupakan produk dari gunung api yang sama.
3.1.12 Endapan Lahar Gunung Slamet
Lahar dengan beberapa lapisan lava di bagian bawah, setengah mengeras, dengan
bongkah batuan gunungapi bersusunan andesite-basalt, bergaris tengah 10-30cm,
dihasilkan oleh Gunung Slamet tua, membentuk topografi hampir rata dan punggungan
tajam di sepanjang tepi sungai. Sebarannya nmeliputi dataran rendah.
3.1.13 Endapan Aluvial
Terdiri atas material-material lepas berupa kerikil, batupasir, lempung dan lain-
lain.Terendapkan sepanjang datarn banjir sungai-sungai besar.Juga endapan lempung
hitam, berbau busuk hasil endapan rawa.Tebal 5m.Tersebar disepanjang Dataran
Fluvial Jawa Tengah Utara.
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
10/34
39
3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian
Pembahasan dalam stratigrafi daerah penelitian, dilakukan dengan pembagian
satuan batuan yang didasarkan pada batuan penyusun utama dan karakteristik khusus
masingmasing dari satuan batuan. Pengertian satuan batuan disini adalah satuan
lithostratigrafi tidak resmi. Pengelompokkan satuansatuan batuan tersebut berdasarkan
ciriciri litologi yang mendominasi dan posisi stratigrafinya yang nampak tersingkap di
lapangan. Kadang kontak antara satuan batuan tidak jelas/tidak ditemukan di lapangan,
antara lain dikarenakan tertutup soil yang merupakan hasil pelapukan yang intensif di
daerah penelitian. Oleh karena itu, di dalam penarikan batasbatas satuan juga didukung
terhadap keadaan topografi dan kedudukan perlapisan, sedangkan kedudukan
stratigrafinya didasarkan pada kandungan fosil dan hukum superposisi.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengelompokkan satuan batuan di
daerah penelitian secara berurutan dari yang berumur tua ke muda adalah sebagai
berikut (Tabel 3.3) : (1) Satuan Batupasir Karbonatan dan (2) Satuan Batupasir selang
seling Batulempung Karbonatan
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
11/34
40
Tabel 3.3 Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian Tanpa Skala
40
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
12/34
41
Pembahasan yang akan dikemukakan antara lain meliputi penyebaran dan
ketebalan, jenis litologi, umur, lingkungan pengendapan, dan hubungan stratigrafi
dengan satuan batuan yang lain berdasarkan data- data di lapangan serta hasil analisis
laboratorium.
Lingkungan pengendapan merupakan tempat endapan terkumpul yang
dikarakteristikkan oleh rangkaian unsur biologi, fisik dan kimia, hubungan dari
parameter ini akan mengidentifikasikan lingkungan pada saat pengendapannya. Didalam
penafsiran juga digunakan suatu model lingkungan pengendapan yang digunakan
sebagai dasar penafsiran untuk memahami lingkungan pengendapan pada lokasi
penelitian.
Dalam penentuan umur dan bathymetri satuan batuan digunakan dua metoda
antara lain : hukum superposisi yang dikembangkan oleh Steno serta analisis fosil
foraminifera plangtonik, menurut Blow (1969) dan bentonik berdasarkan kisaran
kedalaman menurut Adi P. Kadar, dkk (1996) sedangkan untuk analisa lingkungan
turbidit dipergunakan model kipas laut dari Walker (1978), dengan parameter
mikroskopik dan megaskopik.
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
13/34
42
3.2.1 Satuan Batupasir Karbonatan
Penamaan satuan ini berdasarkan litologi penyusun yang lebih dominan yang
dijumpai di lapangan yaitu batupasir karbonatan, yang tersingkap dengan baik di bagian
selatan daerah penelitian.
a. Penyebaran dan ketebalanSatuan Batupasir Karbonatan ini memiliki penyebaran 25% dari seluruh luas
daerah penelitian, yang menempati bagian timur laut dari daerah penelitian,yaitu
meliputi Igir Kinanti, Kedungoleng, Karangbenda dan Karangasem, serta bagian selatan
daerah penelitian, yang meliputi Igir Ajir, Cigugur, Logandeng, Cikokol dan Igir Ajir.
Satuan ini cukup resisten,sehingga tersingkap dengan baik di bagian selatan daerah
penelitian, terutama di daereh Igir Ajir, Cikokol dan Igir Naga Boga, namun tidak
sedikit pula tersingkap dalam kondisi lapuk, terutama pada bagian timur daerah
penelitian.
Ketebalan satuan ini tidak dapat ditentukan karena merupakan satuan batuan
tertua. Namun dari rekonstruksi penampang, diperkirakan tebal dari lapisan satuan
batupasir karbonatan diperkirakan 285m (Tabel 3.4)
b. Ciri LitologiBatupasir karbonatan merupakan litologi yang mendominasi satuan ini, dengan
dijumpai sisipan batulempung secara setempat-setempat.
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
14/34
43
Tabel 3.4 Kolom Stratigrafi tanpa skala Satuan Batupasir Karbonatan
43
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
15/34
44
Bagian bawah satuan batupasir karbonatan dicirikan oleh batupasir massive
dengan warna lapuknya berwarna cokelat kekuningan, dan dalam kondisi segar
berwarna abu-abu kehitaman (Foto 3.1). Ukuran butir adalah sedang-kasar, bentuk butir
menyudut hingga membulat tanggung, pemilahannya baik, fragmen berupa mineral
kuarsa, feldspar, piroksen, oksida besi, dan mineral bijih yang tertanam dalam massa
dasar lumpur karbonat dan mineral lempung, butiran sebagian saling bersinggungan
(grainsupported), porositasnya baik, semennya karbonatan karena berekasi dengan HCl,
dan kekompakannya sedang.
Foto 3.1 Foto kenampakan singkapan batupasir karbonatan pada
Lokasi Pengamatan 30
(Timur Laut- Barat Daya)
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
16/34
45
Berdasarkan hasil analisa petrografi contoh batuan dari LP 3 mengklasifikasikan
sebagai Feldspathic Wacke, berdasarkan Pettijohn (1975) pemerian lengkap dapat
dilihat pada lampiran petrografi. Memiliki struktur sedimen berupa laminasi sejajar
(Foto 3.2), graded bedding dan terlihat struktur spheroidal weathering di beberapa
lokasi pengamatan, seperti diperlihatkan pada LP 23 (Foto 3.3)
Kenampakan singkapan yang mewakili satuan ini dapat dilihat pada salah satu
lokasi pengamatan yaitu lokasi pengamatan 30 yang berada di daerah Cigugur (Foto
3.1) dan lokasi pengamatan 27 yang berada di daerah Igir Ajir (Foto 3.3).
Foto 3.2 Foto kenampakan struktur laminasi sejajar yang ditemukan pada
batupasir karbonatan, yang dijumpai pada LP 24 daerah Igir Ajir .
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
17/34
46
Foto 3.3 Kenampakan struktur sedimen Spheroidal Weathering pada lokasi
pengamatan 23 daerah Igir Ajir.
Bagian atas satuan batupasir karbonatan dicirikan oleh batupasir dalam kondisi
lapuk berwarna cokelat keputihan, dan di beberapa tempat, dijumpai batupasir dalam
kondisi lapuk berwarna cokelat kemerahan, karena mengalami oksidasi (Foto3.5).
Ukuran butirnya sedang sampai halus, bentuk butir membulat tanggung, terpilah baik,
fragmen mineral piroksen, kuarsa, dan feldspar berupa plagioklas, dan oksida besi serta
mineral bijih yang tertanam dalam massa dasar, danmineral lempung sebagai massa
dasarnya. fragmen sebagian besar mengambang dalam masa dasar (matrix supported),
beberapa diantaranya saling bersinggungan (grainsupported), porositas cukup baik,
semennya karbonatan, kekompakannya sedang-buruk. Berdasarkan hasil analisa
petrografi contoh batuan pada LP 8, mengklasifikasikan sebagai Lithic Greywacke
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
18/34
47
berdasarkan Pettijohn (1975). Kenampakan singkapan yang mewakili bagian atas satuan
ini diperlihatkan pada LP 6 dan LP 7 (Foto 3.4 dan Foto 3.5)
Foto 3.4 Kenampakan bagian atas satuan batupasir karbonatan yang dijumpai
padalokasi pengamatan LP 6 daerah Kali Kebayan.
Foto 3.5 Singkapan batupasir karbonatan yang telah mengalami oksidasi yang
dijumpai pada lokasi pengamatan LP 7, sebelah barat Karang Benda.
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
19/34
48
c. UmurDikarenakan tidak adanya data fosil planktonik dan bentonik pada analisa batuan
terpilih dari LP 1, LP 9, dan LP 12 yang didapatkan pada satuan batuan ini,maka penulis
melakukan kesebandingan dengan peneliti terdahulu bahwa satuan batupasir karbonatan ini
terendapakan pada umur Miosen Tengah-Akhir, menurut Djuri (1996).
d.Lingkungan PengendapanDikarenakan tidak terdapatnya fosil bentonik pada analisa batuan terpilih pada
satuan batuan ini, maka penentuan Lingkungan pengendapan berdasarkan ciri litologi
megaskopis yang terlihat di lapangan, analisa petrografi maupun hasil interpretasi
Berdasarkan ciri litologi di lapangan memperlihatkan batupasir mengandung
unsur karbonatan (CaCO), yang identik dengan lingkungan pengendapan laut.Hasil
analisa petrografi menunjukkan bahwa batupasir karbonatan sebagai Feldsphatic
Wacke.Batupasir tak murni atau Feldspathic Wacke menunjukkan bahwa batuan ini
diendapkan dalam suatu pengendapan yang cepat yang biasannya terjadi di slope.Sistem
pengendapan yang cepat ini mengakibatkan adanya pencampuran antara fragmen kasar
hingga halus (mud) dibuktikan dengan pemilihan yang buruk, fragmen batuan
menyudut-menyudut tanggung, kemas yang didukung oleh matriks dengan kandungan
mineral lempung >10% (Lampiran Petrografi).
Berdasarkan analisa struktur sedimen pada daerah penelitian, pada lapisan
batupasir (Foto 3.9) dijumpai adanya pengkasaran butiran ke atas (graded bedding) (Ta)
dan laminasi sejajar (Tb). yang dapat digolongkan kedalam urutan Bouma
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
20/34
49
(1962)(Gambar 3.1).Urut-urutan struktur sedimen tersebut dalam Sikuen Bouma ini
dikategorikan sebagai CT (Classical Turbidit) dalam sistem pengendapan kipas bawah
laut Walker (1978).
Gambar 3.1 Mekanisme Pengendapan Turbidit urut-urutan Bouma (1962) pada
satuan batupasir karbonatan
Berdasarkan analisa struktur sedimen di atas dan runtunan litologi pada satuan
ini yang mengacu pada Walker (1978), maka satuan batupasir masifini diinterpretasikan
sebagai sedimen yang diendapkan dalam lingkungan Chanelled suprafan lobes on mid
fan (Gambar 3.2 dan Gambar 3.3).
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
21/34
50
Gambar 3.2 Model analisa lingkungan pengendapan berdasarkan Walker (1978)
Gambar 3.3 Model Interpretasi Lingkungan Pengendapan Batupasir Karbonatan
pada suatukipas bawah laut (Walker,1978)
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
22/34
51
e. Hubungan Stratigrafi dan KesebandinganSatuan batupasir karbonatan merupakan satuan tertua pada daerah penelitian,
sehingga hubungan dengan lapisan dibawahnya tidak diketahui. Hubungan stratigrafi
satuan batupasir karbonatan dengan satuan batupasir selang-seling batulempung
karbonatan di atasnya adalah selaras.
Berdasarkan ciri-ciri litologi, umur, serta posisi stratigrafi maka satuan batupasir
karbonatan ini dapat disebandingkan dengan FormasiRambatan, menurut Djuri (1996) .
3.2.2 Satuan Batupasir selang-seling Batulempung Karbonatan
Penamaan satuan ini berdasarkan pada litologi yang mendominasi yaitu batupasir
yang diselingi oleh batulempung (Tabel 3.5). Pada umumnya singkapan pada satuan
batupasir selang-seling batulempung mempunyai kenampakan segar hingga tak segar.
Kontak antara satuan batuan di bawahnya tidak dapat diamati pada daerah
penelitian,diperkirakan bagian bawah satuan ditandai oleh kedudukan selaras.
a. Penyebaran dan ketebalanSatuan Batupasir selang-seling Batulempung Karbonatan ini memiliki
penyebaran satuan litologi yang terluas, yaitu sekitar 70% dari seluruh luas daerah
penelitian, yang menempati bagian utara, bagian barat dan bagian tengah daerah
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
23/34
52
Tabel 3.5 Kolom Stratigrafi tanpa skala satuan batupasir selang-seling
batulempung karbonatan
UMUR
Satuan
BatuanTEBAL
Litologi Pemerian
Lingkungan
Pengendapan
MiosenAkhir(N
17-N18)
SatuanB
atupasirselang-
selingbatulempung
karbonatan
75090
0m
Batupasir karbonatan berwarna abu- abu,
dengan ukuran butir pasir halus sampai pasir
sedang, memiliki pemilahan yang baik, bentukbuitr menyudut tanggung sampai membundar
tanggung. Kemas berupa matrix supported,porositas sedang, dan kompak.terjadi penebalan
pada lapisan batupasir karbonatan dengan
ukuran hingga 25 50 cm.
Batupasir karbonatan selang- selingbatulempung karbonatan dengan ciri- ciri
megaskopis secara megaskopis berwarna abu-
abu dengan ukuran butirnya pasir sangat halussampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang
baik, bentuk butir yang menyudut tanggung
sampai membundar tanggung, memiliki
porositas sedang, kemasnya matrix supported,
semennya karbonatan dengan ketebalan lapisan
10- 30 cm
Batulempung karbonatan memiliki warna abu-abu, porositas buruk,kemas mud-supported
dengan semen karbonatan
Batupasir karbonatan berwarna abu- abu
dengan ukuran butirnya pasir sangat halussampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang
baik, bentuk butir yang menyudut tanggung
sampai membundar tanggung, tersusun atasmineral kuarsa, piroksen, mineral bijih, dan
gelas vulkanik sebagai fragmen, memiliki
porositas sedang, kemasnya matrix supported,semennya karbonatan dengan ketebalan lapisan
5- 25 cm
Batulempung karbonatan memiliki warna abu-
abu, porositas buruk,kemas mud-supporteddengan semen karbonatan, memiliki ketebalan 5-
20 cm
Neritik
Luar
SmoothPortionofSuprafanLobesonMidFan.
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
24/34
53
penelitian,yaitu meliputi daerah Cilancing, Mapag, Sokanandi, Kali Karangkrinjing,
Bribis, Igir Depok, Tipar dan Soka.
Satuan ini cukup resisten,sehingga tersingkap dengan baik di hampir seluruh
daerah penyebaran dari satuan batuan ini, namun tidak sedikit pula tersingkap dalam
kondisi lapuk, terutama pada bagian utara dari daerah penelitian.berdasarkan penampang
geologi maka tebal dari satuan batuan ini adalah 750 meter.
b.Ciri LitologiPenamaan Satuan batupasir karbonatan ini berdasarkan ciri umum batupasir
karbonatan yang mendominasi dengan batupasir karbonatan selang- seling batulempung
karbonatan pada bagian bawah dan berkembang menjadi batupasir karbonatan dengan
sisipan batulempung karbonatan di bagian atas dan tengah.
Pada bagian bawah diendapkan batupasir karbonatan selang-seling batulempung
karbonatan (Foto 3.6) dicirikan oleh batupasir karbonatan berwarna abu-abu dengan
ukuran butirnya pasir sangat halus sampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang baik,
bentuk butir yang menyudut tanggung sampai membundar tanggung, tersusun atas
mineral kuarsa, piroksen, mineral bijih, dan gelas vulkanik sebagai fragmen, memiliki
porositas sedang, kemasnya matrix supported, semennya karbonatan dengan ketebalan
lapisan 5-25cm dan struktur sedimennya laminasi parallel yang terlihat pada LP 43 (Foto
3.7).
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
25/34
54
Batulempung karbonatan memiliki warna abu- abu, porositas buruk,kemas mud-
supported dengan semen karbonatan, memiliki ketebalan 5-20cm. Berdasarkan hasil
analisa petrografi contoh batuan terpilih dari LP 28 mengklasifikasikan sebagai Lithic
Greywacke, berdasarkan Pettijohn (1975), pemerian secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran petrografi.
Foto 3.6 Singkapan batupasir selang-seling batulempung karbonatan pada
lokasi pengamatan LP 43.
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
26/34
55
Foto 3.7 Struktur sedimen laminasi sejajar yang dijumpai pada
lokasi pengamatan 43.
Bagian Tengah Satuan Batupasir selang-seling batulempung karbonatan ini
dicirikan oleh batupasir berwarna abu- abu dengan ukuran butirnya pasir sangat halus
sampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang baik, bentuk butir yang menyudut
tanggung sampai membundar tanggung, memiliki porositas sedang, kemasnya matrix
supported, semennya karbonatan dengan ketebalan lapisan 10-50cm dan struktur
sedimennya laminasi parallel yang terlihat pada LP 54 (Foto 3.9). Batulempung
karbonatan memiliki warna abu- abu, porositas buruk,kemas mud-supported dengan
semen karbonatan dengan ketebalan dari batulempung ini adalah 15-20cm. Kenampakan
bagian tengah satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan ditunjukkan oleh
lokasi pengamatan 53, daerah Renggong. (Foto 3.8)
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
27/34
56
Foto 3.8 Singkapan batupasir selang-seling batulempung karbonatan yang
mewakili bagian tengah dari satuan pada LP 53.
Foto 3.9 Struktur sedimen laminasi sejajar pada batupasir karbonatan yang
dijumpai pada LP 54.
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
28/34
57
Pada bagian atas dari satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan,
terjadi penebalan pada lapisan batupasir karbonatan (Foto 3.10), dengan ukuran hingga
2550cm. Batupasir karbonatan berwarna abu-abu, dengan ukuran butir pasir halus
sampai pasir sedang, memiliki pemilahan yang baik, bentuk buitr menyudut tanggung
sampai membundar tanggung. Kemas berupa matrix supported, porositas sedang, dan
kompak. Memiliki struktur sedimen laminasi parallel, laminasi bergelombang (Foto
3.11). Batulempung karbonatan memiliki warna abu-abu, porositas buruk,kemas mud-
supported dengan semen karbonatan dengan ketebalan dari batulempung ini adalah 5-
10cm.
Foto 3.10 Singkapan batupasir selang-seling batulempung karbonatan pada
lokasi pengamatan 14 daerah Kali Pemali.
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
29/34
58
Foto 3.11 Struktur sedimen laminasi sejajar dan laminasi bergelombang yang
dijumpai pada lokasi pengamatan 15 daerah Kali Cilancing.
c. Umur
Penentuan umur dari satuan batupasir karbonatan ditentukan berdasarkan
kandungan fosil Foramnifera planktonik pada batulempung karbonatan.Berdasarkan
klasifikasi Zonasi Blow (1969) hasil analisi mikropaleontologi pada beberapa sampel
batuan yang mewakili bagian bawah, tengah dan atas memiliki fosil Foramnifera
planktonik yang dominan yaitu : Orbulina universa, Globigerinoides trilobus,
Sphaerodinella subdehiscens, Globorotalia plesiotumida, Globorotalia tumida,
Globigerina venezuelana, maka disimpulkan bawah kisaran umur satuan batuan
batupasir karbonatan adalah N16-N18 atau pada Miosen AkhirPliosen Awal (Tabel
3.5)
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
30/34
59
Tabel 3.5 Kisaran umur satuan batupasir karbonatan selang-seling
batulempung karbonatan
d. Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan satuan batupasir selang-seling batulempung ditentukan
berdasarkan beberapa data baik yang terlihat di lapangan, analisa laboratorium maupun
hasil interpretasi, antara lain :
Analisa mikropaleontologi berdasarkan Zona Indikator Lingkungan
Pengendapan Purba di Cekungan Kutai, oleh Adi P. Kadar, dkk (1996), dijumpai
foraminifera bentonik antara lain :Dentalina, Cycamminata trullisata, Asterorotalia sp,
Nodosaria sp, Cassidulina, Valvulina sp, Bolivina sp, dan Bolivina vadescens. (Tabel
3.6)
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
31/34
60
Tabel 3.6 Lingkungan pengendapan satuan batupasir selang- seling
batu lempung karbonatan
Berdasarkan ciri megaskopis di lapangan memperlihatkan bahwa satuan ini
terdiri batupasir dan batulempung. Dimana ukuran butir batupasir yang relatif sedang-
halus, bentuk butir membundar tanggungmenyudut tanggung, dengan pemilahan yang
sedang - baik menandakan satuan ini diendapkan jauh dari sumbernya dengan arus yang
tidak terlalu kuat.Ditemukannya batulempung menunjukkan adanya perubahan arus
yang lebih tenang.
Hasil pengamatan ciri litologi pada runtunan satuan ini diketahui bahwa
perselingan batupasir dan batulempung yang dapat digolongkan kedalam urutan Bouma
(1962), struktur sedimen yang ada meliputi laminasi bergelombang (Tc), laminasi sejajar
(Tb) dan graded bedding dan batupasir masif (Ta) (Gambar3.4). Urut-urutan struktur
sedimen dalam Sikuen Bouma ini dikategorikan sebagai CT (Classical Turbidit) dalam
sistem pengendapan kipas bawah laut, menurut Walker (1978).
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
32/34
61
Gambar 3.4 Urut-urutan Bouma 1962 pada satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan
61
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
33/34
62
Berdasarkan ciri litologi satuan ini dimana pada bagian atas satuan ditemukan
batupasir yang tebal (massive) yang identik dengan fasies turbidit MS (Massive
Sandstone) menurut Walker (1978), lalu dilanjutkan semakin ke bawah satuan dijumpai
perselingan batupasir dan batulempung yang identik dengan fasies turbidit CT (Classical
Turbidit) menurut Walker (1978). Urutan litologi ini bila disebandingkan dengan model
progradasi kipas bawah laut Walker (1978) terletak pada Smooth Portion of Suprafan
Lobes on Mid Fan Channel (Gambar3.5). Berdasarkan data-data diatas maka
disimpulkan bahwa satuan batupasir selang-seling batu lempung karbonatan ini
diendapkan di lingkungan laut outer neritik, dengan mekanisme turbidit tepatnya di
Smooth Portion of Suprafan Lobes on Mid Fan, dengan karakteristik penebalan ke
bagian atas lapisan satuan batuan, dengan asosiasi classical turbidite, dalam sikuen
progradasi atas sudah terdapat massive sandstone.
e. Hubungan Stratigrafi dan KesebandinganHubungan stratigrafi satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan dengan
lapisan dibawahnya adalah selaras. Berdasarkan ciri-ciri litologi, umur, serta posisi
stratigrafi maka satuan batupasir selang-seling batulempung karbonatan ini dapat
disebandingkan dengan Formasi Halang, menurut Djuri, dkk(1996).
7/31/2019 Bab III Stratigrafi Frans-revisi
34/34
Gambar 3.5 Lokasi pengendapan satuan batupasir selang-seling
batulempung karbonatan.
Bagian bawahatas satuan
batupasir selang-seling batulempung
karbonatan diendapkan di lingkungan
laut dengan mekanisme turbidit
tepatnya diendapkan di lingkungan laut
dengan mekanisme turbidit tepatnya
pada Smooth Portion of Suprafan Lobes
on Mid Fan.