Post on 06-Jul-2015
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan
gradual. Pertama kali menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan
selanjutnya bagian otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan
tingkah laku, sehingga seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti
psikosis, agitasi dan depresi.
Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50 dan 60 tahun.
Terdapat degenerasi korteks yang difus pada otak di lapisan-lapisa luar
terutama di daerah frontal dan temporal. Atropi ini dapat dilihat pada pneumo-
ensefalogram dimana tampak sisterna ventrikel membesar serta banyak
hawa di ruang subarakhnoid (giri mengecil dan sulkus-sulkus melebar).
B. Etiologi
Otak merupakan organ yang sangat kompleks. Di otak terdapat area-area
yang mengurus fungsi tertentu, misalnya bagian depan berkaitan dengan
fungsi luhur seperti daya ingat, proses berpikir dsb, otak bagian belakang
berkaitan dengan fungsi penglihatan dan sebagainya.
Dari hasil riset yang dilakukan, diketahui bahwa pada Penyakit Alzheimer
terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya
ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini
diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk
menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi
abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer
fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan.
C. Manifestasi klinis
1. Lupa kejadian yang baru dialami. Lupa akan nama teman, nomor
telepon rekan bisnis dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi,
masih dapat dikatakan normal karena biasanya kita masih dapat
mengingatnya lagi beberapa saat kemudian. Orang dengan
kepikunan / demensia mengalami kelupaan yang sangat sering
sehingga mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, dan
mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru
dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali.
2. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang penuh
kesibukan bisa saja meninggalkan dapur dalam keadaan
berantakan dan baru ingat untuk menghidangkan dan
merapikannya setelah hampir selesai makan. Seseorang dengan
demensia Alzheimer mungkin dapat menyiapkan makanan di dapur
tetapi kemudian bukan hanya tidak ingat untuk menghidangkannya
di meja makan bahkan ia juga lupa bahwa ia telah memasak
makanan didapur.
3. Kesulitan dalam berbahasa. Kadang-kadang seseorang mengalami
kesulitan untuk mencari kata yang tepat untuk berbicara, tetapi
orang dengan penyakit Alzheimer dapat lupa kata-kata yang
sederhana atau menggantikannya dengan kata yang tidak sesuai,
sehingga kalimat yang diucapkannya tidak dapat dimengerti.
4. Disorientasi waktu dan tempat. Lupa nama hari atau tempat tujuan
untuk sesaat masih termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa
tempat dimana ia berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya,
tidak tahu bagaimana ia sampai di tempat tsb dan tidak bisa
mencari jalan pulang ke rumahnya sendiri maka hal ini
menunjukkan gejala penyakit Alzheimer.
5. Tidak mampu membuat keputusan. Seorang ibu dapat terlarut,
asyik dan tenggelam dalam aktivitasnya sementara waktu sampai
lupa memperhatikan anak-anaknya. Tetapi orang dengan
Alzheimer akan lupa sama sekali bahwa ia tengah menjaga anak-
anaknya. Bisa jadi iapun berpakaian tidak sebagaimana mestinya,
misalnya memakai baju berlapis-lapis atau pergi ke kantor dengan
pakaian tidur.
6. Kesulitan berpikir abstrak. Penderita Alzheimer akan mengalami
kesulitan dalam hitung menghitung, kalimat majemuk dan
peribahasa maupun pemahaman konsep.
7. Salah menaruh barang-barang. Setiap orang bisa saja lupa dimana
menaruh kunci atau dompet. Seseorang dengan penyakit
Alzheimer mungkin dapat meletakkan benda-benda di tempat yang
tidak seharusnya misalnya seterika ditaruh di dalam kulkas, atau
arloji diletakkan di dalam panci.
8. Perubahan suasana perasaan dan perilaku. Setiap orang bisa
merasa sedih dan murung dari waktu ke waktu. Seorang penderita
Alzheimer dapat memperlihatkan perubahan suasana perasaaan
dalam waktu singkat, dari tenang-tenang tiba-tiba menjadi
menangis atau marah tanpa suatu alasan yang jelas.
9. Perubahan kepribadian. Meskipun usia dapat berpengaruh
terhadap perubahan kepribadian, namun seseorang dengan
penyakit Alzheimer menunjukkan perubahan kepribadian yang
drastis, misalnya menjadi pencuriga, penakut atau mudah bimbang
dan kebingungan.
10.Kehilangan inisiatif. Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah
tangga, aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal
bila setelah beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang
dengan Alzheimer dapat menjadi sangat pasif dan apatis sehingga
diperlukan usaha keras dan untuk menarik minatnya agar mau ikut
beraktivitas.
Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain :
a. Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari
informasi yang baru atau me-recall informasi yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Gangguan berbahasa (aphasia).
c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik
meskipun fungsi organ motorik masih utuh (apraxia).
d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik
masih utuh. (agnosia).
e. Gangguan dalam kemampuan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, berpikir sekuensial dan abstrak (gangguan fungsi
eksekutif).
D. pembagian Alzheimer
Dalam perjalanannya, penyakit Alzheimer dapat dibagi dalam 3 fase meliputi :
Fase awal (Ringan).
Pada tahap ini pasien mulai mengalami kehilangan memori maupun fungsi
kognitif lainnya, tapi pasien masih dapat mengkompensasinya dan masih
dapat berfungsi secara normal dan independen dengan sedikit
pertolongan. Sikap apati dan kecenderungan menarik diri yang merupakan
gambaran di semua fase, mulai timbul di fase ini. Ciri-cirinya :
a. Gangguan Kognitif dan memori :
• Bingung, lupa nama dan kata-kata dan menghindar berbicara untuk
mencegah kesalahan.
• Mengulang pertanyaan dan kalimat.
• Lupa kisah hidup mereka sendiri dan peristiwa yang baru terjadi.
• Kurang mampu untuk mengorganisasikan dan merencanakan sesuatu
serta untuk berpikir logik.
• Menarik diri dari lingkungan sosial dan tantangan-tantangan mental.
• Disorientasi waktu dan tempat ; dapat tersesat di tempat-tempat yang
familiar.
b. Gangguan berkomunikasi mulai timbul :
• Mulai mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri mereka sendiri.
• Kadang tidak mampu untuk berbicara dengan benar meski masih dapat
berespon dan bereaksi terhadap apa yang dikatakan kepada mereka
ataupun terhadap humor yang dilontarkan.
• Mengalami kesulitan untuk memahami bahan bacaan
c. Perubahan kepribadian mulai timbul :
• Apatis, menarik diri dan menghindari orang lain.
• Cemas, agitasi dan iritabel.
• Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain
• Gampang marah terhadap hal-hal yang mendatangkan frustasi, rasa
lelah, ataupun kejutan.
d. Perilaku yang aneh mulai timbul :
• Mencari dan menimbun benda-benda yang tidak berharga.
• Lupa makan secara teratur ataupun hanya makan satu jenis makanan
saja.
2. Fase menengah (sedang).
Gambaran utama dari fase ini adalah penurunan fungsi dari berbagai
sistem tubuh pada saat yang bersamaan dan membuat ketergantungan
pada orang lain yang merawat menjadi meningkat. Gangguan kognitif dan
memori makin memberat, kepribadian mulai berubah dan masalah-
masalah fisik mulai meningkat. Muncul sikap agresif, halusinasi dan
paranoid.
Ciri-cirinya :
a. Gangguan Kognitif dan memori yang signifikan:
• Lupa kisah hidupnya sendiri dan peristiwa yang baru terjadi..
• Mengalami kesulitan untuk mengingat nama dan wajah teman dan
keluarga. Tapi masih dapat membedakan wajah yang familiar dengannya
dari yang tidak dikenalnya.
• Masih mengingat nama sendiritapi kesulitan untuk mengingat alamat dan
nomer telefon..
• Tidak dapat berpikir logik secara jernih. Tidak dapat mengatur
pembicaraan mereka sendiri Tidak dapat lagi mengikuti instruksi oral
maupun tulisan. Masalah keuangan dan aritmetika semakin meningkat..
• Terputus dari realitas. Tidak mengenal diri sendiri di depan cermin dan
dapat menganggap suatu cerita di televisi sebagai suatu kenyataan..
• Disorientasi cuaca, hari dan waktu..
b. Gangguan berkomunikasi :
• Mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca dan
menulis.
• Mengulang-ulang cerita, kata-kata, pertanyaan dan bahasa tubuh.
• Masih dapat membaca tapi tidak berespon dengan tepat terhadap materi
bacaannya.
• Kesulitan menyelesaikan kalimat
c. Perubahan kepribadian mulai signifikan :
• Apatis, menarik diri, curiga, paranoid (seperti menuduh pasangan
berhianat atau anggota keluarga ada yang mencuri).
• Cemas, agitasi dan iritabel, agresif dan mengancam
• Halusinasi dan delusi muncul. Dapat melihat, mendengar, mencium dan
mengecap sesuatu yang tidak nyata.
d. Perilaku aneh yang timbul :
• Perilaku seksual yang menyimpang (seperti : menganggap orang lain
sebagai pasangannya dan bermasturbasi di depan umum)
• Berbicara sendiri. (hampir sepertiga hingga setengah penderita
alzheimer berbicara sendiri)
• Perubahan siklus tidur yang normal ( terjaga sepnajang malam, tidur
sepanjang siang)
e. Peningkatan dependensi :
• Dapat makan sendiri, tapi butuh bantuan untuk makan dan minum yang
cukup
• Membutuhkan bantuan untuk berpakaian yang sesuai dengan cuaca
atau situasi
• Membutuhkan bantuan untuk menyisir rambut, mandi, sikat gigi, dan
menggunakan toilet.
• Tidak dapat lagi ditinggalkan sendiri dengan aman (dapat meracuni diri
sendiri, membakar diri sendiri).
f. Penurunan kontrol sadar :
• Inkontinensia uri dan feses.
• Tidak merasa nyaman duduk di kursi atau di toilet.
3. Fase Lanjut (berat).
Pada fase ini dapat dijumpai kemunduran kepribadian, gejala kognittif dan
fisik memberat. Tingkah laku yang liar di fase awal perkembangan
penyakit berubah menjadi lebih tumpul. Beberap ciri khasnya :
a. Kognitif dan memori yang makin memburuk :
• Tidak mengenali lagi orang yang familiar, termasuk istri dan anggota
keluarga yang lain.
b. Kemampuan komunikasi benar-benar lenyap :
• Tampak merasa tidak nyaman. Tapi dapat berteriak bila disentuh
ataupun bergerak.
• Tidak mampu untuk tersenyum dan berkata-kata, atau berbicara cengan
inkoheren.
• Tidak dapat menulis dan memahami material bacaan.
c. Kontrol sadar terhadap tubuh hilang :
• Tidak dapat mengontrol gerakan, otot-otot terasa kaku.
• Inkontinensia urin dan fecal komplit.
• Tidak dapat berjalan, berdiri, sit up, ataipunmengangkat kepala tanpa
bantuan orang lain.
• Tidak dapat menelan makanan dengan mudah, sering tersedak .
d. Dependensi komplit terhadap orang lain :
• Membutuhkan bantuan di segala aktivitas hidupnya.
• Membuthkan perawatan sepanjang waktu.
e. Penurunan dearajat kesehatan yang bermakna :
• Sering terjadi infeksi, kejang-kejang, penurunan berat badan, kulit
menjadi tipis dan gampang luka serta adanya refleks-refleks abnormal.
f. Tubuh melemah :
• Menolak makan atau minum, berhenti kencing, tidak dapat berespon
terhadap lingkungan.
• Hanya dapat merasakan dingin dan rasa tidak nyaman, serta hanya
berespon minimal terhadap sentuhan.
• Kelelahan dan tidur yang berlebihan.
• Organ-organ sensoris tidak berfungsi lagi ; bila organ sensoris masih
berfungsi, otak tidak mampu menerima input.
g. Perubahan kepribadian :
• Apatis, menarik diri.
• Kepribadian yang tumpul.
h. Perilaku yang aneh :
• Menyentuh sesuatu benda berulang-ulang.
D. Patofisiologi
Penyakit alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.
Perkiraan terakhir menyatakan bahwa sekitar 10% orang dalam kelompok
usia itu menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas dalam kalangan
populasi usia lanjut, dan di perkirakan bahwa tahun 2050 akan ada 14 juta
penderita penyakit ini. Penyakit ini bukan saja menimbulkan dampak pada
sistem pelyanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan
kesehatan rawat jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut , dan dana
riset), tetapi juga akan menimbulkan sters bagi para anggota keluarga yang
harus merawatnya.
Secara patologis, pasien dengan penyakit alzheimer mengalami
kehilangan banyak neuron-neuron hipokampus dan korteks tanpa disrtai
kehilangan parenkim otak. Selain itu juga dapat kekusutan neurofibrilar yang
difus dan di plak senilis ( makin banyakmplak senilis makin berat gejala
gejalnya ). Kedua perubahan patologik terakhir ini bukan merupakan ciri khas
dari penyakit alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati
timah dan sindrom down. Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan
dengan kelainan neurotransmiter dan enzim-enzim yang berkaitan dengan
metabolisme neurotransmiter tersebut. Tampaknya ada penurunan dari
asetitransferase ( enzim yang mensintesis asetilkolin).
Otopsi otak penderita penyakit alzheimr menunjukan pengurangan
neurotransmiter asetilkolin yang bermakna : beberapa otak bahkan hanya
mengandung 10% dari kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung
dengan penurunan asetikolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas
pada korteks serebri,hipokampus dan damigdala. Hal lain yang masih terus
diselidiki oleh para penelti adalah neurotransmiter peptida,oleh karena
somatostatin menurun pada otak penderita penyakit alzheimer. Faktor
tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotoksisitas
dari aluminiu. Crapper et al ( 1979) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam
siste transpor membran pada pasien – pasien penyakit alzheimer, yang
memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromati yang menyebabkan
perubahan patologik dalam sintesis protein dan perubahan neuropibrilar.
E. Etiologi dan Factor resiko
Penyebab dari Alzheimer masih belum diketahui secara pasti, tapi
perpaduan berbagai faktor resiko diduga sebagai penyebabnya. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
- Bertambahnya usia, riwayat keluarga yang positif, dan cedera kepala.
- Toksin dari lingkungan.
- Stres, kecemasan dan sikap pesimis yang berlebihan.
- Genetik :
- Lipoprotein E-epsilon 4 yang rapuh dan gampang mengalami mutasi.
- Protein prekursor amiloid (APP) pada kromosom 21.
- Trisomi kromosom 21 (down’s syndrom). Pasien dengan sindrom down
cenderung terkena alzheimer onset dini pada usia di atas 30 tahun.
- Gen presenilin I yang terdapat di kromosom 14. Mutasi pada gen inilah yang
berkaitan erat dengan Alzheimer familial.
- Gen presenilin II pada kromosom 1. Mutasi pada gen ini berkaitan erat
dengan penyakit Alzheimer yang terjadi pada penduduk di daerah sungai
Volga, Rusia.
F. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab
Alzheimer, yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan
yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang
elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi
sulih hormon pada wanita.
Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain,
dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di
antaranya yaitu :
1. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak
merokok maupun mengkonsumsi alkohol.
2. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena
sayur dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi
untuk mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak
sel-sel tubuh.
3. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Cara menjaga
kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan
memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
G. Terapi
Pendekatan terapi pada penyakit Alzheimer didasarkan pada teori
yang berkembang sesuai patogenesis dan patofisiologis penyakit dan
kebutuhan untuk memperbaiki gejala-gejala kognitif dan tingkah laku yang
mengalami gangguan, meskipun hingga saat ini belum ada terapi yang benar-
benar secara meyakinkan mencegah Alzheimer ataupun memperlambat
perjalanannya.
Terapi medis untuk Alzheimer meliputi :
Obat-obatan Psikotropik dan intervensi perilakuϖ
Berbagai intervensi farmakologis dan perilaku dapat memperbaiki gejala
klinik penyakit Alzheimer, seperti : kecemasan, agitasi dan perilaku psikotik,
yang memang pendekatan terbaiknya adalah secara simptomatis saja. Obat-
obatan ini sangat berguna meski keefektifannya sedang dan bersifat
sementara saja dan tidak mampu untuk mencegah perkembangan penyakit
dalam jangka waktu yang lama.
Intervensi perilaku meliputi pendekatan patient centered ataupun
melalui pelatihan tenaga yang siap memberikan bantuan perawatan terhadap
pasien. Intervensi-intervensi ini dikombinasikan dengan farmakoterapi seperti
penggunaan anxiolytic untuk anxietas dan agitasi, neuroleptik untuk keadaan
psikotiknya dan anti depressan untuk keadaan depresinya.
Beberapa obat psikotik yang dianjurkan untuk digunakan oleh banyak praktisi
adalah : haloperidol, risperidone, olanzapine dan quetiapine. Obat-obatan ini
diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif untuk meminimalisir efek
samping, oleh karena sebagian besar pasien adalah mereka yang berusia
lanjut.
Cholinesterase Inhibitors (ChEIs)
♣ Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala
alzheimer adalah mengganti kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks
serebri. Seperti diketahui, pada penyakit Alzheimer terdapat kehilangan yang
substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah enzim asetiltransferase (enzim
untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik di daerah
subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).yang memiliki serabut projeksi
ke korteks.
Observasi ini menghasilkan teori bahwa manifestasi klinis dari
alzheimer timbul sebagai akibat dari hilangnya persarafan kolinergik ke
korteks serebri. Akibatnya, dikembangkanlah berbagai senyawa yang mampu
menggantikan defek kolinergik ini dengan cara mengintervensi proses
degradasi asetilkolin oleh asetilkolinesterase sinaptik (spesifik), ataupun oleh
asetilkolinesterase non sinaptik (non spesifik) yang sering disebut sebagai
butyrylkolinesterase (BuChE).
Obat-obatan yang dianjurkan diantaranya adalah tacrine
(cognex),donepezil (aricept), rivastigmine (exelon) dan galantamine (reminyl).
Hanya tacrin dan rivastigminlah yang juga menghambat BuChE. Hal ini
penting untuk kemanjuran terapi, sebab dalam perjalanan penyakit Alzheimer,
BuChE akan meninggi dan di sintesis oleh berbagai lesi Alzheimer termasuk
oleh plak senilis. Efek obat-obatan ini antara lain :
(1) Memperbaiki fungsi kognitif pada fase yang lanjut
(2) Memperbaiki gangguan perilaku
(3) Menolong pasien dengan demensia akibat gangguan vaskuler yang sering
muncul bersamaan dengan Alzheimernya.
Obat-obatan ini hanya berefek sementara sebab tidak memperbaiki
penyebab dasar dari hilangnya asetilkolin di korteks, yakni degenerasi neuron
yang tetap berlangsung secara progresif.
Antagonisϖ N-methyl-D-aspartate (NMDA). Merupakan obat generasi baru
yang amat berguna pada Alzheimer fase lanjut. Kombinasi dengan
asetilkolinesterase inhibitor terbukti lebih manjur. Mamantine adalah contoh
obat golongan ini, yang juga dapat digunakan untuk keadaan
neurodegeneratif lainnya seperti huntington disease, demensia terkait AIDS
dan demensia vaskular.
Anti radikal bebas. Daϖpat digunakan tocopherol (vitamin E) yang berfungsi
memperbaiki kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang memberi
kontribusi sebagai penyebab dari Alzheimer.
Agen anti inflamasi (nonsteroid). Pemberian agen ini berdasarkanϖ postulat
bahwa berbagai lesi Alzheimer seperti plak senilis, membutuhkan suatu
keadaan inflamasi agar dapat berkembang menjadi fase yang lebih berat.
Berbagai studi menunjukkan adanya perbaikan dan perlambatan
perkembangan Alzheimer setelah pemberian singkat obat anti inflamasi ini.
Contoh obat adalah rofecoxib (vioxx) dan naproxen (aleve).
Antibiotik. Obat ini berguna untuk mengurangiϖ deposisi amiloid otak pada
pasien Alzheimer.
Estrogen. Amat berguna padaϖ wanita menopause dimana produksi
estrogennya mulai menurun. Seperti kita ketahui estrogen merupakan suatu
neurotropik dan membantu melindungi otak dari proses-proses degeneratif.
Aktivitas dan sikap hidup yang sehat. Aktivitas-aktivitas fisik dan mental
sangat direkomendasikan pada pasien-pasien Alzheimer dengan
memperlambat perkembangan penyakit dan mencegah proses kemunduran
lebih lanjut. Pada tahap perkembangan demensia Alzheimer yang dini, sikap
hidup yang sehat, baik fisik maupun psikologis mampu memberikan
perlindungan dan daya tahan dari otak terhadap lesi yang mulai muncul
dengan cara membangkitkan kompensasi dari bagian otak yang masih sehat
dan melindunginya dari perkembangan penyakit yang progresif
H. Prognosis
Angka survival rata-rata setelah munculnya onset awal dari gejala
Alzheimer adalah sekitar 8-10 tahun. Faktor-faktor yang membantu
progresivitas penyakit adalah adanya gejala ekstrapiramidal, adanya gejala-
gejala psikotik, onset pada usia muda dan disfungsi kognitif yang dini.
KONSEP KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ALZHEIMER
Pengkajian
a. aktivitas/istrahat
Gejala : Merasa lelah
Tanda : Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur.
Letargi: penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biasa,
hoby, ketidak mampuan untuk menyebutkan kembali apa yang
dibaca / mengikuti acara program televisi
gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk
melakukan hal yang telah biasa di lakukannya,gerakan yang
sangat bermanfaat
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit vaskulerserebral, sistemik, hipertensi,
episode emboli ( merupakan factor predisposisi )
Tanda :
c. Eliminasi
Gejala :Dorongan berkemih,(dapat mengindekasikan kehilangan tonus
otot )
Tanda : Inkontenensia urine/ feses; cenderung konstipasi / impaksi
dengan diare
d. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi / orang khayalan
Kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi
terhadap objek dan orang. Penimbunan objek ; menyakini
bahwa objek yans salah penempatannya telah di curi. Kehingan
multipel, perubahan citra tubuh dan harga diri yang di rasakan
Tanda :Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alas an tidak
mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan
memmbuka buku namun tanpa membacanya)
Duduk dan menonton yang lain
Aktivitas utama mungkin menumpuk benda tidak bergerak,
gerakan tidak berulang ( melipat, membuka melipat-lipat
kembali kain,)menyembunyikan barang-barang , atau berjalan-
jalan.
Emosi labil : mudah menangis, tertawa tidak pada
tempatnya;perbahan alam perasaan ( apatis, letargi, gelisah,
lapang pandang sempit, peka rangsang ); marah yang tiba-tiba
di ungkapakan. ( reaksi katastrofik): depresi yang kuat , delusi,
paranoia lengket pada seseorang.
e. makanan / cairan
Gejala : Riwayat episode hipoglikemia ( merupakan factor predisposisi)
perubahan dalam pengecapan, Nafsu makan, menginkari
terhadap rasa lapr/kebutuhan untuk makan.
Keilangan berat badan
Tanda :kehilangan kemampuan untuk mengunyah
Menghindari/menolak makan ( mungkin mencoba untuk
menyembunyikan keterampilan )
Tampak kurus ( tahap lanjut )
f. Neurosensori ,
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan
kognitif,dan/ atau gambar yang kabur, keluhan hipokondrial
tentang kelelahan , diare, pusingatau kadang-kadang sakit
kepala.adanya keluhan dalam penurunan kemampuan kognitif,
mengambil keputusan, mengingat yang baru berlalu, penurunan
tingkah laku ( di observasi oleh orang terdekat)
Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh / bagian tubuh
dalam ruang tertentu)
Adanya riwayat penyakit serebral vascular/sistemik,
emboli/hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagi
factor predisposisi)
Aktivitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan
Otak
Tanda : Kerusakan komunikasi,afasia dan disfasia , kesulitan dalam
menemukan kata-kata yang benar, bertanya berulang-ulang
atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti;
terpenggal-penggal atau bicaranya tidak terdengar
Kehilangan kemampuan untuk membaca atau menulis bertahap
( kehilangan keterampilan motorik halus )
g. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi
faktor predisposisi / faktor akselerasinya )
Tanda Trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya )
Tanda : Ekimosis, laserasi
Rasa bermusuhan / mnyerang orang lain
h. Interaksi sosial
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan
Faktor psikososial sebelumnay; pengaruh personal dan individu
yang muncul mengubah pola tingkah laku
Tanda : Kehilangan kontrol sosial, perilaku tidak tetap
Diagnosa keperawatan
1. perubahan proses berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron
iriversibel
2. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis
3. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik
4. perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan
kehilangan fungsi neurologis/ tonus otot
5. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mudah lupa
6. resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental
7. koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan hubungan
keluarga sangat ambivalen
INTERVENSI
Dx 1;roses perubahan berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron
ineversibel
Kriteria hasil :
o mampu mengenali perubahan dalam berfikir/tingkah laku dan faktor-
faktor penyebab jika memungkinkan
o mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak di inginkan
ancaman dan kebingungan
ntervensi :
Mandiri
1. kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi
terhadap orang, tempat, waktu, rentang perhatian, kemampuan
berfikir
R : Memberikan dasar untuk evaluasi / perbandin gan yang akan
datang dan menpengaruhi pilihan terhadap intervensi.
2. pertahankan lingkungan yang menyenagkan dan tenang
R : kebisingan,keramaian,orang banyak biasanya merupakan
sensori yang berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron.
3. lakukan pendekatan dengan cara perahan dan tenang
R : Pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien
bingung yang mengalami kesalahan persepsi atau perasaan
terancam oleh imajinasi orang dan situasi tertenu.
4. tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan pasien
R : menimbulkan perhatian ,terutama pada orang-orang dengan
gangguan perseptual.
5. panggil pasien dengan namanya
R : Nama merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan
pengenalan terhadap realita dan individu. Pasien mungkin
merespon pada namanya sendiri setelah lama tidak mengenal
orang terdekat.
6. gunakan suara yang agak rendah dan bebicara dengan perlahan
pada pasien
R: Meningkatkan kemungkinan pemahaman . ucapan dan suara
yang keras menimbulkan sters atau marah yang kemungkinan
dapat mencetuskan memori konfrontasi sebelumnya dan menjadi
profokasi dan respon marah.
7. gunakan kata-kata yang pendek dan kalimat yang sederhana dan
berikan instruksi sederhana ( tahap inap). Ulangi instruksi
tersebut sesuai dengan kebutuhan
R : sesuai dengan perkembangannya penyakit,pusat komunikasi
dalam otak mungkin saja terganggu yang menghilangkan
kemampuan individu pada proses penerimaan pesan dan
percakapan secara keseluruhan.
8. gunakan distraksi
R : Lamunan menbantu dalam meningkatkan disorientasi. Orientasi
pada realita meningkatkan perasaan realita pasien, penghargaan
diri dan kemuliaan personal ( kebahagiaan personal ).
9. hindari pasien dari aktivitas dan komunikasi yang di paksakan
R : Keterpaksaan menurunkan keikutsertaan pasien dan mungkin
juga dapat meningkatkan ecurigaan,delusi.
10.bantu menemukan atau membentulkan hal-hal yang salah dalam
penempatannya. Berikan label gambar-gambar /hal yang dipilih
pasien.jangan elawan / mnentang pasien
R : Dapat menurunkan defensif pasien jika pasien mempercayai ia
sedang ada dalam tempat yang salah, tersimpan atau tersembunyi.
Membantah hal yang keliru dari pasien tidak akan mengubah
kepercayaan dan mungkin juga akan menimbulkan kemarahan.
kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
1. Antisiklotik, seperti halopiridol (Haldol),tioridazin (Mallril)
R : Dapat digunakan untuk mengontrol agitasi, halusinasi. Mallarir
jarang digunakan karena adanya beberapa efek samping yang
bersifat ekstrapiramidal ( mis,distonia,akatisia) meningkatkan
kekacauan mental ; masalah penglihatan dan terutama gangguan
berdiri dan berjalan.
2. Vasodilator, seperti siklandelat ( Cyclospasmol)
R : Dapat meningkatkan kesadaran menta tetapi memerlukan
penelitian lebih lanjut.
3. Ergoloid mesila (Hydergine LC )
R : Peningkatan metabolisme ( meningkatkan kemampuan otak
untuk melakukan metabolisme glukosa dan menggunakan
oksigen ) yang mempunyai beberapa efek samping.
Dx 2 : perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis
Kriteria hasil :
o Mampu mendemonstrasikan respons yang meningkat/sesuai dengan
stimulasi
o Pemberian asuhan akan mampu mengidentifikasi/ mengontrol faktor-
faktor eksternal yang berperan terhadap perubahan dalam
kemampuan persepsi sensori
Intervensi :
Mandiri
1. Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal
tersebut mempengaruhi individu yang termasuk di dalamnya
adalah penurunan penglihatan / pendengaran.
R : Katena keterlibatan otak biasanya global, yaitu
dalampersentase yang kecil mungkin memperlihatkan masalah
yang bersifat asimetrik yang menyebabkan pasien kehilangan
kemampuan pada salah satu sisi tubuhnya ( gangguan
unulateral ).
2. Anjurkan untuk menggunakan kaca mata, alat bantu
pendengaran sesuai keperluan.
R : Dapat meningkatkan masukan sensori,membatas /
menurunkan kesalahan interprestasi stimulasi.
3. Pertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan.
R : Menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping
terhadap prustasi karena salah persepsi dan disorientasi.
4. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika di perlukan
seperti musik, yang lembut,gambar dinding cat sederhana.
R : Membantu untuk menghindari masukan sensori
pengihatan /pendengaran yang berlebihan dengan
mengutamakan kualitas yang tenang ,konsisten.
5. Berikan sentuhan dalam cara perhatian
R : dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri
6. Ajak piknik sederhana ,jalan – jalan keliling rumah sakit.pantau
aktivitas.
R : Piknik menunjukkan realita dan memberikan stimulasi
sensori yang menyenangkan yang dapat menurunkan perasaan
curiga / halusinasi yang disebabkan oleh perasaan terkekang.
7. Tingkatkan keseimbangan fungsi fisiologi dengan menggunakan
bola lantai,tangan menari dengan disertai musik.
R : Menjaga mobilitas ( yang dapat menurunkan resiko
terjadinya atrofi otot /osteoporosis pada tulang ).
Dx 3 : kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik
Kriteria hasil :
o Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan diri sendiri
o Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi /
komunitas yang dapat memberikan bantuan
Intervensi :
Mandiri
1. identifikasi kesulitan dalam berpakaian /perawatan diri, seperti
keterbatasan gerak fisik : apatis / depresi; penurunan kognitif
( apraksia )atau teemperatur ruangan ( dingin untuk mengenakan
pakaian ).
R : memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan
intervensi /strategi. Masalah dapat diminimalkan dengan
menyesuaikan pakaian atau munkin memerlukan konsultasi dari
ahli lain.
2. identifikasi kebutuhan akan kebersian diri dan berikan bantuan
sesuai kebutuhan dengan perawatan ranbut /kuku/kulit. Bersihkan
kaca mata dan gosok gigi.
R : sesuai dengan perkembangan penyakit, kebutuhan akan
kebersihan dasar mungkin dilupakan.
3. Perhatiakan adanya tanda-tanda non verbal yang fisiologis.
R : kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa
menyebabkan pasien mengunkapkan kebutuhan perawtan diri
dengan cara non verbal.
4. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas
R : waktu yang cukup dan ketenangan dapat menurunkan
kekacauan yang di akibatkan karena mencoba untuk
menghindari / mempercepat proses ini.
5. Bantu untuk mengenakan pakaian yang rapi/berika pakaian
yang rapi dan indah.
R : meningkatkan kepercayaan,dapat menurunkan perasaan
kehilangan dan meningkatkan kepercayaan untuk hidup.
6. izinkan tidur untuk menggunakan kaus kaki atau sepatu atau
pakaian tertentu atau menggunakan dua set pakaian jika pasien
membutuhkan.
R:memberikankeamanan,mengubah,mengurangi,memberontak
an dan memungkinkan pasien untuk istirahat.
DX 4 :perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan
kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
Kriteria hasil:
o mampu menciptakan opla eliminasi yang adekuat / sesuai
Intervensi :
Mandiri
1. kaji pola sebelumnya dan bandingkan dengan pola yang sekarang.
R:Memberikan informasi mengenai perubahan yang mungkin
selanjutnya memerlukan pengkajian/interfensi.
2. letakan tempat tidur dekat dengan kamar mandi jika
memungkinkan; buatkan tanda tertentu/pintu berkode khusus.
Berikan cahaya yang cukup terutama malam hari.
R: Meningkatkan orientasi/penemuan kamar mandi. Inkontinesia
mungkin disertai ketidak mampuan untuk menemukan tempat
berkemih/defekasi.
3. Berikan kesempatan untuk melakukan toileting dengan interval
waktu yang teratur. Biarkan melakukan sendiri satu tahap per satu
tahap pada waktu tertentu. Gunakan penguatan positif.
R: Ketaatan pada jadwal harian dan teratur dapat mencega cedera.
Sering masalahnya melupakan apa yang akan dilakukan. Seperti
melepaskan atau posisi mendorong.
4. Buat program latihan defekasi / kandung kemih. Tingkatkan
partisipasi pasien sesuai tingkat kemampuannya
R ;menstimulasi kesadaran pasien, meningkatkan pengaturan
fungsi tubuh dan membantu menghindari kecelakaan
5. anjurkan untuk minum adekuat selama siang hari ( paling sedikit 2L
sesuai toleransi), diiet tinggi serat dari sari buah. Batasi minum saat
menjelang malam dan waktu tidur
R; menurukan resiko konstipasi/ dehidrasi.pembatasan minum sore
menjelang pada malam hari dapat menurunkan seringnya berkemih
/ iinkontenensia selama malam hari
Kolaborasi
1. berikan obat pelembek feses, metamacil, gliserin supositoria sesuai
dengan kondisi
R : mungkin diperlukan untuk memfasilitasi / menstimulasi defekasi
yang teratur
DX 5: Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungann
dengan Muda lupa
Kriteri hasil :
o mendata diet nutrisi yang seimbang
o mempertahankan/ mendatakan kembali berat badan yang sesuai
Intervensi :
Mandiri
1. kaji pengetahuan pasien/orang terdekat mengenai kebutuhan
akan makanan
R; identifikasi kebutuhan untuk membantu memformulasikan
perencanaan pendidikan secara individual
2. tentukan jumlah latihan/langkah yang pasien lakukan
R; masukan nutrisi mungki perlu untuk memenuhi kebuutuhan
yang mendekati berhubungan dengan kecukupan kalori secara
individu
3. usahakan / berikan bantuan dalam memilih menu
R; pasien mungkin tidak mampu menentukan pilihannya atau tidak
menyadari akan kebutuhan untuk mempertahankan elemen dari
nutrisi
4. usahakan untuk memberikan makanan kecil setiap kira-kira satu
jam sesuai kebutuhan
R; makanan yang kecil dapat meningkatkan masukan yang
sesuai. Pembatasan jmlah makanan yang diupayakan hanya
sekalli waktu pemberian akan menurunkan kebingungan pasien
mengenai makanan mana yang dipilih
5. berikan waktu yang leluasa untuk makan
R ; pendekatan yang santai dapat membantu pencernaan
makanan dan menurunkan kemungkinan untuk marah yang
dietuskan oleh keramaian
6. berikan stimulasi refleks hisapan mulut dengan menekan dagu
secara berhati-hati atau menstimulasi mulut dengan sendok
R: sesuai berkembangnya penyakit, pasien dapat merapatkan gigi
dan menolak untuk makan. Menstimulasi refleks dapat
menungkatkan partisipasi / pemasukan makanan
kolaborasi
1. rujuk / konsultasi dengan ahli gizi
R : bantuan mungkin diperluakan untuk mengembangkan
keseimbangan diet secara individu untuk menemukan kebutuhan
pasien / makanan yang disukai
DX 6: Resti disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental
Kriteria hasil :
o memenuhi kebutuhan seksualitas dalam cara yang dapat diterima
o tidak mengalami perilaku yang tidak tepat
intervensi:
mandiri
1. kaji kebutuhan /kemampuan pasien secara individual
R; metode alternatif perlu diciptakan pada keadaan tertentu
untuk memfasilitasi kebutuhan akan masa intimasi ( keinginan
untuk melakukan hubungan seksual ) dan kedekatan
2. amjurkan pasangan untuk memperlihatkan penerimaan /
perhatiannya
R; seseorang denagn gangguan konitif biasanya tidak
kehilangan kebutuhan dasarnya pada afektif, rasa cinta,
perasaan diterima , dan ekspresi seksual
3. berikan jaminan terhadap privasi
R; tingkah laku ekspresi seksual ungkin berbeda
4. gunakan distraksi sesuai dengan kebutuhan, ingatkan pasien
bahwa ni merupakan tempat umum( tempat masyarakat
banyak ) dan tingkahlak yang dilakukan saat ini tidak dapat
diterima
R; merupakan suatu alat yang paling bemanfaat ketiak ada
tingkah laku yang tidak sesuai, seperti membuka pakaian
( telanjang)
5. berikan waktu yang cukup untuk menjelaskan / mendiskusikan
perhatian dari orang terdekat
R: mungkin memerlukan informasi / konseling mengenai
alternatif tertentu dalam melakukan aktivitas/agresi seksual
DX 7 : koping keluarga tidak efekif berhubungan dengan hubungan keluarga
sangat embivalen
Kriteria hasil :
o mampu mengidenifikasi/mengungkapkan dalam diri merasa sendiri
untuk mengatasi keadaan
o mamapu meneriama kondisi oranng yang dicintai dan
mendemonstrasikan tingkah laku koping yang positif dalam mengatasi
keadaan
o menggunakan sistem penyokong yang ada secara efektif
intervensi :
mandiri
1. libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan
perencanaan perawatan pasien dirumah
R:dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan
adaptasi dirumah
2. buat prioritas
R: membantu untuk membuat suatu pesan tertentu dan
memfasilitasi pemecahan masalah yang ada
3. realistis dan tulus dalam mengatasi semua permasalahan yang
ada
R: menurukan stres yang menyellimuti harapan yang keliru,
seperti individu tersebut dapat menemukan kembali tingkat
kemampuan pada masa lalu setelah penggunaan obat tertentu
4. bantu keluarga untuk memenuhi pentingnya mempertahankan
fungsi psikososial
R: tingkah laku yang terhalang, tuntutan perawatan tinggi dan
seterusnya dapat menimbulkan keluarga akan menarik diri dari
pergaulan
5. diskusikan kemungkinan adanya isolasi, berikan penguatan
kebutuhan terhadap sistem dukungan
R: kepercayaan bahwa individu dapat menemukan semua
kebutuhan pasien meningkatkan resiko penyakit fisik/mental
6. berikan umpan balik yang positif terhadap setiap isaha yang
dilakukannya
R: memnberi keyakinan pada individu bahwa mereka sedang
melakukannya dengan cara yang terbaik
7. anjurkan untuk tidak membatasi pengunjung
R: kontak dengan bentk kekeluargaan merupakan dasar dari
realitas dan dapat memberikan satu jaminan kebebasan dari
kesepian
Kolaborasi:
1. rujuk pada sumber-sumber penyokong setempat seperti: perawatan
lansia pada siang hari, pelayanan dirumah, berhubungan denagan
asosiasi penyakit Alzheimer( bila ada )
R: koping dengan individu seperti ini adalah tugas purna waktu dan
membuat frustasi. Memberikan tanggung jawab pada tempat
perawatan siang hari mungkin mengurangi kejenuhan ,
menurunkan risiko terjadinya isolasi sosial dan mencegah
kemarahan keluarga, perkumpulan penyakit Alzheimer memberikan
kelompok dukungan pendidikan keluarga dan meningkatkan
penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. E. Marylin Dkk, 2008. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN.
Edisi 3, EGC : Jakarta
Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.PATOFISIOLOGI konsep klinis
proses-proses penyakit Edisi 6 volume 2. EGC: Jakarta
Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.PATOFISIOLOGI konsep klinis
proses-proses penyakit Edisi 4 buku 2. EGC : Jakarta
Suddarth dan brunne, 2000. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH Edisi 8 volume 3, EGC : Jakarta
www. Google. Com
Tugas kelompok : keperawatan Medikal Bedah II
Dosen pembimbing : Dewi Sartiya Rini, S.Kep,Ns
ASUHAN KEPERAWATAN
ALZHEIMER
OLEH ;
KELOMPOK IV
MOHAMMAD MARFIANSAH
NUTHIFMAWATI ARIEF
NAOMI PAGORAI
MEY SANTI
MARIANI
PROGRAM KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2009