Post on 01-Feb-2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan. Dewasa ini masalah pendidikan di Indonesia merupakan salah
satu masalah yang menjadi sorotan dari berbagai pihak baik dari masyarakat,
Departemen Pendidikan maupun Departemen lainnya. Perhatian tersebut
sudah selayaknya, karena sektor pendidikan merupakan sektor yang paling
dominan dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, yang
merupakan obyek sekaligus subyek dalam pembangunan nasional.
Semua kita mengetahui bahwa proses belajar mengajar merupakan
kegiatan sosial. Dalam dunia pendidikan saat ini kita dihadapkan pada
masalah yang lebih kompleks dimana sumber daya manusia yang berkualitas
dan mampu menghadapi tantangan zaman yang akan dapat bertahan. Pada
kenyataannya semua bidang keilmuan maupun sektor kehidupan kita selalu
dihadapkan kepada masalah-masalah yang memerlukan Matematika sebagai
pemecahannya.
Matematika sebagai alat bantu dan pelayan ilmu tidak hanya untuk
Matematika sendiri tetapi juga untuk ilmu-ilmu lainnya, baik untuk
kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis sebagai aplikasi dari
Matematika. Akan tetapi kenyataan lain menunjukkan bahwa rendahnya mutu
2
pendidikan terutama pendidikan Matematika di SD, SMP, dan SMA adalah
masih banyak siswa cenderung kurang menggemari pelajaran Matematika
bahkan mereka cenderung tidak tertarik belajar Matematika.
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan
perhatian siswa dalam belajar. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya
dengan sifat-sifat murid, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan
bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan
minatnya.
Anak didik yang memiliki minat dan keingintahuan yang kurang untuk
menekuni pelajaran Matematika akan kesulitan dalam belajar Matematika. Hal
ini ditandai dengan masih rendahnya hasil belajar yang dicapai.
Pada dasarnya secara invidual manusia itu berbeda-beda, demikian
pula dalam memahami konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tingkatan-
tingkatan belajar yang berbeda. Namun suatu keyakinan bahwa anak belajar
melalui dunia nyata dan dengan memanipulasikan benda-benda nyata sebagai
perantara. Bahkan tidak sedikit pula orang dewasa yang umumnya sudah
memahami konsep abstrak, tetapi pada situasi-situasi tertentu masih
memerlukan benda-benda perantara.
Pada hakekatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses
komunikasi antara guru dan siswa. Pada prakteknya mentransfer
pengetahuan, pengalaman dan gagasan (ide) guru ke siswa atau dari siswa ke
siswa yang lain tidaklah mudah. Kegiatan ini sangat tergantung pada
kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya, ketidak
3
lancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru.
Untuk membuat apa yang di komunikasikan tidak menimbulkan
kebingungan, salah pengertian atau mungkin salah konsep maka dari itu
dipikirkan cara-cara komunikasi yang efektif agar pengetahuan, pengalaman
dan gagasan yang dikomunikasikan dapat ditangkap, dicerna dan dipahami
oleh orang lain.
Komunikasi memegang penting dalam pengajaran. Proses komunikasi
selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan
majunya ilmu pengetahuan. Kemajuan teknologi dan pengetahuan sangat
berpengaruh terhadap proses pendidikan dan pengajaran. Dalam komunikasi
sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi
tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya
kecenderungan verbalisme. Agar komunikasi antara guru dan siswa
berlangsung baik dan informasi yang disampaikan dapat diterima siswa, salah
satu usaha yang dilakukan dengan menggunakan media pengajaran.
Media pengajaran sebagai perantara dalam rangka memperlancar
pencapaian tujuan dari pelaksanaan pendidikan disekolah. Media pengajaran
harus yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada dirinya. Penggunaaan media secara kreatif akan
memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat
meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
4
Media pengajaran yang digunakan berupa peralatan yang efektif yaitu alat
peraga.
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan
fakta, konsep prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkrit.
Tanpa alat sukar rasanya dipercaya untur tercapainya tujuan yang diharapkan
disuatu lembaga pendidikan. Dalam kegiatan interaksi edukatif biasanya
dipergunakan alat nonmaterial dan alat material. Alat nonmaterial berupa
suruhan, perintah, larangan, nasihat dan sebagainya. Sedangkan alat material
atau alat bantu pengajaran berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar,
diagram, lukisan, slide, video dan sebagainya.
Rendahnya mutu pendidikan Matematika tentunya menjadi bahan
kajian banyak pihak, dan dicari faktor-faktor penyebab rendahnya mutu
pendidkan Matematika. Masalah-masalah yang menjadi penyebab bukan saja
dari faktor eksternal tetapi dari faktor internal yang lebih sulit diatasi. Faktor
eksternal berada diluar dirinya dan bersumber pada tiga lingkungan utama
yaitu, lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam proses pendidikan di sekolah dan lingkungan sekolah seperti
guru, faktor alat, kondisi gedung, kurikulum, waktu sekolah dan disiplin
kurang merupakan variabel-variabel yang dominan terhadap pencapaian hasil
belajar siswa. Sedangakan faktor internal meliputi bakat, intelegensi, minat,
motivasi, kesehatan mental dan tipe khusus seorang pelajar.
5
Kita mengetahui bahwa minat dari setiap individu berbeda-beda
namun bila kita berusaha mencari dan mengetahuainya kita dapat membantu
anak dalam setiap permasalahan yang dihadapinya.
Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kita dapat memahami,
mengenal karakteristik yang dimilikinya sehingga kita tahu bagaimana cara
mempengaruhinya.
Jika minat siswa dapat dibangkitkan untuk kemudian seluruh
perhatiannya dapat dipusatkan kepada bahan pelajaran yang diberikan oleh
guru, maka keadaan kelas menjadi tenang sebab siswa tidak mempunyai
kesempatan melakukan hal-hal yang melanggar ketertiban kelas. Maka
pelajaran dapat berlangsung dengan baik, mudah diterima dan dimengerti oleh
siswa yang selanjutnya disimpan dan dingat dan pada waktunya mudah pula
disimak untuk ditimbulkan kembali. Minat yang tinggi terhadap suatu
pelajaran memungkinkan siswa memberikan perhatian terhadap mata
pelajaran itu, sehingga memperoleh hasil belajar yang tinggi sebagai akibat
dari ketertarikan siswa terhadap suatu mata pelajaran.
Sebagian besar siswa cenderung tidak menyukai Matematika karena
merasa sulit mempelajari Matematika. Maka untuk mengatasinya salah
satunya dengan menggunakann alat peraga dalam belajar Matematika,
sehingga siswa jadi lebih tertarik dan berminat untuk mempelajari
Matematika.
Dari uraian diatas terlihat bahwa penggunaan alat peraga dan minat
memberi pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sehingga diharapkan dapat
6
mengatasi masalah prestasi belajar yang masih rendah khususnya hasil belajar
Matematika.
Dengan hal tersebut mendorong penulis untuk membuat penelitian
apakah ada pengaruh minat siswa dan penggunaan alat peraga dengan hasil
belajar Matematika pada siswa kelas V SDN Gandaria Selatan 01 Pagi Jakarta
Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas maka timbul
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Penggunaan alat peraga terhadap pelajaran Matematika dengan hasil
belajar Matematika besar pengaruhnya.
2. Siswa cenderung memiliki minat yang tinggi dan rendah terhadap
pelajaran Matematika.
3. Minat siswa pada pelajaran Matematika berpengaruh terhadap hasil belajar
Matematika siswa.
4. Siswa yang berminat terhadap pelajaran Matematika dipastikan hasil
belajar Matematikanya tinggi.
C. Pembatasan Masalah
Agar lebih terarah dan sesuai dengan tujuannya maka penulisan ini
dibatasi mengenai pengaruh minat siswa dan penggunaan alat peraga terhadap
7
hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SDN Gandaria Selatan 01 Pagi
Jakarta Selatan.
D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat penulis simpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Adanya pengaruh yang positif antara penggunaan alat peraga pada
pelajaran Matematika dengan hasil belajar Matematika siswa
2. Adanya pengaruh yang positif antara minat siswa pelajaran Matematika
dengan hasil belajar Matematika siswa
3. Adanya pengaruh penggunaan alat peraga dan minat siswa pada
pelajaran Matematika dengan hasil belajar Matematika pada siswa
E. Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih jelas dan terarah, perlu
ditetapkan terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis fakta empiris dan informasi tentang:
1. Untuk menentukan adanya pengaruh yang positif antara penggunaan alat
peraga pada pelajaran Matematika dengan hasil belajar Matematika siswa.
2. Untuk menentukan adanya pengaruh positif antara minat siswa pada
pelajaran Matematika dengan hasil belajar Matematika.
8
3. Untuk menentukan adanya pengaruh yang positif penggunaan alat peraga
dan minat siswa pada pelajaran Matematika dengan hasil belajar
Matematika.
F. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian yang Penulis lakukan berdasarkan permasalahan yang telah
dirumuskan, dianalisa hasilnya maka harapan Penulis ini bermanfaat bagi:
1. Sekolah, dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk peningkatan prestasi
siswa-siswi khususnya dan peningkatan pembangunan pendidikan dan
pengajaran pada umumnya.
2. Bagi kepala sekolah, dapat dijadikan kajian untuk lebih meningkatkan lagi
sarana dan prasarana sekolah khususnya dalam penyediaan media
pengajaran.
3. Bagi guru, dapat dijadikan kajian untuk memilih alat peraga yang tepat,
efektif dan efisien guna meningkatkan prestasi peserta didik.
4. Bagi siswa, dapat mendorong siswa untuk lebih giat dan menyenangi
pelajaran Matematika serta minat siswa untuk belajar Matematika lebih
lanjut.
G. Sistematika Penulisan
Sistematuka penulisan skripsi diuraikan dalam 5 bab yaitu: Pendahuluan,
Landasan Teori dan Telaah Kepustakaan, Metodologi Penelitian, Hasil Analisis
9
Data dan Pembahasan serta Penutup. Masing-masing bab terdiri dari beberapa
sub bab sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Indetifikasi
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian
dan Sistematika Penelitian.
Bab II : Landasan Teori dan Telaah Kepustakaan yang terbagi atas tiga sub
bab yaitu Landasan Teori, Kerangka Berpikir dan Perumusan
Hipotesis.
Bab III : Metodologi Penelitian, yang terdiri dari Tempat dan Waktu
Penelitian, Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel
Penelitian dan Sumber Data ,Instrumen Penelitian dan Teknik
Analisis Persyaratan Data.
Bab IV : Hasil Analisis Data dan Pembahasan, yang terdiri atas deskripsi
Analisis Persyaratan Data, Pengujian Hipotesis, Interpretasi Hasil
Penelitian.
Bab V : Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
Daftar Pustaka
10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TELAAH KEPUSTAKAAN
A. Landasan Teori
1. Hakekat Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Tanpa disadari dalam kehidupan setiap individu di awali dengan belajar,
mulai dari lahir hingga dewasa sesuai dengan kebutuhan. Tapi apa
sebenarnya definisi belajar? Belajar adalah merupakan kegiatan yang
dialami oleh setiap manusia dalam hidupnya. Banyak pendapat yang
mengemukakan definisi belajar yaitu:
Cronbach menyatakan belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan
mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan
pancainderanya.(Sumadi Suryabrata, 2002:231.). Secara tradisional belajar
dianggap sebagai usaha untuk menambah pengetahuan (S. Nasution, 1995).
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
11
Herman Hudojo (1988) menyatakan “Belajar adalah suatu proses
mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman”.
Slameto (2003) menyatakan, ”Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkunngannya”. Mouly menyatakan, belajar pada hakikatnya
adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman.
Kimble dan Germez menyatakan, bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relative permanent, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-
latihan.
Nana Sudjana (1989) menyatakan, Belajar adalah proses aktif.
Belajar adalah proses merealisi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan kepada suatu tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,
mengamati memahami sesuatu yang dipelajari.
Ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan
belajar sebagai berikut: Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah
laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik Oemar, 1975).
Winarno (1980:21) menyatakan, ”Belajar adalah proses perubahan
dalam diri manusia”, berarti belajar ditandai dengan adanya
12
perubahan”melalui suatu proses, dan proses itu berlangsung artinya
sepanjang hayatnya manusia akan mengalami proses belajar yang
menyangkut seluruh aspek manusia.
Agoes (1981:22) menyatakan, ”Belajar adalah proses perjuangan
hidup manusia dalam usahanya mencapai cita-cita sesuai dengan falsafah
hidupnya”.
Robet M. Gagne (http:/artikel.us/art 05-65.html;2004;1) berpendapat
bahwa “ belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia mengubah
tingkah laku secara permanent, sedemikian sehingga perubahan yang sama
tidak akan terjadi pada keadaan yang baru’.
Ngalim Purwanto (http:/artikel.us/art 05-65.html;2004;2) berpendapat
bahwa “belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
Pendapat Gagne yang dikutip Dimyati, Mudjiono (2002:8)
menyatakan “Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah
sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi
kapabilitas baru.”
Pendapat Skinner yang dikutip Dimyati, Mudjiono (2002:9)
menyatakan “Belajar adalah suatu prilaku dimana orang merespon menjadi
lebih baik dan sebaliknya pada saat orang tidak belajar maka responya turun.
Pendapat Bloom yang dikutip Dimyati, Mudjiono (2002:13)
menyatakan, “Belajar adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan
13
kemampuan kognotif, efektif dan psikomotorik dimana hal ini berkaitan
dengan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Pendapat Burton yang dikutip Uzer Usman (2002:5) menyatakan,
“Learning is a change in the individual due to instruction of that individual
and his environment, wich fells a need and makes him more capable of
dealing adequately with his environment,” (W.H. Burton, The Guidance of
Learning Activities, 1944). Dalam pengertian ini terdapat kata change atau
“perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses
belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya.
T. Raka Joni (1977:7) yang dikutip Dewa Ketut Sukardi (1983:15)
menyatakan, “Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses
menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang instinktif atau yang
bersifat temporer…….”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu perubahan dari tingkah laku pada diri seseorang yang berasal
dari pengetahuannya untuk mampu menerima stimulus dari lingkungannya
yang dilatih dari pengalaman secara menerus sepanjang hidupnya.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan
belajar.
14
Benjamin S Bloom (1966:7) mengemukakan, ada tiga ranah (domain)
hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
A.J Romiswki (1981:217) mengemukakan bahwa, “Hasil belajar
merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan
(input).”
John M. Keller (1983) mengemukakan bahwa, “Hasil belajar adalah
keluaran dari suatu pemprosesan berbagai masukan yang berupa informasi.”
Hasil belajar merupakan fungsi dari masukan pribadi dan masukan
yang berasal dari lingkungan. Hasil belajar adalah prestasi aktual yang
ditampilkan oleh anak.
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar mendefinisikan, “Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”
R. Gagne mengemukakan bahwa hasil belajar harus didasarkan pada
pengamatan tingkah laku, melalui stimulus respon dan hasil belajar
bersyarat. (Sudjana, 1989:213 ).
Sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar
adalah terjadinya perubahan perilaku tersebut misalnya dapat berupa; dan
tidak tahu sama sekali menjadi samar-samar, dan kurang mengerti menjadi
mengerti, dan tidak biasa menjadi terampil dan anak pembangkang menjadi
penurut, dan pembohong menjadi jujur, dan kurang takwa menjadi takwa,
dan lain-lain.
15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses pembelajaran diri sendiri
dan pengaruh lingkungan, baik perubahan kognitif, afektif maupun
psikomotor dalam diri siswa.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak sekali
hal-hal atau faktor-faktor. Faktor internal, yang menyangkut seluruh diri
pribadi dan faktor eksternal, yang bersumber dari luar individu yang
bersangkutan. Untuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan kliasifikasi
(Sumadi Suryabrata, 2002:233):
1. Faktor-faktor yang Berasal Dari Luar Diri
a). Faktor-faktor Non-Sosial Dalam Belajar
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga terbilang jumlahnya,
seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang,
ataupun malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai
untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan
sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran). Letak sekolah atau
belajar tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan
itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan
sekolah.
16
b). Faktor-faktor Sosial Dalam Belajar
Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang
belajar, banyak kali mengganggu belajar
2. Faktor-faktor yang Berasal Dari Dalam Diri
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosal di sini adlah faktor
manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun
kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.
3. Faktor-faktor Fisiologi Dalam Belajar
Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat dibedakan lagi menjadi dua
macam, yaitu:
1). Keadaan Tonus Jasmani Pada Umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar
belakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain
pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang sehat; keadaan jasmani
yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Dalam hubungan
dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan.
(1). Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan
mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat
berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya
(2). Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar.
2). Keadaan Fungsi-fungsi Jasmani Tertentu Terutama Fungsi-fungsi
Pancaindera
17
Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan
pancainderanya. Baiknya berfungsinya panca indera merupakan syarat
dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan
dewasa ini diantara panca indera itu yang paling memegang peranan dalam
belajar adalah mata dan telinga.
b). Faktor-faktor Psikologi Dalam Belajar
Sumadi Suryabrata (200:236) mengatakan bahwa hal yang mendorong
seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:
- adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
- adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
selalu maju;
- adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman-teman;
- adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;
- adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;
- adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
Sumadi Suryabrata (2002:237) mengemukakan motif-motif untuk
belajar itu ialah:
- adanya kebutuhan fisik;
- adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran;
- adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan
dengan orang lain;
18
- adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyaratak;
- sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri.
d. Pengertian Matematika
Matematika adalah terjemahan dari Mathematics. Matematika lebih
dari pada aritmetika, yakni ilmu tentang kalkulasi / perhitungan. Ia lebih
dari pada aljabar, yang merupakan bahasan lambing, operasi dan relasi
Namun arti atau definisi yang tepat dari matematik tidak dapat diterapkan
secara eksak (pasti) dan singkat
Matematika adalah cara/metode berpikir dan bernalar. Matematika dapat
digunakan untuk memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau
paling sedikit ada kemungkinan benar.
Matematika adalah suatu medan eksplorasi dan penemuan, di situ
setiap hari ide-ide baru diketemukan. Matematika adalah cara berpikir yang
digunakan untuk memecahkan semua jenis persoalan di dalam sains,
pemerintah, dan industri. Ia adalah bahasa lambang yang dipahami oleh
semua bangsa berbudaya di dunia.
Ada baiknya kita lihat beberapa pendapat para ahli tentang
Matematika yang
Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian matematika yang
dikutip E. T Ruseffendi (Materi Pokok Pendidikan Matematika III, 1994)
antara lain :
19
Johnson dan Myklebust (1967:244) menyatakan bahwa, Matematika
adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedang fungsi teoritisnya
adalah untuk memudahkan berpikir.
Lerner (1988:430) menyatakan bahwa, Matematika disamping sebagai
bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal, yang memungkinkan
manuasia memikirkan, mencatat, dan mengkonsumsikan ide mengenai
elemen dan kuantitas.
Kline (1981:172)menyatakan bahwa, Matematika merupakan bahasa
simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi
juga tidak melupakan cara bernalar induktif.
Paling (1982:1) menyatakan bahwa, Matematika adalah suatu cara
menemukan jawaban terhadap suatu masalah yang dihadapi manusia; suatu
cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk
dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung.
James (Depdiknas-“120) menyatakan ” Bahwa Matematika adalah
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep
berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam
tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Secara etimologis istilah Matematika berasal dari kata yang artinya
bertalian dengan ilmu pengetahuan. Berbagai pendapat muncul tentang
pengertian Matematika, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman
masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa Matematika adalah bahasa
20
simbol, bahasa numerik serta bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur,
majemuk dan emosional, Matematika adalah metode berfikir logis,
Matematika adalah sarana berfikir logika pada masa dewasa. Matematika
adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya.
Johnson dan Rising (1972) menyatakan, Matematika adalah pola pikir,
pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, Matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas
dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa
symbol mengenai ide (gagasan) dari pada mengenai bunyi; Matematika
adalah pengetahuan struktur yang terorganisasika sifat-sifat atau teori-teori
itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang
didefinisikan atau tidak didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau
teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya; Matematika adalah ilmu
tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan Matematika itu adalah suatu
seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya. Jadi
menurut Johnson dan Rising, jelas bahwa Matematika adalah ilmu deduktif.
Reys at.al (1984) menyatakan bahwa Matematika adalah telaah
tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu
bahasa, dan suatu alat.
Kline (1973) menyatakan, bahwa Matematika itu bukanlah
pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
adanya Matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi, dan alam.
21
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Matematika itu timbul karena
pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan
penalaran yang terbagi menjadi empat wawasan yang luas, yaitu aritmatika,
aljabar, geometri dan analisis, dengan aritmatika mencakup teori bilangan
dan statistk.
Matematika selain sebagai seni, kadang-kala Matematika itu disebut
ratunya ilmu (Mathematics is the Queen of Science), artinya antara lain
bahwa Matematika adalah bahasa yang tidak tergantung pada bidang studi
lain yang menggunakan simbol dan istilah yang cermat yang disepakati
secara universal sehingga mudah dipahami; kemudian merupakan ilmu
deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada contoh-
contoh, observasi, eksperimen tetapi generalisasinya didasarkan pada
pembuktian deduktif; kemudian struktur yang terorganisasikan; dan
Matematika sebagai pelayan ilmu.
Dengan demikian dikatakan Matematika adalah suatu medan
eksplorasi dalam pola pikir yang digunakan untuk memecahkan jenis
persoalan dalam ilmu pengetahuan dan menentukan kebenaran dalam ide-
ide yang mungkin bersifat kabur.
22
2. Hakekat Minat Siswa
a. Pengertian Minat
Berminat terhadap sesuatu itu mungkin karena melihat kegunaannya,
karena senang atau karena menarik perhatian. Mengingat pentingnya minat
dalam belajar banyak pendapat para ahli tentang minat.
Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.
Menurut A. Mursad at.al yang dikutip Saiful Bahri (2000:60)
menyatakan, minat adalah “kesadaran seseorang bahwa suatu obyek
seseorang atau soal, atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”.
Whitherington (1984:135) menyatakan, “Minat merupakan sesuatu
serta akibat dari perhatian”. W.S Winkel (1999:188) menyatakan bahwa,
“Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk
merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu (Abdul
Rahman Shaleh, 2004).
Pendapat William James (1890) yang dikutip Uzer Usman (2002: 27),
melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan
derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif merupakan faktor yang
menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
Pendapat Ovide Decroly (1871-1932) yang dikutip Uzer Usman
(2002: 27), mendasarkan sistem pendidikannya pada pusat minat yang pada
umumnya dimiliki oleh setiap orang, yaitu minat terhadap makanan,
perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah),
mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerja
23
sama dalam olah raga. Perhatian ada 2 macam yaitu perhatian terpusat yang
hanya tertuju pada satu obyek. Dan perhatian terbagi yaitu penilaian yang
tertuju pada berbagai hal/obyek secara sekaligus.
b. Faktor Timbulnya Minat
Pendapat Crow and Crow (1973) yang dikutip Abdul Rahman Shaleh
(2004) berpendapat ada tiga factor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:
a. Dorongan dari dalam diri individu, msal dorongan untuk makan, ingin tahu
seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja
atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-
lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat
untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan lain-
lain. Dorongan seks akan membangkitkan minat untuk menjalin hubungan
dengan lawan jenis, minat terhadap pakaian dan kosmetik, dan lain-lain.
b. Motif social, dapat menjadi factor yang membangkitkan minat untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian
timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian
orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul
karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat karena biasanya yang
memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat
kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
c. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi.
Bila seseorang mendapat kesuksesan pada aktifitas akan menimbulkan
24
perasaan senang dan hal tersebut akan memperluas minat terhadap aktifitas
tersebut. Sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap
hal tersebut.
Dua hal yang perlu diperhatikan tentang minat. Pertama yaitu minat
pembawaan, minat ini muncul dengan tidak diperngaruhi oleh factor-faktor
lain, baik kebutuhan maupun lingkungan. Biasanya minat ini muncul
berdasarkan bakat yang ada. Kedua, yaitu minat yang muncul karena adanya
pengaruh luar. Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh-
pengaruh seperti lingkungan dan kebutuhan.
Tidak adanya seseorang anak terdapat suatu pelajaran akan timbul
kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai
dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan
kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan
problema pada dirinya.
Mursell dalam bukunya Successful Teaching, memberikan suatu
klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran kepada
siswa. Ia mengemukakan 2 macam minat yang diantaranya ialah bahwa
anak minat terhadap belajar.
Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari cara
anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis
miring tidaknya dalam pelajaran itu. Tanda-tanda itu dapat dilihat dan dapat
menemukan apakah sebab kesulitan belajarnya disebabkan karena tidak
adanya minat atau oleh sebab lain.
25
Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang.
Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat
seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa
minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Individu mempunyai kecenderungan untuk menghubungkan diri
dengan lingkungannya. Jika individu itu menemukan suatu obyek maka
individu menaruh minat terhadap obyek itu dan menyebabkan individu itu
akan berhubungan secara aktif dengan obyek yang menariknya. Minat dan
kelakuan berhubungan erat, dapat dikatakan bahwa kelakuan ditentukan
oleh minat.
Minat memuaskan kebutuhan dalam kehidupan anak, semakin kuat
kebutuhan ini maka makin kuat dan bertahan pada minat tersebut. Dan
semakin sering minat itu diekspresikan dalam kegiatan maka semakin
kuatlah minat itu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat terhadap Matematika
adalah ketertarikan siswa terhadap Matematika didasarkan pada
kegunaannya yang diperlukan untuk kebutuhan dalam dirinya. Semakin kuat
kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan minat itu. Sehingga semakin
sering minat itu diekspresikan maka semakin kuatlah dia.
26
3. Hakekat Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA)
adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu
memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan
mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Banyak para ahli
mendefinisikan alat peraga.
E.T.Ruseffendi (1994:229), Alat peraga, yaitu alat untuk menerangkan
atau mewujudkan konsep Matematika. Benda-benda itu misalnya batu-
batuan dan kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan; kubus
(bendanya) untuk menjelaskan konsep titik, ruas garis, daerah bujur
sangkar, dan wujud dari kubus itu sendiri; benda-benda bidang beraturan
untuk menerangkan konsep pecahan; benda-benda seperti cincin, gelang,
permukaan gelas, dan sebagainya untuk menerangkan konsep lingkaran dan
sebagainya.
Aristo Rohadi (2003:10), Alat peraga adalah alat (benda) yang
digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur
tertentu agat tampak lebih nyata atau konkrit.
I.L.Pasaribu, B.simanjuntak (1983:35), Alat peraga yaitu alat untuk
membantu pengajar menyampaikan pengetahuan dan mengalihkan
keterampilan.
Wens Tanlain, at.al. (1989:51) menyatakan, bahwa perbuatan
mendidik berlangsung dengan menggunakan alat pendidikan. Alat
27
pendidikan merupakan factor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan
demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan factor-faktor
pendidikan lainnya seperti guru, anak didik, tujuan, dan lingkungan, dapat
menjadi alat pendidikan bilaman digunakan dan direncanakan dalam
perbuatan atau tindakan mendidik. ( Syaiful Bahri Djamarah, 2005:184).
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari medium yang secara karafiah berarti perantara atau pengantar. Makna
umumnya adalah, segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dan
sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat
popular dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya
juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam
proses pembelajaran disebut media pembelajaran. (M. Basyiruddin,
2002:18).
Sudirman, at.al, yang dikutip Moh. Uzer Usman (2002: )
mengistilahkan alat bantu ini dengan perkataan “media.” Jadi, media yang
disebutkan Sudirman ini sebenarnya pula dipahami tidak lain adalah alat
bantu pendidikan.
Alat peraga untuk menerangkan konsep Matematika itu dapat berupa
benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau diagramnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat
(benda) yang digunakan untuk menyampaikan pengetahuan, fakta, konsep,
prinsip kepada siswa agar lebih nyata atau konkrit.
28
b. Fungsi penggunaan alat peraga
Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam
pengajaran Matematika, di antaranya:
1). Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti
pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari
Matematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik
dan bersilap positif terhadap pengajaran Matematika.
2). Dengan disajikannya konsep abstrak Matematika dalam bentuk
konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih
mudah memahami dan mengerti.
3). Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak
membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri
ruang, sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda nyatanya
akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam belajarnya.
4). Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan
benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam
sekitar dan masyarakat.
5). Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu
dalam bentuk model Matematika dapat dijadikan objek penelitian dan
dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi
baru.
29
c. Macam-macam Alat Bantu
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru mengakui bahwa bila
hanya alat pendidikan yang dijadikan andalan untuk membina anak didik di
sekolah tentu akan ditemui beberapa kendala. Hal ini menyadarkan guru
untuk merelakan diri menggunakan alat Bantu pendidikan sebagai mitra
dalam proses pembelajaran di sekolah.
Keyakinan akan kemampuan alat bantu pendidikan inilah akhirnya
membuat para ahli psikologi dan pendidikan memikirkannya untuk
membuat seperangkat alat Bantu pendidikan dan pengajaran menghasilkan
klasifikasi alat bantu pendidkan. Sudirman, at.al, yang dikutip Moh. Uzer
Usman (2002: ) mengistilahkan alat bantu ini dengan perkataan “media”.
Jadi, media yang disebutkan Sudirman ini sebenarnya pula dipahami tidak
lain adalah alat bantu pendidikan.
Lebih jelas mengenai bentuk dan alat bantu pendidikan ini pendapat
Sudirman, at.al, yang dikutip Moh. Uzer Usman (2002: ) perlu diketahui,
karena klasifikasi yang mereka kemukakan cukup dalam. Klasifikasi mereka
dimaksud adalah:
1). Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
a. Media audatif; yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan audio. Media ini
tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam
pendengaran.
30
b. Media visual; yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip
(film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan.
Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang
bergerak seperti film bisu, film kartun.
c. Media audio-visual; yaitu media yang mempunyai unsur suara dan
unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik
karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini
dibagi lagi ke dalam (a) audio-visual diam, yaitu media yang
menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound
slides), film rangkai suara, cetak suara, dan (b) audio-visual gerak, yaitu
media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak
seperti film suara dan video-cassette.
Pembagian lain dari media ini adalah (a) audio-visual murni, yaitu baik
unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film,
video cassette, dan (b) audio-visual tidak murni, yaitu yang unsur suara
dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya flm
bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slide projector dan
unsur suaranya berasal dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film
strip suara dan cetak suara.
2). Dilihat dari daya liputnya, media dibagi ke dalam:
a. Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak. Penggunaan
media tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta menjangkau jumlah
31
anak didik dalam waktu yang sama. Contoh media ini ialah radio dan
televisi.
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat,
yaitu media yang dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan
tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus
menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c. Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram dan
pengajaran melalui computer.
3). Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media dibagi ke dalam:
a. Media yang sederhana, yaitu media yang bahan dasarnya mudah
diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan
penggunaannya tidak sulit.
b. Media yang kompleks, yaitu media yang bahan dan alat pembuatannya
sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan
penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
c. Apa pun bentuk dan jenis alat bantu (media) pendidikan itu tidak lain
adalah sebagai pelengkap, sebagai pembantu memeprmudah usaha
mencapai tujuan, dan sebagai tujuan.
32
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara penggunaan alat peraga dengan hasil belajar
Matematika
Dalam deskripsi teori antara lain dijelaskan bahwa:
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk
memperagakan fakta, konsep atau prinsip tertentu agar tampak lebih nyata
atau konkrit.
Dengan menggunakan alat peraga manfaat kegunaan yang berupa
penyampaian materi dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih
jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisien
dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, dapat
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar,
merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif, dapat membuat
materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit, informasi pelajaran
yang disajikan dengan alat peraga yang tepat akan memberikan kesan
mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.
Pengaruh penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran
dimungkinkan terjadi perbedaan antara yang menggunakan alat peraga dan
tidak menggunakan alat peraga. Hal ini mungkin dapat terjadi karena
kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang menggunakan alat
peraga dan tidak mengunakan alat peraga berbeda. Hal ini akan berpengaruh
kepada hasil belajar Matematika siswa.
33
Dengan demikian, keberhasilan siswa untuk mencapai hasil belajar
Matematika, sangat didukung oleh penggunaan alat peraga.
2. Hubungan antara minat siswa dengan hasil belajar Matematika
Berdasarkan uraian teoritik diatas, maka dapat dibangun kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Minat adalah ketertarikan seseorang terhadap sesuatu yang dilihatnya
atau yang dikerjakannya berdasarkan kegunaannya untuk kebutuhan dalam
dirinya.
Minat adalah “kesadaran seseorang bahwa suatu obyek seseorang
atau soal, atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya” (Saiful
Bahri, 2000: 60).
Bila anak yang memilki minat selalu tertarik terhadap sesuatu yang
dapat bermanfaat bagi dirinya maka dia itu cenderung orang yang terbuka
dan mau berusaha mencoba mencari sesuatu yang dapat bermanfaat. Dengan
seseorang memiliki minat maka guru dalam penyampain pelajaran akan
lebih mudah dan mempercepat penyerapan ilmu oleh anak.
Pengaruh minat terhadap hasil belajar dimungkinkan terjadi
perbedaan antara yang memiliki minat terhadap pelajaran tertentu dengan
yang tidak memiliki minat terhadap pelajaran tertentu khususnya
Matematika. Hal ini mungkin dapat terjadi karena kemampuan siswa dalam
menyerap materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya dan yang tidak
34
berminat sama sekali dengan pelajaran berbeda. Ini akan berpengaruh
kepada hasil belajar Matematika siswa.
Dengan demikian, keberhasilan siswa untuk mencapai hasil belajar
Matematika, sangat didukung oleh minat siswa.
2. Hubungan antara penggunaan alat peraga dan minat siswa dengan
hasil belajar Matematika
Telah diuraikan bahwa minat merupakan ketertarikan akan sesuatu hal
yang dilihatnya atau yang dikerjakannya berdasarkan kegunaannya untuk
kebutuhan dalam dirinya. Minat yang tinggi terhadap pelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar yang tinggi pula, sehingga minat sangat diperlukan.
Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran dimungkinkan
terjadi perbedaan antara yang menggunakan alat peraga dan tidak
menggunakan alat peraga. Alat peraga sangat membantu guru dan siswa
didalam penyampaian materi.
Matematika merupakan pelajaran yang sulit bahkan ada yang
mengatakan sangat menyeramkan. Bukan saja dari anak SD, sampai ke
perguruan tinggi pun masih ada yang merasa takut. Bahkan mereka yang
diperguruan tinggi sampai mengambil jurusan yang tidak ada hubungannya
dengan Matematika.
Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa dengan menggunakan alat
peraga dan minat siswa dalam pelajaran Matematika maka hasil belajar
Matematikanya menjadi meningkat dibandingkan yang tidak menggunakan alat
35
peraga dan yang berminat terhadap pelajaran Matematika. Berdasarkan uraian
diatas ditambah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka tahapan
landasan adalah:
1. Jika penggunaan alat peraga pada pelajaran Matematika tinggi maka di
duga hasil belajar meningkat.
2. Jika minat siswa pada pelajaran Matematika tinggi maka di duga hasil
belajar meningkat.
3. Jika penggunaan alat peraga dan minat siswa secara bersama-sama tinggi
pada pelajaran Matematika maka di duga hasil belajar meningkat.
Konstelasi hubungan antarvariabel tersebut dapat digambarkan secara bagan
sebagai berikut:
Keterangan:
Variabel bebas : X1 = Hubungan penggunaan alat peraga dengan hasil belajar
X2 = Hubungan minat siswa dengan hasil belajar
Variabel terikat: Y = Hubungan penggunaan alat peraga dan minat siswa
secara bersama-sama dengan hasil belajar
X1
X2
Y
36
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis memegang peranan yang sangat penting dalam
melaksanakan suatu penelitian. Hipotesis berasal dari dua penggalan kata
“hypo” yang artinya “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.
Hipotesis ini merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharmini
Arikunto, 2002).
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan, maka penulis
memberikan kesimpulan sementara sebagai hipotesis penelitian, yaitu:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan alat
peraga dengan prestasi belajar Matematika.
2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara minat siswa pada
Matematika dengan prestasi belajar Matematika.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan alat
peraga dan minat siswa pada Matematika secara bersama-sama dengan
prestasi belajar Matematika.
Melihat permasalahan diatas dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif penggunaan alat peraga
terhadap hasil belajar siswa
Misal:
A= Nilai Matematika siswa sebelum diajar menggunakan alat peraga
B= Nilai Matematika siswa menggunakan alat peraga
37
Ho: Rata-rata nilai Matematika siswa sebelum dan setelah menggunakan alat
peraga adalah sama ( BA atau 0 BA )
H1: Rata-rata nilai Matematika siswa sesudah menggunakan alat peraga lebih
besar dibandingkan sebelum menngunakan alat peraga ( BA atau
0 BA )
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif antara minat Matematika
dengan hasil belajar siswa
Misal:
A= Nilai Matematika siswa yang tidak memiliki minat pada Matematika
B= Nilai Matematika siswa yang memiliki minat pada Matematika
Ho: Rata-rata nilai Matematika siswa yang tidak memiliki minat pada
Matematika dan yang memiliki minat adalah sama ( BA atau 0 BA )
H1: Rata-rata nilai Matematika siswa yang tidak memiliki minat pada
Matematika lebih kecil dibandingkan dengan yang memiliki minat pada
Matematika ( BA atau 0 BA )
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif antara penggunaan alat
peraga dan minat terhadap hasil belajar siswa.
oH : Tidak ada interaksi antara Peminatan dan Alat Peraga
'oH = Tidak ada perbedaan diantara efek level dari Peminatan
''oH = Tidak ada perbedaan diantara efek level dari Alat Peraga
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian.
Penelitian rencananya akan dilaksanakan di SDN Gandaria Selatan
01 Pagi yang berlokasi di jalan Teladan No.3 Kelurahan Kecamatan Kota
Madya Jakarta Selatan. Sekolah ini memiliki 12 kelas dengan jumlah
siswa 304. Memiliki rombongan belajar dengan formasi kelas I terdiri dari
2 rombongan belajar, kelas II terdiri dari 2 rombongan belajar, kelas III
terdiri dari 2 rombongan belajar, kelas IV terdiri dari 2 rombongan belajar,
kelas V terdiri dari 2 rombongan belajar dan kelas VI terdiri atas 3
rombongan belajar.
Fasilitas pendukung selain 12 ruang kelas yang cukup memadai,
masih didukung dengan laboratorium IPA, perpustakaan, ruang UKS, dan
lapangan upacara. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pagi hari dari
Senin hingga Sabtu. Manajemen sekolah didukung oleh 21 guru tenaga
kependidikan dan karyawan sekolah.
39
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Semester Genap tahun pelajaran
2007/2008, yaitu antara bulan April 2008 sampai dengan Juli 2008 dengan
alokasi kegiatan sebagai berikut:
No Kegiatan April Mei Juni Juli
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Observasi & penyerahan surat izin penelitian
X
X
X
2 Pemberian materi tanpa dan dengan alat peraga
X
X X
X
3 Pemberian tes soal hasil belajar mate-matika
X
X
4 Pemberian angket
X
5 Analisis data & penyusun-an laporan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menelaah hubungan tiga variabel. Variabel-variabel itu
adalah dua variabel bebas, yaitu minat siswa dan penggunaan alat peraga ,
serta satu variabel terikat, yaitu hasil belajar Matematika. Peristiwanya
40
merupakan peristiwa yang telah terjadi dan mengadakan perlakuan atau
pengendalian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dan metode deskriptif berupa ex post facto dengan studi
korelasi.
1. Metode eksperimen ,metode mengajar dengan cara guru atau siswa
melakukan sesuatu pengetahuan praktis atau percobaan serta mengamati
proses dan hasil percobaan itu.
2. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan gambaran
atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan
terhadap objek yang diteliti.
3. Metode korelasi adalah metode penelitian yang melihat hubungan antara
variabel yang ada.
4. Penelitian ex post facto menurut Kerlinger adalah penyelidikan empiris
yang sistematis dimana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas
secara langsung.
Karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi
kesimpulan hubungan ketiga variabel tanpa intervensi, berdasarkan
perbedaan yang mengisi variabel bebas dan terikat itu (Arief Furchan,
1982:382-383).
41
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Gandaria Selatan
01 PG Jakarta Selatan.
b. Populasi terjangkaunya adalah siswa kelas V pada semester genap tahun
ajaran 2007/2008.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Dalam penelitian ini teknik
yang dipergunakan untuk memperoleh besarnya sampel penelitian adalah
teknik random sampling (acak). Sampel yang diambil secara acak adalah 2
kelas dari populasi yang ada, dimana 2 kelas tersebut telah mengisi angket
tentang minat, dan membedakan hasil penggunaan alat peraga. Dari kelas
Va yang menjadi eksperimen yaitu yang diajar dengan menggunakan alat
peraga dan kelas Vb menjadi kelas kontrol yaitu kelas yang diajar tanpa
menggunakan alat peraga.
D. Variabel Penelitian dan Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang akurat, penelitian ini menggunakan tes
tertulis berupa butir angket skala minat dan butir soal terhadap seluruh siswa
kelas V.
42
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek dari penelitian. Penelitian ini menggunakan
dua variabel bebas untuk ditentukan dengan satu variabel terikat, yaitu:
. Variabel bebas X1 adalah penggunaan alat peraga
. Variabel bebas X2 adalah minat siswa
. Variabel terikat Y adalah hasil belajar Matematika.
2. Sumber Data
a. Data Tentang Penggunaan Alat Peraga
Sumber data atau informasi yang penulis gunakan untuk variable
penggunaan alat peraga didapat dari proses belajar di sekolah dengan
membedakan kelas yang diajar menggunakan alat peraga dan sebelum
mengggunakan alat peraga untuk pokok bahasan kesebangunan dan
simetri.
b. Data Tentang Minat Belajar
Sumber data yang penulis gunakan untuk variable minat belajar ini
berasal dari kelas V yang terdiri atas 2 kelas yang menjadi sample dalam
penelitian ini, dengan cara menyebarkan angket atau kuisioner untuk
mengumpulkan data mengenai minat belajar. Yang meliputi beberapa
indicator sebagai berikut: sikap siswa terhadap pelajaran Matematika,
kebiasaan belajar siswa, usaha dalam meningkakan prestasi, kesadaran
43
akan manfaat dan keguanaan Matematika, kecenderungan untuk selalu
siap mempelajari Matematika, dan tanggung jawab.
c. Data Tentang Hasil Belajar Matematika Siswa
Sumber data untuk variable hasil belajar Matematika berasal dari
siswa kelas V yang menjadi sample dalam penelitian ini, dengan cara
memberikan tes soal tentang materi kesebangunan dan simetri kemudian
diolah dan dianalisis untuk kebenaran hipotesis penelitian.
E. Intrumen Penelitian
1. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika
1. Rancangan Instrumen
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ada 3 data yang dikumpulkan
yaitu penggunaan alat peraga, minat, dan hasil belajar Matematika.
Hasil belajar Matematika adalah perubahan tingkah laku siswa sebagai
hasil dari proses pembelajaran diri sendiri terhadap pelajaran Matematika,
baik perubahan kognitif, afektif maupun psikomotor dalam diri siswa
terhadap materi kesebangunan dan simetri. Kemudian dinyatakan dalam
bentuk uraian soal pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal. Dengan 4 option
pilihan, masing masing soal bernilai 1 bila jawabannya benar dan bernilai 0
jika pilihannya salah. Sehingga untuk skor terendah bernilai 0 dan skor
tertinggi bernilai 20. Kemudian skor yang didapat diubah dalam pulhan:
44
Nilai tes = 2
10rjumlahbena
2. Kisi-kisi butir soal hasil belajar Matematika
Tabel 1
Kisi-Kisi Soal
Kompetensi dasar
Materi pokok Indicator Jumlah soal
Ability
Mengenal sifat-sifat kesebangunan
Menentukan kesebangunan antara bangun-bangun datar
3 1
C2 C1
Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
Menyebutkan macam-macam simetri
Menentukan simetri lipat dan simetri putar bangun datar
6 2 4 3
C1 C2 C1 C2
Jumlah 20
3. Validitas instrument tes hasil belajar Matematika
Sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian, instrument tes
hasil belajar perlu diketahui tingkat kehandalan instrument. Untuk itu
dilakukan peninjaun terhadap tingkat kesukaran butir soal, validitas soal dan
rebilitas tes.
45
Tabel 2
DATA HASIL UJI COBA INSTRUMEN
1) Taraf kesukaran butir soal.
Untuk mengetahui soal – soal yang mudah, sedang dan sukar
dilakukan uji taraf kesukaran, untuk menghitung indeks kesukaran ini
digunakan rumus (Suharsimi Arikunto, 2002:202) sebagai berikut:
Keterangan:
P = indeks kesukaran.
B = jumlah siswa yang menjawab soal itu dengan benar.
JS = jumlah total seluruh siswa peserta tes.
P = JSB
46
Interprerasi indeks kesukaran menurut yang sering diikuti
diklasifikasikan sebagai berikut:
P : 0,00 – 0,30 : sukar
P : 0,30 – 0,70 : sedang
P : 0,70 – 1,00 : mudah.
Berikut ini contoh perhitungan untuk mencari tingkat kesukaran nomor 1:
P = 3017
P= 0,57
Dari uji coba instrument diperoleh:
Tabel 3
ANALISIS TARAF KESUKARAN UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
47
2). Daya pembeda butir soal.
Daya pembeda soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai untuk menentukan
tinggi rendahnya daya pembeda pada penelitian ini digunakan rumus
(Suharsimi Arikunto, 2002: 213):
Keterangan:
D = indeks diskriminasi/daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soala itu dengan
benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
JA = banyaknya peserta kelomok atas
JB = banyaknya peserta kolompok bawah
Klasifikasi daya pembeda:
D : 0.00 – 0.20 : Buruk
0.20 – 0.40 : Cukup
0.40 – 0.70 : Baik
0.70 – 10.0 : Baik sekali
Berikut ini contoh perhitungan untuk mencari daya pembeda butir soal
nomor 1:
D = 155
1512
= 0,8 – 0.3 = 0,5
D = B
B
A
A
JB
JB
= P BA P
48
Dari uji coba diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4
ANALISIS DAYA PEMBEDA UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
3). Validitas butir soal.
Validitas butir soal untuk tes hasil belajr Matematika yang berbentuk
pilihan ganda diuji dengan menggunakan rumus korelasi oleh Pearson
(Suharsimi Arikunto, 2002: 77):
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
49
Keterangan :
X = skor butir soal
Y = skor total butir soal
N = jumlah peserta tes
Nilai xyr yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dikonsultasikan
dengan r tabel product moment, dimana nilai r tabel pada tarf signifikansi
= 0,05.
Tabel 5
TABEL PERHITUNGAN VARIAN BUTIR
ITEM TEST
X
2X
2 X
Y
XY
2Y
r -Hitung
VALIDITAS
1 17 17 289 318 289 5222 0,46436 VALID 2 13 13 169 318 169 5222 0,4239 VALID 3 15 15 225 318 225 5222 0,31545 VALID 4 24 24 576 318 576 5222 0,52086 VALID 5 19 19 361 318 361 5222 0,71906 VALID 6 19 19 361 318 361 5222 0,42981 VALID 7 12 12 144 318 144 5222 0,49716 VALID 8 17 17 289 318 289 5222 0,44956 VALID 9 15 15 225 318 225 5222 0,50619 VALID 10 16 16 256 318 256 5222 0,48428 VALID 11 16 16 256 318 256 5222 0,71956 VALID 12 14 14 196 318 196 5222 0,60388 VALID 13 16 16 256 318 256 5222 0,69015 VALID 14 13 13 169 318 169 5222 0,34988 VALID 15 16 16 256 318 256 5222 0,76368 VALID 16 16 16 256 318 256 5222 0,73427 VALID 17 13 13 169 318 169 5222 0,48312 VALID 18 15 15 225 318 225 5222 0,43283 VALID 19 12 12 144 318 144 5222 0,64691 VALID 20 20 20 400 318 400 5222 0,40981 VALID
50
4). Uji Reliabilitas Instrumen.
Uji pengujian keterhandalan (reabilitas) instrumen tes hasil balajar
yang berupa soal pilihan ganda di uji dengan menggunakan korelasi Alpha
chonbard (Suharsimi Arikunto, 2002:109):
Di mana:
r 11 = koefisien realibilitas tes
K = banyaknya butir valid
2i = jumlah varians butir
2t = varians total
Sedangkan untuk mendapatkan varians total digunakan :
2t =
NNXX
22
Untuk memperoleh jumlah varian butir dicari dahulu setiap butir
kemudian dijumlahkan setelah memperoleh varian setiap butir kemudian
dijumlahkan dan memperoleh jumlah varian butir 2i .
.
2
2
11 11 t
i
KKr
51
Tabel 6
TABEL PERHITUNGAN VARIAN BUTIR
ITEM TEST
X
2X 2 X VARIAN BUTIR
1 17 17 289 0,2456 2 13 13 169 0,2456 3 15 15 225 0,2500 4 24 24 576 0,1600 5 19 19 361 0,2322 6 19 19 361 0,2322 7 12 12 144 0,2400 8 17 17 289 0,2456 9 15 15 225 0,2500
10 16 16 256 0,2489 11 16 16 256 0,2489 12 14 14 196 0,2489 13 16 16 256 0,2489 14 13 13 169 0,2456 15 16 16 256 0,2489 16 16 16 256 0,2489 17 13 13 169 0,2456 18 15 15 225 0,2500 19 12 12 144 0,2400 20 20 20 400 0,2222
JUMLAH 318 318 5222 4,7978
Contoh perhitungan mencari varian butir tes no 1:
21 =
3030
17172
=
303028917
= 30
63333.917 = 30
36667.7
= 0.24556
52
Dari perhitungan diperoleh jumlah varian butir
20
1
2
ii = 4,7978
Jumlah kuadrat skor total, dari hasil uji coba instrument diperoleh = 3982.
Jumlah skor total = 318, selanjutnya dicari varian total :
2 = 30
303183982
2
=
3030
101243982
= 30
8,33703982 = 30
2,611
= 20,3733
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus :
2
2
11 11 t
i
KKr
3733,2079778,41
13030
11r
= 23549.012930
= 1,035 x 0,76450 = 0,79126
Angka reliabilitas yang di peroleh dari perhitungan selanjutnya
dikonsultasikan dengan r table product moment, dimana nilai r tabel pada
taraf signifikansi = 0,05. Jadi tingkat reliabilitas dari instrument yang
diujicobakan tersebut adalah 0,79126.
53
2. Instrumen angket minat belajar siswa
a. Definisi instrument angket minat belajar siswa.
Minat terhadap Matematika adalah ketertarikan siswa terhadap
Matematika didasarkan pada kegunaannya yang diperlukan untuk kebutuhan
dalam dirinya. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan
minat itu. Sehingga semakin sering minat itu diekspresikan maka semakin
kuatlah dia.
Adapun untuk mengukurnya diberikan angket minat belajar siswa
sebanyak 20 soal.
b. Kisi-kisi instrumen angket minat siswa
Tabel 7
BUTIR-BUTIR PERNYATAAN MINAT SISWA
No Indikator No butir pernyataan
Jumlah pernyataan
1 Sikap siswa terhadap pelajaran Matematika
1, 4, 6 3
2 Kebiasaan belajar siswa 5, 10, 17 3
3 Usaha dalam meningkatkan prestasi belajar
2, 14, 15, 19 4
4 Kesabaran akan manfaat dan kegunaan Matematika
8, 11, 18, 20 4
5 Kecenderungan untuk selalu siap mempelajari Matematika
7, 12, 16 3
6 Tanggung jawab 3, 9, 13 3
Jumlah 20
54
Instrumennya disusun berdasarkan skala likert yang terdiri dari
pernyataan positif dan negatif dengan bentangan skor 1-5 seperti keterangan
berikut ini:
Keterangan nilai pernyataan :
a = selalu
b = tidak selalu
c = kadang-kadang
d = tidak pernah
Kategori penilaian instrument
Nilai Pertanyaan Aspek Penilaian
positif Negatif
a = selalu 4 1
b = tidak selalu 3 2
c = kadang-kadang 2 3
d = tidak pernah 1 4
c. Validitas dan reliabilitas instrument minat belajar siswa.
Sebelum angket itu di berikan kepada kelompok sample angket tersebut
di uji coba terlebih dahulu. Uji coba tersebut untuk mengukur apakah angket
tersebut telah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.
55
Tabel 8
HASIL UJI COBA INSTRUMEN
1). Pengujian Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya
instrument yang digunakan. Dalam pengujian validitas butir atau item
menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
r xy = 2222 )()())((
YYNXXNYXXYN
56
keterangan:
X : Variabel bebas
Y : Variabel terikat
N : banyaknya data.
Tabel 9
TABEL PERHITUNGAN VARIAN BUTIR
ITEM TEST X
2X
2 X
Y
XY
2Y
r-Hitung
VALIDITAS
1 105 377 11.025 1.830 1.436 112.850 0,50 VALID 2 113 431 12.769 1.830 1.195 112.850 0,37 VALID 3 83 269 6.889 1.830 1.035 112.850 0,43 VALID 4 109 411 11.881 1.830 1.342 112.850 0,58 VALID 5 93 311 8.649 1.830 1.074 112.850 0,59 VALID 6 102 360 10.404 1.830 859 112.850 0,39 VALID 7 70 186 4.900 1.830 544 112.850 0,38 VALID 8 88 292 7.744 1.830 1.072 112.850 0,47 VALID 9 107 391 11.449 1.830 1.105 112.850 0,61 VALID
10 84 258 7.056 1.830 710 112.850 0,48 VALID 11 80 230 6.400 1.830 687 112.850 0,40 VALID 12 86 260 7.396 1.830 821 112.850 0,44 VALID 13 93 297 8.649 1.830 977 112.850 0,39 VALID 14 98 330 9.604 1.830 1.033 112.850 0,49 VALID 15 93 305 8.649 1.830 1.073 112.850 0,42 VALID 16 103 375 10.609 1.830 1.296 112.850 0,66 VALID 17 99 341 9.801 1.830 872 112.850 0,51 VALID 18 73 197 5.329 1.830 551 112.850 0,50 VALID 19 83 245 6.889 1.830 761 112.850 0,42 VALID 20 68 176 4.624 1.830 500 112.850 0,39 VALID
2). Uji Reliabilitas Instrumen.
Uji pengujian keterhandalan (reabilitas) instrumen yang berupa soal
angket di uji dengan menggunakan alpa cronbach ( r 11 ) rumusnya adalah:
2
2
11 11 t
i
KKr
57
Di mana:
r 11 = koefisien realibilitas tes
K = banyaknya butir valid
2i = jumlah varians butir
2t = varians total
Sedangkan untuk mendapatkan varians total digunakan :
2t =
NNXX
22
Untuk memperoleh jumlah varian butir dicari dahulu setiap butir
kemudian dijumlahkan setelah memperoleh varian setiap butir kemudian
dijumlahkan dan memperoleh jumlah varian butir 2i .
Tabel 10
HASIL VARIAN BUTIR
ITEM TEST X 2X 2 X
VARIAN BUTIR
1 105 377 11025 0,3167 2 113 431 12769 0,1789 3 83 269 6889 1,3122 4 109 411 11881 0,4989 5 93 311 8649 0,7567 6 102 360 10404 0,4400 7 70 186 4900 0,7556 8 88 292 7744 1,1289 9 107 391 11449 0,3122
10 84 258 7056 0,7600 11 80 230 6400 0,5556 12 86 260 7396 0,4489 13 93 297 8649 0,2900 14 98 330 9604 0,3289
58
15 93 305 8649 0,5567 16 103 375 10609 0,7122 17 99 341 9801 0,4767 18 73 197 5329 0,6456 19 83 245 6889 0,5122 20 68 176 4624 0,7289
JUMLAH 1830 6042 170716 11,7156
Tabel 11
ANALISIS ITEM
SUBYEK X 2X 2 X
1 76 298 5776 2 70 250 4900 3 68 246 4624 4 69 245 4761 5 67 233 4489 6 66 230 4356 7 69 253 4761 8 65 229 4225 9 65 235 4225
10 63 211 3969 11 67 237 4489 12 62 202 3844 13 63 217 3969 14 62 200 3844 15 60 194 3600 16 61 201 3721 17 59 191 3481 18 58 194 3364 19 60 196 3600 20 59 187 3481 21 58 180 3364 22 58 174 3364 23 56 176 3136 24 55 169 3025 25 55 163 3025 26 56 168 3136 27 52 152 2704 28 52 144 2704 29 52 144 2704 30 47 123 2209
JUMLAH 1830 6042 112850
59
21 =
3030
1053772
=
3030
11025377
= 30
5.367377 = 30
5,9
= 0.3167
Dari perhitungan diperoleh jumlah varian butir 2i = 11,7156.
Jumlah kuadrat skor total, dari hasil uji coba instrument diperoleh = 170716.
Jumlah skor total = 1830, selanjutnya dicari varian total :
2t =
3030
18301128502
=
3030
334890112850 = 40,6667
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus :
2
2
11 11 t
i
KKr
6667,407156,111
13030
11r
= 2881,012930
= 1,035 x 0,,7119
= 0,7368
Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya
dikonsultasikan dengan r table product moment, dimana nilai r table pada
60
taraf signifikansi = 0,05. Jadi tingkat reliabilitas dari instrument yang
diujicobakan tersebut adalah 0,7368.
Dalam interpretasi untuk menentukan angket reliabilitas atau tidak,
maka digunakan patokan sebagai berikut:
Apabila r 11 sama dengan atau lebih besar dari pada 0,7 berarti angket
memiliki reliabilitas yang tinggi.
Apabila r 11 lebih kecil dari pada 0,7 berarti angket belum memiliki
reliabilitas tinggi (unreliable).
F. Teknik Analisis Persyaratan data
1. Tehnik Deskriptif Analisis
Analisis yang dilakukan dalam deskripsi data meliputi gambaran
umum responden, distribusi frekwensi, menyajikan data dalam bentuk tabel
dan grafik (histrogram dan poligon frekwensi) sebelumnya dicari mean,
median, modus dan simpangan baku. Kemudian dibuat grafik histogram dan
poligon.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mean
Rumus : X = i
ii
fXf
b. Median
Rumus : Med = Lo + c
m
oi
f
fn2
Keterangan:
61
Lo = nilai batas bawah dari kelas yang mengandung atau memuat nilai median
n = banyak observasi if = jumlah frekuensi dari semua kelas dibawah kelas yang
mengandung median (kelas yang mengandung media tak termasuk)
fm = frekuensi dari kelas yang mengandung median c = besarnya kelas interval, jarak antara kelas yang satu dengan
lainnya atau besarnya kelas interval yang mengandung median c. Modus
Rumus : Mod = Lo + c
0201
0
fff m
Keterangan: L 0 = nilai batas bawah, kelas yang memuat modus 0mf = frekuensi kelas yang memuat modus 01f = )10(0 mm ff {selisih frekuensi kelas yang memuat modus
dengan frekuensi kelas sebelumnya (bawahnya)} 02f = )10(0 mm ff {selisih frekuensi kelas yang memuat modus
dengan frekuensi kelas sesudahnya (atasnya)}
d. Simpangan Baku
Rumus = S = c
2
11
2
11
n
df
n
dfk
iii
k
iii
Keterangan: c = besarnya kelas interval f i = frekuensi kelas ke-i d i = deviasi = simpangan dari kelas ke-i terhadap titik asal asumsi
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sample yang
sedang di teliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau bukan,
62
sedangkan pengujian normalitas yang di lakukan dengan menggunakan uji
Lilifors. Langkah – langkah pengujian sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal.
H1 : data berdistribusi tidak normal.
2. Kolom Z1 diisi dengan rumus :
X : rata-rata nilai
s : simpangan baku
3. Kolom F(Z1) diisi dengan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F(Z1) = P (Z Z1).
4. Kolom S(Z1) = n
ZZZBanyaknyaZ n 121 ,...,
5. Kolom terakhir diisi dengan |F(Z1) – S (Z1)|
Terima Ho jika L hitung < L tabel.
Tolak Ho jika L hitung mempunyai harga lain.
3. Tekhnik Pengujian Hipotesis
1). Pengaruh sebelum menggunakan alat peraga
Ho : BA atau BA = 0
H 1 : BA > atau BA > 0
sXXZ
11
63
Yang berarti :
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan alat
peraga dan hasil belajar
H 1 : terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan alat peraga dan
hasil belajar.
2). Pengaruh sesudah menggunakan alat peraga
Ho : BA atau BA = 0
H 1 : BA > atau BA > 0
Yang berarti:
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar minat belajar dan hasil
belajar.
H 1 : terdapat pengaruh yang signifikan antara minat belajar dan hasil
belajar.
3). Pengaruh penggunaan alat peraga dan minat
oH : Tidak ada interaksi
'oH : Tidak ada perbedaan diantara efek level dari faktor I
''oH : Tidak ada perbedaan diantara efek level dari faktor II
Tolak oH Jika TabelFF
Hipotesis tersebut sekaligus merupakan hipotesis penelitian. Hipotesis
tersebut di uji dengan menggunakan uji t dengan taraf nyata ( ) sebesar 5%
dan derajat kepercayaan ( dk ) = N – 1 nilai F hitung di cari melalui rumus:
64
1. Pengaruh alat peraga terhadap hasil belajar
ns
ddt
d
0 1 nv
Untuk mencari sd dengan rumus :
)1(
)( 222
nnddn
s iid
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima
Jika t hitung t tabel maka Ho ditolak
2. Pengaruh minat terhadap hasil belajar
BAp
BABA
nns
XXt11
)()(
V = n1 + n2 – 2, 21
Untuk mencari 2ps dengan rumus :
2
)1()1( 222
BA
BBAAp nn
snsns
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima
Jika t hitung t tabel maka Ho ditolak
3. Pengaruh alat peraga dan minat siswa terhadap hasil belajar
The General Two Factor Model
Model untuk desain 2 faktor dengan interaksi adalah sebagai berikut:
ijijjiijky )(
ai ,...,2,1
65
bj ,...,2,1
nk ,...,2,1
Notasi:
ijky = Nilai Karakteristik
= Rata-rata Total
i = Efek level ke-i dari faktor I
j = Efek level ke-j dari faktor II
ij)( = Interaksi antara level ke-i dari faktor I dengan level ke-j dari
faktor II
ij = Suku error
a = Jumlah level pada faktor I
b = Jumlah level pada faktor II
n = Jumlah observasi tiap kombinasi perlakuan
Asumsi:
berdistribusi Normal dengan rata-rata = 0 dan varians = I2
Pengujian Interaksi
oH : Tidak ada interaksi antara Faktor I dan Faktor II
Definisi:
Suatu model 2 faktor, disebut tidak ada interaksi jika dan hanya jika
0'''' jijiijij
untuk semua ',,', jjii
66
Tabel Anova untuk desain 2 faktor dengan interaksi Sumber
Keragaman(SOV)
Derajat Kebebasan
(dof)
Kuadrat Jumlah(SS) Kuadrat Rata-rata(MS)
F
Regresi (full)
ab
a
i
b
jij ny
1 1
2.
Mean 1 abny 2...
Faktor I a-1 abnybny
a
ii ...
2
1
2..
)1( aSS FaktorI
sidual
FaktorI
MSMS
Re
Interaksi (a-1)(b-1)
FaktorIIFaktorI
Meanfullg
SSSSSSSS
)(Re )1()1( baSS Interaksi
sidual
Interaksi
MSMS
Re
Residual abn-ab )(Re fullgTotal SSSS )(Re ababnSS sidual Total(tidak terkoreksi)
abn
a
i
b
j
n
kijky
1 1 1
2
oH : Tidak ada interaksi
'oH : Tidak ada perbedaan diantara efek level dari faktor I
''oH : Tidak ada perbedaan diantara efek level dari faktor II
Tolak oH Jika TabelFF .
4. Uji Tukey, uji kevalidan
:0H '' jiij , '' jiij
:1H '' jiij
Statistik uji : '' jiji xx
T = q (k,f) xs
k = banyaknya perlakuan
f = dof
67
xs = simpangan baku nilai tengah
nMSE
MSE = Kuadrat rata-rata residual (error)
q (k,f), lihat tabel
Jika '' jiij xx > T , maka tolak 0H
4. Teknik pengujiannya.
Sebagian perhitungan data dilakukan secara cepat dengan
menggunakan bantuan komputer dengan program aplikasi Microsoft Exel.
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Persyaratan Data
1. Deskripsi Data
Dalam melakukan penelitian penaliti melakukan eksperimen dengan
memberikan dua kali perlakuan dalam satu mengenai pemberian materi dan
satu kalidalam pemberian dorongan minat. Perlakuan pertama diberi
pengajaran tanpa menggunakan alat peraga dan perlakuan kedua diberi
pengajaran dengan menggunakan alat peraga. Serta melakukan
pengumpulan data minat siswa terhadap Matematika.
Langkah selanjutnya setelah melalui pembelajaran diberikan tes
kepada siswa itu untuk mengetahui hasil belajar mereka. Dari hasil tes
diperoleh data-data sebagai berikut:
1). Data Hasil Tes Kelas Kontrol
Setelah data terkumpul dimasukkan ke dalam tabel hasil tes sebelum
menggunakan alat peraga yang memuat nomor subyek dan hasil tes.
Tabel 12
DATA HASIL TES KELAS KONTROL
SUBYEK HASIL BELAJAR
1 65 2 30 3 70 4 50 5 55 6 60 7 65
69
8 50 9 70
10 45 11 85 12 25 13 85 14 35 15 75 16 45 17 70 18 25 19 65 20 20 21 75 22 25 23 70 24 15 25 85 26 20 27 80 28 20 29 75 30 30
Dari tabel diatas diperoleh :
a. Nilai tertinggi : 85
b. Nilai terendah : 15
c. Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku
Untuk keperluan perhitungan mean, median, modus, dan
simpangan baku dari kelas kontrol dibuat tabel disribusi frekuensi
berdasarkan data hasil tes kelas kontrol,seperti dibawah ini:
70
TABEL 13
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL
1. Mean
NX
X i = 8333,5230
1585
2. Median
Med = Lo + c
m
oi
f
fn2
Maka :
Lo : 50,5
c : 12
0if : 14
n : 30
fm : 2
Kelas f d 2d fd 2fd 15-26 7 -2 4 -14 28 27-38 3 -1 1 -3 3 39-50 4 0 0 0 0 51-62 2 1 1 2 2 63-74 7 2 4 14 28 75-86 7 3 9 21 63 Jumlah 30 3 19 20 124
71
Dimasukkan ke dalam rumus :
Med = 50,5 + 12
2
142
30
= 50,5 + 12 X 0,2 = 50,5 + 6 = 56,5
3. Modus
Mod = Lo + c
0201
0
fff m
Maka :
Lo : 62,5
c : 12
0mf : 7
01f : 5
02f : 0
Dimasukan dalam rumus :
Mod = 62,5 + 12
055
= 62,5 + 12 X 1 = 62,5 + 12 = 74,5
4. Simpangan Baku
S = c
2
11
2
11
n
df
n
dfk
iii
k
iii
72
Maka :
c : 12
iidf : 20
iidf 2 : 124
Dimasukkan ke dalam rumus :
S = c
2
11
2
11
n
df
n
dfk
iii
k
iii
= 12 2
13020
130124
1130,170337,212
d. Grafik Histogram dan Poligon
e.
73
2.) Data Hasil Tes Kelas Eksperimen
Tabel 14
DATA HASIL TES KELAS EKSPERIMEN
SUBYEK HASIL
BELAJAR 1 75 2 60 3 75 4 65 5 75 6 70 7 75 8 55 9 80
10 65 11 95 12 35 13 90 14 60 15 70 16 45 17 75 18 65 19 70 20 40 21 80 22 45 23 75 24 40 25 90 26 45 27 80 28 50 29 80 30 50
Dari tabel diatas diperoleh :
a. Nilai tertinggi : 95
b. Nilai terendah : 35
c. Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku
74
Untuk keperluan perhitungan mean, median, modus, dan
simpangan baku dari kelas eksperimen dibuat tabel disribusi frekuensi
berdasarkan data hasil tes kelas kontrol,seperti dibawah ini:
TABEL 15
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN
Kelas f d 2d fd 2fd
30-39 1 -3 9 -3 9 40-49 5 -2 4 -10 20 50-59 3 -1 1 -3 3 60-69 5 0 0 0 0 70-79 9 1 1 9 9 80-89 4 2 4 8 16 90-99 3 3 9 9 27
Jumlah 30 0 28 10 84
1. Mean
NX
X i = 8333,6530
1975
2. Median
Med = Lo + c
m
oi
f
fn2
Maka :
Lo : 69,5
c : 10
0if : 14
n : 30
fm : 9
75
Dimasukkan ke dalam rumus :
Med = 69,5 + 10
9
142
30
= 69,5 + 10 X 0,1111 = 69,5 + 1,1111 = 70,6111
3. Modus
Mod = Lo + c
0201
0
fff m
Maka :
Lo : 69,5
c : 10
0mf : 9
01f : 4
02f : 5
Dimasukan dalam rumus :
Mod = 69,5 + 10
544
= 69,5 + 10 X 0,4444 = 69,5 + 40,4444 = 73,9444
4. Simpangan Baku
S = c
2
11
2
11
n
df
n
dfk
iii
k
iii
76
Maka :
c : 10
iidf : 10
iidf 2 : 84
Dimasukkan ke dalam rumus :
S = c
2
11
2
11
n
df
n
dfk
iii
k
iii
= 10 2
13010
13084
= 10 3444,0
= 5,8686
d. Grafik Histogram dan Poligon
77
3.) Data Hasil Tes Angket Skala Minat
Tabel 16
DATA HASIL TES MINAT
Subyek Hasil Angket
1 76 2 70 3 68 4 69 5 67 6 66 7 69 8 65 9 65
10 63 11 67 12 62 13 63 14 62 15 60 16 61 17 59 18 58 19 60 20 59 21 58 22 58 23 56 24 55 25 55 26 56 27 52 28 52 29 52 30 47
Dari tabel diatas diperoleh :
a. Nilai tertinggi : 76
b. Nilai terendah : 47
c. Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku
78
Untuk keperluan perhitungan mean, median, modus, dan
simpangan baku dari data minat dibuat tabel disribusi frekuensi
berdasarkan data hasil tes kelas kontrol,seperti dibawah ini:
TABEL 17
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SKALA MINAT
Kelas f d 2d fd 2fd 47-51 1 -2 4 -2 4 52-56 7 -1 1 -7 7 57-61 8 0 0 0 0 62-66 7 1 1 7 7 67-71 6 2 4 12 24 72-76 1 3 9 3 9 Jumlah 30 3 19 13 51
1. Mean
NX
X i = 6130
1830
2. Median
Med = Lo + c
m
oi
f
fn2
Maka :
Lo : 56,5
c : 5
0if : 8
n : 30
79
fm : 8
Dimasukkan ke dalam rumus :
Med = 56,5 + 5
8
82
30
= 56,5 + 5 X 0,875 = 56,5 + 4,375 = 60,875
3. Modus
Mod = Lo + c
0201
0
fff m
Maka :
Lo : 56,5
c : 5
0mf : 8
01f : 1
02f : 1
Dimasukan dalam rumus :
Mod = 56,5 + 5
111
= 56,5 + 5 X 0,5 = 56,5 + 2,5 = 59
4. Simpangan Baku
S = c
2
11
2
11
n
df
n
dfk
iii
k
iii
80
Maka :
c : 5
iidf : 13
iidf 2 : 51
Dimasukkan ke dalam rumus :
S = c
2
11
2
11
n
df
n
dfk
iii
k
iii
= 5 2
13013
13051
9723,23533,05
d. Grafik Histogram dan Poligon
2. Uji Normalitas
Kriteria Pengujian Hipotesis :
H0 (hipotesis nol) : Jika Lo < L tabel maka hipotesis yang menyatakan
bahwa sampel berdistribusi normal diterima, tolak H0 jika L0 L tabel.
81
Untuk pengujian hipotesis ditempuh prosedur sebagai berikut :
a. Pengamatan X1, X2, X3,...dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,... dengan
menggunakan rumus s
XXiZi .
X dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku.
b. Untuk bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal
dihitung peluang F(Zi) = P (Z Zi).
c. Selanjutnya dihitung proporsi S (Zi) = (banyaknya Z1, Z2, Z3,... yang
Zi) / n.
d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak
selisih tersebut.
1). Data Kelas Kontrol
Tabel 18
DATA KELAS KONTROL
Nilai F FK S(Zi)=FK/n s
XXiZi F(Zi) D=|S(Zi)-F(Zi)|
15,00 1 1 0,0333 -1,6373 0,0508 0,0175 20,00 3 4 0,1333 -1,4209 0,0777 0,0556 25,00 3 7 0,2333 -1,2045 0,1142 0,1191 30,00 2 9 0,3000 -0,9882 0,1615 0,1385 35,00 1 10 0,3333 -0,7718 0,2201 0,1132 45,00 2 12 0,4000 -0,3390 0,3673 0,0327 50,00 2 14 0,4667 -0,1226 0,4512 0,0155 55,00 1 15 0,5000 0,0938 0,5374 0,0374 60,00 1 16 0,5333 0,3102 0,6218 0,0885 65,00 3 19 0,6333 0,5265 0,7007 0,0674 70,00 4 23 0,7667 0,7429 0,7712 0,0045 75,00 3 26 0,8667 0,9593 0,8313 0,0354 80,00 1 27 0,9000 1,1757 0,8801 0,0199 85,00 3 30 1,0000 1,3921 0,9181 0,0819
82
Dari data observasi, diperoleh 52,8333X dan 23,1071s
Berdasarkan tabel diatas diambil harga mutlak terbesar dari harga
F(Zi) – S(Zi), kemudian dibandingkan dengan tabel nilai kritik untuk uji
Lillifors. (Metoda Statistik, 2002:466 ). Dari hasil membandingkan untuk
α = 0,05 diperoleh nilai L0 = 0,1385 , angka dari perhitungan tabel =
0,159 , dari hasil tersebut maka dapat diambil keputusan untuk menerima
Ho, yang memberikan kesimpulan bahwa data hasil observasi
berdistribusi normal.
2). Data Kelas Eksperimen
Tabel 19
DATA KELAS EKSPERIMEN
Nilai F Fk S(Zi)=Fk/n s
XXiZi F(Zi) Dx=|S(Zi)-F(Zi)|
35 1 1 0,0333 -1,8979 0,0289 0,0044 40 2 3 0,1000 -1,5901 0,0559 0,0441 45 3 6 0,2000 -1,2824 0,0999 0,1001 50 2 8 0,2667 -0,9746 0,1649 0,1018 55 1 9 0,3000 -0,6668 0,2525 0,0475 60 2 11 0,3667 -0,3591 0,3598 0,0069 65 3 14 0,4667 -0,0513 0,4795 0,0128 70 3 17 0,5667 0,2565 0,6012 0,0345 75 6 23 0,7667 0,5642 0,7136 0,0531 80 4 27 0,9000 0,872 0,8084 0,0916 90 2 29 0,9667 1,4875 0,9316 0,0351 95 1 30 1,0000 1,7953 0,9637 0,0363
Dari data observasi, diperoleh 65,8333X dan 16,2461s
Berdasarkan tabel diatas diambil harga mutlak terbesar dari harga
F(Zi) – S(Zi), kemudian dibandingkan dengan tabel nilai kritik untuk uji
Lillifors. (Sudjana, 2002: 466). Dari hasil membandingkan untuk
83
α = 0,05 diperoleh nilai L0 = 0,1018 , angka dari perhitungan tabel =
0,159 , dari hasil tersebut maka dapat dimbil keputusan untuk menerima
Ho, yang memberikan kesimpulan bahwa data hasil observasi
berdistribusi normal.
B. Pengujian Hipotesis
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif penggunaan alat peraga
terhadap hasil belajar siswa.
Misal:
A=Nilai Matematika siswa pada kelas yang diajar tidak menggunakan alat
peraga
B= Nilai Matematika siswa pada kelas yang diajar menggunakan alat peraga
0H : Rata-rata nilai Matematika siswa pada kelas yang diajar tidak menggunakan
alat peraga dan menggunakan alat peraga adalah sama ( BA atau
0 BA )
H1: Rata-rata nilai Matematika siswa pada kelas yang diajar menggunakan alat
peraga lebih besar dibandingkan dengan kelas yang diajar tidak menggunakan alat
peraga ( BA atau 0 BA )
Uji yang digunakan adalah uji T data independen (Independent samples t-test)
Asumsi : 2A dan 2
B tidak diketahui, diasumsikan sama ( 222 BA )
α=5%, uji satu arah (one side test)
84
Tabel 20
HASIL PENGUJIAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA
No Nilai Matematika
Kontrol
(A) Eksperimen
(B) 1 65 75 2 30 60 3 70 75 4 50 65 5 55 75 6 60 70 7 65 75 8 50 55 9 70 80
10 45 65 11 85 95 12 25 35 13 85 90 14 35 60 15 75 70 16 45 45 17 70 75 18 25 65 19 65 70 20 20 40 21 75 80 22 25 45 23 70 75 24 15 40 25 85 90 26 20 45 27 80 80 28 20 50 29 75 80 30 30 50
Jumlah 1585 1975 Rata-Rata 52,8333 65,8333
2s 533,9367 263,9367
85
2)1()1( 22
2
BA
BBAAp nn
snsns =23030
263,9367)130(533,9367)130(
= 398,9367
BAp
BABA
nns
XXt11
)()(
=
301
301398,9367
0)65,833352,8333(
= -2,5208
t tabel = -1,645
Tolak Ho Jika t t tabel
Keputusan: Tolak Ho
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa nilai
Matematika siswa pada kelas yang diajar menggunakan alat peraga lebih besar
dibandingkan dengan kelas yang diajar tidak menggunakan alat peraga.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif antara minat Matematika
dengan hasil belajar siswa
Misal:
A=Nilai Matematika siswa yang tidak memiliki minat pada Matematika
B= Nilai Matematika siswa yang memiliki minat pada Matematika
Ho: Rata-rata nilai Matematika siswa yang tidak memiliki minat pada Matematika
dan yang memiliki minat adalah sama ( BA atau 0 BA )
H1: Rata-rata nilai Matematika siswa yang tidak memiliki minat pada Matematika
lebih kecil dibandingkan dengan yang memiliki minat pada Matematika
( BA atau 0 BA )
Uji yang digunakan adalah uji T data independen (Independent samples t-test)
Asumsi : 2A dan 2
B tidak diketahui, diasumsikan sama ( 222 BA )
86
α=5%, uji satu arah (one side test).
Tabel 21
TABEL PENGUJIAN MINAT
Tidak Minat (A) Minat(B) 70 75 25 75 20 80 25 85 70 85 15 85 20 70 20 65 75 65 30 60 65 45 30 25 70 50 50 55 35 45 AX 42,3529 BX 66,5385
2As 456,6175 2
Bs 322,4359
2)1()1( 22
2
BA
BBAAp nn
snsns =21317
4359,322)113(6175,456)117( = 399,1111
BAp
BABA
nns
XXt11
)()(
=
131
1711111,399
0)5385,663529,42(
= -3,2858
t tabel = -1,701
Keputusan: Tolak Ho
87
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa nilai
Matematika siswa yang memiliki minat pada Matematika lebih besar
dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki minat pada Matematika.
3. Untuk meneliti apakah penggunaan alat peraga pada saat mengajar dan
minat pada Matematika memberikan pengaruh positif pada hasil belajar siswa.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) 2
faktor.Faktor tersebut yaitu :
- Penggunaan alat peraga pada saat mengajar
- Minat pada Matematika
Sebelumnya, harus diuji terlebih dahulu, apakah ada interaksi diantara kedua
variabel tersebut.
Tabel 22
PENGUJIAN INTERAKSI
Peminatan (Faktor I) Alat Peraga (Faktor II) Tidak
Minat Minat .. jy
15 45 20 50 25 60
Tidak Menggunakan
(60) (155)
215
75 95 75 90 75 90
Menggunakan
(225) (275)
500
..iy 285 430 715... y
oH : Tidak ada interaksi antara Faktor I dan Faktor II 05,0
20306011
11 n
y 75
322512
12 n
y
88
6667,513
1552121
ny
6667,913
2752222
ny
156667,91756667,512022122111
022122111
Kesimpulan : Terdapat Interaksi antara Faktor I dan Faktor II
Maka digunakan Anova untuk desain 2 faktor dengan interaksi, untuk menguji
oH : Tidak ada interaksi antara Peminatan dan Alat Peraga
'oH : Tidak ada perbedaan diantara efek level dari Peminatan
''oH : Tidak ada perbedaan diantara efek level dari Alat Peraga
05,0
Tabel 23
TABEL ANOVA UNTUK DESAIN 2 FAKTOR DENGAN INTERAKSI
Sumber Keragaman
(SOV)
Derajat Kebebasan
(dof)
Kuadrat Jumlah(SS)
Kuadrat Rata-rata(MS) F
Regresi (full) 4 51291,6667
Mean 1 42602,0833 Faktor I 1 1752,0834 1752,0834 76,4546 Faktor II 1 6768,75 6768,75 295,3637 Interaksi 1 168,75 168,75 7,3636
Residual 8 183,3333 22,9167 Total(tidak terkoreksi) 12 51.475
Contoh perhitungan:
a
i
b
jijfullgresi nySS
1 1
2.)(Re 6667,291.51327515522560 2222
Mean = abny 2... 0833,602.423227152 xx
89
FaktorISS abnybnya
ii ...
2
1
2..
0834,752.10833,602.4232430285 22 x
FaktorIISS abnyanyb
jj ...
2
1
2..
75,768.60833,602.4232500215 22 x
32,58,1 FFtabel
Untuk Pengujian oH
F = 7,3637
Keputusan: Tolak oH
Dengan Tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa terdapat
interaksi antara Peminatan dan Alat peraga
Untuk Pengujian 'oH
F = 76,4546
Keputusan: Tolak
Dengan Tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan diantara efek level dari Peminatan
Untuk Pengujian ''oH
F = 295,3637
Keputusan: Tolak
Dengan Tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan diantara efek level dari Alat Peraga
90
Dari hasil pengujian menggunakan Anova 2 faktor, didapatkan bahwa kita
menolak 0H . Untuk itu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui
kelompok mana yang berbeda. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji
Tukey (dengan %)5 .
Uji Tukey
:0H '' jiij , '' jiij , 2,1i , 2,1j
:1H '' jiij , 2,1'i , 2,1'j
Cari dahulu simpangan bakunya:
xs = n
MSE = 39167,22 = 2,7639
05,0T = 05,0q (4,8) xs = 4,53 (2,7639) = 12,5205
11x = 20
12x = 75
21x = 51,6667
22x = 91,6667
Daerah kritik : Tolak 0H jika '' jiij xx > 12,5205
1211 xx = 7520
= 55 > T
Keputusan: Tolak 0H
91
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat dikatakan bahwa rata-
rata hasil belajar siswa yang tidak memiliki minat terhadap Matematika dan
diajar dengan tidak menggunakan alat peraga berbeda dengan rata-rata hasil
belajar siswa yang tidak memiliki minat terhadap Matematika dan diajar
menggunakan alat peraga.
2111 xx = 6667,5120
= 31,6667 > T
Keputusan: Tolak 0H
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat dikatakan bahwa rata-
rata hasil belajar siswa yang tidak memiliki minat terhadap Matematika dan
diajar dengan tidak menggunakan alat peraga berbeda dengan rata-rata hasil
belajar siswa yang memiliki minat terhadap Matematika dan diajar tidak
menggunakan alat peraga.
2211 xx = 6667,9120
= 71,6667 > T
Keputusan: Tolak 0H
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat dikatakan bahwa rata-
rata hasil belajar siswa yang tidak memiliki minat terhadap Matematika dan
diajar dengan tidak menggunakan alat peraga berbeda dengan rata-rata hasil
belajar siswa yang memiliki minat terhadap Matematika dan diajar tidak
menggunakan alat peraga.
2112 xx = 6667,5175
92
= 23,3333 > T
Keputusan: Tolak 0H
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat dikatakan bahwa rata-
rata hasil belajar siswa yang tidak memiliki minat terhadap Matematika dan
diajar dengan menggunakan alat peraga berbeda dengan rata-rata hasil
belajar siswa yang memiliki minat terhadap Matematika dan diajar tidak
menggunakan alat peraga.
2212 xx = 6667,9175
= 16,6667 > T
Keputusan: Tolak 0H
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat dikatakan bahwa rata-
rata hasil belajar siswa yang tidak memiliki minat terhadap Matematika dan
diajar dengan menggunakan alat peraga berbeda dengan rata-rata hasil
belajar siswa yang memiliki minat terhadap Matematika dan diajar
menggunakan alat peraga.
2221 xx = 6667,916667,51
= 40 > T
Keputusan: Tolak 0H
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat dikatakan bahwa rata-
rata hasil belajar siswa yang memiliki minat terhadap Matematika dan diajar
tidak menggunakan alat peraga berbeda dengan rata-rata hasil belajar siswa
93
yang memiliki minat terhadap Matematika dan diajar menggunakan alat
peraga.
Maka berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa Minat dan Alat Peraga memberikan pengaruh positif
terhadap Hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika.
Kesimpulan hipotesis :
Hipotesis 1
t = -2,5208
t tabel = -1,645
Tolak Ho Jika t t tabel
Keputusan: Tolak Ho
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa nilai
Matematika siswa pada kelas yang diajar menggunakan alat peraga lebih
besar dibandingkan dengan kelas yang diajar tidak menggunakan alat peraga
Hipotesis 2
t = -3,2858
t tabel = -1,701
Keputusan: Tolak Ho
Kesimpulan: Dengan tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa nilai
Matematika siswa yang memiliki minat pada Matematika lebih besar
dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki minat pada Matematika.
94
Hipotesis 3
32,58,1 FFtabel
1. Untuk Pengujian oH
F = 7,3637
Keputusan: Tolak oH
Dengan Tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa terdapat
interaksi antara Peminatan dan Alat peraga
2. Untuk Pengujian 'oH
F = 76,4546
Keputusan: Tolak
Dengan Tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan diantara efek level dari Peminatan
3. Untuk Pengujian ''oH
F = 295,3637
Keputusan: Tolak
Dengan Tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan diantara efek level dari Alat Peraga
Dengan uji Tukey didapat
Daerah kritik : Tolak 0H jika '' jiij xx > 12,5205
55> T
Keputusan: Tolak 0H
31,6667 > T
95
Keputusan: Tolak 0H
71,6667 > T
Keputusan: Tolak 0H
23,3333 > T
Keputusan: Tolak 0H
16,6667 > T
Keputusan: Tolak 0H
40 > T
Keputusan: Tolak 0H
Dari ke 3 hipotesis ditarik kesimpulan bahwa dengan tingkat kepercayaan
95%, maka minat dan penggunaan alat peraga berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika.
C. Interpretasi Hasil Penelitian
Setelah mendapat hasil analisis data dari pengajaran sebelum
menggunakan alat peraga, sesudah menggunakan alat peraga dan angket skala
minat, serta berdasarkan perhitungan-perhitungan yang telah dilakukan
membuktikan bahwa hasil belajar pokok bahasan kesebangunan dan simetri diajar
dengan menggunakan alat peraga lebih efektif bila dibandingkan dengan hasil
belajar pokok bahasan kesebangunan dan simetri bagi siswa yang diajar sebelum
menggunakan alat peraga dan minat siswa terhadap hasil belajar dapat dibuktikan
dengan rumus uji ANOVA (Analysis of Variance) 2 faktor, dan dengan
96
diperolehnya F hitung yang bernilai 76,4546 dan 295,3637 yang harganya lebih
besar dari F tabel (5,32) pada taraf nyata 0,05 yaitu F hitung > F tabel. Dan dari
pengujian dengan uji Tukey dengan diperolehnya T yang bernilai 55, 31,6667,
71,6667, 23,3333, 16,6667, dan 40 yang harganya lebih besar dari 05,0T (12,5205)
pada taraf nyata 0,05 secara matematis dapat ditulis T > 05,0T .
Dari data yang ada serta pengujian hipotesis yang dilakukan dapat di
interpretasikan bahwa penggunaan alat peraga dan minat siswa mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditafsirkan
bahwa pengunaan alat peraga dan minat siswa yang tepat akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar yang baik juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang berasal dari luar diri siswa, baik lingkungan sekolah maupun
lingkungan sosialnya.
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahas penelitian ini penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan dari kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi = 85, nilai
terendah = 15, mean = 52,8333 , median = 56,5, modus = 74,5,
simpangan baku = 17,1130.
sedangkan hasil perhitungan dari kelas eksprimen diperoleh nilai
tertinggi = 95 nilai terendah = 35, mean =65,8333, median =70,6111,
modus =73,9444, simpangan baku =5,868.
Hasil perhitungan dari minat siswa diperoleh nilai tertinggi untuk siswa
yang memiliki minat =76 , terendah = 47, mean = 61 , median =
60,875, modus = 59, simpangan baku = 2,9723.
Hasil perhitungan uji normalitas pada kelas kontrol dan eksperimen
dengan angka perhitungan tabel 0,159 hasil kelas kontrol L0 = 0,1385
keputusan menerima Ho dan hasil kelas eksperimen L0 = 0,1018
keputusan menerima Ho.
2. Pengujian hipotesis memakai rumus didapat nilai F hitung yang bernilai
76,4546 dan 295,3637 yang harganya lebih besar dari F tabel (5,32) pada
taraf nyata 0,05 dengan secara matematis dapat ditulis F hitung > F tabel
98
sehingga Ho ditolak. Dan dengan hasil pengujian Tukey (T ) yang
bernilai 55, 31,6667, 71,6667, 23,3333, 16,6667, dan 40 yang harganya
lebih besar dari 05,0T (12,5205) pada taraf nyata 0,05 secara matematis
dapat ditulis T > 05,0T sehingga Ho ditolak.
3. Pengunaan alat peraga dan minat siswa berpengaruh positif yang
signifikan terhadap hasil pembelajaran kesebangunan dan simetri pada
siswa kelas Va SDN Gandaria 01 Pagi Jakarta Selatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa minat
siswa dan penggunaan alat peraga memiliki pengaruh yang besar terhadap
hasil belajar siswa, oleh karena itu mengembangkan minat dan
menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam belajar perlu mendapat
perhatian dari berbagai pihak baik para pendidik, orang tua maupun siswa.
Sehingga anak akan merasa senang belajar Matematika tidak lagi merasa
membosankan dan menakutkan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono.1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bina Aksara
: Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta: Jakarta. _____ 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis. Rineka Cipta : Jakarta. Milton, Janet S dan Myers, Raymond H. 1991. A First Course In the Theory of
Linear Statistical Models. United State of America. Rohadi, Aristo. 2003. Media Pembalajaran. Departemen Pendidikan Nasional. Ruseffendi, E. T., dkk. 1994. Materi Pokok Pendidikan Matematika III.
Universitas Terbuka, Depdikbud : Jakarta. Shaleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhbid Abdul. 2004. Psikologi Suatu
Pengantar Dalam Persepsi Islam : Jakarta. Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. PT.
Rineka Cipta : Jakarta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito : Bandung. Sudjana, Nana. 1983. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru
Algesindo : Jakarta. _____ 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya :
Bandung. Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah.
Usaha Nasional : Surabaya. Sukardjono. 2001. Materi Pokok Filsafat Dan Sejarah Matematika.
Universitas Terbuka : Jakarta. Supranto. J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga : Jakarta.
100
Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
_____ 2002. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Usman, M. Basyiruddin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Ciputat Pers :
Jakarta. Usman. Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya :
Jakarta. Walpole, Ronald E. 1992. Pengantar Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
101
RIWAYAT HIDUP ENDAH NINASARI, Lahir di Jakarta, 30 Septembaer 1985 adalah anak pertama
dari bapak S. Ika Mulyono.
Alamat : Jl. Flores E. 24/4 Rt. 005/017. Perum. Benda Baru Kec. Pamulang
Tangerang.
Riwayat pendidikan : berawal dari Sekolah Dasar di SDN Benda Baru III lulus
tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di SLTPN 2 Pamulang lulus tahun 2001,
Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Pamulang lulus tahun 2004. Dari tahun
2004 – 2008 melanjutkan studi di Universitas INDRAPRASTA PGRI Jakarta
pada Program Studi FTMIPA, Jurusan Pendidikan Matematika.
Semasa kuliah ia juga mengajar bimbingan belajar (private).