Post on 10-Mar-2019
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Landasan Teori
1. Pengelolaan Kelas
a. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas menunjuk pengaturan orang (siswa) dan
tingkah lakunya maupun pengaturan fasilitas (ventilasi, penerangan,
tempat duduk, perencanaan program belajar-mengajar dan
sebagainnya). Menurut Djamarah (2010:173) pengelolaan kelas
adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Menurut Fathurrohman
(2011:104) pengelolaan kelas merupakan usaha yang dengan sengaja
dilakukan oleh guru agar anak didik dapat belajar secara efektif dan
efisien guna mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Soedomo
(2005:9) pengelolaan kelas merupakan kegiatan-kegiatan
menciptakan, mempertahankan, dan mengembalikan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan
itu antara lain :
1) Pembinaan hubungan keakraban (rapport).
2) Penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan
perhatian kelas.
6
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
7
3) Penciptaan berbagai kemudahan dalam belajar.
4) Pemberian ganjaran (reward) bagai ketepatan waktu
penyelesaian tugas siswa.
5) Penetapan norma kelompok yang produktif.
6) Pengaturan ruangan atau benda-benda dalam kelas.
Pengertian pengelolaan kelas menurut pendapat para ahli
dapat disimpulkan yaitu suatu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
guru agar peserta didik dapat belajar secara optimal guna mencapai
tujuan pembelajaran.
2. Ruang Kelas
a. Pengertian Ruang Kelas
Menurut Rukmana (2008:73) kelas adalah lingkungan sosial bagi
anak/siswa, dimana didalam kelas terjadi proses interaksi baik siswa
dengan siswa maupun siswa dengan guru. Kelas menurut Oemar Hamalik
(Djamarah 2010:175) merupakan suatu kelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Menurut
Arikunto (Djamarah 2010:175) di dalam didaktik terkandung suatu
pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa yang pada
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.
Pada dasarnya pengertian kelas dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Arti sempit : Suatu ruangan (dibatasi empat dinding) atau tempat
dimana siswa-siswanya belajar.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
8
2) Arti luas : kegiatan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada
siswa-siswa dalam suatu ruangan untuk suatu tingkat tertentu
pada waktu/jam tertentu (Soedomo 2005:39).
Pengertian ruang kelas menurut pendapat para ahli dapat
disimpulkan yaitu suatu ruangan yang digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menerima
suatu pelajaran pada waktu dan jam tertentu. Sekelompok siswa dapat
memperoleh pelajaran yang sama dari guru yang sama.
3. Antara Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pengajaran
Menurut Rohani (2010:143) pengelolaan kelas pengajaran
adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya, namun dapat dan harus
dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Kalau pengajaran
(instruction) mencakup semua kegitan yang secara langsung dimaksudkan
untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry
behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi,
bertanya, menilai, dan sebagainya). Dapat dibedakan adanya dua
kelompok masalah, yaitu masalah pengelolaan kelas dan masalah
pengajaran yaitu :
a. Masalah pengelolaan kelas
Menurut Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel (Rohani 2010:145)
membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1) Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain
(attention getting behaviors). Misalnya membadut di kelas (aktif),
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
9
atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat
pertolongan ekstra (pasif).
2) Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking
behaviors). Misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali
emosional-marah, menangis (aktif), atau selalu ”lupa” pada aturan-
aturan penting di kelas.
3) Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking
behaviors), misalnya menyakiti orang lain seperti mengatai,
memukul, menggigit, dan sebagainya.
4) Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali
menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin bahwa
hanya kegagalan yang menjadi bagiannya.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany (Rohani 2010:146) mengemukakan
6 kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-
masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suka, dan
tingkatan sosio-ekonomi, dan sebagainya.
2) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
Misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni
suara menyanyi dengan suara sumbang.
3) “Membesarkan” hati anggota kelas yang justru melanggar norma
kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
4) Kelompok cenderung mudah dalihkan perhatiannya dari tugas yang
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
10
yang tengah digarap.
5) Semangat kerja rendah. Misalnya semacam aksi protes kepada guru
karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
6) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Masalah
b. Faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang
menguntungkan dalam proses belajar mengajar seperti :
1) Faktor (guru)
a) Tipe kepemimpinan guru
Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses belajar
mengajar) yang otoriter dan kurang demokratis akan
menumbuhkan sikap pasif atau agresif peserta didik.
b) Format belajar mengajar yang monoton
Format belajar mengajar yang monoton akan menimbulkan
kebosanan bagi peserta didik. Format belajar mengajar yang
tidak bervariasi dapat menyebabkan para peserta didik bosan,
frustasi/kecewa, dan hal ini akan merupakan sumber
pelanggaran disiplin.
c) Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap hangat,
adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional
yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
11
d) Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah pengelolaan
kelas, baik yang sifatnya teoretis maupun pengalaman praktis.
e) Pemahaman guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku
peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena
kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta
didik dan latar belakangnya.
2) Peserta didik
Peserta didik harus sadar bahwa kalau mereka mengganggu
temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan
kewajiban sebagai anggota suatu masyarakat kelas dan tidak
menghormati hak peserta didik lain untuk mendapatkan manfaat
yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar (Rohani
2010:146).
4. Tempat Duduk Siswa
Menurut Harsanto (2007:59) pengaturan posisi tempat duduk siswa
di kelas tidaklah netral. Pengaturan sangat berpengaruh bagi para siswa,
interaksi antar mereka, dan interaksi dengan guru. Agar pengaturan posisi
tempat duduk siswa menjadi efektif dan mendukung proses pembelajaran
menuju kompetensi perlulah dipahami syarat-syarat pengaturannya.
Tempat duduk siswa dalam kelas formal di sekolah pada umumnya
berbentuk format kolom dan baris (Format KB). Keadaannya selalu sama
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
12
sepanjang tahun. Perubahan atas format tersebut bahkan dapat dianggap
sebagai hal yang menyalahi aturan atau kebiasaan. Hal tersebut semakin
bersifat formal apabila tempat duduk guru harus ditata di depan kelas dan
tepat berada di tengah. Posisi meja guru kelas sebaiknya ditata sedemikian
rupa sehingga tampak informal tetapi memberi kesan akrab dengan
siswanya.
Dalam dinamika kelas formal dan kegiatan pembelajaran, format
KB memilki sejumlah kelemahan, beberapa kelemahan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Format KB mendorong guru sebagai pengelola kelas menganut teknik
berceramah. Perlu diketahui bahwa teknik berceramah membuktikan
daya serap siswa terhadap pesan atau informasi yang disampaikan
guru rendah. Hanya sekitar 75% siswa yang mendengarkan ceramah
guru, dan dari jumlah tersebut jumlah daya serap mereka maksimal
hanya sekitar 60%.
b. Pola komunikasi dua arah, yaitu antara siswa dan guru saja. Sifat
komunikasi dua arah membuat sebagian besar siswa kurang memberi
perhatian pada uraian guru, terutama mereka pada cakupan rentang
pandang guru.
c. Multi-interaksi antara siswa kurang hidup, akibatnya kelas cenderung
bersifat dan kurang responsif. Dengan demikan prestasi hasil belajar
kelas secara keseluruhan sulit dimaksimalkan.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
13
d. Kehidupan kelas sangat tergantung dan didominasi oleh guru.
Aikbatnya, perhatian guru terhadap siswa yang tergolong dalam level
bawah kurang mendapat perhatian lebih. Guru cenderung melakukan
tanya jawab terbatas kepada siswa yang tergolong dalam level atas
atau mereka yang memilki keberanian akibatnya siswa yang berada
dalam kelompok bawah dan kurang memiliki keberanian akan merasa
tersingkir. Keadaan seperti ini akan membuat mereka yang tersingkir
mengambil sikap apatis.
e. Rentang pandang serta perhatian guru sangat terbatas kepada siswa
yang duduk di deretan depan tengah. Dengan demikian rentang
pandang guru dikelas dipersempit dan kurang merata. Anak-anak
berbakat yang duduk diluar batas rentang pandang guru kurang
mendapat distribusi perhatian. Akibatnya mereka pun akan cenderung
terbius sikap pasif atau apatis (Harsanto 2007:60-61).
5. Pengaturan Tempat Duduk Siswa Sebagai Bentuk Pengelolaan Kelas
Pengaturan bangku kelas tentu menjadi alternatif menarik bagi
terciptanya konsep edutainment dalam pembelajaran. Dengan variasi
tempat duduk sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dinamisnya gerak
siswa dan guru dalam ruang kelas, tentu saja siswa akan merasakan
kenyamanan, sehingga ia akan mudah menyerap pembelajaran dengan
baik.
Menurut Hamid (2011:127) mengemukakan ada banyak formasi
pengaturan bangku selain dari formasi konvensional yang sering kita temui
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
14
di sekolah-sekolah. Formasi-formasi tersebut seperti bentuk auditorium,
lingkaran, huruf U, kelompok, dan lain lain sebagainya. Pembahasan lebih
lanjut tentang formasi pengaturan bangku dalam kelas yang memenuhi
unsur-unsur edutainment.
a. Formasi Tradisional (Konvensional)
Formasi konvensional adalah formasi yang biasa kita temui
dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Adapun bentuk formasi
tradisional ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Formasi tempat duduk konvensional (Hamid, 2011:128)
b. Formasi Auditorium
Formasi auditorium merupakan tawaran alternatif dalam
menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan
lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun dapat
dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam
penataan ruang kelas secara konvensional (tradisional). Adapun formasi
auditorium ini bisa digambarkan sebagai berikut :
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
15
Gambar 2.2. Formasi tempat duduk auditorium (Hamid, 2011:129)
c. Formasi Chevron
Formasi Chevron membuat interaksi antara siswa dan guru
menjadi lebih intens dan mampu mengaktifkan seluruh siswa. Selain itu,
formasi ini tentu memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga
mereka mampu menjalani proses belajar mengajar dengan antusias,
menyenangkan, dan terfokus. Berikut ini adalah bentuk formasi chevron:
Gambar 2.3. Formasi tempat duduk chevron (Hamid, 2011:130)
d. Formasi Kelas Bentuk Huruf U
Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu
mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias
untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini, guru adalah orang yang paling
aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi
berhadap-hadapan dengan mereka. Dengan begitu, mereka pun akan
lebih memaksimalkan potensi indra mereka dalam mengikuti kegiatan
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
16
belajar mengajar dan mampu berinteraksi secara langsung, sehingga akan
mendapatkan respons dari pendidik secara langsung.
Maka dari itu, formasi huruf U sangat ideal untuk memberikan
materi pelajaran dalam bentuk apapun, sehingga formasi ini menjadi
multifungsi. Formasi bentuk U dibuat dengan cara menyusun meja dan
kursi dalam formasi berikut :
Gambar 2.4. Formasi tempat duduk bentuk U (Hamid, 2011:131)
e. Formasi Meja Pertemuan
Formasi meja pertemuan biasannya diselenggarakan di tempat-
tempat pertemuan dan seminar, baik di hotel maupun gedung pertemuan.
Formasi ini dapat dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok, dimana setiap kelompok itu mempunyai meja
pertemuannnya sendiri-sendiri. Satu kelompok bisa terdiri atas 4-5 siswa
yang dibentuk menjadi 5-6 kelompok, tergantung dari jumlah siswa
dalam kelas tersebut. Adapun formasi meja pertemuan ini adalah sebagai
berikut :
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
17
Gambar 2.5. Formasi tempat duduk pertemuan (Hamid, 2011:133)
f. Formasi Konferensi
Formasi konferensi dapat membuat para siswa menjadi lebih aktif
dalam kelas, karena mereka akan menguasai jalannya pembelajaran.
Sedangkan peran guru disini hanya melontarkan tema yang harus
dibahas, kemudian mengawasi dan sesekali mengarahkan mereka untuk
bisa menjalankan proses pembelajaran. Adapun formasi konfederensi ini
adalah sebagai berikut :
Gambar 2.6. Formasi konferensi (Hamid, 2011:135)
Akan tetapi, formasi konfederensi bisa juga mengalami
perubahan dengan menempatkan guru di tengah-tengah kursi para siswa,
sehingga memungkinkan guru untuk ikut serta dalam diskusi yang
dibahas oleh mereka.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
18
g. Formasi Pengelompokan Terpisah (Breakout Groupings)
Jika ruangan kelas memungkinkan atau cukup besar, guru dapat
meletakkan meja-meja dan kursi, dimana kelompok kecil dapat
melakukan aktivitas belajar yang dipecah menjadi bebrapa tim. Guru
dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok tersebut
berjauhan, sehingga tidak saling mengganggu. Tetapi, hendaknya
dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil yang terlalu
jauh dari ruang kelas supaya mudah diawasi. Adapun bentuk formasi
bangku ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.7. Formasi pengelompokan terpisah (Hamid, 2011:136)
h. Formasi Tempat Kerja
Formasi tempat kerja ini tepat dilakukan dalam lingkungan tipe
laboratorium, di mana setiap siswa duduk pada satu tempat untuk
mengerjakan tugas (misalnya mengoperasikan komputer, mesin, atau
melakukan kerja laboratorium), tepat setelah didemonstrasikan. Adapun
bentuk formasi dari tempat kerja (workstations) adalah sebagai berikut :
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
19
Gambar 2.8. Formasi Tempat Kerja (Hamid, 2011:137 )
i. Formasi Kelompok untuk Kelompok
Formasi kelompok untuk kelompok adalah formasi dimana
terdapat beberapa kelompok yang duduk dalam satu meja persegi
berukuran besar (bisa juga dengan membuat beberapa meja dijadikan
satu membentuk meja besar), sehingga setiap kelompok duduk saling
berhadapan. Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi
atau menyusun permainan peran, berdebat, atau observasi pada aktivitas
kelompok. Berikut adalah bentuk formasi kelompok untuk kelompok :
Gambar 2.9. Formasi Kelompok untuk Kelompok (Hamid, 2011:138 )
j. Formasi Lingkaran
Formasi lingkaran adalah formasi yang disusun melingkar tanpa
menggunakan meja dan kursi. Formasi ini digunakan untuk melakukan
pembelajaran dalam satu kelompok, dimana guru memiliki peran untuk
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
20
membimbing dan mengarahkan jalannya pembelajaran. Adapun bentuk
formasi lingkaran adalah sebagai berikut :
Gambar 2.10. Formasi lingkaran (Hamid, 2011:139 )
k. Formasi Peripheral
Jika guru menginginkan siswa memilki tempat untuk menulis,
hendaknya digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan
dibelakang siswa. Guru dapat menyuruh siswa memutar kursi-kursinya
secara melingkar ketika guru menginginkan diskusi kelompok.
Gambar 2.11. Formasi tempat duduk peripheral (Hamid, 2011:140 )
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
21
Tabel 2.1 Keuntungan dan kelemahan dari masing-masing pengaturan
Jenis Keuntungan Kelemahan
Pengaturan
konvensional
Guru dapat mengamati kegiatan
siswa dan ekspresi wajah.
Siswa agak sulit berdiskusi
dengan siswa lain
Pengaturan
bentuk U
Guru dapat mengamati kegiatan
siswa dan ekspresi wajah.
Siswa yang duduk di baris
belakang dapat dilihat oleh guru
dan siswa lain.
Siswa dapat dengan mudah
dialihkan ke kegiatan kelompok.
Siswa yang duduk dibagian
sisi akan mengalami
kesulitan untuk melihat
langsung ke papan tulis.
Pengaturan
Berkelompok
Siswa dapat melakukan diskusi
lebih mudah dengan siswa yang
lain.
Beberapa siswa akan
mengalami kesulitan untuk
melihat ke papan tulis.
Guru mungkin agak
kesulitan untuk memantau
kegiatan wajah siswa.
(Sumber: Panduan untuk Peningkatan Proses Belajar Mengajar, 2012)
Jika siswa dapat memindahkan tempat duduk mereka tanpa
kesulitan, guru dapat beralih dari satu jenis pengaturan ke pengaturan lain
sesuai dengan isi pelajaran. Sebagai contoh :
Pengaturan konvensional – Pengaturan berbentuk U
Pengaturan berbentuk U – Pengaturan berkelompok
Pengaturan konvensional – Pengaturan berkelompok – Pengaturan
konvensional
6. Keaktifan
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:114) keaktifan siswa dalam
peristiwa pembelajaran mengambil beraneka ragam kegiatan, dari kegiatan
fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati.
Kegiatan fisik yang dapat diamati di antaranya dalam bentuk kegiatan
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
22
membaca, mendengarkan, menulis, meragakan dan mengukur, sedangkan
contoh kegiatan psikis adalah mengingat kembali isi pelajaran pertemuan
sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dan
memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen,
membandingkan satu konsep dengan lainnya dan kegiatan psikis lainnya.
Menurut Rohani (2010: 8) proses pengajaran (proses perolehan hasil
pengajaran) secara aktif : ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki,
mengingat, menguraikan, menegosiasikan ketentuan satu dengan lainnya,
dan sebagainya. Menurut Sagala (2012:59) mengemukakan bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus menciptakan pembelajaran yang dinamis
penuh aktivitas, sehingga peserta didik aktif untuk bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Keaktifan belajar siswa
secara fisik yang dapat diamati.
Pengertian keaktifan menurut beberapa ahli dapat disimpulkan
yaitu suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan untuk mendukung kegiatan
belajar baik jasmani maupun rohani.
Paul D. Dierich (Hamalik, 2008: 172) membagi kegiatan belajar
dalam 8 kelompok, ialah :
a. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
23
b. Kegiatan-kegiatan lesan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan
radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
faktor-faktor, melihat hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
24
7. Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2013:12) prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang bersifat parenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena
sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi
menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Menurut Slameto
(2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Prestasi belajar menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan
yaitu suatu proses perubahan dari dalam diri faktor internal maupun dari
luar diri faktor eksternal individu, meliputi perubahan tingkah laku dan
bertambahnya ilmu pengetahuan. Perubahan tingkah laku menjadi lebih
baik merupakan hasil dari latihan atau pengalaman yang nyata.
8. Ilmu Pengetahuan Alam
a. Pengertian IPA
Menurut Aly dan Rahma (2010:18) IPA adalah suatu
pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang
khas atau khusus, yaitu melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Menurut
Trianto (2010:136) IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “Science”. Kata
Science sendiri berasal dari kata dalam bahasa Latin “Scienta” yang
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
25
berarti saya tahu. Menurut Wahyana (Trianto, 2010: 136) IPA adalah
suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam
penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan tersebut tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan
fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Pengertian IPA dari beberapa ahli dapat disimpulkan yaitu
pengetahuan teoritis yang tersusun secara sistematis mengarah pada
pengetahuan lingkungan alam untuk dapat mengembangkan sesuatu
yang berkaitan dengan kehidupan manusia dalam melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, dan penyusunan teori.
b. Silabus IPA kelas IV A SD semester 2.
Tabel 2.2 akan menjelaskan mengenai standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang akan dilaksanakan pada penelitian.
Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV
A Semester 2.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Memahami gaya dapat
mengubah gerak dan
atau bentuk suatu
benda.
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah gerak
suatu benda.
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah bentuk
suatu benda.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
26
c. Materi Gaya
1) Jenis-Jenis Gaya
Setiap gaya yang dilakukan memerlukan tenaga.
Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan
menjadi beberapa di antaranya adalah sebagai berikut (Heri S dan
Edi W. 2008: 92).
a) Gaya Otot
Gaya otot merupakan gaya yang dihasilkan oleh
tenaga otot. Contoh gaya otot adalah pada saat kita menarik
atau mendorong meja, membawa belanjaan ibu, dan
menendang bola. Karena terjadi sentuhan maka gaya ini
termasuk gaya sentuh.
b) Gaya Gesek antara Dua Benda
Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena
bersentuhannya dua permukaan benda. Contoh gaya gesek
adalah gaya yang bekerja pada rem sepeda. Pada saat akan
berhenti, karet rem pada sepeda akan bersentuhan sepeda
dapat berhenti ketika dilakukan pengereman.
c) Gaya Magnet
Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan
oleh tarikan atau dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet
adalah, tertariknya paku ketika didekatkan dengan magnet.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
27
Benda-benda dapat tertarik oleh magnet jika masih berada
salam medan magnet
d) Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan
oleh tarikan bumi. Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya
buah dari atas pohon dengan sendirinya. Semua benda yang
dilempar ke atas akan tetap kembali ke bawah karena
pengaruh gravitasi bumi.
e) Gaya Listrik
Gaya listrik merupakan gaya yang terjadi karena
aliran muatan listrik. Aliran muatan listrik ini ditimbulkan
oleh sumber energi listrik. Contoh gaya listrik adalah
bergeraknya kipas angin karena dihubungkan dengan sumber
energi listrik. Muatan listrik dari sumber energi listrik
mengalir ke kipas angin. Sehingga, kipas angin dapat
bergerak.
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gerak Benda
Beberapa faktor yang mempengaruhi gerak suatu benda
adalah adanya gaya gravitasi bumi dan tarikan atau dorongan
yang terjadi pada benda (Heri S dan Edi W. 2008: 94).
a) Adanya Gravitasi Bumi
Jatuhnya buah mangga merupakan akibat adanya gaya
tarik bumi yang disebut gravitasi. Gravitasi menyebabkan
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
28
benda dapat bergerak jatuh ke bawah. Apabila kita melempar
bola ke atas maka bola tersebut akan kembali ke bawah
karena adanya gravitasi bumi.
b) Dorongan atau Tarikan
Ember yang terikat dengan tali yang ada di sumur
tidak dapat bergerak ke atas apabila tidak ditarik. Begitu pula
mobil yang mogok akan bergerak apabila ada orang yang
mendorongnya. Hal ini menunjukkan bahwa tarikan dan
dorongan mempengaruhi gerak benda.
3) Gaya Dapat Mengubah Bentuk Benda
Gaya yang dihasilkan oleh dorongan ataupun tarikan dapat
mengakibatkan benda bergerak. Selain menyebabkan benda
bergerak, gaya yang bekerja pada benda juga dapat mengubah
bentuk benda. Keramik dan asbak merupakan hasil olahan dari
tanah liat. Tanah liat dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga
dihasilkan keramik dan asbak yang cantik dan menarik. Gaya
yang diberikan oleh tangan pada tanah liat membuat bentuk tanah
liat berubah. Hal ini menunjukkan bahwa gaya juga dapat
mengubah bentuk benda (Heri S dan Edi W. 2008: 96).
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
29
B. Hasil Penelitian Relevan
Peneliti tidak menemukan hasil penelitian yang sama persis dengan
permasalahan yang penulis teliti, namun ada yang dilakukan oleh:
1. Muchlichah tahun 2012, dengan judul skripsi “Pengaruh Pengaturan
Tempat Duduk Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMK Farmasi
Surabaya Kelas XI Tahun Ajaran 2011-2012” Dengan kesimpulan bahwa
hasil belajar matemaika siswa setelah dilakukan pengaturan tempat
duduk telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu sebesar 78% dari
keseluruhan siswa nilai Matematikanya sudah diatas KKM dengan nilai
rata-rata kelas sebesar 85. Berdasarkan Uji Regresi Linear sederhana
dengan bantuan Sofware SPSS Ver 17.0 for windows didapatkan, hasil
belajar siswa sebagai variabel dependent dipengaruhi oleh pengaturan
tempat duduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar Matematika.
2. Yeni Setiowati tahun 2011, dengan judul meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar IPA menggunakan metode eksperimen pada materi
penggunaan energi alternatif, dalam penelitiannya dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen
dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Pembuktian
pada siklus I pembelajaran hanya mencapai 63,42 dan meningkat pada
siklus II sebesar 86,84% siswa telah mencapai KKM IPA yaitu 65
dengan nilai rata-rata 84. Pembelajaran menggunakan metode
eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
30
C. Kerangka Berpikir
Menurut hasil wawancara dengan guru kelas IV A SD Negeri 2
Wangon, dijelaskan bahwa kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran
khususnya pembelajaran IPA yang memungkinkan siswa untuk aktif ketika
pembelajaran. Melihat kondisi yang terjadi perlu adanya inovasi dalam
pengelolaan kelas dengan model pengaturan tempat duduk khususnya
pembelajaran IPA. Menerapkan model pengaturan tempat duduk diharapkan
keaktifan siswa mendapat kriteria baik.
Bila dirumuskan dalam skema dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.12 Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Sebelum
menerapkan model
pengaturan tempat
duduk
Keaktifan siswa
rendah
Model pengaturan
tempat duduk
diharapkan 85%
keaktifan dan
prestasi belajar
siswa mendapat
kriteria baik
Keaktifan dan prestasi
belajar siswa
meningkat
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014
31
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir gambar 2.12,
dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu keaktifan dan prestasi belajar IPA
materi gaya siswa kelas IV A SD Negeri 2 Wangon dalam pembelajaran IPA
dapat ditingkatkan melalui penerapan model pengaturan tempat duduk.
Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014