Post on 18-Jan-2016
description
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
“PRAKTIKUM SISTEM SARAF”
Oleh :
I Putu Nugraha (131075)
Ni Luh Putu Oktadia Luisari (131076)
Nyoman Putri Widya Iswari (131077)
I Made Riantama Prakarsa (131078)
Kelas : B
AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi
jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata saat terkena debu, menarik
kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak
reflex dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya ; bukan saja tidak menarik tangan
dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan
dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik
kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan
keluarnya air liur tanpa disadari.
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori
langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda
sekali dengan mekanisme gerak biasa.
Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian
disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori
sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol
oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disadari.
1.2 Tinjauan Pustaka
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada
rute lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung,
pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya
sentakan akibat suatu stimuli nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja refleks.
Sifat Umum Refleks :
a) Rangsangan Adekuat
Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat
(presisi). Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut.
Suatu contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini
timbul akibat rangsangan yang adekuat melalui rangsangan raba linier multipel,
yang misalnya karena terdapat serangga yang merayap di kulit. Respons yang
timbul adalah garukan hebat pada daerah yang terangsang.
b) Jalur Bersama Akhir
Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka
merupakan bagian eferen dari lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan
yang memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung
refleks ke otot tersebut, dan karena itu dinamakan jalur bersama akhir (final
common path).
c) Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral
Penyebaran ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena
pengaruh penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh
rangsangan eksitasi. Efek inhibitorik langsung dan prasinaps juga dapat
menyebar. Efek ini umumnya bersifat sementara. Istilah keadaan eksitasi sentral
dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk menggambarkan keadaan
berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya.
d) Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks
Keadaan bahwa respons refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan
kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman.
Jenis-jenis pemeriksaan refleks adalah sebagai berikut :
1. Refleks Biseps.
Refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku
dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu
tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks.
Respons normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi biseps.
2. Refleks Triseps.
Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku
dan diposisikan di depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan
mengidentifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5 sampai 5 cm di atas siku.
Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps
dan ekstensi siku.
3. Refleks Brakhioradialis.
Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis, penguji meletakkan tangan
pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut. Ketukan palu
dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan
lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi.
4. Refleks Patella.
Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di
bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur terlentang. Jika pasien
terlentang, pengkajian menyokong kaki untuk memudahkan relaksasi otot.
Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respons normal.
5. Refleks Ankle.
Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan dorsi
fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles.
Respon yang terjadi adalah fleksi plantar.
6. Refleks Kontraksi Abdominal.
Refleks superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit dinding
abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat adalah kontraksi yang
tidak disadari otot abdomen, dan selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.
7. Respons Babinski.
Refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang
mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila bagian lateral
telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores maka terjadi kontraksi jari kaki
dan menarik bersamaan.
Refleks Fisiologis pada Manusia :
1. Reflek kornea adalah dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil
positif bila mengedip (N IV & VII )
2. Reflek faring adalah faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi
muntahan ( N IX & X )
3. Reflek Abdominal adalah menggoreskan dinidng perut dari lateral ke
umbilicus, hasil negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil
positif bila terdapat reaksi otot.
4. Reflek Kremaster adalah menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila
skrotum sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
5. Reflek Anal adalah menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter
ani ( S 3-4-5 )
6. Reflek Bulbo Cavernosus adalah tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain
masukkan kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal
)
7. Reflek Bisep ( C 5-6 )
8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )
9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )
10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )
11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)
12. Reflek Moro adalah reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
13. Reflek Babinski adalah goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak
kaki mengarah ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang
dewasa abnormal ( jari kaki meregang / aduksi ektensi )
14. Sucking reflek adalah reflek menghisap pada bayi
15. Grasping reflek adalah reflek memegang pada bayi
16. Rooting reflek adalah bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi.
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui mekanisme terjadinya refleks
2. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fisiologis dengan baik dan benar
3. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Palu reflex
Kapas
2.2 Cara Kerja
1. Refleks Dalam (Refleks Fisiologis)
= Refleks regang otot= Refleks tendonTimbul akibat regangan otot oleh rangsangan (ketok) sebagai jawaban : kontraksi
a. Refleks Bisep : extremitas superior = Biseps Pees Refleks (BPR)Pusat: C5 – C6Cara:- Lengan bawah penderita semifleksi- Tempatkan ibu jari di atas tendon otot biseps ketok
Refleks biseps
b. Refleks Triseps : extremitas superior= Triseps Pees Refleks (TPR)
Pusat: C6 – C8Cara:- Lengan penderita semifleksi- Ketok insersio tendon m. triseps (atas olekranon)
Refleks Triseps
c. Refleks Kuadrisep Femoris : extremitas inferior= Knee Pees Refleks (KPR)= Refleks PatellaPusat: L2, L3, L4Cara:- Tungkai di fleksi gantungkan- Ketok tendon m. kuadriseps femoris (bawah patella)
Refleks patella (KPR)
d. Refleks Tendon Achilles extr. inferior= Achilles Pees Refleks (APR)=Refleks Triseps Sure
Pusat: S1, S2 Cara :- Tungkai bawah fleksi sedikit- Dorsofleksikan kaki (pegang ujung jari-jari)- Ketok tendon Achilles
Reflaks Tendon Achilles (APR)2. Refleks Superfisial
Refleks Kornea- Cara:
Kapas digulung ujungnya sampai runcing Suruh orang coba melirik Sentuh kornea berlawanan lirikan
- Lengkung: aferen N.V1, efferent N.VII
Refleks Kornea
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
1. Identitas orang coba refleks bisep, reflex trisep dan resleks kornea :
Nama : I Putu Nugraha
Umur : 19 tahun
BB : 60 kg
Identitas orang coba Knee Pees Refleks dan Achilles Pees Refleks :
Nama : I Made Riantama Prakarsa dan Ni Luh Putu Oktadia Luisari
Umur : 18 tahun
BB : 55 kg dan 48 kg
2. Jenis percobaan:
a. Refleks biseps
Respon yang terjadi berupa fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot
biseps.
b. Refleks triseps
Respon yang terjadi berupa ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps.
c. Knee pess refleks (KPR)Respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.
d. Achilles pess refleks (APR)
Respon yang terjadi berupa plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot
gastocnemius.
e. Refleks kornea
Respon yang terjadi berupa kedipan mata secara cepat.
3.2 Pembahasana. Pada pemeriksaan refleks biseps didapatkan hasil yaitu terjadi fleksi lengan siku dan
tampak kontraksi otot biseps. Perjalanan impulsnya yaitu :Rangsangan (ketukan tendo otot biseps) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N.
Musculocutaneus) medullaspinalis/C5-C6
(pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Musculocutaneus) efektor (M. Biceps
Brachii).
b. Pada pemeriksaan refleks triseps didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tangan dan
kontraksi otot triseps. Perjalan impulsnya yaitu :Rangsangan (ketukan tendo otot triseps) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N.
Radialis) medulla spinalis/C5-C7 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N.
Radialis) efektor (M. Triceps Brachii).
c. Pada pemeriksaan knee pess refleks didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tungkai
disertai kontraksi otot kuadriseps berarti orang coba normal. Perjalanan impulsnya
yaitu :Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N.
Femoris) medulla spinalis/L3-L4 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N.
Femoris) efektor (N. Quadratus femoris).
d. Pada pemeriksaan achilles pess reflex didapatkan hasil yaitu terjadi plantar fleksi dari
kaki dan kontraksi otot gastrocnemius. Perjalanan Impulsnya yaitu :Rangsangan (ketukan tendo acilles) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N.
Tibialis) medulla spinalis/L5&S2 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N.
Tibialis) efektor (M. gastocnemius).
e. Pada refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi kontralateral kornea orang coba disentuh dengan kapas yang telah digulung membentuk silinder halus.Respon berupa kedipan mata secara cepat.Sentuhan pada sisi kornea dengan kapa yang berbentuk silinder halus akan mengakibatkan kontraksi secara spontan pada bola. Hal ini disebabkan mata termasuk organ tubuh yang sangat sensitif terhadap benda-benda asing.
BAB IV
KESIMPULAN
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih
cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata saat terkena debu, menarik kembali tangan dari
benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak reflex dapat dihambat oleh
kemauan sadar, misalnya ; bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan
sengaja menyentuh permukaan benda panas itu.
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute
lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan,
aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu
stimuli nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja refleks.
Dalam praktikum gerak refleks yang kami lakukan, terdapat beberapa bentuk atau macam cara
yaitu :
a. Refleks biseps
b. Refleks triseps
c. Knee Pess Refleks (KPR)
d. Achilles Pess Refleks (APR)
e. Refleks Kornea
DAFTAR PUSTAKA
http://widodo-sarono.blogspot.com/2011/07/mengenali-berbagai-gerak-refleks-pada.html
http://junirdi-filekuliah.blogspot.com/2011/05/pemeriksaan-refleks-fisiologis-juniardi.html