Post on 24-Apr-2015
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PENYAKIT ADDISON
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi/Pengertian
Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama
Addison’s Disease adalah suatu hipofungsi dari adrenal
yang timbul secara spontan dan berangsur-angsur,
dimana ketidakmemadaian adrenal, dapat menjadi
penyakit yang mengancam jiwa.
2. Epidemiologi
Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang terjadi di dunia. Di Amerika
Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Dari Bagian Statistik Rumah Sakit Dr.
Soetomo pada tahun 1983, masing-masing didapatkan penderita penyakit Addison.
Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-laki 56% dan
wanita 44% penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak
ter- dapat pada umur 30 – 50 tahun . 50% pasien dengan penyakit addison,
kerusakan korteks adrenalnya merupakan manifestasi dari proses atoimun.
3. Penyebab
Dapat dikelompokan dalam 3 kategori utama :
a. Dysgenesis adrenal : Umumnya terjadi sejak masa neonatal atau masa bayi,
misalnya dikenal dengan AHC (Adrenal Hipoplasia Adrenal).
b. Kerusakan adrenal : Terjadi infeksi, hemorrhage, metastase adrenal, dan biasanya
terjadi pada anak-anak yang lebih besar yang sering kali muncul sebagai bagian
dari Syndrome Polyglandular Autoimmune (APS), Kalau pada anak laki-laki
Adrenoleukodystrophy yaitu gangguan yang berkaitan dengan DAX-1 sudah
sejak lama menjadi penanda yang semakin sering dikenali. Sementara pada pria
dewasa kejadian infeksi dan kegagalan adrenal metastatic juga semakin
meningkat.
1
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
c. Kerusakan steroidogenesis : Dimana terjadi defisiensi enzim dalam metabolisme
kolesterol, misalnya pada Sindrome Smith-Lemli-Opitz (SMOS).
4. Patofisiologi
Kerusakan pada korteks
adrenal mempengaruhi
insufisiensi kortisol yang
menyebabkan hilangnya
glukoneogenesis, glikogen
hati menurun yang
mengakibatkan
hipoglikemia. Akibat isufisiensi adrenal dan peningkatan sekresi ACTH
akan menyebabkan sekresi MSH meningkat sehingga akan merangsang
peningkatan sekresi melanin yang menimbulkan hiperpigmentasi.
Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan
natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal
kekurangan garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume.
Penurunan volume plasma yang bersirkulasi akan dikaitkan dengan
kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi. ( Web of Caution
digambarkan sebagai berikut ) :
2
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
WOC.
Dysgenesis AdrenalKerusakan adrenal
Kerusakan steroidogenesis
Kerusakan korteks adrenal
Insufisiensi adrenokortikal( PENYAKIT ADDISON )
ACTH, Kortisol AldosteronCRH
Fungsi Hepar
MSH Hilangnya Hiper Hipo
Hiperpigmentasi Glukoneogenesis cairan mllui kalemia natrimia
ginjal
Kurang HARGA DIRI Glikogen Aritmia Hipotensi Penget. RENDAH Hipoglikemi Dehidrasi
ANSIETAS
KELELAHAN < VOL. RESTI CAIRAN & CURAH
PRBHN ELKTROLIT JANTUNG NUTRISI Mual < KBTHN Muntah GI Tract
Anoreksia
PRBHN PROSES FIKIR
3
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
5. Manifestasi Klinis
a. Hiperpigmentasi
Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan karena timbunan melanin pada kulit dan mukosa. Pigmentasijuga dapat terjadi pada penderita yang menggunakan kortikosteroid jangka panjang, karena timbul insufisiensiadrenal dengan akibat meningkatnya hormon adrenokortikotropik. Hormon adrenokortikotropik ini mempunyai MSH-like effect. Pada penyakit Addison terdapat peningkatan kadar beta MSH dan hormon adrenokortikotropik.
Tidak didapatkan hubungan antara beratnya penyakit Addison dengan luasnya pigmentasi. Pigmentasi ini sifatnya difus, terutama pada kulit yang mendapat tekanan (misalnya pinggang dan bahu), siku, jaringan parut, garis-garis telapak tangan dan ketiak. Pada daerah perianal, perivulva, skrotum dan areola mamma tampak lebih gelap. Pigmentasi pada mukosa sering tampak pada mukosa mulut yaitu pada bibir, gusi, lidah, faring, konjungtiva, vagina dan vulva. Pigmentasi didapatkan 100% pada penderita penyakit Addison. Thorn dan kawan-kawan melaporkan dari 158 kasus Addison seluruhnya didapatkan pigmentasi. Rowntree dan Snell melaporkan dari 108 kasus didapat 1 kasus tanpa pigmentasi. Penderita dengan kegagalan adrenokortikal sekunder karena hipopituitarisme tidak didapatkan gejala hiperpigmentasir.
b. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipotensi.
Hipotensi merupakan gejala dini dari penyakit Addison, di mana tekanan darah sistolik biasanya antara 80–100 mmHg, sedang tekanan diastolik 50–60 mmHg. Mekanisme penyebab terjadinya hipotensi ini diduga karena menurunnya salt hormon yang mempunyai efek langsung pada tonus arteriol serta akibat gangguan elektrolit. Reaksi tekanan darah terhadap perubahan sikap adalah abnormal, pada perubahan posisi dari berbaring menjadi posisi tegak maka tekanan darah akan menurun (postural hipotensi) yang menimbulkan keluhan pusing, lemah, penglihatan kabur, berdebar-debar .
Hipotensi ini juga terdapat pada penderita dengan atrofi korteks adrenal dengan medula yang intak, sehingga diduga bahwa epinefrin bukan penyebab dari hipotensi ini. Tekanan darah akan kembali normal setelah pemberian garam dan desoksikortikosteron yang meningkatkan tonus vasomotor.
4
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
2) Jantung
Ukuran jantung penderita Addison biasanya mengecil pada pemeriksaan radiologi, hal ini mungkin karena penurunan volume darah sekunder akibat kehilangan air. Bertambah besarnya ukuran jantung merupakan petunjuk berhasilnya pengobatan. Perubahan elektrokardiografi biasanya tampak tapi tak mempunyai nilai diagnostik, seringkali didapatkan voltase yang rendah, PR dan QT interval memanjang, oleh karena kelainan degeneratif organik pada otot jantung serta akibat gangguan elektrolit. Gejala lain adalah kelemahan kontraksi otot jantung, nadi kecil dan sinkop. Akibat hiperkalemia dapat terjadi aritmia yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
c. Kelemahan Badan
Kelemahan badan ini disebabkan karena gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta gangguan metabolisme karbohidrat dan protein sehingga didapat kelemahan sampai paralisis otot bergaris. Di samping itu, akibat metabolisme protein, terutama pada sel-sel otot menyebabkan otot-otot bergaris atropi, bicaranya lemah. Gejala kelemahan otot ini berkurang setelah pemberian cairan, garam serta kortikosteroid. Nicholson dan Spaeth melaporkan pada beberapa penderita Addison dapat terjadi paralisis flasid yang bersifat periodik akibat hiperkalemia dimana mekanismenya belum diketahui, walaupun hal ini jarang didapatkan
d. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan biasanya berkisar antara 10–15 kg dalam waktu 6–12 bulan. Penurunan berat badan ini karena adanya anoreksia, gangguan gastrointestinal lain, dehidrasi, serta katabolisme protein yang meningkat pada jaringan ekstrahepatik, terutama jaringan otot. Dengan pengobatan yang adekuat akan didapatkan kenaikan berat badan.
e. Kelainan gastrointestinal
Kelainan gastrointestinal didapatkan pada 80% dari kasus Addison. Anoreksia biasanya merupakan gejala yang mula-mula tampak, disertai perasaan mual dan muntah, nyeri epigastrium, disfagia, konstipasi, kadang-kadang dapat timbul diare. Cairan lambung biasanya menunjukkan hipoklorhidria sampai aklorhidria. Ini karena rendahnya konsentrasi klorida dan natrium dalam darah
5
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
dan jaringan, sehingga produksi asam klorida lambung menurun. Hipoklorhidria biasanya kernbali normal bila keseirnbangan elektrolit sudah diperbaiki.
f. Gangguan elektrolit dan air
Penurunan hormon aldosteron menyebabkan pengeluaran natrium, klorida dan air serta retensi kalium. Sebagai akibat dari gangguan elektrolit ini terjadi dehidrasi, hemokonsentrasi dan asidosis.
g. Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Akibat proses glukoneogenesis yang menurun, penggunaan glukosa oleh jaringan yang meningkat serta gangguan absorbsi karbohidrat pada usus halus, akan terjadi hipoglikemi puasa, di mana kadar gula darah puasa. lebih rendah dari harga normal. Pada tes toleransi glukosa oral didapat kenaikan kadar gula darah yang kurang adekuat, yaitu menunjukkan kurve yang datar.
h. Darah Tepi
Sel-sel darah merah dan hemoglobin sedikit menurun dengan hemokonsentrasi. Jumlah sel darah putih sedikit menurun dengan relatif limfositosis, eosinofil sedikit meningkat Perubahan gambaran darah tepi di atas karena menurunnya hidrokortison. Gambaran hematologi ini tak mempunyai arti yang khas untuk diagnostik.
i. Gangguan Neurologi dan psikiatri
Manifestasi kelainan pada saraf antara lain penglihatan kabur ngantuk, yang mungkin berhubungan dengan kelemahan yang progresif, kadang-kadang penderita gelisah, mudah tersinggung serta dapat timbul psikosis. Pada elektro-ensefalogram didapat gelombang alfa lebih pelan terutama pada daerah frontalis, serta menghilangnya gelombang beta.
j. Lain-lain
Kadang-kadang dapat terjadi gangguan menstruasi, penurunan libido, serta hilangnya rambut ketiak dan pubis. Kalsifikasi tulang rawan dari daun telinga, sehingga menjadi kaku (Thorn sign)” .
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemerisaan laboratorium
1) Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan hiponatremia)
6
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
2) Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)3) Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)4) Penurunan kadar kortisol serum5) Kadar kortisol plasma rendah
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi diadrenal
c. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive
hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit
infiltratif malignan dan non malignan, dan haemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik
abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit
7. Komplikasi
a. Syok (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)b. Kolaps sirkulasic. Dehidrasid. Hiperkalemiae. Sepsisf. Krisis Addison yang disebabkan karena hipotensi akut ( hiperkortisolisme )
ditandai dengan sianosis, panas, pucat, cemas, nadi cepat.8. Tata Laksana
a. Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi,
memberikan caiaran, pergantian kortikosteroid.
b. Pantau tanda-tanda vital.
c. Menempatkan klien pada posisi stengah duduk dengan kedua tungkai
ditinggikan.
d. Hidrokortison disuntikan IV, kemudian IVFD D5% dalam larutan normal saline.
e. Kaji stress/keadaan sakit yang menimbulkan serangan akut.
f. Bila asupan oral (+), IVFD perlahan dikurangi
g. Bila kortek.adrenal tidak berfungsi lagi, perlu dilakukan terapi penggantian
preparat kortikosteroid dan mineralokortikoid seumur hidup.
7
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data subyektif :
1) Cepat lelah
2) Terjadi perubahan pada warna kulit
3) Mual, muntah dan penurunan nafsu makan
b. Data obyektif :
1) Hipotensi
2) Hiponatrimia
3) Hiperkalemia
4) Keringat dingin
5) Gemetar
6) Hiperpigmentasi
7) Tanda – tanda kecemasan ( perubahan ekspresi muka, perubahan
tanda vital dan lain – lain )
8) Tampak lemah
9) Perubahan gambaran EKG ( tegangan rendah aksis QRS vertical dan
gelombang ST non spesifik abnormal sekunder ), penurunan konsentrasi
glukosa darah dan natrium ( hipoglikemia dan hiponatremia ), peningkatan
kosentrasi kalium serum ( hiperkalemia ), peningkatan jumlah sel darah putih
( leukositosis ), penurunan kadar kortisol serum, kadar kortisol plasma rendah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan dan elektrolit melalui ginjal.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan hyperpigmentasi
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anorexia
8
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan
fungsi fisiologi
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolisme ( penurunan kadar glucosa darah )
f. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b. d. Ketidak
seimbangan elektrolit
g. Perubahan proses fikir b.d Hiponatrimia
3. Rencana Perawatan
a. Kekurangan volume cairan dari elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan dan natrium melalui ginjal.
Tujuan perawatan : volume cairan dan elektrolit tubuh seimbang
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan
kriteria : pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda
vital stabil, tekanan nadi parifer jelas, turgor kulit baik, pengisian
kapiler baik dan membran mukosa lembab/basah.
Intervensi perawatan :
Intervensi Rasional
1) Dapatkan riwayat dari pasien
atau orang terdekat yang
berhubungan dengan lama
dan intensitas dari gejala
yang muncul.
1) Membantu
memperkirakan volume total
cairan
2) Pantau tanda vital, catat
perubahan tekanan darah
pada perubahan posisi,
kekuatan dari nadi perifer
2) Hipotensi
postural merupakan bagian
hipovolemia akibat
kekurangan hormon
aldosteron dan penurunan
curah jantung sebagai akibat
9
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
dari penurunan kortisol. Nadi
mungkin melemah yang
mudah dapat hilang.
3) Ukur dan timbang berat badan
setiap hari
3) Memberikan
perkiraan kebutuhan akan
penggantian volume cairan
dan keefektifan pengobatan.
Peningkatan berat badan yang
cepat disebabkan oleh adanya
retensi cairan dan natrium
yang berhubungan dengan
pengobatan steroid.
4) Kaji pasien mengenai rasa
haus, kelelahan, nadi cepat,
pengisian kapiler memanjang
turgor kulit jelek, membran
mukosa kering. Catat warna
kulit dan temperaturnya.
4) Untuk
mengindikasikan berlanjutnya
hipovolemia dan
mempengaruhi kebutuhan
volume pengganti.
5) Periksa adanya perubahan
dalam status mental dan
sensori
5) Dehidrasi berat
menunjukkan curah jantung
dan perfusi jaringan terutama
jaringan otak.
6) Auskultasi bising
usus/peristaltik usus. Catat
dan laporkan adanya mual,
muntah dan diare
6) Kerusakan fungsi
saluran cerna dapat
meningkatkan kehilangan
cairan dan elektrolit dan
mempengaruhi cara untuk
10
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
pemberian cairan dan nutrisi.
7) Kolaboratif dalam pemberian
cairan, larutan gula dan obat-
obatan
7) Cairan dan obat-
obatan akan membantu
pemenuhan kekurangan cairan
dan elektrolit tubuh
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anorexia
Tujuan perawatan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
1) Masukan per oral meningkat
2) Berat badan dalam rentang normal
Intervensi perawatan :
Intervensi Rasional
1) Jelaskan pentingnya nutrisi
yang adekuat.
1) Rasional : meningkatkan motivasi
pasien untuk meningkatkan intake
nutrisi
2) Berikan porsi makan kecil tapi
sering
2) Rasional : porsi kecil akan
mengurangi sekresi asam
lambung berlebih yang
sebelumnya sudah meningkat
akibat peningkatkan ureu. Darah
3) Sajikan makanan dalam
keadaan hangat
3) Rasional : mengurangi perasaan
mual dan rangsangan muntah.
4) Lakukan perawatan mulut 4) Rasional : hygiene mulut yang
baik akan meningkatkan
11
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
rangsangan pasien untuk makan.
5) Ciptakan suasana yang
menyenangkan untuk makan
5) Rasional : meningkatakan
kenyamanan pasien saat makan.
6) Dukung klien untuk makan
bersama anggota keluarga
6) Rasional : meningkatkan motivasi
pasien untuk meningkatkan
asupan nutrisi sesuai kebutuhan
7) Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium , seperti : ureum,
albumin serum, natrium dan
kalium
7) Rasional : kadar ureum, albumin,
natrium dan kalium merupakan
indicator untuk memantau
keseimbangan nutrisi tubuh.
c. Harga diri rendah berhubungan dengan hiperpigmentasi
Tujuan perawatan : harga diri adekuat
Kriteria hasil :
1) Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri
sendiri diungkapkan secara verbal.
2) Pasien menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang
ditandai pasien berpartisipasi aktif dalam
bekerja/bermain/berhubungan dengan orang lain.
Intervensi perawatan :
Intervensi Rasionalisasi
1) Beri kesempatan
pasien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keadaannya,
tunjukkan perhatian, bersikap
1) Membina hubungan
dan peningkatan keterbukaan
dengan pasien, membentuk
dalam mengevaluasi berapa
12
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
tidak menghakimi. banyak masalah yang dapat
diubah oleh pasien.
2) Sarankan pasien
untuk menggunakan
ketrampilan management
stres, misal: teknik relaksasi,
visualisasi dan bimbingan
imajinasi.
2) Meminimalkan
perasaan stres, frustasi,
meningkatkan kemampuan
koping dan kemampuan untuk
mengendalikan diri.
3) Dorong pasien untuk
membuat daftar bantuan
orang terdekat.
3) Pasien tidak merasa
sendirian dan merasa berguna
dalam berhubungan dengan
orang lain.
4) Dorong pasien untuk
membuat pilihan dan
berpartisipasi dalam
perawatan diri
4) Data membantu
meningkatakn tingkat
kepercayaan diri,
memperbaiki harga diri dan
meningkatkan perasaan
terhadap pengendalian diri.
5) Sarankan untuk
mengunjungi seseorang yang
penyakitkan telah terkontrol.
5) Dapat menolong
pasien untuk melihat hasil
dari pengobatan yang telah
dilakukan.
6) Tindakan kolaborasi
dengan: rujuk ke pelayanan
sosial, konseling dan
kelompok pendukung sesuai
kebutuhan
6) Pendekatan
komprehensif dapat membantu
memenuhi kebutuhan pasien
untuk memelihara tingkah
laku.
13
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan
fungsi fisiologis
Tujuan perawatan : ansietas hilang
Kriteria hasil :
1) Pasien tampak rileks
2) Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
3) Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan
perasaannya
Intervensi perawatan :
Intervensi Rasionalisasi
1) Observasi tingkat laku yang
menunjukkan tingkat ansietas
1) Ansietas ringan dapat
ditunjukkan dengan peka
rangsang dan insomnia.
Ansietas berat yang
berkembang ke dalam keadaan
panik dapat menimbulkan
perasaan terancam, teror,
ketidak mampuan untuk bicara
dan bergerak. Berteriak-
teriak/bersumpah-sumpah.
2) Pantau respon fisik, palpitasi,
gerakan yang berulang-ulang,
hiperventilasi, insomnia
2) Peningkatan pengeluaran
penyekat beta-adrenergik pada
daerah reseptor, bersamaan
dengan efek-efek kelebihan
hormon tiroid, menimbulkan
manifestasi klinik dari
peristiwa kelebihan
ketekolamin ketika kadar
epinefrin/norepinefrin dalam
14
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
keadaan normal.
3) Jelaskan prosedur, lingkungan
sekeliling atau suara yang
mungkin didengar oleh
pasien.
3) Memberikan informasi akurat
yang dapat menurunkan
distorsi/kesalahan interpretasi
yang dapat berperanan pada
reaksi ansietas atau ketakutan.
4) Bicara singkat dengan kata
yang sederhana
4) Rentang perhatian mungkin
menjadi pendek, konsentrasi
berkurang, yang membatasi
kemampuan untuk
mengasimilasi informasi.
5) Kurangi stimulasi dari luar:
tempatkan pada ruangan yang
tenang, berikan kelembutan,
musik yang nyaman, kurangi
lampu yang terlalu terang,
kurangi jumlah orang yang
berhubungan dengan pasien.
5) Menciptakan lingkungan yang
terapeutik; menunjukkan
penerimaan bahwa aktivitas
unit/personal dapat
meningkatkan ansietas pasien.
6) Tekankan harapan bahwa
pengendalian emosi itu harus
tetap diberikan sesuai dengan
perkembangan terapi obat.
6) Memberikan informasi dan
meyakinkan pasien bahwa
keadaan itu adalah sementara
dan akan membaik dengan
pengobatan.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolisme (gula darah)
15
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
Tujuan perawatan : kelemahan teratasi
Kriteria hasil :
1) Pasien menyatakan mampu untuk beristirahat, peningkatan tenaga
dan penurunan rasa
2) Mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
3) Pasien mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan
berpartisipasi dalam aktifitas.
Intervensi perawatan :
Intervensi Rasionalisasi
1) Kaji/diskusikan tingkat
kelemahan klien dan
identifikasi aktifitas yang
dapat dilakukan klien.
1) Pasien biasanya telah
mengalami penurunan tenaga,
kelelahan otot menjadi terus
memburuk setiap hari karena
proses penyakit dan
munculnya ketidakseimbangan
natrium dan kalium.
2) Pantau tanda vital sebelum
dan sesudah melakukan
aktivitas observasi adanya
takikardia hipotensi dan
perifer yang dingin.
2) Kolapsnya sirkulasi dapat
terjadi sebagai akibat dari
stres aktifitas jika curah
jantung berkurang
3) Sarankan pasien untuk
menentukan masa/periode
antara istirahat dan
melakukan aktifitas
3) Mengurangi kelelahan dan
mencegah ketegangan pada
jantung.
4) Diskusikan cara untuk
menghemat tenaga (misal:
duduk lebih baik daripada
berdiri selama melakukan
4) Pasien akan dapat melakukan
lebih banyak kegiatan dengan
mengurangi pengeluaran
tenaga pada setiap kegiatan
16
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
aktifitas/latihan), jika perlu
biarkan pasien
melakukannya sendiri.
yang dilakukannya.
f. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Tujuan perawatan : penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan curah jantung yang adekuat yang ditandai dengan
tanda vital dalam batas normal, nadi perfer teraba dengan baik,
pengisian kapiler cepat dan status mental baik.
Intervesi perawatan :
Intervensi Rasional
1) Pantau tanda vital: tensi,
irama jantung
1) Krisis addison mungkin
menyebabkan tekanan darah
menurun. Frekwensi jantung
yang tidak teratur akan
menimbulkan penurunan curah
jantung.
2) Kaji pengisian kapiler dan
nasi perifer
2) Pengisian kapiler yang
memanjang, nadi yang lambat
& lemah merupakan indikasi
terjadi syok.
3) Ukur jumlah haluaran urine 3) Walaupun biasanya ada
poliuria penurunan haluaran
urine menggambarkan
penurunan perfusi ginjal oleh
penurunan curah jantung.
4) Kolaborasi pemberi O2 4) Kadar O2 yang maksimal dapat
membantu menurunkan kerja
jantung.
g. Perubahan proses fikir b.d. Hiponatrimia
17
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
Tujuan perawatan : Mempertahankan tingkat kesadaran mental
Kriteria hasil : Tidak mengalami cedera
Intervensi perawatan :
Intervensi Rasional
1) Pantau tanda vital dan status
neurologis
1) Memberikan patokan untuk dasar
perbandingan / pengenalan
terhadap temuan abnormal.
Catatan : Suhu yang tinggi dapat
mempengaruhi mental
2) Panggil pasien dengan
namanya. Orientasikan pada
tempat, orang, dan waktu
istirahat yang teratur
2) Untuk menolong
mempertahankan orientasi dan
mempertahankan kebingungan
3) Sarankan pasien untuk
melakukan perawatan diri
sendiri sesuai kemampuan
dengan waktu yang cukup untuk
menjalankan seluruh tugasnya
3) Menolong pasien dalam menjaga
dan memberikan sentuhan yang
nyata dan mempertahankan
orientasi pada lingkungan
4) Lindungi pasien dari cedera.
Mis : posisi tempat tidur dalam
posisi rendah dengan diberikan
penghalang yang terangkat
4) Disorientasi akan meningkatkan
risiko timbulnya bahaya ( trauma
0 terutama malam hari
5) Kolaborasi : pantau hasil
pemeriksaan laboratorium
elektrolit, glukosa darah
5) Seperti adanya
ketidakseimbangan cairan,
elektrolit,, gangguan proses
fikir harus diperbaiki.
Perubahan yang terus
18
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
menerus pada mental
memerlukan evaluasi lanjut.
6)
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
yang telah disusun.
5. Evaluasi
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan dan elektrolit melalui ginjal.
Evaluasi keperawatan : volume cairan dan elektrolit tubuh seimbang
b. Harga diri rendah berhubungan dengan hyperpigmentasi
Evaluasi keperawatan : harga diri adekuat
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
Evaluasi keperawatan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan
fungsi fisiologi
Evaluasi keperawatan : ansietas hilang
e. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolisme (penurunan kadar glucosa darah)
Evaluasi keperawatan : kelelahan teratasi
f. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung.
Evaluasi keperawatan : penurunan curah jantung tidak terjadi
g. Perubahan proses fikir
Evaluasi keperawatan : tida terjadi cedera
19
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Addison
DAFTAR PUSTAKA
1. Marilyn E Doenges,2000,Rencana Asuhan keperawatan Edisi
3,Jakarta EGC.
2. Brunner & Suddart,2002, Keperawatan Medikal Bedah,Jakarta, EGC.
3. Stefan Silbernagl, 2006,Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi Jakarta,
EGC.
4. NANDA, 2005-2006, Diagnosa Keperawatan, Jakarta, Prima medika.
5. Elizabeth J.Corwin, BSN,PhD 2009, Buku saku Patofisiologi,
Jakarta,EGC.
20