Post on 06-Feb-2018
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 80
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah
a. Gambaran Umum Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor
Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional terletak di Desa
Wates Jaya, Kec. Cigombong, Lido, Kab. Bogor, Balai Besar Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional merupakan satuan kerja mandiri Badan Narkotika
Nasional atau disingkat BNN yang melaksanakan tugas pelayanan masyarakat
berupa rehabilitasi penyalah guna dan/atau pecandu narkoba secara terpadu
berdasarkan aspek medis, psikologis, dan sosial.
Balai Besar Rehabilitasi BNN berada dalam ruang lingkup pelaksanaan
tugas dan fungsi Deputi Bidang Rehabilitasi. Balai Besar Rehabilitasi BNN
mampu menampung 375 pecandu narkoba per 6 bulan. Dasar hukum dari Balai
Besar Rehabilitasi BNN ini adalah:
1) Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2) Peraturan pecandu narkoba RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan
Narkotika Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
3) Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor: PER/03/V/2010/BNN
tentang Organisasi dan Tata Kerja (OTK) Badan Narkotika Nasional
Republik Indonesia.
4) Peraturan Ketua Badan Narkotika Nasional Nomor: PER/02/XI/2007/BNN
tanggal 15 November 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi BNN.
5) Instruksi pecandu narkoba No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Peran strategis Balai Besar Rehabilitasi BNN dalam rangka pelaksanaan
P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkotika) segmen demand recuction (pengurangan permintaan) dalam
realisasinya menggunakan sistem one stop center (pelayanan terpadu) yang
menempatkan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial untuk pengguna narkoba
berada dalam satu atap. Dalam melaksanakan peran strategis dan fungsinya,
Love, Innovative,
Dignity, Optimistic
1) Love: bekerja dengan hati nurani, kasih sayang, ikhlas dan saling membantu.
2) Innovative: kreatif dan berwawasan luas.
3) Dignity: kehormatan, harga diri dan kebanggaan.
4) Optimistic: semangat dan pantang menyerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Sumber daya manusia yang terdapat di Balai Besar Rehabilitasi BNN pada
tahun 2015 meliputi:
Tabel 6. Tenaga Medis Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor
No Jabatan Spesifikasi Jumlah 1. Konsulen Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa 2
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2
Dokter Spesialis Paru 1
Dokter Spesialis Syaraf 1
Dokter Spesialis Radiologi 2
Konsulen Hipnoterapi 3
Konsulen VCT 2
2. Dokter Umum Dokter Umum 12
3. Dokter Gigi Dokter Gigi 3
4. Perawat/ Bidan Diploma Keperawatan/ Kebidanan 51
5. Perawat Gigi Diploma Keperawatan Gigi 3
Tabel 7. Tenaga Sosial Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor
No Jabatan Spesifikasi Jumlah 1. Psikolog S2 - Magister Profesi Psikolog 2
2. Ilmuwan Psikologi
S1 - Sarjana Psikologi 5
3. Konselor Adiksi SMA, D3, S1+Konselor Bersertifikat 45
4. Peer Edukator SMA, D3, S1+Konselor Bersertifikat 10
5. Instruktur Vokasional & Olahraga
SMA, D3, S1+Bersertfikat 4
6. Pembina Mental D3 / S1 Pendidikan Agama 19
S1 Sarjana Psikologi 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 8. Penunjang Medis Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor
No Jabatan Spesifikasi Jumlah
1. Analis Kimia/Pranata Laboratorium
Diploma Analis Kimia (kesehatan) 6
2. Rekam Medis Diploma Rekam Medis 3 3. Radiografer Diploma Radiologi 3 4. Elektromedis Diploma Elektromedis 3 5. Fisioterapis Diploma Fisioterapi 1 6. Nutrisionis Diploma Gizi 3 7. Farmasi Asisten Apoteker 3
b. Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
1) Visi Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor adalah
menjadikan pusat rujukan nasional pelaksanaan rehabilitasi bagi
penyalahguna dan atau pecandu narkoba secara profesional.
2) Misi Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor adalah
sebagai berikut:
a) Melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan sosial
bagi penyalahguna dan atau pecandu narkoba.
b) Fasilitas pengkajian dan pengembangan rehabilitasi.
c) Melaksanakan wajib lapor pecandu.
d) Memberi dukungan informasi dalam rangka pelaksanaan Pencegahan,
Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
c. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tugas pokok dari Balai Besar Rehabilitasi BNN adalah untuk
melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi, dan
pelayanan wajib lapor serta memberikan dukungan informasi dalam rangka
pelaksanaan pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya, untuk selanjutnya
disebut P4GN. Fungsi yang diusung oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN
berkaitan dengan tugas pokok tersebut adalah:
1) Penyusunan perencanaan, program dan anggaran Balai Besar Rehabilitasi
BNN.
2) Penyusunan dan perumusan pedoman pelaksanaan rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna dan/atau pecandu
narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya; fasilitasi magang,
pengkajian, penelitian dan pengembangan rehabilitasi.
3) Pelayanan wajib lapor serta memberikan dukungan informasi dalam rangka
pelaksanaan P4GN dan pemutusan jaringan peredaran gelap narkoba.
4) Pelaksanaan pengkajian, pengembangan dan uji coba metode rehabilitasi
guna peningkatan efektifitas dan efisiensi proses rehabilitasi.
5) Pelaksanaan pelayanan rehabilitasi medis dan penunjang medis.
6) Pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial dan penunjang rehabilitasi sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
7) Pelaksanaan pusat rujukan bagi fasilitasi rehabilitasi korban penyalah guna
dan/atau pecandu narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya milik
pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarkat lainnya.
8) Pelaksanaan penyelenggaraan database di lingkungan Balai Besar
Rehabilitasi BNN.
9) Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah tangga Balai Besar Rehabilitasi
BNN.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
d. Struktur Organisasi
Gambar 5. Struktur Organisasi Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor
e. Proses Rehabilitasi Pecandu Narkoba
Proses rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Lido, Bogor, diawali
dengan pasien masuk berdasarkan kemauan sendiri (volunteery) ataupun
dibawa oleh pihak kepolisian akibat terlibat kasus di pengadilan. Hal pertama
yang dilakukan pasien ketika sampai adalah proses screening/intake. Hal-hal
yang dilakukan pada proses screening diantaranya: 1) pendaftaran oleh pihak
keluarga meliputi penandatanganan informed consent, wawancara keluarga,
serta edukasi tentang family support group; 2) pasien melakukan asesmen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
medis meliputi tes urin, pemeriksaan fisik, dan nantinya hasil pemeriksaan
medis tersebut ditulis di dalam ASI (Addiction Severity Index) oleh Tim Bidang
Rehabilitasi Medis di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor.
Gambar 6. Proses Rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor
Tahap selanjutnya adalah pasien yang sudah menerima pemeriksaan
medis menjalani tahap detoksifikasi selama 2 minggu. Ketika memasuki tahap
detoksifikasi ini, pasien sudah disebut sebagai residen (pecandu narkoba yang
menjalani rehabilitasi) karena diberikan pelayanan medis dan psikologis
terpadu. Hal-hal yang dilakukan pada pecandu narkoba pada tahap ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
1) Residen diberikan perawatan gejala putus zat dan pemeriksaan medis
lanjutan yang melibatkan Seksi Pelayanan Rehabilitasi Medis dan Seksi
Penunjang Rehabilitasi Medis, perawatan gejala putus zat yang diterima
meliputi asesmen medis lanjutan terhadap kondisi fisik, psikiatri dan
gejala putus zat dengan instrumen COWS (Clinical Opiate Withdrawl
Scale), PANSS-EC (Positive and Negative Syndrome Scale Excited
Component) untuk menilai kondisi gaduh gelisah, MINI-ICD 10 (Mini
International Neuropsychiatric Interview-International Classification of
Desease 10) untuk menilai gangguan mental, pemeriksaan darah lengkap,
radiologi, USG, EKG, EEG, status gizi, pemeriksaan psikiatri,
pemeriksaan gigi, serta pengobatan medis harian untuk merawat dan
pemulihan fisik dari gejala putus zat yang dialami oleh pecandu narkoba.
2) Terapi edukasi dan okupasi oleh perawat kesehatan dan tim medis agar
pecandu narkoba mampu mengenali kondisi fisiknya sendiri dan mampu
melakukan pertolongan pertama jika terjadi permasalahan fisik akibat efek
detoks. Hal ini juga disertai dengan psikoterapi dan terapi kelompok untuk
menstabilkan kondisi psikologis dari pecandu narkoba. Setelah kondisi
fisik dan psikologis dinyatakan mulai stabil oleh Tim Rehabilitasi Medis,
Bagian Psikologi selanjutnya berperan melakukan asesmen psikologis
untuk mengetahui tingkat adiksi dari pecandu narkoba dengan
menggunakan ASI (Addiction Severity Index). Sebelumnya lembar ASI
telah diisi oleh tim medis berkaitan dengan keadaan fisik. Bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Psikologi bertugas melanjutkan asesmen dengan ASI untuk memperoleh
gambaran psikologis dari pecandu narkoba sehingga di dalam ASI
terekam kondisi fisik dan psikologis dari pecandu narkoba yang akan
digunakan sebagai rujukan untuk memasukkan pecandu narkoba ke dalam
program-program unggulan Therapeutic Community (TC) dari BNN.
Setelah 2 minggu di fase detoksifikasi, maka pecandu narkoba
selanjutkan dipindahkan ke fase stabilisasi dan pengenalan program
rehabilitasi yang disebut sebagai fase Entry Unit. Di Entry Unit, peran Bidang
Rehabilitasi Medis sudah mulai berkurang, karena pelayanan rehabilitasi
medis yang diberikan mulai fase ini hanya berupa pelayanan penunjang medis
seperti pemeriksaan gigi secara rutin dan penatalaksanaan kondisi medis
khusus, meliputi penatalaksanaan perawatan medis kepada pecandu narkoba
dengan diagnosis HIV/AIDS dan perawatan kerusakan hati akibat penggunaan
narkotika. Selebihnya merupakan kegiatan asesmen psikologis seperti
penggunaan tes IQ, tes minat dan sikap kerja, tes kepribadian serta
melanjutkan asesmen dengan ASI (Addiction Severity Index) bagi pecandu
narkoba yang belum diasesmen di fase detoksifikasi.
Selain itu, di fase ini peran psikolog dan tim psikologi berperan untuk
memperkenalkan program rehabilitasi berupa Therapeutic Community dan
membuat rekomendasi tentang program rehabilitasi sosial/primary yang
sesuai untuk pecandu narkoba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tahap selanjutnya, pecandu narkoba mulai memasuki tahap program
rehabilitasi sosial tahap awal atau disebut sebagai tahap primary. Tahap
primary di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido merupakan inti dari
Therapeutic Community (TC). Di dalam program primary ini, terdiri dari 4
program unggulan yaitu House of Care, House of Change, House of Hope,
dan House of Faith. Program primary dilaksanakan maksimal 4 bulan
bergantung pada hasil asesmen medis dan psikologi yang telah dilakukan
kepada pecandu narkoba di tahapan-tahapan sebelumnya. Selain 4 program
unggulan itu ada juga program Female khusus untuk pecandu narkoba
perempuan yang direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.
Setelah menjalankan program primary pecandu narkoba yang
menjalankan rehabilitasi akan melalui tahap Re-Entry yang belangsung selama
1 bulan. Tahap Re-Entry ini hanya ada pada program jangka panjang, yaitu
House of Hope dan House of Faith, sedangkan untuk program jangka pendek
House of Change dan House of Care tidak ada program Re-Entry dikarenakan
pecandu narkoba yang masuk ke dalam program jangka pendek memiliki daya
dukung hidup yang baik dilihat dari kriteria-kriteria khusus yang ada di ASI
(Addiction Severity Index). Kriteria dalam lembar ASI bersifat spesifik dan
ditentukan langsung dalam Case Conference.
Pada tahapan Re-Entry, pecandu narkoba mulai dipersiapkan untuk
kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan lebih banyak ke
konseling keluarga dan relapse prevention (pencegahan relapse). Selain itu, di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Re-Rentry juga diberlakukan buddy system yaitu pecandu narkoba yang baru
masuk ke tahapan Re-Entry akan didampingi oleh buddy (pendamping) yang
ditunjuk oleh staf BNN Lido, buddy sendiri merupakan pecandu narkoba yang
sudah lebih dulu masuk ke tahapan Re-Entry dan akan menyelesaikan
rehabilitasinya di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.
Tugas dari buddy adalah untuk membantu orientasi pecandu narkoba
yang baru masuk ke tahapan Re-Entry. Buddy sistem di BNN Lido juga
merupakan bagian dari kegiatan community service yang dilakukan oleh
pecandu narkoba senior/pecandu narkoba tahap akhir sebagai bagian dari
proses adaptasi pecandu narkoba dalam kembali ke masyarakat. Selain itu,
kegiatan community service juga dilakukan menjelang akhir pekan dan lebih
intensif ketika menjelang perayaan besar keagamaan berupa pecandu narkoba
di tahapan Re-Entry diizinkan untuk berkeliling di lingkungan BNN Lido dan
memberikan jasanya berupa membantu para staf dengan menawarkan bantuan
seperti fotocopy dokumen, mencuci kendaraan, dan pekerjaan/tugas-tugas
sederhana lainnya.
Pecandu narkoba yang telah selesai menjalankan tugas dari staf harus
diberikan komisi berupa uang jasa yang jumlahnya suka rela. Ketika
menjelang hari besar/hari perayaan keagamaan seperti Idul Fitri, community
service dimanfaatkan oleh pecandu narkoba untuk mengumpulkan uang
sebanyak-banyaknya guna membelikan baju lebaran/hadiah bagi keluarga
yang datang berkunjung ketika hari raya. Meskipun pecandu narkoba belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
bisa keluar dari BNN Lido, biasanya untuk membeli hadiah pecandu narkoba
menitipkan kepada staf dari BNN, terutama konselor yang mendampinginya.
Selanjutnya tahapan pasca rehabilitasi (aftercare) dilakukan di luar Balai
Besar Rehabilitasi BNN Lido yaitu biasanya dilakukan di BNN Pusat Jakarta
dan di BNN Lampung. Aftercare dilakukan jika ada permintaan dari pecandu
narkoba. Sehingga kegiatan aftercare sesuai dengan kebutuhan pecandu
narkoba yang sifatnya berupa pelayanan konsultasi psikologis tentang relapse
prevention (pencegahan relapse).
Tahapan-tahapan yang ada di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
merupakan tahapan-tahapan yang memiliki titik tekan pada time frame atau
berdasarkan kerangka waktu untuk memindahkan pecandu narkoba dari satu
tahap ke tahap yang lainnya, namun terdapat pula kriteria-kriteria spesifik
yang dibahas di case conference yang diikuti oleh tim dari Bidang
Rehabilitasi Medis dan Bidang Rehabilitasi Sosial guna menentukan
kelayakan pecandu narkoba untuk maju ke tahapan selanjutnya dan sudah
waktunya bagi pecandu narkoba untuk kembali ke masyarakat.
2. Persiapan Administrasi Penelitian
Persiapan administrasi penelitian merupakan segala bentuk perizinan yang
dilakukan peneliti kepada pihak terkait dalam pelaksanaan penelitian. Permohonan
izin diawali dengan menghubungi Ibu Sri Hastutik, M. Si. selaku bagian hubungan
masyarakat Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Bogor.
Berdasarkan arahan dari Ibu Sri Hastutik, M. Si., peneliti mengajukan permohonan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
perizinan penelitian kepada Kepala Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional, Bogor selaku pimpinan instansi yang akan dijadikan tempat penelitian.
Surat pengantar permohonan izin penelitian dari Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nomor
737/UN27.06.6.2/PN/2016 dikirim bersamaan dengan proposal penelitian pada
tanggal 19 Januari 2016.
Pada tanggal 22 Januari 2016 peneliti menghubungi Ibu Sri Hastutik, M.
Si. untuk memastikan bahwa surat permohonan izin penelitian dan proposal
penelitian sudah diterima pihak Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional, Bogor. Peneliti juga mengkonfirmasi terkait prosedur selanjutnya yang
bisa ditempuh untuk menjalankan penelitian. Ibu Sri Hastutik, M. Si.
mempersilahkan peneliti untuk langsung datang ke Balai Besar Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Bogor pada pekan depan (mulai tanggal 25 Januari 2016).
Kemudian peneliti memutuskan untuk hadir di Balai Besar Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Bogor pada tanggal 27 Januari 2016.
Pada tanggal 27 Januari 2016 sekitar pukul 10.00 WIB peneliti tiba dan
menjalani pemerikasaan barang di pos 00 sebelum memasuki kawasan Balai Balai
Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor. Setelah menjalani
pemeriksaan barang, peneliti dipersilahkan menuju ke gedung utama untuk
bertemu dengan Ibu Sri Hastutik, M. Si. Selanjutnya peneliti bertemu dengan
Mbak Deci selaku bagian hubungan masyarakat Balai Besar Rehabilitasi Badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Narkotika Nasional Bogor yang dijadikan penanggung jawab urusan administrasi
selama peneliti berada di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional.
3. Persiapan Alat Ukur
Skala Kecenderungan relapse digunakan untuk mengukur kecenderungan
relapse pada pecandu narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN, Bogor, yang akan
menjadi subjek penelitian. Skala kecenderungan relapse disusun berdasarkan
aspek-aspek kecenderungan relapse mengacu pada cognitive- behavioral model of
relapse yang dikembangkan oleh Marlatt dan Gordon (dalam Larmier, dkk, 1999).
Aspek-aspek tersebut meliputi high-risk-situation, coping, outcome expectancies,
dan abstinence violation effect.
Skala ini merupakan skala likert dengan rentang skor satu sampai empat
yang terdiri dari 34 item dan akan diujicobakan kepada pecandu narkoba yang
menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas. Skor satu menunjukkan bahwa subjek sangat tidak setuju dengan
pernyataan item skala. Skor dua menunjukkan bahwa subjek tidak setuju dengan
pernyataan item skala. Pernyataan setuju dengan item skala diungkapkan dengan
skor tiga. Terakhir, skor empat mengungkapkan sangat setuju terhadap pernyataan
item skala.
Skala kecenderungan relapse terdiri dari item favorable dan unfavorable. Item
favorable merupakan item yang mendukung dan mengarah pada variabel
kecenderungan relapse. Sedangkan, item unfavorable berlawanan dengan variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
kecenderungan relapse. Maka, skor untuk item unfavorable harus diubah sebelum
dijumlahkan.
4. Persiapan Eksperimen
Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum kegiatan pelatihan efikasi diri
yang akan diberikan kepada kelompok eksperimen dilakukan. Setelah nama-nama
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan, peneliti menyerahkan
daftar nama tersebut kepada Mayor yang sedang bertugas dan menjelaskan secara
detail kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu, peneliti juga memohon izin
kepada Mayor untuk bertemu dengan subjek yang tergabung dalam kelompok
eksperimen pada Sabtu, 30 Januari 2016 untuk menginformasikan kegiatan
pelatihan yang akan dilaksanakan pada 01-03 Pebruari 2016 sekaligus melakukan
wawancara sebelum pelatihan.
Selain peserta pelatihan yang tergabung dalam kelompok eksperimen,
berbagai alat dan bahan yang digunakan selama pelatihan efikasi diri juga
dipersiapkan. Adapun berbagai alat dan bahan yang dipersiapkan adalah sebagai
berikut.
a. Laptop dan LCD
Laptop dan LCD digunakan dalam untuk menayangkan materi
presentasi pelatihan, video pelatihan, dan memainkan musik yang akan
digunakan selama pelatihan berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
b. Speaker
Speaker digunakan dalam pelatihan ini untuk memperkeras suara
video dan musik yang akan dimainkan selama pelatihan agar seluruh
peserta di ruangan dapat mendengarkan sumber suara yang berasal dari
video ataupun musik secara jelas.
c. Kamera
Kamera digunakan untuk mendokumentasikan pelatihan dalam
bentuk foto maupun video serta dapat digunakan sebagai alat bantu
kegiatan wawancara dan observasi.
d. Modul Pelatihan
Modul pelatihan dalam penelitian ini terdiri dari modul untuk
pertemuan pertama, kedua, dan ketiga yang menjelaskan detail kegiatan
setiap sesi. Masing-masing pertemuan memiliki sarana pendukung baik
dalam bentuk alat ataupun materi yang akan digunakan. Di dalam modul
terdapat angket evaluasi program pelatihan, evaluasi pemahaman materi,
dan angket observasi. Modul pelatihan selanjutnya dapat dilihat dalam
lampiran.
e. Materi Presentasi Pelatihan
Materi presentasi pelatihan bertujuan untuk membantu peserta
dalam memahami materi yang akan disampaikan oleh fasilitator. Materi
presentasi pelatihan utama yaitu cognitive-behavioral model of relapse
dan efikasi diri. Selain itu terdapat pula berbagai bentuk tayangan gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
ataupun tulisan yang digunakan untuk mendukung pelatihan dalam
bentuk slide power point.
f. Lembar Kerja
Terdapat beberapa sesi yang menggunakan lembar kerja baik dalam
bentuk narasi yang akan didiskusikan ataupun stimulus dan instruksi yang
harus dilaksanakan. Semua lembar kerja dari masing-masing peserta
nantinya akan disatukan dalam business file agar dapat dijadikan sebagai
bahan evaluasi dan pembelajaran bagi peserta.
5. Pelaksanaan Uji Coba
a. Uji Coba Skala Kecenderungan Relapse
Skala yang akan diuji coba adalah skala kecenderungan relapse
berdasarkan aspek-aspek kecenderungan relapse yang dikemukakan Marlatt
dan Gordon (dalam Larmier, dkk, 1999). Skala kecenderungan relapse yang
akan diuji coba terdiri dari 34 item. Data hasil uji coba juga akan digunakan
sebagai data pretest untuk item yang telah dipastikan valid dan reliabel.
Kegiatan uji coba skala kecenderungan relapse dilakukan kepada
pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi pada hari Kamis, 28 Januari
2016 di House of Faith Gedung Therapeutic Community Balai Besar
Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Bogor. Sekitar pukul 11.20 WIB
kegiatan dimulai dengan pengantar dari Mayor House of Faith yang sedang
bertugas dengan memperkenalkan peneliti. Selanjutnya peneliti memberikan
pengarahan yang menekankan pada jaminan kerahasiaan data dan juga tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
adanya keterkaitan antara hasil pengerjaan skala dengan program di Balai
Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Bogor.
Di ruang seminar House of Faith tidak tersedia meja untuk
mengerjakan skala yang dikhawatirkan akan mempengaruhi kenyamanan
dalam mengerjakan skala. Mengantisipasi hal ini, peeneliti memohon izin
kepada Mayor House of Faith yang sedang bertugas untuk memindahkan
subjek ke Dining Room House of Faith. Setelah memberikan pengarahan
kepada subjek uji coba skala kecenderungan relapse dan mendapatkan izin
dari Mayor untuk melakukan pemindahan kegiatan di ruang yang lebih
representatif untuk mengerjakan skala, maka sejumlah 39 subjek segera
berpindah ke Dining Room House of Faith yang tersedia meja di dalamnya.
Proses pemindahan peserta berlangsung tidak lebih dari tiga menit
karena Dining Room terletak di samping ruang seminar dan berjarak sekitar
tiga meter. Setelah seluruh peserta duduk, fasilitator dibantu oleh co-fasilitator
membagikan skala kecenderungan relapse dan pena kepada seluruh peserta.
Sesekali fasilitator mengingatkan peserta untuk menanyakan berbagai hal
yang belum dipahami, baik berupa pernyataan yang terdapat di dalam skala
kecenderungan relapse atupun terkait petunjuk pengisian. Selama proses
pengerjaan uji coba skala kecenderungan relapse, fasilitator dan co-fasilitator
berkeliling untuk melihat dan membantu subjek yang mungkin mengalami
kesulitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Setelah sekitar sepuluh menit berjalan ada beberapa subjek yang sudah
menyelesaikan pengerjaan uji coba skala kecenderungan relapse. Fasilitator
dan co-fasilitator mendatangi dan memeriksa sekilas hasil kerja subjek untuk
meminimalkan terlewatnya item dari pengerjaan subjek. Sekitar pukul 11. 50
WIB seluruh subjek telah selesai mengerjakan uji coba skala kecenderungan
relapse. Fasilitator mengakhiri kegiatan uji coba skala kecenderungan relapse
dengan ucapan terima kasih dan salam.
Saat peneliti melakukan input data untuk proses uji validitas skala
kecenderungan relapse ditemukan sejumlah dua subjek yang datanya tidak
dapat diikutkan dalam proses selanjutnya karena ada item yang tidak
dikerjakan. Oleh karena itu, hanya ada tiga puluh tujuh data subjek yang dapat
dipergunakan dalam uji validitas skala.
b. Uji Coba Modul Pelatihan Efikasi Diri
Modul merupakan salah satu instrumen terpenting dalam penelitian
eksperimen ini. Modul disusun sebagai panduan fasilitator dan co-fasilitator
dalam menjalankan segala bentuk kegiatan yang telah direncanakan. Modul
yang baik dapat membantu fasilitator dan co-fasilitator untuk menjalankan
pelatihan dengan terstruktur.
Guna memenuhi tersusunnya modul yang valid, peneliti melakukan uji
validitas isi dengan melibatkan dosen pembimbing utama dan pembimbing
kedua untuk melakukan penilaian sebagai pihak profesional yang kompeten.
Selain itu, peneliti juga melibatkan penguji utama dan penguji kedua sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
pihak profesional untuk melakukan pemeriksaan terhadap modul dan
memberikan saran perbaikan modul selama proses revisi proposal penelitian
dan modul yang telah diseminarkan dalam sidang validasi proposal.
Setelah pembimbing dan penguji memberikan persetujuan terhadap
hasil revisi proposal dan modul, maka peneliti meminta bantuan kepada pihak
Balai Besar Rehabilitasi Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Bogor yang memiliki kompetensi dan pemahaman secara lebih detail terkait
dengan subjek untuk melakukan proffessional judgment pada modul pelatihan
efikasi diri. Pada tanggal 28 Januari 2016 Bro Abun (Chris Chandra) sebagai
tim clinical Therapeutic Community yang menangani teknis lapangan program
terapi di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor melakukan
pemeriksaan modul pelatihan efikasi diri sebelum diberikan kepada subjek
baik dalam rangka uji coba ataupun pelatihan.
Berdasarkan arahan dari Bro Abun, peneliti diarahkan untuk menemui
Bro Eri selaku tim clinical Therapeutic Community untuk menyepakati hari
pelaksanaan uji coba modul. Bro Eri mempersilahkan peneliti untuk kembali
ke gedung Therapeutic Community sebagai tempat tinggal subjek uji coba
modul dan penelitian pada tanggal 29 Januari 2016. Terkait dengan teknis dan
waktu pelaksanaan, peneliti diminta untuk menemui Mayor yang sedang
bertugas pada tanggal 29 Januari 2016 dikarenakan Mayor adalah pihak yang
mengetahui detail jadwal harian subjek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Sekitar pukul 10.00 WIB peneliti didampingi oleh seorang asisten
peneliti tiba di gedung Therapeutic Community dan bertemu dengan Mayor
yang bertugas, yaitu Bro Max dan mempersilahkan peneliti untuk langsung
mempersiapkan diri. Terkait dengan subjek yang akan mengikuti kegiatan uji
coba adalah pecandu narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi di Balai
Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor yang tidak termasuk ke
dalam daftar nama subjek penelitian baik kelompok eksperimen ataupun
kelompok kontrol. Bro Max mengingatkan peneliti untuk menjalankan
kegiatan tidak lebih dari satu jam karena subjek diharuskan untuk
mempersiapkan diri menjalankan ibadah salat Jumat.
Pukul 10.20 WIB kegiatan uji coba modul dimulai di Class Room
House of Faith. Sejumlah delapan subjek uji coba modul duduk dengan posisi
U seat. Bertindak sebagai fasilitator dalam uji coba modul adalah peneliti.
Kegiatan diawali dengan berdoa, perkenalan diri dari fasilitator dan co-
fasilitator, serta dilanjutkan perkenalan diri dari seluruh subjek. Setelah itu
rangkaian kegiatan uji coba modul dilaksanakan sesuai dengan susunan acara
yang dapat dilihat pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 9. Rancangan Kegiatan Uji Coba Modul Pelatihan Efikasi Diri
No Kegiatan Metode Waktu 1. Pembukaan dan perkenalan Lecturrette 5 menit
2. Permainan Make a Circle Simulasi dan mengerjakan
tugas. 10 menit
3. Materi Cognitive-Behavioral Model of Relapse dan Efikasi
Diri. Lecturrette 20 menit
4. Penayangan video Owner Kali
Milk Jogja dan pemaknaan video
Lecturrette dan diskusi 20 menit
5. Penutupan Lecturrette dan
evaluasi 5 menit
Kegiatan yang diuji coba meliputi materi utama, yaitu cognitive-
behavioral model of relapse dan efikasi diri. Selain itu, untuk melihat
berbagai kemungkinan hambatan yang muncul saat pelatihan peneliti
merancang kegiatan uji coba modul dengan menggunakan berbagai metode
yang dapat mewakili keseluruhan isi modul secara umum. Di akhir sesi uji
coba modul, subjek diminta untuk mengisi lembar evaluasi pelatihan. Hasil
evaluasi ini akan dijadikan dasar bagi peneliti untuk menilai kelayakan modul
serta akan dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki modul dan
berbagai kegiatan yang direncanakan dalam modul pelatihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Terdapat delapan indikator penilaian yang disediakan dalam angket
evaluasi kegiatan uji coba modul pelatihan efikasi diri. Subjek dipersilahkan
untuk memberikan skor dengan rentang 0-100 pada setiap indikator
berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan dan diterangkan dalam
lembar evaluasi.
Tabel 10. Rentang Skor dan Kriteria Penalian Evaluasi Uji Coba Modul
Pelatihan Efikasi Diri Rentang Skor Kriteria
0-20 Sangat Kurang 21-40 Kurang 41-60 Cukup 61-80 Baik 81-100 Sangat Baik
Skor minimal yang didapatkan dari hasil evaluasi adalah 60 yang termasuk
dalam kriteria cukup dan skor terbesar yang didapat adalah 100 dengan kriteria
sangat baik. Sebaran skor untuk setiap aspek dari seluruh subjek dapat dilihat
pada lampiran. Data rata-rata skor yang diberikan oleh peserta dan kategori
penilaian dapat dilihat pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Tabel 11. Rata-rata Skor dan Kategori Penilaian Hasil Evaluasi Uji Coba Modul
Pelatihan Efikasi Diri
No. Indikator Rata-rata
Skor Kategori
1 Materi dan kegiatan pelatihan 83,75 Sangat Baik
2 Kejelasan materi yang disampaikan fasilisator
79,37 Baik
3 Daya tarik materi dan kegiatan yang diberikan oleh fasilisator
85,62 Sangat Baik
4 Penguasaan fasilisator dalam menyampaikan materi
85,625 Sangat Baik
5 Penguasaan fasilisator dalam menjawab pertanyaan 83,125 Sangat Baik
6 Kebermanfaatan materi bagi peserta 95 Sangat Baik
7 Simulasi dan permainan 85 Sangat Baik
8 Kenyamanan selama proses pelatihan 87,5 Sangat Baik
Berdasarkan hasil analisis skor evaluasi uji coba pelatihan dapat
dikatakan bahwa proses pelatihan yang dirancang dalam modul sangat baik.
Namun, hal ini tidak menunjukkan bahwa modul tidak perlu perbaikan.
Evaluasi secara terbuka juga dilakukan oleh subjek di lembar evaluasi uji coba
modul pelatihan efikasi diri. Data evaluasi terbuka melalui kesan dan saran ini
dapat membantu peneliti dalam memperbaiki penyusunan modul dan
pelaksanaan teknis. Melalui evaluasi terbuka didapatkan beberapa catatan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
1) Waktu penyampaian materi diperpanjang agar tidak tergesa-gesa dan
lebih mudah dipahami.
2) Menyediakan waktu tanya-jawab dalam sesi materi.
3) Perlu dibuat sedikit lelucon atau hiburan agar peserta tidak mengantuk.
4) Secara keseluruhan materi sudah dapat dipahami.
Selama sesi uji coba modul, terdapat satu sesi yang membuat subjek
antusias dan aktif, yaitu sesi video Owner Kali Milk. Ketika video ditayangkan
seluruh subjek memperhatikan dari awal penayangan hingga akhir. Ketika
fasilitator memandu diskusi untuk mencari hal yang dapat dijadikan pelajaran
dari video tersebut, subjek berebut untuk mengemukakan pendapatnya. Berbeda
dengan saat fasilitator menyampaikan materi dengan metode lecturrette,
meskipun secara umum peserta antusias perlu usaha dari fasilitator untuk
membuat subjek benar-benar memperhatikan.
Hal ini dijadikan catatan bagi peneliti untuk meminimalkan metode
lecturrette dalam pelatihan dan lebih memperbanyak kegiatan workshop. Hal
ini didukung oleh pendapat Slamet Fatrika, S. Psi dan Kartika Azizah
Nugraheni, S. Psi sebagai tim psikologi Balai Besar Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Bogor. Mereka berpendapat bahwa pecandu narkoba sudah
terlalu banyak mendapatkan pelatihan dalam bentuk seminar sehingga ketika
ada kegiatan yang bersifat workshop akan jauh lebih menyenangkan. Kartika
Azizah Nugraheni, S. Psi juga menyarankan untuk membuat kelompok diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
kecil yang kemudian diakhiri dengan sesi presentasi dari subjek atas hasil
diskusinya.
Setelah seluruh sesi telah dilaksanakan, sekitar pukul 11.30 WIB kegiatan
uji coba modul pelatihan efikasi diri diakhiri. Ucapan terima kasih serta doa
menjadi penutup pada pertemuan uji coba modul. Sebagai penutup fasilitator
dan co-fasilitator menjabat tangan seluruh subjek dan mengantarkan subjek
untuk keluar ruangan dan melanjutkan aktifitas.
6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas skala kecenderungan relapse dalam penelitian ini
merupakan content validity dan uji validitas menggunakan teknik korelasi
product moment. Content validity melalui professional judgement review oleh
dosen pembimbing dan juga tim clinical Therapeutic Community di Balai
Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional sebagai pihak yang
berkompeten. Selain itu validitas skala kecenderungan relapse diuji dengan
menggunakan teknik analisis korelasi product momen dengan menggunakan
bantuan SPSS for MS Windows version 23.
Hasil uji validitas skala kecenderungan relapse dalam penelitian ini
berkisar 0.148 0.707. Cara membuktikan bahwa item adalah valid dengan
membandingkan indeks korelasi item dengan indeks korelasi tabel. Item
dianggap valid apabila indeks korelasi item lebih besar daripada indeks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
korelasi tabel (rhitung>rtabel). Indeks korelasi tabel untuk 35 responden (df=n-2)
pada taraf signifikansi 0.05 atau 5% bernilai sebesar 0.334. Sehingga item
dianggap valid apabila nilai indeks korelasi hitungnya lebih besar daripada
0.334. Selanjutnya dilakukan seleksi dan pengguguran item yang memiliki
indeks korelasi item kurang dari 0,334. Setelah proses seleksi item didapatkan
20 item valid dan 14 item yang gugur. Item yang valid memiliki indeks korelasi
berkisar antara 0,417-0,707. Nomor item-item yang valid dan aspek-aspek
kecenderungan relapse yang dipenuhi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12. Daftar Item Valid
No Aspek Item
Total Favorable Unfavorable
1. High-Risk Situation 17, 26, 30 - 3 2. Coping 6, 18, 31, 24 10, 33, 28, 34 8
3. Outcome expectancies 3, 7, 15, 19, 21, 25
- 6
4. Abstinence Violation Effect
4, 12 8 3
Total 15 5 20
Setiap aspek pada skala kecenderungan relapse masih terpenuhi oleh
item valid sehingga item yang valid dapat dilanjutkan dengan pengujian
reliabilitas. Hasil uji validitas skala selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Azwar (2014) menyebutkan bahwa uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui sejauhmana hasil suatu tes atau pengukuran dapat dipercaya.
Secara teoritik koefisien reliabiltas berkisar mulai dari angka 0,0 sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
dengan angka 1,0 akan tetapi pada kenyataannya koefisiesn reliabilitas sebesar
1,0 yang menunjukkan konsistensi sempurna suatu alat ukur praktis tidak
pernah didapatkan (Azwar, 2014). Uji reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach secara komputasi dengan
bantuan program SPSS for MS Windows version 23.0.
Sejumlah 20 item skala kecenderungan relapse yang telah dinyatakan
valid kemudian dianalisis dengan SPSS for MS Windows version 23.0.
menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil analisis
Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,888. Sehingga dapat
dismpulkan bahwa 20 item skala kecenderungan relapse reliabel dan dapat
digunakan sebagai alat ukur.
7. Penyusunan Alat Ukur
Setelah dilaksanakan uji coba skala didapatkan bahwa terdapat 20 item yang
dapat dinyatakan valid dan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,888. Item-item
yang dinyatakan valid dan reliabel disusun kembali ke dalam sebuah skala.
Adapun penyebaran nomor item dan aspek yang disusun dalam skala setelah
dilakukan pengguguran terhadap item yang tidak valid dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Tabel 13. Blue Print Skala Kecenderungan Relapse Item Valid dan Reliabel
No Aspek Item
Total Favorable Unfavorable
1. High-Risk Situation 9, 15, 17 - 3 2. Coping 3, 10, 13, 18 6, 16, 19, 20 8
3. Outcome expectancies 1, 4, 8, 11, 12,
14 - 6
4. Abstinence Violation
Effect 2, 7 5 3
Total 15 5 20
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Pengambilan Data Pretest
Mengawali kegiatan eksperimen diperlukan adanya penentuan subjek yang
akan dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek akan
dipilih berdasarkan hasil skor pretest skala kecenderungan relapse. Skala
kecenderungan relapse terlebih dahulu diuji coba dan selanjutnya dianalisis
validitas dan reliabilitas. Skor item yang dinyatan valid dan reliabel dari hasil uji
coba skala akan digunakan sebagai skor pretest.
2. Penentuan Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pecandu narkoba yang menjalani
rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional yang berusia
antara 17 sampai 40 tahun. Berdasarkan kriteria ini peneliti dibantu oleh Mayor
yang sedang bertugas untuk mengumpulkan subjek dengan kriteria tersebut agar
dapat terlibat dalam proses uji coba skala sekaligus pretest. Pada kegiatan pretest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
didapatkan data dari 39 subjek. Namun, hanya ada 35 subjek yang dapat diproses
datanya, dua diantaranya karena faktor adanya item skala yang belum diisi dan dua
lainnya dikarenakan faktor usia yang belum memenuhi.
Setelah dilakukan ranking skor didapatakan 16 subjek yang memiliki skor
tertinggi. Subjek-subjek ini kemudian dibagi dalam kelompok eksperimen dan
kontrol dengan teknik block randomization. Berikut ini merupakan pembagian
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 14. Subjek Kelompok Eksperimen
Subjek Inisial Skor Kelompok A MA 63 Eksperimen B FR 57 Eksperimen C AO 52 Eksperimen E MR 51 Eksperimen D MH 51 Eksperimen F AS 50 Eksperimen G NK 49 Eksperimen H BS 44 Eksperimen
Tabel 15. Subjek Kelompok Kontrol
Subjek Inisial Skor Kelompok 1 RM 60 Kontrol 2 AK 53 Kontrol 3 SP 53 Kontrol 4 RD 52 Kontrol 5 AH 51 Kontrol 6 EH 51 Kontrol 7 RI 49 Kontrol 8 GH 44 Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Setelah membagi subjek ke dalam dua kelompok, peneliti
menjelaskan teknis pelaksanaan penelitian kepada kelompok eksperimen
sekaligus melaksanakan wawancara sebelum pelatihan pada Sabtu, 30 Januari
2016.
3. Pelaksanaan Eksperimen
Eksperimen dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan pelatihan
efikasi diri pada kelompok eksperimen. Kegiatan eksperimen dilaksanakan pada
tanggal 01 Pebruari 2016 hingga 03 Pebruari 2016. Secara umum tidak ada
masalah dengan kelompok eksperimen, namun ada sedikit kendala pada kelompok
kontrol yang pada hari ketiga pelatihan turut melakukan kegiatan posttest. Saat
kegiatan pelatihan untuk kelompok eksperimen berakhir dan peneliti menghubungi
Mayor yang sedang bertugas untuk memanggil kelompok kontrol, terdapat satu
subjek kelompok kontrol yang berhalangan.
Mengantisipasi hal ini peneliti mengajukan satu subjek lain yang merupakan
cadangan kelompok kontrol. Namun, masalah kembali muncul ketika posttest
sudah hampir dimulai. Terdapat satu subjek lagi yang juga berhalangan. Akhirnya
peneliti memutuskan untuk melakukan posttest dengan tujuh subjek kelompok
kontrol dan delapan subjek kelompok eksperimen. Sebagai upaya
menyeimbangkan jumlah subjek dalam kelompok, maka dalam proses analisis ada
satu subjek kelompok eksperimen yang harus digugurkan. Subjek yang
dugugurkan berinisial AO yang berdasarkan pengamatan peneliti dan co-fasilitator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
dinilai kurang aktif dibanding peserta lain. Berikut ini adalah tabel kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen setelah mengalami dropout.
Tabel 16. Daftar Kelompok Eksperimen Setelah Dropout
Subjek Inisial Skor Kelompok A MA 63 Eksperimen B FR 57 Eksperimen C MR 51 Eksperimen E MH 51 Eksperimen D AS 50 Eksperimen F NK 49 Eksperimen G BS 44 Eksperimen
Tabel 17. Daftar Kelompok Kontrol Setelah Dropout
Subjek Inisial Skor Kelompok
1 RM 60 Kontrol 2 AK 53 Kontrol 3 RD 52 Kontrol 4 AH 51 Kontrol 5 EH 51 Kontrol 6 GH 44 Kontrol 7 EJ 44 Kontrol
Sebagai data tambahan yang dapat dijadikan bukti bahwa subjek telah
memenuhi syarat usia untuk menjadi subjek dalam penelitian ini, berikut akan
ditampilkan data deskriptif dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Tabel 18. Data Deskriptif Kelompok Eksperimen Setelah Dropout
Subjek Inisial Usia Pendidikan Terakhir A MA 19 tahun SMA B FR 20 tahun SMA C MR 20 tahun SMP E MH 24 tahun SMP D AS 26 tahun SMA F NK 19 tahun SMA G BS 27 tahun SMA
Tabel 19.
Data Deskriptif Kelompok Kontrol Setelah Dropout
Subjek Inisial Usia Pendidikan Terakhir 1 RM 18 tahun SMA 2 AK 29 tahun SD 3 RD 28 tahun SMA 4 AH 20 tahun SMP 5 EH 30 tahun SMA 6 GH 31 tahun SMP 7 EJ 22 tahun SMA
Kegiatan pelaihan efikasi diri dilaksanakan di class room house of faith
gedung Therapeutic Community. Pelatihan dilaksanakan setelah mendapatkan izin
dari Mayor yang bertugas pada hari pelaksanaan pelatihan. Berikut ini akan
diuraikan rangkaian kegiatan yang telah dijalankan selama pelatihan.
a. Pelatihan Hari Pertama
Pada 01 Pebruari 2016 tepat pukul 10.06 WIB pertemuan pertama
pelatihan efikasi diri dilaksanakan. Bertempat di class room house of faith
fasilitator dibersamai co-fasilitator menjalankan empat sesi yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
direncanakan untuk dilakasanakan pada pertemuan pertama. Sebelumnya pada
pukul 09.30 WIB fasilitator dan co-fasilitator telah sampai di gedung
Therapeutic Community (TC) dan menuju ke lantai tiga tempat kegiatan
pelatihan akan dilaksanakan. Setelah bertemu dengan Mayor yang bertugas di
house of faith dan mendapatkan izin untuk memanggil peserta pelatihan dan
mempersiapkan ruangan, fasilitator segera bergegas menuju ruangan sesi.
Dibantu oleh beberapa peserta yang sudah hadir, ruangan telah tertata rapi
dengan perlengkapan LCD, Laptop, Papan Tulis, Speaker, kursi observer atau
co-fasilitator, dan delapan kursi peserta yang ditata dengan model U seat.
Kegiatan diawali dengan salam pembuka serta doa yang termasuk ke
fasilitator dan co-fasilitator. Selanjutnya peserta diminta untuk
memperkenalkan nama dan daerah asal. Kegiatan pembuka ini dapat
dikatakan berjalan dengan lancar meskipun waktu yang tersedia cukup
singkat. Hal ini dikarenakan pada Sabtu, 30 Januari 2016 fasilitator sudah
melakukan wawancara sebelum pelatihan sekaligus melakukan rapport.
Selain itu, peserta juga tinggal di house yang sama sehingga sudah dipastikan
saling mengenal melalui berbagai aktifitas harian dari program TC yang
dijalankan.
Perkenalan dilanjutkan dengan pemaparan gambaran umum kegiatan
dan tujuan pelatihan.. Setelah fasilitator memastikan tujuan dan gambaran
umum pelatihan dapat dipahami dengan memberikan kesempatan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
peserta untuk bertanya, fasilitator segera membagikan lembar informed
consent. Fasilitator menjelaskan fungsi lembar informed consent sebagai
lembar persetujuan peserta untuk mengikuti seluruh sesi kegiatan pelatihan
efikasi diri. Fasilitator juga mengingatkan peserta untuk membaca secara
detail isi dari informed consent sebelum memberikan tanda tangan. Seluruh
peserta bersedia untuk mengisi lembar informed consent yang artinya mereka
siap berkomitmen untuk melakukan seluruh sesi pelatihan efikasi diri selama
tiga kali pertemuan.
Setelah kontrak forum dibacakan dan ditayangkan di layar, peserta
dipersilahkan untuk menyampaikan tambahan ataupun pengurangan peraturan
jika dirasa memberatkan ataupun merugikan. Setelah fasilitator
mempersilahkan peserta untuk mengemukakan pendapatnya terkait kontrak
forum, akhirnya enam butir kontrak disepakati bersama-sama.
mengawali rangkaian penelitian
Nice to Know
dengan sebuah aktivitas make a circle (membuat sebuah lingkaran dengan
titik tepat berada di tengah hanya dengan satu tarikan pena) yang membuat
peserta kebingungan. Sekilas aktivitas make a circle adalah sesuatu yang
dirasa tidak mungkin untuk dilakukan. Hal ini dinyatakan oleh tujuh peserta,
sedangkan satu peserta menyataan bahwa hal itu mungkin saja dilakukan
dengan teknik tertentu, namun peserta tersebut menyatakan belum tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
tekniknya. Fasilitator memberi waktu lima menit kepada peserta untuk terus
mencoba membuat lingkaran dengan titik di tengah dengan satu tarikan pena.
Setelah lima menit berlalu dan peserta sudah mencoba di HVS yang telah
dibagikan, fasilitator menunjukkan teknik untuk mengerjakannya. Setelah
diberi contoh seluruh peserta dipersilahkan untuk mencoba seperti yang telah
dicontohkan oleh fasilitator. Seluruh peserta berhasil menirukan teknik yang
diajarkan fasilitator dengan ukuran lingkaran yang berbeda-beda dari setiap
peserta.
Setelah semua peserta berhasil menjalankan tugas make a circle,
ta
menyatakan mungkin. Mengakhiri aktivitas make a circle fasilitator
menjelaskan esensi dari permainan ini bahwa ketika kita tidak yakin mampu
melakukan sesuatu dimungkinkan bukan karena kita tidak memiliki
kemampuan, melainkan kita belum memahami cara yang tepat untuk
melakukan hal tersebut. Ketika kita sudah mengetahui cara untuk
menyelesaikan hal tersebut, maka keyakinan kita akan berubah dan perilaku
kita juga akan berubah sesuai dengan hal yang kita yakini. Fasilitator juga
mengaitkan antara esensi aktivitas make a circle dengan materi yang akan
disampaikan selanjutnya melalui penyampaian bahwa materi tersbut
merupakan suatu bentuk pembuka wawasan bagi peserta yang pada akhirnya
hanya memberikan teknik kepada peserta, namun tidak mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
mempengaruhi perilaku peserta jika peserta tidak mau melakukan perubahan
sendiri dengan memanfaat materi yang akan disampaikan.
Setelah peserta dirasa cukup kondusif, fasilitator mulai
mempresentasikan materi cognitive-behavioral model of relapse yang
dikemukakan oleh Marlatt dan juga materi efikasi diri. Waktu presentasi lebih
panjang dari yang direncanakan sekitar 20 menit menjadi 30 menit. Namun,
perpanjangan waktu presentasi materi ini tidak mengganggu agenda, karena
fasilitator sudah memindahkan jadwal ice breaking
ketiga. Pada saat penyampaian materi, fasilitator sering melibatkan
pengalaman peserta yang telah disampaikan pada wawancara sebelum
pelatihan, terutama yang berkaitan dengan high-risk situation.
Menjadi sebuah tantangan bagi fasilitator adalah ketika harus
menyampaikan outcome expectancies dan abstinence violation effect. Hal ini
dikarenakan istilah tersebut dirasa baru oleh peserta, meskipun pada
kenyataannya peserta juga mengalami hal tersebut saat masih menggunakan
narkoba. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa peserta mampu
memahami materi dengan baik. Sesi diskusi dan tanya jawab dibuka setelah
penyampaian materi berakhir. Ada beberapa peserta yang mengajukan
pertanyaan dan sesekali fasilitator meminta peserta yang lain untuk membantu
menjawab.
Sesi selanjutnya adalah penguatan materi terkait high-risk situation
dan juga aspek lain yang menyebabkan kecenderungan relapse melalui studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
seluruh peserta. Kemudian fasilitator mempresentasikan kasus tersebut secara
umum. Setelah itu, peserta diminta untuk membaca dengan seksama kasus
tersebut bersama dengan kelompok kecil yang beranggotakan empat orang.
Dalam kelompok kecil ini peserta diminta untuk menganalisis masalah yang
bahkan relapse setelah menjalani rehabilitasi. Berbagai masalah yag
ditemukan kemudian ditulis dalam lembar problem solver. Lembar problem
solver juga memiliki kolom penyelesaian yang diisi dengan hasil diskusi
tidak relapse. Sesi ini diakhiri dengan presentasi dari perwakilan masing-
masing kelompok selama lima menit terkait hasil diskusi.
Pertemuan refreshing
memfasilitasi peserta untuk melatih pernafasan diafragma yang dapat
dilakukan setiap hari untuk membuat diri menjadi lebih tenang. Pada sesi ini
peserta diberikan arahan untuk melakukan latihan teknik pernafasan
diafragma sembari memikirkan hal-hal positif yang telah dijalani. Selain itu,
sebagai tambahan, fasilitator juga mengingatkan peserta untuk mulai
membangun hobi positif dan menjalankannya secara rutin sebagai bentuk
hiburan yang menyenangkan dan juga mengurangi waktu kosong yang
dimiliki agar menurunkan kecenderungan relapse. Setelah semua sesi hari
pertama berakhir, fasilitator mengulas secara umum seluruh agenda yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
dijalani pada pertemuan pertama dan memberikan pengantar terkait pertemuan
pertama. Pertemuan ini diakhiri dengan doa dan juga mene
b. Pelatihan Hari Kedua
Sekitar pukul 09.30 WIB fasilitator dan co-fasilitator telah tiba di
gedung TC. Setelah meminta izin pada bagian back office untuk bertemu
dengan Mayor yang bertugas, fasilitator dan co-fasilitator diantar menuju
ruang Mayor oleh salah satu pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi.
Mayor yang bertugas tanggal 02 Pebruari 2016 adalah Bro Jihan. Mengawali
percakapan dengan penjelasan umum terkait kegiatan yang akan dijalani
adalah pembuka yang baik, karena Bro Jihan belum mendapat transfer
informasi dari Mayor yang bertugas sebelumnya.
Nama-nama yang sudah berada dalam daftar kelompok eksperimen
diserahkan kepada chief on duty atau kepanjangan tangan dari Mayor yang
bertugas untuk memimpin kegiatan harian seluruh anggota house. Sekitar
sepuluh menit kemudian fasilitator dan co-fasilitator meminta izin untuk
menuju class room yang akan digunakan sebagai tempat pelatihan. Di tempat
yang sama dengan pelatihan hari pertama, fasilitator dibantu co-fasilitator dan
beberapa peserta menata ruangan agar lebih nyaman dan kondusif saat
digunakan untuk pelatihan.
Tepat pada pukul 10.02 WIB kegiatan pelatihan efikasi diri pertemuan
kedua dimulai. Setelah dipastikan seluruh peserta hadir, fasilitator membuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
dengan teriakan yang penuh semangat dengan suara lantang. Tidak
terlewatkan ice breaking - agar kegiatan lebih
menyenangkan dan peserta menjadi lebih fokus. Seluruh peserta antusias
-
beradaptasi dengan permaina -
sempat melakukan kesalahan.
Setelah permainan dianggap mampu mencairkan suasana, fasilitator
memberikan dua tayangan gambar ilusi yang akan menimbulkan berbagai
macam persepsi. Saat gambar dimunculkan peserta tampak mulai berpikir dan
berusaha menebak-nebak gambar yang ditayangkan dalam slide. Selanjutnya
fasilitator meminta setiap peserta untuk memberikan pandangannya secara
verbal terhadap gambar yang ditayangkan. Setelah terlihat beberapa peserta
mulai berbeda pendapat terkait gambar yang dilihat, fasilitator mulai
menunjukkan dan menjelaskan bahwa semua pendapat peserta adalah benar.
Hanya saja hal yang dilihat oleh setiap peserta memang bergantung pada
sudut pandang peserta.
Gambar persepsi ini digunaka
dilaksanakan guna memfasilitasi peserta untuk belajar
dari kesuksean orang lain dalam membangun keyakinan bahwa diri peserta
juga bisa sukses dalam hal apapun. Video Owner Kali Milk Jogja yang
merupakan mantan pecandu narkoba yang telah sukses membuka usaha dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
terbebas dari narkoba menjadi model pertama yang diamati. Kemudian setiap
peserta diminta untuk menyampaikan nilai-nilai atau pelajaran yang dapat
diambil dari video tersebut secara verbal. Fasilitator kemudian memberikan
penjelasan secara umum dan merangkum berbagai pendapat yang telah
dikemukakan oleh setiap peserta.
dan mengisi lembar berguru pada kawan. Diskusi kali ini dilakukan dalam
kelompok besar. Fasilitator berperan sebagai pemandu diskusi. Setiap peserta
diminta untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan peserta memakai
narkoba. Kemudian setelah dibuat daftar permasalahannya, peserta diminta
untuk memberikan solusi. Pada bagian akhir fasilitator menyampaikan hasil
rangkuman dari diskusi yang dilakukan. Namun, dalam diskusi ini lembar
kerja berguru pada kawan tidak sempat diisi langsung, melainkan hanya
dijelaskan cara penggunaan dan pengisian lembar kerja tersebut dikarenakan
waktu telah habis digunakan untuk berdikusi.
membaca. Setelah semua peserta selesai membaca, fasilitator mengawali
Kasus Banyu ini memberikan gambaran kepada peserta terkait kondisi
seorang pemuda yang berasal dari keluarga kurang beruntung, kemudian
mampu mencapai kesuksesan dengan cara-cara sederhana yang disebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
kuatnya keyakinan untuk berhasil. Peserta kemudian merasa terkejut dan
adalah kisah nyata. Sesi ini diakhiri dengan presentasi kesuksesan dari salah
satu subjek yang berinisial AS. AS menceritakan tentang kesuksesannya saat
mampu merangkai karangan bunga yang akan dibawa di tangan pengantin.
Meskipun harus merangkai bunga dengan menelpon orang tuanya dan
beberapa kali secara tidak sengaja menghancurkan bunga yang akan
dirangkai, akhirnya AS berhasil.
Sesi ketiga dalam pertemuan kedua yang merupakan sesi terakhir
Road to Success
satu pengalaman paling sukses yang pernah dialami kemudian menuliskan
rangkaian perjalanan dan usaha untuk mencapai kesuksesan tersebut.
Fasilitator memberikan instruksi secara perlahan dan berulang-ulang hingga
dapat dipastikan peserta paham untuk mengerjakan lembar
. Fasilitator terus mendampingi peserta dalam pengerjaan dan
mengingatkan peserta untuk bertanya jika ada yang belum dipahami.
Setelah semua peserta menyelesaikan lembar kerja ,
fasilitator mempersilahkan salah satu peserta untuk mempresentasikan lembar
kerjanya ke depan. Kesempatan kali ini diambil oleh MR setelah mendapat
dukungan dari peserta lain untuk maju. MR menceritakan keberhasilannya
untuk melupakan mantan pacar yang direbut oleh temannya sendiri.
Akibatnya MR sempat menyabetkan benda tajam kepada orang yang merebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
pacarnya dan membuat MR menjadi buronan polisi. Sebelum ditangkap oleh
polisi MR pergi dari kota asalnya dan berusaha keras untuk melupakan
mantan pacarnya. Setelah setahun berlalu MR merasa lebih tenang dan bisa
untuk tidak terlalu memikirkan mantan pacarnya.
Sebelum mengakhiri pertemuan kedua, fasilitator menyampaikan
esensi dari kegiatan Fasilitator menekankan pentingnya
untuk menghargai pengalaman sukses sekecil apapun yang pernah peserta
alami. Selain itu, fasilitator juga menyampaikan kepada peserta agar
mempelajari setiap proses dan usaha dalam mencapai keberhasilan agar bisa
dijadikan acuan untuk mencapai kesuksesan-kesuksesan lainnya. Setelah
menyampaikan esensi, fasilitator kembali merangkum dan menyampaikan
perjalanan kegiatan pelatihan pada pertemuan kedua serta memberikan sedikit
pengantar untuk pertemuan ketiga. Seperti hari sebelumnya, untuk menjaga
semangat peserta, fasilitator menutup kegiatan dengan doa dan juga teriakan
c. Pelatihan Hari Ketiga
Hari terkhir pelatihan yang diagendakan paling panjang diantara
pertemuan pelatihan hari-hari seblumnya dikarenakan akan diadakan
pengambilan data posttest pada sesi penutup. Bertemu dengan Mayor yang
bertugas untuk meminta izin kegiatan dan juga meminta bantuan untuk
memanggilkan peserta menjadi awal kegiatan rutin. Mayor yang bertugas
pada 03 Pebruari 2016 adalah Bro Topan. Segera setelah memastikan class
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
room dapat digunakan untuk pelatihan pertemuan terakhir ini, fasilitator
menuju ruangan untuk mempersiapkan segala keperluan pelatihan. Pada
kesempatan ini fasilitator hanya dibantu peserta untuk menata ruangan
dikarenakan co-fasilitator berhalangan hadir pada pertemuan ketiga.
F
diikuti oleh peserta. Membuat suasana lebih kondusif dan fokus, kegiatan ice
breaking aksanakan di awal kegiatan. Peserta tampak
tertawa ketika melihat peserta lain melakukan kesalahan dalam menjalankan
sesi dimulai dengan membagikan lembar kerja Who Am I dan
pemberian instruksi pengerjaan.
Lembar kerja Who Am I memfasilitasi peserta untuk melakukan anlisis
strength, weakness, opportunities, dan threat -masing.
Beberapa peserta terus mengajukan pertanyaan sembari mengerjakan agar
dapat mengisi dengan sesuai. Setelah semua peserta selesai mengerjakan,
fasilitator menyampaikan fungsi analisis SWOT sebagai bentuk pengenalan
diri. Jika diibaratkan sebagai seorang pedagang, kita harus tahu stock barang
dan kualitas dari barang yang kita jual agar ketika ada pembeli, kita dapat
memberikan barang yang tepat sehingga terjadi transaksi yang baik.
Sesi selanjutnya adalah yang diawali dengan
penayangan video jejak sukses Danang seorang mahasiswa IPB yang berhasil
mencapai impian-impiannya. Berbagai impian tersebut sebelumnya telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
dituliskan dan diperjuangkan. Fasilitator melanjutkan dengan menanyakan
pelajaran yang bisa didapatkan oleh para peserta dari video tersebut setelah
usai ditayangkan. Kemudiana fasilitator meminta peserta untuk mengawali
jejak suksesnya dengan menuliskan berbagai impiannya di lembar kerja My
Dream. Selain menuliskan berbagai impian, peserta juga diminta untuk
menuliskan tahun pencapaian. Bahkan sangat dianjurkan untuk menuliskan
bulan beserta tanggal pencapaian agar semakin spesifik.
Setelah menuliskan berbagai impian yang ingin dicapai, fasilitator
meminta peserta untuk melingkari impian yang paling ingin diwujudkan.
Impian tersebut dituliskan kembali dalam lembar kerja Step to be yang telah
dibagikan. Lembar ini membantu peserta untuk menulis berbagai hal yang
perlu dimiliki dan diketahui oleh peserta untuk mencapi impiannya. Sebagai
langkah memperjelas pencapaian impian, peserta diminta untuk melihat
kembali SWOT yang telah dibuat dalam lembar kerja Who Am I. Peserta
diminta untuk menganalisis berbagai hal yang dirasa sudah dimiliki oleh diri
peserta dalam mewujudkan impian dan berbagai hal yang masih perlu
ditingkatkan atau belum dimiliki.
Fasilitator mempersilahkan peserta untuk maju dan mempresentasikan
lembar kerja Step to be yang telah dikerjakan. Kesempatan kali ini digunakan
oleh AS untuk menceritakan keinginannya dalam mengambil alih usaha
dekorasi pengantin yang telah dimiliki orang tuanya dan juga menjadi
pemiliki usaha video shooting untuk berbagai kegiatan. Kemudian dilanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
oleh FR yang menceritakan keinginannya untuk memperdalam pemahaman
agama islam yang diyakini dan meningkatkan kualitas ibadah.
Sesi Surat untuk Tuhan merupakan agenda selanjutnya. Diawali
dengan penayangan video Nick Vujicic seorang motivator yang hidup dan
menjalani aktivitasnya tanpa tangan dan kaki. Mulai dari berenang, golf,
mengendari speed boat, dan berbagai aktivitas lain. Semua itu dilakukan Nick
dengan tubuhnya yang tidak dianugerahkan tangan dan kaki. Peserta terlihat
antusias dan terheran-heran saat menyaksikan berbagai aktivitas Nick yang
ditayangkan dalam video berdurasi sekitar lima menit.
Video Nick digunakan oleh fasilitator sebagai pengantar kegiatan
penulisan dan penghayatan Surat untuk Tuhan. Setelah video berakhir dan
fasilitato
kepada kita dibandi membagikan lembar
Surat untuk Tuhan. Peserta diminta untuk menuliskan berbagai bentuk
kebahagiaan yang telah Tuhan berikan selama peserta menjalani kehidupan.
Selain itu, peserta juga diminta menuliskan rasa syukur yang dirasakan atas
berbagai karunia Tuhan yang diberikan. Penulisan ini diiringi dengan lagu
semakin didapatkan.
Setelah seluruh peserta selesai menuliskan Surat untuk Tuhan,
fasilitator mempersilahkan peserta untuk turun dari kursi dan duduk melingkar
bersama-sama. Tidak perlu waktu lama, peserta sudah duduk rapat bersila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
membentuk lingkaran di lantai. Fasilitator meminta peserta untuk membaca
dan menghayati surat masing-masing dalam waktu sekitar lima menit. Setelah
semua selesai membaca, fasilitataor bergabung dalam lingkaran dan meminta
seluruh peserta memejamkan mata. Dalam sebuah lingkaran yang dipererat
dengan adanya gandengan tangan dari seluruh peserta, doa dipanjatkan.
Fasilitator memimpin doa dengan bahasa indonesia yang berisikan tentang
rasa syukur atas berbagai kelebihan dan karunia yang telah Tuhan berikan.
Selain itu, fasilitator juga mengajak peserta untuk menyadari berbagai
kelebihan yang dimiliki dan mempersiapkan diri untuk kebermanfaatan ke
depan.
Setelah sesi doa dan pembacaan Surat untuk Tuhan selesai, fasilitator
mempersilahkan peserta untuk kembali ke kursi. Fasilitator melanjutkan
kegiatan dengan merangkum perjalanan kegiatan selama tiga hari secara
umum. Kemudian lembar evaluasi diberikan kepada seluruh peserta untuk
diisi. Sembari peserta mengisi lembar evaluasi, fasilitator menghubungi
Mayor untuk memanggil kelompok kontrol. Setelah dicek kembali ternyata
salah satu subjek kelompok kontrol sedang berurusan dengan tim medis
sehingga tidak dapat turut dalam kegiatan posttest. Mengatasi hal ini
fasilitator meminta satu cadangan nama yang telah disiapkan untuk
menggantikan posisi subjek kontrol utama. Setelah tiba di ruang kelas yang
sama dengan peserta kelompok eksperimen, ternyata ada satu subjek lagi dari
kelompok kontrol yang tidak bisa hadir. Berdasarkan informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
dinyatakan oleh chief on duty dan beberapa rekan yang lain, ternyata subjek
juga berhalangan hadir. Akhirnya peneliti memutuskan untuk melakukan
posttest kepada tujuh subjek kelompok kontrol dan delapan subjek kelompok
eksperimen secara bersamaan. Setelah subjek selesai mengisi skala posttest,
fasilitator menutup seluruh rangkaian acara dengan mengucapkan
permohonan maaf dan terima kasih atas partisipasi seluruh subjek dalam
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti. Fasilitator juga
mengingatkan bahwa pada sore hari masih akan diadakan sesi wawancara
kepada peserta pelatihan.
4. Pengambilan Data Posttest
Pengambilan data posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dilakukan di ruang dan waktu yang sama yaitu pada tanggal 03 Pebruari 2016
pukul 11.45 WIB di class room house of faith. Pada pelatihan hari ketiga, peneliti
sudah menata sejumlah delapan kursi di belakang kursi untuk peserta dari
kelompok eksperimen. Sehingga ketika pelatihan berakhir dan kelompok kontrol
hendak melakukan pengisian skala posttest dapat langsung menempati kursi yang
sudah disiapkan.
Pengambilan data posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dilakukan dengan pengisian skala kecenderungan relapse oleh subjek. Selanjutnya,
peneliti mendapatkan seluruh skala kecenderungan relapse yang telah diisi oleh
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk diolah menjadi data penelitian.
Lebih jelasnya distribusi skor posttest terdapat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Data Kuantitatif
a. Hasil Data Pretest dan Posttest
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan skor
kecenderungan relapse yang dimiliki oleh kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pengukuran ini dilakukan sebelum diberikan pelatihan
efikasi diri (pretest) dan sesudah diberikan pelatihan (posttest) pada kelompok
eksperimen. Berikut ini merupakan deskripsi hasil penelitian.
Tabel 20. Data Deskriptif Hasil Penelitian
Subjek Inisial Skor
Gain Score Kelompok Pretest Posttest
A MA 63 39 -24 Eksperimen B FR 57 35 -22 Eksperimen C MR 51 41 -10 Eksperimen D MH 51 30 -21 Eksperimen E AS 50 26 -24 Eksperimen F NK 49 43 -6 Eksperimen G BS 44 36 -8 Eksperimen 1 RM 60 61 1 Kontrol 2 AK 53 53 0 Kontrol 3 RD 52 54 2 Kontrol 4 AH 51 40 -10 Kontrol 5 EH 51 40 -10 Kontrol 6 GH 44 25 -19 Kontrol 7 EJ 44 36 -8 Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Data tersebut menunjukkan adanya penurunan skor kecenderungan
relapse pada semua subjek di kelompok eksperimen. Sedangkan pada
kelompok kontrol skor mengalami peningkatan, penurunan, dan tetap. Secara
umum perubahan terbesar terjadi pada subjek A dan E yang mengalami
penurunan skor sebesar 24. Sedangkan perubahan terkecil terjadi subjek 2
yang tidak mengalami perubahan skor. Secara lebih spesifik pada kelompok
eksperimen perubahan terbesar terjadi pada subjek A dan E dengan penurunan
skor sebesar 24 serta perubahan terkecil terjadi pada subjek F yang mengalami
penurunan skor sebesar 6. Pada kelompok kontrol perubahan terbesar terjadi
pada subjek 6 yang mengalami penurunan skor sebesar 19, sedangkan subjek
2 mengalami ketetapan skor sehingga tidak mengalami perubahan skor.
Dari hasil pengolahan data skor pretests dan posttest untuk kelompok
eksperimen ataupun kelompok kontrol didapatkan adanya perubahan rata-rata.
Baik di kelompok eksperimen ataupun kelompok kontrol didapatkan
penurunan skor kecenderungan relapse.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Gambar 7. Rata-rata Skor Kecenderungan Relapse
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
b. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan uji statistik non-parametrik, yaitu uji 2
sampel independen Mann-Whitney. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
perbedaan gain score skor kecenderungan relapse antara dua sampel
independen (two independent samples), yaitu pada subjek yang mendapat
perlakuan (kelompok eksperimen) dengan subjek yang tidak mendapat
perlakuan (kelompok kontrol). Uji 2 sampel independen Mann-Whitney
dilakukan pada data yang didapatkan sesudah perlakuan dengan bantuan SPSS
for Microsoft Windows Version 23. Hasil pengujian terhadap pengaruh
pelatihan efikasi diri terhadap kecenderungan relapse pada kelompok
eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.
30
35
40
45
50
55
Pretest Posttest
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Tabel 21. Hasil Uji 2 Sampel Independen Mann-Whitney
pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan perhitungan uji 2 sampel independen Mann-Whitney di
atas, diperoleh nilai Z sebesar -1,929 dan nilai signifikansi (p) sebesar
0,054. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor
kecenderungan relapse pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
setelah diberi perlakuan dikarenakan nilai signifikansi (p) lebih besar dari
0.05. Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon untuk mengetahui signifikansi
perbedaan skor pretest dan posttest yang terjadi pada masing-masing
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji Wilcoxon dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 22.
Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Eksperimen
Skor Mann-Whitney U 9,500 Z -1,929 Asymp. Sig. (2-tailed) ,054 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,053
posttest - pretest
Z -2,371 Asymp. Sig. (2-tailed) ,018
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Tabel 23. Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Kontrol
Uji Wilcoxon kelompok eksperimen menghasilkan nilai Z sebesar -
2,371 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,018. Hal ini menunjukkan adanya
signifikansi perubahan skor pretest dan posttest kecenderungan relapse pada
kelompok eksperimen karena nilai signifikasnsi lebih kecil dari 0.05.
Sedangkan hasil uji Wilcoxon kelompok kontrol diperoleh nilai Z sebesar -
1,577 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,115. Hal ini menunjukkan tidak
adanya signifikansi perubahan skor pretest dan posttest kecenderungan
relapse pada kelompok kontrol karena nilai signifikasnsi lebih besar dari 0.05.
c. Hasil Evaluasi Program Pelatihan Efikasi Diri dan Pemahaman Materi
1) Hasil Analisis Program Pelatihan Efikasi Diri
Hasil analisis program pelatihan merupakan evaluasi terhadap
keseluruhan program pelatihan yang terdiri dari indikator evaluasi
mengenai jalannya pelatihan dari awal hingga akhir pelatihan, yaitu materi
pelatihan, penguasaan fasilitator, penggunaan media, dan pencapaian
tujuan sasaran. Distribusi kriteria evaluasi terdiri dari lima kriteria yaitu
sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Seluruh peserta
memberikan penilaian terhadap setiap aspek melalui lembar evaluasi
posttest - pretest
Z -1,577 Asymp. Sig. (2-tailed)
,115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
pelatihan efikasi diri yang dibagikan pada pertemuan ketiga. Berikut ini
merupakan hasil analisis program pelatihan.
Tabel 24. Hasil Analisis Program Pelatihan Efikasi Diri
No Indikator Evaluasi
Distribusi Kriteria Evaluasi (dalam %) Sangat Baik
Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
1 Materi dan kegiatan pelatihan pertemuan pertama
3 subjek (42, 9%)
4 subjek (57,1%)
2 Materi dan kegiatan pelatihan hari kedua
3 subjek (42, 9%)
3 subjek (42, 9%)
1 subjek (14,2%)
3 Materi dan kegiatan pelatihan hari ketiga
6 subjek (85,7%)
1 subjek (14,2%)
4 Kejelasan materi yang disampaikan oleh fasilitator
3 subjek (42, 9%)
2 subjek (28,5%)
2 subjek (28,5%)
5 Daya tarik materi dan kegiatan yang disampaikan fasilitator
2 subjek (28,5%)
3 subjek (42, 9%)
2 subjek (28,5%)
6 Penguasaan fasilitator dalam menyampaikan materi
2 subjek (28,5%)
5 subjek (71,4%)
7 Penguasaan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
2 subjek (28,5%)
3 subjek (42, 9%)
2 subjek (28,5%)
8 Keterampilan fasilitator dalam memandu diskusi
5 subjek (71,4%)
2 subjek (28,5%)
9 Penggunaan media sebagai alat bantu
3 subjek (42, 9%)
3 subjek (42, 9%)
1 subjek (14,2%)
10 Kebermanfaatan materi bagi peserta
7 subjek (100%)
11 Simulasi dan permainan
3 subjek (42, 9%)
3 subjek (42, 9%)
1 subjek (14,2%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
12 Kenyamanan proses pelatihan
3 subjek (42, 9%)
4 subjek (57,1%)
13 Pencapaian tujuan sasaran
6 subjek (85,7%)
1 subjek (14,2%)
Secara umum lembar evaluasi ini memberikan evaluasi terhadap tiga
aspek, yaitu konten materi dan kegiatan, fasilitator, serta evaluasi umum
terkait pengalaman yang dirasakan oleh subjek. Selanjutnya akan
diuraikan analisis dari setiap aspek tersebut berdasarkan persentase jumlah
subjek yang memberikan pernyataan.
Terkait dengan materi dan kegiatan hari pertama dan kedua sebagaian
besar subjek mengatakan baik. Hanya terdapat satu subjek yang
menyatakan bahwa materi hari kedua cukup. Bahkan materi dan kegiatan
pertemuan pertama dan kedua mendapatkan persentase 42,9% untuk
kriteria sangat baik. Terlebih untuk materi dan kegiatan pada pertemuan
kegiatan ketiga, sejumlah 6 subjek atau 85,7% memberikan penilaian
sangat baik, 1 subjek lain menyatakan baik. Terkait penggunaan media
sebagai alat bantu serta simulasi dan permainan mendapat penilaian
sangat baik dan baik dengan prosesntase yang sama, yaitu 42,9%, serta 1
subjek lain menyatakan cukup.
Sebagian besar subjek berpendapat bahwa kejelasan materi yang
disampaikan oleh fasilitator sangat baik dengan persentase 42,9%.
Sedangkan masing-masing dua subjek memberikan penilaian baik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
cukup. Terkait daya tarik materi dan kegiatan yang disampaikan fasilitator
serta penguasaan fasilitator dalam menjawab pertanyaan dinilai baik oleh
peserta dengan persentase 42,9%. Selebihnya masing-masing dua peserta
memberikan penilaian sangat baik dan cukup. Penilaian baik juga
diberikan oleh peserta terhadap penguasaan fasilitator dalam
menyampaikan materi dengan persentase 71,4% dan dua subjek lain
memberikan penilaian sangat baik. Selanjutnya keterampilan fasilitator
dalam memandu diskusi dinilai sangat baik oleh sebagian besar subjek
dengan persentase 71,4% dan dua subjek lain menyatakan baik.
Kenyamanan selama proses pelatihan dinilai baik oleh subjek dengan
persentase 57,1% dan 42,9% lainnya menyatakan sangat baik.
Kebermanfaatan materi dan pencapaian tujuan pelatihan dinilai sangat
baik oleh subjek. Bahkan untuk kebermanfaatan materi mendapat
persentase utuh, 100%. Sedangkan terkait pencapaian tujuan pelatihan
terdapat 1 subjek yang menyatakan baik.
2) Hasil Evaluasi Pemahaman Materi
Hasil evaluasi pemahaman materi didasarkan pada lembar evaluasi
pemahaman materi yang berisi delapan pernyataan terkait materi
cognitive-behavioral model of relapse dan efikasi diri yang disampaikan
pada sesi diminta untuk
memberikan pernyataan benar atau salah pada delapan poin pernyataan
yang telah disediakan setelah penyampaian materi dan diskusi pada sesi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
pemahaman materi.
Tabel 25. Hasil Evaluasi Pemahaman Materi
Subjek Inisial Skor A MA 100 B FR 100 C MR 100 D MH 25 E AS 100 F NK 100 G BS 100
Mean Skor 89,28
Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir seluruh subjek
memahami materi pelatihan terkait cognitive-behavioral model of relapse
dan efikasi diri. Skor yang didapatkan oleh sebagian besar subjek adalah
skor sempurna. Hal ini sangat dimungkinkan karena dalam penyampaian
materi fasilitator selalu memberikan berbagai analogi dan juga
memberikan contoh langsung dari pengalaman peserta yang telah
diketahui sebelum pelatihan oleh fasilitator melalui wawancara pra
pelatihan. Namun, terdapat satu peserta yang masih sulit memahami
materi yang diberikan. Skor yang didapatkan juga sangat jauh
dibandingkan peserta lain. Hal ini sangat mungkin diakibatkan oleh
kondisi psikologis terutama kognisi subjek D yang memerlukan perlakuan
dan proses adaptasi khusus. Perlakuan dan proses adaptasi khusus
inidiperlukan karena masih adanya trauma pasca penganiayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Berdasarkan data assesmen awal dari tim psikologi dan juga wawancara
sebelum pelatihan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa subjek D
sempat mengalami penculikan dan penganiayaan. Selama masa
penculikan subjek D mengaku dipukul dan dihajar sehingga sampai saat
ini masih menyisakan trauma. Menurut tim psikologi kondisi trauma yang
dialami ini memang bisa mempengaruhi kondisi psikologis subjek,
termasuk kognisi. Kondisi trauma inilah yang sangat memungkinkan
subjek D masih memerlukan adaptasi lebih untuk menerima materi
sehingga skor yang diperoleh juga kecil. Terlebih kegiatan evaluasi
pemahaman materi dilakukan di akhir sesi kedua pertemuan hari pertama
pelatihan yang masih terhitung sebagai pertemuan awal.
2. Analisis Data Kualitatif
a. Analisis Data Kualitatif Subjek A
Subjek A adalah pemuda berusia 19 tahun yang berasal dari Lubuk
Linggau, Palembang. Telah menggunakan narkoba sekitar 4 tahun baik dalam
bentuk pil, daun ataupun garam. Hal ini yang menyebabkan subjek A perlu
melakukan rehabilitasi untuk mencapai kepulihan.
Hal yang paling ditakutkan oleh subjek A saat rehabilitasi berakhir
adalah relapse atau tidak bisa menjaga pemulihan dan tidak mampu konsisten
dengan pemulihan yang telah dijalani. Sebelum pelatihan subjek A
menyatakan antara yakin dan tidak yakin bisa benar-benar pulih, namun
subjek A berusaha meyakinkan diri. Subjek A memahami relapse tidak hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
sebagai penggunaan kembali narkoba melainkan mencakup kembalinya
perilaku-perilaku yang menjurus ke relapse, seperti perilaku yang tidak teratur
dalam kehidupan sehari-hari, malas, dan susah tidur. Menurut subjek A ketika
perilaku semacam itu terjadi dapat diprediksi akan memunculkan relapse.
Subjek A menyatakan bahwa di daerah asalnya yang sempit banyak
sekali pemakai dan pengedar. Hal ini yang ditakutkan oleh subjek A dapat
mempengaruhi relapse. Subjek A berpendapat bahwa lingkungan adalah
faktor yang paling ditakutkan dapat memicu penggunaan kembali narkoba.
Setelah rehabilitasi berakhir subjek A memiliki keinginan untuk
berkegiatan di dunia adiksi dengan membantu pecandu-pecandu narkoba lain
yang belum pulih. Rencana ini juga telah mendapat dukungan dari orang tua.
Hal ini akan diwujudkan dengan terlebih dahulu mengikuti sekolah konselor
di Jakarta. Informasi terkait sekolah konselor ini didapatkan dari konselor
adiksi yang menangani subjek A. Cara yang menurut subjek A dapat
dilakukan untuk terhindar dari relapse adalah dengan menjauh dari
lingkungan yang banyak pemakainya. Menghilangkan pemikiran-pemikiran
terkait barang-barang yang dapat memberikan pengaruh secara non-verbal
dalam penggunaan kembali narkoba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Gambar 8. Skor Kecenderungan Relapse Subjek A
Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri
Pada Gambar 8 dapat diketahui bahwa adanya penurunan skor
kecenderngan relapse yang dialami oleh subjek A. Sebelum kegiatan
pelatihan efikasi dilakukan subjek A mendapatkan skor sebesar 63 dan
sesudah pelatihan turun menjadi 39. Hal ini menunjukkan adanya penurunan
kecenderungan relapse yang dialami subjek A setelah mengikuti kegiatan
pelatihan efikasi diri.
Penurunan skor kecenderungan relapse ini tidak terlepas dari adanya
perubahan pola pikir yang dirasakan subjek A setelah menjalani pelatihan
selama 3 hari. Pola pikir yang berubah ini terkait cara menyikapi masalah.
Sebelum mengikuti pelatihan subjek A selalu berpikir negatif tentang masalah
yang dihadapi dan mengambil jalan pintas dalam menghadapi masalah.
Subjek A merasa selama ini suilit berpikir bahwa setiap masalah itu ada sisi
baiknya. Setelah mendapatkan pelatihan subjek A berpendapat bahwa setiap
masalah harus dicarikan solusi yang rasional dan tidak terlalu cepat
mengambil keputusan.
30
35
40
45
50
55
60
65
Pretest Posttest
Skor Subjek A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Setelah pelatihan subjek A juga semakin mendapat kemantapan terkait
tempat sekolah konselor adiksi yang akan dituju, yaitu Kapeta, Jakarta.
Subjek A menyebutkan keinginannya untuk melaksanakan pendidikan
konselor adiksi juga sebagai bentuk pertahanannya agar terhindar dari
penggunaan kembali narkoba dan relapse. Subjek A seratus persen merasa
yakin bahwa dia bisa terbebas dari relapse dengan berbagai proses yang akan
dijalankan ke depan.
b. Analisis Data Kualitatif Subjek B
Subjek B merupakan pemuda berusia 20 tahun yang sedang menjalani
rehabilitasi denga harapa mampu terbebas dari narkoba dan terhindar dari
relapse. Maka, menjadi sebuah kewajaran ketika Subjek B menjadikan
relapse sebagai kekhawatiran terbesar saat masa rehabilitasi berakhir.
Terutama relapse yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Subjek B
memahami relapse sebagai penggunaan kembali setelah masa pemulihan yang
didahului dengan tanda-tanda. Subjek B yang hanya bergaul dengan orang
yang sama dan sebagian besar adalah pengguna narkoba. Hal ini membuat
subjek B sangat takut untuk terjebak ke dalam lingkaran narkoba kembali.
Sebagai upaya agar tidak mengalami relapse, subjek berencana untuk
tidak kembali ke daerah asal. Subjek B juga disarankan oleh orang tuanya
untuk tetap tinggal di Jawa dan sekolah konselor adiksi. Namun, subjek B
masih bingung untuk menentukan pilihan antara sekolah konselor adiksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
atupun masuk pondok pesantren. Subjek B juga menyatakan sebelum masuk
rehabilitasi sudah memiliki keinginan untuk masuk ke pondok pesantren.
Gambar 9. Skor Kecenderungan Relapse Subjek B
Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri
Gambar 9 menunjukkan adanya perubahan skor yang dialami subjek B
dari sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Perubahan ini menuju
penurunan skor yang semula 57 sebelum mendapatkan pelatihan menjadi 35
setelah mendapatkan pelatihan efikasi diri. Penurunan skor ini juga
menunjukkan adanya penurunan kecenderungan relapse yang dialami oleh
subjek B setelah menjalani kegiatan pelatihan efikasi diri.
Sebelum pelatihan subjek B merasa sering berpikir negatif, namun
setelah mendapat materi pelatihan subjek B merasa bahwa setiap masalah itu
pasti bisa dihadapi. Subjek B juga menegaskan adanya perubahan pola pikir
terkait cara menghadapi masalah. Setelah mengikuti pelatihan efikasi diri
Subjek B juga yakin bahwa setiap keinginan atau cita-cita itu pasti bisa
30
35
40
45
50
55
60
Pretest Posttest
Skor Subjek B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
dicapai. Selain itu subjek B juga menyatakan bisa untuk terbebas dari relapse,
namun masih khawatir terganggu dengan karakter mudah putus asa yang
dimiliki. Terkait hal ini subjek B menyatakan bahwa kondisi putus asa yang
mungkin terjadi ini akan berusaha dihadapi dengan pola pikir yang benar.
Setelah mendapatkan pelatihan efikasi diri subjek B juga
mengungkapkan akan berusaha mengubah pola pikir yang selama ini ada
bahwa narkoba itu bisa menyelesaikan masalah. Subjek B menyatakan bahwa
pola pikir tersebut tidak sesuai dan yang sebenarnya bisa menyelesaikan
masalah serta mendatangkan ketenangan adalah ibadah. Hal ini menunjukkan
pelatihan efikasi diri mempengaruhi outcome expectancies subjek B terkait
narkoba. Positive outcome expectancies yang dulunya dialami oleh subjek B
telah berubah menjadi negative outcome expectancies yang pada akhirnya
membuat kecenderungan relapse subjek B menurun.
c. Analisis Data Kualitatif Subjek C
Subjek C merupakan pemuda yang menyelesaikan pendidikan
terakhirnya di tingkat SMP. Di usia yang baru mencapai 20 tahun subjek C
sudah menjalani rehabilitasi akibat candu narkoba. Subjek C juga memiliki
riwayat melakukan tindakan kriminal. Setelah masa rehabilitasi berakhir
subjek C memiliki ketakutan untuk mengalami relapse terutama yang
disebabkan banyaknya ajakan teman. Meskipun faktor teman memang
berpengaruh, subjek C juga menegaskan bahwa penggunaan kembali juga
sangat bergantung pada diri masing-masing. Ketika teman memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
penawaran namun subjek C dapat melakukan penolakan dengan baik maka
tidak akan terjadi relapse. Selain itu rasa segan untuk melakukan penolakan
pada kawan yang mengajak menggunakan narkoba juga akan mudah
mempengaruhi subjek C untuk kembali mengalami relapse.
Subjek C memahami relapse sebatas pada penggunaan kembali
narkoba. Subjek C secara umum dapat dikatakan memiliki keyakinan untuk
mengahindari relapse dengan cara menjauhi kawan-kawan lama. Ketika ada
masalah-masalah berat terutama masalah yang terjadi di rumah akan membuat
subjek C keluar dan bertemu dengan sesama pengguna narkoba. Kondisi
semacam ini akan sangat mudah membuat subjek C kembali menggunakan
narkoba. Berdasarkan pengalaman, subjek C sering menggunakan narkoba
ketika ada konflik interpersonal terutama dengan orang tua dan teman. Setelah
keluar dari rehabilitasi subjek C ingin bekerja apapun dengan syarat dapat
terhindar dari orang-orang yang dapat mempengaruhi untuk kembali
menggunakan narkoba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Gambar 10. Skor Kecenderungan Relapse Subjek C
Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri
Pada Gambar 10 dapat dilihat adanya penurunan skor kecenderungan
relapse yang dimiliki oleh subjek C. Skor yang semula berada pada angka 51
turun 10 poin menjadi 41. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan relapse
yang mengarahkan pada risiko terjadinya relapse pada subjek C menurun
setelah menjalani pelatihan efikasi diri.
Setelah mengikuti pelatihan subjek C merasa ada pandangan untuk
membuat perencanaan hidup masa depan agar tidak statis di dunia narkoba
yang negatif. Hal ini tidak terlepas dari sesi step to be yang ada pada kegiatan
pelatihan efikasi diri. Subjek C menyatakan bahwa sesi dalam menuliskan
mimpi dan melakukan perencanaan masa depan sebagai hal yang
mengesankan. Dari sesi tersebut subjek C memiliki keinginan untuk menjadi
30
35
40
45
50
55
60
Pretest Posttest
Skor Subjek C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
orang yang lebih baik. Secara lebih detail subjek C menyatakan keinginan
untuk tidak lagi menyusahkan orang tua dan secara lebih serius akan
menghindari narkoba. Selain itu, subjek C juga ingin melanjutkan pendidikan
formal dan membuka usaha perdagangan terutama perdagangan ikan.
Setelah mengikuti pelatihan efikasi diri subjek C merasa yakin untuk
terbebas dari narkoba meskipun kekhawatiran untuk terhindar dari teman lama
juga masih ada. Mengatasi hal tersebut subjek C berencana untuk menetap di
pulau Jawa. Subjek juga yakin dapat sukses dan akan berusaha untuk
menunjukkan kepada orang tua bahwa subjek C adalah sosok yang patut
dibanggakan.
d. Analisis Data Kualitatif Subjek D
Subjek D memiliki kekhawatiran untuk relapse setelah keluar dari
rehabilitasi nantinya. Hal ini dikarenakan orang yang mempengaruhi subjek D
untuk menggunakan narkoba bukan orang luar, melainkan keluarga sendiri
termasuk paman dan saudara kembar. Subjek D mengungkapakan bahwa
rumah paman yang mempengaruhi untuk menggunakan narkoba
berdampingan dengan tempat tinggal subjek D sehingga mempersulit untuk
menghindar.
Subjek D mengaku sudah sempat beberapa kali berhenti menggunakan
narkoba dengan durasi dua hingga tiga bulan. Hal ini dapat dilakukan ketika
subjek D pergi dari daerah asal dan bekerja di kota lain di tempat saudara.
Namun, saat baru kembali ke daerah asal subjek D langsung kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
menggunakan akibat pengaruh dari paman dan saudara kembar. Saudara
kembar subjek D berusaha menguji subjek D yang sudah menyatakan untuk
tidak menggunakan lagi dengan memakai narkoba dihadapan subjek D.
Kondisi tersebut membuat subjek D kembali menggunakan. Subjek D juga
mengaku memiliki hubungan paling dekat dengan paman yang mempengaruhi
untuk menggunakan narkoba. Kondisi ini yang membuat subjek D merasa
semakin sulit menghindari narkoba.
Sebagai upaya menghindari relapse subjek D berencana untuk
meninggalkan kota tempat tinggalnya dahulu. Hal ini juga disarankan dan
telah mendapat dukungan dari orang tua. Selain itu, ketika bertemu dengan
teman lama subjek D hanya ingin sebatas menyapa dan tidak perlu
berkomunkasi lebih. Sementara ini subjek D memiliki keinginan untuk tinggal
di Jakarta bersama Paman yang tidak menggunakan narkoba dan bekerja
apapun agar tidak menyusahkan orang tua. Setelah modal terkumpul ingin
membuka usaha sendiri berjualan obat kuat.
Sebelum mengikuti kegiatan pelatihan subjek D merasa pasif bahkan
tidak berani untuk sekedar mengangkat tanda peringatan ketika ada sesama
pecandu narkoba lain yang melakukan kesalahan dalam program rehabilitasi.
Setelah tiga hari menjalani pelatihan subjek D merasa memiliki keberanian
untuk speak up dan memiliki keyakinan untuk berdiri dan mengangkat tanda
peringatan. Subjek D merasa kisah Banyu cukup memberikan inspirasi dalam
membangun keyakinannya tersebut. Awalnya subjek D memang sudah sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
memiliki keinginan untuk mengangkat tanda peringatan atau bentuk teguran
lain, namun rasa takut masih sering mendominasi. Setelah mengikuti pelatihan
efikasi diri subjek D merasa mendapatkan dorongan keinginan yang semakin
kuat untuk speak up. Subjek D juga berpikir ketika orang lain mampu saya
juga harus mampu.
Gambar 11. Skor Kecenderungan Relapse Subjek D
Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri
Berbagai perubahan yang dirasakan subjek D setelah mengikuti
pelatihan juga diikuti perubahan skor kecenderungan relapse yang dapat
dilihat pada Gambar 11. Skor kecenderungan relapse yang sebelumnya berada
pada angka 51 turun sebanyak 21 poin menjadi 30. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan keyakinan untuk terbebas dari narkoba yang dialami subjek D
setelah mengikuti pelatihan efikasi diri. Keberaniannya dalam melakukan
perubahan terkait dengan speak up menjadi acuan bagi subjek D untuk
membangun keyakinan bahwa di lingkungan luar nantinya subjek D bisa
berusaha melakukan perubahan dengan skala yang lebih besar.
2025303540455055
Pretest Posttest
Skor Subjek D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
e. Analisis Data Kualitatif Subjek E
Subjek E adalah laki-laki berusia 26 tahun yang berasal dari Medan,
Sumatera Utara. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini menjalani rehabilitasi
karena penggunaan sabu dan ganja. Pertama kali menggunakan narkoba
adalah tahun 2002 dan terkahir menggunakan sekitar september 2015.
Rehabilitasi yang dijalani adalah atas keinginan sendiri dan dukungan dari
orang tua.
Saat ini hal yang paling ditakutkan oleh subjek E adalah relapse saat
keluar dari rehabilitasi karena lingkungan dan teman subjek E juga para
pengguna narkoba. Selain karena lingkungan pertemanan, faktor orang tua
yang sering berkonflik dengan subjek E (terutama ayah) juga dikhawatirkan
akan menyebabkan subjek E mengalami stres dan kembali menggunakan
narkoba. Tidak adanya kegiatan juga dikhawatirkan oleh subjek E akan
memicu penggunaan narkoba. Subjek E memahami relapse sebagai
penggunaan kembali secara rutin. Selain itu, subjek E juga sudah pernah
mendengar istilah lapse ataupun slip yang dinyatakan dapat mendahului
relapse.
Setelah keluar dari rehabilitasi subjek ingin membuka usaha dekorasi
pengantin dan juga ingin mempelajari shooting video agar memiliki paket
lengkap dalam usahanya. Selain itu, subjek E juga memiliki pilihan kegiatan
lain dengan ikut kakaknya yang berada di Merauke, Papua. Subjek E bersedia
bekerja apa saja ketika hidup bersama kakaknya nanti. Terkait pilihan tinggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
bersama kakak ini juga dijadikan pilihan karena dianggap dapat membantu
subjek E dalam melakukan pemulihan dengan cara menghindar dari
lingkungan lama yang mempengaruhi subjek E menggunakan narkoba.
Gambar 12. Skor Kecenderungan Relapse Subjek E
Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri
Terlihat adanya antusiasme ketika subjek E mendapat informasi
menjadi subjek yang terpilih untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Bahkan
subjek E yang ternyata dalam waktu dekat akan segera berpindah ke fase re-
entry berpesan untuk tetap diizinkan ke Mayor agar bisa mengikuti pelatihan
hingga semua sesi selesai. Selama pelatihan berlangsung subjek E terlihat
sangat aktif. Setiap ada kesempatan untuk maju dan mempresentasikan lembar
kerja, subjek E berinisiatif untuk mempresentasikan hasil kerja.
2025303540455055
Pretest Posttest
Skor Subjek E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Setelah mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri subjek E mulai
mengalami perubahan pemikiran terkait outcome expectancies. Subjek merasa
sudah mampu membedakan pemikiran yang baik dan buruk terkait narkoba
yang akan mempengaruhinya dalam menentukan pilihan untuk menggunakan
narkoba kembali ataupun tidak. Subjek E juga merasa perlu untuk tidak selalu
mengikuti kemauan yang membuatnya senang dan berusaha mengendalikan
diri untuk menghadapi sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan agar
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Subjek E juga merasa perlu untuk
menentukan pilihan yang tepat dengan cara keluar dari zona nyaman yang
selama ini dijalankan.
Subjek E merasa ada perubahan terkait cara menyikapi masalah.
Subjek E perpendapat bahwa cara menyikapi masalah harus dipikir baik-baik
dan tidak tergesa-gesa. Menyelesaikan masalah tidak harus dilakukan secara
langsung dan bersamaan. Perlu adanya pemetaan masalah dan kemudian
dipilih masalah yang memang perlu untuk diselesaikan terlebih dahulu.
Subjek E merasa cara semacam ini akan membantunya untuk lebih tenang dan
tidak menimbulkan masalah baru dalam menyelesaikan masalah. Sebelum
mengikuti pelatihan subjek terbiasa berusaha menyelesaikan masalah secara
langsung dan bersamaan yang mengakibatkan kebingungan dan menimbulkan
masalah baru.
Subjek E yang sebelumnya sudah memiliki keinginan untuk
membuka usaha semakin merasa yakin bahwa subjek mampu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
mencapainya setelah mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri. Hal ini
dikarenakan keseriusan subjek E dalam mengikuti sesi step to be. Subjek E
mengaku melalui sesi tersebut subjek menjadi paham bahwa dalam mencapai
suatu tujuan perlu melalui tahapan-tahapan. Setelah mengikuti pelatihan
subjek E semakin yakin untuk terbebas dari narkoba dan juga bisa mencapai
masa depan yang lebih baik dengan syarat adanya kemauan dari diri sendiri
untuk mencapainya.
f. Analisis Data Kualitatif Subjek F
Subjek F merupakan pemuda berusia 19 tahun yang berasal dari Aceh.
Subjek F sudah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA. Pengalaman
rehabilitasi kali ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya subjek F sudah
pernah menjalani rehabilitasi, namun sempat mengalami relapse. Hal ini yang
membuat subjek F harus menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Bogor.
Hal yang paling dikhawatirkan oleh subjek F setelah keluar dari
rehabilitasi adalah bertemu dengan teman-teman lama yang menggunakan
narkoba. Subjek F menyatakan bahwa relapse yang pernah dialami karena
pengaruh dari teman-temannya. Ketika ditanya pemahamn tentang relapse
subjek F menjawab relapse sebagai penggunaan zat adiktif yang sama secara
berulang.
Selain faktor lingkungan teman ada beberapa faktor yang menurut
subjek F dapat menyebabkan relapse. Terlalu banyak masalah dan pikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
juga disebut sebagai penyebab terjadinya relapse oleh subjek F. Selain itu
kurangnya aktivitas yang menimbulkan kebosanan juga dapat mempengaruhi
subjek F untuk kembali menggunakan. Sebagai upaya untuk menghindari
relapse beberapa strategi telah dicoba oleh subjek F yaitu dengan menjauhi
teman-teman yang menggunakan narkoba dan semakin dekat dengan orang
tua.
Subjek F menyadari bahwa penggunaan narkoba adalah hal yang
merugikan bagi dirinya dan pecandu narkoba lain. Hal ini membuat subjek F
memiliki keinginan untuk membantu pecandu lain dalam menjalankan
pemulihannya dengan menjadi konselor setelah keluar dari rehabilitasi. Hal
ini akan diupayakan oleh subjek F dengan terlebih dahulu mengikuti
pendidikan untuk menjadi konselor adiksi.
Gambar 13. Skor Kecenderungan Relapse Subjek F
Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri
30
35
40
45
50
55
Pretest Posttest
Skor Subjek F
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Pada Gambar 13 tampak adanya penurunan skor kecenderungan
relapse yang dialami oleh subjek F. Skor kecenderungan relapse sebesar 49
yang didapatkan sebelum menjalani pelatihan turun menjadi 43 setelah
mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri. Hal ini menunjukkan adanya
penurunan kecenderungan relapse yang terjadi pada subjek F setelah
mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri.
Penurunan kecenderungan relapse yang dialami subjek F tidak terlepas
dari adanya perubahan pola pikir terkait relapse dan pandangan masa depan.
Sebelumnya subjek F memang sudah memiliki pandangan terkait masa depan,
namun setelah mengikuti pelatihan efikasi diri subjek merasa memiliki
keyakinan yang lebih realistis terkait cara mencapai masa depan. Setelah
mengikuti pelatihan efikasi diri subjek F ingin terus menerapkan teknik
merencanakan masa depan yang disampaikan pada hari ketiga serta cara
menghindari relapse yang disampaikan melalui kegiatan hari pertama dan
kedua. Saat ini subjek F juga memiliki tekad dan keyakinan kuat sepenuhnya
untuk terbebas dari relapse. Sesi yang paling berkesan bagi subjek F adalah
Who am I? mengenali diri dan juga upaya untuk
memanfaatkan potensi yang ada dalam diri.
g. Analisis Data Kualitatif Subjek G
Subjek G merupakan pemuda yang tinggal di Jakarta. Pendidikan
terakhir yang di tempuh adalah sekolah menengah atas, namun tidak selesai.
Sejak MTs (setara dengan SMP) hingga MA (setara dengan SMA) subjek G
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
tinggal di Pondok Pesantren. Di usia yang memasuki 27 tahun subjek G
menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Badan narkotika Nasional
Bogor karena mengalami candu narkoba. Penggunaan narkoba diawali dengan
candu alkohol sejak berusia 15 tahun. Selama rentang satu tahun terakhir aktif
menggunakan sabu.
Gambar 14. Skor Kecenderungan Relapse Subjek G
Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri
Pada Gambar 14 dapat diketahui adanya perubahan skor
kecenderungan relapse yang dialami oleh subjek G. Skor yang semula
mencapai 44 sebelum mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri, turun menjadi
36. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kecenderungan relapse pada
subjek G. Penurunan kecenderungan relapse ini dikarenakan adanya
keinginan untuk terhindar dari relapse dengan cara lebih banyak bersyukur
dan bersosial pada subjek G setelah mengikuti pelatihan efikasi diri. Subjek G
juga memiliki keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
25
30
35
40
45
Pretest Posttest
Skor Subjek G
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Ketika mengikuti pelatihan subjek G merasa teringat dengan dosa-dosa
yang lama terutama saat sesi surat untuk Tuhan. Selanjutnya subjek G ingin
melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan terutama keluarga dengan cara
lebih dekat lagi dengan keluarga. Subjek G juga merasa yakin dapat mencapai
masa depan yang lebih baik. Keyakinan ini dikarenakan adanya inspirasi dari
video Vujicic dan Fauzan Rahman yang ditayangkan dalam kegiatan
pelatihan. Subjek G yang merasa tubuhnya lebih sempurna dibandingkan
Vujicic dan memiliki modal lebih besar dari Fauzan Rahman semakin yakin
untuk dapat mencapai masa depan yang lebih baik.
D. Pembahasan
Uji hipotesis dilakukan dengan melakukan uji 2 sampel independen Mann-
Whitney dan juga uji Wilcoxon dengan menggunakan SPSS for Microsoft Windows
Version 23.0. Melalui uji 2 Sampel Independen Mann-Whitney didapatkan hasil
berupa nilai z sebesar -1,929 dan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0.054 (p>0.05) yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan gain score skor antara kelompok
eksperimen yang mendapatkan perlakuan berupa pelatihan efikasi diri dengan
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Hasil ini menunjukkan bahwa
pelatihan efikasi diri tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kecenderungan
relapse pada pecandu narkoba di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional.
Tidak adanya pengaruh pelatihan efikasi diri yang signifikan terhadap
kecenderungan relapse pecandu narkoba di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Nasional sangat dimungkinkan karena adanya variabel ekstrani. Pelatihan efikasi diri
pada penelitian ini diberikan kepada pecandu narkoba yang sedang menjalani proses
rehabilitasi. Program rehabilitasi utama yang dijalani oleh subjek adalah Therapeutic
Community. Menurut Magor dan Blatch (2009) kegiatan Therapeutic Community
yang diberikan kepada pecandu narkoba bertujuan untuk mengembangkan kondisi
psikologis, salah satunya adalah efikasi diri. Sehingga sangat dimungkinkan
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan efikasi diri juga mengalami
peningkatan skor skala kecenderungan relapse akibat dari kegiatan rutin yang dijalani
selama proses rehabilitasi berupa Therapeutic Community yang juga bertujuan untuk
meningkatkan efikasi diri..
Selanjutnya uji Wilcoxon dilakukan untuk mengetahui signifikansi perubahan
skor pretest dan posttest pada masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Melalui uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen didapatkan hasil berupa
nilai z sebesar -2,371 dan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0,018 (p<0.05) yang
menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara skor kecenderungan relapse
sebelum diberikan pelatihan efikasi diri dan sesudah diberikan pelatihan pada
kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan
signifikansi perbedaan skor pretest dan posttest melalui hasil uji Wilcoxon yang
menunjukkan nilai z sebesar -1,577 dan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0,115
(p>0.05).
Hasil uji Wilcoxon yang telah diuraikan menunjukkan adanya perubahan
signifikan skor kecenderungan relapse pada kelompok eksperimen setelah menjalani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
kegiatan pelatihan efikasi diri. Perubahan yang terjadi pada kelompok eksperimen
sangat mungkin dikarenakan adanya perubahan pola pikir yang dialami setelah
menjalani pelatihan efikasi diri. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara setelah
pelatihan efikasi diri yang dilakukan kepada seluruh subjek kelompok eksperimen.
Secara umum seluruh subjek menyatakan adanya perubahan pola pikir, terutama pola
pikir terkait cara menghadapi masalah dan keputusan yang akan diambil untuk
menyelesaikan masalah. Perubahan ini menunjukkan adanya kesesuaian antara tujuan
dan hasil dari pelatihan efikasi diri yang dirancang untuk mempengaruhi empat fungsi
efikasi diri, yaitu fungsi kognisi, fungsi afeksi, fungsi motivasi, dan fungsi seleksi
(Bandura, 1994).
Beberapa subjek merasa sebelum menjalani pelatihan efikasi diri selalu
berpikir dan melihat masalah yang dihadapi dari sisi negatif. Sehingga berpikir
matang untuk mendapatkan solusi yang baik jarang dilakukan. Hal ini membuat
subjek dalam kelompok eksperimen sering menjadikan narkoba sebagai solusi
ringkas yang dirasa dapat melarikan diri dari masalah. Namun, setelah mendapatkan
pelatihan, sebagian besar subjek mengaku mulai menyadari bahwa setiap masalah itu
memiliki sisi positif. Perbaikan pola pikir ini menunjukkan adanya perbaikan fungsi
kognisi pada subjek. Selain itu, subjek juga menyatakan bahwa saat masalah muncul
harus dipetakan dan diselesaikan satu demi satu. Bukan dengan cara menumpuk
masalah yang kemudian akan menambah beban permasalahan ataupun menggunakan
narkoba sebagai pilihan untuk menyelesaikan. Subjek juga mengaku bahwa semenjak
mendapatkan pelatihan mulai menyadari bahwa penggunaan narkoba untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
menyelesaikan masalah bukanlah hal yang tepat karena meskipun ada kenyamanan
yang didapat saat menggunakan, efek buruk yang dirasakan setelahnya lebih besar.
Pola pikir demikian menunjukkan adanya perbaikan fungsi seleksi pada pecandu
narkoba yang akan membantu pecandu narkoba untuk membuat pertimbangan yang
matang saat memutuskan suatu pilihan.
Perubahan pola pikir yang terjadi ini juga dapat diduga sebagai penyebab
menurunnya skor kecenderungan relapse yang terjadi pada seluruh kelompok
eksperimen. Perubahan pola pikir terhadap efek narkoba ini akan mempengaruhi
perubahan postive outcome expectancies (ekspektasi positif terhadap efek
penggunaan narkoba) menjadi negative outcome expectancies (ekspektasi negatif
terhadap efek penggunaan narkoba) yang berujung pada turunnya kecenderungan
relapse. Hal ini sesuai dengan pendapat Larmier, dkk (1999) yang menunjukkan
bahwa negative outcome expectancies akan menurunkan kecenderungan relapse.
Selain mempengaruhi outcome expectancies, perubahan pola pikir yang
didapatkan setelah menjalani pelatihan efikasi diri pada subjek dapat menjadi coping
strategy yang baik saat menghadapi masalah yang menjadi high-risk situation bagi
subjek. Hal ini juga dimungkinkan sebagai penyebab terjadinya penurunan
kecenderungan relapse pada seluruh subjek kelompok eksperimen. Seperti yang
dikemukakan Larmier, dkk (1999) bahwa seseorang yang dapat melaksanakan
strategi coping efektif (strategi behavioral, seperti meninggalkan atau menghindari
situasi tersebut atau strategi kognitif, seperti positif self-talk) akan mengalami
penurunan kecenderungan relapse.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Selain adanya perubahan outcome expectancies dan effective coping strategy,
hal yang diduga menjadi penyebab menurunnya kecenderungan relapse subjek
kelompok eksperimen adalah adanya keyakinan kuat untuk terbebas dari narkoba dan
memiliki masa depan yang lebih baik melalui usaha dan proses-proses yang harus
dijalani. Hal tersebut dinyatakan oleh subjek saat sesi wawancara setelah pelatihan
efikasi diri. Kondisi ini sesuai dengan cognitive-behavioral model of relapse (Marlatt
dalam Larmier, dkk, 1999; Wietkiewitz dan Marlatt, 2004) yang menyatakan bahwa
ketika efikasi diri pecandu narkoba tinggi maka kecenderungan relapse akan
mengalami penurunan. Penelitian lain juga mendukung bahwa efikasi diri memiliki
korelasi negatif dengan kecenderungan relapse (Allsop dan Phillips, 2000; Ibrahim,
Samah dan Kumar, 2011). Bahkan Ibrahim dan Kumar (2009) menyatakan bahwa
efikasi diri memiliki korelasi negatif paling kuat dengan kecenderungan relapse.
Sehingga ketika pecandu narkoba memiliki efikasi diri yang tinggi, kecenderungan
relapse akan mengalami penurunan
Terkait dengan perubahan fungsi motivasi dapat dilihat dari hasil wawancara
setelah penelitian. Seluruh peserta menyatakan bahwa ingin melakukan berbagai
kegiatan yang dapat membantu terbebas dari relapse dan memperbaiki masa depan
dengan aktivitas masing-masing, seperti sekolah konselor, membuka usaha, masuk
pesantren, dan bekerja. Subjek kelompok eksperimen menyatakan bahwa motivasi
semakin kuat akibat adanya beberapa video motivasi yang ditampilkan, yaitu video
Fauzan Rahman (seorang mantan pecandu narkoba yang sukses terbebas dari narkoba
dan sukses menjalankan bisnis), video Vujicic (seorang tuna daksa yang sukses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
menjadi motivator dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki), dan video Danang
(Mahasiswa IPB yang mewujudkan berbagai mimpi yang telah dituliskan).
Fungsi afeksi adalah bagian yang tidak terlihat menonjol perubahannya pada
penelitian ini
yang kemudian dilanjutkan doa bersama beberapa subjek mengaku ada perasaan
nyaman. Apalagi saat mengingat terlalu banyak dosa-dosa yang telah dilakukan,
namun Tuhan masih memberikan banyak karunia. Timbul rasa syukur yang
menimbulkan kenyamanan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan efikasi
diri masih kurang menyentuh afeksi. Padahal untuk meningkatkan efikasi diri perlu
adanya perbaikan empat fungsi efikasi diri, yaitu fungsi kognisi, fungsi motivasi,
fungsi seleksi, dan fungsi afeksi (Bandura, 1994).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
menyatakan bahwa adanya pengaruh pelatihan efikasi diri terhadap kecenderungan
relapse pada pecandu narkoba di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Bogor ditolak. Hal ini didasarkan pada hasil uji Mann-Whitney yang menunjukkan
tidak terdapat signifikansi perubahan skor kecenderungan relapse. Adanya program
Therapeutic Community yang sedang dijalani oleh seluruh subjek penelitian
merupakan variabel ekstrani yang diduga sebagai penyebab tidak adanya signifikansi
perbedaan perubahan skor kecenderungan relapse antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Selain itu, tidak tersentuhnya fungsi afeksi secara maksimal juga
diduga sebagai penyebab tidak adanya signifikansi perubahan skor kecenderungan
relapse. Terkait dengan hasil uji Wilcoxon yang menunjukkan adanya perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
signifikan pada kelompok eksperimen diakibatkan adanya keyakinan kuat untuk
menghindari relapse dan perubahan pola pikir yang menimbulkan perubahan pada
outcome expectancies serta effective coping strategy yang didasarkan pada hasil
wawancara sebelum dan sesudah pelatihan.
Pelatihan efikasi diri memberikan pemahaman materi cognitive-behavioral
model of relapse dapat dikatakan sangat tepat untuk diberikan kepada pecandu
narkoba di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional dan menjadi nilai lebih
dari penelitian ini. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara sebelum pelatihan yang
menunjukkan bahwa semua subjek kelompok eksperimen belum memahami bahwa
relapse merupakan proses yang meliputi high-risk situation, coping strategy, outcome
expectancies, dan abstinent violation effect seperti yang dikemukakan Marlatt melalui
cognitive-behavioral model of relapse (Larmier, dkk 1999). Sebagaian besar peserta
memang pernah mengalami empat aspek yang mengarahkan pada kecenderungan
relapse tersebut, namun subjek belum memiliki pemahaman yang komprehensif dan
kesadaran bahwa empat aspek inilah yang dapat mengarahkan subjek untuk
mengalami relapse.
High-risk situation adalah aspek yang paling disadari oleh subjek dapat
mempengaruhi kecenderungan relapse. High-risk situation yang dianggap paling
mengkhawatirkan bagi subjek adalah lingkungan pertemanan lama yang
menggunakan narkoba. Teman-teman lama sesama pengguna narkoba dikhawatirkan
dapat menjadi tekanan sosial baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi subjek
(Larmier, dkk 1999). Selain itu, lemahnya kemampuan dalam mengahadapi masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
ataupun konflik juga dirasa sebagai hal yang sering mempengaruhi subjek kelompok
eksperimen untuk menggunakan narkoba. Sehingga pelatihan efikasi diri yang juga
dilengkapi dengan informasi terkait coping strategy saat menghadapi masalah dapat
membantu subjek untuk memiliki keyakinan bahwa subjek mampu terbebas dari
narkoba melalui kemampuannya dalam menghadapi masalah dan mengambil
keputusan terbaik berdasarkan pertimbangan yang matang.
Secara umum, pelatihan efikasi diri yang diberikan untuk mempengaruhi
kecenderungan relapse pada pecandu narkoba masih jarang dilakukan. Bahkan
pelatihan efikasi diri ini juga belum pernah dilakukan di Balai Besar Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Bogor. Pelatihan efikasi yang dirancang dalam penelitian
ini meminimalkan penggunaan metode lecturrette satu arah dalam menyampaikan
materi serta lebih banyak memberikan video, studi kasus, lembar kerja, dan simulasi
yang membuat subjek lebih aktif dalam proses mencapai tujuan pelatihan. Rancangan
pelatihan efikasi yang telah diberikan juga telah menjalani uji coba kepada pecandu
narkoba yang memiliki karakteristik sama dengan subjek sehingga pelatihan yang
diberikan sudah melalui proses penyesuaian kondisi subjek.
Terlepas dari berbagai kelebihan yang ada, penelitian ini masih memiliki
berbagai kekurangan yang perlu dijadikan koreksi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya. Kekurangan pertama adalah tidak diadakannya wawancara sebelum dan
sesudah kegiatan pada kelompok kontrol sehingga berbagai perubahan yang terjadi
pada kelompok kontrol tidak dapat dianalisis secara lebih mendalam. Selain itu, tidak
adanya studi dokumentasi pada kelompok kontrol yang seharusnya dapat dijadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
sebagai bahan analisis hasil penelitian. Bahkan peneliti hanya mendapatkan data
asesmen beberapa subjek eksperimen dikarenakan tidak semua berkas asesmen sudah
berada pada bagian psikologi yang bisa diakses oleh peneliti. Sehingga analisis hasil
yang seharusnya bisa dilakukan secara lebih mendalam terkait latar belakang subjek
pada kelompok eksperimen juga terhambat. Kelemahan yang lain yang terdapat
dalam penelitian ini adalah tidak adanya pengukuran efikasi diri dengan
menggunakan skala pada subjek , baik sebelum atau sesudah pelatihan. Sehingga
perubahan efikasi diri hanya diketahui dari perubahan keyakinan secara umum yang
dirasakan oleh subjek melalui wawancara sebelum dan sesudah pelatihan.