Post on 06-Apr-2019
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Di Sekolah Dasar
Pendidikan di sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan
formal pertama yang akan menentukan arah pengembangan potensi
peserta didik. Oleh karena itu sekolah dasar perlu mengembangkan
karakter peserta didik secara optimal.
Pendidikan diakui menyimpan kekuatan luar biasa sebagai salah
satu penentu nasib manusia sebagai individu, umat maupun bangsa. Atas
dasar itu, perkembangan pemikiran tentang pendidikan yang menjadi
dasar terbentuknya pendidikan berkualitas perlu digakakan agar
pendidikan dapat mengemban fungsi dan perannya secara maksimal
dalam membangun manusia berkualitas dan untuk memenuhi harapan
keluarga, umat, dan bangsa. (Tobroni,2008)
2. Karakter Siswa Di Sekolah Dasar (SD)
Karakter menurut Simon Philips dalam Mu’in, Fatchul (2011:
160) adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Siswa usia
sekolah dasar adalah siswa yang sedang mengalami pertumbuhan baik
pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di
mana kecepatan pertumbuhan siswa pada masing-masing aspek tersebut
7
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
8
tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari
ketiga aspek tersebut. Faktor yang menimbulkan adanya perbedaan
individual pada siswa sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang
sama.
Berdasarkan karakteristik siswa yang diuraikan di atas, guru
dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar
yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal
yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga
materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi
siswa. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk pro aktif dan
mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam
kelompok.
3. Media Tugasku Tanggung Jawabku
Media ini difungsikan untuk menanam rasa tanggung jawab pada
diri peserta didik dengan cara permainan, sehingga terasa tidak
memberatkan malah justru sebaliknya. Tugas yang dimaksud adalah
tugas piket membersihkan ruang kelas dan tugas keliling yang
berhubungan dengan dengan materi pelajaran. (Durori, 2002:46)
Pada media tersebut tertulis nama peserta didik dalam satu kelas
yang tersusun secara vertikal dan horisontal. Nama peserta didik yang
tersusun secara vertikal menunjuk kelompok belajar, sedang nama
peserta didik yang tersusun secara horisontal menunjuk regu piket. Pada
media tersebut terdapat kartu tugas dan buku tugas. Kartu tugas untuk
kegiatan piket, sedang buku tugas untuk kegiatan kelompok belajar.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
9
Sebelum pulang sekolah, peserta didik yang namanya tersusun
secara horisontal akan mengundi kartu tugas, sedang peserta didik yang
namanya tersusun secara vertikal akan mengambil buku tugas yang
disenangi. Kartu tugas berisi tugas-tugas kebersihan kelas yang isi satu
kartu dengan kartu lainnya berbeda. Sedangkan buku tugas berisi tugas
kegiatan belajar yang harus dikerjakan di luar jam sekolah atau di rumah.
4. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pembentukan kepribadian dan
nilai-nilai atau norma-norma hidup di dalam kehidupan manusia.
Samani (2012:45) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah
proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga
serta rasa dan karsa.
Pendidikan karakter pembentukan watak dan sikap
seseorang untuk mencapai karater yang lebih baik. Kesuma
(2011:5) menjelaskan pendidikan karakter dalam konteks
kajian P3 didefinisikan sebagai “pembelajaran yang
mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak
secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang
dirujuk oleh sekolah”
Zulnuraini (2012,Vol 2) menjelaskan bahwa
penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi satu hal yang
multlak dilakukan di jenjang pendidikan manapun,
khususnya di jenjang pendidikan dasar. Hal ini sangat
beralasan karena pendidikan dasar adalah pondasi utama bagi
tumbuh kembang generasi muda Indonesia. Pemahaman yang
mendalam dari praktisi pendidikan terhadap konsep
pendidikan karakter menjadi taruhan bagi keberhasilan
pendidikan karakter di setiap satuan pendidikan.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
10
Mu’in (2011 : 161) menjelaskan bahwa ciri-ciri pendidikan
karakter adalah sebagai berikut:
1) Karakter adalah siapakah dan apakah kamu pada saat
orang lain sedang melihat kamu (character is what you
are when nobody is looking)
2) Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-
keyakinan (character is the result of values and belif).
3) Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat
alamiah kedua (character is a habit that becomes second
nature).
4) Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh
orang lain terhadapmu (character is not reputation or
what others think about you).
5) Karakter bukanlah seberapa baik kamu dari pada orang
lain (character is not how much better you are than
others)
6) Karakter tidak relatif (character is not relative).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah proses pembentukan kepribadian yang
dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Kepribadian itu merupakan abstraksi dari individu dan kelakuannya
sebagaimana halnya dengan masyarakat kebudayaan.
Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a
person of character ) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
11
b. Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi yang
dimiliki individu yang masih terpendam agar teraktualisasi secara
konkret, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu dan
masyarakat. Dalam pendidikan terdapat fungsi. Seperti halnya
dengan fungsi pendidikan, pendidikan karakter juga memiliki
fungsi. Fungsi pendidikan karakter menurut Fikri dalam
(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010:5) adalah:
1) Pembentukan dan pengembangan potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan
mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia
agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup Pancasila.
2) Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia
dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan
mempererat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat,
dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung
jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga
negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan
sejahtera.
3) Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai
budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya
bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan
warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang
bermartabat.
Simpulan fungsi pendidikan karakter berdasarkan uraian di
atas yaitu sebagai pengembangan potensi dasar peserta didik,
perbaikan perilaku yang kurang baik, penguatan perilaku yang
sudah baik, serta penyaring budaya yang negatif.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
12
c. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk kepribadian
agar lebih baik. Kesuma dkk (2012:9) menjelaskan bahwa “tujuan
pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan
pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam
perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses
sekolah (setelah lulus dari sekolah)”. Dalam penjelasan tersebut
dapat dipahami bahwa pendidikan karakter memiliki tujuan untuk
membentuk karakter anak sejak dalam proses sekolah hingga pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi bahkan selama masa
hidupnya. Pendidikan dalam setting sekolah bukanlah sekedar
suatu dogmatisasi nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses
yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksi
bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam
perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak.
Muslich (2011 : 81) berpendapat bahwa pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang.
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu
secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.
Menurut Kesuma dkk (2012:9-11) pendidikan karakter
dalam setting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut:
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
13
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi
kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana
nilai-nilai yang dikembangkan.
2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian
dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama. Simpulan tujuan pendidikan karakter
berdasarkan uraian di atas yaitu untuk menanamkan,
membentuk, dan mengembangkan potensi peserta didik serta
menguatkan nilai-nilai positif dalam kehidupan yang dianggap
penting sehingga peserta didik menjadi pribadi yang baik dan
memiliki sikap yang terpuji.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter bertujuan membangun karakter peserta didik,
karena karakter tidak diwariskan namun dibangun hari demi hari
dengan tindakan demi tindakan karena karakter merupakan ciri
khas setiap individu. Adanya pendidikan karakter diharapkan
mampu membuat karakter peserta didik yang selalu baik dan
berakhlak mulia sehingga pendidikan dapat menghasilkan insan-
insan yang bertanggung jawab baik untuk dirinya, keluarga, bangsa
maupun negara.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
14
d. Ciri Dasar Pendidikan Karakter
Karakter manusia memiliki keunikan yang dapat
membedakannya dengan makhluk lain, karena manusia merupakan
makhluk yang mampu mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.
Ciri-ciri karakter menurut Mu‟in (2011:161-162) antara lain:
1) Siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang
melihat kamu (character is what you are when nobody is
looking).
2) Hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (character is the
result of values and believe).
3) Sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua (character
is a habit that becomes second nature).
4) Bukan reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain
terhadapmu (character is not reputation or what others thing
about you).
5) Bukan seberapa baik kamu daripada orang lain (character is
not how much better you are than others).
6) Tidak relatif (character is not relative).
Menurut Foerster, pencetus pendidikan karakter dan
pedagog Jerman dalam (Muslich, 2011:127) ada empat ciri dasar
dalam pendidikan karakter, yaitu:
1) Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar
hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
15
2) Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang
teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada
situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang
membangun rasa percaya satu sama lain.
3) Otonomi.
Seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat
penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau
desakan pihak lain.
4) Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan
seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik.
Kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen
yang dipilih.
Simpulan ciri-ciri karakter berdasarkan uraian di atas yaitu
karakter merupakan pandangan orang lain terhadap seseorang,
kebiasaan yang merupakan sifat alamiah seseorang dan karakter
tidak relatif. Sedangkan ciri-ciri pendidikan karakter berdasarkan
penjelasan diatas yaitu bahwa setiap tindakan diukur berdasarkan
nilai sebagai pedoman dari setiap tindakan yang dilakukan, serta
adanya keberanian, konsistensi, keteguhan dan kesetiaan atas
tindakan yang dilakukan.
e. Prinsip Pendidikan Karakter
Pelaksanaan pendidikan karakter akan berjalan efektif
apabila terdapat prinsip yang mendasarinya. Lickona dkk dalam
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
16
(Muslich, 2011:129) menemukan sebelas prinsip agar pendidikan
karakter dapat berjalan efektif. Kesebelas prinsip tersebut sebagai
berikut:
1) Kembangkan nilai-nilai etika inti dalam nilai-nilai kinerja
pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik.
2) Definisikan karakter secara komperhensif yang mencakup
pikiran, perasaan, dan perilaku.
3) Gunakan pendekatan yang komperhensif, disengaja, dan
proaktif dalam pengembangan karakter.
4) Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian.
5) Beri peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan
moral.
6) Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang
menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter,
dan membantu peserta didik untuk berhasil.
7) Usahakan mendorong motivasi diri peserta didik.
8) Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan
moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter
dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai yang sama yang
membimbing pendidikan peserta didik.
9) Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan
dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.
10) Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
17
dalam upaya pembangunan karakter. 11) Evaluasi karakter
sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan
sejauh mana peserta didik memanifestasikan karakter yang
baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam
pendidikan karakter sangat penting dikembangkan nilai-nilai etika
sebagai pondasi karakter yang baik. Dalam mengembangkan nilai-
nilai etika tersebut sekolah harus mempunyai komitmen untuk
mengembangkan karakter peserta didik dan mengaplikasikannya
dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan
sekolah sehari-hari.
f. Strategi Pendidikan Karakter
Pelaksanaan pendidikan karakter perlu diterapkan
berdasarkan strategi yang sesuai. Samani (2012:144)
mengungkapkan strategi pendidikan karakter dimaknai dalam
kaitannya dengan kurikulum, strategi dalam kaitannya dengan
model tokoh, dan strategi dalam kaitannya dengan metodologi.
Dalam kaitannya dengan metodologi, strategi yang umum
diimplementasikan pada pelaksanaan pendidikan karakter antara
lain:
1) Strategi pemanduan (cheerleading)
Dalam strategi ini setiap bulan ditempel poster-poster,
dipasang spanduk-spanduk, serta ditempel di papan khusus
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
18
bulletin, papan pengumuman tentang berbagai nilai kebajikan
yang selalu berganti-ganti dan berisi slogan atau moto tentang
karakter.
2) Strategi pujian dan hadiah (praise and reward)
Strategi ini berlandaskan pada pemikiran yang positif
(positive thinking), dan menerapkan penguatan positif
(positive reinforcement). Strategi ini ingin menunjukkan anak
yang sedang berbuat baik (catching student being good).
Namun pada kenyataannya banyak anak yang segaja ingin
terpilih berbuat baik semata-mata karena ingin mendapatkan
pujian dan hadiah, sehingga strategi ini tidak dapat
berlangsung lama.
3) Strategi definisikan dan latihan (define and drill)
Strategi ini meminta para peserta didik untuk
mengingat-ingat sederet nilai kebaikan dan mendefinisikannya.
Setiap peserta didik mencoba mengingat-ingat apa definisi atau
makna nilai tersebut sesuai dengan tahap perkembangan
kognitifnya dan terkait dengan keputusan moralnya.
4) Strategi penegakan disiplin (forced formality)
Strategi ini pada prinsipnya ingin menegakkan disiplin
dan melakukan pembiasaan (habituasi) kepada peserta didik
untuk secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai moral.
Misalnya dengan pelaksanaan kegiatan tugas piket di sekolah.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
19
5) Strategi perangai bulan ini (traits of the month)
Strategi ini pada hakikatnya menyerupai strategi
cheerleading, tetapi tidak hanya mengandalkan poster-poster,
spanduk, juga menggunakan segala sesuatu terkait dengan
pendidikan karakter, misalnya pelatihan, introduksi oleh guru
dalam kelas, sambutan kepala sekolah pada upacara, dan
sebagainya, yang difokuskan pada penguatan perangai tunggal
yang telah disepakati.
Sesuai degan Desain Induk Pendidikan Karakter yag
dirancang Kementrian Pendidikan Nasional (2010:22) strategi
pengembangan pendidikan karakter yang diterapkan di Indonesia
antara lain melalui transformasi budaya sekolah (school culture)
dan habituasi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Strategi habituasi
pendidikan karakter melalui budaya sekolah ini sejalan dengan
pemikiran Berkowitz. Elkind dan Sweet (2004) mengutip
Berkowitz dalam Samani dan Hariyanto (2012:146): “Effective
character education is nota adding a program or set programs to a
school. Rather it is a transformation of the culture and life of the
school.” Jadi menurut para ahli tersebut, implementasi pendidikan
karakter melalui transformasi budaya dan perikehidupan sekolah
dirasakan lebih efektif daripada mengubah kurikulum dengan
menambahkan materi pendidikan karakter kedalam muatan
kurikulum. Pusat Kurikulum Pendidikan Nasional dalam (Samani,
2012:146) dalam kaitan pengembangan budaya sekolah yang
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
20
dilaksanakan dalam kaitan pengembangan diri, menyarankan empat
hal yang meliputi:
1) Kegiatan rutin Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang
dilaksanakan siswa secara terus-menerus dan konsisten setiap
saat. Misalnya upacara bendera setiap hari Senin, salam dan
salim di depan pintu gerbang sekolah, piket kelas, sholat
berjamaah, berdoa sebelum dan sesudah jam pelajaran
berakhir, berbaris saat masuk kelas, dan sebagainya.
2) Kegiatan spontan Kegiatan ini bersifat spontan, saat itu juga,
pada waktu terjadi keadaan tertentu, misalnya mengumpulkan
sumbangan bagi korban bencana alam, mengunjungi teman
yang sakit atau sedang tertimpa musibah, dan lain-lain.
3) Keteladanan Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik
karena meniru perilaku dan sikap guru dan tenaga
kependidikan di sekolah, bahkan perilaku seluruh warga
sekolah yang dewasa lainnya sebagai model, termasuk
misalnya petugas kantin, satpam sekolah, penjaga sekolah dan
sebagainya.
4) Pengondisian Penciptaan kondisi yang mendukung
keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kondisi meja
guru dan kepala sekolah yang rapi, kondisi toilet yang bersih,
disediakan tempat sampah yang cukup, halaman sekolah yang
hijau penuh pepohonan, tidak ada puntung rokok di sekolah.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
21
Simpulan tentang strategi pendidikan karakter berdasarkan
penjelasan di atas yaitu bahwa strategi dalam kaitannya dengan
metodologi, yang umum diimplementasikan dalam pendidikan
karakter yaitu strategi pemanduan, strategi pujian dan hadiah,
strategi definisikan dan latihan, strategi penegakan disiplin, dan
strategi perangai bulan ini. Namun strategi yang diterapkan di
Indonesia yaitu melalui transformasi budaya sekolah dan kegiatan
ekstrakurikuler.
Dalam pengembangan budaya sekolah yang dilaksakan
dalam kaitannya dengan pengembangan diri dapat dilakukan
melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan
pengondisian. Kegiatan rutin yang dapat dilakukan yaitu kegiatan
tugas piket yang dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut.
g. Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di sekolah penting untuk dilaksanakan
demi masa depan bangsa dan negara. Pendidikan karakter dapat
diterapkan melalui budaya sekolah. Langkah-langkah penerapan
pendidikan karakter untuk menjadi budaya sekolah menurut
Listyarti (2012:10-11) antara lain:
1) Kesepakatan mengenai karakter yang hendak dicapai dan
ditargetkan sekolah. Karena tidak mungkin satu sekolah dapat
menerapkan ke-18 karakter yang ditetapkan oleh
Kemendikbud.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
22
2) Membangun pemahaman bahwa sekolah ingin membudayakan
karakter positif untuk seluruh warga sekolah dan ini
membutuhkan suatu proses.
3) Menyusun rencana menyeluruh untuk mengintensifkan
pengembangan dan pembelajaran mengenai karakter yang
hendak dicapai atau ditargetkan sekolah.
4) Mengintegrasikan karakter yang sudah dipilih ke dalam
pembelajaran di seluruh kurikulum secara terus menerus.
5) Melalui suatu workshop, para guru harus menentukan
pendekatan/metode yang jelas terhadap mata pelajaran yang
dapat digunakan untuk menanamkan karakter yang sudah
disepakati sekolah.
6) Sosialisasikan karakter yang disepakati kepada seluruh warga
sekolah.
7) Mengembangkan moto (semboyan) sekolah yang bertumpu
pada karakter yang disepakati.
8) Menentukan indikator (petunjuk) terhadap keberhasilan
program ini.
9) Melakukan evaluasi terhadap program karakter.
10) Memberikan apresiasi bagi warga sekolah yang menunjukkan
perubahan ke arah karakter yang dibudayakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa penerapan
pendidikan karakter melalui budaya sekolah diterapkan melalui
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
23
kesepakatan karakter apa yang ditargetkan, membangun pengertian
kepada warga sekolah, menyusun rencana, mengintegrasikan
karakter yang telah dipilih, menyosialisasikan karakter yang
disepakati, mengembangkan moto, menentukan indikator,
melakukan evaluasi dan memberikan apresiasi terhadap warga
sekolah tentang karakter yang dibudayakan.
5. Karakter Mandiri
Kemandirian harus dimiliki oleh setiap orang, khususnya peserta
didik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Seseorang yang
mandiri akan mengerjakan pekerjaan tanpa tergantung dengan orang lain
serta tidak akan lari dari tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Yaumi (2014:98) menjelaskan bahwa mandiri (independent) adalah sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas.
Yaumi (2014:100) menjelaskan bahwa karakter kemandirian
dapat dijabarkan ke dalam empat tahap sebagai berikut:
a. Mencari orang lain untuk meminta bantuan menyelesaikan
tugas tertentu.
b. Melakukan sendiri melalui arahan atau nasehat dari orang
lain.
c. Melakukan latihan sendiri secara berulang-ulang melalui
prosedur dan langkah-langkah penyelesaian.
d. Mengembangkan dan menciptakan cara lain untuk
menyelesaikan tugas dengan baik.
Rianti (2015:17-20) menyebutkan ada 4 aspek kemandirian
menurut Robert J.Havighurst, yaitu :
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
24
a. Aspek emosi
Kemampuan mengontrol emosi dan tidak selalu bergantung
pada orang tua.
b. Aspek ekonomi
Kemampuan mengatur ekonomi dan keuangan dan tidak
menggantungkan kebutuhan ekonomi pada orang tua.
c. Aspek intelektual
Kemampuan mengatasi masalah yang ada.
d. Aspek sosial
Kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan tidak
bergantung atau menunggu aksi orang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang mandiri adalah orang yang tidak mudah bergantung
dengan orang lain dalam menyelesaikan tugasnya. Mandiri berarti
berusaha memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan mengandalkan
kemampuan yang dimiliki. Terdapat 4 indikator kemandirian dalam
penelitian yang dijelaskan oleh (Yaumi, 2014 : 99) pada Tabel 2.1
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Indikator kemandirian dalam penelitian
Indikator Penjelasan
Full dependence
(ketergantungan sepenuhnya)
Mencari orang lain (orang tua, guru,
dan teman sejawat) untuk meminta
bantuan menyelesaikan tugas
tertentu.
Less dependence
(ketergantungan yang kurang)
Melakukan sendiri melalui arahan
dan nasehat orang lain.
Automatization
(otomatisasi)
Melakukan latian sendiri secara
berulang-ulang melalui prosedur dan
langkah-langkah penyelesaian.
De-automatization
(kemandirian yang sempurna)
Mengembangkan dan menciptakan
cara lain untuk menyelesaikan tugas
dengan baik.
(Yaumi, 2014 : 99)
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
25
6. Karakter Disiplin
Sikap disiplin harus dimiliki oleh setiap orang. Disiplin juga harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap disiplin sangat penting
diterapkan agar tercipta kehidupan yang lebih tertata dan damai. Menjadi
pribadi yang disiplin tidaklah mudah. Diperlukan tekad yang kuat,
kebiasaan dalam diri masing-masing individu untuk berperilaku disiplin
kapan pun dan dimana pun berada.
Wasini (2015:14) menjelaskan bahwa disiplin berasal dari
bahasa Latin, disible yang berarti pengikut. Dalam bahasa Inggris
discipline yang berarti kepatuhan atau yang menyangkut tata
tertib. Jadi disiplin dapat diartikan sebagai suatu tata tertib atau
ketaatan pada sebuah peraturan. Disiplin adalah pengontrolan diri
untuk mendorong dan mengarahkan seluruh daya dan upaya
dalam menghasilkan sesuatu tanpa ada yang menyuruh untuk
melakukan.
Orang yang disiplin dapat membuat aturan sendiri dan
menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Disiplin dalam ruang lingkup sekolah dapat dibangun
dan dikembangkan melalui aktivitas seperti mengikuti upacara bendera,
berpakaian seragam, melakukan tugas kebersihan, mengumpulkan tugas
tepat waktu dan sebagainya.
Yaumi (2014:93) menjelaskan ciri yang melambangkan karakter
adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan tujuan dan melakukan apa yang diperlukan
untuk memperolehnya.
b. Mengontrol diri sehingga dorongan tidak mempengaruhi
keseluruhan tujuan.
c. Menggambarkan apa yang akan terjadi jika telah mencapai
tujuan.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
26
d. Menghindari orang-orang yang mungkin mengalihkan
perhatian dari apa yang ingin dicapai.
e. Menetapkan rutinitas yang dapat membantu mengontrol
perilaku.
Menurut uraian dapat disimpulkan bahwa disiplin berarti tata
tertib atau aturan. Orang yang disiplin adalah orang yang dapat
mengontrol dirinya dan konsisten dalam melakukan sesuatu. Orang yang
disiplin tidak akan mudah terpengaruh oleh keadaan sekitar ketika
mengejar obsesinya. Disiplin harus diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari agar tercipta kehidupan yang lebih tertata dan damai. Terdapat 5
indikator kedisiplinan dalam penelitian yang telah dijelaskan oleh
(Yaumi, 2014:93) pada Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2
Indikator disiplin dalam penelitian
Indikator Penjelasan Mempunyai tujuan Mempunyai tujuan dan melakukan apa
yang diperlukan untuk memperolehnya.
Mengontrol diri Mampu mengontrol diri sehingga dorongan tidak mempengaruhi tujuan yang diinginkan.
Menggambarkan Menggambarkan apa yang akan terjadi jika telah mencapai tujuan.
Menghindari pengalih perhatian
Menghindari orang-orang yang tidak sejalan dengan tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai.
Menetapkan rutinitas Konsisten dalam melakukannya, mewujudkan dalam bentuk rutinitas.
(Yaumi, 2014:93)
7. Karakter Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan salah satu karakter yang perlu
ditanamkan dalam pribadi seseorang supaya menjadi pribadi baik di
dalam lingkungan bermasyarakat dan bernegara. Sikap tanggung jawab
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
27
harus selalu ada di dalam pribadi seseorang, supaya mampu menjalankan
kewajiban dengan baik.
Sugiharti (2015:15) menjelaskan bahwa tanggung jawab adalah suatu bentuk perbuatan atau perilaku dalam berbuat sesuatu yang harus dilakukan setiap orang atau setiap individu. Setiap orang pasti memiliki tanggung jawab masing-masing yang variatif dan berbeda-beda yang harus dipikul dan dikerjakan sebaik-baiknya.
Rachman, dkk dalam Yaumi (2014:114) menulis pemahaman
umum tentang tanggung jawab, sebagai berikut:
a. Tanggung jawab adalah mengerjakan tugas yang diberikan. b. Tanggung jawab adalah menjaga sesuatu. c. Tanggung jawab adalah menolong orang lain ketika mereka
membutuhkan pertolongan. d. Tanggung jawab adalah keadilan. e. Tanggung jawab adalah membantu membuat dunia menjadi
lebih baik.
Yaumi (2014:114) menjelaskan bahwa karakter seseorang yang
memiliki tanggung jawab adalah sebagai berikut:
a. Selalu mencari tugas dan pekerjaan apa yang harus segera diselesaikan.
b. Menyelesaikan tugas tanpa diminta atau disuruh untuk mengerjakannya.
c. Memahami dan menerima konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan.
d. Berpikir sebelum berbuat. e. Melakukan pekerjaan sebaik mungkin dengan hasil yang
maksimal. f. Membersihkan dan membersihkan segala sesuatu yang
digunakan setelah menggunakan sekalipun tanpa ada orang lain yang melihatnya.
g. Selalu berusaha berbuat sebaik mungkin. h. Terus berbuat dan tidak dan tidak berhenti sebelum
menyelesaikannya. i. Ikhlas berbuat karena alasan pengabdian kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah suatu
kewajiban seseorang untuk menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
28
dengan sebaik-baiknya. Orang yang bertanggung jawab berarti orang
yang siap juga menanggung segala resikonya, baik dan buruknya, segala
konsekuensinya dan segala akibat dari tanggung jawab yang
dilaksanakan. Indikator karakter tanggung jawab dijelaskan oleh
(Wasini, 2015:13) pada Tabel 2.3 sebagai berikut:
Tabel 2.3 Indikator tanggung jawab dalam penelitian
Indikator Penjelasan
Kesadaran perilaku Kesadaran dalam bertingkah laku atau berbuat yang disengaja maupun tidak disengaja.
Sikap Sikap mampu menerima keadaan dan menjalankan suatu dengan dedikasi tinggi tanpa menunda pekerjaan yang sedang dijalankan.
Konsekuensi Mau menerima konsekuensi yang ditimbulkan oleh rasa tanggung jawab yang sudah dilaksanakan.
(Wasini, 2015:13)
8. Piket
Piket kelas tentu ada pada setiap sekolah. Kamus Besar Bahasa
Indonesia menjelaskan bahwa “piket merupakan menjalankan tugas
piket”. Tugas piket dikelas dilakukan oleh kelompok piket yang bertugas
membersihkan dan merapikan tempat belajar. Piket kelas bertujuan untuk
membuat lingkungan tempat belajar menjadi bersih, rapi dan nyaman
serta terbebas dari penyakit dan membuat kelas enak dipandang. Selain
membuat kelas menjadi bersih dan nyaman, piket kelas juga dapat
meningkatkan kedisiplinan, kemandirian dan tanggung jawab siswa.
Durori (2002: 45-47) membuat sebuah model belajar mandiri
yaitu media “Tugasku Tanggung Jawabku”. Media ini difungsikan untuk
menanamkan rasa tanggung jawab pada diri peserta didik dengan cara
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
29
permainan, sehingga terasa tidak memberatkan malah justru sebaliknya.
Tugas yang dimaksud adalah tugas piket membersihkan ruang kelas
dengan tugas keliling yang berhubungan dengan materi pelajaran. Media
Tugasku tanggung jawabku tertulis nama peserta didik dalam satu kelas
yang tersusun secara vertikal dan horisontal.
Nama peserta didik yang tersusun secara vertikal akan menunjuk
kelompok belajar, sedang nama peserta didik yang tersusun horisontal
akan menunjuk regu piket. Pada media tersebut juga terdapat kartu tugas
dan buku tugas. Kegiatan ini dilaksanakan ketika pulang sekolah.
Kegiatan tugas piket memiliki beberapa indikator yang dijelaskan oleh
(Durori, 2002:45) pada Tabel 2.4 yang mana sudah diuraikan pada Tabel
2.1 Tentang kemandirian, Tabel 2.2 tentang kedisiplin , dan Tabel 2.3
tentang Tanggung jawab. Indikator tersebut akan dijelaskan pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.1
Indikator kemandirian dalam penelitian
Indikator Penjelasan
Full dependence
(ketergantungan sepenuhnya)
Mencari orang lain (orang tua, guru,
dan teman sejawat) untuk meminta
bantuan menyelesaikan tugas
tertentu.
Less dependence
(ketergantungan yang kurang)
Melakukan sendiri melalui arahan
dan nasehat orang lain.
Automatization
(otomatisasi)
Melakukan latian sendiri secara
berulang-ulang melalui prosedur dan
langkah-langkah penyelesaian.
De-automatization
(kemandirian yang sempurna)
Mengembangkan dan menciptakan
cara lain untuk menyelesaikan tugas
dengan baik.
(Yaumi, 2014 : 99)
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
30
Tabel 2.2
Indikator disiplin dalam penelitian
Indikator Penjelasan
Mempunyai tujuan Mempunyai tujuan dan melakukan apa
yang diperlukan untuk
memperolehnya.
Mengontrol diri Mampu mengontrol diri sehingga
dorongan tidak mempengaruhi tujuan
yang diinginkan.
Menggambarkan Menggambarkan apa yang akan terjadi
jika telah mencapai tujuan.
Menghindari pengalih
perhatian
Menghindari orang-orang yang tidak
sejalan dengan tujuan atau cita-cita
yang hendak dicapai.
Menetapkan rutinitas Konsisten dalam melakukannya,
mewujudkan dalam bentuk rutinitas.
(Yaumi, 2014:93)
Tabel 2.3
Indikator tanggung jawab dalam penelitian
Indikator Penjelasan
Kesadaran perilaku Kesadaran dalam bertingkah laku atau berbuat
yang disengaja maupun tidak disengaja.
Sikap Sikap mampu menerima keadaan dan
menjalankan suatu dengan dedikasi tinggi
tanpa menunda pekerjaan yang sedang
dijalankan.
Konsekuensi Mau menerima konsekuensi yang ditimbulkan
oleh rasa tanggung jawab yang sudah
dilaksanakan.
(Wasini, 2015:13)
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
31
Tabel 2.4
Indikator tugas piket dalam penelitian
Indikator Penjelasan
Melaksanakan tugas piket Melaksanakan tugas piket sesuai dengan
tugas yang diberikan. Misalnya menyapu,
membersihkan jendela, membuang
sampah, merapikan meja guru, merapikan
meja dan kursi dsb.
Perangkat piket Adanya perangkat piket di kelas yang
menunjang pembiasaan tugas piket.
Disiplin Melaksanakan dengan tepat waktu.
Mandiri Melaksanakan sendiri sesuai dengan
pembagian tugas.
Tanggung jawab Menerima dan melaksanakan sebagai
kewajiban serta menerima konsekuensi
apabila tidak melaksanakan dengan baik.
(Durori, 2002:45)
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang pendidikan karakter telah dilakukan
dalam berbagai bentuk penelitian, diantaranya penelitian oleh:
1. Kamaruddin SA (2012) tentang “Character Education and Student
Social Behavior” yang menjelaskan bahwa pendidikan karakter
seharusnya sudah diterapkan pada lingkungan formal maupun informal.
Hal ini dimaksudkan pendidikan karakter sebagai salah satu ide
pendukung atau follow up sebuah model aktivitas yang mana akan
mengacu pada kebaikan tingkah laku sosial siswa. Pendidikan karakter
juga merupakan pondasi utama bagi semua negara. Berdasarkan
penelitian tersebut bahwa sekolah
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
32
2. Lukman Abu, Mahani Mokhtar, Zainudin Hassan & Siti Zakiah
Darmanita Suhan. (2015) berisi tentang “How to Develop Character
Education of Madrassa Students in Indonesia” Dalam dekade terakhir,
para guru dikritik karena gagal untuk mengintegrasikan pengetahuan
dalam perilaku kebajikan. Oleh karena itu pendidikan karakter selalu
dipertimbangkan dalam setiap pendidikan desain, termasuk di madrasah.
Pendidikan karakter adalah upaya sengaja untuk mempengaruhi perilaku
siswa melalui menyesuaikan berkali-kali. Penyesuaian berkali-kali
tersebut dapat bedampak adanya kejahatan. Penelitian ini difokuskan
pada pendekatan karakter pendidikan di madrasah.
3. Aynur Pala (2011) tentang “The Need For Character Education” berisi
tentang pendidikan karakter sebagai gerakan nasional menciptakan
sekolah yang membina etika,bertanggung jawab dan peduli orang-orang
muda dengan pemodelan dan mengajar karakter yang baik melalui
penekanan pada nilai-nilai universal proaktif upaya sekolah, kabupaten
dan negara untuk menanamkan pada siswa mereka, nilai-nilai etika inti
seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan
menghormati diri dan orang lain. karakter yang baik tidak terbentuk
secara otomatis, itu dikembangkan dari waktu ke waktu melalui proses
berkelanjutan mengajar, misalnya, belajar dan praktek. Hal ini
dikembangkan melalui pendidikan karakter. Ajaran disengaja karakter
yang baik adalah sangat penting dalam masyarakat saat ini karena wajah
muda banyak kesempatan kami dan bahaya tidak diketahui generasi
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017
33
sebelumnya. Mereka dibombardir dengan banyak lagi pengaruh negatif
melalui media dan sumber eksternal lainnya lazim di budaya hari ini.
Pendekatan yang komprehensif untuk pendidikan karakter digunakan,
budaya moral yang positif dibuat di sekolah lingkungan sekolah yang
mendukung nilai-nilai yang diajarkan di kelas.
Berdasarkan ketiga penelitian diatas bahwa sangat penting
menerapkan pendidikan karakter sebagai pondasi peserta menjalankan
kehidupan. Pendidikan karakter menjadi hal yang sangat penting untuk
membentuk perilaku yang baik sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
di masyarakat, bangsa dan negara.
Penguatan Pendidikan Karakter…, Septi Nugraheni, FKIP, UMP, 2017