Post on 02-Feb-2018
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aset
Pengertian aset secara umum menurut Siregar (2004) adalah barang (thing)
atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai tukar (exchange value) yang
dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu. Sedangkan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
menyatakan bahwa :
”Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dengan satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.”
Hariyono (2007) dalam Modul Diklat Teknis Manajemen Aset Daerah
berpendapat bahwa :
“Aset (Asset) dalam pengertian hukum disebut benda yang terdiri dari benda
bergerak dan tidak bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak
berwujud (intangible) yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan
dari suatu instansi, organisasi, badan usaha atau individu.”(hal.3)
Dari beberapa pendapat tersebut di atas maka penulis simpulkan pengertian
aset adalah suatu barang maupun sumber daya yang dimiliki oleh suatu entitas
tertentu yang memiliki potensi untuk mencapai tujuan organisasi. Aset memiliki
berbagai macam bentuk. Hariyono berpendapat bahwa dalam akuntansi, aset
dibedakan atas aset lancar (meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, dan persediaan) dan aset nonlancar (mencakup investasi jangka panjang,
aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya). Aset tetap meliputi tanah,
peralatandan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, jaringan, dan konstruksi
16
dalam pengerjaan. Gambar 2.2 menunjukkan klasifikasi aset menurut Hariyono
(2007).
Sumber : Hariyono (2007)
Gambar 2.1
Klasifikasi Aset
Dari gambar tersebut di atas maka dapat diuraikan bahwa aset terbagi
dalam beberapa jenis termasuk di dalamnya terdapat aset negara. Aset negara
adalah bagian dari kekayaan negara atau harta kekayaan negara (HKN) yang
terdiri dari barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai
oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah,
tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan (dikelola BUMN) dan kekayaan
Pemerintah Daerah (Siregar, 2004).
Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pengertian aset negara
adalah sangat luas yang meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik yang berupa uang maupun barang
yang dapat dijadikan milik negara.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Aset Negara adalah
Harta Kekayaan Negara yang seluruhnya atau sebagian dibeli atas beban APBN
ASET
Aset Lancar Aset Nonlancar
Keuangan Berwujud Tak berwujud
17
yang meliputi semua hak dan kewajiban negara dan dapat dinilai dengan nominal
uang.
Menurut Hermanto (2009), Aset berdasarkan bentuknya dibagi atas 2 jenis,
yaitu aset berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible). Berikut
merupakan tabel yang menunjukan bentuk aset.
Tabel 2.1
Bentuk Aset
No Bentuk Aset Aset
1 Berwujud (Tangible)
Bangunan
Infrastruktur
Mesin/Peralatan
Fasilitas
2 Tidak Berwujud
(Intangible)
Sistem Organisasi (Tujuan, Visi, dan
Misi)
Patent (Hak Cipta)
Quality (Kualitas)
Goodwill (Nama Baik/Citra)
Culture (Budaya)
Capacity (Sikap, Hukum, Pengetahuan,
Keahlian)
Contract (Perjanjian)
Motivation (Motivasi)
Sumber: Bentuk Aset (Hermanto, 2009).
Bentuk aset tangible (berwujud) adalah aset yang keadaannya benar-benar
ada dan dapat dilihat volume, bentuk, ukuran, berat, dimana mempunyai masa
manfaat lebih baik dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Bentuk aset berwujud
yaitu bangunan, infrastruktur, mesin/peralatan dan fasilitas.
18
Aset intangible (tidak berwujud), adalah aset non keuangan yang dapat di
identifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan
dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual. Sedangkan untuk bentuk aset yang tidak
berwujud adalah Sistem Organisasi (Tujuan, Visi, dan Misi), Patent (Hak Cipta),
Quality (Kualitas), Goodwill (Nama Baik/Citra), Culture (Budaya), Capacity
(Sikap, Hukum, Pengetahuan, Keahlian), Contract (Perjanjian) dan Motivation
(Motivasi).
2.2 Siklus Hidup Aset
Siklus hidup aset memiliki tiga fase yaitu pengadaan (acquisition), operasi
(operation), dan penghapusan (disposal), Hariyono (2007). Kemudian dilakukan
proses lanjutan yaitu fase perencanaan, yang merupakan suatu proses lanjutan,
dimana output dari setiap fase digunakan sebagai input untuk perencanaan.
Siklus hidup dimiliki oleh setiap aset agar dapat membedakan tugas dan
tanggung jawab dari setiap fase penanganannya. Sebagai contoh tugas serta
tanggung jawab untuk keputusan perencanaan suatu aset dalam suatu organisasi
berbeda dengan tanggung jawab untuk operasi dan pemeliharaan aset maupun
dengan tanggung jawab untuk penghapusan suatu aset. Adapun fase-fase siklus
hidup aset dapat dilihat pada gambar 2.2.
19
Sumber : Hariyono, 2007
Gambar 2.2
Siklus Hidup Aset
Adapun penjelasan dari gambar diatas adalah :
1. Fase perencanaan, yaitu ketika adanya kebutuhan permintaan terhadap
suatu aset untuk direncanakan dan dibuat;
2. Fase pengadaan, yaitu ketika suatu aset dibeli, dibangun, atau dibuat;
3. Fase pengoperasian dan pemeliharaan, yaitu ketika suatu aset digunakan
untuk tujuan yang telah ditetapkan. Fase ini mungkin diselingi dengan
pembaharuan atau perbaikan besar-besaran secara periodik, penggantian
atas aset yang rusak dalam periode penggunaannya;
4. Fase penghapusan, yaitu ketika umur ekonomis suatu aset telah habis atau
ketika kebutuhan atas pelayanan yang disediakan oleh aset bersangkutan
telah hilang.
Pengadaan (Acquisition)
Operasi (Operation)
Penghapusan (Disposal)
Perencanaan (Planning)
20
2.3 Manajemen Aset
Manajemen Aset merupakan bidang ilmu pengetahuan baru dalam dunia
pendidikan, yang muncul akibat adanya kenyataan bahwa di Indonesia memiliki
kekayaan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan juga
infrastruktur. Tetapi pada kenyataannya Indonesia tetap berada pada tingkat
kemiskinan. Hal ini disebabkan karena pengelolaan kekayaan tersebut tidak
optimal, malah menimbulkan masalah kerusakan lingkungan.
2.3.1 Pengertian Manajemen Aset
Pemerintah South Australia dalam Hariyono (2007,3) mendefinisikan
manajemen aset sebagai “…a process to manage demand and guide acquisition,
use and disposal of assets to make the most of their service delivery potential, and
manage risks and costs over their entire life”, yang artinya proses untuk mengelola
permintaan dan akuisisi panduan, penggunaan dan penjualan aset untuk memanfaatkan
potensi layanan, dan mengelola risiko dan biaya seumur hidup aset.
Definisi lain dari manajemen aset menurut Danylo dan Lemer dalam Hariyono
(2007: 4) adalah “…a methodology to efficiently and equitably allocate resources
amongst valid and competing goals and objectives.”, yang artinya sebuah metodologi
efisien dan mengalokasikan sumber daya secara adil untuk mencapai tujuan dan
sasaran.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen aset mencakup proses mulai dari proses perencanaan sampai dengan
penghapusan (disposal) dan perlu adanya pengawasan terhadap aset-aset tersebut
selama umur penggunaannya oleh suatu organisasi atau Kementerian/Lembaga.
Menurut Siregar (2004), manajemen aset dibagi dalam 5 (lima) tahapan
kerja, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset dan optimalisasi aset.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.3.
21
Sumber: Siregar, 2004
Gambar 2.3
Alur Manajemen Aset
Berikut merupakan penjelasan dari alur manajemen aset dalam suatu organisasi:
1. Inventarisasi Aset
Inventasisasi aset terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan
yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah,
jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status
penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-
lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodefikasi,
pengelompokan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan
manajemen aset.
2. Legal Audit.
Legal audit. merupakan satu lingkup kerja manajemen aset berupa
inventarisasi status penguasaan aset, identifikasi dan mencari solusi atas
INVENTARISASI
ASET
SISTEM
INFORMASI
MANAJEMEN ASET
PENILAIAN
ASET
LEGAL AUDIT
OPTIMALISASI
PEMANFAATAN 4
2
1
3
22
permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan
legal yang terkait dengan penguasaan ataupun pengalihan aset.
3. Penilaian Aset
Penilaian aset merupakan satu proses untuk melakukan penilaian atas aset
yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang
independen. Hasil dari penilaian tersebut dimanfaatkan untuk mengetahui
nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga aset yang ingin
dijual.
4. Optimalisasi Aset
Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal
dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahap ini aset-aset yang
dikuasai pemerintah pusat/daerah di identifikasi dan dikelompokkan atas
aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki
potensi dapat dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang
menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional baik
dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Tentunya kriteria
untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Sedangkan aset
yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya. Apakah
faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah maupun faktor
legal lainnya. Hasil akhir tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa
sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.
5. Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan dan pengendalian, pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan
satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemerintah
pusat/daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja
aspek ini adalah pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset).
Melalui SIMA, transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin
tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang
lemah. Dalam SIMA ini keempat aspek itu diakomodasi dalam sistem
dengan menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian. Sehingga setiap
23
penanganan terhadap satu aset termonitor jelas mulai dari lingkup
penanganan hingga siapa yang bertanggung jawab menanganinya. Hal ini
yang diharapkan dapat meminimalkan KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme)
dalam tubuh pemerintah pusat/daerah.
Hariyono (2007) dalam Modul 1 Eselon 3 Manajemen Aset menyatakan
bahwa terdapat sembilan (9) tahap manajemen aset, yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengadaan (Procurement)
3. Penyimpanan dan penyaluran (Storage and distribution)
4. Pengendalian (Controlling)
5. Pemeliharaan (Maintenance)
6. Pengamanan (Safety)
7. Pemanfaatan Penggunaan (Utilities)
8. Penghapusan (Disposal)
9. Inventarisasi (Inventarization)
2.3.2 Tujuan Manajemen Aset
Tujuan utama manajemen aset adalah membantu suatu entitas atau
organisasi dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara efektif dan
efisien. Hal ini mencakup panduan pengadaan, penggunaan dan penghapusan aset
dan pengaturan risiko dan biaya yang terkait selama siklus hidup aset (Hariyono,
2007). Menurut Siregar (2002:198), ada 3 tujuan utama dari manajemen aset yaitu
efisiensi pemanfaatan dan pemilikan, terjaga nilai ekonomis dan objektivitas
dalam pengawasan dan pengendalian peruntukkan, penggunaan serta alih
penguasaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini:
1. Efisiensi pemanfaatan dan pemilikan. Dimana pengelolaan yang baik,
membuat pemanfaatan aset optimal ataupun maksimal. Aset yang dikelola
dapat digunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) dan
dimanfaatkan secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan.
24
2. Terjaga nilai ekonomis dan potensi yang dimiliki. Nilai ekonomis suatu aset
akan terjaga, apabila aset dikelola dengan baik. Potensi yang dimiliki oleh
aset akan memberikan keuntungan baik dari segi pendapatan maupun dari
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Objektivitas dalam pengawasan dan pengendalian peruntukkan, penggunaan
serta alih penguasaan. Dimana pengelolaan aset yang baik, dapat membuat
pengawasan akan lebih terarah. Sehingga peruntukkan, penggunaan dan alih
penguasaan aset akan tepat sesuai dengan rencana. Selain itu pengawasan
bertujuan membantu pencapaian tujuan dari aset tersebut.
2.3.3 Manajemen Aset Negara/Daerah
Dalam rangka mewujudkan tertib admisnistrasi terhadap pengelolaan
barang milik daerah, maka perlu diatur suatu pedoman kerja untuk mengelola
aset-aset daerah. Manajemen aset daerah diarahkan untuk menjamin
pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintah daerah, maka
pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengembangkan atau mengoptimalkan
pemanfaatan aset daerah guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pengelolaan aset daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri No.17 Tahun 2007
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007, yang dimaksud dengan aset daerah atau
Barang Milik Daerah (BMD) adalah:
“Semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperileh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun yang berasal
dari perolehan lainnya yang sah, baik yang bergerak maupun tidak
bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan
tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk
hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga
lainnya.”
25
Manajemen aset milik negara atau daerah dilaksanakan berdasarkan asas
fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas dan kepastian nilai. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 6 Tahun 2006 pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi perencanaan
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan
dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pembinaan dan pengawasan serta pengendalian. Asas pengelolaan Barang Milik
Daerah dapat ditunjukkan pada Gambar 2.4 dibawah ini
Sumber : Olahan Penulis (2012)
Gambar 2.4
Asas Pengelolaan Barang Milik Daerah
Dalam pengelolaan barang milik negara/daerah di atas, penatausahaan
adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan
barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan
inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan barang milik daerah.
Aset Pemerintah Kabupaten Bandung merupakan BMD (Barang Milik
Daerah) yang pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah Kabupaten Bandung,
yang dipimpin oleh Bupati serta Wakil Bupati sebagai Kepala Daerah.
Asas Pengelolaan
Barang Milik Daerah
Azas Fungsional
Azas Kepastian Hukum
Azas Transparansi
Azas Efisiensi
Azas Akuntabilitas
Azas Kepastian Nilai
26
Berdasarkan Permendagri No 17 tahun 2007, pengelolaan asset daerah
dilaksanakan oleh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kabupaten Bandung.
2.4 Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif. Menurut Weihrich dan Koontz dalam
Guswai (2007) efektif adalah pencapaian dari sebuah tujuan atau sasaran. Drucker
dalam Guswai (2007) mengemukakan bahwa efektif adalah melakukan suatu hal
dengan benar. Berdasarkan dua pengertian yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa efektif adalah pencapaian sebuah tujuan atau sasaran yang
dilakukan dengan benar.
Menurut Miller dalam Tangkilisan (2007) efektivitas adalah tingkat
seberapa jauh (kuantitas,kualitas dan waktu) sebuah sistem dalam mencapai
tujuan. Menurut Umar (2003) efektivitas adalah kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat. Jadi, efektivitas adalah suatu tingkat sebuah sistem dalam
mencapai tujuan dengan tepat.
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa
efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana
target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka
untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :
(Sumber: Danfar, 2009)
Gambar 2.2
Rumus Efektivitas
Berdasarkan rumus efektivitas, maka dapat disimpulkan jika output aktual
berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka
akan tercapai efektifitas. Sedangkan jika output aktual berbanding output yang
ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai.
Efektivitas = Ouput Aktual/Output Target >=1
27
2.4.1 Kriteria Efektivitas
Menurut Kusna (2007), ada dua kriteria efektivitas, yaitu:
1) Menggambarkan seluruh siklus input-proses-output
2) Menggambarkan hubungan timbal balik antara sistem dengan
organisasi.
2.5 Optimasi Aset
Menurut Hariyono (2007), aset dikatakan produktif apabila digunakan
sesuai dengan jam kerja dan fungsi dari aset tersebut. Bagi aset yang belum
digunakan secara produktif, dapat dilakukan optimasi dengan menambah jam
kerja atau dengan memberi fungsi tambahan. Optimasi aset merupakan proses
kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik,
lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut,
(Siregar, 2004). Dalam tahap ini aset-aset yang dimiliki negara diidentifikasi dan
dikelompokkan berdasarkan potensi dari aset tersebut.
Selain itu, Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia (2009), mengatakan optimasi adalah suatu tindakan, proses,
atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau
keputusan) menjadi lebih atau sepenuhnya sempurna, fungsional atau lebih
efektif. Sedangkan, menurut Fanani (2010), optimasi berasal dari kata optimal
yang berarti terbaik. Jadi, optimasi adalah proses pencapaian suatu pekerjaan
dengan hasil dan keuntungan yang besar tanpa harus mengurangi mutu atau
kualitas suatu konstruksi). Sedangkan menurut Sugiama (2010), Optimizing the
utilization of assets in terms of service benefit and financial returns. Menurut
Laszkiewicz (2002) optimasi aset yaitu mengetahui dan mencapai potensi yang
dimiliki suatu aset secara penuh. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa optimasi adalah pengoptimalan penggunaan potensi dari
sebuah aset yang dimana dapat menghasilkan manfaat yang lebih atau juga
mendatangkan pendapatan.
Aset yang memiliki potensi yang dapat dikelompokkan berdasarkan
sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan
28
ekonomi nasional, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan.
Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari penyebabnya
mengapa aset tersebut menjadi idle capacity. Sebagaimana disebutkan oleh
Siregar (2004), bahwa untuk mengoptimalkan suatu aset harus dibuat sebuah
formulasi strategi untuk meminimalisir atau menghilangkan ancaman dari faktor
lingkungan, dan untuk aset yang tidak dapat dioptimalkan harus dicari
penyebabnya.
Menurut Siregar (2004), bahwa optimasi pengelolaan aset itu harus
memaksimalkan ketersediaan aset (maximize asset availability), memaksimalkan
penggunaan aset (maximize asset utilization) dan meminimalkan biaya
kepemilikan (minimize cost of ownership). Hal tersebut bisa dilakukan dengan
meminimalisir atau mungkin menghilangkan hambatan atau ancaman atas
pengelolaan aset-aset tersebut. Sehingga optimasi dari suatu aset yang berstatus
idle capacity bisa dilakukan.
Siregar (2004:776), menyebutkan bahwa tujuan optimasi aset secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan inventarisasi semua aset meliputi bentuk, ukuran, fisik,
legal, sekaligus mengetahui nilai pasar atas masing-masing aset tersebut yang
mencerminkan manfaat ekonomisnya.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan aset, apakah aset tersebut telah sesuai dengan
peruntukkannya atau tidak.
3. Terciptanya suatu sistem informasi dan administrasi sehingga tercapainya
efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan aset.
Optimasi aset bertujuan untuk mengidentifikasi aset, sehingga akan
diketahui aset yang perlu di optimalkan dan bagaimana cara mengoptimalkan aset
tersebut. Hasil akhir optimasi aset ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran,
strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.
29
2.5.1 Mekanisme Optimasi Aset
Untuk mengoptimalkan aset, pengelola barang perlu membentuk tim
optimasi aset guna memberikan saran, usulan dan rancangan program dalam
penggunaan aset secara optimal, dalam rangka menggali sumber-sumber
pendapatan yang berkelanjutan. Mekanisme dalam pelaksanaan optimasi aset,
dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut:
1. Pendataan aset/barang milik negara/daerah.
2. Mengidentifikasi aset/barang milik negara/daerah (legal audit, potensinya
dan sebagainya).
3. Menganalisa potensi peluang untuk dioptimasikan.
4. Menyusun Rancangan Program Optimasi Aset.
2.5.2 Rencana Optimasi Aset
Menurut Djumara (2007), dalam menyusun rancangan optimasi aset harus
dilakukan analisa dan penyusunan rencana pemanfaatan. Oleh karena itu, masing-
masing unit dari aset harus diidentifikasi terlebih dahulu, dengan melakukan
serangkaian kegiatan meliputi:
1. Menyusun data aset tentang; teknis, lokasi, legal, ekonomis, dan data sosial.
2. Meneliti potensi peluang yang dimiliki aset untuk dioptimalkan dari segi:
potensi teknis yang dimiliki dari aset, potensi lingkungan tempat aset berada,
potensi legal dari aset, potensi peluang ekonomis dari aset, dan potensi sosial.
3. Menganalisa potensi/kemampuan dari aset-aset yang memungkinkan untuk
dioptimasikan dari segi:
a. Kemampuan dari aset tersebut untuk dipasarkan (marketability).
b. Kemampuan dari aset tersebut untuk menghasilkan uang atau keuntungan
(profitability) jika dioptimasikan.
c. Sejauh mana kemampuan teknis dari aset itu sendiri (technical viability).
d. Bagaimana dukungan lingkungan guna optimasi aset itu sendiri.
e. Landasan legal untuk optimasi aset yang memungkinkan apakah cukup
kuat dan menunjang.
30
4. Menyusun rancangan program optimasi aset yang meliputi:
1. Menyusun rancangan program optimasi untuk masing-masing aset yang
mungkin untuk dioptimasikan,
2. Menyusun rancangan pengelolaannya/pelaksanaannya apakah akan
dilaksanakan oleh pihak ketiga/swakelola, dan
3. Menyusun prakiraan/estimasi pemasukan penerimaan (jumlah dan lama
masanya) bagi aset yang mempunyai kemungkinan untuk dioptimasikan
tersebut.
2.6 Inventarisasi Aset
Inventarisasi menurut Budiono (2005: 207) merupakan pencatatan
pendaftaran barang-barang milik kantor yang dipakai dalam melaksanakan tugas.
Inventarisasi barang merupakan kegiatan untuk melakukan pencatatan dan
pendaftaran barang pada suatu saat tertentu. Dalam PP No.06 Th.2006
inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan BMN. Maksud inventarisasi adalah untuk mengetahui
jumlah dan nilai serta kondisi aset yang sebenarnya, baik yang berada dalam
penguasaan Pengguna Barang maupun yang berada dalam pengelolaan Pengelola
Barang. Inventarisasi memilik banyak manfaat bagi perusahaan.
Menurut Sanderson (2000) inventarisasi memiliki beberapa manfaat sebagai
berikut:
1. Mencatat dan menghimpun data aset yang dikuasahi unit organisasi/
departemen.
2. Menyiapkan dan menyediakan bahan laporan pertanggungjawaban atas
penguasaan dan pengelolaan aset organisasi/ negara.
3. Menyiapkan dan menyediakan bahan acuan untuk pengawasan aset
organisasi atau negara.
4. Menyediakan informasi mengenai aset organisasi /negara yang dikuasahi
departemen sebagai bahan untuk perencanaan kebutuhan, pengadaan dan
pengelolaan perlengkapan departemen.
5. Menyediakan informasi tentang aset yang dikuasai departemen untuk
31
menunjang perencanaan dan pelaksanaan tugas departemen.
Tujuan inventarisasi aset yaitu agar semua aset dapat terdata dengan baik
dalam upaya mewujudkan tertib administrasi dan mempermudah pelaksanaan
pengelolaan aset. Seluruh BMN merupakan sasaran inventarisasi yaitu semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, baik yang berada
dalam penguasaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang maupun yang
berada dalam pengelolaan Pengelola Barang.
Ketentuan umum Inventarisasi aset yaitu :
1. Pengguna Barang melakukan inventarisasi aset sekurang-kurangnya sekali
dalam 5 (lima) tahun, kecuali untuk barang persediaan dan kontruksi
dalam pengerjaan dilakukan setiap tahun.
2. Pengelola Barang melakukan inventarisasi aset berupa Tanah dan/atau
Bangunan Idle yang berada dalam pengelolaannya sekurang-kurangnya
sekali dalam 5 (lima) tahun.
3. Yang dimaksud dengan inventarisasi dalam waktu sekurang-kurangnya
sekali dalam 5 (lima) tahun adalah sensus barang, dan yang dimaksud
dengan inventarisasi terhadap persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan
antara lain adalah opname fisik.
4. Jika diperlukan, dalam pelaksanaan inventarisasi dapat dibentuk Tim
Inventarisasi pada masing-masing tingkat unit penatausahaan pada
Pengguna Barang dan Pengelola Barang dan dapat dibantu oleh unit kerja
lain pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang.
5. Dalam rangka pelaksanaan inventarisasi ast atas Tanah dan/atau Bangunan
Idle, Pengguna/Kuasa Pengguna Barang yang sebelumnya menyerahkan
tanah dan/atau bangunan dimaksud tetap berkewajiban membantu
pelaksanaan hasil inventarisasi aset atas Tanah dan/atau Bangunan Idle.
6. Dalam rangka pelaksanaan inventarisasi aset, apabila aset yang
diinventarisasi bukan berada dalam penguasaan masing-masing unit
penatausahaan pada Pengguna Barang atau Pengelola Barang, maka dapat
32
dibuat Berita Acara Inventarisasi antara unit penatausahaan dengan pihak
yang menguasai barang dimaksud.
7. Pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan inventarisasi harus
menyertakan penjelasan atas setiap perbedaan antara data aset dalam daftar
barang dan hasil inventarisasi.
8. Penanggungjawab pelaksanaan inventarisasi aset pada Pengguna Barang
adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang dikuasakan, dan
penanggungjawab pelaksanaan inventarisasi aset berupa Tanah dan/atau
Bangunan Idle pada Pengelola Barang adalah Direktur Jenderal Kekayaan
Negara, atau pejabat yang dikuasakan.
2.7 Sistem
Definisi sistem berkembang sesuai dengan konteks dimana pengertian
sistem itu digunakan. Secara umum sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan
dari bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Contoh: sistem tata surya, sistem pencernaan, sistem transportasi umum, sistem
otomotif, sistem komputer, dan sistem informasi. Sutabri (2005) mendefinisikan
sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Murdick dan Ross (1993) dalam
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi (t.t) mendefinisikan sistem sebagai
seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainya untuk suatu tujuan
bersama.
Menurut Chaniago (2006) sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai
gambaran, jika dalam sebuah sistem terdapat elemen yang tidak memberikan
manfaat dalam mencapai tujuan yang sama, maka elemen tersebut dapat
dipastikan bukanlah bagian dari sistem. Sebagai contoh, raket dan pemukul bola
kasti (masing-masing sebagai elemen) tidak bisa membentuk sebuah sistem,
karena tidak ada sistem permainan olahraga yang memadukan kedua peralatan
tersebut.
33
Scott (1996) dalam Analisis dan Perancangan Sistem Informasi (t.t)
mengatakan sistem terdiri dari unsur-unsur seperti masukan (input), pengolahan
(processing) , serta keluaran (output).
Sumber: Scott (1996)
Gambar. 2.5
Model Sistem
Input (masukan) dalam konteks ini berupa data mentah, kemudian setelah
melalui transformasi/pengolahan (processing) maka data tersebut menjadi sebuah
atau beberapa output (keluaran), yaitu informasi yang memiliki makna dan
bermanfaat.
2.7.1 Karakteristik Sistem
Untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu
membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Berikut ini
karakteristik sistem menurut Jogiyanto, 2005:3 yang dapat membedakan suatu
sistem dengan sistem lainnya
1. Komponen Sistem (component)
Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang
mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output).
Komponen ini bisa merupakan subsistem dari sebuah sistem. Kemudian
penghubung (interface) yang merupakan tempat dimana komponen atau
sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi.
input
process
output
34
2. Batas Sistem (boundary)
Merupakan penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang
termasuk di dalam sistem dan mana yang di luar sistem. Batas sistem ini
memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batas suatu
sistem menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut.
3. Lingkungan Sistem (environment)
Sesuatu di luar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala dan
input terhadap suatu sistem. Lingkungan tersebut dapat bersifat merugikan
maupun menguntungkan sistem.
4. Penghubung Sistem (interface)
Merupakan tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya
bertemu atau berinteraksi.
5. Masukan Sistem (input)
Masukan adalah sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari
lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
6. Keluaran Sistem (output)
Sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layar
komputer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh
kegiatan dalam suatu sistem.
7. Penyimpanan Sistem (storage)
Area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan sementara dan
tetap dari informasi, energi, bahan baku dan sebagainya. Penyimpanan
merupakan suatu media penyangga diantara komponen tersebut bekerja
dengan berbagai tingkatan yang ada dan memungkinkan komponen yang
berbeda dari berbagai data yang sama.
8. Sasaran Sistem (objective)
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Sasaran dari sistem
sangat mempengaruhi masukan sistem yang dibutuhkan dan keluaran
sistem yang dihasilkan. Sistem tersebut dinyatakan berhasil jika mengenai
sasaranya atau tujuannya.
35
Dalam pengembangannya, tentu saja perlu menghindari pengembangan
sistem yang buruk. Untuk menghindarinya, pengembang perlu mengetahui ciri-
ciri sistem yang buruk. Dalam Analisis dan Perancangan Sistem Informasi (t.t.)
ciri-ciri sistem yang buruk adalah : tidak memenuhi kebutuhan user, performance
buruk, reliabilitas rendah, dan kegunaannya rendah. Contoh-contoh kesulitan
dalam pengembangan sistem antara lain, pengembangan yang tidak terjadwal,
tidak ada rencana anggaran, sistem bisa jalan = 100% over budget atau jadwal.
Menurut Chris Edwards, 2001, Ada beberapa cara yang berbeda untuk
mengklasifikasikan sistem yaitu melalui:
1. Tingkat formalitasnya
2. Tingkat penerapan otomasi yang berikan
3. Hubungan sistem terebut dalam pembuatan keputusan
4. Sifat-sifat input dan outputnya
5. Sumber dan tingkat kesesuaiannya
6. Bobotnya pada perusahaan
2.7.2 Subsistem dan Supersistem
Suatu sistem yang kompleks biasanya tersusun atas beberapa subsistem.
Menurut Kadir (2003), subsistem merupakan sistem-sistem yang terdapat dalam
sebuah sistem. Subsistem bisa dijelaskan sebagai sebuah sistem dalam sistem
yang lebih besar. Sebagai contoh : Automobile adalah sistem yang terdiri dari
beberapa subsistem, yaitu sistem mesin, sistem body dan sistem roda. Demikian
juga, setiap subsistem bisa terdiri dari beberapa sub-sub sistem. Sistem mesin
terdiri dari sistem karburator, sistem generator, sistem bahan bakar dan lain-lain.
Berkaitan dengan sistem dan subsistem, istilah supersistem kadang kala
dijumpai. Jika suatu sistem menjadi bagian dari sistem lain yang lebih besar, maka
sistem yang lebih besar tersebut merupakan supersistem (Chaniago, 2006).
Sebagai contoh, jika pemerintah kabupaten disebut sebagai sebuah sistem, maka
pemerintah provinsi berkedudukan sebagai supersistem. Jika ditinjau dari
pemerintah pusat, pemerintah provinsi adalah subsistem dan pemerintah pusat
36
adalah supersistem. Ilustrasi dari sistem, subsistem dan supersistem dapat dilihat
seperti gambar 2.6. berikut:
Sumber: Chaniago (2006)
Gambar 2.6
Ilustrasi Sistem, Subsistem dan Supersistem
2.8 Konsep Dasar Informasi
Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi suatu sistem. Menurut
Jogiyanto, 2005: 8, informasi didefinisikan sebagai “data yang diolah menjadi
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya”.
Berdasarkan definisi tersebut, data adalah sumber dari informasi.
Data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan
kesatuan nyata dan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data item.
Kejadian yang dimaksud adalah sesuatu yang terjadi pada saat yang tertentu.
Sedangkan kesatuan nyata adalah berupa suatu obyek nyata seperti tempat, benda
dan orang yang betul ada dan terjadi.
2.8.1 Sistem Informasi
Menurut Bodnar dan Hopwood (1993 dalam Kadir, 2003), ”sistem
informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang
untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna”.
Menurut Ridho (2007), sistem informasi secara teknis dapat didefinisikan sebagai
kerja sama antara komponen-komponen yang saling terhubung untuk
Prosedur
Sistem
Subsistem
Supersistem
37
mengumpulkan, memproses, menyimpan dan memilah-milah informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, analisis, dan
visualisasi dalam sebuah organisasi. Menurut Sutabri (2005), “Sistem Informasi
adalah suatu sistem di dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang
bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat
menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Berdasarkan ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
adalah sekumpulan komponen-komponen, perangkat lunak dan perangkat keras
dalam organisasi yang dirancang untuk mentransformasikan data menjadi
informasi sebagai pendukung pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan
organisasi, serta dapat menyediakan informasi kepada pihak luar tertentu.
Menurut Sarah (2011), banyak aktivitas manusia yang berhubungan
dengan sistem informasi. Tidak hanya di negara-negara maju, di Indonesia pun
sistem informasi telah banyak diterapkan, seperti di instansi-instansi, perguruan
tinggi, pasar swalayan, bandara, bahkan di rumah ketika pemakai bercengkerama
dalam dunia internet. Disadari atau tidak, sistem informasi telah banyak
membantu manusia, baik sebagai organisasi, pelaku bisnis atau sebagai individu.
2.8.2 Komponen Sistem Informasi
Jhon Burch dan Gary Grudnitski (dalam Jogiyanto, 2005), mengemukakan
bahwa sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebutnya dengan
istilah blok bangunan (building block), yaitu blok masukan (input blok), blok
model (model block), blok keluaran (output block), blok teknologi (technology
block), blok basis data (database block) dan blok kendali (control block). Sebagai
suatu sistem, keenam blok tersebut saling berinteraksi hingga membentuk
kesatuan untuk mencapai sasaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
2.7 di bawah ini.
38
Sumber : Jogiyanto, 2005: 12.
Gambar 2.7
Blok Sistem Informasi yang Berinteraksi
1. Blok Masukan
Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini
termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan
dimasukan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
2. Blok Model
Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang
akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data
dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang
diinginkan.
3. Blok Keluaran
Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi
yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan
manajemen serta semua pemakai sistem
4. Blok Teknologi
Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model,
menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran
dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi
39
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware),
perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Teknisi dapat
berupa orang-orang yang mengetahui teknologi dan membuatnya dapat
beroperasi.
5. Blok Basis Data
Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras
komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data
perlu disimpan didalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi
lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian
rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data
yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanan. Basis data
diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket
yang disebut dengan DBMS (Database Management System).
6. Blok Kendali
Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan
bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila
terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
2.9 Sistem Informasi Manajemen
Menurut Eko Nugroho (2008), Sistem Informasi Manajemen, disingkat
SIM, adalah sebuah sistem informasi yang berfungsi mengelola informasi bagi
manajemen organisasi. Peran informasi di dalam organisasi dpat diibaratkan
sebagai darah pada tubuh manusia. Tanpa adanya aliran informasi yang sehat,
organisasi akan mati. Di dalam organisasi, SIM berfungsi baik untuk pengolahan
transaksi, manajemen kontrol maupun sebagai sistem pendukung pengambilan
keputusan. Adapun karakteristik SIM menurut Sutabri (2003), adalah sebagai
berikut :
1. SIM membantu manajer secara terstruktur pada tingkat operasional dan
tingkat kontrol saja. Meskipun demikian, SIM dapat digunakan pula
sebagai alat untuk perencanaan bagi staf yang sudah senior;
40
2. SIM didesain untuk memberikan laporan operational sehari-hari sehingga
dapat memberi informasi untuk mengontrol operasi tersebut dengan lebih
baik;
3. SIM sangat bergantung pada keberadaan data organisasi secara
keseluruhan, serta bergantung pada alur informasi yang dimiliki oleh
organisasi tersebut;
4. SIM biasanya tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah.
Kemampuan untuk menganalisis masalah terletak pada decision support
system;
5. SIM biasanya berorientasi pada data-data yang sudah terjadi atau data-data
yang sedang terjadi, bukan data-data yang akan terjadi seperti forecasting;
6. SIM juga berorientasi pada data-data di dalam organisasi dibanding data-
data dari luar organisasi. Oleh karena itu, informasi yang dibutuhkan oleh
SIM adalah informasi yang sudah diketahui formatnya secara relatif stabil;
7. SIM biasanya tidak fleksibel karena bentuk laporan-laporan yang
dihasilkan banyak sudah dipersiapkan sebelumnya. Beberapa SIM memliki
kemampuan agar manajer dapat membuat laporannya sendiri, tetapi
sebenarnya data-data yang dibutuhkan manajer tersebut sudah ada dan
sudah dipersiapkan lebih dulu;
8. Sebagaimana problematika yang telah disebutkan di atas, SIM
membutuhkan perencanaan yang sangat matang dan panjang, sambil
memperhitungkan perkembangan organisasi di masa mendatang. Sebuah
literatur menyebutkan bahwa analisis dan desain SIM biasanya
membutuhkan waktu antara satu sampai dua tahun.
Menurut Sutabri (2004) indikator dari variabel sistem informasi manajemen
adalah sebagai berikut:
1. Availability (Dapat Diperoleh)
Yaitu mendapat informasi yang semula atau sebelumnya tidak dapat
diperoleh.
41
2. Timelines (Ketepatan Waktu)
Yaitu informasi yang dihasilkan oleh komputer dapat diperoleh dalam waktu
yang cepat dan tepat.
3. Accuracy (Ketelitian)
Yaitu informasi yang dihasilkan oleh komputer lebih terjamin.
4. Completeness (Kelengkapan)
Yaitu informasi yang dihasilkan oleh komputer lebih lengkap dan jelas.
5. Presentation (Penyajian)
Yaitu informasi yang dihasilkan dari proses komputer dapat disajikan
menurut selera pemakai informasi tersebut.
Untuk melaksanakan kegiatan sistem informasi manajemen tersebut
dibutuhkan komponen pendukung agar sistem berjalan dengan baik
(menghasilkan informasi sesuai dengan yang diinginkan). Chaniago (2007) dan
Davis dalam Maskan (1997) memiliki pendapat yang sama, bahwa komponen/alat
bantu SIM dibagi atas 3 bagian yaitu hardware, software, dan brainware. Untuk
lebih jelasnya, gambar 2.7 adalah gambar hubungan komponen SIM.
(Sumber: Hasil Olah Data Penulis, 2011)
Gambar 2.8
Hubungan Komponen SIM
Ketiga komponen tersebut saling berhubungan, karena dalam menjalankan
sebuah sistem harusmemiliki sebuah komputer/perangkat (yang disebut
hardware) untuk menerima dan menyimpan data invetarisasi (contohnya
42
seperangkat komputer). Kemudian data tersebut diproses/diolah dengan
menggunakan (software/program yang digunakan untuk mengolah data,contohnya
windows, Ms-Word, Ms-Excel,Ms-Access, dll) sehingga menghasilkan informasi.
Sedangkan sumberdaya manusia (brainware) merupakan manusia/orang yang
mengelola sistem informasi tersebut.
2.9.1 Komponen Fisik Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi terdiri dari komponen fisiknya. Komponen ini disediakan
untuk melengkapi sistem pengoperasiannya. Adapun komponen dari sistem
informasi manajemen akan ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Komponen Fisik SIM
Komponen Sistem Catatan
Perangkat keras Perangkat keras bagi suatu sistem informasi terdiri atas komputer (pusat pengolah, unit masukan/keluaran, unit penyimpanan file, dan lain sebagainya), peralatan penyiapan data dan terminal masukan/keluaran
Perangkat lunak Perangkat lunak dapat dibagi dalam 3 jenis utama :
1. Sistem perangkat lunak umum, seperti sistem pengoprasian dan sistem manajemen data yang memungkinkan pengoprasian sistem komputer
2. Aplikasi perangkat lunak umum, seperti model analisis dan keputusan
3. Aplikasi perangkat lunak yang terdiri atas program yang secara spesifik dibuat untuk setiap aplikasi.
Database File yang berisi program dan data dibuktikan dengan adanya media penyimpanan secara fisik seperti hard disk, magnetic tipe dan sebagainya. File juga meliputi keluaran tercetak dan catatan lain di atas kertas, mikro film dan lain sebagainya.
Prosedur Prosedur merupakan komponen fisik karena prosedur disediakan dalam bentuk fisik seperti buku panduan dan instruksi. Ada tiga jenis prosedur yang dibutuhkan, yaitu :
43
1. Instruksi untuk pemakai 2. Instruksi untuk penyiapan masukan 3. Instruksi pengoperasian untuk karyawan pusat komputer
Personil Operator komputer, analis sistem, programer, personil data entry dan manajer sistem informasi/EDP.
Sumber : Sutabri, 2003: 96
Struktur sistem informasi manajemen diuraikan dengan dua cara, yaitu atas
dasar kegiatan manajemen dan fungsi organisatoris. Kedua cara tersebut ditambah
dengan konsep struktural akan disintesiskan ke dalam suatu struktur SIM. Struktur
konseptual SIM merupakan suatu sintesis gagasan yang telah disajikan. SIM
didefinisikan sebagai gabungan subsistem fungsional yang masing-masing dibagi
dalam empat seksi pengolahan informasi, yaitu :
1. Pengolahan transaksi;
2. Dukungan operasi sistem informasi;
3. Dukungan pengendalian manajerial sistem informasi;
4. Dukungan perencanaan strategis sistem informasi.
2.9.2 Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer
Menurut Sutabri (2003), “sistem informasi manajemen berbasis komputer
adalah suatu SIM yang menempatkan perkakas pengolah data komputer dalam
kedudukan yang penting”. SIM yang berbasis komputer terdiri dari manusia,
perangkat keras, perangkat lunak, data dan prosedur-prosedur organisasi yang
saling berinteraksi untuk menyediakan data dan informasi yang tepat pada
waktunya kepada pihak-pihak di dalam maupun di luar organisasi.
Terdapat beberapa alasan mengapa komputer merupakan alat yang sangat
penting di dalam SIM, diantaranya kemampuan mengolah data dan lebih unggul
sebagai penyerap atau pencatat data dibandingkan dengan daya ingat manusia.
Ciri-ciri kemampuan komputer dan kemampuan otak manusia dapat diuraikan
pada Tabel 2.2 berikut ini.
44
Tabel 2.2
Ciri-ciri Kemampuan Komputer dan Otak Manusia
Kemampuan Komputer Kemampuan Manusia
Pengolahan cepat Intuisi dan penilaian Akurat Fleksibilitas dan adaptivitas Kapasitas penyimpanan yang besar Responsif terhadap kejadian yang tidak
terduga Efektif untuk tugas yang berulang Pemikiran abstrak Otomatis Perencanaan dan penetapan tujuan Dapat berfungsi hampir secara terus menerus Mampu mengenali pola tindakan Teliti dalam mendeteksi situasi menyimpang Mampu menetapkan prosedur dan kontrol Dapat diperbaiki dan ditingkatkan Dapat mengemukakan argumentasi
Sumber : Sutabri, 2003: 100.
2.9.3 Metode Pengembangan SIM
Metode pengembangan sistem meruapakan bagian yang cukup penting
dalam penyudunan rancangan sistem informasi manajemen. Karena dengan
dipilihnya metode maka kita mengikuti perencanaan penyusunan jadwal, staffing
proyek, biaya dan lain-lain. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pengembangan SIM yaitu:
1. System Development Life Cycle (SDLC)
Secara global definisi SDLC dapat dikatakan sebagai suatu proses
berkesinambungan untuk menciptakan atau merubah sebuah sistem,
merupakan sebuah model atau metodologi yang digunakan untuk melakukan
pengembangan sistem. Dapat dikatakan dalam SDLC merupakan usaha
bagaimana sebuah sistem informasi dapat mendukung kebutuhan bisnis,
rancangan & pembangunan sistem serta pengirimannya kepada pengguna.
Secara umum, tahapan SDLC meliputi proses perencanaan, analisis, desain
dan implementasi.Berikut metode SDLC yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
45
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.8
Metode SDLC
a. Planning
Proses perencanaan biasanya lebih menekankan pada alasan mengapa
sebuah sistem harus dibuat.
b. Analysis
Tahapan perencanaan ini kemudian dilanjutkan dengan proses analisis
yang lebih menekankan pada siapa, apa, kapan, dan dimana sebuah sistem
akan dibuat.
c. Design
Sedangkan pada proses desain lebih menekankan kepada bagaimana
sistem akan berjalan
d. Implementation
Tahap terakhir dilanjutkan dengan fase implementasi yaitu proses
pengirimannya kepada pengguna.
2. Structural Design
Structural Design merupakan sebuah metode pengembangan sistem dimana
antara satu fase ke fase yang lain dilakukan secara berurutan. Biasanya sebuah
langkah akan diselesaikan terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke fase
46
berikutnya. Keuntungan menggunakan metodologi ini requirement harus
didefinisikan lebih mendalam sebelum proses coding dilakukan. Disamping
itu metodologi ini memungkinkan sesedikit mungkin perubahan dilakukan
pada saat proyek berlangsung. Namun, metodologi ini juga mempunyai
beberapa kelemahan, diantaranya desain harus komplit sebelum programming
dimulai, serta jika terjadi fase yang terlewati, maka biaya yang akan
ditimbulkan akan lumayan besar. Bagian dari metodologi ini antara lain
Waterfall Model. Berikut adalah ilustrasi Waterfall Model.
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.9
Konsep Waterfall
3. Rapid Application Development (RAD)
Metodologi ini melakukan beberapa penyesuaian terhadap SDLC pada
beberapa bagian sehingga lebih cepat untuk sampai ke tangan pengguna.
Metodologi ini biasanya mensyaratkan beberapa teknik dan alat-alat khusus
agar proses bisa cepat, misalnya melakukan sesi joint application development
(JAD), penggunaan alat-alat computer aided software engineering (Case
Tools), kode generator, dan lain-lain.
47
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.10
Konsep Phased Development
Beberapa kategori RAD misalnya Phased Development dan Prototyping.
Phased Development membagi sistem secara keseluruhan menjadi beberapa
versi sistem. Setelah desain untuk versi pertama selesai maka akan dilanjutkan
ke implementasi. Setelah versi pertama terselesaikan, maka pengembang akan
memulai lagi ke versi selanjutnya.
48
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.11
Konsep Prototyping Methodologies
Metodologi prototyping melakukan analisis, desain, dan implementasi
secara bersamaan, kemudian dilakukan secara berulang-ulang untuk
mendapat review dari pengguna. Prototyping adalah sebuah sistem dalam
fungsi yang sangat minimal.
4. Agile Development
Bisa dikatakan metode agile development merupakan metodologi yang lebih
cepat dalam pengembangan sebuah sistem informasi. Metodologi ini
melakukan perampingan pada proses pemodelan dan pembuatan dokumentasi.
49
Sumber: Mazirwan (2009)
Gambar 2.12
Konsep Agile Development
2.9.4 Model Sistem Informasi
Analisis terstruktur merupakan suatu metode analisis dengan
menggunakan alat/sarana yang mana sarana tersebut digunakan untuk membuat
spesifikasi sistem yang terstruktur. Adapun alat sistem yang akan dijelaskan
sebagai model sistem yang akan dirancang adalah sebagai berikut (Sutabri, 2004):
1. Data Flow Diagram (DFD)
Data flow diagram menggambarkan atau membuat model sistem yang seakan-
akan mencermikan penekanan pada data, namun sebenarnya DFD lebih
menekankan pada segi proses. Pengertian secara umum dari data flow
diagram adalah suatu jaringan yang menggambarkan suatu sistem
automat/komputerisasi, manualisasi atau gabungan dari keduanya, yang
penggambarannya disusun dalam bentuk kumpulan komponen sistem yang
saling berhubungan sesuai dengan aturan mainnya.
Terdapat dua bentuk data flow diagram, yaitu physical data flow diagram dan
logical data flow diagram (Jogiyanto, 2005). Physical data flow diagram lebih
menekankan pada proses-proses sistem diterapkan termasuk proses-proses
manual. Logical data flow diagram lebih menekankan pada logika dari
50
kebutuhan sistem, yaitu proses apa saja secara logika yang dibutuhkan oleh
sistem. Keuntungan dari DFD adalah memungkinkan untuk menggambarkan
sistem dari level yang paling tinggi kemudian menguraikannya menjadi level
yang lebih rendah (dekomposisi), sedangkan kekurangan dari DFD adalah
tidak menunjukkan proses pengulangan (looping), proses keputusan dan
proses perhitungan. Berikut adalah beberapa keuntungan lain dari DFD:
a. DFD untuk mendeteksi dan memperbaiki terjadinya kesalahan rancangan
logika di tahap awal perancangan sistem informasi. Dimana perbaikan di
tahap awal ini akan mengurangi ongkos perbaikan dibandingkan jika
kesalahan dideteksi pada tahap akhir (programming, testing &
implementation).
b. Pemahaman yang lebih jauh mengenai keterkaitan antara sistem dan
subsistem.
c. Memudahkan pemahaman user terhadap sistem dengan adanya diagram
secara visual.
d. Memudahkan analisis sistem secara keseluruhan, termasuk aliran data dan
proses yang dilakukan.
Pada dasarnya, DFD disusun atas simbol-simbol tertentu. Simbol yang
digunakan dalam membuat data flow diagram ada empat buah, yaitu
Tabel 2.4
Simbol Data Flow Diagram
EXTERNAL ENTITY
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan asal atau tujuan
data.
PROSES Simbol ini digunakan untuk proses pengolahan atau transformasi data.
DATA FLOW Simbol ini digunakan untuk menggambarkan aliran data yang berjalan.
DATA STORE Simbol ini digunakan untuk menggambarkan data flow yang sudah disimpan atau diarsipkan.
Sumber: Sutabri (2004: 163)
51
Berikut adalah teknik membuat Data Flow Diagram (DFD) yang lazim
digunakan (Sutabri, 2004):
a. Mulai dari yang umum atau tingkatan yang lebih tinggi, kemudian
diuraikan atau dijelaskan sampai yang lebih detail atau tingkatan yang
lebih rendah, yang dikenal dengan istilah “Analisis Atas Bawah atau Top
Down Anaysis”.
b. Jabarkan proses yang terjadi di dalam data flow diagram serinci mungkin
sampai tidak dapat diuraikan lagi.
c. Peliharalah konsistensi proses yang terjadi di dalam DFD, mulai dari
diagram yang tingkatannya lebih tinggi sampai dengan diagram yang
tingkatannya lebih rendah.
d. Berikan label yang bermakna untuk setiap simbol yang digunakan seperti:
1) Nama yang jelas untuk EXTERNAL ENTITY;
2) Nama yang jelas untuk PROSES;
3) Nama yang jelas untuk DATA FLOW;
4) Nama yang jelas untuk DATA STORE.
e. Tahapan Data Flow Diagram
Langkah-langkah di dalam membuat data flow diagram dibagi menjadi
tiga tahap untuk tingkat konstruksi DFD, yaitu sebagai berikut:
a. Diagram Konteks
Diagram ini dibuat untuk menggambarkan sumber serta tujuan data yang
akan diproses atau dengan kata lain diagram tersebut digunakan untuk
menggambarkan sistem secara umum/global.
b. Diagram Nol
Diagram ini dibuat untuk menggambarkan tahapan proses yang ada di
dalam diagram konteks, yang penjabarannya lebih terperinci.
c. Diagram Detail
Diagram ini dibuat untuk menggambarkan arus data secara lebih mendetail
lagi dari tahapan proses yang ada di dalam diagram nol.
52
2. Data Dictionary (DD) / Kamus Data.
Kamus data yang digunakan dalam analisis struktur dan desain sistem
informasi merupakan suatu katalog yang menjelaskan lebih detail tentang data
flow diagram yang mencakup proses, data flow, dan data store. Kamus data
dapat digunakan pada metodologi berorientasi data dengan menjelaskan lebih
detail lagi hubungan entitas, seperti atribut-atribut suatu entitas. Pada
metodologi objek, kamus data dapat menjelaskan lebih detail atribut maupun
metode atau service suatu objek. Kamus data dibuat berdasarkan arus data
yang ada pada data flow diagram. Kamus data dan komponen-komponen
lainnya yang dikumpulkan pada saat analisis sistem sangat dibutuhkan dalam
perancangan sistem. Selain dapat digunakan untuk menjelaskan suatu model
sistem, kamus data juga berfungsi untuk menghindari penggunaan kata-kata
yang sama, karena kamus data disusun menurut abjad.
3. SE (Structured English)
Structured English merupakan alat yang cukup efisien untuk menggambarkan
suatu alogaritma. Basis dari structured english adalah bahasa inggris. Selain
bahasa inggris, bahasa indonesia juga dapat digunakan dalam menggambarkan
suatu alogaritma yang akan dikomunikasikan kepada pemakai sistem.
4. Decision Table (DTA)
Tabel keputusan adalah tabel yang digunakan sebagai alat bantu untuk
menyelesaikan logika di dalam program. Alogaritma yang berisi keputusan
bertingkat yang banyak sekali sangat sulit untuk digambarkan dengan
structured english. Untuk keperluan seperti itu dapat dibuat terlebih dahulu
dengan menggunakan tabel keputusan. Tabel keputusan efektif digunakan
apabila kondisi yang akan diseleksi di dalam program cukup rumit. Struktur
dari tabel keputusan terdiri dari empat bagian utama, yaitu condition stub,
condition entry, action stub dan entry.
5. Decision Trees (DTE)
Decision trees sama seperti bagan berjenjang yang juga digunakan untuk
mendefinisikan dan mengilustrasikan organisasi dari sistem informasi secara
berjenjang dalam bentuk modul dan submodul. Perbedaannya, decision trees
53
menunjukkan hubungan elemen data dan elemen kontrol di antara modulnya.
Dengan demikian, decision tress dapat memberikan penjelasan yang lengkap.
2.9.5 Entity Relationship Diagram (ERD)
Menurut Haryanto (2008: 12), Entity Relationship Diagram (ERD)
merupakan hasil akhir dari proses analisis terhadap sistem yang ditinjau yang
dilakukan oleh seorang analis sistem. Entity relationship diagram menunjukkan
hubungan antara entitas yang satu dengan yang lain hingga seluruh data tergabung
di dalam satu kesatuan yang terintegrasi. Entitas adalah individu, benda, objek
yang mewakili sesuatu yang nyata dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain.
Sekumpulan entitas yang sejenis dan berada dalam lingkup yang sama disebut
himpunan entitas. Bentuk relasi entitas terdapat beberapa macam, yaitu (Nugroho:
2008):
1. One to one
One to one merupakan satu record dalam sebuah entitas hanya berhubungan
dengan satu record di entitas lain. Contohnya:
PERUSAHAAN HUTANG
KODEPRSH NAMAPRSH ALAMAT KOTA TELEPON
KODEPRSH JLHHUTANG TANGGAL
Sumber: Nugroho (2008)
Gambar 2.13
Relasi One to One
Sebuah record di entitas perusahaan hanya akan mempunyai hubungan dengan
sebuah record di entitas hutang. Kodenya adalah 1:1, artinya suatu rekaman di
entitas yang satu bisa berhubungan dengan satu record di entitas yang lain.
2. One to many
One to many merupakan satu record di sebuah entitas berhubungan dengan
banyak rekaman di entitas lain. Contohnya:
54
NOTA NOTARINCI NONOTA KODEPRSH TANGGAL JUMLAH DISKON DIBAYAR CATATAN
NONOTA KODEBARANG CACAH HARGASATUAN
Sumber: Nugroho (2008)
Gambar 2.14
Relasi One to Many
Sebuah record di entitas nota akan berhubungan dengan banyak record di
entitas lain. Kodenya adalah 1:N, artinya suatu rekaman di entitas yang satu
bisa berhubungan dengan N (banyak) record di entitas yang lain.
3. Many to many
Banyak record di sebuah entitas berhubungan dengan banyak rekaman di
entitas lain. Contohnya:
PEGAWAI BAGIAN
NOPEGAWAI KOPEGAWAI NAMA ALAMAT TGLLAHIR CATATAN
KODEBAGIAN NAMABAGIAN KODEPEGAWAI KEPALA
Sumber: Nugroho (2008)
Gambar 2.15
Relasi Many to Many
Contoh diatas menjelaskan satu record di entitas pegawai dapat muncul di
banyak rekaman pada entitas bagian, yaitu jika seorang pegawai menduduki
jabatan di beberapa bagian. Demikian pula sebuah rekaman di entitas bagian
dapat muncul di banyak rekaman di entitas pegawai.
Selain entitas, ERD juga tersusun atas komponen lain, yaitu atribut.
Atribut adalah karakteristik dari entitas atau relationship, yang menyediakan
penjelasan detail tentang entitas atau relationship tersebut. Komponen-komponen
55
tersebut tergambarkan dalam simbol. Berikut adalah simbol-simbol yang
digunakan secara umum dalam ERD:
Tabel 2.5
Simbol-simbol ERD
No Simbol Deskripsi
1 Entity
2 Weak Entity (Suatu entitas dimana keberadaan dari entitas tersebut tergantung dari keberadaan entitas lain)
3 Relationship (Hubungan yang terjadi antara 1 entitas atau lebih)
4 Identifying Relationship
5 Atribut
6 Atribut Primary Key (Atribut yang digunakan untuk menentukan suatu entitas secara unik)
7 Atribut Multivalue (Atibut yang memiliki sekelompok nilai untuk setiap entitas)
8 Atribut Composite (suatu atribut yang terdiri dari dari beberapa atribut yang lebih kecil yang mempuanyai arti tertentu)
9 Atribut Derivative (atru=ibut yang dihasilkan dari atribut lain)
Sumber: Nugroho (2008)
2.10 Sistem Informasi Manajemen Aset
Seiring dengan berkembangnya ilmu manajemen, MIS pun ikut
mengalami perkembangan. Salah satu bentuk perkembangannya adalah Sistem
Informasi Manajemen Aset (SIMA). Menurut Siregar, 2004, SIMA dirancang dan
56
dibuat untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen atas aset Terdapat
tujuh langkah kegiatan pengembangan sistem informasi manajemen aset (SIMA)
yang terdiri dari (Siregar, 2004):
1. Persiapan proyek
Meliputi persiapan penunjukkan counter-part, risk-management, organisasi
proyek, administrasi proyek, dan sistem pelaporan.
2. User’s requirement dan need assesment
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengali data dan informasi secara detail
terhadap sistem yang akan dibangun, meliputi pembuatan business process,
flow chart dan sebagainya. Bentuk kegiatan berupa questioner, survei
lapangan, wawancara, diskusi interaktif dan lain-lain.
3. Analisi dan desain
Analisis secara mendalam dilakukan untuk memahami detail arus informasi,
workflow serta keperluan penyusunan desain (model) solusi paling efisien dan
efektif dalam pembangunan sistem informasi.
4. Pemrograman aplikasi
Program terdiri dari client application, server application, utility, back office
dan data base.
5. Implementasi
Kegiatan implementasi sistem adalah berupa instalasi, uji coba, serta user
acceptance test terhadap sistem dan fine tunning untuk memastikan bahwa
sistem bekerja dengan baik.
6. Pelatihan
Pelatihan akan dilaksanakan untuk operator pemakai sistem dan teknisi atau
administrator sistem dimaksudkan agar transfer teknologi terjadi demi
keberlangsungan, kesinambungan, dan pengembangan sistem di masa yang
akan datang.
7. Pemeliharaan
Pemeliharaan sistem diberikan setelah serah terima seluruh pekerjaan pasca
tahap implementsi selesai dilakukan.
57
Dengan adanya sistem informasi manajemen aset (SIMA) diharapkan
dapat memberikan manfaat, diantaranya :
1. Tertib aministrasi, seluruh data tercatat dengan baik, proses pengelolaan data
cepat;
2. Kemudahan untuk pengambilan keputusan atas aset, seperti penataan
kawasan;
3. Kemudahan dalam analisis aset, terutama melalui pendekatan ruang,
sehingga dapat ditentukan kebijakan terbaik;
4. Manajemen pemeliharaan aset;
5. Pengelolaan data dan informasi yang lebih efektif dan efisien dimana sistem
pelaporan dapat dilakukan setiap saat bergantung kebutuhan.
Konsep dasar dari SIMA adalah bahwa setiap jenis aset dianggap memiliki
data atribut baik secara deskriptif yang menunjukan identitas maupun dokumen
legal yang menunjukan kepemilikan atau hak dan kewajiban terhadap aset
tersebut. Selain itu, aset memiliki nilai, baik nilai perolehan maupun nilai pasar
serta nilai penyusutannya.
Sumber : Taramitra, 2008
Gambar 2.16
Konsep Dasar SIMA
Nilai
Inventarisasi Barang / Aset
Appraisal / Penilaian
Manajemen Aset
Legal Appraisal / Penilaian Aspek Hukum
Data Atribut Barang/Aset
Database
Legal Opinion
Fisik
SIMA
58
2.11 Konsep Sistem Basis Data
Basis data (database) adalah suatu pengorganisasian sekumpulan data
yang saling terkait sehingga memudahkan aktivitas untuk memperoleh informasi
(Kadir, 2003: 254). Basis data dimaksudkan untuk mengatasi masalah pada
sistem yang memakai pendekatan berbasis berkas/data. Dalam mengelola basis
data diperlukan suatu perangkat lunak yang disebut dengan DBMS. DBMS adalah
adalah perangkat lunak yang memungkinkan para pemakai membuat, memelihara,
mengontrol dan mengakses basis data dengan cara yang praktis dan efisien.
2.12 Web
Web merupakan sistem yang menyebabkan pertukaran data di internet
menjadi mudah dan efisien. Web terdiri atas dua komponen dasar, yaitu:
1. Server Web adalah sebuah computer dan software yang menyimpan dan
mendistribusikan data ke computer lainnya (yang meminta informasi)
melalui internet.
2. Browser Web adalah software yang dijalankan pada computer pemakai
(“client”) yang meminta informasi dari server web dan menampilkannya
sesuai dengan file data itu sendiri. (Ellsworth, 1997 :4)
Menurut Kustiyahningsih (2010), World Wide Web (WWW), lebih dikenal
dengan web yang merupakan salah satu layanan yang didapat oleh pemakai
komputer yang terhubung ke internet dengan fasilitas hypertext untuk
menampilkan data berupa text, gambar, suara, animasi, dan data multimedia
lainnya.
2.13 PHP
Menurut Sidik (2006), “PHP merupakan script untuk pemrograman script
web server-side, script yang membuat dokumen HTML secara on the fly,
dokumen HTML yang dihasilkan dari suatu aplikasi bukan dokumen HTML yang
dibuat dengan menggunakan editor teks atau editor HTML”. PHP/F1 adalah nama
awal dari PHP. PHP (Personal Home Page), F1 adalah Form Interface dibuat
59
pertama kali oleh Rasmus Lerdoff. PHP awalnya merupakan program CGI yang
dikhususkan untuk menerima input melalui form yang ditampilkan dalam browser
web.
Kemampuan (feature) PHP yang paling diandalkan dan signifikan adalah
dukungan kepada banyak database. Membuat halaman web yang menggunakan
data dari database dengan sangat mudah dapat dilakukan. PHP juga mendukung
untuk berkomunikasi dengan layanan lain menggunakan protokol IMAP, SNMP,
NNTP, POP3, HTTP dan lainnya. Pemrogram juga dapat membuka soket jaringan
secara mentah dan berinteraksi dengan menggunakan protokol lainnya.
Menurut Kustiyahningsih (2010), PHP sebagai alternatif lain memberikan
solusi sangat murah (karena gratis digunakan) dan dapat berjalan di berbagai jenis
platform. PHP (atau resminya PHP: Hyprtext Preprosesor) adalah skrip bersifat
server-side yang ditambahkan ke dalam HTML. PHP sendiri merupakan
singkatan dari dari Personal Home Page Tools.
2.14 Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA)
Dalam Kep mendagri No. 49/2001, disebutkan bahwa SIMBADA adalah
“…suatu sistem aplikasi dalam rangka pengelolaan, inventarisasi barang-barang
milik daerah dengan menampilkan bentuk dan format-format standar yang telah
dibakukan serta mudah dilaksanakan” dilihat dari kepmen tersebut bisa dilihat
Sistem Informasi Manjaemen Barang dianjurkan oleh pemerintah untuk
digunakan oleh instansi pemerintahan.
“Dalam Siregar (2004) SIMBADA yang ditetapkan dalam Kep mendagri No.
49/2001 merupakan perangkat untuk mendukung pengelolaan barang daerah.
SIMBADA adalah aplikasi database non-spatial yang mampu mendukung
proses tertib administratif atas data barang. Untuk kepentingan strategis
terhadap pemanfaatan asset yang memiliki potensi ekonomi yang besar,
terutama asset tanah dan bangunan berikut perangkat dan insfrastruktur
lainnya yang memiliki “value” ketika dilekatkan pada posisi ruang tertentu,
SIMBADA mesti dikembangkan dengan menambah aspek spatial.”