Post on 08-Oct-2020
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (sri rezeki H Hadinegoro, 2005:15). Penyakit ini adalah penyakit demam
akut yang disebabkan oleh serotype virus dengue dan ditandai dengan 4 gejala
klinis utama yaitu demam yang tinggi menifestasi pendarahan, hepatomegali,
tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan
dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yand dapat menyebabkan. kematian
(soegeng soegijanto, 2002:45)
2. Gejala Demam Berdarah Dengue
Menurut Mahdiana (2010), Gejala DBD tergantung pada umur penderita.
Pada bayi dan anak-anak biasanya demam disertai ruam-ruam makulopapular.
Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, diawali dengan demam ringan atau
demam tinggi (>39°C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama 2-7 hari, disertai
sakit kepala hebat, nyeri dibelakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah
disertai dan ruam-ruam. Bintik-bintik pendarahan di kulit kadang-kadang disertai
dengan bintik-bintik pendarahan di faring dan konjungtiva. Penderita juga sering
mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan dan
nyeri seluruh perut. Selain itu, demam dapat mencapai 40-41°C.
7
Setelah demam 2-6 hari dapat menimbulkan syok, dengan ujung jari-jari
tangan dan kaki dingin. Pada kulit timbul bintik-bintik merah, kadang-kadang
diikuti oleh berak darah, pendarahan dari hidung dan pendarahan di bagian putih
mata. Apabila tidak segera mendapat pertolongan maka dapat menimbulkan
kematian (Oswari, 2012:62).
B. Penyebab Demam Berdarah Dengue
Penyebab dari penyakit demam berdarah adalah virus dengue anggota dari
genus Flavirus (Arbavirosis group B) salah satu genus familia Togaviradae.
Arbavirosis artinya penyebab penyakit yang ditularkan Arthropoda. Penyakit
demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang mempunyai 4
serotipe jenis, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus yang paling
banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengan tipe 1 dan tipe 3
(Ginanjar, 2008).
Nyamuk mendapat virus demam berdarah dari pasien demam berdarah
dengue yang sakit, maupun orang yang tidak tampak sakit namun dalam aliran
darahnya terdapat virus dengue pada saat nyamuk menggigit orang tersebut virus
dengue akan terbawa masuk bersama darah yang dihisapnya kedalam tubuh
nyamuk itu menjadi sakit demam berdarah. Dalam tempo 7 hari, virus dengue
sudah tersebar diseluruh bagian tubuh nyamuk termasuk di kalenjar air liurnya,
jika nyamuk ini menggigit orang lain, virus dengue akan turut berpindah bersama
air liur nyamuk kedalam tubuh orang tersebut. Sifat gigitan nyamuk yang
dirasakam manusia tidaklah berbeda-beda dengan gigitan nyamuk lainnya, artinya
tidak lebih sakit, dan tidak lebih gatal (Erik Tapan, 2004).
8
27
C. Cara Penularan Demam Berdarah Dengue
Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
sumber penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Virus dengue dalam
darah 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam bila penderita tersebut digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam
lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar
diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk kedalam kalenjar liurnya, kira-kira
seminggu setelah menghisap darah penderita nyamuk tersebut siap untuk
menularkan kepada orang lain (masa inkubasi eksentrik) virus ini akan tetap
berada didalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk
Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue ini menjadi penular (infektif)
sepanjang hidupnya penularan ini terjadi setiap kali nyamuk menusuk
(menggigit), sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui
saluran alat tusuknya (proboschia), agar darah yang dihisap tidak membeku
bersama air liur ini virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain akibat
infeksi dari virus, orang yang kemasukan virus dengue, akan membentuk zat
antibody yang spesifik sesuai dengan tipe virus dengue yang masuk. Tanda atau
gejala yang timbul ditentukan oleh reaksi antara zat anti di dalam tubuh dengan
antigen didalam virus dengue yang baru masuk. Demam berdarah dengue dapat
terjadi disemua tempat yang terdapat nyamuk penularnya menurut teori sekunder,
seseorang dapat terserang demam berdarah dengue jika mendapat infeksi ulangan
dengan tipe yang berlainan dengan infeksi sebelumnya. Infeksi dengan satu virus
saja, akan menimbulkan demam dengue disertai pendarahan (Dinkes Provinsi,
2006)
9
27
D. Faktor Kejadian Demam Berdarah Dengue
Kesehatan manusia sangat tergantung pada interaksi antara manusia dan
aktivitasnya dengan lingkungan fisik, kimia, serta biologi. Kejadian atau
penularan penyakit menular ditentukan oleh faktor-faktor yang disebut host,
agent, dan environment, selain itu faktor lainnya menurut teori H.L Blum adalah
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik.
1. Virus Dengue
Virus dengue termasuk dalam falavirus group dari family togavitridae,
ada serotype yaitu D1, D2, D3, dan D4. Virus ini terdapat dalam darah penderita
1-2 hari sebelum demam, setelah penularan melalui gigitan nyamuk, virus dengue
akan terinkubas selama 3-15 hari. Selanjutnya virus berkembang biak dalam
waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali
kepada manusia pada saat gigitan berikutnya (Mumpuni dan Lestari, 2015:7).
2. Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus
dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue Aedes aegypti juga
merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever), chikungunya, dan
demam zika yang disebabkan virus zika. Penyebaran virus ini sangat luas,
meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus
dengue Aedes aegypti merupakan pembawa utama bersama Aedes albopictus
menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota (https://
id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti).
10
27
3. Manusia atau Host
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat
terkena penyakit demam berdarah dengue. Penyakit demam berdarah dengue
dapat menginfeksi setiap manusia, ada beberapa faktor intrinsik yang dapat
mempengaruhi manusia sebagai penjamu penyakit demam berdarah dengue antara
lain:
a. Umur
Secara umum penyaki demam berdarah dengue tidak mengenal tingkatan
umur. Hanya saja anak-anak lebih rentan terhadap infeksi demam berdarah
dengue karena anak-anak cenderung lebih sering berada dirumah sedangkan
nyamuk Aedes aegypti termasuk nyamuk rumahan dan tinggal di sekitar
lingkungan anak-anak.
b. Jenis Kelamin
Infeksi demam berdarah dengue tidak membedakan jenis kelamin akan
tetapi apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia
yang lebih berat.
c. Riwayat demam berdarah dengue sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi demam berdarah dengue sebelumnya
biasanya akan terbentuk immunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi
selanjutnya. Contohnya penduduk asli daerah endemik akan lebih tahan terhadap
demam berdarah dengue dibandingkan dengan pendatang dari daerah non
endemis.
11
27
4. Genetik
Faktor genetik atau keturunan merupakan faktor yang sulit untuk
diintervensi karena bersifat bawaan dari orang tua. Penyakit atau kelainan-
kelainan tertentu seperti diabetes mellitus, buta warna, albino, atau yanglainnya,
bisa diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya atau dari generasi kegenerasi.
Pencegahannya cukup sulit karena menyangkut masalah gen atau DNA.
Pencegahan yang paling efektif adalah dengan menghindari gen pembawa
sifatnya.
5. Pelayanan Kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan
perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang
banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di
bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan. Puskesmas sebagai garda terdepan
dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar perananya.
6. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di Sekitar manusia, baik
berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia
lainnya, termasuk suasana yang terbentuk, maka terjadi interaksi di antara elemen-
elemen di alam tersebut (Arsunan arsin, andi, 2012:103).
12
27
a. Lingkungan Fisik
Beberapa faktor lingkungan fisik yang terkait dengan demam berdarah
dengue yaitu
1) Suhu
Nyamuk merupakan binatang berdarah dingin dan siklus kehidupannya
Tergantung pada suhu lingkungan. Nyamuk tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri,
rata-rata nyamuk membutuhkan suhu optimum untuk berkembangbiak adalah 25-27C.
Suhu juga sangat mempengaruhi perkembangan parasit dalam tubuh nyamuk, suhu yang
optimum berkisar antara 20-30 C.
2) Kelembaban
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak
berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling
rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Kelembaban udara dapat
mempengaruhi longevity (umur) nyamuk. Sistem pernafasan nyamuk
menggunakan pipa-pipa udara yang disebut trachea dengan lubang-lubang dinding
yang disebut spiracle. Pada waktu kelembaban rendah, spiracle terbuka lebar
tanpa ada mekanisme pengaturnya sehingga menyebabkan penguapan air dari
dalam tubuh nyamuk.
3) Hujan
Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan
terjadinya epidemik demam berdarah dengue. Besar kecilnya tergantung pada
jenis dan deras hujan, jenis nyamuk dan jenis tempat perindukan. Hujan yang
diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk
Aedes aegypti.
13
27
4) Topografi
Pengaruh variasi ketinggian berpengaruh pada syarat-syarat ekologis yang
diperlukan oleh vektor penyakit, di indonesia nyamuk Aedes aegypti dapat hidup
pada daerah dengan ketinggian 1000mdpl. Faktor yang paling penting
berhubungan dengan ketinggian adalah suhu yang mempengaruhi perkembangan
dan kelangsungan hidup vektor, khususnya perkembangan virus dengue di dalam
tubuh nyamuk.
5) Angin
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan
ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Angin tidak
memberikan pengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan
serangga. Angin memberikan peranan yang besar dalam pola penyebaran
serangga.
b. Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi sangat mempengaruhi kehidupan larva karena karena
ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup
lainnya. Adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah
gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang tersebut dikandangkan tidak jauh
dari perindukan nyamuk.
c. Lingkungan sosial dan budaya
Lingkungan sosial budaya merupakan bentuk kehidupan sosial, budaya,
ekonomi, politik, sistem organisasi serta peraturan yang berlaku bagi setiap
individu yang membentuk masyarakat tersebut.
14
27
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan
penyuluhan dan cara pemberantasan demam berdarah dengue yang dilakukan.
2) Status Ekonomi
Status ekonomi akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke
puskesmas atau rumah sakit.
3) Suku bangsa
Tiap suku bangsa mempunyai kebiasaan masing-masing sehingga hal ini
juga mempengaruhi penularan demam berdarah dengue.
7. Perilaku
Pada hakikatnya faktor perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia
itu sendiri yang menghasilkan ketidakseimbangan antara agent, host dan
lingkungan yang yang berpengaruh terhadap status kesehatan manusia. Kejadian
demam berdarah dengue disebabkan oleh salah satu faktor yaitu perilaku. Perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas, baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati dari luar.
a. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
15
27
b. Perilaku Dalam Bentuk Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo,
2007). Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
c. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan
Tindakan adalah suatu respon terhadap rangsangan atau stimulus dalam
bentuk nyata yang dapat diobservasi secara langsung melalui kegiatan wawancara
dan kegiatan responden, merupakan bentuk tindakan nyata / tindakan seseorang
(overt behavior). Proses selanjutnya apabila seseorang telah mengetahui stimulus
atau obyek kesehatan adalah mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa
yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang
disebut tindakan kesehatan.
Oleh sebab itu indikator tindakan kesehatan ini mencakup tindakan
sehubungan dengan penyakit meliputi pencegahan penyakit. Upaya perilaku
pencegahan sangat diperlukan untuk karena sangat penting dalam memutus mata
rantai kehidupan nyamuk Aedes aegypti. Satu-satunya pencegahan atau
pengendalian dengue yang dapat kita lakukan hingga saat ini adalah dengan
16
27
memerangi nyamuk yang mengakibatkan penularan. Berikut cara yang dapat
dilakukan :
1) Melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
2) Pengelolaan sampah padat.
3) Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum burung
seminggu sekali.
4) Menguras bak mandi
5) Menutup penampungan air
6) Mengubur barang bekas
7) Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian
8) Perbaikan desain rumah. Contohnya dengan membuat atau
menambah ventilasi agar sirkulasi udara lancar, suasana rumah
menjadi sehat, dan membuat nyamuk tidak betah dirumah.
E. Pengertian Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes aegypti juga
merupakan pembawa virus demam kuning, chikungunya, dan demam Zika yang
disebabkan oleh virus Zika. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir
semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue. Aedes
aegypti merupakan pembawa utama (primary vetor) dan bersama Aedes
albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat
keganasan penyakit demam berdarah dengue, masyarakat harus mampu mengenali
dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.
17
27
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina
yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein
yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun
tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam
atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak
cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka
yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku
yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk
menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal
dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscisnya, namun tidak
berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang
lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan
perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi
ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban bertolak belakangan
dengan Aedes albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon
rimbun (https://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti).
F. Morfologi Dan Siklus Hidup Aedes aegypti
1. Morfologi nyamuk Aedes aegypti sebagai berikut :
a. Telur Aedes aegypti :
1) Ukuran telur 0,8 mm dengan warna hitam.
18
27
2) Diletakkan satu persatu pada dinding bagian dalam dari container air.
3) Jumlah telur 100 – 300 butir untuk setiap ekor.
4) Menetas setelah 1 – 2 hari setelah terendam air.
5) Telur dapat bertahan pada keadaan kering dalam waktu yang lama
(>1tahun).
b. Jentik/Larva
1) Jentik/larva hidup di air akan mengalami empat masa
2) Pertumbuhan yang ditandai dengan pergantian kulit (moling).
3) Pada pergantian kulit terakhir akan menjadi kepompong.
4) Jentik/larva, belum bisa dibedakan antara jantan dan betina.
c. Pupa
1) Pupa/ kepompong hidup di air.
2) Pupa/ kepompong belum bisa dibedakan jantan dan betina.
3) Menetas menjadi nyamuk setelah 1-2 hari.
d. Nyamuk Dewasa
1) Tubuh kecil hidup di dalam dan di luar rumah.
2) Warnanya hitam dengan bercak putih di badan dan di kaki.
3) Pada saat hinggap posisi kepala dan abdomen tidak dalam satu
sumbu.
4) Hinggap pada tempat gelap dan pakaian yang bergantungan.
5) Biasa menggigit/menghisap darah pada 9 pagi dan 3 sore
6) Jarak terbang ± 100 meter.
7) Bersifat Anthropophilik, walaupun mungkin akan menghisap darah
hewan berdarah panas lain yang ada.
19
27
8) Umur nyamuk jantan ± 1 minggu, umur nyamuk betina dapat
mencapai 2-3 bulan.
2. Siklus Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosa sempurna, yaitu dari
bentuk telur, jentik, kepompong dan nyamuk dewasa. Stadium telur, jentik, dan
kepompong hidup di dalam air (aquatik), sedangkan nyamuk hidup secara
teresterial (di udara bebas). Pada umumnya telur akan menetas menjadi larva
dalam waktu kira-kira 2 hari setelah telur terendam air. Nyamuk betina
meletakkan telur di dinding wadah di atas permukaan air dalam keadaan
menempel pada dinding perindukannya. Nyamuk betina setiap kali bertelur dapat
mengeluarkan telurnya sebanyak 100 butir. Fase aquatik berlangsung selama 8-12
hari yaitu stadium jentik berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong (pupa)
berlangsung 2-4 hari. Pertumbuhan mulai dari telur sampai menjadi nyamuk
dewasa berlangsung selama 10- 14 hari. Umur nyamuk dapat mencapai 2-3 bulan
G. Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti
Menurut Dewi Sadina (2011), dijelaskan bahwa pengembangan vaksin untuk
dengue sangat sulit dilakukan karena keempat jenis serotipe virus bisa
mengakibatkan penyakit. Perlindungan terhadap hanya satu atau dua jenis serotipe
ternyata akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit serius (Mumpuni dan
lestari, 2015:24).
Walaupun saat ni sedang dikembangkan vaksin terhadap keempat serotipe
sekaligus, satu-satunya usaha pencegahan atau pengendalian dengue yang dapat
kita lakukan hingga saat ini adalah dengan memerangi nyamuk yang
mengakibatkan penularan. Berikut cara yang dapat dilakukan :
20
27
1. Metode Lingkungan
a. Menguras tempat penampungan air, menurut Depkes RI (2010),
pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di
tempat itu. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi
nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan
DBD tidak terjadi lagi, Yulianto dan Febriana (2013) menyatakan bahwa
frekuensi pengurasan TPA kurang dari seminggu sekali beresiko 19,76 kali untuk
terjadinya DBD dibandingkan dengan yang menguras TPA seminggu sekali
(Yulianto dan Febriana. 2013 https://media.neliti.com/media/publications/275580-
factors-associated-with-the-incidence-of-4d490137.pdf).
b. Menutup tempat penampungan air, tempat penampungan air yang
tertutup dapat mencegah nyamuk untuk bersarang dan bertelur dibandingkan
dengan tempat penampungan air yang kondisinya terbuka. Sejalan dengan
penelitian Carundeng, Malonda dan Umboh (2014) yang berjudul Analisis faktor-
faktor yang berhubungan dengan demam berdarah dengue di puskesmas
Gogagoman Kotamobagu menyatakan bahwa responden yang tidak menutup
tempat penampungan air mempunyai resiko 4,3 kali lebih besar menderita demam
berdarah dengue dibandingkan dengan responden yang melakukan penutupan
tempat penampungan air. Sistem penyediaan air di masyarakat baik yang melalui
perpipaan maupun sumber lain seperti sungai, sumur gali, sumur pompa, masih
memerlukan tempat penampungan air baik besar maupun kecil berupa ember,
drum, maupun bak permanen. Tempat penampungan air ini juga merupakan
media yang cukup di sukai oleh nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.
21
27
Dengan cara menutup berarti kita tidak menyediakan tempat hidup bagi
perkembangan nyamuk Aedes aegypti Carundeng, Malonda dan Umboh 2014
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/viewFile/12688/12286).
c. Mengubur barang-barang bekas. Tempat perkembangbiakan nyamuk
selain di tempat penampungan air juga pada kontainer (barang bekas) yang
memungkinkan air hujan tergenang yang tidak beralaskan tanah, seperti kaleng
bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang dibuang di
sembarang tempat. Sehingga masyarakat yang tidak mengubur barang-barang
bekas mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan yang mengubur barang-barang
bekas, sejalan dengan penelitian Winarsih S (2012) yang menunjukkan bahwa
responden yang tidak mengubur barang bekas mempunyai risiko 4,747 kali lebih
besar menderita DBD daripada responden yang mengubur barang bekas (Winarsih
2012 https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/304).
d. Menurut Depkes RI (2005) bahwa salah satu cara “3M plus” yang
harus dilaksanakan adalah menghindari kebiasaan menggantungkan pakaian di
dalam rumah/kamar. Menurut Ginanjar (2008). Kebiasaan masyarakat
menggantungkan pakaian di dalam kamar merupakan salah satu indikasi
kesenangan beristirahat nyamuk Aedes aegypti, Sehingga responden yang
memiliki kebiasaan menggantung pakaian memiliki resiko lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak menggantung pakaian. yang menyatakan bahwa
masyarakat yang mempunyai kebiasaan mengantung pakaian di rumahnya
mempunyai resiko 6,0 kali lebih besar untuk terkena DBD dibandingkan dengan
mereka yang tidak biasa menggantung pakaian, karena salah satu tempat
22
27
kebiasaan nyamuk istirahat itu ada pada pakaian yang bergantungan.
(Yuliani.2012 https://osf.io/mjpku/download/?format=pdf).
2. Metode Biologi
Untuk mencegah penyebaran nyamuk Aedes aegypti dengan metode
biologis, anda dapat menggunakan ikan pemakan jentik seperti ikan cupang atau
bakteri sejenis BTH.
3. Metode Kimiai
Cara pengendalian ini antara lain dengan :
a. Fogging
Melakukan pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion) untuk mengurangi penularan sampai batas tertentu. Pengasapan
dilakukan dua siklus dengan interval satu minggu. Pengasapan siklus I berfungsi
untuk membunuh nyamuk deawasa yang ada pada saat pengasapan sedangkan
pengasapan siklus II berfungsi untuk membunuh jentik siklus I yang berkembang
menjadi nyamuk dewasa
b. Abatisasi
Abate (temephos) merupakan salah satu golongan dari pestisida yang
digunakan untuk membunuh serangga pada stadium larva. Abate yang digunakan
biasanya berbentuk butiran pasir yang kemudian ditaburkan di tempat
penampungan air dengan takaran penggunaan bubuk Abate 1 gram (bahan aktif:
themepos 1%) adalah sebagai berikut: untuk 100 liter air cukup dengan 10 gram
bubuk abate 1 gram dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar gunakan
sendok makan. Selanjutnya membagikan atau menambahkannya sesuai dengan
banyaknya air yang akan di abatisasi, takaran tidak perlu tepat betul. Masyarakat
23
27
yang tidak menabur bubuk abate memilki risiko lebih besar dibandingkan dengan
yang menabur bubuk abate, sejalan dengan penelitian sehingga Yunita dan
Soedjajadi (2007) yang menyatakan bahwa risiko keberadaan jentik Aedes aegypti
yang tidak diberi bubuk abate pada penampungan air sebesar 9,13 kali
dibandingkan yang diberi abate sehingga bisa menjadi tempat potensial
perkembangan nyamuk Aedes aegypti. Meski begitu, banyak masyarakat merasa
tidak aman menggunakan bubuk abate karena akan menyebabkana air dalam
tempat penampungannya akan menjadi keruh, serta masih ada ketakutan jika
bubuk abate dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan. Oleh karena itu
untuk memutus rantai siklus hidup Aedes aegypti perlu memberi informasi yang
benar mengenai bubuk abate, selain informasi dan pengetahuan yang diberikan
oeleh puskesmas, pemberian rutin bubuk abate setiap bulannya bisa menjadi
solusi untuk menciptakan koordinasi antara masyarakat dan puskesmas (Yunita
dan Soedjajadi. 2007 https://www.neliti.com/id/publications/3926/perilaku-3m-
abatisasi-dan-keberadaan-jentik-aedes-hubungannya-dengan-kejadian-de)
24
27
H. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
a. Menguras, dan
membersihkan tempat
penampungan air pada
penderita DBD
b. Menutup tempat
penampungan air pada
penderita DBD
c. Mengubur barang-
barang bekas pada
penderita DBD
d. Kebiasaan menggantung
pakaian pada penderita
DBD
e. Menabur bubuk abate
pada penderita DBD
Manusia atau Host
Virus dengue
Nyamuk
Aedes aegypti
Kejadian Demam
berdarah dengue
Lingkungan.
1. Lingkungan fisik
a. Suhu
b. Kelembaban
c. Hujan
d. Topografi
e. Angin
2. Lingkungan biologi
3. Lingkungan sosial dan
budaya
a. Pendidikan
b. Status ekonomi
c. Suku bangsa
25
27
I. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
a. Menguras, dan membersihkan
tempat penampungan air pada
penderita DBD
b. Menutup tempat penampungan
air pada penderita DBD
c. Mengubur barang-barang bekas
pada penderita DBD
d. Kebiasaan menggantung
pakaian pada penderita DBD
e. Menabur bubuk abate pada
penderita DBD
Kejadian Demam
Berdarah Dengue
Variabel Bebas
Variabel Terikat
26
J. Definsi Operasional
Tabel 2.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara
Pengumpulan
Data
Alat UKur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Menguras, atau
membersihkan
tempat
penampungan
air
Menguras atau membersihkan
tempat penampungan air pada
penderita DBD di puskesmas
rawat inap gadingrejo tahun 2019
Wawancara
dan
Pengamatan
Cheklist
dan
Qusioner
Ya : jika dilakukan
pengurasan seminggu
sekali.
Tidak :jika tidak memenuhi
kriteria diatas
Ordinal
2 Menutup
tempat
penampungan
air
Menutup tempat penampungan
air pada penderita DBD di
puskesmas rawat inap gadingrejo
tahun 2019
Wawancara
dan
Pengamatan
Cheklist
dan
Qusioner
Ya : jika dilakukan
penutupan
Tidak :jika tidak memenuhi
kriteria diatas
Ordinal
3 Mengubur
barang-barang
bekas
Mengubur barang-barang bekas
pada penderita DBD di
puskesmas rawat inap gadingrejo
tahun 2019
Wawancara
dan
Pengamatan
Cheklist
dan
Qusioner
Ya : jika dilakukan
penguburan
Tidak :jika tidak memenuhi
kriteria diatas
Ordinal
4 Menghindari
kebiasaan
menggantung
pakaian
Kebiasaan menggantung pakaian
pada penderita DBD di
puskesmas rawat inap gadingrejo
tahun 2019
Wawancara
dan
Pengamatan
Cheklist
dan
Qusioner
Ya : jika tidak
menggantung pakaian
Tidak : jika tidak memenuhi
kriteria diatas
Ordinal
5 Menabur Menaburkan bubuk abate pada Wawancara Cheklist Ya : jika menaburkan Ordinal
27
27
bubuk abate tempat-tempat beresiko terdapat
jentik nyamuk pada penderita
DBD di puskesmas rawat inap
gadingrejo tahun 2019
dan
Pengamatan
dan
Qusioner
bubuk abate
Tidak : jika tidak memenuhi
kriteria diatas