Post on 09-Mar-2019
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat IPA SD
Menurut Semiawan (2008: 103) IPA adalah interpretasi dari
pengalaman manusia tentang alam yang diperoleh melalui suatu kegiatan yang
melibatkan proses saintifik. Menurut Samatowa (2010: 11), IPA merupakan
terjemahan kata dalam bahasa inggris yaitu natural science. Natural artinya
alamiah berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan. Jadi
IPA/ natural science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentng alam,
ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Trianto (2010: 136-137) IPA merupakan suatu kumpulan teori
mengenai gejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah yang
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur seperti observasi
dan ekseperimen yang tersusun secara sistematis.
Menurut Leo Sutrisno, Hery kresnadi, dan Kartono (2008: 32)
menyatakan bahwa IPA merupakan pengetahuan dan konsep tentang alam
yang dihasilkan oleh manusia melalui kegiatan yang dilakukan manusia.
Dari beberapa definisi dari para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis berhubungan dengan gejala-
gejala alam, prodek ilmiah,proses ilmiah dan sikap ilmiah.
IPA memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya.
Karakteristik tersebut menurut Jacobson & Bergman 1980 ( dalam Susanto
2013: 170), meliputi :
1. IPA `merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
2. Proses ilmiah dapat berupakan fisik dan mental, serta mencermati
fenomena alam, termasuk juga penerapannya.
3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam
menyingkap rahasia alam.
10
4. IPA tidak dapat membuktikian semua akan tetapi hanya sebagian atau
beberapa saja.
5. Keberanian IPA bersifat Subjektif dan bukan kebenarannya yang
bersifat objektif.
2.1.1.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD
Susanto (2013: 167) menyatakan bahwa pembelajaran IPA meliputi tiga
hal yaitu pengetahuan sains, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Kompetensi
dasar dari IPA sendiri juga meliputi ketiga hal tersebut. Kompetensi dasar
merupakan suatu komponen yang terdapat pada silabus yang berisikan tentang
keterampilan, pengetahuan yang harus dicapai oleh peserta didik, untuk
melihat kemampuan yang telah dicapai oleh peserta didik.
Dibawah ini merupakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
akan dilakukan dalam penelitian.
Tabel 2.1
SK dan KD IPA Semester 2
Standar kompetensi Kompetensi dasar Indikator
11. Memahami hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
11.1 Menjelaskan
hubungan antara
sumber daya alam
dalam lingkungan.
1. Menjelaskan pengertian Sumber
Daya Alam (SDA).
2. Menyebutkan jenis SDA.
3. Menyimpulkan pengertian dari
SDA hayati beserta contoh.
4. Menyimpulkan pengertian dari
SDA non hayati beserta contohnya.
5. Mengklasifikasikan sifat-sifat
SDA.
6. Mendiskusikan pengertian SDA
yang dapat diperbarui beserta
contohnya.
7. Mendiskusikan pengertian SDA
yang tidak dapat diperbarui beserta
contohnya.
8. Mencotohkan kerusakan yang
dapat mengurangi mutu SDA.
11
2.1.1.2 Pembelajaran IPA
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
NasionalStandar Pendidikan BNSP,2006 (dalam Susanto 2013: 171),
dimaksudkan untuk :
1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan, memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
5. Meningkatkan kesadarannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Berdasarkan uraian diatas pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat
melatih siswa untuk mengembangkan ketrampilan dari siswa serta
pengetahuan dari siswa yang bertujuan untuk melatih siswa untuk dapat
berpikir kritis dan rasional untuk menghadapi permasalahan di lingkungan.
2.1.1.3 Penilaian IPA SD
Penilaian IPA SD merupakan bagian dari hasil dari proses pembelajaran
yang dilakukakan. Penilaian pembelajaran IPA SD diperoleh melalui
pengetahuan sains dari siswa dengan cara tes dan menghasilkan hasil belajar
dari siswa. Selain itu dalam pembelajara IPA tidak hanya dalam pengetahuan
yang diperoleh oleh siswa melainkan juga melalui ketrampilan proses dari
siswa saat mengikuti pembelajaran. Pembelajaran IPA akan lebih bermakna
apabilla siswa memperoleh pengalaman secara langsung. Jadi penilaian IPA
diperoleh berdasrakan pengetahuan sains dari siswa, ketrampilan proses
12
ilmiah yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran, serta sikap ilmiah
yang ditunujukan siswa setelah pembelajaran dilakukan.
2.1.2 Model Pembelajaran
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyebutkan bahwa sebuah
model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,
komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi
kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan
alat yang diperlakukan untuk melaksanakan model, serta dampak
instruksional yaitu hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat terciptanya suasana belajar
dalam model tertentu. Menurut Chatib, (2011: 128) model pembelajaran
merupakan suatu sistem dalam proses pembelajaran yang utuh mulai dari awal
hingga akhir yang melingkupi pendekatan pembelajaran, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Berdasarkan
pendapat yang dinyatakan oleh Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) dan
Chatib (2011: 128) mengenai model pembelajaran dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran kerangka yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu serta membantu seorang guru untuk
menyampaikan materi dengan lebih menarik.
2.1.2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Menurut Hosnan (2014: 295) menyatakan PBL (Problem Based Learning)
ialah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran pada
suatu masalah autentik sehingga siswa bisa merangkai pengetahuannya
sendiri, mengembangkan keterampilan yang lebih tinggi, membuat siswa
lebih mandiri dan membuat siswa percaya diri. Menurut Naniek Sulistya
Wardani (2010: 27) model pembelajaran berbasis masalah dapat menyajikan
masalah autentik dan bermakna sehingga mahasiswa dapat melakukan
penyelidikan dan menemukan sendiri.
13
Menurut Sugiyanto (2010: 157) sebuah situasi masalah yang baik harus
memenuhi lima kriteria penting, yaitu yang pertama, situasi mestinya
autentik. Hal ini berarti masalah yang diberikan harus berkaitan dengan
kehidupan nyata siswa. Kedua, masalah itu harus berisikan teka teki dan
misteri. Dalam hal ini masalah harus dibuat agar siswa mencari solusi,
jawaban yang yang sistematis. Ketiga, masalah yang disajikan harus
bermakna bagi siswa. Keempat, masalah itu cakupannya harus luas sehingga
dapat memberikan kesempatan guru untuk memenuhi tujuan intruksionalnya,
tetapi tetap dibatasi dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber daya.
Kelima, masalah yang baik harus bisa memberikan manfaat dari usaha
kelompok.
Berdasarkan pendapat Hosnan (2014: 295), Naniek Sulistya Wardani
(2010: 27) dan Sugiyanto (2010: 157) dapat diartikan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran
yang diawali dengan pemeberian masalah kepada siswa serta masalah yang
diberikan merupakan masalah yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan
sehari-hari siswa. Siswa dilatih untuk memecahkan masalah dengan
menemukan sendiri solusinya atau pengetahuan baru siswa. Serta masalah
yang diberikan kepada siswa harus autentik.
b. Ciri-ciri model Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Hosnan (2014: 300) Problem Based Learning mempunyai 5 ciri-
ciri yaitu:
a. Pengajuan masalah atau Pertanyaan
b. Keterkaitan dengan Berbagai Masalah Disiplin Ilmu
c. Penyelidikan yang Autentik
d. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/Karya
e. Kolaborasi
14
c. Sintaks/Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
Menurut Hosnan (2014: 301) langkah-langkah model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) mempunyai 5 langkah yaitu :
a. Orientasi siswa pada masalah.
b. Mengorganisasi siswa untuk belajar.
c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil karya.
Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning menurut Arends
(2008: 57) yaitu:
Tabel 2.2 Sintaksis Model Pembelajaran PBL
Fase Perilaku Guru
Fase 1 Memberikan orientasi tentang permasalahnnya kepada siswa
Guru membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan memecahkan masalah.
Fase 2 Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permaslahannya
Fase 3 Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan mencari solusi.
Fase 4 Mengembangkan dan mempreesentasikan artefak dan exhibit
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefakyang tepat, seperti rekaman video, laporan
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses masalah-masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.
15
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
Dalam proses pembelajaran Problem Based Learning mempunyai kelebihan
yaitu pada prmbelajaran Problem Based Learning adalah menggunakan masalah
nyata yang tidak struktur dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis
sekaligus juga memperoleh pengetahuan baru. Dalam pembelajaran ini juga
membantu siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dan mengubah tingkah
laku siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dapat membangun
pengetahuan sendiri atau melatih siswa aktif mengembangkan kemandirian belajar
dan keterampilan sosial.
Selain itu proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning juga memiliki kelemahan yaitu guru harus bisa
membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi
kesalahan proses atau langkah-langkah pemecahan suatu masalah yang diberikan
kepada siswa, membutuhkan persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang
kompleks, sulitnya mencari masalah yang relevan, sering terjadi miskonsepsi,
memerlukan waktu yang cukup lama.
e. Komponen Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
1. Sintagmatis
Menurut Hosnan (2014: 302) penerapan model pembelajaran PBL harus
melalui 5 tahap yaitu:
a. Tahap 1 : mengorientasikan peserta didik terhadap masalah.
Pada tahap ini guru menjelaskn tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik
yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.
b. Tahap 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
Pada tahap ini pendidik membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan
pada tahap sebelumnya.
c. Tahap 3 : Membimbing penyelidik individual maupun kelompok.
16
Pada tahap ini pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
kejelasan yang diperlukan untuk menyelasaikan masalah.
d. Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Pada tahap ini pendidik membantu siswa untuk berbagi tugas dan
merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan
masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.
e. Tahap 5 : Menganalisis dan mengevluasi proses pemecahan masalah.
Pada tahap ini pendidik/guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.
2. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi menggambarkan bagaimana perilaku guru terhadap siswa
ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada pembelajaran Problem Based
Learning adalah seorang guru menyajiakan suatu masalah dalam pembelajaran,
kemudian guru membantu siswa untuk mengorganisasikan suatu masalah, guru
membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan, guru membantu siswa
merencanakan dan menyiapkan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan,
selanjutnya guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan dan proses-proses pembelajaran.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial yang terdapat pada model pembelajaran Problem Based
Learning ini adalah kerja sama. Dalam hal ini siswa saling membantu menemukan
pemecahan suatu masalah yang diberikan oleh guru mengenai materi yang
diajarkan. Dalam pembelajaran ini siswa saling membantu utnutk memecahkan
suatu masalah yang dihadapinya, selain itu karena dalam suatu kelompok terdiri
dari beberapa siswa maka dalam menyelasaikan suatu masalah siswa harus
bersikap saling menghargai pendapat dari masing-masing individu.
4. Daya Dukung
Sistem pendukung yang diperlukan/ dibutuhkan dalam pembelajaran
Problem Based Learning adalah situasi dan kondisi kelas, kenyamanan serta
fasilitas yang ada dikelas seperti meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu guru
17
dalam proses pembelajaran ini juga harus mempersiapkan bahan ajar dan materi
yang lengkap agar siswa dapat memahami materi dengan benar dan jelas.
Pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan sebelum pembelajaran berlangsung untuk
memancing siswa aktif dalam proses pembelajaran. Serta Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran juga harus disiapkan dengan baik agar dalam proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan sistematis dan terstruktur.
5. Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring
Dampak intruksional adalah hasil belajar yang harus didapat atau
dipahami oleh siswa berupa pemahaman dan pengetahuan dari siswa setelah
menerima / mengikuti proses kegiatan belajar mengajar. Dampak pengiring
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning setelah mengikuti pembelajaran ini siswa diharapkan dapat memahami
materi dan meningkatkan kerjasama dengan duru serta dengan siswa lainnya,
siswa belajar untuk bisa bertoleransi menghargai pendapat orang lain, siswa
berani mengungkapakan pendpatnya didepan umum, siswa dapat berpikir kritis
dalam pembelajaran.
Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model pembelajaran
PBL digambarkan dalam bagan 2.1.
18
Gambar 2.1 Dampak intruksional dan dampak pengiring Model
Pembelajaran PBL
2.1.2.2 Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
a. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Menurut Hosnan (2014 : 319) Project Based Learning atau model
pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan model pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Menurut B. Baron 1998 (dalam
Hosnan , 2014: 320) PjBL yaitu pendekatan cara pembelajaran secara
kondusif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset
terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi
kehidupan.
Disiplin
Percaya diri
Dapat memecahkan
masalah yang
diberikan oleh guru
mengenai SDA
Kerja sama
toleransi
Tanggung
jawab
Berpikir
kritis
Problem
Based
Learning
Mampu menemukan
pengalaman baru
mengenai sumber
daya alam
Mampu menemukan
solusi pemecahan
masalah mengenai
sumber daya alam
Keterangan
Dampak Intruksional :
Dampak Pengiring :
19
b. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Menurut Buck Institute For education 1999 (dalam Hosnan, 2014: 321)
belajar berbasis proyek PjBL memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah
ditentukan bersama sebelumnya.
2. Siswa berusaha memecahkan masalah atau tantangan yag tidak memiliki
satu jawaban pasti.
3. Siswa ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari solusi.
4. Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi,
serta mencoba berbagai macam bebtuk komunikasi.
5. Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi yang
mereka kumpulkan.
6. Pakar-pakar dalam bidang yang berkaitan dengan proyek yang dijalankan
sering diundang menjadi guru tamu dalam sesi-sesi tertentu untuk untuk
memberi pencerahan bagi siswa.
7. Evaluasi dilakukan secara terus-menerus selama proyek berlangsung.
8. Siswa secara reguler merefleksikan dan merenungi apa yang telah mereka
lakukan, baik proses maupun hasilnya.
9. Produk akhir dari proyek dipresentasikan di depan umum dan dievaluasi
kualitasnya.
10. Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan
dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik serta revisi.
c. Sintak / langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL)
Langkah- langkah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
menurut Hosnan (2014: 325) yaitu:
1. Penentuan Proyek,
2. Perencanaan langkah-langkah penyelesaian proyek,
3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek,
4. Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru,
5. Penyusunan laporan dan peresentasi / publikasi hasil proyek,
20
6. Evaluasi proses dan hasil proyek.
d. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL)
Kelebihan dari model pembelajaran Project Based Learning adalah
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
2. Meningkatkan keterampilan memecahkan suatu masalah.
3. Memacu siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
4. Memacu siswa untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan
komunikasi.
5. Memberikan pengalaman baru kepada peserta didik.
6. Memacu siswa untuk dapat berpikir kritis dan melatih siswa memecahkan
suatu masalah dalam kehidupan.
7. Melibatkan peserta didik untuk mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuannya.
8. Membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
Selain memiliki kelebihan dalam pembelajaran Problem Based Learning
juga memiliki kelemahan seperti siswa yang kurang memahami prinsip dari
Pembelajaran Project Based Learning siswa akan mengalami kesulitan untuk
menghasilkan suatu karya atau hasil. Selain itu siswa dalam kelompok hanya
mengandalkan salah satu dari siswa yang pandai untuk mengerjakan tugas.
Dalam proses pembelajaran ini yang dilakukan dalam kelompok juga harus
mengharuskan siswa dapat memahami pendapat masing-masing individu,
Waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran lebih lama, membutuhkan biaya
yang cukup banyak, membutuhkan peralatan yang banyak.
21
e. Komponen Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
1. Sintagmatis
Menurut Hosnan (2014: 325) menjelaskan fase-fase pembelajaran Project
Based Learning sebagai berikut.
Tabel 2.3
Fase-Fase Pembelajaran PjBL
Fase Kegiatan Guru Fase 1 Penentuan proyek
Pada fase ini pendidik memberikan tugas kepada peserta didik.
Fase 2 Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek
Pada fase ini guru membagi tugas-tugas peserta didik dalam menyelesaikan masalah
Fase 3 Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
Pada fase ini guru mendampingi siswa melakukan penjadwalan semua kegiatan
Fase 4 Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru
Pada fase ini guru memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek.
Fase 5 Penyusunan laporan dan presentasi / publikasi hasil proyek
Guru membimbing siswa melakukan presentasi suatu karyanya
Fase 6 evaluasi proses dan hasil proyek
Guru melakukan refleksi bersama peserta didik.
2. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi menggambarkan perilaku guru terhadap siswa ketika
berlangsungnya proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran Project Based
Learning adalh guru bertindak sebagai fasilitator dan memonitoring;
menjelaskan bagaimana aturan kegiatan pembelajaran, membagi tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh siswa, mendampingi kegiatan siswa agar tidak
terjadi kesalahan pemahaman, memantau kegiatan dari siswa, guru
mendampingi siswa untuk menyusun laporan atau publikasi proyek, guru
memberikan evaluasi dengan cara refleksi, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan pengalaman yang telah didapatnya.
3. Sistem Sosial
Sistem dalam model pembelajaran ini adalah kerjasama dalam kelompok.
Siswa saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini siswa
diharapkan dapat menghargai pendapat dari masing-masing individu.
22
Membentuk siswa untuk dapat bertanggung jawab atas tugas-tugas yang telah
dibagi setiap individu dalam kelompok, untuk dapat memahami materi serta
menghasilkan proyek yang terbaik.
4. Daya Dukung
Bahan pendukung dalam proses pemebelajaran ini adalah bahan ajar,
lembar kerja siswa (LKS), sarana prasarana seperti; meja, kursi, papan tulis,
dll. Selain itu kenyamanan dan kebersihan kelas juga ikut mempengaruhi
kegiatan proses belajar mengajar karena apabila kelas bersih dan nyaman
maka siswa tidak terganggu atau aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
5. Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring
Dampak intruksional setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu
aktivitas siswa, peningkatan hasil belajar siswa. Dampak intruksional dan
dampak pengiring dalam model pembelajaran Project based learning
digambarkan dalam bagan 2.2 dibawah ini.
Gambar 2.2 Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring Model
Pembelajaran PjBL. Berdasarkan gambar 2.2 dampak pengiring setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu meningkatkan kerja
sama antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa lainnya, sehingga
Tanggung
jawab
Dapat membuat
suatu karya
mengenai SDA
Dapat menemukan
pengalaman baru
mengenai SDA Disipiln
Jujur
Percaya diri
Kerja sama
Project
Based
Learning
Keterangan
Dampak Intruksional :
Dampak Pengiring :
23
dapat memberikan manfaat meningkatkan keaktifan pembelajaran,
menumbuhkan sikap kerja sama, toleransi, disiplin, jujur dan percaya diri.
2.1.5 Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Perlakuan Model
Pembelajaran PBL dan PjBL
Strategi untuk dapat mencapai tujuan dalam belajar adalah menggunakan
model pembelajaran dalam kegiatan prmbelajaran. Dalam penggunaan model
pembelajaran tidaklah mudah memerlukan perencanaan yang matang,
terstruktur dan sistematis. Dalam perencanaan tersebut sebelumnya harus
menyusun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. Adapun
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran PBL dan PjBL
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.4
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model
Pembelajaran PBL
Kegiatan guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Siswa 1. Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan, guru memotivasi dalam kegiatan pemecahan masalah.
1. Mengorientasikan peserta didik pada masalah
Siswa mendengarkan penjelasan dan motivasi dari guru saat pembelajaran pemecahan masalah.
2. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
Siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugasnya yang berhubungan dengan masalah.
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Siswa mengumpulkan informasi dan data-data yang diperlukan untuk pemecahan masalah
4. Guru membantu merencanakan atau menyiapkan karya.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai pemecahan masalah dalam bentuk laporan.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dengan cara evaluasi.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Siswa mengerjakan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang telah dilakukan.
24
Tabel 2.5
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran
PjBL
Kegiatan Guru Tahapan pelaksanaan Kegiatan Siswa
1. Guru memberikan
tugas kepada siswa.
1. Penemuan Proyek 1. Siswa menentukan
tema/topik proyek yang
telah diberikan oleh guru.
2. Guru membimbing
merancang langkah-
langkah penyelesaian
proyek.
2. Perencangan langkah-
langkah penyelesaian
proyek.
2. Siswa merancang
langkah-langkah kegiatan
penyelesaian proyek dari
awal sampai akhir.
3. Guru mendampingi
siswa melakukan
penjadwalan
pelaksanaan proyek.
3. Penyusunan jadwal
pelaksanaan proyek
3. Siswa melakukan
penjadwalan semua
kegiatan yang akan
dilakukan dalam
pelaksanaan proyek.
4. Guru memonitoring
peserta didik.
4. Penyelesaian proyek
dengan fasilitas dan
monitoring guru.
4. siswa melakukan
kegiatan penyelesaian
proyek yang telah
diberikan oleh guru.
5. Guru mendampingi
siswa
mempresentasikan
hasil karyanya.
5. Penyusunan laporan
dan presentasi /
publikasi hasil
proyek.
5. Siswa menyusun
laporan yang akan
dipresentasikan atau
dipublikasikan kepada
siswa lainnya atau guru.
6. Guru melakukan
refleksi dengan cara
memberikan evaluasi.
6. Evaluasi proses dan
hasil proyek.
6. Siswa diberi
kesempatan
mengemukakan
pengalamannya selama
menyelesaikan tugas
proyek yang diberikan
oleh guru yang
berkembang menjadi
diskusi.
25
2.1.6 Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2009: 22) adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima belajarnya. Dimyati
(dalam Setyorini ,2014: 9 ) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil dari
suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar.
Dimyati dan Mujiono (2009: 20) hasil belajar adalah suatu pencapaian
akhir dari suatu proses pembelajaran. Hasil belajar ini diperoleh melalui
evaluasi yang dilakukan oleh guru.
Menurut Suprijono (2099: 5-6) hasil belajar adalah suatu pola-pola
perbuatan, sikap, nilai-nilai, pengertian –pengertian apresiasi dan keterampilan
yang dimiliki oleh siswa setelah menerima proses pembelajaran.
Rusman (2012: 123) mengatakan hasil belajar merupakan pengalaman
belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahawa hasil belajar
merupakan hasil atau tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran atau tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang telah
dibelajarkan.
Keafektivitasan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project
Based Learning dalam penelitian ini dapat dilihat dari ketuntasan perolehan
hasil belajar IPA pada materi. Pengukuran hasil belajar diperoleh melalui tes.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan terlebih dahulu
yang relevan dilaksanakan saat ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Dian Prametasari, Merinda menunjukan
ada efektivitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ( Problem
Based Learning) pada mata pelajaran IPA siswa Kelas 5, dengan adanya
perbedaan rata-rata dari hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen
dengan perolehan rata-rata nilai tes siswa kelas kontrol lebih rendah daripada
rata-rat nilai tes siswa kelas eksperimen, yaitu 74,53 < 83,38 dengan
perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 8,851. Perbedaan tersebut
26
ditinjau dari ke signifikannya nampak t hitung > t tabel (3.201 > 1.674)
dengan taraf signifikansi diperoleh angka 0,002 < 0,05 . hal tersebut terlihat
adanya perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
di SD Gugus Hasanudin Salatiga.
Penelitian yang dilakukan oleh Chitika, Prisky. 2012. Menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dengan hasil penelitian nilai t hitung
> t tabel (5.345 > 4,660). Signifikansi (0,000 < 0,005). Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak berarti Ha diterima. Dengan
demikian terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran
berbasis masalah dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas SD Negeri 3
Jepon Semester II tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugraeni, Veronica Yasinta pada tahun
2013 menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL (Project Based
Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD
Negeri 01 Gandulan semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Terbukti dengan
hasil yang diperoleh siswa dalam pra siklus 11 siswa (52,38%) belum tuntas
KKM dan 10 siswa (47,62%) sudah mencapai KKM. Dan setelah adanya
penelitian pada siklus I dengan menerapkan Pendekatan Kontektual Melalui
Project Based Learning siswa mengalami peningkatan, 5 siswa (23,8%) belum
tuntas KKM dan 16 siswa (72,2%) siswa sudah tuntas KKM. Dan hasil dari
siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%) belum tuntas KKM dan 19 siswa
(90,5%) tuntas KKM.
2.3 Kerangka Pikir
Keberasilan proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari guru sebagai
salah satu sumber belajar. Peran dari seorang guru sangatlah penting, dengan
kata lain guru harus benar-benar menguasai materi pelajaran. Tidak hanya itu
seorang guru harus mempunyai bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar
guru memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan
diajarkan.
27
Pembelajaran IPA menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri
pengetahuannya sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-
hari.penemuan pengetahuan sendiri oleh siswa diperoleh melalui pengalaman
belajar langsung yang dialami siswa di sekolah maupun dilingkungan
sekitarnya.
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project
Based Learning diharapkan menjadikan siswa lebih mudah memperoleh
informasi dan memahaminya, karena siswa dapat melihat langsung,
menemukan sendiri dan memecahkan suatu masalah sendiri. Selain itu siswa
dilatih untuk berdiskusi / kerja sama dengan individu lain.
1. Model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai beberapa
sintak/langkah-langkah pembelajaran yang diharapkan dapat
memberiakan pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.
2. Model pembelajaran Project Based Learning mempunyai beberapa
sintak/langkah-langkah pembelajaran yang diharapkan dapat
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.
28
sintak/ langkah-langkah
Bagan 2.3. Kerangka Pikir Model Pembelajaran PBL
Dampak Intruksional :
Dampak Pengiring :
Penghargaan
Model PBL
Orientasi siswa pada
masalah
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Membimbing
penyelidikan individual
dan kelompok
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Menganalisa dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Minat siswa
muncul
Rasa ingin
tahu
Kerja sama
Tanggung
jawab
Disiplin
Rasa bangga/
dihargai
Hasil Belajar
siswa
29
sintak/ langkah-langkah
Bagan 2.4. Kerangka Pikir Model Pembelajaran PjBL
Keterangan bagan 2.4 :
Model PjBL
Penentuan Proyek
Perancangan Langkah-
langkah penyelesaian
masalah
Penyusunan jadwal
pelaksanaan proyek
Penyelesaian proyek
dengan fasilitas dan
monitoring guru
Penyusunan laporan
dan
presentasi/publikasi
hasil proyek
Minat siswa
muncul
Rasa ingin
tahu
Kerja sama
Komunikatif
Tanggung
jawab
Disiplin
Evaluasi proses dan
hasil proyek
Rasa
bangga/
dihargai
Hasil Belajar
siswa
Pemberian
Penghargaan
Dampak Intruksional :
Dampak pengiring :
30
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir diatas maka akan dirumuskan suatu hipotesis
sebagai berikut.
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA
siswa kelas 4 SD menggunakan model pembelajaran PBL dan PjBL
di Gugus Joko Tingkir Salatiga.
Ha : Ada perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA kelas 4
SD menggunakan model pembelajaran PBL dan PjBL di Gugus
Joko Tingkir Salatiga.