Post on 27-Sep-2020
52
Universitas Bhayangkara Jaya
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Responden
Responden pada penelitian ini adalah karyawan PT.ISS Indonesia facilty
service RS.Awal Bros Bekasi yang memiliki populasi karyawan berjumlah 260
karyawan, dari jumlah populasi tersebut dapat diambil sebagai sample
penelitian sejumlah 70 karyawan. Responden yang akan diteliti pada tingkatan
level pelaksana (operator cleaning service, team leader, service supervisor),
sample diambil berdasarkan golongan jenis kelamin, usia, masa kerja,
pendidikan terakhir, Berikut ini disajikan mengenai rinician penyebaran
kuesioner.
Tabel 4.1 Proses distribusi Kuesioner
Responden Jumlah Presentase
Kuesioner yang disebar 70 100%
Kuesioner yang tidak kembali 0 0
Kusioner kembali namun tidak dapat diolah 0 0
Kuesioner yang dapat diolah 70 100%
Sumber : Olah Data Tahun 2016
Tabel diatas menunjukkan bahwa kuesioner yang dibagikan kepada
responden sebanyak 70 kuesioner, dengan tingkat pengembalian sebesar 100%
yangartinya seluruh kuesioner kembali dan dapat diolah. Adapun distribusi
frekuensi karakteristik masing-masing responden akan dijelaskan dalam tabel
sebagai berikut :
a.) Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Diketahui bahwa dari 70 orang responden, mayoritas responden dalam
penelitian ini berjenis kelamin pria dengan jumlah 48 orang atau sebesar
68,6 % dan responden yang berjenis kelamin wanita berjumlah 22 orang atau
sebesar 31,4 %. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden dalam penelitian ini adalah Pria.
53
Universitas Bhayangkara Jaya
Tabel 4.2 Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
laki-laki 48 68.6 68.6 68.6
Perempuan 22 31.4 31.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Sumber :olah data tahun 2016
b.) Profil Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik usia Responden berusia <25 tahun berjumlah 29 (41,4%) ,
sedangkan responden berusia 25-30 tahun berjumlah 27 orang (38,6 %) , dan
responden berusia 31-35 tahun berjumlah 11 orang ( 15,7 %) , responden
berusia 36-40 tahun berjumlah 2 orang ( 2,9 %) responden berusia >50 tahun
berjumlah 1 orang ( 1,4 %) Jadi dapat disimpulkan mayoritas responden
berusia < 25 tahun.Hal ini berarti usia produktif.
Tabel 4.3 usia responden
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
kurang dari 25
tahun 29 41.4 41.4 41.4
25-30 tahun 27 38.6 38.6 80.0
31-35 tahun 11 15.7 15.7 95.7
36-40 tahun 2 2.9 2.9 98.6
lebih dari 50 tahun 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Sumber : olah data tahun 2016
54
Universitas Bhayangkara Jaya
c.) Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan terakhir SLTA Berjumlah 55 orang (78.6%) dan
responden dengan pendidikan terakhir SLTP sebesar 14 orang ( 20 %) dan
strata1 1 orang (1.4%). Sehingga mayoritas responden pada penelitian ini
adalah SLTA.
Tabel 4.4 Pendidikan terakhir
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
SLTP 14 20.0 20.0 20.0
SLTA 55 78.6 78.6 98.6
S1 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Sumber : olah data tahun 2016
d.) Profil Responden Berdasarkan Lama Kerja
Bedasarkan data diatas dikatagorikan kurang dari 6 bulan berjumlah 6
orang (8,6%) dan yang sudah bekerja selama 6-11 bulan adalah 17 orang
(24,3%). 1-5 tahun 34 orang (48,6%) dan lebih dari 5 tahun 13 orang (18,6%),
Tabel 4.5 lama kerja
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
kurang dari 6
bulan 6 8.6 8.6 8.6
6-11 bulan 17 24.3 24.3 32.9
1-5 tahun 34 48.6 48.6 81.4
lebih dari 5 tahun 13 18.6 18.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
Sumber : olah data tahun 2016
55
Universitas Bhayangkara Jaya
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Uji Validitas Instrumen
Uji Validitas ini sebelumnya dilakukan percobaan sejumlah 20
responden dan uji valid, untuk mengetahui kebenaran dari kuesioner atau
angket. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai r
hitung dengan nilai r table. Nilai r hitung diambil dari output SPSS
Cronbach Alpha pada kolom Correlated Item Total Correlation.
Sedangkan nilai r table diambil dengan menggunakan rumus df=n-2, yaitu
df=70-2 =68, sehingga menghasilkan nilai r table sebesar 0,1668
Tabel 4. 6 Uji Validitas Pelatihan
Butir Instrumen r-hitung r-tabel Kesimpulan
pelatihan_1 0,624 0,166 VALID
pelatihan _2 0,672 0,166 VALID
pelatihan _3 0,447 0,166 VALID
pelatihan _4 0,606 0,166 VALID
pelatihan _5 0,467 0,166 VALID
pelatihan _6 0,587 0,166 VALID
pelatihan _7 0,600 0,166 VALID
pelatihan _8 0,705 0,166 VALID
pelatihan _9 0,580 0,166 VALID
pelatihan _10 0,763 0,166 VALID
Sumber : olah data tahun 2016
Tabel 4.7 Terlihat, Keseluruhan nilai r hitung(X1) dari semua variable
yang diuji bernilai lebih besar dari r table yang memiliki nilai sebesar
(0,1668). Sehingga, keseluruhan nilai r hitung dari semua variable yang
telah diuji lebih besar dari nilai r table yang telah ditentukan, maka dapat
dijelaskan bahwa semua butir pernyataan dari setiap variable dalam
penelitian ini dinyatakan valid.
56
Universitas Bhayangkara Jaya
Tabel 4.7 Uji Validitas Gaya Kepemimpinan Situasional
Butir Instrumen r-hitung r-tabel Kesimpulan
Kepemimpinan situasional_1 0,505 0,166 VALID
Kepemimpinan situasional _2 0,418 0,166 VALID
Kepemimpinan situasional _3 0,333 0,166 VALID
Kepemimpinan situasional_4 0,325 0,166 VALID
Kepemimpinan situasional _5 0,618 0,166 VALID
Kepemimpinan situasional _6 0,631 0,166 VALID
Kepemimpinan situasional _7 0,638 0,166 VALID
Kepemimpinan situasional _8 0,615 0,166 VALID
Kepemimpinan situasioanal_9 0,612 0,166 VALID
Kepemimpinan situasional_10 0,635 0,166 VALID
Sumber : olah data tahun 2016
Tabel 4.7 Terlihat, Keseluruhan nilai r hitung(X2) dari semua variable
yang telah diuji lebih besar dari nilai r table dapat disimpulkan bahwa
pernyataan penelitian valid
Tabel 4.8 Uji Validitas Kinerja
Butir Instrumen r-hitung r-tabel Kesimpulan
Kinerja _1 0,547 0,166 VALID
Kinerja _2 0,641 0,166 VALID
Kinerja _3 0,781 0,166 VALID
Kinerja _4 0,574 0,166 VALID
Kinerja _5 0,773 0,166 VALID
Kinerja _6 0,661 0,166 VALID
Kinerja _7 0,529 0,166 VALID
Kinerja _8 0,613 0,166 VALID
Kinerja _9 0,669 0,166 VALID
Kinerja _10 0,590 0,166 VALID
Sumber : olah data tahun 2016
57
Universitas Bhayangkara Jaya
Tabel 4.8 Terlihat bahwa semua, keseluruhan nilai r hitung(Y) dari semua
variable yang telah diuji lebih besar dari nilai r table maka dapat disimpulkan
bahwa pernyataan penelitian valid
4.2.2 Uji Realiabilitas Instrumen
Uji Reabliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah
dipastikan validitasnya. Pengujian realiabilitas dalam penelitan ini untuk
menunjukkan tingkat realiabilitas konsisten internal teknik yang digunakan
adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha dengan bantuan
program SPSS 20. Nilai Alpha bervairiasi dari 0-1,sutau pertanyaan dapat
dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2011:48).
Tabel 4.9 Uji Realibilitas
Sumber : olah data tahun 2016
Realiabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > 0,70 dan sebaliknya realibilitas suatu konstruk variabel
dikatakan tidak baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha < 0,70. Berdasarkan
hasil uji statistik pada tabel diatas yaitu tabel 4.9 Menunjukan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai Croncbach’s
Alpha lebih besar dari 0,70. pelatihan memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar
0,807; gaya Kepemimpinan situasioal memiliki nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0,725; Kinerja Pegawai memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar
0,831. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan
akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu
diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban
sebelumnya.
Variabel Cronbach Alpha N of Item Keterangan
Pelatihan 0,807 10 Reliabel
Kepemimpinan 0,725 10 Reliabel
Kinerja 0,831 10 Reliabel
58
Universitas Bhayangkara Jaya
4.3 Analisis Statistik Deskriptif
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis deskriptif dengan
memberikan gambaran tentang jumlah data, minimum, mean dan standar devisi.
Berdasarkan SPSS Versi 20 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std.
Deviation
pelatihanx1 70 32 50 43.41 3.454
gapem_situasionalx2 70 30 50 40.90 4.250
kinerjaY 70 34 50 41.73 3.886
Valid N (listwise) 70
Sumber : olah data tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dideskripsikan bahwa jumlah responden
70. Dari 70 responden tersebut variabel independen pelatihan memiliki minimum
32 dan maksimum sebesar 50, dengan rata-rata jawaban sebesar 43,41dan standar
deviasi 3,454. Pada variabel independen gaya kepemimpinan situasional memiliki
minimum 30 dan maksimum sebesar 50 dengan rata-rata jawaban sebesar 40,90
dan standar deviasi 4,250. Sedangkan variabel dependen kinerja memiliki
minimum 30 dan maksimum sebesar 50 dengan rata-rata jawaban sebesar 41,73
dan standar deviasi 3,886.
4.4. Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Uji
asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada
ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis
dapat dilakukan tergantung pada data yang ada.
59
Universitas Bhayangkara Jaya
4.4.1 Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Cara yang bisa ditempuh untuk menguji kenormalan data
adalah dengan menggunakan Grafik Normal P-P Plot dengan cara melihat
penyebaran datanya. Jika pada grafik tersebut penyebaran datanya mengikuti pola
garis diagonal, maka datanya normal. Jika pada tabel test of normality dengan
menggunakan Kolmogrov- Smirnov nilai sig > 0,05,
Maka data berdistribusi normal. Adapun Uji Normalitas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pelatihan
x1
Gk_situasional
x2
Kinerja
Y
Unstandar
dized
Residual
N 70 70 70 70
Normal
Parametersa,b
Mean 43.41 40.90 41.73 0E-7
Std.
Deviation 3.454 4.250 3.886
2.5639697
7
Most Extreme
Differences
Absolute .104 .098 .186 .064
Positive .091 .098 .186 .064
Negative -.104 -.073 -.100 -.053
Kolmogorov-Smirnov Z .872 .821 1.557 .535
Asymp. Sig. (2-tailed) .432 .510 .016 .937
Sumber : olah data tahun 2016
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
60
Universitas Bhayangkara Jaya
Untuk lebih memastikan residual data telah mengikuti asumsi
normalitas, maka residual data diuji kembali dengan menggunakan uji
Kolmogrov- Smirnov. Pada tabel 4.11 diatas uji Kolmogrov- Smirnov
menunjukkan bahwa residual data yang didapat tersebut mengikuti distribusi
normal, berdasarkan hasil output menunjukkan nilai Kolmogrov- Smirnov
signifikan
Berdasarkan uji Kolmogrov- Smirnov, Diketahui bahwa nilai
signifikansi (Asym.sig 2 tailed) untuk data Residual sebesar 0,937. Karena nilai
lebih dari 0,05, jadi residual terdistribusi normal.
Gambar 4.1 P.P Plot Normalitas Regresiaon
Sumber : olah data tahun 2016
Berdasakan grafik normal plot dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar
garis diagonal dan data berhimpit serta mengikuti arah garis diagnal. disimpulkan
bahwa pelatihan, gaya kepemimpinan situasional dan kinerja terdistribusi normal.
61
Universitas Bhayangkara Jaya
Gambar 4.2 Histogram Normalitas
Sumber :olah data tahun 2016
Berdasarkan gambar 4.2 Histogram uji normalitas menunjukkan bahwa
kurva tidak miring kekiri atau kekanan maka dapat dikatakan berdisrtibusi
normal sehingga model regresi layak dipakai dalam penelitian.
4.4.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama
dengan nol. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel-variabel bebas.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model
regresi adalah sebagai berikut:
1. Nilai R2yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel terikat.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel
bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal
ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Namun tidak adanya
korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari
multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel bebas.
62
Universitas Bhayangkara Jaya
3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel
terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi menunjukkan adanya multikolinearitas.
Pengujian ada tidaknya gejala multikolinieritas dilakukan dengan
memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data
serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Toleransinya. Apabila nilai
matrik korelasi tidak ada yang lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan data
yang akan dianalisis bebas dari multikolinieritas. Kemudian apabila nilai VIF
berada dibawah 10 dan nilai toleransi mendekati 1, maka diambil kesimpulan
bahwa model regresi tersebut tidak terdapat multikolinieritas. Hasil uji
Multikolinieritas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber : olah data tahun 2016
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standa
rdized
Coeffi
cients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 4.706 4.309 1.092 .279
pelatihanx1 .354 .097 .314 3.644 .001 .872 1.146
gapem_situasional
x2 .530 .079 .579 6.711 .000 .872 1.146
a. Dependent Variable: kinerjaY
63
Universitas Bhayangkara Jaya
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi tidak
mengalami gangguan multikolinieritas. Hal ini tampak pada nilai tolerance
masing-masing variabel lebih besar dari 10 persen (0,1). Hasil perhitungan VIF
juga menunjukkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam
model regresi tersebut
4.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Heteroskedastisitas. Salah satu cara
untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot
antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan nilai residualnya (SRESID).
Jika titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur seperti gelombang besar
melebar, kemudian menyempit maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika titik-
titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y tanpa membentuk
pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas
dari program SPSS dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : olah data tahun 2016
64
Universitas Bhayangkara Jaya
Pada gambar 4.13 diatas dapat dilihat bahwa titik-titik pada grafik
scatterplot tidak mempunyai pola penyebaran yang jelas dan titik-titik tersebut
menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas pada model regresi.
4.5 Analisis Statistik infrensial
Teknik analisis data inferensial merupakan statistik yang dipakai untuk
melakukan analisis data dengan cara membuat kesimpulan yang berlaku secara
umum. Ciri dari analisi data inferensial yaitu digunakanya rumus statistik
tertentu, lalu hasil perhitungan yang sudah dilakukan itulah yang nantinya akan
menjadi dasar dari pembuatan generalisasi yang berasal dari samber bagi
populasi.
4.5.1 Koefisien Korelasi
Untuk mengetahu sejauh mana keeratan hubungan antara variabel bebas
yaitu pelatihan (X1) dan gaya kepemimpinan situasional (X2) dengan variabel
terikat yaitu kinerja (Y) digunakan analisis hubungan yang lebih dikenal dengan
korelasi Rank Spearman. Dengan aplikasi spss 2.0
Tabel 4.14 Correlations Pelatihan
pelatihan
x1
KinerjaY
pelatihanx1
Pearson
Correlation 1 .521
**
Sig. (2-tailed) .000
N 70 70
kinerjaY
Pearson
Correlation .521
** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 70 70
Sumber : olah data tahun 2016.
65
Universitas Bhayangkara Jaya
Tabel 4.15 Correlations Gaya Kepemimpinan Situasional
gapem_situasio
nalx2
kinerjaY
gapem_situasiona
lx2
Pearson
Correlation 1 .692
**
Sig. (2-tailed) .000
N 70 70
kinerjaY
Pearson
Correlation .692
** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : olah data tahun 2016
Menurut Sugiyono (2007) pedoman koefisien korelasi sebagai berikut:
A 0,00 - 0,199 sangat rendah
B 0,20 - 0,399 Rendah
C 0,40 - 0,599 sedang
D 0,60 - 0,799 kuat
E 0,80 - 1,000 Sangat kuat
Berdasarkan tabel 4.13 dan 4.14 nilai yang diperoleh untuk x1 terhadap y
sebesar 0,521 hal ini menunjukan terdapat hubungan antara pelatihan terhadap
kinerja,kemudian x2 terhadap y sebesar 0,692 juga menunjukan terdapat
hubungan antara gaya kepemimpinan situasional terhadap kinerja
4.5.2 Analisis Regresi linier berganda
Analisis mengetahui arah hubungan variabel independen dengan
variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi
nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan.
66
Universitas Bhayangkara Jaya
Sumber :olah data tahun 2016
Dari hasil analisis regresi diperoleh model persamaan regresi linier
sebagai berikut:
Variabel Konstanta sebesar 4,706, Variabel pelatihan (X1) Koefisien
Regresi sebesar 0,354 dan gaya kepemimpinan situasional Koefiien Regresi
sebesar 0,530. jadi persamaan garis regresinya adalah:
Y = 4,706 + 0,354 PLTH + 0,530 GPSL
a. Konstanta sebesar 4.706; variabel independen (X1) sebesar 0,354 dan (X2)
sebesar 0,530
b. Koefisien regresi variabel (X1) sebesar 0,354, artinya jika variabel independen
lain nilainya tetap dan x1 mengalami kenaikan, maka kinerja (Y’) akan
mengalami peningkatan sebesar 0,354.
c. Koefisien regresi variabel (X2) sebesar 0,530; artinya jika variabel independen
lain nilainya tetap dan x2 mengalami kenaikan, maka (Y’) akan mengalami
peningkatan sebesar 0,530.
Tabel 4.1.6 Hasil Regresi Linier Berganda Model Summaryb
Regresi linier berganda Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 4.706 4.309 1.092 .279
pelatihanx1 .354 .097 .314 3.644 .001
gapem_situasionalx
2 .530 .079 .579 6.711 .000
a. Dependent Variable: kinerjaY
67
Universitas Bhayangkara Jaya
4.6 Uji Hipotesis
4.6.1 Uji T
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variable dependen atau tidak.
Hasil uji t yang diperoleh disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.17 uji T Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 4.706 4.309 1.092 .279
pelatihanx1 .354 .097 .314 3.644 .001
gapem_situ
asionalx2 .530 .079 .579 6.711 .000
a. Dependent Variable: kinerjaY
Sumber :olah data tahun 2016
a) Pengujian terhadap koefisien variabel Pelatihan (b1)
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
1.Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Ho : b1 = 0 (Pelatihan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan di PT. ISS Indonesia facility service RS.Awal Bros Bekasi.).
Ha : b1 ≠ 0 (Pelatihan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
PT. ISS Indonesia facility service RS.Awal Bros Bekasi.
2. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel di atas diperoleh t hitung sebesar 3,644
3. Menentukan t tabel dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05
Tabel distribusi t dapat dilihat pada tabel statistik dengan signifikansi 0,05
dan uji 2 sisi, dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 70-2-1 = 67. Dengan
pengujian 2 sisi hasil diperoleh untuk ttabel sebesar 1,668 / -1,668.
4. Kriteria pengujian
- Ho diterima bila -t hitung ≥ -t tabel atau t hitung ≤ t tabel
68
Universitas Bhayangkara Jaya
- Ho ditolak bila -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
5. Membandingkan thitung dengan ttabel
Nilai thitung > ttabel (3,644 > 1,668), maka Ho ditolak
6. Gambar
Gambar 4.4
Daerah Penentuan Ho
Pengaruh X1 terhadap Y
- 1,668 + 1,668 3,644
Sumber : olah data tahun 2016
7. Membuat kesimpulan
Oleh karena nilai thitung > ttabel (3,644 > 1,668), maka Ho ditolak, artinya
bahwa pelatihan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT.
ISS Indonesia facility service RS.Awal Bros Bekasi.. Nilai t hitung positif,
artinya berpengaruh positif yaitu semakin meningkat pelatihan maka akan
meningkatkan kinerja karyawan.
b) Pengujian terhadap koefisien gaya kepemimpinan situasional (b2)
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Ho : b2 = 0 (Gaya kepemimpinan situasional secara parsial tidak berpengaruh
terhadap kinerja karyawan di PT. ISS Indonesia facility service RS.Awal
Bros Bekasi.).
Ha : b2 ≠ 0 (Gaya kepemimpinan situasional secara parsial berpengaruh
terhadap kinerja karyawan di PT. ISS Indonesia facility service RS.Awal
Bros Bekasi).
69
Universitas Bhayangkara Jaya
2. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel di atas diperoleh t hitung sebesar 6,711
3. Menentukan t tabel dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05
Tabel distribusi t dapat dilihat pada tabel statistik dengan signifikansi 0,05
dan uji 2 sisi, dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 70-2-1 = 67. Dengan
pengujian 2 sisi hasil diperoleh untuk ttabel sebesar 1,668 / -1,668.
4. Kriteria pengujian
- Ho diterima bila -t hitung ≥ -t tabel atau t hitung ≤ t tabel
- Ho ditolak bila -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
5. Membandingkan thitung dengan ttabel
Nilai thitung > ttabel (6,711 > 1,668), maka Ho ditolak
6. Gambar
Gambar 4.5
Daerah Penentuan Ho
Pengaruh X2 terhadap Y
- 1,668 + 1,668 6,711
7. Membuat kesimpulan
Oleh karena nilai thitung > ttabel (6,711 > 1,668), maka Ho ditolak, artinya
bahwa gaya kepemimpinan situasional secara parsial berpengaruh terhadap
kinerja karyawan di PT. ISS Indonesia facility service RS.Awal Bros Bekasi.
Nilai t hitung positif, artinya berpengaruh positif yaitu semakin meningkat
Gaya kepemimpinan situasional maka akan meningkatkan kinerja karyawan.
4.6.2 Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen atau tidak.Hasil
uji F yang diperoleh setelah data diolah disajikan dalam tabel berikut ini:
70
Universitas Bhayangkara Jaya
Tabel 4.18 Hasil Uji F (Koefisien Regresi Secara Bersama-sama)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 588.241 2 294.120 43.444 .000b
Residual 453.602 67 6.770
Total 1041.843 69
a. Dependent Variable: kinerjaY
b. Predictors: (Constant), gapem_situasionalx2, pelatihanx1
Sumber: Data diolah, 2016
Tahap-tahap untuk melakukan uji F sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya
Ho : b1,b2 = 0 (Artinya pelatihan dan gaya kepemimpinan situasional secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan di Ha : b1,b2 ≠ 0
(Artinya pelatihan dan gaya kepemimpinan situasional secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. ISS Indonesia facility service
RS.Awal Bros Bekasi.)
2. Menentukan F hitung
Berdasarkan tabel di atas diperoleh F hitung sebesar 43,444
3. Menentukan F tabel
Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05, df1 (jumlah variabel-1)
atau 3-1 = 2, dan df2 (n–k–1) atau 70 – 2 – 1 = 67 (n adalah jumlah
responden, k adalah jumlah variabel independen,l adalah jumlah variabel
dependant). Hasil yang diperoleh untuk f-tabel adalah sebesar 3,134
4. Kriteria pengujian
- Ho diterima bila F hitung ≤ F tabel
- Ho ditolak bila F hitung > F tabel
5. Membandingkan thitung dengan ttabel.
Nilai F hitung > F tabel (43,444 > 3,134), maka Ho ditolak
6. Gambar
71
Universitas Bhayangkara Jaya
Gambar 4.6
Daerah Penentuah Ho Pada Uji F
3,134 43,444
g. Membuat kesimpulan
Karena F hitung > F tabel (43,444 > 3,134), maka Ho ditolak, artinya bahwa
pelatihan dan gaya kepemimpinan situasional secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
4.7 Analisis Koofesien determinasi
Pada penelitian ini analisis determinasi (r2) dalam regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui presentasi pengaruh varibel (x1) dan (x2)
terhadap variable dependend (Y) Berdasarkan dari hasil analisis regresi ,pada
output model summary dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.19 Determinasi Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .751a .565 .552 2.602
Dependant : varibel Y
Sumber : olah data tahun 2016
Berdasarkan hasil perhitungan melalui spss versi 2.0 dapat diketahui
bahwa besarnya nilai r (korelasi ganda ) sebesar 0,565 hal ini menunjukan
bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara pelatihan dan gaya kepemimpinan
situasional terhadap kinerja ,hal ini menunjukn bahwa variable dependent (Y)
yaitu kinerja dipengaruhi sebesar 56,5% oleh variable independent yaitu
pelatihan x1 dan x2 gaya kepemimpinan situasional, dan sisa sebesar 46,5%
dipengaruhi oleh varibel lain yang tidak terdapat pada variabel penelitian ini.
72
Universitas Bhayangkara Jaya
4.8 Pembahasan
a. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja
Hasil uji hipotesis yang ditunjukkan pada tabel 4.18, nilai t hitung
pada variabel Pelatihan diperoleh thitung = 3,664 yakni lebih besar dari ttabel =
1,668 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan, sehingga dapat
dikatakan bahwa pelatihan berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja.
Semakin meningkatnya pelatihan maka akan semakin meningkatkan kinerja
kinerja.
b. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja.
Variabel kepemimpinan diperoleh nila thitung = 6,711 lebih besar dari
ttabel =1,668. Hal ini berarti bahwa secara parsial gaya kepemimpinan
situasional berpengaruh terhadap kinerja.
c. Pengaruh Pelatihan dan Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0,00
lebih kecil dari 0,05 dan nilai Fhitung = 43,444 lebih besaar dari Ftabel = 3.134
maka HO ditolak dengan taraf signifikan, hal ini berarti bahwa variabel
independen yaitu pelatihan dan gaya Kepemimpinan situasional
mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama–sama terhadap
Kinerja karyawan. Dengan demikian semakin meningkatnya pelatihan dan
gaya kepemimpinan situasional semakin meningkat juga kinerja
karyawan.Nilai adjusted R2 (Rsquare) variable adalah sebesar 0,565 atau
dengan nilai persentase sebesar 56,5 %.
73
Universitas Bhayangkara Jaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas dalam Bab IV, maka
selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil Uji Parsial (t-test) menunjukkan bahwa variable Pelatihan
berpengaruh secara parsial terhadap variable Kinerja Karyawan. Hal ini
sesuai dengan signifikan t hitung sebesar 3,644. Nilai ini lebih besar dari
nilai t tabel sebesar 1,668.
2. Hasil Uji Parsial (t-test) menunjukkan bahwa variable gaya kepemimpinan
situasional berpengaruh secara parsial terhadap variable Kinerja
Karyawan. Hal ini sesuai dengan signifikan t hitung sebesar 6,711 Nilai ini
lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,668.
3. Hasil Uji simultan (F-test) menunjukkan bahwa variable pelatihan dan
gaya kepemimpinan situasional secara simultan berpengaruh terhadap
variable Kinerja Karyawan. Hal ini sesuai dengan signifikan f hitung
sebesar 43,444 Nilai ini lebih besar dari nilai f tabel sebesar 3,134.
5.2 Implilkasi Manajerial
Hasil analisis menunjukkan bahwa pelatihan dan gaya kepemimpinan
situasional kerja berpengaruh terhadap Kinerja karyawan. Berdasarkan hal
tersebut maka pihak pelaksana funsionil dan Manajemen diharapkan
meningkatkan Pelatihan dengan memberikan pelatihan secara berkala dan
gaya kepemimpinan situasional pada tingkat kedewasaan kematangan
pemimpin antara lain dengan workshop bagi pengembangan karakter
kepemimpinan, Adanya pelatihan dan workshop mampu mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan karyawan dan pengembangan karakter
pemimpin tersebut dapat membangkitkan Tingkat kematangan kedewasaan
pemimpin dalam mengenal kinerja bawahannya.
74
Universitas Bhayangkara Jaya
5.3 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan hasil penelitian tersebut, maka dapat
diajukan beberapa saran yang layak untuk dipertimbangkan, yakni :
1. Pelatihan pada karyawan PT. ISS Indonesia facility service RS.Awal Bros
Bekasi. perlu ditingkatkan karena keberadaannya juga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Upaya yang dapat dilakukan
antara lain dengan cara memperbaiki faktor-faktor yang berpengaruh pada
Pelatihan seperti pihak perusahaan lebih sering mengadakan seminar atau
training,workshop kepada para karyawan. Sehinga secara berkesinambung
mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan kinerja karyawan.
2. Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. ISS
Indonesia facility service RS.Awal Bros Bekasi, perlu ditingkatkan karena
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan karakter kedewasaan
kepemimpinan dalam mempertimbangkan situasional variabel independent,
kepemimpinan, situasi, pengikut, perlu berkesinambungan dalam pencapaian
tujuan.
3. Pengelolaan organisasi yang hanya menekankan pada pendekatan prosedur
harus disempurnakan melalui meningkatkan pelatihan dan gaya
kepemimpinan situasional, penelitian ini ada baiknya dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan pendeketan metode serupa tetapi dengan obyek berbeda
dan jumlah sampel besar sehingga dapat digeneralisasikan dengan hasil
penelitian yang lebih baik dan mampu menjadi tolak ukur peningkatan
kinerja. Walaupun hubungan kedua variabel ini kuat tetapi sebagian besar
dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai
diantaranya, motivasi, displin, pengembangan karir, kompensasi, lingkungan
eksternal dan lain sebagainya, dimana ini menjadi tugas bagi instansi untuk
mengurangi pengaruh faktor-faktor lain dalam upaya meningkatkan kinerja.
75
Universitas Bhayangkara Jaya
DAFTAR PUSTAKA
Badriyah, Mila. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka
Setia
Dimyati, Hamdan. (2014) sistem model kepemimpinan. Bandung: pustaka setia
Curphy, Ginnet, Hughes. (2012).leadership enhancing the lesson of experience.
Jakarta : salemba humanika
Firdaus, M. Aziz. (2012). Metode Penelitian. Jakarta: Jelajah Nusa
Haryadi Sarjono & Winda Julianita. (2011). SPSS vs Lisrel:Sebuah Pengantar
Aplikasi Untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat
I Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, I Wayan Mudiartha Utama. (2012)
Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kartika,Maarif. (2014) Manajemen Pelatihan, tahap pelatihan. Bogor: IPB
Fakultas ekonomi.
Kaswan. (2013) Pelatihan dan pengembangan. Bandung: alfabeta
Lijan Poltak. (2012). Kinerja Pegawai ;Teori, Pengukuran dan Implikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu,
Mangkunegara, Anwar. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Marwansyah. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Alfabeta
Mathis.l,Robert and Jackson. (2011) human resources management. south western
United state of america
Miftha Thoha (2012) Perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya.
Bandung : Rajawali pers,cetakan ke-21:
Sinungan, Muchdarsyah. (2014). Produktivitas:Apa dan Bagaimana. Jakarta:
Bumi Aksara
Susanti, Meilia Nur Indah. (2010). Statistik Deskriptif dan Induktif. Graha Ilmu.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sutrisno, Edy. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenadamedia
Group
Sugiyono, Agus. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
76
Universitas Bhayangkara Jaya
Sedarmayanti. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri. Bandung: PT Refika Aditama
Wibowo. (2014). Manajemen Kinerja (edisi keempat). Jakarta: Rajawali Pers.
Ariza Lucky Paraditha(2013). “Pengaruh program training (pelatihan) terhadap
kualitas karyawan PT.Sucofindo cabang samarinda.Kalimantan
Muhammad Ziauddin (2011). “Pengaruh gaya kepemimpinan situasional
terhadap kinerja pegawai pada PT. Telkom Indonesia Witel Malang.”
Malang: Jurnal Perguruan Tinggi Malang
Artikel Pelatihan Manajemen Dan Event organizer, Climber Organization 2015,
Bekasi