Post on 15-Apr-2019
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA Ny. F UMUR 25
TAHUN P1 A0
LECETDAN LUKA JAHITANPOST EPISIOTOMI
DI BPM SRI MARGIYANI MATESIH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA Ny. F UMUR 25
0 NIFAS HARI KE 3 DENGANPUTING SUSU
LECETDAN LUKA JAHITANPOST EPISIOTOMI
DI BPM SRI MARGIYANI MATESIH
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Estrilia Dike Wibawani
B13015
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA Ny. F UMUR 25
NIFAS HARI KE 3 DENGANPUTING SUSU
LECETDAN LUKA JAHITANPOST EPISIOTOMI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA Ny. F UMUR 25
TAHUN P1 A0 NIFAS HARI KE 3 DENGANPUTING SUSU
LECETDAN LUKA JAHITANPOST EPISIOTOMI
DI BPM SRI MARGIYANI MATESIH
Karya Tulis Ilmiah
Diajukanoleh :
Estrilia Dike Wibawani
NIM B13015
Telahdiperiksadandisetujui
PadaTanggal ...........................................
Pembimbing
RahajengPutriningrum, SST. M, Kes
NIK.201083059
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA Ny. F UMUR 25
TAHUN P1 A0 NIFAS HARI KE 3 DENGANPUTING SUSU
LECETDAN LUKA JAHITANPOST EPISIOTOMI
DI BPM SRI MARGIYANI MATESIH
Karya Tulis Ilmiah
Disusun oleh :
Estrilia Dike Wibawani
NIM B13015
Telahdipertahankan didepanDewanPenguji
UjianAkhir Program D III Kebidanan
PadaTanggal ................................
PENGUJI I
Wijayanti, SST., M.Kes
NIK. 201284105
PENGUJI II
RahajengPutriningrum,SST. M.Kes
NIK. 201083059
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu pernyataan
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Siti Nurjanah, SST., M.Keb
NIK. 201188093
iv
KATA PENGANTAR
Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT yang
telahmelimpahkanrahmatdanhidayah-
Nya,sehinggapenulisdapatmenyelesaikanKaryaTulisIlmiah yang berjudul
”Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi Pada Ny. F Umur 25 Tahun P1 A0 Dengan
Puting Susu Lecet Dan Luka Jahitan Post Episiotomi Di BPM Sri Margiyani
Mateseh tahun 2016”.KaryaTulisIlmiahinidisusun
denganmaksuduntukmemenuhitugasakhirsebagaisalahsatusyaratkelulusanProdi
DIII KebidananSTIKesKusumaHusada
Surakarta.Penulismenyadaribahwatanpabantuandanpengarahandariberbagaipihak,
KaryaTulisIlmiahinitidakdapatdiselesaikandenganbaik.
Olehkarenaitupenulismengucapkanterimakasihkepada :
1. Ns Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Siti Nurjanah, SST, M.Keb selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Rahajeng Putriningrum, SST. M,Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Sri Margiyani Amd Keb, selaku Kepala BPM Sri Margiyani Matesih, yang
telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam melakukan Studi Kasus.
5. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Kusuma Husada Surakarta terimakasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
6. Ny.F yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.
7. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
v
Penulis menyadaribahwadalampenulisan KaryaTulisIlmiahinimasih jauh
dari sempurna, olehkarenaitupenulismembukasaran demi
kemajuanKaryaTulisIlmiah selanjutnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaatbagisemuapihak.
Surakarta,.......................2016
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Estrilia Dike Wibawani
B13015
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA Ny. F UMUR 25
TAHUN P1 A0 NIFAS HARI KE 3 DENGANPUTING SUSU
LECETDAN LUKA JAHITANPOST EPISIOTOMI
DI BPM SRI MARGIYANI MATESIH
xi + 88 halaman + 11 lampiran
INTISARI
Latar belakang : Masalah yang timbal selama masa menyusui dimulai sejak
periode antenatal, masa pasca persalinan dini dan pasca persalinan lanjut.
Salah satu masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini adalah puting
susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak dan mastitis. Berdasarkan
studi pendahuluan di BPM Sri Margiyani Matesih selama bulan Oktober 2014
sampai Oktober 2015 diperoleh data ibu nifas 90 ibu nifas terdiri dari (28,89%)
pasien ibu nifas dengan normal, 40 (44,44%) pasien ibu nifas rupture, 24
(26,67%) pasien ibu nifas dengan puting susu lecet.
Tujuan studi kasusDari asuhan kebidanan ibu nifas patologi pada Ny. F umur 25
tahun P1A0 nifas hari ke 3 dengan puting susu lecet dan luka jahitan post
episiotomi adalah untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam memberikan
asuhan kebidanan dengan menerapkan 7 langkah Varney, data perkembangan
SOAP.
Metodologipenelitian : Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan metode
observasional yang dilaktikan pada tanggal 30 Desember 2015 sampai tanggal 2
Januari 2016. Teknik pengumpulan data primer dan sekunder subyek studi kasus
adalah ibu nifas patologi Ny. F P1 Ao umur 25 tahun dengan puting susu lecet dan
luka jahitan post episiotomi.
Hasil studi kasus : Hasil studi kasus ini adalah masalah yang dialami ibu nifas
dengan puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi dapat diatasi. Hal ini
dapat diketahui setelah melakukan asuhan selama 4 hari di dapatkan tidak
mengalami komplikasi, dimana dari basil evaluasi yang diberikan selama 4 hari
di dapatkan basil : KU ibu baik, puting susu lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak
ada, laktasi berjalan lancar dan tidak terjadi infeksi luka jahitan post episiotomi
Kesimpulan : Pada Kasus Ny. F P1 A0 umur 25 Tahun dengan puting susu lecet
dan luka jahitan post episiotomi terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
yaitu dilangkah pengkajian dan antisipasi dengan hasil KU ibu baik, puting susu
lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada, laktasi berjalan lancar dan tidak terjadi
infeksi luka jahitan post episiotomi.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Nifas, Puting Susu Lecet dan luka
jahitan post episiotomi
Kepustakaan : 18 Literatur ( Tahun2005 s/d 2015)
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
1. Kesuksesan hanya di raih dengan segala upaya dan usaha di sertai doa, karena
sesungguhnya nasip seseorang tidak akan berubah dengan sendirinya
2. Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keiklasan
3. Istigomah dalam menghadapi cobaan
4. Kita akan sukses jika belajar dari kesalahan
PERSEMBAHAN:
Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada:
1. Sujud syukur kepada Allah SWT atas kemudahan
sehingga KTI ini bisa terselesaikan.
2. Kedua Orang tuaku, Terimakasih atas kasih sayang
dan do'a dalam setiap langkah, serta tetesan keringat
perjuangan membesarkan, mendidik, dengan penuh
cinta dan kasih sayang, tanpa mengeluh lelah.
Semogaini awalan anda bisa membahagiakan kalian
3. Saudara -saudaraku tersayang, adikku yang selalu
memberi semangat dan dukungannya sehingga Allah
lebih mempereratkan persaudaraan kami.
4. Nenek dan kake yang senang tiasa memberi doa
sehingga selesai perkuliahan di STIKes Kusuma
Husada ini
5. Sahabat-sahabatku, sahabat sejatiku yang selalu
memberikan tawa dan canda, membantuku dikala
kesulitan dan teman-teman Kebidanan Stikes
Kusuma Husada Surakarta
6. Terimakasih untuk seseorang atas nasehat, semangat,
kasih sayang, pengorbanan dan kesabarannya
menemani dalam menyusun KTI ini
7. Almamaterku
viii
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Estrilia Dike Wibawani
Tempat / Tanggal Lahir : Karanganyar,14 Mei 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Karang gandu RT 5 RW 3 Gempolan, Kerjo, Karanganyar
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 1 Gempolan Lulus pada tahun 2007
2. SMP Negeri 1 kerjo Lulus pada tahun 2010
3. SMA Negeri 2 Karanganyar Lulus pada tahun 2013
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2013/2014
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. iv
ABSTRAK……………………………………………………………….... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………….. vii
CURRICULUM VITAE…………………………………………………. ix
DAFTAR ISI………………………………………………………….…… x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................ 4
E. Keaslian Studi Kasus ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ..................................................................................... 7
1. Konsep Dasar Masa Nifas ........................................................ 7
2. Puting Susu Lecet ..................................................................... 15
3. Luka Jahitan Post Episiotomi .................................................. 17
B. Teori Manajemen Kebidanan .......................................................... 18
C. Landasan Hukum ............................................................................. 36
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi ........................................................................................ 38
B. Lokasi Studi Kasus .......................................................................... 38
C. Subjek Studi Kasus .......................................................................... 39
D. Waktu Studi Kasus .......................................................................... 39
E. Instrumen Studi Kasus ..................................................................... 39
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 40
G. Alat-alat yang dibutuhkan .............................................................. 43
H. Jadwal Penelitian ............................................................................. 44
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ................................................................................ 45
B. Pembahasan ..................................................................................... 73
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 85
B. Saran ................................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. JadwalPenyusunanKarya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. SuratPermohonanIjinStudi Kasus
Lampiran 3. SuratBalasanIjinStudi Kasus
Lampiran 4. Permohonanmenjadi Pasien
Lampiran 5. Surat Persetujuan Menjadi Pasien (Informed Concent)
Lampiran 6. Format Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan Puting SusuLecet
Lampiran 7. Lembar Observasi
Lampiran 8 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 9 Leaflet
Lampiran 10 Dokumentasi
Lampiran 11 Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat pembangunan adalah menciptakan manusia Indonesia
seuntuhnya serta membangun seluruh masyarakat Indonesia menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang
Dasar 1945. Visi Indonesia sehat 2015 akan diciptakan melalui program
pembangunan kesehatan yang tercantum dalam udang – undang nomor 25
tahun 2000 tentang program pembangunan nasional. Sedangkan salah satu
misi pembangunan kesehatan 2015 yaitu memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau ( Depkes, 2008)
ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI saja pada bayi sampay usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat di berikan
sampai bayi berusia 2 tahun ( Marmi 2015).
Pemberian ASI kepada bayi sesering mungkin (sesuai kebutuhan)
tanpa di jadwal. Hisapan bayi akan merangsang kelenjar hypofisis posterior
untuk mengeluarkan prolaktin (yang memproduksi ASI) dan hipofisis
posterior untuk mengeluarkan sehingga ASI kelar dengan lancar. ASI
mengandung semua bahan yang di perlukan bayi mudah dicerna, memberi
pelindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.
(Heryani, 2012).
Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Lecet pada
puting susu dan payudara merupakan kondisi yang tidak normal dalam
2
menyusui, tetapi penyebab lecet yang paling umum adalah posisi dan
perlekatan yang tidak benar pada payudara. ( Heryani, 2012).
Peran dan tanggung bidan pada masa yaitu memberikan dukungan
secara kesinambungan selama nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk
mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
( Marmi, 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 31 Oktober 2014 di BPM Sri
Margiyani Matesih selama bulan Oktober 2014 sampai Oktober 2015
diperoleh data ibu nifas 90 ibu nifas terdiri dari 26 (28,89%) pasien ibu
nifas dengan normal, 40 (44,44%) pasien ibu nifas dengan ruputure, 24 (26,
67 %) pasien ibu nifas dengan putting susu lecet . Berdasarkan latar belakang
tersebut angka kejadian puting susu lecet masih terjadi memerlukan asuhan
kebidanan yang tepat agar ibu dapat segera menyusui bayi. Penulis tertarik
untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi Pada Ny. F
Umur 25 Tahun P1 A0 Nifas Hari Ke 3 Dengan Puting SusuLecet Dan Luka
Jahitan Post EpisiotomiDi BPM Sri Margiyani Matesih ”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi Pada Ny. F Umur
25 Tahun P1 A0 Nifas Hari Ke 3 Dengan Puting SusuLecet Dan Luka Jahitan
Post EpisiotomiDi BPM Sri Margiyani Matesih?”
3
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Di peroleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan menurut
Varney pada Ibu Nifas Patologi Pada Ny. F Umur 25 Tahun P1 A0 Nifas
Hari Ke 3 Dengan Puting SusuLecet Dan Luka Jahitan Post EpisiotomiDi
BPM Sri Margiyani Matesih.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu:
1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap dan sistematis pada
Ibu Nifas Patologi Pada Ny. F Umur 25 Tahun P1 A0 Nifas Hari
Ke 3 Dengan Puting SusuLecet Dan Luka Jahitan Post
EpisiotomiDi BPM Sri Margiyani Matesih.
2) Melakukan interprestasi data dengan merumuskan diagnosa
kebidanan, masalah yang mungkin timbul serta kebutuhan Ibu
Nifas Patologi Pada Ny. F Umur 25 Tahun P1 A0 Nifas Hari Ke
3 Dengan Puting SusuLecet Dan Luka Jahitan Post
EpisiotomiDi BPM Sri Margiyani Matesih.
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Ibu Nifas Patologi
Pada Ny. F Umur 25 Tahun P1 A0 Nifas Hari Ke 3 Dengan
Puting SusuLecet Dan Luka Jahitan Post EpisiotomiDi BPM Sri
Margiyani Matesih.
4
4) Melakukan antipasi pada Ibu Nifas Patologi Pada Ny. F Umur
25 Tahun P1 A0 Nifas Hari Ke 3 Dengan Puting SusuLecet Dan
Luka Jahitan Post EpisiotomiDi BPM Sri Margiyani Matesih.
5) Merencanakan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas Patologi Pada
Ny. F Umur 25 Tahun P1 A0 Nifas Hari Ke 3 Dengan Puting
SusuLecet Dan Luka Jahitan Post EpisiotomiDi BPM Sri
Margiyani Matesih.
6) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana tindan yang
telah di terapkan pada Ibu Nifas Patologi Pada Ny. F Umur 25
Tahun P1 A0 Nifas Hari Ke 3 Dengan Puting SusuLecet Dan
Luka Jahitan Post EpisiotomiDi Bpm Sri Margiyani Matesih.
7) Evaluasi pada Ibu Nifas Patologi Pada Ny. F Umur 25 Tahun P1
A0 Nifas Hari Ke 3 Dengan Puting SusuLecet Dan Luka Jahitan
Post EpisiotomiDi BPM Sri Margiyani Matesih.
b. Mahasiswa mampu menganalisa adanya kesenjangan antara teori dan
kasus nyata yang di temui di lapangan serta pendukung dan
penghambat
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan dan ketrampilandalam memberikan asuhan
kebidanan secara langsung kepada ibu nifas patologis dengan puting susu
5
lecet dan luka jahitan post episotomi melalui pendekatan manajemen
kebidanan Varney.
2. Bagi Profesi
Menambah referensi dan wawasan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan puting susu lecet dan luka jahitan post episotomi.
3. Bagi Institusi
a. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan rujukan dalam praktek perkuliahaan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet dan luka jahitan
post episotomi.
b. BPM Sri Margiyani Matesih.
Sebagai bahan rujukan dalam pelayanan kebidanan khususnya
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet dan luka
jahitan post episotomi.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus dengan judul asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu
lecet:
1. Gresi Meilita (2014), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny WP1 A0 Umur 22 Tahun dengan
Puting Susu Lecet di BPM Nunik Isdiyati ”. Menggunakan manajemen
asuhan kebidanan Varney dalam mengatasi masalah puting susu lecet
pada ibu nifas. Hasil anamnesa didapat ibu mengeluh puting susu lecet,
6
agak pecah – pecah, terasa panas, terasa panas, nyeri dan ibu merasa
cemas disertai takut dengan keadaannya. Dalam mengatasi masalah
putting susu lecet dilakukan asuhan selama 4 hari Melakukan observasi
keadaan umum dan vital sign memberikan terapi paracetamol 500 gr 3 x
1 per hari, amoxillin 500 gr 3x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari.
Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada Ny W dengan puting susu
lecet di dapatkan hasil KU ibu baik, puting lecet dapat di atasi, rasa nyeri
tidak ada dan laktasi berjalan lancar.
2. Sundari Sukowati (2015), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. A P1A0Umur 24 Tahun
dengan Puting Susu Lecet di RB AN-NUUR Surakarta”. Menggunakan
manajemen asuhan kebidanan Varney dalam mengatasi masalah puting
susu lecet pada ibu nifas. Hasil anamnesa didapat bahwa ibu mengeluh
puting susu lecet, nyeri, dan terasa panas, bayi tidak mau menyusu dan
ibu cemas dengan keadaannya. Dalam mengatasi masalah puting susu
lecet dilakukan asuhan selama 4 hari. Melakukan observasi keadaan
umum dan vital sign memberikan terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per
hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari secara
teratur. Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada Ny. A dengan puting
susu lecet di dapatkan hasil KU ibu baik, puting lecet dapat di atasi, rasa
nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar.
Perbedaan pada studi kasus ini dengan keaslian terletak pada tempat studi
kasus, waktu dan subjek.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran
bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Ari Sulistyawati, 2009).
b. Tahapan Masa Nifas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), nifas di bagi
menjadi dalam 3 (tiga) periode, yaitu:
1) Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama Islam dianggap telah berisi dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
8
2) Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3) Remote puerperium
Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa
minggu, bulan, atau tahun.
c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut Heryani (2012) Perubahan fisiologi masa nifas sebagai
berikut :
1) Perubahan sistem reproduksi
a) Perubahan Uterus
Perubahan Uterus adalah proses uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil. Uterus biasanya berada di organ
pelvik pada hari ke-10 setelah persalinan. Involusi uterus
lebih lambat pada multipara. Penurunan ukuran uterus
dipengaruhi oleh proses autolisis protein intraseluler dan
sitoplasma miometrium. Hasil dari menurunkan ukuran
uterus harus kehilangan sel-sel dalam jumlah besar. Selama
beberapa hari pertama setelah melahirkan endometrium dan
miometrium pada tempat plasenta diserap oleh sel-sel
9
granulosa sehingga selaput basal endomentrium kembali
dibentuk. (Heryani, 2012)
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina selama masa nifas. Perbedaan masing-
masing lochea dapat dilihat sebagai berikut :
(1) Lochea rubra (Cruenta), Muncul pada hari 1-2 pasca
persalinan, berwarna merah mengandung darah dan
sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari decidua verniks
caseosa, lanuga dan mekoneum.
(2) Lochea Sanguinolenta, Muncul pada hari ke 3-7 pasca
persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah
lendir.
(3) Lochea Serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca
persalinan, berwarna kecoklatan mengandung lebih
banyak serum, lebih sedikit darah, dan lebih serum,
juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
(4) Lochea Alba, muncuk sejak 2-6 minggu pasca
persalinan, berwana putih kekuningan mengandung
leukosit, selaput lendiri serviks dan serabut jaringan
yang mati.
(5) Lochea Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah dan berbau busuk.
10
(6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar
keluarnya(Rukiyah, dkk, 2011).
b) Perubahan pada Vulva dan Perineum
(1) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
perengangan yang besar selama proses pesalinan dan
akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu
postpartum. (Heryani, 2012)
(2) Perineum
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi
pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan
lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan
episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun
demikian, latihan otot perineum dapat mengambalikan
tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan
pada akhir puerperium dengan latihan harian(Rukiyah,
dkk, 2013).
2) Perubahan sistem pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan,
alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon
11
menjadi kosong, pengeluaran cairan dan makanan, serta
kurangnya aktifitas tubuh (Sulistyawati, 2009).
3) Perubahan sistem perkemihan
Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang
sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih
penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urinea
residual (normal + 15cc). Sisa urine dan trauma pada kandung
kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Perubahan sistem muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diagframa pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen
rotundum menjadi kendor. Stabilitasi secara sempurna terjadi
pada 6-8 ,minggu setelah persalinan.
5) Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas
a) Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik
sedikit (37,5-380c) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada
hari-3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI
12
dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi pada endomentrium, mastitis, traktus genitalis, atau
sistem lain(Vivian dkk, 2011).
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80
x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan
lebih cepat (Vivian dkk, 2011).
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklamsi postpartum (Vivian dkk, 2011).
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran napas (Vivian dkk, 2011).
6) Komplikasi Masa Nifas
Menurut Ambarwati dan Wulandari ( 2010 ), komplikasi
pada masa nifas antara lain :
13
a) Infeksi nifas
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang di sebabkan
oleh masuknya kuman – kuman kedalam alat- alat genital
pada waktu persalinan dan nifas.
b) Pendarahan pada masa nifas
Pedarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah
anak lahir.
c) Kelainan payudara
Kelainan pada payudara antara lain adalah puting susu
nyeri, puting susu lecet. Puting susu bengkak, mastistis
atau abses payudara.
d) Anemia
Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel
darah merah atau hemoglobin kurang dari normal.
(Proverawati 2011)
e) Depresi postpartum
Depresi postpartum adalah suatu perasaan tidak nyaman
yang dialami wanita pasca melahirkan yang bisa disebabkan
oleh hormon dan gangguan psikologi.
f) Masalah dalam pemberian asi
a. Puting susu lecet
Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah
menderita kelecetan pada puting penyebabnya adalah
14
kesalahan pada teknik menyusui, bayi tidak menyusui
sampay areola tertutup oleh mulut bayi.
(Salehah, 2009)
b. Bendungan ASI
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihat
sekresi lactael, payudara sering mengalami distensi
menjadikeras dan berbenjol – benjol keadaan ini
disebut sebagai bendungan air susu / caked breast ,
sering menyebab kan rasa nyeri yang cukup hebat dan
biasanya di sertai kenaikan suhu yang sepintas
(Erni dkk, 2015).
c. Mastitis
Mastistis adalah radang pada payudara yang disebabkan
payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat,
Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman
an terjadi payudara bengkak , bra yang terlalu ketat
mengakibatkan segmental angerargement, jika tidak di
susui dengan ade kuat maka bisa terjadi mastitis
(Salehah, 2009).
d. Abses payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis, abses
payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani
15
dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
(Eri dkk, 2015)
2. Puting susu lecet
a. Pengertian
Puting susu lecet adalah puting susu terasa nyeri bila tidak di tangani
dengan benar akan terjadi lecet, umumnya menyusui akan
menyakitkan dan kadang – kadangmengeluarkandarah
(Ambarwati dan Wulandari,2010).
b. Penyebab puting susu lecet
Penyebab putting susu lecet adalah teknik menyusui yang kurang
tepat, pembengkakan payudara, iritasi dari bahan kimia, misalnya
sabun, infeksi dan jamur(Nugroho 2012).
c. Cara merawat payudara
Bidan dapat mengajarkan kepada ibu bagaimana cara merawat
payudara dan perawatan tersebut dapat di lakukan oleh ibunya
sendiri, ibu dapat melakukan perawatan payudara selama menuyusui
dengan cara sebagai berikut
1) Ibu dapat mengatur ulang posisi jika mengalami kesulitan
2) Ibu mengeringkan payudara setelah menyusui, untuk mencegah
lecet dan retak oleskan sedikit ASI ke puting. Keringkan dulu
sebelum mengunakan pakaian . lecet dan retak pada puting susu
tidak bahaya
16
3) Jika ibu mengalami masitis / sumbatan saluran ASI anjurkan ibu
untuk tetap memberikan ASI
4) Tanda gejala bahaya dalam menyusui yaitu di antaranya adalah
bintik / garis merah panas pada payudara, teraba gumpalan /
bengkak pada payudara , demam (>38 C )(Rukiayah dkk 2011)
d. Penatalaksanaan puting susu lecet
Penatalaksanaan atau cara menangani puting susu lecet menurut
Ambarwati dan Wulandari (2010) antara lain :
1) Cari penyebab puting susu lecet ( posisi menyususi salah,
candidiasis atau dermantitis)
2) Obati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi
menyusui
3) Mengajarkan ibu untuk menyusui dengan benar
4) Ibu dapat terus memberikan asinya pada keadaan luka tidak
begitu sakit
5) Oleskan puting susu yang sakit dengan ASI akhir ( hind milk ),
jangan sekali – sekali memberikan obat lain seperti krim, salep
dan lain –lain
6) Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan untuk sementara
waktu kurang lebih 1 x 24 jam
7) Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan, sebaiknya ASI tetap
di keluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri
17
8) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
mengunakan sabun
9) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara
yang sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya
menyembuh
10) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan ( jangan
dengan pompa ASI ) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan asi.
11) Berikan ASI perah dengan sendok arau gelas jangan
mengunakan dot
12) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula mula
dengan waktu yang singkat
13) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke puskesmas
3. Luka Jahitan Post Episiotomi
a. Pengertian
Menurut Marmi (2015) Pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang di batasi vulva sampai anus
dan untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka jahitan.
b. Langkah-langkah perawatan luka jahitan post episiotomi
(1) Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu di
anjurkan memperbanyak konsumsi serat seperti buah – buahan
dan sayuran. Dengan begitu tinja yang dikeluarkan menjadi
tidak keras dan ibu tak perlu mengejan.
18
(2) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis
BAK dan BAB. Air yang di gunakan tak perlu matang asalkan
bersih. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada
sisa – sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu dari
air seni maupun feses yang mengadung kuman dan bias
menimbulkan infeksi pada luka jahitan
(3) Vagina boleh di cuci dengan mengunakan antiseptik karena
dapat berfungsi sebagai penghilang kuman
(4) Setelah di basuh, keringkan perineum dengan handuk bersih dan
lembut (Marmi, 2015).
B. Teori Manejemen Kebidanan
1. Pengertian
Menurut Varney (2013), Manejemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan terori ilmiah ,
penemuan – penemuan , keterampilan dalam rangkaian / tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan terfokus pada klien
2. Proses Manajemen Kebidanan
Langkah I : Pengkajian ( Pengumpulan data dasar )
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
19
langkah peama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondusi pasien
1) Data subjektif
Pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan (Sulistyawati, 2013).
a) Biodata
(1) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggilan
dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi
antara bidan dan pasien menjadi lebih akarab.
(Sulistyawati, 2013).
(2) Usia
Untuk mengetahui faktor resiko dilihat dari umur pasien
(Sulistyawati, 2013).
(3) Agama
Sebagai dasar bidan dalam memberikn dukungan mental
dan spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan
pada saat persalinan (Sulistyawati, 2013).
(4) Pendidikan
Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling
tepat dalam penyampaian informasi mengenai teknik
melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan sangat
mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap
20
intruksi yang diberikan bidan pada proses persalinan
(Sulistyawati, 2013).
(5) Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola
sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan pola
komunikasi yang akan dipilih selama persalinan
(Sulistyawati, 2013).
(6) Suku/bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut
oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan
(Sulistyawati, 2013).
(7) Alamat
Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data
ini juga memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang
ditempuh pasien menuju lokasi
b) Keluhan utama
Keluhan Utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat
bidan. Hal ini di sebut tanda atau gejala. Ditulisakan sesui
dengan yang diungkapkan oleh klien serta tanyakan juga sejak
kapan hal tersebut di keluhkan oleh kilen (Astuti, 2012) Pada
kasus ibu nifas dengan puting susu lecet dengan keluhan
Sebanyak 57 % ibu menyusui di laporkan pernah menderita
21
kelecetan pada puting susu ( Saleha, 2009) dengan keluhan
nyeri pada putting susu dan kulit melupas
c) Riwayat perkawinan
Yang perlu di kaji adalah beberapa kali menikah , status
menikah syah atau tidak karena bila melahirkan tanpa
setatusyang akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi poses nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
d) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaaan nifas yang
lalu (Ambarwati, 2010).
e) Riwayat hamil sekarang
HPHT ( Hari pertama haid terakhir )
Bidan ingin mengetahui tanggal hari pertama dari menstruasi
terakhir klien untuk memperkirakan kapan kira – kira sang akan
lahir ( Astuti, 2012).
f) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
mengunakan kontrasepsi serta rencana KB setalah masa
nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa ( Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
22
g) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk menegtahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM,
Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data – data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang
berhubungan dengan masa nifas dan bayinya
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayi, yaitu apa bila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
h) Kebiasaan sehari – hari
(1) Nutrisi
Menggambarkan tetang poa makan dan minum, frekusensi,
banyaknya, jenis makan, makanan pantangan (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar melupiti frekuansi, jumlah, kosistensi dan bau
23
serta kebiasaan kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah.
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya
membaca,mendengarkan musik, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu
masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat penyembuhan.
(4) PersonalHygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia karena
pada masa nifas masih mengeluarkan lochea
(5) Aktifitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola
ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatanya
2) Data objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2013).
24
a) Keadaan Umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan (Sulistyawati, 2013).
b) Kesadaran
Untuk memdapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien
darikeadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai
dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar), (Sulistyawati,
2013).
c) Tanda Vital
(1) Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko
hipertensi, normalnya 110/80 –
120/80 mmHg (Sulistyawati, 2013).
(2) Nadi : untuk mengetahui denyut nadi ibu,
normalnya 80 – 90 x/menit
(Sulistyawati, 2013).
(3) Pernafasan : pernafasan harus berada dalam
rentang yang normal sekitar 20 – 30
x/ menit ( Ambarwati 2008).
(4) Suhu : pada umumnya setelah 12 jam post
partum suhu tubuh kembali normal.
Kenaikan suhu yang mencapai 38º C
25
adalah mengarah ke tanda – tanda
infeksi (Ambarwati, 2008).
d) Pemeriksaan Sistematis
(1) Inspeksi
Proses observasi denganmenggunakan mata. Inspeksi
dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik (Priharjo, 2007).
(a) Kepala
Untuk mengetahui keadaan kulit kepala pda rambut
untuk menilai kebersihan, kelebapan, kerontokan.
(b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka, pucat atau tidak. Ada
oedema dan cloasma gravidarum atau tidak.
(c) Telinga
Bagaimana keadaan telinga, liang telinga, ada srumen
atau tidak.
(d) Mata
Untuk mengetahi conjungtiva pucat atau tidak, sklera
putih atau tidak.
(e) Hidung
Untuk menilai simetris kanan dan kiri, ada lubang
kanan dan kiri, ada benjolan atau tidak.
(f) Mulut
26
Untuk mengetahui kebersihan mulut, ada karies atau
tidak.
(g) Leher
Untuk mengetahui adakah kelenjar tyroid dan ada
pembesaran getah bening atau tida
(h) Dada
mengrtahui ada kelainan atau tidak, bentuk Untuk
payudara, simtris kanan dan kiri atau tidak, sudah
keluar kolostrum atau belum.
(i) Perut
Ada bekas operasi atau tidak, ada kelainan atau tidak.
(j) Ekstermitas
Pada kaki dan tangan apakah terjadi oedema, ada
varices atau tidak, reflek patella positif atau negatif.
(k) Genital
Apakah oedema atau tidak, pengeluaran pervaginam,
ada kelainan atau tidak.
(l) Anus
Untuk mengetahui adanya haemaroid atau kelainan.
3) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diaognose, apabila
diperlukan misalnya pemeriksaan laboratarium ( Varney, 2007 )
27
Pada Kasus Ibu Nifas dengan puting susu lecet dan luka jahitan
post episiotomi tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2013).
Dalam langkah kedua ini, bidan membagi interpretasi data dalam tiga
bagian, anatara lain :
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Anak hidup,
Umur ibu dan keadaan ibu ( Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada
kasus Ibu Nifas dengan puting susu lecet dan luka jahitan pos
episiotomi diagnose Kebidanan yang ditegakan adalah : Ny. X umur
x tahun Px Ax postpartum hari x dengan Puting susu lecet dan luka
jahitan post episiotomi.
Data dasar meliputi
Data Subjektif
Menurut Saleha (2009)
a) Ibu mengatakan bernama Ny. x dan umur x tahun.
b) Ibu mengatakan sudah melahirkan x kali dan belum pernah
keguguran
c) Ibu mengatakan nyeri pada puting susu yang lecet
28
Data Objektif
a) Keadaan umun pasien pada kasus ibu nifas dengan putting susu
lecet dan luka jahitan post episiotomi
b) Kesadasaran pasien pada kasus ibu nifas dengan putting susu lecet
dan luka jahitan post episiotomi
c) Vital sign
Tekanan darah , nadi, suhu menjadi meningkat dalam kasus puting
susu ini dan respirasi dalam keadaan normal
d) Pemeriksaan pengeluaran pervagina
e) Pemeriksaan payudara adanya lecet pada puting susu di temukan
puting kemerahan serta pecah pecah
f) Pemeriksaan abdomen meliputi TFU dan Kontraksi
g) Pemeriksaan perineum atau luka jahitan post episiotomi ( Salehah,
2009).
2) Masalah
Permaslahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien Menurut
Ambarwati dan Wulandari (2010). Pada ibu nifas dengan puting susu
lecet masalah yang di hadapi pasien yaitu merasa cemas dan gelisah
3) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya ( Sulistyawati, 2013). Pada kasus ibu nifas
dengan puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi kebutuhan
yang diberikan dorongan moral ( Ambarwati dan Wulandari, 2008).
29
Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini indentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian maslah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi , pencegahan,bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila haltersebut benar terjadi.(Ambarwati dan Wulandari
2010). Pada kasus ibu nifas dengan putting susu lecet yang dapat di
terapkan yaitu terjadi Bendungan Asi dan Infeksi Luka Jahitan Post
Episiotomi( Erni dkk, 2015 ).
Langkah IV : Antipasi
Langkah ini memerlukan dari manajemen kebidanan. Identifikasi
dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
untuk dikonsultasi kan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Langkah pertama untuk
mengantisipasi terjadinya diagnose potensial dari putting susu lecet yaitu
kolaborasi dengan dokter Sp. OG untuk pemberian terapi paracetamol
500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3x 1
per hari ( Suherni dkk, 2009)
Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumya
yang merupakan lanjutkan dari masalah atau diagnosa yang telah
diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
30
berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut
yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) cara menangani puting susu
lecet antara lain :
1) Cari penyebab puting susu lecet ( posisi menyusui salah, candidiasis
atau dermantitis)
2) Obati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi menyusui
3) Mengajarkan ibu untuk menyusui dengan benar
4) Ibu dapat terus memberikan asinya pada keadaan luka tidak begitu
sakit
5) Oleskan puting susu yang sakit dengan ASI akhir ( hind milk ),
jangan sekali – sekali memberikan obat lain seperti krim, salep dan
lain –lain
6) Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1 x 24 jam
7) Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan, sebaiknya ASI tetap di
keluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa
karena nyeri
8) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk mengunakan
sabun
9) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang skit
untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh
31
10) Keluarkan ASI dari payudara yang skit dengan tangan ( jangan
dengan pompa ASI ) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan asi.
11) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan mengunakan dot
12) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula mula dengan
waktu yang singkat
13) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke puskesmas
Menurut Marmi, (2015), Perawatan luka jahitan post episiotomi adalah
1) Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu di anjurkan
memperbanyak konsumsi serat seperti buah – buahan dan sayuran.
Dengan begitu tinja yang dikeluarkan menjadi tidak keras dan ibu
tak perlu mengejan.
2) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK
dan BAB. Air yang di gunakan tak perlu matang asalkan bersih.
Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa – sisa
kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu dari air seni
maupun feses yang mengadung kuman dan bias menimbulkan
infeksi pada luka jahitan
3) Vagina boleh di cuci dengan mengunakan antiseptik karena dapat
berfungsi sebagai penghilang kuman
4) Setelah di basuh, keringkan perineum dengan handuk bersih dan
lembut.
32
Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efisien dan amancara menangani puting susu lecet menurut
Ambarwati dan Wulandari (2010) antara lain :
1) Mencaripenyebab puting susu lecet ( posisi menyususi salah,
candidiasis atau dermantitis)
2) Mengobati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi
menyusui
3) Mengajarkan ibu untuk menyusui dengan benar
4) Ibu dapat terus memberikan asinya pada keadaan luka tidak begitu
sakit
5) Mengoleskan puting susu yang sakit dengan ASI akhir ( hind milk ),
jangan sekali – sekali memberikan obat lain seperti krim, salep dan
lain –lain
6) Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1 x 24 jam
7) Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan, sebaiknya ASI tetap di
keluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa
karena nyeri
33
8) Mencuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
mengunakan sabun
9) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang
sakit untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh
10) Mengeluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan ( jangan
dengan pompa ASI ) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI.
11) Memberikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan
mengunakan dot
12) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali dengan waktu
yang singkat
13) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, merujuk ke puskesmas
Menurut Marmi, (2015), Perawatan luka jahitan post episiotomi adalah
1) Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu di
menganjurkan memperbanyak konsumsi serat seperti buah – buahan
dan sayuran. Dengan begitu tinja yang dikeluarkan menjadi tidak
keras dan ibu tak perlu mengejan.
2) Menyiram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis
BAK dan BAB. Air yang di gunakan tak perlu matang asalkan
bersih. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa –
sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu dari air seni
maupun feses yang mengadung kuman dan bias menimbulkan
infeksi pada luka jahitan
34
3) Vagina boleh di cuci dengan mengunakan antiseptik karena dapat
berfungsi sebagai penghilang kuman
4) Setelah di basuh, keringkan perineum dengan handuk bersih dan
lembut.
Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana
Setelah dilakukan asuhan kebidanan hasil yang diharapkan
menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) adalah : KU ibu baik, puting
lecet dapat di atasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancer dan
keadaan luka jahitan post episiotomi kering dan tidak terjadi infeksi
35
DATA PERKEMBANGAN
Berdasarkan evaluasi selanjutnya rencana asuhan kebidanan dituliskan
dalam catatan perkembangan yang menggunakan SOAP yang meliputi :
S : Subjektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pengumpulan data
melalui anamnesa sebagai langkah varney.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil lab dan test diagnostic lain dirumuskan dalam focus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnose lain atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter konsultasi
atau kolaborasi.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assesment.
36
C. Landasan Hukum
Dalam permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan dalam menjalankan praktek berwenang untuk
pemberian pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut pada ayat (1) meliputi:
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
c. Bidan dalam memberi pelayanan sebagaimana dimaksut pada ayat 2
berwenang untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjut dengan perujukan
d. Pemberian tablet fe pada ibu hamil
e. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI eksklusif
37
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post
partum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
38
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi
Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan
batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan
menyertakan berbagai sumber informasi (Nasir dkk, 2011).
karya tulis ilmiah ini merupakan studi kasus dengan menggunakan
metode diskriptif yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai
faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas belajar-mengajar,
kemudian menganalisis fakto-faktor tersebut untuk dicari peranannya
terhadap prestasi ilmu kimia (Arikunto, 2013). Studi kasus ini akan
mengambarkan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. F umur 25 tahun P1 A0
dengan putting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM Sri
Margiyani Matesih.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus adalah menjelaskan tempat atau lokasi tersebut
dilakukan. Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus akan dilakukan di BPM Sri
Margiyani Matesih.
39
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti menjadi pusat perhatian sasaran peneliti (Arikunto, 2013). Subjek
dalam kasus ini adalah pada ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun
P1A0nifas hari ke 3 dengan Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi
di BPM Sri Margiyani Matesih.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut,
(Notoatmodjo, 2012). Pengambilan kasus ini dilaksanakan pada tanggal
30 Desember 2015 sampai 2 Januari 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehngga
lebih mudah diolah (Arikunto, 2013). Pada kasus ini penulis mengunakan
format asuhan kebidanan ibu nifas dengan putting susu lecet dan luka jahitan
post episiotomi dengan pendekanatan manejemen 7 langkah Varney dan
lembar observasi SOAP.
40
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan studi kasus ini digunakan berbagai pengumpulan
data antara lain data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Adalah Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung
pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari, (Saryono, 2011).
a. Pemeriksaan Fisik
Menurut Priharjo (2007), Pemeriksaan fisik digunakan untuk
mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara:
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggnakan mata.
Pada kasus ini ibu nifas dengan putting susu lecet dan luka
jahitan post episiotomy , inspeksi yang dilakukan adalah pada
bagian kepala meliputi wajah tidak oedema dan pucat tetapi
terlihat cemas, pada payudara puting susu lecet berwarna merah
serta pecah – pecah, genetalia keluar lochea dengan bau khas
dan tidak ada tanda – tanda infeksi di perineum
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan.
Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan
atau organ. Pada kasus ibu nifas dengan putting susu lecet
palpasi yang dilakukan untuk mengetahui involusi uteri seperti
41
:Tinggi Fundus Uteri ( TFU), kontraksi dan lochea serta
keadaan payudara apakah terdapat pembesaran kelenjar atau
abses, serta bagaimana keadaan puting.
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau
bagiantubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan
akibat adanya gerakan yang diberikan kebawah jaringan.
Perkusi tidak dilakukan pada ibu nifas dengan puting susu lecet
dan luka jahitan post episiotomi.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop untuk memperjelas pendengaran. Auskultasi pada ibu
dengan puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi yaitu
mengatur tekanan darah
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
mewanwancarai langsung responden yang diteliti, sehingga metode
ini memberikan hasil secara langsung (Hidayat, 2014).Pada studi
kasus ini wawancara dilakukan pada pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan.
42
c. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang diteliti (Saryono, 2011). Dalam
studi kasus ini observasi pada ibu nifas dengan puting susu lecet dan
luka jahitan post episiotomi melakukan pengamatan Keadaan Umum
dan keadaan puting susu serta proses laktasi dan keadaan luka
jahitan post episiotomi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya berupa data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia, (Saryono,
2011).Dalam studi kasus ini pendokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan data yang di ambil dari rekam medic pasien di BPM Sri
Margiyani Matesih.
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari
permasalahan penelitian (Hidayat, 2014). Studi pustaka pada ibu
nifas dengan putting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di
ambilkan dari buku- buku kesehatan tahun 2007 – 2015.
43
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, presentasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya,
(Arikunto, 2013).
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain:
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data antara lain
a. Format pengkajian pada ibu nifas.
b. Buku tulis.
c. Bolpoint.
2. Observasi
Menggunakan alat :
a. Tensi meter.
b. Stetoskop.
c. Termometer.
d. Timbangan berat badan.
e. Metlin.
f. Jam tangan dengan petunjuk detik.
g. Hand scoon.
h. Kassa.
i. Bengkok.
44
3. Alat dan bahan dalam pendokumentasian
a. Status atau catatan medik pasien.
b. Rekam Medik.
c. Alat tulis.
H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian adalah langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan peneitian,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2012).Jadwal penelitian studi kasus terlampir.
45
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
I. Pengkajian Data
Tempat : Pemeriksaan
Tanggal : 30Desember2015
Pukul : 15.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny F Nama :Tn T
Umur :25 Umur :25
Agama :Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa :Jawa Suku/Bangsa :Jawa
Pendidikan :D3 Pendidikan :D3
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Swasta
Alamat : Sabrang Kulon matesih.
2. KeluhanUtama
Ibu mengatakan puting susu lecet, nyeri,terasa panas, perih
dan ibu merasakan cemas dengan keadaannya dan bayinya yang
tidak mau menyusu sejak tanggal 29 Desember 2015 dan ibu
menyusui sejak tanggal 27 Desember 2015 secara teratur atau tanpa
di jadwal
46
3. Riwayatpenyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Ibumengatakannyeripadapayudarakarenaputingsusu lecet
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah sakit dada bagian
kiri
2) Ginjal : ibu mengatakan tidak pernah sakit punggung
bagian kiri dan kanan
3) Asma : ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas
4) TBC : ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih dari
dua minggu berturut- turut
5) Hepatitis : ibu tidak pernah mengalami perubahan pada
kulit,mata dan kuku menjadi kuning
6) DM : ibu mengatakan tidak pernah merasa cepat
haus dan sering BAK di malam hari
7) Hipertensi : ibu mengatakan tidak pernah mempunyai
riwayattekanan darah lebih dari 140/90 mmhg
8) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah mengalami
kejang sampai mulut mengeluarkan busa
9) Lain-lain : ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit seperti HIV/AIDS
47
c. Riwayatkesehatankeluarga
Ibumengatakandalamkeluarga baikdaripihakibu
maupunsuamitidakadayang menderitapenyakit keturunan
sepertiDM,asma,jantung,hipertensidan tidak ada riwayat
penyakit menular seperti hepatitis, TBC
d. Riwayatketurunankembar
Ibumengatakandarikeluarga pihakibumaupundari
pihaksuamitidakadaketurunankembar
e. Riwayatoperasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun
f. Riwayatmenstruasi
1) Menarche : ibu mengatakan haid pertama pada usia 15
tahun
2) Siklus :ibu mengatakan jarak haidnya 28 hari
3) Teratur/tidak : ibu mengatakan haidnya teratur
4) Lamanya :ibu mengatakan lama haidnya 6 hari
5) Volume : ibu mengatakan ganti pembalut 2-3kali per
hari
6) Keluhan : ibu mengatakan tidak pernah sakit perut
sampai menganggu aktifitasnya saat haid
g. Riwayatkeluargaberencana
Ibu mengatakan tidak pernah memakai kontrasepsi apapun.
48
h. Riwayatperkawinan
Ibu mengatakan :
1) Status perkawinan :Sah, kawin 1 kali
2) Kawin umur : 24 tahun dengan suami umur 24
tahun, lamanya 1 tahun
i. Riwayatkehamilan, persalinandannifas yang lalu
No Tgl/thn
partus
Tempat
partus UK
Jenis
partus
Penol
ong
Anak Nifas Keadaan
anak
sekarang p/l BB PB kead laktasi
1 Nifas
sekarang
j. Riwayat Hamil
1) HPHT : 20 Maret 2015
2) HPL : 27 Desember 2016
3) Keluhan – Keluhan pada :
Trimester I : Ibu mengatakan mual – mual di pagi hari
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III :Ibu mengatakan pegal pada punggung
4) ANC : 9 kali teratur
5) Penyuluhan yang pernah di dapat : ibu mengatakan pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang gisi ibu hamil ,
tanda – tanda persalinan dan gisi ibu nifas
6) Imunisasi TT :
Ibu mengatakan imunisasi TT sudah lengkap
49
7) Pergerakan janin : Ibu mengatakan merasakan pergerakan
janin mulai dari umur kehamilan 4
bulan
k. Riwayat persalinan ini
1) Tempat persalinan : BPM Sri Margiyani Matesih
2) Penolong : Bidan
3) Tanggal / jam persalinan : 27 Desember 2016 jam 14.05
4) Jenis persalinan : Spontan
5) Tindakan lain : Episiotomi
6) Komplikasi / kelainan dalam persalinan : perenium kaku
7) Perineum : rupture derajat II ( mukosa
vagina, komisura posterior,
kulit perineum dan otot
perineum )
8) Dijahit / tidak : Dijahit
l. Riwayat psikososial
1) Perasaan ibu : ibu merasakan cemas karena tidak
dapat menyususi dengan lancar
2) Dukungan keluarga :
Ibumengatakansemuakeluarg
asenangdengankelahiran bayinya
50
3) Keluarga lain yang tinggal
serumah:Ibumengatakanhanyatinggalserumahdengansuamin
ya
4) Pantangan
makanan:Ibumengatakantidakadapantanganmakanselamanif
as ini
5) Kebiasaan adat istiadat:Ibumengatakanada acarasepasaran
m. PolaKebiasaanSehari-hari
1) Nutrisi
Selama hamil
Makan
:ibumengatakanseharimakan3kalidenganmak
ananbervariasi1piringnasi,1
mangkoksayurdan2potonglauk-pauk
Minum : ibumengatakansehariminum8-9gelas hari
airputih,tehdansusu
Keluhan : Tidak ada keluhan
Selama nifas
Makan
:ibumengatakanseharimakan3kalidenganmak
ananbervariasi1piringnasi,1
mangkoksayurdan2potonglauk-pauk
Minum :ibumengatakansehariminum8-9gelashari
51
airputih,tehdansusu
Keluhan : Tidak ada keluhan
2) Eliminasi
Selama hamil :
BAB :ibumengatakanBAB1kaliseharikonsistensi
feceslunakdanwarnakecoklatan
BAK : ibumengatakanBAK4-5 kalisehariwarna
kekuningan,tidakkeruh
Keluhan : Tidak ada keluhan
3) Istirahat
Selama hamil
:ibumengatakanselamahamiltidursia
ng±1 jam dantidurmalam ± 8 jam
Selama nifas :ibumengatakanselamanifastidursiang±1
jam dantidurmalam ± 5jam
Keluhan : Tidak ada keluhan
4) Personal hygiene
Selama hamil : Ibumengatakan
selamahamilmandi2kalisehari,
gosokgigi3
kalisehari,keramas2kaliseminggu,ganti
baju2kalisehari
Selama nifas :Ibumengatakan
52
selamanifasmandi2kalisehari,
gosokgigi3
kalisehari,keramas2kaliseminggu,ganti
baju2kalisehari
dangantipembalut2kalisehari
Keluhan : Tidak ada keluhan
5) Aktivitas
Selama hamil : ibu mengatakan mengerjakan
pekerjaan rumahnya di bantu oleh
suaminya
Selama nifas : ibu mengatakan mengerjakan semua
pekerjaan rumahnya sendiri dan
merawat bayinya sendiri
Keluhan : Tidak ada keluhan
B. Data Objektif
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. TTV : TD: 120/80 mmhg S: 36,5 0c
R:24 x/ menit N:80 x/ menit
2. Pemeriksaansistematis
a. Kepala :bersih,warnahitam,tidakbau,tidak berketombe
b. Muka : tidakbengkak,tidakadacloasma
53
c. Mata
1) Oedema : tidakoedema
2) Conjungtiva : merahmuda
3) Sklera : berwarnaputih
d. Hidung : bersih,tidakadabenjolan, tidak ada
sekret
e. Telinga :
bersih,simetriskanandankiri,tidakadas
erumen
f. Mulut, gigi, dangusi :bersih, tidak berlubang,tidak berdarah
g. Leher :
1) Kelenjar gondok : tidakadapembesarankelenjar
gondok
2) Tumor : tidakadatumor
3) Pembesarankelenjarlimfe : tidakadapembesaran
kelenjarlimfe
h. Dada danAxila
1) Mamae :
a) Pembengkakan : tidakadapembengkakan
b) Tumor : tidakadatumor
c) Simetris : tidak simetris kanandankiri
lebih besar sedikit
d) Areola : hiperpigmentasi
54
e) Putingsusu : menonjol,putingsususebelah
kirilecetdansedikitpecah-pecah
f) Kolostrum/ASI : sudahkeluar
2) Axila :
a) Benjolan : tidakadabenjolan
b) Nyeri : adasedikitnyerisaatditekan
i. Genetalia :
Varices :tidak ada
Kemerahan :tidak ada
Nyeri :tidak ada
j. Anus :
Haemorhoid : tidak ada Haemorhoid
Lain-lain : tidak ada kelainan
k. Ekstremitas :
1) Varices : tidakadavarices
2) Oedema : tidakoedema
3) ReflekPatella : tidakdilakukan
4) Betismerah/lembek/keras :
betistidakmerah,tidaklembekd
an tidakkeras
3. Pemeriksaan khusus obstetrik
a. Abdomen
1) Inspeksi
55
a) Pembesaran perut :normal
b) Linea Alba/nigra :linea nigra
c) Strie albican/livide :strie albican
d) Kelainan lain : tidak ada kelainan
2) Palpasi
a) Kontraksi :keras
b) TFU :2 jari dibawah pusat
b. Genitalia
1) Vulva Vagina
a) Varices :tidak ada
b) Kemerahan :tidak ada
c) Nyeri :tidak ada
d) Lochea :Sanguinolenta
2) Perineum
a) Keadaan luka : luka jahitan masih basah
b) Bengkak/kemerahan : tidak ada kemerahan atau
bengkak
3) Anus
a) Haemorhoid : tidak ada Haemorhoid
b) Lain-lain : tidak ada kelainan
4. Pemeriksaanpenunjang :
Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
56
II. Interpretasi Data
Tanggal :30 Desember 2015 Pukul :15.20 WIB
A. Diagnosa kebidanan
Ny. F umur 25 tahun P1 A0 nifas hari ke 3 dengan puting susu lecetdan
luka jahitan post episiotomi
57
Data Dasar :
DS :
1. IbumengatakanbernamaNy.F
2. Ibumengatakanberumur25tahun
3. Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya tanggal
27 Desember 2015 pukul 14.05 WIB dan belum
pernahmengalamikeguguran
4. Ibumengatakanputingsususebelahkirilecet,agak pecah-
pecah,terasapanas, nyeri dan perih dan ibu mengatakan bayinya
tidak mau menyusu sejak tanggal 29 Desember 2015
5. Ibu mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang teknik menyusui dan perawatan payudara
DO :
1. Keadaanumum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD: 120/80mmHg R: 24x/menit
N: 80x/menit S : 36,50c
4. Payudara : sebelahkirilecet,pecah-pecah
sedikitkemerahandannyeritekan(+)sebelah
kiri dan pada sebelah kanan normal
5. Abdomen : TFU : 2jaribawahpusat
Kontraksi : Baik
6. Pengeluaranpervaginam :Lochea sanguinolenta
58
7. Perinium : jahitan sedikit kering, tidak ada tanda –
tanda infeksi
B. Masalah
Ibu mengatakan cemasdan takut dengan keadaan dirinya dan bayinya
C. Kebutuhan
Beridukunganmorildaninformasikepadaibutentangkeadaan
putingsusulecet dan luka jahitan post episiotomi
III. Diagnosa Potensial
Tanggal 30 Desember 2015 Pukul 15.23 WIB
Bendungan ASI dan Infeksi luka jahitan post episiotomi
IV. Tindakan Segera
Tanggal 30 Desember 2015 Pukul 15.25 WIB
Pemberian terapi diberikan mandiri oleh bidan yaitu pemberian terapi
paracetamol500gr3x1perhari,amoxillin 500 gr3x1perhari, antalgin500
gr3x1perhari, karenadiBPMtidakadadr.Sp.OG
V. Perencanaan
Tanggal 30Desember 2015 pukul 15. 30 WIB
1. Beritahuhasilpemeriksaandankondisiibu
2. BerikanibuKIEtentangputingsusulecet danperawatannya
3. BerikanibuKIEtentangteknikmenyusui yangbenar
4. Anjurkanibuuntukmenyusuibayinyapadaputingsusuyangtidak lecet
terlebihdahulu
5. Anjurkanibuuntuktidakmembersihkanpayudarasetelahmenyusui dan
59
cukup diangin-anginkansaja karenasisa ASImerupakan anti
infeksidanpelembutbagiputingsusu
6. Anjurkan ibu untuk sementarapada puting susu yang lecet
diistirahatkan1x24jam,danASItetapdikeluarkandengantangan
7. AnjurkanibumemberikanASI perahdengansendokdanjangan
memakaidotapabilabayitetapbelummaumenyususecaralangsung
8. Beriterapisesuaidengansaranbidanyaituparacetamol500gr3x1
perhari,amoxillin500gr3x1perhari,antalgin 500gr3x1perhari
9. Bilalecet tidaksembuhdalamwaktu1minggurujukkepuskesmas
10. Beriinformasikepadaibubesokakandilakukankunjunganrumah pada
tanggal 31 Desember 2015
11. Anjurkan ibu untuk melakukan perwatan luka jahitan post episiotomi
VI. Pelaksanaan
Tanggal 30 Desember 2015
1. Pukul 15.40 WIB :Memberitahukan
hasilpemeriksaandankondisiibudimanaibu mengalamiputing
susulecetyangharusdilakukanperawatandengan benar.
2. Pukul 15.45 WIB :Memberikan KIEpadaibutentangPuting susu lecet
adalah puting susu terasa nyeri bila tidak di tangani dengan benar akan
terjadi lecet, umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang –
kadang mengeluarkan darah. Cara perawatan puting susu lecet yaitu
dengan melakukan teknik menyusui yang benar dan melakukan
perawatan payudara.
60
3. Pukul 15.55 WIB : Memberikan KIE kepada ibu tentang teknik
menyusui yang benar yaitu :
a. Ibu duduk dengan posisi santai dan tegak, menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar
pada sandaran kursi
b. Sebelum menyusui, mengeluarkan ASI sedikit dan oleskan pada
puting sampai sekitar areola mammae, pengolesan ASI ini memiliki
manfaat sebagai desinfektan dan pelembut puting susu
c. Mengunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi
ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara :
1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada
lengkung siku ibu, dan kepala bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu. Sedangkan bokong bayi diletakkan pada lengan ibu.
2) Tangan bayi yang satu diletakkan dibagian depan ibu dan
satunya di belakang badan ibu
3) Perut bayi menempel badan ibu dan kepala bayi menghadap
payudara
4) Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus
5) Saat proses menyusui ibu menantap bayi dengan penuh kasih
sayang
d. Memulai menyusui pada payudara yang putingnya tidak lecet
terlebih dahulu, dengan cara payudara ibu dipegang dengan tangan
kiri dan keempat jari sedangkan ibu jari menekan areola mammae
61
e. Memberikan rangsangan pada bayi dengan menyentuhkan puting
susu pada daerah pipi dan sekitar mulut bayi
f. Jika bayi sudah membuka mulut, dengan cepat menghadapkan
kepala bayi ke payudara ibu dan masukkan puting sampai areola ke
mulut bayi
4. Pukul 16.10 WIB : Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada
payudara dengan puting yang tidak lecet terlebih dahulu
5. Pukul 16.15 WIB : Menganjurkan ibu setelah menyusui jangan
membersihkan payudara dan cukup diangin-anginkan saja, karena sisa
ASI sebagai desinfektan dan pelembut kulit puting susu
6. Pukul 16. 20 WIB :Menganjurkan ibu untuk sementara pada puting susu
yang lecet diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan
tangan dan ditampung pada gelas, alasannya agar bayi tetap memperoleh
ASI.
7. Pukul 16. 25 : Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI perah dengan
sendok dan jangan memakai dot apabila bayi tetap belum mau menyusu
secara langsung
8. Pukul 16.30 : WIB Memberikan ibu terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per
hari, amoxillin500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari
9. Pukul 16.35 : Menganjurkan ibu untuk datang ketenaga kesehatan atau
ke puskesmas bila lecet tidak sembuh dalam waktu 1 minggu
10. Pukul 16.40 WIB Memberikan informasi kepada ibu bahwa besok akan
dilakukan kunjungan rumah
62
11. Pukul 16.41 WIB Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka
jahitan post episiotomi dengan cara :
l. Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu
menganjurkan memperbanyak konsumsi serat seperti buah – buahan
dan sayuran. Dengan begitu tinja yang dikeluarkan menjadi tidak
keras dan ibu tak perlu mengejan.
m. Menyiram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis
BAK dan BAB. Air yang di gunakan tak perlu matang asalkan
bersih. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa –
sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu dari air seni
maupun feses yang mengadung kuman dan bias menimbulkan
infeksi pada luka jahitan
n. Vagina boleh di cuci dengan mengunakan antiseptik karena dapat
berfungsi sebagai penghilang kuman
o. Setelah di basuh, mengeringkan perineum dengan handuk bersih dan
lembut
VII. Evaluasi
Tanggal 30 Desember 2015
1. Pukul 15.43 WIB : Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan dan kondisinya
2. Pukul 15.10 WIB : Ibu sudah tahu apa itu puting susu lecet dan cara
perawatannya
3. Pukul 16.00 WIB : Ibu sudah tahu tentang teknik menyusui yang benar
63
4. Pukul 16.12 WIB : Ibu bersedia untuk menyusui bayinya dimulai dari
puting yang tidak lecet terlebih dahulu
5. Pukul 16.17 WIB : Ibu bersedia setelah menyusui puting susu cukup
diangin-anginkan saja dan tidak perlu dibersihkan
6. Pukul 16.24 WIB : Ibu bersedia mengistirahatkan puting yang lecet dan
tetap mengeluarkan ASI dengan tangan kemudian menampung ASI pada
gelas
7. Pukul 16.28 WIB : Ibu bersedia memberikan ASI dengan sendok pada
bayinya jika bayi tetap belum mau menyusu secara langsung
8. Pukul 16.34 WIB : Ibu sudah diberi terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per
hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari
9. Pukul 16.37 WIB : Ibu paham jika lecet dalam 1 minggu tidak sembuh
akan ke puskesmas
10. Pukul 16.44 WIB : Ibu bersedia besok dilakukan kunjungan rumah
11. Pukul 16.10 WIB : ibu bersedia melakukan perawatan luka jahitan post
episiotomi
64
DATA PERKEMBANGAN I
Kunjungan Rumah1
Tanggal: 31 Desember 2015 Pukul: 10.00 WIB
S : 1. Ibumengatakanputingsusu sebelah
kirimasihlecet,masihterasanyeridan panas
2. Ibumengatakanbayinyamasihtidakmaumenyusupadaputingyang lecet.
3. Ibu mengatakan untuk mengeluarkan ASI pada puting yang lecet
dilakukandengantangansetiap2jam dan sebelum menyusui
4. Ibumasihcemasdenganbayinya
O : 1. Keadaanumum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80mmHg R: 24x/menit
N : 85x/menit S : 3660c
2. Pemeriksaan payudara : sebelahkirilecet,pecah-
pecahnyeritekanpadapayudara(+)di
sebelahkiri
3. Pemeriksaan Abdomen : TFU 2jaribawahpusatKontraksi Baik
4. Pengeluaranpervaginam :Locheasanguinolenta
5. Perineum : jahitansudahkering,tidak adatanda-
tandainfeksi
A :Ny.FP1A0Umur25tahunPostpartumharike4 denganputing susulecet dan luka
jahitan post episiotomi
65
P : 1. Pukul 10.10 WIB
:MemberikanKIEpadaibucaramelakukanperawatanpayudarayang
baikdanbenaryaitu:
a. Menyiapkanalat danbahansebagaiberikut:
1) Minyakkelapa
2) Kapas
3) 2baskom yangberisiair panasdanairdingin
4) Waslapatausaputanganbahandarihanduk
5) HandukbersihBHyangmenyokong
b. Melakukanlangkah-langkahpengurutanpayudara
1) Pengurutanpertama
a) Melicinkankeduatangandenganminyak
b) Meletakkankeduatelapaktangandiantarapayudaraibu
c) Melakukanpengurutandimulaikearahatas,lalutelapak
tangan kiri kearah sisi kiri dan telapak tangan kanan
kearahsisikanan
d) Dilanjutkandenganpengurutankebawahataukesamping.Se
lanjutnya pengurutanmelintang,telapak tangan
mengurutkedepanlalukeduatangandilepasdaripayudara
e) Mengulang gerakan 20 sampai 30 kali gerakan setiap
payudara
66
2) Pengurutankedua
Menyokong payudarakiridengantangankiri,kemudiandua
atautigajaritanagankananmelakukangerakan memutar
sambilmenekan mulaidaripangkal payudara sampaiputing
susu,setelahitupadapayudarayang kanandansetiap
payudaradilakukanduakali
3) Pengurutanketiga
Menyokong payudaradenagnsatutangan,sedangkantangan
yanglainmengurutpayudaradengansisi kelingkingdari arah
tepikearahputing susu,gerakan inidilakukanpada kedua
payudaradandiulang20 sampai30kali
c. Pengompresan
Mengompres
keduapayudaradenganwaslaphangatselama2menitdankemudian
denganwaslapdinginselama1menit, kompres
bergantian3kaliberturut-turut dandiakhiridengan waslaphangat.
d. Menganjurkanibuuntukmengulangilangkah-langkahperawatan
payudarayangbaikdanbenar.
2. Pukul 10.30 WIB
:Melihatibubagaimanacaramempraktekkanteknikmenyusuiyang
benar.
3. Pukul 10.40 WIB :Melihat ibu bagaimana caramenegluarkan ASI
padapayudara dengan putingsusu yanglecet.
67
4. Pukul 10.45 WIB :Menganjurkan
ibuuntuktetapmenyusuibayinyaseseringmungkin
sesuaikebtuhanbayidandahulukan untukmenyusuipadapayudara
denganputingyangtidaklecet.
5. Pukul 10.50 WIB :Mengnjurkanibu untuk
mengkonsumsimakananbergizi seimbang danistirahatcukup.
6. Pukul 10.55 WIB : Melanjutkanterapiparacetamol500
gr3x1perhari,amoxillin500gr3x1perhari,antalgin500gr3x1perhari.
7. Pukul 10. 58 WIB :Menyampaiakan
padaibubahwabesokakandilakukankunjungan rumahlagi pada tanggal
1 Januari 2016.
Evaluasi:
Tanggal31Desember2015
1. Pukul 10.28 WIB :Ibu sudahbisamelakukanperawatanpayudarasendiri
2. Pukul 10.38 WIB : Ibusudahbisamenyusuibayinya
denganteknikmenyusiyangbenar, bayimenyusudengan
tenang,tetapiputingmasihlecetdanbayimasih
belummaumenyusupadaputingyanglecet
3. Pukul 10.43 WIB : Ibu sudah bisa mengeluarkan ASI dengan benar
dan ASI keluar lumayanbanyak
4. Pukul 10.48 WIB : Ibu bersediauntuk
menyusuibayinyaseseringmungkindan sesuai kebutuhanbayi
68
5. Pukul 10.53 WIB : Ibubersediamengkonsumsi
makananbergizidanistirahatsaatbayi tidur
6. Pukul 10.54 WIB :
Ibubersediaminumobatyangsudahdiberikansecarateratur
7. Pukul 11.00 WIB : Ibubersediadilakukankunjunganrumahpada tangal 1
Januari 2016
69
DATAPERKEMBANGANII
KunjunganRumah2
Tanggal:1Januari 2016 pukul:09.00WIB
S:
1. Ibumengatakanputingsusu s e b e l a h k i r i
masihlecetsedikit,sudahtidakterasa panasdannyeriberkurang
2. Ibumengatakanbayinyasudahmulaimaumenyusulangsungpada
putingyangsedikitlecet tapi sebentar-sebentar
3. Ibu mengatakanASIsudahkeluarlancar
4. Ibu mengatakan obatnya sudah habis
O :
1. Keadaanumum: Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80mmHg R: 24x/menit
N : 84x/menit S : 360
C
2. Pemeriksaan Payudara : sebelahkirilecet sedikit Nyeri tekan pada
payudara masih sedikit terasa.
3. Pemeriksaan abdomen : TFU di antara pusat dan simpisisKontraksi
Baik.
4. Pengeluaranpervaginam:Locheasanguinolenta.
5. Perineum: jahitansudahkering,tidak adatanda-tandainfeksi.
70
A:Ny.FP1A0Umur25tahunPostpartumharike5dengan putingsusulecet dan luka
jahitan post episiotomy.
P: Planning
tanggal:1 Januari 2016
1. Pukul 09.15 WIB :
Melihatibucaramempraktekkanperawatanpayudaradenganbenar
2. Pukul 09.21 WIB : Melihatibucaramenusuibayinya
3. Pukul 09.23 WIB :
Menganjurkankepadaibuuntuktetapmenyusuibayiseseringmungkin
danpadakeduapayudara
4. Pukul 09.25 WIB :
MengingatkanibuuntuksebelummenyusuiagarmengoleskanASIpadaputin
gdandaerahsekitarareolapayudara
5. Pukul 09.27 WIB : Menganjurkan
ibuuntukmemberikaASIeksklusifsampaibayiusia6 bulan
6. Pukul 09.32 WIB
Menginformasikankepadaibubahwabesokakandilakukankunjungan
rumahkembali pada tanggal 2 Januari 2016
Evaluasi:
Tanggal1 Januari 2016
1. Pukul 09.21 WIB :
Ibusudahbisamempraktekkansendiricaraperawatanpayudara
2. Pukul 09.23 WIB : Ibudalammenyusuibayinyatekniknyasudahbenar
71
3. Pukul 09.24 WIB :
Ibubersediauntukmenyususibayinyaseseringmungkindanpada
keduapayudara
4. Pukul 09.25 WIB : Ibu mengerti sebelum menyusui mengoleskan
putuing dan areola sekitarpayudaradenagnASIterlebihdahulu
5. Pukul 09.28 WIB : IbubersediadanberkomitmenakanmemberikanASI
eksklusifpada bayinyasampaiumur6bulan
6. Pukul 09.33 WIB : Ibubersediadilakukankunjunganrumahpada tanggal 2
Januari 2016
72
DATAPERKEMBANGANIII
KunjunganRumah3
Tanggal:2 Januari 2016
S:
1. Ibumengatakanputingsusu sebelah kiritidaklecet
dansudahtidakterasanyeri.
2. Ibumengatakanbayinyasudahmau menyusulangsungpadakedua
payudaraibu.
3. IbumengatakanASIsudahkeluarlancar.
O :
1. Keadaanumum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80mmHg R: 24x/menit
N : 80x/menit S : 36,50c
2. Pemeriksaan payudara : Sebelahkirisudahtidaklecet dan sudah tidak
terlihat pecah – pecah lagi
sudahtidakadanyeritekanpadapayudaraibu.
3. Pemeriksaan Abdomen : TFUAntara pusat dan simpisisdan kontraksi
baik.
4. Pengeluaranpervaginam : Locheasanguinolenta.
5. Perineum : Jahitansudahkering,tidak adatanda-
tandainfeksi.
73
A:Ny. FP1A0Umur25tahunPostpartumharike6denganriwayat putingsusulecet dan
jahitan luka post episiotomy
P:Tanggal : 2Januari 2016
1. Pukul 10.10 WIB :
Menganjurkanibuuntuktetapmelakukanperawatanpayudarasecara teratur
2. Pukul 10.12 WIB :
Menganjurkanibuuntukselalumemperhatikanteknikmenyusuiagar
tidakterjadimasalahselamaperiodepemberianASI
3. Pukul 10.13 WIB : Menganjurkanibu untuk berkomitmen memberikan
ASI eksklusif kepadabayinyasampaiusia6bulan
4. Pukul 10.14 WIB :
Menganjurkanibuuntukselalumengkonsumsimakanangiziseimbang
danisirahatcukup
5. Pukul 10. 15 WIB :
Memberitahuibubahwaputingsususudahsembuhsudahtidaknyeri
dansudahtidakterasapanasdankembalinormal
Evaluasi
Tanggal2 Januari2016
1. Pukul 10.11 WIB
:Ibubersediauntukmelakukanperawatanpayudarasecarateratur.
2. Pukul 10.12 WIB
:Ibudalammenyusuibayinyasudahsesuaidenganteknikmenyusui
yangbenar.
74
3. Pukul 10.13 WIB : Ibu sudah berkomitmen untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada
bayinyasampaiusia6bulandanakantetapmenyusuisampaiberusia.
4. Pukul 10. 14 WIB
:Ibubersediamenjagaasupanmakanandenagnmemilihmakanangizi
seimbang.
5. Pukul 10.15 WIB :Putingsusuibu sudahtidak
lecet,tidakterasanyeridansudahkembali nomal.
B. PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari karya tulis yang akan dibahas
kesenjangan antara teori yang didapat dengan praktek langsung di bpm sri
margiyani matesih selama melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi
pada Ny. F umur 25 tahun P1 A0 nifas hari ke 3 dengan puting susu lecet dan
luka jahitan post episiotomi . Kesenjangan-kesenjangan yang diberikan juga
memerlukan pemecahan masalah, adapun pemecahan masalahnya dilakukan
dengan melaksanakan asuhan kebidanan sebagai salah satu cara yang
dilakukan oleh bidan dalam menangani masalah kebidanan dengan
menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney yang dirumuskan
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada pengkajian data diperoleh ibu nifas patologi pada NyFumur
25tahun P1A0dengan Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi
75
di BPM Sri Margiyani Matesih.nyeri, terasa panas, perih dan ibu cemas
dengan keadaannyadan bayinya yang tidak mau menyusu. Sedangkan
dari dataobjektif dilakukan pemeriksaan Keadaan umum : Baik,
Kesadaran: Composmentis, TD : 120/80mmHg, R:20x/menit,
N : 80x/menit, S : 36,5 0C, Puting susu : sebelah kiri lecet, pecah-pecah,
mammae sedikit kemerahan dan nyeri tekan (+), TFU : 2 jari bawah
pusat, Pengeluaran pervaginam : Lochea sanguenolenta.
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), keluhan pada puting
susu lecet dan luka post episiotomi yaitu terasa nyeri bila tidak di
tangani dengan bener akan terjadi lecet dan kadang - kadang
mengeluarkan darah. Pada langkah ini antara kasus dan teori ada
kesenjangan, Pada teori keluhan puting susu lecet dan luka post
episiotomi hanya terasa nyeri sedangkan pada kasus NyFumur 25tahun
P1A0dengan Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM
Sri Margiyani Matesih merasakannyeri, panas, perih pada payudara
sebelah kiri dan ibu cemas dengan keadaannyadan bayinya yang tidak
mau menyusu .
2. Interpretasi Data
Pada interpretasi data yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
ke dalam diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Berdasarkan
pengkajian data pada ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun
P1A0dengan Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM
Sri Margiyani Matesih.
76
Data subjektif :
1. Ibu mengatakan bernama Ny. F umur 25
2. Ibu mengatakan sudah melahirkan 1 kali pada tanggal 27 Desember
2016 pukul 14.05 WIB dan belum pernah keguguran
3. Ibu mengatakan putting susu sebelah kiri lecet, agak pecah – pecah
terasa panas, nyeri dan perih
Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 24x/ menit
N : 80x/ menit S ; 36,50c
4. Periksaan payudara : sebelah kiri lecet, pecah – pecah sedikit
kemerahan dan nyeri tekan (+) sebelah kiri
5. Pemeriksaan pervagina : Lochea Sanguinolenta
6. Pemeriksaan Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat dan kontraksi
baik
Masalah yang timbul pada Ny. F yaitu ibu merasa cemas dan
gelisah dengan keadaan dirinya dan bayinya. Untuk mengatasi masalah
yang timbul pada Ny. F , maka kebutuhan yang diberikan adalah
memberikan dorongan moril
Pada teori menurut Salehah (2009)
Data subjektif :
1. Ibu mengatakan bermana Ny. X dan berumur x tahun.
77
2. Ibu mengatakan sudah melahirkan x kali dan belum pernah
keguguran
3. Ibu mengatakan nyeri pada putting susu lecet
Data Objektif
1. Keadaan umum pasien pada kasus ibu nifas dengan putting susu
lecet
2. Kesadaran pasien pada kasus ibu nifas dengan putting susu lecet
3. Vital signt
2. Tekanan darah, nadi suhu dan respirasi dalam keadaan normal
3. Pemeriksaan perdarahan pervagina
4. Adanya lecet pada putting susu di temukan putting kemerahan dan
serta di temukan putting kemerahan serta pecah – pecah
Masalah yang sering timbul pada ibu nifas dengan puting susu
lecet dan luka jahitan post episiotomi. Pada ibu merasa cemas dan
gelisah.Sehingga pada kasus ibu nifas dengan putting susu lecet dan
luka jahitan post episiotomi kebutuhan yang diberikan dorongan moril
Pada kasus ini antara teori dan praktek tidak ada kesenjangan menurut
(Ambarwat dan Wulandari 2010).
3. Diagnosa Potensial
Pada ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun P1A0dengan
Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomy diagnosa potensial
yaitu Bendungan ASI dan infeksi luka jahitan post episiotomi.
78
Pada tinjauan teori jika kasus puting susu lecet dan luka
jahitan post episiotomi tidak segera ditangani akan mengakibatkan
Bendungan ASI dan infeksi luka jahitan post episiotomi (Eri dkk, 2015).
Pada kasus ini teori dan praktek tidak ada kesenjangan.
4. Antisipasi
Pada ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun P1A0dengan
Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM Sri Margiyani
Matesihdiberikan antisipasi yaitu pemberian terapi dilakukan mandiri
oleh bidan yaitu paracetamol500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1
per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari. Sedangkan pada teori menurut
Suherni, dkk (2009) Langkah pertama untuk mengantisipasi terjadinya
diagnosa potensial dari puting susu lecet dan luka jahitan post
episiotomi yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian
terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari,
antalgin 500 gr 3 x 1 per hari
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan,karenaterapidilakukanmandiriolehbidan sedangkan di teori
dilakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG
5. Rencana Tindakan
Pada ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun P1A0dengan
Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM Sri Margiyani
Matesih rencana tindakan yang diberikan yaitu :
a. Beritahu hasil pemeriksaan dan kondisi ibu
79
b. Berikan ibu KIE tentang puting susu lecet dan perawatannya
c. Berikan ibu KIE tentang teknik menyusui yang benar
d. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada puting susu yang tidak
lecet terlebih dahulu
e. Anjurkan ibu untuk tidak membersihkan payudara setelah menyusui
dan cukup diangin-anginkan saja karena sisa ASI merupakan anti
infeksi dan pelembut bagi puting susu.
f. Anjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet
diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan
g. Anjurkan ibu memberikan ASI perah dengan sendok dan jangan
memakai dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara langsung
h. Beri terapi sesuai dengan saran dokter Sp.OG yaitu paracetamol 500
gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x
1 per hari
i. Bila lecet tidak sembuh dalam waktu 1 minggu rujuk ke puskesmas
j. Anjurkan perwatan luka jahitan post episiotomi
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) rencana asuhan yang
dapat dilakukan oleh bidan pada ibu dengan puting lecet meliputi :
1) Cari penyebab puting susu lecet ( posisi menyususi salah,
candidiasis atau dermantitis)
2) Obati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi
menyusui
3) Mengajarkan ibu untuk menyusui dengan benar
80
4) Ibu dapat terus memberikan asinya pada keadaan luka tidak
begitu sakit
5) Oleskan puting susu yang sakit dengan ASI akhir ( hind milk ),
jangan sekali – sekali memberikan obat lain seperti krim, salep
dan lain –lain
6) Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan untuk sementara
waktu kurang lebih 1 x 24 jam
7) Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan, sebaiknya ASI
tetap di keluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan
alat pompa karena nyeri
8) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
mengunakan sabun
9) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara
yang skit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya
menyembuh
10) Keluarkan ASI dari payudara yang skit dengan tangan ( jangan
dengan pompa ASI ) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan asi.
11) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan
mengunakan dot
12) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula mula
dengan waktu yang singkat
13) Anjurkan perawatan luka jahitan post episiotomi
81
Dalam langkah ini ditemukan tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek di lapangan.
6. Implementasi
Pelaksanaan asuhan harus secara menyeluruh sesuai dengan kondisi
pasien, pada kasus Ny F dengan puting susu lecet dan luka jahitan post
episiotomi dilakukan pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan
sesuai dengan teori.
a. Memberitahukan hasilpemeriksaandankondisiibudimanaibu
mengalamiputing susulecetyangharusdilakukanperawatandengan
benar.
b. Memberikan KIEpadaibutentangPuting susu lecet adalah puting
susu terasa nyeri bila tidak di tangani dengan benar akan terjadi
lecet, umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang – kadang
mengeluarkan darah. Cara perawatan puting susu lecet yaitu dengan
melakukan teknik menyusui yang benar dan melakukan perawatan
payudara.
c. Memberikan KIE kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar
yaitu :
1) Ibu duduk dengan posisi santai dan tegak, menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi
82
2) Sebelum menyusui, keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada
puting sampai sekitar areola mammae, pengolesan ASI ini
memiliki manfaat sebagai desinfektan dan pelembut puting
susu.
3) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi
ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara :
a) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan
pada lengkung siku ibu, dan kepala bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu. Sedangkan bokong bayi
diletakkan pada lengan ibu.
b) Tangan bayi yang satu diletakkan dibagian depan ibu
dan satunya di belakang badan ibu
c) Perut bayi menempel badan ibu dan kepala bayi
menghadap payudara
d) Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus
e) Saat proses menyusui ibu menantap bayi dengan penuh
kasih sayang
d. Mulailah menyusui pada payudara yang putingnya tidak lecet
terlebih dahulu, dengan cara payudara ibu dipegang dengan tangan
kiri dan keempat jari sedangkan ibu jari menekan areola mammae
e. Berikan rangsangan pada bayi dengan menyentuhkan puting susu
pada daerah pipi dan sekitar mulut bayi jika bayi sudah membuka
mulut, dengan cepat menghadapkan kepala bayi ke payudara ibu
83
dan masukkan puting sampai areola ke mulut bayi
f. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada payudara dengan
puting yang tidak lecet terlebih dahulu.
g. Menganjurkan ibu setelah menyusui jangan membersihkan
payudara dan cukup diangin-anginkan saja, karena sisa ASI sebagai
desinfektan dan pelembut kulit puting susu
h. Menganjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet
diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan
dan ditampung pada gelas, alasannya agar bayi tetap memperoleh
ASI.
i. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI perah dengan sendok dan
jangan memakai dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara
langsung
j. Memberikan ibu terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin
500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari
k. Menganjurkan ibu untuk datang ketenaga kesehatan atau ke
puskesmas bila lecet tidak sembuh dalam waktu 1 minggu
l. Memberikan informasi kepada ibu bahwa besok akan dilakukan
kunjungan rumah
m. Menganjurkan ibu melakukan perawatan luka jahitan post
episiotomi
84
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) implementasi asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet dan luka jahitan post
episiotomi adalah sebagai berikut :
a. Mencari penyebab puting susu lecet ( posisi menyususi salah,
candidiasis atau dermantitis)
b. Mengobati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi
menyusui
c. Mengajarkan ibu untuk menyusui dengan benar
d. Ibu dapat terus memberikan asinya pada keadaan luka tidak begitu
sakit
e. Mengoleskan puting susu yang sakit dengan ASI akhir ( hind milk ),
jangan sekali – sekali memberikan obat lain seperti krim, salep dan
lain –lain
f. Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1 x 24 jam
g. Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan, sebaiknya ASI tetap di
keluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa
karena nyeri
h. Mencuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
mengunakan sabun
i. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang
sakit untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh
85
j. Mengeluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan ( jangan
dengan pompa ASI ) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI.
k. Memberikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan
mengunakan dot
l. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali dengan waktu
yang singkat
m. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, merujuk ke puskesmas
n. Meganjurkan ibu untuk perawatan luka jahitan post episiotomi
Sedangkan
Sehingga dalam langkah pelaksanaan tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny.F dengan puting susu lecet
dan luka jahitan post didapatkan hasil : KU ibu baik, puting lecet dapat
diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancer dan tidak terjadi
infeksi luka jahitan post episiotomi
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) evaluasi pada kasus puting
lecet dan luka jahitan post episiotomi yaitu KU baik, puting lecet dapat
diatasi, rasa nyeri tidak ada, dan laktasi berjalan lancar dan tidak terjadi
infeksi luka jahitan post episiotomi
Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan
manajemen menurut Varney pada ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun
P1A0dengan Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM Sri
Margiyani Matesih maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada pengkajian data terhadap ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun
P1A0dengan Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM
Sri Margiyani Matesihdengan keluhan utama Ibu mengatakan puting
susu lecet, nyeri, terasa panas, perih dan ibu cemas dengan keadaannya
dan bayinya yang tidak mau menyusu. Sedangkan dari data objektif
dilakukan pemeriksaan Keadaan umum : Baik, Kesadaran:
Composmentis, TD : 120/80mmHg, R: 20x/menit, N : 80x/menit, S
:36,5 0C, Puting susu : sebelah kiri lecet,pecah-pecah, mammae sedikit
kemerahan dan nyeri tekan (+), TFU : 2 jari dibawah pusat, Pengeluaran
pervaginam : Lochea sanguenolenta.
2. Interpretasi data yang sudah dikumpulkan pada ibu nifas patologi pada
NyFumur25tahun P1A0dengan Puting susu lecet dan luka jahitan post
episiotomi di BPM Sri Margiyani Matesih. Masalah yang timbul pada
Ny. F yaitu ibu merasa cemas dengan keadaan dirinya dan bayinya.
Untuk mengatasi masalah yang timbul pada Ny. F, maka kebutuhan
87
yang diberikan adalah memberikan dorongan moril.
3. Pada kasus ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun P1A0dengan
Puting susulecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM Sri Margiyani
Matesihdiagnosa potensialyang ditetapkan yaitu bendungan saluran ASI
dan infeksi luka jahitan post episiotomi.
4. Pada kasus ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun P1A0dengan
Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM Sri Margiyani
Matesihpemberian terapi dilakukan mandiri oleh bidan yaitu
paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari,
antalgin 500 gr 3 x 1 per hari.
5. Pada kasus ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun P1A0
dengan Puting susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM Sri
Margiyani Matesih rencana tindakan yang diberikan yaitu : beritahu
hasil pemeriksaan dan kondisi ibu, berikan ibu KIE tentang puting susu
lecet dan perawatannya, berikan ibu KIE tentang teknik menyusui yang
benar, anjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada puting susu yang
tidak lecet terlebih dahulu, anjurkan ibu untuk tidak membersihkan
payudara setelah menyusui dan cukup diangin-anginkan saja karena
sisa ASI merupakan anti infeksi dan pelembut bagi puting susu,
Anjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet diistirahatkan
1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, Anjurkan ibu
memberikan ASI perah dengan sendok dan jangan memakaidot apabila
bayi tetap belum mau menyusu secara langsung, beri terapi yaitu
88
paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari,
antalgin 500 gr 3 x 1 per hari dan perawatan luka jahitan post
episiotomi.
6. Pelaksanaan asuhan secara menyeluruh sesuai dengan kondisi pasien,
yaitu pada ibu nifas patologi pada NyFumur 25tahun P1A0dengan Puting
susu lecet dan luka jahitan post episiotomi di BPM Sri Margiyani
Matesihdilaksanakan sesuai dengn yang telah direncanakan.
7. Hasil evaluasi setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. F dengan
puting susu lecet didapatkan hasil : KU ibu baik, puting lecet dapat
diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar dan luka jahitan
sudah kering tidak terjadi infeksi luka jahitan post episiotomi
8. Pada kasus Ny.F Pl AO dengan puting susu lecet dan luka jahitan post
episiotomi terdapat kesenjangan antara praktek dan teori , dimana
keluhan utama pada ibu putting susu lecet terasa panas, nyeri, dan perih
.sedangkan di dalam terori hanya terasa nyeri menurut Ambarwati dan
Wulandari (2010) dan pada antisipasi Pada kasus Ny. F dengan puting
susu lecet diberikan antisipasi yaitu pemberian terapi dilakukan mandiri
oleh bidan yaitu paracetamol500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1
per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari. Sedangkan pada teori menurut
Suherni, dkk (2009) Langkah pertama untuk mengantisipasi terjadinya
diagnosa potensial dari puting susu lecet yaitu kolaborasi dengan dokter
Sp.OG untuk pemberian terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari,
89
amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari. Pada
langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan,karenaterapidilakukanmandiriolehbidan sedangkan di teori
dilakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan hasil dari studi kasus dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet.
2. Bagi Profesi
Dengan hasil dari studi kasus ini dapat menambah referensi dan
wawasan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu khususnya pada
ibu nifas dengan puting susu lecet.
3. Bagi Institusi Pendidikan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk studi kasus
selanjutnya atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas
pendidikan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan puting susu
lecet.
4. Bagi Ibu nifas dengan putting susu lecet
Diharapkan agar selalu melakukan perawatan payudara secara
teratur dengan benar, melakukan teknik menysusui dengan benar dan
mengkonsumsi makanan bergisi agar selama proses laktasi tidak timbul
masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, R, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha
Medika.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
Astuti, H. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).Yogyakarta.
CV. Rihama-Rhoma.
Heryani, R. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV. Trans
Info Media
Hidayat, A. 2014.Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data.Jakarta
: Salemba Medika.
Marmi.2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Peuperium Care. Jogyakarta:
Pustaka Pelajaran.
Marmi dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Jogyakarta: Pustaka Pelajar.
Notoadmojo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, T. 2012. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Permenkes RI No 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
Priharjo, R. 2007. Pengkajian FisikKeperawatan. Jakarta : EGC
Rukiyah, dkk.Asuhan Kebidanan III Nifas.Jakarta: CV. Trans Info Media
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistiyawati, A. 2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogjakarta:
CV. Andi Offset
Suryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Varney, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi Alih Bahasa: EGC.
Vivian, D. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Media.