Post on 14-Mar-2019
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Apotek
Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, menyebutkan bahwa yang disebut dengan apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kerfarmasian oleh apoteker
dimana pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu hidup
pasien.
Apotek juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit dan orientasi kepada pelayanan pasien yang
mengacu kepada pelayanan kefarmasian.
1. Fungsi dan Peran Apotek
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.
b. Sarana farmasi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian.
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusi sediaan
farmasi, antara lain obat, bahan baku, obat tradisional, dan kosmetika.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan
obat tradisional (Bogadenta, 2012).
2. Pelaksanaan Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia
No. 51 tahun 2009, pelaksanaan apotek adalah sebagai berikut:
a. Apoteker, adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
5
b. Tenaga Teknis Kefarmasian, adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analisis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
c. Apoteker Pengelola Apotek, yaitu Apoteker yang telah diberi izin oleh
Menteri untuk mengelola apotek di tempat tertentu.
d. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek
disamping apoteker pengelola apotek dan atau menggantikannya pada
jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
e. Apoteker Pengganti, yaitu pengganti apoteker pengelola apotek yang
berhalangan hadir lebih dari 3 bulan sampai dengan 2 tahun, yang
tidak dapat merangkap sebagai apoteker pengelola apotek atau sebagai
apoteker pendamping pada apotek lain.
f. Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
sebagai asisten apoteker.
3. Kegiatan Dalam Lingkungan Apotek
Apotek merupakan sarana pelayanan yang melakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi (obat, bahan obat, obat
tradisional, bahan obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetik) kepada
masyarakat. Apotek dipimpin oleh seorang apoteker pengelola apotek
(APA) yang telah diberi izin mengelola apotek.
Hal-hal yang termasuk Pengelolaan Apotek menurut Bogadenta,
2012 meliputi :
a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penjualan obat atau bahan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan
farmasi lainnya.
c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi
informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan kepada
dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun masyarakat. Serta,
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
6
pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,
bahaya serta mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya.
B. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pemerintah telah menyusun standar pelayanan kefarmasian yang
tercantum dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014.
Standar pelayanan ini dibentuk karena dunia kefarmasian sebagai pelayanan
kesehatan kepada masyarakat sudah sedemikian berkembang. Saat ini
orientasi pelayanan kefarmasian telah bergeser dari obat ke pasien yang
mengacu pada pharmaceutical care kegiatan pelayanan kefarmasian yang
semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, kini berubah
menjadi pelayanan komprehensif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup dari pasien (Bogadenta, 2012).
Pelayanan ( service ) adalah suatu upaya penjual barang atau jasa untuk
memberi dan memenuhi unsur-unsur yang menjadi harapan (expectation)
kepuasan konsumen. Dasar pertimbangan kepuasan konsumen adalah
kesesuaian biaya yang dikeluarkan konsumen (cost costumer) terhadap nilai
barang atau jasa yang diperolehnya (customer delivered value). Berbeda
dengan pelayanan di apotek, apabila apotek tidak dapat memberikan
pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen atau tidak
sesuai dengan peraturan, maka konsumen tidak hanya mengalami kerugian
biaya, akan tetapi juga kerugian spiritual (psikhis), karena konsumen apotek
adalah rata-rata mereka yang sedang mengalami sakit, kerugian jauh lebih
berbahaya lagi adalah keselamatan jiwa konsumen ( Umar, 2005).
Keberadaan apotek sebagai sarana pelayanan obat-obatan dan bahan
farmasi lainnya diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Hal tersebut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 yang
menetapkan distribusi dan pelayanan obat kepada masyarakat antara lain
melalui apotek.
Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek :
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
7
1. Dalam melayani resep harus sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesi apoteker dengan dilandasi kepentingan masyarakat.
2. Apoteker tidak boleh mengambil obat generik dalam resep dengan obat
paten. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,
apoteker wajib konsultasi dengan dokter untuk memilih obat yang lebih
tepat.
3. Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat yang diserahkan kepada pasien. Penggunaan obat yang tepat, aman,
rasional atas permintaan masyarakat.
4. Bila apoteker berpendapat ada kekeliruan dalam resep atau penulisan tidak
tepat, apoteker harus memberi tahu dokter penulis resep. Bila dokter
penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara
tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim diatas resep (Anief,
2008).
1. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Berdasarkan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014 tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek dan tujuan standar pelayanan
kefarmasian di apotek meliputi:
a. Pelayanan Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
1) Persyaratan administratif
a) Nama, SIP dan alamat dokter
b) Tanggal penulisan resep
c) Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep
d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
f) Cara pemakaian yang jelas
g) Informasi lainnya
2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
8
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.
b. Penyiapan Obat
1) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam
melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap
dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan
etiket yang benar.
2) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
3) Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang
cocok sehingga terjaga kualitasnya.
4) Informasi Obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian
informasi dan konseling pada pasien dan tenaga kesehatan.
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktifitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama
terapi.
5) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan
farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga
dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
9
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah
sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.
Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular,
diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus
memberikan konseling secara berkelanjutan.
6) Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutrama untuk
pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asthma dan
penyakit kronis lainnya.
7) Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus
memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri
sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan
obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif
dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,
penyuluhan, dan lain-lain.
8) Pelayanan Residental (Home Care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Untuk aktifitas ini, apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
2. Tujuan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
a. Sebagai pedoman praktik seorang apoteker dalam menjalankan profesi
b. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional
c. Melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian.
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
10
3. Pelayanan Disaat Penjualan ( Sales Service )
Sales service adalah : pelayanan yang diberikan oleh apotek kepada
konsumen pada saat konsumen sedang membeli obat di apotek. Jenis
pelayanan ini dapat berupa ( Kotler, 2005) :
a. Keramahan ( Friendliness )yaitu : sikap petugas apotek disaat
menyambut kedatangan konsumen.
b. Keamanan ( savetiness ) dan Kenyamanan ( confortness ) ruang tunggu
yaitu: petugas apotek selalu menjaga keamanan dan kenyamanan
fasilitas konsumen.
c. Kelengkapan ( avaibality ) perbekalan farmasi yaitu : petugas apotek
harus menjaga kelengkapan barang ( stock ), sehingga dapat
meringankan beban.
d. Kecepatan ( speediness ) pelayanan yaitu : petugas apotek harus selalu
bekerja teliti dan cepat agar waktu tunggu memperoleh obat tidak
terlalu lama, sehingga dapat mengurangi kegelisahan atau kecemasan
dan tingkat emosional konsumen yang labil.
e. Harga ( price ) yang sesuai dengan kualitas barang dan pelayanan
yaitu: petugas apotek harus dapat menjadi penasehat ( advisor )
terhadap setiap kelas konsumen yang datang, agar konsumen dapat
memperoleh obat dengan harga yang tidak mahal, sehingga dapat
meringankan biaya yang harus dikeluarkan. Karena tidak semua
konsumen berasal dari orang kaya yang mampu membayar biaya obat.
f. Kecekatan dan Ketrampilan ( emphaty ) yaitu : petugas apotek selalu
siap untuk membantu dan memberikan jalan keluar ( alternatif solusi)
bila ada hambatan dengan harga ketersediaan bahan obat yang
diperlukan konsumen.
g. Informasi ( informative ) yaitu : petugas apotek selalu memberikan
nomor telpon khusus apotek yang dapat dihubungi konsumen bila
terjadi sesuatu dengan obat yang dibeli.
h. Bertanggung jawab (responsible) yaitu: petugas apotek selalu
memberikan nomor telefon khusus apotek yang dapat dihubungi
konsumen bila terjadi sesuatu dengan obat yang dibeli (Umar, 2005).
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
11
4. Pelayanan Sesudah Penjualan (After Sales Service)
After Sales Service adalah: pelayanan yang diberikan oleh apotek
kepada konsumen setelah konsumen membeli dan menggunakan obat.
Jenis pelayanan ini antara lain berupa (Umar, 2005):
a. Penyediaan informasi data penggunaan obat konsumen (costumer
medication profile) yaitu: petugas apotek menyediakan data-data
konsumen pada waktu membeli obat, jenis obat yang dibeli, nama dan
alamat dokter penulis resep konsumen yang sewaktu-waktu
dibutuhkan oleh konsumen (kecuali setelah 3 tahun), sehingga dapat
membuat konsumen merasa nyaman terhadap keamanan dokumen
obat-obat yang pernah digunakan.
b. Peduli (Care )terhadap penggunaan obat oleh konsumen, yaitu: setelah
3-4 hari petugas apotek menanyakan: efek obat terhadap penyakitnya,
cara dan waktu penggunaan obat yang dilakukan, jumlah obat yang
digunakan dalam sehari, penyimpanan obat di rumah dan efek samping
yang dialami oleh konsumen.
c. Jaminan (Guarantee) yaitu: petugas apotek siap mengganti, menukar
obat yang rusak, kurang atau tidak sesuai dengan permintaan resepnya
dan mengantarkan ke rumah konsumen tanpa ada tambahan biaya yang
dibebankan pada konsumen.
d. Dapat diandalkan (Reliable) yaitu: petugas apotek cepat dalam
memberikan bantuan atau memberikan informasi jalan keluar terhadap
keluhan mengenai khasiat obat yang digunakan atau efek samping
yang dialami oleh konsumen.
C. Kepuasaan Pelanggan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Tingkat
kepuasan adalah fungsi dari perbedaan kinerja yang dirasakan dengan
harapan. Ukuran pelayanan kesehatan bermutu mengacu pada penerapan
standar serta kode etik profesi yang baik saja, yang pada dasarnya mencakup
penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai hubungan dokter dengan pasien
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
12
(doctor patient relationsip), kenyamanan pelayanan (amenities), kebebasan
memilih (choice), pengetahuan dan kompetensi teknik (scientific knowledge
and technical skill), efektifitas pelayanan (effectiveness) dan keamanan
tindakan (safety). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan
merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di
bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan,
pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau
senang (Kotler, 2005).
Menurut Kotler (1997) yang dikutip oleh Wulandari (2008) Pelanggan
adalah orang yang menyampaikan keinginannya kepada perusahaan. Tugas
perusahaan adalah menanganinya supaya mendatangkan keuntungan. Dewasa
ini semakin banyak perusahaan yang mengakui pentingnya memuaskan dan
mempertahankan pelanggan yang ada. Para pelanggan yang puas biasanya
akan terkait dengan bertahannya pelanggan.
Kepuasan pasien dapat mempengaruhi minat untuk kembali ke apotek
yang sama. Kepuasan merupakan pengalaman yang akan mengendap di dalam
ingatan pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan
pembeli ulang produk yang sama (Rangkuti, 2006). Keinginan ini dipengaruhi
oleh latar belakang budaya dan karakteristik individu seseorang.
Ada lima faktor utama yang menentukan tingkat kepuasan konsumen
atau pasien, yaitu:
1. Kualitas produk farmasi, yaitu kemampuan menyembuhkan penyakit. Hal
ini menyangkut ketersediaan farmasi dan ketersediaan hayati, sehingga
tercapai tujuan efek terapi. Persepsi konsumen atau pasien terhadap
produk farmasi dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan sesungguhnya
kualitas produk dan komunikasi.
2. Kualitas pelayanan terhadap pasien. Pasien akan merasa puas bila mereka
mendapat pelayanan yang baik, ramah, sesuai dengan yang diharapkan.
3. Merupakan komponen emosional, yaitu pengaruh atau pertimbangan yang
bersifat emosional seperti : karena sugesti, angan-angan, gambaran yang
indah, perasaan bangga, agar kelihatan lain dari yang lain. Kepuasan
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
13
tersebut membuat konsumen merasa puas terhadap produk farmasi
tersebut.
4. Harga. Meskipun produk farmasi yang dipilih mempunyai kemajuan
khasiat yang sama dengan produk farmasi yang lain tetapi harganya relatif
lebih murah. Hal tersebut juga merupakan faktor penting untuk
menentukan tingkat kepuasan.
5. Faktor biaya untuk memperoleh produk farmasi tersebut. Konsumen tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan juga tidak perlu membuang waktu
untuk memperoleh obat tersebut(Anief, 2008).
Kepuasan konsumen dapat diukur berdasarkan :
1. Responsiveness ( ketanggapan )
Responsiveness (ketanggapan) merupakan kemampuan memberikan
pelayanan kepada pelanggan dengan cepat dan tepat. Dalam pelayanan
apotek adalah kecepatan pelayanan obat dan pelayanan kasir.
2. Reliability ( kehandalan )
Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
memuaskan pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah pemberian
informasi obat oleh petugas apotek.
3. Assurance ( jaminan )
Assurance (jaminan) yaitu kemampuan memberikan kepercayaan dan
kebenaran atas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Dalam
pelayanan apotek adalah kelengkapan obat dan kemurahan harga obat.
4. Emphaty ( empati )
Emphaty (empati) yaitu kemampuan membina hubungan, perhatian, dan
memahami kebutuhan pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah
keramahan petugas apotek.
5. Tangibles ( bukti langsung )
Tangibles (bukti langsung) yaitu sarana dan fasilitas fisik yang dapat
langsung dirasakan oleh pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah
kecukupan tempat duduk diruang tunggu apotek, kebersihan ruang tunggu,
kenyamanan ruang tunggudengan kipas angin dan AC, serta ketersediaan
televisi (Kotler, 2005).
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
14
Kuesioner adalah salah satu instrumen dalam penelitian dimana
didalamnya berisi kumpulan pertanyaan (Riyanto, 2011). Penyusunan
kuesioner menggunakan skala Likert yang menunjukkan skor tingkat dari
sangat positif sampai dengan sangat negatif. Jawaban dari responden yang
bernilai positif, bernilai lebih tinggi dari jawaban responden yang sangat
negatif. Dalam penelitian ini model kuesioner mengacu pada skala Likert
dengan empat tingkat jawaban. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap
dan persepsi seseorang terhadap sesuatu. Skala Likert digunakan untuk
mempermudah dalam melakukan pengolahan data.
Kepuasan konsumen atau pelanggan dapat diukur dengan menggunakan
beberapa skala sikap yaitu :
1. Skala Likert
Skala likert merupakan skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena
tertentu. Ada dua bentuk skala likert yaitu pertanyaan positifyang diberi
skore 5, 4, 3, 2, dan 1. Sedangkan pertanyaan negatif diberi skore 1, 2, 3,
4, dan 5.
2. Skala Guttman
Skala guttman merupakan skala yang menginginkan tipe jawaban tegas,
seperti jawaban benar – salah, ya – tidak, pernah – tidak pernah, positif –
negatif, tinggi rendah, baik – buruk, dan seterusnya. Pada skala guttman
hanya ada dua interval jawaban.
3. Skala Differensial
Skala differensial merupakan skala untuk mengukur sikap, tetapi
bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu
garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian
kanan garis dan jawaban yang sangat negatif terletak di sebelah kiri garis,
atau sebaliknya. Datanya berupa data interval.
4. Rating Scale
Rating scale biasanya untuk mengukur persepsi yang berskala kontinum.
Pernyataan rating scale sebenarnya mirip dengan tipe pertanyaan skala
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
15
likert, tetapi pada rating scale data yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan secara kualitatif (Riyanto, 2011).
D. Metode Analisis SWOT
Analisi SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan. Dengan demikian
perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategi
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang
ada saat ini.Hal ini disebut dengan Analisis Situasi (Rangkuti, 2006).
Menurut Rangkuti (2006) analisis SWOT adalah sebuah metode
perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(Strengths), peluang (Opportunities), kelemahan (Weaknesses), dan ancaman
(Threats) terlibat dalam suatu proyek dan mengidentifikasi faktor-faktor
internal dan eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan
tersebut.
Menurut Rangkuti (2006 ), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara
sistemis untuk merumuskan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkan
logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal dan faktor internal. Diagram analisis SWOT:
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
16
1. Mendukungstrategi 1.Mendukungstrategi
turn around agresif
2. Mendukungstrategi 2.Mendukungstrategi
defentif diversifikasi
Gambar 2.1. Diagram Analisis SWOT
(Rangkuti, 2006)
Keterangan
Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Grow oriented strategy).
Kuadran II : Meskipun menghadapai baerbagai ancaman, perusahaan ini
masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi ( produk atau pasar ).
Kuadran III : Perusahaan mengahadapi peluang yang sangat besar, tetapi di
lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan
internal. Kondisi pada kuadran 3 ini mirip dengan Question
Mark pada BCG matrik. Fokus strategi ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat
merebut peluang yang lebih baik.
Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
karena mengahdapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Untuk menentukan posisi kuadran pada diagram SWOT, maka
ditentukan terlebih dahulu Strenght posture dan Competitive posture. Strenght
posture merupakan penjumlahan dari peluang dan ancaman untuk sumbu Y.
BERBAGAI PELUANG
KELEMAHANINT
ERNAL
KEKUATAN
INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.
17
Keterpaduan kedua aspek tersebut akan menunjukan posisi perusahaan dalam
diagram SWOT (Rangkuti, 2006).
Pada tahap selanjutnya analisis strategi dapat menggunakan model
matriks SWOT yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi dan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki apotek. Terdapat empat kemungkinan alternatif
strategi menurut (Rangkuti, 2006) yaitu :
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki apotek untuk mengatasi
ancaman.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensit dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN ..., AWALITA NURVINDA APRIYANI, FARMASI, UMP 2017.