Post on 20-Feb-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada banyak kasus dimana wanita hamil dengan hipertensi mampu menjaga
kehamilan sampai dengan kelahiran dengan selamat. Dengan bantuan medis selama
kehamilan, komplikasi selama kehamilan dapat dicegah. Bagaimanapun juga,
hipertensi selama kehamilan selalu dibutuhkan perhatian khusus.
Wanita hamil yang menderita hipertensi dimulai sebelum hamil, memiliki
kemungkinan komplikasi pada kehamilannya lebih besar dibandingkan dengan wanita
hamil yang menderita hipertensi ketika sudah hamil. Karena beberapa wanita hamil
memiliki kemungkinan menderita hipertensi selama kehamilan karena beberapa
faktor.
Dari tiga kausa klasik angka kematian ibu (AKI) maka saat ini hipertensi
dalam kehamilan serta kausa non obstetric telah melampaui penyebab infeksi dan
perdarahan. Khusus hipertensi dalam kehamilan termasuk preeclampsia ditemukan
dalam jumlah yang menetap dan cenderung meningkat meliputi 5 – 7% dari
kehamilan dan merupakan komplikasi medis tersering dalam kehamilan. Kurang lebih
70% wanita yang didiagnosis hipertensi dalam kehamilan merupakan preeclampsia.
Sesuai dengan target dari WHO yang dituangkan dalam MDG’s 2015 diharapkan
angka kematian ibu sekarang.
Banyak akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipertensi. Resiko terbesar
hipertensi pada wanita hamil adalah kerusakan pada ginjal. Pada kasus yang lebih
serius, ibu bisa menderita preeclampsia atau keracunan pada kehamilan, yang akan
1
sangat membahayakan baik ibu maupun bagi janin. Selain itu hipertensi bisa
menyebabkan kerusakan pembuluh darah, stroke, dan gagal jantung di kemudian hari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi dalam Kehamilan?
2. Bagaimanakah Konsep dasar Asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi
dalam kehamilan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
konsep asuhan keperawatan tentang hipertensi pada masa kehamilan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi dalam kehamilan
b. Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi dalam kehamilan
2
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Definisi
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) adalah tekanan yang diakibatkan dari
aliran darah yang dipompa oleh jantung, mengalir cepat sehingga menekan dan
merusak dinding arteri pada pembuluh darah. Seseorang dikatakan memiliki
hipertensi jika pada pemeriksaan, tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg. Kelebihan berat badan, sensitifitas
garam, konsumsi alkohol, kebiasaan hidup tidak sehat dan faktor keturunan adalah
beberapa faktor penyebab munculnya masalah hipertensi.
Sampai saat ini belum ada keseragaman dalam hal definisi hipertensi pada
kehamilan. Dapat berupa kenaikan tekanan darah pada trimester kedua, atau tekanan
pada trimester yang sama dengan sebelum hamil. Akan tetapi saat ini dalam beberapa
konsensus sudah menuju kesepakatan dalam banyak hal mengai terminolgi. Walaupun
batasan hipertensi adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, masih ada yang
belum sepakat, oleh karena pemakaian batas tekanan darah ini mengakibatkan ada
kelompok pasien preplansia-eklampsia yang tidak masuk kriteria. Dalam hal
pemakean kriteria proteinuria lebih sulit lagi, mengingat pemeriksaan ini amat
subyektif dan tidak terlalu tepat. Saat dianggap periksaan uji celup ( dipstick test)
merupakan pemeriksaan yang cukup baik untuk membedakan proteinuria atau tidak.
3
B. Etiologi
Pada dasarnya penyebab hipertensi belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko yang terkait dengan perkembangan hipertensi pada ibu hamil, meliputi:
a. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) danbeberapa obat
hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi)secara terus menerus
(sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.Merokok juga merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya peningkatantekanan darah tinggi dikarenakan tembakau
yang berisi nikotin. Minumanyang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor
yang dapatmenimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
b. Congenital
c. Kehamilan dengan Janin Besar
d. Obesitas
C. Gejala Hipertensi pada Ibu Hamil
1. Sakit kepala
2. Mudah lelah
3. Mual, Muntah
4. Sesak napas
5. Gelisah
6. Perdarahan dari hidung
7. Wajah kemerahan
8. Pandangan menjadi kabur sebab adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.
4
D. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Menurut Amiruddin (2007) hipertensi hanya dibagi dua yaitu :
a. Hipertensi Primer/essensial: hipertensi yang tidak/belum diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder: hipertensi yang disebabkan/sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :
1. Preeklamsia adalah hipertensi ( 140/90 mmHg ) dan proteinuria ( >300
mg/24jam urin ) yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan
yang sebelumnya normotensi.
2. Hipertensi kronik didefinisikan sebagai tekanan daraah sistolik lebih atau
sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg
yang ada sebelum kehamilan, pada saat kehamilan 20 yang bertahan lebih dari
20 minggu pasca partus.
3. Preeklamsia pada hipertensi kronik, adalah hipertensi pada perempuan hamil
yang kemudian mengalami proteinuria, atau pada yang sebelumnya sudah ada
hipertensi dan proteinuria, adanya kenaikan mendadak tekanan darah atau
protein uria, trombositopenia, atau peningkatan enzim hati.
4. Hipertensi gestasional atau yang sesaat, dapat terjadi pada saat kehamilan 20
minggu tetapi tanpa proteinuria. Pada perkembanganya dapat terjadi
proteinuria sehingga dianggap sebagai preeklamsia. Kemudian dapat juga
keadaan ini berlanjut menjadi hipertensi kronik.
5
E. Patofisiologi
Pada ibu hamil normal plasenta menghasilkan progesteron yang bertambah hal
ini menyebabkan ekresi natrium lebih banyak karena progesteron berfungsi sebagai
diuretik ringan.Kehilangan natrium menyebabkan penyempitan dari vilume darah
kompartemen vaskuler, pada kehamilan dengan pre eklamsi menunjukan adanya
peningkatan resistensi perifer dan vasokontriksi pada ruang vaskuler, bertanbahnya
protein serum (albumin dan globulin ) yang lolos dalam urine disebabkan oleh adanya
lesi dalam glomerolus ginjal, sehingga terjadi oliguri karena menurunnya aliran darah
ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerulus filtrat rate ) kenaikan berat badan dan
oedema yang disebabkan penambahan cairan yang berlebihan dalam ruang intrestisial
mungkin berhubungan dengan adanya retensi air dan garam, terjadinya pergeseran
cairan dari ruang intravaskuler ke intertisial diikuti oleh adanya kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum menambah oedem dan menyebabkan volume darah
berkurang, visikositas darah meningkat dan waktu peredaran darah menjadi lama.
Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi
penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah. Selain itu, angiotensin II
menyebabkan sel endotel berkonstraksi.
6
F. Pathway
7
Jenis kelaminUmur Gaya hidup Obesitas
ss
hipertensii
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Otak Ginjal Pembuluh darah Retina
Nyeri kepala
Gangguan pola tidur
Suplai O2 otak menurun
Sinkop
Ktdk ef perfusi
jaringan
Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal
Blood flow munurun
Respon RAA
Rangsang aldosteron
Retensi Na
Edema
sistemik
vasokonstriksi
Afterload meningkat
Penurunan curah jantung
Fatique
Intoleransi aktifitas
koroner
Iskemi miocard
Nyeri dada
Spasme arteriole
Diplopia
Resti injuri
Resistensi pembuluh darah otak
Elastisitas , arteriosklerosis
Kelebihan volume cairan
G. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :
1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2. Proteinuria samar sampai +1
3. Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain :
1. Proteinuria + 2 persisten atau lebih
2. Nyeri kepala
3. Gangguan penglihatan
4. Nyeri abdomen atas
5. Oliguria
6. Kejang
7. Pertumbuhan janin terhambat
8. Trombositopenia
9. Peningkatan enzim hati.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar
2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa
mendasar tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan.
8
I. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1. Deteksi prenatal dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia
kehamilan 28 mingg, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36
minggu, setelah itu setiap minggu.
2. Penatalaksanaan di rumah sakit
Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup :
a. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari
temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri
epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat.
b. Berat badan saat masuk.
c. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2
hari.
d. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara
tengah malam dan pagi hari.
e. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim
hati dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan
hipertensi.
9
f. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara
klinis maupun USG.
3. Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap
biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan
sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi
persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio
sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah.
4. Terapi obat antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau
memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi
dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.
DIURETIK
Diuretik merupakan ‘initial drug choices’, obat ini biasanya menjadi pilihan
untuk terapi awal hipertensi yang tidak disertai dengan komplikasi / kondisi
khusus.
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkan cairan dan
garam. Minum diuretik menyebabkan frekuensi miksi (kencing) jadi meningkat.
Contoh diuretik adalah HCT ('Hydro Chloro Tiazid').
Diuretik sering dikombinasikan dengan obat antihipertensi dari golongan lain.
Saat ini sudah tersedia HCT dengan obat antihipertensi golongan lain dalam
satu sediaan tablet.
10
GOLONGAN ‘ACE-INHIBITOR’
Yaitu 'Angiotensin-Converting Enzyme' (ACE) Inhibitor. Obat ini mencegah
'konstriksi' (pengkerutan) pembuluh darah akibat formasi hormon 'angiotensin
II' dengan cara memblokade enzim ACE, mencegah pembentukan angiotensin I
menjadi angiotensin II.
Contoh obat golongan ini : Kaptopril.
GOLONGAN ‘ANGIOTENSIN-II RECEPTOR BLOCKERS’
Obat ini akan secara langsung memblokade aksi hormon angiotensin II. Obat ini
dapat digunakan bila penggunaan ACE inhibitor menimbulkan keluhan / efek
samping.
Contoh obat golongan ini : Valsartan, Telmisartan, Olmesartan.
GOLONGAN ‘BETA BLOCKER’ (PENYEKAT BETA)
Obat golongan ini memblokade aksi 'adrenalin' pada sistem saraf otonom,
sehingga menurunkan frekuensi jantung (heart's rate) dan curah jantung (heart's
output). Golongan 'beta blocker' juga akan mengurangi beban jantung.
Contoh obat golongan ini : Propanolol, Atenolol.
GOLONGAN ‘CALCIUM CHANNEL BLOCKER’
Obat ini melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan kapiler menurun. Obat
ini mencegah masuknya 'Calsium' ke jaringan melalui 'Calcium Channel'
sehingga akan me'relaksasi' (mengendurkan) dinding pembuluh darah arteri dan
menurunkan kontraksi jantung.
Contoh obat golongan ini : Verapamil, Diltiazem, Nifedipine.
GOLONGAN ‘DIRECT RENIN INHIBITOR’ (DRI)
Obat golongan ini merupakan obat anti hipertensi terbaru, memiliki efek
menghambat hormon renin dari ginjal.
11
Contoh obat golongan ini: Aliskiren.
5. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran.
Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan
pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat
yang jauh dari aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif
atau “menunggu” terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki
prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.
J. Pendukung Penatalaksanaan
Proses pencarian artikel
P = ibu hamil
I = menggunakan diuretik
C = tidak menggunakan diuretik
O = hipertensi
Pertanyaan klinik
Pada ibu hamil, apakah penggunaan diuretik efektif untuk menurunkan hipertensi
pada ibu hamil?
Istilah-istilah pencarian
Berdasarkan pertanyaan klinik (PICO), kita gunakan istilah pencarian berikut:
(pregnant* OR expectant mother) diuretics* AND hypertension
Key word
Ginger
Herbal medicine
Pregnancy
12
Nausea
vomiting
Hasil pencarian
Pubmed clinical queries (therapy), 20 temuan. Untuk latihan ini kami telah memilih
penelitian berikut:
Mosa’b Al-Balas RPh, et al. Use of diuretics during pregnancy (2009),
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/?term=(Pregnant*+OR+expectant+mother)
+diuretik+AND+hypertension
Alasan memilih jurnal tersebut karena dari beberapa pilihan jurnal yang kami baca
jurnal tersebut memberikan penjelasan tentang keefektifan penggunaan diuretik pada
hipertensi yang dialami ibu hamil.
Jawaban:
Menurut jurnal yang diteliti oleh Mosa’b Al-Balas RPh Pina Bozzo Adrienne
Einarson RN dari Canadian Family Physician tahun 2009 bahwa penggunaan
diuretik terbukti efektif menurunkan hipertensi pada ibu hamil dan tidak berpengaruh
pada neonatus.
K. Komplikasi
1. Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung
akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh
berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan.
2. Perubahan hematologis
3. Gangguan fungsi ginjal
4. Edema paru
13
Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut.
Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah
penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka
kematian ibu akibat hipertensi ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5%
-10% menadi kurang dari 3% kasus.
14
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses
keperawatan. Proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan
praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada
(Budianna Keliat, 1994, 2 ).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal ( Carpenito, 2000, 2 ).
A. Pengkajian
1) Identitas pasien
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat.
Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika Serikat
pada dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini
sebagian diakibatkan oleh peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan
kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998 tingkat kelahiran di
kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia 45 dan
lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National
Center for Health Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat
kelahiran kembar meningkat sekitar 50 persen secara keseluruhan dan 1.000
persen di kalangan wanita usia 45-49; tingkat triplet dan orde yang lebih tinggi
15
kelahiran kembar melompat lebih dari 400 persen secara keseluruhan, dan
1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an.
2) Keluhan utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti
sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang,
pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya,
nyeri ulu hati.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik
biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24
jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien
menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau
skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
4) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis
hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina,
dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali
lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu
kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan
16
resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
5) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam
kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu
atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
6) Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.
7) Riwayat maternal
Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil
pengkajian. Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan
hipertensi pada kehamilan meliputi hal-hal berikut:
Diagnosa Utama:
a. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipertensi
c. Kekurangan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
17
Diagnosa pendukung:
a. Gangguan pola tidur b.d gangguan(mis, untuk tujuan terapiutik, pemantauan,
pemeriksaan laboratorium)
b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
c. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan natrium
C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen
cedera(biologis)
Definisi:
Pengalaman sensori dan
emosional yang tidak
menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan
dalam hal kerusaknan
sedemikian rupa
(International Assosiation
for the Study of Pain);
awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung < 6 bulan.
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam pasien dapat mengontrol
nyeri dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
18
Batasan Karakteristik:
Perubahan tekanan
darah
Perubahan frekuensi
jantung
Perubahan frekuensi
pernafasan
Indikasi nyeri yang
dapat di amati
Perubahn posisi untuk
menghindari nyeri
Melaporkan nyeri secara
verbal
Gangguan tidur
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
19
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Keidakefektifan perfusi
jaringan b.d hipertensi
Definisi:
Penurunan sirkulasi darah
ke perifer yang dapat
menggangu kesehatan
Batasan Karakteristik:
Tidak ada nadi
Perubahan karakteristik
kulit(warna, elastisitas,
NOC:
Circulation status
Tissue Prefusion :
cerebral
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x24
jam perfusi jaringan pasien
akan membaik dengan
kriteria hasil:
Menunjukkan
keseimbangan cairan,
ditandai dengan indikator
Perawatan sirkulasi
Peningkatan sirkulasi
arteri dan vena
Pemantauan tekanan
intrakranial
Pengukuran dan
interpretasi data pasien
untuk mengukur TIK
Pemantauan neurologis
Pengumpulan dan
analisis data pasien untuk
20
rambut, kelembaban,
kuku, sensasi, suhu)
Penurunan nadi
Edema
Nyeri ekstermitas
Warna kulit pucat saat
elevasi
sbb: tekanan darah dalam
rentan yang diharapkan,
nadi perifer teraba,
edema perifer tidak ada,
hidrasi kulit
Menunjukkan integritas
jaringan: kulit membran
mukosa ditandai dengan
indikator sbb suhu
jaringan,
sensasi,elatisitas, hidrasi,
pigmentasi, warna,
ketebalan, jaringan
terbebas dari lesi
mencegah atau
meminimalkan
komplikasi neurologis
Penatalaksanaan sensasi
perifer
Pencegahan,
meminimalkan cedera
atau tidak nyaman pada
pasien dengan perubahan
sensasi
3 Penurunan curah jantung
b.d perubahan afterload
Definisi: Ketidak
adekuatan darah yang
dipompa oleh jantung
untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh
Kritera Hasil:
Perubahan frekuensi/
irama jantung(aritmia,
bradikardi, perubahan
EKG, palpitasi,
takikardi)
Perubahan
preload(edema,
keletihan)
NOC :
Cardiac Pump
effectiveness
Circulation Status
Vital Sign Status
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam curah jantung pasien
dapat kembali normal
dengan kriteria hasil:
Tanda Vital dalam
rentang normal (Tekanan
darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan
Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
NIC :
Cardic care
Evaluasi adanya nyeri dada (
intensitas,lokasi, durasi)
Catat adanya disritmia
jantung
Catat adanya tanda dan
gejala penurunan cardiac
putput
Monitor status
kardiovaskuler
Monitor status pernafasan
yang menandakan gagal
jantung
Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan perfusi
Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan
21
Perubahan
aftrload(kullit lembab,
dipsneaperubahan
warna kulit, )
Perubahan
kontraktilitas(batuk)
Perilaku/emosi(ansietas,
gelisah)
asites
Tidak ada penurunan
kesadaran
tekanan darah
Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
Monitor toleransi aktivitas
pasien
Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan
ortopneu
Anjurkan untuk
menurunkan stress
Fluid Management
Timbang popok/pembalut
jika diperlukan
Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
Pasang urin kateter jika
diperlukan
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
Monitor hasil lAb yang
sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas
urin )
Monitor status
22
hemodinamik termasuk
CVP, MAP, PAP, dan
PCWP
Monitor vital sign sesuai
indikasi penyakit
Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles,
CVP , edema, distensi vena
leher, asites)
Monitor berat pasien
sebelum dan setelah dialisis
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake
kalori harian
Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi
cairan sesuai program
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai program
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatrermi dilusi
23
dengan serum Na < 130
mEq/l
Monitor respon pasien
terhadap terapi elektrolit
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminaSi
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit
urine
Monitor serum dan
osmilalitas urine
Monitor BP<HR, dan RR
Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
Monitor parameter
hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake
24
dan output
Monitor membran mukosa
dan turgor kulit, serta rasa
haus
Catat monitor warna, jumlah
dan
Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
Monitor tanda dan gejala
dari odema
Beri cairan sesuai keperluan
Kolaborasi pemberian obat
yang dapat meningkatkan
output urin
Lakukan hemodialisis bila
perlu dan catat respons
pasien
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
25
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus
paradoksus
Monitor adanya pulsus
alterans
Monitor jumlah dan irama
jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
Penyakit Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.
(Obsteri Patologi, Univ. Padjajaran Bandung, 1984)
Ada banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya hipertensi pada ibu hamil,
antara lainnya sebagai berikut:
1. Hipertensi esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor
herediter, faktor emosi (Stress) dan lingkungan (pola hidup).
2. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal dan gejala hipertensi dan dapat dijumpai pada wanita hamil
adalah:
- Glomerulonefritis akut dan kronik
- Plelenofritus akut dan kronik (Sinopsis Obstruksi, 1989)
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :
a. Preeklamsia
b. Hipertensi kronik
c. Preeklamsia pada hipertensi kronik
d. Hipertensi gestasional atau yang sesaat
B. Saran
Diharapkan ibu hamil dapat menjaga atau memperhatikan factor- factor yang
dapat mengakibatkan seseorang itu dapat terjadi hipertensi pada ibu hamil factor-
factor antara lainnya adalah factor stress, pola hidup dan lain-lain. 27
Kami sadar dalam pembuatan makalah ini kami masih terdapat banyak
kekurangan untuk itu kami mohon saran demi menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani. 2009. ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS. Jakarta: Salemba Medika
28
Mochtar, Rustam. Prof. DR. 2009. Sypnosis Obstetrik: Obstetrik Patologi. Edisi I. Jakarta:
EGC
Nanda (2009). Nursing Diagnosis: Definitions & Classification 2012-2012. Philadelhia:
NANDA International
Mc Closkey, Joannec, Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions
Clasification(NIC). St. Louis: Mosby
Jhonson, Marion, Meridean Mass. (2000). Nursing Outcomes Clasification(NOC). St. Louis:
Mosby
Prawiraharjo, Sarwono. 2006 . Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Puataka
29